POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN RICHARD NIXON, : KEBIJAKAN DÉTENTE
|
|
- Yulia Tedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3
4 POLITIK LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN RICHARD NIXON, : KEBIJAKAN DÉTENTE DALAM UPAYA PERDAMAIAN PADA MASA PERANG DINGIN Su adah, Yuda B. Tangkilisan Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Kampus UI Depok 16424, Indonesia Abstrak Artikel ini membahas tentang kebijakan détente (peredaan ketegangan) pada masa pemerintahan Presiden Richard Nixon. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perubahan kebijakan luar negeri Amerika Serikat pada masa Nixon. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat dampak dari kebijakan détente terhadap hubungan bilateral Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa pemerintahan Richard Nixon. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan mengunakan data-data yang bersumber dari data primer yang berupa dokumen resmi Foreign Relation of United States dan dokumen lain yang mendukung dan berkaitan dengan politik luar negeri Amerika Serikat pada masa pemerintahan Nixon dan kebijakan détente. Kebijakan détente ini dilatarbelakangi oleh terdesaknya Amerika Serikat dalam Perang Vietnam dan krisis peluru kendali Kuba. Presiden Nixon bersama dengan penasehat keamanan nasionalnya, Henry Kissinger, membentuk grand design (rencana besar) dan grand strategy (strategi besar) dengan mengubah kebijakan lebih mengarah kepada negosiasi dengan negara-negara Komunis seperti Uni Soviet dan Cina. Puncak negosiasi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dilaksanakan dalam Moscow Summit yang menghasilkan perjanjian SALT 1 mengenai pembatasan senjata nuklir bagi kedua negara. 1
5 UNITED STATES FOREIGN POLICY DURING PRESIDENT RICHARD NIXON S ERA IN : DÉTENTE POLICY IN THE ATTEMPT TO FOSTER PEAE DURING COLD WAR PERIOD Abstract This article focuses on détente policy during President Richard Nixon's era. The background of this research is several changes in United States' foreign policy towards Sovyet Union during Richard Nixon's term. The aim of this research is to describe the effects of the détente policy to the relation between United States and Sovyet Union. This research used hitorical method and used officials documents such as Foreign Relation of United States and other related documents as primary sources. The détente policy was based on United States' loss in Vietnam War and missile crisis in Cuba. President Nixon, along with the National Security Adviser Henry Kissinger, established grand design and grand strategy by changing their policy about communist states, such as Soviet and China. The negotiation between United States and Sovyet reached its peak when Moscow Summit was held and resulted in SALT 1 Agreement on both states' limiting nuclear weapon. Key words: Détente; Grand Design; Grand Strategy; Cold War. Pendahuluan Berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 antara pihak Sekutu (Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Uni Soviet) melawan negara-negara Fasis (Jerman, Italia dan Jepang) menandai dimulainya masa awal Perang Dingin ( ) antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang Dingin (Cold War) merupakan istilah yang merunjuk pada keadaan saling curiga dan perebutan pengaruh yang muncul setelah Perang Dunia II. Keadaan ini dilatarbelakangi oleh perbedaan ideologi antara Amerika Serikat (Kapitalisme) dan Uni Soviet (Komunisme). 1 Konflik perebutan pengaruh antara Amerika Serikat dan Uni Soviet menyebabkan kedua negara tersebut berlomba dalam menyebarkan pengaruh seluas-luasnya 1 Agus Setiawan Peran Amerika Serikat dalam Mewujudkan Perjanjian Perdamaian Camp David ( ). Depok: Universitas Indonesia. Hlm
6 dan membendung pengaruh lawannya di dunia. Untuk membendung pengaruh Komunisme, Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan yang dinamakan dengan Containment Policy (Kebijakan Pembendungan). Sebagai bentuk dari kebijakan pembendungan, Amerika Serikat memberikan bantuan ekonomi kepada Eropa Barat yang hancur pasca Perang Dunia II yang dinamakan Marshall Plan dan mencari mitra seluas-luasnya dengan pembentukan pakta pertahanan regional bersama negara Eropa Barat seperti NATO (North Atlantic Treaty Organization). Begitu pula sebaliknya, Uni Soviet juga membuat pakta pertahanan bersama negara-negara Eropa Timur seperti Pakta Warsawa. Masa Perang Dingin ini mungkin tidak sehebat Perang Dunia I dan Perang Dunia II, akan tetapi Perang Dingin ini telah menghabiskan biaya yang sangat luar biasa, baik pelaku maupun mereka yang tidak terlibat langsung. Perang Dingin ini tidak hanya menimbulkan kerugian bagi Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai pelaku, tetapi juga banyak memakan korban dari negara-negara yang terlibat ke dalam konflik kedua negara adikuasa ini, seperti Korea, Afganistan, Vietnam, dan negara Indocina lainnya. 2 Terpilihnya Richard M. Nixon sebagai presiden Amerika Serikat pada tahun 1968 membuat Nixon mengubah kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Nixon yang baru dilantik sebagai Presiden pada tahun 1969 bersama Penasihat Keamanannya Henry Kissinger membuat kebijakan yang belum pernah ditempuh oleh presiden sebelumnya. Kebijakan yang disebut dengan détente ini membuat Amerika Serikat dan Uni Soviet mulai mengurangi ketegangan hubungan bilateral kedua negara. 3 Richard Nixon ingin menunjukkan citra positif selama masa pemerintahannya sebagai Presiden. Nixon mengubah kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat menjadi lebih lunak yang diharapkan banyak memperoleh dukungan dari masyarakat. Oleh sebab itu, Nixon lebih banyak menggunakan kebijakan diplomasi dan negosiasi dengan negara-negara Komunis, yaitu Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina. Perubahan kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat pada masa Nixon yang lebih lunak inilah yang melatarbelakangi penelitian ini. Adapun permasalahan yang akan diteliti adalah Bagaimana kebijakan Presiden Richard M. Nixon terhadap Uni Soviet dalam mengatasi Perang Dingin. Oleh sebab itu penulis membuat beberapa pertanyaan penelitian yang akan diteliti yaitu Bagaimana Richard Nixon menjalankan kebijakan détente dalam 2 William L. Bradley, Mochtar Lubis (Penyunting.) Dokumen-Dokumen Pilihan Tentang Politik Luar Negeri Amerika Serikat dan Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Hlm Détente berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti mengendorkan. Dalam hal ini mengurangi ketegangan dengan Uni Soviet dengan mengadakan perjanjian dalam rangka mencapai perdamaian 3
