ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Secara konsep penelitian ini menggunakan konsep teori Community

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Secara konsep penelitian ini menggunakan konsep teori Community"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Secara konsep penelitian ini menggunakan konsep teori Community Nursing Center, Nursing Center, Health Promotion Model, konsep teori Perilaku Kinerja, dan konsep Ponkesdes. 2.1 Konsep Community Nursing Center Community Nursing Center (CNC) berfungsi sebagai penghubung pada tingkat pertama antara anggota populasi yang rentan dan juga memberikan sistem pelayanan kesehatan sedekat mungkin dengan masyarakat (Newman, 2005). CNC menetapkan pedoman untuk memberikan perawatan oleh organisasi yang menyediakan layanan untuk meningkatkan status kesehatan individu, keluarga dan masyarakat melalui akses langsung ke keperawatan (CHAP, 2014). Organisasi kesehatan dunia (WHO) membagi keperawatan kesehatan masyarakat menjadi tiga bidang praktek, Hemingway (2012): 1. Family oriented care (perawatan berorientasi pada keluarga) Keperawatan fokus pada kebutuhan individu dan keluarga dilakukan dengan kesadaran dari penilaian yang seksama terhdap keadaan social dan ekonomi dan kondisi hidup secara keseluruhan keluarga. 2. Public health action Kesehatan masyarakat membutuhkan berbagai pengetahuan sosial, politik, dan ekonomi serta pengetahuan dan keterampilan dalam perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan. Ketrampilan

2 kepemimpinan dan advokasi juga diperlukan untuk menjadi efektif dalam pengembangan masyarakat dan keterlibatan dalam bekerja. Tujuan dari penelitian di jurnal ini perlindungan kesehatan sebagai melindungi orang, mencegah bahaya dan mempersiapkan ancaman. Sedangkan promosi kesehatan didefinisikan sebgai proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka dan faktor-faktor penentunya dan dengan demikian meningkatkan kesehatan masyarakat. 3. Policy Making WHO membuat kebijakan dengan jelas menayatakan bahwa perawat harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dan mengelola perubahan. Pemahaman tentang politik sebagai proses sosial dan kapasitas untuk berfikir diperlukan. Diplomatik, jaringan, dan keterampilan negosiasi untuk bekerja dengan kelompok yang beragam yang sangat penting. Ada tujuh elemen inti untuk perawat umum dalam model Reproduced with Permission from the Scottish Government. Sementara banyak perawat komunitas yang mengidentifikasi dengan menggunakan model itu. Mereka khawatir kalau mereka diharapkan bekerja dengan sekelompok pasien atau klien dengan berbagai pengalaman dan keahlian masyarakat dan membatasi kebutuhan penerimaan pasien baru yang tidak perludi rumah sakit. Sementara untuk menanggapi perubahan kebijakan yang sedang berlangsung maka konteks layanan

3 mereka didesain ulang dan menjebatani kesenjangan antara rumah sakit, masayarakat dan perawatan tersier. Meeting healtjh needs of communities Working directly with people Supporting anticipatory care Nurses working in the community Adopting public health approaches to protecting the public Multi disciplinary team working Supporting self-care Co-ordinating services Gambar. 2.3 Seven core elements (Scottish Executive 2006) Reproduced with Permission from the Scottish Government). Perubahan yang terjadi dimasyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu, keluarga, masyarakat, dan sistem dimasyarakat. Ada beberapa model berubah (Ervin, 2002), yaitu: 1. Model berubah Kurt Lewin Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan komunitas tidak lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini terdiri dari: 1) Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru implementasi dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas menjadi siap untuk melakukan perubahan. 2) Change, yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok. 3) Refreezing, meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi stabil, melalui pemantauan dan evaluasi. 2. Strategi berubah Chin & Benne

4 Strategi berubah sangat cocok digunakan oleh perawat komunitas dalam mengkaji status individu, kelompok, dan masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah. Strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan tahap proses berubah. Menurut model ini, untuk melakukan perubahan diperlukan strategi perubahan, yaitu: 3. Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan dikomunitas perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut. Contoh: adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi dimasyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan bahaya merokok melalui media, seperti poster, leaflet, modul data kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak melihat langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu. 1) Normative reedukatif, yaitu pertimbangan tentang keselarasan perubahan dengan norma yang ada dimasyarakat. 2) Power coercive, yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi baik politik maupun sanksi ekonomi. Misalnya, sanksi terhadap perokok yang merokok di tempat umum berupa denda atau kurungan. 4. First order and secon order change

5 Menurut model ini, first order bertujuan mengubah substansi atau isi di dalam sistem, sedangkan pada second order, perubahan ditujukan pada sistemnya Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan. Menurut WHO, terdapat tiga strategi pokok untuk dapat mewujudkan visi dan misi promosi kesehatan secara efektif, yakni melalui advokasi, dukungan sosial dan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan sesungguhnya tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat pada umumnya,dimana pemberdayaan secara umum merupakan suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, mengatasi, memelihara, melindungi serta meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Menurut Depkes RI, pemberdayaan masyarakat dirumuskan sebagai upaya fasilitas yang bersifat non-instruktif, dimana melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, mereka akan mampu mengidentifikasi, merencanakan, dan melakukan pemecahan masalah-masalah kesehatan setempat, fasilitas dari lintas sektor dan LSM. Selanjutnya bahwa tujuan yang akan dicapai dari pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri, lebih berdaya dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sasaran utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Dalam mengupayakan agar seseorang tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan membuat orang tersebut memahami bahwa suatu

6 (misalnya diare) adalah masalah baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang orang yang bersangkutan belum mengetahui dan dan menyadari bahwa suatu itu merupakan masalah, maka orang tersebut tidak akan bersedia menerima informasi apapun lebih lanjut. Manakala ia telah menyadari masalah yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang masalah yang bersangkutan (Depkes RI, 2006) Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberi bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organization) atau pembangunan masyarakat (community development) Pendekatan dalam Pemberdayaan Masyarakat Khusus untuk bidang kesehatan tentu saja mengenai hal-hal yang terkait dengan peningkatan kesehatan. Adapun pendekatan yang ditempuh di lapangan umumnya melalui 3 (tiga) langkah,yakni : 1. Melakukan lobi (pendekatan) kepada pimpinan (para pengambil keputusan) 2. Melakukan pendekatan kepada para tokoh masyarakat formal dan informal, misalnya melalui kegiatan pelatihan. Pada tahapan ini diharapkan setelah penyebaran informasi, para tokoh masyarakat itu setelah memiliki pengetahuan dan perilaku positif nantinya akan dapat dicontoh oleh masyarakat. Selain itu biasanya pada tahap ini akan terjalin dukungan sosial.

7 3. Pada tahap selanjutnya, petugas bersama-sama tokoh, masyarakat melakukan penyuluhan dan konseling untuk meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat. Tahap ini dapat dilakukan pada berbagai kesempatan dan media yang ada Arah Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Mengacu pada tujuan pembangunan jangka panjang bidang untuk kesehatan yaitu: 1. Peningkatan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan. 2. Perbaikan mutu lingkungan hidup yang dapat menjamin kesehatan. 3. Peningkatan status gizi masyarakat. 4. Pengurangan kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas), serta 5. Pengembangan keluarga berkualitas. Pelaksanaan dan pembinaan peberdayaan masyarakat bidang kesehatan, secara umum ditujukan pada meningkatnya kemandirian masyarakat dan keluarga dalam bidang kesehatan sehingga masyarakat dapat memberikan andil dalam meningkatkan derajat kesehatannya. Secara khusus ditujukan pada: 1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan. 2. Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatannya sendiri. 3. Meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan oleh masyarakat, dan 4. Terwujudnya pelembagaan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.

8 2.1.4 Metode Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan Dalam upaya mencapai tujuan pembedayaan masyarakat dibidang kesehatan diperlukan peran fasilitator, dimana fasilitator bertanggung jawab dalam mengkomunikasikan inovasi di bidang kesehatan kepada masyarakat penerimaan manfaat. Tujuannya adalah agar penerima manfaat tahu, mau, dan mampu menerapkan inovasi tersebut demi tercapainya perbaikan mutu hidupnya dibidang kesehatan. Perlu diingat bahwa keberadaan masyarakat penerima manfaat sangat beragam dalam hal budaya, sosial, kebutuhan, motivasi, dan tujuan yang diinginkan. Mengingat keberadaan masyarakat penerima manfaat pemberdayaan yang sangat beragamnya maka metode yang digunakan dalam pemberdayaan tersebut tidaklah paten dengan menggunakan suatu metode tertentu saja, bahwa tidak ada satupun metode yang selalu efektif untuk diterapkan dalam setiap kegiatan pemberayaan masyarakat. Bahkan dalam banyak kasus penerapan metode dalam suatu kegiatan pemberdayaan masyarakat harus menggunakan beragam metode sekaligus yang saling menunjang dan melengkapi. Untuk itu, seorang fasilitator harus mampu memilih metode yang paling tepat dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dan mengkonteksitualisasikan inovasi yang dimilki ke dalam budaya masyarakat penerima manfaat untuk tercapainya tujuan pemberdayaan masyarakat yang dilaksankannya. Dalam pelaksanakan pemberdayaan masyarakat, seorang fasilitator harus bisa memilih metode yang paling sesuai dan tepat dengan kebutuhan masyarakat

9 setempat, dalam pemilihan metode tersebut seorang fasilitator harus memperhatikan beberapa prinsip beikut: 1. Pengembangan untuk berpikir kreatif dimana masyarakat harus diajak untuk berpikir kreatif, bisa mencari solusi sendiri atas masalah yang dihadapinya. 2. Tempat yang paling baik adalah di tempat kegiatan penerima manfaat sehingga tidak banyak menyita waktu kegiatan rutinnya, fasilitator bisa memahami betul keadaan penerima manfaat dan penerima manfaat dapat ditunjukan beberapa contoh nyata tentang potensi masalah dan peluang yang dapat ditemukan dilingkungan pekerjaannya sendiri sehingga penerima manfaat mudah memahami dan mengingatnya. 3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya sehingga kegiatan pemberdayaan akan lebih efisien jika diterapkan kepada masyarakat khususnya kepada mereka yang diakui masyarakat setempat sebagai panutan atau tokoh masyarakat. 4. Menciptakan hubungan yang akrab antara fasilitator dengan penerima manfaat karena suasana akrab akan memperlancar kegiatan pemberdayaan masyarakat. 5. Memberikan suasana untuk terjadinya perubahan agar terjadi perbaikan mutu dan kualitas hidup baik diri, keluarga dan masyarakat Kemitraan dalam Kesehatan Masyarakat Untuk merealisasikan visi & misi pembangunan kesehatan, tidak mungkin hanya dibebankan pada sektor kesehatan saja. Masalah kesehatan, merupakan dampak dari semua sektor pembangunan. Pertimbangan lain masalah kesehatan

