BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemuda dan Olahraga (2015 : 1) Lahir bersamaan dengan Proklamasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemuda dan Olahraga (2015 : 1) Lahir bersamaan dengan Proklamasi"

Transkripsi

1 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Upacara Bendera 1. Sejarah Singkat Upacara Bendera Upacara bendera dalam sejarahnya menurut peraturan Menteri Pemuda dan Olahraga (2015 : 1) Lahir bersamaan dengan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Proklamasi pertama kali dikumandangkan di pada Jumat, 17 Agustus 1945 tepat pukul pagi, untuk pertama kali secara resmi diperdengarkan, Bendera Kebangsaan Merah Putih dikibarkan oleh dua orang yang dipimpin oleh Latief Hendradiningrat. Bendera yang dijahit tangan oleh Fatmawati Soekarno inilah yang kemudian disebut Bendera Pusaka. Menumbuhkan rasa persatuan bangsa, melaui pengibaran Bendera Pusaka dilakukan oleh para pemuda Indonesia. Asal usul dan sejarah bendera merah putih serta awal mula dilaksanakannya upacara bendera menurut Purnama (2016) adalah Bendera merah putih dikibarkan tahun 1292 oleh tentara Jayakatawang ketika berperang melawan kekuasaan Kertanegara. Bendera Merah Putih kembali dihidupkan oleh para pelajar nasionalis di awal abad ke 20 sebagai bentuk protes dan ekspresi nasionalisme melawan Belanda. Pada tahun 1940 Jepang menginvasi Indonesia dan serentak mengusir belanda dari seluruh pelosok negeri. Baru pada bulan Maret tahun 1942, seluruh pasukan Belanda diusir dari Indonesia.Sejarah bendera Merah Putih berlanjut dengan kalahnya Jepang dan proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno pada 17 agustus. Bendera pusaka ini terus diikut sertakan setiap ada upacara kemerdekaan. Berdasarkan uraian tentang sejarah upacara dapat disimpulkan bahwa Bendera merah putih dikibarkan tahun 1292 sejarah upacara lahir 7

2 8 bersamaan dengan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 agustus Bendera yang dijahit tangan oleh Fatmawati Soekarno inilah yang kemudian disebut Bendera Pusaka. Menumbuhkan rasa persatuan bangsa, melaui pengibaran Bendera Pusaka sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia. Bendera pusaka ini terus diikut sertakan setiap ada upacara kemerdekaan. 2. Pengertian Upacara Bendera Upacara menurut Suhadi (2015 :78) adalah serangkaian perbuatan yang dalam suatu ketentuan peraturan yang wajib dilaksanakan dengan khidmat, sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib, untuk membentuk suatu tradisi dan budi pekerti yang baik. Upacara Bendera Menurut Geetz dalam Sholehah (2014:7) upacara adalah Suatu adat atau kebiasaan yang diadakan secara rutin menurut waktu dan tempat, peristiwa atau keperluan tertentu. Pendapat lain mengenai pengertian upacar juga dijelaskan oleh Depdiknas (1997 :1) upacara adalah kegiatan pengibaran/penurunan bendera kebangsaan Republik Indonesia Sang Merah Putih, dilaksanakan pada saat-saat tertentu atau saat yang telah ditentukan, dihadiri oleh peserta didik, aparat sekolah, diselenggarakan secara tertib dan khidmat. Berdasarkan uraian pendapat para ahli tentang pengertian upacara bendera dapat disimpulkan upacara bendera merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara rutin pada Hari Senin atau pada saat yang telah ditentukan, seperti upacara peringatan hari-hari besar nasional. Upacara