7 mengatasi permasalahan hubungan internasional selama masa Perang Dingin. Selain itu, Apa dampak kebijakan détente terhadap hubungan bilateral Amerika Serikat dan Uni Soviet. Penelitian ini bertujuan selain untuk mengungkapkan perubahan kebijakan Amerika pada masa Nixon terhadap Uni Soviet tetapi juga penelitian ini bertujuan untuk menambah pembendaharaan historiografi tentang politik luar negeri Amerika Serikat tahun Mengingat penelitian mengenai politik luar negeri pada masa Nixon belum banyak diteliti di Indonesia. Perkembangan Awal Kebijakan Luar Negeri Amerika Serikat Pada Masa Pemerintahan Richard Nixon Situasi politik Amerika Serikat pada akhir tahun 1960-an mengalami banyak pergolakan, baik politik dalam negeri maupun politik luar negerinya. Richard Nixon dalam kampanye tahun 1968 melihat bahwa situasi politik dalam negeri maupun luar negeri di akhir tahun 1960-an sudah tidak memungkinkan untuk melanjutkan prinsip Containment Policy (politik pembendungan) yang menjadi landasan politik luar negeri Amerika Serikat selama masa Perang Dingin. Berbagai pendapat muncul dari kalangan masyarakat menginginkan pemerintah Amerika Serikat mengurangi kekuatan militer selama periode dan lebih fokus dalam urusan dalam negeri. 4 Pendapat yang dilontarkan masyarakat Amerika Serikat ini dilatarbelakangi oleh keterlibatan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam yang telah membawa kerugian yang cukup besar baik secara materil maupun non-materil. Amerika Serikat yang kalah dalam Perang Vietnam ini banyak kehilangan tentaranya. Sebanyak tentara Amerika tewas dalam pertempuran di Vietnam pada tahun 1968 dengan 200 tentara tewas per minggunya. 5 Hal ini banyak menimbulkan protes dari kalangan masyarakat Amerika, yang kemudian menuntut pemerintah untuk segera mengakhiri Perang Vietnam. 4 Dan Caldwell American-Soviet Relations From 1947 to the Nixon-Kissinger Grand Design. Amerika Serikat: Greenwood Press. Hlm Ibid., Hlm
8 Gambar 1: Pergerakan dan demonstrasi masyarakat Amerika yang menginginkan berakhirnya Perang Vietnam. (Sumber: pada 1 Juni 2014, WIB) Kekalahan Amerika Serikat dalam Perang Vietnam membuat Amerika Serikat membentuk berbagai usaha diplomasi dalam penyelesaian Perang Vietnam. Akan tetapi, usaha diplomasi yang dilakukan tidak memberikan kemajuan yang cukup berarti dalam penyelesaian Perang Vietnam. Untuk itu, Nixon membentuk sebuah kebijakan yang disampaikan dalam pidatonya pada tanggal 25 Juli 1969 di Guam yang lebih dikenal dengan sebutan Doktrin Nixon (Nixon Doctrine). 6 Doktrin Nixon ini memuat 3 prinsip yang akan menjadi pedoman Amerika Serikat dalam kebijakannya di Asia dan Pasifik. 7 First, the United States will keep all of its treaty commitments. Second, we shall provide a shield if a nuclear power threatens the freedom of a nation allied with us or of a nation whose survival we consider vital to our security. Third, in cases involving other types of aggression, we shall furnish military and economic assistance when requested in accordance with our treaty commitments. But we shall look to the nation directly threatened to assume the primary responsibility of providing the manpower for its defense. 8 Doktrin Nixon secara jelas mengungkapkan kebijakan yang akan diambil oleh Amerika Serikat terhadap wilayahwilayah Asia dan Pasifik pada masa pemerintahan Nixon. Amerika Serikat akan mengurangi peran dan campur tangan terhadap masalah-masalah dan konflik negara-negara Asia. 9 6 Donald E. Weatherbee. International Relations in Southeast Asia: Struggle for Autonomy. Singapore: Institute of Southeast Asia Studies.Hlm Janet Podell dan Steven Anzovin (Ed.). Speeches of American Presidents. Hlm Ibid., 9 William L. Bradley, Mochtar Lubis (Penyunting). Op. Cit., Hlm
9 Berdasarkan prinsip Doktrin Nixon ini, Nixon dalam pidatonya pada tanggal 3 November 1969 mencoba menjelaskan kepada masyarakat Amerika Serikat tentang langkahlangkah yang akan diambilnya dalam penyelesaian Perang Vietnam. Nixon memperkenalkan strategi yang dinamakan Vietnamization (Vietnamisasi), yang mengurangi keterlibatan militer Amerika di Vietnam Selatan dan mencoba untuk melakukan pendekatan dengan cara negosiasi dalam menyelesaikan konflik Vietnam ini. 10 Dalam strategi ini, Amerika Serikat akan memindahkan kekuatan militernya dari Vietnam Selatan secara berangsur-angsur. Nixon tidak ingin tergesa-gesa dalam menarik semua pangkalan militer Amerika Serikat di Vietnam Selatan, karena hal ini akan membuat malapetaka terjadi, tidak hanya bagi Amerika Serikat, tetapi juga bagi Vietnam Selatan. 11 Dengan ditariknya semua pangkalan militer Amerika Serikat dari Vietnam Selatan sama saja dengan menyerahkan Vietnam Selatan masuk dalam pengaruh Komunisme. Kekuatan militer Amerika Serikat di Vietnam Selatan, mulai dikurangi dari pada masa awal pemerintahan Nixon berkurang menjadi di akhir pemerintahan pada periode pertama. 12 Kebijakan Grand Design dan Grand Strategy Richard Nixon Di awal masa pemerintahannya Nixon mencoba untuk membentuk sebuah strategi baru dalam politik luar negerinya. Nixon bersama dengan Penasehat Keamanannya Henry Kissinger merumuskan suatu sistem baru dalam kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat yaitu grand design (rencana besar) dan grand strategy (strategi besar). Kebijakan baru yang dibentuk oleh Richard Nixon ini tidak hanya dilatarbelakangi oleh kerugian yang dialami oleh Amerika Serikat dalam keterlibatannya di Vietnam Selatan, tetapi krisis nuklir di Kuba dan pecahnya hubungan dua negara Komunis Sino-Soviet pada tahun 1960-an juga melatarbelakangi Nixon mengubah kebijakannya. Menurut Lorenz M. Luthi, faktor utama dari perpecahan dua negara komunis ini dilatarbelakangi oleh perbedaan ideologi Komunisme yang dianut oleh kedua negara, selain itu adanya perbedaan kepentingan nasional juga melatarbelakangi perpecahan tersebut. 13 Keretakan hubungan antara dua negara Komunis ini dibayang-bayangi oleh percobaan senjata nuklir. Uni Soviet melaporkan bahwa akan 10 James M. McCormick American Foreign Policy and Process, Fourth Edition. Canada: Thomson Wadsworth. Hlm Janet Podell dan Steven Anzovin. Op. Cit., Hlm James M. McCormick. Op. Cit., Hlm Lorenz M.Luthi. The Sino-Soviet Split.Princeton University Press. Hlm. 4. 6
