AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN"

Transkripsi

1 AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran dan hasil penelitian bidang sosial, ekonomi dan kebijakan pertanian dalam arti umum. Pemimpian Redaksi Ihsannudin Redaksi Pelaksana Elys Fauziyah Andri K. Sunyigono Slamet Widodo Tata Letak dan Perwajahan Taufik R.D.A Nugroho Mokh Rum Pelaksana Tata Usaha Taufani Sagita Miellyza Kusuma Putri Mitra Bestari Dr. Ir. Faidil Tanjung, M.Si Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur. M. Dr. Mohammad Arief, SE. MM. Dr. Amzul Rifin, SP., MA. Alamat Redaksi Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang 02 Kamal Bangkalan Telp. (031) Fax. (031) Surat elektronik: agriekonomika@gmail.com Laman: AGRIEKONOMIKA diterbitkan sejak April 2012 oleh Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura. Redaksi mengundang segenap penulis untuk mengirim naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media maupun lembaga lain. Pedoman penulisan dapat dilihat pada bagian belakang jurnal. Naskah yang masuk dievaluasi oleh mitra bestari dan redaksi pelaksana dengan metode blind review.

2 AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER DAFTAR ISI PROGRAM PENGEMBANGAN MADURA SEBAGAI PULAU SAPI PERSPEKTIF MANAJEMEN RANTAI PASOKSAPI BERKELANJUTAN 98 Akhmad Mahbubi PERUBAHAN NERACA PERDAGANGAN INDONESIA SEBAGAI AKIBAT PENGHAPUSAN TARIF IMPOR GULA Agnes Quartina Pudjiastuti STRATEGI TERCAPAINYA KETAHANAN PANGAN DALAM KETERSEDIAAN PANGAN DI TINGKAT REGIONAL.121 Isbandi dan S.Rusdiana KONTRIBUSI PENDAPATAN AGRIBISNIS KELAPA PADA PENDAPATAN KELUARGA PETANI DI KABUPATEN GORONTALO 137 Mohamad Ikbal Bahua VALUASI EKONOMI MANFAAT EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PULAU SAPUDI, SUMENEP, MADURA..146 Agus Romadhon ANALISIS RESPON KONSUMEN TERHADAP FAKTOR-FAKTOR MARKETING MIX DALAM PEMBELIAN PRODUK LUWAK WHITE KOFFIE DI PASAR SWALAYAN KOTA SURAKARTA 157 Yesi Krista Karnasih, Mohd. Harisudin, Suprapto PROFIL DAN KARAKTER SOSIAL EKONOMI PETANI TANAMAN PANGAN DIBOJONEGORO Kuntoro Boga Andri ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS..185 Apri Kuntariningsih 1, Joko Mariyono 2 PENERAPAN KEWIRAUSAHAAN DALAM PENGELOLAAN KOPERASIAGRIBISNIS BERORIENTASI BISNIS 197 Gema Wibawa Mukti dan Anne Charina PROSPEK DAN STRATEGI PERDAGANGAN TERNAK KAMBINGDALAM MEREBUT PELUANG PASAR DUNIA.209 S.Rusdiana, L. Praharani dan U.Adiati 99

3 Agriekonomika, ISSN Oktober, ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS Apri Kuntariningsih 1, Joko Mariyono 2 1 ) Pemerhati Sosiologis Pembangunan Pedesaan 2 ) Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasakti Tegal aprikunt@gmail.com ABSTRAK Teknologi pertanian diharapkan dapat membantu petani untuk meningkatkan kesejahteraan. Berbagai teknologi pertanian telah diperkenalkan dan disebarluaskan kepada petani, tetapi sebagian besar petani pedesaan masih dianggap tertinggal dari masyarakat lain. Kajian ini bertujuan mempelajari kegagalan penyebaran teknologi pertanian dalam mengentaskan kemiskinan di daerah pedesaan. Berdasar kajian ini nantinya diharapkan mampu merumuskan strategi dari asepk sosiologis terkait penyebaran teknologi pertanian. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa faktor sosial, ekonomi dan kelembagaan perlu mendapat perhatian lebih dari pembuat kebijakan baik di tingkat nasional dan lokal dalam rangka untuk meningkatkan dampak diseminasi teknologi pertanian dalam peningkatan kesejahteraan petani di daerah pedesaan. Kata kunci: Adopsi Teknologi Pertanian, Pendekatan Sosiologis, Pembagunan Pedesaan. ADOPTION OF AGRICULTURAL TECHNOLOGY FOR RURALDEVELOPMENT: A SOCIOLOGICAL STUDY ABSTRACT Agricultural technology is expected to help farmers to improve welfare. Various agricultural technologies have been introduced and disseminated to farmers, but to some extents, peasants are still considered lag behind other communities. This paper is conducted investigate the failure of agricultural technologies dissemination in alleviating poverty in rural areas. This strudy showssocial, economic and institutional factors that need more attention from policy makers both at national and local levels in orde to improve impact of agricultural technology dissemination in escalating farmers welfare in rural areas. Keywords: Agricultural Technology Adoption, Sociological Approach, Rural Development PENDAHULUAN Pembangunan pedesaan di Indonesia menginginkan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan. Selain itu sasaran pembangunan tidak hanya menyangkut pembangunan fisik, akan tetapi juga pembangunan mental spiritual. Asumsi yang melandasi ini ialah bahwa pembangunan berpangkal dan juga bertujuan pada diri manusia. Karena itu penelusuran terhadap makna pembangunan senantiasa tidak dapat melepaskan diri dari manusia yang mempunyai potensi dan yang sering dipandang sebagai 185

4 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN subjek maupun objek pembangunan. Titik tolak dari falsafah pembangunan adalah manusia dan tujuan akhirnya adalah manusia pula (Susanto,1983). Paradigma Pembangunan Manusia (People Centered Development Paradigm), fokus perhatiannya pada perkembangan manusia (human growth), kesejahteraan (well-being), keadilan (equity) dan berkelanjutan (sustainability). Dominasi pemikiran dalam paradigma ini adalah keseimbangan ekologi manusia (balanced human ecology), sumber pembangunannya adalah informasi dan prakarsa yang kreatif dengan tujuan utama adalah aktualisasi optimal dari potensi manusia (Korten dan Klauss, 1984). Dalam paradigma pembangunan manusia yang mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan adalah: 1. Pelayanan sosial (social service); 2. Pembelajaran sosial (social learning); 3. Pemberdayaan (empowerment); 4. Kemampuan (capacity); 5. Kelembagaan (institutional building). Analisis mengenai orientasi pembangunan yang dilakukan oleh para pakar, membedakan secara garis besar adanya dua jenis orientasi. Pertama, pembangunan berorientasi produksi dan Kedua, pembangunan berorientasi manusia. Korten et al. (1988) menjelaskan bahwa perbedaan utama di antara kedua orientasi pembangunan tersebut ialah pada dimensi mana yang disubordinasikan. Pada pembangunan yang berorientasi produksi, kebutuhan manusia senantiasa disubordinasikan di bawah sistem produksi. Sedangkan pada pembangunan yang berorientasi manusia, senantiasa berusaha mensubordinasikan kebutuhan-kebutuhan sistem produksi di bawah kepentingan manusia. Korten menjelaskan lebih lanjut sebagai berikut: Pemahaman akan perbedaan antara pembangunan yang berpusat pada rakyat dan yang berpusat pada produksi sangat penting bagi pemilihan teknik sosial yang cocok bagi pencapaian tujuan pembangunan menurut paradigma yang pertama, karena dalam hal tujuan atau nilai, metodologimetodologi perencanaan dan bentuk-bentuk organisasi tidaklah netral. Teknik-teknik sosial dari pembangunan yang berpusat pada produksi, misalnya mencakup bentuk-bentuk organisasi yang menggunakan system komando, metode-metode analisis keputusan yang dianggap bebas nilai, metodologi-metodologi riset sosial yang didasarkan pada asas-asas ilmuilmu fisika klasik, sistem produksi yang didefinisikan secara fungsional, dan perangkat analisis yang tidak mempertimbangkan manusia dan lingkungan. Teknik-teknik sosial dari pembangunan yang berpusat pada rakyat, mengutamakan bentuk-bentuk organisasi swadaya yang menonjolkan peranan individu dalam proses pengambilan keputusan dan menyerukan dipakainya nilai-nilai manusiawi dalam pembuatan keputusan, prosesproses pembangunan, didasarkan pada konsep-konsep dan metodemetode belajar sosial, prespektif teritorial, bukannya fungsional, yang mendominasi perencanaan dan pengelolaan sistem-sistem produksikonsuinsinya (Korten et al. 1988). Kesejahteraan petani di Indonesia masih tergolong rendah, rendahnya kesejahteraan petani karena rata-rata kepemilikan dan penguasaan lahan yang sempit dan sulitnya akses terhadap kredit. Oleh karena itu peningkatan kesejahteraan petani masih di perlukan, salah satunya adalah memperkenalkan teknologi pertanian. Dengan lahan yang sempit petani dapat meningkatkan produksi dengan mengadopsi teknologi yang di praktekan saat mengikuti 186

5 Agriekonomika, ISSN Oktober, pelatihan. Studi adopsi teknologi adalah penting untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan teknologi pertanian yang antara lain dengan pengenalan tanaman baru, varietas yang lebih unggul, atau teknologi produksi baru. Namun demikian untuk mempercepat tingkat adopsi teknologi baru, membutuhkan pengetahuan individu petani. Untuk meningkatkan produksi cabai, perlu adanya cara (metode) yang dapat meningkatan hasil-hasil pertanian cabai. Salah satunya adalah teknologi pertanian cabai yang tepat guna dan berkelanjutan. Pelaksanaan kebijakan teknologi pertanian mempunyai jalinan yang sangat kuat dengan aspek-aspek lainnya. Jika kita perincikan dimensi-dimensi perubahan tersebut, maka akan terlihat sangat nyata terjadi perubahan dalam struktur. Perubahan sosial akan menambah keberagaman dalam tatanan sosial masyarakat desa. Petani saat ini hanya sebagai obyek dari pembangunan itu sendiri. Sangat dibutuhkan kajian sosiologis manusia sebagai individu yang menjalankan kehidupan dengan berusaha keluar dari kemiskinan untuk mencapai kesejahteraan yaitu dengan pelatihan teknologi pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu dengan melihat latar belakang masalah di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah menjawab dua pertanyaan besar yaitu: 1. Bagaimanakah kegagalan teknologi pertanian konvensional, sudahkah petani cabai menerima teknologi yang berkelanjutan (sustainable) apakah pemberdayaan petani perlu dilakukan. 2. Menganalisis bagaimana kesejahteraan masyarakat dalam perangkap kemiskinan. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS Kegagalan Penerapan Teknologi Pertanian Konvensional Penggunaan teknologi saat itu masih menyisakan kesedihan kepada perubahan sosial, ekonomi dan ekologi. Penerapan teknologi pertanian konvensional menyebabkan ketergantungan petani menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pelaksanaan budidaya yang kurang memperhatikan kelangsungan hidup ekosistem, menjadikan berkurangnya pendapatan petani yang lebih baik. Bahkan hitung-hitungan yang rasional terhadap pembelanjaan sarana produksi pertanian tidak dihitung sebagai untung rugi. (Untung, 2009) mengemukakan beberapa fakta yang bisa ditemui saat ini berkaitan dengan gagalnya teknologi pertanian konvensional antara lain: 1. Penurunan tingkat kesuburan tanah. 2. Hilangnya bahan organik dalam tanah. 3. Erosi dan sedimentasi tanah. 4. Pencemaran tanah dan air akibat penggunaan bahan kimia yang berlebihan. 5. Residu pestisida dan bahan berbahaya lainnya. 6. Memudarnya konsep gotong royong masyarakat. 7. Berkurangnya luas lahan karena beralih fungsi jadi tempat industri, dan lain-lain Hingga kemudian para pakar mengemukakan gagasan mengenai pertanian berkelanjutan. Urusan pangan bukan hanya untuk saat ini tetapi juga untuk masa depan. Bukan hanya untuk kita tetapi juga untuk anak cucu kita. Food and Agriculture Organization (FAO,1989) mendefinisikan pertanian berkelanjutan sebagai manajemen dan konservasi basis sumberdaya alam, dan orientasi perubahan teknologi dan kelembagaan guna menjamin tercapainya dan terpuaskannya kebutuhan manusia generasi saat ini maupun mendatang. 187

6 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN Pembangunan pertanian berkelanjutan menkonservasi lahan, air, sumberdaya genetik tanaman maupun hewan, tidak merusak lingkungan, tepat guna secara teknis, layak secara ekonomis, dan diterima secara sosial. Pertanian berkelanjutan ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi. Tiga pilar pertanian berkelanjutan antara lain; dimensi sosial, dimensi ekonomi dan dimensi ekologi. Selain dimensi tersebut penting untuk mengaplikasikan teknologi yang berkaitan langsung dengan bidang pertanian maupun bidang lain. Teknologi ini harus mampu memacu peningkatan nilai tambah (value added), daya saing (competitiveness), dan keuntungan (profit/benefit) produk pertanian. Organ teknologi yang diperlukan adalah cara budidaya dan bertani secara berkelanjutan dilakukan dengan baik, penanganan hasil panen yang baik, pengolahan/pasca panen dan membangun sistem distribusi yang baik. Indikasi atau ukuran keberhasilan pelaksanaan teknologi tersebut adalah standar terhadap produk pertaniannya. Produk pertanian yang baik memenuhi kriteria kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Teknologi yang mampu mendaur ulang proses pemanfaatan (zero waste) dan pemanfaatan sumberdaya lokal serta diversifikasi merupakan salah satu bagian dari strategi penguatan teknologi. Table1 Alat Participatory Rural Appraisal yang Digunakan Selama Survei Kelompok Petani Tahun Alat Dalam Isu/ variabel utama yang dikumpulkan dari kelompok petani PRA Focus Group Discussion Diskusi umum mengenai isu-isu yang dominan tentang pertanian cabai. Kunci faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pertanian cabai di setiap wilayah Mengidentifikasi masalah kunci dan prospek penanaman cabai di desa, dan jenis teknologi produksi yang diadopsi oleh petani Tingkat utama keparahan hama dan penyakit cabai, kepentingannya untuk musim tanam dan jenis tanaman, dan adopsi dari praktek-praktek pengelolaan penyakit tanaman oleh petani Timeline Peristiwa-peristiwa sejarah dalam pertanian sayuran dengan interval 10 tahun Dampak yang signifikan pada praktek-praktek budidaya cabai Perubahan besar dalam berbagai cabai, hama dan penyakit, dll. Perubahan dalam layanan dukungan dan menggunakan teknologi Kecenderungan Analisis Hubungan Kelembagaan Peringkat Masalah Sumber: USAID dari waktu ke waktu Perubahan dari waktu ke waktu jumlah petani cabai, hasil, dan cabai pada masing-masing daerah Perubahan relatif harga cabai dan pupuk dari waktu ke waktu Tren pada hama dan penyakit, dan pendapatan dari cabai Identifikasi lembaga/organisasi formal dan bagaimana pentingnya lembaga tersebut dalam mempengaruhi pertanian cabai Tingkat intensitas dari interaksi dan hubungan antara para petani cabai dan lembaga lokal Mengidentifikasi, membandingkan,memprioritaskan, dan peringkat masalah utama dan kendala pertanian cabai di masing-masing daerah 188