10 juga merupakan sesuatu yang kompleks yang dipengaruhi banyak faktor. Oleh karena itu, masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat, pemerintah dan pihak swasta. Pemerintah/Kemenkes tetap sektor yang paling bertanggung jawab (leading sector), namun dalam implementasi program, kebijakan bersama sektor lain. Sektor kesehatan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor terkait Pengertian Kemitraan adalah upaya untuk melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama berdasarkan atas kesepakatan prinsip dan peranan masing-masing. Kemitraan dibidang kesehatan adalah kemitraaan yang dikembangkan dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kesehatan Syarat Kemitraan 1) Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan 2) Saling mempercayai dan saling menghormati 3) Harus saling menyadari pentingnya arti kemitraan 4) Ada kesepakatan visi, misi, tujuan, dan nilai yang sama 5) Berpijak pada landasan yang sama 6) Kesediaan untuk berkorban Landasan Kemitraan (7 Saling) 1) Saling memahami kedudukan, tugas, dan fungsi masing-masing (structure) 2) Saling memahami kemampuan masing-masing anggota (capacity)

11 3) Saling menghubungi (linkage) 4) Saling mendekati (proximity); kekeluargaan & pertemanan (freindship) 5) Saling terbuka dan bersedia membantu (openes) 6) Saling mendorong dan saling mendukung (synergy) 7) Saling menghargai (reward) Tujuan Kemitraan 1) Tujuan Umum Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada umumnya. 2) Tujuan Khusus (1) Meningkatkan koordinasi untuk memenuhi peran masing-masing dalam pembangunan kesehatan. (2) Meningkatkan komunikasi antar sektoral. (3) Meningkatkan kemampuan bersama dalam menanggulangi masalah kesehatan (4) Meningkatkan apa yang menjadi komitmen bersama tercapainya upaya kesehatan yang efisien dan efektif Langkah-langkah Kemitraan 1) Penjajakan/persiapan; identifikasi mitra yang potensial untuk diajak bermitra dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi bersama. 2) Penyamaan persepsi; pertemuan awal, agar masing-masing memahami kedudukan, tugas, peran dan fungsi. 3) Pengaturan peran; peran berbeda, pengaturan peran dibicarakan bersama, ada kesepakatan tertulis secara jelas.

12 4) Komunikasi intensif; untuk menjalin dan mengetahui perkembangan program perlu komunikasi teratur dan terjadwal, apabila ada masalah penting dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. 5) Melaksanakan kegiatan; kegiatan yang disepakati dilaksanakan sesuai rencana kerja. 6) Pemantauan dan penilaian; evaluasi pelaksanaan upaya penanggulangan masalah kesehatan Pilar Kemitraan Mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan 3 tahap yaitu; 1) Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri. 2) Tahap kedua adalah kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah. 3) Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi Indikator Keberhasilan 1) Input (1) Banyaknya mitra yang terlibat (2) Sumber daya yang tersedia (3) Proses pertemuan-pertemuan / lokakarya (4) Kesepakatan bersama (5) Kontribusi mitra (6) Frekuensi pertemuan (7) Jumlah kegiatan

13 (8) Keberlangsungan 2) Output (1) Terbentuknya jaringan kerja (2) Tersusun program dan pelaksanaan kegiatan bersama (3) Percepatan upaya (4) Efektifitas (5) Efisiensi 3) Hasil (1) Membaiknya indikator derajat kesehatan (2) Peran tenaga kesehatan dalam kemitraan bidang kesehatan (3) Initiator; memprakarsai kemitraan (4) Motor atau dinamisator; sebagai penggerak kemitraan melalui pertemuan, kegiatan bersama, dan lain-lain (5) Anggota aktif; berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif (6) Peserta kreatif; memberi masukan, ide, pendapat. (7) Fasilitator; memfasilitasi, memberi kemudahan sehingga kemitraan dapat berjalan lancer. (8) Pemasok input teknis; memberi masukan program kesehatan dukungan sumber daya; sesuai keadaan, masalah dan potensi yang ada Model Komunitas Sebagai Mitra/Klien (Community as Partner Model) Konsep Community as Partner diperkenalkan Anderson dan McFarlane. Model ini merupakan pengembangan dari model Neuman yang menggunakan pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan status kesehatan klien.

14 Komunitas sebagai klien/partner berarti bahwa kelompok masyarakat tersebut turut berperan serta secara aktif meningkatkan kesehatan, mencegah dan mengatasi masalah kesehatannya. Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005). Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Komunikasi adalah proses yang melibatkan seseorang untuk menggunakan tanda-tanda (alamiah atau universal berupa simbol-simbol berdasarkan perjanjian

15 manusia) verbal maupun non verbal yang disadari maupun tidak disadari yang bertujuan untuk memengaruhi sikap orang lain. Komunikasi adalah proses dimana individu atau komunikator mengoperkan stimulan biasanya dengan lambanglambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk mengubah tingkah laku orang lain (Carl. I Hovland). Ekonomi adalah sains praktikal tentang sebuah pengeluaran dan pendapatan (Mill. J. S., 1928). Suatu bidang pengajian yang mencoba menyelesaikan masalah keperluan asa kehidupan manusia melalui penggemblengan segala sumber ekonomi yang ada dengan berdasakan prinsip serta teori tertentu dalam suatu sistem ekonomi yang dianggap efektif dan efesien. Lingkungan adalah Suatu konsep yang memiliki arti beragam pada setiap orang. Di dalam istilah kesehatan lingkungan, lingkungan bukan hanya mencakup alam saja namun juga dunia buatan manusia di rumah, sekolah tempat kerja dan lingkungan tetangga, kesehatan lingkungan bukan hanya pengaruh fisik dan kimia saja tetapi juga faktor sosial dan faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan kita. Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan pemulihan kesehatan Konsep Model Community As Partner: Model Community As Partner Anderson & McFarlane (2000) merupakan pengembangan model Betty Newman, dengan fokus komunitas sebagai mitra dan proses keperawatan sebagai pendekatan. Model ini menekankan partisipasi aktif masyarakat dalam meningkatkan dan mencegah masalah kesehatan.

16 Pengkajian pada model ini berdasarkan pada data inti masyarakat, dengan delapan subsistem lain, seperti lingkungan fisik, pendidikan, komunikasi, layanan kesehatan dan sosial, keamanan dan transportasi, ekonomi, rekreasi, serta politik dan pemerintahan. Setelah data dianalisis, ditegakkan diagnosis berdasarkan tingkat reaksi komunitas terhadap stresor. Fokus intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah disusun, digunakan untuk menurunkan stressor dengan memperkuat garis pertahanan. Ketiga garis pertahanan tersebut akan dilalui oleh stresor manusia yang menyebabkan ketidakseimbangan. Reaksi manusia terhadap stresor digambarkan melalui tiga garis pertahanan (fleksibel, normal, resistan). Asuhan keperawatan yang bertujuan mempertahankan keseimbangan berupa intervensi promosi bertujuan mempertahankan keseimbangan berupa intervensi promosi (intervensi primer) dilakukan apabila terdapat gangguan pada garis pertahanan fleksibel guna meningkatkan kesehatan dan menyeimbangkan garis pertahanan normal. Intervensi yang bersifat prevensi (intervensi sekunder) berupa deteksi dini adanya gangguan pada garis pertahanan kesehatan normal. Sementara itu, intervensi kuratif rehabilitasi (intervensi tersier) dilakukan apabila terdapat gangguan pada garis pertahanan resistan. 2.2 Konsep Nursing center Pengertian nursing center Nursing center merupakan pengelolaan terpadu dalam pelayanan, pendidikan, dan penelitian keperawatan melalui pemberdayaan seluruh potensi

17 yang ada secara optimal. Dalam nursing center selalu diupayakan untuk memandang keperawatan sebagai satu kesatuan yang utuh, sehingga nursing center memiliki karakteristik tertentu (Suharyati, 2002). Konsep nursing center pertama kali dicetuskan dalam seminar nasional keperawatan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati sewindu Program Studi ilmu Kedokteran Universitas Padjajaran (PSIK FK Unpad) tanggal 23 Maret tahun Dalam seminar nasional yang dilanjutkan dengan loka karya tersebut, konsep nursing center mendapatkan masukan dan kritik yang sangat positif dari peserta semiloka, yang digunakan untuk memperbaiki konsep yang telah ada. Pada tahun yang sama, Nursing center diuji cobakan penerapannya di Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, dengan melibatkan dua institusi pendidikan keperawatan, yaitu PSIK FK Unpad dan Akademi Keperawatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang dan berkolaborasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang. Tahun 2003, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat membentuk Tim Pengembangan Keperawatan Komunitas Propinsi Jawa Barat dan memberikan dukungan dana untuk pengembangan daerah uji coba baru maupun untuk penyusunan buku pedoman teknis dan pengelolaan nursing center dan Keperawatan Komunitas. Pengalaman penerapan nursing center juga telah disosialisasikan secara nasional pada Workshop Nasional Pemantapan Pengelolaan Keperawatan Dasar (Peskesmas) di Kabupaten/Kota dalam mendukung Desa Siaga, pada tanggal Juli 2007 di Bogor, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medik Depkes RI.

18 Penelitian yang dilakukan oleh Mundinger terhadap 1316 pasien diare pelayanan kesehatan menunjukkan tidak adanya berbedaan bermakna dalam hasil pelayanan pada pasien yang dilayani oleh Nurse Practisioner (Vivian De Back, 2000). Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Mundinger menyarankan agar pendidikan keperawatan ditekankan pada upaya pencegahan penakit, promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan serta upaya mengkoordinasikan sumbersumber yang ada dimasyarakat Tujuan Nursing Center Nursing center memiliki tujuan khusus sebagai berikut : 1. Teridentifikasinya kebutuhan klien dan mahasiswa atau peserta latihan baik aktual maupun potensial untuk itu perlu dipersiapkan instrumen pengkajian yang komprehensif, valid dan reliable yang juga dapat digunakan untuk penelitian. 2. Tersusunnya rencana pelayanan dan pengalaman belajar lapangan yang terpadu, dalam hal ini kebutuhan belajar mahasiswa atau peserta latihan sesuai dengan kebutuhan pelayanan klien. 3. Terselenggaranya pengalaman belajar lapangan dan pelayanan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun bersama. 4. Terselenggaranya monitoring dan evaluasi pengalaman belajar dan pelayanan keperawatan. 5. Tersusunnya rencana penelitian keperawatan dan pelaksanannya. 6. Tersusunnya rencana pengembangan keperawatan berdasarkan kajian ilmiah.