10 mempertimbangkan kemungkinan diluncurkannya penyerangan senjata nuklir melawan instalasi senjata nuklir Cina. 14 Hal ini bisa saja menyebabkan perang nuklir terjadi, mengingat Cina juga telah membangun persenjataan nuklir. Adapun konsep dari rencana besar dan strategi besar Nixon-Kissinger menjadi lebih jelas di awal tahun Konsep ini diumumkan oleh Nixon dalam pidatonya pada Sidang Umum PBB 23 Oktober 1970, we look forward to working together with all nations represented here in going beyond the mere containment of crises to building a structure of peace that promote justice as well as assuring stability, and that we last because all have a stake in its lasting (kami menantikan kerjasama dengan semua negara yang terwakilkan di sini untuk beranjak dari pembendungan krisis menuju pembangunan struktur perdamaian yang mengutamakan keadilan sekaligus menjamin stabilitas dan bahwa kita dapat bertahan karena kita semua memiliki peran dalam keberlangsungannya). 15 Untuk membangun struktur perdamaian tersebut, Nixon dan Kissinger merumuskan beberapa strategi besar yang harus dilakukan untuk mencapai sistem baru tersebut, yaitu dengan perbaikan hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet; perbaikan hubungan Amerika Serikat dan Republik Rakyat Cina; memelihara hubungan aliansi antara Amerika Serikat dengan negara-negara di Eropa Barat dan Jepang; mendorong terciptanya keseimbangan kekuatan regional; dan menjaga hubungan baik dengan negara-negara berkembang di beberapa forum internasional. 16 Nixon dalam pandangannya menegaskan bahwa, Amerika Serikat harus segera membuka komunikasi dan negosiasi dengan Uni Soviet. 17 Kekalahan dan kerugian yang dialami oleh Amerika Serikat dalam Perang Vietnam, memaksa Amerika Serikat harus mengadakan hubungan diplomasi dengan Uni Soviet. Selain itu, Uni Soviet juga didukung oleh Fidel Castro di Kuba. Krisis rudal di Kuba pada yang terjadi pada tahun 1960-an ini mengubah politik luar negeri Amerika Serikat untuk segera mengadakan hubungan diplomasi dengan Uni Soviet. Kalau tidak segera mengadakan perbaikan hubungan dengan Uni Soviet, ancaman perang nuklir bisa saja terjadi. 14 Dan Caldwell. Op. Cit., Hlm Ibid., Ibid., 17 Dennis Merrill, Thomas G. Paterson (Ed.) Major Problem in American Foreign Relations, Volume II: Since Wadsworth: USA. Hlm
11 Détente Keadaan dunia yang semakin memburuk di akhir 1960-an, membuat pemerintahan Nixon mencoba untuk membentuk sistem dan strategi baru dalam menghadapi masalah Perang Dingin. Banyaknya kerugian dan korban tentara Amerika yang tewas dalam Perang Vietnam menimbulkan protes keras dari masyarakat beserta Kongres untuk segera mengakhiri Perang Vietnam. Selain itu, krisis nuklir di Kuba, menandai bahwa dunia sedang di bayangbayangi oleh perang Nuklir, yang kapan saja bisa pecah dan mengancam kehancuran Amerika Serikat. Untuk itu perbaikan hubungan Amerika Serikat dan Uni Soviet sangat penting untuk menciptakan stabilitas keamanan dunia. Oleh karenanya, Nixon beserta Henry Kissinger membentuk kebijakan yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang lebih dikenal dengan sebutan Détente. 18 Sebelum Kissinger, Dean Rusk Menteri Luar Negeri pada masa Presiden Lyndon B. Johnson pernah menjelaskan konsep dari Détente. Menurut Dean Rusk, Détente is not a condition in which all problem are solved, but a process by which points in dispute are resolved and potential crises are anticipated and avoided 19 (Détente bukan sebuah kondisi di mana semua permasalahan terpecahkan, tetapi sebuah proses yang membuat titik-titik pertikaian diselesaikan dan potensi krisis dicegah dan dihindari). Dalam hal ini détente merupakan suatu proses dan proses ini terus berlanjut, karena perdamaian yang dinginkan tidak bisa langsung terjadi. Tetapi dilaksanakan bertahap agar benar-benar tercipta suatu perdamaian dunia. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar kebijakan détente ini tetap sama seperti tujuan awalnya, maka dibutuhkan beberapa prinsip yang oleh Kissinger dianggap sangat penting dalam mengawal kebijakan ini. The United States does not base its policy solely on Moscow s good intention. We seek, regardless of Soviet intentions, to serve peace through a systematic resistance to pressure and conciliatory responses to moderate behavior. We must oppose aggressive action, but we must not seek confrontation lightly. We must maintain a strong national 18 Dr. Andrik Purwasito DEA Strategi Global Superpower dalam Era Perang Dingin. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Hlm Brian White The Concept of Détente. Review of International Studies, Vol. 7, No. 3 (Jul., 1981), pp Cambridge University Press. Hlm 167, Diunduh di pada 10 Maret 2014 pukul 5.03 WIB. 8
12 defense while recognizing that in the nuclear age the relationship between military strength and politically usable power is the most complex in all history. 20 Agar kebijakan ini berjalan, Amerika Serikat harus mengambil inisiatif untuk mengajak pemimpin Uni Soviet untuk berunding, membicarakan perbaikan hubungan kedua negara, membatasi penggunaan senjata nuklir, dan mengakhiri masalah Perang Vietnam. Oleh sebab itu, Kissinger dalam wawancara dengan CBS News menjelaskan bahwa -that we and the Soviet Union, and we and Chinese, are ideological adversaries, but we are bound together by one basic fact: that none of us can survive a nuclear war and therefore it is in our mutual interest to try to reduce these hostilities (bahwa kami dan Uni Soviet, dan kami dan Cina bermusuhan secara ideologi, tapi kami terikat oleh sebuah fakta: bahwa tidak satu pun dari kita mampu selamat dari perang nuklir dan oleh karena itu mencoba mengurangi permusuhan adalah kepentingan kami bersama). 21 Sebagaimana disebutkan dalam strategi besarnya, Amerika Serikat perlu memelihara hubungan baik dengan Cina dan Uni Soviet agar terciptanya keseimbangan kekuatan di dunia. Menjaga hubungan baik dengan Cina juga menjadi poin penting selain Uni Soviet. Selain itu, stabilitas kawasan di Cina akan sangat berpengaruh terhadap keseimbangan regional di Asia. Terutama dalam usaha penyelesaian perang di Vietnam. Oleh sebab itu, Nixon dan Kissinger merasa sangat perlu untuk membuka usaha negosiasi antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet dan Amerika Serikat dengan Cina. Tidak lama setelah pelantikannya, Nixon menulis memorandum kepada Kissinger agar mengeksporasi kembali kemungkinan-kemungkinan pendekatan terhadap Cina. Dalam usahanya mendekati Cina, Nixon pada Oktober 1970 mengadakan pertemuan dengan Yahya Khan dari Pakistan dan Nicolae Ceausescu dari Rumania yang mana memiliki hubungan baik dengan Cina. Nixon meminta kedua pemimpin negara tersebut untuk mau membujuk Cina agar mempertimbangkan pendekatan hubungan Sino-Amerika. 22 Melalui Yahya Khan, hubungan Amerika dan Cina semakin berkembang, di mana Kissinger pada tanggal 9-11 Juli 1971 mengadakan kunjungan rahasia ke Peking. 23 Pada 15 Juli 1971 Nixon mengumumkan undangan pemimpin Cina untuk mengunjungi negaranya. Diumumkannya perjalanan ke Cina membuat Uni Soviet kaget. Uni Soviet khawatir kalau perbaikan hubungan antara Amerika 20 Dennis Merrill dan Thomas G. Paterson. Op. Cit., Hlm Dan Caldwell. Op. Cit., Hlm Ibid., Hlm Dr. Andrik Purwasito DE.A. Op.Cit., Hlm. 65 9
13 Serikat dan Cina akan menyebabkan kedua negara bekerjasama dalam melawan Uni Soviet. 24 Oleh sebab itu Uni Soviet segera mengajak Amerika Serikat berunding dan mengundang Nixon untuk mengunjungi Uni Soviet pada 10 Agustus Kekhawatiran Soviet akan perbaikan hubungan Sino-Amerika inilah yang mengubah niat Soviet untuk segera berunding dengan Amerika Serikat. Pada tanggal Februari 1972, Nixon melakukan perjalanan ke Cina. Kunjungan ini menjadikan Nixon sebagai presiden Amerika Serikat pertama yang mengunjungi Cina. Kunjungan Nixon ini menghasilkan suatu kesepakatan bersama antara Amerika Serikat dan Cina yang dinamakan Shanghai Communique (Komunike Shanghai) yang ditandatangani oleh Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai. 26 Disepakatinya Komunike Shanghai tidak hanya membawa pengaruh terhadap normalisasi hubungan Sino-Amerika dan Republik Cina (Taiwan), tetapi juga berdampak pada stabilitas kekuatan di Asia dan Perang Vietnam, di mana Amerika Serikat dan Uni Soviet berada di dalamnya. 27 Begitu pula hubungan Amerika Serikat dan Jepang. 28 Dampak dari kunjungan Presiden Nixon ke Cina sangat berpengaruh terhadap hubungan kedua negara tersebut. Amerika Serikat hanya mengakui satu Cina dan Taiwan merupakan bagian dari Cina. Selain itu, Amerika Serikat harus menarik semua kekuatan militer dan tentaranya dari Taiwan setelah tahun Normalisasi hubungan Amerika-Cina ini tidak hanya memperbaiki hubungan kedua negara secara politik, tetapi juga mempererat hubungan di bidang ekonomi. Investasi antara kedua negara semakin bertambah, yang mana pemerintah Amerika Serikat menjamin keamanan dalam Badan Hukum Pengembangan Investasi di Luar negeri Robert C. Gray, Stanley J. Michalak, Jr American Foreign Policy Since Détente. New York:Harper & Row Publisher. Hlm Dan Caldwell. Op. Cit., Hlm Adhitya Chandra Maas (Ed.) Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Washington DC: Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Hlm Dennis Merrill dan Thomas G. Paterson (Ed.). Op. Cit., Hlm Shia-ling Liu U.S. Foreign Policy Toward Communist China in the 1970 s: The Misadventures of President Nixon, Ford and Carter. Kuang Lu Publishing: Taipei. Hlm Robert C. Gray, Stanley J. Michalak, Jr. Op. Cit., Hlm Shia-ling Liu. Op. Cit., Hlm
14 Moscow Summit Pelaksanaan dari kebijakan détente untuk mengurangi ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat dapat diwujudkan dalam pertemuan yang dilaksanakan oleh kedua negara di Moscow Mei Dalam pandangannya, Henry Kissinger menjelaskan bahwa dunia internasional tidak akan stabil apabila dua negara adikuasa, Amerika Serikat dan Uni Soviet yang memiliki kekuatan terbesar di dunia dalam senjata nuklir tidak dapat mengendalikan perlombaan dalam strategi senjata. Pembicaraan antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet mengenai pembatasan senjata nuklir terus berlangsung dari awal masa pemerintahan Nixon tahun Selama dua tahun ( ), diskusi yang dilakukan antara dua negara adikuasa itu belum menghasilkan kesepakatan dan keputusan yang berarti. Pembicaraan menemui jalan buntu atas kontrol senjata dan penyelesaian Perang Vietnam. 31 Akan tetapi, situasi ini berubah ketika Nixon dan Kissinger mengumumkan kunjungan rahasianya ke Beijing. Hal ini membuat pemimpin Partai Komunis Uni Soviet, Leonid Brezhnev menjadi khawatir apabila perbaikan hubungan Sino-Amerika Serikat akan membentuk aliansi melawan Uni Soviet, mengingat dua negara Komunis Uni Soviet dan Republik Rakyat Cina sedang mengalami keretakan pada masa itu. 32 Kecemasan Brezhnev ini membuat hubungan negosiasi Amerika Serikat dan Uni Soviet yang sebelumnya mengalami jalan buntu, langsung mengalami perbaikan. Menurut Moscow, dengan mengadakan perbaikan hubungan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet diharapkan dapat menghalangi normalisasi hubungan Sino-Amerika Serikat. 33 Sikap khawatir yang ditunjukkan oleh pemimpin Uni Soviet inilah yang diharapkan oleh Nixon dan Kissinger. Kissinger menyampaikan kepada Nixon bahwa, Dobrynin akan mengatur pertemuan antara Nixon dan Brezhnev sebelum Nixon melakukan kunjungan ke Beijing. Nixon menyetujui rencana pertemuannya dengan Brezhnev tetapi setelah dirinya melakukan kunjungan ke Beijing. 34 Kunjungan Presiden Nixon dalam Moscow Summit berlangsung dari tanggal Mei Dari pihak Amerika Serikat, Presiden Nixon didampingi oleh Menteri Luar Negeri William P. Rogers; Penasehat Keamanan Nasional Henry Kissinger; dan beberapa pejabat lainnya. Dari pihak Soviet dihadiri oleh Leonid Brezhnev, Sekretaris Jenderal Partai Komunis 31 Dennis Merrill, Thomas G. Paterson (Ed.). Op. Cit., Hlm., Dan Caldwell. Op. Cit., Hlm Dennis Merrill dan Thomas G. Paterson (Ed.). Op. Cit., Hlm Ibid., 11
