MODEL KERJA SAMA ANTARA SMK DENGAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL KERJA SAMA ANTARA SMK DENGAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG)"

Transkripsi

1 32 Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto, Model Kerjasama Antara SMK dengan Industri... MODEL KERJA SAMA ANTARA SMK DENGAN INDUSTRI DALAM PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG) Oleh: Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang aristriwibowo@rocketmail.com Abstrak. Terlaksananya kegiatan Prakerin tidak lepas dari hubungan kerja sama antara SMK Negeri 3 Boyolangu dengan industri sesuai dengan kesepakan untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama yang baik akan menghasilkan manfaat yang baik bagi kedua belah pihak. Kerja sama yang dilakukan bertujuan agar industri dan SMK saling membantu dalam berbagai hal yang dibutuhkan antara industri dan SMK meliputi: pengembangan kurikulum/pemetaan, rekrutmen tenaga kerja, bantuan sarana dan prasarana atau dana pendidikan, dan uji kompetensi siswa/guru. Pelaksanaan praktik kerja industri harus dilaksanakan sesuai dengan penyusunuan progaram yang sudah direncanakan oleh SMK dan industri dan perencanaan tersebut meliputi: kurikulum yang berlaku, waktu penyelenggaraan Prakerin, daya tampung dunia usaha/industri, jenis kegiatan yang akan dilaksanakan siswa, pembimbingan, pembiayaan, sertifikasi, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penilitian yang bertujuan untuk menjabarkan hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi srta memberikan gambaran umum melalui pemaparkan data yang diperoleh berdasarkan hasil temuan yang didapat selama penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Kata kunci: kerja sama, industri, praktik kerja industri Pada saat ini yang dirasakan oleh sekolah kejuruan mengenai persoalan tentang banyaknya lulusan SMK yang sulit memasuki dunia pekerjaan ketika sudah lulus dari sekolah. Tentunya ini sangat tidak sesuai dengan yang diinginkan, karena sekolah kejuruan menjamin siswanya untuk siap kerja. Hal ini disebabkan oleh kualitas lulusan yang belum sesuai dengan target, sehingga perusahaan kurang berminat dalam perekrutan tenaga kerja dari SMK. Untuk itu sekolah harus mempersiapkan siswanya untuk mengasah keterampilan sesuai dengan keahlian yang ditekuni oleh siswa. Dalam praktik kerja industri tentunya banyak hambatan yang terjadi diantaranya: (1) siswa kurang berkompeten sehingga industri sulit menggali potensi yang dimiliki siswa dan setiap pekerjaan yang diberikan kepada siswa, industri sulit memberikan nilai tambah, (2) kurikulum SMK yang disajikan di sekolah belum tentu sesuai dengan pembentukan keahlian siswa selama Prakerin. Kenyataan yang diberikan tidak sesuai dengan apa yang dipraktikan di industri, (3) pelaksanaan Prakerin lebih berat ditekankan pada industri yang unggul dari pada industri yang menengah. Kurniadi (dalam Nurharjadmo, 2008) berhasil mengidentifikasi empat kendala utama pelaksanaan PSG antara lain: (1) umumnya peserta belum mempunyai kemampuan dasar yang memadai, (2) mentalitas peserta masih belum siap untuk memasuki dunia kerja, khususnya dalam hal budaya kerja dan disiplin kerja, (3) terlalu banyaknya tenaga dan pikiran yang dikeluarkan untuk memahami padatnya modul yang disediakan oleh sekolah, (4) sarana

2 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL yang disediakan pihak sekolah belum mampu mengikuti perkembangan IPTEK di dunia usaha. Menurut (Anwar, 2006:48) praktik kerja industri merupakan pendidikan dan pelatihan keahlian kejuruan yang secara sistematis dan sinkron antara program pendidikan di sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia keja, terarah untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional tertentu. Menurut Yoto (2012) bentuk kerja sama antara industri dengan SMK secara timbal balik dapat dijabarkan: (1) dari SMK ke industri; kerja sama dilkakukan: pengenalan Dunia Usaha/ Dunia Industri (Du/Di), praktek kerja bagi siswa, magang industri bagi guru produktif, kunjungan studi, pemanfaatan industri sebagai sumber belajar, (2) dari industri ke SMK; disini industri dapat memberikan masukan dan informasi tentang: input Pusat Sumber Belajar (PSB), informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, bantuan beasiswa, pengembangan kurikulum, pameran, rekrutmen tenaga kerja dan bantuan sarana dan prasarana atau dana pendidikan, uji kompetensi siswa/guru. Adapun yang menjadi tujuan penelitian tentang model kerja sama SMK dengan industri dalam pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung dirinci sebagai berikut: (1) mengetahui persiapan pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung, (2) mengetahui penempatan pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung, (3) mengetahui sistem pembimbingan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung, (4) mengetahui penilaian pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung, (5) mengetahui faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan hasil dari observasi, wawancara, dan dokumentasi serta memberikan gambaran umum melalui pemaparan data yang diperoleh berdasarkan hasil temuan yang didapat selama penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Dari hasil mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi serta hasil triangulasi dapat digambarkan bahwa model kerja sama SMK dengan industri dalam pelaksanaan praktik kerja industri. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian berikut ini dipaparkan secara rinci tentang: (1) persiapan yang dilaksanakan sekolah untuk mencari industri melalui website di internet untuk melihat profil industri dan menghubungi industri yang akan dituju untuk diajak kerja sama dalam pelaksanaan Prakerin. Ketika industri mengkonfirmasi permintaan sekolah, maka sekolah akan berkunjung ke industri sambil membawa proposal, permohonan, MOU, penyiapan guru produktif, persiapan sarana dan prasarana praktik, (2) proses penempatan siswa yang melaksanakan praktik kerja industri sesuai dengan jurusan yang ada di sekolah dan kesepakatan bersama antara sekolah dan industri yaitu dalam satu industri hanya ditempati 3-4 siswa yang sudah disiapkan

