BAB 3 ANALISIS DATA Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Kompleks

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 ANALISIS DATA Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Kompleks"

Transkripsi

1 BAB 3 ANALISIS DATA Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Kompleks Keraton Kasepuhan Sejarah Kompleks Keraton Kasepuhan Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Edi Sedyawati. Kesenian Keraton. 28 November 2002, yaitu: Istilah keraton berasal dari kata ka-ratu-an, yang berarti tempat bersemayam bagi para ratu. Ada pula yang meyakini bahwa keraton berasal dari bahasa sansekerta kratu yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian, arti keraton disamping sebagai tempat bersemayam bagi para pemimpin (raja dan ratu), juga diartikan sebagai tempat atau sumber kebijaksanaan seorang raja atau pemimpin sebuah pemerintahan. Istilah keraton sering pula diidentikkan dengan pengertian negara yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan. Keraton atau istana terdiri atas beberapa bagian bangunan atau tempat yang memiliki fungsi berbeda-beda. Disamping itu, ditinjau dari keseluruhan bangunan didalam sebuah keraton semuanya mengandung arti kefilsafatan, kebudayaan dan keagamaan yang berdiri dengan ciri khas masingmasing. ( Keraton Kasepuhan atau istana Sultan Sepuh, yaitu pusat keraton yang dianggap paling penting karena merupakan keraton tertua di kota Cirebon Jawa Barat, yang hingga saat ini masih dihuni oleh keturunan-keturunan keluarga para

2 raja terdahulu. Sebagai pusat pengembangan ajaran Islam, Keraton Kasepuhan memiliki akar sejarah yang sangat panjang, yaitu sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat penyebaran agama Islam diseluruh Jawa Barat, yang tetap lestari dengan benda-benda cagar budaya yang terkandung di dalamnya sebagai peninggalan sejarah masa lalu. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Mungal, selaku narasumber dari Kompleks Keraton Kasepuhan menyatakan bahwa Keraton Kasepuhan merupakan kelanjutan dan perkembangan dari Keraton Pakungwati (Udang Perempuan) yang didirikan oleh Pangeran Cakra Buwana pada tahun Setelah melepaskan diri dengan Banten dan Sunda Kelapa pada tahun , Keraton Pakungwati diperluas dan berganti nama menjadi Keraton Kasepuhan. Keraton Kasepuhan yang memiliki arti tempat tinggal yang sepuh berdiri pada tahun 1529, dengan bentuk pemerintahan satu-satunya di Nusantara yang lestari hingga saat ini, yaitu kesultanan. Penguasa pertamanya adalah Syech Syarief Hidayatullah yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati ( 杜亞波 ). Sebagai bangunan keraton yang dibangun di wilayah melting pot (tempat pertemuan antar bangsa), dengan adanya kerjasama dengan masyarakat Tionghoa dalam menyebarkan ajaran Islam, para komunitas Tionghoa juga memiliki peran penting dalam mendirikan pemerintahan Keraton Kasepuhan. Selain Sunan Gunung Jati, tradisi masyarakat Cirebon menyebutkan tokoh Muslim Tionghoa yang berasal dari Hokkian, bernama Haji Tan Eng Hoat (Maulana Ifdhil Hanafi) bergelar Pangeran Adipati Wirasenjaja, merupakan Raja Muda bawahan

3 Kesultanan Cirebon dan Tan Sam Cai (Muhammad Syafi i) bergelar Tumenggung Arya Wira Tjoela sebagai Menteri Keuangan dan Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien) isteri dari Sunan Gunung Jati, sebagai pelopor dan penggerak Islam di kota Cirebon. Bersama sang Sunan para tokoh Muslim Tionghoa tersebut, menyebarkan agama Islam dan memperluas pemerintahan diseluruh Jawa Barat yang berpusat pada pemerintahan Keraton Kasepuhan. Berikut ini adalah sebuah kutipan yang diperoleh melalui sebuah data dari internet yang dinyatakan oleh Sigit Indra. Arsitektur Keraton. 15 Desember 2002, yaitu: Pada abad ke-13 di Pulau Jawa, bentuk bangunan sebuah keraton lebih mendominasi pada kebudayaan Arab, India dan China. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada tata letak bangunan keraton, penataan bangunan, fungsi bangunan serta ragam hias beserta ornamennya. Gambaran tersebut dalam kompleks sebuah keraton diartikan sebagai penempatan bangunan yang megah diantara bangunan lainnya. ( Lokasi Keraton Kasepuhan yang terletak di Kompleks Keraton Kasepuhan No. 150 kecamatan Lemahwungkuk kota Cirebon, merupakan salah satu kompleks bangunan unik yang dibangun dengan tumpukan batu bata merah tanpa dilapisi adonan semen, melainkan dengan menggunakan putih telur dan getah pepohonan. Selain itu, Keraton Kasepuhan yang memiliki luas lahan sekitar 25 hektar dan terdiri dari 37 bangunan tersebut, merupakan satu-satunya keraton di Nusantara yang memiliki banyak sekali barang pecah belah yang berasal dari daratan Tiongkok.

4 Berdasarkan hasil pengamatan serta hasil wawancara langsung dengan narasumber dari Kompleks Keraton Kasepuhan, penulis dapat menyimpulkan bahwa seluruh bangunan yang berada pada Kompleks Keraton Kasepuhan terbentuk dari beberapa bangunan yang merupakan tempat persinggahan para perantauan yang berasal dari bangsa luar pada masa proses Islamisasi di kota Cirebon Jawa Barat. Kemudian, bangunan-bangunan tersebut dijadikan satu kompleks berupa bangunan sebuah keraton yang dipimpin oleh seorang raja atau sultan sebagai pemimpin suatu pemerintahan. (Lihat pada gambar denah Kompleks Keraton Kasepuhan ) Unsur Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Tionghoa Pada Kompleks Keraton Kasepuhan Bapak Mungal selaku narasumber dari Kompleks Keraton Kasepuhan, mengemukakan bahwa jika dilihat dari gaya atau corak dan motif yang muncul serta pola-pola bangunan yang beraneka ragam, dapat disimpulkan bahwa beberapa bentuk bangunan pada Kompleks Keraton Kasepuhan merupakan hasil perpaduan dari: A. Unsur Kebudayaan Islam a. Ukiran Struktur Penopang Struktur penopang merupakan sebuah tiang yang berfungsi sebagai penyangga suatu bangunan. Saat memasuki halaman Keraton Kasepuhan, terdapat beberapa bangunan pendopo yang memiliki unsur kebudayaan Islam pada ukiran struktur penopangnya, yaitu: Mande Pendawa Lima.

5 Bangunan Mande Pendawa Lima, berfungsi sebagai tempat para pengawal raja. Pada bangunan tersebut terdapat 5 buah tiang struktur penopang yang memiliki ukiran khas Islam, melambangkan 5 buah Rukun Islam. Mande Malang Semirang. Bangunan Mande Malang Semirang, berfungsi sebagai tempat para raja melihat acara yang diselenggarakan di alun-alun Sangkala Buwana. Pada bagian tengah bangunan tersebut, terdapat 6 buah tiang struktur penopang yang memiliki ukiran khas Islam, melambangkan 6 Rukun Iman dan 20 buah tiang ukiran struktur penopang yang melambangkan 20 sifat Allah. Mande Semar Tinandu. Bangunan Mande Semar Tinandu memiliki 2 buah tiang struktur penopang yang memiliki ukiran khas Islam, tiang tersebut melambangkan 2 Kalimat Syahadat yang berfungsi sebagai tempat penghulu atau penasehat raja. Berdasarkan hasil data-data yang telah terkumpul, penulis dapat menganalisa bahwa terdapatnya unsur ajaran Islam pada ukiran struktur penopang tersebut, diakibatkan karena Keraton Kasepuhan dibangun pada masa proses Islamisasi di kota Cirebon Jawa Barat, sehingga terdapat unsur ajaran Islam pada beberapa bentuk bangunannnya. (Lihat pada gambar Aa).

6 b. Batu Lingga Yoni Setelah melewati bangunan pendopo, penulis melihat 2 buah batu bernama Lingga Yoni yang merupakan batu koleksi peninggalan sejarah Keraton Kasepuhan. Menurut narasumber dari Keraton Kasepuhan, Batu Lingga Yoni tersebut melambangkan Nabi Adam dan Hawa yaitu simbol dari keperkasaan dan kesuburan. (Lihat pada gambar Ab). c. Ukiran Pintu Buk Bacem Pintu Buk Bacem merupakan salah satu pintu gerbang memasuki ruangan bangsal keraton. Pintu tersebut, terbuat dari kayu jati berdiameter besar yang pada bagian depan dan belakangnya terdapat hiasan berupa ukiran berciri khas Islam. Pintu Buk Bacem dibuat menggunakan 1 buah pohon jati yang direndam dengan berbagai ramuan. Narasumber dari Keraton Kasepuhan, mengemukakan bahwa proses perendaman kayu jati tersebut mengandung makna bahwa sebagai seorang manusia membutuhkan proses pengembangan diri sehingga menjadi manusia yang berakhlak baik dan berkualitas bagi diri sendiri, agama maupun bagi orang lain yang berada disekitarnya. (Lihat pada gambar Ac). d. Bangsal Keraton Lukisan Macan Ali Saat memasuki ruang Bangsal Pringgandani, terdapat sebuah lukisan Macan Ali yang berasal dari Timur Tengah (Arab). Lukisan tersebut, merupakan lambang kota Cirebon pada masa Wali Songo yang pada bagian tubuh macan tersebut, tertera kaligrafi berbahasa Arab

