PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004"

Transkripsi

1 1 PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004 RR. BRAMAYANTI KRISMASAKTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Profil Foto Berita Dalam Surat Kabar Republika Edisi Tahun 2004 adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Pebruari 2007 RR. Bramayanti Krismasakti NIM P

3 3 ABSTRAK RR. BRAMAYANTI KRISMASAKTI. Profil Foto Berita Surat Kabar Republika Edisi Tahun Dibimbing oleh SYAHRUN HAMDANI NASUTION, KRISHNARINI MATINDAS dan FARIDA ROHADJI. Tujuan penelitian adalah menganalisis: (1) proporsi foto berita keras dalam surat kabar Republika, (2) proporsi lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto, (3) proporsi kategori pada foto berita keras, (4) proporsi kategori pada foto berita lunak, (5) perbedaan frekuensi penyajian foto berita keras dengan foto berita lunak, (6) perbedaan frekuensi penyajian lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto. Populasi penelitian adalah surat kabar Republika edisi tahun Penarikan sampel menggunakan sistem rotasi random sampling, dimana untuk memenuhi jumlah sampel yang diteliti dengan cara diundi masing-masing mewakili: hari, minggu, dan bulan selama setahun. Jumlah sampel penelitian adalah 35 edisi dalam tahun Hasil penelitian dianalisis menggunakan Anova. Nilai reliabilitas kesepakatan antar juri yaitu 0,8151. Dari 35 edisi menunjukkan adanya kesesuaian antara proporsi frekuensi dan volume serta terdapat perbedaan frekuensi dari masing-masing kategori dalam foto berita surat kabar harian Republika edisi tahun Kategori foto berita lunak memiliki proporsi yang lebih tinggi dibanding foto berita keras. Pada kategori sumber foto, yang berasal dari staf redaksi memiliki proporsi tertinggi. Pada kategori lingkup foto, lingkup lokal memiliki proporsi tertinggi. Kategori penempatan foto di halaman dalam memiliki proporsi lebih tinggi dibanding penempatan foto halaman muka. Seluruh hipotesis dalam penelitian terbukti. Terdapat perbedaan frekuensi antara foto berita keras dan foto berita lunak sebesar Terdapat perbedaan frekuensi antar kategori dalam foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto. Kata Kunci: Proporsi, foto berita

4 4 ABSTRACT RR. BRAMAYANTI KRISMASAKTI. News photo profile of the Republika Newspaper, 2004 edition. Under the guidance of SYAHRUN HAMDANI NASUTION, KRISHNARINI MATINDAS and FARIDA ROHADJI. The objectives of this research are to analyze: (1) the proportion of hard news photos presented in Republika; (2) the proportion scope, sources, and positions of the photos, (3) the proportion categories in hard news photos; (4) the proportion categories in soft news photos; (5) the differences in frequency in the presentation of hard news photos compared to soft news photos; (6) the differences in frequency in the presentation of the photos regarding the scope, sources, and positions. The research population is the Republika Newspaper, 2004 edition. The sampling method used is random sampling rotation system, and each of them represents days, weeks, and months of the year. The research samples cover 35 editions. The result of this research is analyzed using the Anova Method. The reliability score agreed among the jury is The result shows that, there are similarities in proportion between frequency and volume, while there are differences in frequency in each category of the photos. The soft news photos category has larger proportion than hard news photos. In the category of the photos sources, it shows that the photos from the editorial staff have a higher proportion. For the scope category, local photos have a larger proportion. As for the positioning category, the inside page photos have higher proportion. All of the hipotesis in this research are proven. The differences in frequency between hard news photos and soft news photos as high as There are also significant differences in frequency within the following photo categories: hard news, soft news, scope, sources, and positions. Keywords: proportion, news photo

5 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya. 5

6 6 PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004 RR. BRAMAYANTI KRISMASAKTI Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

7 7 Judul Tesis Nama NIM Program Studi : Profil Foto Berita Dalam Surat Kabar Republika Edisi Tahun 2004 : RR. Bramayanti Krismasakti : P : Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan (KMP) Disetujui Komisi Pembimbing Dr. drh. Syahrun Hamdani Nasution Ketua Dra. Krishnarini Matindas, MS Anggota Dra. Farida Rohadji, MS Anggota Diketahui Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Ir. Sumardjo, MS Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS Tanggal Ujian: 18 Januari 2007 Tanggal Lulus:

8 8 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan. Tema penelitian yang diangkat ialah foto berita, dengan judul penelitian Profil Foto Berita Surat Kabar Republika Edisi Tahun Terimakasih penulis ucapkan pada Bapak Dr. drh. Syahrun Hamdani Nasution, Ibu Dra. Krishnarini Matindas, MS, dan Ibu Dra. Farida Rohadji, MS, selaku pembimbing. Terimakasih juga penulis ucapkan pada Bapak Maryono Basuki yang telah banyak memberi saran dan pada Eni Kardi Wiyati yang amat banyak memberi bantuan juga dukungan tanpa henti serta mas Rus yang juga banyak membantu penulis. Disamping itu penghargaan dan dedikasi atas selesainya tesis ini penulis sampaikan pada almarhum Bapak Bachtiar Phada selaku Redaktur Foto surat kabar Republika hingga Nopember 2006 serta selaku rekan senior penulis di media yang sangat membantu dalam pengumpulan data. Penghargaan juga penulis sampaikan untuk Mbak Ida, Bapak Fahrul, Mas Darmawan, Bapak Ali dan Bapak Almand dari surat kabar harian Republika yang juga telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terimakasih juga disampaikan pada seluruh keluarga tercinta dan kedua orang tua atas segala do a dan kasih sayangnya selama ini. Penulis berharap tesis ini bermanfaat, dapat dijadikan bahan informasi dan pengetahuan bagi siapa saja yang berkaitan dan tertarik dengan materi komunikasi. Bogor, Pebruari 2007 Rr. Bramayanti Krismasakti

9 9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Semarang pada tanggal 28 Pebruari 1973 dari ayah R. Wiwoho Wirjodirdjo dan ibu Naning Saswinarti. Penulis merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Tahun 1997 penulis lulus dari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Profesor Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta dan pada tahun 2001 melanjutkan kuliah program Magister ke Sekolah Pascasarjana IPB. Penulis mengambil Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Beasiswa Pascasarjana diperoleh dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Penulis bekerja sebagai staf pengajar di beberapa Universitas dan menjadi staf pengajar di FISIP UPN (Veteran) Jakarta terhitung sejak tahun Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi staf pengajar lepas pada program studi KPP dan AGV di bawah Fakultas Peternakan IPB, untuk mata kuliah Hubungan Masyarakat, Penyuluhan, Komunikasi dan Periklanan. Penulis juga sempat aktif sebagai staf dokumentasi-publikasi di beberapa kegiatan intern Program Studi KMP IPB dan juga kegiatan kampus umumnya.

10 10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii PENDAHULUAN Latar Belakang.. 1 Rumusan Masalah.. 4 Tujuan Penelitian... 5 Kegunaan Penelitian.. 5 TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar... 6 Foto Berita Foto Berita Keras Foto Berita Lunak Lingkup Foto. 19 Sumber Foto.. 21 Penempatan Foto Keterkaitan Dengan Penelitian Lain KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran.. 28 Hipotesa. 32 METODOLOGI Desain Penelitian Populasi dan Sampel. 33 Unit Analisis.. 35 Metode Pengumpulan Data Kategorisasi Validitas dan Reliabilitas.. 39 Analisa Data.. 42 HASIL DAN PEMBAHASAN Proporsi Frekuensi dan Volume Foto Berita Proporsi Foto Berita Keras dan Lunak Proporsi Foto Berita Keras Proporsi Foto Berita Lunak Proporsi Sumber Foto Proporsi Lingkup Foto Proporsi Penempatan Foto Analisis Terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita... 68

11 11 Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras Perbedaan Frekuensi Foto Berita Lunak Perbedaan Frekuensi Lingkup Foto Perbedaan Frekuensi Sumber Foto Perbedaan Frekuensi Penempatan Foto SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 89

12 12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras dan Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras Surat Kabar Republika Tahun Frekuensi dan Volume Foto Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun Frekuensi dan Volume Sumber Foto Surat Kabar Republika Tahun Frekuensi dan Volume Lingkup Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun Frekuensi dan Volume Penempatan Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak... 9 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Lunak Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi lingkup Foto Lokal, Nasional dan Internasional 12 Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Sumber Foto Staf Redaksi, Kantor Berita dan Lain-lain Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Penempatan Foto

13 13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Daftar Sampel Penelitian Hasil Uji Reliabilitas Kesepakatan Juri Hasil Analisis Uji Beda Anova Analisis Anova Frekuensi Foto Berita Beberapa Foto Berita... 99

14 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, perkembangan media massa seperti media cetak merupakan salah satu kebijaksanaan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Dewasa ini peranan media massa cetak mengalami banyak perkembangan dan merupakan instrumen kunci bagi pembangunan masyarakat. Dengan demikian media cetak memiliki pengaruh yang cukup besar di masyarakat. Surat kabar, sebagai salah satu media massa cetak memiliki kekhasan tersendiri, baik dari segi bentuk maupun isi. Berbagai peristiwa hingga pendapat masyarakat dapat dituangkan dalam bentuk tulisan atau pun gambar yang dapat diakses berulang-ulang oleh pembaca karena bentuknya yang tercetak. Bentuk tercetak ini juga mempermudah kegiatan dokumentasi dan menganalisa kembali isi surat kabar. Dalam media cetak seperti surat kabar, gambar sebagai salah satu bentuk visual memiliki beberapa kelebihan dibanding dengan tulisan, antara lain khalayak sasaran hanya perlu melihat gambar dan tidak perlu memiliki kemampuan membaca untuk mengetahui suatu pesan atau informasi. Gambar dalam pers cetak dapat berbentuk karikatur, komik, gambar lukisan atau sketsa, vinyet (sekarang sudah sangat jarang) dan yang terakhir yang paling banyak digunakan dalam surat kabar adalah foto. Foto dalam media surat kabar menjadi salah satu sarana dalam menarik perhatian pembaca. Penting dan menariknya sebuah foto bagi media cetak seperti surat kabar menjadi dasar dilakukannya penelitian ini. Hal ini mengingat variasi pesan dalam sebuah pers cetak seperti surat kabar akan menjadi salah satu daya tarik meningkatkan pembaca. Sajian foto pun menjadi terasa penting dengan tumbuhnya persaingan antar media massa dan antar pers cetak untuk merebut perhatian khalayak sasaran terutama jika kita melihat jumlah media massa yang ada di Indonesia sekarang ini, terutama menjamurnya pers cetak. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh studi yang pernah dilakukan Manangka mengenai foto berita pada tahun 1982, yang kemudian menulis bahwa dengan tingkat readership

15 15 yang rendah di kalangan rakyat Indonesia, maka peningkatan penggunaan foto dalam surat kabar dapat merupakan kunci ke arah perubahan tersebut (dalam Flournoy, 1989). Landasan lain yang menyebabkan diusungnya tema foto berita dalam penelitian ini adalah hasil penelitian Wilbur Schramm dan David Manning yang dikutip Rivers et.al (2004) yang mengungkapkan bahwa pembaca dewasa lebih banyak membaca ketimbang pembaca muda yang lebih senang dengan gambargambar atau foto-fotonya saja. Ditulis juga bahwa mereka yang status sosioekonominya lebih tinggi sama senangnya menyimak gambar dan foto seperti kalangan yang statusnya lebih rendah. Selain itu dasar tema ini diangkat juga berkaitan dengan pentingnya penggunaan foto sebagai sarana komunikasi di tengah keragaman masyarakat Indonesia. Penggunaan foto dalam media cetak merupakan sarana menembus batas dalam menyampaikan informasi atau pesan yang dapat diketahui semua orang dengan budaya dan latar belakang yang berbeda tanpa perlu adanya penterjemah, karena bahasa foto bersifat universal. Dengan dasar berbagai hal di atas, tema foto berita menjadi menarik untuk diangkat dalam suatu penelitian. Berkaitan dengan foto berita di atas, media yang digunakan untuk menyajikan foto berita di sini berbentuk surat kabar. Di antara begitu banyaknya surat kabar yang beredar di Indonesia, surat kabar Republika merupakan surat kabar dengan periode terbit harian yang ternama dan memiliki oplah yang tinggi yaitu seratus ribu eksemplar. Dengan berkembangnya kebutuhan masyarakat akan informasi, kualitas dan kuantitas foto berita atau foto jurnalistik tampaknya makin diperbaiki oleh media cetak seperti halnya yang dilakukan oleh Republika. Pihak redaksi surat kabar harian Republika dari tahun ke tahun tampak melakukan peningkatan sajian gambar mereka yang dahulu banyak didominasi oleh foto hitam putih, sekarang telah memuat foto berwarna semakin banyak. Republika menjadi bahan penelitian di sini juga dikarenakan Republika pernah menjadi juara I dalam hal penyajian tata wajah terbaik media cetak nasional pada tahun 1994 dan juara II pada tahun Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini akan melihat bagaimana bentuk penyajian foto-foto berita dari sebuah surat kabar yang pernah mendapatkan penghargaan penyajian tata

16 16 wajah terbaik. Selain itu, untuk surat kabar ini belum pernah dibuat penelitian foto berita dengan menggunakan metode analisis isi, dengan demikian penelitian ini dipandang perlu dilakukan untuk melihat profil dari foto berita yang disajikan harian Republika selama tahun Hal ini mengingat pada tahun tersebut terjadi serangkaian peristiwa penting dimana dilaksanakan proses Pemilihan Umum yang baru terutama dengan adanya moment pemilihan Presiden secara langsung oleh rakyat Indonesia yang baru pertama kali dilaksanakan. Republika diangkat sebagai bahan penelitian juga dilatarbelakangi sejarah berdirinya Republika yang berbeda dengan surat kabar-surat kabar besar lainnya di Indonesia, yaitu adanya nafas agama Islam yang melekat dalam pemikiran Republika. Dalam penyajiannya yang khas dengan ciri agama yang cukup melekat ini, Republika cenderung menghadirkan suatu pesan atau informasi yang hangat dan menarik dengan nuansa menghibur atau santai. Namun demikian Republika tetap menjaga kejelasan informasi serta kesan intelek dari sajiannya yang berupa tulisan dan yang berupa foto berita. Republika berusaha agar pembaca tidak perlu energi terlalu banyak untuk memahami sajiannya terutama lewat sajian foto berita. Hal ini sesuai dengan slogan Republika saat itu yaitu Akrab dan Cerdas yang mencerminkan bahwa Republika juga menjalankan misi pers yang terkandung dalam produk penerbitan pers yaitu mencerdaskan masyarakat, termasuk lewat sajian foto beritanya. Khasanah studi analisis isi di program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), yang salah satunya adalah penelitian Jumroni (2000) tentang Profil Rubrik Hikmah Surat Kabar Republika juga telah menguatkan alasan penulis dalam mengambil judul penelitian ini. Hal tersebut mengingat hasil studi Jumroni menggambarkan bahwa Republika memiliki komitmen dalam menjalankan misi pers cetak. Simpulan studi mengungkapkan bahwa sebagian besar rubrik hikmah berisi bidang masalah tentang akhlak dengan sifat tulisan yang informatif. Pengejawantahan motto Republika juga tersirat dalam hasil studi Jumroni ini dimana Republika berperan dalam pembangunan mental dan kognisi masyarakat. Berdasarkan berbagai hal tersebut, Republika diangkat menjadi obyek studi seperti yang telah dikemukakan di atas.

17 17 Melihat pentingnya sajian foto dalam pers cetak, dan mengingat belum banyak studi yang mengkaji sajian foto berita/jurnalistik tersebut maka dalam penelitian ini akan melihat bagaimana isi sajian tersebut dengan menggunakan analisis isi media massa. Dengan berkaca pada studi dari Fosdick (1968), Trayers (1977) dan Manangka (1982), maka studi ini dilakukan untuk memberikan masukan bagi perkembangan foto berita/jurnalistik. Rumusan Masalah Dengan semakin maraknya keberadaan pers cetak di Indonesia, maka surat kabar sebagai salah satu bentuk pers cetak harus memiliki kiat-kiat dalam mengemas pesan, tidak hanya berupa tulisan tetapi juga berupa foto berita. Kemampuan sebuah foto dalam menterjemahkan peristiwa dalam waktu singkat dan lebih akurat secara fisik membuat redaksi surat kabar melakukan pengolahan khusus mengenai foto-foto yang akan dimuat dalam media mereka. Untuk itu, penelitian ini akan melihat bagaimana media mengemas pesan dan mengkonstruksi suatu realitas yang terjadi dalam bentuk foto berita, dan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana proporsi foto berita keras dan foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika? 2. Bagaimana proporsi kategori dalam foto berita keras yang disajikan dalam surat kabar Republika? 3. Bagaimana proporsi kategori dalam foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika? 4. Bagaimana proporsi lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto yang disajikan dalam surat kabar Republika? 5. Apakah penyajian foto berita keras berbeda frekuensinya dengan foto berita lunak? 6. Apakah frekuensi penyajian pada berita keras, berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto masing-masing berbeda?

18 18 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan menggambarkan profil foto berita/jurnalistik yang disajikan oleh surat kabar Republika. Hal ini untuk mengetahui bagaimana media mengemas pesan dan mengkonstruksi suatu realitas yang terjadi dalam bentuk foto berita bagi masyarakat, yang diukur berdasarkan frekuensi dan volume kategori. Secara terperinci tujuan penelitian ini adalah: 1. Menganalisis proporsi foto berita keras dan foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika. 2. Menganalisis proporsi kategori dalam foto berita keras yang disajikan dalam surat kabar Republika. 3. Menganalisis proporsi kategori dalam foto berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika. 4. Menganalisis proporsi lingkup foto, sumber foto, penempatan foto yang disajikan dalam surat kabar Republika. 5. Menganalisis perbedaan frekuensi penyajian foto berita keras dengan foto berita lunak. 6. Menganalisis perbedaan frekuensi penyajian lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan untuk: 1. Bahan masukan dan pertimbangan bagi pihak pengelola surat kabar sebagai alternatif pengambilan kebijakan dalam merancang penyajian pesan atau informasi dalam bentuk foto berita/jurnalistik untuk disajikan di tengah masyarakat. 2. Memperkaya khasanah ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan melalui metode penelitian analisis foto berita surat kabar.

19 19 TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar Media massa sebagai saluran informasi berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan masyarakat berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Media massa memiliki kemampuan besar dalam menyebarkan pesan-pesan pembangunan kepada khalayak yang tinggal secara terpisah dengan serempak dan dengan ketepatan yang tinggi (Jahi, 1993). Pesan-pesan yang disajikan oleh media massa baik berupa tulisan atau pun gambar, mampu memainkan berbagai peranan dalam pembangunan nasional. Hal ini mengingat bahwa fungsi media massa (pers nasional) sebagaimana dinyatakan dalam pasal 3 ayat (1) UU Pokok Pers No. 40/1999 adalah sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial. Media massa sebagai saluran informasi berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan masyarakat berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Katz, Gurevitch dan Hass (dalam Tan, 1981) mendefinisikan penggunaan media massa meliputi (1) isi media, (2) jenis media, dan (3) terpaan media dan situasinya. Isi surat kabar terdiri dari berbagai hal yang erat kaitannya dengan kepentingan umum (Effendi, 2000). Uraian tersebut berkaitan dengan apa yang ditulis Atmadi (1986) yaitu: Pers Indonesia merupakan pers pembangunan, maka sudah logis kalau masyarakat mengharapkan bentuk dan isi pers Indonesia mencerminkan pembangunan. Dengan demikian hal ini selaras dengan anggapan Yusuf (1987), bahwa apa pun corak pers nasional yang kita lihat sekarang adalah cermin kehidupan masyarakat kita sendiri. Pada pencapaian komunikasi yang efektif perlu memperhitungkan hal-hal seperti isi pesan tertentu, disalurkan melalui media tertentu dan ditujukan kepada sasaran tertentu, merupakan hal yang ditentukan (Rusadi, 1994). Media massa khususnya media jurnalisme menurut Siregar dalam Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada (2000), berfungsi bagi person pada tataran institusional, yaitu melayani warga masyarakat dalam keberadaannya sebagai bagian dari suatu institusi sosial (politik, ekonomi dan kultural). Fungsi utama

20 20 media pers yaitu untuk menyediakan informasi bagi person yang secara aktual berada dalam berbagai institusi sosial. Dalam menyediakan informasi ini disajikan pula bentuk informasi berupa foto berita yang berguna pula sebagai penarik minat baca khalayak dan memudahkan dalam memahami sebuah peristiwa atau berita. Berbicara mengenai media massa, terdapat istilah lain, yaitu Pers yang menurut Effendi (2000) mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam arti sempit dan pers dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, mingguan tabloid dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik, antara lain radio dan televisi. Pers adalah lembaga sosial (social institution) atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan sub sistem dari sistem pemerintahan di negara dimana ia beroperasi bersama-sama dengan sistem lainnya (Effendi, 2000). Beroperasinya sebuah institusi pers yang harus memiliki kinerja profesional tentu perlu memiliki dasar yang kuat agar tidak tergerus atau tergusur jaman. Menurut Sumadiria (2005), ibarat sebuah bangunan, pers hanya akan berdiri kokoh apabila bertumpu pada tiga pilar penyangga utama yang satu sama lain berfungsi saling menopang, tritunggal. Ketiga pilar pers itu ialah: 1) idealisme; 2) komersialisme; 3) profesionalisme. Selain itu lebih lanjut menurut Sumadiria terdapat pula 6 (enam) landasan yang harus dianut dan dimiliki oleh wadah pers nasional yaitu landasan: 1) idiil; 2) konstitusional; 3) yuridis formal; 4) strategis operasional; 5) sosiologis kultural; 6) etis profesional. Membahas idealisme pers tentu akan berkaitan dengan isi serta kinerja media, dan sesuai pasal 6 UU Pokok Pers No. 40/1999 ditulis bahwa pers nasional memiliki 5 (lima) peranan. Kelima peranan pers tersebut adalah: 1) memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; 2) menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi dan hak-hak asasi manusia serta menghormati kebhinnekaan; 3) mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar; 4) melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; dan 5) memperjuangkan keadilan dan kebenaran. Dengan demikian, secara jelas dan tegas, maknanya adalah pers harus memiliki dan mengemban idealisme. Idealisme adalah cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus

21 21 dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan negara (Sumadiria, 2005). Meski sisi idealisme penting, namun pers tidak hanya harus punya cita-cita ideal. Pers sendiri harus memiliki kekuatan dan keseimbangan. Hal ini diperoleh pers melalui segi komersial sesuai pasal 3 ayat (2) UU Pokok Pers No. 40/1999 yang menegaskan bahwa pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Sebagai lembaga ekonomi, menurut Sumadiria (2005) penerbitan pers harus dijalankan dengan merujuk pada pendekatan dan kaidah ekonomi, efisiensi dan efektivitas. Dengan berpijak pada segi komersial inilah lembaga pers dapat mencapai cita-citanya yang ideal, karena pada dasarnya sebuah idealisme tanpa komersialisme hanyalah sebuah ilusi. Hal lain dalam berbagai uraian di atas yang perlu dicermati adalah landasan keempat dan kelima dari pers nasional, yaitu landasan strategis operasional dan landasan sosiologis kultural. Menurut Sumadiria (2005) bahwa landasan keempat mengacu kepada kebijakan redaksional media pers masing-masing secara internal yang berdampak kepada kepentingan sosial dan nasional. Garis haluan manajerial berkaitan erat dengan filosofi, visi, misi, orientasi, kebijakan, dan kepentingan komersial. Garis haluan redaksional mengatur tentang kebijakan pemberitaan atau sesuatu yang menyangkut materi isi serta kemasan penerbitan media pers. Pada penerapan landasan inilah tampak jelas beda antara media yang satu dengan media yang lainnya dan ini menjadi ciri khas masing-masing media. Sedangkan landasan kelima pers nasional menurut Sumadiria (2005) berpijak pada tata nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa Indonesia. Ditegaskan bahwa pers kita adalah pers nasional yang sarat dimuati nilai serta tanggung jawab sosial. Peran media massa atau pers dalam arti luas tampak jelas pada berbagai uraian di atas. Hal ini juga tampak dan diterapkan pada media tertua dalam sejarah pers yaitu surat kabar. Surat kabar merupakan sebuah media yang paling banyak dan luas penyebarannya, disertai penyajian yang dalam untuk daya kemampuannya merekam kejadian sehari-hari sepanjang sejarah di negara mana pun di dunia. Sebagai media massa tertua, tentu peran surat kabar telah banyak di

22 22 kehidupan masyarakat, antara lain mendorong terjadinya pembangunan. Berkaitan dengan hal tersebut terdapat istilah Jurnalisme Pembangunan yang pertama kali muncul sekitar tahun Ditulis Kusumaningrat (2005), bahwa gagasan utama tentang jurnalisme pembangunan tersebut secara ringkas adalah bahwa pemberitaan mengenai peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional haruslah memberikan kontribusi yang positif kepada negeri yang bersangkutan. Hal ini banyak diterapkan di dalam negara-negara berkembang untuk membendung model jurnalisme Barat yang dianggap berperspektif individualistik. Meski tampak sisi positif pers cetak di atas, surat kabar sebagai pers cetak tentu memiliki kelemahan dalam penyebaran pesannya, terutama karena bentuknya yang tercetak sehingga hanya dapat dinikmati oleh masyarakat yang dapat membaca atau tidak buta huruf. Hal ini sejalan dengan anggapan Rachmadi (1990), bahwa pertumbuhan pers berhubungan erat dengan berbagai faktor, seperti: tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, urbanisasi, dan pendapatan per kapita yang di negara-negara berkembang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Kendala ini cukup mengganggu di lingkungan negara-negara berkembang yang masih banyak memiliki penduduk buta huruf. Kendala ini dapat dikurangi dengan ditampilkannya berita berupa foto-foto peristiwa yang lebih mudah ditangkap oleh khalayak pembaca. Tampilan foto berita/jurnalistik menjadikan surat kabar menjadi lebih menarik pula untuk dilihat. Meski surat kabar memiliki kekurangan, masih banyak kelebihan surat kabar yang menepis gangguan tersebut, seperti kemudahan pembaca dalam mencari surat kabar. Selain itu, informasi di dalam surat kabar yang tercetak tadi dapat didokumentasi dengan mudah oleh pembaca. Isinya pun dapat dibaca berulangulang sesuai keinginan pembaca. Menurut Cangara (1998) media cetak seperti surat kabar, buku-buku, dan majalah mampu memberikan pemahaman yang tinggi kepada pembacanya, karena ia sarat dengan analisis yang lebih mendalam dibandingkan dengan media lain. Dalam mengakses surat kabar, pembaca tidak terikat waktu karena kapan dan bagaimana pembaca ingin membaca surat kabar dapat ditentukan sendiri olehnya. Apakah pembaca akan membaca informasi tersebut secara cepat atau lambat, di mulai dari halaman depan, tengah atau

23 23 belakang terlebih dahulu, apakah akan mengulang bacaan, bukan merupakan masalah baginya. Surat kabar sebagai salah satu bentuk dari komunikasi massa merupakan media yang cukup efektif menyebarkan dan menyampaikan pesan-pesan ke masyarakat. Menurut Effendy (1989) surat kabar merupakan lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri: terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia, yang mengandung nilai untuk diketahui khalayak pembaca. Ciri surat kabar yang terbit secara periodik dapat dibedakan atas dua macam, yakni harian dan mingguan. Sedangkan dilihat dari formatnya (Pasaribu & Siregar, 2000), surat kabar menggunakan kertas koran, sampul dan halaman dalam sama, jenis kertasnya tidak dijilid. Tiap halaman bisa terdiri dari beberapa item tulisan sehingga penataannya agak lebih sulit agar tampilam lebih menarik dan mudah dibaca. Ukuran kertas yang digunakan adalah Broudsheet ( ½ plano). Pada dasarnya isi surat kabar yang merupakan salah satu bentuk pers cetak terdiri dari: berita tulis dan foto, tulisan pandangan/pendapat/opini, dan periklanan. Produk penerbitan pers ini mempunyai misi: ikut mencerdaskan masyarakat, menegakkan keadilan dan memberantas kebatilan. Hal ini sejalan dengan pendapat Effendy (2000) bahwa komunikasi massa memiliki fungsi mendidik yang berarti berkaitan dengan proses penyampaian pesan informatif. Berkaitan dengan itu, McQuail (1996) menulis bahwa media paling baik digunakan secara terencana untuk menimbulkan perubahan dengan menerapkannya dalam program pembangunan berskala besar. Ia juga mengatakan, media massa merupakan sumber kekuatan-alat kontrol, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. Berkaitan dengan hal itu Nasution (2000) beranggapan bahwa media massa diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang disiarkan dan tidak disiarkannya. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan, media massa pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalahmasalah pembangunan. Hal ini tentu tidak lepas dari peran gatekeepers suatu media dalam menyuguhkan topik-topik yang harus dipikirkan.