19 Melihat tujuan yang hendak dicapai oleh nursing center seperti tersebut diatas, maka perlu ditetapkan criteria nursing center yang baik. Adapun kriteria nursing center yang baik adalah sebagai berikut : 1. Memenuhi kebutuhan pelayanan keperawatan komunitas dan kebutuhan belajar mahasiswa atau peserta latihan secara terpadu. 2. Memberikan arahan pengkajian 3. Memberikan arah dalam analisa dan perencanaan 4. Memberikan arahan implementasi 5. Memfasilitasi evaluasi 6. Merupakan garis besar kurikulum suatu pendidikan (dalam hal mi pendidikan keperawatan komunitas) 7. Representasi kerangka kerja penelitian untuk pcngcmbangan teori maupun praktik Karateristik Nursing Center Sesuai dengan batasan nursing center, maka yang menjadi ciri utama nursing center adalah: 1. Keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan serta evaluasi program penidikan, pelayanan, dan penelitian atau pengembangan keperawatan. Keterpaduan pengelolaan dalam pendidikan, pelayanan, dan penelitian keperawatan diperlukan untuk mencapai sinergitas dalam setiap langkah pengelolaan. 2. Dengan keterpaduan pengelolaan maka akan terjadi pemberdayaan seluruh potensi yang ada secara optimal. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran, keterbukaan dan kebersamaan dalam menghadapi

20 pelaksanaan tugas pelayanan, pendidikan, dan penelitian yang dipandang sebagai tanggung jawab bersama. 3. Untuk dapat mengoptimalisasikan seluruh potensi yang ada tersebut, diperlukan persepsi seluruh personal yang terlibat terhadap keperawatan komunitas baik eksternal maupun internal keperawatan komunitas. 4. Secara internal keperawatan, persamaan persepsi dapat diperoleh melalui membangun masyarakat ilmiah keperawatan komunitas, dimana seluruh anggota profesi bersatu padu dalam mengembangkan keperawatan komunitas baik dalam teori maupun praktik. 5. Secara eksternal, persamaan persepsi juga mutlak diperlukan dari seluruh stake holder yang terkait dengan semua upaya kesehatan masyarakat melalui kolaborasi dengan berbagai sektor (Suharyati, 2007) Nursing Center sebagai Model Keperawatan Komunitas Model adalah suatu ide atau gagasan yang dijelaskan dengan menggunakan simbol dan visualisasi fisik. Model konseptual keperawatan merupakan rancangan terstruktur yang terdiri dari berbagai konsep yang memilki hubungan spesifik dan dapat digunakan sebagai landasan dalam praktik keperawatan. Nursing center sebagai model keperawatan komunitas beranjak dari berbagai asumsi dasar yang berkaitan dengan pelayanan, pedidikan, dan penelitian-penelitian pengembangan keperawatan komunitas.

21 Gambar 2.2 Model Nursing Center (Suhariyati, 2007) Asumsi Dasar Nursing Center Kualitas pelayanan keperawatan komunitas menjadi tanggung jawab seluruh anggota profesi keperawatan. Untuk dapat memikul tanggung jawab profesi, maka anggota keperawatan komunitas dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai, yang hanya dapat ditumbuh kembangkan melalui proses pendidikan yang memungkinkan pengembangan potensi maksimal bagi calon perawat dan pembinaan selama kehidupan karirnya sebagai perawatan. Pelayanan dan pendidikan keperawatan komunitas merupakan satu kesatuan utuh yang harus dikembangkan secara logis dan sistematis serta berkesinambungan melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan ketiga asumsi dasar tersebut diatas, disusunlah model pelayanan keperawatan komunitas yang menggambarkan hubungan antara konsep keperawatan komunitas sebagai sistem, caring, serta penelitian pendidikan, organisasi profesi dan pelayanan keperawatan komunitas dalam seluruh proses pengelolaan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi Konsep yang Digunakan untuk Menyusun Model Nursing Center Model Nursing Center, disusun berdasarkan delapan konsep utama, yaitu konsep pelayanan keperawatan sebagai sistem, konsep pendidikan orang dewasa, konsep organisasi profesi, konsep caring, dan konsep penelitian keperawatan serta masyarakat. keenam konsep utama dihubungkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk model nursing center.

22 2.2.7 Tahapan Pengembangan Nursing Center 1. Tahap Initial/Persiapan Dalam tahap initial atau tahap persiapan dilakukan sosialisasi tentang konsep nursing center kesemua pihak terkait untuk memperoleh komitmen dan dukungan. 2. Tahap Begining/Awal Tahap awal mulai diidentifikasi dan dipersiapkan berbagai faktor pendukung pelaksanaan nursing center baik perangkat keras maupun perangkat lunak sesuai dengan kebutuhan pelayanan, pendidikan dan penelitian keperawatan. 3. Tahap Working/Kerja Nursing center pada tahap ini sudah dapat dimulai sesuai kesiapan sumber dan kebutuhan yang ada. Pada tahun pertama biasanya kegiatan difokuskan pada pelayanan dan pendidikan. Sedangkan kegiatan penelitian baru dapat dimulai setelah kegiatan pelayanan dan pendidikan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data dasar dari hasil pendataan atau survei mawas diri yang dilakukan oleh masyarakat didampingi oleh staf puskesmas, mahasiswa atau peserta pelatihan dan dosen. 4. Tahap Terminal Tahap terminal dilakukan evaluasi dan perbaikan atau modifikasi sesuai hasil tahap kerja yang telah dilakukan. Evaluasi dan modifikasi dilakukan baik terhadap perencanaan maupun proses pelaksanaan dan hasil yang

23 didapat. Pada tahap ini perlu dilakukan kerjasama lintas sektor seperti pendidikan, dinas kesehatan, puskesmas, pemda, dan sektor terkait. 5. Tahap Adopsi Nursing center yang telah berlangsung beberapa waktu dan telah dievaluasi serta dianggap bermanfaat bagi kesehatan masyarakat, biasanya akan dikembangkan di daerah lain. pada tahap ini nursing center yang lama dapat melakukan fungsi pendamping dan bimbingan bagi nursing center yang baru memasuki tahap persiapan dan awal Pelayanan Keperawatan Komunitas sebagai Suatu Sistem Sebagai suatu system, keperawatan komunitas memiliki supra sistem dan sub sistem. Supra sistem keperawatan komunitas adalah keperawatan dan kesehatan serta pembangunan nasional. Sedangkan sub sistem keperawatan komunitas adalah pendidikan, pelayanan, penelitian, serta organisasi profesi dan caring serta masyarakat seluruh komponen sub sistem keperawtan komunitas saling pengaruh mempengaruhi. Untuk lebih jelasnya keenam sub sistem keperawatan komunitas akan dibahas lebih rinci. Keperawatan komunitas, merupakan sintesa ilmu keperawatan dengan kesehatan masyarakat yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit di kelompok masyarakat. Peningkatan kesehatan dilakukan dengan berbagai tingkatan upaya yang terdiri dari tingkat promosi, prevensi, restorasi (untuk pelayanan kesehatan dasar dan referal) serta rehabilitasi. Sedangkan pencegahan penyakit meliputi tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tertier.

24 Pencegahan primer merupakan perlindungan khusus untuk meningkatkan kesehatan dan penyakit, misalnya makan makanan sehat dan imunisasi serta olahraga. Pencegahan sekunder adalah identifikasi dini dan treatement terhadap masalah kesehatan yang timbul, misalnya skrining masalah kesehatan yang terjadi di suatu kelompok masyarakat dan upaya penanggulangannya. Pencegahan tertier merupakan pengembalian fungsi optimal klien setelah mengalami sakit, misalnya setelah tirah baring yang cukup lama, klien dilatih untuk duduk, berdiri, dan berjalan secara bertahap. Dalam melakukan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit tersebut, perawat komunitas mempunyai berbagai peran, yaitu peran yang berorientasi pada individu dan pada kelompok. Sasaran kegiatan merupakan konsep yang jelas tentang siapa atau apa yang dilakukan untuk rnencapai tujuan. Untuk dapat mencapai tujuan nursing center, maka yang menjadi sasaran utama adalah peserta didik/pelatihan keperawatan dan klien (individu, keluarga, kelompok khusus maupun masyarakat umum) dan semua umur. Sedangkan yang dilakukan nursing center adalah kegiatan pelayanan, pendidikan dan atau pelatihan dan penelitian pengembangan keperawatan. 2.3 Konsep Teori Health Promotion Model Perubahan paradigma ini menempatkan perawat pada posisi kunci dalam peran dan fungsinya. Hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain yang dilakukan oleh perawat (Cohen, 1996). Perubahan peradigma pelayanan

25 kesehatan dari kuratif kearah promotif dan preventif ini telah direspon oleh ahli teori keperawatan Pender dengan menghasilkan karya tentang Health Promotion Model atau model promosi kesehatan. Health Promotion Model atau Model Promosi Kesehatan pertama kali dikembangkan oleh Nola J. Pender pada tahun 1987 dan direvisi pada tahun Model ini menggabungkan 2 teori yaitu teori nilai harapan (expectancy value) dan teori kognitif sosial (social cognitive theory) yang konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah suatu hal yang logis dan ekonomis. Model ini menunjukkan bahwa manusia tidak akan mengubah perilaku mereka saat ini kecuali mereka pertama termotivasi atau cenderung untuk mengambil tindakan (misalnya untuk bergerak menuju terlibat dalam perilaku yang berkelanjutan). Kedua, individu termotivasi harus diaktifkan untuk melakukan tindakan. Ketiga, orang yang mengambil tindakan harus dihargai atau diperkuat. Perilaku yang tidak dihargai tidak akan bertahan (Savelson, 2005) Komponen Teori Model Promosi Kesehatan Adapun komponen elemen dari teori ini adalah sebagai berikut: 1. Teori Nilai Harapan (Expectancy value Theory) Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan tetap digunakan dalam dirinya, ada 2 hal pokok yaitu: 1) Hasil tindakan bersifat positif 2) Pengambilan tindakan untuk menyempurnakan hasil yang di inginkan