3 34 Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto, Model Kerjasama Antara SMK dengan Industri... oleh sekolah, (3) guru produktif yang menjadi pembimbing Prakerin melaksanakan pengawasan (monitoring) siswa yang sedang melaksanakan Prakerin yaitu dengan datang ke industri setiap satu bulan sekali untuk mengawasi siswa dengan melihat absensi dan jurnal harian siswa, (4) Penilain yang diberikan oleh industri adalah asepk teknis yang meliputi keterampilan saja dan aspek non teknis meliputi disiplin, kerja sama, inisiatif, tanggung jawab dan kebersihan. Sertifikat akan ditanda tangani oleh guru pembimbing industri, pimpinan industri dan Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Boyolangu, (5) Faktor pendukung pelaksanaan Prakerin yaitu dana dari sekolah yang akan digunakan oleh guru pembimbing dari sekolah untuk kegiatan mengantar, monitoring dan penjemputan. Banyaknya mitra kerja sama yang telah dilaksanakan dengan baik. Serta orang tua yang mendukung terselenggaranya Prakerin dengan mengizinkan anaknya untuk Prakerin di luar Kabupaten Tulungagung, sedangkan faktor penghambat terlambatnya pembayaran SPP yang mengakibatkan terganggunya kegiatan pembimbingan dan belum tuntasnya materi yang disampaikan di kelas 11 sehingga berdampak pada pelaksanaan Prakerin. Berikut ini dapat digambarkan model kerja sama SMK dengan industri dalam pelaksanaan praktik kerja industri di SMK Negeri 3 Boyolangu. Gambar 1. Model Kerja Sama SMK dengan Industri dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 3 Boyolangu

4 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL Persiapan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Menurut Wardiman (1998:80) pelaksanaan Prakerin akan berjalan dengan baik apabila terdapat komponen-komponen sebagai berikut: (1) institusi pasangan, (2) program pendidikan dan pelatihan bersama, (3) sistem penilaian dan sertifikasi, (4) kelembagaan kerja sama, (5) nilai tambah dan insentif, serta (6) jaminan keterlaksanaan. Dengan demikian, sebelum siswa berangkat Prakerin harus sudah memiliki kesiapan dalam beberapa hal penting yaitu pengetahuan dasar, wawasan, dan keterampilan Persiapan yang dilaksanakan di SMK Negeri 3 Boyolangu untuk mencari industri melalui website di internet untuk melihat profil industri dan menghubungi industri yang akan dituju untuk diajak kerja sama dalam pelaksanaan Prakerin. Sekolah akan berkunjung ke industri sambil membawa proposal, permohonan, dan MOU sebagai ikatan untuk kontrak kerja sama. Persiapan sarana dan prasana di bengkel merupakan sebuah penunjang dalam praktik di SMK, sehingga perlu adanya pengawasan dan pengendali yang baik. Ketika guru pembimbing menyerahkan siswanya kepada instruktur di industri, instruktur akan membacakan peraturan untuk guru pembimbing dan siswa yang harus dilaksanakan selama Prakerin. Menurut Akhmad Sudrajad (2011) (dalam Zuniarti dan Budi 2013) adalah: (1) menjelaskan dan membimbing kepada peserta Prakerin tentang latar belakang dunia industri/dunia usaha, tata tertib Du/Di, environment health dan safety yang berlaku, main job dan additional job yang ada di Du/Di, keterampilan yang sesuai dan bisa dilakukan oleh Du/Di, (2) monitoring kehadiran dan kegiatan peserta diklat, (3) mengesahkan buku jurnal peserta didik, dan (4) menilai peserta didik yang terdiri dari: aspek teknis dan aspek non teknis. Penyiapan instruktur dari industri merupakan wewenang indsutri. Penyiapan instruktur dari industri merupakan wewenang industri. Siswa memilih industri yang sesuai keinginan, karena dengan keinginan dan kemauan siswa akan menjadi nyaman praktik di industri. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 29/1990 pasal 7 Tentang Pendidikan Menengah, yang menyebutkan bahwa pendirian sekolah kejuruan harus pula memenuhi persyaratan tersedianya potensi lapangan kerja dan dukungan masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri. Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kepmendikbud No. 0490/U/1992) Kerja sama SMK dengan dunia usaha/ industri terutama bertujuan untuk meningkatkan kesesuaian program SMK dengan kebutuhan dunia kerja yang diusahakan dengan asas saling menguntungkan. Pelaksanaan kerja sama SMK dengan industri yaitu selamaa 3 tahun. Sesuai dengan ketatapan dari SMK Negeri 3 Boyolangu yang berlangsung mulai bulan Juni 2016 s/d April 2017 dengan pelaksanan Prakerin 4 bulan yang setiap tahunnya terbagi menjadi 3 periode. Pelaksanaan teori SMK yang kaitannya dengan Prakerin hanya sebatas pengenalan mengenai profil perusahaan, sehingga siswa akan mempunyai gambaran mengenai kegiatan Prakerin. Sedangkan pelaksanaan praktik di sekolah dalam menunjang kegiatan Prakerin akan disampaikan oleh guru produktif sesuai dengan standar kompetensi yang ada di bengkel masing-masing jurusan.

