Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Rancangan Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung memiliki keterkaitan lingkungan fisik. Karena Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Batik Kawung ini bahan utama berupa kain tencel, maka bed sheet ini sangat ramah lingkungan. Dikatakan ramah lingkungan karena kain tencel mempunyai bahan utama bambu. Kain yang terbuat dari bambu merupakan alternatif yang sangat bagus ditengah semakin terbatasnya kain katun. Bambu mudah ditemui dan mudah tumbuh di negara manapun. Bambu juga dapat dipanen sepanjang tahun, sehingga produksi kain bahan baku bambu dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengkhawatirkan biaya. Kain dari bahan bambu merupakan kain yang ramah lingkungan karena dibuat dari bubur batang bambu, lalu bubur dari batang bambu tersebut akan diolah menjadi serat, kemudian dipintal menjadi benang, benang tersebut kemudian dianyam untuk dijadikan kain tenun (woven fabric). Bambu memberi keuntungan baik bagi lingkungan maupun konsumen. Untuk lingkungan, bambu dapat membersihkan udara dari zat polutan, membutuhkan sedikit air dalam pertumbuhannya, tidak perlu pupuk ataupun pestisida, waktu panennya sepanjang tahun, dan dapat mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Sedangkan untuk konsumen kain bambu, keuntungan yang di dapat antara lain memperoleh kelembutan alami karena tekstur kain dari bambu itu sendiri, mengurangi alergi pada kulit, menyerap keringat lebih cepat, anti bakteri, anti jamur, perlindungan sinar UV, danmemberi ruang bagi kulit untuk bernapas. Rancangan Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Batik Kawung ini, selain memakai material utama yang ramah lingkungan, juga memakai motif budaya lokal yaitu motif batik. Jadi Desain Bed Sheet 50

2 Batik Kontemporer Batik Kawung ini selain sebagai produk yang ramah lingkungan juga menjadi produk nilai-nilai sosial budaya. B. Tataran Sistem Desain motif batik kontemporer yang dibuat mempunyai system kerja yang diutamakan khusus untuk masyarakat kalangan menengah keatas. Sesuai konsep utamanya yaitu suatu desain motif batik kontemporer, yang artinya lebih modern dan tidak terikat suatu aturan apapun dalam pembuatan motifnya. Sedangkan dalam sistem pemanfaatannya desain motif batik kontemporer ini diaplikasikan pada produk berupa bed sheet. Bed sheet motif batik kontemporer ini menjadi opsi lain dalam sebuah produk bed sheet, karena pada umumnya bed sheet dipasaran masih sangat minim yang motif batik. Dalam hal pendistribusian atau publikasi Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Batik Kawung ini melalui departemen store seperti sogo, informa, metro dan lain-lain. Karena desain motif batik kontemporer pada bed sheet ini adalah produk untuk kalangan menengah keatas, maka tempat pendistribusiannyapun disesuaikan. C. Tataran Produk Adapun penjelasan langkah proses pengerjaan desain motif batik kontemporer tersebut terdiri dari 3 sub proses, pra produksi, produksi, dan pasca produksi. Penjelasannya yaitu sebagai berikut: 1. Pra Produksi Pra produksi merupakan tahapan perencanaan. Secara umum merupakan tahapan persiapan sebelum memulai proses produksi. Hal ini mencakup menentukan ide desain motif, melakukan eksplorasi pada bentuk motif, dan menentukan konsep utama pada desain motif. Tujuan pra produksi adalah mempersiapkan segala 51

3 sesuatunya agar proses produksi dapat berjalan sesuai konsep dan menghasilkan suatu produk bed sheet yang sesuai harapan. Tahapan dari proses pra produksi berikut ini, yaitu: a. Ide Concept Pada tahap ini merupakan penentuan lingkup ide utama desain motif seperti apa yang akan ditampilkan, kesan bagaimana yang akan ditampilkan, dan menentukan konsep tentang tema utama desain motif. b. Brainstorming Gambar 17. Brainstroming (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Brainstorming ini bertujuan untuk menggali ide sebanyak-banyaknya sehingga dapat mengembangkan hasil yang didapat dari ide concept. Dengan brainstorming juga dapat mengetahu hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam membuat produk bed sheet. c. Moodboard Setelah melakukan brainstorming, lalu melakukan proses pembuatan moodboard. Moodboard ini bertujuan untuk menjadi media acuan untuk mendapatkan ide yang akan dipakai sebagai refrensi atau acuan konsep utama. Moodboard juga dapat dijadikan sebagai gambaran mengenai tujuan dari sebuah karya yang akan dibuat. 52

4 Gambar 18. Mood Board 1 (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Gambar 19. Mood Board 2 (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) 2. Produksi Setelah ide konsep, brainstorming, dan moodboard selesai, maka proses produksi sudah bisa dilakukan. Produksi merupakan tahapan memulai membuat desain motif, proses trace motif, proses enggraving motif, proses coloris motif dan proses printing motif pada kain. Bed Sheet adalah sebuah produk yang harus diproduksi secara masal, yang artinya produk ini akan di produksi secara bersamaan jumlah yang tidak sedikit. Adapun keunggulan sebuah batik mesin yaitu, pertama proses produksinya yang lebih cepat dibanding batik manual sehingga dapat lebih cepat dalam pencapaian target produksi, lalu dapat menghasilkan 53

5 warna-warna motif yang lebih cerah pilihan warna yang lebih luas, dan batik mesin juga dapat macammacam jenis kain yang sudah umum untuk bed sheet dan juga dapat jenis kain polyester. Adapun proses produksi bed sheet berikut ini terdiri dari: a. Pembuatan Desai Motif Proses pembuatan desain motif dilakukan software photoshop. Software photoshop sangat dianjurkan dalam dunia tekstil khususnya dunia bed sheet karena software ini mempunyai banyak pilihan dalam penggunaan filter, sehingga lebih banyak variasi effect teksturnya. Karena proses produksi mesin printing rotary yang mempunyai diameter mesinnya 64,14 cm maka lebar desain motif yang dibuatpun harus ukuran 64,14 cm dan panjang desain motif adalah 260 cm. Karena standar lebar desain motif disesuaikan mesin produksi, maka ukuran motif yang akan dibuatpun harus disesuaikan lebar tersebut. Repeat motif harus diperhatikan, yaitu ukuran lebar desain 64,14 cm maka motif dari ujung kanan desain harus saling bertemu motif ujung kiri apa bila di repeatkan. Berikut adalah pembuatan desain motif batik kontemporer. Desain motif utama dibuat ukuran lebar 12,83 cm dan tinggi 12,74 cm. Lebar ukuran motif utama harus dihitung dan ditentukan dari awal, agar bisa pas diukuran 64,14 cm. 54