15 Uni Soviet; N.V. Podgorny, Kepala Presidium tertinggi Uni Soviet; dan A.N. Kosygin, Kepala Dewan Kementrian Uni Soviet. 35 Dalam Moscow Summit, kedua negara superpower tersebut mencoba meyakinkan status masing-masing negara sebagai negara adikuasa di dunia. 36 Moscow Summit ini mengahasilkan The Declaration of Principles yang berisi 12 prinsip yang telah disetujui dan diikuti bersama oleh kedua negara superpower ini. 37 The Declaration of Principles ini bertujuan untuk menguatkan hubungan perdamaian satu sama lain, mencegah dari ancaman perang dan terciptanya kondisi yang mampu mengurangi ketegangan di dunia (détente) dengan memperkuat kerjasama dan keamanan dunia baik di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan (science), dan budaya. 38 Untuk mencegah ancaman perang nuklir, Moscow summit ini menghasilkan perjanjian bilateral antara Amerika Serikat dan Uni Soviet untuk membatasi penggunaan senjata, terutama senjata nuklir. Amerika Serikat dan Uni Soviet berhasil menandatangani Strategic Arms Limitations Talks Agreement (SALT I). 39 Akan tetapi, ke depannya, kesepakatan SALT I ini tidak mengurangi jumlah penyimpanan senjata di masing-masing negara, tetapi hanya membatasi penyebaran dan penggunaan senjata tersebut. 40 Dalam perjanjian Moscow Summit ini ditegaskan bahwa hubungan bilateral antara Amerika Serikat dan Uni Soviet akan sangat mungkin terjadi, untuk mengurangi ketegangan selama masa perang. Perbaikan hubungan antara dua negara sangat mungkin terjadi dan sangat diinginkan. 41 Akan tetapi, fokus utama dalam pembicaraan Moscow Summit ini adalah perjanjian di mana Amerika Serikat dan Uni Soviet menyepakati untuk mengurangi bahaya terhadap perang nuklir dengan melakukan pembatasan penggunaan senjata nuklir. 42 Agar kedua negara dapat secara aktif melanjutkan negosiasi atas pembatasan senjata nuklir, maka hubungan saling menghormati atas kepentingan dan legitimasi satu sama lain sangatlah penting agar terhindari dari apa yang disebut dengan perang nuklir Text of Nixon-Brezhnev Declaration and Join Communique at End of Visit. New York Times. 30 Mei Hlm Dennis Merrill dan Thomas G. Paterson (Ed.). Op. Cit., Hlm prinsip dalam The Declaration of Principles akan dicantumkan dalam lampiran. 38 David C. Geyer & Kent Sieg (Ed.) Foreign Relation of United States : Volume XIV. Washington: Departement of State. Hlm Ibid., 40 Ibid., 41 Text of Nixon-Brezhnev Declaration and Join Communique at End of Visit. Loc. Cit., Hlm Ibid., 43 Ibid., 12
16 Gambar 2: Moscow Summit dengan ditandatanganinya Declaration of Principles. (Sumber: pada 2 Juni 2014 pukul WIB). SALT I (Strategic Arms Limitation Talks I) SALT merupakan suatu proses pembicaraan dan negosiasi yang bertujuan untuk mengawasi senjata nuklir strategis. SALT pada masa pemerintahan Nixon merupakan pencapaian yang sangat penting artinya. Nixon menganggap SALT sebagai simbol kesuksesan dari kebijakan détente yang dicanangkannya bersama Henry Kissinger. Walaupun secara formal Amerika Serikat dan Uni Soviet sama-sama mengirim delegasinya untuk berunding. Tetapi keputusan signifikan akan negosiasi pembatasan senjata ini ada pada beberapa kali pertemuan rahasia (backchannel) yang dilakukan oleh Kissinger dan Duta Besar Uni Soviet Dobrynin tanpa sepengetahuan pejabat Amerika Serikat, termasuk delegasi negosiasi SALT. 44 Setelah beberapa kali menemui jalan buntu, maka pada 20 Mei 1971 diumumkan 2 perjanjian signifikan, negosiasi tidak hanya membatasi senjata sistem penyerangan tetapi juga sistem pertahanan. Walaupun Kissinger telah mendapatkan wewenang dari Presiden Nixon, tetapi pertemuan rahasia ini tetap mendapatkan kritikan keras dari Kongres dan pejabat lainnya. 44 Dan Caldwell. Op. Cit., Hlm
17 SALT merupakan tonggak pertemuan yang sangat penting artinya, tidak hanya bagi Amerika Serikat tetapi juga bagi Uni Soviet. SALT menjadi cara yang sangat signifikan untuk mencegah terjadinya Perang Nuklir. Pembicaraan SALT I yang dilaksanakan dalam Moscow Summit ini telah menghasilkan dua perjanjian penting yang ditandatangani oleh dua negara pada tanggal 26 Mei Pertama persetujuan peluru kendali anti-balistik (Anti-Ballistic Missile System), yang merupakan pertahanan peluru kendali anti-balistik yang bertujuan untuk menyergap atau menghancurkan rudal balistik musuh. 46 Kedua Interim Agreement on Offensive Weapon dimana menyepakati pembekuan selama lima tahun atas uji coba dan penggelaran peluru kendali balistik antar-benua (Inter-Continental Ballistic Missile) dan peluru kendali balistik yang diluncurkan dari kapal selam (Submarine-Launched Ballistic Missile). 47 Perjanjian ABM yang ditandatangani oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet menghasilkan 16 pasal, salah satunya menyepakati untuk membatasi kedua belah pihak hanya memiliki dua lokasi dengan alat peluncur peluru kendali anti-balistik (ABM) sampai dengan 100 buah dan 100 peluru kendali penyergap. 48 Tercapainya kesepakatan perjanjian antara dua negara adikuasa ini, terutama dalam pembicaraan pembatasan senjata (SALT I) memberikan dampak yang cukup besar bagi dunia internasional. Perjanjian ini dapat mengurangi resiko meningkatnya ancaman perang terjadi, kesalahpahaman dan provokasi kekuatan ketiga. 49 Selain itu, yang paling penting adalah perjanjian ini mengurangi resiko akan pecahnya perang nuklir antara Amerika Serikat dan Uni Soviet, mengingat kekuatan nuklir yang dimiliki kedua negara bisa saja menyebabkan pecahnya perang nuklir kapan saja. 50 SALT I merupakan puncak dari pertemuan akbar yang dilaksanakan pada masa pemerintahan Nixon. Pembicaraan mengenai kontrol senjata ini menjadi penyeimbang dari permasalahan Perang Vietnam yang merupakan kegagalan telak dalam politik luar negeri Amerika Serikat. Ketertarikan akan pelaksanaan SALT I sudah ada sejak tahun 1970 dan 1971, akan tetapi puncak pelaksanaan Moscow Summit yang dilaksanakan pada tahun 1972, beberapa bulan sebelum pemilihan kembali Presiden Amerika Serikat. Menurut pandangan Raymond L. Garthoff, détente merupakan rencana Nixon untuk 45 A. L. Adamishin, A. M. Alexandrov, & A. I. Blatov Soviet Foreign Policy Volume II Moscow: Progress Publishers. Hlm. Hlm William L. Braidley, Mochtar Lubis. Op. Cit., Hlm Ibid., Hlm Ibid., 49 Raymond L. Garthoff SALT I: an Evaluation. World Politics, Vol. 1 (Oct., 1978), pp Cambridge University Press. Hlm. 16. Diunduh pada tanggal 23 Mei 2014 di pada pukul WIB. 50 Ibid., 14