7 Agriekonomika, ISSN Oktober, Menurut Rogers (1995) adopsi adalah proses mental, dalam mengambil keputusan untuk menerima atau menolak ide baru dan menegaskan lebih lanjut tentang penerimaan dan penolakan ide baru tersebut. Adopsi juga dapat didefenisikan sebagai proses mental seseorang dari mendengar, mengetahui inovasi sampai akhirnya mengadopsi. Adopsi adalah suatu proses dimulai dan keluarnya ide-ide dari satu pihak, disampaikan kepada pihak kedua, sampai ide tersebut diterima oleh masyarakat sebagai pihak kedua. Petani banyak belajar dari pengalamannya sendiri maupun pengalaman orang lain tentang suatu inovasi teknologi dengan mencoba serangkain tindakan yang beragam. Tingkat tindakan yang dilakukan petani tergantung pada tingkat manfaat dan keuntungan yang akan diterima. Seorang petani dengan pendidikan yang rendah seringkali bersifat apatis terhadap inovasi sebagai akibat kegagalan yang dialaminya pada masa lampau, karena kurangnya pengetahuan tentang inovasi. Situasi dan kejadian yang dialami petani pasca panen juga membawa dampak yang tidak sedikit terhadap sikap petani. Sifat-sifat apatis tersebut banyak dialami oleh sebagian besar petani lahan kering akibat kegagalan usahatani yang dialaminya, yang disebabkan oleh faktor kondisi iklim yang tidak menentu. Pelatihan-pelatihan teknologi pertanian yang berkelanjutan, harus sering dilakukan untuk memberdayakan petani atas penggunaan teknologi pertanian yang benar dan ramah lingkungan. Partisipasi dan pemberdayaan petani dalam pelatihan teknologi pertanian perlu di lakukan untuk mencapai kesepahaman dalam pelatihan pertanian maka dilakukan survey secara menyeluruh dan komprenhensif sesuai metode dan langkah-langkah lebih lanjut seperti dalam Tabel 1. Model Pelatihan Teknologi Pertanian Berkelanjutan (sustainable) Secara umum kegiatan pelatihan teknologi pertanian ini menggunakan strategi sebagai berikut: pertama, membuat kebun percontohan beberapa tanaman unggulan seperti cabai, tomat, lada dan terong, kedua, menentukan prioritas jenis lahan dan komoditas yang cocok daerah sasaran; ketiga, diklat kader tani, dimana memberikan pembekalan ilmu, pelatihan tekhnologi pertanian dan profesionalisme petani dengan muatan 80 persen praktek disertai riset; keempat, pendirian sentra pemberdayaan tani di zona sekolah lapang petani hama terpadu (SLPHT). SLPHT berfungsi sebagai supplay center;training center (petani berlatih, petani bertanya, petani melihat contoh); research center. Metode Pemuliaan (Menangkar) dan Penyerbukan Benih Pelatihan teknologi pertanian yang berkelanjutan dapat di wujudkan dengan metode perlakuan terhadap benih-benih yang akan ditanam dan untuk selanjutnya sebagai tanaman cabai yang akan menghasilkan produk yang baik dan produktivitas yang tinggi. Petani cabai pada praktek pertaniannya kurang memperhatikan kualitas benih cabai, hal ini penting dalam upaya menghasilkan produk pertanian cabai yang bernilai ekonomis tinggi. Dalam metode pelatihan pemuliaan benih cabai ini, petani di bekali ketrampilan bagaimana memilih benih cabai yang baik dan menyimpan benih yang benar. Setelah panen biasanya petani memisahkan jumlah cabai yang akan di tanam kembali dan jumlah yang akan di jual. Sangat penting untuk menyimpan benih cabai yang benar untuk tetap hidup untuk ditanam di kemudian hari. Benih yang baru di panen tidak baik jika langsung di masukan ke kantong plastik karena masih memiliki tingkat 189

8 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN kelembaban yang tinggi, praktek yang selama ini terjadi adalah petani tidak mengeringkan dulu benih cabai. Untuk itu petani di berikan bekal pelatihan bagaimana cara menyimpan dan memperlakukan benih: Kelembaban; benih menyerap kelembaban dari lingkungan sekitarnya. Kelembaban udara yang tinggi menyebabkan aktifitas pernapasan yang tinggi dan meningkatkan penggunaan energy yang tersimpan dalam benih. Benih harus dikeringkan lebih dahulu sehingga kandungan airnya mencapai 7-8% sebelum disimpan. Simpanlah benih di dalam wadah dengan tutup yang rapat. Kondisi Gelap; sinar matahari akan memperpendek usia hidup benih. Pakailah botol berwarna gelap atau wadah yang tidak tembus pandang untuk melindungi benih dari sinar matahari. Jika menggunakan wadah yang jernih. Letakan ke dalam kantong kertas untuk melindungi dari sinar matahari. Suhu; suhu ideal untuk menyimpan kebanyakan benih sayuran adalah kurang dari 15ºC. Benih dapat disimpan di dalam wadah kedap udara dan diletakkan di dalam lemari es. Untuk penyimpanan jarak pendek, simpanlah benih di tempat yang sejuk, kering dan gelap. Pengasingan dan Penyerbukan Benih Isolasi; cabai memiliki bunga sempurna dengan penyerbukan sendiri. jarak pengasingan 20 m di antara varietas yang berbeda atau menanam tanaman yang tinggi di antara varietas pada umumnya memberi hasil isolasi yang memuaskan. Jika jarak pengasingan tidak memungkinkan, kuntum bunga dapat ditutupi dengan bola kapas untuk mencegah penyerbukan silang. Musim tanam; cabai (Capsicum annuum) tumbuh paling baik di musim kering ketika suhu udara di antara 21-33ºC. Suhu di malam hari cukup kritis untuk produksi benih. Pada umumnya tanaman tidak akan berbuah juka suhu malam hari di atas 30ºC. Lahan/tanah; untuk hasil yang paling baik, pilihlah lahan yang sebelumnya ditanami ubi jalar, tomat, cabai, terong atau kentang untuk menghindari serangan hama dan penyakit tanaman. Model Pelatihan Teknologi Pertanian Berkelanjutan Perkembangan model pelatihan yang didasarkan pada kearifan lokal dengan mengetahui masalah pada petani cabai melalui FGD, memetakan masalah dengan peringkat masalah yang bersifat partisipatif dan berpusat pada pembangunan manusia. Dalam proses ini, para peserta pelatihan diharapkan menjadi terampil dan berpengetahuan tentang teknologi pertanian yang berkelanjutan. Mereka diharapkan untuk mempengaruhi motivasi peserta pelatihan pada satu komunitas dan meningkatkan hasil dari proses pembelajaran. Kerangka kerja saat pelatihan, dalam pengembangan model pelatihan berbasis kearifan lokal untuk meningkatkan ketrampilan, pengalaman, partisipasi dan pemberdayaan, dalam proses pelatihan ini sering juga timbul kegagalan dalam adopsi teknologi. Untuk jelasnya dapat dijelaskan pada Gambar 1. Pemberdayaan Petani Pemberdayaan merupakan upaya yang dilakukan masyarakat, dengan atau tanpa dukungan dari pihak luar untuk memperbaiki kehidupannya yang berbasis pada kekuatan mereka sendiri melalui optimalisasi. Pemberdayaan harus menempatkan kekuatan masyarakat sebagai modal utama serta 190

9 Agriekonomika, ISSN Oktober, menghindari rekayasa pihak luar yang sering kali mematikan kemandirian masyarakat setempat. Pemberdayaan diartikan sebagai pemahaman dalam psikologis pengaruh kontrol individu dan sosial. Konsep pemberdayaan (empowerment) mulai terlihat pada dekade 1970-an dan terus berkembang hingga saat ini. Konsep pemberdayaan dapat dipandang sebagai konsep yang sealiran dengan postmodernisme. Munculnya konsep pemberdayaan merupakan akibat dari reaksi terhadap alam pikiran, tata masyarakat, dan tata budaya sebelumnya yang berkembang di suatu negara. Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerakyatan, dan keadilan. Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan individu dan sosial. Input Proses Output Kearifan Lokal Focus Group Discussion Pelatihan Teknologi (Grafting,Pemuliaan Benih, dan Menangkar Benih) Ketrampilan, Pengalaman, Partisipasi dan Pemberdayaan R e n c a n a E v a l u a s i I m p l e m e n t a s i Empowermentless Gambar 1 Model Proses Pelatihan Teknologi Pertanian untuk Petani Gerakan pemberdayaan diawali dari munculnya paradigma pembangunan yang berpusat pada manusia (rakyat). Korten dan Klauss (1984) misalnya, menyebut ciri-ciri paradigma pembangunan berpusat pada manusia (rakyat) sebagai berikut: Pertama, logika yang dominan dari paradigma ini adalah logika mengenai suatu ekologi manusia yang seimbang; Kedua, sumber daya utama berupa sumber-sumber daya informasi dan prakarsa kreatif yang tak habis-habisnya; dan Ketiga, tujuan utamanya adalah pertumbuhan manusia yang didefinisikan sebagai perwujudan yang lebih tinggi dari potensi manusia. 191

10 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN Pemberdayaan petani merupakan permasalahan yang sangat kompleks, sehingga perlu disusun strategi pemberdayaan secara sistematis dan menyeluruh. Di Indonesia, petani masih belum bisa dikatakan berdaya. Hal ini ditunjukkan data BPS tahun 2012, dimana jumlah penduduk miskin di pedesaan yang mayoritas berprofesi sebagai petani di seluruh Indonesia mencapai 18,48 juta jiwa (15 persen). Pemerintah sudah melakukan berbagai upaya dalam rangka pemberdayaan petani. Usaha yang dilakukan diantaranya, bantuan modal, inovasi teknologi maupun pembangunan infrastruktur pertanian. Dalam hal inovasi berbagai program penelitian juga pengkajian dan atau diseminasi telah dilakukan dengan tujuan mengintroduksikan inovasi teknologi pertanian kepada petani atau kelompok tani. Hal ini sejalan dengan pemberdayaan dan pengembangan masyarakat petani pada pelatihan teknologi pertanian selama ini hanya pengenalan teknologi yang justru menambah persoalan baru. Teknologi yang di pakai adalah teknologi yang tidak tepat guna dan salah sasaran. Pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerakyatan, dan keadilan. Pada dasarnya pemberdayaan diletakkan pada kekuatan individu dan sosial. Analisis Kesejahteraan Masyarakat Dalam Perangkap Kemiskinan Pada hakekatnya permasalahan kesejahteraan sosial timbul dari dapat atau tidak terpenuhinya kebutuhan manusia. Permasalahan kesejahteraan sosial ada yang secara nyata berpangkal pada hambatan-hambatan dalam pemenuhan kebutuhan, ada yang timbul dan berkembang sebagai pengaruh dari perubahan sosial-ekonomi serta penggunaan ilmu dan teknologi dalam kehidupan manusia (Comba dan Ahmed,1985). Di samping itu juga permasalahan yang sering tidak dapat atau sukar diperkirakan sebelumnya seperti bencana alam (Sumarnonugroho, 1984). Kesejahteraan masyarakat di Indonesia terjadi fluktuasi dalam dua dekade terakhir. Fluktuasi ini disebabkan antara lain oleh faktor krisis finansial, makro ekonomi, pemerintahan, dan lemahnya keberdayaan masyarakat dalam mewujudkan kesejahteraan. Lemahnya keberdayaan masyarakat ini tampak dari tingkat kemandirian, partisipasi, kemampuan warganya dalam akses terhadap pengelolaan sumberdaya dan beradaptasi terhadap perubahan di lingkunganya (Sumardjo, 2010). Pada bulan September 2012, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,59 juta jiwa (11,66 persen), berkurang sebesar 0,54 juta jiwa (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 yang sebesar 29,13 juta jiwa (11,96 persen). Selama periode Maret 2012 September 2012, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,14 juta jiwa (dari 10,65 juta jiwa pada Maret 2012 menjadi 10,51 juta orang pada September 2012), sementara di daerah perdesaan berkurang 0,40 juta jiwa (dari 18,48 juta jiwa pada Maret 2012 menjadi 18,08 juta jiwa pada September 2012). Selama periode Maret 2012 September 2012, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2012 sebesar 8,78 persen, turun menjadi 8,60 persen pada September Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 15,12 persen, pada Maret 2012 menjadi 14,70 persen pada September Dengan demikian kemiskinan penduduk Indonesia 192

11 Agriekonomika, ISSN Oktober, berada di pedesaan, mencapai 18,48 juta jiwa (15,12 persen). Sedangkan penduduk di pedesaan, bermata pencaharian sebagai petani (BPS, 2013). Kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang, keluarga atau anggota masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara wajar sebagaimana anggota masyarakat lain pada umumnya. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor penting dalam pembangunan perlu memberikan prioritas dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Prioritas ini dipandang perlu karena beberapa alasan. Pertama, hampir dua pertiga sumber daya manusia Indonesia terlibat dalam sektor pertanian. Kedua, kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian berpendidikan rendah (tamat SD, belum tamat SD, dan tidak pernah sekolah) dan proposisi yang hidup di garis kemiskinan relatif besar (mencapai 18,48 juta jiwa penduduk miskin berada di sektor pertanian). Meskipun selama dua puluh tahun terakhir ini ada kemajuan dalam jenjang pendidikan anggota rumah tangga petani, terutama generasi muda, tetapi ada kecenderungan mereka yang telah berpendidikan enggan bekerja di sektor pertanian. Demikian juga seperti yang sudah saya sebutkan didepan, kemiskinan di pedesaan karena rata-rata kepemilikan dan penguasaan lahan yang sempit dan sulitnya akses terhadap kredit. Menurut Korten dan Klauss (1984), bahwa terdapat dua kebutuhan pokok yang sulit untuk dipenuhi oleh kaum miskin, yaitu: 1. Banyak di antara orang miskin tidak mempunyai kekayaan produktif selain kekuatan jasmani mereka. Berkembang dan terpeliharanya kekayaan tersebut tergantung pada semakin baiknya kesempatan untuk memperoleh pelayanan umum, seperti pendidikan, perawatan kesehatan dan penyediaan air yang pada umumnya tidak tersedia bagi mereka yang justru paling membutuhkan. 2. Peningkatan pendapatan kaum miskin itu mungkin tidak akan memperbaiki taraf hidup mereka apabila barang dan jasa yang sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan mereka tidak tersedia. Di antara kaum miskin melalui peningkatan produktivitas mungkin akan memakan waktu lama, dan sejumlah orang tertentu karena satu dan lain hal mungkin untuk selamanya tidak dapat dipekerjakan. Paling tidak dalam jangka pendek, dan mungkin untuk selamanya, program subsidi mungkin diperlukan bagi orang-orang ini agar dapat memperoleh bagian dari hasil-hasil pembangunan. Modal Sosial Dengan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Modal sosial (social capital) berbeda dengan modal manusia (human capital), pada modal manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi individual yaitu daya dan keahlian yang dimiliki oleh seorang individu. Pada modal sosial, lebih menekankan pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian terhadap pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan (trust) antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok (Hasbullah, 2006). Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan (trust) umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian-bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara. Untuk mewujudkan usaha kesejahteraan sosial atau kesejahteraan rakyat, dibutuhkan upaya peningkatan modal manusia (human capital) dan 193

12 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN modal sosial (social capital) yang menjadi dasar bagi pengembangan partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa (Lawang 2004). Di samping itu untuk mengembangkan kapital manusia dan kapital sosial selain melalui investasi sosial dibutuhkan pula lingkungan sosial, budaya, dan ekonomi. Upaya pemberdayaan masyarakat dan energy sosial menjadi pemacu dan keharusan untuk terwujudnya kesejahteraan sosial. Bagaimana kaitan hubungan kesejahteraan, kapital manusia dan kapital sosial serta faktor lingkungan dapat dilihat pada Gambar 2. Masyarakat pedesaan khususnya petani, telah berkembang sedemikian rupa dimana peningkatan pendidikan, ekonomi dan politik lokal telah membentuk suatu karakter sosial, ekonomi, dan politik tersendiri. Kepercayaan yang dibangun antara kelompok pedagang dan petani dalam menentukan harga-harga sayuran (cabai), merupakan wujud dari pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok. Pengembangan modal sosial dalam pelatihan teknologi pertanian mencakup aspek-aspek struktur hubungan antara individu-individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai kearifan. Kapital sosial yang perlu menjadi komitmen pelatihan teknologi mengandung tiga komponen inti (Coleman, 1988). (1) kemampuan membangun kelembagaan (crafting institusion),(2) adanya partisipasi yang setara dan adil, dan (3) adanya sikap saling percaya, saling mendukung, saling peduli (solidarity) sehingga saling memperkuat di antara pihak yang terlibat dalam jaringan. Di antara pihak terkait dalam pengelolaan sumberdaya di sekitar masyarakat terjadi hubungan yang sifatnya mutual, kepercayaan (trust), kelembagaan, nilai dan norma sosial lainnya yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hubungan tersebut dapat bersifat formal maupun informal. Pemberdayaan Masyarakat Kapital Manusia Kapital Sosial Kesejahteraan Sosial Kepribadian Kesehatan Kapasitas Kompetensi Kepemimpinan Otonomi Kepercayaan Jaringan Lembaga Kearifan Lokal Solidaritas Pengetahuan Masyarakat Pendapatan Dukungan Kebutuhan Dasar Manusia Martabat Manusia Kemitraan Gambar 2 Keterkaitan Logis Antara Kesejahteraan Sosial, Kapital Manusia, Kapital Sosial dan Beberapa Faktor yang Mempengaruhinya. 194

13 Agriekonomika, ISSN Oktober, Hubungan formaldalam masyarakat misalnya yang terjadi melalui organisasi masyarakat, kelompok keagamaan, koperasi, partai politik, dan sebagaianya, sedangkan hubungan sosial yang informal misalnya kelompok tani atau bentuk interaksi sosial lainnya antara masyarakat dalam satu lingkungan. Hal yang sangat menentukan dalam penguatan kapital sosial adalah intensitas interaksi antara warga masyarakat maupun dengan pihak terkait, yang dapat berperan menjadi ruang publik yang partisipatif dan efektif. PENUTUP Pembangunan pedesaan di Indonesia menginginkan agar masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Partisipasi petani dapat di implementasikan dengan pemberdayaan melalui keikutsertaan dan partisipasi petani dalam program-program pemberdayaan pertanian. Studi adopsi teknologi pertanian penting untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan teknologi (tanaman baru, kualitas unggul yang tinggi, atau teknologi produksi baru). Karena dalam sejarah pertanian, adopsi dan difusi teknologi pertanian adalah komponen penting untuk kemajuan pertanian dan pembangunan pedesaan. Pada kenyataannya, sukses adopsi teknologi berkelanjutan dapat menjadi kekuatan besar dalam mengurangi angka kemiskinan. Teknologi pertanian berkelanjutan mengurangi pengeluaran usaha pertanian cabai yang modalnya sangat tinggi, sehingga dengan mengurangi angka pengeluaran akan menghemat modal. Dengan demikian sisa modal tersebut dapat dipakai untuk usaha tani lainnya. Kesejahteraan petani akan maksimal jika ada usaha tani lain/sampingan yang menambah pendapatan rumah tangga petani. Upaya penanggulangankemiskinan harus mengandung usaha meningkatkan akses penduduk miskin untuk menguasai sumber daya (resources) sehingga mereka mampu mencukupi kebutuhan dasar hidup. Meningkatkan akses penduduk miskin dalam menguasai sumber daya yang tersedia tidak hanya cukup dengan meningkatkan pendapatan dan peluang kerja (aktivitas kerja). Perlu juga mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi dan menentukan dalam memanfaatkan sumber daya (resources) yang dibutuhkan oleh penduduk miskin. Seyogyanya mereka dilibatkan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya yang tersedia, dengan demikian petani bukan hanya di jadikan obyek pembangunan tetapi menjadi subyek dalam pembangunan. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik, Profil Kemiskinan Di Indonesia September 2012, No. 06/01/Th. XVI, 2 Januari 2013 Coleman, J.S Social Capital In The creation Of Human Capital.American Journal of Sociology Supplement 94: S95-S120. Comba, Philip H. & Ahmed, Manzoor Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Melalui Pendidikan Non Formal. CV Rajawali. Jakarta 195