7 bertuliskan Laa Ilaha Ilallahu Muhammad Rasulullahi didominasi oleh warna kuning dan warna cokelat pada bagian tubuhnya. Kelambu Pada ruangan Bangsal Agung Panembahan, tepat dibelakang kursi singgasana raja terdapat sebuah ranjang yang dihiasi oleh 9 buah kelambu dengan beraneka macam warna. Berdasarkan hasil pengamatan penulis serta hasil wawancara dengan Bapak R. Mungal selaku narasumber dari Keraton Kasepuhan, menyatakan bahwa karena penyebaran ajaran Islam di Pulau Jawa dilakukan oleh para Sunan dari Wali Songo, maka kelambu tersebut merupakan simbol sejarah dari kesembilan Sunan perkumpulan dari Wali Songo. (Lihat pada gambar Ad). e. Langgar Alit Relung Bangunan. Langgar Alit merupakan sebuah bangunan berbentuk pendopo yang memiliki fungsi sebagai tempat bertadarus, setelah melaksanakan ibadah shalat tarawih pada bulan suci Ramadhan. Bangunan tersebut, terbuat dari kayu jati dan dikelilingi oleh berbagai macam ukiran kayu khas Islam pada bagian relung-relung bangunannya. Struktur Penopang. Tiang tunggal pada struktur penopang bangunan Langgar Alit memiliki ukiran yang kental dengan nuansa Islam. Menurut Bapak Mungal, selaku juru kunci dari Keraton Kasepuhan menyatakan

8 bahwa tiang pada struktur penopang tersebut memiliki 4 ukiran yang menunjukkan arah penjuru mata angin dan mengandung makna bahwa Islam memiliki 4 macam Mahzah yaitu: Mahzab Maliki, Mahzab Syafi i, Mahzab Hambali dan Mahzab Hanafi. Keempat Mahzab tersebut, merupakan pedoman bagi para Sunan dari Wali Songo yang memiliki niat dan tujuan yang sama tergantung pada cara pemikirannya masing-masing. (Lihat pada gambar Ae). Berdasarkan hasil data-data tersebut diatas serta hasil pengamatan penulis pada unsur kebudayaan Islam yang terdapat pada bangunan Kompleks Keraton Kasepuhan, penulis menganalisa dan menyimpulkan bahwa terdapatnya unsur kebudayaan Islam pada awal berdirinya Keraton Kasepuhan, diakibatkan karena bangunan tersebut merupakan pusat pengembangan ajaran Islam di seluruh Jawa Barat. Selain itu, karena Keraton Kasepuhan merupakan peninggalan keraton yang dipimpin oleh seorang raja yang beragama Islam, maka sangatlah wajar apabila Kompleks Keraton Kasepuhan memiliki nuansa khas Islam yang sangat kuat. B. Unsur Kebudayaan Tionghoa Berdasarkan hasil pengamatan penulis serta hasil wawancara langsung dengan narasumber Bapak Mungal, selain memiliki unsur kebudayaan Islam pada beberapa bangunannya, Kompleks Keraton Kasepuhan juga memiliki unsur kebudayaan Tionghoa, yang dapat dilihat pada:

9 a. Feng Shui ( 风水 ) Bapak Mungal mengungkapkan bahwa Keraton Kasepuhan dibangun menggunakan perhitungan Feng Shui (prinsip keseimbangan dengan alam), yang dapat dilihat pada: Pada abad ke-19, beberapa bagian bangunan pada Kompleks Keraton Kasepuhan dipugar dan tata letak dari bangunan keraton tetap dipertahankan hingga saat ini, yaitu lokasi Keraton Kasepuhan tetap menghadap ke arah Utara, yang diyakini menghadap ke arah magnet dunia. Menurut perhitungan Feng Shui ( 风水 ) dan falsafah sang raja adalah untuk mengharapkan kekuatan. Saat memasuki Pintu Gledegan (pintu gerbang Keraton Kasepuhan), bagian depan jalan memasuki keraton tidak lurus (berliku-liku), jalan pada bagian depan lebih tinggi, pada bagian tengah jalan lebih rendah dan pada bagian belakang yaitu bangunan Keraton Kasepuhan, jalanan lebih tinggi dari jalan yang berada pada bagian depan dan berbentuk bulat seperti sebuah gentong. Menurut perhitungan Feng Shui ( 风水 ), jalan tersebut dibuat dengan maksud agar pemerintahan Keraton Kasepuhan dapat mengendalikan politik dan perekonomian dengan benar, yaitu setiap pemasukan yang datang dapat disimpan dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dalam keadaan nyata, adalah untuk melindungi diri dari serangan musuh, mencegah bencana alam yang akan datang dan menghindari peluru yang datang

10 dari arah luar keraton, agar tidak mengenai sasaran pada titik pusat (bangunan bangsal keraton). Secara keseluruhan, bangunan pada Kompleks Keraton Kasepuhan dibangun mengelilingi air. Pada bagian depan keraton, terdapat sebuah laut (air) dan membelakangi sebuah gunung bernama Gunung Ciremai. Menurut perhitungan Feng Shui ( 风水 ) adalah bersandar pada gunung dan memandang lautan (air). Gunung merupakan figur kesombongan dan berpandangan sempit sedangkan laut merupakan figur kerendahan dan keluasan hati yang disesuaikan dengan alam raya dan alam bathin manusia, yang mengandung makna bahwa sebagai manusia harus membuang kesombongan pada diri sendiri. Hal tersebut juga diperkuat dengan adanya data-data dari dokumentasi Keraton Kasepuhan, yaitu Baluarti Keraton Kasepuhan Cirebon yang melampirkan bahwa bangunan Kompleks Keraton Kasepuhan dibangun berdasarkan perhitungan Feng Shui ( 风水 ). Sehingga, penulis dapat menganalisa karena pembangunan Kompleks Keraton Kasepuhan tersebut dibangun atas adanya partisipasi masyarakat Tionghoa, maka pembangunan Keraton Kasepuhan tersebut dibangun menggunakan perhitungan Feng Shui ( 风水 ) atau prinsip keseimbangan dengan alam.

11 b. Keramik-Keramik Khas Tiongkok Awal kedatangan keramik-keramik serta porselen khas Tiongkok di Pulau Jawa adalah pada masa Dinasti Ming ( ), yang pada saat itu adalah masa populernya agama Islam di Pulau Jawa. Sebagai kota pelabuhan penting yang menjadi tempat persinggahan antar bangsa (melting pot), kota Cirebon menjadi ajang pertukaran barang-barang hasil ekspor-impor dari daratan China seperti berbagai macam keramikkeramik, porselen, guci, jambangan dan tembikar yang didominasi oleh warna biru dan putih. Prof. Kong Yuanzhi dalam bukunya Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005: ), berpendapat bahwa: Sejumlah keraton diberbagai tempat di Indonesia, juga menyimpan banyak benda keramik Tiongkok, misalnya di Cirebon, Jawa Barat terdapat benda-benda keramik mahal buatan Tiongkok yang tersimpan dibeberapa keraton. Bapak Mungal selaku narasumber mengemukakan bahwa adanya keramik-keramik khas China yang menjadi hiasan utama di Keraton Kasepuhan, dikarenakan dalam perjalanannya meninggalkan daratan China menuju kota Cirebon Jawa Barat, Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien) berlayar menggunakan 3 awak kapal besar yang berisikan berbagai macam barang-barang berharga dari kerajaan China. Maka, Kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon Jawa Barat didominasi oleh hiasan berupa barang-barang peninggalan sejarah Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien) isteri dari Sunan Gunung Jati. (Lihat pada gambar Bb).

12 c. Pintu Buk Bacem Selain memiliki ukiran khas Islam pada ukiran pintu kayu jatinya, pintu Buk Bacem juga dibangun melengkung seperti jembatan (hoeg atau buk). Pada bagian dinding Pintu Buk Bacem, terdapat berbagai macam keramik-keramik khas Tiongkok dengan berbagai motif yang berwarna biru, kuning, putih dan hijau. Keramik-keramik khas Tiongkok tersebut, merupakan peninggalan sejarah Dinasti Ming yang dibawa oleh Puteri Ong Tien, isteri dari Sunan Gunung Jati yang berasal dari daratan China. (Lihat pada gambar Bc). d. Bangunan Bangsal Keraton Bangunan bangsal keraton terdiri dari tiga ruangan, yaitu Bangsal Pringgandani, Bangsal Prabayaksa dan Bangsal Agung Panembahan. Ruang Bangsal Pringgandani, digunakan sebagai tempat untuk menerima tamu seperti bangsawan, para pejabat tinggi dan tamu-tamu penting lainnya. Ruang Bangsal Prabayaksa digunakan sebagai tempat persidangan para menteri Negara Keraton Kasepuhan, sedangkan ruang Bangsal Agung Panembahan digunakan sebagai tempat singgasana raja atau tempat beristirahat para raja beserta para keturunannya. Ketiga ruangan bangsal keraton tersebut, juga digunakan sebagai tempat acara Sesaji Panjang Jimat atau Selamatan Maulud (perayaan hari lahir Nabi Muhammad SAW) yang biasa diselenggarakan oleh pihak Keraton Kasepuhan setiap satu tahun sekali.

13 Denys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (2005: 228), mengemukakan bahwa: Perayaan-perayaan besar yang mengiringi hari Maulud seperti upacara Panjang Jimat di kota Cirebon, baik disebut pula perayaanperayaan Cina yang (sampai tahun 1965) mengiringi hari Tahun Baru China (Cap Go Meh), yaitu arak-arakan patung yang dikeluarkan dari kuil setiap satu tahun sekali. Sesaji Panjang Jimat atau Selamatan Maulud di kota Cirebon Jawa Barat adalah sebuah acara mengeluarkan dan mencuci barang-barang pecah belah peninggalan masyarakat Tionghoa di kota Cirebon. Barang-barang peninggalan sejarah tersebut berupa guci, keramik-keramik, porselen dan jambangan yang sebagian besar merupakan peninggalan sejarah Dinasti Ming, yang pada saat ini menjadi bagian sejarah Keraton Kasepuhan. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara penulis dengan Bapak Mungal, penulis dapat menyimpulkan bahwa bangunan pada ruang bangsal keraton memiliki unsur kebudayan Tionghoa yang sangat kuat. Hal tersebut dapat dilihat pada: Atap. Atap pada bangunan bangsal keraton berbentuk paruh burung hong ( 凤凰 ), yang mengandung simbol kebajikan dan keluwesan. Menurut Bapak Mungal selaku narasumber penulis dari Kompleks Keraton Kasepuhan, mengemukakan bahwa terdapatnya simbol burung khas China tersebut diakibatkan adanya hubungan kerjasama yang baik

14 antara masyarakat kota Cirebon dengan masyarakat Tionghoa pada masa masuk dan berkembangnya ajaran Islam di kota Cirebon. Bentuk. Bentuk bangunan pada bangsal keraton, serupa dengan rumah peribadatan Tionghoa yaitu kelenteng. Bangunan bangsal keraton tersebut, terdiri dari 3 bagian ruangan yaitu ruangan bagian depan (Bangsal Pringgandani), ruangan bagian tengah (Bangsal Prabayaksa), dan ruangan bagian belakang yang lebih tinggi dari ruangan pada bagian depan, seperti altar pada sebuah kelenteng (Bangsal Agung Panembahan). Warna. Bangunan bangsal keraton (Bangsal Pringgandani, Bangsal Prabayaksa dan Bangsal Agung Panembahan), didominasi oleh warna khas China yaitu: Merah ( 红色 ), merupakan simbol kegembiraan, kesenangan dan kemewahan. Kuning Keemasan ( 金色 ), merupakan sebuah simbol keagungan, kekayaan dan kehormatan. Hijau ( 绿色 ), merupakan simbol keberuntungan dan pembaharuan. Ketiga warna khas China tersebut, mendominasi ruangan pada bagian ukiran langit-langit Bangsal Pringgandani beserta ukiran-ukiran khas China yang terdapat pada ruangan Bangsal Prabayaksa.

15 Ukiran. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan narasumber, maka dapat disimpulkan bahwa karena ruangan bangsal keraton sebagai tempat bersandingnya seorang raja (pemimpin), maka pada dinding ruangan Bangsal Prabayaksa terdapat ukiran khas China yang memiliki makna simbolis bagi seorang pemimpin, yaitu: Burung Kakak Tua ( 鹦鹉 ), merupakan simbol yang melambangkan bahwa seorang pemimpin harus pandai berbicara dan pandai berdiplomasi. Selain itu, seekor burung disaat terbang selalu melihat sekitarnya, hal tersebut mengandung makna bahwa seorang pemimpin harus memperhatikan rakyatnya secara adil dan merata. Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol yang melambangkan pengayoman, keindahan dan keagungan. Buah Manggis ( 山竹子 ), merupakan sebuah simbol kebenaran dan kejujuran. Karena jumlah daun kelopak pada bagian luar yang terdapat disekitar batangnya, selalu sama dengan jumlah potongan buah di dalamnya. Buah manggis tersebut, juga memiliki unsur nasehat bahwa kita jangan pernah menilai sesuatu dari luarnya saja, karena kejujuran dan kebenaran merupakan suatu modal utama yang sangat penting bagi seorang pemimpin yang memimpin suatu pemerintahan.

16 Pintu. Pada bagian dalam ruangan bangsal keraton, terdapat beberapa pintu Ukiran pada bagian pintu bangsal keraton memiliki ukiran khas China, berupa: Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol pengayoman, keindahan dan keagungan. Dalam ukiran hiasan bunga teratai tersebut, terbayang siluet seekor gajah yang didominasi oleh warna: Merah ( 红色 ), merupakan simbol kegembiraan, kesenangan dan kemewahan. Kuning Keemasan ( 金色 ), merupakan sebuah simbol keagungan, kekayaan dan kehormatan. Hijau ( 绿色 ), merupakan simbol keberuntungan dan pembaharuan. Memolo Bunga Teratai. Pada bagian tangga menuju bangsal keraton (Bangsal Agung Panembahan), terdapat 2 pasang ukiran bunga teratai merah berukuran besar, yang merupakan simbol: Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol yang melambangkan pengayoman, keindahan dan keagungan. Keramik dan Guci Khas Tiongkok.

17 Ruang Bangsal Prabayaksa didominasi oleh keramik-keramik dan porselen khas Tiongkok disekeliling bangunannya. Keramik-keramik dan porselen tersebut, memiliki gambar berupa motif: Perahu China ( 中国的船 ), merupakan simbol yang melambangkan bahwa bangsa China unggul dalam pelayaran dan perniagaan. Burung Hong ( 凤凰 ), merupakan simbol kebajikan, keluwesan dan perempuan. Naga ( 龙 ), merupakan simbol kebesaran. Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol yang melambangkan pengayoman, keindahan dan keagungan. Mega Mendung ( 乌云 ), merupakan simbol yang melambangkan garis tidak putus, dalam keadaan nyata rejeki yang datang tidak ada putus-putusnya. Kursi Singgasana dan Meja Raja. Kursi Singgasana yang terdapat pada Bangsal Agung Panembahan, memiliki sebuah meja berkaki naga ( 龙 ) yang badannya saling melilit. Memiliki makna bahwa ucapan raja merupakan sebuah hukum. Kursi dan meja singgasana raja tersebut, didominasi oleh warna

18 kuning keemasan ( 金色 ) yang merupakan simbol keagungan, kekayaan dan kehormatan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan hasil wawancara langsung dengan Bapak Mungal, maka telah terkumpul hasil data-data tersebut diatas. Maka, dapat disimpulkan bahwa pembangunan bangsal keraton tersebut, diakibatkan adanya penghormatan terhadap masyarakat Tionghoa yang telah menjalin hubungan kerjasama dalam menjalankan berbagai misi dengan pemerintahan Keraton Kasepuhan. Selain itu, terdapatnya unsur kebudayaan China pada bangunan bangsal keraton, juga merupakan sebuah penghormatan kepada salah satu isteri dari Sunan Gunung Jati, yaitu Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien). Perpaduan antara kedua kebudayaan tersebut, merupakan semacam perekat budaya antara identitas kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa yang harus dilestarikan. (Lihat pada gambar Bd). e. Kereta Singa Barong Kereta Singa Barong merupakan sebuah kendaraan yang digunakan oleh seorang raja Keraton Kasepuhan. Bapak Mungal selaku narasumber dari Kompleks Keraton Kasepuhan, mengungkapkan bahwa kereta tersebut dibuat pada tahun 1549 dan memiliki arti Singa yang berasal dari kata Sing Ngarani (bahasa Cirebon) dan Barong yang memiliki arti barengbareng. Singa Barong yang bisa disebut Sing Ngarani bareng-bareng

19 dalam bahasa Indonesia berarti yang memberi nama sama-sama dan merupakan hasil perwujudan dari 3 binatang yang dijadikan satu yaitu: a). Belalai Gajah, merupakan simbol binatang yang sangat dihormati oleh masyarakat India, melambangkan persahabatan dengan Negara India yang beragama Hindu. b). Kepala Naga, merupakan simbol kebesaran yang melambangkan persahabatan dengan Negara China yang beragama Budha. c). Sayap dan Badan Burung Bouraq, merupakan simbol perwujudan binatang yang membawa Nabi Muhammad SAW hijrah ke Sidhratul Muntaha, melambangkan persahabatan dengan Negara Mesir yang beragama Islam. Berdasarkan hasil data-data tersebut diatas yang didapat melalui hasil pengamatan penulis serta hasil wawancara langsung dengan narasumber, maka dapat disimpulkan bahwa Kereta Singa Barong merupakan maskot dari Keraton kasepuhan dan merupakan gambaran bahwa teknologi masyarakat kota Cirebon tempo dulu cukup tinggi. Kereta tersebut, memiliki sistem kemudi menggunakan power steering, yaitu roda depan lebih kecil agar mudah membelokkan badan kereta. Selain itu, Kereta Singa Barong telah mengenal teknologi suspensi dengan menggunakan pegas lempengan besi yang dilapisi karet-karet pada keempat rodanya, sehingga dapat bergoyang-goyang ke arah depan dan ke arah belakang, dengan bergoyangnya tubuh kereta ini dapat membuat sayap Kereta Singa Barong tersebut bergerak-gerak. Itulah sebabnya pada saat kereta bertubuh bouraq, berkepala gajah dan bermahkota naga ini sedang

20 berjalan, akan tampak seperti terbang dan akan terlihat megah ketika sang raja berada dalam kereta Singa Barong tersebut. Kereta ini dahulunya dipergunakan untuk Upacara Kirab keliling kota Cirebon setiap tanggal 1 Muharam dengan ditarik oleh 4 ekor kerbau bule, dan semenjak tahun 1942 kereta ini sudah tidak dipergunakan kembali. Kereta ini sangat identik dengan warna khas China, yaitu: Merah ( 红色 ), merupakan simbol kegembiraan, kesenangan dan kemewahan. Kuning Keemasan ( 金色 ), merupakan simbol keagungan, kekayaan dan kehormatan. Hijau ( 绿色 ), merupakan simbol keberuntungan dan pembaharuan. Bapak Mungal selaku narasumber penulis, mengemukakan bahwa warna kuning merupakan warna yang bercampur dengan emas sedangkan warna hitam bercampur dengan tumbukan intan yang ditaburkan pada badan kereta ini. Unsur kebudayaan Tionghoa lainnya pada Kereta Singa Barong, juga dapat dilihat pada bagian depan kereta yang terdapat sepasang ukiran naga laki-laki dan perempuan, naga laki-laki berbentuk polos dan berukuran besar sedangkan naga perempuan menggunakan perhiasan dan berukuran lebih kecil. Berdasarkan hasil data-data yang telah dikumpulkan dan hasil wawancara dengan Bapak Mungal selaku narasumber, penulis dapat menganalisa bahwa terjadinya perpaduan budaya antara ketiga Negara tersebut,

21 dikarenakan sikap akomodatif Sunan Gunung Jati dengan para Muslim Tionghoa yang selalu menampilkan kesenian berkebudayaan Islam (Arab), Hindu (India) dan Budha (China) dalam menarik simpati dan menyebarkan ajaran Islam, maka bentuk dari Kereta Singa Barong tersebut merupakan simbol perwujudan dan perpaduan yang mencerminkan persahabatan dengan Negara Arab, India dan China pada masa penyebaran agama Islam. (Lihat pada gambar Be). f. Bangunan Museum Benda Kuno Bangunan Museum Benda Kuno, merupakan sebuah bangunan tempat penyimpanan barang-barang peninggalan sejarah bangsa China di kota Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber, pada tahun Bangunan Museum Benda Kuno dipugar oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Purbakala, yang bentuknya diubah menjadi huruf E. Pada bagian samping bangunan Museum benda kuno ini, juga terdapat ukiran kayu China, ukiran ini dibuat oleh Kapten China bernama Tan Tjoeng Lay, seorang ahli bahasa yang menyukai ilmu kejawen (Tan Tjoeng Lay merupakan seorang Muslim Tionghoa yang mengabdi pada Sultan Sepuh I). Pada Bangunan Museum Benda Kuno tersebut, terdapat berbagai macam barang-barang antik peninggalan bangsa China, diantaranya adalah: Pagoda Graken, tempat meramu jamu yang berasal dari China. Peti Kandaga, tempat perhiasan Puteri China. Kaca Rias, tempat bersolek yang digunakan oleh Puteri China.

22 Tempat tinta dari China. 3 buah peti kayu berukir dari China. Naga Tunggul Wulung, ukiran kayu berbentuk naga yang badannya saling melilit. Meriam dari China. Cangkir dan keramik-keramik dari China. Genta kerajinan China Mangkok besar, kendi, jambangan yang berasal dari Dinasti Ming. Ukiran kayu khas China bermotifkan wadasan yang ditumbuhi pohon teratai. (Lihat pada gambar Bf). g. Peninggalan Sejarah Bangsa China di Keraton Kasepuhan Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan wawancara langsung dengan Bapak Mungal selaku narasumber, maka telah terkumpul data-data peninggalan sejarah bangsa China yang menjadi bagian dari Kompleks Keraton Kasepuhan, diantaranya adalah: 2 buah tandu Jempana yang berasal dari China, biasa dipergunakan oleh permaisuri dan putera mahkota. Tandu tersebut merupakan persembahan dari Kapten Tan Tjoeng Lay dan Kapten Tan Boen Wee (seorang ahli bahasa dan sekretaris pada masa pemerintahan kesultanan pertama). Tandu Garuda Mina, dipergunakan untuk mengarak anak raja yang akan dikhitankan. Bagian depan pada Tandu Garuda Mina merupakan

23 burung jantayu dan pada bagian belakang merupakan ekor ikan, yang mengandung falsafah bahwa apabila mengalami kehidupan diatas harus mengingat kehidupan orang yang berada dibawah. Sebab, orang yang menduduki Tandu garuda Mina merupakan seorang calon pemimpin sebuah pemerintahan. 2 buah meriam berbentuk naga, berasal dari Mongolia pada tahun (Lihat pada gambar Bg). Berdasarkan hasil data-data tersebut diatas, penulis dapat menganalisa bahwa terjadinya perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa pada masa Islamisasi di kota Cirebon tersebut, diakibatkan karena Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Keraton Kasepuhan beserta para Muslim Tionghoa di kota Cirebon, memiliki peran penting dalam menjalankan proses masuk dan berkembangnya agama Islam di seluruh Jawa Barat. Hal tersebut, dapat dibuktikan dengan berdirinya Kompleks Keraton Kasepuhan sebagai pusat pengembangan ajaran Islam diseluruh Jawa Barat, sehingga dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan sejarah masyarakat Muslim Tionghoa, yang hingga saat ini dapat dijumpai pada bangunan Kompleks Keraton Kasepuhan Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Sejarah Masjid Agung Sang Cipta Rasa Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki arti Sang yaitu ke-agungan, Cipta yaitu dibangun dan Rasa yaitu digunakan, kata-kata tersebut mengandung makna bahwa bangunan ini pergunakanlah untuk ibadah dan kegiatan agama.

24 Masjid Agung Sang Cipta Rasa terletak dilingkungan Kompleks Keraton Kasepuhan, yaitu sekitar 100 meter di sebelah Barat alun-alun Sangkala Buwana. Ada berbagai macam versi mengenai awal dibangunnya Masjid Agung Sang Cipta Rasa, diantaranya menurut catatan Keraton Kasepuhan yang mengacu pada candrasengkala, waspada panembahe yuganing ratu, yaitu kalimat yang bermakna 2241, alias 1422 Saka, sezaman dengan 1500 Masehi. Menurut Bapak Adnan, selaku juru kunci dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa mengemukakan bahwa pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa diprakasai oleh Syech Syarief Hidayatullah atau yang dikenal dengan Sunan Gunung Jati ( 杜亞波 ). Sunan Kalijaga ( 颜四章 ) sebagai pemimpin pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa, melibatkan 500 tenaga kerja dari Cirebon, Demak dan Majapahit dan dibantu oleh Raden Sepat arsitek dari Majapahit yang merancang Masjid Agung Sang Cipta Rasa dengan bentuk dari Mongolia. Tata ruang bangunan pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa, berbentuk persegi panjang seluas 400 meter persegi. Menurut Denys Lombard, dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (2005: 219), mengemukakan bahwa: Denah ruang sembahyang pada dasarnya berbentuk bujur sangkar, tetapi tidak halnya di Masjid Agung Cirebon yang denahnya persegi panjang. Kerangkanya pada dasarnya mendukung beberapa atap bersusun yang jumlahnya selalu ganjil (tiga atau lima). Pada bagian dalam Masjid Agung Sang Cipta Rasa, ruangan terbagi menjadi lima bagian, yaitu bagian ruangan utama, tiga ruangan serambi dan ruangan pada bagian belakang. Ruang utama adalah ruangan masjid, tempat para jamaah masjid melaksanakan ibadah shalat, lantainya terbuat dari terakota tanah

25 atau tembikar berukuran 30x30 sentimeter. Serambi bagian selatan disebut Bangsal Prabayaksa yang dalam bahasa Jawa kuno berarti ruang pertemuan, yang berfungsi sebagai tempat bertemunya para jamaah masjid dan serambi pada bagian depan bernama Bangsal Pemandangan, yang berarti tempat cuci mata, pada bagian ruangan inilah para jamaah masjid dapat menikmati suasana alunalun Sangkala Buwana. Ruangan pada bagian belakang masjid berukuran 5x20 meter, ruangan tersebut merupakan ruangan bagi para kuncen, para pengurus masjid dan sebagai tempat penyimpanan Al-Quran dan buku-buku pelajaran agama Islam. Prof. Kong Yuanzhi, dalam bukunya Silang Budaya Tiongkok Indonesia (2005: 352), mengemukakan bahwa: Masjid-masjid yang dibangun atau pembangunannya diikuti oleh para masyarakat Tionghoa di Indonesia, akan menunjukkan gaya bangunan masjid model istana Tiongkok. Jika ditinjau dari aspek konsep dan bentuk gaya bangunan, Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki perbedaan dengan masjid lain yang dibangun pada masanya di Pulau Jawa. Pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki bangunan seperti pagoda China (atap yang bersusun-susun), tiang yang tinggi, ruangan yang luas, koridor yang berliku-liku yang hingga saat ini terlihat sangat kokoh sebagai bangunan tua peninggalan sejarah para Sunan dari perkumpulan Wali Songo. Berdasarkan data-data yang telah terkumpul serta hasil pengamatan penulis dan hasil wawancara langsung dengan narasumber yaitu Bapak Adnan selaku juru kunci dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu hasil

26 perwujudan akulturasi pada bentuk sebuah bangunan rumah peribadatan yang memiliki unsur kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa yang sangat kuat. Berdasarkan hasil data-data tersebut diatas, maka dapat dianalisa bahwa terjadinya perpaduan budaya Islam dan budaya Tionghoa dalam pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa diakibatkan adanya kerjasama antara para Sunan dari Wali Songo dengan para Muslim Tionghoa dalam menjalankan sebuah misi yaitu dalam menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam di kota Cirebon Jawa Barat. Maka dengan adanya partisipasi para Muslim Tionghoa tersebut, tehnik pembangunan dalam mendirikan Masjid Agung Sang Cipta Rasa tidak terlepas dari adanya unsur kebudayaan Tionghoa yang dapat dilihat pada beberapa bentuk ornamen bangunannya Unsur Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Tionghoa Pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan salah satu narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa yaitu Bapak Adnan, maka dapat disimpulkan bahwa bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki hasil perpaduan dari: A. Unsur Kebudayaan Islam a. Pintu Ruang utama pada masjid memiliki 9 buah pintu. Pintu utama terletak pada bagian sebelah Timur sedangkan delapan pintu lainnya terletak dibagian samping kiri dan samping kanan pintu utama. Pintu tersebut memiliki ketinggian 1 meter, sehingga pada saat memasuki ruangan utama masjid, diharuskan untuk menundukkan kepala. Menurut Bapak

27 Adnan selaku narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, mengungkapkan bahwa kesembilan pintu kayu berwarna cokelat tersebut mengandung makna kerendahan hati, sopan santun dan penghormatan bagi orang lain. Selain itu, juga merupakan simbol dari kesembilan Sunan dari perkumpulan Wali Songo yang memiliki jasa besar dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. (Lihat pada gambar Aa). b. Mihrab Mihrab pada bagian dalam Masjid Agung Sang Cipta Rasa, merupakan daerah utama pada bangunan masjid. Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan narasumber, mihrab tersebut diyakini warga sekitar masjid tepat menuju Mekkah. Hal tersebut juga diakui oleh sejarahwan Perancis, Dennys Lombard dalam bukunya Nusa Jawa: Silang Budaya (II, 2005: 218), bahwa: di Cirebon Masjid Agung menjadi satu dengan kompleks keraton, satu-satunya bangunan masjid yang tetap mempunyai qiblat yang tepat, dengan mihrabnya yang menghadap ke Mekkah. Bapak Adnan selaku juru kunci dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, mengungkapkan bahwa mihrab tersebut menghadap ke arah Barat dengan miring 30 o ke arah Barat Laut yang diyakini tepat menuju ke arah Masjidil Haram, Mekkah. c. Papan Penyekat Papan penyekat yang terdapat pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa menggunakan bahan perekat berupa batu bata dan kaca yang memiliki

28 ukiran khas Islam dan Jawa. Bapak Adnan selaku narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, mengemukakan bahwa papan penyekat bertuliskan kaligrafi Arab tersebut merupakan simbol bahwa bangunan tersebut merupakan tempat ibadah bagi para umat Islam. (Lihat pada gambar Ac). Berdasarkan hasil data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis dan hasil wawancara dengan narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa yaitu Bapak Adnan, penulis dapat menganalisa bahwa terdapatnya unsur kebudayaan Islam pada bangunan masjid tersebut, dikarenakan bahwa bangunan tersebut merupakan rumah peribadatan bagi umat Islam. Selain itu, karena pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa diprakasai oleh para Sunan dari perkumpulan Wali Songo yang memiliki peran penting dalam proses masuk dan berkembangnya ajaran Islam di Pulau Jawa, maka pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa memiliki perpaduan unsur kebudayaan Islam yang sangat kuat. B. Unsur Kebudayaan Tionghoa Bapak Adnan selaku narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, mengemukakan bahwa unsur kebudayaan Tionghoa pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa, dapat dilihat pada: a. Atap Atap pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa, berbentuk limas yang serupa dengan bangunan pagoda China. Sejarahwan ternama dari Belanda, Graaf

29 dan Pigeaud dalam Chinese Muslims in Java (1984: ), berpendapat bahwa: Atap bertingkat yang menjadi style pada masjid-masjid kuno di Jawa itu menyerupai pagoda di China yang digunakan untuk tujuan keagamaan semua agama. Atap yang serupa dengan pagoda gaya Timur tersebut, disangga oleh 12 tiang yang memiliki ukiran khas Islam, sehingga bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa memberikan pengaruh tertentu antara kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa pada bagian atap dan tiang penyangganya. (Lihat pada gambar Ba). b. Pintu Gerbang Bapak Adnan selaku narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, berpendapat bahwa pintu gerbang pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa terbuat dari kayu jati dan pada bagian dinding gerbang tersebut dicat berwarna merah, serupa dengan gerbang kelenteng pada masyarakat Tionghoa. Hal ini dikarenakan bahwa dalam pembangunan masjid tersebut, tidak terlepas dari adanya partisipasi para Muslim Tionghoa di kota Cirebon Jawa Barat. (Lihat pada gambar Bb). c. Soko Tatal Atap masjid pada bagian Tenggara disangga oleh sebuah pilar yang terbuat dari potongan kayu disambung-sambungkan, dikenal dengan sebutan soko tatal atau tiang serpihan kayu. Tiang penyangga tersebut, dikaitkan hingga menjadi satu kesatuan pilar yang kokoh. Bapak Adnan

30 selaku narasumber, mengemukakan bahwa teknik pembuatan tiang soko tatal (tiang penyangga) pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa, sama dengan teknik penyambungan potongan kayu pada tiang untuk kapal jung China, yang dikerjakan hanya dalam waktu 1 malam dan diyakini tercipta karena kesaktian Sunan Kalijaga. (Lihat pada gambar Bc). d. Mihrab Bagian ruang utama yang terpenting adalah mihrab yaitu tempat seorang imam memimpin shalat. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, mihrab tersebut dihiasi relief khas China yang bermotifkan: Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol yang melambangkan pengayoman, keindahan dan keagungan. Bunga teratai tersebut, didominasi oleh warna: Merah ( 红色 ), merupakan simbol kegembiraan, kesenangan dan kemewahan. Kuning Keemasan ( 金色 ), merupakan simbol keagungan, kekayaan dan kehormatan. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, dapat disimpulkan bahwa mihrab pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan perpaduan yang mencerminkan kebudayaan Islam (dapat dilihat pada arahnya yang menghadap Masjidil Haram- Mekkah) dan bentuknya yang mengadopsi dari unsur kebudayaan Tionghoa. Sehingga ruang utama pada Masjid

31 Agung Sang Cipta Rasa tersebut, memiliki perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa yang cukup kuat. (Lihat pada gambar Bd). e. Porselen Tiongkok Pada bagian ruang utama Masjid Agung Sang Cipta Rasa, terdapat sebuah porselen Tiongkok berwarna kuning keemasan dengan motif berciri khas China berwarna merah dan hijau. Narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa mengemukakan bahwa, porselen khas Tiongkok tersebut merupakan simbol penghormatan masyarakat setempat terhadap salah seorang isteri dari Sunan Gunung Jati yang berasal dari daratan China, yaitu Puteri Ong Tien. (Lihat pada gambar Be). Berdasarkan hasil pengumpulan data-data tersebut diatas, serta hasil pengamatan penulis dan wawancara langsung dengan Bapak Adnan selaku narasumber dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa, penulis dapat menganalisa bahwa terjadinya perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa pada Masjid Agung Sang Cipta Rasa, diakibatkan adanya partisipasi masyarakat kota Cirebon dengan masyarakat Tionghoa dalam penyebaran agama Islam yang berpusat pada Kompleks Keraton Kasepuhan di kota Cirebon Jawa Barat. Sehingga, dalam pembangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa yang dibangun oleh sebagian para Sunan dari Wali Songo tersebut, terdapat beberapa unsur yang juga menggunakan tehnik pembangunan masjid dari masyarakat Tionghoa. Hal tersebut, dikarenakan adanya hubungan kerjasama yang harmonis dalam misi menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam antara kedua kebudayaan

32 tersebut di kota Cirebon Jawa Barat, sehingga terwujud dalam perpaduan kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa pada bangunan Masjid Agung Sang Cipta Rasa Perpaduan Budaya Islam dan Budaya Tionghoa Pada Bangunan Taman Air Goa Sunyaragi Sejarah Taman Air Goa Sunyaragi Taman Air Goa Sunyaragi merupakan sebuah kompleks taman air yang terletak di bagian sisi Utara Jl. Brigjen Dharsono, kota Cirebon Jawa Barat yang dibangun pada tahun Bangunan taman air tersebut, memiliki luas sekitar meter persegi dan berasal dari kata sunya yang memiliki arti sepi, serta ragi yang memiliki arti raga. Karena, tujuan utama didirikannya bangunan ini adalah sebagai tempat beristirahat dan bermeditasi dalam kesunyian dan sebagai tempat untuk mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, yang biasa digunakan oleh para raja beserta keluarga dan keturunan dari Keraton Kasepuhan Cirebon. Berdasarkan hasil wawancara langsung penulis dengan Bapak Budi Slamet, selaku narasumber dari Taman Air Goa Sunyaragi mengemukakan bahwa Taman Air Goa Sunyaragi sebagai salah satu benda cagar budaya di kota Cirebon Jawa Barat, sebelumnya merupakan sebuah taman air yang sangat indah. Hal tersebut, dikarenakan bahwa pada awal berdirinya taman air tersebut dikelilingi oleh sebuah danau bernama Danau Jati dan terdapat berbagai macam air terjun buatan sebagai penghias goa tersebut. Selain itu, Bapak Budi Slamet juga mengungkapkan bahwa arsitek dari

33 pembangunan Taman Air Goa Sunyaragi adalah Tan Sam Cai (Muhammad Syafi i), seorang Menteri Keuangan di masa awal pemerintahan kesultanan Kasepuhan dan salah seorang pendiri masjid Muslim Tionghoa, yang kini dialihfungsikan menjadi sebuah kelenteng bernama Kelenteng Talang di kota Cirebon, Jawa Barat. Tan Sam Cai sebagai pendiri Taman Air Goa Sunyaragi, mengadopsi bentuk yang berasal dari China yaitu serupa dengan Forbiden City (istana terlarang), salah satu istana kerajaan yang terdapat di daratan China. Sumanto Al Qurtuby, dalam bukunya Arus Cina - Islam Jawa (2005: 186), mengemukakan bahwa: Goa yang dulu menjadi tempat bertapa para bangsawan Cirebon sekaligus bunker militer dari serbuan musuh ini kemudian dihancurkan Belanda pada tahun Jika memperhatikan arsitektur goa ini, memang menimbulkan dugaan kuat adanya pengaruh Cina. Secara garis besar bangunan Taman Air Goa Sunyaragi terbagi menjadi dua bagian yaitu bangunan pesanggrahan dan bangunan goa. Bangunan pesanggrahan, biasa digunakan oleh para raja yang dilengkapi dengan ruangan serambi, ruang tidur, kamar mandi, kamar rias, ruang ibadah serta dikelilingi oleh taman lengkap dengan kolam airnya. Sedangkan pada bangunan goa, terdapat berbagai macam goa yang berbentuk gegunungan, dilengkapi dengan terowongan penghubung bawah tanah beserta saluran air. Berdasarkan hasil data-data yang telah dikumpulkan oleh penulis, penulis dapat menganalisa bahwa terjadinya pembangunan Taman Air Goa Sunyaragi yang memiliki perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa tersebut, diakibatkan adanya pengaruh dari seorang arsiteknya yang berasal dari daratan China, yaitu Tan Sam Cai (Muhammad Syafi i). Bangunan Taman Air

34 Goa Sunyaragi tersebut, biasa digunakan oleh para keturunan raja keraton yang akan melakukan meditasi (bersemedi) untuk menenangkan hati. Karena taman air tersebut didirikan oleh seorang Muslim Tionghoa yang berasal dari daratan China dan didirikan pada awal masuk dan berkembangnya agama Islam di kota Cirebon Jawa Barat, maka pembangunan Taman Air Goa Sunyaragi memiliki perpaduan antara unsur kebudayaan Islam dan unsur kebudayaan Tionghoa yang memiliki makna dan fungsi yang berbeda pada setiap bentuk bangunannya Unsur Kebudayaan Islam dan Kebudayaan Tionghoa Pada Taman Air Goa Sunyaragi Berdasarkan hasil data-data yang telah didapat melalui wawancara langsung dengan Bapak Budi Slamet selaku narasumber dari Taman Air Goa Sunyaragi, maka dapat disimpulkan bahwa jika dilihat dari gaya atau corak dan motif-motif ragam hias yang beraneka ragam, bangunan Taman Air Goa Sunyaragi merupakan perpaduan dari: A. Unsur Kebudayaan Islam a. Musholla Pada bangunan goa terdapat beberapa ruangan musholla yang dilengkapi dengan arah kiblat (arah ke Mekkah), serta memiliki beberapa pawudlon atau tempat wudhu yang digunakan sebelum melaksanakan ibadah sholat bagi umat Islam. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan narasumber Bapak Budi Slamet, maka dapat disimpulkan bahwa karena bangunan ini didirikan oleh seorang Muslim Tionghoa yang dipimpin

35 oleh seorang raja yang menganut agama Islam, maka sangatlah wajar apabila pembangunan Taman Air Goa Sunyaragi memiliki beberapa ruangan musholla, agar memudahkan para raja dalam menjalankan ibadah shalat. (Lihat pada gambar Aa). b. Pintu Pintu pada bangunan Taman Air Goa Sunyaragi, dibuat berukuran sempit dan rendah, sehingga saat memasuki pintu tersebut diharuskan untuk menundukkan kepala. Bapak Budi Slamet selaku narasumber, mengungkapkan bahwa pintu yang terdapat pada setiap bangunan goa, mengandung makna bahwa bagi setiap orang yang melewati pintu tersebut dilatih untuk saling menghormati, berbudi pekerti yang baik serta berakhlak yang mulia. (Lihat pada gambar Ab). c. Bangsal Jinem Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan hasil wawancara langsung dengan Bapak Budi Slamet, dapat disimpulkan bahwa bentuk sisi bagian belakang pada bangunan Bangsal Jinem menyerupai bentuk Ka bah yang terdapat di Mekkah. Menurut narasumber dari Taman Air Goa Sunyaragi, mengungkapkan bahwa bangunan tersebut merupakan sebuah simbol bagi agama Islam. Pada bagian dalam ruangan Bangsal Jinem tersebut, terdapat sebuah kursi singgasana raja yang biasa digunakan oleh raja pada saat menyampaikan sebuah pidato. (Lihat pada gambar Ac). B. Unsur Kebudayaan Tionghoa

36 Dari hasil pengumpulan data yang dilakukan penulis melalui wawancara langsung dengan Bapak Budi Slamet selaku narasumber, selain memiliki unsur kebudayaan Islam pada beberapa bentuk bangunannya, Taman Air Goa Sunyaragi juga memiliki unsur kebudayaan Tionghoa pada: a. Bangunan Pemantau Bangunan pemantau terletak pada bagian belakang bangunan Bangsal Jinem. Bangunan tersebut, digunakan oleh para pengawal raja untuk memantau keadaan sekeliling taman air disaat raja melakukan meditasi (bersemedi). Bangunan berbentuk pendopo tersebut, memiliki unsur kebudayaan Tionghoa yang dapat dilihat pada: Atap. Atap pada bangunan tersebut berbentuk pagoda China yang pada bagian ujungnya dibuat melengkung keatas. Keramik-Keramik Khas Tiongkok Bangunan Pemantau pada Taman Air Goa Sunyaragi didominasi keramik khas Tiongkok, berupa: Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol yang melambangkan pengayoman, keindahan dan keagungan. Naga ( 龙 ), merupakan simbol kebesaran. Perahu China ( 中国的船 ), merupakan simbol yang melambangkan bahwa bangsa China unggul dalam pelayaran dan perniagaan.

37 Keramik-keramik khas Tiongkok pada bangunan pemantau tersebut didominasi oleh keramik-keramik berwarna biru dan putih. (Lihat pada gambar Ba). b. Goa Arga Jumut Goa Arga Jumut merupakan sebuah bangunan goa kecil yang terdapat pada bangunan goa di Taman Air Goa Sunyaragi. Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan wawancara langsung dengan Bapak Budi Slamet selaku narasumber penulis dari Taman Air Goa Sunyaragi, dikemukakan bahwa dalam goa tersebut terdapat dua ruangan kecil yang digunakan sebagai tempat bermeditasi (semedi) para sultan beserta para keturunannya. Pada bagian Barat bangunan (sebelah kanan), biasa digunakan sebagai tempat orang-orang bersemedi yang ingin menuju ke Mekkah. Sedangkan pada bagian Timur bangunan (sebelah kiri), biasa digunakan bagi orang-orang bersemedi yang ingin menuju para leluhurnya di daratan China. Menurut Bapak Budi Slamet, selaku narasumber dari Taman Air Goa Sunyaragi mengungkapkan bahwa dari bangunan Goa Arga Jumut inilah pusat kekuatan ilmu kebatinan jiwa raga bagi para sultan yang ingin menenangkan hatinya atau ingin memanjatkan doa, yang dapat menembus antara Mekkah dan China. (Lihat pada gambar Bb). c. Keramik-keramik Khas Tiongkok

38 Berdasarkan hasil pengamatan penulis, keramik-keramik khas Tiongkok peninggalan masa Dinasti Ming, juga menghiasi beberapa bangunan yang terdapat di Taman Air Goa Sunyaragi, keramik-keramik tersebut didominasi oleh warna biru dan putih dengan berbagai macam motif khas China. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Budi Slamet selaku narasumber penulis, mengemukakan bahwa karena pembangunan Taman Air Goa Sunyaragi dibangun pada masa pemerintahan Sunan Gunung Jati beserta para Muslim Tionghoa di kota Cirebon, maka keramik-keramik khas Tiongkok juga menjadi hiasan utama pada bangunan Taman Air Goa Sunyaragi. Hal ini juga merupakan penghormatan pada salah satu isteri dari Sunan Gunung Jati, yaitu Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien). d. Ukiran Berdasarkan hasil data yang telah didapat, pada bangunan Taman Air Goa Sunyaragi terdapat berbagai macam ukiran khas China berbentuk: Bunga Teratai ( 莲花 ), merupakan simbol yang melambangkan pengayoman, keindahan dan keagungan. Motif Mega Mendung ( 乌云 ), simbol yang tidak memiliki garis putus, dalam keadaan nyata rejeki yang datang tidak ada putus-putusnya. Kedua ukiran khas China tersebut, banyak mendominasi bangunan pada Taman Air Goa Sunyaragi, terutama pada bagian bangunan-bangunan goanya. (Lihat pada gambar Bd).

39 e. Kuburan China Bapak Budi Slamet selaku narasumber dari Taman Air Goa Sunyaragi, mengemukakan bahwa kuburan yang terdapat pada bagian halaman Taman Air Goa Sunyaragi merupakan sejenis monumen yang berfungsi sebagai tempat memanjatkan doa bagi para keturunan pengiringpengiring dan para pengawal Puteri China Tan Hong Tien Nio (Puteri Ong Tien), isteri dari Sunan Gunung Jati yang berasal dari daratan China. Berdasarkan hasil pengamatan penulis serta hasil wawancara dengan Bpk. Budi Slamet selaku narasumber, mengungkapkan bahwa hingga saat ini kuburan China tersebut masih sering dikunjungi oleh masyarakat Tionghoa yang ingin memanjatkan doa kepada para leluhurnya. (Lihat pada gambar Be). Berdasarkan data-data yang telah terkumpul diatas, serta hasil wawancara langsung dengan Bapak Budi Slamet selaku narasumber, penulis menganalisa bahwa terbentuknya bangunan Taman Air Goa Sunyaragi tersebut memiliki adanya unsur kebudayaan Islam dan kebudayaan Tionghoa yang sangat kuat. Karena, bangunan Taman Air Goa Sunyaragi digunakan sebagai tempat bermeditasi para pembesar kerajaan yang sebagian besar dari mereka merupakan para Muslim Tionghoa yang taat pada ajaran Islam. Hal ini dikarenakan adanya hubungan antara arsitek pendiri Taman Air Goa Sunyaragi bernama Tan Sam Cai yang merupakan seorang Menteri Keuangan di Keraton Kasepuhan dengan Sunan Gunung Jati sebagai penguasa Keraton Kasepuhan.

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG

E. KOMPLEKS PEMAKAMAN ASTANA GUNUNG SEMBUNG LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA L1 A. KOMPLEKS KERATON KASEPUHAN Denah Kompleks Keraton Kasepuhan Unsur Kebudayaan Islam Unsur kebudayaan Tionghoa L4 L5 L7 B. MASJID AGUNG SANG CIPTA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya.

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti Arab, Melayu, China, Persia, India dan lain sebagainya. BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Kota Cirebon di Propinsi Jawa Barat, merupakan salah satu kota tua yang terletak di pesisir Utara Pulau Jawa yang kaya akan peninggalan budaya dan sejarah.

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO

BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO BAB IV ANALISIS AKULTURASI BUDAYA CHINA DAN JAWA TERHADAP MASJID CHENG HOO A. Akulturasi China dan Jawa di Masjid Cheng Hoo Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah Masjid bernuansa Muslim Tionghoa yang berlokasi

Lebih terperinci

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk

Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk Gambar 16. Sketsa Perspektif Masjid Paljagrahan di Cireong, Cirebon Sistem konstruksi Masjid Paljagrahan menggunakan menggunakan lantai berbentuk dengah persegi dengan pembagian ruang sama dengan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cirebon sejak lama telah mendapat julukan sebagai Kota Wali. Julukan Kota Wali disebabkan oleh kehidupan masyarakatnya yang religius dan sejarah berdirinya

Lebih terperinci

MASJID CHENG HOO SURABAYA

MASJID CHENG HOO SURABAYA KAJIAN MAKNA BUDAYA DALAM ARSITEKTUR : MASJID CHENG HOO SURABAYA Oleh: INDAH RAHMAWATI 0851010006 SEPTAFIAN ADHE 0851010028 SAVITRI KUSUMA W 0851010059 LUCKY MURDIYONO 0851010093 FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan

disamping didasarkan pada aspek kebudayaan juga dipertimbangkan dari sifat bahan dan Gambar 40. Perletakan tiang, dinding, dan lantai Masjid Agung kasepuhan. (sumber, data survey lapangan). Perletakkan, pemilihan bahan, dan penerapan konstruksi untuk komponen bangunan masjid, disamping

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

87 Universitas Indonesia

87 Universitas Indonesia BAB 4 PENUTUP Kepurbakalaan Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa merupakan perpaduan dari kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal atau kebudayaan lama yaitu kebudayaan Hindu-Buddha. Perpaduan dua

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan.

BAB V PENUTUP. masjid yang didirikan di Indonesia. Masjid telah menjadi salah satu bangunan. atau RW, instansi pendidikan, dan instansi pemerintahan. 53 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Masjid merupakan salah satu bangunan yang penting dalam agama Islam. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, masjid juga digunakan sebagai tempat kegiatan umat Islam

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix.

BAB VII KESIMPULAN. (Ch I). Empat Binatang Langit yang menaungi atau melindungi lokasi. Putih, Naga Hijau dan Burung Phoenix. BAB VII KESIMPULAN 7.1 KESIMPULAN LOKASI A. Lingkup Makro Di dalam lingkup makro diteliti bahwa lokasi Kelenteng Gondomanan berada di titik lahan yang mengandung unsur keberuntungan atau kebaikkan (Ch

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang

Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Lebih Dekat dengan Masjid Agung Kauman, Semarang Safira safiraulangi@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 148 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN MASJID BESAR AL-MUBAROK DI KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009

BAB IV KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Kesesuaian Feng Shui..., Stephany Efflina, FIB UI, 2009 BAB IV KESIMPULAN Penyesuaian terjadi pada masyarakat Cina yang bermukim atau tinggal di Nusantara. Orang-orang Cina telah ada dan menetap di Nusantara sejak lama. Pada perkembangan pada masa selanjutnya,

Lebih terperinci

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan

Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Elemen Fisik Masjid Baiturrahman Banda Aceh sebagai Pembentuk Karakter Visual Bangunan Rihan Rizaldy Wibowo rihanrw @gmail.com Mahasisw a Jurusan A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Kamus visual, tempat bersejarah, keraton, keraton Kasepuhan, Cirebon, promosi. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : Kamus visual, tempat bersejarah, keraton, keraton Kasepuhan, Cirebon, promosi. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam makalah ini, penulis membuat buku desain tentang Keraton Kasepuhan Cirebon. Mengingat generasi muda saat ini kurang mulai melupakan warisan kebudayaan dan tempat tempat bersejarah lokal di

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Gedung Paseban Tri Panca Tunggal adalah sebuah bangunan Cagar Budaya Nasional yang dilindungi pemerintah, di mana bangunan ini merupakan pusat kebudayaan Djawa

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI

ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI ORNAMEN MASJID AGUNG BAITURRAHMAN BANYUWANGI QOLBUN muallaqun fiil masaajid; selalu saja mencintai masjid, dan hatinya menyatu dengan masjid. Inilah harapan yang selama pembangunan Masjid Agung Baiturrahman

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta

Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Pengaruh Kepemimpinan Keraton pada Arsitektur Masjid Agung Surakarta Lilis Yuniati y liliss30@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah A rsitektur Perencanaan

Lebih terperinci

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon

Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Ekspresi Majapahit dalam Ornamen Bangunan Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon Yanuar Mandiri yanuar_mandiri@yahoo.com Departemen Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya,

Lebih terperinci

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah

Penyusunan Data Master Referensi Kebudayaan Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah Penyusunan Data Master Referensi Kab. Demak, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi Validasi Data Master Referensi Data Cagar Budaya di Kabupaten Demak

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN BAB III KONSEP PERANCANGAN Dalam perancangan pusat Informasi dan kegiatan Muslim Tionghoa Lau Tze ini, banyak hal hal yang telah di jelaskan pada bab bab sebelumnya yang akan diterapkan pada perancangan.

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia dengan berbagai suku bangsa memiliki kekayaan motif hias yang terdapat pada hasil karya sebagai wujud dari kebudayaan yang melambangkan gagasan tentang

Lebih terperinci

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro

Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Unsur-Unsur Budaya pada Arsitektur Masjid Agung Darussalam, Bojonegoro Uswatun Chasanah usw ahsnh.10@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bangsa memiliki ciri khas arsitektur bangunan yang berbeda-beda, baik arsitektur bangunan kuno maupun arsitektur bangunan modern. Arsitektur bangunan dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota Negara Republik Indonesia. Wilayah Jakarta terbagi menjadi 6 wilayah yang termasuk 5 wilayah kota administratif

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah

BAB I PENDAHULUAN. di Katulistiwa. Sejak awal abad Masehi, Pulau Sumatera telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pulau Sumatera atau yang dahulu dikenal dengan nama Pulau Swarnadwipa merupakan pulau terbesar keenam di dunia yang memanjang dari 6 0 Lintang Utara hingga

Lebih terperinci

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei

Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Laporan dari Tiongkok Menengok sejarah hubungan Bali dan Tiongkok di Shapowei Sabtu, 5 Mei 2018 13:06 WIB Seorang pengunjung melihat keindahan kampung budaya Shapowei di kota Xiamen, Fujian, Cina, Rabu

Lebih terperinci

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta

Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Akulturasi Langgam Arsitektur pada Elemen Pintu Gerbang Masjid Agung Yogyakarta Firdha Ruqmana firdha.ruqmana30@gmail.com Mahasisw a Sarjana Program Studi A rsitektur,

Lebih terperinci

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

CAGAR BUDAYA. Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan CAGAR BUDAYA Kab. Boyolali, Provinsi Jawa Tengah Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Boyolali, 29 Maret 2017 1 April 2017 Daftar

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI 1 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional, dengan karakter dan gaya seni masing-masing. kepentingan dan fungsi-fungsi dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara peringkat keempat penduduk terbanyak di dunia setelah Cina, India, dan Amerika, Indonesia juga banyak memiliki ragam seni

Lebih terperinci

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan

Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Tua Ternate, Warisan Berharga Sultan yang perlu dilestarikan Muhammad Fadhil Fathuddin muhammadfadhilf@student.itb.ac.id Program Studi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Tionghoa yang datang dan menetap di Indonesia sudah memiliki sejarah yang panjang. Orang Tionghoa sudah mengenal Indonesia sejak abad ke 5 M, dan selama beberapa

Lebih terperinci

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten

BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT. peninggalannya berupa masjid di desa Mantingan kecamatan Tahunan kabupaten BAB IV DAKWAH ISLAM DI JEPARA KETIKA KEPEMIMPINAN KERAJAAN KALINYAMAT Pada masa kepemimpinan Ratu Kalinyamat, kerajaan Kalinyamat mempunyai peran yang sangat penting dalam penyebaran dan pengembangan agama

Lebih terperinci

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia

Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Wujud Akulturasi Budaya Islam Di Indonesia Islam Budaya lokal Pengantar 611M Masa Kelahiran Islam Di Arab. 632-661 M Mulai muncul Kekhafilahan di Arab untuk menggantikan kepemimpinan Nabi Muhammad SAW.

Lebih terperinci

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak

Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Karakteristik Sistem Struktur Ruang Utama Masjid Agung Demak Mohhamad Kusyanto (1), Debagus Nandang (1), Erlin Timor Tiningsih (2), Bambang Supriyadi (3), Gagoek Hardiman (3) (1)

Lebih terperinci

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta

Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta SEMINAR HERITAGEIPLBI 2017 DISKURSUS Perpaduan Unsur Arsitektur Islam dan Gaya Arsitektur Kolonial pada Masjid Cut Meutia Jakarta Indah Mega Ashari indahmega19@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon

Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Studi Dokumentasi Area Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon Farhatul Mutiah farhamutia@gmail.com Program Studi A rsitektur, Sekolah Tinggi Teknologi C irebon. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan

BAB I PENDAHULUAN. kata songket. Tanjung Pura Langkat merupakan pusat Pemerintahan Kesultanan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata songket memiliki banyak definisi dari beberapa beberapa para ahli yang telah mengadakan penelitian dan pengamatan terhadap kain songket. Menurut para ahli

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini merupakan sintesa dari hasil proses analisis dan pembahasan yang ditemukan pada masjid-masjid kesultanan Maluku Utara. Karakteristik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu bentuk arsitektur yang umum dikenal bagi masyarakat Islam adalah bangunan masjid. Masjid merupakan bangunan yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari segala

Lebih terperinci

DASAR-DASAR FENG SHUI

DASAR-DASAR FENG SHUI DASAR-DASAR FENG SHUI Feng Shui adalah seni dan ilmu pengetahuan China tradisional tentang hidup harmonis dengan lingkungan. Berakar dalam kebudayaan China dan filosofi Tao, feng shui adalah cara melihat

Lebih terperinci

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO. Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya 57 BAB IV UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN PADA ARSITEKTUR MASJID AGUNG DARUSSALAM BOJONEGORO A. Arsitektur Masjid Agung Darussalam Bojonegoro Terjadinya adaptasi percampuran budaya di Indonesia menandai adanya

Lebih terperinci

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban

Ranggih Semeru. Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Ranggih Semeru 20308032 Analisis Bentuk Fasade dan Tata Ruang Masjid Agung Tuban Bangunan masjid muncul sebagai bangunan religi yang merupakan perpaduan dari fungsi bangunan sebagai unsur arsitektur islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban umat Islam untuk melaksanakan shalat, rukun kedua dari agama Islam, memberikan pengaruh yang kuat terhadap masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang

Lebih terperinci

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah

Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Verifikasi dan Validasi Cagar Budaya Kabupaten. Kota waringin Barat Kalimantan Tengah Pusat Data dan Statistik Daftar Isi A. Pendahuluan B. Hasil Verifikasi dan Validasi Data Master Referensi Cagar Budaya

Lebih terperinci

Cagar Budaya Candi Cangkuang

Cagar Budaya Candi Cangkuang Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut

Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Masjid Cipari, Masjid Tertua dan Unik di Garut Annisa Maharani mhrnannisa1997@gmail.com Mahasiswa Sarjana Prodi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram

Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Alkulturasi Budaya Hindu-Budha pada Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Fenyta Rizky Rahmadhani fenyta25@gmail.com Jurusan Arsitektur, Sekolah Arsitektur Perancangan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU Menimbang : PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG LAMBANG DAN MOTTO DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI KEPULAUAN RIAU, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa budaya dari Etnis Tionghoa seperti Cheng beng, upacara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan di suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, kebudayan tersebut senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan berkembang di sebabkan

Lebih terperinci

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong

Lalu, Ada Makam Hoo Tjien Siong Selain peninggalan situs kuno berupa lingga yoni, ternyata di wilayah banyak ditemukan situs Arca Megalit. Untuk batu berbentuk arca ini ditemukan di Dusun Kaum, Desa Pangayan, Kecamatan Doro. Situs tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad

BAB I PENDAHULUAN. Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontak antara Cina dengan Nusantara sudah terjadi sejak berabad-abad lalu, dan Cina mengalami migrasi besar-besaran sekitar abad 16 (Purcell, 1997: 33 dalam Supardi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi menyambut bulan Suro merupakan hal yang sudah menjadi salah satu budaya penting bagi masyarakat Islam Jawa, baik yang masih berdomisili di Jawa maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi upacara panjang jimat keraton kasepuhan sebagai aset budaya lokal kota

BAB I PENDAHULUAN. Tradisi upacara panjang jimat keraton kasepuhan sebagai aset budaya lokal kota A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah bangsa yang terbentuk dari beragam kultur dan struktur sosial yang berbeda-beda. Kultur yang ada di negara ini sangat heterogen. Salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi

BAB I PENDAHULUAN. adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masjid merupakan tempat beribadah umat muslim. Akar kata dari masjid adalah sajada dimana sajada berarti sujud atau tunduk. Pada masa Nabi Muhammad SAW, di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA

MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA MUSEUM AFFANDI YOGYAKARTA Oleh : Theresiana Ani Larasati Objek wisata budaya yang banyak dikunjungi oleh wisatawan ketika datang di Yogyakarta adalah Museum Affandi. Museum ini mengingatkan kita pada kegigihan

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SEJARAH KERAJAAN CIREBON DAN KERAJAAN BANTEN Disusun Oleh Kelompok 3 Rinrin Desti Apriani M. Rendi Arum Sekar Jati Fiqih Fauzi Vebri Ahmad UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KERAJAAN CIREBON Kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Novi Pamelasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilson menyatakan bahwa kebudayaan adalah pengetahuan tentang ditransmisi dan disebarkan secara sosial, baik bersifat eksistensial, normatif maupun simbolis yang tercemin

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya.

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6. Ksatria. Waisya. SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 6. AKULTURASI BUDAYA INDONESIA DENGAN HINDU BUDHA DAN ISLAMLATIHAN SOAL BAB 6 1. Berdasarkan letak geografis Indonesia yang berada dalam jalur perdagangan dunia, serta

Lebih terperinci

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung

Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 DISKURSUS Sejarah Pembangunan dan Renovasi pada Masjid Agung Bandung Andita Aprilina Nugraheni anditaprilina2804@gmail.com Mahasiswa Program Sarjana, Prodi Arsitektur, Sekolah

Lebih terperinci

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 RUMAH DALAM

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 132 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan 5.1. Kesimpulan Makna Tata Letak Massa Bangunan Pada Kawasan Kelenteng Sam Poo Kong Serta Pengaruh Feng Shui Terhadapnya Letak Kawasan Kelenteng: Posisi

Lebih terperinci

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau 1 KESIMPULAN A. Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Danandjaja (dalam Maryaeni 2005) mengatakan bahwa kebudayaan daerah sebagai simbol kedaerahan yang juga merupakan kekayaan nasional memiliki arti penting

Lebih terperinci

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna

1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna 1.Sejarah Berdiri Istana Maimun, terkadang disebut juga Istana Putri Hijau, merupakan istana kebesaran Kerajaan Deli. Istana ini didominasi warna kuning, warna kebesaran kerajaan Melayu. Pembangunan istana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Pertemuan budaya yang ada pada Mesjid Raya Cipaganti dapat terkordinasi dengan baik antara budaya yang satu dengan lainnya. Budaya luar yang masuk telah mengalami

Lebih terperinci

Perkembangan Arsitektur 1

Perkembangan Arsitektur 1 Perkembangan Arsitektur 1 Minggu ke 5 Warisan Klasik Indonesia By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST, MT Material Arsitektur Klasik Indonesia Dimulai dengan berdirinya bangunan candi yang terbuat dari batu maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai

BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI. perjalanan panjang sejarah Jambi yang telah meninggalkan banyak benda yang mempunyai nilai BAB II MUSEUM NEGERI PROVINSI JAMBI 2.1 Latar Belakang Berdirinya Museum Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum diwilayah Propinsi

Lebih terperinci