NASKAH ARTIKEL LOMBA SIMPOSIUM GURU TINGKAT NASIONAL TAHUN Oleh : M. Neidean Christyano,ST

Transkripsi

1 HALAMAN JUDUL PENGGUNAAN BITNAMI MOODLE SEBAGAI SALAH SATU CONTENT MANAGEMENT SYSTEM YANG BERSIFAT OPEN SOURCE UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GERAKAN LITERASI SEKOLAH BERBASIS E- LITERASI ONLINE ATAU OFFLINE DI SMK NEGERI 12 SURABAYA NASKAH ARTIKEL LOMBA SIMPOSIUM GURU TINGKAT NASIONAL TAHUN 2016 Oleh : M. Neidean Christyano,ST SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 12 SURABAYA JAWA TIMUR i

2 SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ii

3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v PENGANTAR... 1 MASALAH... 2 PEMBAHASAN DAN SOLUSI Sosial Learning Network (SLN) Content Management System Bitnami Moodle... 6 a) Modul Lesson... 6 b) Modul Database... 9 c) Modul Report d) Modul Blogs KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS Kesimpulan Harapan DAFTAR PUSTAKA iii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1 CMS Open Source... 6 iv

5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Login sebagai Tamu (Guest)... 7 Gambar 2 Tampilan Pada Tamu Membaca Materi... 8 Gambar 3 Indikator Perkembangan Membaca... 8 Gambar 4 Modul Database Untuk Jurnal Membaca... 9 Gambar 5 Peserta didik Mengisi Jurnal Membaca Gambar 6 Modul Report Gambar 7 Modul Blogs Gambar 8 Membuat Blogs Gambar 9 Tampilan Blogs Peserta Didik v

6

7 PENGANTAR Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti yang salah satunya mengamanatkan agar peserta didik menggunakan waktu 15 menit sebelum waktu pembelajaran untuk membaca buku non pelajaran maka SMK Negeri 12 Surabaya sebagai satuan pendidikan berusaha untuk melaksanakannya dengan semaksimal mungkin. SMK Negeri 12 Surabaya memiliki 16 paket keahlian diantaranya adalah Seni Lukis, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Animasi, Kriya Tekstil, Kriya Logam, Kriya Kulit, Kriya Kayu, Seni Tari, Seni Musik Klasik, Seni Karawitan, Seni Pedalangan, Seni Pemeranan, Seni Tata Artistik, Multi Media dan Teknik Pemesinan. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) kami masih stagnan ditahap pembiasaan khususnya di paket keahlian Teknik Pemesinan pelaksanaannya hanya dilakukan oleh guru mata pelajaran bahasa Indonesia. Secara umum GLS belum melibatkan guru produktif, hal ini dikarenakan pemahaman yang masih kurang tentang gerakan ini. Penulis sebagai guru produktif Teknik Pemesinan awalnya beranggapan bahwa GLS hanya ditujukan untuk guru bahasa tetapi dengan adanya kegiatan Simposium Guru 2016 yang salah satu temanya adalah gerakan literasi, sehingga mendorong kami untuk lebih medalaminya dan membuat artikel yang berhubungan dengan GLS di SMK. Pada akhirnya penulis mendapatkan buku panduan Gerakan Literasi Sekolah yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMK pada Januari 2016 yang memprogramkan untuk pelaksanaan GLS di SMK menggunakan program E-Literasi. 1

8 MASALAH Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik (GLS SMK, 2016, H. 14). Tujuan Khusus dari GLS di SMK adalah untuk menumbuh kembangkan budi pekerti peserta didik, membangun ekosistem literasi sekolah, menjadikan SMK sebagai organisasi pembelajaran (learning organization), mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) dan menjaga keberlanjutan budaya literasi di SMK (GLS SMK, 2016, H. 15). Dalam kegiatan GLS tentu saja yang dibutuhkan adalah buku terutama adalah buku non pelajaran. Sayangnya buku seperti itu jumlahnya tidak banya di perpustakaan, yang paling banyak adalah buku pelajaran dan buku penunjang pelajaran. Untuk menarik minat peserta untuk membaca tentunya dibutuhkan suatu bacaan yang menarik bagi peserta didik setingkat SMK. Tentunya hal tersebut akan menjadi kontra produktif bagi peserta didik jika akhirnya minat baca mereka hanya untuk membaca buku non pelajaran (misal komik, novel) sedangkan untuk membaca buku pelajaran tidak berminat sama sekali. Bagaimanapun untuk masalah tersebut solusinya hanya satu yaitu guru harus mampu menyajikan suatu materi pelajaran menjadi bacaan yang menarik. Sesuai dengan Buku Panduan GLS SMK maka diharapkan dalam melaksanakan gerakan tersebut guru menggunakan media E-Literasi untuk menggugah minat peserta didik SMK (GLS SMK, 2016). Bisa saja sekolah membuka akses internet gratis kepada peserta didik agar mereka bisa mengeksplore segala sesuatunya di internet. Tetapi hal tersebut mempunyai beberapa kerawan negatif yaitu diantaranya : 1. Akses informasi pornografi 2

9 2. Akses informasi kekejaman dan kesadisan 3. Akses game online 4. Akses informasi buku yang isi belum tentu benar dan belum tentu bisa di pertanggungjawabkan Kerawanan tersebut dapat diatasi secara maksimal jika satu orang guru mengawasi 1 sampai 2 peserta didik saja akan tetapi jika peserta didiknya lebih dari itu tentunya akan sangat sulit bagi seorang guru untuk mengatasi kerawanan tersebut apalagi jika peserta didiknya lebih dari 20 peserta didik. Kerawanan tersebut juga dapat ditekan dengan menggunakan fasilitas DNS Nawala untuk menyaring konten yang negatif tapi yang harus diingat fasilitas tersebut tidak bisa 100% menyaring konten negatif. Untuk itu diperlukan suatu E-Literasi yang isinya bisa menjawab tantangan sebagai berikut : 1. E-Literasi tersebut didalamnya terdapat materi bacaan yang telah disiapkan oleh guru sehingga isinya bisa di pertanggungjawabkan. 2. Pada saat peserta didik mengakses E-Literasi, guru dapat mendeteksi dengan cepat, sejauh mana materi bacaan tersebut telah di baca. 3. E-Literasi tersebut terdapat suatu fitur untuk membuat jurnal membaca yang dilakukan oleh peserta. 4. Peserta didik dapat membuat rangkuman maupun komentar tentang materi bacaan yang telah mereka baca dengan membuat blog sehingga guru dan peserta didik yang lain bisa mengomentarinya. 3

10 PEMBAHASAN DAN SOLUSI 1. Sosial Learning Network (SLN) E-Literasi berarti gerakan literasi yang memanfatkan fasilitas E-Learning yang dimiliki sekolah. Hal tersebut berarti sekolah minimal harus memiliki atau menyewa domain hosting berikut program web server dan atau memiliki fasilitas server dengan alamat IP Publik dan sambungan internet. Keuntungan jika menggunakan fasilitas server sendiri maka warga sekolah bisa mengakses secara offline pada saat disekolah dan secara online pada saat tidak disekolah. Jika sekolah tidak mempunyai domain hosting ataupun fasilitas server maka alternatif yang bisa digunakan adalah dengan menggunakan Sosial Learning Network. Berikut adalah beberapa Sosial Learning Network ( : 1. Edmodo ( adalah sebuah media untuk melaksanakan pembelajaran secara daring. Edmodo menggabungkan sebagian fitur dari Learning Management System (LMS) dan sebagian fitur dari Jejaring Sosial (Social Network), menjadi sebuah media pembelajaran yang menarik dan mudah digunakan. 2. Sophia ( merupakan SLN yang menyediakan ribuan tutorial akademik yang diajarkan oleh guru dengan berbagai model instruksional, dan dapat diikuti oleh pembelajar dengan berbagai model belajar. 3. RemixLearning ( yang juga didukung oleh The Bill & Melinda Gates Foundation menyediakan sebuah SLN yang dapat diatur sesuai selera oleh sekolah, perpustakaan, museum, dan institusi lainnya yang membutuhkan. 4. Schoology ( merupakan LMS yang dilengkapi dengan SLNs. 4