26 2. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory) Teori model interaksi yang meliputi Iingkungan, manusia dan perilaku yang saling mempengaruhi. Teori ini menekankan pada: 1) Pengarahan diri (self direction) 2) Pengaturan diri (self regulation) 3) Persepsi terhadap kemajuan diri (self efficacy) Teori ini mengemukakan bahwa manusia memiliki kemampuan dasar yaitu: 1) Simbolisasi yaitu proses dan transformasi pengalaman sebagai petunjuk untuk tindakan yang akan datang. 2) Pikiran kedepan, mengantisipasi kejadian yang akan muncul dan merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan yang bermutu 3) Belajar dari pengalaman orang lain. Menetapkan peraturan untuk generasi dan mengatur perilaku melalui observasi tanpa perlu me1akukan trial and error 4) Pengaturan diri menggunakan standar internal dan reaksi evaluasi diri untuk memotivasi dan mengatur perilaku, mengatur lingkungan ekstemal untuk menciptakan motivasi dalam bertindak 5) Refleksi diri, berfikir tentang proses pikir seseorang dan secara aktif memodifikasinya Menurut teori ini kepercayaan diri dibentuk melalui observasi dan refleksi diri. Kepercayaan diri terdiri dari: 1) Pengenalan diri (self atribut) 2) Evaluasi diri (self evaluation)

27 3) Kemajuan diri (self efficacy) Kemajuan diri adalah kemampuan seseorang untuk melakukan tindakan-tindakan tertentu yang berkembang melalui pengalaman, belajar dari pengalaman yang lain, persuasi verbal dan respons badaniah terhadap situasi tertentu. Kemajuan diri merupakan fungsi dari kemampuan (capability) yang berlebihan yang membentuk kompetensi dan kepercayaan diri. Kemajuan adalah konstruksi sentral dari HPM Asumsi dari Model Promosi Kesehatan 1. Manusia mencoba menciptakan kondisi agar mereka tetap hidup dan dapat mengekspresikan keunikannya 2. Manusia mempunyai kapasitas untuk merefleksikan kesadaran dirinya, termasuk penilaian terhadap kemampuannya 3. Manusia menilai perkembangan sebagai suatu nilai yang positif dan mencoba mencapai keseirnbangan perubahan diri yang stabil. 4. Setiap individu secara aktif berusaha mengatur perilakunya. 5. Individu dalam biopsikososial yang kompleks berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus 6. Profesional kesehatan merupakan bagian dari lingkungan interpersonal yang berpengaruh terhadap manusia sepanjang hidupnya. 7. Pembentukan kembali konsep diri manusia dengan lingkungan adalah penting untuk perubahan perilaku Proposisi Model Pomosi Kesehatan 1. Perilaku sebelumnya dan karakteristik yang diperoleh mempengaruhi kepercayaan dan perilaku untuk meningkatkan kesehatan.

28 2. Manusia melakukan perubahan perilaku dimana mereka mengharapkan keuntungan yang bernilai bagi dirinya. 3. Rintangan yang dirasakan dapat menjadi penghambat kesanggupan melakukan tindakan, suatu mediator perilaku seperti perilaku nyata. 4. Promosi atau pemanfaatan diri akan menambah kemampuan untuk melakukan tindakan. 5. Pengaruh positif pada perilaku akibat pemanfaatan diri yang baik dapat menambah hasil positif. 6. Ketika emosi yang positif atau pengaruh yang berhubungan dengan perilaku, maka kemungkinan menambah komitmen untuk bertindak 7. Manusia lebih suka melakukan promosi kesehatan ketika model perilaku itu menarik, perilaku yang diharapkan terjadi dan dapat mendukung perilaku yang sudah ada. 8. Keluarga, kelompok dan pemberi layanan kesehatan adalah sumber interpersonal yang penting yang mempengaruhi, menambah atau mengurangi keinginan untuk berperilaku promosi kesehatan. 9. Pengaruh situasional pada lingkungan eksternal dapat menambah atau mengurangi keinginan berpartisipasi dalam perilaku promosi kesehatan. 10. Komitmen terbesar pada suatu rencana kegiatan yang spesifik lebih memungkinkan perilaku promosi kesehatan dipertahankan untuk jangka waktu yang lama. 11. Komitmen pada rencana kegiatan kemungkinan kurang menunjukan perilaku yang diharapkan apabila seseorang mempunyai kontrol yang rendah dan kebutuhan yang diinginkan tidak tersedia.

29 12. Seseorang dapat memodifikasi kognisi, mempengaruhi interpersonal dan lingkungan fisik yang mendorong rnelakukan tindakan kesehatan Gambar 2.1 Health promotion Model in nursing practice (Pender, 2006) Penjelasan Health Promotion Model Pender 1. Karakteristik dan pengalaman individu Setiap manusia mempunyai karakteristik yang unik dan pengalaman yang dapat mempengaruhi tindakanya. Karakteristik individu atau aspek pengalaman dahulu lebih fleksibel sebagai variabel karena lebih relevan pada perilaku kesehatan utama atau sasaran populasi utama. Perilaku sebelumnya mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung dalam pelaksanaan perilaku promosi kesehatan, yaitu: Pengaruh langsung dari perilaku masa lalu terhadap perilaku promosi kesehatan saat ini dapat menjadi pembentuk kebiasaan yang mempermudah seseorang melaksanakan perilaku tersebut secara

30 otomatis. Pengaruh tidak langsungnya adalah melalui persepsi pada self efficacy, manfaat, hambatan dan pengaruh aktivitas yang muncul dari perilaku tersebut. Pengaruh positif atau negatif dari perilaku baik sebelum, saat itu ataupun setelah perilaku tersebut dilaksanakan akan dimasukan kedalam memori sebagai informasi yang akan dimunculkan kembali saat akan melakukan perilaku tersebut dikemudian waktu. Perawat dapat membantu pasien membentuk suatu riwayat perilaku yang positif bagi masa depan dengan memfokuskan pada tahap perilaku tersebut. Membantu pasien bagaimana mengatasi rintangan dalam melaksanakan perilaku tersebut dan meningkatkan kadar efficacy dan pengaruh positif melalui pengalaman yang sukses dan feed back yang positif. 1) Faktor Personal Faktor personal meliputi aspek biologis, psikologis dan social budaya. Faktor ini merupakan prediksi dari perilaku yang didapat dan dibentuk secara alami oleh target perilaku 2) Faktor Biologis Personal Termasuk dalam faktor ini adalah umur, indeks massa tubuh, status pubertas, status menopause, kapasitas erobik, kekuatan, kecerdasan atau keseimbangan. 3) Faktor Psikologis Personal Varibel yang merupakan bagian dari faktor ini adalah harapan diri, motivasi, kemampuan personal, status kesehatan,dan definisi sehat 4) Faktor social kultural

31 5) Faktor ini meliputi suku, etnis, pendidikan, dan status ekonomi 2. Perilaku Spesifik Pengetahuan dan Sikap (Behaviour-Spesific Cognitionsand Affect) 1) Manfaat Tindakan (Perceived Benefits of Actions) Manfaat tindakan secara langsung memotivasi perilaku dan tidak langsung mendetermin rencana kegiatan untuk mencapai manfaat sebagai hasil. Manfaat tadi menjadi gambaran mental positif atau reinforcement positif bagi perilaku. Rencana seseorang melaksanakan perilaku tertentu tergantung pada antisipasi terhadap manfaat atau hasil yang akan dihasilkan. Antisipasi manfaat merupakan representasi mental dan konsekuensi perilaku positif. Berdasarkan teori expecting value atau teori nilai ekspentasi motivasi penting untuk mewujudkan hasil seseorang dari pengalaman dahulu melalui pelajaran observasi dari orang lain dalam perilaku. Individu cenderung untuk menghabiskan waktu dan hartanya dalam beraktifitas untuk mendapat hasil yang positif. Keuntungan dari penampilan perilaku bisa intristik atau ekstrinstik. Intristik bertambah kesadaran, berkurang rasa kelelahan ekstrinsik reward keuangan atau interaksi positif. Manfaat ekstrinsik perilaku kesehatan menjadi motivasi yang tinggi dimana manfaat instrinsik lebih memotivasi untuk berlangsungnya perilaku sehat. Manfaat penting yang paling diharapkan dan secara tempo berhubungan dengan potensi. Kepercayaan tentang manfaat atau hasil positif dari harapan.

32 2) Hambatan Tindakan yang dirasakan (Perceived Barriers to Actions) Hambatan yang diantisipasi secara berulang telah terlihat dalam penelitian empiris, mempengaruhi intensitas untuk terlibat dalam suatu perilaku nyata yang dilaksanakan. Dalam hubungannya dengan perilaku promosi kesehatan, hambatan-hambatan ini dapat berupa imaginasi maupun nyata. Hambatan ini terdiri atas: persepsi mengenai ketidaktersediaan, tidak menyenangkan, kesulitan biaya atau penggunaan waktu untuk tindakan tertentu. Hambatanhambatan ini sering dilihat sebagai suatu blocks, rintangan dan personal cost dari perilaku yang diberikan. Hilangnya kepuasan dalam menghindari atau menghilangkan perilaku yang merusak kesehatan seperti merokok atau makan makanan tinggi lemak, untuk mengadopsi gaya hidup yang lebih sehat juga dapat menjadi suatu halangan. Halangan ini biasanya membangunkan motivasi untuk menghindari perilaku yang dikerjakan. Bila kesiapan untuk bertindak rendah dan hambatan tinggi maka tindakan ini tidak mungkin terjadi. Jika kesiapan untuk bertindak tinggi dan harnbatan rendah kemungkinan untuk melakukan tindakan lebih besar. Barier tindakan seperti yang dilukiskan dalam HPM mempengaruhi prornosi kesehatan secara langsung dengan bertindak sebagai locks terhadap tindakan seperti penurunan komitmen untuk merencanakan tindakan. 3) Kemajuan Diri (Perceived Self Efficacy)

33 Self efficacy seperti didefinisikan oleh Bandura adalah judgment atau keputusan dari kapabilitas seseorang untuk mengorganisasi dan menjalankan tindakan secara nyata. Judgment dari personal efficacy dibedakan dari harapan yang ada dalarn tujuan. Perceived self efficacy adalah judgment dari kemampuan untuk menyelesaikan tingkat performance yang pasti, dimana tujuannya atau harapannya adalah suatu judgment dari suatu konsekuensi (contohnya benefit dan cost) sebanyak perilaku yang akan dihasilkan. Persepsi dari ketrampilan dan kompetensi dalam domain Motivasi individu untuk melibatkan perilaku-perilaku yang mereka lalui. Perasaan efficacy dan ketrampilan dalam performance seseorang sepertinya mendorong untuk melibatkan/menjalankan perilaku yang lebih banyak daripada perasaan ceroboh dan tidak terampil. Pengetahuan individu tentang self efficacy didasarkan pada 4 tipe informasi: (1) Pencapaian performance dari perilaku yang dilaksanakan secara nyata dan evaluasi performance yang berhubungan dengan beberapa standar pribadi atau umpan balik yang diberikan. (2) Pengalaman-pengalaman dan mengobservasi performance orang lain dan hubungannya dengan evaluasi diri sendiri dan umpan balik dan orang lain.