24 24 Secara selektif gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan (Nurudin, 2003). Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan, posisi dalam surat kabar). Hal ini dapat membantu mengarahkan peranan media massa dalam pembangunan nasional, sebagai agen pembaharu. Letak peranannya adalah dalam hal membantu mempercepat proses peralihan masyarakat dari yang tradisional menjadi masyarakat yang modern. Khususnya peralihan dari kebiasaan yang menghambat pembangunan ke arah sikap baru yang tanggap terhadap pembaharuan, demi pembangunan (Depari & MacAndrews, 1995). Disini tampak media sebagai motor perubahan. Wright (1985) tentang fungsi pengawasan menulis bahwa selama kesejahteraan perorangan terkait dengan kesejahteraan sosial, maka peringatan dan fungsi-fungsi berita juga berguna bagi individu. Menurut Inayatullah (dalam Nasution, 1996), pembangunan adalah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri. Dalam bukunya, Jahi (1993) menulis bahwa dalam sebuah kampanye komunikasi pembangunan, efek yang sangat dikehendaki ialah yang bertalian dengan belajar, sikap dan perilaku. Surat kabar sebagai media yang akurat dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan secara aktual mampu membawa dirinya sebagai media penyebar informasi kepada massa (Muhsin, 1998). Ditinjau dari sudut jurnalistik, pembangunan adalah suatu proses, yang dalam kelangsungannya untuk mencapai sasaran yang dituju, yakni tingkat hidup kemasyarakatan yang lebih tinggi dan merata dibanding dengan sebelumnya, menjumpai faktor-faktor yang memperlancar dan menghambatnya. Fungsi jurnalistik pembangunan adalah untuk menunjang berlangsungnya pembangunan, dalam arti untuk membantu memperlancar dan menghilangkan hambatan-hambatan. Pembangunan tidak akan mencapai tujuan dengan segera, apabila faktor-faktor yang menghambat tidak segera dihilangkan (Effendi, 2000).

25 25 Uraian di atas bersinggungan dengan fungsi penentuan agenda media yang menurut Severin dan Tankard (2005) mengacu pada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik. Anggapan Nurudin (2003) juga selaras dalam hal ini yaitu bahwa media massa selalu mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan. Lebih lanjut dikatakan bahwa asumsinya adalah media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Hal ini didukung anggapan Rakhmat (2004) bahwa media massa tidak dapat mempengaruhi orang untuk mengubah sikap, tetapi media massa cukup berpengaruh terhadap apa yang dipikirkan orang. Ini berarti media massa mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Media pun mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung. Dengan kata lain, agenda media akan menjadi agenda masyarakatnya. Lebih lanjut Zucker dalam Severin dan Tankard (2005) menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan agenda atau tidak. Zucker menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Menurut Kertapati (1986), sebuah komunikasi yang efektif pertama-tama harus dapat menarik perhatian komunikan dan untuk dapat menarik perhatiannya itu tidaklah tergantung kepada bentuknya semata-mata akan tetapi juga kepada isinya. Menurut Nurudin (2003), setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan, posisi dalam surat kabar). Dengan demikian panjang penyajian dan cara penonjolan foto berita tentu berkaitan dengan bobot berita itu sendiri. Disini tiap surat kabar mempunyai kebijaksanaan redaksional yang antara lain ditentukan oleh pertimbangan pokok mengenai kepentingan pembaca (Oetama, 1989). Untuk itu, seperti yang diungkapkan Manangka dalam Flournoy (1989), salah satu cara untuk memperbaiki mutu surat kabar dan meningkatkan readership, ialah dengan menggunakan foto-foto yang serasi dengan selera dan kepentingan masyarakat.

26 26 Foto Berita Fotografi kini merupakan bagian vital dari penerbitan pers dan tak bisa ditinggalkan (Junaedhie, 1991). Misal, dikenal adanya foto berita dan majalah berita bergambar. Pada media massa cetak, wartawan foto menyampaikan perasaannya atau apa yang dilihatnya secara visual agar terjadi komunikasi dengan jalan pintas. Foto adalah puisi tanpa kata-kata, sarana komunikasi yang cepat serta efektif dan efisien menurut Yurnaldi (1992a). Hal ini diperkuat Rothstein (1974) yang mengatakan bahwa gambar berbicara langsung dengan jiwa kita dan mengungguli rintangan-rintangan bahasa dan nasionalitas. Sebenarnya, foto berita tak lebih dari foto biasa, yaitu foto yang mendokumentasikan suatu peristiwa atau kejadian. Istimewanya, peristiwa atau kejadian yang didokumentasikan tersebut mengandung sesuatu yang ingin diketahui banyak orang, kemudian disiarkan secara luas ke berbagai media cetak. Oleh karena inilah sebuah foto bisa disebut foto berita/jurnalistik. Dapat dikatakan bahwa foto berita atau foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluasluasnya, bahkan hingga kerak di balik peristiwa tersebut, tentu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dikutip Kusmiati (1999) dari harian Kompas, foto berita pada hakekatnya adalah rekaman visual suatu peristiwa yang diambil dengan kamera dan berlangsung secara cepat dan tepat. Lanjutnya, tema peristiwa bisa bermacam-macam dan hasilnya harus mampu menyampaikan pesan atau kesan khusus bagi pemirsanya. Suhandang (2004) menulis bahwa berbagai ragam bentuk dalam pembuatan berita tiada lain untuk bisa menarik perhatian orang banyak. Sebab, tujuan utama dari pemberitaan adalah dibaca, dilihat, didengar atau ditonton khalayaknya. Khusus bagi surat kabar, anggapan Dr. K. Baschwitz yang dikutip Suhandang (2004) mensyaratkan harus adanya lapangan pembaca. Dalam bukunya, Rivers et al. (2004) menulis bahwa bagi pembaca 60 tahun ke atas, surat pembaca justru hal nomor dua yang paling digemari setelah foto-foto berita. Dalam tahun 1947, Woodburn dalam Flournoy (1989) menandaskan bahwa foto-foto dalam surat kabar menyetop pembaca dan bahwa tingkat readership foto adalah tinggi

27 27 dibandingkan unsur-unsur surat kabar lainnya. Ditulis Yurnaldi (1992a), dalam dunia persuratkabaran foto-foto jurnalistik sangat penting dan perlu. Lanjutnya, foto membuat segar halaman surat kabar, menolong mata pembaca untuk melihat hal-hal yang menarik, memisahkan dua berita agar tidak monoton. Sebuah foto jurnalistik juga berfungsi sebagai headline (judul berita). Oleh karena itu, sajian foto berita dalam hal ini memang sebisa mungkin ditampilkan untuk mengejar kriteria tersebut. Perlu dicatat, The United Press Association, dalam buku pedoman bagi korespondennya menerangkan bahwa berita adalah segala sesuatu dan apa saja yang menimbulkan minat akan kehidupan dan barang-barang dalam segala manifestasinya. Niel McNeil dalam bukunya yang berjudul Without Fear or Favor menulis bahwa berita adalah kompilasi fakta dari peristiwa yang menarik perhatian atau penting bagi para pembaca surat kabar yang memuatnya (Bond, 1961). Ditulis Suhandang (2004), rupanya satu-satunya sifat utama dari berita adalah menarik perhatian orang banyak. Menarik perhatian karena peristiwanya maupun karena penyajiannya. Hal ini tentu menjadi acuan pula dalam penyajian foto berita. Berkaitan dengan uraian di atas, Suhandang (2004) juga mengutip The American Weekly yang mencatat 12 hal yang digunakan khalayak sebagai potensi untuk meminati suatu informasi. Keduabelas hal tersebut adalah: 1)hasil suatu usaha; 2)kebudayaan; 3)kepercayaan; 4)tragedi; 5)kesehatan; 6)kepahlawanan; 7)misteri; 8)perbaikan diri; 9)rekreasi; 10)roman; 11)ilmu pengetahuan, dan 12)keamanan. Dengan demikian tema-tema di atas dapat dijadikan bahan masukan redaksi dalam melakukan pemilahan terhadap foto berita yang akan dimuat. Hal ini akan berkaitan dengan jumlah atau banyaknya ragam foto berita mana yang lebih sering atau lebih banyak disajikan oleh surat kabar. Namun demikian hal ini tentu akan berkaitan pula dengan kebijakan redaksi masingmasing media. Memandang foto jurnalistik sebagai suatu kajian artinya memasuki matra yang memiliki tradisi kuat tentang proses sesuatu yang dikomunikasikan dalam hal ini yang bernilai berita kepada orang banyak atau khalayak lain dalam masyarakat. Seperti telah diuraikan di atas, foto berita tidak melulu

28 28 mengedepankan masalah perang, huru-hara, demonstrasi; semua menggambarkan tingkah manusia tetapi juga bisa mengabadikan sesuatu yang berkaitan dengan benda, bahan dan situasi kehidupan. Selama segala sesuatu yang diabadikan pemotret dapat menarik perhatian umum sehingga menimbulkan keingintahuan orang banyak, tidak ada salahnya foto tersebut dipublikasikan. Fokus dalam foto junalistik adalah kehidupan umat manusia. Bukan berlebihan jika disebutkan kehidupan adalah suatu cita-cita universal bagaimanapun dasyatnya perang dan bentuk kekejaman lainnya, foto jurnalistik wajib menghantar citra tersebut untuk membuatnya kekal. Ditulis oleh Yurnaldi (1992b), bahwa nilai sebuah foto jurnalistik sama halnya dengan sebuah berita (tulisan). Sugiarto (2004), menandaskan bahwa foto jurnalistik yang baik seharusnya mengandung unsur 5W+1H. Nilai sebuah foto jurnalistik foto sebuah berita yang mengungkapkan dan melaporkan semua aspek dari suatu kenyataan dengan menyiratkan rumus 5W+1H, yaitu: what, who, why, where, when, dan how dapat mewakili ribuan kata atau kalimat. Foto berita/jurnalistik sangat menunjang penampilan sebuah media cetak seperti surat kabar, majalah, atau pun tabloid, bahkan sudah menjadi prasyarat bahwa keberadaannya menjadi suatu keharusan. Ditampilkannya foto membantu khalayak mengetahui informasi tercetak dengan cepat dan akurat. Sebuah berita foto memiliki kelebihan dari berita tulis. Yurnaldi (1992a) mengungkapkan: Dibanding berita tulis, berita foto dapat dibuat dengan mudah dan cepat; daya rekam yang akurat (asal tidak dimanipulasi); unggul dalam menyajikan kejadian-kejadian yang bersifat fisik; dapat mengejar jangka waktu; tidak memerlukan penerjemahan di dalam pemberitaan lintas negara; lebih kompak dibanding berita tulis untuk menjelaskan esensi suatu berita; efek dari suatu berita foto lebih besar daripada berita tulis karena respons perasaan manusia lewat indera penglihatan lebih cepat dan langsung mengenai pikiran-perasaan pembaca. Selain itu, Alwi (2005) juga menulis bahwa tema foto berita umumnya adalah politik, kriminal, olah raga dan ekonomi, yang selalu ingin diketahui perkembangannya dari waktu ke waktu oleh pembaca. Sedangkan foto features temanya kebanyakan lebih kepada masalah ringan yang menghibur dan tidak membutuhkan pemikiran yang mendalam bagi pembacanya serta mudah dicerna. Pernyataan lain tentang foto berita ditulis Sugiarto (2004), bahwa kendati hasilnya

29 29 tidak terlalu artistik, spot news yaitu foto yang menampilkan suatu peristiwa/kejadian yang tidak terencana amat layak dipublikasikan. Alasannya, akibat yang ditimbulkannya dapat memberikan dampak yang luas. Selain itu, foto ini juga dapat menyedot keingintahuan masyarakat umum. Foto berita yang akan diteliti merujuk pada hal-hal apa saja yang terkait/terdapat dalam bentukan sebuah foto yang dapat menjelaskan gambaran foto yang disajikan oleh surat kabar. Foto berita di sini melihat konsep-konsep pembagian foto jurnalistik serta berita tulis dan akan disusun menjadi kategori foto berita keras atau dalam istilah berita tulis disebut hard news (berita keras) dan foto berita lunak atau dalam istilah berita tulis disebut soft news (berita lunak). Momen as it happens yang berhasil ditampilkan pemotret tentunya patut dihargai, sebab hal ini menunjukkan kesigapan dan kecepatan dalam bertindak, tepatnya pada saat melihat sesuatu yang dianggap menarik. Sama halnya dengan berita tulis, dalam berita foto terdapat jenis yang disebut dengan spot news (foto berita) dan foto features. Alwi (2005) mengatakan bahwa: Apa itu foto berita dan foto features agak sulit menjelaskannya. Tetapi keduanya bisa dibedakan antara lain dari segi bobot dan waktu penyiarannya. Yaitu foto berita umumnya segera disiarkan, sementara foto features bisa ditunda kapan saja. Hal ini bersinggungan dengan jenis tulisan berita lunak (soft news) yang dalam penyajiannya tidak terlalu terikat atau dikejar oleh waktu seperti halnya berita keras. Jenis tulisan berita lunak ini memiliki nilai berita lebih rendah dibandingkan berita keras yang harus segera diketahui oleh pembaca. Berkaitan dengan analisa foto berita keras dan foto berita lunak yang akan digunakan dalam studi ini maka kategorisasi yang akan dibuat mengacu pada studi-studi yang telah dilakukan sebelumnya. Diantara kategori-kategori yang banyak digunakan dalam penelitian analisis isi adalah kategori-kategori Deutschmann. Kategori Deutschman ini terdiri dari: (1) perang, pertahanan dan diplomasi; (2) politik dan pemerintah; (3) kegiatan-kegiatan perekonomian; (4) kejahatan; (5) kesehatan dan kesejahteraan rakyat; (6) human interest; (7) ilmu dan penemuan; (8) masalah-masalah moral masyarakat; (9) kecelakaan dan bencana; (10) pendidikan dan seni klasik; (11) hiburan rakyat. Kategori tersebut

30 30 digunakan Deutschmann dalam studinya tahun 1959 tentang Isi Halaman Berita dari Duabelas Harian Metropolitan. Foto Berita Keras Kategori-kategori perihal gambar dalam surat kabar juga digunakan oleh Fosdick dalam studinya tahun 1968 yang dikutip Flournoy (1989). Kategori ini adalah: (a)persengketaan bersenjata: gambar-gambar tentang operasi militer, perang gerilya dan kegiatan-kegiatan teroris di luar masalah-masalah hubungan luar negeri; (b)pertikaian sosial dan politik: huru-hara, pemogokan, demonstrasidemonstrasi, kejahatan dan perkara-perkara pengadilan yang sensasional; (c)bencana-bencana: kecelakaan, denda, kekacauan alamiah, bunuh diri; (d)berita-berita keras lainnya: politik, pemerintah, pertahanan tanpa senjata, sidang-sidang pengadilan yang lebih lancar ekonomi, pendidikan, ilmu, agama, kebudayaan. Studi Manangka yang dikutip Flournoy (1989), berisi tentang Analisa Isi Sumber Foto Empat Harian Terkemuka Indonesia dalam tahun Kategorisasi yang digunakan Manangka adalah sebagai berikut: (1) kategori isi gambar: a)berita-berita keras; b)berita-berita lunak; (2) kategori gambar orang atau non orang; (3) kategori sumber gambar: a)staf lokal; b)foto kantor berita; c)lain-lain. Manangka dalam studinya ini membagi kategori isi gambar untuk beritaberita keras menjadi: 1) persengketaan bersenjata; 2) pertikaian sosial dan politik; 3) bencana-bencana; 4) lain-lain berita keras. Kategorisasi Manangka secara lengkap yaitu: 1) Persengketaan Bersenjata: dalam golongan ini termasuk gambar-gambar yang bertalian dengan persengketaan bersenjata antara dua atau lebih negara. Juga termasuk dalam golongan ini adalah gambar-gambar yang berhubungan dengan masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan angkatan bersenjata nasional, dan pertahanan negara. Gambar-gambar tentang kegiatan resmi dari duta besar dan pejabat-pejabat diplomatik lainnya juga ditempatkan dalam

31 31 golongan ini. Gambar-gambar tentang Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kegiatan-kegiatan badan ini juga dimasukkan disini. 2) Pertikaian Sosial dan Politik: kategori ini berkaitan dengan masalah kejahatan dan moral masyarakat, terutama sekali yang berkaitan dengan pelanggaran dan penegakkan hukum. Gambar-gambar tentang kenakalan remaja dan perbuatanperbuatan kriminal lainnya juga digolongkan dalam kategori ini. Gambargambar tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tentang hak-hak asasi dan tanggung jawab etik perorangan juga masuk dalam golongan ini. Gambar-gambar tentang gerakan-gerakan hak sipil, begitu juga kegiatankegiatan di pengadilan dianggap sebagai masalah-masalah moral masyarakat. Gambar-gambar yang berkaitan dengan tanggung jawab dari organisasiorganisasi keagamaan terhadap masyarakat juga dimasukkan kategori ini. 3) Bencana-bencana: kategori ini terdiri dari gambar-gambar yang berkaitan dengan kecelakaan dan bencana, terutama sekali yang berkaitan dengan penghancuran kehidupan dan/atau harta benda, baik yang bersifat alamiah maupun yang tidak alamiah, seperti banjir, angin topan atau konstruksi bangunan yang salah. Kecelakaan lalu lintas juga dimasukkan dalam kategori ini. 4) Lain-lain Berita Keras: dalam kategori ini termasuk gambar-gambar tentang politik, pemerintah, pertahanan tak bersenjata, persidangan-persidangan pengadilan yang lebih lancar ekonomi, pendidikan, ilmu, penemuanpenemuan, agama, kebudayaan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Kategori ini terdiri dari semua gambar berita keras kecuali yang termasuk dalam tiga kategori tersebut di atas (1, 2, 3). Dengan melihat dan mempelajari berbagai studi terdahulu maka pada penelitian ini kategori foto berita keras dibagi menjadi: 1)Pertahanan Bersenjata dan Diplomasi; 2)Aktivitas dan Masalah Sosial Politik; 3)Bencana dan Musibah; 4)Lain-Lain.

32 32 Foto Berita Lunak Seperti telah diuraikan pada sub bab sebelumnya, bahwa kategori-kategori perihal gambar dalam surat kabar juga digunakan oleh Fosdick dalam studinya tahun Ia membagi kategori berita-berita lunak menjadi: olah raga, peristiwaperistiwa sosial yang beraneka macam, human interest. Selain itu, penelitian ini berkaca pada studi Manangka tentang Analisa Isi Sumber Foto Empat Harian Terkemuka Indonesia dalam tahun Kategorisasi untuk berita-berita lunak yang digunakan Manangka dalam studinya adalah sebagai berikut: 1) olah raga; 2) peristiwa-peristiwa sosial; 3) human interest. Dengan melihat dan mempelajari berbagai studi terdahulu maka penelitian foto berita ini akan membagi kategori foto berita lunak menjadi: 1) Olah raga; 2) Peristiwa-peristiwa Umum; 3) Human Interest. Lingkup Foto Lingkup foto berarti menjawab tempat/lokasi pengambilan gambar/ informasi/fakta/ peristiwa yang disampaikan sebagai gejala yang teramati. Menurut Spielberger dan Fisher (1986), tempat (lokus) komunikasi berada di dalam individu, persepsi dan kognisinya. Dengan demikian, tempat peristiwa yang menjadi lingkup saat mengabadikan foto itu merupakan hal yang penting karena mempengaruhi persepsi empiris dan perilaku orang yang menerimanya. Senada dengan ini, Mc.Quail (1996) mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi suatu pilihan, antara lain adalah aspek manusia, lokasi, dan waktu; mengenai lokasi terutama ditentukan oleh jarak fisik. Informasi mengenai suatu peristiwa, menurut Galtung dalam Mc.Quail (1996) haruslah antara lain secara budaya dekat (akrab) dengan publik sasaran. Dengan demikian dalam menyeleksi pesan berupa foto dalam surat kabar akan mempertimbangkan pula mengenai kedekatan fisik peristiwa tersebut terjadi dengan khalayak pembacanya. Douglas Wood Miller dalam tulisannya The News Slant and the Reporter yang dikutip Suhandang (2004) mengemukakan tiga unsur dari berita yang bisa

33 33 membangkitkan minat pembaca untuk menikmatinya, yaitu: waktu, tempat, dan isinya. Terhadap tempat kejadian suatu peristiwa, orang umumnya lebih tertarik pada tempat-tempat yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Artinya kejadian tersebut lebih dianggap penting bila berada/terjadi di lingkungan sendiri. Hal ini sesuai dengan apa yang ditulis Soehoet (2003) bahwa ada empat faktor yang menentukan nilai berita bagi seseorang, yakni: 1)kegunaan berita; 2)aktualitas; 3)hubungan pembaca dengan peristiwa; 4)kelengkapan berita. Berkaitan dengan unsur hubungan pembaca dengan peristiwa antara lain yang menentukan nilai berita bagi pembaca adalah jarak tempat tinggal pembaca dengan tempat peristiwa terjadi. Faktor ini disebut juga dengan proximity. Dengan demikian, proximity atau proksimitas sebagai jarak fisik pembaca dengan tempat kejadian memang ikut menentukan dalam menariknya sebuah berita yang dalam hal ini berupa sajian foto berita. Dalam studi tentang Proksimitas dalam Relevansinya Dengan Proses Surat Kabar Indonesia pada tahun 1995, Ecip. S. yang dikutip Sifak (2001) mensinyalir bahwa proksimitas belum diperhatikan benar di Indonesia. Berita penting yang dekat dengan pembaca tidak semuanya dimuat surat kabar. Dalam hal ini terdapat kendala yang mempengaruhi penerapan proksimitas dan nilai-nilai berita lainnya. Namun demikian, unsur kedekatan atau proximity dalam sajian media massa tetap menjadi acuan bagi sebagian pengelola pers, meski terdapat keterbatasan tempat/kolom untuk produk yang dihasilkan, entah berupa tulisan atau gambar. Dalam penelitiannya, Sifak (2001) membagi kategori tempat peristiwa (lokasi dimana peristiwa/fakta dan atau pendapat diperoleh atau terjadi) menjadi Jakarta, Jawa dan luar Jawa, serta gabungan antara Jakarta, Jawa dan luar Jawa. Menurut kategori Deutschmann yang digunakan oleh Tobing dalam studinya tentang isi lima suratkabar Medan selama tahun 1981, dikutip Flournoy (1989: 48), berita dapat digolongkan menurut cakupan wilayah. Tobing membagi kategori ini menjadi: 1)lokal: berita-berita dari kota Medan dan dari Sumatera Utara; 2)nasional: berita-berita tentang kepentingan, kebijaksanaan atau kejadian nasional yang menimbulkan reaksi di kalangan warga negara Indonesia; 3)internasional: berita-berita yang tidak dianggap berita lokal atau nasional, yang penting tentang negeri-negeri lain atau organisasi-organisasi internasional.