5 36 Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto, Model Kerjasama Antara SMK dengan Industri... Penempatan Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Proses penempatan siswa yang melaksanakan praktik kerja industri kesepakatan bersama antara sekolah dan industri yaitu dalam satu industri hanya ditempati 3-4 anak yang sudah disiapkan oleh sekolah. Selebihnya apabila industri membutuhkan siswa yang banyak, maka sekolah akan menuruti permintaan industri tersebut. Siswa juga harus melunasi SPP untuk kelancaran pelaksanaan Prakerin selama 4 bulan. Pada saat penempatan Prakerin SMK Negeri 3 Boyolangu pertimbangan penempatan siswa yang Prakerin harus sesuai dengan jurusan yang ada di sekolah dan tempat Prakerin yang dituju tidak jauh dari Kabupaten Tulungagung. Serta faktor ekonomi dan dukungan orang tua sangat penting dalam menunjang penempatan Prakerin di luar Kabupaten Tulungagung. Kendala dalam menentukan penempatan Prakerin yaitu lokasi industri yang jauh dari Kota dan dukungan sebagian oang tua terhadap anaknya yang Prakerin di luar Kabupaten Tulungagung masih kurang, karena terbenturnya masalah ekonomi. Kendala yang lain yaitu siswa tidak mau jauh orang tuanya dan siswa masih ingin Prakerin di area Kabupaten Tulungagung karena jika Prakerin di luar Kota siswa akan beradaptasi kembali dengan lingkungan yang ada di area tempat kos dan di industri. Sehingga dapat menghambat pelaksanaan siswa Prakerin. Hasil penelitian Rifai (dalam Sutrisno dkk 2013) yang menemukan bahwa hambatan praktik industri adalah kesulitan mencari lokasi projek. Hasil penelitian Miswanto (2007) bahwa salah satu hambatan pelaksanaan Prakerin adalah dalam penempatan siswa. Hasil penelitian Arfandi (2009), jumlah industri yang bersedia bekerja sama dengan SMK dan peduli terhadap pengembangan pendidikan kejuruan sangat terbatas menyebabkan terbatasnya kesempatan siswa SMK untuk melaksanakan praktik kerja industri. Sistem Pembimbingan Pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Hasil penelitian guru pembimbing siswa dalam Prakerin menunjukkan bahwa semua guru yang ada di SMK Negeri 3 Boyolangu mulai dari guru normatif, adaptif, dan produktif bisa menjadi guru pembimbing. Untuk guru normatif dan adaptif akan dijadikan guru pembimbing ketika bengkel yang digunakan Prakerin banyak. Namun apabila bengkel yang digunakan untuk Prakerin sedikit, yang menjadi guru pembimbing siswa Prakerin yaitu guru produktif saja karena sudah ahli dalam menangani kegiatan praktik. Guru produktif mempunyai peranan yang sangat penting dalam membimbing siswa Prakerin. Pertimbangan sekolah untuk memilih guru produktif berdasarkan pada pengalaman mengajar di bengkel. Mengenai proses penataran bagi guru pembimbing Prakerin tidak ada bagi guru produktif, karena sudah berpengalaman dan mengetahui tata cara mengenai Prakerin. Sedangkan bagi guru normatif dan adaptif mau tidak mau harus ada penataran 1-2 hari yang hanya dibekali dasarnya mengenai Prakerin. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi pembimbing siswa Prakerin adalah guru produktif yang berpengalaman dalam membimbing siswa Prakerin setiap tahun dan sudah paham mengenai teori dan praktik di bengkel.