18 menarik perhatian dan membentuk citra baik di depan masyarakat Amerika Serikat. 51 Pelaksanaan Moscow Summit menjadi penting karena menggambarkan keberhasilan dalam politik rencana besar dan strategi besar Nixon pada masa pemerintahannya. Dalam pandangannya yang disampaikan pada tahun 1974, Henry Kissinger yang sudah menjabat sebagai Menteri Luar Negeri menjelaskan bahwa there can be no peaceful international order without a constructive relation between the United States and the Soviet Union. There will be no international stability unless both the Soviet Union and the United States conduct themselves with restrain and unless they use their enourmous power for the benefit of mankind (tidak akan ada tatanan internasional yang damai tanpa sebuah hubungan yang konstruktif antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tidak akan ada stabilitas internasional kecuali Uni Soviet dan Amerika Serikat membatasi konflik diantara mereka dan kecuali mereka menggunakan kekuatan mereka untuk kebaikan umat manusia). 52 Oleh sebab itu, kebijakan détente antara Amerika Serikat dan Uni Soviet sangat penting untuk menjaga stabilitas kekuatan dunia, sehingga terhindar dari ancaman perang nuklir. Meskipun demikian, kebijakan détente pada masa Nixon ini tidak sepenuhnya selesai dilaksanakan karena Nixon pada masa itu terkena skandal Watergate yang menyebabkan dirinya harus mengundurkan diri sebagai presiden Amerika Serikat dan dilanjutkan oleh wakil presiden Gerald Ford. Uni Soviet menyambut positif ide dari kebijakan détente ini. Hal ini terbukti dari keterbukaan dan niat baik Uni Soviet untuk berunding dengan Amerika Serikat dalam berbagai perjanjian Moscow Summit. Sikap terbuka Uni Soviet juga berdasarkan pada ide peaceful coexistence (hidup berdampingan secara damai) yang lebih dahulu diusulkan oleh Perdana Menteri Nikita Khruschev sebelum Kongres partai Komunis ke-20 pada tahun Selain itu, Uni Soviet juga mendapatkan keuntungan dari perundingan yang dilaksanakan dengan Amerika Serikat. Perundingan Moscow Summit cukup membantu Uni Soviet dalam memperbaiki perekonomian modernnya, karena bagi Uni Soviet détente merupakan suatu sarana dalam penyampaian bantuan ekonomi dan teknologi yang sangat penting dari barat. 54 Krisis pangan yang menimpa Soviet pada tahun 1960-an menyebabkan Soviet harus mengimpor bahan makanan dari barat. Hal ini menjadi salah satu alasan Uni Soviet bersikap lebih lunak terhadap barat. Kebijakan détente pada masa Nixon ini berhasil 51 Ibid., Hlm Dennis Merrill dan Thomas G. Paterson. Op. Cit., Hlm Dr. Andrik Purwasito DEA. Op. Cit., Hlm Brian White.. Op.Cit., Hlm
19 untuk sementara waktu meredakan ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet lewat perjanjian perbatasan senjata nuklir. Akan tetapi kebijakan ini belum berhasil menciptakan perdamaian pada masa Perang Dingin. Terbukti setahun setelah perundingan Moscow Summit, Amerika Serikat dan Uni Soviet tetap mengalami ketegangan seperti perang di Timur Tengah dan Perang Dingin tetap berlangsung hingga akhirnya berakhir setelah Uni Soviet runtuh tahun Penutup Pasca Perang Dunia II Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan yang akan menjadi landasan terhadap berbagai bentuk kebijakan yang diambil dalam masa Perang Dingin melawan Uni Soviet yang disebut dengan Kebijakan Pembendungan. Kebijakan yang diusulkan oleh George Kennan, Penasihat Kedutaan Besar Amerika Serikat di Moscow pada masa Presiden Truman, menjadi dasar dari berbagai bentuk langkah yang akan diambil dalam politik luar negeri Amerika Serikat terhadap Uni Soviet. Akan tetapi, Richard Nixon bersama dengan Penasihat Keamanannya setelah terpilih pada tahun 1969, mengambil kebijakan yang berbeda dengan presiden sebelumnya yaitu dengan mengeluarkan sebuah kebijakan yang lebih lunak. Kebijakan ini menyebabkan Amerika Serikat dengan Uni Soviet mengambil langkah-langkah yang lebih bersifat negosiasi dan diplomasi dalam penyelesaian masalah dengan Uni Soviet. Hal ini dibuktikan dengan kunjungan Amerika Serikat ke negara-negara Komunis seperti Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet. Nixon dan Kissinger menyadari bahwa walaupun Amerika Serikat dan Uni Soviet memiliki ideologi yang berbeda, tetapi pada faktanya kedua negara tidak akan mampu selamat dari bahaya perang nuklir dan untuk menghindari hal itu, perlunya diadakan perundingan dengan Uni Soviet untuk membicarakan pembatasan senjata nuklir. Inti perjanjian dalam Moscow Summit adalah Amerika Serikat dan Uni Soviet sama-sama menyepakati untuk mengurangi bahaya terhadap ancaman perang nuklir dengan melakukan pembatasan senjata nuklir. Oleh sebab itu, tetap menjaga hubungan baik antara kedua negara sangat penting untuk mencegah terjadinya perang nuklir. 16
20 Daftar Referensi Bradley, William L, & Mochtar Lubis (Ed.) Dokumen-Dokumen Pilihan Tentang Politik Luar Negeri Amerika Serikat dan Asia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Caldwell, Dan American-Soviet Relation: From 1947 to the Nixon-Kissinger Grand Design. London: Greenwood Press. Chandra Maas, Adhitya (Ed.) Garis Besar Sejarah Amerika Serikat. Washington DC: Departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Garthoff, Raymond L SALT I: an Evaluation. World Politics, Vol. 1 (Oct., 1978), pp Cambridge University Press. Hlm. 5. Diunduh di pada pada tanggal 23 Mei 2014 pukul WIB. Geyer, David C, & Kent Sieg (Ed.) Foreign Relation of United States : Volume XIV. Washington: Departemen of States. Gray, Robert C. & Stanley J. Michalak, Jr American Foreign Policy Since Détente. New York:Harper & Row Publisher. Liu, Shia-ling U.S. Foreign Policy Toward Communist China in the 1970 s: The Misadventures of President Nixon, Ford and Carter. Kuang Lu Publishing: Taipei. Luthi, Lorenz M The Sino-Soviet Split. Princeton University Press. McCormick, James M American Foreign Policy and Process, Fourth Edition. Canada: Thomson Wadsworth. Merrill, Dennis, & Thomas G. Peterson (Ed.) Major Problem in American Foreign Relation, Volume II: Since Wadsworth: USA. Podell, Janet, & Steven Anzovin (Ed.) Speeches of American Presidents. The H.W. Wilson Co: USA. Purwasito DE.A, Andrik Strategi Global Superpower dalam Era Perang Dingin. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Setiawan, Agus Peran Amerika Serikat dalam Mewujudkan Perjanjian Perdamaian Camp David ( ). Depok: Universitas Indonesia. Weatherbee, Donald E International Relations in Southeast Asia: Struggle for Autonomy. Singapore: Rowman & Littlefield Publisher. 17
21 White, Brian The Concept of Détente. Review of International Studies, Vol. 7, No. 3 (Jul., 1981), pp Cambridge University Press. Diunduh di pada 10 Maret 2014 pukul 5.03 WIB Text of Nixon-Brezhnev Declaration and Join Communique at End of Visit. New York Times. 30 Mei
22 LAMPIRAN Moscow Summit, ditandatangani Declaration of Principles pada 29 Mei (Sumber: New York Times, didapat dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta). 19
BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN
www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah
Lebih terperinciBAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.
BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.
BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan
Lebih terperinciHUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni
HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciSignifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si
Signifikasi Kawasan Asia Pasifik Yesi Marince, S.Ip., M.Si A NEW WORLD AND ASIA PACIFIC ORDER Bagaimana Berakhirnya Perang Dingin mempengaruhi kawasan Asia Pasifik? 1. Alasan pelaksanaan containment policy
Lebih terperincibilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika
BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciAmerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949
Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh
Lebih terperinciDIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni
BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan
BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN Bab IV ini akan membahas mengenai reaksi Rusia sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi kegagalan Amerika Serikat dalam melancarkan ambisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciPROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI
PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Six Party Talks merupakan sebuah mekanisme multilateral yang bertujuan untuk mewujudkan upaya denuklirisasi Korea Utara melalui proses negosiasi yang melibatkan Cina,
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan
BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini menekankan pada proses peredaan ketegangan dalam konflik Korea Utara dan Korea Selatan pada rentang waktu 2000-2002. Ketegangan yang terjadi antara Korea Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini akan membahas mengenai kerja sama keamanan antara pemerintah Jepang dan pemerintah Australia. Hal ini menjadi menarik mengetahui kedua negara memiliki
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah sebuah Negara baru bekas pecahan dari Uni Soviet. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu setelah pada tanggal 25
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan organisasi internasional sebagai subjek hukum internasional, tidak terlepas dari munculnya berbagai organisasi internasional pasca Perang Dunia ke II. Terjadinya
Lebih terperinci2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Setelah Perang Dunia ke II (PD II) berakhir, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai dihadapkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama,
Lebih terperinciMODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL
MODUL IV PENGATURAN KEAMANAN REGIONAL PENDAHULUAN Kajian tentang strategi keamanan juga melandaskan diri pada perkembangan teori-teori keamanan terutama teori-teori yang berkembang pada masa perang dingin
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia
BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan
Lebih terperincimemperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.
BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya
Lebih terperinciyang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Rakyat Cina (RRC) adalah salah satu negara maju di Asia yang beribukota di Beijing (Peking) dan secara geografis terletak di 39,917 o LU dan 116,383
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinci2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB II DINAMIKA HUBUNGAN TIONGKOK-AS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM NORMALISASI HUBUNGAN TIONGKOK-AS
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN TIONGKOK-AS DAN UPAYA-UPAYA YANG DILAKUKAN DALAM NORMALISASI HUBUNGAN TIONGKOK-AS Dalam bab II ini penulis akan menjelaskan mengenai dinamika hubungan Tiongkok dan Amerika Serikat,
Lebih terperinciterlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.
BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup
Lebih terperinciPERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Perang Dunia Pertama terjadi, tren utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat masih berupa non-intervensi. Namun ketika Perang Dunia Kedua terjadi Amerika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang etnis menurut Paul R. Kimmel dipandang lebih berbahaya dibandingkan perang antar negara karena terdapat sentimen primordial yang dirasakan oleh pihak yang bertikai
Lebih terperinciKEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL
KEKUATAN MENGIKAT RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PBB DALAM PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL Oleh I Komang Oka Dananjaya Progam Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu
BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA TRANSFORMASI PERTAHANAN JEPANG PASCA PERANG DINGIN (1990-2007) SEBAGAI BENTUK ADAPTASI JEPANG TERHADAP PERKEMBANGAN KEAMANAN INTERNASIONAL DAN RESPON NEGARA ASIA TENGGARA TERHADAP
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperincisanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.
BAB. V KESIMPULAN Dunia yang terkungkung dalam persaingan kekuatan membuat negaranegara semakin aktif untuk meningkatkan persenjataan demi menjaga keamanan nasionalnya. Beberapa tahun silam, Ukraina mendapat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan
138 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul Peranan Ideologi Posmarxisme Dalam Perkembangan Gerakan Anti Perang Masyarakat Global. Kesimpulan tersebut merujuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA
Lebih terperinciBAB I SEJARAH KEMERDEKAAN DAN DIPLOMASI AMERIKA SERIKAT
BAB I SEJARAH KEMERDEKAAN DAN DIPLOMASI AMERIKA SERIKAT Benua Amerika ditemukan oleh Colombus pada tahun 1492. Selanjutnya terjadi migrasi orang-orang Eropa secara besar-besarfifi ke Amerika. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat
Lebih terperinciThere are no translations available.
There are no translations available. Kapolri, Jenderal Polisi H. Muhammad Tito Karnavian, Ph.D menjadi salah satu pembicara dalam Panel Discussion yang diselenggarakan di Markas PBB New York, senin 30
Lebih terperinciH. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI
PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya Perang Dunia II ternyata tidak membuat situasi perpolitikan dunia menjadi aman. Justru pada masa itulah situasi politik yang mencekam semakin terasa,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.
BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat
Lebih terperinci91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa
Lebih terperinciPada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace
Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak
Lebih terperinciPERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN
PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN (Review Kuliah Umum Bpk Edy Prasetyono, Ph.D.) 2 Desember 2006 Pasca Perang Dunia II, keadaan Eropa mengalami kehancuran yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME
Lebih terperinciRealisme dan Neorealisme I. Summary
Realisme dan Neorealisme I. Summary Dalam tulisannya, Realist Thought and Neorealist Theory, Waltz mengemukakan 3 soal, yaitu: 1) pembentukan teori; 2) kaitan studi politik internasional dengan ekonomi;
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Darma Persada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa menyerahnya Jepang kepada sekutu pada 14 Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II, perang yang sangat mengerikan dalam peradaban manusia di dunia.
Lebih terperinciASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara
ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat
BAB V KESIMPULAN Kerjasama Internasional memang tidak bisa terlepaskan dalam kehidupan bernegara termasuk Indonesia. Letak geografis Indonesia yang sangat strategis berada diantara dua benua dan dua samudera
Lebih terperinciPengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan
Pengaruh Economic Cooperation Framework Agreement (ECFA) terhadap Isu One China antara Cina dan Taiwan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Cina dan Taiwan adalah dua kawasan yang memiliki latar belakang
Lebih terperinciSEJARAH PEPERANGAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 SEJARAH PEAN ABAD MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Perang 30 Tahun & Perang Napoleon Perang Dunia I & Perang Dunia II Perang Dingin & Perang Global Melawan Terorisme
Lebih terperinciAKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017
AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017 STATE Miriam Budiardjo: Negara sebagai suatu organisasi dalam suatu wilayah yang memiliki kekuasaan
Lebih terperinciKeterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris. dalam Genosida 65
Keterlibatan Pemerintah Amerika Serikat dan Inggris dalam Genosida 65 Majalah Bhinneka April 2, 2016 http://bhinnekanusantara.org/keterlibatan-pemerintah-amerika-serikat-dan-inggris-dalam-genosida-65/
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai
Lebih terperinciBAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan
99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki
Lebih terperinciMUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG
MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
Lebih terperinciRESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar
RESUME SKRIPSI Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar negara yang melintasi batas negara. Sebagian besar negara-negara di dunia saling
Lebih terperinciWestget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing.
Westget Mall diperkirakan merupakan supermarket milik Israel yang sering dikunjungi orang-orang asing. Balas campur tangan militer Kenya di Somalia, kelompok al Shabab menyerang sebuah mal di Nairobi,
Lebih terperinciSumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.
Politik Luar Negeri Amerika Serikat Interaksi antarnegara dalam paradigma hubungan internasional banyak ditentukan oleh politik luar negeri negara tersebut. Politik luar negeri tersebut merupakan kebijaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA 1
BAB VI AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA 1 (Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si.) Berakhirnya Perang Dingin dan hancurnya Uni Soviet, tidak serta merta merubah nilai negara Dunia Ketiga 2 bagi Kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat berlangsungnya Perang Dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur, Vietnam ikut terlibat dalam Perang Vietnam melawan Amerika Serikat (AS). Blok barat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun terakhir menjadi semakin buruk. Penyebabnya adalah pemerintah Republik Rakyat Cina (RRC) yang semakin
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 34, 2002 ( Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4195) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciTINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG
TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG Oleh: Ivan Donald Girsang Pembimbing : I Made Pasek Diantha, I Made Budi Arsika Program
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,
Lebih terperinciPidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011
Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU
Lebih terperinciKeterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011
Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia
iv DAFTAR ISI DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... vii DAFTAR SINGKATAN... viii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 7 1.3 Batasan
Lebih terperinciAMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA
AMERIKA SERIKAT DAN NEGARA DUNIA KETIGA Oleh: Dewi Triwahyuni, S.Ip., M.Si. Saran Bacaan: Eugene R. Wittkopf, The Future of American Foreign Policy,, Second Edition (New York: St. Matin s Press, 1992).
Lebih terperinciBAB II DINAMIKA HUBUNGAN RUSIA DAN AS PASCA PERANG DUNIA
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN RUSIA DAN AS PASCA PERANG DUNIA II Pasca perang Dunia II kondisi hubungan antara Rusia dan Amerika Serikat belum menemukan titik damai. Keduanya justru diketahui terlibat dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008
BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya.
Lebih terperinciEropa Pasca Perang Dingin.
Eropa Pasca Perang Dingin sudrajat@uny.ac.id/ Konstelasi Politik Global Runtuhnya Uni Soviet mengubah peta politik dunia dari bipolar menjadi multipolar. Amerika Serikat menjadi polisi dunia yang berusaha
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perdamaian dunia merupakan isu penting dalam upaya pencapaian keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24 Oktober 1945, Perserikatan Bangsa-Bangsa
Lebih terperinciPEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA
PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia
Lebih terperinci"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"
H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah
Lebih terperinci