PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT"

Transkripsi

1 PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT Fitri Ratna Sari¹, Maihasni², Surya Prahara² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ²Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT KTR (Cigarette Free Area) is an area that is prohibited to smoke, produce, sell and / or promote Tobacco Products. The means to implement KTR are hospitals, health services, educational institutions, houses of worship, plazas / malls, entertainment venues and offices. STKIP PGRI West Sumatra is a nonsmoking area. This study aims to find and describe the perception of campus community about the determination of KTR in STKIP PGRI West Sumatra. The theory used in this research is the theory of Perception. The approach used is qualitative research with descriptive research type. Informants were taken by purposive sampling technique. Data types are primary and secondary data. Methods of data collection by: observation and interview. The data analysis unit used is the individual with Miles & Huberman data analysis. The results showed that: Perception of campus residents on the determination of KTR in STKIP PGRI West Sumatra; 1) the base and reference for non-smoking areas, with sanctions, clarified and confirmed areas that are non-smoking areas, 2) maintaining the health and comfort of campus residents from smoke and putts, 3) realizing an orderly and academic atmosphere, 4) non-smoking areas and areas of smoking, 5) counseling is done periodically. The impact of socialization of KTR (banners, posters and stickers) in STKIP PGRI West Sumatera; 1) reprimanded campus residents who smoke indiscriminately in non-smoking areas, 2) not reprimand campus residents who smoke indiscriminately in areas without cigarettes. Keywords: Perception, Non Smoking Area. PENDAHULUAN Dalam kehidupan bermasyarakat, anggota masyarakat diikat oleh berbagai aturan atau pedoman. Aturan atau pedoman tentang boleh ini tidak boleh itu; serta apa yang baik dan apa yang tidak baik dilakukan. Aturan atau pedoman itu berupa norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat (Soekanto dalam Adi, 2012: 6). Sebagaimana pernyataan Moore dalam Adi (2012: 7), bahwa dalam setiap masyarakat terdiri dari lingkup-lingkup yang memiliki kapasitas untuk menentukan,

2 menerapkan, dan mempertahankan (mengarahkan, manganjurkan, bahkan memaksakan anggotanya) aturan-aturan secara mandiri. Adapun Undang-undang Kesehatan No. 36/2009 pasal 115 ayat 2 yang mewajibkan tiap daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Padang yang menunjuk sarana yang harus menerapkan KTR diantaranya rumah sakit, jajaran dinas kesehatan, institusi pendidikan, rumah ibadah, plaza/mall, tempat hiburan dan perkantoran (Azkha, 2013:7). Sebagaimana Perwako Kota Padang No. 14/2011, STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan institusi pendidikan yang idealnya menerapkan peraturan kawasan tanpa rokok. Menyikapi peraturanperaturan mengenai kawasan dilarang merokok di atas STKIP PGRI Sumatera Barat menjelaskan bahwa dalam rangka sosialisasi, setiap sudut dan ruang di area kampus dipasang slogan dan poster mengenai larangan dan bahaya merokok. Manakala kita terapkan teori paradigma dalam menelaah aspek hukum, akan memberikan horizon yang luas inilah yang mestinya dipertimbangkan bagian demi bagian, misalnya ketika suatu hukum harus dibuat, diperbaiki, diterapkan atau ditegakkan (Fuady, 2013: 6-11). Sehingga sebelum mewujudkan peraturan mengenai penetapan Kawasan Tanpa Rokok di kampus, perlu diketahui Bagaimana Persepsi Warga Kampus Terhadap Peraturan mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Adapun informan diambil dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Jumlah Informan adalah 30 orang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder data primer diperoleh dari warga kampus, sedangkan data