6 Gambar 20. Ukuran Motif Batik Kontemporer 12,83 cm (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Berikutnya yaitu proses repeat motif. Motif utama tadi direpeat hingga menjadi ukuran 64,14 cm. Motif utama mempunyai ukuran lebar 12,83 cm sehingga apabila direpeat menjadi ukuran 64,14 cm akan didapat 5 motif. Gambar 21. Repeat Motif Batik Kontemporer (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Berikut adalah hasil motif yang sudah direpeat diukuran untuk produksi yaitu 64,14 cm x 260 cm. Ukuran ini sudah disesuaikan jenis mesin printing rotary. 55

7 Gambar 22. Desain Motif Batik Kontemporer Ukuran 64,14 cm x 260 cm (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) b. Proses Trace Motif Proses trace adalah proses pemisahan gambar desain yang berbentuk layer pada photoshop menjadi beberapa warna yang menyusun desain tersebut dalam beberapa chanel-chanel warna. Yang selanjutnya akan menghasilkan gambar sparasi yang berbentuk grayscale yang dipecah menjadi beberapa screen sesuai chanel warna yang dihasilkan dari proses tracing. Proses trace juga bisa dikatakan sebagai proses penyempurnaan desain dari proses desain motif. Pada proses trace bisa dilakukan software photoshop maupun software anseries. Berikut adalah proses trace software adobe photoshop. Berikut tampilan motif-motif yang warna no.1 pada chanel. No.1 harus warna yang paling tua. 56

8 Gambar 23. Motif Dengan Chanel Warna No.1 (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Berikutnya adalah motif-motif yang warna no.2 pada chanel. No.2 yaitu warna medium. Gambar 24. Motif Dengan Chanel Warna No.2 (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Berikutnya adalah tampilan warna untuk background. Warna untuk backgound harus diurutan paling terakhir, dan warna untuk background tidak boleh sama warna motif. Urutan warna harus berurutan dari yang paling tua sampai yang paling muda, karena urutan warna ini disesuaikan proses printing. 57

9 Gambar 25. Motif Dengan Chanel Warna No.3 (Warna Background) (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Berikut adalah tampilan akhir desain motif komposisi warnanya apabila motif dan warna-warna tadi digabungkan. Gambar 26. Tampilan Motif Seluruh Chanel Warna (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) 58

10 c. Proses Enggraving Gambar 27. Tampilan Chanel Warna (Sumber: Dokumentasi Pribadi 2015) Proses enggraving yaitu proses pembuatan motif pada screen. Pada proses ini, motif desain dicetak pada screen lalu dipanaskan. Setelah screen menjadi dingin lalu screen disemprot air agar motif pada screen dapat terlihat, lalu screen dipanaskan kembali agar menjadi kering lagi, dan ketika screen tersebut sudah kering lagi maka screen siap untuk dipakai pada proses produksi cetak motif pada kain. Satu buah screen untuk satu jenis warna. Jenis mesin produksi rotary pada umumnya hanya dapat maksimal 12 screen, itu artinya maksimal warna yang dapat pada desain motif adalah 12 warna. 59

11 Gambar 28. Tampilan Screen (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) Gambar 29. Tampilan Jari-jari Screen (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 60

12 Gambar 30. Proses Enggarving 1 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) Gambar 31. Proses Enggarving 2 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 61

13 Gambar 32. Proses Penyemprotan Screen (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) d. Proses Coloris Proses coloris adalaha proses penyiapan warna yang akan untuk cetak desain pada media kain. Pertama coloris melakukan pemeriksaan atau pengecekan terhadap desain motif, lalu mempelajari desain motif terlebih dahulu, setelah itu coloris baru menyiapkan sample warna yang akan dimatching, lalu apabila sample warna sudah siap selanjutnya sample warna dimatching, sesudah dimatching kemudian zat warna baru ditimbang, sesudah ditimbang lalu dikocek obatnya kemudian dites, sesudah dites baru disesuaikan arahannya dan apabila warnanya sudah sesuai yang diinginkan baru kemudian untuk proses produksi. 62

14 Gambar 33. Proses Percampuran Warna (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) Gambar 34. Proses Coloris (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) e. Proses Printing Desain Motif pada Kain Sebelum melakukan proses printing desain motif pada kain, terlebih dahulu kain harus melalui beberapa proses, agar kualitas kain tetap baik. Proses tersebut diantaranya yaitu: 1) Proses Singeing (Bakar Bulu) Proses singeing adalah proses membakar bulu-bulu yang ada dipermukaan kain maupun disela-sela rajutan hingga bersih. Karena apa bila tidak dibersihkan bulu-bulu 63

15 tersebut mempengaruhi mutu hasil proses produksi. Pembakaran bulu ini mesin singeing. Gambar 35. Proses Singeing 1 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) Gambar 36. Proses Singeing 2 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 2) Proses Desizing (Penghilang Kanji) Proses penghilang kanji bertujuan untuk menghilangkan kanji yang terdapat pada bahan berasal dari proses pertenunan kain. Karena kanji dapat menghambat proses pewarnaan. Dengan adanya kanji kain tidak dapat menyerap cairan apapun. Kandungan kanji harus benar 64

16 benar bersih pada kain, agar kain dapat menyerap zat pewarna cepat. Proses ini mesin desizing. Gambar 37. Proses Desizing (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 3) Proses Scouring dan Bleaching Proses scouring bertujuan menghilangkan komponen penyususn serat berupa minyak, lemak, debu dan kotoran-kototran yang menempel pada serat kain. Sedangkan proses bleaching bertujuan menghilangkan bijibiji kapas, pigmen-pigmen warna alami pada kain yang berwarna cream kecok latan menjadi putih. Proses ini mesin benninger. 65

17 Gambar 38. Proses Scouring dan Bleaching (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 4) Proses Mercerized Setelah melewati beberapa proses maka selanjutnya yaitu proses mercerized. Proses mercerized yaitu proses untuk meningkatkan kualitas kain. Dengan proses ini penggelembungan serat kain akan meningkatkan daya serap terhadap zat warna, daya serap naik menjadikan zat warna terserap keseluruh serat dan warna menjadi solid, menambah kekuatan tarik kain, dan ukuran kain akan lebih stabil (tidak banyak menyusut). Proses ini mesin mercerized. Gambar 39. Proses Mercerized 1 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 66

18 Gambar 40. Proses Mercerized 2 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 5) Proses Printing Pada Kain Setelah kain melewati beberapa proses, dan desain motif sudah oke serta siap untuk diproduksi, maka proses selanjutnya yaitu proses cetak desain motif pada media kain secara masal. Pada proses printing ini mesin rotary. Gambar 41. Proses Printing Pada Kain 1 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 67

19 Gambar 42. Proses Printing Pada Kain 2 (Sumber: PT Asia Citra Pratama 2015) 3. Pasca Produksi Setelah proses produksi pada kain sudah dilakukan, maka berikutnya adalah proses pasca produksi. Proses pasca produksi melipitu proses garment dan packing. Adapun proses pasca produksi adalah sebagai berikut: a. Proses Garment Proses garment adalah proses pembentukan dari gulungan kain menjadi bed sheet yang siap untuk dipasarkan. Proses garment meliputi beberapa tahapan yaitu: 1) Bagian Potong Bagian potong adalah proses pemotongan (cutting) pola sesuai ukuran. Lalu kain yang sudah dipotong dikumpulkan berdasarkan ukurannya. Ukuran kain yang dipotong sesuai ukuran bed sheet yang diinginkan, misal untuk ukuran bed sheet king (200 cm x 200 cm) maka yang dipotong adalah ukuran 260 cm x 260 cm karena yang 60 cm untuk lipatan kain. 68

20 2) Bagian Jahit Bagian jahit adalah proses jahit kain yang sudah dipotong untuk menjadi bed sheet. Pada proses ini, selain melakukan jahit bed sheet juga melakukan jahit hang tag pada bed sheet. b. Proses Packing Proses packing adalah proses akhir dari pembuatan bed sheet. Bahan packaging yang macam-macam, diantaranya ada plastik, mika, karton dan lain-lain, tergantung dari permintaan dan tergantung kelas produknya. D. Tataran Elemen Pertimbangan motif : motif batik kontemporer pada bed sheet ini, mengambil pola utama dari batik kawung, memilih batik kawung karena batik kawung memiliki jenis motif dari bentuk-bentuk geometri yang dimana konsep Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini juga memiliki konsep modern. Hubungan antara geometri konsep modern yaitu pertama karena banyaknya bed sheet yang motif-motif geometri yang simple dan minimalis, dan yang kedua karena masyarakat sudah umum bentuk-bentuk geometri pada macam-macam produk. Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini jenis pola tata letak motif allover (dimana-mana), jenis pola tata letak allover ini karena untuk keseimbangan antara seluruh motif, dan agar desain motif mempunyai image minimalis dan modern. ukuran motif yang telah disesuaikan lebar mesin produksi, dimana lebar mesin produksi yaitu 64,14 cm. Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini ukuran motif 12,828 cm, itu artinya dalam ukuran 64,14 cm maka didapat 5 motif. Ukuran yang diambil telah disesuaikan untuk kenyamanan tidur. Karena apabila 69

21 ukuran terlalu kecil atau terlalu besar maka akan berpengaruh pada tingkat kenyamanan saat untuk beristirahat. Begitupun ukuran tekstur yang, untuk ukuran tekstur motif lingkarannya yaitu 0,50 cm ukuran garis lingkaran 12 pixel, dan ukuran tekstur garis horizontal yaitu 12 pixel. Ukuran-ukuran motif tekstur ini disesuaikan motif utama tadi. tekstur motif-motif geometris karena konsep utama yang ingin ditampilkan dari Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini adalah image yang modern. jenis warna-warna monokromatis, karena image yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Pengambilan jenis warna Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini juga sudah disesuaikan konsep-konsep interior modern. Berbagai macam perubahan unsur rupa dari konsep utama yaitu batik motif kawung hingga menjadi Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini semua atas dasar pertimbangan untuk menampilkan suatu produk bed sheet yang modern dan sesuai trend. Desain Bed Sheet Batik Kontemporer Motif Kawung ini mempunyai 5 konsep desain tema sama, yang dimana setiap 1 konsep desainnya terdapat 2 jenis desain motif, jadi total dari 5 konsep ini adalah 10 desain motif. 2 jenis desain motif tersebut yaitu desain motif side A dan desain motif side B. Side A untuk desain motif utama, yang sebagai sprei atau kain penutup kasurnya, sebagai selimut bagian depan, untuk sarung bantal dan sarung guling. Sedangkan side B untuk desain motif yang melengkapi desain motif side A atau bisa dikatakan sebagai matchingan side A. Motif side B untuk selimut bagian dalam dan bisa juga untuk sarung bantal ataupun guling. 70

22 1. Desain Motif Batik Kontemporer 1 NO DESAIN MOTIF POLA MOTIF POLA TATA TEKSTUR UKURAN WARNA LETAK GEOMETRI MOTIF 1. Desain Motif Batik 1. Kontemporer 1 (Sisi A) Desain motif batik kontemporer 1 (sisi A) memiliki pola utama motif yaitu motif batik kawung yang dimodifikasi memberikan detail berupa motif-motif geometri. Motif kawung disini struktur Pola motif yang adalah pola berangkai. pola berangkai agar seluruh motif saling berhubungan satu sama lain. Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan Tekstur yang yaitu berupa motif-motif geometri, diantaranya yaitu motif lingkaran dan garis horizontal. Pada desain motif batik kontemporer 1 ini lebih dominan bentuk lingkaran pada detailnya, karena Ukuran lebar motif utama adalah 12,828 cm. Ukuran ini disesuaikan ukuran lebar desain yaitu 64,14 cm. Untuk ukuran detail motifnya yaitu, untuk motif lingkarannya adalah 0,50 cm Desain motif batik kontemporer 1 susunan warna Monokromatis. warna Monokromatis karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Warna utama yang dominan yaitu warna coklat muda kode 71

23 utama garis minimalis disesuaikan ukuran garis pantone 15- diagonal. dan modern. lingkaran tpx. motif pixel, dan Terdapat utamanya ukuran garis warna coklat yang horizontal lebih tua yang yaitu 12 pola pixel. pola diagonal, lingkaran. warna coklat yang lebih tua ini bertujuan sebagai tekanan (accent) pada desain motif. Sehingga apabila dilihat dari jauh hanya seperti motif diagonal saja, tapi apa bila dilihat dari dekat desain motif memiliki detail. 2. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 1 (Sisi B) Desain motif batik Pola motif yang sisi B Pola tata letak yang Tekstur yang pada sisi B Ukuran lebar motif utama sisi B Desain motif batik kontemporer 1 72

24 kontemporer 1 sama yaitu pola all ini yaitu adalah sisi B memiliki pola motif yang over hanya motif 12,828 cm susunan warna pola utama sisi A (dimana- geometri sama Mono- motif yaitu pola mana). garis kromatis. Pada menyerupai berangkai. Mengguna- horizontal ukuran sisi B ini warna motif sisi A, kan pola tata saja. Hanya motif sisi A. yang hanya saja pada pola berangkai letak all over mengguna- Ukuran ini sisi B ini dibuat agar motif saling untuk kan satu disesuaikan disesuaikan lebih minimalis berhubungan motif saja warna dan tidak terlalu satu sama lain. keseimbang- karena motif ukuran dari sisi A, banyak macam an antara sisi B hanya lebar desain hanya saja motif, seluruh sebagai yaitu 64,14 pada motif sisi tujuannya agar motif, selain pelengkap cm. Untuk B ini warna motif sisi A dan itu juga agar motif sisi A. ukuran yang dominan sisi B tetap desain motif detail adalah coklat seimbang, serta mempunyai motifnya yang lebih tua tidak balapan kesan yaitu, dari coklat karena sisi B minimalis ukuran garis motif sisi A, hanya sebagai dan modern. horizontal hal ini pemanis saja. adalah 12 bertujuan agar pixel. antara motif sisi A dan motif sisi B tidak terkesan sama. Pada motif sisi B ini antara warna motif warna dasar tidak terlalu jauh berbeda, hal ini bertujuan agar motif sisi B ini terkesan polos apabila dilihat 73

25 Tabel 11. Desain Motif Batik Kontemporer 1 dari jauh, tetapi tetap ada detail motif apa bila dilihat dari dekat. 74

26 2. Desain Motif Batik Kontemporer 2 NO DESAIN MOTIF POLA MOTIF POLA TATA TEKSTUR UKURAN WARNA LETAK GEOMETRI MOTIF 1. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 2 (Sisi A) 2. Desain motif batik kontemporer 2 sisi A memiliki pola utama motif yaitu motif batik kawung yang dimodifikasi memberikan detail berupa motif-motif geometri. Motif kawung disini struktur utama garis diagonal. Pola motif yang adalah pola serak. Pada motif batik kontemporer ini pola serak karena disesuaikan jenis motifnya. Walaupun pola serak namun motifmotifnya tetap teratur jarak tertentu. Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan minimalis dan modern. Tekstur yang yaitu berupa motif-motif geometri, diantaranya yaitu motif persegi enam dan garis horizontal sembarang. Motif persegi enam sebagai detail pada motif utama, sedangkan motif garis Ukuran lebar motif utama adalah 21,38 cm. Ukuran ini disesuaikan ukuran lebar desain yaitu 64,14 cm. Untuk ukuran detail motifnya yaitu, untuk motif persegi enamnya adalah 0,50 cm ukuran garis Desain motif batik kontemporer 2 susunan warna analogus. warna analogus karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Warna utama yang dominan yaitu warna coklat kode pantone tpx. Terdapat warna biru 75

27 horizontal persegi pada motif sembarang enam 15 utama yang pixel, dan dipadukan sebagai ukuran garis warna detail pada horizontal coklat muda. dasar desain sembarang- Warna biru ini (background nya 45-7 bertujuan ). pixel. sebagai tekanan (accent) pada desain motif. 2. Desain Motif Batik 1. Kontemporer 2 (Sisi B) Pada desain motif batik kontemporer 2 sisi B hanya terdapat motif garis horisontal sembarang saja, motif ini sama seperti pada motif dasar desain batik kontemporer 2 sisi A. desain motif batik Pola motif yang adalah pola serak. Namun pola serak yang adalah pola serak tidak beraturan. pola serak tidak beraturan karena jenis motif ini hanya Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh Tekstur yang yaitu berupa motif geometri, pada sisi B ini hanya motif garis horizontal sembarang saja. karena sisi B hanya sebagai Ukuran motif garis horizontal sembarang yaitu 45-7 pixel, yang artinya 45 pixel untuk garis paling tebal dan 7 pixel untuk garis paling tipis. Warna yang desain motif batik kontemporer 2 sisi B ini adalah beberapa warna yang sisi A. Warna yang nya yaitu warna coklat, 76

28 kontemporer 2 sisi B tidak banyak motif karena fungsi sisi B hanya sebagai pemanis dan pelengkap sisi A saja. sebagai detail dasar desain saja. motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan minimalis dan modern. pelengkap sisi A, maka dari itu tidak banyak motif. Tapi motif yang masih satu tema desain motif sisi A. Tabel 12. Desain Motif Batik Kontemporer 2 warna dari sisi A karena agar antara desain sisi A dan sisi B masih satu tema. Pada motif sisi B ini antara warna motif warna dasar tidak terlalu jauh berbeda, hal ini bertujuan agar motif sisi B ini terkesan polos apabila dilihat dari jauh, tetapi tetap ada detail motif apa bila dilihat dari dekat. 77

29 3. Desain Motif Batik Kontemporer 3 NO DESAIN MOTIF POLA MOTIF POLA TATA TEKSTUR UKURAN WARNA LETAK GEOMETRI MOTIF 1. Desain Motif Batik 1. Kontemporer 3 (Sisi A) 2. Desain motif batik kontemporer 3 sisi A memiliki pola utama motif yaitu motif batik kawung yang dimodifikasi memberikan detail berupa motif-motif geometri. Motif kawung disini struktur utama garis vertikal dan horizontal. Pola motif yang adalah pola berangkai. pola berangkai agar seluruh motif saling berhubungan satu sama lain. Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan minimalis dan modern. Tekstur yang yaitu berupa motif-motif geometri. Pada desain motif batik kontemporer 3 sisi A ini hanya motif garis diagonal saja sebagai teksturnya, tapi ada dua jenis motif garis diagonal yaitu garis diagonal arah kanan Ukuran lebar motif utama adalah 21,38 cm. Ukuran ini disesuaikan ukuran lebar desain yaitu 64,14 cm. Sedangkan untuk ukuran garis motif utama adalah 80 pixel. Untuk ukuran motif garis diagonal adalah 17 pixel. Desain motif batik kontemporer 3 susunan warna analogus. warna analogus karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Warna utama yang dominan yaitu warna salmon kode pantone tpx. Warna salmon 78

30 dan garis disini diagonal dipadukan arah kiri. warna Mengguna- putih. Warna kan dua putih sebagai arah garis dasar, dan diagonal warna salmon agar desain sebagai warna motif tidak motif. Warna monoton salmon dan terdapat pada membosan- motif yang kan. diagonal. Pola motif diagonal sengaja dibentuk sebagai tekanan (accent) pada desain motif. 2. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 3 (Sisi B) 2. Desain motif batik kontemporer 3 sisi B memiliki Pola motif yang adalah pola berangkai. Pola tata letak yang yaitu pola all over Tekstur yang sama motif sisi A Ukuran lebar motif utama adalah Desain motif batik kontemporer 3 sisi B 79

31 motif yang (dimana- yaitu berupa 21,38 cm. susunan warna sama persis pola berangkai mana). motif-motif Ukuran ini Mono- desain agar seluruh Mengguna- geometri. disesuaikan kromatis. motif batik motif saling kan pola tata Pada desain kontemporer 3 berhubungan letak all over motif batik ukuran warna Mono- sisi A. Hanya satu sama lain. untuk kontempo- lebar desain kromatis warna saja yang rer 3 sisi A yaitu 64,14 karena konsep membedakan keseimbang- ini hanya cm. yang ingin antara motif sisi an antara mengguna- Sedangkan ditampilkan A dan motif sisi seluruh kan motif ukuran garis adalah B. Motif motif, selain garis motif utama minimalis dan kawung disini itu juga agar diagonal adalah 80 modern. desain motif saja sebagai pixel. Untuk Susunan struktur utama mempunyai teksturnya, ukuran warna yang garis vertikal kesan tapi ada dua motif garis dan horizontal. minimalis jenis motif diagonal berbeda dan modern. garis adalah 17 diagonal pixel. susunan warna yaitu garis sisi A, karena diagonal motif sisi B arah kanan sebagai dan garis pelengkap diagonal motif sisi A. arah kiri. Warna utama Mengguna- yang dominan kan dua yaitu warna arah garis salmon diagonal kode agar desain pantone 14- motif tidak 1323 tpx. monoton Pada motif sisi dan B ini antara membosan- warna motif kan. warna dasar tidak terlalu jauh 80

32 berbeda, hal ini bertujuan agar motif sisi B ini terkesan polos apabila dilihat dari jauh, tetapi tetap ada detail motif apa bila dilihat dari dekat. Tabel 13. Desain Motif Batik Kontemporer 3 81

33 4. Desain Motif Batik Kontemporer 4 NO DESAIN MOTIF POLA MOTIF POLA TATA TEKSTUR UKURAN WARNA LETAK GEOMETRI MOTIF 1. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 4 (Sisi A) 2. Desain motif batik kontemporer 4 sisi A memiliki pola utama motif yaitu motif batik kawung yang dimodifikasi memberikan detail berupa motif-motif geometri. Motif kawung disini struktur utama garis diagonal. Pola motif yang adalah pola berangkai. pola berangkai karena disesuaikan jenis motifnya dan agar seluruh motif saling berhubungan satu sama lain. Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan minimalis dan modern. Tekstur yang pada motif sisi B ini yaitu motif geometri. Motif geometri yang yaitu motif garis diagonal dan buletan. Motif buletan terdapat pada tekstur atau isian dalam motif utama, sedangkan Ukuran lebar motif utama adalah 16,035 cm. Ukuran ini disesuaikan ukuran lebar desain yaitu 64,14 cm. Sedangkan ukuran garis motif utama adalah 25 pixel, untuk ukuran buletan 25 pixel, dan untuk ukuran garis Desain motif batik kontemporer 4 susunan warna Monokromatis. warna Monokromatis karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Warna utama yang dominan yaitu warna coklat terang kode pantone 18-82

34 motif garis diagonal 1029 tpx. diagonal adalah 12 Terdapat terdapat pixel. warna coklat diluar motif lebih muda utama. juga. Susunan warna pada desain ini garis diagonal. Warna coklat yang lebih muda bertujuan sebagai tekanan (accent) pada desain motif. 2. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 4 (Sisi B) Desain motif batik kontemporer 4 sisi B memiliki pola utama motif menyerupai motif sisi A, Pola motif yang adalah pola berangkai. pola berangkai karena disesuaikan Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). Mengguna- Tekstur yang yaitu berupa motif geometri. Motif geometri yang Ukuran lebar motif utama adalah 16,035 cm. Ukuran ini disesuaikan Desain motif batik kontemporer 4 susunan warna Monokromatis. 83

35 hanya saja pada sisi B ini dibuat lebih minimalis dan tidak terlalu banyak macam detail motif, tujuannya agar motif sisi A dan sisi B tetap seimbang, serta tidak balapan karena sisi B hanya sebagai pemanis saja. jenis motifnya dan agar seluruh motif saling berhubungan satu sama lain. kan pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan minimalis dan modern. adalah motif garis diagonal. ukuran lebar desain yaitu 64,14 cm. Sedangkan ukuran garis motif utama adalah 25 pixel, dan ukuran garis diagonal adalah 12 pixel. Tabel 14. Desain Motif Batik Kontemporer 4 warna Monokromatis karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Warna utama yang dominan yaitu warna coklat terang kode pantone tpx. Pada motif sisi B ini antara warna motif warna dasar tidak terlalu jauh berbeda, hal ini bertujuan agar motif sisi B ini terkesan polos apabila dilihat dari jauh, tetapi tetap ada detail motif apa bila dilihat dari dekat. 84

36 5. Desain Motif Batik Kontemporer 5 NO DESAIN MOTIF POLA MOTIF POLA TATA TEKSTUR UKURAN WARNA LETAK GEOMETRI MOTIF 1. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 5 (Sisi A) Desain motif batik kontemporer 5 sisi A memiliki pola utama motif yaitu motif batik kawung yang dimodifikasi memberikan detail berupa motif-motif geometri. Motif kawung disini struktur utama garis diagonal. Pola motif yang adalah pola serak. Pada motif batik kontemporer ini pola serak karena disesuaikan jenis motifnya. Walaupun pola serak namun motifmotifnya tetap teratur jarak tertentu. Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai kesan minimalis dan modern. Tekstur yang yaitu berupa motif geometri. Motif geometri yang adalah motif lingkaran. Ukuran lebar motif utama adalah 16,035 cm. Ukuran ini disesuaikan ukuran lebar desain yaitu 64,14 cm. Sedangkan untuk ukuran lingkaran teksturnya adalah 0,45 cm ukuran garis lingkaran 12 pixel. Desain motif batik kontemporer 5 susunan warna Monokromatis. warna Monokromatis karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Desain motif batik kontemporer 5 sisi A ini 3 warna. 85

37 Warna utama yang dominan yaitu warna coklat kode pantone tpx. 2. Desain Motif Batik Kontemporer 1. 5 (Sisi B) Pada desain motif batik kontemporer 5 sisi B hanya terdapat motif tekstur lingkaran saja, motif ini sama seperti pada motif dasar desain batik kontemporer 5 sisi A. Desain motif batik kontemporer 5 sisi B tidak banyak motif karena fungsi Pola motif yang adalah pola serak. Walaupun pola serak namun motifmotifnya tetap teratur jarak tertentu. Motif pada sisi B ini hanya sebagai detail dasar desain saja. Pola tata letak yang yaitu pola all over (dimanamana). pola tata letak all over untuk keseimbangan antara seluruh motif, selain itu juga agar desain motif mempunyai Tekstur yang yaitu berupa motif geometri. Motif geometri yang adalah motif lingkaran. Ukuran motif lingkarannya adalah 0,45 cm ukuran garis lingkaran 12 pixel. Desain motif batik kontemporer 5 susunan warna Monokromatis. warna Monokromatis karena konsep yang ingin ditampilkan adalah minimalis dan modern. Dalam desain motif sisi B ini hanya 86

38 sisi B hanya sebagai pemanis dan pelengkap sisi A saja. kesan minimalis dan modern. Tabel 15. Desain Motif Batik Kontemporer 5 2 warna saja.warna utama yang dominan yaitu warna coklat kode pantone tpx. 87

II. METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Desain motif batik pada bed sheet memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada bed sheet yang

Lebih terperinci

BAB II. Metodologi Perancangan

BAB II. Metodologi Perancangan BAB II Metodologi Perancangan A. Orisinalitas Sebuah desain tidak mungkin tercipta tanpa ada unsur-unsur pembentuknya dan tidak akan indah atau menarik di lihat tanpa mempertimbangkan prinsipprinsip desain.

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS 1. Komunitas Pengguna Kursi goyang berbahan kardus, dengan menggunakan material utamanya adalah kardus yang dipesan khusus agar kursi goyang ini

Lebih terperinci

BAB II PRODUK DAN JASA

BAB II PRODUK DAN JASA BAB II PRODUK DAN JASA 2.1 Spesifikasi Produk Dari segi bahan KetoBatik menggunakan bahan Cotton Combed 20s dan kemeja menggunakan bahan Teteron Cotton. Bahan batik yang KetoBatik gunakan adalah batik

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK

BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK BAB III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK Boneka bisa terbuat dari bermacam bahan, bahan yang bisa digunakan yaitu kain, kulit, kertas, fiber, tanah liat

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Bahan kayu yang digunakan pada laci berhubungan dengan tataran lingkungan karena ramah lingkungan. Kayu yang digunakan merupakan kayu olahan

Lebih terperinci

III. DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan 1. Motif 1 Menurut Mikke Susanto (2011), motif adalah pola, corak, ragam, atau elemen yang mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB V PAMERAN A. Desain Final 1. Foto Produk Gambar 5.1 Tas Model 1 Gambar 5.2 Tas Model 2 Gambar 5.3 Detail Interior Tas 76 2. Foto Produk dengan Model Gambar 5.4 Foto Model 1 Gambar 5.5 Foto Model 2

Lebih terperinci

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Buku merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam hal penyampaian informasi. Diantara faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Touch of Batik merupakan konsep yang menggabungkan dua latar belakang yang berbeda, yaitu batik hasil karya seni Indonesia pada gayastreetstyle. Batik yang diangkat

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna

A. Bagan Pemecahan Masalah. Cetak Saring. Desain Motif Fauna BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Cetak Saring Desain Motif Karakter Visual Ragam Hias Flora Fauna Perancangan Desain Motif Tekstil Cinderamata dengan Penerapan Ragam hias relief candi

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN BAB IV. KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Menurut ASEAN DNA, sebuah situs untuk mempromosikan pemahaman yang berkaitan dengan karakteristik ASEAN menyebutkan bahwa rata-rata tinggi badan

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA 3.6 Proses Pengambilan Serat Kapuk Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang waktu 2 atau 3 pekan, yang pertama kalinya biasanya

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Perancangan Motif Batik Geometri BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah A. Perancangan Motif Batik Geometri Permasalahan: 1. Pemahaman konsep perancangan. 2. Perancangan motif batik Geometri 3. Visualisasi bentuk dan warna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber Daya Alam dan memanfaatkannya lebih lanjut untuk kesejahteraan rakyatnya. Hasil alam yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ready-to-wear di Indonesia saat ini sangat berkembang pesat, banyak para desainer dan brand lokal bermunculan dengan karakteristik yang berbeda-beda dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk sejenis yang berkaitan dengan dompet kulit yang ingin penulis buat yaitu dompet kulit produksi Guten Inc. Dompet Guten Inc dibuat khusus untuk pria dengan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Limbah spanduk MMT (Metromedia Technologi\ Riset kebutuhan dan peluang pemanfaatan limbah spanduk MMT Gagasan pemanfaatan limbah spanduk MMT untuk

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Di zaman yang sudah modern saat ini dan masuknya budaya asing kedalam kehidupan masyarakat Indonesia. Tetapi Di Indonesia gaya bohemian ini sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan busana yang terus meningkat pesat membuat para desainer. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

BAB lv KONSEP PERANCANGAN

BAB lv KONSEP PERANCANGAN BAB lv KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan Atau Komunitas Sebuah desain dari awal saat dilakukannya pengkonsepan produk, sudah memiliki tujuan yang menjurus kepada siapa produk tersebut akan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN

IV. KONSEP PERANCANGAN IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Furniture yang berlatar belakangkan limbah dari lingkungan sekitar yaitu ban mobil bekas, kain perca dan koran bekas ini, dapat memberikan inspirasi/ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sidik jari adalah salah satu ciri-ciri fisik manusia yang bersifat unik, artinya diciptakan berbeda dengan ind4idu lainnya. Sidik jari manusia d2baratkan seperti pola

Lebih terperinci

TUGAS PRAKARYA: SABLON

TUGAS PRAKARYA: SABLON TUGAS PRAKARYA: SABLON Pengertian Sablon Kata sablon berasal dari bahasa Belanda yaitu schablon yang merupakan suatu teknik cetak-mencetak suatu desain grafis dengan menggunakan kain gasa atau biasa disebut

Lebih terperinci

KUESIONER TERBUKA. "Perencanaan Desain Produk Spring Bed PT Ocean Centra Furnindo"

KUESIONER TERBUKA. Perencanaan Desain Produk Spring Bed PT Ocean Centra Furnindo KUESIONER TERBUKA "Perencanaan Desain Produk Spring Bed PT Ocean Centra Furnindo" No A. DATA RESPONDEN Nama : Umur : Jenis Kelamin : B. PERTANYAAN 1. Menurut Anda, apa yang menjadi pertimbangan utama dalam

Lebih terperinci

BAB IV. KONSEP RANCANGAN

BAB IV. KONSEP RANCANGAN BAB IV. KONSEP RANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN / KOMUNITAS Dalam tataran lingkungan, produk rancangan yang dibuat dengan memanfaatkan limbah kayu palet secara maksimal. Palet kayu biasa digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Perancangan pelindung sepatu Octora terhadap lingkungan sangat ramah lingkungan. Menggunakan bahan yang mudah dicari di toko bahan. Produk pelindung

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Ide Perancangan Desain Setiap keluarga memiliki kebiasaan yang berbeda, kebiasaan-kebiasaan ini secara tidak langsung menjadi acuan dalam memilih furnitur yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. 1. Denim/Jeans mempunyai ketebalan bahan yang kuat. 2. Bahan Denim/Jeans mampu menahan beban barang yang cukup kuat.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. 1. Denim/Jeans mempunyai ketebalan bahan yang kuat. 2. Bahan Denim/Jeans mampu menahan beban barang yang cukup kuat. BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN Pengunaan bahan denim/jeans, sebagai bahan utama pembuatan produk tas frajeas ini didasari atas ketersediaan barang yang telah beredar banyak dimasyarakat.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chantiqa Handycraft merupakan suatu jenis usaha kerajinan yang memanfaatkan limbah dari tanaman kelapa sawit yang selanjutnya diolah menjadi barang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN Dapat memberikan identitas bagi komunitas atau untuk unit tertentu terhadap orang yang memakai kaos tersebut. Seperti, kominutas sepeda dengan nama BIKE

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL 4.1 Tema Karya Tema dari karya tugas akhir ini adalah Geometrical Forest, sesuai dengan image board yang digunakan sebagai sumber inspirasi selain ragam

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Busana merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat digantikan oleh apapun. Pada awalnya busana hanya digunakan sebagai penutup tubuh. Kini fungsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koleksi busana made to measure dengan judul The Übermensch terinspirasi oleh kehidupan baru di planet Mars, karena Bumi telah hancur dan manusia harus pergi mencari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Pemanfaatan bahan kulit asli yang dihasilkan dari kulit hewan bisa mempengaruhi kesinambungan kehidupan hewan. Oleh karena itu diharapkan bisa

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 1. Tataran Lingkungan A. Material Dalam pembuatan sleeping bag multifungsi penyesuaian material yang bisa memenuhi kebutuhan pada saat penggunaan dan penyesuaian dengan konsdisi

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBENTUKAN

BAB III PROSES PEMBENTUKAN BAB III PROSES PEMBENTUKAN Lahirnya karya seni rupa melalui proses penciptaan selalu terkait dengan masalah teknis, bahan, dan alat yang digunakan serta tahapan pembentukannya. Selain kemampuan dan pengalaman,

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I Nama : Dewi Wilianti NPM : 31412968 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Gambar 5 Sampah yang berada dilingkungan pabrik (sumber: Data Pribadi 2015) Kulit Sintetis adalah Kulit imitasi yang tidak menggunakan kulit hewan.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL digilib.uns.ac.id BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL Hasil uji coba/eksperimen dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi beberapa kategori sesuai dengan jenisnya yaitu tentang

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kudus Perancangan Motif Batik Buah Parijoto sebagai sumber pengembangan motif batik Parijoto Konsep desain Aspek Estetis Aspek Bahan Aspek Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 BAMBU LAMINASI

BAB 2 BAMBU LAMINASI BAB 2 BAMBU LAMINASI 2.1 Pengertian Bambu Laminasi Bambu Laminasi adalah balok/papan yang terdiri dari susunan bilah bambu yang melintang dengan diikat oleh perekat tertentu. Pada tahun 1942 bambu laminasi

Lebih terperinci

Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis

Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis Definisi, Tujuan, dan Manfaat Desain Grafis 1. Definisi Desain Grafis Desain grafis dapat diartikan sebagai media penyampaian informasi kepada yang membutuhkan (masyarakat) yang disampaikan dalam bentuk

Lebih terperinci

PANDUAN PEMBELIAN Tempat tidur anak

PANDUAN PEMBELIAN Tempat tidur anak PANDUAN PEMBELIAN Tempat tidur anak KESELAMATAN Semua produk anak kami telah diuji ketat dan dilakukan analisis risiko untuk memastikan bahwa produk kami memenuhi persyaratan di setiap negara di mana produk

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Literatur

DAFTAR PUSTAKA. Literatur DAFTAR PUSTAKA Literatur 1. Le Brass, Jean, Introduction To Rubber, Hart Publishing Company,Inc., New York City, 1965. 2. Latif, S.M, Karet, Vorkink-Van Hoeve, Bandung, 1950. 3. Pageone, Design secrets:

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. Metodologi. Fenomena. A. Kerangka Berfikir Studi

II. METODOLOGI. Metodologi. Fenomena. A. Kerangka Berfikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berfikir Studi Metodologi Mencari data mengenai produk lampu ruang belajar. Mencari studi pustaka yang bersumber dari buku ataupun internet. Melakukan studi banding dengan karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kabuki merupakan teater asal Jepang yang terkenal dan mendunia, ceritanya didasarkan pada peristiwa sejarah, drama percintaan, konfilk moral, dan kisah kisah tragedi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Maret 1979 dan diresmikan pada tanggal 27 September 1983 oleh Ibu Tien Suharto

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Maret 1979 dan diresmikan pada tanggal 27 September 1983 oleh Ibu Tien Suharto BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Sejarah Singkat PT Sahid Detolin Textile atau biasa disebut PT Sadetex didirikan pada tanggal 26 Maret 1979 dan diresmikan pada tanggal

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. hingga daun, yang bisa dipakai untuk berbagai macam produk dari

BAB V PENUTUP. hingga daun, yang bisa dipakai untuk berbagai macam produk dari BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penciptaan karya tugas akhir ini memasukkan unsur bambu kedalam karya dengan tujuan agar bambu bisa diterima oleh masyarakat Indonesia sebagai sesuatu yang eksotis, berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/ KOMUNITAS Tingginya antuasiasme masyarakat dalam mengenakan benda atau produk (khususnya dalam bidang cetak) yang berbeda antara satu dengan lainnya. Memicu

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Desain motif batik pada busana muslimah memang sudah tersedia di pasaran, namun sangat terbatas sekali jumlahnya. Setelah diamati desain motif batik pada busana

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015

Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BIRO SARANA DAN PRASARANA Pengadaan Tutup Kepala Biro Sarpras Polda Kep. Babel TA. 2015 SPESIFIKASI TEKNIS BEKAL UMUM : BARET POLRI

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN 1. Orisinalitas Perbedaan karya rancangan penulis dengan karya desainer lain berdasarkan riset yang penulis kumpulkan adalah desainer lain ada juga yang membuat rancangan meja

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Koleksi busana wanita berjudul Metamorphic Cityscape ini diangkat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan primer manusia yang memiliki banyak fungsi dan tujuan yang paling utama yaitu sebagai pelindung tubuh. Perkembangan zaman menuntun kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang mempunyai berbagai macam kebutuhan, antara lain sandang, pangan, dan papan. Sandang merupakan kebutuhan primer yang digunakan manusia

Lebih terperinci

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi

Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Jual Karpet Masjid Jakarta: Solusi Masjid Indah, Nyaman, dan Rapi Karpet masjid sejatinya bukan hanya menjadi sebuah alas lantai, melainkan juga berfungsi sebagai alas salat dan salah satu elemen yang

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep

BAB IV KONSEP PERANCANGAN. Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Kerangka Berpikir Konsep Bagan 4.1 Kerangka Berpikir Konsep 105 106 Dari kerangka berpikir diatas dapat penulis memilih konsep Batik Pekalongan : The Diversity of Culture

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK. yang dilakukan oleh praktikan menempatkan diri sebagai perancang desain produk client

BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK. yang dilakukan oleh praktikan menempatkan diri sebagai perancang desain produk client BAB 4 HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 Peranan Praktikan Perusahaan yang bergerak di bidang percetakan dan periklanan ini terdapat beberapa pembagian kerja yang dilakukan oleh masing-masing karyawan. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada beberapa waktu belakangan ini, banyak fenomena alam yang terjadi hampir di seluruh dunia.fenomena alam yang unik kerap menjadi bahan berita yang menarik bagi pengetahuan

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN

BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN BAB IV IMPLEMENTASI DESAIN Dalam implementasi desain, kegiatan yang dilakukan terdiri dari tahapan sebagai berikut: 1. Tahap Pesiapan, 2. Tahap Implementasi Konsep ke Dalam Desain, 3. Pembuatan Plate menggunakan

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Penulis akan merancang sebuah metode multimedia interaktif untuk dijadikan

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Penulis akan merancang sebuah metode multimedia interaktif untuk dijadikan BAB V KONSEP PERANCANGAN A. Ide dan Gagasan Perancangan Penulis akan merancang sebuah metode multimedia interaktif untuk dijadikan media promosi, sebuah format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD

Lebih terperinci

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular

BAB V KAJIAN TEORI. Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam bahasa. Yunani, neo memiliki arti baru, sedangkan vernakular BAB V KAJIAN TEORI 5.1 Kajian Teori Penekanan Desain 5.1.1 Teori Tema Desain Penekanan tema desain pada projek Pusat Pengembangan Kerajinan Batik di Cirebon adalah langgam arsitektur Neo-Vernakular. Dalam

Lebih terperinci

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN

BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN BAB V ULASAN KARYA PERANCANGAN A. OBJEK REFRENSI Gambar 5.1 : objek refrensi Objek refensi pada meja ruang tamu dan bangku santai dan funiture multifungsi yang berguna untuk tempat hidangan para tamu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fashion sangat berkembang di era modern ini, tidak terkecuali di Indonesia. Perkembangan fashion ini berdampak positif, karena hal tersebut memudahkan serta memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh

BAB I PENDAHULUAN. pendukung karya ( Van De Ven, 1995:102 ) seperti figure manusia, tokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Boneka adalah salah satu karya seni yang berupa macam-macam bentuk, Bentuk ini merupakan organisasi atau satu kesatuan, atau komposisi dari unsurunsur pendukung

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Rancangan produk tas ini termasuk kedalam lingkungan non fisik, karena produk tas ini berkaitan dengan industri fashion dan lingkungan sekitar.

Lebih terperinci

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014 Desain Kerajinan Unsur unsur Desain Unsur desain merupakan bagian-bagian dari desain yang disusun untuk membentuk desain secara keseluruhan. Dalam sebuah karya desain masing-masing unsur tidak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V ini penulis menguraikan kesimpulan, dan rekomendasi yang akan disusun berdasarkan seluruh kegiatan penelitian tentang Penerapan Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Berikut adalah hasil karya Tugas Akhir Jessy Jasmine Fitria Program Studi Sarjana Kriya, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB dengan judul EKSPLORASI TEKNIK

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Judul Perancangan CD Interaktif Judul perancangan CD Interaktif ini adalah Promosi Yuli Batik Motif Pekalongan. 5.1.2 Tema Perancangan Tema perancangannya

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Pada era modern saat ini banyak sekali produk pengembangan untuk menunjang kebutuhan aktivitas bermain anak. Mulai permainan melatih otak, fisik sampai anak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Art deco adalah sebuah gerakan desain yang populer dari 1920 hingga 1939, yang mempengaruhi seni dekoratif seperti arsitektur, desain interior, dan desain industri,

Lebih terperinci

II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas (State Of The Art) Jenis karya seperti buku ilustrasi bergambar khusus anak sudah ada sebelumnya, bahkan sudah banyak yang memproduksinya. Banyak juga rupa, bentuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA REFERENSI KARYA Gambar 4.1 Referensi website Analisa mengenai website Cheese Cake Factory, website dengan bentuk Potrait memanjang kebawah sehingga semua icon/ produk bisa terlihat semua

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada setiap era dalam perkembangan mode, ada tren dan tema yang mendasari perubahannya, mulai dari warna hingga siluet dan potongan busana. Tren untuk tahun 2015 berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam siklus hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari busana. Busana merupakan salah satu penunjang yang digunakan manusia agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Perusahaan CV.WOLKEN yang beralamat di Jl. Sempurna Ujung - Medan berdiri pada bulan Juni tahun 2010 yang diprakarsai oleh Bapak Bolas Lumbanbatu dengan modal

Lebih terperinci

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN

3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN 3 PRINSIP-PRINSIP DAN UNSUR DESAIN KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang prinsip-prinsip dan unsur-unsur yang harus diperhatikan dalam desain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Review PT. Union Jaya Pratama PT Union Jaya Pratama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kasur busa. Hasil produksi dikelompokkan menjadi 3 jenis berdasarkan

Lebih terperinci