34 (3) Ajakan secara verbal kepada orang lain bahwa mereka mempunyai kemampuan untuk melaksanakan tindakan tertentu. (4) Kondisi psikologis (kecemasan, ketakutan, ketenangan) di mana seseorang menyatakan kemampuannya. Dalam Health Promotion Model, self efficacy yang diperoleh dipengaruhi oleh aktivity related affect. Makin positif affeck, makin besar persepsi eficacynya, sebaliknya self efficacy mempengaruhi hambatan tindakan, dimana efficacy yang tinggi akan mengurangi persepsi terhadap hambatan untuk melaksanakan perilaku yang ditargetkan. Self efficacy memotivasi perilaku promosi kesehatan secara langsung dengan harapan efficacy dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi hambatan dan komitmen dalam melaksanakan rencana tindakan. 4) Activity-Related Affect (sikap yang berhubungan dengan aktivitas) (1) Perasaan subjektif muncul sebelum, saat dan setelah suatu perilaku, didasarkan pada sifat stimulus perilaku itu sendiri. Respon afektif ini dapat ringan, sedang atau kuat dan secara sadar di nanti, disimpan didalam memori dan dihubungkan dengan pikiran-pikiran perilaku selanjutnya. Respon-respon afektif terhadap perilaku khusus terdiri atas 3 komponen yaitu: emosional yang muncul terhadap tindakan itu sendiri (activity-related), menindak diri sendiri (self-related), atau lingkungan dimana tindakan itu terjadi (context-related).

35 (2) Perasaan yang dihasilkan kemungkinan akan mempengaruhi apakah individu akan mengulang perilaku itu lagi atau mempertahankan perilaku lamanya. Perasaan yang tergantung pada perilaku ini telah diteliti sebagai determinan perilaku kesehatan pada penelitian terakhir. Perilaku yang berhubungan dengan afek positif kemungkinan akan di ulang dan yang negatif kemungkinan akan dihindari. Beberapa perilaku bisa menimbulkan perasaan positif dan negatif. Dengan demikian, keseimbangan di antara afek positif dan negatif sebelum, saat dan setelah perilaku tersebut merupakan hal yang penting untuk diketahui. Activity-related Affect ini berbeda dari dimensi evaluasi terhadap sikap yang dikemukakan olch Fishbein dan Ajzen. Dimensi evaluasi terhadap sikap lebih mencerminkan evaluasi afektif pada hasil spesifik dari suatu perilaku dari pada respon terhadap sifat stimulus perilaku itu sendiri. Untuk beberapa perilaku yang diberikan, rentang penuh dari perasaan negatif dan positif harus diuraikan sehingga keduanya dapat diukur secara akurat. Dalam beberapa instrument untuk mengukur afek, perasaan negatif diuraikan secara lebih luas dari pada perasaan positif. Hal ini tidak rnengherankan karena kecemasan, ketakutan dan depresi telah diteliti lebih banyak dibandingkan perasaan senang, gembira dan tenang. Berdasarkan teori kognitif social, terdapat hubungan antara self-efficacy dan activity related affect.

36 McAulay dan Courneya menemukan bahwa respon afek positif saat latihan merupakan predictor yang penting terhadap efficacy setelah latihan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa respon emosional dan pengaruhnya terhadap keadaan psikologis saat melakukan suatu perilaku berperan sebagai sumberi informasi efficacy. Dengan demikian, activity-related affect dikatakan mempengaruhi perilaku kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui self efficacy dan komitmen terhadap rencana tindakan. 5) Interpersonal Influences Menurut HPM, pengaruh interpersonal adalah kesadaran mengenai perilaku, kepercayaan atau pun sikap terhadap orang lain. Kesadaran ini bisa atau tidak bisa sesuai dengan kenyataan. Sumber utama pengaruh interpersonal pada perilaku promosi kesehatan adalah keluarga (orang tua dan saudara kandung), teman, dan petugas perawatan kesehatan. Pengaruh interpersonal meliputi: norma (harapan dari orang-orang yang berarti), dukungan sosial (dorongan instrumental dan emosional) dan modeling (pembelajaran melalui mengobservasi perilaku khusus seseorang). Tiga proses interpersonal ini pada sejumlah penelitian kesehatan tampak mempredisposisi seseorang untuk melaksanakan perilaku promosi kesehatan. Norma sosial mernbentuk standar pelaksanaan yang dapat dipakai atau ditolak oleh individu. Dukungan sosial untuk suatu perilaku menyediakan sumber-sumber dukungan yang

37 diberikan oleh orang lain. Modeling menggambarkan komponen berikutnyadari perilaku kesehatan dan merupakan strategi yang penting bagi perubahan perilaku dalam teori kognitif social. Pengaruh interpersonal mernpengaruhi perilaku promosi kesehatan secara langsung maupun tidak langsung melalui tekanan sosial atau dorongan untuk komitmen terhadap rencana tindakan. Individu sangat berbeda dalam sensitivitas mereka terhadap harapan, contoh pujian orang lain. Namun, diberikan motivasi yang cukup untuk berperilaku dalam cara yang konsisten dengan pengaruh interpersonal, individu mungkin akan melakukan perilaku-perilaku yang akan menimbulkan pujian dan dukungan sosial bagi mereka. 6) Pengaruh Situasional (Situational Influences) Persepsi dan kesadaran personal terhadap berbagai situasi atau keadaan dapat memudahkan atau menghalangi suatu perilaku. Pengaruh situasi pada perilaku promosi kesehatan meliputi persepsi terhadap pilihan yang ada, karakteristik permintaan, dan ciri-ciri estetik dari suatu lingkungan dimana perilaku tersebut dilakukan. Individu tertarik dan lebih kompeten dalam perilakunya di dalam situasi atau keadaan lingkungan yang mereka rasa lebih cocok dari pada lingkungan yang tidak cocok, lingkungan yang berhubungan dari pada yang asing, lingkungan yang aman dan meyakinkan dari pada lingkungan yang tidak aman dan mengancam. Lingkungan yang menarik juga lebih diinginkan untuk melaksanakan perilaku kesehatan.

38 Dalarn HPM, pengaruh situasional telah dikemukakan sebagai pengaruh langsung atau tidak langsung pada perilaku kesehatan. Situasi dapat secara langsung mempengaruhi perilaku dengan menyediakan suatu lingkungan yang diisi dengan petunjukpetunjuk yang akan menimbulkan tindakan. Sebagai contoh, sutau lingkungan yang ditulis dilarang merokok akan menciptakan karakteristik perilaku tidak merokok di lingkungan tersebut seperti yang diminta. Kedua situasi ini mendukung komitmen untuk tindakan kesehatan. Pengaruh situasional telah memberikan sedikit perhatian pada penelitian HPM sebelumnya dan dapat diteliti lebih lanjut sebagai determinan yang secara potensial penting bagi perilaku kesehatan. Mereka dapat dipegang sebagai kunci penting dalam mengembangkan stategi baru yang lebih efektif untuk memfasilitasi penerimaan dan pemelihaman perilaku kesehatan. 3. Hasil Perilaku Perilaku promosi kesehatan adalah tindakan akhir atau hasil tindakan. Perilaku ini akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif ini akhirnya secara langsung ditujukan pada pencapaian hasil kesehatan positif untuk klien. Perilaku promosi kesehatan terutama sekali terintegrasi dalam gaya hidup sehat yang menyerap pada semua aspek kehidupan seharusnya mengakibatkan peningkatkan kesehatan, peningkatan kemampuan fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik pada semua tingkat perkembangan. Berikut ini macam-macam hasil dari perilaku, yaitu :

39 1) Tanggung jawab untuk merencanakan tindakan (POA) merupakan awal dari suatu peristiwa perilaku. Tanggung jawab ini akan mendorong individu ke arah perilaku yang diharapkan 2) Tanggung Jawab Untuk Merencanakan Tindakan (POA). Manusia umumnya meningkatkan perilaku berorganisasi dari pada tidak. Kesengajaan adalah faktor utama yang menentukan kemauan berperilaku. Tanggung dalam merencanakan tindakan pada HPM yang telah direvisi menunjukkan pokok yang mendasari proses kognitif. 3) Tanggung jawab untuk melakukan tindakan yang spesifik pada waktu dan tempat yang telah diberikan dengan orang-orang tertentu atau secara sendirian, dengan mengabaikan pilihan berkompetensi. 4) Mengidentifikasi strategi-strategi yang menentukan untuk mendapatkan, membawa dan memperkuat perilaku. 5) Kebutuhan mengidentifikasi strategi-strategi spesifik digunakan pada tempat yang berbeda didalam rangkaian perilaku, kedepannya merupakan kemungkinan yang disengaja dan yang lebih lanjut bahwa perencanaan tindakan (POA) yang dikembangkan oleh perawat dan klien akan sukses diimplementasikan. Tanggung jawab sendiri tanpa strategi-strategi dari teman sejawat sering mengahasilkan tujuan yang baik, namun gagal membentuk suatu nilai perilaku kesehatan. 6) Kebutuhan untuk segera berkompetisi dan pilihan-pilihan.

40 7) Kebutuhan untuk segera berkompetisi atau pilihan-pilihan merujuk pada alternatif perilaku yang memaksakan kedalam kebingungan sebagai bagian dari yang mungkin terjadi sebelumnya dan segera diharapkan menjadi perilaku promosi kesehatan yang direncanakan. Kebutuhan berkompetisi dipandang sebagai perilaku alternatif dimana individu relatif memiliki level kontrol yang rendah karena ketergantungan terhadap lingkungan seperti bekerja atau tanggung jawab perawatan keluarga. Kegagalan berespon terhadap suatu kebutuhan dapat memiliki efek yang tidak menguntungkan untuk diri sendiri atau untuk hal-hal lain yang penting. Pilihan berkompetisi dipandang sebagai alternatif perilaku dengan kekuatan penuh yang bersifat lebih yang mana individu relatif menggunakan level kontrol yang tinggi. Mereka dapat mengeluarkan perilaku promosi kesehatan dan setuju menjadi perilaku kompetisi. Tingkat dimana individu mampu melawan pilihan kompetensi tergantung pada kemampuannya menjadi pengatur diri. Contoh dari memberi pilihan kompetisi adalah memilih makanan tinggi lemak dari pada rendah lemak karena rasa atau selera pilihan; mengemudi dengan melewati pusat rekreasi; selalu berlatih berhenti di mall (suatu pilihan untuk melihat-lihat atau belanja daripada berolahraga). Kedua kebutuhan kompetisi dan pilihan dapat menggelincirkan suatu rencana tindakan yang salah satunya telah dilakukan. Kebutuhan kompetisi dapat berbeda dari rintangan yang harus dibawa oleh individu dan perilaku yang

41 tidak diantisipasi berdasarkan pada kebutuhan eksternal atau hasil yang tidak baik/tidak terhitungkan dapat terjadi. Pilihan kompetisi dapat berbeda dari rintangan seperti kekurangan waktu, karena pilihan kompetisi adalah dorongan terakhir yang didasari pada hirarki pilihan yang menggelincirkan suatu rencana untuk tindakan kesehatan yang positif. Terdapat macam kemampuan untuk individu untuk mendukung perhatian dan menghindari gangguan. Beberapa individu dapat mempengaruhi perkembangan atau secara biologis menjadi lebih mudah dipengaruhi selama tindakan daripada yang lain. Hambatan pilihan kompetensi memerlukan latihan dari pengaturan diri sendiri. Komitmen yang kuat untuk melakukan tindakan dapat mendukung pengabdian untuk melengkapi suatu perilaku mengingat kebutuhan akan kompetisi atau pilihan. Di dalam HPM, kebutuhan kompetisi dengan segera dan pilihan secara langsung mempengaruhi kemungkinan terjadinya perilaku kesehatan sebagaimana pengganti tanggung jawab moderate. 4. Perilaku Promosi Kesehatan Variabel pada model ini telah ditujukan secara ekstensif melalui buku sehingga disini memerlukan sedikit diskusi yang lebih jauh. Perilaku promosi kesehatan adalah titik akhir atau hasil tindakan pada HPM. Bagaimanapun harus dicatat bahwa perilaku promosi kesehatan pada akhirnya adalah langsung bertujuan untuk mencapai kesehatan yang positif bagi klien. Perilaku promosi kesehatan, khususnya ketika

42 berintegrasi menjadi gaya hidup sehat yang meliputi semua aspek kehidupan, menghasilkan pengalarnan kesehatan yang positif disepanjang proses kehidupan Analisis Teori Analisis teori Health Promotion Model, pada tahun 1975 Dr. Pender mempublikasikan model konseptual kesehatan preventif. Dasar studinya adalah bagaimana individu membuat keputusan tentang perawatan kesehatan mereka sendiri dalam komteks keperawatan. Artikel tersebut mengidentifikasi faktor yang ditemukan dalam pengambilan keputusan dan tindakan yang diperlukan individu dalam pencegahan penyakit. Pada tahun 1982, edisi pertama promosi kesehatan dalam praktek keperawatan dipublikasikan dengan konsep promosi optimal tentang kesehatan pertama kali dimuat tahun 1975 dan mengalami revisi pada tahun 1987 di buku edisi kedua. Edisi ketiga tahun 1996 memuat revisi terakhir tentang model promosi kesehatan dan dipresentasikan. 1. Kemampuan Teori Menghubungkan Konsep Dalam Melihat Fenomena Nola J Pender mengembangkan Health Promotion Model untuk mendemonstrasikan hubungan antara manusia dengan lingkungan fisik dan interpersonalnya dalam berbagai dimensi. Model ini menggambungkan dua teori yaitu teori nilai pengharapan dan teori pembelajaran sosial dalam perspektif keperawatan manusia dilihat dari fungsi holistik. Konsep dalam teorinya dengan menekankan bahwa sakit membutuhkan biaya yang mahal dan perilaku promsi kesehatan adalah ekonomis. Pada beberapa bagian bahwa fokus dari perawatan adalah individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat.

43 2. Tingkat Generalisasi Teori Teori dan model yang dikemukan oleh Pender adalah berfokus pada upaya promosi kesehatan dan prevensi penyakit. Sehingga teori bersifat spesifik dan sederhana, namun demikian teori ini dapat didemonstrasikan dan diaplikasikan sehingga dapat diberikan justifikasi dan pembenaran bagaimana konsep yang dikemukakan saling berhubungan. Teori ini dikemukakan dengan menampilkan contoh yang berdasarkan pengalaman pribadi dan hasil penelitian, sehingga dapat digeneralisasikan dan konsep yang dikemukakan dalam teori dapat diaplikasikan. 3. Tingkat Kelogisan Teori Teori ini cukup logis untuk dipahami karena memberi pemahaman yang luas dan komperehensif tentang promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada klien. Pandangan tentang aspek promotif adalah lebih murah daripada aspek kuratif dan rehabilitati sangat logis dan telah diterima dimasyarakat. 4. Testabilitas Teori Teori Health Promotion Model dikembangkan berdasarkan atas riset kualitatif dan kuantitatif, baik di Amerika maupun Negara lain. Bahkan teori ini saat ini terlibat dalam prakarsa kesehatan global dan telah diuji oleh para sarjana dari Jepang, China, dan Taiwan. Selama perkembangan teori banyak studi yang berhubungan dengan pengaplikasian teori yang dapat dijadikan sebagai dasar riset. 5. Kemanfaatan Teori bagi Peningkatan Body Of Knowledge

44 Riset yang berhubungan dengan Health Promotion Model memberikan kontribusi secara umum bagi pengembangan body of knowledge dari ilmu keperawatan. Pergeseran paradigma dari kuaratif rehabilitatif kearah promotif dan preventif. Pender meyakini bahwa dengan mutu kepedulian terhadap promosi kesehatan akan memperbaiki sistem kesehatan secara integral. 6. Konsistensi Teori Teori pender konsisten dengan semua teori yang memandang pentingnya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit adalah sesuatu yang logis dan eknomis. Teori ini telah mengalami 2 kali revisi namun fokus teori ini tetap pada aspek promotif Kelebihan dan Kekurangan Teori 1. Kelebihan 1) Health Promotion Model, menjadi sumber informasi penting dan bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mengetahui bahwa promosi kesehatan sesorang sangat didukung oleh nilai yang diharapkan serta teori kognitif sosial yang menekankan pada self regulation, self direction dan persepsi terhadap self efficacy. Pengambilan keputusan, tindakan dan efficacy diri akan menentukan status kesehatan. Nola J Pender telah belajar dari pengalaman pribadi dan hasil penelitiannya untuk memunculkan teori ini. 2) Teori ini sangat lengkap untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan tindakan promotif dan preventif.

45 2. Kekurangan 1) Seseorang cacat mental kemungkinan tidak mampu memiliki harapan nilai dan kognisi sosial. Demikian juga dengan sesorang yang sudah mendapat cacat bawaan sejak lahir seperti malfungsi sel yang berperan untuk daya tahan tubuh. 2) Teori ini juga sangat sulit diterapkan pada klien dengan ekonomi lemah dan tingkat pendidikan yang rendah karena sesorang dengan sosial ekonomi rendah lebih termotivasi atau cenderung untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dibandingkan dengan motivasi meningkatkan status kesehatannya. 3) Membutuhkan role model yang sempurna untuk mempengaruhi masyarakat disekitarnya. Tenaga kesehatan sendiri apakah telah mengetahui teori ini dan kalau telah mengetahui apakah telah mengamalkannya sehingga bisa mempengaruhi klien atau masyarakat. 4) Masyarakat masih lebih mempercayai budayanya sendiri yang menjadi hambatan dalam mensosialisasikan dan mengamalkan teori ini Kemanfaatan Teori Pada Pengembangan Praktek Keperawatan Peluang untuk melakukan praktek keperawatan dalam fokus promosi kesehatan akan sangat terbuka. Bagi Pender (2006) adalah sesuatu yang sangat menggairahkan untuk membawa praktek keperawatan untuk mengubah perilaku kuratif dan rehabilitatif kearah perilaku promotif dan rehabilitatif. Pender (2006) menekankan practical nurse dapat memainkan suatu peran yang sangat penting

46 dalam partnership antar ilmuan dan konsumen serta praktisi untuk mengembangkan strategi kepedulian sesuai dengan spesifikasi populasi. 2.4 Konsep Komitmen Pengertian Komitmen Dalam hal ini komitmen yang dimaksud adalah komitmen dalam organisasi. Banyak para ahli mendefinisikan arti komitmen organisasi antara lain, Menurut L. Mathis-John H. Jackson, komitmen organisasi adalah tingkat sampai dimana karyawan yakin dan menerima tujuan organisasional, serta berkeinginan untuk tinggal bersama atau meninggalkan perusahaan pada akhirnya tercermin dalam ketidakhadiran dan angka perputaran karyawan. Menurut Griffin, komitmen organisasi (organisational commitment) adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana seseorang individu mengenal dan terikat pada organisasinya. Seseorang individu yang memiliki komitmen tinggi kemungkinan akan melihat dirinya sebagai anggota sejati organisasi. Cut Zurnali (2010) mendefinisikan pengertian komitmen organisasional dengan mengacu pada pendapat-pendapat Meyer and Allen (1993), Curtis and Wright (2001), dan S.G.A. Smeenk, et.al. (2006) dimana komitmen organisasional didefinisikannya sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu: komitmen afektif, komitmen kontinyu dan komitmen normatif. Definisi komitmen organisasional ini menarik, dikarenakan yang dilihat adalah sebuah keadaan psikologi karyawan untuk tetap bertahan dalam organisasi.

47 Menurut Fred Luthan (2005), komitmen organisasi didefinisikan sebagai: 1. Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota organisasi tertentu; 2. Keinginan untuk berusaha keras sesuai keinginan organisasi; dan 3. Keyakinan tertentu, dan penerimaan nilai dan tujuan organisasi. Dengan kata lain, ini merupakan sikap yang merefleksikan loyalitas karyawan pada organisasi dan proses berkelanjutan di mana anggota organisasi mengekspresikan perhatiannya terhadap organisasi dan keberhasilan serta kemajuan yang berkelanjutan Dimensi Komitmen 1. Dimensi Komitmen Menurut Mowday Mowday et.al., dalam Curtis, Susan, and Dennis Wright (2001), mengemukakan komitmen telah didefinisikan sebagai kekuatan identifikasi individu yang berada dalam sebuah organisasi. Curtis and Wright (2001) menjelaskan bahwa konsep ini dapat dipecah menjadi tiga komponen, yaitu: 1) Keinginan memelihara keanggotaan dalam organisasi; 2) Keyakinan dan penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi; dan 3) Kesediaan bekerja keras sebagai bagian dari organisasi 2. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Porter Porter et.al. dalam Ik-Whan dan Banks (2004), bahwa telah dikembangkan tiga bagian dari definisi komitmen organisasional: 1) Keyakinan dan penerimaan yang kuat dari tujuan dan nilai organisasi; 2) Kesediaan untuk bekerja keras sebagai bagian dari organisasi, dan 3) Keinginan yang kuat untuk mengingat organisasi

48 3. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Newstrom and Davis Menurut Newstrom and Davis (2002), komitmen organisasional merupakan tingkat dimana individu memihak dan ingin secara kontinyu berpartisipasi aktif dalam organisasi, yang tercermin melalui karakteristikkarakteristi sebagai berikut: 1) Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan atas nilai dan tujuan organisasi, 2) Kesediaan untuk mengusahakan yang terbaik bagi organisasi, dan 3) Adanya keinginan yang pasti untuk bertahan dalam organisasi. 4. Dimensi Komitmen Organisasional Menurut Allen and Meyer Menurut Cut Zurnali (2010), hal menarik dalam pengertian komitmen organisasional adalah apa yang dikemukakan oleh Durkin (1999:127), bahwa komitmen organisasional merupakan perasaan yang kuat dan erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan nilai-nilai tersebut. Kemudian dinyatakan bahwa gambaran yang lebih jelas mengenai definisi komitmen organisasional adalah yang dikemukakan oleh Allen and Meyer (1993), yang mengemukakan: "commitment organizational is identified three types of commitment; affective commitment, continuance commitment, and normative commitment as a psychological state that either characterizes the employee s relationship with the organization or has the implications to affect whether the employee will continue with the organization".