3 9 dilaksanakan dilapangan atau tempat terbuka. Dihadiri oleh peserta didik, aparat sekolah. Dilaksanakan dengan tertib dan khidmad oleh seluruh peserta upacara bendera untuk membentuk budi pekerti yang baik. 3. Tujuan Upacara Bendera Tujuan merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam melaksanakan kegiatannya. Dilaksanakannya upacara bendera di sekolah menurut Suhadi (2015 : 79) bahwa upacara bendera memiliki tujuan sebagai berikut : a) Memiliki rasa cinta tanah kepada tanah air, bangsa, dan agama, b) Memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin pribadi, c) Selalu tertib didalam hidup sehari-hari, d) Memiliki jiwa gotong royong dan percaya kepada orang lain, e) Dapat memimpin dan dipimpin, f) Dapat melaksanakan upacara dengan khidmat dan tertib, g) Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendapat lain tujuan dilaksanakannya upacara bendera di sekolah menurut Depdikbud (1997 : 4) sebagai berikut : a) Membiasakan bersikap tertib dan disiplin, b) Membiasakan berpenampilan rapi, c) Meningkatkan kemampuan memimpin, d) Membiasakan kesediaan dipimpin, e) Membina kekompakan dan kerjasama, f) Mempertebal semangat kebangsaan. Berdasarkan uraian tentang tujuan Upacara bendera dapat disimpulkan bahwa upacara menjadikan peserta didik memiliki jiwa gotong royong dan percaya diri. Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa dan dilaksanakan dengan khidmat. Upacara bendera juga membantuk karakter disiplin, tanggung jawab dan semangat kebangsaan.

4 10 4. Urutan Upacara Bendera Urutan merupakan tata acara atau langkah-langkah yang disusun secara teratur yang akan dilakukan dalan melakukan sesuatu. Urutan upacara bendera di sekolah menurut Depdikbud (1997 : 25-26) adalah : a) Pembina upacara memasuki lapangan upacara, b) Penghormatan umum c) Laporan pemimpin upacara, d) Pengibaran bendera sang merah putih, e) Mengheningkan cipta, f) Pembacaan teks pembukaan UUD 1945, g) Pembacaan teks Pancasila, h) Amanat Pembina upacara, i) Menyanyikan salah satu lagu wajib nasional, j) Pembacaan doa, k) Laporan pemimpin upacara, l) Penghormatan umum, m) Pembina upacara meninggalkan lapangan upacara, n) Upacara selesai, barisan dibubarkan, o) Penghormatan pemimpin upacara. Berdasarkan uraian tentang urutan upacara bendera dapat disimpulkan bahwa urutan upacara harus dilaksanakan sesuai tata upacara yang sudah ada. Urutan yang dilakukan mulai dari Pembina memasuki lapangan upacara sampai penghormatan pemimpin upacara. Dan dilaksanakan secara tertib dan khidmat. 5. Unsur Pelaksana Upacara Bendera Unsur pelaksana merupakan petugas yang akan melaksanakan tugas dalam suatu kegiatan. Upacara bendera memiliki unsur pelaksana menurut Depdikbud (1997:5-8) antara lain : a) Pembina Upacara, b) Pemimpin Upacara, c) Pengatur Upacara, d) Pembawa acara, e) Pembawa naskah Pancasila, f) pembaca teks Pembukaan UUD 1945, g) Pembaca do a, h) Pemimpin lagu/dirigen, i) Kelompok pengibar/penurun bendera, j) Kelompok pembawa lagu/paduan suara.

5 11 Jalannya upacara dipandu oleh pembawa acara dan dipimpin oleh pemimpin upacara. Amanat upacara disampaikan oleh Pembina dan biasanya berisi nasihat-nasihat. Pemimpin upacara bertugas sebagai pengatur upacara agar upacara berjalan dengan baik dan tertib. 6. Upacara hari besar Nasional Upacara hari besar nasional menurut Depdikbud (1997 :25) antara lain: Tabel 2.1 Upacara Hari Besar Nasional Tanggal Hari Besar Nasional 21 April Hari Kartini 2 Mei Hari Pendidikan Nasional 20 Mei Hari Kebangkitan Nasional 17 Agustus Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 1 Oktober Hari Kesaktian Pancasila 28 Oktober Hari Sumpah Pemuda 10 Nopember Hari Pahlawan 22 Desember Hari Ibu B. Karakter 1. Pengertian Karakter Karakter menurut Saptono, (2011: 18) dalam bahasa Yunani karasso, yang berarti cetak biru, format dasar, atau sidik seperti dalam sidik jari. Pendapat lain menyatakan bahwa istilah karakter berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti membuat tajam, membuat dalam. Deskripsi karakter menurut Kemendiknas (2010: 3) karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang

6 12 terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (virtues), yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Pengertian karakter juga dijelaskan oleh Zubaendi (2011: 19) yaitu segala upaya yang dilakukan guru, yang mampu memengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencangkup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya. Karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara keseluruhan. Berdasarkan uraian tentang pengertian karakter dapat disimpulkan bahwa karakter watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang menjadikan seseorang mempunyai ciri khas tersendiri dan membedakan dirinya dengan orang lain. Karakter juga merupakan cerminan dari sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. 2. Prinsip Pendidikan Karakter Prinsip pendidikan karakter menurut Saptono (2011: 25) perlu memperhatikan sebelas prinsip pendidikan karakter dalam menerapkan ke peserta didik, meliputi: 1) Sekolah harus berkomitmen pada nilai nilai etis inti. 2) Karakter harus dipahami secara utuh, mencakup pengetahuan atau pemikiran, perasaan, dan tindakan.

7 13 3) Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya kesempatan. 4) Sekolah harus membangun sarana saling memperhatikan satu sama lain dan menjadi dunia kecil (mikrokosmos) mengenai masyarakat yang saling peduli. 5) Kesempatan untuk mempraktikkan tindakan moral harus bervariasi dan tersedia bagi semua. 6) Studi akademis harus menjadi hal yang utama. 7) Sekolah perlu mengembangkan cara cara meningkatkan motivasi interistik peserta didik yang mencakup nilai nilai inti. 8) Sekolah perlu bekerja sama dan mendialogkan norma mengenai pendidikan karakter. 9) Guru dan peserta didik harus berbagi dalam kepemimpinan moral sekolah. 10) Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan karakter disekolah. 11) Harus dilakukan evaluasi mengenai efektivitas pendidikan karakter disekolah, terutama terhadap guru dan karyawan, serta peserta didik. Berdasarkan penjelasan tersebut, prinsip pendidikan karakter dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah, pendidik dan pengurus sekolah berperan penting dalam terlaksananya pendidikan karakter di sekolah. Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam pembelajaran karakter. Sekolah perlu mengembangkan cara cara meningkatkan motivasi agar terbentuk keselarasan antar semua warga sekolah dalam pembentukan karakter peserta didik. 3. Tujuan Pendidikan Karakter Tujuan pendidikan karakter harus dipahami terlebih dahulu sebelum memberikan pembelajaran karakter pada peserta didik, tujuan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh agar dapat tercapai karakter yang diharapkan. Tujuan dari pendidikan karakter menurut salahudin dan alkrienciehie (2013 :43) yang sesungguhnya jika dihubungkan dengan

8 14 falsafah Negara Republik Indonesia adalah mengembangkan karakter peserta didik agar mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila. Ada 3 tujuan pendidikan karakter, yaitu : a. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa b. Mengembangkan keampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebagsaan c. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kretivitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. Pendidikan berkarakter dalam setting sekolah Kesuma, dkk (2012: 9) memiliki tujuan sebagai berikut: a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan; b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah; c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama. Berdasarkan penjelasan tujuan pendidikan karakter dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan tujuan karakter adalah mengembangkan nilai nilai kehidupan yang yang sesuia dengan kepribadian peserta didik. Agar tertanam jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab pada peserta didik. Memiliki nilai-nilai yang baik sesuai aturan di sekolah maupun di masyarakat. 4. Indikator Pendidikan Karakter Karakter sangat penting diterapkan di sekolah, indikator dari pendidikan karakter yang menjadi acuan dalam penerapan karakter yang

9 15 diterapkan di sekolah. Keberhasilan program pendidikan karakter menurut Mu in (2011:161) memiliki ciri-ciri antara lain: 1) Karakter adalah siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain sedang melihat kamu. 2) Karakter merupakan hasil nilai-nilai keyakinan. 3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua. 4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan oleh orang lain terhadapmu. 5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu dari pada orang lain. 6) Karakter tidaklah relatif. Berdasarkan penjelasan tentang indikator pendidikan karakter, dapat disimpulkan ciri ciri atau indikator karakter terdiri dari nilai-nilai keyakinan sebuah kebiasaan, reputasi, seberapa baik kamu dan tidak relatif. Terbentuk dari sikap dalam kehidupannya sehari-hari. Memerlukan waktu yang lama dalam pembentukan karakter. Indikator terkait nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa juga harus dibangun, menurut Yaumi (2014: 58) dapat dibangun melalui proses pembelajaran mencakup 18 karakter, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, dan peduli sosial, serta tanggungjawab. Penelitian ini terfokus pada pembentukan karakter disiplin, tanggung jawab dan semangat kebangsaan. 5. Karakter Disiplin Pengertian disiplin menurut Yaumi (2014 :60) menyatan disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Pendapat lain mengenai pengertian disiplin juga

10 16 dijelaskan oleh Samani (2012 :121) disiplin adalah sikap dan perilaku yang muncul akibat dari pelatihan atau kebiasaan menaati aturan, hukum atau perintah. Elfindri (2012:102) disiplin menunjukkan ketaatan atau kepatuhan terhadap peraturan, waktu, serta tata tertib. Nilai karakter akan dikatakan berhasil terbentuk pada peserta didik apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ada. Berikut ini terdapat beberapa indikator keberhasilan disiplin menurut beberapa sumber. Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan pendidikan karakter Disiplin No Nilai Indikator 1 Disiplin a) Guru dan Siswa hadir tepat waktu b) Menegakkan prinsip dengan memberikan punishment bagi yang melanggar dan reward bagi yang berprestasi c) Menjalankan tata tertib sekolah Sumber: Fitri (2012:41) Tabel 2.3 Indikator keberhasilan karakter disiplin Untuk Sekolah Dasar Nilai Indikator Disiplin a) Datang ke sekolah dan a) Menyelesaikan tugas pada masuk kelas pada waktunya waktunya b) Melaksanakan tugastugas b) Saling menjaga dengan kelas yang teman agar semua tugas- menjadi tugas kelas terlaksana tanggungjawabnya dengan baik c) Duduk pada tempat c) Selalu mengajak teman yang telah ditempatkan menjaga etertiban kelas d) Menaati peraturan d) Mengingatkan teman yang

11 17 sekolah dan kelas melanggar peraturan dengan kata-kata sopan dan tidak menyinggung e) Berpakaian rapi e) Berpakaian sopan dan rapi f) Mematuhi aturan f) Mematuhi aturan sekolah permainan Kemendikas (2010:34) Berdasarkan pendapat tentang pengertian disiplin dapat disimpulkan bahwa disiplin merupakan tindakan tertib dan patuh pada ketentuan dan peraturan. Muncul akibat dari pelatihan atau kebiasaan menaati aturan, hukum atau perintah dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran. 6. Karakter Tanggung Jawab Tanggung jawab menurut Fitri (2012 : 112) adalah pertanggungan perbuatan sendiri, orang yang memiliki tanggung jawab akan menghadapi persoalan dengan menelaah dan mencari solusi terbaik dengan melihat berbagai sudut pandang dalam penyelesaiannya. Seseorang dengan rasa tanggung jawab akan memiliki karakter berbuat baik dan tidak menyalahkan orang lain ketika berbuat kesalahan. Pengertian tanggung jawab juga dikemukakan oleh Yaumi (2014 : 72) yaitu suatu tugas atau kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasaan yang harus dipenuhi seseorang, dan memiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan. Pengertian tanggung jawab juga dikemukakan oleh Kemendiknas (2010 :10) bahwa tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yag seharusnya dilakukan,

12 18 terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Nilai karakter akan dikatakan berhasil terbentuk pada peserta didik apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ada. Berikut ini terdapat beberapa indikator keberhasilan tanggung jawab menurut beberapa sumber. Tabel 2.4. Indikator Keberhasilan Karakter Tanggung Jawab No Nilai Indikator 1 Tanggung Jawab a) Mengerjakan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik b) Beranggung jawab pada setiap perbuatan c) Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang ditetapkan d) Mengerjakan tugas kelompok secara bersama-sama Sumber : Fitri (2012 :43) Tabel 2.5 Indikator keberhasilan karakter tanggung jawab Untuk Sekolah Dasar Nilai Indikator Sekolah Kelas Tanggung Jawab a) Membuat laporan setiap a) Pelaksanaan tugas kegiatan yang dilakukan piket secara teratur. dalam bentuk lisan b) Peran serta aktif maupun tertulis. dalam kegiatan b) Melakukan tugas tanpa sekolah. disuruh. c) Mengajukan usul c) Menunjukkan prakarsa pemecahan untuk mengatasi masalah. masalah dalam lingkup terdekat. d) Menghindarkan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. Kemendiknas (2010: 31)

13 19 Berdasarkan pendapat tentang pengertian tanggung jawab dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab merupakan sikap seseorang yang menyadari penuh akan kewajiban dan tugasnya. Melakukan dan menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan dan tidak menyalahkan orang lain ketika mengalami kegagalan. 7. Karakter Semangat Kebangsaan Pengertian Semangat kebangsaan menrut Yaumi (2014 : 103) mengatakan bahwa peserta didik harus diarahkan untuk memiliki semangat kebangsaan agar dapat mencintai negaranya sehingga dapat mengabdi kepada bangsa dan negara selain mengabdi pada agama yang dianut. Semangat kebangsaan menurut Elfindri (2012 :148), rasa kebangsaan berisi cinta bangsa dan tanah air, ingin membela bangsa, ingin memajukan bangsa, ingin memandu bangsa ke jalan yang tepat dengan berani berkorban (harta dan jiwa) demi membela bangsa. Semangat kebangsaan menurut Salahudin dan Alkrienciehie (2013 : 111) mendefinisikan semangat kebangsaan sebagai cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompoknya. Nilai karakter akan dikatakan berhasil terbentuk pada peserta didik apabila memenuhi indikator keberhasilan yang telah ada. Berikut ini terdapat beberapa indikator keberhasilan semangat kebangsaan menurut beberapa sumber.

14 20 Tabel 2.6 Indikator keberhasilan karakter semangat kebangsaan No Nilai Indikator 1 Semangat Kebangsaan a) Memperingati hari-hari besar nasional b) Meneladani para pahlawan masional c) Berkunjung ke tempat-tempat bersejarah d) Melaksanakan upacara rutin sekolah e) Mengikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan kebangsaan f) Memajang gambar tokoh-tokoh bangsa Sumber : Fitri (2012:41) Tabel 2.7 Indikator keberhasilan karakter semangat kebangsaan Untuk Sekolah Dasar Nilai Indikator Disiplin a) Turut serta dalam upacara peringatan hari pahlawan a) Turut serta dalam panitia peringatan hari pahlawan dan proklamasi dan proklamasi kemerdekaan b) Menggunakan Bahasa kemerdekaan b) Menggunakan bahasa Indonesia ketika ada teman dari suku lain Indonesia ketika berbicara di kelas. c) Menyanyikan lagu c) Menyanyikan lagu-lagu Indonesia raya dan lagulagu wajib perjuangan d) Menyukai berbagai upacara d) Mengagumi banyaknya adat di nusantara. keragaman Bahasa di e) Bekerja sama dengan Indonesia e) Mengakui persamaan hak teman dari suku, etnis, budaya lain berdasarkan antara dirinya dan teman persamaan hak dan sebangsa dari suku, etnis, kewajiban.

15 21 budaya lain f) Membaca buku-buku f) Menyadari bahwa setiap perjuangan mengenai suku bangsa dan mempertahankan etnis yang berjuang kemerdekaan dilakukan bersama dalam bersama oleh berbagai mempertahankan kemerdekaan suku, etnis yang ada di Indonesia. Kemendiknas (2010:36) Berdasarkan pendapat para tentang pengertian semangat kebangsaan, maka dapat disimpulkan mengabdi kepada bangsa dan menepatkan kepentingan bangsa diatas kepentingan kelompoknya. memajukan bangsa dan ingin memandu bangsa ke jalan yang tepat dengan berani berkorban (harta dan jiwa) demi membela bangsa. memajukan bangsa, ingin memandu bangsa ke jalan yang tepat dengan berani berkorban (harta dan jiwa) demi membela bangsa. 8. Hubungan Upacara Bendera dalam Pembentukan Karakter Pengembangan diri menurut Kemendiknas (2010 : 15) merupakan kegiatan yang dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan seharihari sekolah yang dilakukan peserta didik secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Contoh kegiatan ini adalah upacara pada hari besar kenegaraan, upacara hari senin, pemeriksaan kebersihan badan (kuku, telinga, rambut, dan lain-lain), beribadah bersama atau shalat bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama islam), berdoa waktu memulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru, tenaga kependidikan atau teman.

16 22 Upacara bendera merupakan salah satu hal yang berperan dalam pembentukan karakter peserta didik, upacara bendera dilaksanakan setiap hari senin atau untuk memperingati hari-hari besar nasional memiliki tujuan yang dapat mengembangkan karakter peserta didik, tujuan tersebut diantaranya membiasakan bersikap tertib dan disiplin, membiasakan berpenampilan rapi, meningkatkan kemampuan memimpin, membiasakan kesediaan dipimpin, membina kekompakan dan kerjasama, mempertebal semangat kebangsaan. Upacara dilaksanakan dengan khidmat, sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib, untuk membentuk suatu tradisi dan budi pekerti yang baik peserta upacara. Pembentukan karakter tidak bisa dilakukan dalam waktu yang singkat dengan memberikan nasihat, perintah, atau intruksi, namun lebih dari hal tersebut. Pembentukan karakter memerlukan teladan/role, model, keabaran, pembiasaan, dan pengulangan. Proses pendidikan karakter merupakan proses pendidikan yang dialami oleh peserta didik dalam pembentukan kepribadian melalui mengalami sendiri nilai-nilai kehidupan, agama dan moral. C. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian terkait upacara bendera dan karakter disilin, tanggung jawab dan semangat kebangsaan peserta didik. 1. Sholehah. (2014). Penanaman nilai nasionalisme melalui kegiatan upacara hari senin untuk memperkuat karakter peserta didik. FKIP PKN UMS.

17 23 Hasil Penelitian tentang menanamkan nilai nasionalisme melalui kegiatan upacara hari senin untuk memperkuat karakter peserta didik diketahui bahwa penanaman nilai nasionalisme di kalangan peserta didik dapat diawali melalui kegiatan upacara hari senin. 2. Ayu dan Suwanda (2013). Pembentukan karakter peserta didik SMP Negeri 6 Mojokerto Melalui Kegiatan Upacara Bendera. FKIP Universitas Negeri Surabaya. Hasil Penelitian tentang pembentukan karakter diketahui bahwa upacara bendera sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter peserta didik. Karakter yang dapat dibentuk yaitu disiplin, tanggung jawab, percaya diri dan semangat kebangsaan. 3. Pala, Aynur The Need For Character Education. Celal Bayar University. Vol 3, No 2. Penelitian ini mengungkapkan bahwa Pendidikan karakter adalah suatu gerakan nasional menciptakan sekolah yang mampu membina etika, bertanggung jawab dan peduli terhadap orang lain. Pengajaran karakter yang baik melalui penekanan pada nilainilai universal/umum yang kita semua tahu. Nilai-nilai etika seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan menghormati diri sendiri dan orang lain. Karakter tidak terbentuk secara otomatis melainkan dikembangkan dari waktu ke waktu melalui proses berkelanjutan misalnya dengan belajar dan juga dipraktekkan. 4. Tannir Effects of Character Education on the Self-Esteem of Intellectually Able and Less Able Elementary Students in Kuwait. International Journal of Special Education, v28 n2 p Penelitian ini meneliti efek dari kegiatan pendidikan karakter pada diri peserta didik secara intelektual mampu dan kurang mampu di tingkat SD

18 24 lebih rendah di Kuwait. Peserta 39 peserta didik kelas tiga dengan usia rata-rata berusia delapan tahun. Peserta didik pertama kali dibagi menjadi dua sub kelompok kemampuan (intelektual mampu vs intelektual kurang mampu), berdasarkan skor IQ mereka di Kuwait Raven Standard Progressive Matrices (RSPM). The Rosenberg Self-Esteem Scale (RSS) juga diberikan sebelum dan setelah pelaksanaan lima minggu program. Kelompok eksperimen menerima pendidikan karakter, dan kelompok kontrol menerima pelajaran tradisional Inggris tanpa pendidikan karakter tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik intelektual mampu yang menerima pendidikan karakter menunjukkan tinggi rating harga diri daripada intelektual kurang mampu. Program pendidikan karakter telah mendapat manfaat intelektual mampu lebih dari peserta didik intelektual kurang mampu. Penelitian tentang upacara bendera relevan karena fokus dalam penelitian ini sama-sama membahas terkait upacara dan pembentukan karakter peserta didik di sekolah dasar. Penelitian ini mencari tahu peran upacara bendera dalam pembentukan karakter peserta didik. Karakter yang akan dibentuk dalam penelitian ini adalah disiplin, tanggung jawan dan semangt kebangsaan. D. Kerangka Pikir Sekolah merupakan salah satu lembaga yang digunakan dalam menumbuhkan disiplin, tanggung jawab dan semangat kebangsaan kepada generasi muda. Salah satu kegiatan yang dapat membentuk karakter salah satunya melalui upacara bemdera. Upacara bendera merupakan serangkaian

19 25 perbuatan yang dalam suatu ketentuan peraturan yang wajib dilaksanakan dengan khidmat, sehingga merupakan kegiatan yang teratur dan tertib, untuk membentuk suatu tradisi dan budi pekerti yang baik. Upacara mempunyai peran dalam pembentukan karakter peserta didik Karena dalam upacara mengandung tujuan yang dapat membentuk karakter disiplin, tanggung jawab dan semangat kebangsaan yang penting dimiliki peserta didik Adapun alur dari kerangka pikir penelitian ini sebagai berikut Rendahnya karakter peserta didik Pelaksanaan Upacara Bendera dalam Pembentukan karakter Peserta didik Peran upacara bendera dalam pembentukan karakter peserta didik. Mengetahui peran Upacara Bendera dalam membentuk karakter peserta didik kendala dan solusi dalam pelaksanaan upacara bendera Gambar 2.1 Kerangka pikir

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA DI SEKOLAH Disampaikan pada Pelatihan Pembina Pasukan Pengibar Bendera Tingkat SMP/MTs, SMA/MA dan SMK Kabupaten Bintan Tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membangun dirinya maupun lingkungan masyarakat, bangsa dan negaranya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu pengertian yang sempit

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yanti Nurhayati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena yang terdapat dikalangan masyarakat seperti saat ini, telah menunjukan adanya penurunan budaya dan karakter bangsa. Hal ini terlihat dari gaya hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENANAMAN KARAKTER CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS VII SMP KASATRIYAN 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR

MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR MENINGKATKAN NILAI KEINDONESIAN MELALUI UPACARA BENDERA DI SEKOLAH DASAR Bertika Kusuma Prastiwi, S.Pd.Jas, M.Or Dosen PJKR bertikakusuma@gmail.com Abstrak Tujuan dari artikel ini untuk menginformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2013

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2013 LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARA PERINGATAN HARI KEBANGKITAN NASIONAL TAHUN 2013. PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERINGATAN HARI

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu proses perubahan pada pembentuk sikap, kepribadian dan keterampilan manusia untuk menghadapi masa depan. Dalam proses pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA

KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA KETERKAITAN NILAI, JENJANG KELAS DAN INDIKATOR UNTUK SMP-SMA NILAI INDIKATOR 7 9 10-12 Religius: Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama dianutnya, Toleran terhadap pelaksanaan ibadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

I. PENDAHULUAN. suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk. Hal ini terlihat dari keberagaman suku bangsa, ras, bahasa, agama, adat-istiadat, maupun lapisan sosial yang ada

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PERAN GURU DALAM MENANAMKAN KARAKTER SEMANGAT KEBANGSAAN DAN CINTA TANAH AIR (Studi Kasus Semua Guru Selain Guru Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SMP Negeri 2 Colomadu, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)

PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA Heri Supranoto Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Heri_supranoto@yahoo.com Abstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

Pengembangan Sekolah Berkarakter

Pengembangan Sekolah Berkarakter Pengembangan Sekolah Berkarater Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Mampu mengembangan sekolah berkarakter Indikator: Memahami hakikat sekolah berkarakter Memahami nilai karakter yang dikembangkan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Riau E-mail: ahmadeddison@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018

TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 TATA NILAI, BUDAYA KERJA, DAN KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI BIRO SUMBER DAYA MANUSIA KEMENRISTEKDIKTI JAKARTA 2018 DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah : SMP MUH 3 JETIS Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/semester : VIII/I Alokasi waktu : 2 x 40 menit 1. STANDAR KOMPETENSI 1. Menampilkan

Lebih terperinci

BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA

BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA BAB IV NILAI HISTORIS NASKAH PROKLAMASI YANG OTENTIK DAN KETERKAITANNYA DENGAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN NASIONALISME BANGSA INDONESIA Bab keempat yang merupakan hasil kajian penulis terhadap fakta-fakta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Produksi film di Indonesia kian hari kian berkembang, fungsi film selain menjadi media hiburan juga berfungsi sebagai media informasi dan sarana pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. individu semakin berkembang serta dapat menggali potensi diri. Selain itu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Pembukaan Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) merupakan kegiatan dalam melaksanakan suatu kurikulum dalam pendidikan. Pembelajaran PPKn betujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat tidak dapat dihindari. Dampak positif dari globalisasi antara

BAB I PENDAHULUAN. semakin cepat tidak dapat dihindari. Dampak positif dari globalisasi antara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi memunculkan berbagai dampak baik yang bersifat positif maupun negatif khususnya pada bidang pendidikan. Dampak globalisasi yang semakin cepat tidak

Lebih terperinci

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA OLEH: DR. SUKIMAN, M.PD. DIREKTUR PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DITJEN PAUD DAN DIKMAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI

PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI PEDOMAN PELAKSANAAN UPACARA BENDERA HARI GURU NASIONAL TAHUN 2014 DAN HUT KE-69 PGRI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN AGAMA PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN TANGGUNG JAWAB MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PATROLI KEAMANAN SEKOLAH (Studi Kasus pada Kegiatan Ekstrakurikuler Patroli Keamanan Sekolah di SMK Negeri 2 Sragen Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah. Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung 116 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tentang Budaya Religius di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol Tulungagung Budaya Religius di MTs Darul Falah Bendiljati Kulon Sumbergempol

Lebih terperinci

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Drs. Suprijatna 1. Pendidikan harus merupakan aset atau modal kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan dalam penelitian. Sub judul tersebut yaitu latar belakang, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kebangsaan Kelas : 7 Waktu : 12.45-14.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang beraneka ragam budaya yang merupakan ciri khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak melupakan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013)

PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME. (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) PERANAN KEGIATAN PRAMUKA DALAM MENGEMBANGKAN SIKAP PATRIOTISME (Studi Kasus Di SMP Negeri 1 Girimarto Tahun Pelajaran 2012/2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi perkembangan pendidikan di Indonesia, kualitas sumber daya manusia pun harus terus ditingkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TATA NILAI, BUDAYA KERJA,

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH

WALIKOTA YOGYAKARTA PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan suasana dan tata

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1645, 2014 KEMENRISTEK. Keprotokolan. Pedoman. PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 PEDOMAN KEPROTOKOLAN DI KEMENTERIAN RISET

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh karena itu tentu pendidikan juga akan membawa dampak yang besar terhadap peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejarah permainan gobak sodor menurut Achroni (2012:55) permainan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejarah permainan gobak sodor menurut Achroni (2012:55) permainan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Permainan Gobak Sodor Sejarah permainan gobak sodor menurut Achroni (2012:55) permainan gobak sodor dikenal pula dengan nama galasin atau galah asin. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Moral dalam Sastra Moral dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Mores yang berasal dari suku kata Mos. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya penelitian dan pengembangan, asumsi dan keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik, tapi lebih dari itu, bangsa kita tengah mengahadapi krisis karakter atau jati diri yang

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI

MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI MENUMBUHKAN KARAKTER PADA ANAK MELALUI TUTORIAL SIMULASI Sutrisno 1, Siti Aminah 2 1 SMPN 1 Bungkal, Ponorogo ngilmudi@gmail.com 2 SDN Ketonggo, Ponorogo sitiaminah.bungkal@gmail.com Kata Kunci: Karakter

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta)

ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta) ANALISIS PENGEMBANGAN CIVIC DISPOSITION DALAM KEGIATAN OSIS TAHUN AJARAN 2014-2015 (Studi Kasus Pada Siswa SMP Negeri 20 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagaian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (5)Instrumen Penelitian, (6) Prosedur Penelitian, (7) Analisis Data, dan (8)

BAB III METODE PENELITIAN. (5)Instrumen Penelitian, (6) Prosedur Penelitian, (7) Analisis Data, dan (8) BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menguraikan tentang (1) Pendekatan dan Jenis Penelitian, (2) Kehadiran Peneliti, (3) Tempat dan Waktu Penelitian, (4) Sumber Data, (5)Instrumen Penelitian, (6) Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci