BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka pendek (Ervianto, 2002). Proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi, yaitu bersifat unik, dibutuhkan sumber daya, dan organisasi. Dalam proses mencapai tujuan dari suatu proyek perlu ditentukan batasan yaitu besar biaya yang dialokasikan, jadwal serta mutu yang harus dipenuhi (Soeharto, 1995). Ketiga batasan tersebut sering disebut tiga kendala (Triple Constrain) yaitu biaya, mutu, dan waktu. Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok bangunan (Ervianto, 2002), yaitu: 1. Bangunan gedung: Rumah, kantor, pabrik, dan lain-lain. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah: 1) Proyek konstruksi menghasilkan tempat untuk orang bekerja atau tinggal. 2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah diketahui. 3) Dibutuhkan manajemen terutama untuk progres pekerjaan. 2. Bangunan sipil: Jalan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah: 1) Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi manusia. 2) Pekerjaan dilaksanakan dalam lokasi yang luas atau panjang dan kondisi pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek. 3) Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. 3

2 2.2 Tahap kegiatan dalam Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui proses yang panjang, dan didalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan (Ervianto, 2002). Disamping itu, dalam kegiatan konstruksi terdapat suatu rangkaian yang berurutan dan berkaitan. Tahapan-tahapan tersebut biasanya adalah: 1) Tahap ide, yang biasanya muncul dari suatu kebutuhan. 2) Tahap studi kelayakan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk meyakinkan pemilik proyek bahwa proyek konstruksi yang diusulkan layak untuk dilaksanakan, baik dari aspek perencanaan dan perancangan, aspek ekonomi (biaya dan sumber pendanaan), maupun aspek lingkungannya. 3) Tahap Penjelasan (Briefing) Tujuan dari tahap ini adalah untuk memungkinkan pemilik proyek untuk menjelaskan fungsi proyek dan biaya yang diijinkan, sehingga konsultan perencana dapat secara tepat menafsirkan keinginan pemilik proyek dan membuat taksiran biaya yang diperlukan. 4) Tahap Perancangan (Design) Tujuan tahap ini adalah untuk melengkapi penjelasan proyek dan menentukan tata letak, rancangan, metode konstruksi, dan taksiran biaya agar mendapatkan persetujuan dari pemilik proyek dan pihak berwenang yang terlibat, untuk mempersiapkan informasi pelaksanaan yang diperlukan, termasuk gambar rencana, dan spesifikasi serta untuk melengkapi semua dokumen tender. Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah: (1) Mengembangkan ikhtiar proyek menjadi penyelesaian akhir. (2) Memeriksa masalah teknis. (3) Mempersiapkan: a) Rancangan skema (pra-rancangan) b) Rancangan terinci c) Gambar kerja, spesifikasi, dan jadwal 4

3 d) Daftar kuantitas e) Tafsiran biaya akhir f) Program pelaksanaan pendahuluan termasuk jadwal waktu. 5) Tahap pengadaan atau pelelangan (Procurement/Tender) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menunjuk kontraktor sebagai pelaksana atau sejumlah kontraktor sebagai sub-kontraktor yang akan melaksanakan konstruksi di lapangan. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah: (1) Pra Kualifikasi (2) Dokumen Kontrak 6) Tahap pelaksanaan (construction) Tujuan tahap ini adalah untuk mewujudkan bangunan yang dibutuhkan oleh pemilik proyek yang sudah dirancang oleh konsultan perencana dalam batasan biaya dan waktu yang telah disepakati yang dilaksanakan adalah merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan semua operasional di lapangan. 7) Tahap pemeliharaan dan persiapan penggunaan (maintenance & start up) Tujuan dari tahap ini adalah untuk menjamin agar pembangunan yang telah selesai sesuai dengan dokumen kontrak, dan semua fasilitas bekerja sebagaimana mestinya. Selain itu pada tahap ini juga dibuat catatan mengenai konstruksi berikut petunjuk operasinya dan melatih staf dalam menggunakan fasilitas yang tersedia. 2.3 Biaya Konstruksi Pada proyek konstruksi, penawaran harus dilakukan sebelum proses produksi terjadi. Hal ini menyebabkan industri jasa konstruksi memuat resiko yang cukup tinggi. Untuk membuat harga penawaran yang cukup rendah, tetapi masih mendapatkan cukup keuntungan (profit) maka diperlukan seorang estimator (penaksiran biaya). Penaksiran anggaran biaya adalah proses perhitungan volume pekerjaan, harga, dari berbagai macam bahan dan pekerjaan yang akan terjadi pada 5

4 suatu konstruksi. Karena taksiran dibuat sebelum dimulainya pembangunan maka nilai harga yang diperoleh adalah taksiran biaya atau estimation cost, bukan biaya sebenarnya atau actual cost. Tentang cocok atau tidaknya suatu taksiran biaya yang sebenarnya sangat tergantung dari kepandaian dan keputusan yang diambil oleh estimator berdasarkan pengalamannya. Terdapat banyak metode dan tingkat kecermatan untuk mempersiapkan biaya modal suatu proyek konstruksi. Setiap metode mempunyai segi keunggulan dan keterbatasannya, ada beberapa jenis biaya dimana termasuk dalam modal tetap yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi yang dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost) Jenis-jenis Biaya Proyek Jenis-jenis biaya proyek dikelompokkan atas biaya langsung dan biaya tidak langsung. 1) Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah semua biaya yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi di lapangan. Biaya langsung dapat diperoleh dengan mengalikan volume atau kuantitas suatu pekerjaan dengan harga satuan pekerjaan tersebut. Harga satuan pekerjaan terdiri atas harga bahan, upah buruh, dan biaya peralatan yang diperlukan (Suparditha, 2014). berikut: Biaya-biaya yang dikelompokkan dalam biaya langsung adalah sebagai 1. Biaya bahan/material Biaya bahan atau material terdiri dari biaya pembelian material, biaya transportasi, biaya penyimpanan material dan kerugian akibat kehilangan atau kerusakan material. 2. Biaya pekerja atau upah 6

