Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Transkripsi

1 Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPA melalui Model Think Talk Write di SDN 03 Pelangai Gadang Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan Yuci Yefrika 1, Gusmaweti, Zulfa Amrina 1 1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar 2 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta yuciyefrika@gmail.com ABSTRACT Purpose this research is to ability description communicate and result of learning student in study of IPA use model of Think Talk Write in class of V SDN 03 Pelangai Gadang. this Type Research is research of class action. This research is conducted in two cycle, each cycle consist of twice meeting and once cycle final exam. this Research Subjek is class student of V SDN 03 Pelangai Gadang, which amount to 21 people. Research instrument the used is observation sheet of want communicate student, activity observation sheet learn in and study of tes result of learning cognate domain of student. Pursuant to tes result of learning cognate domain of student obtained by mean result of learning cognate domain of student at cycle of I 57,1 and mount at cycle of II become 85,7. While complete percentage at cycle of I 57,14% mounting at cycle of II 85,71%. Pursuant to result of ability observation sheet communicate student, obtained by percentage result of ability communicate student at cycle of I 51,1% mounting to become 74,8% at cycle of II. Matter this means study of IPA by using model of Think Talk Write can improve ability communicate and result of learning student in class of V SDN 03 Pelangai Gadang. Pursuant to result of this research, researcher suggest that teacher can use model of Think Talc of Write in study to increase ability communicate and result of learning student Keyword: Communications, Result Of Learning, Indonesian, Think Talk Write PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya, memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Gadner (dalam Supriadie & Darmawan, 2012: 3) Melalui pendidikanlah manusia dapat meningkatkan mutu kehidupan, dapat meningkatkan harkat, martabat, serta derajat manusia itu sendiri dalam lingkungan masyarakat. Pendidikan adalah proses penerapan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Dalam proses pendidikan diperlukan adanya suatu strategi

2 pembelajaran, penggunaan metode, media dan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan dapat membangkitkan semangat belajar bagi peserta didik disemua bidang pelajaran, termasuk pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar (SD). Menurut Gagne (dalam Sapriati dkk, 2008:1.43) dan Depdiknas (2006: 484) dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA dalam keterampilan proses berarti mengkomunikasikan atau menyampaikan pendapat dari hasil keterampilan proses baik secara lisan maupun tulis. keterampilan tidak hanya mencakup kegiatan-kegiatan fisik, tetapi juga kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual, misalnya: bila berbicara, menulis, atau dalam menggunakan berbagai alat IPA seperti menggunakan pipa kapiler, termometer, dan sebagainya. Peserta didik juga dapat mengembangkan potensi keterampilan dengan mudah, karena dengan pembelajaran IPA peserta didik diberikan kesempatan yang lebih dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik memiliki kemampuan atau keterampilan untuk mengamati, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan dari suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Seorang guru harus mampu membuat proses pembelajaran IPA menjadi semenarik mungkin sehingga guru dituntut untuk menggunakan metode, model, atau pendekatan yang membuat pembelajaran IPA lebih menarik bagi peserta didik, serta dapat memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik. Pada kenyataannya banyak dijumpai saat sekarang ini dalam proses pembelajaran yang terjadi guru kurang menerapkan metode yang menarik bagi peserta didik, sehingga mengakibatkan rendahnya kemampuan berkomunikasi dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran serta pencapaian kompetensi yang tidak sesuai dengan yang telah dirumuskan. Berdasarkan hasil observasi, ditemui beberapa permasalahan yaitu: pendekatan yang digunakan masih bersifat konvensional yaitu metode ceramah, tanya jawab, yang masih kurang bervariasi dalam menggunakan media, metode dan pendekatan pembelajaran, guru kurang melibatkan siswa dalam pembelajaran, guru selalu memberikan hafalan materi pada siswa, guru kurang mengkaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, sehingga hasil belajar siswa masih di bawah rata-rata. Kemampuan berkomunikasi siswa yang masih tergolong rendah. Interaksi komunikasi yang terjadi pada saat

3 pembelajaran antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa lainnya sangat kurang karena saat pemberian materi guru tidak selalu melakukan penguatan timbal balik dengan siswa. Sehingga guru tidak sempat lagi memikirkan bagaimana meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasannya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam pembelajaran IPA, sebagian siswa masih banyak yang belum maksimum. Menurut Istarani dan Pulungan (2015:19), hasil belajar adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku dan penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu ditemukan solusinya. Agar terciptanya suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dan meningkatkan hassil belajar. Maka pada saat proses pembelajaran kepada siswa akan dicobakan dengan menggunakan model Think Talk Write (TTW). Melalui pembelajaran model Think Talk Write siswa diharapkan mampu berpikir, berbicara, dan menulis. Sedangkan model Think Talk Write adalah sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Berdasarkan kenyataan dan paparan di atas, maka peneliti bermaksud memperbaiki pembelajaran IPA di kelas V SDN 03 Pelangai Gadang dengan menerapkan model Think Talk Write pada pembelajaran IPA. Oleh karena itu peneliti melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada pembelajaran IPA melalui model Think Talk Write di SDN 03 Pelangai Gadang Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Berdasarkan rumusan masalah yang ditemukan di atas, tujuan PTK ini yaitu: 1. Mendeskripsikan peningkatan kemampuan komunikasi siswa dilihat dari aspek respect (rasa hormat), audible (terdengar), clarity (jelas) dengan menggunakan model Think Talk Write di kelas V SD Negeri 03 Pelangai Gadang. 2. Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V di SD Negeri 03 Pelangai Gadang dengan menggunakan Think Talk Write.

4 KAJIAN TEORI Menurut Sumantri (2015:2) dan Anita dkk, (2008:2.3) dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan. Latihan dan perubahan itu disebabkan karena adanya dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya yang terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, penguasaan nilainilai (sikap), dan keterampilan. Menurut Rusman (2012:134), dan Amrina (2008:5), dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran adalah kegiatan secara langsung yang dipengaruhi oleh faktor guru, siswa dan lingkungan yang disusun dalam bentuk bahan pengajaran bagi kepentingan pembelajaran siswa. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana belajar yang menarik yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Sehingga siswa dapat memahami pembelajaran IPA melalui lingkungan yang nyata agar belajar menjadi efektif, dan tercapainya tujuan utama belajar yaitu transfer ilmu yang diberikan guru kepada siswa. Menurut Rusman (2010:251), dan Amrina (2008:3), dapat dikatakan bahwa siswa SD berada pada tahap usia 7-11 tahun dengan tahap berpikir operasi konkret, berarti masih pemikiran logis, masih terikat pada fakta benda konkret. Hal ini menunjukkan bahwa siswa SD akan memahami materi pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sekitar dan mengalami sendiri baik itu diraba, didengar, dan dibaui sehingga proses pembelajaran menghasilkan pengalaman belajar bagi siswa. Pendapat Sapriati, dkk (2008:5.11), Susanto (2014:167) dan Trianto (2014:151), dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya. IPA didefenisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Berdasarkan KTSP (2006:484), dan juga menurut Sapriati, dkk (2008:6.3), dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA di SD adalah untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini akan pentingnya menjaga, memelihara, dan melestarikan lingkungan alam, dapat meningkatkan keyakinannya akan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa,

5 mengembangkan konsep IPA yang bermanfaat dalam kehidupannya sehari-hari serta sebagai pengetahuan dasar untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Susanto (2014:5), Istarani dan Pulungan (2015:19), dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kulmulasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulmulasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Menurut Istarani (2014:1) Hamdayama (2014:128), dan Huda (2014:218), dapat disimpulkan bahwa model Think Talk Write merupakan sebuah pembelajaran yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternative solusi), hasil bacaannya di komunikasikan dengan presentasi, diskusi, dan kemudian membuat laporan hasil presentasi. Pendapt Hamdayama (2014:221), dan Huda (2014:218) dapat disimpulkan, manfaat model model Think Talk Write adalah dapat melatih serta meningkatkan kemampuan berfikir, berbicara, serta menulisnya. Think Talk Write membantu siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri, dan dapat melatih siswa menulis hasil diskusinya secara sistematis. Menurut Baroody (Rosmiati, 2010:18) Hamdayama (2014:222), dapat disimpulkan kelebihan dari model Think Talk Write adalah mempertajam keterampilan berpikir siswa secara kritis dan kreatif serta melibatkan siswa ikut aktif dalam belajar. Siswa secara individu memikirkan jawaban/penyelesaian, siswa dapat mengungkapkan dan merefleksi pikiran, dan mengkontruksi ide atau gagasan. Menurut Rohim (2009:8), dan Effendy (2000:10) serta Berlo (dalam Iriantara 2014:3) dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,baik secara langsung (secara lisan) maupun tidak langsung (melalui media), dan proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide yang disampaikan baik sengaja maupun tidak sengaja. Menurut Iriantara (2014:8) dapat disimpulkan, bahwa unsur dalam komunikasi ada 8 yaitu: Komunikator, Media atau Saluran, Komunikasi, Komunikan, Efek, Umpan Balik, Gangguan Komunikasi, dan Lingkungan. Menurut Ukas (dalam Sumantri 2015:356) dan Hubeis, dkk (2012:38), dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang efektif memerlukan 5 kaidah yaitu respect, empathy, audible, clarity, humble, dengan adanya kaidah-kaidah tersebut diharapkan seseorang dapat berkomunikasi lebih baik dengan pihak lain. Dalam penelitian ini

6 maka, penulis akan menggunakan 3 kaidah keterampilan komunikasi siswa yaitu respect, audible, dan clarity, dengan adanya 3 kaidah komunikasi tersebut diharapkan kemampuan komunikasi siswa bisa berjalan efektif. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan di kelas V SDN 03 Pelangai Gadang Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan adalah guru cenderung menggunakan metode ceramah. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN 03 Pelangai Gadang. Penelitian ini dilakukan di SDN 03 Pelangai Gadang pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 dari tanggal 12 sampai 26 Oktober Penelitian ini dilakukan dengan mengaju pada desain PTK, yang dirumuskan Arikunto (2010:16), yang terdiri dari empat komponen yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran diukur dengan menggunakan persentase kemampuan komunikasi respect (rasa hormat), audible (terdengar), clarity (jelas) dan kriteria ketuntasan minimum (KKM). Data Primer, diperoleh dari siswa kelas V SDN 03 Pelangai Gadang tahun ajaran 2016/2017 tentang kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan model TTW. Data sekunder, diperoleh dari arsip nilai siswa kelas V di SDN 03 Pelangai Gadang Tahun Ajaran 2016/2017 dalam ulangan harian 1 semester I Tahun Ajaran 2016/2017 pada pembelajaran IPA. Sumber data penelitian adalah proses kegiatan belajar IPA dengan kebutuhan meliputi perencanaan pembelajaran, perilaku guru dan siswa sewaktu pembelajaran. Penelitian ini menggunakan instrumen untuk menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data, adalah sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Siswa. 2. Lembar Observasi Aktivitas Guru 3. Lembar Tes Hasil Belajar Data penelitian dikumpulkan dengan observasi dan tes, seperti berikut: 1. Observasi 2. Tes Untuk memproleh data yang akurat atas kemampuan siswa dalam menguasai pembelajaran menggunakan model Think Talk Write yaitu sebagai berikut: 1. Teknik Analisis Data Kegiatan Guru 2. Analisis data Kemampuan Berkomunikasi 3. Analisis data Hasil Belajar

7 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus I Hasil belajar masing-masing siswa pada siklus I dapat dilhat pada tabeldi bawah ini. Tabel 1 : Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa Siklus I No. Uraian Jumlah Persentase 1 Siswa yang mengikuti tes % 2 Siswa yang tuntas 12 57,14% 3 Siswa yang tidak 9 42,85% tuntas Target 75% 1) Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran siklus I pada pertemuan 1 dan 2 dapat diperoleh presentase guru dari jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan skor maksimal kemudian dikali seratus,maka dari presentase dapat dilihat indikator keberhasilan sudah tercapai atau belum dari presentase kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 : Hasil Observasi Kegiatan Guru. Perte Jumlah muan Skor Persentase Kategori I 14 66,66 % Baik II 16 76,19% Baik Rata-rata 71,43% Baik Pembelajaran melalui model Think Talk Write dalam pembelajaran IPA pada pertemuan 1 siklus I ini diperoleh skor 14 dengan persentase 66,66%. Berdasarkan kriteria yang didapatkan skor tersebut berada pada rentangan 51%-75%, sehingga pembelajaran dengan menggunakan model Think Talk Write pada pertemuan 1 siklus I termasuk ke dalam kriteria baik, dan pada pertemuan 2 siklus I diperoleh skor 16 dengan persentase 76,19%. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan skor tersebut berada pada rentangan 76%-100%, sehingga pembelajaran dengan model Think Talk Write pada pertemuan 2 siklus I termasuk ke dalam kriteria baik. Berdasarkan persentase dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus I dapat disimpulkan bahwa kegiatan guru dalam pembelajaran IPA menggunakan model Think Talk Write pada siklus I memperoleh rata-rata persentase 71,43% sehingga dapat dikatakan dalam kriteria cukup baik tetapi belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran. 2) Hasil Observasi Aspek Komunikasi Siswa Data hasil observasi ini di dapat melalui lembar observasi kemampuan komunikasi siswa, dan digunakan untuk melihat proses dan perkembangan komunikasi siswa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Berdasarkan lembar observasi aspek komunikasi siswa dalam pembelajaran siklus I pada pertemuan 1 dan 2 diperoleh persentase dari tiga indikator yang peneliti amati yaitu

8 respect, audible, dan clarity. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 3 : Perte muan 1 2 Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus I Kriteria Aspek yang diamati Persentase (%) Respect, Audible, dan Clarity 33,33 Rendah Respect, Audible, 47,61 Cukup dan Clarity Jumlah 80,94 Rata-rata 40,47 Keterangan: 1. Respect (Rasa Hormat) a. Siswa memiliki sikap hormat kepada siswa lain saat memberikan kritikan. b. Siswa memiliki sikap menghargai terhadap pendapat yang disampaikan siswa lain. 2. Audible (Terdengar) a. Ketika memberikan informasi dan saran suara terdengar jelas. b. Apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. 3. Clarity (Jelas) a. Siswa dapat menjelaskan pesan dengan baik kepada siswa lain sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran. b. Siswa dapat mempertanggung jawabkan pesan yang disampaikan. Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa hasil observasi kemampuan komunikasi siswa siklus I pertemuan 1 adalah 33,33% dengan kriteria rendah sedangkan pada pertemuan 2 adalah 47,61% dengan kriteria rendah, sehingga terdapat nilai rata-rata siklus I siswa yang berkomunikasi memenuhi aspek yang diamati yaitu respect, audible, dan clarity adalah 40,47%. Sehingga dapat dikatakan masih dalam kriteria rendah dan belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran. 2. Deskripsi Kegiatan Pembelajaran Siklus II Hasil belajar masing-masing siswa pada siklus II dapat dilhat pada tabel di bawah ini. Tabel 4 : Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Siklus II No. Uraian Jumlah Persentase 1 Siswa yang % mengikuti tes 2 Siswa yang tuntas 18 85,71% 3 Siswa yang tidak 3 14,28% tuntas Target 75% 1) Hasil Observasi Kegiatan Guru Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dalam pembelajaran siklus II pada pertemuan 1 dan 2 dapat diperoleh presentase guru dari jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan skor maksimal kemudian dikali seratus, maka dari presentase dapat dilihat indikator keberhasilan sudah tercapai atau belum dari presentase kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

9 Tabel 5 : Hasil Observasi Kegiatan Guru dalam Pembelajaran IPA melalui Model Think Talk Write. Pertemuan Jumlah Persentase Kategori Skor I 18 85,71% Baik II 19 90,47% Baik Rata-rata 18,5 88,09% Baik Dari tabel di atas dapat dapat dianalisis bahwa presentase guru dalam mengelola pembelajaran memiliki rata-rata presentase 88.09% dikategorikan sangat baik sehingga dapat dikatakan berhasil. 2) Hasil Observasi Aspek Komunikasi Siswa Berdasarkan lembar observasi aspek komunikasi siswa dalam pembelajaran siklus II pada pertemuan 1 dan 2 diperoleh persentase dari tiga indikator yang peneliti amati yaitu respect, audible, dan clarity. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari tabel dibawah ini: Tabel 6 : Perte muan 1 2 Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Siswa Siklus I Kriteria Aspek yang diamati Persentase (%) Respect, Audible, dan Clarity 71,42 Tinggi Respect, Audible, 80,95 Tinggi dan Clarity Jumlah 152,37 Rata-rata 76,18 Keterangan: 1. Respect (Rasa Hormat) a. Siswa memiliki sikap hormat kepada siswa lain saat memberikan kritikan. b. Siswa memiliki sikap menghargai terhadap pendapat yang disampaikan siswa lain. 2. Audible (Terdengar) a. Ketika memberikan informasi dan saran suara terdengar jelas. b. Apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. 3. Clarity (Jelas) a. Siswa dapat menjelaskan pesan dengan baik kepada siswa lain sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran. b. Siswa dapat mempertanggung jawabkan pesan yang disampaikan Berdasarkan tabel menunjukkan bahwa hasil kemampuan komunikasi siswa siklus II pertemuan 1 adalah 71,42% dengan kriteria tinggi, sedangkan pada pertemuan 2 adalah 80,95% dengan kriteria tinggi, sehingga terdapat nilai rata-rata siklus II siswa yang berkomunikasi memenuhi aspek yang diamati yaitu respect, audible dan clarity adalah 76,18% sehingga sudah dikategorikan tinggi. Pembahasan 1. Kegiatan Guru Keberhasilan siswa dalam pembelajaran IPA pada umumnya dilihat dari pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada presentase kegiatan guru. Dalam hal ini terlihat peningkatan pengelolaan pelaksanaan pembelajaran melalui model Think Talk Write pada tabel di bawah ini : Tabel 7 : Persentase Kegiatan Guru Pada Siklus I dan II Siklus Rata-rata Siklus I 71,43 II 88,09

10 2. Kemampuan Berkomunikasi Siswa dalam Pembelajaran Dalam pembelajaran siswa sudah menunjukan adanya keinginan untuk melakukan komunikasi dengan guru atau siswa dalam proses pembelajaran secara baik. Peningkatan kemampuan komunikasi siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat dari persentase kemampuan berkomunikasi siswa pada tabel dibawah ini: Tabel 8: Persentase Kemampuan komunikasi Siswa Siklus I dan Siklus II Indikator Persentase kemampuan berkomunikasi Siswa Siklus I Siklus II Pening katan 1 48,8% 74,9% 26,1% 2 57,1% 77,2% 20,1% 3 47,6% 72,5% 24,9% Rata-rata 51,1% 74,8% 23,7% Keterangan: 1. Respect (Rasa Hormat) a. Siswa memiliki sikap hormat kepada siswa lain saat memberikan kritikan. b. Siswa memiliki sikap menghargai terhadap pendapat yang disampaikan siswa lain. 2. Audible (Terdengar) a. Ketika memberikan informasi dan saran suara terdengar jelas. b. Apa yang disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan dengan baik. 3. Clarity (Jelas) a. Siswa dapat menjelaskan pesan dengan baik kepada siswa lain sehingga tidak terjadi kesalahan penafsiran. Siswa dapat mempertanggung zjawabkan pesan yang disampaikan. Peningkatan kemampuan komunikasi siswa pada pembelajaran IPA dari siklus I ke siklus II, dikarenakan oleh peneliti belajar dari setiap pertemuan pembelajaran yang dilakukan dan memperhatikan siswa yang masih belum aktif berkomunikasi. Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk berbicara di dalam kelas secara bergantian, sehingga siswa sudah banyak yang berkomunikasi di dalam kelas. Selain itu, pada saat presentasi kelompok, masing-masing dari kelompok ditunjuk untuk menyampaikan hasil diskusi secara bergantian padasetiap pertemuan pembelajaran. Sehingga nantinya semua siswa dalam kelompok bisa mendapatkan giliran berkomunikasi. Dengan demikian, maka kemampuan berkomunikasi siswa mengalami peningkatan seperti yang telah diharapkan. 3. Hasil Belajar Kognitif Siswa Persentase ketuntasan hasil belajar kognitif dalam proses pelaksanaan pembelajaran terjadi peningkatan dengan penggunaan model Think Talk Write. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 9. Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Kognitif Siklus I dan Siklus II Siklus Siswa Tidak Tuntas Siswa Tuntas Target (75%) Nilai < 70 Nilai > 70 I 9 orang : 12 orang : Belum mencapai 42,8% II 3 orang : 14,2% 57,1% 18 orang : 85,7% target Sudah mencapai target Hal ini terjadi karena guru sudah terbiasa menggunakan model Think Talk Write sehingga siswa lebih memahami

11 materi yang disajikan oleh guru dan guru sudah bisa mengkondisikan kelas sehingga siswa lebih aktif, serta tidak keluar masuk kelas saat pembelajaran sedang berlansung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa pada pembelajaran IPA dengan rnenggunakan model Think Talk Write memberikan hasil yang baik, terbukti dengan rneningkatnya perolehan hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA siswa menjadi lebih baik. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di SDN 03 Pelangai Gadang Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan dengan menerapkan model Think Talk Write pada setiap pembelajaran selama dua siklus dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pembelajaran IPA dengan menggunakan model Think Talk Write dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, untuk indikator respect (rasa hormat), audible (terdengar), dan clarity (jelas) dengan nilai rata-rata 51,1% pada siklus I, sedangkan nilai rata-rata 74,8% pada siklus II. 2. Dengan menggunakan model Think Talk Write dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa kelas V, dengan nilai 57,1% pada siklus I. Sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 85,7%. Berdasarkan penjelasan diatas, dapat dikatakan bahwa model Think Talk Write berhasil meningkatkan kemampuan komunikasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN 03 Pelangai Gadang dari siklus I ke siklus II, ini terlihat pada pencapaian yang telah diperoleh. DAFTAR PUSTAKA Amrina, Zulfa Pembelajaran Matematika Kelas Awal. Padang: Universitas Bung Hatta. Anita, Sri, dkk Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi, dkk Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. BNNSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi. Effendy, Onong Uchjana Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hamdayama, Jumata Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia Indonesia. Huda, Miftahul Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Iriantara, Yosal Komunikasi Pembelajaran. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Istarani dan Intan Pulungan Ensiklopedi Pendidikan. Medan: Media Persada. Istarani Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

12 Rohim, Syaiful Teori Komunikasi, Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rusman Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Gravindo Persada. Sapriati, Amalia, dkk Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sumantri, Mohammad Syarif Strategi Pembelajaran. Jakarta: Grafindo Persada. Supriadie, Didi, Deni Darmawan Komunikasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Susanto, Ahmad Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenamedia Group. Trianto Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.