SKRIPSI UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SKRIPSI UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA"

Transkripsi

1 SKRIPSI UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA Oleh: FANDRA WIRATAMA F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2 UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Insitut Pertanian Bogor Oleh: Fandra Wiratama F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

3 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Insitut Pertanian Bogor Oleh: Fandra Wiratama F Dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1988 Di Padang Tanggal lulus: Menyetujui, Bogor, 2009 Dr. Ir. Desrial, M.Eng Dosen Pembimbing Mengetahui, Dr. Ir. Desrial, M.Eng Ketua Departemen Teknik Pertanian

4 Fandra Wiratama. F Uji Kinerja Tarik Traktor Tangan Yanmar Bromo DX yang Dilengkapi Pemanas Bahan Bakar dengan Bahan Bakar Minyak Kelapa. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Desrial, M.Eng RINGKASAN Motor bakar diesel adalah sumber tenaga penggerak yang banyak digunakan di bidang pertanian. Penggunaan motor bakar ini mencakup kegiatan mulai dari pra panen hingga pasca panen. Dalam pengoperasiannya, panas yang dihasilkan oleh proses pembakaran bahan bakar tidak seluruhnya dapat digunakan untuk kerja efektif. Hanya sekitar sepertiga dari hasil pembakaran yang dimanfaatkan untuk melakukan kerja, sedangkan sisanya terbuang dalam sistem pendinginan dan terbawa oleh gas buang. Pemanfaatan energi panas yang terbuang, dapat dilakukan dengan menampung energi panas yang dikeluarkan melalui saluran pendingin ataupun melalui gas buang. Minyak kelapa merupakan salah satu komoditas pertanian yang dapat digunakan sebagai pengganti bahan bakar solar karena beberapa sifatnya memenuhi standar bahan bakar motor Diesel. Namun nilai viskositas minyak kelapa lebih tinggi dari solar, sehingga perlu dilakukan pemanasan terhadap minyak kelapa agar viskositasnya dapat mendekati viskositas solar. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kinerja tarik traktor tanganyanmar Bromo dx yang dilengkapi dengan pemanas bahan bakar menggunakan minyak kelapa, dan membandingkannya dengan kinerja tarik pada saat menggunakan bahan bakar solar. Kinerja traktor yang akan diuji adalah Slip (slippage), tenaga tarik (drawbar power) dan menghitung efisiensi lapang pada saat operasi pengolahan tanah dengan bajak singkal. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2009 dan bertempat di Laboratorium lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian Leuwikopo, Departemen Teknik Pertanian, IPB. Untuk mencapai tujuan tersebut, dirancang sebuah elemen pemanas yang memanfaatkan energi panas dari gas buang sebagai sumber panasnya. Berdasarkan hasil ekstrapolasi dari data viskositas minyak kelapa, maka ditetapkan suhu pemanasan optimum untuk memanaskan minyak kelapa agar viskositasnya dapat mendekati nilai viskositas solar adalah 90 C. Drawbar pull maksimum untuk bahan bakar solar pada lintasan beton sebesar 1.41 kn, nilai drawbar power maksimum 1.14 kw ketika slip 13.49%, pada kecepatan 0.89 m/s. Drawbar pull maksimum untuk bahan bakar minyak kelapa pada lintasan beton sebesar 1.21 kn, nilai drawbar power maksimum 1.21 kw ketika slip %, pada kecepatan 0.92 m/s. Sedangkan drawbar pull maksimum untuk bahan bakar solar pada lintasan tanah sebesar 1.24 kn, nilai drawbar power maksimum 0.68 kw ketika slip %, pada kecepatan 0.79 m/s. Drawbar pull maksimum untuk bahan bakar minyak kelapa pada lintasan tanah sebesar 1.37 kn, nilai drawbar power maksimum 0.71 kw ketika slip %, pada kecepatan 0.79 m/s Dari hasil pengukuran efisinsi lapang dengan bahan bakar solar (85.44 %) lebih tinggi dibandingkan efisiensi lapang dengan bahan bakar minyak kelapa (84.66 %).

5 Dari penelitian ini diperoleh bahwa kinerja motor bakar Diesel pada lintasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa lebih tinggi dari bahan bakar solar, sedangkan pada lintasan tanah penggunaan bahan bakar solar lebih bagus dari pada minyak kelapa.

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah YME atas segala nikmat hidayah dan karunia-nya dan selawat serta salam kepada teladan tercinta Rasulullah SAW yang menjadi penerang dengan iman dan ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI KINERJA TARIK TRAKTOR TANGAN YANMAR BROMO DX YANG DILENGKAPI PEMANAS BAHAN BAKAR DENGAN BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian. Dalam menyusun skripsi ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dengan rasa tulus dari lubuk hati yang paling dalam kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Desrial, M.Eng., selaku pembimbing akademik yang telah membimbing, membantu dan memberikan arahan akademis kepada penulis, serta meberikan pelajaran kehidupan. 2. Bapak Dr. Ir. Eduard Namaken Sembiring, MS., sebagai dosen penguji penelitian yang telah memberikan masukan kepada penulis, serta meberikan wejangan yang berharga bagi penulis. 3. Bapak Dr. Ir. Y. Aris Purwanto, M.Agr., atas kesediaan menjadi dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis, serta meberikan nasehat yang berharga bagi penulis. 4. Segenap karyawan di Departemen Teknik Pertanian yang telah membantu penelitian dalam segala hal. 5. Fachruddin dan Chairawati (orang tuaku), Rizari dan keluarga, Fanny, Fandry, Fachrian. 6. Opeck, Jam, Aris, Pak Edi, Puti, Dini, Yudha, Shokul, Reza, Samun, Agung yang telah membantu mengambil data selama penelitian. 7. Teman-teman TEPers 42 dan kosan pondok AA atas semangatnya Roni, Andi, Novel, Novit, Aad, Aan, Ade, Ikbal, Insan, Razy, Doni, Ucup, Bono. 8. Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. i

7 Penulis menyadari akan kekurangan dan keterbatasan dalam menyusun skripsi ini, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Bogor, September 2009 Penulis ii

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN... 1 A. LATAR BELAKANG... 1 B. TUJUAN... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. MOTOR BAKAR DIESEL... 4 B. BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA C. TENAGA TARIK (DARWBAR POWER) D. SLIP (SLIPPAGE) E. KAPASITAS KERJA DAN KAPASITAS LAPANG EFEKTIF III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT B. BAHAN DAN ALAT C. PROSEDUR PENELITIAN D. PENGUKURAN KINERJA IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL C. RANCANGAN STRUKTURAL V. ANALISIS PINDAH PANAS PADA ELEMEN PEMANAS VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS B. PEMBUATAN ELEMEN PEMANAS C. KONDISI LINTASAN UJI D. DRAWBAR PULL, DRAWBAR PULL DAN SLIP E. EFISIENSI LAPANG iii

9 VII. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

10 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Neraca panas motor bakar Diesel Tabel 2. Karakteristik bahan bakar Diesel Tabel 3. Karakteristik kelapa dalam, genyah dan hibrida Table 4. Faktor koefisien traksi Tabel 5. Spesifikasi taktor uji Tabel 6. Spesifikasi traktor beban Tabel 7. Data kondisi lintasan uji Tabel 8. Hasil pengukuran maksimum kinerja tarik traktor Bromo dx Table 9. Perbandingan karakteristik solar dengan minyak kelapa v

11 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Lintasan beton dan tanah Gambar 2. Traktor Yanmar Bromo dx Gambar 3. Prosedur penelitian Gambar 4. Pembuatan heat exchanger Gambar 5. Traktor YanmarYM330T Gambar 6. Pengambilan sampel tanah pada lintasan rumput Gambar 7. Pengukuran penetrasi lintasan tanah Gambar 8. Skema pengukuran drawbar power Gambar 9. Pengukuran diameter roda Gambar 10. Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda Gambar 11. Pembajakan dengan bajak singkal Gambar 12. Saluran masuk gas buang Gambar 13. Muffler Gambar 14. Pipa tembaga elemen pemanas Gambar 15. Tabung knalpot Gambar 16. Tangki bahan bakar minyak kelapa.. 35 Gambar 17. Kran penyaluran bahan bakar minyak kelapa.. 35 Gambar 18. Skema aliran panas pada elemen pemanas Gambar 19. Grafik hubungan nilai viskositas minyak kelapa dengan suhu Gambar 20. Muffler elemen pemanas Gambar 21. Saluran minyak kelapa elemen pemanas Gambar 22. Instrumen pengukur pembebanan Gambar 23. Pengukuran kinerja tarik traktor uji Gambar 24. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan beton dengan bahan bakar solar Gambar 25. Grafik hubungan slip rooda dengan drawbar power pada lintasan beton dengan bahan bakar solar Gambar 26. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan beton dengan bahan bakar minya kelapa vi

12 Gambar 27. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa Gambar 28. Pengukuran kinerja traktor uji Gambar 29. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan tanah dengan bahan bakar solar Gambar 30. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan tanah dengan bahan bakar solar Gambar 31. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa Gambar 32. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa Gambar 33. Pengukuran Kapasitas Lapang vii

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Analisis pindah panas pada elemen pemanas (Miftahuddin, 2009) 58 Lampiran 2. Data pengukuran Viskositas Lampiran 3. Data kalibrasi load cell dan pendahuluan kecepatan traktor Lampiran 4. Data kondisi lintasan uji Lampiran 5. Data kinerja traktor uji pada landasan beton denganbahan bakar solar Lampiran 6. Data kinerja traktor uji pada landasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa Lampiran 7. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar solar Lampiran 8. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa Lampiran 9. Data efisiensi lapang Lampiran 10. Gambar teknik sistem penyaluran bahan bakar minyak kelapa Lampiran 11. Gambar teknik dudukan tangki bahan bakar minyak kelapa Lampiran 12. Gambar teknik elemen pemanas viii

14 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Motor bakar merupakan salah satu sumber tenaga penggerak pada bidang pertanian. Penggunaan motor bakar telah mencakup hampir seluruh kegiatan pertanian, mulai dari kegiatan budidaya pertanian hingga pengolahan hasil pertanian. Perkembangan teknologi memungkinkan penerapannya dalam semua aspek kehidupan. Perkembangan dalam bidang mekanisasi dapat dilihat dengan banyaknya penggunaan alat mekanis dalam membantu kegiatan manusia. Alat mekanis dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia yang semula dilakukan dengan cara manual. Meningkatnya kebutuhan manusia memicu perkembangan traktor yang semakin penting dalam membantu manusia melakukan pekerjaan di lapangan. Perkembangan teknologi yang semakin cepat, dan kebutuhan manusia terhadap energi meningkat, maka muncul kekuatiran terhadap krisis energi jika masih menggunakan bahan bakar dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Ketersediaan bahan bakar minyak bumi sangat terbatas. Sebagai gambaran diperkiraakan cadangan minyak bumi di laut utara akan habis pada tahun Indonesia yang merupakan salah satu negara pengekspor minyak bumi juga minyak bumi, karena produksi dalam negeri tidak dapat lagi memenuhi permintan pasar yang meningkat cepat akibat pertumbuhan penduduk dan industri. Bahan bakar yang dipakai pada traktor awalnya banyak berasal dari solar. Belakangan ini, kelangkaan bahan bakar fosil memicu melambungnya harga bahan bakar, maka bahan bakar nabati menjadi salah satu solusi untuk penaggulangan masalah ini. Sampai saat ini motor diesel masih menggunakan bahan bakar solar yang berasal dari minyak bumi. Ketika persediaan minyak bumi semakin menipis, maka mulai bermunculan bahan bakar alternatif yang bersumber dari minyak nabati (biofuel). Di Indonesia terdapat lebih dari 50 jenis tanaman yang dapat menghasilkan minyak nabati baik untuk keperluan pangan maupun non-pangan, namun hanya beberapa yang dapat diolah menjadi minyak nabati untuk keperluan bahan bakar. 1

15 Kondisi cadangan bahan bakar fosil di dunia yang telah semakin menipis, menyebabkan perlunya dilakukan cara-cara yang tepat untuk melakukan penghematan semaksimal mungkin dalam penggunaan bahan bakar fosil tersebut. Banyak cara yang telah ditemukan oleh pakar-pakar untuk menanggulangi problem pemborosan bahan bakar, selain membuat motor bakar yang memiliki efisiensi lebih baik, sehingga pembakaran bahan bakar dapat lebih sempurna, juga usaha-usaha yang dilakukan untuk membakar kembali sisa bahan bakar yang masih ada dan pemanfaatan-pemanfaatan energi-energi yang terbuang ke lingkungan. Pemanfaatan energi panas yang terbuang, dapat dilakukan dengan menampung energi panas yang dikeluarkan melalui sistem pendinginan maupun melalui gas buang. Minyak yang bersumber dari kelapa sawit, kelapa, kacang-kacangan, jagung, tebu, jarak atau tanaman lain menjanjikan suatu bentuk bahan bakar alternatif yang bisa diperbaharui. Artinya bahan bakar ini dapat dengan mudah disediakan di alam dan selalu bias diproduksi dalam waktu relatif singkat jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak bumi yang butuh waktu bertahun-tahun untuk diproduksi kembali sehingga ketersediaan minyak bumi dapat habis. Penelitian sebelumnya oleh Miftahuddin (2009) diperoleh data suhu keluaran minyak kelapa pada elemen pemanas yang memiliki diameter tabung 11 cm dan tinggi tabung 18 cm, dengan diameter pipa tembaga 0.6 cm (1/4 inchi) dan panjang pipa tembaga 220 cm memenuhi target pencapaian suhu untuk kecepatan putaran mesin 2000 rpm yaitu 90 C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa minyak kelapa pada suhu 90 C dapat digunakan sebagai bahan bakar motor bakar Diesel. 2

16 B. TUJUAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja tarik traktor tangan Yanmar Bromo dx yang dilengkapi dengan pemanas bahan bakar menggunakan minyak kelapa, dan membandingkannya dengan kinerja tarik pada saat menggunakan bahan bakar solar. Kinerja tarik traktor yang akan diuji adalah Slip (slippage), daya tarik (drawbar power) dan menghitung Efisiensi Lapang pada saat operasi pengolahan tanah dengan bajak singkal. 3

17 II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTOR BAKAR DIESEL 1. Pengertian Umum Motor bakar adalah suatu mesin kalor yang mengubah energi termal menjadi energi mekanik. Dengan kata lain, motor bakar adalah alat mekanis yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik (Arismunandar, 2005). Ditinjau dari tempat terjadinya proses pembakaran, motor bakar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu motor bakar eksternal dan motor bakar internal. Motor bakar eksternal adalah motor bakar yang proses pembakarannya berlangsung di luar silinder seperti motor uap, sedangkan motor bakar internal proses pembakarannya terjadi di dalam silinder seperti motor bakar bensin (Otto) dan motor bakar Diesel (Jones, 1963; Arismunandar, 2005). 2. Sejarah Ide pertama yang mendasari operasi dan konstruksi motor bakar internal adalah gerakan peluru pada laras senjata api. Laras senjata dianggap sebagai silinder dan peluru sebagai pistonnya. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana agar piston dapat kembali pada kedudukan semula dan menghasilkan gerakan bolak-balik secara kontinyu untuk menghasilkan tenaga (Jones, 1963). Pada tahun 1678, Hautefeuille, seorang berkebangsaan Perancis mengusulkan penggunaan tepung peledak (mesiu) untuk menghasilkan tenaga. Dia merupakan orang pertama yang merancang motor bakar yang menggunakan panas sebagai sumber penggeraknya dan menghasilkan kerja kontinyu yang masih terbatas. Orang pertama yang sesungguhnya membuat sebuah motor bakar dengan silinder dan piston adalah Huygens, seorang berkebangsaan Belanda. Motor bakar ini menggunakan tepung peledak sebagai bahan bakar dan telah dipamerkan kepada menteri keuangan Perancis pada tahun 1680 (Jones, 1963). 4

18 Tidak satu pun dari usaha pendahulu di atas yang dinilai berhasil, sehingga kemudian usaha pembuatan motor bakar internal ditinggalkan orang sampai sekitar seratus tahun. Selama abad ke-18 mesin uaplah yang menjadi sumber tenaga utama dan terus berkembang. Selama periode tahun 1800 sampai 1860, motor bakar internal mulai dikembangkan lagi. Tapi tidak ada yang berhasil baik. Pada tahun 1838, Barnett menggunakan tekanan dan memperbaiki sistem penyundutan api, dan pada tahun 1860 Pierre Lenoir yang berkebangsaan Perancis membuat konstruksi motor bakar internal yang diproduksi secara komersial, namun pada akhirnya terbukti bahwa motor bakar tersebut tidaklah praktis (Davis, 1983; Jones, 1963; McColly dan Martin 1955 dalam Desrial, 1990). Dua tahun kemudian Alphonso Beau de Rochas, seorang berkebangsaan Perancis, mengajukan suatu teori tentang tipe motor bakar internal modern. Dia mengemukakan bahwa ada empat hal yang mendasar untuk mendapatkan kondisi operasi motor bakar yang efisien, yaitu: 1. Kemungkinan isi silinder terbesar dengan kemungkinan pendinginan permukaan terkecil. 2. Kemungkinan kecepatan piston terbesar. 3. Kemungkinan kompresi tertinggi pada awal pengembangan. 4. Kemungkinan pengembangan terbesar. Pada tahun 1876, Dr. N. A. Otto, seorang berkebangsaan Jerman merupakan orang pertama yang mendapatkan hak paten atas operasi motornya yang berhasil dengan prinsip 4 langkah (four stroke cycle). Walaupun yang pertama mengemukakan cycle ini adalah Beau de Rochas, namun lebih dikenal umum sebagai Otto cycle. Motor ini pertama kali dipamerkan pada tahun Penemuan motor 4 langkah oleh Otto segera diikuti dengan penemuan motor 2 langkah (two stroke cycle) oleh seorang berkebangsaan Inggris, Dugald Clerk dan dia mendapatkan patennya pada tahun Motor tersebut menghasilkan tenaga pada setiap putaran porosnya. Motor itu tidak segera dipasarkan sampai tahun 1881 (Jones, 1963). 5

19 Perkembangan dan variasi lain dari motor bakar internal ditemukan oleh seorang sarjana Jerman, Dr. Rudolph Diesel. Dia mengemukakan suatu ide untuk menggunakan panas yang dihasilkan oleh kompresi untuk melakukan penyundutan bahan bakar yang disemprotkan ke dalam silinder. Dia memperoleh paten atas motor bakar buatannya yang bekerja dengan cara seperti idenya tersebut pada tahun 1892, namun motor bakar tersebut masih belum sepenuhnya bekerja dengan baik, baru pada tahun 1898 mulai diproduksi motor bakar Diesel secara masal. Selama masa 25 tahun kemudian, terjadi perkembangan yang pesat pada prinsip motor bakar Diesel sehingga motor bakar ini makin banyak digunakan orang (Jones, 1963). 3. Bagian Utama Dari Konstruksi Motor Bakar Diesel a. Unit Tenaga Unit tenaga terdiri dari blok silinder, kepala silinder, piston, batang penghubung, poros engkol, dan roda gaya. Blok silinder adalah bagian dasar yang menyokong unit tenaga. Blok silinder dilengkapi dengan kepala silinder yang sekaligus menjadi ruang pembakaran dan tempat bertumpunya sistem klep. Di dalam blok silinder terdapat piston yang merubah tenaga panas hasil pembakaran menjadi tenaga mekanis dengan bergerak maju-mundur (transalasi) sepanjang silinder (Jones, 1963). Piston dilengkapi dengan cincin piston yang yang berfungsi untuk menahan kompresi dan rembesan tenaga hasil pembakaran, melumasi dinding silinder, mengurangi gesekan antara piston dengan dinding silinder, mencegah masuknya minyak pelumas ke dalam ruang pembakaran, dan merambatkan panas dari piston ke dinding silinder (Arismunandar dan Tsuda, 2008). Batang penghubung berfungsi untuk menghubungkan piston dengan poros engkol. Pada ujung batang penghubung terdapat bantalan pena piston, sedangkan pada bagian pangkalnya terdiri dari dua bagian yang diberi bantalan untuk sambungan ke poros engkol (Arismunandar dan Tsuda, 2008). 6

20 Poros engkol berfungsi untuk mengubah gerak translasi dari piston menjadi gerak rotasi (putaran). Dalam motor bakar bersilinder banyak, bentuk poros engkol disesuaikan dengan susunan penyalaan silinder untuk memperkecil fluktuasi momen putar poros. Pada ujung poros engkol dipasang roda gaya yang berfungsi untuk meratakan momen putar yang terjadi pada poros agar kecepatan poros engkol menjadi stabil (Arismunandar dan Tsuda, 2008). b. Sistem Penyaluran Bahan Bakar Komponen-komponen yang menyusun sistem penyaluran bahan bakar pada motor bakar Diesel antara lain tangki bahan bakar, saringan, selang, pompa, pipa penyalur, dan injektor. Bahan bakar dari tangki disalurkan ke pompa melalui selang setelah melewati saringan, kemudian bahan bakar dipompakan melalui pipa penyalur menuju ke injektor. Dari injektor, bahan bakar yang sudah bertekanan disemprotkan ke dalam ruang pembakaran. c. Sistem Penyalaan Bahan Bakar Penyalaan bahan bakar pada motor bakar Diesel berlangsung secara spontan akibat panas yang ditimbulkan oleh hasil kompresi udara di dalam ruang pembakaran. Penyalaan bahan bakar terjadi sedikit demi sedikit sampai bahan bakar yang disemprotkan habis terbakar (Arismunandar dan Tsuda, 2008). Ruang pembakaran merupakan tempat pencampuran bahan bakar dengan udara agar dapat terbakar dengan baik. Beberapa jenis ruang pembakaran pada motor bakar Diesel antara lain ruang pembakaran terbuka, ruang pembakaran kamar muka, ruang bakar turbulen, dan ruang bakar pembantu. Motor bakar Diesel dengan ruang pembakaran terbuka disebut juga dengan motor bakar Diesel penyemprotan langsung, sedangkan untuk yang lainnya disebut motor bakar Diesel penyemprotan tidak langsung (Arismunandar dan Tsuda, 2008; Jones, 1963). 7

21 d. Sistem Pelumasan Fungsi utama pelumasan adalah untuk mengurangi gesekan antara permukaan logam. Selain itu, pelumasan juga berfungsi untuk menyerap dan merambatkan panas dari piston ke dinding silinder, mencegah kebocoran kompresi, membersihkan bagian-bagian yang bekerja dalam ruang pembakaran, dan meredam suara akibat gesekan (Jones, 1963). Sistem pelumasan yang digunakan pada motor bakar Diesel antara lain sistem tekanan penuh, sistem percik, dan gabungan antara sistem tekanan penuh dan sistem percik. Sistem percik umumnya digunakan pada motor bakar Diesel yang berukuran kecil, sedangkan untuk motor bakar Diesel berukuran besar digunakan sistem tekanan penuh ataupun gabungan antara sistem percik dan sistem tekanan penuh. (Arismunandar, 2005). e. Sistem Pendinginan Gas pembakaran pada motor bakar internal dapat mencapai suhu 2500 C. Karena proses pembakaran terjadi secara berulang-ulang maka dinding silinder, kepala silinder, piston, klep, dan bagian-bagian lain akan menjadi sangat panas. Selain itu minyak pelumas juga akan menguap sehingga dapat merusak bagian-bagian yang dilumasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendinginan yang cukup agar suhu mesin tetap berada pada ambang batas yang diizinkan. Batas suhu yang diperbolehkan untuk menjamin operasi motor bakar yang baik adalah C (Arismunandar, 2005; Jones, 1963). Berdasarkan jenis pendinginnya, motor bakar digolongkan menjadi dua jenis yaitu motor bakar pendingin udara dan motor bakar pendingin air. Pada motor bakar pendingin air, air pendingin dialirkan melalui rongga di sekeliling silinder, kepala silinder, dan bagian-bagian lain yang perlu mendapatkan pendinginan. Air pendingin akan menyerap panas dari bagian-bagian tersebut dan kemudian dilepaskan ke udara. Pada motor bakar pendingin udara, panas langsung dilepaskan ke udara sekitar dengan bantuan sirip-sirip pada silinder blok. Hal ini biasa 8

22 digunakan pada motor bakar berukuran kecil (Arismunandar dan Tsuda, 2008; Maleev, 1945). 4. Prinsip Kerja Motor Bakar Diesel Pembakaran pada motor bakar Diesel terjadi karena bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder terbakar dengan sendirinya akibat suhu udara kompresi dalam ruang bakar. Berdasarkan jumlah langkah kerjanya, motor bakar Diesel dapat digolongkan menjadi dua, yaitu motor bakar 4 langkah dan motor bakar 2 langkah. a. Motor Bakar Diesel 4 Langkah Motor bakar Diesel 4 langkah adalah motor bakar yang melengkapi satu siklusnya dalam 4 langkah atau dua kali putaran poros engkol. Langkah pertama, piston bergerak dari titk mati atas (TMA) ke titik mati bawah (TMB) yang disebut dengan langkah pemasukan (intake stroke). Pada langkah ini katup pemasukan terbuka dan udara masuk ke dalam silinder, sedangkan katup pembuangan dalam keadaan tertutup. Langkah kedua piston bergerak dari TMB ke TMA yang disebut dengan langkah kompresi (compression stroke). Pada langkah ini posisi katup pemasukan dan pembuangan dalam keadaan tertutup. Pada akhir langkah kompresi, tekanan dan suhu di dalam silinder menjadi sangat tinggi yaitu sekitar 30 kg/cm 2 dan 550 C. Sesaat sebelum piston mencapai TMA, bahan bakar disemprotkan ke dalam silinder dan penyalaan bahan bakar terjadi secara spontan karena suhu hasil kompresi udara melebihi suhu yang dibutuhkan untuk penyalaan. Langkah ketiga adalah langkah tenaga (power stroke). Langkah ini terjadi saat piston bergerak dari TMA ke TMB karena tenaga panas yang dihasilkan dari pembakaran. Pada langkah ini katup pemasukan dan pembuangan dalam posisi tertutup. Langkah yang keempat adalah langkah pembuangan (exhaust stroke). Pada langkah ini piston bergerak dari TMB ke TMA dan katup pengeluaran dalam keadaan terbuka sementara katup pemasukan tertutup. Piston bergerak dari TMB mendorong gas hasil pembakaran 9

23 keluar melalui katup dan saluran pembuangan. Suhu gas buang hasil pembakaran ini dapat mencapai F yang diukur pada pangkal saluran pengeluaran (Arismunandar dan Tsuda, 2008; Purday, 1948). b. Motor Bakar Diesel 2 Langkah Motor bakar Diesel 2 langkah melakukan siklusnya dalam satu kali putaran poros engkol. Siklus dimulai dengan gerakan piston dari TMB ke TMA. Akibat gerakan piston menuju TMA maka lubang pemasukan dan pengeluaran akan tertutup oleh piston, dan udara yang ada di dalam silinder akan dikompresi. Pada saat yang sama volume crankcase akan naik dan udara akan masuk ke dalam crankcase melalui katup pemasukan otomatis. Pada saat piston akan mencapai TMA, bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar dan terjadilah pembakaran. Gas hasil pembakaran menekan piston menuju TMB, yang disebut dengan langkah tenaga. Ketika piston mencapai TMB, saluran pengeluaran terbuka dan gas hasil pembakaran dibuang keluar. Seiring dengan terbukanya lubang pengeluaran, lubang pemasukan akan terbuka dan udara yang ada pada crankcase akan masuk ke silinder. Langkah ini disebut langkah pembilasan (Jones, 1963). 5. Energi Panas Gas Buang Motor Bakar Diesel Panas yang dihasilkan pada pembakaran bahan bakar tidak seluruhnya dapat digunakan untuk kerja efektif. Hanya sekitar sepertiga dari hasil pembakaran yang dimanfaatkan untuk melakukan kerja, sedangkan sisanya terbuang dalam sistem pendinginan dan terbawa oleh gas buang. Keseimbangan ini disebut juga neraca panas seperti yang ditunjukan pada tabel berikut ini. Tabel 1. Neraca panas motor bakar Diesel Neraca Panas Uraian (%) a b Kerja poros (BHP) Pendinginan Gas buang dan radiasi Sumber: a Arismunandar dan Tsuda (2008) b Maleev (1945) 10

24 6. Bahan Bakar Diesel Bahan bakar Diesel (minyak solar) yang umum digunakan pada saat ini diperoleh dari hasil penyulingan minyak bumi (petroleum) atau minyak mentah (crude oil). Minyak mentah yang berwarna sawo matang dan gelap (dark brown liquid) merupakan campuran dari sejumlah senyawa. Unsur kimia utama yang membentuk senyawa ini adalah karbon (C) dan hidrogen (H), sehingga senyawa ini disebut dengan istilah hidrokarbon. Pada umumnya minyak bumi terdiri dari 84-85% karbon, 12-14% hydrogen, dan sisanya adalah unsur-unsur seperti nitrogen, oksigen, dan sulphur. Menurut Khovhakh (1976), komposisi bahan bakar Diesel menurut massanya terdiri dari 87% karbon, 12.6% hidrogen, dan 0.4% oksigen. Tabel 2. Karakteristik bahan bakar Diesel Fuel Diesel Oil Coconut Oil Palm Oil Spesific energy (MJ/kg) C (cst) Cetane number Solidification point ( C) Iodine value Saponification value Sumber: Bradley, 2008 Bahan bakar Diesel yang sering disebut solar (light oil) merupakan suatu campuran hidrokarbon yang didapat dari penyulingan minyak mentah pada temperatur C. Minyak solar yang sering digunakan adalah hidrokarbon rantai lurus (hetadecene (C16H34)) dan alphamethilnapthalene. Bahan bakar yang sebaiknya digunakan dalam motor Diesel adalah jenis bahan bakar yang dapat segera terbakar (sendiri) yaitu yang dapat memberikan periode persyaratan pembakaran rendah (Saipul, 1994). Bahan bakar motor Diesel juga mempunyai sifat-sifat yang mempengaruhi prestasi. Sifat-sifat bahan bakar Diesel yang mempengaruhi prestasi dari motor Diesel antara lain: penguapan (volatility), residu karbon, viskositas, kandungan belerang, abu dan 11

25 endapan, titik nyala, titik tuang, sifat korosi, mutu penyalaan, dan cetane number (Saipul, 1994). a. Penguapan (Volatility) Penguapan dari bahan bakar Diesel diukur pada 90% suhu penyulingan. Penguapan bahan bakar ini menandakan pada suhu berapa bahan bakar berubah fase dari cair menjadi uap. b. Residu Karbon Residu karbon adalah karbon yang tertinggal setelah penguapan dan pembakaran habis. Bahan yang diuapkan dari minyak, diperbolehkan residu karbon maksimum 0.10%. c. Viskositas Viskositas minyak dinyatakan oleh jumlah detik yang digunakan oleh volume tertentu dari minyak untuk mengalir melalui lubang dengan diameter tertentu, semakin rendah jumlah detiknya berarti semakin rendah viskositasnya. d. Belerang Belerang dalam bahan bakar terbakar bersama minyak dan menghasilkan gas yang sangat korosif yang diembunkan oleh dindingdinding silinder, terutama ketika mesin beroperasi dengan beban ringan dan suhu silinder menurun. Kandungan belerang dalam bahan bakar tidak boleh melebihi 0.5%-1.5%. e. Abu dan Endapan Abu dan endapan dalam bahan bakar adalah sumber dari bahan mengeras yang dapat mengakibatkan keausan mesin. Kandungan abu maksimal yang diijinkan adalah 0.01% dan endapan 0.05%. f. Titik Nyala Titik nyala merupakan suhu yang paling rendah yang harus dicapai dalam pemanasan minyak untuk menimbulkan uap terbakar sesaat ketika disinggungkan dengan suatu nyala api. Titik nyala minimum untuk bahan bakar Diesel adalah 150 F. g. Titik Tuang 12

26 Titik tuang adalah suhu minyak mulai membeku/berhenti mengalir. Titik tuang maksimum untuk bahan bakar Diesel adalah 0 F. h. Sifat Korosif Bahan bakar minyak tidak boleh mengandung bahan yang bersifat korosif dan tidak boleh mengandung asam-basa. i. Mutu Penyalaan Istilah ini menyatakan kemampuan bahan bakar untuk menyala ketika diinjeksikan ke dalam pengisian udara tekan dalam silinder mesin Diesel. Suatu bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan siap menyala, dengan sedikit keterlambatan penyalaan. Bahan bakar dengan mutu penyalaan yang buruk akan menyala dengan sangat terlambat. Mutu penyalaan adalah salah satu sifat yang paling penting dari bahan bakar Diesel untuk dipergunakan dalam mesin kecepatan tinggi. Mutu penyalaan bahan bakar tidak hanya menentukan mudahnya penyalaan ketika mesin dalam keadaan dingin tetapi juga menentukan jenis pembakaran yang diperoleh dari bahan bakar. Bahan bakar dengan mutu penyalaan yang baik akan memberikan mutu operasi mesin yang lebih halus, tidak bising, terutama akan lebih terlihat pada tingkat beban kerja yang ringan. j. Bilangan Cetana (Cetane Number) Mutu penyalaan diukur dengan indeks yang disebut Cetana. Mesin Diesel memerlukan bilangan cetana sekitar 50. Bilangan cetana bahan bakar adalah persentase volume dari cetana dalam campuran cetana dengan alpha-metyl naphthalene. Cetana mempunyai mutu penyalaan yang sangat baik dan alpha-metyl naphthalene mempunyai mutu penyalaan yang kurang baik. Bilangan cetana 48 berarti bahan bakar cetana dengan campuran yang terdiri atas 48% cetana dan 52% alphametyl naphthalene. 13

27 B. BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA Tanaman kelapa hampir ditemukan di seluruh wilayah Indonesia yang berasal dari Madagaskar sampai Filipina. Kelapa mempunyai banyak varietas yaitu sekitar 100 macam dan merupakan tanaman penghasil minyak pertama selain Zaitun. Minyak sayuran (minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, dan lainnya) dipertimbangkan sebagai bahan bakar untuk mesin diesel. Angka setana untuk kebanyakan minyak sayuran berada pada angka 40. Tetapi viskositas minyak sayuran lebih tinggi daripada bahan bakar solar, setidaknya 10 kali lipat lebih tinggi. Viskositas yang lebih tinggi ini membuat penyemprotan kurang baik, pembakaran yang tidak sempurna, dan penimbunan karbon pada mesin diesel (Goering dan Hansen, 2004). Secara umum, deskripsi minyak kelapa dapat dijelaskan sebagai lemak yang berwarna putih sampai putih kekuningan, tergantung pada kualitas bahan baku dan metoda ekstraksi minyak. Pada saat meleleh, minyak kelapa berubah wujud menjadi minyak berwarna bening sampai coklat kekuningan. Bau minyak ini menyerupai bau kelapa segar sebelum disuling, sedangkan minyak kelapa yang disuling dengan baik tidak memiliki bau dan rasa (Williams dan Churchill,1966). Bahan bakar dari minyak kelapa dapat langsung digunakan untuk menjalankan mesin diesel dengan sedikit perubahan dan pemanas minyak. Minyak kelapa bisa digunakan untuk semua mesin diesel, termasuk mobil, truk, traktor, penggilingan padi, generator kecil, pompa dan lainnya. Salah satu jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber biofuel adalah kelapa. Biofuel dari tanaman kelapa dimanfaatkan dalam bentuk minyak kelapa. Indonesia dengan luas lahan kelapa sebesar 3.9 juta hektar memiliki potensi akan pengembangan biofuel dari kelapa. Dari satu pohon dapat dihasilkan 23 kg kelapa per tahunnya. Identifikasi varietas kelapa sulit dilakukan karena tanaman ini berumur panajng sehingga uji kemurnian dan kompatibilitasnya memerlukan waktu lama. Beberapa pendekatan dilakuakn untuk identifikasi seperti warna, 14

28 sistem pembungaan/penyerbukan, karakter buah, penampilan batang dan daun menurut Samosir dalam Sutriadi (2004). Kelapa (Cocos nucifera) familia Palmae ini dibagi tiga: (1) Kelapa dalam varietasnya: Viridis (kelapa hijau), Rubescens (kelapa merah), Macrocorpu (kelapa kelabu), Sakarina (kelapa manis). (2) Kelapa genjah varietasnya: Eburnea (kelapa gading), Regia (kelapa raja), Pumila (kelapa puyuh), Pretiosa (kelapa raja malabar). (3) Kelapa hibrida (hasil perkawinan kelapa genjah dan kelapa dalam) Tabel 3. Karakteristik kelapa dalam, genyah dan hibrida. Sumber: Kantor deputi menegristek BPP Teknologi Masa panen kelapa dapat dilakukan sepanjang tahun, setiap pohon dapat dipanen satu kali sebulan, dua atau tiga bulan sekali. Secara umum daging buah kelapa mulai terbentuk sejak buah kelapa berumur 160 hari dan mencapai maksimum dengan ketebalan daging kelapa 1 cm atau lebih setelah buah kelapa berumur 300 hari. Pada kelapa tua persentase buah kelapa adalah 35% serabut, 12% tampurung, 28 % daging buah kelapa, dan air kelapa 25%, persentase tesebut berbeda untuk setiap varietas kelapa (Grimwood, 1975). C. TENAGA TARIK (DRAWBAR POWER) Traktor pertanian dapat menyalurkan tenaganya melalui as (PTO) Power Take-Off, hidrolik dan tenaga tarik (drawbar pull) (Hunt, 1995). Drawbar pull (Dbpull) merupakan gaya tarik yang dihasilka oleh traktor. Gaya tarik ini dapat terjadi jika ada sentuhan antara roda dengan permukaan landasan (Wanders, 1978). Tenaga tarik merupakan tenaga yang paling 15

29 banyak digunakan tetapi mempunyai efisiensi yang paling kecil (Liljedahl et al, 1989). Tenaga atau daya yang ada pada traktor dapat dibagi menjadi Indicated Horse Power (IHP), Brake Horse Power (BHP), dan Drawbar Power (DbP). Indicated horse power merupakan daya yang timbul pada ruang pembakaran dan diterima oleh piston. Brake horse power merupakan daya yang diberikan oleh poros engkol. Drawbar power merupakan daya pada gandengan yang tersedia untuk menarik beban (Daywin, 1990). Kemampuan atau kapasitas drawbar traktor terutama tergantung pada tenaga traktor, distribusi berat pada roda penggerak, tipe gandengan, dan permukaan jalan (Hunt, 1995). Besarnya tenaga tarik traktor dan kemampuan mobilitasnya dibatasi oleh kapasitas traksi dan alat traksi pada pemukaan landasan. Traksi yang dihasilkan oleh roda penggerak akibat putaran roda, mampu mengubah torsi menjadi gaya tarik maksimum. Drawbar pull merupakan gaya tarik bersih yang diperlukan agar traktor atau alat dapat bergerak diatas permukaan. Gaya tarik ini dapat mengatasi gaya-gaya tahanan tanah yang meliputi gaya gesekan tanah dan tahanan gelinding (Rolling Resistance). Besarnya gaya tarik berdasarkan persamaan berikut (Wanders, 1978). Dbpull=F max - F RR...(1) Persamaan diatas menunjukkan bahwa gaya tarik (drawbar pull) berhubungan langsung dengan gaya tarik maksimum (F max ) dan gaya tahanan gelinding (F RR ). Drawbar pull traktor sangat tergantung pada daya traktor, distribusi gerak pada roda penggerak, tipe gandengan, dan permukaan bidang gerak. Penggunaan tenaga pada peralatan traksi baik untuk roda ban atau roda rantai mengkomsumsi sebagian besar tenaga dalam empat cara, yaitu tahanan gelinding (Rolling Resistance), slip roda (wheel slippage), pengaruh alat pada tanah, dan tahanan drawbar traktor (tractor-drawbar resistance) (Jones dan Aldred, 1980). 16

30 D. SLIP (SLIPPAGE) Slip merupakan pengurangan kecepatan maju traktor karena beban operasi pada kondisi lapang. Slip roda yang terjadi pada roda traksi traktor dapat diketahui dari pengurangan kecepatan traktor pada saat opersi dengan beban dibandingkan dengan kecepatan traktor teoritis (Liljedahl et al, 1989). Slip roda traktor merupakan salah satu faktor pembatas bagi pengoperasisan traktor-traktor pertanian. Slip akan selalu terjadi pada traktor baik pada saat menarik beban maupun saat tidak menarik beban. Drawbar pull masih dapat terus meningkat sampai maksimum yaitu sampai slip roda mencapai 30%, slip optimum 16% terjadi pada saat efisiensi traksi maksimum (Wanders, 1978). Slip terjadi bila roda meneruskan gaya-gaya pada permukaan alas, pengukuran slip agak rumit akibat pengecilan jari-jari ban efektif statis maupun dinamis. Meningkatkan slip roda dapat menambah kemampuan traksi, gaya tarik traktor masih dapat ditambah dengan menaikkan slip hingga 30%, tetapi slip yang optimum pada operasi traktor adalah 10-17% (Wanders, 1978). Tenaga yang tesedia pada roda traksi tidak seluruhnya dapat digunakan sebagai tenaga tarik, sehingga dikenal dengan istilah efisisensi tenaga tarik (traktive power efficiency). Efisiensi tenaga tarik adalah perbandingan drawbar power dengan tenaga pada as roda. Kehilangan tenaga ini, yaitu untuk mengatasi tahanan gelinding dan slip roda. Makin besar slip yang terjadi akan makin kecil tenaga yang tersedia untuk menarik alat. Jadi untuk mengetahui berapa besar gaya tarik yang dapat dihasilkan oleh traktor, maka perlu diketahui koefisien traksi. Koefisien traksi (coefficien of traction) adalah perbandingan antara gaya tarik yang dihasilkan traktor dengan beban dinamis pada alat penarik. Koefisien traksi dipengaruhi oleh hubungan roda traktor dengan permukaan landasan. Sebagai contoh perkiraan koefisien traksi dapat digunakan faktor pada Tabel 4. 17

31 Tabel 4. Faktor koefisien traksi Landasan roda Roda karet Roda rantai Beton Lempung liat kering Lempung liat basah Pasir kering Pasir basah Jalan kerikil Sumber: Sembiring, E. Namaken. dkk Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi efisiensi traksi adalah slip (slippage) atau pengurangan gerakan (travel reduce), yang digambarkan (Liljedahl, 1989) sebagai berikut : ( So Si) S x100%...(5) Si Dimana S = penggurangan gerakan (%) So = jarak antara putara roda tanpa beban (m) Si = jarak tiap putaran roda dengan beban (m) E. KAPASITAS KERJA DAN KAPASITAS LAPANG EFEKTIF Kapasitas kerja suatu alat didefenisikan sebagai suatu kemampuan kerja suatu alat atau mesin memberikan hasil (hektar, kilogram, liter) per satuan waktu (Suastawa dkk, 2000). Kapasitas kerja dapat dibedakan menjadi kapasitas teoritis dan kapasitas efektif. Kapasitas efektif merupakan waktu nyata yang diperlukan di lapangan dalam menyelesaikan suatu unit pekerjaan tertentu. Kapasitas teoritis adalah hasil kerja yang akan dicapai alsin bila seluruh waktu digunakan pada spesifikasi operasinya. Kapasitas lapang efektif suatu alat merupakan fungsi dari lebar kerja teoritis mesin, presentase lebar teoritis yang secara aktual terpakai, kecepatan jalan dan besarnya kehilangan waktu lapang selama pengerjaan. Dengan alatalat semacam garu, penyiang lapang, pemotong rumput dan pemanen padi, secara praktis tidak mungkin untuk memanfaatkan lebar teoritisnya tanpa 18

32 adanya tumpang tindih. Besarnya tumpang tindih yang diperlukan terutama merupakan fungsi dari kecepatan, kondisi tanah dan ketrampilan operator. Pada beberapa keadaan, hasil suatu tanaman bisa jadi terlalu banyak sehingga pemanen tidak dapat digunakan memanen selebar lebar kerjanya, bahkan pada kecepatan maju minimum yang masih mungkin. Untuk alat yang terdiri dari satuan-satuan mata terpisah, semisal alat penanam atau penyiang tanaman larik, pengicir bijian, lebar teoritisnya adalah hasil kali banyaknya satuan (misalnya banyaknya larik, pembuka alur) dengan jarak antar satuan. Dengan kata lain, lebar teoritisnya dianggap mencakup setengah jarak satuan pada kedua sisi sebelah luar mata-mata paling ujung. Mesin-mesin tanaman larik memanfaatkan 100% lebar teoritisnya, sedangkan alat lapang terbuka yang memiliki mata terpisah akan terkena kehilangan karena tumpang tindih. 19

33 III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan percobaan Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kondisi lintasan pada penelitian yaitu beton dan tanah seperti terlihat pada Gambar 1 berikut. a) b) Gambar 1. Lintasan (a) beton dan (b) tanah B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang akan digunakan dalam penelitian kali ini adalah bahan bakar solar dan minyak kelapa yang diperoleh dari PT. Guanhien, Ciamis. 2. Alat Alat yang dipergunakan dalam penelitian sebagai berikut: a) Traktor tangan Yanmar bromo DX (traktor uji) b) Traktor Yanmar YM 330 T (traktor beban) c) Set drawbar dynamometer (load cell, Kyowa type LT-5TSA71C) d) Kabel sensor e) Set pencatat handystrain meter UCAM-1A f) Tachometer dan Stop watch g) Pita ukur dan patok h) Penetrometer 20

34 i) Ring sample, timbangan, dan oven j) Pipa tembaga ukuran ¼ inchi k) Peralatan bengkel (tang, obeng, kunci pas, kunci ring, palu, jangka sorong atau mikrometer sekrup, las, gerinda, mesin bor, mesin bubut dan sebagainya. Prosedur pengoperasian traktor tangan dengan bahan bakar minyak kelapa yaitu pertama-tama traktor dihidupkan dengan menggunakan bahan bakar solar selama 10 menit (Miftahuddin, 2009). Setelah itu, kran minyak kelapa dibuka penuh dan kran solar ditutup secara perlahan-lahan. Setelah selesai digunakan, cara untuk mematikan engine traktor yaitu kran solar dibuka penuh dan kran minyak kelapa ditutup secara perlahan-lahan. Traktor tangan Yanmar Bromo DX (Gambar 2) yang diuji memiliki spesifikasi seperti disajikan pada Tabel 5. Gambar 2. Traktor Yanmar Bromo DX Tabel 5. Spesifikasi taktor uji Merk Yanmar Model Bromo dx Jenis mesin Diesel Bahan bakar Solar Volume silinder 493 Sistem kerja 4 langkah Rpm max 2200 rpm Gigi transmisi 4 gigi maju dan 2 gigi mundur Ukuran ban karet 5-13 mm 21

35 C. PROSEDUR PENELITIAN Pembuatan heat exchanger Pengukuran pendahuluan kecepatan traktor dan kalibrasi load cell Pengujian slip, drawbar power, dan efisiensi lapang Data slip, drawbar power, dan efisiensi lapang lapang Pengolahan data slip, drawbar power, dan efisiensi lapang Slip, drawbar power, dan efisiensi lapang Gambar 3. Bagan tahapan penelitian 1. Pembuatan elemen pemindah panas Elemen pemindah panas atau heat exchanger dibuat menggunakan pipa tembaga. Pipa tembaga memiliki nilai konduktivitas panas 386 W/m K, selain itu tembaga juga memiliki titik lebur yang tinggi yaitu 1089 C sehingga dapat tahan terhadap suhu gas buang yang hanya berkisar antara C. Sistem pemindahan panas menggunakan heat exchanger dapat dilihat pada Gambar 4. 22

36 Gambar 4. Pembuatan heat exchanger Pada pembuatan elemen pemanas ini, digunakan pipa tembaga yang ukurannya mendekati ukuran selang bahan bakar motor Diesel pada umumnya, sehingga mudah dirangkaikan pada sistem penyaluran bahan bakar motor Diesel. Diameter pipa tembaga yang digunakan adalah 1/4 inchi dengan panjang 220 cm (Miftahuddin 2009). 2. Persiapan Sebelum pengujian di lintasan uji dilakukan, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan, yaitu: a). Persiapan traktor tangan Yanmar Bromo DX dan traktor beban, b). Persiapan instrumen pengukur serta, c). Persiapan lintasan uji. Persiapan pada traktor uji dengan memeriksa kondisinya sehingga pada saat pengujian tidak terjadi kesalahan baik itu berupa teknis maupun non-teknis. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pengecekan oli, air radiator, transmisi, dan rpm. Pemeriksaan juga dilakukan untuk traktor beban dengan memeriksa ketersediaan bahan bakar, oli, air radiator dll. Traktor beban yang dipakai dapat dilhat pada Gambar 5 dengan spesifikasi lebih lengkap disajikan pada Tabel 6. 23

37 Gambar 5. Traktor YanmarYM330T Tabel 6. Spesifikasi traktor beban Merk Yanmar Model YM330T Jenis mesin diesel Bahan bakar Solar Jumlah silinder 3 Siste kerja 4 langkah Power/ pada rpm 33 hp/2600 rpm Rpm max 3200 rpm Gigi transmisi 8 gigi maju dan 2 gigi mundur Panjang as depan/belakang 115 cm/115 cm Ukuran ban belakang 12.4/11-28 Ukuran ban depan Pengecekan pada instrumen ukur dilakukan sebelum pengujian di lintasan uji dilakukan, jika perangkat alat ukur sudah diset antara traktor beban dan traktor uji kemudian diberi beban tarikan, angka keluaran pada handy strain meter berubah berarti setingan alat benar. Sesaat pengukuran akan dimulai handy strain di-adjustmen (menset angka pada handy strain supaya nol). 24

38 Sebelum pengujian di lapangan, lintasan uji dan peralatan disiapkan terlebih dahulu. Lintasan beton dibersihkan dari tanah, daun-daunan dan rumput. Lintasan rumput dirapikan dengan memotong rata rumput dan dibersihakan dari daun-daun, plastik, kayu dll. Kondisi lintasan tanah diamati dengan mengukur kadar air, kerapatan isi tanah, dan tahanan penetrasi. Pengukuran kadar air dan kerapatan isi tanah dilakukan dengan mengambil 8 sampel tanah secara acak pada lintasan tanah menggunakan ring sample seperti Gambar 6. Sebelumnya kedua lintasan diberi tanda setiap 10 m untuk pengukuran kecepatan maju traktor uji. Gambar 6. Pengambilan sampel tanah pada lintasan rumput 3. Kalibrasi Load Cell Kalibrasi load cell dilakukan dengan cara memberikan beberapa tingkat beban pada load cell yang akan diteruskan ke alat pembaca sebagai masukan. Langkah awal pada kalibrasi ini adalah memasang drawbar dynamometer pada sebuah katrol. Dalam hal ini katrol adalah sebagai alat bantu menggantungkan drawbar dynammometer dan beban. Lalu dilanjutkan dengan menghubungkan kabel sensor pada drawbar dynamometer dan handystrain meter. Berikan beberapa tingkat beban pada drawbar dynamometer dan baca keluaran (dalam µε) pada handystrain meter. 25

39 4. Pengamatan Kondisi Lintasan Sebelum dilakukan pengujian pada lintasan tanah, kondisi lintasan diamati pada titik-titik pengukuran dengan parameter yang diamati adalah: a) Kadar air dan kerapatan isi tanah Kadar air merupakan jumlah air yang tersedia dalam pori tanah dalam massa tertentu. Kadar air tanah diukur dengan mengambil sampel tanah pada linatasan uji dengan ring sampel, kemudian dirimbang (massa tanah basah + ring sampel). Contoh tanah dikeringkan dalam oven selama 24 jam dengan suhu C kemudian ditimbang (massa tanah kering + ring sampel). Kadar air dan kerapatan isi tanah untuk seluruh contoh dihitung. Kadar air tanah dihitung (Setiawan et al, 2002) dengan rumus: mtb mtk KA x100%. (6) mtk Dimana : KA = kadar air basis kering (%) mtb = massa tanah basah (g) mtk = masa tanah kering (g) Kerapatan isi tanah dapat dihitung dengan rumus (Setiawan et al 2002): mtk ρd. (7) Vt Dimana : ρd = kerapatan isi tanah (g/cm 3 ) mtk = massa tanah kering (g) Vt = volume tanah dalam ring sampel (cm 3 ) Untuk perhitungan kadar air dan keraptan isi tanah selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3. b) Penetrasi tanah Untuk penetrasi tanah dilakukan dengan menggunakan penetrometer tipe SR-2 (Gambar 11) dentgan kerucut berpenampang 2 cm 2. pengukuran dilakukan pada 10 titik berbeda dengan kedalaman 1-5 cm, 5-10 cm, cm. Tahanan pentrasi dihitung dengan rumus (Setiawan et al, 2002) berikut: 26

40 98xFp Cl... (8) Ak Dimana : Cl = tahanan penetrasi tanah (kpa) Fp = gaya penetrasi terukur pada penetrometer ditambah massa penetrometer (kg) Ak = Luas penampang kerucut (cm 2 ) Gambar 7. Pengukuran penetrasi lintasan tanah D. PENGUKURAN KINERJA Pengujian kinerja motor bakar dilakukan dalam dua tahap. Pertama, pengujian dilakukan pada saat motor bakar menggunakan bahan bakar solar. Kedua, pengujian dilakukan pada saat motor bakar menggunakan bahan bakar minyak kelapa yang telah dipanaskan. Dari kedua hasil pengujian tersebut nantinya akan didapatkan perbandingan kinerja motor bakar antara yang menggunakan bahan bakar solar dengan yang menggunakan bahan bakar minyak kelapa. Parameter keluaran hasil adalah tenaga tarik, slip, dan efisiensi lapang dengan implemen bajak singkal. 27

41 1. Pengukuran Drawbar Power Pengukuran drawbar power untuk mengetahui besarnya gaya tarik horizontal yang dihasilkan roda traksi dengan gandengan traktor Yanmar YM 330T. Dilakukan untuk beberapa kecepatan dengan menggunakan drawbar power meter yang dilengkapi handystrain meter. Pada waktu berjalan, kecepatan maju traktor diukur dengan cara mengukur waktu dan jarak yang ditempuh oleh traktor pada 5 putaran roda (Gambar 8). Drawbar power kemudian diukur dengan menggunakan persamaan (6) berikut ini (Wanders, 1978). DbP = Dbpull x V... (6) Dimana DbP = tenaga pada drawbar ( drawbar power) (Watt) Dbpull = gaya tarik bersih yang terukur (drawbar pull) (N) V = kecepatan rata-rata maju traktor (m/s) Load cell Traktor beban Traktor uji Gambar 8. Skema pengukuran drawbar power 2. Pengukuran Slip a. Mengukur jarak tempuh teoritis (So) dihitung dengan mengukur diameter roda traktor, kemudian disubsitusikan kepersamaan (10) berikut: St = 5 x π Dw... (10) Dw Permukaan landasan Gambar 9. Pengukuran diameter roda traksi (Dw) 28

42 b. Mengukur jarak tempuh 5 kali putaran roda tampa beban sebanyak tiga kali ulangan. Roda diberi tanda, kemudian dihitung setiap kali tanda pada roda menyentuh permukaan landasan sebagai satu putaran. Setelah 5 kali putaran ukur dengan pita ukur (So). w Dw Permukaan landasan 10 5 Jarak tempuh 5 putaran roda Gambar 10. Pengukuran jarak tempuh 5 putaran roda c. Gandengkan traktor roda empat Yanmar YM 330T untuk megukur jarak tempuh 5 kali putaran roda. Slip traktor yang diuji dapat dihitung dengan persamaan (5) 3. Efisiensi Lapang (Eff) a. Mengukur Kapasitas lapang teoritis (KLT) menggunakan bajak singkal seperti pada Gambar 11, dihitung dengan persamaan berikut : b. KLT = 0.36 ( v x lp )... (11) Dimana : KLT = Kapasitas lapang teoritis (ha/jam) V = Kecepatan rata-rata (m/detik) lp = lebar pembajakan rata-rata (m) 0.36 = faktor konversi dari m 2 /det ke ha/jam (1 m 2 /det = 0,36 ha/jam). c. Untuk menghitung kapasitas lapang pengolahan efektif (KLE) diperlukan data waktu kerja keseluruhan kerja dari mulai bekerja hingga selesai (WK) dan luas tanah hasil pengolahan keseluruhan (L). Persamaan yang dipakai adalah : KLE =...(12) 29

43 Dimana : KLE = Kapasitas lapang efektif (ha/jam) L = Luas lahan hasil pengolahan (m 2 ) WK = Waktu kerja (s) d. Persamaan yang dipakai untuk menghitung Efisiensi Lapang (Eff) adalah : Eff = x100%...(13) Gambar 11. Pembajakan dengan bajak singkal 30

44 IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan kebutuhan. Perancangan elemen pemanas (heat exchanger) pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suhu pemanasan minyak kelapa agar dapat menurunkan nilai viskositasnya sehingga mendekati nilai viskositas solar. Panas dari gas buang akan dimanfaatkan sebagai sumber panas untuk memanaskan minyak. Panas ini akan memanaskan minyak baik secara konduksi maupun konveksi. B. Rancangan Fungsional Elemen pemanas ini berfungsi untuk memanaskan minyak kelapa hingga mencapai suhu pemanasan optimumnya. Sumber panas dari elemen pemanas ini berasal dari gas buang motor bakar Diesel. Guna memenuhi fungsi utama di atas diperlukan fungsi-fungsi yang dapat menunjang elemen pemanas berjalan dengan baik. Pertama, fungsi penyaluran gas buang untuk masuk dan keluar dari elemen pemanas. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang mengarah ke dalam tabung elemen pemanas dan keluar dari tabung elemen pemanas. Fungsi kedua adalah untuk menampung panas gas buang. Fungsi ini dapat dipenuhi oleh tabung yang dapat menahan panas gas buang sebelum dibuang ke lingkungan. Fungsi ketiga adalah untuk meratakan panas gas buang di dalam tabung. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang seluruh bagian dindingnya dilubangi dan pada bagian tengahnya diberi sekat. Gas buang nantinya akan melalui pipa ini dan tertahan oleh sekat di bagian tengahnya. Karena tertahan oleh sekat, gas buang akan keluar melalui lubang-lubang pada bagian dinding pipa dan menyebar di dalam tabung. Gas buang di dalam 31

45 tabung akan keluar dari pipa melalui lubang-lubang pada bagian dinding pipa yang mengarah ke luar tabung. Fungsi keempat adalah untuk menyalurkan dan memanaskan minyak kelapa. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang berada di dalam tabung. Minyak akan mengalir melalui saluran ini secara gravitasi. Pipa ini pun menjadi perantara perpindahan panas secara konduksi dari gas buang di dalam tabung ke minyak kelapa di dalam pipa. Fungsi kelima adalah untuk menahan dan mengalirkan minyak. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan kran. Fungsi keenam adalah untuk menyalurkan minyak kelapa dari tangki ke dalam elemen pemanas dan dari elemen pemanas ke pompa injeksi. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan selang bahan bakar. C. Rancangan Struktural Dalam perancangan, pemilihan bentuk dan bahan yang digunakan merupakan proses yang sangat penting. Rancangan struktural dari elemen pemanas ini dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai (compatible) untuk dirangkaikan pada motor bakar Diesel. Secara keseluruhan, rancangan elemen pemanas ini berbentuk seperti knalpot motor bakar pada umumnya, hanya saja terdapat perbedaan dari segi penambahan pipa tembaga sebagai saluran bahan bakar minyak kelapa. Elemen pemanas ini terdiri atas: saluran masuk gas buang, muffler, saluran minyak kelapa, tabung knalpot, tangki bahan bakar minyak kelapa, kran penyaluran bahan bakan. 1. Saluran Masuk Gas Buang Saluran gas buang dirancang menyerupai saluran knalpot pada umumnya. Pada saluran inilah elemen pemanas dirangkaikan ke motor bakar. Lubang masukan saluran ini terhubung dengan lubang keluaran gas buang hasil pembakaran pada motor bakar. Pada saluran masuk gas buangnya diambil dari saluran knalpot asli motor bakar Diesel, dengan diameter 42 mm, panjang 210 mm, dan tebal 2 mm. 32

46 Gambar 12. Saluran masuk gas buang 2. Muffler Muffler terbuat dari pipa besi berdiameter 42 mm dengan tebal 0.8 mm. Pipa ini memiliki lubang pada seluruh dindingnya dan pada bagian tengahnya diberi sekat sebagai penahan gas buang agar tidak langsung keluar melalui saluran keluaran. Panas gas buang yang tertahan oleh sekat tersebut keluar dari muffler melalui lubang-lubang pada dinding pipa sebelum sekat dan keluar menuju saluran keluaran melalui lubang-lubang pada dinding pipa setelah sekat. Muffler berada pada bagian tengah elemen pemanas. Gambar 13. Muffler 3. Saluran Minyak Kelapa Saluran ini terbuat dari pipa tembaga dan posisinya berada di antara muffler dan tabung knalpot. Pemilihan bahan tembaga sebagai saluran minyak kelapa didasarkan oleh nilai konduktivitas termalnya yang cukup tinggi, selain itu pipa tembaga juga banyak tersedia di pasaran dengan ukuran yang cukup bervariasi. 33

47 Gambar 14. Pipa tembaga elemen pemanas Pipa tembaga elemen pemanas ini dirancang berbentuk koil dengan diameter koil yang seragam pada setiap tingkatannya. Jarak antar tingkatan pipa tembaga ini panjang dibuat lebih rapat agar dapat menampung lebih banyak dan memperlama waktu tinggal (retention time) minyak kelapa di dalam elemen pemanas sehingga suhu keluaran minyak kelapa pun menjadi lebih tinggi. Pada perancangan elemen pemanas ini, digunakan pipa tembaga yang ukurannya mendekati ukuran selang bahan bakar motor Diesel pada umumnya, sehingga mudah dirangkaikan pada sistem penyaluran bahan bakar motor Diesel. Diameter pipa tembaga yang digunakan adalah 1/4 inchi. 4. Tabung Knalpot Tabung knalpot terbuat dari plat besi dengan tebal 2 mm. Pada elemen pemanas ini, tabung yang digunakan adalah tabung knalpot asli dari motor bakar Diesel. Diameter tabung ini sebesar 110 mm dan tinggi 180 mm. Karena tabung yang digunakan merupakan tabung knalpot asli, maka pada elemen pemanas ini, dimensi saluran minyak kelapa yang disesuaikan dengan dimensi tabung knalpot (Gambar 15). Gambar 15. Tabung knalpot 34

48 5. Tangki Bahan Bakar Minyak Kelapa Tangki bahan bakar minyak kelapa ini berbahan plastik, dengan kedudukan nya berbahan besi plat, minyak kelapa dari tangki disalurkan ke knalpot yang sudah ada pipa tembaga melalui selang, kemudian bahan bakar dipompakan melalui pipa penyalur menuju ke injektor. Dari injektor, bahan bakar yang sudah bertekanan disemprotkan ke dalam ruang pembakaran. Adapun panjang, lebar dan tinggi dari tangki secara berurutan adalah 21 cm, 12 cm, dan 8 cm. Gambar 16. Tangki bahan bakar minyak kelapa 6. Kran Penyaluran Bahan Bakar Minyak Kelapa Kran penyaluran ini terbuat dari kuningan, penyaluran ini mempunyai 3 kran diantaranya : kran pemasukan minyak kelapa, kran pemasukan solar, dan kran pemasukan bahan bakar ke injektor. Gambar 17. Kran penyaluran bahan bakar minyak kelapa 35

49 V. ANALISIS PINDAH PANAS PADA ELEMEN PEMANAS Menurut Cengel (2003), dalam analisis pindah panas elemen pemanas, ada beberapa kondisi yang diasumsikan dan selalu dianggap seragam sepanjang waktu, yaitu: 1. Elemen pemanas beroperasi dalam jangka waktu yang panjang tanpa ada perubahan kondisi fisik. 2. Laju aliran massa kedua fluida selalu konstan. 3. Tidak ada perubahan dari sifat-sifat fluida. 4. Permukaan luar elemen pemanas terinsulasi sempurna. Penelitian sebelumnya oleh Miftahuddin (2009) dibuat asumsi-asumsi untuk memudahkan perhitungan analisis pindah panas pada elemen pemanas karena kondisi yang sebenarnya terjadi tidak ideal. Namun hal ini menyebabkan nilai keakuratan dalam analisis sederhana elemen pemanas menjadi berkurang. Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, hukum termodinamika pertama dapat diterapkan dalam perhitungan ini (Miftahuddin, 2009) : Q = m C (T out T in )... (14) Dimana: Q = Laju pindah panas (Watt) m = Laju aliran massa (kg/s) C = Panas jenis (kj/kg C) T = Suhu ( C) Menurut Cengel (2003), laju pindah panas dalam elemen pemanas dapat mengacu pada hukum pendinginan Newton (Newton s law of cooling): Q = U A ΔT m... (15) Dimana: Q = Laju pindah panas (Watt) U = Koefisien pindah panas keseluruhan A = Luas area pindah panas (mm 2 ) ΔT m = Perbedaan suhu rata-rata antara kedua fluida ( C) Besarnya suhu antara kedua fluida bervariasi sepanjang elemen pemanas, maka untuk analisis pindah panas ini digunakan perbedaan suhu rata-rata logaritmik (Logarithmic Mean Temperature Difference) atau LMTD (ΔT lm ). 36

50 ΔT lm = Dimana: ΔT 1 - ΔT 2 ln ΔT 1 /ΔT 2... (16) ΔT 1 = T in (gas buang) T out (minyak kelapa) ΔT 2 = T out (gas buang) T in (minyak kelapa) Elemen pemanas pada penelitian ini tergolong dalam jenis counter-flow double-pipe heat exchanger. Tabung knalpot berfungsi sebagai selubung dari pipa tembaga yang ada di dalamnya. Secara skematik elemen pemanas pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut (Miftahuddin, 2009). Gambar 18. Skema aliran panas pada elemen pemanas Elemen pemanas ini akan digunakan untuk memanaskan minyak kelapa dari suhu ruangan (± 30 C) sampai mencapai suhu optimum yang diharapkan yaitu 90 C. Dalam perhitungan ini, suhu gas buang yang masuk dan keluar dari knalpot diasumsikan dengan beberapa variasi suhu. Suhu gas buang yang masuk ke dalam elemen pemanas berkisar antara C dan suhu gas buang yang keluar berkisar antara C. Asumsi suhu gas buang ini akan digunakan dalam perhitungan perbedaan suhu rata-rata logaritmik (ΔT lm ). Nilai laju aliran massa (m) didapatkan dari pengukuran konsumsi bahan bakar hasil penelitian Aidil (2001) pada motor bakar yang sama yang digunakan untuk penelitian ini. Pengukuran konsumsi bahan bakar dilakukan dengan mengukur volume bahan bakar sebelum dan sesudah motor Diesel dioperasikan, sehingga didapatkan selisih antara keduanya, kemudian selisih volume bahan bakar ini dibagi dengan waktu selama motor Diesel beroperasi, dan didapatkanlah nilai konsumsi bahan bakar dengan satuan volume per satuan waktu (liter/jam). 37

51 Konsumsi bahan bakar rata-rata yang dijadikan acuan sebesar liter/jam atau 3.71 x 10-7 m 3 /s. Jadi laju aliran massa minyak kelapa pada elemen pemanas dapat diketahui dari: m = konsumsi bahan bakar x densitas minyak kelapa... (17) = 3.71 x 10-7 m 3 s x (915 kg m 3 ) = kg s Setelah diketahui laju aliran massa dari minyak kelapa, maka laju pindah panas yang diterima oleh minyak kelapa juga dapat diketahui dengan memasukkan variabel-variabel yang diketahui pada persamaan 14: Q = m C (T out T in ) = kg s 2.1 kj kg C C = watt Menurut Cengel (2003), nilai koefisien pindah panas (U) berdasarkan jenis fluida pemanas dan fluida yang dipanaskan seperti pada kasus ini berkisar antara W/m 2 C. Lalu ditetapkan nilai koefisien pindah panas keseluruhan yang digunakan untuk perhitungan ini adalah nilai minimum, yaitu 50 W/m 2 C. Karena suhu gas buang diasumsikan dan angka asumsinya bervariasi, maka nilai perbedaan suhu rata-rata logaritmik pun menjadi bervariasi, begitu juga dengan luas permukaan pindah panas dan panjang pipa tembaga yang dibutuhkan untuk menghasilkan suhu keluaran minyak kelapa optimum. Luas permukaan pindah panas dapat diperoleh melalui persamaan 15: A = Q U ΔT lm Setelah diketahui luas permukaan pindah panas dan diameter pipa tembaga yang digunakan, maka panjang pipa tembaga yang dibutuhkan dapat diperoleh melalui persamaan: A = π D l... (18) l = A π D Dimana: A = Luas permukaan pindah panas (mm 2 ) D = Diameter pipa tembaga (mm) l = Panjang pipa tembaga (mm) 38

52 Diameter pipa tembaga yang digunakan untuk elemen pemanas ini adalah 1/4 inchi. Nilai perbedaan suhu rata-rata logaritmik, luas permukaan pindah panas, dan juga panjang pipa hasil penelitian Miftahuddin (2009) dapat dilihat pada Lampiran 1. Dari tabel hasil perhitungan tersebut, didapatkan panjang pipa tembaga terbesar yang dibutuhkan untuk menghasilkan suhu keluaran minyak kelapa 90 C pada elemen pemanas ini sebesar 132 cm. 39

53 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik dengan nilai suhu, artinya semakin tinggi suhu suatu bahan, maka nilai viskositasnya pun akan semakin rendah. Adapun grafik hubungan nilai viskositas minyak kelapa dengan suhu hasil pengujian di laboratorium Teknologi Industri Pertanian, IPB. Viskositas (mpas) Suhu ( 0 C) Maksimum Pemanasan 105 o C Gambar 19. Grafik hubungan nilai viskositas minyak kelapa dengan suhu Gambar 19 menunjukkan hubungan nilai viskositas minyak kelapa dengan suhunya. Pada suhu ruangan (30 C) nilai viskositas minyak kelapa sebesar 35 mpas. Nilai viskositas minyak kelapa ini semakin menurun seiring dengan pemanasan yang dilakukan pada minyak kelapa tersebut. Pada suhu pemanasan maksimum (105 C), viskositasnya menurun mencapai angka 4.3 mpas. Nilai viskositas ini masih belum mendekati nilai viskositas solar sebesar 3.6 mpas pada suhu ruangan (30 C), jika nilai viskositas tidak tercapai maka suplai bahan bakar ke injektor tidak lancar sehingga mengakibatkan mesin mati. 40

54 Pengukuran nilai viskositas ini bertujuan untuk mengetahui suhu pemanasan yang dibutuhkan untuk menurunkan nilai viskositas dari minyak kelapa agar nilai viskositasnya dapat mendekati nilai viskositas dari solar, sehingga penggunaan minyak kelapa sebagai bahan bakar motor Diesel ini dapat menghasilkan proses pembakaran yang lebih sempurna jika dibandingkan dengan penggunaannya tanpa proses pemanasan. Grafik pada Gambar 19 menunjukkan bahwa nilai viskositas minyak kelapa memiliki kecenderungan untuk terus menurun. Dengan mengasumsikan bentuk grafiknya linier, maka diperoleh bahwa pada suhu 80 C nilai viskositasnya lebih rendah dari nilai viskositas dari solar, yaitu sebesar 2.95 mpas, namun karena bentuk grafik yang sebenarnya tidak linier, maka ditetapkan bahwa suhu pemanasan optimum untuk memanaskan minyak kelapa lebih dari 80 C, yaitu sebesar 90 C. Nilai suhu pemanasan optimum ini digunakan untuk merancang elemen pemanas agar dapat memanaskan minyak sampai suhu 90 C. B. PEMBUATAN ELEMEN PEMANAS Elemen pemanas berasal dari knalpot asli motor bakar. Jadi secara keseluruhan, bentuk dan ukuran elemen pemanas ini sama dengan knalpot asli motor bakar, hanya saja diberi penambahan pipa tembaga sebagai saluran minyak kelapa. Tabung knalpot asli motor bakar dipotong sehingga terlepas dari mufflernya, kemudian pada bagian sisi sebelah atas dan bagian alas tabungnya dilubangi untuk saluran masuk dan keluar minyak kelapa (Miftahuddin, 2009). Elemen pemanas ini menggunakan pipa tembaga berdiameter 1/4 inchi dengan tebal 0.4 mm dan panjang 2200 mm. Pipa tembaga pada elemen pemanas ini juga dibuat berbentuk koil sebanyak 10 lilitan, namun tanpa ada pengurangan diameter lingkaran pada setiap lilitannya. Diameter lilitan koil ini sebesar 80 mm. 41

55 Gambar 20. Muffler elemen pemanas Gambar 21. Saluran minyak kelapa elemen pemanas Setelah pipa tembaga terpasang diantara muffler dan tabung knalpot, tabung dilas sehingga bentuknya kembali seperti semula. Pengelasan saluran masuk dan keluar minyak kelapa dilakukan dengan menggunakan las karbit dengan kawat las perak. Penggunaan kawat las perak ini membuat hasil penyambungan antara pipa tembaga dengan tabung knalpot yang terbuat dari besi menjadi lebih kuat, rapi, dan mudah dibentuk. Elemen pemanas ini berfungsi untuk memanaskan minyak kelapa hingga mencapai suhu pemanasan optimumnya, menurut penelitian (Miftahuddin, 2009) suhu ratarata minyak kelapa stelah dipanaskan pada putaran mesin 2000 rpm adalah C. Sumber panas dari elemen pemanas ini berasal dari gas buang motor bakar Diesel. Fungsi ini dapat dipenuhi dengan menggunakan pipa yang mengarah ke dalam tabung elemen pemanas dan keluar dari tabung elemen pemanas. 42

56 C. KONDISI LINTASAN UJI Hasil dari pengujian sifat fisik lintasan tanah, didapatkan data seperti pada Tabel 7, untuk data selengkapanya terdapat pada Lampiran 3. Tabel 7. Data kondisi lintasan uji Parameter Lintasan Tanah Kadar air (%) Kerapatan isi tanah (g/cm3) Tahanan Kedalaman Penetrasi (cm) (kpa) awal Tahanan Penetrasi (kpa) akhir Kedalaman (cm) Pengukuran kondisi lintasan tanah menunjukkan bahwa kadar air tanah pada saat pengujian adalah 22.69%, ini tergolong relatif kecil. Kerapatan isi tanah sebesar 1.16 g/cm 3, ini sesuai dengan Hardjowigeno, (1992) yang menyatakan bahwa kerapatan isi tanah berkisar antara g/cm 3. Tahanan penetrasi tanah diukur pada lahan uji Leuwikopo dan masingmasing dilakukan sebelum pengujian dan sesudah pengujian. Secara umum terjadi kenaikan nilai pemadatan tanah setelah selesai melakukan pengujian kinerja. Terjadinya kenaikan nilai penetrasi tanah untuk setiap kedalaman menunjukkan bahwa aktifitas traktor pada permukaan lintasan akan memberikan efek pemadatan tanah. Terlihat nilai penetrasi tanah semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kedalaman pengukuran. Hal ini disebabkan pada pengamatan yang semakin dalam, tanah menjadi lebih kompak dan keras sehingga terjadilah proses pemadatan tanah. 43

57 D. DRAWBAR POWER, DRAWBAR PULL DAN SLIP Load cell sebagai unit pengukur beban tarik ditampilkan dan direkam oleh handy strain meter sebelum digunakan dikalibrasi terlebih dahulu. Proses pengkalibrasian ini diawali dengan menghubungkan load cell dengan handy strain meter. Setelah keduanya terhubung kemudian kedua benda tersebut digantungkan pada sebuah crane, untuk kemudian dilakukan pembebanan pada load cell, Dalam mempermudah penempatan beban, pada load cell dikaitkan karung. Pembebanan pada load cell dilakukan secara bertahap dengan tiga kali ulangan. Pada masing-masing pembebanan yang diberikan, nilai yang terbaca pada handy strain meter dicatat sebagai ukuran besarnya regangan yang terjadi. Hasil yang didapat dijadikan sebuah grafik hubungan antara besarnya regangan terhadap pembebanan yang dilakukan. Loadcell dan handy strain meter ditunjukkan oleh Gambar 22. loadcell Handy strain meter Gambar 22. Instrumen pengukur pembebanan. data selengkapnya disajikan pada lampiran 2. Dari hasil kalibrasi diperoleh persamaan kalibrasinya yaitu: y = 1,962x + 0,747 Di mana: y = beban tarik yang terukur (N) x = regangan (µε) 44

58 1. Kinerja Tarik pada Lintasan Beton Metode pengukuran tahanan tarik (draft) diawali dengan menggandengkan Traktor uji dengan traktor roda empat (traktor beban). Draft yang terjadi pada traktor diukur dengan load cell yang dipasangkan pada kawat penarik yang menghubungkan antara traktor uji dengan traktor beban. Titik tarik bagian depan traktor beban dibuat sama tinggi dengan titik gandeng (drawbar) traktor uji sehingga arah tarikan menjadi horizontal. Setelah kawat terhubung, kemudian traktor uji dioperasikan untuk menarik traktor beban. Dari hasil pegukuran beban tarik pada landasan beton dengan transmisi traktor uji L2, putaran mesin 2000 rpm diperoleh hubungan drawbar pull dengan slip dan drawbar power dengan slip baik menggunakan bahan bakar solar maupun dengan bahan bahan bakar minyak kelapa. Data selengkapanya hasil pengukuran pada lintasan beton dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6 dan Gambar 23 berikut menunjukkan penggandengan traktor uji dan traktor beban dengan sebuah load cell yang dipasang pada kawat penarik yang menghubungkan kedua traktor pada saat pengambilan data di lintasan beton. Gambar 23. Pengukuran kinerja tarik traktor uji 45

59 Dari pengujian di lintasan beton yang terlihat pada Gambar 23 untuk kinerja traktor uji dengan bahan bakar solar, tingkat pembebanan dari traktor beban dengan transmisi L1, putaran mesin 900 rpm. Hasil pengukuran kinerja taktor uji dengan bahan bakar solar disajikan pada Gambar 24 dan Drawbar pull (N) Slip (%) Gambar 24. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan beton dengan bahan bakar solar. Drawbar power (w) Slip (%) Gambar 25. Grafik hubungan slip rooda dengan drawbar power pada lintasan beton dengan bahan bakar solar 46

60 Pada gambar 25 tersebut diketahui beban tarikan (drawbar pull) naik secara ekstrim sampai mencapi maksimum ± 1.24 kn pada slip 55.94% dengan koefisien traksi Pengujian tidak dilanjutkan dengan slip lebih dari 55.94% karena dapat mengakibatkan ban traktor uji menjadi tumpul. Sedangkan untuk drawbar power akan mencapai nilai maksimum pada kecepatan 0.79 m/s yaitu sekitar 0.69 kw dengan tingkat pembebanan saat transmisi L1, putaran mesin 1700 rpm Drawbar pull (N) Slip (%) Gambar 26. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan beton dengan bahan bakar minya kelapa. Gambar 26 diatas menunjukkan hasil pengukuran drawbar pull dengan bahan bakar minyak kelapa. tingkat pembebanan yang sama drawbar pull akan naik hingga mencapai titik maksimum ± 1.44 kn pada slip 55.11%. Sedangkan untuk drawbar power maksimum seperti pada Gambar 27 adalah sebesar 1.2 kw pada slip 10.87% dengan kecepatan 0.92 m/s dan koefisien traksi

61 Drawbar power (w) Slip (%) Gambar 27. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa 2. Kinerja Tarik pada Lintasan tanah Percobaan penentuan beban tarik pada lintasan tanah untuk bahan bakar solar dan minyak kelapa, dengan perlakuan transmisi traktor uji L2, putaran mesin 2000 rpm sehingga diperoleh hubungan drawbar pull dengan slip dan drawbar power dengan slip. Data selengkapanya hasil pengukuran pada lintasan tanah dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 6. Gambar 28. Pengukuran kinerja traktor uji 48

62 Dari pengujian di lintasan tanah yang terlihat pada Gambar 28, untuk kinerja traktor uji dengan solar, tingkat pembebanan dari traktor beban memakai transmisi L1, putaran mesin 900 rpm, diperoleh nilai drawbar pull adalah 1.24 kn pada slip sekitar 55.94% dengan koefisien traksi Drawbar pull (N) Slip (%) Gambar 29. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan tanah dengan bahan bakar solar Gambar 29 diatas menunjukkan hasil pengukuran drawbar power didapatkan nilai maksimum pada slip tersebut adalah sebesar 0.69 kw pada kecepatan sekitar 0.79 m/s. 49

63 Drawbar power (w) Slip (%) Gambar 30. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan tanah dengan bahan bakar solar Gambar 30 memperlihatkan keadaan drawbar pull dengan minyak kelapa didapatkan nilai maksimum ± 1.34 kn dengan slip roda 51.87%, pada beban tarik saat diset transmisi L1, putaran mesin 900 rpm Drawbar pull (N) Slip (%) Gambar 31. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar pull pada lintasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa 50

64 Drawbar power (w) Slip (%) Gambar 32. Grafik hubungan slip roda dengan drawbar power pada lintasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa Dari Gambar 32 diatas ditunjukkan nilai Drawbar power maksimum pada tingkat pembebanan transmisi L1, putaran mesin 1700 rpm yaitu 0.71 kw pada kecepatan 0.79 m/s. Secara keseluruhan pembebanan menggunakan rem gigi pada traktor beban, terlihat adanya perbedaan yang cukup jelas dari kedua lintasan uji. Hal ini menunjukkan kemampuan traksi dari traktor uji yang bebeda tergantung dari jenis permukaan lintasan. Unjuk kinerja traktor uji untuk bahan bakar solar seperti Tabel 8, dengan tingkat pembebanan yang sama menunjukkan kinerja tarik pada lintasan beton lebih besar dari lintasan tanah. Hasil pengukuran drawbar pull traktor uji dengan solar untuk landasan tanah menghasilkan drawbar pull maksimum sebesar ± 1.24 kn pada slip 55.94%, dengan drawbar power sebesar ± 1.14 kw. Sementara itu untuk landasan beton menghasilkan drawbar pull maksimum sekitar ± 1.41 kn pada slip 54.27%, dengan drawbar power sekitar 1.14 kw. Jika dibandingkan slip di lintasan tanah untuk solar pada tingkat pembebanan yang sama menghasilkan slip yang lebih besar dari lintasan beton. Hasil ini di sebabkan pada lintasan tanah terjadi perubahan struktur permukaan lintasan akibat tekanan oleh 51

65 telapak roda traksi dengan permukaan tanah. Sehingga posisi permukaan tanah bergeser oleh telapak roda. Sedangkan pada permukaan lintasan beton tidak terjadi perubahan struktur lintasan sebab kerasnya lintasan pada permukaan lantai beton. Penambahan beban dan penurunan kecepatan pada traktor uji juga memberikan efek terhadap slip roda, dengan bertambahnya beban menyebabkan tahanan maju traktor uji akan meningkat, maka traksi untuk menggerakkan traktor lebih besar lagi. Sementara itu untuk dengan menggunakan bahan bakar minyak kelapa slip roda traksi pada lintasan beton dan lintasan tanah tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Tabel 8. Hasil pengukuran maksimum kinerja tarik traktor Bromo DX Bahan bakar Drawbar Power Maksimum (kw) Drawbar Pull Maksimum (kn) Beton tanah Beton tanah Solar Minyak kelapa Pada lintasan beton ditunjukkan Drawbar power meningkat dari solar terhadap minyak kelapa, sedangkan pada lintasan tanah Drawbar power menurun dari solar terhadap minyak kelapa. Peningkatan Drawbar power disebabkan berkurangnya drawbar pull dengansehingga dengan beban dinamis traktor yang tetap, sementara drawbar pull menurun akibatnya koefisien traksi juga menurun. Slip akan terus meningkat jika beban tarikannya bertambah. Penurunan drawbar power disebabkan drawbar pull semakin kecil untuk mengatasi slip yang semakin besar, serta rendahnya kecepatan. Penurunan drawbar pull terjadi karena banyaknya tenaga yang hilang untuk mengatasai slip, kecepatan untuk menarik beban berkurang dan kekuatan tarik maksimum akan menurun. Kondisi ini telah melebihi batas tarikan maksimum dalam kecepatan rendah, namun roda traktor uji masih berputar dan mesin tidak mati, hanya saja throttle tidak mampu mengatur rpm mesin sehingga putaran mesin traktor uji menurun. Jika kecepatan motor menurun karena kelebihan berat, sistem throttel akan bekerja sehingga kecepatan meningkat lagi. 52

66 Berdasarkan kejadian seperti diatas slip akan mengurangi kinerja traktor uji terutama pada tingkat kecepatan rendah, yang berarti slip merupakan faktor pembatas tarikan maksimum dan slip tentunya akan bertambah dengan meningkatnya beban yang diberikan pada drawbar. Menurut Hunt, (1995) penambahan slip juga akan menimbulkan nilai tahanan gelinding yang lebih tinggi dengan membesarnya kontak roda pada tanah yang stabil dan akan menyebabkan pertambahan perpindahan tanah. Kemampuan atau kapasitas drawbar traktor terutama tergantung pada tenaga traktor, distribusi berat pada roda penggerak, tipe gandengan, dan permukaan jalan (Hunt, 1995). Slip dapat dikurangi dengan menambah berat, luas permukan kontak atau menambah penetrasi. Minyak kelapa memiliki keunggulan pada komposisi kimianya, karena dalam minyak kelapa terdapat atom-atom oksigen. Minyak kelapa juga memiliki angka setana yang lebih tinggi dari solar yang menyebabkan meningkatnya efisiensi pembakaran. Tabel 9 menyajikan perbandingan karakteristik minyak kelapa dengan solar. Table 9. Perbandingan karakteristik solar dengan minyak kelapa Parameter Solar* Minyak kelapa** Angka setana Titik nyala ( 0 C) Bilangan iodium (% wt) Temp. didih ( 0 C) Air & sedimen (% Vol) 0 0 Kadar abu (% wt) Nilai kalor (MJ/liter) Sumber: * Hambali,et al dan ** Hasil pengujian di Lemigas Secara umum fenomena pengujian dengan menggunakan minyak kelapa tidak mencemari lingkungan terbukti dari asap yang dikeluarkan cendrung lebih sedikit dibandingkan solar. Minyak kelapa juga memiliki keuntungan dibandingkan solar seperti minyak kelapa terbakar lebih perlahan dibandingkan solar, yang menghasilkan tekanan lebih stabil terhadap piston yang bergerak dalam silinder mesin. Hal ini dapat menghemat kerja mesin, mengurangi getaran mesin, bahan bakar lebih ekonomis, kualitas lubrikasi mesin lebih baik, sehingga membantu memperpanjang umur mesin. 53

67 E. EFISIENSI LAPANG Efisiensi lapang adalah perbandingan dari kapasitas lapang efektif atau aktual terhadap kapasitas lapang teoritis yang dinyatakan dalam persen (Hunt,1995). Efisiensi lapang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (13). Pekerjaan di lapang seperti pembajakan perlu dikerjakan dalam waktu yang sesingkat mungkin, karena banyak faktor alam (seperti cuaca) yang tidak dapat kita atur. Jadi semakin cepat pekerjaan pembajakan maka efisinsi pengolahan akan meningkat. Penelitian ini dilaksanakan di area lahan kering, dengan mengolah tanah seluas 200 m 2 seperti pada Gambar 33. Traktor uji dan bajak singkal tunggal digunakan untuk mengolah tanah area tersebut. kecepatan putar enjin traktor yang digunakan adalah 1500 rpm. Dari hasil pengujian dengan menggunakan bahan bakar solar diperoleh kapasitas lapang efektif, kapasitas lapang teoritis, dan efisiensi lapang secara berurut sebesar ha/jam, ha/jam, dan %. Sedangkan pengujian menggunakan bahan bakar minyak kelapa diperoleh kapasitas lapang efektif, kapasitas lapang teoritis,dan efisiensi lapang secara berurut sebesar , ha/jam, dan %. Jadi pada penelitian efisiensi pembajakan paling tinggi diperoleh dengan bahan bakar solar. Gambar 33. Pengukuran Kapasitas Lapang 54

68 VII. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Drawbar power yang dihasilkan pada lintasan beton dan tanah dengan menggunakan bahan bakar minyak kelapa mengalami peningkatan dibandingkan menggunakan bahan bakar solar, diperoleh Drawbar power maksimal pada lintasan beton dengan solar 1.07 kw sedangkan Drawbar power dengan minyak kelapa dengan lintasan yang sama sekitar 1.21 kw, pada lintasan tanah untuk bahan bakar solar menghasilkan drawbar power 0.61 kw sedangkan dengan minyak kelapa sebesar 0.68 kw, sedangkan drawbar pull dari solar pada lintasan beton 1.47 kn dan untuk lintasan tanah sekitar 1.24 kn, sedangkan dari minyak kelapa pada lintasan beton 1.44 kn dan untuk lintasan tanah 1.37 kn. 2. Efisiensi lapang dengan bahan bakar solar (82.38%) lebih tinggi dibandingkan efisiensi lapang dengan bahan bakar minyak kelapa (87.68%). B. SARAN 1. Diperlukan pengujian untuk konsumsi bahan bakar, emisi gas buang, kondisi pelumasan, kondisi injeksi bahan bakar dan lintasan uji yang dipersiapkan khusus untuk permukaan tanah. 2. Diperlukan alat instrumentasi yang lebih akurat untuk mengukur kinerja tarik traktor. 3. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengukur pembebanan dengan kondisi transmisi traktor beban netral. 55

69 DAFTAR PUSTAKA Adityani, I Uji Performansi Traktor Kubota B6100 pada Beberapa Kondisi Jalan yang Berbeda. Skripsi. Dept. TEP. FATETA. IPB. Bogor. Aidil, D Mempelajari Karakteristik Tenaga Dan Penggunaan Bahan Bakar Traktor Dan Motor Diesel Sebagai Sumber Tenaga Gerak. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor. Alcock, R Tractor Implement Systems. Avi Publishing CO., Westport, Connectitude. Anami, S Uji Kinerja Traktor Kubota B6100 dengan Bahan Bakar Coco-Diesel. Skripsi. Dept. TEP. FATETA. IPB. Bogor. Arismunandar, W Penggerak Mula Motor Bakar Torak. Penerbit ITB: Bandung. Arismunandar, W. dan K. Tsuda Motor Diesel Putaran Tinggi. Pradnya Paramita: Jakarta. Cengel, Y. A Heat Transfer, A Practical Approach. McGraw-Hill: New York. Davis, G. L Agricultural And Automotive Diesel Mechanics. Pretince- Hall, Inc.: New Jersey. Daywin, F. J., M. Djojomartono, R.G. Sitompul Motor Bakar Internal dan Tenaga di Bidang Pertanian. JICA-IPB. Bogor. Goering, CE Engine and Tractor Power. Boston, Pub. USA. Grimwood, D.E Coconut Palm Product. Their Processing in Developing Countries. FAO, U. Rome. Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis Dasar - dasar Ilmu Tanah.Universitas Lampung. Lampung. Hambali, E., S. Mujalipah., Armansyah, H. T., A. W, Pattiwiri, R. Hendroko Teknologi Bioenergi. Agro Media Pustaka. Jakarta. Hardjowigeno, S Ilmu Tanah. Akademika Presindo. Jakarta. Hunt, D Farm Power and Machinery Management. 6th ed. Iowa State Univ. Press, Ames, IA. Jones, F. R Farm Gas Engine and Tractors. McGraw Hill Book Company, Inc.: New York. LEMIGAS Uji Karakteristik Minyak Kelapa. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Jakarta. 56

70 Liljedahl, J. B., P. K. Turnquist, D. W. Smith, and M. Hoki Tractors and Their Power Units. 4th ed. Van Nonstrand Reinhold. New York. Maleev, V. L Internal Combustion Engines. 2nd ed. McGraw Hill Book Company, Inc.: New York. McAllister, M Reduction in Rolling Resistance of Tire for Trailled Agricultural Machinery. J. Agric. Engng. Res 28(2) : Miftahuddin Rancang Bangun Elemen Pemanas Bahan Bakar Minyak Kelapa untuk Motor Bakar dangan Memanfaatkan Panas Gas Buang. Skripsi. Dept. TEP. FATETA. IPB. Bogor. Noureddini, H., Zhu D Kinetics of Transesterification Soybean Oil. J.Am.Gil Chem.Soc.74; Purday, H. F. P Diesel Engine Design. 5th ed. Constable and Company Ltd.: London. Ristek Tanaman Perkebunan. Saipul Studi Penggunaan Minyak Kemiri (Aleurites moluccana WILLD) Sebagai Bahan Bakar Motor Diesel. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor. Suastawa, I. N., W. Hermawan, dan E. N. Sembiring Kontruksi dan Pengukuran Kinerja traktor Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. FATETA. IPB. Bogor. Suastawa, I. N., W. Hermawan, Desrial, R. G. Sitompul dan Gatot P Pedoman Praktikum Alat Dan Mesin Budidaya Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB: Bogor. Wanders, A. A Pengukuran Energi di dalam Strategi Mekanisasi Pertanian. Departemen Teknik Pertanian. FATETA. IPB. Bogor. Williams, K.A. dan A. Churchill Oils, Fats, and Fatty Food, Their Practical Examination. Gloustesplace, London. 57

71 Lampiran 1. Analisis pindah panas pada elemen pemanas COCONUT OIL EXHAUST GAS TEMPERATURE ( C) RATE OF HEAT TRANSFER LMTD SURFACE AREA T in T out T in T out ΔT 1 ΔT 2 ΔT 1 - ΔT 2 ΔT 1 /ΔT 2 ln ΔT 1 /ΔT 2 (Q) (ΔT LM ) (A) (l) LENGTH watt m 2 m Keterangan: Diameter pipa tembaga = 0.6 cm (1/4 inchi) Sumber : Miftahuddin,

72 Lampiran 2. Data pengukuran Viskositas SAMPEL Minyak Kelapa SUHU VISKOSITAS (mpas) ( C) Rata-rata

73 Lampiran 3. Data kalibrasi load cell dan pendahuluan kecepatan traktor Regangan ( ) Beban (N) Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 rata-rata ,00 20, ,33 39, ,00 59, ,33 79, ,00 99, ,67 beban (kg) y = x regangan Data pengukuran pendahuluan kecepatan traktor traktor tangan rpm 1500 traktor YM330T transmisi waktu 10 m waktu 10 m V (m/s) transmisi rpm (s) (s) V (m/s) L1 14,63 0, L ,8 0, L1 15,29 0, L ,4 0, L1 15,66 0,63857 L ,6 0, L2 11,02 0, L ,1 0, L2 11,45 0, L ,3 0, L2 10,89 0, L ,1 0,

74 Sampel Lampiran 4. Data kondisi lintasan uji Massa tanah basah+ ring (g) Uji kerapatan isi tanah dan kadar air pada landasan tanah Massa Massa Massa Massa tanah ring V tanah tanah kering + sampel (cm 3 ) basah kering ring (g) (g) (g) (g) ρd (g/cm 3 ) Kadar air basis kering 1 200,37 183,21 66,08 98, ,29 117,13 1,19 14, ,31 190,24 65,74 98, ,57 124,50 1,27 8, ,31 170,10 64,99 98, ,32 105,11 1,07 27, ,43 175,80 67,22 98, ,21 108,58 1,11 21, ,78 176,80 65,60 98, ,18 111,20 1,13 26, ,21 172,20 66,37 98, ,84 105,83 1,08 29, ,46 193,30 66,00 98, ,46 127,30 1,30 22, ,41 180,21 67,00 98, ,41 113,21 1,15 25,79 rata2 1,16 22,26 Tahanan Kedalaman Gaya penetrasi (Kg ) sebelum pengujian penetrasi (kpa) Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V rata2 0 (cm) ,4 190,12 5 (cm) ,4 1072,12 10 (cm) ,8 1091,72 15 (cm) ,4 1856,12 20 (cm) ,4 2248,12 Gaya penetrasi (Kg ) sesudah pengujian Tahanan penetrasi kpa Kedalaman Titik I Titik II Titik III Titik IV Titik V rata2 0 (cm) ,52 5 (cm) ,2 1209,32 10 (cm) ,8 1385,72 15 (cm) ,8 1826,72 20 (cm) ,52 61

75 Lampiran 5. Data kinerja traktor uji pada landasan beton dengan bahan bakar solar Ulangan pengujian Jarak lima putaran roda hand traktor (tanpa operasi) Putan engine traktor roda empat Pengatur kec. Traktor roda empat Jarak lima putaran roda hand traktor (operasi) Rata -rata jarak putran Slip roda hand traktor Regangan pada Handy strain meter Rata-rata regangan Handy strain meter m rpm m m % Rata g N det det m/det W Beban tarikan Beban tarikan Waktu (operasi) Ratarata waktu (operasi) Kec maju hand traktor (operasi) Dpower Ratarata , Low 1 9,17 9,17 4,05 4,15 4,38 4,05 55,83 4,15 54,74 4,38 52,24 71,8 71, ,2 68, ,2 75,84 140, ,31 134, ,23 149, ,56 8,97 8,93 8,87 8,97 0,45 623,67 8,93 0,46 614,01 8,87 0,49 724,68 654,12 1 9, Low 1 6,1 2 6,44 3 6,35 6,10 33,48 6,44 29,77 6,35 30,75 73, , ,2 73,8 145, ,29 65,8 129, ,25 55,2 109, ,16 11,85 12,59 12,22 11,85 0,51 735,24 12,59 0,51 651,80 12,22 0,52 556,10 735, , Low 1 9,17 9,17 5,96 6,39 6,57 5,96 35,01 6,39 30,32 6,57 28,35 71, , ,6 71,8 141, ,78 63,8 125, ,74 81,6 160, ,47 8,88 9,09 9,22 8,88 0,67 932,78 9,09 0,70 868,69 9,22 0, ,79 975, , Low 1 9,17 9,17 7,64 7,80 7,20 7,64 16,68 7,80 14,94 7,20 21,48 67, ,8 67,6 133, ,91 66,0 130, ,10 58,8 116, ,47 9,95 9,15 8,63 9,95 0, ,03 9,15 0, ,53 8,63 0,83 950, ,08 1 9, Low 1 8,1 8,10 11,67 62,2 62,2 122, ,94 2 9,17 7,90 7,90 13, ,8 69,8 137, ,27 3 9,17 7,80 7,800 14, Keterangan : Warna merah menunjukkan data yang diambil untuk diplotkan di grafik pada Gambar 24 dan Gambar ,0 134, ,61 9,15 8,91 8,78 9,15 0, ,67 8,91 0, ,10 8,78 0, , ,81 62

76 Lampiran 6. Data kinerja traktor uji pada landasan beton dengan bahan bakar minyak kelapa Ulangan pengujian Jarak lima putaran roda hand traktor (tanpa operasi) Putan engine traktor roda empat Pengatur kec. Traktor roda empat Jarak lima putaran roda hand traktor (operasi) Rata - rata jarak putran Slip roda hand traktor Regangan pada Handy strain meter Rata-rata regangan Handy strain meter Beban tarikan Beban tarikan Waktu (operasi) Ratarata waktu (operasi) Kec maju hand traktor (operasi) Dpower m rpm m m % Rata2 g N det det m/det W 1 4, ,03 2 9, Low 1 3,92 4,117 55, ,4 74,67 147, ,0 8,66 8,86 0,46 671,64 3 4, ,6 8,88 1 4, , Low 1 4,79 4,850 47, ,4 3 4, ,2 72,20 142, ,5 9,19 9,16 8,90 9,08 0,53 746,18 1 6, , Low 1 6,45 6,473 29, ,6 3 6, ,6 71,07 140, ,7 8,82 8,81 8,84 8,82 0, ,27 1 7, , Low 1 6,99 7,090 22, ,6 3 6, ,6 71,07 140, ,7 8,91 8,72 8,53 8,72 0, ,51 1 8, ,6 2 9, Low 1 7,90 8,173 10, , ,8 67,80 133, ,8 8,97 8,78 8,88 8,88 0, ,75 63

77 Lampiran 7. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar solar Ulang an penguj ian Jarak lima putaran roda hand traktor (tanpa operasi) Putan engine traktor roda empat Pengatur kec. Traktor roda empat Jarak lima putaran roda hand traktor (operasi) Rata - rata jarak putran Slip roda hand traktor Regangan pada Handy strain meter Rata-rata regangan Handy strain meter Beban tarikan Beban tarikan Waktu (operasi) Ratarata waktu (operasi) Kec maju hand traktor (operasi) Dpower m rpm m m % Rata g N det det m/det W 1 4, ,6 9,21 2 9, Low 1 3,58 4,040 55, ,07 126, ,9 8,81 8,97 0,45 559,09 3 3, ,6 8,88 1 4, ,8 2 9, Low 1 4,43 4,513 50, ,4 3 4, ,73 78,73 772,4 9,1 8,60 8,81 8,84 0,51 394,48 1 6, ,4 2 9, Low 1 6,33 6,440 29, , ,6 46,00 91,03 893,0 8,59 8,58 8,66 8,61 0,75 667,95 1 6, , Low 1 6,97 6,953 24, ,6 3 6, ,2 44,60 88,28 866,1 8,87 8,75 8,72 8,78 0,79 685,88 1 6, ,8 2 9, Low 1 8,47 7,600 17, ,8 3 7, ,20 77,69 762,1 8,72 8,94 9,25 8,97 0,85 645,70 64

78 Lampiran 8. Data kinerja traktor uji pada landasan tanah dengan bahan bakar minyak kelapa Ulangan pengujian Jarak lima putaran roda hand traktor (tanpa operasi) Putan engine traktor roda empat Pengatur kec. Traktor roda empat Jarak lima putaran roda hand traktor (operasi) Rata - rata jarak putran Slip roda hand traktor Regangan pada Handy strain meter Rata-rata regangan Handy strain meter Beban tarikan Beban tarikan Waktu (operasi) Ratarata waktu (operasi) Kec maju hand traktor (operasi) Dpower m rpm m m % Rata g N det det m/det W 1 4, ,2 136,96 8,78 2 9, Low 1 4,95 4,413 51, ,4 69, ,6 8,35 8,50 0,52 697,60 3 4, ,6 8,37 1 4, ,2 2 9, Low 1 6,14 5,113 44, ,6 3 4, ,6 61,13 120, ,4 8,94 12,30 9,28 10,17 0,50 595,30 1 7, ,2 2 9, Low 1 6,25 7,073 22, ,2 3 6, ,6 44,67 88,41 867,3 11,25 8,78 10,19 10,07 0,70 609,04 1 7, ,6 2 9, Low 1 7,10 7,130 22, ,2 3 7, ,6 46,47 91,95 902,0 8,63 9,28 9,07 8,99 0,79 715,12 1 8, ,2 2 9, Low 1 7,78 8,040 12, ,6 3 8, ,6 38,80 76,90 754,4 9,25 8,25 8,72 8,74 0,92 693,97 65

79 Lampiran 9. Data efisiensi lapang Bahan bakar Pengatur kecepatan Traktor roda dua Data KLT Data KLE KLE KLT EL Kecepatan dalam jarak 10 m kec (m/s) lebar olah (m) luas (m2) waktu (s) Minyak kelapa Low 1 12,17 0,82 0,28 200,00 975,00 Low 1 11,91 0,84 0,28 200, ,00 Low 1 12,92 0, ,00 961,00 rata-rata Low 1 12,33 0,81 0,28 200, ,67 0,0716 0, ,6862 Solar Low 1 11,93 0,84 0,28 200, ,00 Low 1 12,41 0,81 0,28 200, ,00 Low 1 12,37 0, ,00 892,00 rata-rata Low 1 12,24 0,82 0,28 200, ,33 0,0681 0, ,

80 RIWAYAT HIDUP Fandra Wiratama, dilahirkan pada tanggal 20 Juni 1988 di Padang, Kecamatan Lubuk buaya, Kota Padang yang lahir dari pasangan Bapak Fachruddin Noer dengan Ibu Chairawati dan merupakan anak ke dua dari empat bersaudara. Pada tahun 1993 penulis menyelesaikan pendidikan prasekolah di TK Masyitah Padang, kemudian menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 11 Lubuk Buaya pada tahun 1999 dan melanjutkan studi di Pesantren Modern Terpadu Prof. Hamka Padang Pariaman. Setelah menyelesaikan studi di Pesantren tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan di SMUN 7 PADANG dan tamat pada tahun Tahun 2005 penulis diterima di Institut Petanian Bogor (IPB) melalui jalur USMI, dan pada tahun 2006 masuk Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian dan penulis mengambil bagian Teknik Mesin Budidaya Pertanian. Selama kuliah di IPB penulis aktif dalam berbagai kegiatan di kampus baik formal maupun nonformal. Pada tahun 2008 melaksanakan pratek lapang di PT. Sweet Indolampung dengan judul Mempelajari Operasi dan Pemeliharaan Alat dan Mesin Budidaya Tanaman Tebu di PT. Sweet Indolampung, Lampung Utara. Pada bulan September 2009 penulis dinyatakan lulus setelah menyelesaikan skripsi yang berjudul Uji Kinerja Tarik Traktor Tangan Yanmar Bromo dx yang dilengkapi Pemanas Bahan Bakar dengan Bahan Bakar Minyak Kelapa

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian Bengkel Metanium, Leuwikopo, dan lahan

Lebih terperinci

A. MOTOR BAKAR DIESEL

A. MOTOR BAKAR DIESEL II TINJAUAN PUSTAKA A. MOTOR BAKAR DIESEL 1. Pengertian Umum Motor bakar adalah suatu mesin kalor yang mengubah energi termal menjadi energi mekanik. Dengan kata lain, motor bakar adalah alat mekanis yang

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUKURAN VISKOSITAS Viskositas merupakan nilai kekentalan suatu fluida. Fluida yang kental menandakan nilai viskositas yang tinggi. Nilai viskositas ini berbanding terbalik

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Tarik Traktor Tangan Dengan Bahan Bakar Minyak Kelapa Murni

Evaluasi Kinerja Tarik Traktor Tangan Dengan Bahan Bakar Minyak Kelapa Murni Technical Paper Evaluasi Kinerja Tarik Traktor Tangan Dengan Bahan Bakar Minyak Kelapa Murni Performance evaluation of the hand tractor pull with pure coconut oil fuel Desrial 1, Y. Aris Purwanto 2 dan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga bulan Agustus 2010 di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB. 3.2 PARAMETER

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Motor Bakar. Motor bakar torak merupakan internal combustion engine, yaitu mesin yang fluida kerjanya dipanaskan dengan pembakaran bahan bakar di ruang mesin tersebut. Fluida

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI

EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI Oleh : PRAMUDITYA AZIZ FATIHA F14053142 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN RANCANGAN

IV. PENDEKATAN RANCANGAN IV. PENDEKATAN RANCANGAN A. Kriteria Perancangan Pada prinsipnya suatu proses perancangan terdiri dari beberapa tahap atau proses sehingga menghasilkan suatu desain atau prototipe produk yang sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pembuatan Alat 3.1.1 Waktu dan Tempat Pembuatan alat dilaksanakan dari bulan Maret 2009 Mei 2009, bertempat di bengkel Laboratorium Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo,

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI

EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI EVALUASI KINERJA DAYA POROS MOTOR DIESEL BERBAHAN BAKAR MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN WATER BRAKE DYNAMOMETER YANG SUDAH DIMODIFIKASI Oleh : PRAMUDITYA AZIZ FATIHA F14053142 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai bulan Agustus 2010. Bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, dan Bengkel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II PENDAHULUAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Bensin Motor bakar bensin adalah mesin untuk membangkitkan tenaga. Motor bakar bensin berfungsi untuk mengubah energi kimia yang diperoleh dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKAIAN ALAT PEMANAS BAHAN BAKAR TERHADAP PEMAKAIAN BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG MOTOR DIESEL MITSUBISHI MODEL 4D34-2A17 Indartono 1 dan Murni 2 ABSTRAK Efisiensi motor diesel dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 PENGUKURAN VISKOSITAS MINYAK NYAMPLUNG Nilai viskositas adalah nilai yang menunjukan kekentalan suatu fluida. semakin kental suatu fuida maka nilai viskositasnya semakin besar,

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo, Departemen

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan

BAB II TEORI DASAR. Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan BAB II TEORI DASAR 2.1. Sejarah Mesin Diesel Mesin diesel pertama kali ditemukan pada tahun 1893 oleh seorang berkebangsaan Jerman bernama Rudolf Diesel. Mesin diesel sering juga disebut sebagai motor

Lebih terperinci

SEJARAH MOTOR BAKAR : Alphones Beau De Rochas (Perancis) menemukan ide motor 4 tak

SEJARAH MOTOR BAKAR : Alphones Beau De Rochas (Perancis) menemukan ide motor 4 tak SEJARAH MOTOR BAKAR Pada tahun 1629 : Ditemukan turbin uap oleh GIOVANNI BRANCA (Italy) kemudian mengalami perkembangan pada tahun 1864 yaitu oleh Lenoir mengembangkan mesin pembakaran dalam kemudian pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Motor Bakar Diesel

TINJAUAN PUSTAKA Motor Bakar Diesel II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Bakar Diesel 2.1.1. Sejarah Ide pertama yang mendasari operasi dan konstruksi motor bakar internal adalah gerakan peluru pada laras senjata api. Laras senjata dianggap sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel

Denny Haryadhi N Motor Bakar / Tugas 2. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah, Motor Wankle, serta Siklus Otto dan Diesel A. Karakteristik Motor 2 Langkah dan 4 Langkah 1. Prinsip Kerja Motor 2 Langkah dan 4 Langkah a. Prinsip Kerja Motor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO

FINONDANG JANUARIZKA L SIKLUS OTTO FINONDANG JANUARIZKA L 125060700111051 SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus thermodinamika yang paling banyak digunakan dalam kehidupan manusia. Mobil dan sepeda motor berbahan bakar bensin (Petrol Fuel)

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal

II. TEORI DASAR. kelompokaan menjadi dua jenis pembakaran yaitu pembakaran dalam (Internal II. TEORI DASAR A. Motor Bakar Motor bakar adalah suatu pesawat kalor yang mengubah energi panas menjadi energi mekanis untuk melakukan kerja. Mesin kalor secara garis besar di kelompokaan menjadi dua

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium lapangan Leuwikopo jurusan Teknik Pertanian IPB. Analisa tanah dilakukan di Laboratorium Mekanika dan Fisika

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Agustus 2010. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat sebagai berikut. 1) Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Pada penelitian ini, bahan yang digunakan dalam proses penelitian diantaranya adalah : 3.1.1. Mesin Diesel Mesin diesel dengan merk JIANGDONG R180N 4 langkah

Lebih terperinci

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS

Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS Uji Eksperimental Pertamina DEX dan Pertamina DEX + Zat Aditif pada Engine Diesel Putaran Konstan KAMA KM178FS ANDITYA YUDISTIRA 2107100124 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H D Sungkono K, M.Eng.Sc Kemajuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Heru Setiyanto (2007), meneliti tentang pengaruh modifikasi katup buluh dan variasi bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin pada motor bensin dua langkah 110

Lebih terperinci

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Penggerak Mula Materi Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika Motor Bakar (Combustion Engine) Alat yang mengubah energi kimia yang ada pada bahan bakar menjadi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Motor bakar adalah suatu tenaga atau bagian kendaran yang mengubah energi termal menjadi energi mekanis. Energi itu sendiri diperoleh dari proses pembakaran. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Motor Bakar Motor bakar adalah motor penggerak mula yang pada prinsipnya adalah sebuah alat yang mengubah energi kimia menjadi energi panas dan diubah ke energi

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram

Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Rancang Bangun dan Uji Kinerja Dinamometer Tipe Rem Cakram Desrial 1), Y. Aris Purwanto 1) dan Ahmad S. Hasibuan 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, FATETA, IPB. Email: desrial@ipb.ac.id, Tlp.

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F

RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG. Oleh: MIFTAHUDDIN F RANCANG BANGUN ELEMEN PEMANAS BAHAN BAKAR MINYAK KELAPA UNTUK MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN MEMANFAATKAN PANAS GAS BUANG Oleh: MIFTAHUDDIN F14104109 2009 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. SEJARAH MOTOR DIESEL Pada tahun 1893 Dr. Rudolf Diesel memulai karier mengadakan eksperimen sebuah motor percobaan. Setelah banyak mengalami kegagalan dan kesukaran, mak akhirnya

Lebih terperinci

BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR

BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR BAB 1 DASAR MOTOR BAKAR Motor bakar merupakan salah satu jenis mesin penggerak yang banyak dipakai Dengan memanfaatkan energi kalor dari proses pembakaran menjadi energi mekanik. Motor bakar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat mengubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya mesin listrik,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2009 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian IPB.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Bakar Torak Salah satu jenis penggerak mula yang banyak dipakai adalah mesin kalor, yaitu mesin yang menggunakan energi termal untuk melakukan kerja mekanik atau mengubah

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC

PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC PENGARUH PENAMBAHAN ADITIF PADA PREMIUM DENGAN VARIASI KONSENTRASI TERHADAP UNJUK KERJA ENGINE PUTARAN VARIABEL KARISMA 125 CC Riza Bayu K. 2106.100.036 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. H.D. Sungkono K,M.Eng.Sc

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke)

MOTOR BAKAR TORAK. 3. Langkah Usaha/kerja (power stroke) MOTOR BAKAR TORAK Motor bakar torak (piston) terdiri dari silinder yang dilengkapi dengan piston. Piston bergerak secara translasi (bolak-balik) kemudian oleh poros engkol dirubah menjadi gerakan berputar.

Lebih terperinci

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah PENGERTIAN SIKLUS OTTO Siklus Otto adalah siklus ideal untuk mesin torak dengan pengapian-nyala bunga api pada mesin pembakaran dengan sistem pengapian-nyala ini, campuran bahan bakar dan udara dibakar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Tarik Traktor Pertanian dengan Bahan Bakar Cocodiesel 1

Evaluasi Kinerja Tarik Traktor Pertanian dengan Bahan Bakar Cocodiesel 1 Evaluasi Kinerja Tarik Traktor Pertanian dengan Bahan Bakar Cocodiesel 1 Desrial 2 dan Syahriful Anami ABSTRAK Cocodiesel (Coconut Methyl Ester, CME) merupakan bahan bakar biodiesel yang bahan bakunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE)

ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) ANALISIS DAYA BERKURANG PADA MOTOR BAKAR DIESEL DENGAN SUSUNAN SILINDER TIPE SEGARIS (IN-LINE) SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FAISAL RIZA.SURBAKTI

Lebih terperinci

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL

ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL ANALISIS VARIASI TEKANAN PADA INJEKTOR TERHADAP PERFORMANCE (TORSI DAN DAYA ) PADA MOTOR DIESEL Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta e-mail : ismanto_ujb@yahoo.com

Lebih terperinci

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS

Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Pengaruh Parameter Tekanan Bahan Bakar terhadap Kinerja Mesin Diesel Type 6 D M 51 SS Andi Saidah 1) 1) Jurusan Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta Jl. Sunter Permai Raya Sunter Agung Podomoro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Motor Bakar Mesin Pembakaran Dalam pada umumnya dikenal dengan nama Motor Bakar. Dalam kelompok ini terdapat Motor Bakar Torak dan system turbin gas. Proses pembakaran

Lebih terperinci

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195

Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S195 Efisiensi Suhu Kerja Mesin Antara Pemakaian Water Pump Dan Tanpa Water Pump Pada Mesin Diesel Satu Silinder Merk Dong Feng S95 Atmaja Kurniadi (083004) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak

Lebih terperinci

PENGARUH MODIFIKASI PENAMBAHAN UKURAN DIAMETER SILINDER PADA SEPEDA MOTOR 4 LANGKAH TERHADAP DAYA YANG DIHASILKAN ABSTRAK Sejalan dengan pesatnya persaingan dibidang otomotif banyak orang berpikir untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin cepat mendorong manusia untuk selalu mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi (Daryanto, 1999 : 1). Sepeda motor, seperti juga

Lebih terperinci

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2

MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 MODIFIKASI INSTRUMEN PENGUKUR GAYA TARIK (PULL) DAN KECEPATAN MAJU TRAKTOR RODA 2 Oleh : Galisto A. Widen F14101121 2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX

PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PENGARUH PORTING SALURAN INTAKE DAN EXHAUST TERHADAP KINERJA MOTOR 4 LANGKAH 200 cc BERBAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX THE INFLUENCE OF INDUCT PORTING INTAKE AND EXHAUST FOR THE 4 STROKES 200 cc PERFORMANCE

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Identifikasi Kendaraan Gambar 4.1 Yamaha RX Z Spesifikasi Yamaha RX Z Mesin : - Tipe : 2 Langkah, satu silinder - Jenis karburator : karburator jenis piston - Sistem Pelumasan

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN

PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN PELUANG DAN KENDALA PENGGUNAAN BAHAN BAKAR NABATI PADA MESIN-MESIN PERTANIAN PENDAHULUAN Saat ini terdapat sejumlah masalah yang berkenaan dengan energi nasional khususnya di Indonesia, yaitu adanya kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA BAB III METODE PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN PERHITUNGAN SERTA ANALISA 3.1 Metode Pengujian 3.1.1 Pengujian Dual Fuel Proses pembakaran di dalam ruang silinder pada motor diesel menggunakan sistem injeksi langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Nopember 2010 September 2011. Perancangan dan pembuatan prototipe serta pengujian mesin kepras tebu dilakukan di Laboratorium Teknik

Lebih terperinci

SEJARAH MOTOR BAKAR DALAM/INTERMAL

SEJARAH MOTOR BAKAR DALAM/INTERMAL SEJARAH MOTOR BAKAR DALAM/INTERMAL Sebelum abad 17 penduduk asli Malaysia memeperoleh api dengan cara mengkompresi cepat suatu plunyer dalam tabung bambu Abad 17 Huygens membangkitkan cara diatas pada

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan

MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR. Pendahuluan MOTOR BAKAR PENGERTIAN DASAR Pendahuluan Motor penggerak mula adalah suatu motor yang merubah tenaga primer yang tidak diwujudkan dalam bentuk aslinya, tetapi diwujudkan dalam bentuk tenaga mekanis. Aliran

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah

Lebih terperinci

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan

Sistem bahan bakar Sistem pelumasan Sistem bahan bakar a. Sistem bahan bakar pada motor bensin Berfungsi untuk : 1. Mengatur perbandingan campuran bahan bakar dan udara 2. Mengatur jumlah pemasukan bahan bakar dan udara ke silinder 3. Merubah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum

BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin Penjelasan Umum 4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Motor Bensin 2.1.1. Penjelasan Umum Motor bensin merupakan suatu motor yang menghasilkan tenaga dari proses pembakaran bahan bakar di dalam ruang bakar. Karena pembakaran ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Motor Bakar Motor bakar torak merupakan salah satu mesin pembangkit tenaga yang mengubah energi panas (energi termal) menjadi energi mekanik melalui proses pembakaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 PENGERTIAN UMUM Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja dari motor bakar bensin adalah perubahan dari energi thermal terjadi mekanis. Proses diawali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hidrogen Hidrogen adalah unsur kimia terkecil karena hanya terdiri dari satu proton dalam intinya. Simbol hidrogen adalah H, dan nomor atom hidrogen adalah 1. Memiliki berat

Lebih terperinci

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN

BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN BAB IV PENGERTIAN - PENGERTIAN I. Pengertian a. Diameter torak adalah garis tunggal torak. Dalam perhitungan motor garis tunggal torak dianggap sama dengan diameter silinder. Pada kenyataannya tidak sama

Lebih terperinci

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya IV. PENDEKATAN RANCANGAN 4.1. Kriteria Perancangan Perancangan dynamometer tipe rem cakeram pada penelitian ini bertujuan untuk mengukur torsi dari poros out-put suatu penggerak mula dimana besaran ini

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC

PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC TUGAS AKHIR RM 1541 (KE) PENGARUH PENGGUNAAN FREKUENSI LISTRIK TERHADAP PERFORMA GENERATOR HHO DAN UNJUK KERJA ENGINE HONDA KHARISMA 125CC RIZKY AKBAR PRATAMA 2106 100 119 Dosen Pembimbing : Prof. Dr.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin

III. METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin III. METODOLOGI PENELITIAN A. Alat dan Bahan Pengujian Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengujian ini meliputi : mesin bensin 4-langkah, alat ukur yang digunakan, bahan utama dan bahan tambahan..

Lebih terperinci

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu:

Pembakaran. Dibutuhkan 3 unsur atau kompoenen agar terjadi proses pembakaran pada tipe motor pembakaran didalam yaitu: JPTM FPTK 2006 KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BUKU AJAR NO 2 Motor Bensin TANGGAL : KOMPETENSI Mendeskripsikan

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TRAKTOR TANGAN Traktor tangan (hand tractor) merupakan sumber penggerak dari implemen (peralatan) pertanian. Traktor tangan ini digerakkan oleh motor penggerak dengan daya yang

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Agus Suyatno 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur, kerapatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi LAMPIRAN 66 Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP 01 Keterangan: 1. Palkah ikan 7. Kursi pemancing 2. Palkah alat tangkap 8. Drum air tawar 3. Ruang mesin 9. Kotak perbekalan 4. Tangki bahan bakar 10.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN.. DYNAMOMETER TIPE REM CAKERAM HASIL RANCANGAN Dynamometer adalah alat untuk mengukur gaya dan torsi. Dengan torsi dan putaran yang dihasilkan sebuah mesin dapat dihitung kekuatan

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid

Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Studi Eksperimental Kinerja Mesin Kompresi Udara Satu Langkah Dengan Variasi Sudut Pembukaan Selenoid Darwin Rio Budi Syaka, Furqon Bastian dan Ahmad Kholil Universitas Negeri Jakarta, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN Suriansyah Sabarudin 1) ABSTRAK Proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder dipengaruhi oleh: temperatur,

Lebih terperinci

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor)

DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) DESAIN DAN PENGUJIAN RODA BESI LAHAN KERING UNTUK TRAKTOR 2- RODA 1 (Design and Testing of Upland Iron Wheel for Hand Tractor) Radite P.A.S 2, Wawan Hermawan, Adhi Soembagijo 3 ABSTRAK Traktor tangan atau

Lebih terperinci

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20

Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Mesin Penyiang Padi Sawah Bermotor Power Weeder JP-02 / 20 Bacalah buku petunjuk sebelum anda menggunakan mesin penyiang bermotor (power weeder) BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL Jurnal Konversi Energi dan Manufaktur UNJ, Edisi terbit II Oktober 217 Terbit 64 halaman PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR SOLAR, BIOSOLAR DAN PERTAMINA DEX TERHADAP PRESTASI MOTOR DIESEL SILINDER TUNGGAL

Lebih terperinci

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA

BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA BAB 9 MENGIDENTIFIKASI MESIN PENGGERAK UTAMA 9.1. MESIN PENGGERAK UTAMA KAPAL PERIKANAN Mesin penggerak utama harus dalam kondisi yang prima apabila kapal perikanan akan memulai perjalanannya. Konstruksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap analisis pengaruh jenis bahan bakar terhadap unjuk kerja mesin serta mencari refrensi yang memiliki relevansi terhadap judul

Lebih terperinci