6 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL Hasil penelitian dari Susilo (2012) menemukan bahwa pembimbing siswa bertugas menyerahkan siswa peserta Prakerin dari sekolah ke Du/Di tempat Prakerin siswa, melaksanakan monitoring dan pembimbing siswa Prakerin, melaksanakan penarikan siswa Prakerin, me-monitoring kegiatan siswa selama Prakerin berlangsung, me-monitoring semua kegiatan atau kejadian yang mungkin terjadi di tempat DU/DI baik yang berhubungan dengan siawa ataupun inatitusi pasangan, membuat rekapitulasi nilai hasil siswa Prakerin, menjelaskan peta Du/Di untuk kegiatan Prakerin yang relevan kepada siswa peserta praktik kerja industri, dan mensosialisasikan program Prakerin ke Du/Di untuk menambah rekanan Du/Di yang baru untuk dijadikan institusi pasangan bagi Prakerin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu proses pelaksanaan pembimbingan siswa yang sedang Prakerin dengan cara guru pembimbing mengantarkan siswa ke industri sambil membawa absensi yang selanjutnya akan diserahkan kepada instruktur di industri. Guru pembimbing akan melakukan kegiatan monitoring selama siswa Prakerin. Penilaian Pelaksananaan Praktik Kerja Industri Di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Hasil penilaian yang didapat oleh siswa akan diperoleh dalam bentuk sertifikat. Kurikulum SMK 2004 (dalam Aditya, F 2013) memaparkan bahwa nilai angka atau huruf yang tertera pada sertifikat yang diperoleh siswa merupakan hasil penilaian yang dilakukan Du/Di sebagai berikut: (1) aspek teknis adalah tingkat penguasaan keterampilan siswa dalam menyelesaikan pekerjaanya (kemampuan produktif), (2) aspek non teknis adalah sikap dan perilaku siswa selama di dunia usaha/industri yang menyangkut antara lain: kedisiplinan, tanggung jawab, kemandirian, kerja sama, ketaatan, dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu penilaian pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 3 Boyolangu selama kegiatan Prakerin diberikan oleh industri sedangkan dari sekolah hanya menyiapkan format penilaiannya saja. Aspek yang dinilai oleh industri adalah asepk teknis yang meliputi keterampilan saja dan aspek non teknis meliputi disiplin, kerja sama, inisiatif, tanggung jawab dan kebersihan. Nilai yang diberikan oleh industri akan dicantumkan kesertifikat yang pemberian sertifikatnya masih bentuk kosongan adalah dari sekolah yang diserahkan ke industri untuk diisi nilai oleh industri dan ditanda tangani oleh guru pembimbing industri, pimpinan industri dan Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Boyolangu. Hal ini sesuai dengan Arfandi (2009), pemberian nilai kepada siswa merupakan kewenangan penuh pihak industri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno dkk (2015) menunjukkan bahwa penilaian kinerja maupun soft skills siswa Prakerin sebagian besar dilakukan oleh instruktur, sedang sebagian lagi dilakukan oleh instruktur bersama guru pembimbing baik melalui pengamatan maupun dari laporan. Untuk ujian teori dan praktik dalam Prakerin merupakan wewenang industri. Apabila ada industri yang mengadakan ujian yang membuat soal dan menilai adalah industri tersebut. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Industri di SMK Negeri 3 Boyolangu Kabupaten Tulungagung Faktor pendukung merupakan faktor yang mengakibatkan terjadinya perubahan

7 38 Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto, Model Kerjasama Antara SMK dengan Industri... baik dari luar sekolah maupun luar sekolah yang dapat mendukung kegiatan Prakerin sehingga akan mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan. Sementara itu hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung internal dari SMK dalam pelaksanaan Prakerin semua program yang sudah disiapkan sejak lama oleh sekolah, sehingga anak-anak sudah disiapakan sejak awal di kelas 11, jadi anak sudah diinformasikan tentang pelaksanaan Prakerin dan dana dari sekolah yang akan digunakan oleh guru pembimbing dari sekolah untuk kegiatan mengantar, monitoring dan penjemputan, sedangkan faktor pendukung eksternal dari luar SMK dalam pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 3 Boyolangu banyaknya mitra kerja sama yang telah dilaksanakan dengan baik. Serta orang tua yang yang mendukung terselenggaranya Prakerin dengan mengizinkan anaknya untuk Prakerin di luar Kabupaten Tulungagung. Menurut Zuniarti dan Budi (2013) faktor pendukung kinerja Prakerin merupakan pengalaman kerja yang nyata, hal ini dikarenakan siswa benar-benar melakukan aktifitas dalam industri sesuai kompetensi keahliannya sehingga diharapkan menjadikan pengalaman pembelajaran. Hal ini sudah sesuai dengan penentuan siswa dalam penempatan Prakerin yang sesuai dengan keahliannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor pengambat internal dari dalam SMK dalam pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 3 Boyolangu terlambatnya pembayaran SPP yang mengakibatkan terganggunya kegiatan pembimbingan dan belum tuntasnya materi yang disampaikan di kelas 11 sehingga berdampak pada pelaksanaan Prakerin, sedangkan faktor penghambat eksternal dari luar SMK dalam pelaksanaan Prakerin SMK Negeri 3 Boyolangu apabila anak dalam Prakerin membuat masalah di industri, sekolah bisa dirugikan dan industri bisa memutus kerja sama dengan sekolah dan mencari sekolah lain sebagai mitra kerja samanya. Sementara itu hasil penelitian dari Fitriyani dkk (2014) menunjukkan bahwa kendala dari peserta didik serta kendala dari pihak lain: (a) kendala pembiayaan yaitu kendala keterbatasan dana yang harus dihadapi sekolah serta kendala akibat kebijakan pendidikan gratis, (b) kendala pengaturan waktu yaitu kendala akibat volume kegiatan yang tinggi tidak sebanding dengan waktu yang tersedia, (c) kendala kurikulum, khususnya kurikulum 2013 yaitu kurangnya pengetahuan guru-guru dalam penerapan kurikulum. Kendala sistem evaluasi yaitu belum adanya sistem evaluasi yang baik untuk program-program sekolah tersebut, (d) kendala dari peserta didik yaitu kurangnya motivasi dan pemahaman peserta didik dalam mengikuti program sekolah. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model kerja sama SMK dengan industri di SMK Negeri 3 Boyolongu Kabupaten Tulungagung yaitu: (1) pelaksanaan Prakerin yang dilaksanakan oleh SMK Negeri 3 Boyolangu dilakukan secara struktural dengan mulai dari memilih industri, menyiapakan proposal, surat permohonan, dan MOU. (2) sekolah mempersiapkan kematangan siswa sebelum terjun langsung di Du/Di yang sudah dipilih oleh siswa sesuai dengan kriterianya. (3) Guru pembimbing mempunyai tugas yaitu mengantarkan siswa ke industri, monitoring, dan penjemputan. (4) pelaksanaan Prakerin dilaksanakan selma 4 bulan tersebut guru

8 JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL pembimbing akan melaksanakan monitoring setiap satu bulan sekali. (5) nilai yang tercantum dalam sertifikat yaitu nilai teknis dan non teknisnya saja. Untuk memperkuat keabsahan sertifikat yang sudah disiapakan oleh sekolah akan ditanda tangani oleh Kepala Sekolah dan pimpinan industri. Saran Saran yang diberikan dalam pelaksanaan Prakerin di SMK Negeri 3 Boyolangu adalah sebagai berikut: (1) guru pembimbing harus mempunyai peran sebagai motivator dan memberikan masukan ke siswa dalam melaksanakan kegiatan pembimbingan, selain itu guru pembimbing harus meningkatkan koordinasi dengan pimpinan industri untuk menjembatani kegiatan siswa Prakerin, guru pembimbing harus selalu berkomunikasi dengan instrukrur industri sebagai bentuk upaya mengawasi kegiatan praktik di industri (2) dalam memilih industri siswa harus berkonsultasi dengan Pokja Prakerin mengenai industri yang akan dipilih sebagai rujukan tempat Prakerin yang bertujuan agar siswa bisa mengembangkan keterampilannya di industri yang menjadi pilihannya; (3) industri sebagai tempat Prakerin harus menyiapkan sarana dan prasarana yang ada di bengkel, kondisi DAFTAR RUJUKAN Aditya, Firmansyah Analisis Pelaksanaan Praktek Kerja Industri (Prakerin) Pada Program Keahlian Administrasi Perkantoran Kelas XI SMK Negeri 4 Surabaya. Jurnal. Universitas Negeri Surabaya. Anwar Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta. bengkel yang memadai akan meningkatkan motivasi kerja siswa selama Prakerin, industri juga harus mendukung kegiatan siswa selama Prakerin dengan menerapkan peraturan-peraturan yang sudah dibuat untuk ditaati dan dipatuhi oleh siswa, penilaian yang dilakukan instruktur sebaiknya lebih objektif dan jeli untuk memantau kegitan siswa, sehingga nilai yang didapatkan siswa bisa akurat dan tidak asal-asalan sesuai dengan kemampuan yang diperoleh siswa selama Prakerin; (4) penelitian ini tentunya masih ada beberapa kekurangan yang perlu ditambahkan oleh peneliti selanjutnya untuk dikembangkan secara stuktural dengan kerja sama SMK dengan industri dalam pelaksanaan praktik kerja industri sebagai implementasi dari penyiapan siswa untuk siap menghadapi tantangan di dunia pekerjaan; (5) pentingnya penambahan mitra kerja sama SMK dengan industri untuk menambah industri pasangan sebagai tempat untuk Prakerin, tempat Prakerin yang disiapkan oleh sekolah harus sesuai dengan jumlah siswa yang akan melaksanakan Prakerin, sekolah memilih guru produktif untuk yang menjadi guru pembimbing dengan pertimbangan guru produktif sudah paham tentang Prakerin dan bisa memecahkan masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan Prakerin. Arfandi, A Pelaksanaan Praktek Kerja Industri Siswa SMK Program Keahlian Teknik Bangunan di Kota Makasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, XXVIII (2): Fitriyani, M, dkk Upaya Peningkatan Kesiapan Kerja Peserta Didik Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Di Kabupaten Karanganyar. Jurmal Pendidikan UNS. 2 (2):

9 40 Aris Tri Wibowo, Solichin, Yoto, Model Kerjasama Antara SMK dengan Industri... Kepmendikbud. No.0490/U/1992. Sekolah Menengah Kejuruan Jakarta: Depdikbud. Miswanto, B Studi Hambatan-hambatan Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Model Block Release. Skripsi tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang. Nurharjadmo, Wahyu Evaluasi Implementasi Kebijakan Pendidikan Sistem Ganda Di Sekolah Kejuruan. Jurnal Spirit Publik, 4 (2): Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah. Jakarta: Presiden R.I. Salladien Peranan Program Pendidikan Mengacu pada Dunia Kerja Abad 21 (Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia Juli 1988). Bandung: IKIP Bandung. Susilo, Budi Pengelolaan Prakerin di SMK Negeri 1 Mondokan Kabupaten Sragen. Artikel Publikasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sutrisno, dkk Pelaksanaan Pembelajaran Prakerin Bidang Keahlian Teknik Bangunan Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Teknologi Kejuruan, 38 (1): Wardiman, Djojonegoro Pengembangan Sumberdaya manusia melalui Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Jakarta: PT Jayakarta Agung Offset. Yoto, Partisipasi ktik Kerja Industri Bagi Siswa SMK. Jurnal Teknik Mesin, 20 (2): 1-2Masyarakat Industri Dalam Pelaksanaan Pra5. Zuniarti dan Siswanto, T. B Pengaruh motivasi Belajar, Kinerja Intensitas Pembimbingan Prakerin Terhadap Kesiapan Kerja Siswa SMK Pariwisata DIY. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3 (3):

