TUTURAN TENTANG KATOBA DALAM TRADISI LISAN MUNA DISERTAI KOMENTAR
|
|
- Dewi Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TUTURAN TENTANG KATOBA DALAM TRADISI LISAN MUNA DISERTAI KOMENTAR OLEH : LA NIAMPE UNIVERSITAS HALUOLEO Disajikan dalam Seminar Internasional LISAN VI Wakatobi, 1-3 Desember 2008 Sulawesi Tenggara 1
2 TUTURAN TENTANG KATOBA DALAM TRADISI LISAN MUNA Oleh : La Niampe 1. Pendahuluan Dalam tradisi masyarakat Muna, katoba merupakan bagian dari prosesi pengislaman bagi anak-anak (laki-laki dan perempuan) yang baru beranjak usia dewasa (7-10 tahun). Menurut riwayatnya, tradisi ini telah dimulai sejak zaman pemerintahan raja Muna ke-16 bernama La Ode Abdul Rahman gelar Sangia Latugho ( ). Diperkirakan La Ode Abdul Rahman menerima tradisi ini dari salah seorang sufi keturunan Arab bernama Syarif Muhammad yang biasa dikenal pula dengan nama Saidhi Raba. Prosesi katoba didahului dengan tahap penyunatan atau pengkhitanan. Menurut pandangan adat Muna, penyunatan yang dirangkaikan dengan katoba adalah wajib bagi setiap anak yang menjelang dewasa. Setelah melalui prosesi ini barulah dinyatakan sah menjalani proses belajar agama Islam terutama belajar membaca kitab suci Al-Qur an dan belajar melaksanakan sholat wajib serta belajar adat terutama diawali dengan mendengarkan nasihat atau ajaran dari kedua orang tua. Upacara katoba dapat dilaksanakan secara perseorangan dan dapat pula dilaksanakan secara kolektif (antarkeluarga dalam satu rumpun), tergantung hasil kesepakatan dan kemampuan ekonomi orang tua atau rumpun keluarga tersebut. Upacara katoba dapat dilaksanakan semeriah mungkin, namun dapat pula dilaksanakan sesederhana mungkin. Yang terpenting adalah hadirnya empat unsur pokok; tokoh agama merangkap tokoh adat (penutur katoba), anak yang ditoba (objek tuturan), kerabat terdekat yang memangku sang anak pada waktu ditoba, dan keluarga terdekat yang bertindak sebagai saksi pelaksanaan prosesi katoba. 2
3 2. Ciri dan Isi Tuturan Katoba, selain memperlihatkan ciri ketradisian juga memperlihatkan ciri kelisanan. Tuturan tentang katoba telah menjadi tradisi, yaitu wajib dituturkan oleh sang tokoh agama merangkap tokoh adat dan wajib diterima oleh setiap anak yang beranjak dewasa (7-10 tahun), dan hal ini telah berlangsung secara turun temurun, dengan kata lain telah mentradisi. Ciri kelisanan memperlihatkan bahwa tuturan tentang katoba disampaikan secara lisan dalam bentuk komunikasi dua arah yaitu penutur menyampaikan pesan kepada objek tuturan, dan objek tuturan memberikan jawaban setuju sebagai tanda memahami pesan yang disampaikan. Tuturan lisan itu merupakan bagian dari tradisi lisan tentang katoba yaitu berupa pengajaran tentang kalimat istighfar dan dua kalimat syahadat yang kemudian dilanjutkan dengan nasihat tentang ajaran adat dan ajaran agama secara terintegrasi. Adapun isi tuturan tentang katoba adalah sebagai berikut; 1. Kata Pembuka Pada bagian ini, imam menyampaikan kepada hadirin (orang tua atau wali anak yang ditoba, kerabat dekat dan pemangku anak) perihal kata-kata tobat kepada anak yang akan ditoba. Adapun isi tuturannya debagai berikut: Imam : Datumobadamo anahihi ini (kolektif) Akan ditoba anak-anak ini Hadirin : Umbe (serentak) Imam : atumobaemo anahi ini (tunggal) Akan ditoba anak ini Hadirin : Umbe (serentak) Imam : Atumobakoouo ini (kolektif) Akan saya toba kalian ini Anak-anak : Umbe (serentak) Imam : atumobakomo ini (tunggal) Akan saya toba ini 3
4 Anak-anak : Umbe (tunggal) 2. Mengucapkan Kalimat Istighfar Setelah mengucapkan kata-kata pembukaan, baik yang ditujukan kepada hadirin maupun kepada anak yang akan ditoba, kemudian mengucapkan kalimat istighfar yang ditujukan kepada anak-anak yang ditoba. Kalimat ini disampaikan sampai tiga kali, setiap kali diulangi atau ditirukan oleh anak-anak yang ditoba. Adapun isi tuturannya sebagi berikut Imam : astaghfirullahul adzim Anak : astaghfirullahul adzim Imam : astaghfirullahul adzim Anak : astaghfirullahul adzim Imam : astaghfirullahul adzim Anak : astaghfirullahul adzim 3. Mengucapkan Dua Kalimat Syahadat Pengucapan lafal dua kalimat syahadat oleh imam sama dengan pengucapkan pada lafal kalimat istighfar, yaitu diucapkan sebanyak tiga kali, kemudian setiap kali diulangi atau ditirukan oleh anak-anak yang ditoba. perbedaannya adalah kalimat istighfar diucapkan dalam satu kesatuan sedangkan pengucapan dua kalimat syahadat tidak dilakukan dalam satu kesatuan, akan tetapi terdapat satu kali penghentian seperti berikut ini: Imam : Asyhadu Allah ilaha Ilallah Anak : Asyhadu Allah ilaha Ilallah Imam : wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah Anak : wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah Imam : Asyhadu Allah ilaha Ilallah Anak : Asyhadu Allah ilaha Ilallah Imam : wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah Anak : wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah 4
5 Imam : Asyhadu Allah ilaha Ilallah Anak : Asyhadu Allah ilaha Ilallah Imam : wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah Anak : wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah 4. Mengucapkan Arti Kalimat Syahadat dalam Bahasa Muna Setelah mengucapkan dua kalimat dalam bahasa Arab kemudian imam mengucapkan artinya dalam bahasa Muna. pengucapan ini tidak lagi ditirukan atau diulangi oleh anak-anak yang ditoba sebagaimana pengucapan pada kalimat istighfar dan dua kalimat syahadat seperti tersebut di atas, akan tetapi anak-anak menjawab dengan jawaban umbe. Adapun isi tuturan adalah sebagai berikut: Imam : Asumakusiimo, sakotu-kotughuno mina bhe ompu soni somba sapaeno ompu Allah Taala Aku bersaksi sebenar-benarnya tidak ada Tuhan yang disembah selain Allah Taala Imam : Maka asumakusiimo tora, sakotu-kotughuno omputo anabi Muhammadi kantudu-ntuduno Allah Taala. Kemudian aku bersaksi pula, sebenar-benarnya Nabi Muhammad adalah suruh-suruhan Allah Taala h. 5
6 5. Menyampaikan Nasihat Tentang Ajaran Adat dan Agama Secara Terintegrasi Nasihat ini disampaikan oleh imam kepada anak yang ditoba, anak menjawab Umbe sebagai pertanda pengakuan atau keyakinan. Adapun isi tuturannya adalah sebagai berikut: Imam : Motehie amamu, kapae amamu itu lansaringino kabolosino ompu Allah Taala. Takutilah ayahmu, karena ayahmu itu ibarat penggati Allah Taala Imam : Motehie inamu, kapae inamu itu lansaringino kabolosino anabi Muhammadi. Takutilah ibumu, karena ibumu itu ibarat penggati Nabi Muhammad Imam : Motehie isamu, kapae isamu itu lansaringino kabolosino malaekati Takutilah kakakmu, karena kakakmu itu ibarat penggati malaikat Imam : Moasiane aimu, kapae aimu itu lansaringino kabolosino muumini Sayangilah adikmu, karena adikmu itu ibarat penggati mukminin Kemudian imam melanjutkan dengan penjelasan secara singkat seperti tuturan berikut: Imam : Omoghondohi Ompu Allah Taala omaiane nehamai, amamu itu kabolosino Ompu Allah Taala mentaleano. Nikonando ama maitu suano kaawu amaoomu sakotu-kotughuno, taaka lahae-lahae membalino kamokula moghane amamuo itu, tabeano dotehie itu. Mencari Tuhan Allah Taala akan didapat di mana, ayahmu itu perumpamaan penggantinya yang nyata. Yang disebut ayah itu bukan 6
7 saja ayah yang sesungguhnya, akan tetapi siapa saja laki-laki yang sudah tua, melainkan ditakuti itu Imam : Omoghondohi omputo anabi Muhammadi omaiane nehamai; inamuo itu kabolosino Omputo anabi mentaleano. Nikonando inando itu suano kaawu ina motobusaangko ne dunia ini, taaka lahae-lahae membalino kamokula robhine, inamuo dua itu, tabeano dotehie itu. Mencari nabi Muhammad, dimana akan didapat, ibumu itulah penganti nabi Muhammad yang nyata. yang disebut orang tua perempuan itu bukan saja ibu yang melahirkan kita di dunia ini, akan tetapi siapa-siapa perempuan yang telah tua, ibumu juga itu, melainkan ditakuti itu. Imam : Omoghondohi malaikati omaiane nehamai; isamuo itu kabolosino malaikati mentaleano. Nikonando isando itu suano kaawu kapokakutahando ghule, taaka lahae-lahae foliuno umuru isamuo dua itu, tabeano dotehie itu. Mencari malaikat akan didapat di mana, kakakmu itulah penggati malaikat yang nyata. yang disebut kakak itu, bukan saja kakak saudara kandung kita, akan tetapi siapa saja yang melebihi umurmu kakakmu juga itu, melainkan ditkuti juga. Imam : Okoasigho o ne ai maitu bea dapotooane be kaasigho ne mie bhari. Nikonando ai maitu suano kaawu ai kapokakutaha ghule, taaka lahaelahae niliumu umuru, aimuo itu, tabeano doasiane itu. kasi sayang kepada adik-adik itu disamakan dengan kasih sayang sengan orang banyak. Yang disebut adik itu, bukan saja adik 7
8 kandungmu, akan tetapi siapa saja di bawah umurmu, sudah adikmu itu, melainkan disayangi itu. 3. Komentar Tuturan tentang katoba yang disampaikan secara lisan oleh imam (penutur) kepada anak-anak (objek tuturan) yang beranjak dewasa (7-10 tahun) pada hakikatnya merupakan bagian dari tradisi pengislaman di Muna yang telah berlangsung secara turun-temurun. Pertama-tama imam mengajarkan kalimat istighfar dengan menggunakan metode penyampaian secara lisan. Agar menjadi jelas, imam mengucapkan sampai tiga kali dan anak pun menirukan ucapan imam sampai tiga kali pula. Setelah itu imam mengajarkan dua kalimat syahadat dengan menggunakan metode penyampaian secara lisan pula, diucapkan sebanyak tiga kali dan anak pun menirukan ucapan imam sebanyak tiga kali pula. Setelah mengikrarkan dua kalimat syahadat ini, kemudian dilanjutkan dengan tuturan katoba yang mengandung ajaran budi pekerti yang bersifat islami. imam mengajarkan agar takut kepada Tuhan, takut kepada nabi Muhammad, takut kepada malaikat dan menyayangi sesama umat manusia. Agar hal-hal tersebut menjadi lebih dekat dan nyata dalam kehidupan sang anak, imam menggunakan pendekatan tassawuf, filsafati, atau yang dalam dunia pengajaran modern dikenal dengan pendekatan kontekstual, yaitu hal-hal yang bersifat abstrak diwujudkan dalam bentuk yang konkret sehingga anak mudah memahaminya. Takut kepada Tuhan ditamsilkan takut kepada orang tua laki-laki, takut kepada nabi Muhammad ditamsilkan takut kepada orang tua perempuan, takut kepada malaikat ditamsilkan takut kepada yang lebih kakak dan menyayangi sesama manusia ditamsilkan menyayangi yang lebih muda usia. Setelah melalui prosesi katoba, kemudian anak-anak itu diwajibkan belajar membersihkan tinja (alano oe), belajar membaca kitab suci Al-Qur an, belajar sholat yang wajib, serta wajib mendengarkan nasihat orang tua, tokoh-tokoh agama serta orang-orang tua adat dalam kampung. Sebelum melalui prosesi katoba, dan memahami cara membersihkan tinja sebagaimana ajaran guru tinja (alano oe) maka anak-anak belum diwajibkan membaca Al-Qur an, melaksanakan sholat wajib serta mendengarkan nasihat tentang ajaran agama dan ajaran adat. Menurut pandangan tokoh-tokoh adat di Muna, sejauh mana keberhasilan seorang anak memahami tuturan tentang katoba akan diketahui melalui tingkah laku, perbuatan, 8
9 dan tutur kata keseharian anak itu setelah menunjukkan usia dewasa. Dalam usia yang sudah dewasa itu, ternyata ia memperlihatkan sopan-santun yang baik, perbuatan terpuji, bertutur kata yang baik yang berwujud pada sifat takut kepada orang yang memiliki kelebihan taat menjalankan ajaran agama Islam, maka tokoh-tokoh agama dan para tokoh adat akan mengatakan bahwa orang itulah yang memahami makna tuturan katobanya. Akan tetapi apabila anak itu memperlihatkan sifat yang tidak terpuji, tutur kata dan perbuatan yang tidak baik, seperti memperlihatkan sifat tidak takut kepada orang yang lebih tua, tidak memelihara hati orang sesama usianya, tidak menyayangi orang yang lebih muda usianya, iri kepada orang yang memiliki kelebihan, apabila telah kawin sering menyakiti hati dan fisik istrinya, menceraikan istrinya, sering kawin cerai, dll, maka para tokoh agama dan tokoh adat akan mengatakan bahwa orang itu tidak memahami lagi makna tuturan katobanya. 9
10 DAFTAR PUSTAKA La Ode Nsaha. 1997/1998. Aneka Budaya Sulawesi Tenggara. Proyek Penggalian Nilai- Nilai Sejarah Sulawesi Tenggara. La Ode Rauf Peranan Elit dalam Proses Modernisasi: Suatu Studi Kasus di Muna. Jakarta: Balai Pustaka. Mey, L Lole Dopotasi Fasibola. Jakarta: PT Perhutani. Nurhan, Kenedi Bunga Rampai Budaya Berpikir Positif Suku-Suku Bangsa II. Jakarta: Depbudpar RI Kerjasama ATL. Rusyana, Yus Tuturan tentang Pencak Silat dalam Tradisi Lisan Sunda. Jakarta: YOI dan ATL. Sumber Informan Drs La Mokui (68 th), Pensiunan PNS, Laki-Laki Drs. La Kimi Batoa (62 th), Pensiunan PNS, Laki-Laki 10
STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS TRADISI LISAN (PBSI-BETIS)
156 STRATEGI PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERBASIS TRADISI LISAN (PBSI-BETIS) (sarmadan_88@yahoo.co.id) FKIP Universitas Sembilanbelas November Kolaka ABSTRACT In Indonesian language and literary
Lebih terperinciTRADISI KATOBA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM MASYARAKAT MUNA
TRADISI KATOBA SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI TRADISIONAL DALAM MASYARAKAT MUNA KATOBA TRADITION AS TRADITIONAL MEDIA COMMUNICATIONS IN THE COMMUNITY MUNA Hadirman Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Manado Jl.
Lebih terperinciBAB V PEMANFAATAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA LAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)
186 BAB V PEMANFAATAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA LAMA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) Bab V dalam tulisan ini adalah konsep bagaimana hasil penelitian dapat ditularkan dalam konteks pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sulawesi Tenggara merupakan salah satu Propinsi yang kebudayaannya sangat beragam. Keragaman kebudayaan Sulawesi Tenggara terbentuk dari banyaknya kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (yang muncul dari batang tulang bambu) dengan. bernama La Ode Rere, setelah La Ode Rere,Muna sebagai suatu kabupaten
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muna (Wuna) adalah sebuah kerajaan di Sulawesi Tenggara yang wilayahnya meliputi Pulau Muna Bagian Utara, Pulau Buton Bagian Utara dan Pulau-pulau kecil di sekitarnya.
Lebih terperinciMAKNA UNGKAPAN DALAM ADAT PROSESI PENGISLAMAN (PATOBA) PADA MASYARAKAT BAJO DI DESA BONTU- BONTU KECAMATAN TOWEA KABUPATEN MUNA
MAKNA UNGKAPAN DALAM ADAT PROSESI PENGISLAMAN (PATOBA) PADA MASYARAKAT BAJO DI DESA BONTU- BONTU KECAMATAN TOWEA KABUPATEN MUNA ABSTRAK WA ODE NARTI WaodeNarti92@gmail.com Penelitian ini mengenai makna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala
Lebih terperinciSTRATEGI DAKWAH DALAM ADAT KATOBA PADA MASYARAKAT MUNA DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA. Diman Jaya
STRATEGI DAKWAH DALAM ADAT KATOBA PADA MASYARAKAT MUNA DI DESA WARAMBE KECAMATAN PARIGI KABUPATEN MUNA Diman Jaya 12030101009 ABSTRAK Diman Jaya Strategi Dakwah dalam Adat Katoba pada Masyarakat Muna di
Lebih terperinciAyo Belajar. Pelajaran 6. A. Semangat Belajar Nabi Idris a.s. Sikapku. Al-Qur an menyuruh kita selalu belajar.
Pelajaran 6 Ayo Belajar A. Semangat Belajar Nabi Idris a.s. Nabi Idris a.s. utusan Allah Swt. Ia nabi yang pandai. Sejak kecil Nabi Idris a.s. rajin belajar. Rajinlah belajar Belajar pangkal pandai Al-Qur
Lebih terperinci2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI
1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan
Lebih terperinciTauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan
Tauhid untuk Anak Tingkat 1 Oleh: Dr. Saleh As-Saleh Alih bahasa: Ummu Abdullah Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary Desain Sampul: Ummu Zaidaan Sumber: www.understand-islam.net Disebarluaskan melalui:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Indonesia terdiri dari beragam etnis, seperti etnis Jawa, etnis Melayu, etnis Minang, serta etnis Batak. Setiap etnis ini memiliki budaya dan sistem kekerabatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku bangsa yang mendiaminya dan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang diungkapkan dalam bentuk cara bertindak, berbicara, berfikir, dan hidup. Daerah kebudayaan Kalimantan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang mencerminkan sosok manusia berkarakter. Beliau membawa misi risalahnya untuk seluruh umat manusia
Lebih terperinciA. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA
- 855 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan umum Budaya tolak bala masih tetap dipertahankan
Lebih terperinciHIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN. O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung)
HIBAH, FUNGSI DAN KORELASINYA DENGAN KEWARISAN O l e h : Drs. Dede Ibin, SH. (Wkl. Ketua PA Rangkasbitung) Hibah sebagai Fungsi Sosial Hibah yang berarti pemberian atau hadiah memiliki fungsi sosial dalam
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. isi tuturan ritual yang ajaran dasar-dasar kepercayaan sebagai
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Isi Tuturan Ritual Katoba Berdasarkan hasil analisis data isi tuturan ritual Katoba, di dalamnya terdapat 4 ajaran. Ke-empat
Lebih terperinciDAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah
DAFTAR TERJEMAH No Hal Kutipan Bab Terjemah 1 1 Q.S. At I tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi Taubah ayat 122 semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
Lebih terperinciKetahuilah wahai saudaraku sesungguhnya syariah Islam itu terbagi dua bagian:
Banyak di antara kaum muslimin yang kurang memperhatikan masalah aqidah pada kehidupannya dan kehidupan saudaranya (muslim) yang lain. Untuk itu tulisan berikut ingin sedikit mengingatkan kita, khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya, adat istiadat serta tradisi. Jika dilihat, setiap daerah memiliki kebudayaan dan tradisinya masing-masing.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep Begawai Pernikahan adalah suatu momen yang sakral, dimana penyatuan dua insan ini juga harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah
Lebih terperinciHUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA
HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA Dalam peradilan atau dalam hukum Indonesia juga terdapat hukum waris adat. Selama ini, khususnya sebelum munculnya UU No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama memang
Lebih terperinciA: Sekiranya Saudara tidak berkeberatan, cobalah Saudara terangkan, mungkin saya dapat membantu Saudara.
MALAM KESEMBILAN Masuk Islam A: Pertemuan kita sudah berlangsung beberapa kali dan berjalan lancar. Pada pertemuan yang sekarang ini, apakah masih ada pertanyaan-pertanyaan Saudara yang akan diajukan?
Lebih terperinciAbdul Basith, ST, M.Si, Ph.D. Kuliah ke-2 Pendidikan Agama Islam Teknik Geodesi FT-UGM
Abdul Basith, ST, M.Si, Ph.D Kuliah ke-2 Pendidikan Agama Islam Teknik Geodesi FT-UGM Kalimat syahadatain: Kualitas pribadi seorang muslim ditentukan oleh kadar kefahaman terhadap syahadatain Syarat iqrar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala,
41 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Merujuk pada objek kajian penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan dalam Islam merupakan anjuran bagi kaum muslimin. Dalam undang undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan bahwa: Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang
Lebih terperinciBAB V MODEL PELESTARIAN UPACARA KARIA. Telah dijelaskan pada BAB II bahwa model pelestarian yang ditawarkan
BAB V MODEL PELESTARIAN UPACARA KARIA Telah dijelaskan pada BAB II bahwa model pelestarian yang ditawarkan untuk melestarikan budaya upacara karia, yaitu model pelestarian dalam bentuk dokumentasi yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap pertama dalam pembentukannya dengan tujuan untuk mewujudkan keluarga yang bahagia, damai, sejahtera
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Pelaksanaan Adat Perkawinan Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki dan senantiasa menggunakan adat-istiadat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.
42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara sederhana perkawinan adalah suatu hubungan secara lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. 1 Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sejak dilahirkan sudah berkomunikasi dengan lingkungannya, gerak dan tangis yang pertama saat dia dilahirkan adalah suatu tanda komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciPEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:
PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah
Lebih terperinciUNIT 5. Kelas Bimbingan Dewasa
UNIT 5 Kelas Bimbingan Dewasa Allah s.w.t. menurunkan kitab kepada beberapa utusannya. Memahami tujuan kitab diturunkan. Keistimewaan al-quran. Beriman kepada Allah: Ertinya: percaya sepenuh hati bahawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebudayaan masa lampau, karena naskah-naskah tersebut merupakan satu dari berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Khasanah budaya bangsa Indonesia yang berupa naskah klasik, merupakan peninggalan nenek moyang yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Naskah-naskah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan totalitas latar belakang dari sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan
Lebih terperinci2016 TEKS NASKAH SAWER PANGANTEN: KRITIK, EDISI, DAN TINJAUAN FUNGSI
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naskah merupakan hasil medium tulis yang digunakan pada sastra klasik. Isi naskah tersebut dapat meliputi semua aspek kehidupan budaya bangsa yang bersangkutan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan cerminan dari suatu masyarakat penuturnya dan karya manusia yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia mengalami perkembangan; yaitu mengalami
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
234 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Perkawinan merupakan rentetan daur kehidupan manusia sejak zaman leluhur. Setiap insan pada waktunya merasa terpanggil untuk membentuk satu kehidupan baru, hidup
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KASUS TAUKIL WALI NIKAH VIA TELEPON A. Analisis Hukum Islam terhadap Alasan KUA Melaksanakan Pernikahan dengan Menggunakan Taukil Wali Nikah via Telepon Setelah mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia
Lebih terperinciA. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS
- 1677 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tadut merupakan salah satu nama kesenian etnik Besemah yang berupa sastra tutur/ sastra lisan yang isinya pengajaran agama Islam di daerah provinsi Sumatera Selatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciPersatuan Dalam al-quran dan Sunnah
Persatuan Dalam al-quran dan Sunnah Umat Islam di seluruh penjuru dunia bersuka cita menyambut maulid Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal. Muslim Sunni merayakan hari kelahiran Rasulullah pada tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan Pengadilan Agama berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006, merupakan salah satu badan
Lebih terperinci: :
[ ] : Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin Tim Indonesia : : MAKNA SYAHADATAIN Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin ditanya tentang Syahadatain Jawab: Syahadat Laa Ilaha Illallah ( ) dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK
BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan
Lebih terperinciTakwa dan Keutamaannya
Takwa dan Keutamaannya Khutbah Jumat berikut ini menjelaskan tentang hakikat dan keutamaan takwa. Sebab, takwa merupakan wasiat Allah Subhanahu wa Ta ala dan Rasul-Nya yang harus dipahami maksudnya dan
Lebih terperinciGod s Divine Favor #1 Anugerah Tuhan yang Ajaib #1 DIVINE PROMOTION - PROMOSI ILAHI
God s Divine Favor #1 Anugerah Tuhan yang Ajaib #1 DIVINE PROMOTION - PROMOSI ILAHI PEMBUKAAN: Hari ini kita akan masuk dalam sebuah seri kotbah Natal berjudul God s Divine Favor atau Anugerah Tuhan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk sosial. Dimana sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk selalu
Lebih terperinciOleh Asriani. Pembimbing Dr.H. Moh. Karmin Baruadi, M.Hum Salam, S.Pd, M.Pd Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM TUTURAN RITUAL KATOBA DI MUNA Oleh Asriani Pembimbing Dr.H. Moh. Karmin Baruadi, M.Hum Salam, S.Pd, M.Pd Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Permasalahan
Lebih terperinciBAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR. A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor
BAB III KEBIASAAN PEMBAGIAN WARIS ADAT MASYARAKAT KEJAWAN LOR A. Pengertian Anak Perempuan Sulung oleh Masyarakat Kejawan Lor Anak perempuan tertua atau disebut juga dengan anak perempuan sulung, oleh
Lebih terperinci2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mantra merupakan puisi lisan yang bersifat magis. Magis berarti sesuatu yang dipakai manusia untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara yang istimewa. Perilaku magis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya dan adat istiadat. Contoh dari keanekaragaman tersebut adalah keanekaragaman adat istiadat
Lebih terperinciJangan Mudah Melaknat dan Mencela
Jangan Mudah Melaknat dan Mencela Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.???????????????????????????
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI C NOMOR 03
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI C NOMOR 03 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 06 TAHUN 2003 TENTANG PANDAI BACA AL-QUR AN BAGI SISWA DAN CALON PENGANTIN DALAM KABUPATEN
Lebih terperinci2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk
Lebih terperinciA. Kasih Sayang Nabi Muhammad saw.
Pelajaran 1 Kasih Sayang Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Amati dan ceritakan gambar berikut Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti 1 A. Kasih Sayang Nabi Muhammad saw. Muhammad Rasulullah menyayangi
Lebih terperinciPendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan
Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB IV HASIL PEMBAHASAN PENELITIAN A. Desain Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang Kurikulum di TKIT Nurul Qomar Pedurungan Semarang dipadukan antara: 1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang tentunya pulau-pulau tersebut memiliki penduduk asli daerah yang mempunyai tata cara dan aspek-aspek
Lebih terperinciP E N E T A P A N. Nomor : 39/Pdt.P/2010/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
P E N E T A P A N Nomor : 39/Pdt.P/2010/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang mengadili perkara-perkara perdata pada peradilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tradisi merupakan kebiasaan dalam suatu masyarakat yang diwariskan secara turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam suatu masyarakat.
Lebih terperinciEMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN
EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN EMPAT BELAS ABAD PELAKSANAAN CETAK-BIRU TUHAN Oleh Nurcholish Madjid Seorang Muslim di mana saja mengatakan bahwa agama sering mendapatkan dukungan yang paling
Lebih terperinciA. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNARUNGU
- 396 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNARUNGU KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt menurunkan kitab-kitab kepada para Rasul-Nya yang wajib diketahui dan diimani oleh semua manusia, yaitu: Taurat, Zabur, Injil, dan Al-Qur'an. Masingmasing kitab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat
Lebih terperinciXII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan
Bab XII A. Pengantar Bernyani Kucinta Keluarga Tuhan Kucinta k luarga Tuhan, terjalin mesra sekali semua saling mengasihi betapa s nang kumenjadi k luarganya Tuhan Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM
TINJAUAN HUKUM TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN ANAK DAN ORANG TUA DILIHAT DARI UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN HUKUM ISLAM Oleh : Abdul Hariss ABSTRAK Keturunan atau Seorang anak yang masih di bawah umur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia. Sejak dilahirkan di dunia manusia sudah mempunyai kecenderungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Angkola sampai saat ini masih menjalankan upacara adat untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi masyarakat Angkola. Pada
Lebih terperinciA. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA
SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH NOMOR : 10/D/KR/2017 TANGGAL : 4 April 2017 TENTANG STRUKTUR KURIKULUM, KOMPETENSI INTI-, DAN PEDOMAN IMPLEMENTASI KURIKULUM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Secara fitrah manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang saling bergantung satu sama lain. Dengan fitrah tersebut, maka manusia akan
Lebih terperinciILMU PERTANDA Oleh Nurcholish Madjid
c Demokrasi Lewat Bacaan d ILMU PERTANDA Oleh Nurcholish Madjid Dalam zaman azali, Allah menyatakan Adam scbagai khalifah-nya di bumi. Hal itu diprotes oleh para malaikat yang selalu bertasbih dengan memanjatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Islam adalah agama yang universal. Syariat-Nya mencakup berbagai bidang kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk masalah budaya dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalankan segala aktivitas hidup manusia. Seperti penelitian, penyuluhan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia. Di dalam berinteraksi kita membutuhkan alat komunikasi yang relevan agar komunikasi tersebut berjalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan buah pikiran dan perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi
Lebih terperinciMAKNA UNGKAPAN ADAT MELAMAR PADA MASYARAKAT MUNA
MAKNA UNGKAPAN ADAT MELAMAR PADA MASYARAKAT MUNA Oleh La Ode Rusli ruslilaodekowunano@gmail.com Abstrak Adat pelamaran merupakan salah satu tahapan yang dilangsungkan pada sebuah acara perkawinan.bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan
1 BAB I PENDAHULUAN Bab I ini berisi pendahuluan yang membahas latar belakang penelitian. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, peneliti melakukan batasan masalah dan rumusan masalah. Tujuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang artinya manusia saling membutuhkan satu sama lain dan tidak bisa hidup sendiri, begitu juga dalam kehidupan manusia yang berlainan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Bab I Pendahuluan. 10. Bab II Pengertian Manhaj Salaf Ahlussunnah wal Jama ah Salaf.. 19
DAFTAR ISI Daftar Isi.. 5 Kata Pengantar... 7 Bab I Pendahuluan. 10 Bab II Pengertian Manhaj Salaf... 15 2.1. Ahlussunnah wal Jama ah.... 15 2.2. Salaf.. 19 Bab III Salafi dan Wahabisme.. 22 3.1. Sejarah
Lebih terperinciberagam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
61 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Perkawinan Menurut Hukum Adat Minangkabau di Kenagarian Koto Baru, Kecamatan Koto Baru, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat. Pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid. Baik secara individual maupun klasikal, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Lebih terperinci