34 34 Merujuk pada penjelasan kategori Deutschmann yang dikutip Rahman (1993), berita lokal adalah berita tentang kota atau daerah kita, berita nasional adalah berita tentang negara kita, dan berita internasional adalah segala yang menarik perhatian negara lain. Dengan demikian yang menjadi kriteria di sini adalah lingkup wilayah audiens yang diharapkan tertarik pada berita tersebut. Alat ukur yang tepat dalam menentukan pembagian berita menurut cakupan wilayah, menurut Rahman (1993) adalah: hubungan antara tempat tinggal pembaca dengan asal berita (proximity), dan hubungan pembaca dengan unsurunsur yang terdapat dalam peristiwa atau orang yang mengemukakan pendapat yang diberitakan. Berdasarkan hal itu Rahman membagi kategori penggolongan berita menurut cakupan wilayah menjadi: 1) berita daerah; 2) berita nasional; 3) berita internasional. Berdasarkan uraian di atas dengan berbagai studi para pendahulu maka penelitian ini akan menggunakan sistem penyusunan sendiri yang sesuai dengan isi materi studi. Penggolongan kategori lingkup foto akan dibagi menjadi: 1) Lokal; 2) Nasional/Daerah; 3) Internasional. Sumber Foto Dalam ilmu komunikasi, sumber komunikasi disebut dengan komunikator. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektivitas komunikasi adalah penting sekali, karena efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan berada di tangannya. Oleh karena itu, komunikator yang berbeda, dengan membawa pesan yang sama pada khalayak yang sama dalam suasana yang sama pula, dapat menimbulkan efek yang berbeda. Artinya, tidak semua komunikator mempunyai daya tarik yang sama. Khalayak mempunyai komunikator kesayangan dan kepercayaan. Bahkan unsur komunikator terkadang lebih kuat pengaruhnya daripada pesan yang disampaikan. Khalayak sangat menghargai komunikator yang kompeten, yang dikenal, dikagumi, dan disegani masyarakat. Komunikator harus mempunyai syarat-syarat tertentu, terutama adalah kredibilitas. Ruben (dalam Munthe, 1993), komunikator jelas tidak akan sama bobotnya bagi setiap orang, karena dipengaruhi jarak kedekatan, daya tarik,

35 35 baik fisik ataupun sosial, kesamaan latar belakang pendidikan, agama, budaya, kredibilitas, dan otoritas, motif, dan minat, cara penyampaian, status, kekuatan otoritas seseorang berbeda. Melangkah pada konsep sumber foto akan berkaitan dengan pengertian sumber berita. Definisi sumber berita dalam Junaedhi (1991) yaitu orang atau lembaga yang memberi informasi mengenai bahan penulisan berita. Dengan demikian, dalam pesan yang berupa foto jurnalistik, yang dimaksud sumber foto ini juga bisa berasal dari orang atau lembaga. Istilah sumber menunjuk pada asal gambar atau pun siapa yang mengambil/memiliki hak atas gambar, seperti para staf redaksi, kantor-kantor berita, kantor-kantor hubungan masyarakat (humas), dan wartawan-wartawan penerbitan lain, wartawan-wartawan free-lance, perpustakaan-perpustakaan dan sebagainya. Studi dari Fosdick tahun 1968 yang dikutip Flournoy (1989) menggunakan tiga kategori sumber gambar, yaitu: staf lokal, foto-foto kantor berita dan lain sebagainya (gambar-gambar dari kantor hubungan masyarakat; wartawanwartawan lokal, wartawan-wartawan free lance atau perpustakaan). Trayers dalam Flournoy (1989), melakukan studi tentang tekanan gambar dalam edisi-edisi akhir dari 16 harian dalam tahun Kategori-kategori yang digunakan dalam studi ini adalah: (1) jumlah gambar yang diterbitkan; (2) penempatan foto (halaman muka atau halaman dalam); (3) sumber foto (staf, Associated Press, United Press International, dan lain-lain, atau tanpa sebutan sumber); (4) foto orang atau foto tanpa orang; (5) seks sebagai subyek pokok atau subyek-subyek dalam masingmasing gambar. Studi Manangka yang dikutip Flournoy (1989), membagi kategori sumber gambar menjadi tiga, yaitu: a)staf lokal; b)foto kantor berita; c)lain-lain. Kategori sumber gambar dari studi Manangka di atas secara jelas adalah: a)staf lokal: setiap gambar yang dihasilkan oleh staf lokal (juru foto, wartawan foto, dan lain-lain) dari koran-koran yang sedang dipelajari dimasukkan dalam kategori ini; b)foto kantor berita: meliputi sumber-sumber gambar dari kantor-kantor berita Indonesia (ANTARA, KNI, IPPHOS) dan kantor-kantor berita luar negeri; c)lain-lain: dalam kategori ini termasuk sumber gambar selain dari dua kategori tersebut di

36 36 atas, seperti kantor-kantor hubungan masyarakat, wartawan-wartawan lokal, wartawan-wartawan free lance dan perpustakaan-perpustakaan). Berdasarkan uraian di atas dan kondisi materi penelitian maka studi ini akan menggunakan sistem penyusunan tersendiri dengan membagi kategorisasi untuk sumber foto menjadi: 1) Staf Redaksi; 2) Kantor Berita; 3) Lain-Lain Penempatan Foto Kata penempatan, merujuk pada suatu tempat atau posisi, letak, keberadaan dari suatu objek. Hal ini berkaitan dengan bagaimana atau di mana seorang layouter akan menempatkan suatu objek. Dengan demikian, tentu secara teori hal ini juga berkaitan dengan proses desain dari media cetak terkait. Kategori penempatan dalam penelitian berkaitan dengan letak dari foto berita yang disajikan dalam surat kabar yang diteliti. Secara teori, dari bentuk dan macamnya, setiap halaman cetak pada dasarnya mempunyai bagian-bagian tertentu yang dapat menunjang efektivitas dari halaman sebagai media komunikasi, jika dimanfaatkan sebaik-baiknya. Dengan demikian, untuk melihat bagian mana dari halaman yang mempunyai efektivitas dari proses pertama kali halaman itu dilihat, akan mengacu pada bagaimana umumnya orang melihat halaman pertama kali. Menurut Priyo et al. (1994), biasanya proses membaca dimulai dari bagian atas sebelah kiri suatu halaman. Hal ini memang sudah merupakan sikap yang terlatih sejak kecil dimana mata manusia mulai membaca dari bagian atas sebelah kiri, kecuali naskah bahasa tertentu (bahasa Arab). Walaupun demikian asumsi tersebut belum dapat dijadikan dasar yang kuat dan masih perlu dibuktikan melalui riset. Dikutip Priyo et al. (1994) bahwa menurut hasil penelitian di Amerika, ditemukan bahwa 1/3 bagian dari atas dan 1/3 bagian ke dalam dari sisi kiri halaman merupakan daerah yang paling efektif dari suatu halaman. Lanjutnya lagi, berdasarkan hal itu, terdapat suatu istilah yang dikenal dengan the rule of third. Istilah itu berhubungan dengan tata letak yang mengharuskan elemen grafis mempertimbangkan bagian-bagian tersebut. Dengan demikian, pemanfaatan bagian-bagian tertentu dari halaman, sebenarnya bertujuan untuk mengarahkan

37 37 gerak mata ketika mulai memasuki halaman sampai akhirnya meninggalkan halaman. Memilih foto mana yang dapat menangkap suasana atau mood yang tepat untuk suatu tulisan sangatlah sulit menurut Kusmiati et al. (1999). Ada proses pentapisan informasi berupa foto berita yang dilakukan dalam kondisi seperti ini. Saat meneliti foto, menurut Kusmiati et al. (1999) tentukan arah pandang subjek dalam menatap pembaca, karena mata pembaca biasanya bergerak pada arah yang sama. Menurutnya lagi, tempatkan wajah foto di sebelah kanan, bila ingin mengajak pembaca membaca dari suatu sampul ke lembaran isi. Hindari menempatkan foto wajah seseorang dengan arah pandang ke kiri pada margin sebelah kiri, karena peletakkan foto seperti ini akan membawa pembaca keluar dari lembar tulisan. Berbicara mengenai teks dan ilustrasi atau foto maka akan bersinggungan dengan apa yang disebut dengan halaman dalam media cetak. Halaman dari suatu dokumen atau publikasi merupakan kertas putih pada awalnya. Setelah melalui tahapan yang dimulai dari desain sampai dengan berakhir di pencetakan, barulah kita dapat melihat suatu teks dan ilustrasi sebagai suatu pesan atau informasi. Secara teori, halaman di setiap publikasi atau dokumen mempunyai nama dan fungsi tertentu sesuai dengan jenis media cetak dan di mana halaman akan ditempatkan. Menurut Priyo et al. (1994) jika halaman ditempatkan di bagian muka dengan formasi susunan huruf cetak tertentu dan disertai ilustrasi, maka halaman tersebut mempunyai nama sebagai halaman muka (title page). Maksud halaman muka di sini adalah halaman dengan nomor halaman atau nomor urut 1 (satu) atau untuk media cetak majalah disebut dengan istilah cover depan. Ditulis Pasaribu dan Siregar (2000) bahwa desain sampul depan (cover) berperan penting dalam memikat pembaca ketika pertama kali menerima suatu media cetak. Dijelaskan lagi bahwa sampul depan yang menarik dan komunikatif dapat menggerakkan mata pembaca untuk membuka halaman berikutnya, untuk menyimak isi. Dalam hal ini penempatan foto atau gambar sebagai latar belakang sampul depan perlu dipertimbangkan secara matang. Foto atau gambar, apabila ditampilkan pada sampul depan, lebih memikat mata dibanding unsur desain lainnya, misalnya huruf (Pasaribu & Siregar, 2000).

38 38 Seperti telah dikemukakan di atas, Trayers (dalam Flournoy, 1989), melakukan studi tentang tekanan gambar dalam edisi-edisi akhir dari 16 harian dalam tahun Kategori-kategori yang digunakan dalam studi ini antara lain adalah: (1)Jumlah gambar yang diterbitkan; (2)Penempatan foto (halaman muka atau halaman dalam). Meski jika berbicara letak foto akan bersinggungan dengan banyak teori desain grafis, namun untuk kategorisasi penempatan foto dalam penelitian ini dibatasi sesuai dengan kategori Trayers, menjadi: 1)halaman muka; dan 2)halaman dalam. Keterkaitan Dengan Penelitian Lain Studi ini banyak berkaca dari penelitian-penelitian sebelumnya di bidang analisis isi media massa. Definisi analisis isi menurut Berelson (1966) adalah teknik riset untuk mendeskripsikan isi komunikasi tersurat (manifest) secara objektif, sistematis,dan kuantitatif. Objektif artinya kategori-kategorinya didefinisi sedemikian rupa sehingga dapat digunakan peneliti lain untuk meneliti bahan yang sama dengan hasil yang sama pula. Sistematis, artinya semua isi dianalisis dengan cara yang sama, dan semua isi yang relevan dapat dianalisis dan digolongkan ke dalam kategori yang ada. Sedangkan kuantitatif berarti hanya mencatat nilai-nilai (bilangan) untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefinisikan. Untuk itu akan diuraikan bagaimana keterkaitan studi ini dengan penelitian-penelitian lainnya di bidang analisis isi media massa. Penelitian Manangka (1982) tentang Analisa Isi Sumber Foto Empat Harian Terkemuka Indonesia menjadi sumber acuan pertama studi ini. Seperti telah dikemukakan di atas, studi ini juga terkait dengan riset dari Fosdick (1968) dan Trayers (1977) yang juga menganalisis sajian foto berita pada surat kabar. Manangka dalam studinya menggunakan empat surat kabar nasional terkemuka saat itu, yaitu: Kompas, Sinar Harapan, Merdeka dan Suara Karya. Hasil studi ini antara lain bahwa keempat surat kabar tersebut menggunakan lebih banyak gambar berita keras dari pada gambar berita lunak dengan pemberian tekanan pada masing-masing gambar di tiap surat kabar adalah sama. Pada keempat bahan

39 39 studi itu juga lebih banyak menggunakan gambar orang daripada non orang. Dan untuk asal gambar, tidak semua koran tersebut bergantung pada staf lokal, yaitu untuk surat kabar Merdeka hanya menggunakan asal gambar 25% dari staf lokal, sedangkan tiga koran lainnya asal gambar lebih banyak dari staf lokal. Selain itu, ternyata keempat bahan studi itu menggunakan lebih dari separuh jumlah ruangnya untuk keperluan pemberitaan. Khasanah studi di program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu penelitian Jumroni tentang Profil Rubrik Hikmah Dalam Surat Kabar Harian Republika mengawali penelitian bidang komunikasi dari program Pascasarjana IPB yang dilakukan di surat kabar Republika. Hasil studi Jumroni menggambarkan bahwa Republika memiliki komitmen dalam menjalankan misi pers cetak. Simpulan studi mengungkapkan bahwa sebagian besar rubrik hikmah berisi bidang masalah tentang akhlak dengan sifat tulisan yang informatif. Sebelum itu di lingkungan program Pascasarjana IPB, A. Rahman dalam risetnya tahun 1993 juga melakukan studi analisis isi tentang Profil Lima Surat Kabar Harian di Sumatera. Hasil penelitian Rahman mengungkapkan bahwa bidang masalah yang diprioritaskan surat kabar studinya adalah politik dan pemerintah, olahraga dan pertahanan keamanan. Dua surat kabar studinya; Sinar Indonesia Baru dan Lampung Post memiliki kesamaan dalam pemilahan berita dari cakupan wilayah sedangkan yang lainnya; Serambi Indonesia, Sriwijaya Post dan Haluan, berbeda. Sifak (2001) dengan mengambil media Televisi sebagai bahan studi pada program Pascasarjana IPB, juga menggunakan metode analisis isi untuk menterjemahkan Perubahan Kebijakan Pemberitaan TVRI di Era Reformasi dengan membatasi studi kasus untuk siaran berita pukul WIB. Dalam risetnya ia menyimpulkan bahwa pada era Orde baru (Orba), transisi dan era persatuan, penonjolan berita lebih banyak mementingkan misi pemerintah daripada nilai berita dengan sedikitnya jumlah berita yang mengungkapkan kritik atau evaluasi. Hal ini berbanding lurus pula dengan sumber berita yang sebagian besar berasal dari lingkup pemerintah. Hasil penelitian Sifak ini dapat dijadikan masukan bagi pengembangan kebijakan stasiun televisi terkait mengingat

40 40 kompetisi media yang semakin marak sekarang ini dan sifat khalayak yang cenderung lebih aktif dalam menanggapi pesan media. Penelitian berjudul Kontrol Pers Terhadap Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Lampung (Analisis Isi Harian Umum Kompas dan Surat Kabar Radar Lampung) telah dilakukan oleh Heri Budianto di lingkup program Pascasarjana IPB pada tahun Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kedua harian yang diteliti melaksanakan kontrol sosial lewat sajian pemberitaan yang cenderung lebih banyak menyajikan jenis berita langsung/berita keras. Dengan demikian ini juga berkaitan dengan asumsi studi foto berita bahwa foto berita keras lebih banyak disajikan dari foto berita lunak. Melihat berbagai uraian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian analisis isi media massa ini memang telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu, termasuk di lingkup program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Berkaca dari para pendahulu maka penelitian ini dapat memperoleh masukan terutama berkaitan dengan pengembangan pembahasan hasil penelitian. Telah banyak penelitian lain yang terkait yang pernah dilakukan dan menjadi masukan positif bagi pengembangan tesis ini.

41 41 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran Analisis isi merupakan sistem formal untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan secara informal, yakni mengambil kesimpulan dari pengamatan terhadap isi (Stempel, 1981). Penggunaannya dapat dilakukan terhadap setiap bentuk komunikasi, seperti buku, majalah, puisi, surat kabar, lagu, lukisan, pidato, surat, hukum, dan undang-undang (Babbie, 1986). Berkaitan dengan analisis isi foto berita surat kabar Republika dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang digunakan yaitu: 1)Frekuensi, adalah banyaknya pemunculan suatu kategori: foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto di dalam surat kabar yang diteliti; 2)Volume, adalah luas kolom yang digunakan oleh setiap kategori: foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto dalam sajian Republika; 3)Proporsi, adalah perimbangan atau perbandingan yang diambil dari sajian foto berita dalam surat kabar Republika, dengan cara membandingkan antara jenis kategori-kategori yang dibuat, dan diukur menurut frekuensi tulisan dan volume luas halaman yang dipergunakan. Penelitian analisis isi media pada prinsipnya akan bersinggungan dengan proses pentapisan informasi atau penyaringan informasi yang terjadi di dalam tubuh pers karena menurut Nurudin (2003) hal itu tidak dapat dihindari oleh media. Apa yang akan disuguhkan media, dalam hal ini surat kabar, mengalami proses penyaringan atau pemilahan yang cukup panjang. Melihat berbagai uraian di atas, hal tersebut akan berlaku pula pada penentuan foto berita yang akan disuguhkan oleh surat kabar. Fotografer dan redaktur secara langsung maupun tidak akan bekerja menjadi pentapis informasi. Pemilahan gambar berkaitan pula dengan isu yang akan ditonjolkan dan aktualitas suatu peristiwa. Dengan demikian, sama halnya dengan berita tulis, akan terbentuk setidaknya dua ragam foto berita yaitu jika untuk berita tulis disebut berita keras (hard news) maka untuk foto berita menjadi foto berita keras.

42 42 Berikutnya untuk berita tulis disebut berita lunak (soft news) maka untuk foto berita menjadi foto berita lunak. Secara teori, berita keras memiliki nilai berita yang lebih tinggi dari berita lunak. Tingginya nilai berita untuk ragam berita keras berkaitan dengan unsur penting suatu peristiwa, hal ini tentu serupa berlaku untuk sajian foto berita keras. Hal ini dilengkapi Alwi (2005) yang mengatakan bahwa: Apa itu foto berita dan foto features agak sulit menjelaskannya. Tetapi keduanya bisa dibedakan antara lain dari segi bobot dan waktu penyiarannya. Yaitu foto berita umumnya segera disiarkan, sementara foto features bisa ditunda kapan saja. Dari uraian ini sajian foto berita lunak dari segi waktu dapat dikatakan sebanding dengan foto features. Dengan demikian yang dimaksud dengan foto berita keras yaitu foto berita yang umumnya segera disiarkan karena memiliki unsur penting yang tinggi (lebih tinggi dari berita lunak). Sedangkan foto berita lunak yaitu foto berita yang penyajiannya tidak terikat waktu atau dalam arti bisa ditunda kapan saja karena dari segi nilai berita dianggap kurang penting. Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dengan melihat dan mempelajari berbagai studi terdahulu maka pada penelitian ini kategori foto berita keras dibagi menjadi: 1) Persengketaan Bersenjata dan Diplomasi; 2) Aktivitas dan Masalah Sosial Politik; 3) Bencana dan Musibah; 4) Lain-Lain. Pembagian kategori foto berita lunak dipilah menjadi: 1) Olah raga; 2) Peristiwa-peristiwa Umum; 3) Human Interest. Dalam proses jurnalistik, pencarian berita/informasi akan berhubungan dengan tempat dimana peristiwa akan diliput, hal ini dalam pengambilan gambar pun akan serupa kejadiannya. Jurnalis akan mengambil gambar dari tempat kejadian atau peristiwa tersebut. Seperti telah dijelaskan di atas, setelah itu akan dilakukan pentapisan informasi, termasuk foto yang akan dimuat surat kabar. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana gambaran lingkup foto surat kabar yang diteliti. Lingkup foto berarti menjawab tempat/lokasi pengambilan gambar/informasi/fakta/ peristiwa yang disampaikan sebagai gejala yang teramati. Dalam pengambilan gambar suatu peristiwa/kejadian, akan melibatkan jurnalis atau fotografer (baik profesional maupun amatir) sebagai orang yang

43 43 mengabadikan hal tersebut menjadi satu bentuk foto berita. Hal ini akan menyangkut apa yang disebut sebagai sumber foto. Dalam ilmu komunikasi, sumber komunikasi disebut dengan komunikator. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektivitas komunikasi adalah penting sekali, karena efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan berada di tangannya. Melangkah pada konsep sumber foto akan berkaitan dengan pengertian sumber berita. Definisi sumber berita dalam Junaedhi (1991) yaitu orang atau lembaga yang memberi informasi mengenai bahan penulisan berita. Dengan demikian, dalam pesan yang berupa foto jurnalistik, yang dimaksud sumber foto ini juga bisa berasal dari orang atau lembaga. Berdasarkan uraian di atas dan kondisi materi penelitian maka studi ini akan menggunakan sistem penyusunan tersendiri dengan membagi kategorisasi untuk sumber foto menjadi: 1) Staf Redaksi; 2) Kantor Berita; 3) Lain-Lain Pada proses jurnalistik, akan terjadi pula pemilahan dalam hal penempatan gambar atau foto yang telah disetujui akan dimuat di surat kabar dan biasanya proses ini dikerjakan oleh seorang layouter. Ia akan membuat desain penempatan foto berita agar tampak menarik, sehingga secara tunggal maupun keseluruhan dapat menambah minat baca khalayak. Pada kata penempatan foto, maksud kata penempatan, merujuk pada suatu tempat atau posisi, letak, keberadaan dari suatu objek. Kategori penempatan foto dalam penelitian ini berkaitan dengan letak dari foto berita pada surat kabar yang diteliti, dibatasi pada apakah akan diletakkan di halaman muka atau halaman dalam, seperti halnya studi Trayers terdahulu. Keseluruhan rangkaian dari berbagai uraian di atas masing-masingnya akan dilihat bagaimana proporsi frekuensi dan volumenya dalam tahun Dengan demikian dibuat suatu kerangka pemikiran dari penelitian ini seperti yang tampak pada gambar di halaman berikut.

44 44 SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004 FOTO BERITA FOTO BERITA KERAS: 1. Persengketaan bersenjata dan diplomasi 2. Aktivitas dan masalah sosial politik 3. Bencana dan musibah 4. Lain-lain; gambar-gambar tentang: -politik pemerintah, -pertahanan tak bersenjata, -ekonomi dan perbankan, -pendidikan, -agama -kesehatan dan kesejahteraan rakyat. -profil tokoh politik, negarawan, pemuka agama. FOTO BERITA LUNAK: 1. Olah raga 2. Peristiwa-peristiwa umum 3. Human interest LINGKUP FOTO: 1. Lokal 2. Nasional/Daerah 3. Internasional SUMBER FOTO: 1. Staf redaksi 2. Kantor berita 3. Lain-lain: -humas lembaga/instansi pemerintah dan non pemerintah, -wartawan free lance, -wartawan yang bekerja di penerbitan lain di luar kategori staf redaksi, -perpustakaan pemerintah dan non pemerintah, -buku-buku, -media cetak lain, internet, -dokumenter/koleksi perorangan pribadi - anonim PENEMPATAN FOTO: 1. Halaman muka 2. Halaman dalam FREKUENSI dan VOLUME Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

45 45 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, akan diuji 6 (enam) hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1. Terdapat perbedaan antara frekuensi foto berita keras dengan frekuensi foto berita lunak. 2. Terdapat perbedaan frekuensi antar kategori dalam foto berita keras. 3. Terdapat perbedaan frekuensi antar kategori dalam foto berita lunak. 4. Terdapat perbedaan antara frekuensi lingkup foto lokal dengan frekuensi lingkup foto nasional dan dengan frekuensi lingkup foto internasional. 5. Terdapat perbedaan antara frekuensi sumber foto staf redaksi dengan frekuensi sumber foto Kantor Berita dan dengan frekuensi sumber foto Lainlain. 6. Terdapat perbedaan antara frekuensi penempatan foto di halaman muka dengan frekuensi penempatan foto di halaman dalam.