5 Biaya pekerja atau upah adalah biaya yang dikeluarkan untuk menggaji para pekerja yang melaksanakan proyek. 3. Biaya peralatan Biaya peralatan terdiri dari biaya pembelian peralatan, biaya sewa (bila menyewa), biaya operasi, biaya pemeliharaan, biaya operator, biaya mobilisasi, dan lain-lain yang terkait dengan peralatan. 2) Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung adalah semua biaya proyek yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi di lapangan tetapi biaya ini harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut (Suparditha, 2014). Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya tidak langsung (Indirect Cost) adalah: 1. Biaya overhead Biaya overhead adalah biaya untuk operasi perusahaan secara keseluruhan, terlepas dari ada atau tidak adanya kontrak yang sedang ditangani. Misalnya, biaya pemasaran, advertensi, gaji eksekutif, sewa kantor, telepon, atau komputer (Soeharto, 2001). 2. Biaya tak terduga (contingence) Contingence adalah cadangan biaya dari suatu perkiraan biaya atau anggaran untuk dialokasikan pada butir-butir yang belum ditentukan, dimana menurut pengalaman dan statistik menunjukkan selalu diperlukan (Soeharto, 1997). 3. Keuntungan/profit Keuntungan disini adalah keuntungan yang diterima kontraktor yang telah dimasukkan dalam biaya proyek keseluruhan. Penjumlahan dari biaya langsung dan biaya tak langsung ini merupakan biaya total yang digunakan selama pelaksanaan proyek. Besarnya biaya ini sangat bergantung oleh lamanya waktu penyelesaian proyek. Keduanya berubah sesuai 7

6 dengan kemajuan proyek. Meskipun tidak ada rumus tertentu, umumnya makin lama proyek berjalan makin tinggi biaya komulatif yang diperlukan (Soeharto, 1999) Estimasi Biaya Proyek Kegiatan estimasi dalam proyek konstruksi dilakukan dengan tujuan tertentu, tergantung pada siapa yang membuatnya. Pihak owner membuat estimasi dengan tujuan untuk mendapatkan informasi sejelas-jelasnya tentang biaya yang harus disediakan untuk merealisasikan proyeknya. Hasil estimasi ini disebut dengan OE (Owner Estimate) atau EE (Engineer Estimate). Pihak kontraktor membuat estimasi dengan tujuan memperoleh gambaran besarnya biaya suatu proyek konstruksi, sehingga memudahkan kontraktor dalam mengajukan nilai penawaran terhadap proyek tersebut (Ervianto, 2002). Estimasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: 1) Estimasi kelayakan Untuk menentukan apakah proyek tersebut layak dibangun. Biaya yang diperlukan diperhitungkan dalam estimasi ini mencakup biaya perancangan, depresiasi, pajak, bunga modal, pemeliharaan dan perbaikan tahunan, dan lainlain. 2) Estimasi konseptual Estimasi yang dilakukan selama proses perancangan berlangsung. Untuk setiap revisi estimasi, tingkat ketelitian biaya akan meningkat sesuai tahap perancangan. Jenis estimasi konseptual adalah sebagai berikut: a. Estimasi harga satuan fungsional, yang menggunakan fungsi dari fasilitas sebagai dasar penetapan biaya. b. Estimasi biaya satuan per meter persegi, metode ini mengandalkan data dari proyek sejenis yang pernah dibangun, metode ini ketelitiannya rendah. c. Estimasi biaya satuan permeter kubik, dapat digunakan pada bangunan yang mementingkan volume. Metode ini hanya dapat diandalkan untuk fase awal perencanaan dan perancangan. 8

7 d. Estimasi faktorial, digunakan pada proyek yang mempunyai tipe sama. Metode ini sangat berguna untuk proyek-proyek yang komponen utamanya sama. Biaya komponen utama ini akan berfungsi sebagai faktor dasar dan semua komponen yang lain harganya merupakan fungsi dari komponen utama. e. Estimasi sistematis, proyek dibagi atas sistem fungsionalnya kemudian harga satuan ditentukan oleh penjumlahan tiap harga satuan elemen dalam setiap sistem atau mengalikan dengan data faktor pengali yang ada. 3) Estimasi detail Umumnya dilakukan oleh kontraktor umum. Langkah awal yang dilakukan adalah membuat pengukuran terhadap kuantitas item-iteem pekerjaan berdasarkan pada gambar gambar pekerjaan di lapangan (quantity take off ), kemudian menyatukan biaya material, tenaga kerja, peralatan, subkontraktor, dan biaya lainnya seperti overhead dan keuntungan. 4) Sistem estimasi subkontraktor Dipakai pada bagian konstruksi khusus yang disubkontrakan. 5) Estimasi pekerjaan tambah kurang. Dimana pekerjaan tambah kurang dapat terjadi karena kebutuhan pemilik, kesalahan dalam dokumen kontrak, atau perubahan kondisi lokasi proyek. 6) Estimasi kemajuan Tujuan adalah sebagai dasar permintaan pembayaran dan sebagai pembanding terhadap keuntungan dan kerugian yang telah diramalkan sebelumnya. 2.4 Pelelangan (Tender) Pelelangan yaitu pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara terbuka (untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan pengumuman resmi sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Bila calon penyedia barang atau jasa terbatas jumlahnya karena karakteristik, komplesitas dan kecanggihan teknologi pekerjaan, kelangkaan tenaga ahli atau terbatasnya perusahaan yang mampu 9

8 mengerjakan pekerjaan tersebut, pengadaan barang atau jasa tetap dilakukan dengan cara pelelangan (Ervianto, 2002) Jenis-jenis pelelangan Berdasarkan Perpres No.70 Tahun Pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi dilakukan dengan: 1) Pelelangan umum. Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat. 2) Pelelangan terbatas. Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. 3) Pemilihan langsung. Adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp ,00 (lima miliar rupiah). 4) Penunjukkan langsung. Adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa dengan cara menunjuk langsung 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa. 5) Pengadaan Langsung Adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/ Seleksi. 6) Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement. Adalah Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 10

9 2.4.2 Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) merupakan system E- Procurement yang mengoperasikan system bernama System Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) yang dikembangkan dengan basis free licence untuk diterapkan diseluruh instansi pemerintah di Indonesia. Sehingga instansi pemerintah dengan anggaran yang terbatas tetap dapat menerapkan SPSE karena tidak diperlukan biaya lisensi kecuali pembelian server dan sewa akses internet. Selain itu LPSE merupakan unit yang dibentuk oleh sebuah instansi untuk mengoperasikan system E- Procurement LPSE. Pada proses pengadaan LPSE hanya berfungsi sebagai fasilitator yang tidak ikut dalam proses pengadaan. Pelaksanaan proses pengadaan sepenuhnya dilakukan oleh panitia pengadaan atau Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pihak yang terlibat dalam Proses Pelelangan Dalam proses pelelangan ada beberapa pihak yang terlibat dalam proses pelelangan berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012 yaitu: 1) Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi, yang selanjutnya disebut K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). 2) Pengguna Barang/Jasa adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan Barang dan/atau Jasa milik Negara/Daerah di masing-masing K/L/D/I. 3) Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 106 Tahun 2007 tentang Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. 4) Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsure penyelenggara pemerintahan daerah. 5) Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja 11

10 Perangkat Daerah atau Pejabat yang disamakan pada Institusi Pengguna APBN/APBD. 6) Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD. 7) Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK adalah pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. 8) Unit Layanan Pengadaan yang selanjutnya disebut ULP adalah unit organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. 9) Pejabat Pengadaan adalah personil yang ditunjuk untuk melaksanakan Pengadaan Langsung. 10) Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan adalah panitia/pejabat yang ditetapkan oleh PA/KPA yang bertugas memeriksa dan menerima hasil pekerjaan. 11) Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau pengawas intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang melakukan pengawasan melalui audit, review, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi. 12) Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya. Didalam mengajukan penawarannya Penyedia Barang/Jasa dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan untuk menjalankan kegiatan/usaha. b. Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan Barang/Jasa. 12

11 c. Memperoleh paling kurang 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia Barang/Jasa dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman subkontrak. d. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf c, dikecualikan bagi Penyedia Barang/Jasa yang baru berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun. e. Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam Pengadaan Barang/Jasa. f. Dalam hal Penyedia Barang/Jasa akan melakukan kemitraan, Penyedia Barang/Jasa harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi/ kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut. g. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada subbidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non-kecil. h. Memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha nonkecil, kecuali untuk Pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi. i. Khusus untuk Pelelangan dan Pemilihan Langsung Pengadaan Pekerjaan Konstruksi memiliki dukungan keuangan dari bank. j. Khusus untuk Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Lainnya, harus memperhitungkan Sisa Kemampuan Paket (SKP) sebagai berikut. SKP = KP P KP = nilai Kemampuan Paket, dengan ketentuan: a) Untuk Usaha Kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 5 (lima) paket pekerjaan, dan b) Untuk usaha non kecil, nilai Kemampuan Paket (KP) ditentukan sebanyak 6 (enam) atau 1,2 (satu koma dua) N. P = jumlah paket yang sedang dikerjakan. N = jumlah paket pekerjaan terbanyak yang dapat ditangani pada saat bersamaan selama kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir. 13

12 k. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/ atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani Penyedia Barang/Jasa. l. Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (PPTK Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh Pasal 21, PPh Pasal 23 (bila ada transaksi), PPh Pasal 25/Pasal 29 dan PPN (bagi Pengusaha Kena Pajak) paling kurang 3 (tiga) bulan terakhir dalam tahun berjalan. m. Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada Kontrak; n. Tidak masuk dalam Daftar Hitam. o. Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman. p. Menandatangani Pakta Integritas. Kelompok Kerja ULP/Pejabat Pengadaan menyusun dan menetapkan metode pemasukan Dokumen Penawaran. Metode pemasukan Dokumen Penawaran terdiri atas: a. Metode satu sampul Metode satu sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa yang sederhana, dimana evaluasi teknis tidak dipengaruhi oleh harga dan memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Pekerjaan yang bersifat sederhana dengan standar harga yang telah ditetapkan Pemerintah 2) Pengadaan Jasa Konsultansi dengan KAK (kerangka acuan kerja) yang sederhana. 3) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam Dokumen Pengadaan. b. Metode dua sampul 14

13 Metode dua sampul digunakan untuk Pengadaan Barang/Jasa dimana evaluasi teknis dipengaruhi oleh penawaran harga, dan digunakan untuk: 1) Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang menggunakan evaluasi sistem nilai atau sistem biaya selama umur ekonomis. 2) Pengadaan Jasa Konsultansi yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Dibutuhkan penilaian yang terpisah antara persyaratan teknis dengan harga penawaran, agar penilaian harga tidak mempengaruhi penilaian teknis. b) Pekerjaan bersifat kompleks sehingga diperlukan evaluasi teknis yang lebih mendalam. c. Metode dua tahap Metode dua tahap digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Pekerjaan bersifat kompleks. 2) Memenuhi kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem, termasuk pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharan peralatannya. 3) Mempunyai beberapa alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda. 4) Membutuhkan waktu evaluasi teknis yang lama. 5) Membutuhkan penyetaraan teknis Proses Pelelangan Pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya berdasarkan Perpres No. 70 Tahun 2012 dengan metode Pelelangan Umum meliputi tahapan sebagai berikut: 1. Persiapan pengadaan a. PA/KPA menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUM) 15

14 b. PPK menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa yang meliputi: spesifikasi teknis, HPS (Harga Perkiraan Sendiri) dan rancangan kontrak. c. Panitia/Pokja ULP Pengadaan memasukkan ke dalam SPSE: 1. Kategori paket pekerjaan 2. Metode pemilihan penyedia barang/jasa dan penyampaian dokumen penawaran yang meliputi: a. E-lelang Umum Pra Kualifikasi dua file b. E-lelang Umum Pasca Kualifikasi satu file c. E-lelang Umum Pasca Kualifikasi dua file 3. Metode Evaluasi pemilihan penyedia barang/jasa. 4. Harga Perkiraan Sendiri. 5. Persyaratan kualifikasi. 6. Jenis kontrak. 7. Jadwal pelaksanaan pengadaan barang/jasa dan 8. Dokumen Pemilihan 2. Pengumuman pengadaan barang/jasa. a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan panitia/pokja ULP pengadaan mengumumkan paket pengadaan barang/jasa sesuai dengan keperluan yang berlaku. b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan di website LPSE yang bersangkutan. 3. Pendaftaran peserta pengadaan barang/jasa. a. Penyedia barang/jasa yang sudah mendapat hak akses dapat memilih dan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paketpaket pekerjaan yang diminati. b. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket pekerjaan yang diminati maka penyedia barang/jasa dianggap telah menyetujui pakta integritas. 16

15 c. Dengan mendaftar sebagai peserta pengadaan barang/jasa pada paket pekerjaan yang diminati penyedia barang/jasa dapat mengunduh (download) dokumen pengadaan/lelang paket pekerjaan tersebut. 4. Penjelasan pengadaan barang/jasa a. Proses penjelasan pengadaan barang/jasa dilakukan secara online tanpa tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan b. Dalam hal waktu penjelasan pengadaan barang/jasa telah berakhir, panitia/pokja ULP pengadaan masih mempunyai waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin belum terjawab c. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan informasi lapangan ke dalam dokumen pemilihan, panitia/pokja ULP pengadaan dapat melaksanakan proses penjelasan di lapangan/lokasi pekerjaan 5. Penyampaian penawaran a. Pada tahap penyampaikan penawaran, penyedia barang/jasa yang sudah menjadi peserta pengadaan barang/jasa dapat mengirimkan dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu melakukan enkripsi/penyandian terhadap file penawaran dengan menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen (APENDO) yang tersedia dalam website LPSE. b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada saat mengoprasikan APENDO 6. Proses evaluasi a. Pada tahap pembukaan file penawaran, panitia/pokja ULP pengadaan dapat mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file penawaran tersebut dengan menggunakan APENDO. b. Terhadap file penawaran yang oleh tidak dapat dibuka, c. Panitia/pokja ULP pengadaan wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka kepada LPSE untuk dilakukan 17

16 analisa dan bila dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file penawaran tersebut kepada direktorat E-Procurement LKPP. d. Terhadap penyampaian file penawaran terenkripsi yang tidak dapat dibuka (dekripsi), LKPP melakukan analisa terhadap file penawaran tersebut dan dapat merekomendasikan langkah-langkah yang perlu diambil oleh panitia/pokja ULP pengadaan. e. Dengan adanya proses penyampaian informasi sebagaimana huruf b diatas panitia /Pokja ULP pengadaan dimungkinkan melakukan pemunduran jadwal pada paket pekerjaan tersebut. f. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi) terhadap file penawaran dilakukan secara manual (off line) di luar SPSE, dan selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan kedalam SPSE. g. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang pengadaan barang/ jasa. 7. Proses pengadaan barang/ jasa gagal dan di ulang a. Dalam hal panitia/pokja ULP pengadaan memutuskan untuk melakukan proses pengadaan barang/jasa ulang,maka terlebih dahulu panitia /Pokja ULP pengadaan harus membatalkan proses pengadaan barang atau jasa paket pekerjaan yang sedang berjalan (pada tahap apapun) pada SPSE dan memasukkan alasan penyebab proses pengadaan barang /jasa harus diulang. b. Informasi tentang proses pengadaan barang/jasa ulang ini secara otomatis akan terkirim melalui kepada semua peserta lelang paket pekerjaan tersebut. c. Termasuk dalam SPSE gagal karena teknik oprasional LPSE 8. Pengumuman calon pemenang pengadaan barang /jasa. Pada tahap pengumuman pemenang dan PPK telah menetapkan pemenang pengadaan barang/jasa suatu paket pekerjaan, SPSE secara otomatis akan menampilkan informasi pengumuman pemenang paket 18

17 pekerjaan dimaksud, dan juga mengirim informasi ini melalui kepada seluruh peserta pengadaan barang /jasa paket pekerjaan tersebut. 9. Sanggah a. Peserta pengadaan barang/jaasa hanya dapat mengirimkan 1(satu) kali sanggahan kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara online melalui SPSE b. SPSE memungkinkan PPK untuk merlakukan jawaban terhadap sanggahan peserta pengadaan barang/jasa yang dikirimkan setelah batas akhir waktu sanggah. c. Dalam hal terdapat sanggah banding, proses tersebut dilakukan diluar SPSE dan peserta pengadaan barang/jasa mengirimkan kepada pejabat terkait. d. Proses sanggah banding menghentikan tahapan pengadaan barang/jasa selanjutnya pada SPSE. 10. Pasca proses pengadaan a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila PPK telah menetapkan pemenang pengadaan barang/jasa dan panitia / Pokja ULP pengadaan mengirimkan pengumuman permenang pengadaan barang/ jasa kepada peserta pengadaan barang/jasa melalui SPSE serta masa sanggah telah dilalui. b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada pemenang pengadaan barang/jasa dan meminta untuk menyelesaikan proses selanjutnya yang pelaksanaannya diluar SPSE. c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib membuat dan menyampaikan surat penetapan pemenang kepada pemenang pengadaan barang/jasa secara tertulis. d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan tertentu, pemenang pengadaan barang/jasa melakukan penandatanganan kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan diluar SPSE. 19

18 e. Proses pengadaan belum resmi/sah menjadi transaksi pengadaan apabila masing-masing pihak belum melakukan kewajiban dan haknya sesuai dengan ketentuan yang telah berlaku atau di tetapkan oleh kementrian/lembaga/pemerintah daerah terkait. f. Pemenang proses pengadaan barang/jasa wajib untuk menyelesaikan proses pengadaan barang/jasa diluar SPSE dengan pejabat kementrian/lembaga/ pemerintah daerah terkait. g. Setelah pemenang di tetapkan melalui website LPSE, pejabat kementrian/lembaga/pemerintah daerah terkait dapat menghubungi pemenang untuk menyelesaikan transaksi pengadaannya segera setelah berakhirnya pengadaan. h. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat menghetahui pemenang pengadaan barang/jasa paket pekerjaan tertentu melalui website LPSE terkait. 11. Pembatalan/ pemutusan Panitia Pokja ULP pengadaan berhak/dapat membatalkan/ memutuskan proses pengadaan apabila memenuhi Pasal 28 Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dan dalam hal sedang berlangsungnya proses pengadaan barang/jasa, karena suatu dan lain hal yang mengakibatkan proses pengadaan barang/jasa tidak dapat melaksanakan dengan sempurna (terjadi gangguan teknis dan atau non teknis, keadaan kahar) 12. Penilaian Apabila penyedia barang/jaasa memiliki catatan kinerja (track record) yang buruk, maka panitia/pokja ULP pengadaan berhak/dapat menggugurkan penawaran penyedia dan atau memasukkan kedalam daftar hitam (black list) dalam kurun waktu tertentu. Untuk keperluan ini panitia/ Pokja ULP pengadaan memberitahukan secara tertulis kepada LPSE agar diumumkan dalam website LPSE. 20

19 2.5 Penawaran Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi pihak lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati bersama (Patmadjaja, 1999). Penawaran diajukan dalam suatu pelelangan atau tender. Bila calon penyedia barang atau jasa terbatas jumlahnya karena karakteristik, kompleksitas, dan atau kecanggihan teknologi pekerjaannya, dan atau tenaga ahli, atau terbatasnya perusahaan yang mampu mengerjakan pekerjaan tersebut, pengadaan barang atau jasa tetap dilakukan dengan cara pelelangan. Penawaran memuat harga pekerjaan yang diajukan oleh kontraktor terhadap pemilik dan bersifat mengikat atas dasar dokumen kontrak lainnya (gambar rencana, spesifikasi, syarat umum kontrak, dan risalah penjelasan pekerjaan). Berdasarkan Perpres No.70 Tahun 2012 metode evaluasi penawaran dalam pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya terdiri atas: 1) Sistem gugur Metode evaluasi penawaran untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada prinsipnya menggunakan penilaian sistem gugur. 2) Sistem nilai Evaluasi sistem nilai digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harga, mengingat penawaran harga sangat dipengaruhi oleh kualitas teknis. Sistem nilai dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut: a. Besaran bobot biaya antara 70% (tujuh puluh perseratus) sampai dengan 90% (sembilan puluh perseratus) dari total bobot keseluruhan. b. Unsur yang dinilai harus bersifat kuantitatif atau yang dapat dikuantifikasikan. c. Tata cara dan kriteria penilaian harus dicantumkan dengan jelas dan rinci dalam Dokumen Pengadaan. 3) Sistem penilaian biaya selama umur ekonomis. 21

20 Evaluasi sistem penilaian biaya selama umur ekonomis digunakan untuk Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memperhitungkan faktor-faktor umur ekonomis, harga, biaya operasional, biaya pemeliharaan, dan jangka waktu operasi tertentu Strategi Penawaran Yang dimaksud dengan strategi adalah suatu upaya yang dapat digunakan oleh pemakai dalam mendekatkan permasalahan pada kondisi yang nyata. Konsep dasar dalam menentukan strategi penawaran sebenarnya cukup sederhana yaitu hanya ada satu penawar terbaik dalam mengkombinasikan dua hal (Ervianto, 2004), yaitu: 1) Memperoleh profit dari harga penawaran yang diajukan. 2) Kemungkinan untuk mendapatkan proyek dapat tercapai. Dalam pelaksanaan lelang banyak cara peserta lelang berusaha memenangkan lelang dengan menerapkan berbagai strategi (Ervianto, 2004), antara lain: 1) Strategi kompetitif, merupakan strategi penawaran yang paling ideal dengan mengasumsikan seluruh pesaing menggunakan strategi yang jujur dalam kompetisi. 2) Strategi menurunkan harga, digunakan oleh peserta lelang untuk memenangkan lelang dengan cara menurunkan harga dan rela mendapatkan keuntungan minimal. 3) Strategi merugi, bertujuan untuk memperoleh simpati dari owner dengan harapan untuk mendapatkan proyek berikutnya. 4) Strategi pembayaran dengan kelonggaran, bertujuan memberikan kelonggaran kepada owner dalam hal pembayaran termin. 5) Strategi perundingan bawah meja, bertujuan mendapatkan nilai OE dalam suasana tidak normal. Berbagai metode pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan strategi penawaran, dengan tujuan agar kontraktor dapat membuat penawaran 22

21 menjadi lebih akurat dan efektif terhadap suatu proyek. Dipahami dan diaplikasikannya salah satu metode pendekatan dalam pengajuan sebuah harga penawaran akan lebih baik dibandingkan tidak sama sekali. Metode yang sering digunakan sebagai alat untuk mendapatkan harga penawaran yang kompetitif dan profit yang optimum adalah Model Friedman, Model Gates, dan Model Ackoff & Sasieni Model-model Strategi Penawaran Ada banyak model penawaran yang biasa digunakan sebagai strategi dalam suatu penawaran pada tender proyek konstruksi diantaranya adalah: 1. Model Friedman Perhitungan Model Friedman (Ervianto,2004) (1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran satu pesaing, dengan rumus: (2.1) Rumus ini digunakan dengan menentukan biaya tidak langsung dari data tender tahun lalu dimana owner estimate yang kemudian dibagi untuk menentukan biaya mark-up, setelah di dapat nilai mark-up dari data tahun lalu tersebut dikomulatifkan dan didapat jumlah total tawaran, komulatif tawaran di ambil dari salah satu nilai mark-up yang sudah di dapat. Jumlah tawaran di dapat dari jumlah seluruh data komulatif. (2) Perhitungan Probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing, dengan rumus: P(ko menang) = [P(ko<k1)] n (2.2) Dimana: ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para pesaing. 23

22 k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun sebelumnya n = Jumlah pesaing (3) Perhitungan keuntungan harapan bila mengalahkan satu pesaing, dengan rumus: E(P) = mo x P(ko<k1) (2.3) Dimana : E(P) = Keuntungan harapan (expected profit) mo = Mark-up yang diberikan kontraktor ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para pesaing. k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun sebelumnya (4) Perhitungan keuntungan harapan bila mengalahkan dua/lebih pesaing, dengan rumus: E(P) = mo x [P(ko<k1)] n (2.4) Dimana: E(P) = Keuntungan harapan (expected profit) mo = Mark-up yang diberikan kontraktor ko = Tawaran kontraktor yang akan mengalahkan tawaran para pesaing. k1 = Tawaran kontraktor para pesaing berdasarkan data tahun sebelumnya n = Jumlah pesaing 2. Model Gates Model Gates (Patmadjaja, 1999) menggunakan dua buah perumusan probabilitas untuk menang sebagai berikut: (1) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran untuk satu pesaing, dengan rumus: 24

23 P(CoWin/Bo) = Dimana : 1 1+ n 1-P(Bo<Bi) i=0 P(Bo<Bi) (2.5) (2.4) P(CoWin/Bo) = probabilitas menang terhadap satu pesaing. P(Bo<Bi) = probabilitas menang terhadap pesaing i. (2) Perhitungan probabilitas mengalahkan tawaran dua/lebih pesaing, dengan rumus: P(CoWin/Bo) = Dimana : 1 1+n 1-P(Bo<Ba) P(Bo<Ba) (2.5) (2.6) P(Co Win/Bo) = Probabilitas menang terhadap dua atau lebih Ba n pesaing. = Harga penawaran rata-rata = Jumlah pesaing Dilanjutkan menghitung nilai expected profit dengan perumusan sebagai berikut: E(P) = [(Bo-C)P(Cowins/Bo)] (2.6) Dimana: E(P) Bo C = Expected Profit = Harga Penawaran Kontraktor = Biaya estimasi proyek Gates menganggap biaya estimasi sama dengan biaya aktual. (2.7) Hubungan antara Mark-up, Probabilitas menjadi penawar terendah dan Expected profit Pada gambar 2.1 diperlihatkan pengaruh dari harga penawaran dengan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan/proyek, dalam kondisi hanya ada satu kompetitor. Kontraktor pasti menjadi penawar terendah jika mengajukan penawaran 25

24 yang terdiri dari komponen biaya langsung saja. Jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan sebesar 10% dari biaya langsung, maka harapan untuk menjadi penawaran terendah 60%, jika mengajukan harga penawaran dengan kenaikan sebesar 20% dari biaya langsung, maka kesempatan menjadi penawar terendah adalah 20%, dan jika dengan kenaikan sebesar 25%, maka hilang kesempatan untuk menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004). Gambar 2.1 Hubungan antara mark-up dengan probabilitas menjadi penawar terendah (Ervianto, 2004) Dapat diperlihatkan berbagai keadaan antara keuntungan yang dapat dicapai dengan harga penawaran sebagai berikut: 1) Jika menawar dari komponen biaya langsung saja, maka pasti akan mendapatkan pekerjaan tetapi tidak mendapatkan keuntungan. 2) Jika menawar 5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 80%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 5% dari 80% = 4% 3) Jika menawar 10% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 60%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 10% dari 60%=6% 26

25 4) Jika menawar 12,5% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 50%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 12,5% dari 50%=6,25% 5) Jika menawar 15% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 40%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 15% dari 40%=6% 6) Jika menawar 20% di atas biaya langsung, kesempatan menjadi penawar terendah adalah 20%, maka keuntungan yang dapat dicapai adalah 20% dari 20%=4% 7) Jika menawar 25% di atas biaya langsung, maka tidak akan mendapatkan proyek dengan sendirinya tidak mendapatkan keuntungan. Dalam gambar 2.2 diperlihatkan estimasi besarnya keuntungan yang diharapkan dengan cara mengkombinasikan antara mark-up dan probabilitas menjadi penawar terendah (dengan satu kompetitor). Dalam contoh ini kontraktor dapat menghasilkan keuntungan dengan melakukan penawaran sebesar 12,5%. Maka 12,5% adalah angka optimum yang dapat digunakan sebagai dasar penawaran, dengan kata lain kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan dengan probabilitas 60% dan dengan mark-up 10% akan lebih realistis dibanding dengan probabilitas mendapatkan pekerjaan 40% dan dengan mark-up 15%. Akan tetapi, dengan semakin besarnya mark-up dalam suatu penawaran akan memperkecil resiko yang akan ditanggung oleh kontraktor. 27

26 Gambar 2.2 Grafik hubungan antara mark-up dengan expected profit (Ervianto, 2004) Probabilitas Menjadi Penawar Terendah Dalam usaha menempatkan harga penawaran yang kompetitif dapat dilakukan perhitungan probabilitas dari kompetitor yang mengajukan penawaran dalam proyek tersebut. Dalam gambar 2.1 diperlihatkan grafik antara probabilitas dengan besarnya mark-up yang ditunjukkan berupa garis linier. Rentang probabilitas dimulai dari 100% hingga 0% sedangkan rentang perubahan mark-up berturut-turut dari 0% sampai dengan 25%. Jika peserta pelelangan (tender) menempatkan harga penawaran berdasarkan mark-up mengikuti distribusi normal seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.3. Dalam contoh ini frekwensi harga penawaran kompetitor berkisar antara 0-5% dari estimasi biaya langsung adalah 5%, antara 5-10% sebanyak 40%; antara 10-15% sebanyak 40%, dari 15-20% sebanyak 25% dan dari 20-25% sebanyak 5% Gambar 2.3 Distribusi dari kompetitor mengikuti distribusi normal (Ervianto, 2004) 28

27 2.5.5 Expected Profit Keuntungan yang diharapkan dapat digambarkan berdasarkan kurva probabilitas. Kurva keuntungan ini diperlihatkan dalam gambar 2.4 tentang hubungan antara expected profit dengan mark-up adalah nilai mark-up 10% yang akan memberikan profit yang maksimum. Rumusan dari expected profit adalah: E (P) = p (b - c) P = Probabilitas menang b = Penawaran c = Biaya estimasi Dengan mencoba-coba besaran mark-up maka akan didapatkan nilai maksimum dari expected profit, dimana besarnya mark-up yang menghasilkan expected profit yang maksimum disebut mark-up optimum, yang nantinya dipakai dalam penawaran suatu tender dan akan cukup terlihat berapa besarnya profit yang akan digunakan. Keuntungan yang diharapkan dapat digambarkan berdasarkan kurva probabilitas dan gambar dibawah ini menunjukkan nilai mark-up 10% yang akan memberikan profit maksimum. Gambar 2.4 Expected profit berdasarkan distribusi normal (Ervianto, 2004) 29

28 2.5.6 Mark Up Bentuk-bentuk penyelewengan biaya proyek yang menyebabkan biaya ekonomi tinggi biasanya disepakati oleh semua pihak (terutama masyarakat luas) sebagai bentuk mark-up proyek konstruksi. Mark-up proyek ini diartikan dipertanggung jawabkan secara hukum, sehingga bentuk apapun biaya penyelewengan proyek biasanya selalu dikaitkan dengan mark-up yang terjadi. Bila dipandang dari kacamata manajemen proyek, ternyata ada ketidaksamaan persepsi tentang kalimat mark-up proyek konstruksi yang selama ini dipahami oleh masyarakat dengan konsepsi manajemen proyek itu sendiri, sehingga perlu dilakukan pengkajian ulang agar didapat persepsi mark-up proyek konstruksi secara fair dan benar. Dalam dunia manajemen proyek istilah mark-up merupakan istilah biasa dan memiliki nilai normal dalam artian tidak menjadikan suatu istilah yang menggambarkan suatu pemolesan biaya yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Tenah dan Coulter III (dalam Suparditha, 2014), Mark-up merupakan sejumlah biaya yang ditambahkan kedalam biaya langsung proyek pada harga penawaran untuk menutupi biaya yang tidak langsung yang meliputi biaya overhead perusahaan, biaya resiko dan keuntungan proyek. Jumlah dan rincian markup dari suatu kontraktor biasanya merupakan sesuatu yang sifatnya rahasia. Oleh karena itu pada penawaran, rincian biaya tak langsung tidak ditampakkan melainkan tersebar kedalam harga satuan tiap item pekerjaan. Di Negara-negara maju seperti Amerika besaran mark-up berkisar antara 4%- 10% dan hal ini diwadahi dalam bentuk peraturan jasa konstruksi yang berlaku. Aturan pelelangan yang berlaku di negara kita dalam hal mencantukan biaya overhead dan keuntungan, sehingga dengan ketentuan tersebut, pihak kontraktor biasanya merubah harga satuan dengan sejumlah biaya overhead dan keuntungan tersebut. Dengan demikian telah terjadi perubahan harga dari harga satuan menjadi harga penawaran dan hal ini lumrah dan biasa terjadi dalam dunia bisnis, dalam konsep mencari keuntungan. Dalam menentukan besarnya mark-up kontraktor membutuhkan hasil kumpulan data-data penawaran yang lalu (historical data) dari para pesaing-pesaing sebagai petunjuk dalam penawaran (Patmadjaja, 1999). 30

29 Cara menentukan besaran mark-up dimana biaya proyek dihitung oleh masing-masing kontraktor dengan asumsi-asumsi/standar-standar biaya yang telah ditetapkan oleh masing-masing kontraktor. Pada perhitungan ini digunakan asumsi sebagai brikut: Biaya Langsung = OE Biaya tak langsung Dimana, biaya tak langsung meliputi : Profit = 7 %x RC Overhead = 2 % x RC Biaya cadangan = 1% x RC PPH = 1,5% x RC PPN = 10% x RC + Jumlah = 21,5% x RC Maka, Biaya Langsung = [100% - (21,5% x RC )] x OE = [100% - (21,5% x 1/1,1)] x OE = [100% - 19,5%] x OE Biaya Langsung = 80,5% x OE 31

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal ada akhir, dan umumnya berjangka pendek (Ervianto,2002). Proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Proyek Konstruksi II.5.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan, ada awal dan akhir, dan umumnya berjangka

Lebih terperinci

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi

2 Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesi No.106, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Barang Jasa. Penyedia. Proses Pemilihan. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 11 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MELALUI PENGADAAN LANGSUNG DI KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1

PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 1 PROSEDUR PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERPRES NOMOR 54 TAHUN 2010 Oleh : Rusdianto S., S.H., M.H. 1 A. PELAKSANAAN, OBJEK DAN PARA PIHAK DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Pengadaan

Lebih terperinci

1 L a y a n a n P e n g a d a a n S e c a r a E l e k t r o n i k. Petunjuk dan Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektonik

1 L a y a n a n P e n g a d a a n S e c a r a E l e k t r o n i k. Petunjuk dan Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektonik Petunjuk dan Ketentuan Penggunaan Sistem Pengadaan Secara Elektonik A. KETENTUAN UMUM 1. Website Layanan Pengadaan Secara Elektronik (disingkat : website LPSE) adalah akses kepada Sistem Pengadaan Secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik. sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik. sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Layanan Pengadaan Secara Elektronik Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) pada awalnya merupakan sistem e-procurement (pengadaan secara elektronik) yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA No. 1975, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BEKRAF. LPSE. KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG LAYANAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 39, 2012 PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.01/PL.104/MPEK/2012 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

Lebih terperinci

PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang

PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang PENGADAAN LANGSUNG BOLEH DILAKSANAKAN OLEH PENYEDIA YANG TIDAK MEMENUHI PERSYARATAN oleh: Abu Sopian, S.H., M.M. Balai Diklat Keuangan Pelembang Kata Kunci Perencanaan pengadaan, Pelaksanaan pengadaan,

Lebih terperinci

PARA PIHAK DALAM PROSES PENGADAAN

PARA PIHAK DALAM PROSES PENGADAAN Hubungan Kerja 2 Menteri/Kepala Daerah PA/KPA membentuk mengangkat ULP/PP PPK PPHP Perangkat organisasi ULP mengacu kepada peraturan perundangundangan di bidang kelembagaan Proses Pemilihan dan Penetapan

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR SALINAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DI DENGAN

Lebih terperinci

A D E N D U M D O KUMEN KUA L IFIKASI. Pengadaan Jasa Konsultan Perencana untuk Rehabilitasi Rumah Dinas Bea dan Cukai di Juwangen

A D E N D U M D O KUMEN KUA L IFIKASI. Pengadaan Jasa Konsultan Perencana untuk Rehabilitasi Rumah Dinas Bea dan Cukai di Juwangen 3 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR WILAYAH JAWA TENGAH DAN DIY KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B YOGYAKARTA PANITIA PENGADAAN

Lebih terperinci

Lampiran : PERATURAN KEPALA LKPP Nomor : Tahun 2011 Tanggal : TATA CARA E-TENDERING

Lampiran : PERATURAN KEPALA LKPP Nomor : Tahun 2011 Tanggal : TATA CARA E-TENDERING Lampiran : PERATURAN KEPALA LKPP Nomor : Tahun 2011 Tanggal : TATA CARA E-TENDERING I LATAR BELAKANG Pelaksanaan pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement), khususnya dengan e-tendering dapat

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

BAB V. LEMBAR DATA KUALIFIKASI (LDK)

BAB V. LEMBAR DATA KUALIFIKASI (LDK) 1 BAB V. LEMBAR DATA KUALIFIKASI (LDK) A. Lingkup Kualifikasi Nama Pokja ULP : Pekerjaan Konstruksi ULP Pemerintah Provinsi Jawa Barat Alamat Pokja ULP : Jl. Diponegoro Bandung Website LPSE : www.lpse.jabarprov.go.id

Lebih terperinci

UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam

UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam 2015 UNIT LAYANAN PENGADAAN IPB MAKALAH [MATRIKS PERUBAHAN PERPRES NO.4 TAHUN 2015 TERHADAP PERPRES NO.54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH] Di Susun oleh : Anwar Syam Kata Pengantar

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 233/PMK.01/2012 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Lebih terperinci

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa DASAR HUKUM - Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah - Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun

Lebih terperinci

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING

TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING Lampiran Peraturan Gubernur Banten Nomor : 3 Tahun 2012 Tanggal : 3 Februari 2012 TATA CARA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN CARA E-TENDERING A. RUANG LINGKUP : Ruang lingkup pengadaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengadaan Barang/ Jasa (Perpres 70; 2012) Pasal 1 Dalam Peraturan Presiden ini, yang dimaksud dengan: 1. Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelelangan/Pengadaan Barang atau Jasa Kosntruksi. sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pelelangan/Pengadaan Barang atau Jasa Kosntruksi. sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang/jasa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelelangan/Pengadaan Barang atau Jasa Kosntruksi 2.1.1 Pengertian Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah,

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DANA ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Perbendaharaan Negara. Pengadaan Barang/Jasa. Pemerintah. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5334) PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN

Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Republik Indonesia Standar Dokumen Pengadaan Secara Elektronik ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Pengadaan Jasa Konsultansi Badan Usaha Dokumen Untuk Metode e-seleksi Umum dengan Prakualifikasi Lembaga Kebijakan

Lebih terperinci

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan, No.1734, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPERA. Barang/Jasa. Pengadaan. Unit Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc 2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041), sebagaimana telah

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 1130 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.58, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LKPP. Pengguna Anggaran. Kuasa Pengguna Anggaran. Barang/Jasa. Pengadaan. Pelimpahan Kewenangan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya

Walikota Tasikmalaya Walikota Tasikmalaya PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 68 Tahun 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KATALOG ELEKTRONIK DAN E-PURCHASING

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN SALINAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014 SALINAN PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

TATA CARA E-TENDERING

TATA CARA E-TENDERING 5 2013, No.16 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG E-TENDERING TATA CARA E-TENDERING I. METODE E-TENDERING Metode E-Tendering terdiri

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI 1 PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang

Lebih terperinci

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

-1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH -1- LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG 9 5 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PENAJAM PASER

Lebih terperinci

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah

2011, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.801, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA.Pengadaan Barang/Jasa. Elektronik. Ketentuan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.177, 2015 LKPP. Barang/Jasa Pemerintah. ULP. Pengadaan. Perubahan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK PADA LAYANAN PENGADAAN SECARA ELEKTRONIK

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Strategi Penawaran. bergantung pada tujuan perusahaan diantaranya adalah memaksimumkan

BAB III LANDASAN TEORI. A. Strategi Penawaran. bergantung pada tujuan perusahaan diantaranya adalah memaksimumkan BAB III LANDASAN TEORI A. Strategi Penawaran Strategi penawaran (bidding Strategy) bagi suatu perusahaan sangat bergantung pada tujuan perusahaan diantaranya adalah memaksimumkan keuntungan (profit). Penawaran

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI OGAN ILIR PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR : 12 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI OGAN ILIR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENGELOLA LAYANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR : 14 TAHUN 2015 TENTANG E-PURCHASING DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAOAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK 01 L1NGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN OENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan telah

Lebih terperinci

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA, PERATURAN PRESIDEN NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010

Lebih terperinci

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR KALI DENGAN TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH jdih.bpk.go.id

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI - 1 - PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI BUPATI SINJAI, Menimbang a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG,

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan sistem pengadaan

Lebih terperinci

SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING

SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING SYARAT DAN KETENTUAN PENGGUNAAN APLIKASI E-PURCHASING A. KETENTUAN UMUM I. Definisi 1. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, yang selanjutnya disebut LKPP, adalah Lembaga Pemerintah yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent No.794, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. ULP. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 43 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT 1 GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2015 KEMENPAN-RB. Unit Layanan Pengadaan. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

Jalan Diponegoro No. 22 Telepon (022) Faks. (022) Bandung 40115

Jalan Diponegoro No. 22 Telepon (022) Faks. (022) Bandung 40115 Jalan Diponegoro No. 22 Telepon (022) 4232448-4233347-4230962 Faks. (022) 4203450 Bandung 40115 2 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 7 TAHUN : 2014 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG HUBUNGAN, PROSEDUR DAN MEKANISME KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA ( PROCUREMENT UNIT ) PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA

UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA ( PROCUREMENT UNIT ) PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA ( PROCUREMENT UNIT ) KEGIATAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TAHUN ANGGARAN 2011 Jl. A. Yani (Jalur II) Sungailiat 33215

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG Pasal/Ayat pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 yang dirubah/ditambah Pasal/Ayat pada Perpres Nomor 54 Tahun 2010 yang dihapus PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN HARGA PERKIRAAN SENDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 5 PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat a. bahwa Pengadaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Strategi Penawaran. disepakati bersama (Nugraha, 1985). Dalam melakukan penawaran, kontraktor

BAB III LANDASAN TEORI. A. Strategi Penawaran. disepakati bersama (Nugraha, 1985). Dalam melakukan penawaran, kontraktor BAB III LANDASAN TEORI A. Strategi Penawaran Penawaran adalah suatu usulan oleh satu pihak untuk mengerjakan sesuatu bagi kepentingan pihak yang lain menurut persyaratan yang telah ditentukan dan disepakati

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 050/044 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 050/044 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BOYOLALI KEPUTUSAN BUPATI BOYOLALI NOMOR 050/044 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SECARA ELEKTRONIK, PADA UNIT LAYANAN PENGADAAN KABUPATEN BOYOLALI BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2017 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KOMISI PEMILIHAN UMUM.

-2- MEMUTUSKAN : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KOMISI PEMILIHAN UMUM. -2- Kabupaten/Kota sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 22 Tahun 2008; 6. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 05 Tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

RISALAH PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN PEMILIHAN SELEKSI SEDERHANA JASA KONSULTASI PENGAWASAN

RISALAH PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN PEMILIHAN SELEKSI SEDERHANA JASA KONSULTASI PENGAWASAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN STASIUN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN KELAS I MEDAN II Jl. K. L.

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2015 SALINAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pengadaan Barang/Jasa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUP KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Menurut Perpres RI. Nomor 70 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Perpres RI. Nomor 54 Tahun 2010, tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

Lebih terperinci

BERITA ACARA PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN KUALIFIKASI No. 11/PPN.KWD/PERENC.JL/II/2015

BERITA ACARA PENJELASAN (AANWIJZING) DOKUMEN KUALIFIKASI No. 11/PPN.KWD/PERENC.JL/II/2015 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KWANDANG POKJA PENGADAAN BARANG/ JASA PPN KWANDANG JLN PELABUHAN KWANDANG DESA KATIALADA KEC KWANDANG KAB GORONTALO UTARA Telp./ Faxmile

Lebih terperinci

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan

BAB II. A. Pengertian Pengadaan Barang/Jasa. Fungsi pemerintahan dijalankan dengan memerlukan logistik, peralatan 21 BAB II PENGATURAN PENGADAAN BARANG/JASA DALAM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH A. Pengertian

Lebih terperinci

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya

Kementerian/Lembaga/ Satuan Kerja Perangkat daerah/institusi Lainnya MENCERMATI PERUBAHAN DALAM PERATURAN PRESIDEN NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH Oleh :

Lebih terperinci

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ)

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ) Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ) Arif Kurniawan Wahono (135020304111002) Fatmawati Yunita (125020306111005) Sarintan Pratiwi Usman (125020300111002) Muhamad Risqi W (125020300111039) M.Januar Setiawan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1214, 2013 KEMENTERIAN SOSIAL. Pengadaan. Barang/Jasa. Unit Layanan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA SALINAN NOMOR 1/2015 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang

Lebih terperinci