3 skunder diperoleh dari berita acara rapat yang membuktikan bahwa di STKIP PGRI Sumatera Barat belum memiliki peraturan yang legal mengenai penetapan kawasan tanpa rokok. Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara: 1) observasi, 2) wawancara. Sementara itu, unit analisis data yang digunakan adalah individu dengan analisis data Miles & Huberman yang terdiri dari tahap reduksi, penyajian data atau analisis data dan penarikan kesimpulan (Afrizal, 2014:180. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persepsi Warga Kampus terhadap Peraturan Mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat Dalam hidup bermasyarakat, anggota masyarakat diikat oleh berbagai aturan atau pedoman tentang boleh ini dan tidak boleh itu, berupa patokan-patokan mengenai perilaku yang dianggap pantas. Pada hakikatnya aturan atau pedoman tersebut bertujuan untuk mencapai suatu tata tertib dalam masyarakat yang bersangkutan. Meskipun STKIP PGRI Sumatera Barat belum memiliki peraturan mengenai penetapan kawasan tanpa rokok, Kasubag Kemahasiswaan STKIP PGRI Sumatera Barat menjelaskan bahwa dalam rangka sosialisasi pada 1 September 2015 setiap sudut dan ruang di area kampus dipasang spanduk, sticker dan poster mengenai larangan dan bahaya merokok. Ketika suatu hukum dibuat, diperbaiki, diterapkan atau ditegakkan, maka sebelumnya perlu pertimbangan masyarakat. Oleh karena itu, STKIP PGRI Sumatera Barat yang mulai melaksanakan peraturan mengenai penetapan kawasan tanpa rokok, mestinya dipertimbangkan bagaimana persepsi warga kampus terhadap peraturan mengenai penetapan kawasan bebas asap rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat.

4 1.1 Landasan dalam Penerapan Peraturan Mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, terutama masyarakat yang heterogen, hukum berperan dalam mengatur kehidupan warga masyarakat daripada kaidah-kaidah lainnya, karena aturannya lebih eksplisit, sanksinya lebih pasti, lebih bersifat formal. Kaidah-kaidah hukum tersebut berwujud peraturanperaturan tertulis yang dibuat oleh lembaga pengada hukum. Diantara peraturan perundang-undangan tertulis yaitu, Perwako Kota Padang No. 14/2011 mengenai kawasan tanpa rokok, STKIP PGRI Sumatera Barat sebagai institusi pendidikan merupakan kawasan tanpa rokok. Dalam pelaksanaan peraturan walikota di atas, alangkah lebih baik jika terdapat peraturan dari STKIP PGRI Sumatera Barat kampus yang dapat menjadi acuan, harus lebih dipertegas dan diperjelas lagi bentuk kongkritnya area mana saja kawasan tanpa rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat. Jadi, siapapun harus menyesuaikan bila telah memasuki lingkungan yang merupakan kawasan tanpa rokok agar mematuhinya, selanjutnya peraturan disertai sanksi yang dilakukan secara bertahap. 1.2 Menjaga Kesehatan dan Kenyamanan Warga Kampus Menurut aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yangberbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti Emfisema, Kanker, Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya (Kemenkes RI, 2011: 9). Sebagaimana akibat dari bahaya yang disebabkan karena merokok dan asap rokok, maka jika STKIP PGRI Sumatera Barat menetapkan kawasan tanpa rokok akan berdampak positif yaitu untuk lebih menjaga kesehatan seluruh warga kampus.

5 1.3 Mewujudkan Suasana Tertib Manusia dalam hidup bermasyarakat diatur dan dikendalikan oleh berbagai kaidah atau norma dan nilai-nilai yang pada hakikatnya bertujuan untuk mencapai suatu tata tertib dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena memang setiap masyarakat memerlukan suatu mekanisme pengendalian sosial agar segala sesuatunya berjalan dengan tertib. Dalam mewujudkan suasana yang tertib, penetapan kawasan tanpa rokok sangat membantu dalam mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman. Sebab berkurang penghambat konsenterasi karena asap rokok maupun sampah putung rokok dapat menghambat konsenterasi civitas akademika. 1.4 Membuat Sekat antara Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Boleh Merokok Dalam institusi pendidikan terdapat warga kampus yang notabennya adalah tempat keramaian. Merokok sembarangan di kawasan institusi pendidikan adalah hal yang tidak pantas. Jika pun diizinkan, sebaiknya terdapat ruangan khusus untuk merokok. Dengan demikian terlihat ada pemisah antara dua area yaitu area yang diperbolehkan dan dilarang merokok. 1.5 Penyuluhan Dilakukan secara Berkelanjutan mengarahkan, Pengendalian sosial dapat manganjurkan, mengajak, bahkan memaksakan anggotanya agar menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan, nilai dan norma kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Sehingga warga kampus juga memerlukan pengarahan dan himbauan mengenai penetapan kawasan tanpa rokok. Dalam hal ini sosialisasi berupa penyuluhan perlu dilakukan secara berkelanjutan. Sebagaimana kita ketahui setiap tahun dunia kampus selalu dihadiri oleh mahasiswa baru yang tentu tidak seluruhnya mengetahui dan memahami mengenai bahaya dan akibat rokok serta penetapan kawasan tanpa rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat. Jadi,

6 sosialisasi tidak hanya berupa spanduk, poster dan sticker. Melainkan memerlukan penyuluhan mengenai bahaya rokok dan kawasan tanpa rokok dapat diadakan dengan periode, misal satu atau dua tahun sekali. 2. Dampak Sosialisasi sebagai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat Meskipun saat ini himbauan dilarang merokok di STKIP PGRI Sumatera Barat masih berupa sosialisasi (spanduk, poster dan sticker), namun telah digunakan sebagai acuan dalam menegur dan mengingatkan warga kampus yang merokok sembarangan. Dengan demikian, himbauan mengenai kawasan tanpa rokok tersebut telah memberikan dampak positif. 2.1 Warga Kampus Menegur Warga Kampus yang Merokok Sembarangan di Kawasan Tanpa Rokok Sebagaimana pepatah tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta seperti itu pula realita dalam hal memberitahukan, mengingatkan atau menegur jika terlihat sesama warga kampus yang merokok sembarangan di kawasan tanpa rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat, hanya menegur yang saling kenal-mengenal saja. Namun ada beberapa tenaga kependidikan dan dosen yang menegur warga kampus yang melanggar kawasan tanpa rokok walaupun tidak saling kenal. 2.2 Warga Kampus Tidak Menegur Warga Kampus yang Merokok Sembarangan di Kawasan Tanpa Rokok Sesuai dengan kondisi ketertiban masyarakat, terdapat juga masyarakat tertentu yang tidak terlalu memerlukan pengendalian sosial yang tinggi dan kuat. Hal ini terkait kawasan tanpa rokok yang terjadi di STKIP PGRI Sumatera barat, di mana pada beberapa program studi dosen maupun mahasiswa kuantitas yang berjenis kelamin laki-laki rendah. Sehingga pelanggaran kawasan tanpa rokok tidak terlihat. Selain itu, terdapat warga kampus tidak pernah melihat pihak kampus menegur warga

7 kampus yang merokok di kawasan dilarang merokok, namun hanya acuh saja. Jadi, terdapat juga sebagian warga kampus yang tidak saling mengingatkan dan menegur warga kampus yang melanggar kawasan tanpa rokok. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Persepsi Warga Kampus (mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan) terhadap Peraturan mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat yaitu berupa persetujuan dengan mendukung penetapan kawasan tanpa rokok sebagaimana harapan-harapan warga kampus untuk dijadikan sebagai landasan dan acuan untuk kawasan tanpa rokok, lebih menjaga kesehatan dan kenyamanan warga kampus, mewujudkan suasana tertib dan akademik, membuat sekat antara kawasan tanpa rokok dan kawasan boleh merokok penyuluhan dilakukan secara berkelanjutan dan periodik. Dampak sosialisasi berupa spanduk, poster dan sticker mengenai kawasan tanpa rokok dikampus yaitu warga kampus menegur warga kampus yang merokok sembarangan di kawasan tanpa dan terdapat juga warga kampus tidak menegur warga kampus yang merokok sembarangan di kawasan tanpa rokok. DAFTAR PUSTAKA Adi, Rianto Sosiologi Hukum Kajian Hukum Secara Sosiologis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Afrizal Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Fuady, Munir Teori-teori dalam Sosiologi Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Group.

8 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.Jakarta. Azkha, Nizwardi Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Perda KotaTentangkawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013.jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. Vol 02 No. 04. Hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: )

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 5, Oktober 2016 (ISSN: ) EVALUASI PENERAPAN KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) PADA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT DI PERGURUAN TINGGI KOTA SEMARANG Priliantining

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK EFEKTIVITAS PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Studi Terhadap Anggota Polri Polres Pekalongan Kota) D a r o d i Magister Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu, BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsure kesejahteraan yang harus diwujudkan bagi segenap bangsa Indonesia sesuai dengan

Lebih terperinci

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi

Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi Kebijakan pengendalian tembakau di Indonesia menimbulkan perdebatan yang panjang Tahun 2001, Penyakit berkaitan merokok di Indonesia 22,6% atau 427,948 kematian Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan berbagai upaya

Lebih terperinci

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan

Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan Latar Belakang Sehat merupakan aspek penting bagi setiap manusia dan modal untuk keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Karena tanpa kesehatan yang baik manusia tidak akan produktif untuk hidup layak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. Merokok itu sendiri adalah

Lebih terperinci

ROKOK ELEKTRIK TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK OLEH. Anak Agung Ketut Andhy Dharma Laksana. I Ketut Sudiarta

ROKOK ELEKTRIK TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK OLEH. Anak Agung Ketut Andhy Dharma Laksana. I Ketut Sudiarta ROKOK ELEKTRIK TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK OLEH Anak Agung Ketut Andhy Dharma Laksana I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Makalah ini berjudul Rokok Elektrik

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1) BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir 20% penduduk di dunia adalah perokok. Pada tahun 2009, jumlah rokok yang dikonsumsi mencapai 5,9 triliun batang, meningkat sebesar 13% dalam dekade terakhir.

Lebih terperinci

BAB 6 : KESIMPULAN. implementasi Perda KTR di Kota Padang. Tenaga pelaksana kebijakan KTR di

BAB 6 : KESIMPULAN. implementasi Perda KTR di Kota Padang. Tenaga pelaksana kebijakan KTR di BAB 6 : KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Komponen Input 1. Kota Padang memiliki kebijakan KTR yang tertuang dalam Perda Kota Padang Nomor 24 tahun 2012 tentang kawasan tanpa rokok. Namun, sebagian besar

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK - 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa rokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT RUANG ANAK DUNIA LSM RUANDU FOUNDATION DALAM PROGRAM KOTA PADANG MENUJU KOTA LAYAK ANAK

PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT RUANG ANAK DUNIA LSM RUANDU FOUNDATION DALAM PROGRAM KOTA PADANG MENUJU KOTA LAYAK ANAK PERAN LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT RUANG ANAK DUNIA LSM RUANDU FOUNDATION DALAM PROGRAM KOTA PADANG MENUJU KOTA LAYAK ANAK (Studi terhadap Indikator Kota Layak Anak Mengenai Kawasan Tanpa Rokok) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif) tetapi juga pada orang yang tidak merokok yang berada di sekitar para perokok (perokok pasif).

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang umum di masyarakat Indonesia. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan pola perilaku yang terjadi

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG JURNAL VISIKES - Vol. 12 / No. 2 / September 2013 TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG Kriswiharsi Kun Saptorini *), Tiara

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DALAM RANGKA PERLINDUNGAN TERHADAP PEROKOK PASIF Oleh I Komang Wijana I Nyoman Mudana Bagian Hukum Pemerintahan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) SEBAGAI BAGIAN DARI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN

PELAKSANAAN KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) SEBAGAI BAGIAN DARI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) SEBAGAI BAGIAN DARI PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN (Studi Kasus pada STIKES di Kota Semarang) TESIS Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK

ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK ANALISIS FUNGSI FAKTOR KELUARGA DAN PERSEPSI FATWA HARAM MEROKOK PEGAWAI TERHADAP PERILAKU PELAKSANAAN SURAT KEPUTUSAN REKTOR UMY TENTANG MEROKOK Arko Jatmiko Wicaksono 1, Titiek Hidayati 2, Sadar Santoso

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK

BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK BAB II PENGATURAN MENGENAI KAWASAN TANPA ROKOK D. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman tembakau (nicotiana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rokok 2.1.1 Pengertian Rokok Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan/atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih,

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang harus diperhitungkan. Beban ganda kesehatan menjadi permasalahan kesehatan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat konsumsi yang relatif tinggi di masyarakat. Masalah rokok juga masih menjadi masalah nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional merupakan usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM.

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM. HAMBATAN-HAMBATAN GURU MATA PELAJARAN IPS DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 MANDAU KABUPATEN BENGKALIS KELURAHAN TALANG MANDI - DURI ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM. 10070181

Lebih terperinci

dr.h.suir SYAM, M.Kes, MMR

dr.h.suir SYAM, M.Kes, MMR PENGALAMAN KOTA PADANG PANJANG DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK OLEH : dr.h.suir SYAM, M.Kes, MMR JAKARTA 10 APRIL 2015 1 PENGEMBANGAN KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 8 Seri E.4 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang : a. bahwa rokok mengandung zat adiktif yang berbahaya

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa hak untuk hidup

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa asap rokok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Lebih terperinci

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA

GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA GAMBARAN PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT UMUM TERMINAL BRATANG, SURABAYA Riana Bintang Rozaaqi Universitas Airlangga: Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat, Surabaya

Lebih terperinci

PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL

PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL PERAN PENDIDIKAN ANAK PADA PERUBAHAN STRATIFIKASI SOSIAL MASYARAKAT DI JORONG PASAR USANG GUGUK KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK JURNAL NITA OKTAVIA 10070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI)

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI) PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1805/SK/R/UI/2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK UNIVERSITAS INDONESIA (KTR UI) UNIVERSITAS INDONESIA 2013 BAGIAN I PENDAHULUAN A.

Lebih terperinci

Identifikasi Masalah. Pembahasan

Identifikasi Masalah. Pembahasan Latar Belakang Rokok adalah salah satu zat adiktif yang berbahaya. Berdasarkan penelitian dalam sebatang rokok mengandung 2.500 komponen bahan kimia, apabila digunakan sekitar 1.100 komponennya diturunkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu perilaku yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya yang ditimbulkan dari merokok.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEEFEKTIFITASAN PEMBERIAN SANKSI POINT DALAM PENEGAKKAN DISIPLIN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 LUBUK SIKAPING

PELAKSANAAN KEEFEKTIFITASAN PEMBERIAN SANKSI POINT DALAM PENEGAKKAN DISIPLIN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 LUBUK SIKAPING PELAKSANAAN KEEFEKTIFITASAN PEMBERIAN SANKSI POINT DALAM PENEGAKKAN DISIPLIN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 LUBUK SIKAPING Dianti Veniza Hetri 1 Erianjoni 2 Yenni Melia 3 Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat

Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Dampak Rokok bagi Masyarakat Dina Isnanda Hasibuan Mahasiswa Pascarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Indonesian Conference on

Lebih terperinci

Pedoman Wawancara Analisis Implementasi Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah Di Kota Medan Tahun 2014

Pedoman Wawancara Analisis Implementasi Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah Di Kota Medan Tahun 2014 Lampiran 1. Pedoman Wawancara Pedoman Wawancara Analisis Implementasi Perda Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Pada Sekolah Di Kota Medan Tahun 2014 Lokasi : Waktu : Nama : Umur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari, baik diri sendiri yang merokok atau melihat orang lain merokok. Sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI LINGKUNGAN POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG DIREKTUR POLITEKNIK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan sebuah fenomena biasa yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Keyakinan akan mitos menyesatkan bagi masyarakat Indonesia, seperti merokok bisa memecahkan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS UDAYANA

EFEKTIVITAS PENGATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS UDAYANA EFEKTIVITAS PENGATURAN KAWASAN TANPA ROKOK DI UNIVERSITAS UDAYANA Putu Dimas Bagoes Sumartha I Gusti Ngurah Wairocana *** Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati **** Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aspek penting dari Hak Asasi Manusia (HAM) dan modal untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan aspek penting dari Hak Asasi Manusia (HAM) dan modal untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan aspek penting dari Hak Asasi Manusia (HAM) dan modal untuk keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Karena tanpa kesehatan pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN Disampaikan dalam rangka menjadi pembicara pada Diskusi Panel kenaikan cukai dan harga rokok sebagai Instumen pengendalian tembakau

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI KOTA SINGARAJA I Wayan Arsana Rama Putra Pembimbing : I Gusti Ngurah Wairocana I Gusti Ayu Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1,26 miliar perokok di seluruh dunia pada saat ini, dan 800 juta orang perokok tersebut tinggal di negara berkembang. Apabila tidak ada penanganan yang

Lebih terperinci

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK SALINAN + BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI DHARMASRAYA,

Lebih terperinci

Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL

Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan Seribu Rumah Gadang Bagi Masyarakat Nagari Koto Baru Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N EFEKTIVITAS PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DI FAKULTAS HUKUM USU DITINJAU DARI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA JURNAL Oleh : Nama : Roni Yahya Milala NIM : 120200240

Lebih terperinci

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK) J. Kesehat. Masy. Indones. 10(1): 2015 ISSN 1693-3443 PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK) Risti Dwi Arfiningtyas 1

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK (KTM) KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang : a. b.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir menghadapi masalah triple burden diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah ditandai dengan masih sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita temui di kehidupan sekitar kita. Merokok sudah menjadi salah satu budaya dan trend di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Sitepoe mengungkapkan bahwa asap yang

Lebih terperinci

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA VOLUME 02 No. 04 Desember 2013 Halaman 171-179 Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Artikel Penelitian STUDI EFEKTIVITAS PENERAPAN KEBIJAKAN PERDA KOTA TENTANG KAWASAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 5 orang mahasiswa yang tidak

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian yang dilakukan terhadap 5 orang mahasiswa yang tidak BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan terhadap 5 orang mahasiswa yang tidak perokok di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, dapat disimpulkan bahwa para mahasiswa non perokok

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK DI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ngurah Surya Adhi Kencana Putra I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5.A

BERITA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5.A BERITA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2010 NOMOR 5.A PERATURAN WALIKOTA PEKALONGAN NOMOR : 5.A TAHUN 2010 T E N T A N G KAWASAN TANPA ROKOK ( KTR ) KOTA PEKALONGAN WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok telah lama dikenal oleh masyakarat Indonesia dan dunia dan jumlah perokok semakin terus bertambah dari waktu ke waktu. The Tobacco Atlas 2009 mencatat,

Lebih terperinci

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok.

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Merokok merupakan perilaku yang berbahaya, merokok sama dengan mencari mati. Meski semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Perilaku merokok

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM

SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM. 12070113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah angka perokok di dunia terbilang sangat besar. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di dunia hampir 1 miliar

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN Linda Zulfitri¹ Dr. Maihasni, M.Si,² Elvawati, M,Si³ Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latarbelakang Merokok merupakan masalah kesehatan utama bagi masyarakat karena merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain penyakit kardiovaskular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah serta masyarakat umum. Salah satu masalah yang sangat umum sekarang adalah meningkatnya

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DAN DUKUNGAN PENERAPANNYA DI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OLEH : TRIA FEBRIANI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI TERMINAL JOYOBOYO SURABAYA

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI TERMINAL JOYOBOYO SURABAYA IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI TERMINAL JOYOBOYO SURABAYA Iswanti (iswanti.shanty@yahoo.com) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA 8 PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok kini telah menjadi gaya hidup dalam berbagai kalangan dimasyarakat. Penjualan rokok yang bebas di pasaran memudahkan masyarakat untuk mengkomsumsinya. Saat

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK - 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Afrizal Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

DAFTAR PUSTAKA. Afrizal Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. DAFTAR PUSTAKA Buku: Afrizal. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Ahmadi, Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta..1982. Psikologi Sosial. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kebijakan, KTR, PHBS, Lingkungan Pendidikan

ABSTRAK. Kata kunci : Kebijakan, KTR, PHBS, Lingkungan Pendidikan Pelaksanaan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Sebagai Bagian Dari Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Di Lingkungan Pendidikan (Studi Kasus Pada STIKES Di Kota Semarang) Yana Agus Setianingsih, Endang

Lebih terperinci

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM

Jurnal Sosialisasi Pendidikan Sosiologi-FIS UNM PENERAPAN TATA TERTIB PADA PESERTA DIDIK DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 MANGKUTANA KABUPATEN LUWU TIMUR Hilphya Chory Pendidikan Sosiologi FIS-UNM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kasihan, Bantul, Yogyakarta. UMY memiliki 9 fakultas yang terbagi dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kasihan, Bantul, Yogyakarta. UMY memiliki 9 fakultas yang terbagi dalam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran umum lokasi penelitian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) merupakan perguruan tinggi swasta yang terletak di Jl. Lingkar Selatan Tamantirto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia. Mackay & Eriksen (2002) menyebutkan bahwa kematian akibat penggunaan

Lebih terperinci

PROGRAM PENYULUHAN PENGENTASAN PENGGUNA ROKOK ANAK USIA SEKOLAH

PROGRAM PENYULUHAN PENGENTASAN PENGGUNA ROKOK ANAK USIA SEKOLAH Seri Pengabdian Masyarakat 2013 ISSN: 2089-3086 Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 2 No. 3, September 2013 Halaman 163-167 PROGRAM PENYULUHAN PENGENTASAN PENGGUNA ROKOK ANAK USIA SEKOLAH Sumedi P

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK. 1.1 Pengertian Peraturan Daerah dan Kedudukan Peraturan Daerah dalam hierarki perundang-undangan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK. 1.1 Pengertian Peraturan Daerah dan Kedudukan Peraturan Daerah dalam hierarki perundang-undangan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK 1.1 Pengertian Peraturan Daerah dan Kedudukan Peraturan Daerah dalam hierarki perundang-undangan Teori grundnorm (norma dasar) ini banyak dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KATAR) Di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Ponorogo

PENELITIAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KATAR) Di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENELITIAN PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KATAR) Di Lingkungan Universitas Muhammadiyah Ponorogo Oleh: FEBRI WIBOWO NIM 12612179 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang: a. bahwa dalam upaya preventif guna memberikan perlindungan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Menimbang : a. BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau

Lebih terperinci

DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2015

DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2015 Al-Sihah : Public Health Science Journal 161-170 GAMBARAN IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) PADA RSUD HAJI DAN RUMAH SAKIT STELLA MARIS DI KOTA MAKASSAR TAHUN 2015 Habibi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 52 Peraturan

Lebih terperinci