46 46 METODOLOGI Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis) surat kabar. Dikutip Bulaeng (2004) bahwa analisis isi adalah suatu tahap dari pemrosesan informasi yang menyangkut isi-isi komunikasi yang ditransformasikan melalui aplikasi yang sistematik dan objektif menurut ketentuan kategorisasi ke dalam data yang dapat diinterpretasi dan dibandingkan (Paisley in press). Selain itu menurut Wazer dan Wiener (1978) dalam Bulaeng (2004), analisis isi adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang terekam. Menurut Rakhmat (2000), analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi disampaikan dalam bentuk lambang. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi. Adapun tujuan penelitian yaitu deskriptif analisis, untuk melihat profil foto berita/jurnalistik yang menggambarkan proporsi setiap kategori. Berdasarkan metode ini diperoleh gambaran secara jelas tentang frekuensi dan volume foto berita yang dilihat berdasarkan penggolongan kategori-kategori. Selain itu, digunakan pula pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara lebih mendalam. Hal ini seperti yang diungkapkan Berelson dalam Content Analysis in Communication Research (1966): adding the qualitative dimension to quantitative analysis. Populasi Dan Sampel Populasi merupakan kumpulan obyek penelitian. Menurut Marzuki et al. (2000), keseluruhan subjek penelitian yang menjadi perhatian pengamatan dan penyedia data disebut sebagai populasi. Populasi penelitian ini adalah surat kabar Republika dengan periode terbit dari tanggal 2 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember Untuk memberikan masing-masing satuan populasi kesempatan yang sama untuk diwakili dalam sampel, maka koran tersebut dikoding selama enam hari dalam sepekan. Edisi minggu tidak diikutsertakan karena memiliki

47 47 penyajian isi yang berbeda dengan keenam hari yang lain. Pada edisi ini umumnya banyak dipenuhi informasi yang sifatnya ringan dan menghibur untuk dikonsumsi keluarga sehingga berbeda dengan enam hari yang lain. Menetapkan besar sampel atau ukuran sampel, dalam bahasa Inggris disebut sample size, yaitu berkaitan dengan banyak individu, subjek atau elemen-elemen dari suatu populasi yang diteliti untuk diambil sampelnya. Menurut Atherton dan Klemmack yang dikutip Ruslan (2004), terdapat dua syarat yang harus dipenuhi dalam prosedur pengambilan sampel, yaitu sampel harus representatif (mewakili), dan besarnya sampel harus memadai. Selain itu, mengutip Wimmer dan Dominick (1991): sample size is almost invariably controlled by cost. Ditulis Ruslan (2004), bahwa besar sampel yang umumnya digunakan dalam penelitian adalah 10% dari jumlah populasi. Senada dengan hal tersebut Rakhmat (2000) mengatakan bahwa pecahan sampling 0,10 atau 0,20 sering dianggap banyak penelitian sebagai ukuran sampel yang memadai. Menurut Bailey (1982) dalam Ruslan (2004), bahwa untuk penelitian yang menggunakan analisis data dengan statistik, jumlah sampel yang terkecil adalah 30 subjek/objek. Selain itu, terdapat pendapat lain dari Slovin yang dikutip Ruslan (2004), bahwa melalui pendekatan statistik dapat menentukan rumus sampel dari populasi, yaitu: n = N 1 + N e 2 n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat diinginkan sekitar 2% Penarikan sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan sistem rotasi random sampling, dimana untuk memenuhi jumlah sampel yang diteliti dengan cara diundi masing-masing mewakili hari, minggu, dan bulan selama setahun. Untuk menentukan besarnya sampel menggunakan anggapan umum yang dikutip Ruslan dan Rakhmat di atas, yaitu berjumlah 10% dari keseluruhan jumlah populasi (terbitan dalam setahun) yaitu 350 edisi (setelah dikurangi hari libur

48 48 nasional, karena Republika tidak terbit pada hari-hari tersebut). Dengan demikian jumlah sampel penelitian adalah 35 edisi dalam tahun Dengan demikian jumlah ini juga mewakili apa yang menjadi anggapan Bailey dan Slovin di atas. Unit Analisis Pada penelitian ini, unit analisis yang digunakan adalah per satuan foto berita yang dimuat dalam sampel surat kabar Republika tahun Dalam penelitian ini, sebagai peubah penelitian adalah foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto, dan penempatan foto. Metode Pengumpulan Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari surat kabar Republika berupa foto berita/jurnalistik terbitan tahun Data sekunder diperoleh dari literatur yang terkait dengan landasan teori dalam penelitian ini dan wawancara dengan redaksi penerbitan pers yang bersangkutan. Kategorisasi Menurut Berelson (dalam Wimmer & Dominick, 1981), keberhasilan dan kegagalan analisis isi ditentukan oleh kategorisasi. Sedangkan Stempel dan Westley (1981) mengatakan bahwa kategori harus dikaitkan kepada objek studi, harus berfungsi, dan sistem kategori harus dapat diterapkan. Penentuan definisi kategorisasi dalam sajian foto berita/jurnalistik dibuat berdasarkan pemantauan foto yang dimuat surat kabar Republika. Foto yang diteliti adalah semua foto yang digunakan dalam surat kabar kecuali foto yang digunakan untuk keperluan periklanan atau advertorial. Sistem penggolongan atau kategorisasi yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi sistem penggolongan yang pernah digunakan oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam bidang yang berkaitan, seperti yang dibuat oleh Deutschmann,

49 49 Manangka, Fosdick dan Trayers (dalam Flournoy, 1989). Stempel (1981) dalam bukunya mengenai metode-metode penelitian dalam komunikasi massa, mencatat sebagai berikut: Sungguh banyak manfaatnya menggunakan sistem penggolongan yang pernah dipakai dalam studi-studi lainnya. Pertama, anda akan tahu bahwa sistem penggolongan demikian sudah terbukti dapat dipakai. Dengan mengamati hasil-hasil studi lainnya yang pernah memakai sistem yang bersangkutan, anda akan memperoleh beberapa pengertian tentang pelbagai hasil yang mungkin diperoleh. Masalah validitas dan reliabilitas dengan sendirinya akan berkurang. Namun demikian, beberapa perubahan dalam kategori-kategori tersebut dianggap perlu untuk mencapai sasaran studi ini. Stempel (1981) dalam buku yang sama juga mengatakan bahwa untuk membentuk seperangkat kategori, kita perlu memperhatikan tiga hal: kategori-kategori tersebut harus langsung berhubungan dengan sasaran studi; kategori-kategori tersebut hendaklah bersifat fungsional; dan sistem kategori-kategori tersebut harus dapat dikendalikan. Berdasarkan kategori-kategori yang disebut dalam studi-studi terdahulu, maka penyusunan kategorisasi dalam penelitian ini menggunakan sistem kategori dan perangkat sendiri, yaitu berdasarkan: Foto Berita Keras Kategorisasi foto berita keras untuk penelitian ini adalah: 1. Pertahanan bersenjata dan diplomasi: dalam golongan ini termasuk gambar-gambar yang bertalian dengan persengketaan bersenjata antara dua atau lebih negara, juga gambar-gambar yang berhubungan dengan masalah dan kegiatan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dan penugasan pasukannya, gambar kegiatan resmi para pejabat diplomatik serta Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) masuk dalam kategori ini. 2. Aktivitas dan Masalah sosial politik: Kategori ini berkaitan dengan seluk beluk aktivitas politik berbagai partai politik (parpol) seperti kampanye dan kerusuhannya/pelanggarannya, masalah-masalah kejahatan dan moral masyarakat, terutama sekali yang berkaitan dengan pelanggaran dan penegakan hukum, kegiatan aparat kepolisian dan profilnya, serta kegiatan di

50 50 pengadilan. Gambar kenakalan remaja dan perbuatan kriminal lainnya masuk dalam kategori ini. Gambar tentang masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tentang hak-hak asasi dan tanggung jawab etik perorangan, tentang gerakan-gerakan hak sipil, atau demonstrasi-demonstrasi. 3. Bencana dan musibah: kategori ini terdiri dari gambar-gambar yang berkaitan dengan kecelakaan dan bencana, termasuk manusia yang terlibat di dalamnya atau korban; penghancuran kehidupan dan atau harta-benda, baik yang bersifat alamiah maupun tidak (seperti banjir, konstruksi bangunan yang salah, angin topan, pengeboman). Kecelakaan lalu lintas dan kehilangan nyawa atau cacat raga karena kejadian tersebut termasuk dalam kategori ini. 4. Lain-lain: Termasuk dalam kategori ini gambar-gambar tentang politik pemerintah, pertahanan tak bersenjata, ekonomi dan perbankan, pendidikan, agama, kesehatan dan kesejahteraan rakyat, gambar profil tokoh politik, negarawan, pemuka agama. Foto Berita Lunak Foto berita lunak dipilah-pilah berdasarkan kategori-kategori: 1. Olah raga: Gambar-gambar tentang kegiatan olah raga profesional maupun non-profesional, gambar pembimbing, olahragawan/wati, pelatih dan penonton atau suporter kegiatan olah raga. 2. Peristiwa-peristiwa umum: Gambar-gambar tentang hadirin pada berbagai acara sosial dan kemasyarakatan yang rutin, seperti acara pengumpulan dana, pesta amal, panggung gembira, acara hiburan, tokoh masyarakat dan tokohtokoh yang tidak terlibat dalam kegiatan profesional politik, sosok artis, kegiatan dan barang-barang pameran juga gambar benda/barang diam/mati atau gambar arsitektural, serta mode pakaian atau fashion show. 3. Human interest: Dalam kategori ini termasuk gambar-gambar yang bertalian dengan aspek-aspek emosional dalam kehidupan. Gambar-gambar tersebut bisa berupa kekhasan berita kecil tentang orang-perorangan, seperti profil penjual salak, tuna wisma, sosok anak-anak dan orang tua, biasanya dimaksudkan sebagai kepentingan yang tahan lebih lama daripada berita-

51 51 beritanya sendiri, akan tetapi tidak harus diterbitkan pada tanggal-tanggal tertentu. Dalam hal ini termasuk juga gambar-gambar alam dan atau satwa, lokasi wisata, seni, tari-tarian, adat-istiadat yang ditampilkan, budaya yang dijalankan dan dilestarikan. Lingkup Foto Penggolongan lingkup foto dalam studi ini berkaitan dengan studi-studi terdahulu dari Deutschman, Tobing, Rahman, dan Sifak. Kategori yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan materi pesan yang berbentuk foto sehingga pembagian kategori menjadi: 1. Lokal: yang termasuk dalam kategori ini adalah gambar yang diambil/dilaporkan bertempat di wilayah DKI Jakarta tempat asal/pusat koran Republika. 2. Nasional: yang termasuk dalam kategori ini adalah gambar yang diambil/dilaporkan bertempat/berlokasi di wilayah luar Jakarta tapi masih termasuk dalam lingkup nasional atau di wilayah Indonesia. 3. Internasional: yang termasuk dalam kategori ini adalah gambar yang diambil/dilaporkan bertempat/berlokasi di luar wilayah Indonesia, selain dua kategori di atas (no. 1 dan 2). Sumber Foto Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, dalam pesan yang berupa foto jurnalistik, yang dimaksud sumber foto ini juga bisa berasal dari orang atau lembaga. Mengacu pada studi-studi terdahulu, terutama studi dari Manangka, penelitian ini akan membagi kategori sumber foto menjadi: 1. Staf redaksi: yang termasuk dalam kategori ini adalah juru foto dan wartawan yang bekerja tetap pada koran yang diteliti. Gambar yang dihasilkan ditandai dengan inisial nama, lambang atau kode juru foto yang bersangkutan, dan ditempatkan di sebelah bawah gambar atau pada ujung garis-garis potongnya.

52 52 2. Kantor berita: dalam kategori ini sumber gambar berasal dari kantor-kantor berita Indonesia (ANTARA, KNI, IPPHOS) dan kantor-kantor berita luar negeri. 3. Lain-lain: yang termasuk dalam kategori ini adalah sumber gambar selain dari dua kategori tersebut di atas; seperti dari humas lembaga/instansi pemerintah dan non pemerintah, wartawan free lance, wartawan yang bekerja di penerbitan lain di luar kategori staf redaksi, perpustakaan pemerintah dan non pemerintah, buku-buku, media cetak lain, internet, dokumenter/koleksi perorangan pribadi atau bahkan anonim (tidak diketahui sumbernya). Penempatan Foto Penempatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah letak dimana suatu foto berita ditempatkan berdasarkan halaman dalam surat kabar. Penggolongan kategori penempatan foto juga mengacu pada penelitian terdahulu, yang dilakukan oleh Fosdick (1968), yaitu: 1. Halaman muka: yang termasuk dalam kategori ini adalah letak suatu foto berita pada halaman pertama yaitu dengan nomor urut halaman 1 (satu) dari surat kabar. 2. Halaman dalam: yang termasuk kategori ini yaitu letak suatu foto berita pada halaman nomor 2 (dua) dan seterusnya; selain halaman pertama (halaman nomor 1). Validitas Dan Reliabilitas Untuk memperoleh validitas dan reliabilitas kategori-kategori foto berita, dilakukan pengujian kategori-kategori kepada tiga juri yang dipilih dari orangorang yang dipandang memiliki kredibilitas di bidang komunikasi. Ketiga juri tersebut adalah Dr. Maryono Basuki, M.Si (Dosen Komunikasi, pengalaman di dunia jurnalistik dan Peneliti), Dra. Rini Riyantini, M.Si (Dosen Komunikasi) dan Andri Indrawan S.Sos (Humas Departemen Dalam Negeri dan mantan jurnalis).

53 53 Validitas menurut Rakhmat (2000) adalah kesucian alat ukur dengan apa yang hendak kita ukur. Teknik mengukur validitas disini yaitu dengan cara: a) menyesuaikan kuesioner dengan judul dan tujuan penelitian, b) memperhatikan saran-saran para ahli, c) memperhatikan dan menggunakan teori-teori serta pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut Sevilla et al. (1993), Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas dari suatu instrumen pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran. Reliabilitas menurut Rakhmat (2000) menunjukkan stabilitas, konsistensi, dan dependabilitas alat ukur. Untuk mengukur kehandalan, menurut Krippendorff (1991), tidak ada keharusan yang baku berapa tinggi kecocokan itu seharusnya ada, namun demikian Krippendorff menemukan bahwa, korelasi diantara berbagai variabel dengan kecocokan yang kurang dari 0,7 cenderung tidak signifikan secara statistik. Ia juga mengutip kajian yang ditemukan Brouwer dkk., (1969) bahwa mereka mengadopsi kebijakan pelaporan tentang variabel-variabel hanya jika kehandalannya di atas 0,8 dan menerima variabel-variabel dengan reliabilitas antara 0,67 dan 0,8 hanya untuk menarik kesimpulan yang sangat tentatif dan berhati-hati. Lasswell dalam Flournoy (1989), mengamati bahwa nilai-nilai yang menunjukkan 70 sampai 80 persen kesamaan antara atau di antara pengkoding independen, dapat diterima baik sebagai keterpercayaan yang memadai. Untuk mencari koefisien reliabilitas antar juri digunakan rumus uji statistik dari Holsti (Holsti, 1969; Wimmer & Dominic, 1991), sebagai berikut : Reliability = 2 M N 1 + N 2 Where M is the number of coding decisions on which two coders agree, and N 1 and N 2 refer to the total number of coding decisions by the first and the second coder, respectively.

54 54 Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa untuk penelitian foto berita ini menggunakan tiga orang juri (coder) dan perspektif formula Holsti tersebut menjadi: 3 M Koefisien Reliabilitas = N 1 + N 2 + N 3 M = jumlah kesepakatan 3 = jumlah juri (coder) N = jumlah unit atau sampel dalam uji reliabilitas Dan untuk mengukur rata-rata perbandingan nilai keputusan antar juri, dihitung dengan rumus Komposit Reliabilitas, sebagai berikut : Komposit Reliabilitas = N ( X antar juri ) 1 + ( N 1 ) ( X antar juri ) N = jumlah juri X = rata-rata koefisien reliabilitas antar juri Untuk reliabilitas, juri melakukan kalkulasi dari sub sampel sejumlah 25 persen dari keseluruhan sampel (35 sampel) yaitu sembilan edisi surat kabar. Berdasarkan rumus diatas, maka nilai kesepakatan yang diperoleh antar juri tersebut ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Koefisien Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri ANTAR JURI ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI Juri 1 dan Juri 1 dan Juri 2 dan N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS

55 55 Berdasarkan hasil penilaian tim juri tersebut, menunjukkan nilai kesepakatan antar juri sebesar 0,815. Dengan demikian sesuai anggapan Krippendorf (1991) dan anggapan Brouwer dkk., (dalam Krippendorf, 1991) di atas berarti kategorikategori yang dibuat terandal untuk digunakan. Sedangkan untuk mengetahui perhitungan nilai masing-masing kategori foto berita keras, foto berita lunak, sumber foto, lingkup foto dan penempatan foto dapat dilihat pada Lampiran 2. Analisa Data Data dari foto berita yang telah terkumpul akan dianalisis dengan melihat perbandingan antara proporsi frekuensi dan volume yang berlaku pada kategori foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto dan penempatan foto. Proporsi frekuensi dan volume tersebut pada tiap-tiap kategorinya dianalisis dengan persentase, baru kemudian dilakukan perbandingan peringkat untuk setiap unsur. Dengan demikian frekuensi dan volume foto berita keras, foto berita lunak, lingkup foto, sumber foto, dan penempatan foto akan dianalisis setelah dilihat distribusinya terlebih dahulu. Selain analisa tersebut, analisa yang digunakan pada penelitian ini juga berdasarkan anggapan Sevilla (1993) yang menyatakan bahwa Anova satu arah digunakan bila penelitian kita menghendaki perbandingan rata-rata dua atau lebih kelompok. Lebih terperinci lagi, sesuai anggapan Sevilla tersebut untuk melihat perbedaan frekuensi antara kategori foto berita keras dengan foto berita lunak, serta untuk melihat perbedaan frekuensi penampilan dalam kategori foto berita keras, dalam kategori foto berita lunak, kategori lingkup foto, kategori frekuensi sumber foto, dan perbedaan frekuensi penampilan dalam kategori penempatan foto digunakan Anova. Dengan menggunakan uji Anova, jika dalam hasil analisis data ternyata F hitung lebih besar dari F tabel (F hit > F tabel) maka hipotesis diterima. Hal ini berarti menunjukkan terdapat perbedaan frekuensi dari masing-masing kategori yang terdapat dalam foto berita surat kabar harian Republika tahun Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Gay (1976) yang dikutip Sevilla et al. (1993) mendefinisikan metode penelitian deskriptif sebagai

56 56 kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Menurut Travers (dalam Sevilla et al., 1993) tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Alasan menggunakan metode deskriptif adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi banyak segi dibanding dengan metodemetode penyelidikan lain. Data yang dikumpulkan dianggap sangat bermanfaat dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan keadaan-keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu. Menurut Sevilla et al. (1993) umumnya penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, yaitu (1) studi kasus, (2) survei, (3) penelitian pengembangan, (4) penelitian lanjutan, (5) analisis dokumen, (6) analisis kecenderungan, dan (7) penelitian korelasi. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dokumen atau sering disebut sebagai analisis isi (content analysis). Analisis dokumen atau analisis isi menurut Sevilla et al. (1993) meliputi pengumpulan data melalui pengujian arsip-arsip dan dokumen. Data yang diperoleh sesuai kategori yang telah ditentukan nantinya akan disajikan dalam bentuk tabel. Tujuannya untuk melihat kecenderungan kemunculan masing-masing kategori tersebut. Selanjutnya data dari masingmasing tabel tersebut juga akan dianalisa dengan pendekatan kualitatif.

57 57 HASIL DAN PEMBAHASAN Foto berita tak lebih dari foto biasa, yaitu foto yang mendokumentasikan suatu peristiwa atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa foto berita atau foto jurnalistik adalah suatu medium sajian untuk menyampaikan beragam bukti visual atas suatu peristiwa pada masyarakat seluas-luasnya. Secara umum dari 35 edisi surat kabar Republika dengan total 1149 foto berita, rata-rata tampilan foto berita setiap edisi sebanyak foto berita. Ini berarti setiap edisi menampilkan kurang lebih 32 atau 33 foto berita, dengan sebagian besar penempatan foto berada di bagian dalam surat kabar Republika. Sedangkan total volume dari 35 edisi sebesar mmk (milimeter kolom) dengan rata-rata volume foto berita sebesar mmk setiap edisi. Foto berita yang dimuat dalam surat kabar Republika adalah foto kejadian langsung, foto benda dan situasi, gambaran profil kehidupan atau foto yang berkaitan dengan tokoh dan atau suatu peristiwa. Tampilan foto-foto berita ini diupayakan menggambarkan isi atau informasi berita yang disajikan dalam surat kabar Republika, sehingga pembaca lebih cepat tahu akan berita yang disajikan dalam surat kabar Republika. Menurut keterangan redaktur foto surat kabar Republika, sajian foto-foto berita terutama pada halaman muka menjadi hal yang sangat penting selain judul berita untuk dapat mengajak atau menarik perhatian pembaca mengkonsumsi sajian surat kabar. Bahkan di tiap-tiap halamannya terdapat tampilan foto dalam ukuran mini yang bertujuan menginformasikan dan mengiklankan apa yang ada di halaman berikutnya. Diterangkan lagi bahwa pemilahan foto berita merupakan salah satu bentuk kerja keras redaksi terutama redaktur foto sebagai penanggungjawab tampilan foto yang dimuat. Sedangkan untuk halaman muka Republika, pemilahan foto melalui pemikiran yang lebih sulit dan proses yang lebih rumit karena juga melibatkan keputusan dari beberapa staf redaksi pada tiaptiap edisinya. Ditekankan juga oleh pihak redaksi bahwa sajian informasi dan foto berita dalam surat kabar Republika ditujukan untuk dapat dikonsumsi oleh keluarga sehingga pihak redaksi tidak akan mengangkat gambar/foto yang bertemakan kekerasan berlebihan, sadisme dan sensualitas. Hal ini juga

58 58 dilatarbelakangi oleh nuansa agama Islam yang melekat pada surat kabar Republika. Kebijakan redaksi lebih mengutamakan sajian foto yang bersifat menghibur, jenaka dalam hal ini dimaksudkan meski serius, penting namun tampak santai serta tetap intelek, mudah dicerna, dan atau bernilai informatif. Proporsi Frekuensi dan Volume Foto Berita Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi dan volume masing-masing kategori foto berita surat kabar Republika adalah (1) berita keras, (2) berita lunak, (3) sumber foto, (4) lingkup foto dan (5) penempatan foto. Perolehan masingmasing kategori frekuensi dan volume ada yang lebih dominan dan bahkan sebaliknya, hal ini akan dipaparkan dalam pembahasan berikut ini. Proporsi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak Hasil penelitian menunjukkan bahwa kategori foto berita lunak menempati frekuensi dan volume tertinggi dibandingkan foto berita keras. Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras dan Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Jenis Berita F Mean % R Volume % R 1. Berita Keras Berita Lunak Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Tabel 2 menunjukkan bahwa frekuensi kategori berita lunak lebih dominan, yaitu dari 35 edisi sebanyak 764 kali dengan nilai rata-rata sebesar (66.5%). Secara umum bahwa setiap edisi terdapat sekitar 21 atau 22 foto berita lunak. Sedangkan untuk foto berita keras rata-rata setiap edisi hanya sejumlah 10 atau 11 buah foto yang disajikan. Data ini menunjukkan bahwa frekuensi foto berita lunak lebih sering muncul dibanding frekuensi foto berita keras. Hal ini didukung

59 59 dengan data perbandingan antara urutan pertama (66.5 %) dengan urutan kedua (33.5 %) yang memiliki selisih 33 persen. Jika dilihat dari hasil volume maka diketahui kategori foto berita lunak memiliki volume yang terbanyak memenuhi halaman surat kabar. Hal ini menunjukkan bahwa volume foto berita lunak memiliki porsi paling dominan dalam surat kabar Republika sebesar 64.7 persen dengan selisih sebesar 29.4 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa adanya tingkat proporsi yang seimbang dimana semakin banyak frekuensi sajian foto berita maka akan diimbangi dengan jumlah volume dalam surat kabar harian Republika. Dominasi foto berita lunak pada sajian surat kabar Republika tahun 2004 ini sangat berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya pada tahun 1982 mengenai foto berita yang dilakukan pada surat kabar Kompas, Merdeka, Sinar Harapan, Suara Karya yang menghasilkan data bahwa proporsi foto berita keras mendominasi sajian media tersebut dibandingkan proporsi foto berita lunak. Dengan demikian ada perubahan dalam tatanan kebijakan redaksi surat kabar yang diterapkan saat itu dan saat ini. Sisi idealisme pada sajian pers mulai dikurangi mengingat tingginya persaingan dalam kehidupan pers. Terutama semenjak krisis moneter sekitar tahun 1998, banyak media massa gulung tikar atau ganti manajemen. Dengan demikian berlaku hukum dimana pers harus kreatif dan pintar menggali sumber penghidupannya masing-masing yang hanya dapat dicapai lewat para pemasang iklan. Pers cetak seperti surat kabar tidak bisa hanya mengharapkan pemasukan dari penjualan oplah cetak surat kabar. Tingginya oplah cetak surat kabar belum tentu menjadikan media tersebut memiliki pemasukan yang besar dari penjualan produknya. Namun kuota terhadap banyaknya oplah cetak ini itu tetap harus dicapai mengingat gengsi dan perilaku pengusaha pemasang iklan yang tidak akan melirik media dengan oplah sedikit. Dengan makin bertambahnya jumlah media ini menimbulkan surat kabar harus lebih banyak mensiasati tampilan dan sajiannya agar tidak ditinggalkan oleh konsumen menurut pihak redaksi Republika. Perubahan proporsi foto berita tersebut termasuk salah satu kiat yang digunakan Republika untuk tetap tampil menarik dengan kesan intelek yang tidak dilupakan. Meskipun demikian, dapat

60 60 disimpulkan bahwa situasi sekarang ini menyebabkan sisi komersial mau tidak mau harus banyak digali dan disikapi secara kreatif oleh pengusaha penerbitan pers dengan mensiasati sajian tersebut agar lebih berkesan informatif dan intelek. Dengan demikian dimaksudkan sajian atau produk mereka secara keseluruhan tidak berkesan terlalu komersial dengan banyaknya advertorial misalnya. Pihak redaksi Republika menerangkan bahwa tampilan yang terlalu serius dan terlalu didominasi berita keras akan menimbulkan kejenuhan bagi pembaca, antara lain hal ini dikarenakan sajian berita keras begitu mudah ditemui di hampir semua media, terutama surat kabar. Selain itu, kehidupan yang terkesan keras dijalani masyarakat umum telah membuat konsumen ingin mencari pelampiasan yang lebih menghibur, berkesan santai namun berisi informasi yang diperlukan mereka. Dengan demikian sajian foto-foto berita lunak menjadi pilihan redaksi untuk mendominasi isi media cetak surat kabar. Selain itu, tampilan kolom atau halaman yang bersifat menghibur ini juga dapat dijadikan oleh pihak media untuk menarik para pengusaha antara lain menjadi salah satu pendorong kreatifitas pengusaha untuk terus bersaing dengan pengusaha lainnya agar produk mereka dapat menjadi unggulan sehingga pada akhirnya diberitakan oleh media atau menjadi sorotan media. Uraian di atas menyiratkan bahwa Republika di tengah riuhnya berbagai media massa mau tidak mau telah mengurangi sisi idealisme pers dengan menyediakan halaman yang cukup banyak untuk sajian yang mengarah pada sisi komersial. Dalam hal ini anggapan Nurudin (2003) bahwa media massa selalu mengarahkan pada kita apa yang harus kita lakukan harus dicermati. Ditambah lagi dikatakan bahwa asumsinya adalah media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat pada gagasan atau peristiwa tertentu. Dengan demikian tampilnya produk atau usaha para pengusaha tersebut di sajian media dapat menjadi salah satu sarana promosi mereka. Meskipun dalam hal ini redaksi juga mengharapkan timbulnya persaingan di kalangan pengusaha untuk menonjolkan dan membuat produk yang lebih baik atau baru bagi masyarakat. Namun demikian, sisi komersial disini tampak cukup menonjol dengan porsi sajian yang cukup banyak. Hal ini didukung harapan agar pengusaha menjadi lebih tertarik pada Republika karena sajiannya yang variatif

61 61 dengan adanya kolom atau halaman khusus yang memungkinkan bagi produk atau usahanya diberitakan secara cepat dan tersebar luas. Lebih besarnya frekuensi dan volume berita lunak di halaman surat kabar Republika tahun 2004 ini antara lain disebabkan saat itu banyak peristiwa hangat yang memiliki sisi human interest menonjol yang menarik untuk disajikan. Republika bukanlah surat kabar yang hanya menjual sensasi saja dengan sajian foto-foto berita yang dapat menimbulkan keresahan atau polemik di masyarakat. Sajian foto Republika lebih bersifat umum ditujukan dapat dikonsumsi keluarga sehingga bukan merupakan foto panas dan sensasi. Foto-foto yang informatif dan menghibur yang menjadi bagian dari kategori foto berita lunak banyak ditampilkan karena dari keterangan pihak redaksi jenis foto tersebut dapat menjadi pilihan yang positif untuk mengurangi kejenuhan masyarakat. Selain itu Republika juga banyak memiliki kolom-kolom informasi/artikel yang sifatnya hiburan keluarga sehingga foto-foto yang mendukungnya pun diarahkan bernuansa hiburan atau foto feature pula. Sajian foto peristiwa umum juga banyak ditampilkan karena saat itu pun hasil perkembangan dunia usaha cukup banyak dengan ditampilkannya gambar hasil pameran, alat modern dan berbagai hasil kerajinan kecil. Dengan begitu foto yang disajikan lebih untuk konsumsi umum karena menggambarkan kegiatan juga hasil perkembangan teknologi, masyarakat dan pembangunan. Foto-foto berita tersebut berupa gambar yang sedikit banyak memiliki nilai informasi bagi individu secara umum, usaha-usaha kecil atau masyarakat daerah. Beragam sajian Republika di atas meski mengandung sisi komersial namun pada dasarnya melalui isi produknya pihak redaksi juga bertujuan untuk menjalankan misi pers. Namun dalam penerapannya sekarang ini, untuk mempertahankan sisi ideal pers pada sajiannya agar ditampilkan dalam porsi besar sangatlah sulit. Banyak kendala dialami media pers seperti Republika dalam merangkul kepentingan masyarakat dan dalam bertindak sesuai gagasan mengenai jurnalisme pembangunan. Sebagai contoh, untuk mengemas sajian pembangunan masyarakat pedesaan atau nelayan secara berkesinambungan jika tidak disiasati secara kreatif tentu dapat menjadi sajian yang membosankan. Umumnya tema pertanian dan perikanan hanya ditampilkan jika terjadi bencana atau masalah

62 62 pangan saja. Dengan demikian informasi tersebut baru disajikan jika mengancam atau bersinggungan dengan kepentingan masyarakat umum berkaitan dengan kebutuhan pangan mereka saja. Idealnya sebuah surat kabar juga mengulas atau menginformasikan hal-hal yang dibutuhkan untuk pengembangan serta pembangunan masyarakat pertanian dan perikanan mengingat mereka masih menjadi tulang punggung negara dalam pemenuhan pangan. Kondisi di atas sulit terpenuhi secara ideal mengingat segmen pembaca Republika banyak tinggal di perkotaan. Dengan demikian informasi yang disajikan selama ini sebagian besar hanya terasa bermanfaat bagi konsumen pengguna pangan, bukan bermanfaat bagi produsennya yang dalam hal ini para petani dan nelayan. Selain itu minimnya sajian pembangunan pertanian atau perikanan juga disebabkan adanya berbagai peristiwa lain yang cukup menjadi sorotan utama, yaitu seperti proses Pemilu tahun Dengan demikian nuansa atau tema politik terasa cukup kental mewarnai sajian Republika saat itu. Menurut Atmadi (1986) pers Indonesia merupakan pers pembangunan, maka sudah logis kalau masyarakat mengharapkan bentuk dan isi pers Indonesia mencerminkan pembangunan. Sejalan dengan hal itu ditulis Kusumaningrat (2005), bahwa gagasan utama tentang jurnalisme pembangunan secara ringkas adalah bahwa pemberitaan mengenai peristiwa-peristiwa nasional maupun internasional haruslah memberikan kontribusi yang positif kepada negeri yang bersangkutan. Kedua anggapan tersebut banyak diterapkan di dalam negaranegara berkembang untuk membendung model jurnalisme Barat yang dianggap berperspektif individualistik. Namun demikian kedua anggapan di atas juga merupakan salah satu sisi ideal pers yang sulit untuk diterapkan mengingat persaingan yang keras dalam dunia pers membuat pers itu sendiri, terutama surat kabar menghadapi dilema yang cukup berat. Sisi ideal ini sesungguhnya ingin dicapai redaksi melalui sajian Republika. Namun pada prakteknya penerapan sisi tersebut cukup sulit mengingat pembaca dapat menjadi jenuh dengan isi media yang dianggap menambah beban pikiran mereka. Pada umumnya pembaca tidak hanya sekedar menginginkan informasi tetapi juga pelampiasan rasa lelah mereka terhadap kehidupan yang dijalani.