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan

I PENDAHULUAN. dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berperan penting di dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Terutama dalam menghadapi arus globalisasi saat ini, dimana perkembangan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka. dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan data yang terkumpul dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan administrasi dan organisasi Prakerin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu program SMK adalah dengan adanya Pendidikan Sistem Ganda (PSG) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kejuruan merupakan salah satu jenis pendidikan yang mempunyai tugas mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam rangka memenuhi kebutuhan tenaga kerja guna

Lebih terperinci

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono

KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono KUMPULAN MATERI-MATERI TENTANG SMK Oleh Setiyo Agustiono 1. MASIH BANYAK YANG BELUM MELIHAT PENTINGNYA REVITALISASI SMK DALAM PENINGKATAN SEKTOR EKONOMI. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai peran DUDI terhadap implementasi pendidikan sistem ganda di SMKN 1 Salatiga, dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA CHEVROLET DENGAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU DALAM PROGRAM C-STEP

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA CHEVROLET DENGAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU DALAM PROGRAM C-STEP JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 25, NO. 1, APRIL 2017 59 IMPLEMENTASI MANAJEMEN KERJASAMA CHEVROLET DENGAN SMK NEGERI 3 BOYOLANGU DALAM PROGRAM C-STEP Oleh: Mujiono, Yoto, dan Solichin Jurusan Teknk Mesin Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Salah satu bagian dari Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan kejuruan. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang

Lebih terperinci

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB 1 P E N D A H U L U A N BAB 1 P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN UU Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 Depdiknas (2006: 8) menyebutkan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Magang DU/DI Magang Dunia Usaha/Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis.perkembangan dan perubahan terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.perubahan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN DESAIN HIPOTETIK PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SISWA SMK NEGERI 2 PADANG PANJANG

EVALUASI DAN DESAIN HIPOTETIK PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SISWA SMK NEGERI 2 PADANG PANJANG EVALUASI DAN DESAIN HIPOTETIK PROGRAM PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SISWA SMK NEGERI 2 PADANG PANJANG FERA SUSANTI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan dasar. Pendidikan Menengah Kejuruan merupakan

Lebih terperinci

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT

, 2016 PENGARUH PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XI JURUSAN TPHP DI SMKN 4 GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini bangsa Indonesia diharapkan mampu mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dikarenakan persaingan di dunia kerja semakin ketat. Sumber

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) Kesimpulan, 2) Implikasi, dan 3) Saran. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan

BABI PENDAHULUAN. kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan BABI PENDAHULUAN A. Latar Beiakang Masalah Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah disusun berdasarkan kompetensi, mulai dari kurikulum tahun 1994, tahun 1999, tahun 2004 dengan kurikulum berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang pada saat ini giat membangun segala sektor pembangunan khususnya sektor industri. Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu sistem pendidikan dalam pendidikan nasional (pendidikan menengah) yang mempersiapkan peserta didik terutama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Sugiyono (2003: 11) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Sugiyono (00: ) penelitian berdasarkan tingkat eksplanasinya (tingkat kejelasan) dapat digolongkan sebagai berikut:. Penelitian deskriptif Penelitian

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2)

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2) BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Bagian ini merupakan bab penutup terdiri dari: 1) kesimpulan, 2) implikasi, dan 3) saran. 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dihasilkan berdasarkan temuan dan pembahasan

Lebih terperinci

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Magang DU/DI Magang Dunia Usaha/Dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agus Muharam, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan formal menengah yang secara khusus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bekerja di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan di Indonesia telah diarahkan pada tujuan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja yang berada di front line sebagian besar adalah tenaga kerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunggulan industri suatu bangsa bisa dikatakan sangat ditentukan oleh kualitas tenaga kerja terampil yang terlibat langsung dalam proses produksi, disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai wadah untuk mengubah tingkah laku manusia baik secara individu maupun kelompok untuk mendewasakan manusia melalui upaya pembelajaran dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI PENGELOLAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI Nanik Susana SMK N 1 Ketahun, Jl Poros Pasar Ketahun, Bengkulu Utara e-mail: naniksusana81@gmail.com Abstract: The purpose of the research is to describe the plan, realization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24).

BAB I PENDAHULUAN. anak yang perlu bagi kehidupannya dalam masyarakat, baik sebagai anggota. hidup di dalam masyarakat (Purwanto, 2007: 24). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga negara yang baik. Untuk itu, sekolah-sekolah diajarkan segala sesuatu kepada anak yang perlu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Amin Rosidah NIM

SKRIPSI. Oleh Amin Rosidah NIM IMPLEMENTASI PRAKTEK KERJA INDUSTRI PADA KOMPETENSI KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK N 2 PURWOREJO DI KANTOR SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN PURWOREJO SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) merupakan salah satu aspek penting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kesejahteraan manusia. Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA

PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA PENGELOLAAN PENDIDIKAN SISTEM GANDA (Studi Situs SMK Muhammadiyah 2 Cepu) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan dunia kerja. Di Indonesia begitu banyak orang-orang terpelajar atau. bangsa yang masih terpuruk, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia kerja saat ini dan masa mendatang membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang tidak hanya memiliki kemampuan teoritis saja, tetapi juga harus memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai suatu proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang berlangsung melalui pengajaran dan pelatihan. Sistem pendidikan di Indonesia yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional

Lebih terperinci

ADMNISTRATOR SEKOLAH

ADMNISTRATOR SEKOLAH ADMNISTRATOR SEKOLAH Nila Isti Khoeriyah (702010059) Kartikaning Endah (702010061) Diah Oktie Utami (702010062) Bayu Sedono (702012601) FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA 2013

Lebih terperinci

2015 PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENGUASAAN KOMPETENSI HOUSEKEEPING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI HOTEL

2015 PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENGUASAAN KOMPETENSI HOUSEKEEPING PADA PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI DI HOTEL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aspek penting dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan upaya pembangunan Bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan hal terpenting yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan sudah menjadi kepentingan dan kebutuhan yang menunjang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, moral maupun tingkat ketergantungan manusia meningkat. Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang dan dilaksanakan selaras dengan kebutuhan pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas setiap individu yang secara langsung atau tidak langsung dipersiapkan untuk menopang dan mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap

Lebih terperinci

Pelaksanaan Praktik Industri Setelah Ujian Nasional bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

Pelaksanaan Praktik Industri Setelah Ujian Nasional bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan 298 Pelaksanaan Praktik Industri Setelah Ujian Nasional bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Ibnu Siswanto* ibnusiswanto@uny.ac.id *Dosen Pendidikan Teknik Otomotif UNY Abstrak Praktik industri bertujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. di sekolah. Manajemen kurikulum mengatur pemenuhan kebutuhan. pendidikan berdasarkan hasil analisis kondisi lingkungan internal dan

PENDAHULUAN. di sekolah. Manajemen kurikulum mengatur pemenuhan kebutuhan. pendidikan berdasarkan hasil analisis kondisi lingkungan internal dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen kurikulum merupakan substansi manajemen yang penting di sekolah. Manajemen kurikulum mengatur pemenuhan kebutuhan pendidikan berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang berkembang Indonesia sangat membutuhkan tersedianya tenaga kerja yang berkualitas terutama dibidang teknologi dan industri, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Relevansi Pekerjaan Lulusan SMK Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 943) relevansi diartikan sebagai Hubungan; kesesuaian; kaitan dengan tujuan berguna secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. mengenai dunia kerja bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. mengenai dunia kerja bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai dunia kerja bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)-UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam membentuk dan mengembangkan pribadi bangsa yang berkualitas. Pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Mengingat: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting, sebab tanpa pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

Journal of Mechanical Engineering Learning

Journal of Mechanical Engineering Learning JMEL 3 (1) (2014) Journal of Mechanical Engineering Learning http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jmel MODEL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK PERMESINAN DI SMK

Lebih terperinci

Pelaksanaan Praktik Industri Setelah Ujian Nasional bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Ibnu Siswanto

Pelaksanaan Praktik Industri Setelah Ujian Nasional bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Ibnu Siswanto Pelaksanaan Praktik Industri Setelah Ujian Nasional bagi Siswa Sekolah Menengah Kejuruan Ibnu Siswanto ibnusiswanto@uny.ac.id Abstrak PI memiliki tujuan untuk memberikan pengalaman dunia kerja yang sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pendidikan Sistem Ganda Sekolah Menengah Kejuruan pada umumnya harus menyelenggarakan Pendidikan Sistem Ganda yang merupakan suatu bentuk.penyelenggaraan pendidikan keahlian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu yang sangat besar dan mendasar, karena menyangkut kualitas suatu bangsa. Pendidikan juga berarti menyiapkan kaderkader bangsa siap

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan 161 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Dari uraian pembahasan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda Pelaksanaan pendidikan di SMK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses yang tidak akan ada hentinya, sejak seseorang dilahirkan hingga akhir hayatnya. Pendidikan merupakan elemen yang penting bagi berlangsungnya

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO

PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO 14 JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016 PENYUSUNAN KURIKULUM IMPLEMENTATIF PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI SMKN 2 KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO Oleh: Andi Ahmad Syahroni, Yoto,

Lebih terperinci

Rancangan Program Kerja Dan Action Plan Pokja Prakerin PROGRAM KERJA POKJA PRAKERIN TAHUN KERJA

Rancangan Program Kerja Dan Action Plan Pokja Prakerin PROGRAM KERJA POKJA PRAKERIN TAHUN KERJA Rancangan Program Kerja Dan Action Plan 2012 - PROGRAM KERJA POKJA PRAKERIN TAHUN KERJA 2012 - No. Program dan Jenis Kegiatan Hasil yang diharapkan Waktu pelaksana 1 2 3 4 TAHAP PERSIAPAN 1 Inventarisasi

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang memiliki peranan penting dalam membentuk, mengembangkan dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERAN SERTA ORANG TUA DAN DUNIA USAHA/INDUSTRI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 SINGOSARI.

STUDI TENTANG PERAN SERTA ORANG TUA DAN DUNIA USAHA/INDUSTRI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 SINGOSARI. JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 23, NO. 1, APRIL 2015 11 STUDI TENTANG PERAN SERTA ORANG TUA DAN DUNIA USAHA/INDUSTRI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DI SMK NEGERI 1 SINGOSARI Oleh: Novita Dwi Anggraeni 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan sekolah didirikan, kurikulum disusun dan guru diangkat serta sarana dan prasarana pendidikan diadakan semuanya untuk kepentingan siswa atau anak didik.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga formal yang mengutamakan pada bidang keahlian untuk memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah SMK Otomotif merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu yaitu bidang otomotif. Pada prinsipnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 350 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan program supervisi akademik pengawas SMK di Kabupaten Bandung khususnya program

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai 75 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai dengan hasil penelitian. Sehingga pembahasan ini akan mengintegrasikan hasil penelitian yang ada sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia. Pendidikan mampu menunjang keberlangsungan kehidupan manusia menjadi lebih baik.

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Sejarah Organisasi Yayasan Pendidikan Karya (YP Karya) yaitu Yayasan yang bergerak dalam Bidang Pendidikan yang berdiri tepatnya pada Tanggal 10 Februari 1976,

Lebih terperinci

KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN

KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN PROSIDING, ISSN : 2460-1322 KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA SMK PROGRAM STUDI KEAHLIAN TEKNIK BANGUNAN Onesimus Sampebua 1, Anas Arfandi 2 1 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pengangguran di Indonesia cenderung meningkat setiap tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan nasional di era globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. mengenai dunia kerja bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif. mengenai dunia kerja bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk memperoleh gambaran yang lebih komprehensif mengenai dunia kerja bagi para mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP)-UIN Sunan Gunung Djati, Bandung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 131 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS aspek perilaku yang berhubungan

Lebih terperinci

Analisis Pelaksanaan Kerjasama SMK dengan Dunia Usaha

Analisis Pelaksanaan Kerjasama SMK dengan Dunia Usaha Analisis Pelaksanaan Kerjasama SMK dengan Dunia Usaha Dewi Kurniasari Gatot Isnani Prodi Pendidikan Administrasi Perkantoran - Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang.E-mail: dewikurniasari49@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Visi, Misi, dan Jumlah Siswa Tahun unggul, kompetitif, beriman, dan berakhlak mulia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum SMK Negeri 1 Kendal Dalam penelitian ini gambaran umum yang disajikan secara rinci sebagai berikut : Visi, Misi, dan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan modal dasar dalam menunjang perkembangan pembangunan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan, menghindari kebodohan,

Lebih terperinci

PROSEDUR MUTU PELAKSANAAN DAN EVALUASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) No. Revisi 01

PROSEDUR MUTU PELAKSANAAN DAN EVALUASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) No. Revisi 01 Rektor: (024)8508081 Fax (024)8508082, Purek I: (024) 85080 1 dari 12 September 22 1. TUJUAN Prosedur ini ditetapkan untuk menjamin terselenggaranya kegiatan Praktik Kerja Lapangan () sebagai bagian proses

Lebih terperinci

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Perwitasari, Hubungan Fasilitas Praktikum TKJ di Sekolah... 425 Hubungan Fasilitas Praktikum TKJ di Sekolah, Kesesuaian Tempat Prakerin, dan Kompetensi TKJ Siswa dengan Hasil Uji Kompetensi Keahlian Dian

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL ANALISIS PROGRAM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK DI KOTA MAKASSAR

SEMINAR NASIONAL ANALISIS PROGRAM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK DI KOTA MAKASSAR ANALISIS PROGRAM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) SMK DI KOTA MAKASSAR Nur Fatimah Wardani Rahman 1, Gufran Darma Dirawan 2 dan Hasanah Nur 3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB V Kesimpulan

BAB V Kesimpulan 5.1. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal penting yang menjadi kesimpulan dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya, yaitu tentang : (1) Pengembangan Perangkat

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Hasil Implementasi TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik Sepeda Motor SMK Negeri 1 Majalengka Implementasi model pembelajaran TF-6M pada Kompetensi Keahlian Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. usaha/dunia industri maupun sebagai wiraswasta. Peraturan Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan suatu lembaga Pendidikan tingkat menengah, diselenggarakan untuk menghasilkan tamatan calon tenaga kelas kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan bangsa Indonesia sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa diatur dalam Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di

BAB I PENDABULUAN. Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di BAB I PENDABULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan pendidikan nasional Indonesia mendapat pencerahan di dalam pelaksanaannya sejak disahkannya Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industrialisasi, pada derajad tertentu, mengimplikasikan pergeseran proses produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia tergantikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 dijelaskan bahwa : Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan. 1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan. 1. Nilai Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dari Bab IV, maka akan didukung dengan kajian teoritis dan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini. A. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN LAPORAN PROGRAM PENUGASAN DOSEN KE SEKOLAH TAHUN 2009 PENYUSUNAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PRAKTIK LABORATORIUM PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK SURVEI DAN PEMETAAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Logo

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK N 3 SEMARANG

LAPORAN PRAKTIKK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK N 3 SEMARANG LAPORAN PRAKTIKK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK N 3 SEMARANG Disusun oleh: Nama : Wahyu Ika Setiyaningtyas NIM : 5301409013 Prodi : Pendidikan Teknik Elektro FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci