BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. satu obat Anti Inflamasi Non Steroid yang dapat mengatasi nyeri akibat penyakit

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam asetil salisilat atau sering juga disebut asetosal merupakan salah satu obat Anti Inflamasi Non Steroid yang dapat mengatasi nyeri akibat penyakit sendi degeneratif dan arthritis rheumatoid. Selain memiliki efek terapeutik, obat golongan ini umumnya memiliki efek samping, yaitu kecenderungan menginduksi ulser lambung atau usus yang terkadang disertai dengan anemia akibat kehilangan darah (Roberts dan Marrow, 2001). Efek samping ini dapat terjadi kapanpun tanpa diawali dengan gejala sebagai peringatan (BPOM, 2008). Ada beberapa cara pencegahan terbentuknya tukak lambung akibat penggunaan AINS diantaranya dengan cara pemberian obat yang dapat berfungsi sebagai sitoprotektif pada mukosa lambung, penghambatan pompa proton atau antagonis-h2, analog prostaglandin dan penurun motilitas lambung. Terapi tersebut bertujuan untuk menurunkan sekresi asam lambung guna memperbaiki keseimbangan antara faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif dengan meningkatkan resistensi mukosa lambung (pembentukan dan sekresi mukus, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan regenerasi epitel) (Neal, 2006). Hingga saat ini salah satu obat sitoprotektif mukosa lambung yang sering digunakan adalah sukralfat. Sebagai obat kimia, penggunaan sukralfat perlu diperhatikan berkaitan dengan efek samping yang dapat ditimbulkan yaitu 1

2 konstipasi, insomnia, gatal-gatal, sakit perut dan muntah (BPOM, 2008). Oleh karena itu perlu difikirkan alternatif obat pengganti yang lebih aman. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan tanaman obat asli Indonesia dengan memanfaatkan kombinasi 3 macam simplisia yaitu campuran dari akar manis (Glycyrrhiza glabra, L), kulit batang pulasari (Alyxia reindwartii, BL) dan daun sembung (Blumea balsamifera). Penggunaan kombinasi beberapa simplisia diharapkan dapat memberikan efek sinergistik yang menguntungkan dan mengurangi timbulnya efek samping yang tidak diinginkan. Dalam pengobatan tradisional, ekstrak dari G. glabra telah digunakan dalam pengobatan tukak lambung selama bertahun-tahun. Pemberian secara oral Glycyrrhizae Radix (bentuk simplisia yang digunakan dari G. glabra) pada 15 pasien di sebuah rumah sakit di India dengan tukak lambung ternyata dapat mengurangi gejala dan penyembuhan pada 75% dari kasus. Glycyrrhetic Acid (enoksolon), sebagai konstituen aktif, menghasilkan aktivitas anti ulkus dengan jalan menginhibisi 15-hidroksiprostaglandin dehidrogenase dan prostaglandin reduktase. Penghambatan kedua enzim tersebut merangsang terjadinya peningkatan konsentrasi prostaglandin E dan F2α di lambung, yang memacu penyembuhan peptik karena efek sitoprotektif pada mukosa lambung (WHO,2002). Pulasari memiliki kandungan kumarin, zat samak, zat pahit dan alkaloida juga dapat digunakan untuk obat kembung, menghentikan kejang usus, obat untuk kelebihan asam garam dalam getah lambung, meteorismus, mulas serta demam (Sastroamidjojo, 2001). Tanaman ini juga memiliki kandungan alkaloida 3-2

3 hidroksikumarin yangdiidentifikasi dari kulit bagian dalam Pulasari (Lin dkk., 1993), dan berdasarkan isolasi yang telah dilakukan oleh Rattanapan dkk.(2011) didapat delapan senyawa diisolasi yaitu kumarin, 3-hidroksikumarin, 6- hidroksikumarin, 8-hidroksikumarin, scopoletin, (+) pinoresinol, zhebeiresinol serta p-hidroksibenzoat asam dan diduga bahwa kumarin ini yang bertanggung jawab atas efek anti-inflamasi, analgetik dan antidemam. Daun sembung memiliki kandungan borneol, sineol, limonen dan dimetil eter phloroacetophenon (Depkes RI, 2008) sering digunakan untuk pengobatan penyakit lambung, gangguan pencernaan, kolik, tukak lambung, demam, arthritis juga penyakit tulang. Selain itu daun sembung juga memiliki kandungan kuersetin yang memiliki efek gastroprotetif. Daun sembung disebutkan dalam Medicine Plant of Myanmar memiliki indikasi untuk mengatasi gangguan pencernaan, gangguan lambung, tukak peptik dan kolik. Dosis serbuk kering daun sembung yang digunakan untuk pengobatan tersebut sebesar 2-4 gram (Anonim, 2008). Produk kombinasi merupakan produk yang mengandung dua atau lebih unsur obat dalam satu unit sediaan. Obat dalam bentuk tunggal mungkin hanya memenuhi kebutuhan terapinya saja tanpa meningkatkan efektivitasnya. Kelebihan dalam pemakaian obat kombinasi antara lain kemungkinan dapat meningkatkan kepatuhan pasien pada penggunaan obat dan lebih memudahkan serta lebih murah daripada bila tiap-tiap ramuan obat diberikan terpisah tapi bersamaan pemakaiannya (Ansel,1989). Akar manis, pulasari dan daun sembung biasanya digunakan oleh masyarakat dalam bentuk infusa karena sediaan tersebut paling mudah untuk dibuat dan digunakan dimasyarakat. Infusa merupakan 3

4 sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia nabati dengan air sebagai penyari pada suhu 90º C selama 15 menit (Voight, 1994). Mukosa lambung dapat mengalami kerusakan akibat berbagai zat /senyawa yang kita konsumsi dan adanya sekresi endogen yang meningkat. Memang, ada kemungkinan bahwa cedera mukosa terjadi secara rutin. Namun, mukosa dapat memperbaiki cedera tersebut dengan cepat, sehingga membatasi hanya sampai lapisan paling luar dari sel dan mencegah masuknya zat asing ke sirkulasi sistemik organisme. Pertahanan sistem kekebalan mukosa, terdiri dari berbagai "sel alarm", seperti sel mast dan makrofag, yang dapat mendeteksi masuknya bahan asing ke dalam mukosa dan mengatur respon inflamasi yang terjadi. Banyak zat dilepaskan dari sel mast pada saluran pencernaan yang memediasi berbagai proses antara lain regulasi aliran darah, permeabilitas epitel dan endotel, sekresi mukosa, motilitas saluran pencernaan, respon imunologi terhadap antigen dari berbagai sumber, angiogenesis, dan perkembangan kanker. Telah banyak bukti menunjukkan peran fisiologis sel mast pada saluran cerna dalam perlindungan jaringan dari kerusakan akibat inflamasi. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa stabilisasi sel mast mungkin merupakan mekanisme kunci untuk melindungi saluran pencernaan dari cedera (Penisi, 2003). Pada jaringan yang mengalami kerusakan lambung karena asetosal maka jumlah sel mast akan meningkat sebagai respon imunologi terhadap induksi asetosal. Bila terjadi degranulasi sel mast maka yang terjadi tukak lambung akan semakin parah. Mekanisme respon imunologi lain yang terkait adalah adanya leukosit yang merupakan unit aktif dari sistem pertahanan tubuh. Leukosit merupakan unit 4

5 aktif dari sistem pertahanan tubuh. Menurut Guyton (1997), fungsi dari leukosit adalah menghancurkan senyawa asing dengan proses fagositosis dan membentuk antibodi yang dapat menghancurkan atau membuat benda asing menjadi tidak aktif. Eosinofil sebagai salah satu komponen leukosit yang bergranula memilikiperan aktif dalam pengaturan respon alergi dan peradangan akut, infeksi parasit (cacing dan beberapa protozoa), proses koagulasi dan fibrinolisis, kompleks antigen-antibodi, mikoplasma dan jamur. Secara garis besar eosinofil mempunyai dua fungsi istimewa. Fungsi eosinofil yang pertarna adalah menyerang danmenghancurkan kutikula larva cacing. Sedangkan fungsi eosinofil yang kedua adalah dapat menetralkan faktor radang yang dilepaskan oleh sel mast dan basofil dalam reaksi hipersensitifitas tipe 1. Eosinofil dalam reaksi alergi berperan sebagai pembawa histamin pada reaksi pertahanan tubuh dimana eosinofil akan tertarik pada daerah radang oleh faktor kemotaktik eosinofil. Hal ini menurut Guyton (1997) disebabkan oleh induksi dari sel mast dan basofil yang ikut serta berperan dalam reaksi alergi dalam pelepasan faktor kemotaktik eosinofil sehingga terjadi migrasi eosinofil ke jaringan alergik yang meradang. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan mengamati pengaruh dari infusa campuran antara akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung terhadap daya gastroprotektif mukosa lambung dan gambaran histopatologi untuk mengamati kerusakan struktur jaringannya serta mengetahui jumlah sel mast dan eosinofil pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal. 5

6 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah : 1. Apakah infusa ramuan akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung dapat melindungi mukosa terhadap dari kerusakan akibat induksi asetosal? 2. Seberapa besar pengaruh pemberian infusa ramuan akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung memberikan pengaruh terhadap jumlah sel mast pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal? 3. Seberapa besar pengaruh pemberianinfusa ramuan akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung terhadap jumlah eosinofil pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal? C. Keaslian Penelitian Dari penelurusan penelitian gastroprotektif dari akar manis didapatkan penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian secara oral Glycyrrhizae radixpada 15 pasien dengan tukak lambung ternyata dapat mengurangi gejala dan penyembuhan pada 75% dari kasus (WHO, 2002). Dehpour dkk.(1994), dalam penelitiannya dengan jalan memberikan induksi asetosalsetelah pemberian akar manis atau derivatnya yang diberikan secara per-oral kepada hewan uji, menyatakan bahwaakar manis berhasil mengurangi rasio ulkus lambung 96% menjadi 46% dan dari 96% menjadi 62-76%. Bianchi dkk,(1982) dalam penelitiannya menyatakan 66 pasien dengan tukak lambung yang mendapat pirenzepin 50 mg tiga kali sehari selama 6 minggu, karbeksonolon 100 mg/hari selama 1 minggu diikuti sebesar 50 mg selama 5 minggu pada akhir studi menemukan bahwa 59% dari pasien yang menerima pengobatan pirenzepin dan 6

7 52% dari pasien yang menerima karbenoksolon dapat disembuhkan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sancar dkk, (2009) disebutkan bahwa hasil rebusan akar manis menunjukkan efek perlindungan yang kecil terhadap tukak lambung akibat induksi asetosal. Namun, itu secara signifikan efektif dalam pengobatan tukak lambung akibat asetosal. Dalam penelitian-penelitian tersebut diatas akar manis digunakan secara tunggal tanpa dikombinasi dengan simplisia yang lain. Tanaman pulasari dalam penelurusan data penelitian didapatkan bahwa pulasari memiliki kandungan zat aktif alkaloid, tanin, saponin, polifenol, kumarin, zat samak, minyak atsiri, asam betulinat dan pulosariosida (Anonim, 2008). Zat pahit diglukosida trimerik-iridoid bernama pulosariosida diisolasi dari kulit kering udara dari pulasari (Kitagawa dkk., 1988). Tanaman ini mengandung kamper, alkaloid, kumarin, minyak esensial, asam organik, kulit bagian dalam mengandung3-hidroksikumarin (Lin dkk., 1993). Senyawa kumarin inilah yang memiliki efek anti inflamasi dan juga sebagai anti oksidan. Namun, belum didapatkan penelitian tentang pulasari sebagai gastroprotektif. Daun sembung dalam penelurusan jurnal penelitian disebutkan bahwa daun sembung mengandung metabolit berupa minyak atsiri dengan komponen borneol, kamfer, floroasetofenon dimetil eter, seskuiterpen lakton, diterpen, triterpen, sterol, parafin, saponin, golongan fenolik turunan asam sinamat (Hegnauer, 1963). Peneliti lain menemukan seskuiterpen dalam bentuk ester, flavonoid, icthyo-thereol acetate, kriptomerediol, lutein dan betakaroten (Osaki dkk.2005). Diketahui derivat flavonoid perti luteolin, apigenin, kuersetin memiliki 7

8 aktivitas antiinflamasi. Kuersetin disebutkan memiliki efek gastroprotektif (Harborne, 2000). Jenis flavonoid seperti apigenin, luteolin, kuersetin dan kaemferol mempunyai potensi cukup baik dalam menghambat aktivitas enzim ksantin oksidase (Cos dkk.,1998). Dalam penelitian-penelitian tentang daun sembung tersebut juga digunakan secara tunggal tidak dikombinasi dengan simplisia yang lain. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah lau bahwa pada penelitian dilakukan dengan membuat campuran 3 simplisia yaitu akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung untuk diuji aktifitas gastroprotektif terhadap mukosa lambung yang diinduksi asetosal. Diharapkan dari penelitian ini akan didapat suatu formula yang memiliki daya gastroprotektif yang lebih baik namun memilik efek samping yang lebih kecil. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menilai pengaruh pemberian infusa campuran akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung dalam melindungi mukosa lambung dan gambaran histopatologi untuk mengamati kerusakan struktur jaringannya serta mengetahui jumlah sel mast dan eosinofil pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal. 2. Tujuan Khusus Tujuan penelitian ini adalah menilai pengaruh pemberian infusa campuran akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung dalam melindungi mukosa lambung dengan pengamatan pada : 8

9 a. Rerata jumlah serta luas lesi pada mukosa lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal b. Skor kerusakan mukosa lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal. c. Jumlah sel mast di bagian mukosa dan sub mukosa pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal. d. Jumlah sel eosinofil di bagian mukosa dan sub mukosa pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal. E. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat akan penggunaan campuran akar manis, kulit batang pulasari dan daun sembung sebagai obat alternatif tukak lambung akibat penggunaan Asetosal. 9