14 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN FAO Sustainable Development And Natural Resources Management. Twenty-Fifth Conference, Paper C 89/2 Simp 2, Food And Agriculture Organization, Rome. Hasbullah, Jousairi, Social Capital, Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. MR-United Press. Jakarta Korten, David C., & Klauss, Rudi Pembangunan yang Memihak Rakyat. Penerbit Lembaga Studi Pembangunan. Jakarta Korten, David C., & Klauss, Rudi Contributions toward TheoryPlanning Framework For People Centered Development. Kumarian Press. West Hardfort. Connecticut Korten, David C., & Klauss, Rudi; Carner, George Kerangka Kerja Perencanaan Untuk Pembangunan Yang Berpusat pada Rakyat, dalam D.C. Korten dan Sjahrir (peny.), Pembangunan Berdimensi Kerakyatan, Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Lawang, Robert MZ Kapital Sosial dalam Prespektif Sosiologik, Suatu Pengantar. UI Press. Jakarta Rogers, Everett M Diffusion of Innovation. The Free Press, A Division of Macmillan Publishing C., Inc. New York Sumardjo, Autonomy as an Indicator of Farmer Readiness for Challenging the Era of Economic Globalization. Agricultural Socio Economic Science, Agricultural Faculty of IPB. Sumarnonugroho, T Sistem Intervensi, Kesejahteraan Sosial. Penerbit PT. Hanindita. Yogyakarta Untung, K Penerapan Pertanian Berkelanjutan Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan. Kalam Kebun Politeknik Negeri Lampung., Diakses tanggal 21 Juni. 196

15 Agriekonomika, ISSN Oktober, PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN KETENTUAN UMUM: 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan. 2. Penulis mengirim naskah ke alamat 3. Artikel yang dikirim harus dilampiri: a) surat pernyataan yang menyatakan bahwa artikel tersebut belum pernah diterbitkan atau tidak sedang diterbitkan di jurnal lain, yang dibuktikan dengan pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh penulis. b) biodata tentang jenjang pendidikan, alamat, nomor telepon, atau penulis dengan jelas. 4. Keputusan pemuatan ataupun penolakan akan diberitahukan secara tertulis melalui . FORMAT PENULISAN: 1. Artikel ditulis pada kertas A4, atas 4 cm bawah 3 cm samping kiri 4 cm samping kanan 3 cm, spasi tunggal, Arial ukuran 11 Kecuali Judul Arial Ukuran 12 dengan panjang halaman halaman. 2. Sistematika penulisan: SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PENELITIAN: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata analisis, pengaruh, studi. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar dan diberi nomor jika penulis lebih dari satu dan berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold ABSTRACT: 231

16 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN Ditulis dalam bahasa inggris dalam satu paragraph dengan bahasa inggris kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen) SISTEMATIKA ARTIKEL HASIL PEMIKIRAN/ REVIEW: JUDUL BAHASA INDONESIA: Ditulis dengan Bahasa Indonesia secara ringkas dan lugas huruf capital bold arial font 12, maksimal 12 kata, hindari menggunakan kata analisis, pengaruh, studi. NAMA PENULIS: ditulis tanpa gelar da diberi nomor jika penulis lebih dari satu berbeda institusi NAMA INSTITUSI: ditulis lengkap ALAMAT SURAT ELEKTRONIK: ditulis lengkap ABSTRAK: Ditulis dalam bahasa Indonesia satu paragraph dengan bahasa inggris kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. Format 1 spasi arial 11 italic 232

17 Agriekonomika, ISSN Oktober, JUDUL BAHASA INGGRIS: Judul dalam bahasa Inggris, huruf capital arial font 11 non bold. ABSTRACT: Ditulis dalam dalam satu paragraph dengan bahasa inggris kata dengan kata kunci 4-5 kata. Abstrak tidak memuat uraian matematis dan mencakup esensi utuh penelitian, metode dan pentingnya temuan. PENDAHULUAN Berisi latar belakang, sekilas tinjauan pustaka dan tujuan penelitian yang dimasukkan dalam paragraph-paragraf bukan dalam bentuk sub bab. METODE PENELITIAN Sub bab HASIL DAN PEMBAHASAN Sub bab PENUTUP Berisi simpulan dan saran (jika diperlukan) yang dibentuk dalam paragraph. UCAPAN TERIMA KASIH Jika diperlukan ditujukan pada peyandang dana dan pihak lain yang membantu terselesaikannya penelitian. DAFTAR PUSTAKA Hanya memuat sumber-sumber yang dirujuk yang sedapat mungkin diterbitkan 10 tahun terakhir dan diutamakan jurnal ilmiah (30-40 persen) 3. Penulisan penomoran yang berupa kalimat pendek diintegrasikan dengan paragraf, contoh: Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui tingkat risiko usaha garam, (2) mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi risiko. 4. Tabel dan gambar dapat dimasukkan dalam naskah atau padalampiran sesudah naskah harus diberi nomor urut. a. Tabel atau gambar harus disertai judul. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. b. Sumber acuan tabel atau gambar dicantumkan di bawah tabel atau gambar. c. Garis tabel yang dimunculkan hanya pada bagian header dan garis bagian paling bawah tabel sedangkan untuk garis-garis vertikal pemisah kolom tidak dimunculkan. d. Tabel atau gambar bisa diedit dan dalam warna hitam putih yang representatif. 233

18 Oktober, Agriekonomika, ISSN e ISSN Contoh penyajian tabel: Tabel 2 Deskripsi Penguasaan Lahan Pegaraman Kategori Luas Lahan (Ha) Jumlah Persentase (%) < , > 3,1 4 8 Jumlah Rata-rata Luas lahan petani garam 2,04 Ha Standar deviasi 0,95 Ha Sumber: Data Primer Diolah, 2011 Contoh penyajian gambar: Utilitas U 3 U 2 U 1 I 1 Sumber: Debertin, 1986 Gambar 1 Perilaku Menerima Risiko 5. Cara penulisan rumus, Persamaan-persamaan yang digunakan disusun pada baris terpisah dan diberi nomor secara berurutan dalam parentheses (justify) dan diletakkan pada margin kanan sejajar dengan baris tersebut. Contoh: wt = f (yt, kt, wt-1) (1) 6. Keterangan Rumus ditulis dalam satu paragraf tanpa menggunakan simbol sama dengan (=), masing -masing keterangan notasi rumus dipisahkan dengan koma. Contoh: dimana w adalah upah nominal, yt adalah produktivitas pekerja, kt adalah intensitas modal, wt-1 adalah tingkat upah periode sebelumnya. 7. Penulisan rumus menggunakan menu Equation 8. Perujukan sumber acuan di dalam teks ( body text) dengan menggunakan nama akhir dan tahun. Kemudian bila merujuk pada halaman tertentu, penyebutan halaman setelah penyebutan tahun dengan dipisah titik dua. Untuk karya terjemahan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. Contoh: Hair (2007) berpendapat bahwa Ellys dan Widodo (2008) menunjukkan adanya. Ihsannudin dkk (2007) berkesimpulan bahwa. I 2 I 3 Pendapatan 234

19 Agriekonomika, ISSN Oktober, 9. Penulisan Daftar Pustaka: a. Pustaka Primer (Jurnal) Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama dan nomor jurnal (cetak miring), halaman jurnal, contoh: Happy, S. dan Munawar The Role of Farmer in Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia 2(1): b. Buku Teks Nama belakang, nama depan, inisial (kalau ada), tahun penerbitan, judul buku (cetak miring), edisi buku, kota penerbit, dan nama penerbit. Contoh: Wiley, J Corporate Finance.. Mc. GrowHill Los Angeles. c. Prosiding Nama belakang, nama depan, tahun penerbitan, judul artikel, nama prosiding (cetak miring), penerbit (cetak miring), halaman, contoh: Rizal, Taufik Pengaruh Bank Syariah Terhadap Produksi Jagung di Madura. Prosiding Seminar Nasional Kedaulatan Pangan Bangkalan Surabaya: d. Skripsi/Tesis/Disertasi Nama belakang, nama depan, tahun, judul Skripsi/Thesis/Disertasi, sumber (cetak miring), nama penerbit, kota penerbit. Contoh: Subari, Slamet Analisis Alokasi lahan mangrove Kabupaten Sidoarjo. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. e. Internet Nama belakang, nama depan, tahun, judul, alamat (cetak miring), tanggal akses. Contoh: Zuhriyah, Amanatuz Produktivitas Susu Peternak Rakyat. Diakses tanggal 27 Januari METODE REVIEW Artikel yang dinyatakan lolos dari screening awal akan dikirim kepada Mitra Bestari (blind review) untuk ditelaah kelayakan terbit. Adapun hasil dari blind review adalah: 1. Artikel dapat dipublikasi tanpa revisi. 2. Artikel dapat dipublikasi dengan perbaikan format dan bahasa yang dilakukan oleh penyunting. Perbaikan cukup dilakukan pada proses penyuntingan. 3. Artikel dapat dipublikasi, tetapi penulis harus memperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan saran penyunting. 4. Artikel tidak dapat dipublikasi. 235

PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN PEDOMAN PENULISAN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 KETENTUAN UMUM: 1. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris dengan format yang ditentukan.

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 9-772301-994005 VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2014 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah

Lebih terperinci

INDEKS PENULIS [Vol. 6 No. 1 APRIL 2017]

INDEKS PENULIS [Vol. 6 No. 1 APRIL 2017] 106 INDEKS PENULIS [Vol. 6 No. 1 APRIL 2017] A L Agung Budi Santoso 1 Lestari Rahayu Waluyati 97 Aminatus Zahro 86 N Any Suryantini 72 Nurfaizin 1 Aries Maesya 12 S D Setiani 44 Dodit Ari Guntoro 52 Sitti

Lebih terperinci

Agriekonomika, ISSN Volume 3, Nomor 2 ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS

Agriekonomika, ISSN Volume 3, Nomor 2 ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS Oktober, 2014 Agriekonomika, ISSN 9-772301-994005 Volume 3, Nomor 2 ADOPSI TEKNOLOGI PERTANIAN UNTUK PEMBANGUNAN PEDESAAN: SEBUAH KAJIAN SOSIOLOGIS Apri Kuntariningsih 1, Joko Mariyono 2 1 ) Pemerhati

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peran pertanian antara lain adalah (1) sektor pertanian menyumbang sekitar 22,3 % dari

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 9-772301-994005 VOLUME 3 NOMOR 2 OKTOBER 2014 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 VOLUME 2 NOMOR 1 APRIL AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat naskah hasil pemikiran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION Prosiding Seminar Nasional Multifungsi dan Konversi Lahan Pertanian Penyunting: Undang Konversi Kurnia, F. Lahan Agus, dan D. Produksi Setyorini, Pangan dan A. Setiyanto Nasional KONVERSI LAHAN DAN PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983), II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Landasan Teori 1. Penerapan Inovasi pertanian Inovasi merupakan istilah yang sering digunakan di berbagai bidang, seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN Sistem Produksi Pertanian/ Peternakan Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Pembangunan peternakan rakyat (small farmers) di negara yang sedang

Lebih terperinci

PEDOMAN OPERASIONAL STANDAR JURNAL LINGKAR MUTU PENDIDIKAN

PEDOMAN OPERASIONAL STANDAR JURNAL LINGKAR MUTU PENDIDIKAN PEDOMAN OPERASIONAL STANDAR JURNAL LINGKAR MUTU PENDIDIKAN LPMP DKI JAKARTA TAHUN 2018 KRITERIA UMUM PENULISAN JURNAL ILMIAH LINGKAR MUTU PENDIDIKAN 1. Jenis penelitian adalah karya tulis ilmiah hasil

Lebih terperinci

JURNAL MITRA KESEHATAN

JURNAL MITRA KESEHATAN JURNAL MITRA KESEHATAN DESKRIPSI JURNAL Jurnal Mitra Kesehatan adalah jurnal yang memuat artikel penelitian di bidang kesehatan. Fokus penelitian yang dipublikasikan terkait dengan aspek: 1. Bidang Gizi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL UU NO 7 TH 1996: Pangan = Makanan Dan Minuman Dari Hasil Pertanian, Ternak, Ikan, sbg produk primer atau olahan Ketersediaan Pangan Nasional (2003)=

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

Pengertian Paradigma. Paradigma I Normal Sc. Anomalies Crisis Revol Paradigma II

Pengertian Paradigma. Paradigma I Normal Sc. Anomalies Crisis Revol Paradigma II 1 Pengertian Paradigma Diperkenalkan oleh Thomas Kuhn dalam The Structure of Scientific Revolution (1962), yang menyatakan bahwa ilmu pengetahuan bukan berkembangan secara kumulatif, sebagaimana banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 3 NOMOR 1 APRIL 2014 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 3 NOMOR 1 APRIL 2014 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK

PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK PENGENALAN TEKNIK USAHATANI TERPADU DI KAWASAN EKONOMI MASYARAKAT DESA PUDAK 1 Hutwan Syarifuddin, 1 Wiwaha Anas Sumadja, 2 Hamzah, 2 Elis Kartika, 1 Adriani, dan 1 Jul Andayani 1. Staf Pengajar Fakultas

Lebih terperinci

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal

Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Lingkup program/kegiatan KKP untuk meningkatkan ketahanan pangan rumahtangga berbasis sumberdaya lokal Yayuk FB Pembekalan KKP Departemen Gizi Masyarakat FEMA IPB 14 Mei 2011 CONTOH : Hasil identifikasi

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

KETENTUAN PENULISAN JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN JAREE (JOURNAL OF AGRICULTURE, RESOURCE AND ENVIRONMENTAL ECONOMICS)

KETENTUAN PENULISAN JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN JAREE (JOURNAL OF AGRICULTURE, RESOURCE AND ENVIRONMENTAL ECONOMICS) KETENTUAN PENULISAN JURNAL EKONOMI PERTANIAN, SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN JAREE (JOURNAL OF AGRICULTURE, RESOURCE AND ENVIRONMENTAL ECONOMICS) Ketentuan Umum 1. Naskah yang dikirim belum pernah dipublikasikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta TINJAUAN PUSTAKA Monokultur Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara budidaya ini meluas praktiknya

Lebih terperinci

ISSN : PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA

ISSN : PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA ISSN : 2087-9679 PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA Lingkup Jurnal Jurnal Teknologi Pangan merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah Teknologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pertanian terutama bahan pangan merupakan salah satu komoditas yang mendapat perhatian penting. Komoditas pangan terutama padi menjadi pokok perhatian pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang cukup luas dan subur. Dengan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran sektor pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata dalam pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sejak krisis multi dimensi tahun 1998 hingga saat ini masalah utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan dan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat.

Lebih terperinci

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi Perekonomian Indonesia Peran Pertanian pada pembangunan: Kontribusi Sektor Pertanian: Sektor Pertanian dalam Pembangunan Ekonomi Pemasok bahan pangan Fungsi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN

AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN e ISSN AGRIEKONOMIKA JURNAL SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN ISSN 2301-9948 e ISSN 2407-6260 VOLUME 3 NOMOR 1 APRIL 2014 AGRIEKONOMIKA, terbit dua kali dalam setahun yaitu pada April dan Oktober yang memuat

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1. HM Idham Samawi Bupati Bantul Jika ada yang mengatakan bahwa mereka yang menguasai pangan akan menguasai kehidupan, barangkali memang benar. Dalam konteks negara dan perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama ekonomi di pedesaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan sebagian besar masyarakat desa yang bekerja di sektor pertanian.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pola integrasi antara tanaman dan ternak atau yang sering disebut dengan pertanian terpadu, adalah memadukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN 0 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian sebagai sektor primer memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi secara langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rumah tangga tani.

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013

Moch Taufiq Ismail_ _Agroekoteknologi_2013 Tentang Sistem Pertanian Konvensional Sistem pertanian konvensional adalah sistem pertanian yang pengolahan tanahnya secara mekanik (mesin). Sistem pertanian konvensional memiliki tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI

BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI BAB VII FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEINOVATIFAN PETANI DAN LAJU ADOPSI INOVASI Sebagaimana telah dikemukakan di depan, fokus studi difusi ini adalah pada inovasi budidaya SRI yang diintroduksikan

Lebih terperinci

LINGUA, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya p-issn: dan e-issn: X

LINGUA, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya p-issn: dan e-issn: X LINGUA, Jurnal Bahasa, Sastra dan Pengajarannya p-issn: 1979-9411 dan e-issn: 2442-238X PUSAT KAJIAN BAHASA DAN BUDAYA Akta Notaris Drs. Irwan Siregar, SH, M.Kn tanggal 21 Januari 2015 SK MENKUMHAM RI

Lebih terperinci

PEDOMAN BAGI PENULIS ARTIKEL al-uqud : Journal of Islamic Economics

PEDOMAN BAGI PENULIS ARTIKEL al-uqud : Journal of Islamic Economics PEDOMAN BAGI PENULIS ARTIKEL al-uqud : Journal of Islamic Economics Agar naskah artikel dapat dimuat dalam Jurnal al-uqud, maka penulis perlu memperhatikan pedoman sebagai berikut: 1. Artikel yang dikirimkan

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

PANITIA LKTI DAN NATIONAL EDUCATION PERHIMPUNAN MAHASISWA SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA - MALANG

PANITIA LKTI DAN NATIONAL EDUCATION PERHIMPUNAN MAHASISWA SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA - MALANG Pendahuluan PANITIA PANDUAN LOMBA LKTI DAN NATIONAL EDUCATION 2015 Indonesia adalah negara yang memiliki banyak kekayaan. Sumberdaya yang melimpah menjadikan bangsa Indonesia sebagai tempat pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian 5 TINJAUAN PUSTAKA Pertanian organik Pertanian organik meliputi dua definisi, yaitu pertanian organik dalam definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian sempit, pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya TINJAUAN PUSTAKA Peranan Penyuluh Pertanian Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA

FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA FORMAT PENULISAN PKL UNTUK MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER/INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO 2016 DAFTAR ISI I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 2 1.1. Bahasa Penulisan...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA

PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com

Lebih terperinci

Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2014 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang

Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2014 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang Penjelasan tentang Pemilihan Mawapres Tahun 2014 Tingkat Universitas Muhammadiyah Malang A. Persyaratan Umum I. PERSYARATAN Persyaratan umum adalah persyaratan yang harus dipenuhi oleh peserta sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL BHUMI

PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL BHUMI PEDOMAN PENULISAN NASKAH JURNAL BHUMI 1. Topik naskah berkisar pada isu tentang agraria/pertanahan dan tata ruang yang mendorong temuan, pemahaman baru dan diskusi yang dihasilkan dari hasil penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Pertanian Paradigma pembangunan pertanian berkelanjutan dapat menjadi solusi alternatif dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat tanpa mengabaikan kelestarian

Lebih terperinci

Pedoman Penulisan Jurnal Pengkajian KUKM Tahun 2015

Pedoman Penulisan Jurnal Pengkajian KUKM Tahun 2015 Pedoman Penulisan Jurnal Pengkajian KUKM Tahun 2015 1. Pengertian Jurnal Pengkajian KUKM Jurnal Pengkajian adalah media ilmiah mengenai kajian/tinjauan hasil penelitian yang terkait dengan pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian di masa depan. Globalisasi dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan masyarakat merupakan tanggungjawab semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha (swasta dan koperasi), serta masyarakat. Pemerintah dalam hal ini mencakup pemerintah

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6

DAFTAR ISI. Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 II. BAGIAN-BAGIAN TUGAS AKHIR... 6 DAFTAR ISI Hal I. FORMAT PENULISAN SECARA UMUM... 1 1. 1. Bahasa Penulisan... 1 1. 2. Format penulisan... 1 1. 3. Penomoran Halaman... 3 1. 4. Tabel, gambar, grafik, skema, dan objek lainnya... 3 1. 5.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sektor pertanian dalam proses Pembangunan Indonesia disadari oleh Pemerintah Era reformasi terlihat dari dicanangkannya Revitaslisasi Pertanian oleh Presiden

Lebih terperinci

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1

INTERNSHIP & CAREER DEVELOPMENT (ICD) FE UNS 1 FORMAT LAPORAN KULIAH MAGANG KERJA MAHASISWA PROGRAM S1 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA A. KANDUNGAN ISI LAPORAN Secara umum, laporan Kuliah Magang Kerja Mahasiswa terdiri dari tiga

Lebih terperinci

HARI TATA RUANG 2016 KOTA MALANG

HARI TATA RUANG 2016 KOTA MALANG 1 PEDOMAN PENYUSUNAN PAPER HARI TATA RUANG TAHUN 2016 1. Ketentuan Umum Paper merupakan hasil dari penelitian, komparasi teori, dan case study dengan tema Kota Inklusif dan Lestari dengan sub tema Smart

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN INFOKOP Tahun 2017

PEDOMAN PENULISAN INFOKOP Tahun 2017 PEDOMAN PENULISAN INFOKOP Tahun 2017 DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKAM Gedung Kementerian Koperasi dan UKM RI Jln HR.Rasuna Said Kav 3-4 Kuningan Jakarta Selatan

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI

PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI PROSPEK PENGEMBANGAN UBIKAYU DALAM KAITANNYA DENGAN USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI TRANSMIGRASI DI DAERAH JAMBI Oleh: Aladin Nasution*) - Abstrak Pada dasarnya pembangunan pertanian di daerah transmigrasi

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA

PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL BAGI PENULIS JURNAL ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (ITP) UNIVERSITAS YUDHARTA Lingkup Jurnal Jurnal Teknologi Pangan merupakan media informasi dan komunikasi ilmiah Teknologi Pangan

Lebih terperinci