49 Lebih lanjut Cut Zurnali (2010) mengemukakan bahwa pendapat Allen and Meyer (1993) ini sering digunakan oleh para peneliti di bidang Ilmu Perilaku Organisasi dan Ilmu Psikologi. Bahwa komitmen organisasional sebagai sebuah keadaan psikologi yang mengkarakteristikkan hubungan karyawan dengan organisasi atau implikasinya yang mempengaruhi apakah karyawan akan tetap bertahan dalam organisasi atau tidak, yang teridentifikasi dalam tiga komponen yaitu: 1) Komitmen afektif (affective commitment), yaitu: keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada organisasi. 2) Komitmen kontinyu (continuance commitment), yaitu: persepsi seseorang atas biaya dan resiko dengan meninggalkan organisasi saat ini. Artinya, terdapat dua aspek pada komitmen kontinyu, yaitu: melibatkan pengorbanan pribadi apabila meninggalkan organisasi dan ketiadaan alternatif yang tersedia bagi orang tersebut. 3) Komitmen normatif (normative commitment) ), yaitu: sebuah dimensi moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggung jawab pada organisasi yang mempekerjakannya. Secara umum, riset yang berkaitan dengan para karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan tetap tinggal bersama organisasi dikarenakan mereka ingin tinggal (because they want to). Para karyawan yang memiliki komitmen kontinyu yang kuat dikarenakan mereka harus tinggal bersama organisasi (because they have to). Dan para karyawan yang memiliki komitmen

50 normative yang kuat dikarenakan mereka merasa bahwa mereka harus tinggal bersama (because they fell that they have to). Dalam riset-riset tentang komitmen organisasional yang mencoba menganalisis karyawan-karyawan perusahaan yang dalam menjalankan aktivitas organisasi bersentuhan dengan teknologi informasi dan komunikasi seperti perusahaan telekomunikasi dan informasi, perbankan, pertambangan, pemasaran, konsultan perencanaan, otomotif, semi konduktor, dan bioteknologi, Cut Zurnali (2010) mendefinisikan masing-masing dimensi komitmen organisasional tersebut sebagai berikut: 1) Komitmen afektif (affective commitment) adalah perasaaan cinta pada organisasi yang memunculkan kemauan untuk tetap tinggal dan membina hubungan sosial serta menghargai nilai hubungan dengan organisasi dikarenakan telah menjadi anggota organisasi. 2) Komitmen kontinyu (continuance commitment) adalah perasaan berat untuk meninggalkan organisasi dikarenakan kebutuhan untuk bertahan dengan pertimbangan biaya apabila meninggalkan organisasi dan penghargaan yang berkenaan dengan partisipasi di dalam organisasi. 3) Komitmen normatif (normative commitment) adalah perasaan yang mengharuskan untuk bertahan dalam organisasi dikarenakan kewajiban dan tanggung jawab terhadap organisasi yang didasari atas pertimbangan norma, nilai dan keyakinan karyawan. 2.5 Konsep Teori Perilaku Kinerja Pengertian Kinerja

51 Kinerja berasal dari kata to perform artinya: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry of a execute), (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu intense atau niat (to discharge of fulfill), (3) melaksanakan atau menyempurnakan sesuatu yang diharapkan oleh sesorang atau mesin (to execute or complete an understanding), (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh sesorang atau mesin (to do what is expected of a person, machine) (supriyanto, 2010). Kinerja dalam organisasi diartikan sebagai keberhasilan menyelesaikan tugas atau memenuhi target yang ditetapkan. Definisi kinerja menurut (Wirawan, 2009), adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi atau indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja atau prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2001). Sedangkan menurut Rivai & Basri (2004) kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Kinerja bila dikaitkan dengan kata benda adalah terjemahan dari kata performance, maka pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu perusahaan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab individu atau kelompok dalam upaya pencapaian tujuan perusahaan secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral dan etika (Wirawan, 2009).

52 Kinerja mengandung 2 komponen penting yaitu: (1) kompetensi berarti individu atau organisasi memiliki kemampuan untuk mengidentifikasikan tingkat kinerjanya, (2) produktifitas yaitu kompetensi tersebut dapat diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome). Penentuan kinerja sangat diperlukan agar suatu lembaga atau individu dapat mengetahui apakah mereka telah berhasil dalam mencapai tujuan. Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai selama periode waktu tertentu dalam menjalankan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Prestasi atau kinerja individu memberikan kontribusi pada prestasi kelompok dan kinerja kelompok memberikan kontribusi pada kinerja organiasi. Kinerja individu adalah dasar dari kinerja organisasi (Gibson, James L., Ivancevich, John M., and Donelly JR, James H., 1997). Kinerja yang tidak efektif dari tiap tingkatan merupakan tanda bagi manajemen untuk segera melakukan perbaikan. Ada beberapa pengertian tentang indikator yang disampaikan oleh para pakar yaitu : (1) indikator adalah pengukuran tidak langsung suatu peristiwa atau kondisi, (2) indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau menunjukkan satu kecenderungan situasi, yang dapat dipergunakan untuk mengukur perubahan, (3) indikator adalah variabel untuk mengukur suatu perubahan baik langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981). Karakteristik suatu indikator antara lain: (1) sahih (valid): artinya indikator dapat dipakai untuk mengukur aspek yang akan dinilai, (2) dapat dipercaya

53 (reliable): mampu menunjukkan hasil yang sama pada saat yang berulang kali, untuk waktu sekarang maupun yang akan datang, (3) peka (sensitive): cukup peka untuk mengukur sehingga jumlahnya tidak perlu banyak, (4) spesifik (specific) memberikan gambaran perubahan ukuran yang jelas dan tidak tumpang tindih, (5) relevan: sesuai dengan aspek kegiatan yang akan diukur dan kritikal. Untuk mengukur tingkat hasil suatu kegiatan digunakan indikator sebagai alat atau petunjuk untuk mengukur prestasi suatu pelaksanaan kegiatan. Monitoring dilakukan terhadap indikator kunci guna dapat mengetahui penyimpangan atau prestasi yang dicapai. Dengan demikian setiap individu akan dapat menilai tingkat prestasinya sendiri (self assesment). Gambar 2.1 model perilaku kinerja Gibson (1997) Sesuai analisa (Gibson,1997) terhadap tiga variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja undividu, variabel individu yang dikelompokan pada sub variabel kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografis sub variabel kemampuan dan ketrampilan yang merupakan faktor utama mempengaruhi kinerja individu. Kemampuan ketrampilan yang dimiliki oleh pelaksana keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan akan mempengaruhi kinerja individu Syarat Penilaian Kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pokok dalam pembangunan kesehatan adalah pengingkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dan mengatasi sendiri masalah kesehatan sederhana terutama

Lebih terperinci

Ria Fitriani A12/A Tingkatan teori

Ria Fitriani A12/A Tingkatan teori Ria Fitriani 131211132026 A12/A-2 1. Tingkatan teori Model promosi kesehatan Nolla J. Pender termasuk dalam middle-range theory yaitu teori yang menyeimbangkan kepesifikanya dengan konsep ekonomi secara

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konseptual, disusun berdasarkan modifikasi teori Health Promotion Model, Nursing Center, dan Perilaku dalam Kinerja Keterlibatan 1. Masyarakat, 2. Instansi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KEPERAWATAN KOMUNITAS PSIK UNLAM BANJARBARU ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS H. Ahyar Wahyudi, S.Kep.,Ns. Community Health Nursing Pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014 1 Pelayanan keperawatan kesehatan di rumah merupakan sintesa dari keperawatan kesehatan komunitas dan keterampilan teknikal tertentu yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Efikasi diri 1.1 Pengertian efikasi diri Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan suatu tindakan yang ingin dicapai (Bandura

Lebih terperinci

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular Oleh : Agus Samsudrajat S, SKM Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak infeksius). Beberapa penelitian

Lebih terperinci

Key word: family centered nursing, community as partner, Tannahill s models, child with eating disorders ABSTRAK

Key word: family centered nursing, community as partner, Tannahill s models, child with eating disorders ABSTRAK Integration of Family-centered nursing, communitas as partner, and Tannahill s health promotion models: for child under five years with eating disorders : Integrasi Teori Dan Model Family-Centered Nursing,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN PEDOMAN PELAKSANAAN DAN PEMBINAAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS ABCD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS & KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS

SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS & KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS SEJARAH KEPERAWATAN KOMUNITAS & KONSEP MODEL KEPERAWATAN KOMUNITAS Elfrida Nainggolan, SKM SEJARAH CHN Early Home care Nursing (Before mid- 1800s) District Nursing (Mid-1800s to 1900) Visiting nurse William

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Intensi 1. Definisi Intensi Menurut kamus besar Dagun (2006), intensi adalah keinginan bertindak untuk melakukan atau merubah sesuatu untuk mencapai suatu tujuan.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Monitoring dan Evaluasi dalam Program Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka menjalankan sebuah program pemberadayaan masyarakat dibutuhkan perencanaan yang sistematis, perencanaan yang baik akan terlihat dari singkronisasi antara

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA -Tahun 2005- Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Pengurus Pusat PPNI, Sekretariat: Jl.Mandala Raya No.15 Patra Kuningan Jakarta Tlp: 62-21-8315069 Fax: 62-21-8315070

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU Anik Lestari, dr. M Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS Solo Pokok-pokok bahasan dalam perkuliahan Pengertian promosi kesehatan, pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi ( P4K ) Pada tahun 2007 Menteri Kesehatan RI mencanangkan P4K dengan stiker yang merupakan upaya terobosan dalam percepatan

Lebih terperinci

Kemitraan Dalam Kesehatan

Kemitraan Dalam Kesehatan Kemitraan Dalam Kesehatan Bangsa indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai banyak permasalahan yang membutuh penyelesaian yang melibatkan semua komponen masyarakat, salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Posyandu Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada

Lebih terperinci

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pendidikan pasien dan keluarga membantu pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012

KONFLIK ORGANISASI. Rangkaian Kolom Kluster I, 2012 KONFLIK ORGANISASI Salah satu yang sering muncul dalam upaya melakukan inovasi organisasi adalah terjadinya konflik di dalam organisasi. Sebagaimana lazim diketahui bahwa suatu organisasi secara keseluruhan

Lebih terperinci

Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN

Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN Paket 6 PERAN PSIKOLOGI DALAM PROMOSI KESEHATAN Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk BENTUK BENTUK PENDEKATAN DAN PARTISIPASI / PERAN SERTA MASYARAKAT T SERTA PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dalam Pokok bahasan ini akan diuraikan secara ringkas berbagai pendekatan dan bentuk

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang United Nations Children s Fund (UNICEF) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 7,7 juta balita yang terhambat pertumbuhannya. Dalam laporan itu, Indonesia menempati

Lebih terperinci

MODEL KONSEPTUAL KESEHATAN KOMUNITAS

MODEL KONSEPTUAL KESEHATAN KOMUNITAS MODEL MODEL KONSEPTUAL KEPERAWATAN KESEHATAN KOMUNITAS Oleh : Makhfudli Bagian Keperawatan Komunitas Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya 03 April 2009

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENGELOLAAN KELAS DAN IMPLIKASINYA DALAM PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Husni El Hilali Abstraksi Pengelolaan kelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses pendidikan. Proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan budaya sekolah dan pengelolaan stres

Lebih terperinci

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. VISI AKPER DIRGAHAYU PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL. MISI AKPER DIRGAHAYU 1. MENYELENGGARAKAN TRIDHARMA PERGURUAN TINGGI YANG BERKUALITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik

Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik Kerangka Kompetensi Kepemimpinan Klinik The Medical Leadership Competency Framework (MLCF) Dibuat atas dasar konsep kepemimpinan bersama di mana kepemimpinan tidak terbatas hanya pada pemimpin saja, dan

Lebih terperinci

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah. BAB V KESIMPULAN, ILPIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil perhitungan pada Bab IV penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut: Kepemimpinan kepala sekolah harus didukung oleh nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan kasus-kasus

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, penanganan kasus-kasus BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) 1.1 Defenisi Puskesmas Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah unit fungsional pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

tugas sehari-hari (Arwani, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Supervisi a. Pengertian Supervisi Secara umum yang dimaksud dengan supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh atasan terhadap pekerjaan

Lebih terperinci

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017 FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Bagian integral dari proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan mutu dari pelayanan kesehatan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu keperawatan adalah suatu ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia mulai dari biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pemenuhan dasar tersebut

Lebih terperinci

STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN

STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN STRATEGI DALAM PENDEKATAN PROMOSI KESEHATAN Oleh : Andreas W. Sukur PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Content List/ Outline Study Strategi global

Lebih terperinci

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK

MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK MATERI MEMBANGUN JEJARING DAN KEMITRAAN TKSK Oleh: Muhammad Satria, S.Sos., M.Si 1 INDIKATOR KOMPETENSI Setelah mengikuti proses pembelajaran ini, peserta dapat: a. Mengidentifikasi Aspek yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta

Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Nama Inovasi Family Gathering Terpadu RSJ Grhasia Yogyakarta Produk Inovasi Meningkatan Efektivitas Penyelenggaraan Family Gathering Terpadu Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Praktik Kolaboratif Definisi praktik kolaboratif menurut Jones (2000) dalam Rumanti (2009) adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang mempertimbangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN TEORITIS II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN Lampiran Keputusan Kepala Puskesmas Wara Barat Nomor : / SK / PKM - WB / I Tanggal : Januari 2015 PEDOMAN PEDOMAN PENGELOLAAN USIA LANJUT (USILA) PUSKESMAS WARA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES

SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES SISTEM PELAYANAN KESEHATAN & SISTEM RUJUKAN Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.KES Definisi Sistem kesehatan suatu jaringan penyedia pelayanan kesehatan (supply side) & orang yang menggunakan pelayanan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan. Visi tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk 13 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaya Kepemimpinan 2.1.1. Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan salah satu unsur yang sangat menentukan kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg No.122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMKES. TB. Penanggulangan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes

STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN. IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR PRAKTIK KEBIDANAN IRMA NURIANTI, SKM. M.Kes STANDAR ADALAH : Ukuran atau parameter yang digunakan sebagai dasar untuk menilai tingkat kualitas yang telah disepakati dan mampu dicapai dengan ukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TELAAH PUSTAKA 1. MINAT a. Pengertian minat Menurut Purwanto (2001) minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu. Minat merupakan kekuatan dari dalam dan tampak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan. tugas teknis operasional (Depkes, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan. tugas teknis operasional (Depkes, 2001). 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Puskesmas a. Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009)

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2009) ABSTRAK KEMITRAAN PEMERINTAH DAN SWASTA Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan yang mendasar di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan tersebut tentunya tidak hanya berdampak pada sistem

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga?

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu: 1. Apa pengertian dari keperawatan keluarga? BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat. Perawatan keluarga yang komprehensip merupakan suatu proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Kunjungan Posyandu 1. Pengertian Posyandu Posyandu merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN

KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN KERANGKA ACUAN PROMOSI KESEHATAN Latar Belakang Promosi Kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk perubahan lingkungan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Salah satu profesi yang mempunyai peran penting di rumah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan memiliki peran yang sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

KULIAH KERJA NYATA (KKN) APA MENGAPA BAGAIMANA

KULIAH KERJA NYATA (KKN) APA MENGAPA BAGAIMANA KULIAH KERJA NYATA (KKN) APA MENGAPA BAGAIMANA PENGERTIAN KULIAH KERJA NYATA KKN merupakan suatu kegiatan perkuliahan intrakurikuler dalam bentuk pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan mahasiswa secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era kompetisi, organisasi apapun, baik lembaga publik dan terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusianya. Kemampuan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL

PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL POLICY BRIEF 03 PESAN POKOK LAYANAN HIV & AIDS YANG KOMPREHENSIF DAN BERKESINAMBUNG- AN (LKB): PERAN PEMERINTAH DAERAH DAN MASYARAKAT SIPIL Layanan HIV dan AIDS yang Komprehensif dan Berkesinambungan (LKB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

Centre for Disability Research and Policy

Centre for Disability Research and Policy Kolaborasi Lintas Sektor Kesehatan dan Pendidikan untuk Pendidikan Inklusif bagi Siswa Berkebutuhan Khusus Membangun Visi Kebijakan dan Agenda Penelitian di Indonesia (Issue 2, 2016) Centre for Disability

Lebih terperinci

GRAND THEORY BETTY NEUMAN. KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah

GRAND THEORY BETTY NEUMAN. KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah GRAND THEORY BETTY NEUMAN KLP II Ayu Lestari Rasdin Suarni Tutik Agustini Mardin Paridah Lairing Andan Firmansyah Grand teori Grand teori adalah struktur konseptual model keperawatan yang hampir abstrak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan

Lebih terperinci

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018

KKN Terintegrasi Multisektoral BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN 2018 BUKU PANDUAN KKN STAIN KUDUS TAHUN KKN Terintegrasi Multisektoral PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (P3M) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) KUDUS KKN Terintegrasi Multi Sektoral BAB

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ORGANISASI IKA RUHANA

PENGEMBANGAN ORGANISASI IKA RUHANA PENGEMBANGAN ORGANISASI IKA RUHANA PERUBAHAN Adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem (organisasi) Kegiatan baru Perubahan struktur dan fungsi Perubahan nilai dan norma (organisasi)

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II.

BAB III ANALISIS. Komunitas belajar dalam Tugas Akhir ini dapat didefinisikan melalui beberapa referensi yang telah dibahas pada Bab II. BAB III ANALISIS Sesuai dengan permasalahan yang diangkat pada Tugas Akhir ini, maka dilakukan analisis pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Analisis komunitas belajar. 2. Analisis penerapan prinsip psikologis

Lebih terperinci

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA Seiring dengan perubahan jaman, peran perawat kesehatan jiwa mulai muncul pada tahun 1950-an. Weiss (1947) menggambarkan beda perawatan kesehatan jiwa dengan perawatan umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 157 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan metode COMBI di laksanakan untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada bab ini terdapat empat kesimpulan berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan. Kesimpulan pertama berkaitan dengan kenyataan yang dialami keluarga,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Interprofessional Education (IPE) 1. Definisi IPE Menurut WHO (2010), IPE merupakan suatu proses yang dilakukan dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat Pendidikan kesehatan di masyarakat merupakan salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan

Lebih terperinci

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis PASAR KONSUMEN DAN TINGKAH LAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI Pasar konsumen: Semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan

Lebih terperinci

ELVI SUNARSIH, S.KM.M.Kes

ELVI SUNARSIH, S.KM.M.Kes ELVI SUNARSIH, S.KM.M.Kes Health education : 1. Istilah umum di Indonesia adalah Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. 2. Merupakan bentuk pemecahan masalah kesmas dengan menggunakan pendekatan pendidikan (educatif).

Lebih terperinci

Materi Konsep Kebidanan

Materi Konsep Kebidanan Materi Konsep Kebidanan A. MANAJEMEN KEBIDANAN 1. KONSEP DAN PRINSIP MANAJEMEN SECARA UMUM Manajemen adalah membuat pekerjaan selesai (getting things done). Manajemen adalah mengungkapkan apa yang hendak

Lebih terperinci

1. Teori Health Promotion Model (HPM) menurut Pender a. Sejarah Nola J. Pender berkomitmen pertama kali pada profesi keperawatan ketika berusia 7

1. Teori Health Promotion Model (HPM) menurut Pender a. Sejarah Nola J. Pender berkomitmen pertama kali pada profesi keperawatan ketika berusia 7 1. Teori Health Promotion Model (HPM) menurut Pender a. Sejarah Nola J. Pender berkomitmen pertama kali pada profesi keperawatan ketika berusia 7 tahun. Saat itu ia mengobservasi pemberian asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK

PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK PROGRAM PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK) / PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT PPK RUMAH SAKIT AT-TUROTS AL-ISLAMY 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 3 A LATAR BELAKANG... 3 B TUJUAN BAB II LANDASAN TEORI

Lebih terperinci