11 5. Twiducate ( merupakan jejaring social khusus untuk sekolah. Syarat wajib yang harus dimiliki sekolah yang memilih Sosial Learning Network adalah fasilitas internet yang bagus untuk seluruh warga sekolah. Jika hal tersebut tidak bisa dipenuhi maka SLN tidak akan bisa di akses. 2. Content Management System Selanjutnya jika sekolah telah mempunyai alamat web maka selanjutnya di butuhkan suatu Content Management System (CMS). Sekolah bisa mendapatkan CMS tersebut dengan cara membeli pada penjual jasa programer web atau mencari CMS yang gratis yang kemudian bisa dipasang di server sekolah. Keuntungan jika CMS dibeli dari penjual jasa programer web maka sekolah tidak perlu bingung dalam penyetingannya di server tetapi dengan fitur yang seperti kita harapkan bisa jadi harga programnya akan mahal dan sekolah akan sangat tergantung kepada programer penjual jasa tersebut, terlebih jika ada permasalahan di kemudian hari. Keuntungan jika kita menggunakan CMS yang gratis maka sekolah akan menghemat dana tetapi untuk penyetingannnya diserver maka sekolah harus mempunyai guru yang memahami ilmu jaringan. Berikut adalah tabel beberapa jenis CMS yang bersifat gratis (open source) ( 5

12 Name Platform Supported databases Latest stable release Licenses MariaDB, Microsoft SQL Drupal PHP Server, MySQL, Oracle, Percona GPLv2+ Server, PostgreSQL, SQLite [31] WordPress PHP MySQL, MariaDB GPL Joomla! PHP MySQL, PostgreSQL, MSSQL, SQLite GPL Moodle (Bitnami Moodle) PHP MySQL, PostgreSQL, MSSQL, or Oracle GPLv3+ Tabel 1 CMS Open Source 3. Bitnami Moodle Bitnami Moodle adalah Content Management System yang dibuat oleh Bitnami dan besifat gratis, didalamnya memuat sistem Manajemen Pembelajaran secara online maupun offline sehingga peserta didik bisa melakukan pembelajaran jarak jauh ataupun secara jaringan lokal. Jika diinstal di server lokal sekolah maka peserta didik dapat mengaksesnya tanpa menngunakan paket data internet sehingga terbebas dari kontenkonten negatif. Aplikasi Bitnami moodle ini gratis karena bersifat open source jadi semua orang bisa mendownload dan menggunakannya secara bebas. Berikut adalah alamat download Bitnami moodle a) Modul Lesson Untuk Membuat Materi Bacaan Didalam Bitnami Moodle terdapat modul Lesson yaitu modul pelajaran yang dapat menyajikan materi bacaan yang disusun per halaman kemudian dibawahnya ada menu navigasi ke halaman 6

13 berikutnya (misal halaman 3) atau kehalaman sebelumnya (misal halaman 1). Jika guru mengatur agar tamu bisa juga membaca tanpa harus login (Gambar 1 dan Gambar 2) maka semua peserta didik bisa membaca materi tersebut, akan tetapi indikator perkembangan (progres) kegiatan membaca peserta didik tidak akan terdeteksi dengan baik. Jika peserta didik membaca materi tersebut dengan login terlebih dahulu menggunakan username dan password yang telah diberikan guru maka indikator perkembangan (progres) akan muncul secara otomatis (Gambar 3) Gambar 1 Login sebagai Tamu (Guest) 7

14 Gambar 2 Tampilan Pada Tamu Membaca Materi Gambar 3 Indikator Perkembangan Membaca Selain itu pada saat membaca kemudian setelah 15 menit telah usai maka aktifitas tersebut dapat dilanjutkan di hari berikutnya tanpa harus mengulangi bacaan dari awal. Salah satu keunggulan dari modul lesson ini adalah jika memang di butuhkan terutama pada saat di sekolah sudah mencapai tahap ketiga yaitu tahap pembelajaran maka disetiap penggalan halaman guru dapat 8

15 menyisipkan pertanyaan berupa esay ataupun pilihan ganda. Jika pertanyaan yang disisipkan berupa esay maka penilaiannya tidak akan muncul secara otomatis jadi guru harus memberi nilai secara langsung di moodle. Jika pertanyaannya berupa pilihan ganda (atau pilihan benar salah) maka nilai dari peserta didik tersebut akan muncul secara otomatis. b) Modul Database Untuk Membuat Jurnal Membaca Dengan modul database maka guru dapat membuat suatu jurnal membaca peserta didik (Gambar 4). Untuk bisa mengisi jurnal membaca maka terlebih dahulu peserta didik harus login terlebih dahulu. Gambar 4 Modul Database Untuk Jurnal Membaca 9

16 Gambar 5 Peserta didik Mengisi Jurnal Membaca Didalam jurnal membaca peserta didik harus mengisi nama, kelas, judul bacaan, halaman terakhir yang di baca dan peserta didik juga bisa memberi komentar tentang bacaan yang mereka baca. Kemudian peserta didik yang lain bisa melihat komentar teman-temannya. Ditahap pembiasaan maka entry komentar peserta didik bisa dihilangkan atau dikosongi tetapi ketika GLS sudah sampai tahap pengembangan maka komentar siswa bisa dituliskan lewat entry databsae tersebut. c) Modul Report Dengan modul ini maka seorang guru dapat melihat perkembangan dari aktifitas membaca meliputi kapan peserta didik mulai mengakses materi dan kapan peserta didik selesei mengakses materi bacaan, selain itu lama mereka membaca akan terekam secara otomatis. 10

17 Gambar 6 Modul Report d) Modul Blogs Untuk mengaktifkan pastikan di menu advanced features yaitu enable blogs harus dalam posisi tercentang. Kemudian setelah itu setiap peserta didik dapat membuat suatu rangkuman atau tulisan dalam blogs secara mandiri dengan memilih Site Page> Site Blogs >Add a new entry. Gambar 7 Modul Blogs 11

18 Gambar 8 Membuat Blogs Contoh membuat blogs dapat dilihat pada gambar 8 dan hasilnya seperti terlihat pada gambar 9 Gambar 9 Tampilan Blogs Peserta Didik 12

19 KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS 1. Kesimpulan Dari penjabaran yang telah disampaikan pada bagian Pembahasan dan Solusi maka dapat kami simpulkan sebagai berikut : a. E-Literasi dengan menggunakan Bitnami Moodle maka guru dapat menyeleksi materi bacaan yang akan diberikan kepada peserta didik agar lebih bisa dipertanggung jawabkan. b. E-Literasi dengan menggunakan Bitnami Moodle maka perkembangan kegiatan membaca peserta didik dapat terpantau dengan baik dan mudah. c. E-Literasi dengan menggunakan Bitnami Moodle terdapat suatu fitur untuk membuat jurnal membaca yang dilakukan oleh peserta didik. d. E-Literasi dengan menggunakan Bitnami Moodle Peserta didik dapat membuat rangkuman maupun komentar tentang materi bacaan yang telah mereka baca dengan membuat blog sehingga guru dan peserta didik yang lain bisa mengomentarinya. 2. Harapan Dari artikel ini kami berharap dukungan dari pihak Kepala Sekolah SMKN 12 Surabaya beserta seluruh warga SMKN 12 Surabaya terutama guru sebagai ujung tombak pembelajaran sehingga Gerakan E-Literasi Sekolah dapat berjalan dengan baik dan langgeng. Itu semua demi kemajuan peserta didik kita. Kepada teman sejawat yang telah membaca artikel ini kami yakinkan bahwa dengan menggunakan Bitnami Moodle maka akan menambah dan memperkaya media belajar yang akan kita berikan kepada peserta didik. 13

20 DAFTAR PUSTAKA Aldunate, R., & Nussbaum, M. (2013). Teacher adoption of technology. Computers in Human Behavior. GLS SMK, T. (2016). PANDUAN GERAKAN LITERASI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 23 Tahun