63 63 Berkaitan dengan uraian di atas hal lain yang dihadapi adalah kondisi masyarakat yang memiliki budaya baca rendah. Hal ini menjadi kendala lain dari sisi pemasukan untuk modal dan perputaran media sehari-harinya di masyarakat, agar bisa terus hidup. Keinginan atau budaya membaca yang rendah di kalangan masyarakat ini bahkan terjadi di lingkungan intelektual atau pendidikan seperti kampus dan sekolah. Hal ini berkaitan dengan anggapan Rachmadi (1990), bahwa pertumbuhan pers berhubungan erat dengan berbagai faktor, seperti: tingkat melek huruf, tingkat pendidikan, urbanisasi, dan pendapatan per kapita yang di negara-negara berkembang merupakan tantangan yang harus dihadapi. Kendala ini cukup mengganggu di lingkungan negara-negara berkembang seperti Indonesia yang masih banyak memiliki penduduk buta huruf. Selain itu rendahnya atau kurangnya budaya baca pada masyarakat menyebabkan pihak redaksi harus berpikir lebih keras untuk membuat sajiannya tampil menarik. Dengan demikian untuk tetap hidup atau survive maka surat kabar harus memiliki siasat kreatif terutama dalam hal komersial. Surat kabar senantiasa berusaha menjaring produsen yang ingin memasang iklan dan juga konsumen pembaca media untuk memenuhi perputaran modal perusahaan pers mereka. Selain itu hal ini masih harus diimbangi oleh sentuhan estetika dalam tampilan desain dan lay out yang baik serta menarik pula. Proporsi Foto Berita Keras Terdapat empat kategori foto berita keras dalam sajian surat kabar Republika tahun 2004, yaitu: (1) pertahanan bersenjata dan diplomasi, (2) aktivitas dan masalah sosial politik, (3) bencana dan musibah, serta (4) lain-lain. Kemunculan kategori yang beragam pada jenis foto berita keras menunjukkan bahwa foto berita yang disajikan tidak hanya ditekankan dalam satu topik akan tetapi lebih bervariasi. Hal ini sesuai dengan sifat surat kabar Republika sebagai surat kabar harian yang ditujukan untuk memberikan informasi secara luas untuk konsumsi umum. Perolehan frekuensi dan volume setiap kategori foto berita keras dalam surat kabar Republika tahun 2004 disajikan dalam Tabel 3.

64 64 Tabel 3. Frekuensi dan Volume Foto Berita Keras Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Berita Keras F Mean % R Volume % R 1. Pertahanan Bersenjata & Diplomasi Aktivitas & Masalah Sospol 3. Bencana & Musibah 4. Lain-Lain Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Hasil penelitian pada tabel 3 menunjukkan dua jenis foto berita keras yang memiliki frekuensi dan volume tinggi, yaitu jenis foto berita lain-lain serta jenis foto aktivitas dan masalah sosial politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang memiliki frekuensi dan volume tertinggi adalah kategori foto berita keras lain-lain. Pemunculan foto berita keras lain-lain seperti tentang politik pemerintah, pertahanan tak bersenjata, ekonomi dan perbankan, pendidikan, agama, kesehatan dan kesejahteraan rakyat, gambar profil tokoh politik, negarawan, pemuka agama menempati peringkat pertama, yaitu dengan frekuensi sebanyak 191 kali dengan nilai rataan sebesar (sebanyak 49.6%). Dengan demikian dalam setiap edisi terdapat 5 atau 6 foto berita keras lain-lain yang disajikan. Data di atas juga menunjukkan adanya selisih sebesar persen antara foto berita keras lain-lain dengan foto berita keras aktivitas dan masalah sosial politik. Data tersebut juga berarti bahwa dalam setiap edisi terdapat sekitar lima foto berita keras dengan jenis foto berita lain-lain seperti foto berita berupa profil tokoh politik, negarawan, tokoh agama banyak muncul mengingat pada tahun 2004 lalu digelar Pemilu untuk memilih Presiden secara langsung. Dengan demikian profil tokoh-tokoh tersebut menjadi sorotan Republika selama hampir setahun. Tampilan foto-foto profil tersebut menurut redaksi Republika merupakan

65 65 salah satu pembelajaran bagi masyarakat yang mungkin belum mengenal tokoh politik atau agama yang sedang dibahas dalam berita tertulis yang disajikan. Uraian di atas sesuai dengan anggapan Nasution (2000) bahwa media massa diketahui memiliki kekuatan mengendalikan pengetahuan khalayaknya melalui apa-apa yang disiarkan dan tidak disiarkannya. Karena itu dengan mengorganisir sedemikian rupa isi pesan yang disampaikan, media massa pada dasarnya dapat membantu masyarakat memusatkan perhatian pada masalah-masalah pembangunan. Termasuk ke dalamnya mengenai sikap-sikap baru yang diperlukan, dan keterampilan yang harus dimiliki untuk mengubah keadaan suatu bangsa yang sedang membangun. Hal ini tentu berkaitan dengan pembangunan bidang politik negara yang pada saat itu sedang melaksanakan pola baru dalam pemilihan kepala negara. Dengan dimuatnya berbagai peristiwa atau kebijakan yang dibuat Republika sebagai media massa sedikit banyak ikut berperan dalam hal sosialisasi pola baru tersebut dengan menjalankan misi pers, yaitu mencerdaskan masyarakat. Hal ini didukung anggapan Effendy (2000) bahwa komunikasi massa memiliki fungsi mendidik yang berarti berkaitan dengan proses penyampaian pesan informatif. Selain itu nafas kegiatan agama Islam banyak terlihat pula pada sajian foto berita Republika yang memang sejak berdiri sedikit banyak memiliki latar belakang agama tersebut. Kegiatan bertemakan keagamaan seperti ibadah haji, umroh, pengajian agama atau kegiatan agama lain banyak diangkat melengkapi berita yang ditulis atau melengkapi artikel tersendiri. Bentuk sajian tersebut sesuai dengan landasan kelima pers nasional yaitu landasan sosiologis kultural, yang menurut Sumadiria (2005) berpijak pada pada tata nilai dan norma sosial budaya agama yang berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat bangsa Indonesia. Ditegaskan bahwa pers kita adalah pers nasional yang sarat dimuati nilai serta tanggung jawab sosial. Dengan demikian selain dilatarbelakangi nafas agama yang ada dalam institusi persnya sejak pertama kali berdiri, Republika pada dasarnya telah menerapkan landasan kelima dari pers nasional. Kategori foto berita keras dengan jenis aktivitas dan masalah sosial politik menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 134 kali dengan nilai rataan sebesar

66 (34.81%). Berarti setiap edisi terdapat sekitar tiga sampai empat foto berita keras dengan jenis aktivitas dan masalah sosial politik. Foto yang menonjol disini antara lain foto berita tentang aktivitas kampanye yang dilakukan oleh partai politik menjelang pemilihan umum pada tanggal 5 Juli Selain itu dengan banyaknya pergolakan di masyarakat yang timbul sebagai salah satu akibat yang timbul di dalam proses kegiatan Pemilu, maka foto kegiatan demonstrasi yang terjadi pun cukup banyak mewarnai sajian Republika. Sedangkan dilihat dari aspek volume foto berita, kategori foto berita keras yang paling banyak adalah jenis foto berita lain-lain. Hal ini menunjukkan bahwa volume jenis foto berita lain-lain memiliki proporsi yang lebih dominan dalam foto berita surat kabar Republika. Volume jenis berita lain-lain menempati peringkat pertama, yaitu (44%) dan kategori foto berita keras dengan jenis foto berita aktivitas dan masalah sosial politik pada peringkat kedua, yaitu (39.9%). Data ini menunjukkan bahwa, volume foto berita jenis lainlain menempati halaman paling luas dibanding foto berita jenis aktivitas dan masalah sosial politik dalam penempatan foto berita keras di surat kabar Republika dengan selisih sebesar 4.1 persen. Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori foto berita keras surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori foto berita keras yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga pada foto berita keras. Proporsi Foto Berita Lunak Terdapat tiga kategori foto berita lunak yang disajikan surat kabar Republika, yaitu (1) olah raga, (2) peristiwa umum, dan (3) human interest. Setiap kategori yang diamati memiliki frekuensi dan volume yang berbeda. Melihat pada hasil penelitian maka dapat diketahui jenis kategori foto berita lunak yang memiliki frekuensi dan volume tinggi yaitu kategori foto berita lunak peristiwa umum dan human interest. Perolehan frekuensi dan volume setiap kategori foto berita lunak pada surat kabar Republika tahun 2004 disajikan dalam Tabel 4.

67 67 Tabel 4. Frekuensi dan Volume Foto Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Berita Lunak F Mean % R Volume % R 1. Olah Raga Peristiwa Umum 3. Human Interest Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Tabel 4 menunjukkan foto berita jenis peristiwa umum tertinggi dalam hal frekuensi dan volume dengan jenis foto berita yang terdiri dari gambar tokoh masyarakat dan tokoh-tokoh yang tidak terlibat dalam kegiatan profesional politik, sosok artis, kegiatan dan barang-barang pameran juga gambar benda/barang diam/mati atau gambar arsitektural, serta mode pakaian atau fashion show, gambar hadirin pada berbagai acara sosial dan kemasyarakatan yang rutin, seperti acara pengumpulan dana, pesta amal, panggung gembira atau acara hiburan. Pada jenis foto human interest berupa kekhasan berita kecil tentang orang-perorangan, seperti profil penjual salak, tuna wisma, sosok anak-anak dan orang tua, biasanya dimaksudkan sebagai kepentingan yang tahan lebih lama daripada berita-beritanya sendiri, akan tetapi tidak harus diterbitkan pada tanggaltanggal tertentu. Dalam hal ini termasuk juga gambar-gambar alam dan atau satwa, lokasi wisata, seni, tari-tarian, adat-istiadat yang ditampilkan, budaya yang dijalankan dan dilestarikan. Pemunculan foto berita lunak tentang foto berita peristiwa umum, yaitu dengan frekuensi sebanyak 447 kali dengan nilai rataan sebesar (sebanyak 58.51%). Hasil ini menunjukkan bahwa tampilan kategori foto berita lunak dengan jenis foto berita tentang peristiwa umum dalam setiap edisinya terdapat sekitar 12 atau 13 foto berita. Sajian foto peristiwa umum banyak ditampilkan karena saat itu perkembangan dunia usaha cukup banyak dengan ditampilkannya gambar hasil pameran, alat modern dan berbagai hasil kerajinan kecil. Sajian foto

68 68 Republika lebih bersifat umum antara lain karena bukan semata merupakan foto panas dan sensasi. Banyaknya jumlah foto tersebut juga karena Republika memiliki kolom atau halaman tersendiri yang menyajikan berbagai produk-barang di pasaran seperti barang peralatan rumah tangga, produk teknologi baru, kerajinan, mobil dan otomotif, atau barang pameran lainnya. Telah diuraikan sebelumnya bahwa sajian ini digunakan Republika antara lain untuk memotivasi dunia usaha dan menarik minat mereka terhadap isi surat kabar berkaitan dengan sisi komersial untuk penghidupan surat kabar. Dalam kolom atau halaman tersebut disajikan beberapa gambar berupa foto benda-produk yang diinformasikan saat itu. Hal ini mengingat gambar berupa foto sangat menjadi perhatian pembaca dan dapat menjadi salah satu pendorong minat baca terhadap informasi yang ditulis. Seperti telah diuraikan sebelumnya bahwa hal ini juga mengandung sisi komersial karena pemasukan dari pembelian produk pers juga membantu dalam menyokong kehidupan surat kabar. Dengan demikian sisi ideal pers menjadi berkurang karena cukup banyak dipenuhi sajian yang dalam hal ini foto berita yang mengandung unsur komersial. Jenis foto berita lunak tentang peristiwa umum yang sering muncul lainnya adalah gambar tokoh masyarakat dan artis. Hal ini juga karena Republika memiliki kolom khusus yang sifatnya ringan menghibur yang disertai sajian gambar para entertainer atau tokoh masyarakat yang diwawancarai saat itu. Sajian tersebut dimaksudkan sebagai selingan dan penyeimbang dari penggambaran profil tokoh politik atau agama yang cukup banyak diangkat pada tiap-tiap edisinya. Didukung situasi negara yang sedang mengalami proses Pemilu dengan sistem baru pemuatan profil tersebut diangkat berkaitan dengan pembelajaran kepada masyarakat tentang tokoh-tokoh yang ada. Dengan demikian adanya foto berita berupa gambar para entertainer tersebut menjadi selingan yang sifatnya menghibur. Kategori Foto berita lunak dengan jenis foto berita tentang human interest menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 174 kali dengan nilai rataan sebesar (22.77%). Data ini juga menunjukkan selisih sebesar persen. Pada saat itu banyak peristiwa hangat yang memiliki sisi human interest menonjol yang

69 69 lebih menarik disajikan dalam bentuk gambar berbicara mewakili kondisi yang ada. Jenis foto human interest ini juga menampilkan gambar kegiatan pembangunan disertai profil pelakunya dalam bentuk ringan namun menyentuh emosi pembaca. Disini diperkuat dengan etika Republika sebagai surat kabar yang tidak semata-mata menjual sensasi dengan sajian foto-foto berita yang dapat menimbulkan gejolak di masyarakat. Namun demikian masih terdapat kelemahan dalam sajian foto berita Republika, terutama pada jenis foto berita lunak, seringkali memiliki kekurangan dalam hal keakuratan informasi dimana unsur jurnalistik dalam keterangan foto kurang mendukung kelengkapan berita. Bahkan pada foto berita keras yang seharusnya memiliki kelengkapan, keakuratan informasi, hal tersebut juga tidak dicantumkan. Berkaitan dengan hal tersebut Sugiarto (2004), menandaskan bahwa foto jurnalistik yang baik seharusnya mengandung unsur 5W+1H. Nilai sebuah foto jurnalistik foto sebuah berita yang mengungkapkan dan melaporkan semua aspek dari suatu kenyataan dengan menyiratkan rumus 5W+1H, yaitu: what, who, why, where, when, dan how dapat mewakili ribuan kata atau kalimat. Melihat berbagai unsur tersebut setidaknya unsur kapan (when) dan dimana (where) sering tidak dicantumkan atau digambarkan dengan jelas pada sajian foto beritanya. Dengan demikian, dari segi kelengkapan informasi foto berita tersebut menjadi memiliki kelemahan yang dapat menimbulkan ketidakakuratan pesan di mata pembaca. Sedangkan dilihat dari aspek volume foto berita, kategori foto berita lunak yang paling banyak adalah foto berita lunak tentang peristiwa umum. Hal ini menunjukkan bahwa volume kategori foto berita lunak tentang peristiwa umum memiliki proporsi yang lebih dominan dalam kategori foto berita lunak surat kabar Republika. Volume foto berita tentang peristiwa umum menempati peringkat pertama, yaitu (52.7%) dan foto berita lunak tentang human interest pada peringkat kedua, yaitu (39.9%) dengan selisih sebesar 12.8 persen. Data ini menunjukkan bahwa, volume foto berita lunak tentang peristiwa umum menempati halaman paling luas dibanding foto berita lunak tentang human interest dalam foto berita lunak surat kabar Republika.

70 70 Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori foto berita lunak surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori berita lunak yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga pada berita lunak. Proporsi Sumber Foto Terdapat tiga kategori sumber foto dalam sajian foto berita surat kabar Republika pada tahun 2004, yaitu: (1) staf redaksi, (2) kantor berita dan (3) lainlain. Pada setiap kategori sumber foto yang diamati dalam sajian foto berita surat kabar Republika diperoleh frekuensi dan volume yang berbeda, hal ini dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Frekuensi dan Volume Sumber Foto Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Sumber Foto F Mean % R Volume % R 1. Staf Redaksi Kantor Berita Lain-lain Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Kategori yang beragam pada tabel 5 di atas menunjukkan bahwa sumber foto dalam surat kabar Republika tidak hanya berasal dari satu sumber foto saja. Hal ini menunjukkan bahwa pihak redaksi surat kabar Republika cukup akomodatif dalam menata sumber-sumber foto berita yang ada. Tabel 5 menunjukkan bahwa kategori sumber foto yang berasal dari staf redaksi memiliki frekuensi yang lebih banyak, yaitu 514 kali dengan nilai rataan 14,686 (44.7%). Peringkat kedua sumber berita yang berasal dari lain-lain seperti lembaga humas, wartawan freelance, perpustakaan, atau bahkan anonim yaitu dengan kemunculan sebanyak 334 kali dengan nilai rataan sebesar (29.1%) dengan selisih sebesar 15.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dalam setiap edisi terdapat sekitar 14 sumber foto berita yang berasal dari staf redaksi. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Manangka (1982)

71 71 dimana surat kabar Kompas, Suara Karya dan Sinar Harapan memiliki sumber foto staf redaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan sumber foto lainnya. Sedangkan volume kategori sumber foto berita yang dominan adalah yang berasal dari staf redaksi, yaitu nilai rataan volume sebesar (49.4%). Sedangkan sumber foto yang berasal dari kantor berita seperti Kantor Berita Antara, AP, AFP dan juga lainnya menduduki peringkat kedua yaitu sebesar (26.7%). Uraian tersebut menunjukkan bahwa frekuensi dan volume sumber foto surat kabar Republika pada peringkat pertama berasal dari staf redaksi. Dimana setiap frekuensi kategori sumber foto berita yang tinggi tidak selalu diimbangi dengan volume yang besar pula. Besarnya sajian foto berita yang berasal dari staf redaksi ini sesuai kebijakan redaksional Republika dimana dalam setiap sajian berita dan foto berita selalu lebih mengutamakan sumber yang berasal dari staf redaksi surat kabar Republika, terutama dari wartawan atau pewarta foto (fotografer) mereka. Meski demikian menurut Redaktur Foto Republika, kriteria foto yang baik secara keseluruhan tentu mempengaruhi pemilahan foto untuk dimuat. Jika jurnalis luar redaksi hasil karyanya jauh lebih baik, tentu redaktur foto akan memuat hasil karya orang luar tersebut. Hal ini akan memacu staf redaksi, terutama jurnalis foto untuk berkarya lebih baik selain juga dapat meningkatkan kredibilitas Republika sebagai surat kabar nasional yang besar. Ditegaskan Redaktur Foto bahwa bagaimanapun, kualitas foto yang sesuai kriteria pihak redaksi akan terus dijaga agar tetap menarik bagi konsumen surat kabar. Besarnya persentase sajian sumber foto dari staf redaksi secara tidak langsung membuktikan kemampuan Republika untuk mandiri. Selain itu, hal ini juga memberikan nilai tambahan bagi image positif Republika di mata umum antara lain karena memiliki wartawan foto yang handal dengan karya-karyanya di bidang foto jurnalistik. Uraian di atas selaras dengan posisi wartawan atau pewarta foto yang juga adalah seorang komunikator dalam hal ini. Dalam ilmu komunikasi, sumber komunikasi disebut dengan komunikator. Kedudukan dan fungsi komunikator dalam upaya menciptakan efektivitas komunikasi adalah penting sekali, karena efektif tidaknya pesan-pesan yang disampaikan berada di tangannya. Oleh karena itu, komunikator yang berbeda, dengan membawa pesan yang sama pada khalayak

72 72 yang sama dalam suasana yang sama pula, dapat menimbulkan efek yang berbeda. Artinya, tidak semua komunikator mempunyai daya tarik yang sama meski pesan yang disampaikannya sebenarnya sama. Seorang pewarta foto yang handal akan menghasilkan karya yang baik secara fotografis, informatif dan atau menyentuh perasaan serta mudah dicerna. Dalam hal ini foto yang dihasilkan harus selaras dengan anggapan Rothstein (1974) yang mengatakan bahwa gambar berbicara langsung dengan jiwa kita dan mengungguli rintangan-rintangan bahasa dan nasionalitas. Dengan demikian, jika sebuah karya foto yang dihasilkan mudah di mengerti masyarakat yang majemuk atau yang berbeda bahasa dan nasionalitas maka karya tersebut dapat dikatakan berhasil dan efektif penyampaian pesannya. Jika sampai pada taraf tersebut biasanya nama seorang pewarta foto telah banyak dikenal orang dan kalangannya sesama wartawan atau jurnalis. Memiliki pewarta yang handal sebagai salah satu sumber foto media, baik secara langsung maupun tidak tentu akan meningkatkan kredibilitas dan nama baik surat kabar tersebut. Umumnya khalayak mempunyai komunikator kesayangan dan kepercayaan. Dalam hal ini hasil karya seorang pewarta foto umumnya pula memiliki kekhasan tersendiri yang membuat karyanya disukai sesama wartawan atau jurnalis, lembaga pers yang terkait dan atau konsumen. Berbagai kalangan tersebut sangat menghargai komunikator yang kompeten, yang dikenal, dikagumi, dan disegani masyarakat. Untuk menjadi pewarta foto yang baik dan terkenal harus mempunyai syarat-syarat tertentu, terutama adalah kredibilitas yang umumnya diperoleh seorang pewarta foto lewat pengalaman yang cukup panjang. Ruben (dalam Munthe, 1993), komunikator jelas tidak akan sama bobotnya bagi setiap orang, karena dipengaruhi jarak kedekatan, daya tarik, baik fisik ataupun sosial, kesamaan latar belakang pendidikan, agama, budaya, kredibilitas, dan otoritas, motif, dan minat, cara penyampaian, status, kekuatan otoritas seseorang berbeda. Dikaitkan dengan masalah sumber foto surat kabar maka unsur kredibilitas, otoritas, motif, status sumber foto dalam hal ini juga mempengaruhi kredibilitas media dalam menampilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Untuk itulah Republika juga banyak menggunakan foto berita yang berasal dari Kantor Berita yang telah memiliki nama di tengah masyarakat jika ia tidak memiliki bahan (stok) foto berita yang sesuai dengan materi yang

73 73 akan diangkat. Setidaknya keaslian, ketepatan dan keakuratan gambar dalam hal ini tidak akan dipertanyakan kembali oleh masyarakat pembaca jika melihat sajian foto berita. Lebih banyaknya sumber foto lain-lain pada sajian Republika dibandingkan sumber foto yang berasal dari Kantor Berita ditimbulkan banyaknya halaman yang menampilkan sajian foto mengenai produk hasil usaha dan teknologi modern. Tampak pula artikel yang mengetengahkan informasi kegiatan pameran berbagai produk dari alat rumah tangga hingga kendaraan mewah dan liputan ini umumnya memerlukan banyak gambar yang terkadang tidak dapat dijumpai di pameran saja. Foto-foto yang disajikan sebagian besar merupakan gambargambar yang diambil dari berbagai situs internet atau merupakan dokumen milik perusahaan terkait yang produknya diinformasikan dan secara langsung maupun tidak langsung dipromosikan oleh Republika. Dari berbagai uraian di atas, meski sumber foto lain-lain dan sumber foto Kantor Berita cukup banyak namun tetap memiliki frekuensi dan volume lebih rendah dibanding sumber foto yang berasal dari staf redaksi. Dengan demikian, bagaimana pun Republika masih memiliki image positif sebagai media besar yang memiliki lebih banyak sajian foto yang berasal dari hasil karya sendiri. Proporsi Lingkup Foto Kategori lingkup foto dalam foto berita surat kabar Republika dibagi menjadi tiga, yaitu (1) lokal, (2) nasional dan (3) internasional. Perolehan frekuensi dan volume lingkup foto disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Frekuensi dan Volume Lingkup Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Lingkup Foto F Mean % R Volume % R 1. Lokal Nasional Internasional Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk)

74 74 Tabel 6 di atas menunjukkan dua jenis lingkup foto berita yang memiliki frekuensi dan volume diatas rata-rata, yaitu kategori lingkup foto berita dengan jenis foto berita yang berasal dari lokal yaitu berbagai foto berita yang berlokasi di wilayah DKI Jakarta dan jenis lingkup foto berita internasional yaitu foto berita tentang kejadian-kejadian yang berasal dari negara-negara lain (luar negeri). Dengan demikian, hasil penelitian kategori lingkup foto menunjukkan lingkup foto lokal memiliki frekuensi tertinggi dan volume yang dominan. Pemunculan kategori lingkup foto berita yang dengan jenis foto berita lokal, yaitu sebanyak 424 kali dengan nilai rataan sebesar (sebanyak 37%). Lingkup foto berita yang berasal dari internasional menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 420 kali dengan nilai rataan sebesar 12 (36.5%). Hasil di atas disebabkan Republika sebagai surat kabar yang kantor pusatnya di wilayah DKI Jakarta banyak mengangkat masalah aktual di seputar ibukota negara ini. Dengan demikian lingkup foto lokal menjadi dominan adanya. Terlebih saat itu Jakarta menjadi sentral kegiatan politik dan sentral dari proses pergantian pemerintahan karena adanya Pemilu Presiden secara langsung untuk yang pertama kalinya. Dengan begitu, baik profil tokoh maupun peristiwa yang disajikan dalam gambar pun banyak terdapat dan terjadi di wilayah DKI ini sehingga pemotretannya terjadi di lingkup lokal. Uraian di atas diperkuat Mc.Quail (1996) yang mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi suatu pilihan, antara lain adalah aspek manusia, lokasi, dan waktu; mengenai lokasi terutama ditentukan oleh jarak fisik. Informasi mengenai suatu peristiwa, menurut Galtung dalam Mc.Quail (1996) haruslah antara lain secara budaya dekat (akrab) dengan publik sasaran. Dengan demikian dalam menyeleksi pesan berupa foto dalam surat kabar akan mempertimbangkan pula mengenai kedekatan fisik peristiwa tersebut terjadi dengan khalayak pembacanya. Berkaitan dengan lingkup tersebut, meski jumlah terbesar adalah lingkup lokal dan terdapat pula berbagai foto lingkup nasional, namun tema yang diusung dalam masing-masing foto tersebut tidak banyak yang mengangkat masalah atau kondisi pertanian dan pedesaan. Telah diuraikan sebelumnya bahwa materi yang diangkat umumnya masih terkait dengan kondisi Pemilu yang berlangsung pada

75 75 tahun tersebut. Surat kabar sebagai media yang akurat dalam menyampaikan pesan-pesan pembangunan secara aktual mampu membawa dirinya sebagai media penyebar informasi kepada massa (Muhsin, 1998). Berbagai sajian Republika saat itu memang ditujukan untuk menunjang pembangunan politik pemerintah dan negara namun demikian akan terasa lebih baik dari segi ideal pers untuk tetap mengetengahkan kondisi pertanian pedesaan yang selama ini menjadi pilar kebutuhan pokok masyarakat. Berkaitan dengan hal di atas, ditinjau dari sudut jurnalistik, pembangunan adalah suatu proses, yang dalam kelangsungannya untuk mencapai sasaran yang dituju, yakni tingkat hidup kemasyarakatan yang lebih tinggi dan merata dibanding dengan sebelumnya, menjumpai faktor-faktor yang memperlancar dan menghambatnya. Fungsi jurnalistik pembangunan adalah untuk menunjang berlangsungnya pembangunan, dalam arti untuk membantu memperlancar dan menghilangkan hambatan-hambatan. Pembangunan tidak akan mencapai tujuan dengan segera, apabila faktor-faktor yang menghambat tidak segera dihilangkan (Effendi, 2000). Dari uraian tersebut tampak jelas bahwa berita atau informasi yang berkaitan dengan lingkup pertanian dan pedesaan perlu banyak diketengahkan tiap tahunnya. Hal ini mengingat masih banyak kendala dan hambatan yang terjadi dalam pembangunan pertanian pedesaan yang diharapkan dapat dikurangi dengan disajikannya berbagai masalah terkait dalam bidang tersebut. Penerapan kondisi ini akan meningkatkan sajian foto berita lingkup nasional mengingat wilayah kerja pertanian dan pedesaan bisa dikatakan hampir mutlak termasuk dalam lingkup nasional. Persentase kedua terbesar yaitu foto lingkup internasional banyak menghiasi lembar surat kabar Republika karena Republika dalam sajian kolom olah raga dan kolom gerai (produk) sebagian besar berasal dari kantor-kantor berita dan juga dari internet atau literatur lain. Kondisi ini tampaknya berkaitan juga dengan banyaknya sajian berita olah raga seperti sepakbola, basket dan tenis yang berasal dari pertandingan di kancah internasional. Ini berarti surat kabar Republika membeli liputannya dan atau gambarnya dari kantor-kantor berita seperti AFP, AP, atau dari Antara, mengingat Republika tidak selalu memiliki koresponden di luar negeri.

76 76 Meskipun foto lingkup internasional jumlahnya menempati urutan kedua, namun secara keseluruhan, total foto di lingkup wilayah dalam negeri, yaitu dari jumlah foto lokal dan nasional mencapai 729 foto (63.5 %). Dengan demikian hampir 2/3 foto berita yang ada berasal dari dalam negeri. Hal ini tentu selaras dengan kriteria atau ciri penanda kejadian yang dapat dinilai sebagai berita yang antara lain adalah dalam lingkungan sendiri; artinya kejadian tersebut lebih dianggap penting bila berada/terjadi di lingkungan sendiri. Selain itu hal tersebut juga diperkuat anggapan Galtung (dalam Mc.Quail, 1996) bahwa informasi mengenai suatu peristiwa haruslah antara lain secara budaya dekat (akrab) dengan publik sasaran. Dengan demikian dalam menyeleksi pesan berupa foto dalam surat kabar akan mempertimbangkan pula mengenai kedekatan fisik peristiwa tersebut terjadi dengan khalayak pembacanya. Besarnya sajian Republika berkaitan dengan lingkup foto ini sesuai anggapan Douglas Wood Miller (dalam Suhandang, 2004) yang dalam tulisannya The News Slant and the Reporter mengemukakan tiga unsur dari berita yang bisa membangkitkan minat pembaca untuk menikmatinya, yaitu: waktu, tempat, dan isinya. Terhadap tempat kejadian suatu peristiwa, orang umumnya lebih tertarik pada tempat-tempat yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Artinya kejadian tersebut lebih dianggap penting bila berada/terjadi di lingkungan sendiri. Hal ini juga sesuai dengan apa yang ditulis Soehoet (2003) bahwa ada empat faktor yang menentukan nilai berita bagi seseorang, yakni: 1)kegunaan berita; 2)aktualitas; 3)hubungan pembaca dengan peristiwa; 4)kelengkapan berita. Berkaitan dengan unsur hubungan pembaca dengan peristiwa, ditulis bahwa antara lain yang menentukan nilai berita bagi pembaca adalah jarak tempat tinggal pembaca dengan tempat peristiwa terjadi. Faktor ini disebut juga dengan proximity. Dengan demikian, proximity atau proksimitas sebagai jarak fisik pembaca dengan tempat kejadian memang ikut menentukan dalam menariknya sebuah berita yang dalam hal ini berupa sajian foto berita. Sedangkan dilihat dari aspek volume kategori lingkup foto berita, kategori lingkup foto berita yang paling banyak adalah jenis foto berita lokal. Hal ini menunjukkan bahwa volume kategori foto berita lokal memiliki proporsi yang lebih dominan dalam foto berita surat kabar Republika. Volume jenis foto berita

77 77 lokal menempati peringkat pertama, yaitu (37.1%) dan lingkup foto berita internasional pada peringkat kedua, yaitu (31.8%). Data ini menunjukkan bahwa, volume kategori lokal menempati halaman paling luas dibanding kategori internasional dalam lingkup foto berita surat kabar Republika. Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori lingkup foto berita surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori lingkup foto berita yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga, meskipun frekuensi dan volume yang dimiliki masingmasing kategori memiliki perbedaan yang kecil. Proporsi Penempatan Foto Terdapat dua jenis penempatan foto berita dalam surat kabar Republika, yaitu (1) penempatan foto di halaman muka dan (2) penempatan foto di halaman dalam. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Frekuensi dan Volume Penempatan Foto Berita Surat Kabar Republika Tahun 2004 No Penempatan F Mean % R Volume % R Foto 1. Halaman Muka 2. Halaman Dalam Jumlah Keterangan: F= Frekuensi R= Rangking Volume dalam milimeter kolom (mmk) Tabel 7 menunjukkan penempatan foto berita di halaman dalam memiliki frekuensi dan volume sangat tinggi, yaitu 1062 kali dengan nilai rataan sebesar (92.4%). Sedangkan penempatan foto berita pada halaman muka menempati peringkat kedua, yaitu sebanyak 87 kali dengan nilai rataan sebesar (7.6%). Dengan demikian penempatan foto di halaman dalam memiliki frekuensi yang sangat tinggi dibandingkan halaman muka. Sedangkan dilihat dari aspek volume kategori penempatan foto berita maka foto berita pada halaman

78 78 dalam juga memiliki volume tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa volume kategori letak foto berita halaman dalam memiliki proporsi yang lebih dominan dalam penempatan foto berita surat kabar Republika. Volume kategori ini menempati peringkat pertama, yaitu sebesar mmk (93.9%) dan penempatan foto berita halaman muka pada peringkat kedua, yaitu sebesar (6.1%). Data ini menunjukkan volume kategori halaman dalam menempati area halaman surat kabar paling luas dibanding kategori penempatan foto berita halaman muka pada setiap sajian surat kabar Republika. Uraian diatas menunjukkan adanya kesesuaian proporsi antara frekuensi dan volume kategori lingkup foto berita surat kabar Republika. Ternyata pada frekuensi kategori penempatan foto berita yang tinggi senantiasa diikuti oleh volume kategori yang tinggi juga, meskipun frekuensi dan volume yang dimiliki masing-masing kategori memiliki perbedaan yang jauh sebesar 87,8 persen. Hasil di atas berarti bahwa pada setiap edisi terdapat dua foto berita yang penempatannya terdapat di halaman muka. Meskipun dari segi persentase frekuensi dan jumlah volume sangat sedikit namun nilai foto berita yang disajikan pada halaman muka dianggap lebih atau paling penting, aktual dan atau menarik dibandingkan halaman lainnya, menurut penjelasan redaktur foto Republika. Hal ini sesuai anggapan Pasaribu dan Siregar (2000), sampul depan yang menarik dan komunikatif dapat menggerakkan mata pembaca untuk membuka halaman berikutnya, untuk menyimak isi. Selain itu berkaitan dengan pentingnya foto berita, ditulis Yurnaldi (1992a), sebuah foto jurnalistik juga berfungsi sebagai headline (judul berita). Dengan demikian sebuah foto berita jika diletakkan di halaman muka tentu memiliki nilai berita tinggi dan atau nilai estetika yang tinggi. Uraian tersebut berkaitan dengan keterangan redaktur foto Republika bahwa pemilahan foto halaman depan (cover) membutuhkan proses berpikir rumit dan penuh berbagai pertimbangan untuk bisa ditampilkan di halaman muka. Keterangan pihak redaksi di atas sejalan dengan anggapan Kusmiati et al. (1999) bahwa memilih foto mana yang dapat menangkap suasana atau mood yang tepat untuk suatu tulisan sangatlah sulit. Apalagi foto tersebut dimaksudkan untuk halaman muka, maka ada proses pentapisan informasi yang dilakukan dalam kondisi seperti ini untuk memilah foto berita. Redaktur foto Republika

79 79 mengatakan bahwa sangatlah sulit dan menjadi beban tersendiri saat menentukan foto cover karena diharapkan foto ini dapat memikat perhatian konsumen umumnya dan khususnya pembaca Republika. Memikat perhatian ini menurut redaktur foto tidak hanya pada saat pertama melihat surat kabar, akan tetapi diharapkan juga dapat mengajak pembaca untuk terus membaca halaman berikutnya. Melengkapi uraian di atas, berkaitan dengan pemilahan foto, pihak redaksi Republika mengatakan bahwa pengambil keputusan untuk tampilan foto halaman muka terdiri dari pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, redaktur foto dan terakhir bagian desain. Hal ini tidak terjadi untuk foto berita halaman dalam yang pemilahan fotonya hanya diputuskan oleh redaktur foto sendiri. Jenis foto berita yang disajikan disini banyak mengetengahkan peristiwa terhangat di lingkup internasional maupun dari dalam negeri sendiri. Foto-foto aktivitas sosial politik seperti demonstrasi, kegiatan pengadilan, serta gambar bencana musibah banyak menghiasi halaman ini selain gambar human interest. Ditampilkannya berbagai foto berita membantu khalayak mengetahui informasi tercetak dengan cepat dan akurat. Begitu pentingnya sebuah foto pada media cetak seperti surat kabar, terutama pada halaman muka, ditunjang anggapan Yurnaldi (1992a) yang menyatakan bahwa sebuah berita foto memiliki kelebihan dari berita tulis. Yurnaldi (1992a) secara lebih rinci mengungkapkan: Dibanding berita tulis, berita foto dapat dibuat dengan mudah dan cepat; daya rekam yang akurat (asal tidak dimanipulasi); unggul dalam menyajikan kejadian-kejadian yang bersifat fisik; dapat mengejar jangka waktu; tidak memerlukan penerjemahan di dalam pemberitaan lintas negara; lebih kompak dibanding berita tulis untuk menjelaskan esensi suatu berita; efek dari suatu berita foto lebih besar daripada berita tulis karena respons perasaan manusia lewat indera penglihatan lebih cepat dan langsung mengenai pikiran-perasaan pembaca. Dengan demikian foto yang disajikan pada halaman muka jika diolah dengan benar menjadi lebih terasa penting dan bermanfaat bagi pembaca. Dari keseluruhan gambar di halaman muka sejumlah 87 buah foto berita, terdapat foto berita keras sebanyak 75 foto (86,2%) dan foto berita lunak sejumlah 12 foto (13,8%). Dengan demikian tampilan halaman muka tetap didominasi oleh foto yang hangat, aktual serta penting. Namun demikian nuansa menghibur, menimbulkan rasa relax tanpa meninggalkan kesan serius, penting dan intelek

80 80 dengan muatan yang bersifat informatif pada sajian fotonya tetap dijaga oleh pihak redaksi agar konsumen tidak jenuh pada sajian berita. Pada halaman muka surat kabar juga disajikan format gambar yang cukup besar dengan tampilan horizontal atau pun vertikal untuk menarik perhatian khalayak dan menghasilkan desain yang enak dilihat. Selain hal itu, terdapat acuan desain yang sesuai dengan anggapan Kusmiati et al. (1999), yaitu saat meneliti foto antara lain perlu menentukan arah pandang subjek dalam menatap pembaca, karena mata pembaca biasanya bergerak pada arah yang sama. Kemudian tempatkan wajah foto di sebelah kanan, bila ingin mengajak pembaca membaca dari suatu sampul ke lembaran isi. Hindari menempatkan foto wajah seseorang dengan arah pandang ke kiri pada margin sebelah kiri, karena peletakkan foto seperti ini akan membawa pembaca keluar dari lembar tulisan. Meski jumlahnya sedikit, foto pada halaman muka menjadi sangat penting menurut kebijakan redaksi harian umum Republika karena berdasarkan penelitian intern mereka kepada pembaca, bahwa foto berita, terutama di halaman muka merupakan unsur berita pertama yang ditangkap mata pembaca terlebih dulu sebelum mereka mengkonsumsi informasi berupa tulisan. Kesan ini dapat mempengaruhi penilaian mereka terhadap tampilan surat kabar secara keseluruhan. Berarti jika foto yang ditampilkan baik dan menarik, maka surat kabar tersebut akan dinilai baik, dan ini akan berlaku sebaliknya jika tampilannya buruk dan tidak menarik. Redaksi Republika menerangkan bahwa salah satu cara untuk memperbaiki mutu surat kabar dan meningkatkan readership ialah dengan menggunakan fotofoto berita yang serasi dengan selera dan kepentingan masyarakat. Uraian tersebut sesuai dengan anggapan Woodburn dalam Flournoy (1989) yang menandaskan bahwa foto-foto dalam surat kabar menyetop pembaca dan bahwa tingkat readership foto adalah tinggi dibandingkan unsur-unsur surat kabar lainnya. Tampilan foto yang menarik ikut membantu meningkatkan minat baca konsumen pada berbagai berita yang disajikan surat kabar, baik itu di halaman muka maupun di halaman dalam. Menurut redaktur foto Republika kesalahan dalam pemuatan foto akan berakibat sangat fatal bagi surat kabar karena foto merupakan bahasa yang universal, apalagi jika kesalahan tersebut terjadi pada

81 81 halaman muka. Sebuah foto dapat digunakan sebagai sarana berkomunikasi yang dapat menembus batas pembaca yang berlatar belakang sangat majemuk. Berbagai uraian di atas menjelaskan bahwa meski jumlah persentase frekuensi dan volume halaman muka sangat rendah namun tidak membuat halaman tersebut menjadi tidak penting. Sajian foto halaman muka bagi pihak redaksi merupakan salah satu kunci utama keberhasilan surat kabar dalam mempertahankan image yang dibangun dan dikehendaki surat kabar. Analisis Terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak Hasil analisis terhadap frekuensi foto berita keras dan berita lunak dengan menggunakan uji Anova disajikan dalam Tabel 8 dibawah ini. Tabel 8. Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras dan Foto Berita Lunak Surat Kabar Republika Tahun 2004 Sumber Derajat F F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas Hitung Model Galat Total Keterangan: Signifikan pada taraf nyata α = 0.01 Signifikan pada taraf nyata α = 0.05 Dari hasil analisis Anova pada kategori foto berita keras dan berita lunak diperoleh (F Hitung) sebesar Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil F tabel (taraf nyata (α) 0.01, db=1) sebesar Dari analisis Anova tersebut hipotesis 1 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara frekuensi foto berita keras dengan foto berita lunak dapat diterima. Dengan demikian diketahui bahwa Republika dalam tiap-tiap terbitan konsisten memiliki perbedaan jelas berkaitan dengan sajian foto berita keras dan sajian foto berita lunaknya.

82 82 Hasil di atas berkaitan dengan kebijakan redaksi surat kabar Republika dimana Republika jauh lebih banyak menyajikan variasi foto berita yang menyiratkan foto berita lunak. Hasil tersebut berkaitan dengan anggapan Nurudin (2003) bahwa setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan, posisi dalam surat kabar). Sesuai kebijakan redaksinya maka dari segi panjang penyajian dan terutama dari cara penonjolan yang menyangkut frekuensi pemuatan, foto berita lunak diberi penekanan tertentu oleh Republika. Dengan penekanan bobot isu tersebut dapat diketahui bahwa dari segi frekuensi terdapat perbedaan antara foto berita keras dengan foto berita lunak. Kebijakan redaksi sebagai landasan strategis operasional meski dibuat oleh masing-masing media namun tidak boleh lepas dari kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. Landasan strategis operasional ini merupakan landasan keempat pers nasional yang menurut Sumadiria (2005) mengacu kepada kebijakan redaksional media pers masing-masing secara internal yang berdampak kepada kepentingan sosial dan nasional. Garis haluan manajerial berkaitan erat dengan filosofi, visi, misi, orientasi, kebijakan, dan kepentingan komersial. Garis haluan redaksional mengatur tentang kebijakan pemberitaan atau sesuatu yang menyangkut materi isi serta kemasan penerbitan media pers. Kebijakan redaksi yang diterapkan pada umumnya berbeda di tiap-tiap institusi pers juga pada media surat kabar. Penerapan kebijakan redaksi inilah yang antara lain menjadi sumber terjadinya perbedaan antara foto berita keras dan foto berita lunak dengan banyaknya sajian yang bersifat komersial meski dalam hal lain Sumadiria (2005) juga mengatakan bahwa untuk menyangga kehidupan pers yang ideal hanyalah ilusi jika tanpa sisi komersial. Namun pada dasarnya keseimbangan dalam penyajian surat kabar memang harus dicapai untuk nama besar surat kabar itu sendiri. Banyaknya sajian foto berita lunak yang menyebabkan perbedaan frekuensi di atas semata-mata ditujukan untuk menarik pembaca atau konsumen dimana Republika ingin merangkul konsumen yang terkategori dalam segmen pembaca keluarga. Sajian berita kekerasan dan polemik berusaha tidak terlalu banyak

83 83 ditonjolkan secara keras atau berkesan serius oleh Republika. Sentuhan lunak atau menenangkan pikiran coba dicapai pihak redaksi dalam berbagai sajiannya. Hal ini berkaitan dengan keterangan redaksi Republika bahwa tampilan yang terlalu serius dan terlalu didominasi berita keras akan menimbulkan kejenuhan bagi pembaca, antara lain hal ini dikarenakan sajian berita keras begitu mudah ditemui di hampir semua media, terutama surat kabar. Republika juga berasumsi bahwa masyarakat perkotaan yang juga dibidik sebagai konsumen, umumnya ingin mencari pelampiasan yang lebih menghibur, berkesan santai namun berisi informasi yang diperlukan mereka. Hal ini karena keseharian mereka sudah melelahkan dan terasa keras pula dijalani. Dengan demikian sajian foto-foto berita lunak menjadi pilihan redaksi untuk mendominasi isi media cetak surat kabar. Perbedaan frekuensi di atas juga berkaitan dengan kebijakan Republika yang lain dimana untuk menarik para pengusaha Republika membuat kolomkolom atau halaman-halaman khusus yang berkaitan dengan perkembangan teknologi, hasil usaha atau produk. Tampilan kolom atau halaman ini cukup besar porsinya dan dimaksudkan pula memiliki sifat menghibur dan membuat santai pembaca. Namun demikian hal ini menyiratkan bahwa Republika banyak mengangkat sisi komersial dalam sajiannya meski dalam hal ini pihak media juga bermaksud agar sajian khusus tersebut menjadi salah satu pendorong kreatifitas pengusaha untuk terus bersaing dengan pengusaha lainnya. Para pengusaha diarahkan untuk berpikir bahwa jika produk mereka menjadi unggulan pada akhirnya akan diberitakan oleh media atau menjadi sorotan media. Baik secara langsung maupun tidak, sajian ini tentu akan menjadi ajang promosi pula bagi para pengusaha tersebut dan tampaklah segi komersial yang tengah diolah redaksi. Telah dijelaskan redaksi bahwa kondisi ini berkaitan dengan maraknya institusi pers saat ini yang menyebabkan tingginya persaingan di antara mereka, terutama dalam mendapat pemasukan dari para pengiklan. Secara jelas dan tegas, sesuai makna pasal 6 UU Pokok Pers No. 40/1999 maka pers harus memiliki dan mengemban idealisme. Idealisme adalah cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala daya dan cara yang dibenarkan menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan

84 84 negara (Sumadiria, 2005). Dengan demikian maka porsi sisi ideal terutama pada surat kabar harus besar mengingat surat kabar merupakan kekuatan keempat dalam negara dan ia memiliki pengaruh besar dalam kemajuan suatu bangsa. Meski sisi idealisme penting, namun pers tidak hanya harus punya cita-cita ideal. Pers sendiri harus memiliki kekuatan dan keseimbangan. Hal ini diperoleh pers melalui segi komersial sesuai pasal 3 ayat (2) UU Pokok Pers No. 40/1999 yang menegaskan bahwa pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi. Namun demikian keseimbangan dalam sajian pers perlu diperhatikan dengan tidak melupakan sisi idealisme yang menjadi pilar utama pers seperti telah diterangkan sebelumnya. Keseimbangan ini dapat diperoleh dengan mengurangi frekuensi penyajian foto berita lunak yang banyak mengangkat segi komersial dan menggantinya dengan sajian yang bermanfaat serta memiliki kontribusi positif bagi negara, seperti sajian pembangunan pertanian pedesaan. Berkaitan dengan uraian di atas, Suhandang (2004) mengutip The American Weekly yang mencatat 12 hal yang digunakan khalayak sebagai potensi untuk meminati suatu informasi. Keduabelas hal tersebut adalah: 1)hasil suatu usaha; 2)kebudayaan; 3)kepercayaan; 4)tragedi; 5)kesehatan; 6)kepahlawanan; 7)misteri; 8)perbaikan diri; 9)rekreasi; 10)roman; 11)ilmu pengetahuan, dan 12)keamanan. Pada catatabn tersebut dapat dilihat bahwa keduabelas hal di atas sebagian besar merupakan sajian yang sifatnya lunak, menghibur. Bahkan hal pertama yang menjadi potensi meminati informasi adalah hasil suatu usaha. Tampaklah bahwa catatan tersebut sejalan dengan kebijakan Republika yang memberi penekanan pada foto berita lunak yang pada akhirnya menghasilkan perbedaan frekuensi dengan foto berita keras setelah dianalisis menggunakan Anova. Dengan demikian frekuensi sajian foto berita lunak pun menjadi semakin dominan dan berbeda dengan foto berita keras karena adanya kolom-kolom khusus atau halaman-halaman khusus berkaitan dengan foto mengenai produk atau hasil usaha. Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras Hasil analisis terhadap frekuensi foto berita keras dengan menggunakan uji Anova disajikan dalam Tabel 9.

85 85 Tabel 9. Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Keras Surat kabar Republika Tahun 2004 Sumber Derajat F F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas Hitung Model Galat Total Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 0.01 Signifikan pada taraf nyata 0.05 Dari hasil analisis tersebut pada foto berita keras dengan jenis kategori pertahanan bersenjata dan diplomasi, aktivitas dan masalah sosial politik, bencana dan musibah serta kategori lain-lain diperoleh (F Hitung) sebesar Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil F tabel (taraf nyata 0.01 dengan db=3) sebesar Dari analisis Anova tersebut menghasilkan hipotesis 2 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara frekuensi dalam kategori foto berita keras, dapat diterima. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara frekuensi jenis kategori pertahanan bersenjata dan diplomasi dengan kategori bencana dan musibah, dengan kategori aktivitas dan masalah sosial politik dan dengan kategori lain-lain. Sedangkan untuk mengetahui kategori perbedaannya dapat dilihat dari pengelompokkan nilai rataannya. Hasil di atas berkaitan dengan kondisi atau berbagai peristiwa yang terjadi saat itu dan kebijakan redaksi surat kabar Republika dalam melakukan proses pentapisan informasi berupa berita dan foto berita. Secara selektif gatekeepers seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan (Nurudin, 2003). Republika berusaha melakukan banyak variasi dalam menyajikan foto berita keras agar tidak terlalu monoton bagi mata pembaca. Telah diuraikan sebelumnya bahwa Republika ingin menjangkau segmen keluarga dalam usahanya mencerdaskan masyarakat. Dengan demikian tampilan foto berita keras yang variatif dengan disertai penekanan terhadap foto profil masyarakat politik diharapkan dapat memberikan informasi atau pengenalan berbagai tokoh yang ada di tanah air khususnya dan luar negeri umumnya.

86 86 Uraian di atas berkaitan dengan kemampuan surat kabar sebagai media massa yang dapat mempengaruhi persepsi khalayak tentang apa yang dianggap penting. Berkaitan dengan peristiwa politik yang terjadi, media pun seakan mengatur apa yang harus kita lihat atau tokoh siapa yang harus kita dukung. Menggarisbawahi uraian di atas, perbedaan frekuensi pada foto berita keras ini juga disebabkan isu politik yang menonjol saat itu dimana Pemilu tahun 2004 membuat media melakukan penekanan tersendiri pada isu tersebut. Hal ini tentu berkaitan dengan asumsi bahwa agenda media akan menjadi agenda masyarakatnya. Anggapan Zucker dalam Severin dan Tankard (2005) yang menyatakan bahwa menonjolnya isu mungkin menjadi faktor yang penting dalam apakah terjadi penentuan agenda atau tidak, bersinggungan dengan kondisi di atas. Zucker juga menyatakan bahwa semakin kurang pengalaman langsung yang dimiliki publik berkenaan dengan bidang isu tertentu, semakin besar publik harus bergantung pada media berita untuk informasi tentang bidang itu. Dengan demikian manfaat surat kabar yang memiliki kelebihan dapat diulang-ulang dalam mengaksesnya terasa sangat besar di tahun 2004 terutama dalam peran untuk mendidik masyarakat berkaitan dengan pembangunan politik. Proses Pemilu tahun 2004 telah menjadi agenda bagi media dan bagi masyarakat dengan demikian pemberitaan dan foto-foto berita yang berkaitan dengan peristiwa tersebut disajikan dengan frekuensi yang tinggi. Penekanan tersebut mengakibatkan perbedaan frekuensi dalam foto berita keras karena frekuensi sajian foto berita yang termasuk dalam jenis foto berita lain-lain dan aktivitas masalah sosial politik menjadi tinggi. Selain hal itu, kondisi ini juga bersinggungan dengan fungsi penentuan agenda media yang menurut Severin dan Tankard (2005) mengacu pada kemampuan media, dengan liputan berita yang diulang-ulang, untuk mengangkat pentingnya sebuah isu dalam benak publik. Pada sajian Republika tahun 2004, pengulangan demi pengulangan jenis informasi politik selama hampir setahun menambah tingginya frekuensi sajian kedua jenis foto berita di atas. Pengulangan tersebut pada dasarnya merupakan kelanjutan informasi dari proses Pemilu yang berlangsung. Dengan demikian terjadi perbedaan frekuensi dalam kategori foto berita keras surat kabar Republika edisi tahun 2004.

87 87 Perbedaan Frekuensi Foto Berita Lunak Hasil analisis terhadap frekuensi foto berita lunak dengan menggunakan uji Anova disajikan dalam Tabel 10. Tabel 10. Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Foto Berita Lunak Surat kabar Republika Tahun 2004 Sumber Derajat F F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas Hitung Model Galat Total Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 0.01 Signifikan pada taraf nyata 0.05 Dari hasil analisis Anova pada foto berita lunak dengan jenis kategori olah raga, peristiwa umum dan human interest diperoleh (F Hitung) sebesar Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil F tabel (taraf nyata 0.01 dengan db=2) sebesar Dari analisis tersebut maka diketahui hipotesis 3 diterima, yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan frekuensi dalam kategori foto berita lunak, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Hasil analisis tersebut menunjukkan terdapat perbedaan antara frekuensi jenis kategori foto berita olah raga dengan kategori foto berita peristiwa umum dan dengan kategori foto berita human interest. Sedangkan untuk mengetahui kategori perbedaannya dapat dilihat dari pengelompokkan nilai rataannya. Selain itu dari hasil tersebut diketahui bahwa sajian foto berita lunak Republika pada tiap-tiap edisinya konsisten memiliki perbedaan dalam hal jenis foto yang ditampilkannya. Seperti halnya foto berita keras, hasil di atas juga berkaitan dengan kondisi atau berbagai peristiwa yang terjadi saat itu dan kebijakan redaksi surat kabar Republika dalam melakukan proses pentapisan informasi berupa berita dan foto berita. Republika berusaha melakukan banyak variasi dalam menyajikan foto berita lunak agar tidak terlalu monoton bagi mata pembaca terutama pada segmen keluarga yang ingin dirangkulnya. Sajian foto berita lunak yang menjadi unggulan dalam sajian surat kabar Republika selain untuk menarik perhatian

88 88 pembaca juga untuk tujuan komersial ini memiliki perbedaan frekuensi seiring pula dengan porsi tema yang diangkat tiap-tiap edisinya. Berkaca dari uraian tersebut maka banyaknya sajian yang bersifat komersial ini selain berpengaruh terhadap perbedaan yang terjadi antara sajian foto berita keras dengan foto berita lunak juga berpengaruh pada perbedaan yang terjadi pada sajian foto berita lunak sendiri. Dengan demikian anggapan Sumadiria (2005) yang mengatakan bahwa untuk menyangga kehidupan pers yang ideal hanyalah ilusi jika tanpa sisi komersial, sangat diterapkan oleh Republika. Namun pada dasarnya seperti telah diuraikan sebelumnya, bagaimanapun keseimbangan dalam penyajian surat kabar memang harus dicapai untuk nama besar surat kabar itu sendiri. Berkaitan dengan perbedaan sajian foto berita lunak di atas, telah diuraikan juga sebelumnya bahwa Republika memiliki halaman Olah Raga tersendiri namun dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Sedangkan untuk peristiwa umum yang jenis fotonya menempati beberapa tema halaman Republika seperti Gerai dan Otomotif mengakibatkan sajian foto berita tersebut mendominasi lembar Republika di tiap-tiap edisinya. Jenis foto berita lunak tentang peristiwa umum yang sering muncul lainnya adalah gambar tokoh masyarakat dan artis. Hal ini juga karena Republika memiliki kolom khusus yang sifatnya ringan menghibur yang disertai sajian gambar para entertainer atau tokoh masyarakat yang diwawancarai saat itu. Untuk foto berita human interest hampir sama dengan peristiwa umum dalam hal tidak memiliki halaman khusus tersendiri seperti tema olah raga. Dalam hal ini terdapat tampilan foto-foto lepas yang tidak memiliki artikel khusus serta beberapa foto liputan budaya atau wisata. Namun demikian, tema tersebut cukup sering muncul sebagai salah satu cara pihak redaksi untuk menarik perhatian pembaca sekaligus terkadang mengisi halaman agar menghentikan kejenuhan akan tampilan berita tertulis. Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa tampilan foto berita lunak yang disajikan Republika memang variatif dengan disertai sering munculnya tema hiburan, informasi produk usaha atau pun foto profil masyarakat yang tidak terlibat dalam tema politik. Pemilahan yang dilakukan ini dengan frekuensi

89 89 berbeda ini diharapkan pihak redaksi dapat memberikan informasi yang sifatnya menghibur dan ringan diterima segmen Republika. Perbedaan Frekuensi Lingkup Foto Hasil analisis terhadap frekuensi lingkup foto lokal, frekuensi lingkup foto nasional dan frekuensi lingkup foto internasional disajikan dalam Tabel 11. Tabel 11. Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Lingkup Foto Lokal, Nasional dan Internasional Surat kabar Republika Tahun 2004 Sumber Derajat F F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas Hitung Model Galat Total Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 0.01 Signifikan pada taraf nyata 0.05 Dari hasil analisis tersebut pada lingkup foto lokal, nasional dan internasional diperoleh (F Hitung) sebesar Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil F tabel (taraf nyata 0.01 dengan db=2) sebesar Dari analisis Anova tersebut maka hipotesis 4 yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan frekuensi lingkup foto lokal, dengan lingkup foto nasional dan dengan lingkup foto internasional, diterima, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Sedangkan untuk mengetahui kategori perbedaannya dapat dilihat dari pengelompokkan nilai rataannya. Hasil di atas antara lain berkaitan dengan berbagai peristiwa yang berkaitan dengan pemilihan langsung kepala negara yang kegiatan politiknya berpusat di wilayah DKI Jakarta. Selain itu tokoh-tokoh yang terlibat dalam bidang politik, agama, ekonomi, dunia hiburan, banyak yang berdomisili atau melangsungkan kegiatannya di Jakarta pada saat itu. Dengan demikian pengambilan gambar berkaitan dengan informasi yang diangkat Republika dilakukan pada lingkup lokal. Titik fokus berita pada peristiwa yang terjadi di lingkup lokal ini tentu mengakibatkan frekuensi yang tinggi dan mengakibatkan perbedaan dalam sajian lingkup foto pada surat kabar Republika tahun 2004.

90 90 Uraian di atas tentu berkaitan juga dengan kebijakan surat kabar Republika dalam memilah berita yang akan dimuat serta kebijakannya untuk sebisa mungkin memuat foto berita karya staf redaksi. Jika foto berita dari staf redaksi lebih banyak dimuat, sementara staf redaksi Republika banyak bertugas di Jakarta, sesuai keberadaan kantor pusat Republika, maka frekuensi pemunculan foto lokal pun dapat diasumsikan akan lebih sering dibandingkan dengan foto berita nasional dan internasional. Sedangkan pemunculan foto berita nasional yang disajikan sebagian besar berupa berita pelengkap kegiatan politik pemilihan Presiden secara langsung. Berita lingkup nasional yang diturunkan Republika tidak terlalu banyak mengingat jumlah koresponden Republika di daerah tidak terlalu banyak dan jika harus menugaskan jurnalis mereka ke daerah tentu terbentur besarnya cost yang harus dikeluarkan. Dalam studi tentang Proksimitas dalam Relevansinya Dengan Proses Surat Kabar Indonesia pada tahun 1995, Ecip. S. yang dikutip Sifak (2001) mensinyalir bahwa proksimitas belum diperhatikan benar di Indonesia. Berita penting yang dekat dengan pembaca tidak semuanya dimuat surat kabar. Dalam hal ini terdapat kendala yang mempengaruhi penerapan proksimitas dan nilai-nilai berita lainnya. Namun demikian, unsur kedekatan atau proximity dalam sajian media massa tetap menjadi acuan bagi sebagian pengelola pers, meski terdapat keterbatasan tempat/kolom untuk produk yang dihasilkan, entah berupa tulisan atau gambar. Hal inilah yang sedikit banyak terjadi dalam penerapan unsur proksimitas dalam surat kabar Republika berkaitan lebih tingginya lingkup foto internasional dibandingkan dengan lingkup foto nasional dalam hal rataannya. Selain foto berita lokal dan nasional, pemunculan foto berita internasional dibayangi kebijakan redaksi tersendiri berkaitan dengan tema halaman yang disajikan Republika. Untuk mengisi halaman tersebut agar menarik, redaktur foto terpaksa harus menggunakan foto hasil karya Kantor Berita luar negeri atau dari sumber lain yang berada di lingkup internasional. Saat itu halaman Olah Raga banyak didominasi kegiatan olah raga di kancah internasional seperti tenis dan sepak bola. Lebih terasa lagi pada akhir tahun, saat sepak bola Liga Eropa akan berlangsung hingga selesai, edisi Republika banyak menampilkan persiapan dan hasil-hasil pertandingan tersebut. Dengan demikian cukup banyak foto dari

91 91 halaman olah raga dengan lingkup internasional menghiasi sajian Republika tahun Halaman Gerai dan Otomotif pun beberapa kali memunculkan foto berita dari lingkup internasional karena keterbatasan gambar di lingkup lokal maupun nasional. Dengan demikian ini menjadi salah satu sebab terjadinya perbedaan frekuensi dalam kategori lingkup foto pada surat kabar Republika. Perbedaan Frekuensi Sumber Foto Hasil analisis terhadap frekuensi sumber foto staf redaksi, frekuensi sumber foto kantor berita dan frekuensi sumber foto lain-lain disajikan dalam Tabel 12. Tabel 12. Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Sumber Foto Staf Redaksi, Kantor Berita dan Lain-lain Surat kabar Republika Tahun 2004 Sumber Derajat F F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas Hitung Model Galat Total Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 0.01 Signifikan pada taraf nyata 0.05 Dari hasil analisis Anova pada frekuensi sumber foto staf redaksi, frekuensi sumber foto kantor berita dan frekuensi sumber foto lain-lain diperoleh (F Hitung) sebesar Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil F tabel (taraf nyata 0.01 dengan db=2). Dari analisis Anova tersebut menerima hipotesis 5 yang menyatakan terdapat perbedaan antara frekuensi sumber foto staf redaksi dengan frekuensi sumber foto Kantor Berita dan dengan sumber foto lain-lain, dimana nilai F hitung lebih besar dari F tabel. Sedangkan untuk mengetahui kategori perbedaannya dapat dilihat dari pengelompokkan nilai rataannya. Hasil di atas berkaitan dengan kebijakan surat kabar Republika yang sedapat mungkin lebih memberi ruang dan kesempatan bagi karya foto jurnalisnya atau staf redaksinya untuk dimuat dalam tiap-tiap edisinya. Kualitas sumber foto staf redaksi Republika untuk menghasilkan karya foto berita yang baik dan menarik juga tidak lepas dari terjadinya perbedaan frekuensi ini. Dengan banyaknya hasil

92 92 karya sendiri yang memenuhi kriteria untuk dimuat, akan meningkatkan frekuensi sumber foto staf redaksi. Selain itu, moment yang terjadi pada saat itu sering kali berada di wilayah lokal, terutama dengan adanya proses pemilihan Presiden secara langsung yang merupakan hal baru bagi seluruh jajaran masyarakat. Dengan titik fokus berita pada peristiwa lokal tentu memberi kemudahan ruang dan waktu bagi staf redaksi untuk melakukan pengambilan gambar sendiri saat peristiwa tersebut berlangsung. Dengan demikian ini menjadi salah satu sebab terjadinya perbedaan frekuensi dalam kategori sumber foto pada surat kabar Republika. Namun demikian, kebijakan Republika untuk tetap mengutamakan karya foto berita yang sangat baik, menarik dan atau penting (terutama pada halaman muka) memang mempengaruhi terjadinya variasi terhadap sumber foto berita yang ada. Terlebih lagi dengan adanya beberapa halaman atau kolom tertentu yang membutuhkan foto berita yang tidak bisa didapat dari sumber foto staf redaksi, seperti berita-berita olah raga di ajang internasional yang sering dilaksanakan di luar negeri. Foto-foto berita untuk halaman Olah Raga, Ihwal juga halaman muka terkadang dihiasi foto berita yang berasal dari Kantor Berita. Selain itu berbagai foto untuk halaman Gerai dan Otomotif juga beberapa kali diisi oleh foto-foto yang berasal dari sumber foto lain-lain, dalam hal ini merupakan foto koleksi perusahaan, dari internet, milik pribadi atau bahkan anonim. Perbedaan Frekuensi Penempatan Foto Hasil analisis terhadap frekuensi penempatan foto di halaman muka dengan frekuensi penempatan foto di halaman dalam disajikan dalam Tabel 13. Tabel 13. Analisis Sidik Ragam (Anova) terhadap Perbedaan Frekuensi Penempatan Foto Surat kabar Republika Tahun 2004 Sumber Derajat F F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Keragaman Bebas Hitung Model Galat Total Keterangan: Signifikan pada taraf nyata 0.01 Signifikan pada taraf nyata 0.05

93 93 Dari hasil analisis Anova pada kategori penempatan foto diperoleh F Hitung sebesar Hasil analisis tersebut kemudian dibandingkan dengan hasil F tabel (taraf nyata 0.01 db=1). Diketahui hipotesis 6 diterima yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan frekuensi penempatan foto di halaman muka dengan frekuensi penempatan foto di halaman dalam, dimana nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel. Sedangkan untuk mengetahui kategori perbedaannya dapat dilihat dari pengelompokkan nilai rataannya. Hasil di atas berkaitan dengan kondisi surat kabar Republika yang memiliki jumlah halaman dalam lebih banyak dibandingkan halaman muka. Dengan demikian terjadi perbedaan frekuensi yang signifikan dalam kategori penempatan foto pada surat kabar Republika. Pada tiap-tiap edisinya Republika selalu konsisten dengan perbedaan frekuensi sajian foto berita berkaitan dengan penempatannya pada halaman muka dan dalam. Namun begitu, pada uraian sebelumnya ditekankan bahwa tampilan foto berita pada halaman muka sangat berbeda dengan halaman dalam tidak hanya dari segi kuantitas namun juga dari segi kualitas serta dari proses pemilahan atau pentapisan informasinya. Kebijakan redaksi yang diterapkan pada halaman muka berbeda dengan yang diterapkan pada halaman dalam mengingat halaman muka bagi Republika merupakan kunci utama menarik perhatian pembaca. Hal ini sejalan dengan apa yang ditulis Yurnaldi (1992a) bahwa dalam dunia persuratkabaran foto-foto jurnalistik sangat penting dan perlu. Lanjutnya, foto membuat segar halaman surat kabar, menolong mata pembaca untuk melihat hal-hal yang menarik, memisahkan dua berita agar tidak monoton. Dengan demikian sajian foto berita yang ditampilkan pada halaman muka memang harus lebih menarik dan penting jika ingin menyedot perhatian pembaca. Pada dasarnya pada halaman muka surat kabar juga disajikan secara konsisten format gambar yang cukup besar dengan tampilan horizontal atau pun vertikal untuk menarik perhatian khalayak dan menghasilkan desain yang enak dilihat. Hal ini berkaitan dengan anggapan Nurudin (2003) bahwa setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian (ruang dalam surat kabar, waktu pada televisi dan radio) dan cara penonjolan (ukuran judul, letak pada surat kabar, frekuensi pemuatan, posisi dalam surat kabar). Berkaca pada anggapan

94 94 tersebut dapat diketahui bahwa foto berita pada halaman muka memang dianggap penting mengingat ukuran dan letak pada surat kabar memiliki bobot yang tinggi.dan menjadikan foto tersebut mudah dilihat terlebih dulu oleh pembaca. Melengkapi anggapan tersebut, ditulis Yurnaldi (1992a), dalam dunia persuratkabaran sebuah foto jurnalistik juga berfungsi sebagai headline (judul berita). Dengan demikian pada halaman muka, foto berita sangat penting disajikan dalam format besar dan menarik karena ia juga berfungsi sebagai judul berita yang dalam hal ini adalah berita utama atau andalan media. Telah diuraikan sebelumnya bahwa meski jumlahnya sedikit, foto pada halaman muka tetap dianggap sangat penting menurut kebijakan redaksi harian umum Republika. Hal ini diakui antara lain karena adanya data berdasarkan penelitian intern mereka kepada pembaca, bahwa foto berita, terutama di halaman muka merupakan unsur berita pertama yang ditangkap mata pembaca terlebih dulu sebelum mereka mengkonsumsi informasi berupa tulisan. Tentu kesan tersebut dapat sangat mempengaruhi penilaian mereka terhadap tampilan surat kabar secara keseluruhan. Berarti jika foto yang ditampilkan baik dan menarik, maka surat kabar tersebut akan dinilai baik, dan ini akan berlaku sebaliknya jika tampilannya buruk dan tidak menarik. Dengan demikian, meski secara nominal jumlah foto berita pada halaman dalam jauh lebih tinggi frekuensinya atau lebih banyak ditampilkan namun hal ini hanya membuat perbedaan dari segi fisik jumlah saja tetapi tidak membuat kualitas foto pada halaman muka menjadi lebih rendah. Kondisi di atas dapat terlihat dimana dari segi idealisme juga kualitas sajian foto berita masih mendominasi halaman muka. Terdapat foto berita keras sebanyak 75 foto (86,2%) dan foto berita lunak sejumlah 12 foto (13,8%) dari keseluruhan foto berita sejumlah 87 buah foto berita yang dimuat pada halaman muka. Dengan demikian tampilan halaman muka tetap didominasi oleh foto yang hangat, aktual serta penting. Namun demikian tetaplah nuansa menghibur, menimbulkan rasa relax tanpa meninggalkan kesan serius, penting dan intelek dengan muatan yang bersifat informatif pada sajian fotonya selalu dijaga pihak redaksi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga salah satu ciri atau kekhasan surat kabar Republika di mata redaksi dan pembaca.

95 95 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap analisis isi foto berita di surat kabar Republika tahun 2004, disusun beberapa simpulan: 1. Terdapat perbedaan proporsi frekuensi dan volume antara foto berita keras dan berita lunak yang disajikan dalam surat kabar Republika. Dimana kategori foto berita lunak dalam penyajiannya memiliki frekuensi tertinggi dan diimbangi dengan jumlah volume tertinggi pula dibandingkan sajian foto berita keras dalam surat kabar Republika tahun Dengan demikian disimpulkan pula bahwa porsi sajian segi komersial dan ideal kurang berimbang dimana porsi sajian yang mengarah pada segi komersial yang umumnya berupa foto berita lunak lebih besar jumlahnya. Hal ini antara lain berkaitan dengan persaingan media massa (tidak hanya pers cetak) yang sangat tinggi sehingga membuat perusahaan pers membuat kebijakan demikian untuk bertahan hidup. 2. Terdapat perbedaan proporsi frekuensi dan volume pada kategori foto berita keras. Dimana kategori foto berita lain-lain memiliki frekuensi yang tertinggi dan diimbangi dengan jumlah volume tertinggi pula, dibandingkan dengan kategori foto berita aktivitas dan masalah sosial politik, kategori persengketan bersenjata dan diplomasi serta kategori bencana dan musibah dalam surat kabar Republika tahun Terdapat perbedaan proporsi frekuensi dan volume pada kategori foto berita lunak. Dimana kategori foto berita peristiwa umum memiliki frekuensi tertinggi yang diimbangi dengan volume tertinggi pula dibandingkan kategori foto berita olah raga dan human interest dalam surat kabar Republika tahun Terdapat perbedaan proporsi frekuensi dan volume pada kategori sumber foto. Dimana frekuensi sumber foto berita yang tertinggi berasal dari staf redaksi yang diimbangi dengan volume tertinggi pula dibandingkan kategori

96 96 sumber foto kantor berita dan kategori sumber foto lain-lain dalam surat kabar Republika tahun Terdapat perbedaan proporsi frekuensi dan volume pada kategori lingkup foto berita. Dimana lingkup foto berita lokal memiliki frekuensi tertinggi yang diimbangi dengan volume tertinggi pula dibandingkan lingkup foto nasional/daerah dan lingkup foto internasional dalam surat kabar Republika tahun Terdapat perbedaan proporsi frekuensi dan volume pada kategori penempatan foto. Dimana penempatan foto berita pada halaman dalam memiliki frekuensi tertinggi yang diimbangi dengan volume tertinggi pula dibandingkan kategori penempatan foto pada halaman muka dalam surat kabar Republika tahun Saran Dari hasil temuan dan pembahasan terhadap profil foto berita surat kabar Republika edisi tahun 2004, saran yang disampaikan untuk perbaikan, adalah sebagai berikut: 1. Sisi idealisme pers pada sebuah koran nasional perlu disajikan dan tampak dalam porsi yang cukup besar. Sajian yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan komersial sebaiknya dikurangi mengingat pentingnya menjalankan fungsi dan peranan pers untuk mendidik masyarakat. Sajian yang mengarah pada hal komersial dapat mengarahkan masyarakat menjadi konsumtif dan hal tersebut bukan menjadi dasar pendidikan yang baik. 2. Meningkatkan proporsi foto lingkup nasional, terutama dengan tema perkembangan dan pembangunan yang informatif sehingga dapat menjadi bahan informasi.dan bermanfaat bagi masyarakat daerah dan pedesaan juga bagi para petani dan nelayan ini perlu dilakukan. Hal ini juga untuk menerapkan sisi idealisme dalam porsi lebih besar meski harus lebih mensiasati dengan kreatif bagaimana caranya agar sajian tersebut tetap menarik perhatian pembaca.

97 97 3. Mengingat budaya baca terutama untuk media surat kabar masih kurang di masyarakat, maka untuk saat ini porsi penyajian foto berita perlu dipertahankan dan akan lebih baik jika ditambah. Hal ini dimaksudkan agar foto berita selain berfungsi menyampaikan informasi juga dapat berfungsi sebagai jembatan dan sarana yang kuat dalam mendorong minat baca atau bahkan meningkatkan budaya baca di masyarakat. 4. Mempertahankan kecermatan, ketepatan dan variasi dalam menyeleksi tampilan foto berita agar jelas, menarik dan sesuai atau berkaitan langsung dengan isi berita/informasi yang disajikan perlu ditingkatkan kualitasnya. Hal ini mengingat acuan jurnalistik berupa kelengkapan dalam keterangan foto seperti rumus sederhana dalam jurnalistik yaitu 5W+1H, terutama pada foto berita lunak belum sepenuhnya diterapkan. Dengan demikian sering tampak pada keterangan foto berita keras, terutama berita lunak tidak terdapat unsur dimana dan kapan kejadian tersebut diabadikan atau diambil. Hal ini perlu dicantumkan sebagai bahan informasi yang akurat dalam sebuah sajian jurnalistik.

98 98 DAFTAR PUSTAKA Buku Alwi AM Foto Jurnalistik: Metode Memotret dan Mengirim Foto ke Media Massa. Jakarta: Bumi Aksara. Atmadi T Sistem Pers Indonesia dan Pembangunan Nasional. Di dalam: Subagyo et al., editor. Persuratkabaran Indonesia dalam Era Informasi: Perkembangan, Permasalahan, dan Perspektifnya. Jakarta: Sinar Harapan. Babbie ER The Practice of Social Research. California: Wadsworth Publishing Company. Berelson B Content Analysis In Communication Research. Di dalam: Berelson B dan Janowitz M, editor. Reader In Public Opinion and Communication. Ed ke-2. New York: The Free Press. Bond FF An Introduction to Journalism. New York: The Macmillan Company. Bulaeng A Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi. Cangara H Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Depari E, MacAndrews C, editor Peranan dan Bantuan Mass Media Dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: UGM Press. Effendy OU Kamus Komunikasi. Bandung: CV. Mandar Maju Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti. Fisher BA Teori-Teori Komunikasi. Trimo S, penerjemah. Bandung: Remadja Karya. Flournoy DM, editor Analisa Isi Suratkabar-Suratkabar Indonesia. Naina A, penerjemah. Yogyakarta: UGM-Press. Holsti Content Analysis for The Social Sciences and Humanities. London: London Addison-wesley Publishing Company. Jahi A Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia.

99 99 Kertapati T Dasar-Dasar Publisistik. Jakarta: Bina aksara. Krippendorff K Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Kusmiati A, Pudjiastuti S, Suptandar P Teori Dasar Disain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan. Kusumaningrat P, Kusumaningrat H Jurnalistik: Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marzuki, Gunawan, Burhan N Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu- Ilmu Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Mc.Quail D Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga. Nasution Z Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya. Ed ke-3. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Nurudin Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Oetama J Kebutuhan Informasi Bagi Pembaca Surat Kabar Indonesia. Di dalam: Parera FM, Utomo YP, editor. Perspektif Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES. Pasaribu R, Siregar A Bagaimana Mengelola Media Korporasi- Organisasi. Yogyakarta: Kanisius. Priyo S, Hanafi, Permana EA Desktop Publishing: Prinsip-Prinsip Desain Grafis. Jakarta: Dinastindo. Rachmadi F Perbandingan Sistem Pers. Jakarta: Gramedia. Rakhmat J Metode Penelitian Komunikasi: Dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Ed ke-8. Bandung: Remaja Rosdakarya Psikologi Komunikasi. Ed ke-21. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rothstein A Photojournalism. New York: American Photo Book Publishing Co,. Inc. Ruslan R Metode Penelitian Publik Relations dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Sevilla CG et al Pengantar Metode Penelitian. Alimuddin Tuwu, penerjemah. Jakarta: UI-Press.

100 100 Soehoet AMH Dasar-Dasar Jurnalistik. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP. Stempel III GH, Westley BH Research Methods in Mass Communication. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Sugiarto A Fotografer Serba Bisa: Tips dan Trik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Suhandang K Pengantar Jurnalistik. Bandung: Nuansa. Sumadiria AHS Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Tan AS Mass Communication Theories and Research. Ohio: Grid Publishing, Inc, Columbus. Tankard Jr JW, Severin WJ Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di Dalam Media Massa. Sugeng Hariyanto, penerjemah. Jakarta: Kencana. Wimmer RD, Dominick JR Mass Media Research: An Introduction. California: Wadsworth Publishing Company. Wright CR Sosiologi Komunikasi Massa. Jalaluddin Rakhmat, penerjemah. Bandung: Remadja Karya. Yurnaldi. 1992a. Kiat Praktis Jurnalistik: Untuk Siswa, Mahasiswa, dan Calon Wartawan. Padang: Angkasa Raya. 1992b. Foto Jurnalistik dan Teknik Lay Out. Di dalam: Yurnaldi, editor. Jurnalistik Siap Pakai. Padang: Angkasa Raya. Yusuf SE Corak Pers Nasional Sebagai Cermin Kehidupan Masyarakat. Di dalam: Oka Kusumayudha, editor. Pemasyarakatan Pers Nasional Sebagai Pers Pancasila. Jakarta: Deppen RI. Ensiklopedi dan Jurnal Junaedhi K Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Siregar A Media Pers dan Negara: Keluar dari Hegemoni. J Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM 4.

101 101 Tesis Budianto H Kontrol Pers Terhadap Peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Lampung (Analisis Isi Harian Umum Kompas dan Surat Kabar Radar Lampung) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Jumroni Profil Rubrik Hikmah Dalam Surat Kabar Harian Republika [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Muhsin H Analisis Isi Liputan Pembangunan Pertanian Surat Kabar Kompas & Suara Merdeka Edisi Juli-Desember 1997 [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Munthe MG Profil Siaran Pedesaan TVRI [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rahman, A Analisis Isi Lima Surat Kabar Harian di Sumatera [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Sifak Analisis Isi Perubahan Kebijakan Pemberitaan TVRI di Era Reformasi (Studi Kasus Berita Pukul WIB) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

102 LAMPIRAN 102

103 103 Lampiran 1. Daftar Sampel Penelitian DAFTAR SAMPEL PENELITIAN FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004 No. Bulan Minggu Hari Tanggal 1. Mei III Rabu Juni I Jum at 4 3. Juli V Selasa Agustus II Senin 9 5. September II Kamis 9 6. Oktober IV Rabu Nopember III Kamis 4 8. Desember II Senin 6 9. Januari II Senin Pebruari IV Rabu Maret V Selasa April III Sabtu Mei I Sabtu Juni II Jum at Juli II Rabu Agustus IV Selasa September I Kamis Oktober III Senin Nopember II Jum at Desember V Selasa Januari V Sabtu Pebruari II Senin Maret I Rabu April V Selasa Mei II Sabtu Juni II Rabu Juli III Kamis Agustus IV Sabtu September IV Selasa Oktober III Kamis Nopember IV Kamis Desember III Senin Januari I Jum at Pebruari III Selasa Maret IV Jum at 26

104 104 Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas Kesepakatan Antar Juri FOTO BERITA KERAS AB Count Percent AC Count Percent BC Count Percent N= N= 36 N= 36 FOTO BERITA KERAS ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI AB AC BC N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS FOTO BERITA LUNAK AB Count Percent AC Count Percent BC Count Percent N= N= 27 N= 27 FOTO BERITA LUNAK ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI AB AC BC N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS

105 105 SUMBER FOTO AB Count Percent AC Count Percent BC Count Percent N= N= N= 27 SUMBER FOTO ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI AB AC BC N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS LINGKUP FOTO AB Count AC Count BC Count N= N= N= 27 LINGKUP FOTO ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI AB AC BC N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS

106 106 PENEMPATAN FOTO AB Count Percent AC Count Percent BC Count Percent N= N= 18 N= 18 PENEMPATAN FOTO ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI AB AC BC N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS ANTAR JURI ANTAR JURI ITEM SEPAKAT TIDAK SEPAKAT NILAI AB AC BC N = 3 KOMPOSIT RELIABILITAS Keterangan: A = Juri 1 B = Juri 2 C = Juri 3

107 107 Lampiran 3. Hasil Analisis Uji Beda Anova UJI BEDA NILAI TENGAH UNTUK BERITA LUNAK DAN BERITA KERAS Analysis of Variance Procedure Class Level Information Class Levels Values PERL 2 BK BL Number of observations in data set = 70 Analysis of Variance Procedure Dependent Variable: BKBL Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BKBL Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERL Analysis of Variance Procedure Level of BKBL PERL N Mean SD BK BL Analysis of Variance Procedure UJI BEDA NILAI TENGAH UNTUK BERITA KERAS Analysis of Variance Procedure Class Level Information Class Levels Values PERL 4 BK1 BK2 BK3 BK4 Number of observations in data set = 140 Analysis of Variance Procedure Dependent Variable: BK Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BK Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERL Analysis of Variance Procedure Level of BK PERL N Mean SD BK BK BK BK Analysis of Variance Procedure

108 108 UJI BEDA NILAI TENGAH UNTUK BERITA LUNAK Analysis of Variance Procedure Class Level Information Class Levels Values PERL 3 BL1 BL2 BL3 Number of observations in data set = 105 Analysis of Variance Procedure Dependent Variable: BL Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE BL Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F PERL Analysis of Variance Procedure Level of BL PERL N Mean SD BL BL BL Analysis of Variance Procedure UJI BEDA NILAI TENGAH UNTUK SUMBER FOTO Analysis of Variance Procedure Class Level Information Class Levels Values JF 3 SF1 SF2 SF3 Number of observations in data set = 105 Analysis of Variance Procedure Dependent Variable: SF Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE SF Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F JF Analysis of Variance Procedure Level of SF JF N Mean SD SF SF SF Analysis of Variance Procedure

109 109 UJI BEDA NILAI TENGAH UNTUK LINGKUP FOTO Analysis of Variance Procedure Class Level Information Class Levels Values JF 3 LF1 LF2 LF3 Number of observations in data set = 105 Analysis of Variance Procedure Dependent Variable: LF Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE LF Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F JF Analysis of Variance Procedure Level of LF JF N Mean SD LF LF LF Analysis of Variance Procedure UJI BEDA NILAI TENGAH UNTUK PENEMPATAN FOTO Analysis of Variance Procedure Class Level Information Class Levels Values JF 2 PF1 PF2 Number of observations in data set = 70 Analysis of Variance Procedure Dependent Variable: LF Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr > F Model Error Corrected Total R-Square C.V. Root MSE PF Mean Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr > F JF Analysis of Variance Procedure Level of PF JF N Mean SD PF PF Analysis of Variance Procedure

110 110 Lampiran 4. Analisis Anova Frekuensi Foto Berita FOTO BERITA KERAS DAN FOTO BERITA LUNAK Sumber Derajat F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Bebas 1% 5% Signifikansi Kesimpulan Model Tolak H0 Galat / Sisaan Total FOTO BERITA KERAS Sumber Derajat F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Bebas 1% 5% Signifikansi Kesimpulan Model Tolak H0 Galat / Sisaan Total FOTO BERITA LUNAK Sumber Derajat F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Bebas 1% 5% Signifikansi Kesimpulan Model Tolak H0 Galat / Sisaan Total SUMBER FOTO Sumber Derajat F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Bebas 1% 5% Signifikansi Kesimpulan Model Tolak H0 Galat / Sisaan Total

111 111 LINGKUP FOTO Sumber Derajat F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Bebas 1% 5% Signifikansi Kesimpulan Model Tolak H0 Galat / Sisaan Total PENEMPATAN FOTO Sumber Derajat F Tabel Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F Hitung Bebas 1% 5% Signifikansi Kesimpulan Model Tolak H0 Galat / Sisaan Total

112 Lampiran 5. Beberapa Foto Berita 112 Foto Berita Keras Persengketaan Bersenjata dan Diplomasi Lingkup Internasional / Sumber Foto Kantor Berita / Penempatan di Halaman Muka

113 Foto Berita Keras Aktivitas dan Masalah Sosial Politik Lingkup Lokal / Sumber Foto Kantor Berita / Penempatan di Halaman Muka 113

114 114 Foto Berita Keras Bencana dan Musibah (Tanpa Keterangan Waktu / Unsur When Yang Jelas) Lingkup Lokal / Sumber Foto Staf Redaksi / Penempatan di Halaman Dalam DARMAWAN/REPUBLIKA MAYORITAS PERUMAHAN. Korban kebakaran di wilayah Jakarta Utara mayoritas perumahan. Korban terbanyak adalah yang berada di daerah kumuh. Di tempat seperti itu, perumahan warga amat padat. Penyebab terbanyak hubungan arus pendek.

115 115 Foto Berita Keras Lain-Lain Lingkup Lokal / Sumber Foto Kantor Berita / Penempatan di Halaman Dalam

116 Foto Berita Lunak Olah Raga Lingkup Internasional / Sumber Foto Kantor Berita / Penempatan di Halaman Dalam 116

117 Foto Berita Lunak Peristiwa Umum (Tanpa Keterangan Waktu / Unsur When Yang Jelas) Lingkup Lokal / Sumber Foto Lain-Lain / Penempatan di Halaman Dalam 117

118 118 Foto Berita Lunak Human Interest (Tanpa Keterangan Waktu / Unsur When Yang Jelas) Lingkup Nasional / Sumber Foto Staf Redaksi / Penempatan di Halaman Dalam

119 119 Foto Berita Lunak Human Interest (Tanpa Keterangan Tempat dan Waktu / Unsur Where dan When Yang Jelas) Sumber Foto Staf Redaksi / Penempatan di Halaman Dalam

120 120 Foto Berita Yang Berkesan Jenaka (Serius, Penting Namun Tampak Santai)

121 Foto Mini Berfungsi sebagai Iklan Guna: menarik perhatian pembaca pada informasi/artikel tertulis yang terletak pada halaman selanjutnya 121

PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004

PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004 1 PROFIL FOTO BERITA DALAM SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI TAHUN 2004 RR. BRAMAYANTI KRISMASAKTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 14 PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia, perkembangan media massa seperti media cetak merupakan salah satu kebijaksanaan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar

TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar 19 TINJAUAN PUSTAKA Surat Kabar Media massa sebagai saluran informasi berperan untuk menumbuhkan dan memperkuat dukungan masyarakat berupa partisipasi di dalam proses pembangunan. Media massa memiliki

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA 41 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA Kerangka Pemikiran Analisis isi merupakan sistem formal untuk melakukan sesuatu yang biasa kita lakukan secara informal, yakni mengambil kesimpulan dari pengamatan terhadap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 57 HASIL DAN PEMBAHASAN Foto berita tak lebih dari foto biasa, yaitu foto yang mendokumentasikan suatu peristiwa atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa foto berita atau foto jurnalistik adalah suatu medium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berakhirnya pemerintahan orde baru, industri pers di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat. Beragam surat kabar terbit sebagai implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang

BAB I PENDAHULUAN. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat Kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya suratkabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Surat kabar berasal dari istilah pers yang berarti percetakan atau mesin cetak. Mesin cetak inilah yang memungkinkan terbitnya surat kabar, sehingga orang mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI

HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI HUBUNGAN TERPAAN PESAN PENCEGAHAN BAHAYA DEMAM BERDARAH DENGAN SIKAP IBU RUMAH TANGGA (KASUS: KELURAHAN RANGKAPAN JAYA BARU, KOTA DEPOK) KUSUMAJANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepatcepatnya.selain

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian sehari-hari yang aktual dan faktual dalam waktu yang secepatcepatnya.selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam komunikasi massa, jurnalistik merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara menyiarkan berita atau ulasan mengenai berbagai peristiwa atau kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan manusia, apalagi pada zaman sekarang yang sudah semakin modern membuat kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 40 tahun 1999 Tentang Pers, telah ditetapkan dalam undang-undang pasal 2 bahwa kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita cukup penting peranannya bagi kehidupan kita sehari-hari. Berita dapat digunakan sebagai sumber informasi atau sebagai hiburan bagi pembacanya. Saat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Mengenai Berita 2.1.1 Pengertian Berita Dari segi Etimologis, berita sering disebut juga dengan warta. Warta berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Vrit atau Vritta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kehidupan bermasyarakat atau berinteraksi dengan orang lain, bahasa menjadi hal yang sangat penting. Melalui bahasa, seseorang dapat menyampaikan gagasan,

Lebih terperinci

Fotojurnalistik! Pertemuan 1

Fotojurnalistik! Pertemuan 1 Fotojurnalistik! Pertemuan 1 Pada tahap awal munculnya fotografi di dunia, foto senantiasa bertugas sebagai alat dokumentasi, baik dokumetasi pribadi atau dokumen resmi sebuah institusi bahkan negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal:

BAB I PENDAHULUAN. Dasar-Dasar Komunikasi, Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, IPB, hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi, dewasa ini media komunikasi dan komunikasi massa menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sebagaimana dikutip Mugniesyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar belakang masalah Proses komunikasi pada hakekatnya adalah suatu proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Secara umum,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 SURAT PERNYATAAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN AKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM MENGEMBANGKAN PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SITU BABAKAN JAKARTA SELATAN USMIZA ASTUTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat

BAB I PENDAHULUAN. kabar yang bersangkutan. Penyajian sebuah isi pesan dalam media (surat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita merupakan isi utama dalam sebuah media (surat kabar). Isi berita yang baik dan berkualitas akan berdampak baik pula bagi surat kabar yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa Informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi kini menjadi hal penting dalam era globalisasi. Beberapa negara bahkan memiliki lembaga formal untuk mengatur segala hal mengenai informasi. Kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus dunia komunikasi saat ini mengalir sangat cepat. Hal ini terbukti dari banyaknya media massa, termasuk media cetak yang beredar di tanah air. Di tengah kecanggihan

Lebih terperinci

merupakan suatu berita singkat (tidak detail) yang hanya menyajikan informasi terpenting saja terhadap suatu peristiwa yang diberitakan. adalah berita yang menampilkan berita-berita ringan namun menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dilakukan melalui media, baik media cetak maupun media elektronik dan merupakan suatu proses komunikasi yang memiliki tujuan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta

Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta Fitri Dwi Lestari Paul De Massenner dalam buku Here s The News: Unesco Associate, berita atau news adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak pendengar. Doug Newsom

Lebih terperinci

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas

Frietz Calvin Madayanto / Ike Devi Sulistyaningtyas CITRA PT. PLN DALAM PEMBERITAAN KRISIS LISTRIK SUMATERA UTARA DAN SEKITARNYA (Analisis Isi Pemberitaan Surat Kabar Harian Nasional Periode September 2013-April 2014) ABSTRAK Frietz Calvin Madayanto / Ike

Lebih terperinci

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM

OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM OBJEKTIVITAS BERITA FILM DOKUMENTER COWBOYS IN PARADISE DI MEDIA ON LINE KOMPAS.COM (Analisis Objektivitas Berita Film Documenter Cowboys in Paradise di media on line kompas.com edisi 26 April 30 April

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA

PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA PENGARUH MODEL DAN SUARA NARATOR VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG AIR BERSIH BERBASIS GENDER NURMELATI SEPTIANA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. pun mulai bebas mengemukakan pendapat. Salah satunya adalah kebebasan di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Runtuhnya orde baru dan beralih menjadi era reformasi di Indonesia telah memberikan kebebasan, dalam arti wartawan bebas memberikan suatu informasi. Masyarakat pun

Lebih terperinci

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI

LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI LITBANG KOMPAS NURUL FATCHIATI jurnalistik jurnalisme KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jurnalistik (n) (hal) yang menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran jurnalisme (n) pekerjaan mengumpulkan, menulis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG BAB IV PELAKSANAAN MAGANG g. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Karanganyar yang beralamatkan di Jalan Nyi Ageng karang, Karanganyar, Jawa Tengah, merupakan

Lebih terperinci

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR

KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR KEEFEKTIVAN KOMUNIKASI MASYARAKAT ACEH DI BOGOR MENGENAI PENGELOLAAN DAMPAK TSUNAMI YUSNIDAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 ABSTRAK YUSNIDAR. Keefektivan Komunikasi Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang terutama kaum awam (karena tidak tahu) bahwa pers memiliki sesuatu kekhususan dalam menjalankan Profesi nya yaitu memiliki suatu Kemerdekaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat kepada media massa menjadikan peranan pers semakin penting. Seorang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat modern saat ini peran komunikasi sangat terasa. Tidak ada kegiatan dalam masyarakat yang tidak lepas dari komunikasi. Komunikasilah yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga maupun perorangan untuk BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Sejak menapaki awal reformasi beragam surat kabar banyak bermunculan, bernotabene demi mewujudkan kebebasan pers di Indonesia. Kebebasan pers ini mengundang suatu lembaga

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan oleh : RAHAJENG K

SKRIPSI. Diajukan oleh : RAHAJENG K ANALISIS ISI RUBRIK OPINI PADA SURAT KABAR KOMPAS (Studi Deskriptif Analisis Isi Dalam Rubrik Opini Pada Surat Kabar Kompas Bulan Oktober Sampai Bulan Desember 2009) SKRIPSI Diajukan oleh : RAHAJENG K

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBACA DALAM MEMPEROLEH INFORMASI GAYA HIDUP SEHAT (Studi Kasus Pembaca Tabloid Senior di Kecamatan Bogor Utara) Oleh : ENDANG SRI WAHYUNI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA

PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA PENGARUH JENIS BAHASA NARASI DAN BENTUK PESAN VISUAL VIDEO TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG CHIKUNGUNYA DI KALANGAN SISWA SMAN 1 CIAMPEA MUHAMMAD ALIF SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 mengakui bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi dan hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang ada di tengah-tengah masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan 47 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian analisis isi, dengan model analisis framingnya model Zhongdang Pan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kegiatan yang tidak biasa dilepaskan dari bagian aktifitas manusia adalah berkomunikasi. Aktifitas yang sering dianggap sepele karena diasumsikan tidak perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa merupakan sarana menyebarkan informasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak. melengkapi isi dari surat kabar tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media cetak seperti surat kabar memiliki peranan yang penting dalam memberikan informasi. Sebagai media penerbitan berkala, isi surat kabar tidak hanya berupa fakta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. 1. Ditinjau dari aspek sintaksis, bingkai jurnalisme profetik yang terlihat di

BAB V PENUTUP. 5.1 Simpulan. 1. Ditinjau dari aspek sintaksis, bingkai jurnalisme profetik yang terlihat di BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan 1. Ditinjau dari aspek sintaksis, bingkai jurnalisme profetik yang terlihat di harian umum Republika adalah dengan cara penyusunan fakta yang sederhana, apa adanya, netral dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi

PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS. Skripsi 41 PEMBINGKAIAN BERITA TENTANG KASUS KORUPSI SPORT CENTER DI HAMBALANG PADA SURAT KABAR JAWA POS DAN KOMPAS (Studi Analisis Framing head line Pemberitaan Kasus Korupsi Sport Center di Hambalang Pada Surat

Lebih terperinci

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Efektivitas Komunikasi Masyarakat dalam Memanfaatkan Pertunjukan Wayang Purwa di Era Globalisasi: Kasus Desa Bedoyo,

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP

PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TANJUNGPURA SIKAP a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan mampu menunjukkan sikap religius; b. Menjunjung tinggi nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan suatu terobosan terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam komunikasi manusia. Melalui bahasa, manusia dapat mengungkapkan perasaan (emosi), imajinasi, ide dan keinginan yang diwujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh :

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN Veteran Jawa Timur. Oleh : ANALISIS ISI DALAM RUBRIK OPINI PADA MAJALAH CONCEPT (Studi Deskriptif Analisis Isi Tema-tema Opini di Kolom Opini Pada Majalah Concept Periode Maret 2006 November 2007) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berita adalah sajian informasi tentang suatu kejadian yang berlangsung atau kejadian yang sedang terjadi. Penyajian berita dapat dilakukan melalui informasi berantai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa,

BAB I PENDAHULUAN. pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang. pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengertian komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG SKRIPSI PESAN KEMANUSIAAN PADA FOTO BENCANA MELETUSNYA GUNUNG KELUD di MEDIA CETAK (Analisis Isi Pada Harian Jawa Pos Edisi 15 Februari 23 Februari 2014 ) Disusun Oleh: Dito Wedyahusada 201010040311371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah

BAB I PENDAHULUAN. secara ideal. Namun dalam dunia globalisasi, masyarakat internasional telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara demokrasi, yang mana kebebasan berpendapat dijunjung tinggi. Masyarakat bebas untuk mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi pada era globalisasi saat ini telah melaju dengan sangat pesat, dimana perubahan pun banyak terjadi dalam tatanan kehidupan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penalitian Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu memberikan gambaran atau penjabaran tentang kondisi empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. penting dalam peta perkembangan informasi bagi masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat yang dipakai manusia untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi dan dipengaruhi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN MEDIA WARGA

PENGELOLAAN MEDIA WARGA PENGELOLAAN MEDIA WARGA WARGA / Komunitas Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai pengaturan. Bagaimana mengatur media? Susahkan mengatur media? Atau bagaimana membuat media yang bagus? Marilah kita bahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat kita sebagai suatu kebutuhan, dari hanya sekedar untuk tahu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa berkembang pesat di era teknologi saat ini dimana media massa digunakan untuk penyampaian informasi. Informasi saat ini dinilai oleh masyarakat kita sebagai

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh: Antonius Febrian Pulung N D

SKRIPSI. oleh: Antonius Febrian Pulung N D ASEAN PARAGAMES 2011 DALAM TEKS BERITA SOLOPOS DAN JAWA POS (Studi Analisis Isi Tentang Penyajian Berita ASEAN PARAGAMES 2011 di Surat Kabar Solo Pos dan Jawa Pos Edisi 1-31 Desember 2011) SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Televisi dibandingkan dengan media massa lainnya seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya, tampaknya memiliki sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam pengantar pesan. Setiap informasi yang dimuat dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media menjadi sarana informasi yang dibutuhkan masyarakat. Tujuannya memberikan gambaran mengenai alat komunikasi yang bekerja dari skala terbatas hingga melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

PROFESIONALISME WARTAWAN DAN UPAYA MEMBANGUN INSTITUSI PERS

PROFESIONALISME WARTAWAN DAN UPAYA MEMBANGUN INSTITUSI PERS PROFESIONALISME WARTAWAN DAN UPAYA MEMBANGUN INSTITUSI PERS Oleh Ashadi Siregar Pengantar Pada saat diminta untuk menyampaikan ceramah umum di depan Rapat PWI Cabang Yogyakarta untuk menghadapi Kongres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat. Hal ini menyebabkan kemudahan pemerolehan informasi secara cepat dan efisien. Perkembangan tersebut menjangkau dunia

Lebih terperinci

ANALISIS ISI PADA RUBRIK PEMBACA MENULIS DI KORAN JAWA POS EDISI AGUSTUS OKTOBER 2013 SKRIPSI

ANALISIS ISI PADA RUBRIK PEMBACA MENULIS DI KORAN JAWA POS EDISI AGUSTUS OKTOBER 2013 SKRIPSI ANALISIS ISI PADA RUBRIK PEMBACA MENULIS DI KORAN JAWA POS EDISI AGUSTUS OKTOBER 2013 SKRIPSI Disusun Oleh : Arissyah Rinaldi NPM. 0943215025 YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci