DAFTAR SINGKATAN. xiii

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR SINGKATAN. xiii"

Transkripsi

1 DAFTAR SINGKATAN ACISc API ATM CPU D-ITG ICMP IDT IGP IOS IP LAN OSPF OVS PING QoS SDN TCP UDP VAD VoIP VPCS : Application Specific Integrated Circuits : Application Programming Interface : Asynchronous Transfer Mode : Central Processing Unit : Distributed Internet Traffic Generator : Internet Control Message Protocol : Inter-Departure Time : Interior Gateway Protocol : Internetwork Operating System : Internet Protocol : Local Area Network : Open Shortest Path First : Open v Switch : Packet Internet Gopher : Quality of Service : Software Defined Network : Transmission Control Protocol : User Datagram Protocol : Voice Activation Detection : Voice Over Internet Protocol : Virtual Personal Computer Simulator xiii

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jaringan konvensional menggunakan algoritma khusus yang diterapkan pada perangkat yang didedikasikan untuk mengontrol dan memantau aliran data dalam jaringan, mengelola penjaluran dan menentukan bagaimana perangkat yang berbeda dapat saling berhubungan dalam jaringan. Secara umum algoritma routing dan seperangkat peraturan diimplementasikan dalam komponen perangkat keras khusus seperti Application Specific Integrated Circuits (ASICs) [1]. ACISc dirancang untuk melakukan operasi tertentu, contoh sederhana yaitu Paket forwarding. Pada penerimaan paket oleh perangkat routing, router menggunakan seperangkat aturan yang tertanam dalam firmware untuk menemukan perangkat tujuan serta menentukan penjaluran untuk paket tersebut. Pada umumnya paket data disampaikan kepada tujuan yang sama ditangani dengan cara yang sama. Operasi tersebut biasanya terdapat pada perangkat routing yang murah. Untuk perangkat routing yang lebih mahal dapat memperlakukan berbagai jenis paket dalam berbagai tata krama berdasarkan kondisinya. Sebagai contoh, router Cisco memungkinkan pengguna untuk menandai prioritas arus yang berbeda. Dengan demikian kita dapat mengatur ukuran antrian dan metode penjaluran paket di setiap router secara langsung. Pengaturan router secara langsung memungkinkan kontrol prioritas dan penjaluran menjadi lebih efisien terhadap kemacetan lalu lintas jaringan [2]. Masalah yang ditimbulkan oleh metodologi diatas yaitu keterbatasan perangkat jaringan saat ini karena semakin tingginya lalu lintas jaringan sehingga menyebabkan penurunan kinerja jaringan. Selain itu peningkatan permintaan untuk skalabilitas, keamanan, keandalan dan kecepatan jaringan sangat dapat menghambat kinerja perangkat jaringan saat ini karena lalu lintas jaringan semakin meningkat. Perangkat jaringan saat ini tidak memiliki fleksibilitas untuk menangani paket yang berbeda jenis dengan berbagai isi karena sistem yang tertanam di setiap vendor yang berbeda [3]. Jaringan yang membentuk juga harus mampu beradaptasi dengan perubahan secara fleksibel dalam hal penyesuaian perangkat keras atau perangkat lunak. Namun, operasi jaringan tradisional tidak dapat dengan mudah dalam penyesuaannya [4]. 1

3 Sebuah solusi untuk masalah tersebut adalah pelaksanaan aturan penanganan data modul perangkat lunak pada embedding system dalam hardware. Metode ini memungkinkan administrator jaringan untuk memiliki kontrol atas lalu lintas jaringan dan karena itu memiliki potensi besar untuk lebih meningkatkan kinerja jaringan dalam hal efisiensi penggunaan sumber informasi jaringan. Gagasan seperti ini didefinisikan dalam teknologi inovatif, disebut Software-Defined Networking (SDN) [5]. Teknologi SDN memanfaatkan kemampuan untuk membagi data plane dari control plane di router dan switch [6]. Control plane dapat mengirimkan perintah ke perangkat keras data plane (router atau switch) [7]. Paradigma ini memberikan pandangan dari seluruh jaringan, sehingga dapat membantu melakukan perubahan secara global tanpa konfigurasi perangkat-sentris pada setiap unit hardware [8]. Dalam tugas akhir ini dilakukan pembuktian penerapan layanan routing menggunakan metode path calculating algoritma dijkstra sebagai rekayasa kontrol penjaluran pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network dan menganalisa perbandingan kinerja metode pemilihan jalur terbaik dalam lalulintas jaringan pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network dengan jaringan konvensional yang juga diterapkan algoritma dijkstra dengan arsitektur yang sama namun tidak memiliki perangkat control plane yang terpisah. Pembuktian dilakukan dengan melakukan emulasi jaringan sebuah yang terdiri dari 11 buah switch yang saling terhubung dengan perangkat control plane sebagai pengendali sebuah jaringan Tujuan Adapun tujuan tugas akhir Perancangan dan Analisis Metode Routing menggunakan Algoritma Dijkstra pada Jaringan Software Defined Network berbasis OpenFlow sebagai berikut : a. Menerapkan aturan penjaluran algoritma dijkstra pada jaringan berbasis Software- Defined Network untuk mengetahui nilai end to end latency. b. Mendapatkan nilai latency traceroute untuk menganalisa kinerja penjaluran paket pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network. c. Mendapatkan nilai QoS pada jaringan untuk membandingkan kinerja penjaluran paket metode path calculating algoritma dijkstra pada jaringan LAN berbasis Software Defined Network dan jaringan konvensional yang telah diterapkan algoritma dijksra didalamnya. 2

4 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah dalam tugas akhir ini yaitu : a. Dalam membuktikan layanan routing pada emulasi jaringan LAN berbasis Software Defined Network perlu dibuat fitur untuk membangun layanan routing yaitu dengan menerapkan path calculating menggunakan algoritma dijkstra sebagai rekayasa control penjaluran pada jaringan LAN berbasis Software-Defined Network pada perangkat control plane. b. Dalam jaringan LAN berbasis Software Defined Network dibutuhkan informasi tentang topologi yang bertujuan untuk memantau kondisi jaringan yang nantinya akan dilakukan kalkulasi rute sesuai kepadatan jaringan. c. Untuk melakukan analisa perbandingan kinerja penjaluran diperlukan perancangan jaringan LAN konvensional menggunakan protokol penjaluran OSPF sebagai penerapan prinsip kerja algoritma dijkstra didalamnya dengan mengemulasikan jaringan tersebut dalam aplikasi GNS3. d. Untuk menentukan perbandingan performansi penjaluran pada kedua teknologi tersebut diperlukan pengukuran pada delay, jitter, troughput, packet loss dan traceroute pada kedua teknologi tersebut Batasan Masalah Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas dibatasi pada : a. Untuk mensimulasikan jaringan LAN tersebut digunakan aplikasi mininet untuk jaringan berbasis Software Defined Network dan GNS3 untuk jaringan berbasis Konvensional. b. Menggunakan Ryu sebagai control plane dan Mininet sebagai forwarding plane serta OpenFlow 13 sebagai protokol antarmuka yang menghubungkan keduanya.. c. Sistem penjaluran algoritma dijkstra yang digunakan memanfaatkan aplikasi SNHx yang dibuat diatas Ryu Controller. d. Sebagai jaringan pembanding pada penjaluran paket, simulasi jaringan konvensional menggunakan protocol routing IGP yaitu OSPF sebagai implementasi algoritma dijkstra. e. Topologi yang digunakan terdiri dari 11 perangkat forwarding (switch openflow) dan sebuah controller berbasis RYU. 3

5 f. Nilai cost untuk setiap link bernilai berbeda-beda disesuaikan berdasarkan skenario. g. Parameter QoS yang diukur meliputi delay, jitter, throughput dan packet loss menggunakan aplikasi D-ITG dan Iperf. h. Hanya membahas kinerja penjaluran berupa hubungan pengukuran QoS dengan hasil traceroute pada jaringan. i. Di dalam tugas akhir ini hanya membuktikan seberapa baik kinerja penjaluran berdasarkan nilai pengukuran QoS pada jaringan berbasis Software Defined Network dibandingkan dengan jaringan berbasis konvensional. j. Tidak membahas sistem komunikasi data pada kedua teknologi jaringan Metodologi Penelitian Metodelogi yang digunakan pada penulisan tugas akhir ini sebagai berikut : 1. Studi literatur Pencarian informasi yang bersumber dari buku,media dan diskusi yang bertujuan menunjang selesainya tugas akhir ini 2. Perancangan dan implementasi alat Melakukan perancangan sistem kerja alat sesuai dengan parameter yang diinginkan dan mengaplikasinya. 3. Analisa sistem Mengamati hasil dari sistem yang dikerjakan dan menganalisis serta menyimpulkan masalah yang ada. 4. Penarikan kesimpulan Dari keseluruhan tahapan yang telah dilakukan diatas ditambah dengan masukan dari dosen pembimbing maka dapat diambil kesimpulan dari hasil yang telah dilakukan Sistematika Penulisan Penulisan tugas akhir ini terdiri dari enam bab yaitu : BAB I: PENDAHULUAN 4

6 Pada bab 1 ditulis tentang latar belakang tugas akhir, tujuan, rumusan masalah, metodologi penelitian, dan sistematikan penulisan. BAB II: DASAR TEORI Pada bab 2 berisi mengenai berbagai dasar teori tentang software Defined Networking, Algoritma dijkstra, protokol routing OSPF, Mininet, GNS3, dan QoS dengan bersumber dari berbagai referensi. BAB III: PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab 3 penulis membahas tentang perancangan sistem dengan flowchart dan implementasiannya. BAB IV: PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab 4 menjelaskan hasil pengujian dan analisis dari sistem yang telah dirancang dan diimplementasikan. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab 5 merupakan akhir dari seluruh penulisan tugas akhir yang menghasilkan kesimpulan dan saran untuk pengembangan dari tugas akhir yang telah dilaksanakan ini. 5

7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Software Defined Networking Software Defined Networking (SDN) adalah sebuah konsep pendekatan jaringan komputer dimana sistem pengontrol dari arus data dipisahkan dari perangkat kerasnya. Awal mula terciptanya teknologi Software Defined networking dimulai tidak lama setelah Sun Microsystems merilis Java pada tahun 1995 [11] [12] [13], namun pada saat itu belum cukup membangunkan para periset untuk mengembangkan teknologi tersebut. Baru pada tahun 2008 Software defined networking ini dikembangkan di UC Berkeley and Stanford University [14]. Dan kemudian teknologi tersebut mulai dipromosikan oleh Open Networking Foundation yang didirikan pada tahun 2011 untuk memperkenalkan teknologi SDN dan OpenFlow. Pada teknologi jaringan konvensional, sistem pembuat keputusan kemana arus data dikirimkan dibuat menyatu dengan perangkat kerasnya. Namun di dalam teknologi SDN memiliki dua karakteristik. Pertama, SDN memisah antara control plane dari data plane. Kedua, SDN menggabungkan control plane setiap perangkat menjadi sebuah kontroler yang berbasiskan programmeable software. Sehinga sebuah kontroler tersebut dapat mengontrol banyak perangkat dalam sebuah data plane. Di dalam SDN sebuah jaringan tersentralisasi dalam sebuah kontroler yang berbasiskan software yang dapat memelihara jaringan secara keseluruhan, Sehingga dapat mempermudah dalam mendesain dan mengoperasikan jaringan karena hanya melalui sebuah logical point. Berikut adalah keunggulan Software Defined Networking : a. Manajemen terpusat dan kontrol perangkat jaringan dari beberapa vendor. b. Peningkatan otomatisasi dan manajemen dengan menggunakan API. c. Inovasi cepat melalui kemampuan untuk memberikan kemampuan jaringan baru dan jasa tanpa perlu mengkonfigurasi perangkat individu atau menunggu penjual rilis. d. Programmability oleh operator, perusahaan, vendor perangkat lunak independen, dan pengguna (bukan hanya produsen peralatan) menggunakan pemrograman umum lingkungan, yang memberikan semua pihak peluang baru untuk mendorong pendapatan dan diferensiasi. 6

8 e. Peningkatan kehandalan jaringan dan keamanan sebagai akibat dari pengelolaan jaringan terpusat dan manajemen otomatis dari perangkat jaringan, penegakan kebijakan yang seragam, dan meminimalisir kesalahan konfigurasi yang lebih sedikit. f. Kemampuan kontrol jaringan akan lebih rinci dengan menerapkan dengan kebijakan di tingkat sesi, pengguna, perangkat, dan aplikasi secara komprehensif. g. Penyajian antarmuka yang lebih baik sebagai aplikasi manajemen jaringan terpusat Arsitektur Software Defined Networking Arsitektur SDN memiliki 3 layer yaitu application layer, control layer, dan Infrastructure layer. Ketiga layer tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Berikut gambar arsitektur secara umum Software Defined Nework : Gambar 2.1 Arsitektur SDN [2] a) Application Layer Application Layer merupakan layer yang berperan sebagai antar muka untuk memudahkan pengelola jaringan dalam melakukan fungsi konfigurasi, fungsi kontrol, dan fungsi evaluasi. Pada lapisan ini terbentuk dari integrasi dengan control layer yang memberikan informasi tentang jaringan yang selanjutnya ditampilkan dalam bentuk yang dapat dipahami oleh pengelola jaringan. b) Control Layer Control Layer merupakan lapisan yang berfungsi untuk mengontrol seluruh aktifitas jaringan. Dalam lapisan tersebut terdapat fungsi control plane. c) Infrastucture Layer Infrastruktur layer merupakan lapisan terbawah dari arsitektur Softwar Defined Network. Didalam lapisan tersebut berisi perangkat keras yang berfungsi sebagai 7

9 Forwarding Plane berdasarkan Data Plane. Perangkat keras pada lapisan tersebut yaitu router dan switch OpenFlow Sejumlah standar protokol ada pada penggunaan SDN dalam aplikasi nyata. Salah satu standar protokol yang paling populer disebut OpenFlow [15] - [17], [18], [19]. OpenFlow adalah protokol yang memungkinkan pelaksanaan konsep SDN pada hardware dan software. Sebuah fitur penting dari OpenFlow adalah bahwa para ilmuwan dapat memanfaatkan perangkat keras yang ada untuk merancang protokol baru dan menganalisis kinerja mereka. Sekarang hal ini menjadi bagian dari router dan switch yang tersedia secara komersial. Sebagai protokol standar SDN, OpenFlow diusulkan oleh Stanford. Mengenai testbeds dari OpenFlow, banyak desain telah diusulkan untuk protokol OpenFlow. Mereka menggunakan kode open source untuk mengontrol pengendali SDN universal dan switch. Mengenai switch, OpenVSwitch (OVS) [20] adalah salah satu yang paling popular yang merupakan software berbasis Switch OpenFlow. Kernel yang ditulis dalam Linux 3.3 dan firmware yang termasuk Pica8 [21] dan Indigo [22] juga tersedia. OpenFlow adalah protokol flow-oriented dan memiliki switch dan port abstraksi untuk mengontrol aliran [23] - [29]. Di SDN, terdapat software bernama Controller untuk mengelola switch sebagai pengendali lalu lintas. Controller berkomunikasi dengan switch OpenFlow dan switch dikelola melalui protokol OpenFlow. Switch OpenFlow dapat memiliki beberapa flow table, group table, dan OpenFlow channel (Gambar 2.2 ). Setiap flow table berisi entri aliran dan berkomunikasi dengan controller, dan group table dapat mengkonfigurasi flow entri. Switch OpenFlow terhubung satu sama lain melalui port OpenFlow. Gambar 2.2 OpenFlow Model [2] 8

10 Awalnya data path dari perangkat routing OpenFlow memiliki tabel routing kosong dengan beberapa bidang (seperti alamat IP sumber, jenis QoS, dll). Tabel ini berisi beberapa paket bidang seperti tujuan port yang berbeda (receiving atau transmission), serta bidang aksi yang berisi kode untuk tindakan yang berbeda, seperti paket forwarding atau receiving, dll. Tabel ini dapat diisi berdasarkan paket data yang masuk. Ketika sebuah paket baru diterima yang tidak memiliki entri yang cocok dalam data flow table, maka diteruskan ke controller untuk diproses. Controller bertanggung jawab untuk keputusan penanganan paket, misalnya, sebuah paket yang baik turun, atau entri baru ditambahkan ke dalam data flow table tentang bagaimana untuk menangani hal ini dan yang sejenis paket yang diterima [29], [30]. SDN memiliki kemampuan multi pemrograman switch secara bersamaan, tetapi sistem tersebut masih terdistribusi. Oleh karena itu, mengakibatkan kompleksitas konvensional seperti dropping paket, delaying dari paket kontrol dll. Platform saat ini untuk SDN, seperti NOx dan Beacon, memungkinkan untuk pemrograman, tetapi masih sulit untuk mengaplikasikan program mereka dalam tingkat rendah. Dengan protokol baru (seperti OpenFlow), SDN menjadi lebih mudah untuk diaplikasikan. Control plane menghasilkan tabel routing sedangkan data plane memanfaatkan tabel untuk menentukan di mana paket harus dikirim. OpenFlow dan SDN memungkinkan pusat data dan peneliti untuk dengan mudah untuk mengelola jaringan besar. Arsitektur OpenFlow biasanya meliputi 3 komponen penting : a) Switch: OpenFlow mendefinisikan protokol open source untuk memantau atau mengubah tabel aliran dalam switch yang berbeda dan router. Sebuah Switch OpenFlow setidaknya memiliki tiga komponen: a) Flow table, masing-masing dengan bidang tindakan yang terkait dengan setiap flow entri, b) communication channel, yang menyediakan link untuk transmisi perintah dan paket antara controller dan switch, c) protokol OpenFlow, yang memungkinkan controller OpenFlow mampu berkomunikasi dengan router / switch. b) Controller: Sebuah controller dapat memperbarui (merevisi, menambah, atau menghapus) flow entri dari flow table. c) Flow entri: Setiap flow entri berisi setidaknya tindakan sederhana (operasi jaringan) untuk item aliran. Kebanyakan switch OpenFlow mendukung tiga tindakan berikut: (a) mengirimkan paket flow tersebut untuk port, (b) encapsulating paket aliran ini dan mengirimkan ke controller, dan (c) droping paket flow. 9

11 OpenFlow telah melalui banyak iterasi standar, dan saat ini pada versi 1.3; namun hanya versi 1.0 tersedia untuk perangkat lunak praktis dan desain hardware. Versi kedua dan selanjutnya dari OpenFlow mengubah struktur pertandingan sehingga jumlah dan bit hitungan setiap kolom header bisa ditentukan. Jadi protokol baru akan lebih mudah untuk diterapkan. Dalam controller khusus digunakan untuk memisahkan bit kontrol dari bit data, yang memungkinkan untuk infrastruktur jaringan lebih mudah untuk dibagikan. Saat ini, beberapa proyek yang sedang berjalan telah memanfaatkan OpenFlow yaitu di Eropa dan Jepang [29], [30]. Di Eropa, delapan pulau saat ini saling berhubungan menggunakan OpenFlow. Di Jepang, ada rencana untuk membuat jaringan yang kompatibel dengan Eropa, serta testbed yang jauh lebih luas. Standar OpenFlow mengasumsikan kontrol terpusat, yaitu, satu-titik pengendali dapat mengelola semua flow table dalam switch yang berbeda. Konsep ini bekerja sangat baik dalam jaringan area lokal skala kecil dan jaringan berbasis kabel. Ketika OpenFlow diusulkan, itu diuji dalam jaringan kampus kabel. Namun, jika banyak switch dikerahkan di area yang luas, sulit untuk menggunakan kendali single-point RYU Controller Ryu adalah perangkat lunak berbasis yang berfungsi sebagai controller pada Software Defined Network [5]. Ryu menyediakan komponen perangkat lunak dengan API didefinisikan dengan baik yang membuatnya mudah bagi pengembang untuk membuat aplikasi manajemen jaringan dan kontrol baru. Ryu mendukung berbagai protokol untuk perangkat jaringan mengelola, seperti OpenFlow, netconf, OF-config, dll Tentang OpenFlow, Ryu mendukung sepenuhnya 1.0, 1.2, 1.3, 1.4 dan Nicira Extensions. Semua kode ini tersedia secara bebas di bawah lisensi Apache 2.0. Gambar 2.3 Arsitektur RYU [2] 10

12 2.2. Algoritma Dijkstra Algoritma Dijkstra, yang ditemukan oleh pakar komputer asal Belanda, Edsger Dijkstra, adalah algoritma greedy yang menyelesaikan permasalahan mencari jarak terpendek dari suatu graf berarah dengan bobot sisi yang tidak negatif. Contoh analogi: jika simpul pada graf melambangkan suatu entitas komputer dalam jaringan dan bobot sisi melambangkan besaran beban (metric cost) antarentitas, algoritma Dijkstra dapat dipakai untuk mencari rute terbaik antara dua komputer dalam jaringan komputer. Pada bagian ini saya memberikan penjelasan sederhana dari algoritma Dijkstra sebagaimana dalam buku umum Introduction to algorithms (Cormen et al 2001.) Dan buku klasik lainnya (Sedgewick dan Wayne 2011; Aho, Hopcroft, dan Ullman 1987 ) dan seperti yang biasanya diajarkan di seluruh dunia. Demikian pula, banyak makalah ilmiah tentang algoritma Dijkstra, menggunakan kerangka kerja ini (Sniedovich 2006; Cherkassky, Goldberg, dan Radzik 1996). Diketahui simpul sumber s graf berarah G = (V, E) berbobot dimana semua ujung-ujungnya non negatif, algoritma Dijkstra menemukan jalan dengan biaya terendah (jalur terpendek) antara s dan setiap simpul lainnya di G. Pada algoritma Dijkstra, ditampilkan dalam Algoritma 1, mempertahankan simpul dari grafik V di dua set memisah dan melengkapi simpul S V dan Q V. S, diawali dengan (baris 2), termasuk semua simpul yang jalur terpendek dari s telah ditentukan. Q adalah prioritas antrian diinisialisasi oleh semua x V (Jalur 4). Q mengetik dengan dist [x], yang merupakan panjang lintasan terpendek saat ini diketahui dari s ke x Q. dist[] yang diinisialisasi (baris 1-2) suchthatfor x V \ s dist [x] = sementara dist [s] = 0. S di inisialisasi. Tabel 2.1 Algoritma Djikstra [13] Algoritma Dijkstra Input: G=(V, E) Output: d[ V ] 1 ( x s) dist[x]=+ //Initialize dist[] 2 dist[s]=0 3 S = 4 Q = V // Keyed by dist[]. 5 while Q = do 6 u = extract_min(q) 11

13 7 S = S {u} 8 foreach vertex v Adj(u) do 9 dist[v]=min(dist[v],dist[u]+w(u,v)) 10 // Relax operation. Pada setiap siklus, algoritma Dijkstra mengekstrak vertex u Q dengan minimal dist [] di Q. Kemudian, untuk setiap v tetangga u set dist [v] = min (dist [v], dist [u] + w (u, v)). u kemudian ditambahkan ke S. Algoritma Dijkstra mempertahankan invarian bahwa setiap kali u dipilih dari Q maka Pastilah itu dist [u] = δ (u), di mana δ (x) adalah jalur terpendek dari s ke x. Pembuktian adalah dengan induksi. Awalnya hal ini berlaku untuk s. Kemudian, setiap kali u dipilih, karena itu node dengan minimal dist [] di Q berikut bahwa dist [u] harus sama dengan delta (u), jika tidak, kita mencapai kontradiksi. Hal ini penting untuk dicatat bahwa Algoritma Dijkstra dalam bentuk dasarnya seperti biasanya muncul dalam buku ini dirancang untuk menemukan jalan terpendek untuk semua simpul dari grafik Protokol Routing OSPF ( Open Shortest Path First ) Open Shortest Path First (OSPF) adalah protokol yang memanfaatkan algoritma Dijkstra dalam pemilihan rute terbaiknya. OSPF merupakan sebuah protokol perutean berjenis IGP (interior gateway protocol) yang hanya dapat bekerja dalam jaringan internal suatu organisasi atau perusahaan. Jaringan internal maksudnya adalah jaringan di mana pengguna masih memiliki hak untuk menggunakan, mengatur, dan memodifikasinya, atau dengan kata lain, pengguna masih memiliki hak administrasi terhadap jaringan tersebut. Jika pengguna sudah tidak memiliki hak untuk menggunakan dan mengaturnya, maka jaringan tersebut dapat dikategorikan sebagai jaringan eksternal. Selain itu, OSPF juga merupakan protokol perutean yang berstandar terbuka. Maksudnya, protokol perutean ini bukan ciptaan dari vendor mana pun, sehingga siapapun dapat menggunakannya, perangkat mana pun dapat cocok dengannya, dan di mana pun protokol perutean ini dapat diimplementasikan. Teknologi yang digunakan oleh routing protokol ini adalah teknologi link-state yang memang didesain untuk bekerja dengan sangat mangkus dalam proses pembaruan informasi rute. Prinsip perutean link-state sangat sederhana. Sebagai pengganti dalam menghitung rute terbaik dengan cara terdistribusi, semua perute mempunyai peta jaringan dan menghitung semua rute terbaik dari peta ini. Peta jaringan tersebut 12

14 disimpan dalam sebuah basis data dan setiap record dalam basis data tersebut menyatakan sebuah pautan (link) dalam jaringan. Record-record tersebut dikirimkan oleh perute yang terhubung langsung dengan masing-masing pautan. Karena setiap perute perlu memiliki peta jaringan yang menggambarkan kondisi terakhir topologi jaringan yang lengkap, setiap perubahan dalam jaringan harus diikuti oleh perubahan dalam basis data link-state yang terletak di setiap perute. Perubahan status pautan yang dideteksi perute akan mengubah basis data link-state perute tersebut, kemudian perute mengirimkan perubahan tersebut ke perute - perute yang lain Mininet Mininet [7] adalah emulator jaringan SDN yang dapat mensimulasikan kinerja antara end-host, switch, router, controller, dan link dalam sebuah kernel Linux. Mininet merupakan sebuah sistem virtualisasi yang dapat menggambarkan jaringan yang besar dengan hanya menggunakan sebuah laptop. Mininet bersifat open source, sehingga proyek yang telah dilakukan berupa source code, scripts, dan dokumentasi yang dapat dikembangkan oleh siapapun. Karakteristik yang dimiliki Mininet yaitu: Flexible, topologi dan fungsionalitas yang baru akan sistem yang dibuat harus didefinisikan dalam bentuk software menggunakan bahasa yang familiar dan operating system. Deployable, jika ingin membangun sebuah prototype dengan fungsionalitas yang benar untuk jaringan yang bersifat hardware-based, testbed yang dibuat tidak memerlukan perubahan terhadap code atau konfigurasi yang dirubah sebelumnya. Interactive, mengatur dan menjalankan jaringan harus berdasarkan waktu yang rill, sebagaimana berhubungan dengan jaringan yang sebenarnya. Scalable, lingkup prototype ini dapat menggambarkan jaringan dengan jumlah switch dari ratusan hingga ribuan hanya dalam satu laptop. Realistic, perilaku dari prototype dapat menunjukan perilaku jaringan yang sebenarnya dengan tingkat kepercayaan yang tinggi. Share-able, prototype yang telah dibentuk dapat saling dibagikan antar kolabotor untuk dijalankan atau dimodifikasi dalam eksperimen selanjutnya. 13

PERANCANGAN DAN ANALISIS SOFTWARE DEFINED NETWORK

PERANCANGAN DAN ANALISIS SOFTWARE DEFINED NETWORK PERANCANGAN DAN ANALISIS SOFTWARE DEFINED NETWORK PADA JARINGAN LAN : PENERAPAN DAN ANALISIS METODE PENJALURAN PATH CALCULATING MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA DESIGN AND ANALYSIS SOFTWARE DEFINED NETWORKING

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan

Lebih terperinci

Analisis Performa Jaringan Software Defined Network Berdasarkan Penggunaan Cost Pada Protokol Ruting Open Shortest Path First.

Analisis Performa Jaringan Software Defined Network Berdasarkan Penggunaan Cost Pada Protokol Ruting Open Shortest Path First. Analisis Performa Jaringan Software Defined Network Berdasarkan Penggunaan Cost Pada Protokol Ruting Open Shortest Path First. Khoerul Anam [1], Ronald Adrian [2] Departemen Teknik Elektro dan Informatika,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Di dalam bab ini, penulis mengambil beberapa tinjauan pustaka yang dijadikan sebagai landasan pengerjaan implementasi Load-Balancing dengan metode round-robin pada Software Defined

Lebih terperinci

Simulasi Kinerja Berbagai Topologi Jaringan Berbasis Software-Defined Network (SDN)

Simulasi Kinerja Berbagai Topologi Jaringan Berbasis Software-Defined Network (SDN) Simulasi Kinerja Berbagai Topologi Jaringan Berbasis Software-Defined Network (SDN) Naufal Abyan Faruqi 1, Luthfi Nurwadi 2, Nanang Ismail 3, Dodi Maryanto 4 1,2,3 Teknik Elektro UIN Sunan Gunung Djati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ethernet merupakan sebuah protokol pada layer Data-link yang banyak digunakan. Ethernet pada awalnya dikembangkan pada tahun 1970, oleh para peneliti di Xerox Palo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi membawa perubahan yang sangat mendasar bagi dunia telekomunikasi. Karena kebutuhan tentang komunikasi sangat diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 13 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini penulis akan melakukan penelitian terhadap hasil virtualisasi pada sebuah controller. Melalui virtualisasi, sebuah controller dibagi menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan Voice Over Internet Protocol (VoIP) untuk saat ini menjadikan teknologi alternatif dalam berkomunikasi melalui internet, baik berupa audio streaming maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Riset dan inovasi dalam teknologi telekomunikasi menyediakan layanan yang beraneka ragam, memiliki kapasitas tinggi sesuai kebutuhan yang berkembang, mudah diakses

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Software Defined Networking Software Defined Networking (SDN) adalah pendekatan model untuk pengaturan jaringan, yang didasari prinsip bahwa alur trafik dari jaringan dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perangkat jaringan komputer seperti Router dan Switch biasanya sudah memiliki management interface yang memungkinkan seorang operator jaringan untuk mengkonfigurasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin majunya teknologi telekomunikasi, routing protocol mengambil peranan penting dalam komunikasi modern dalam mengirim data dari komputer pengirim ke komputer

Lebih terperinci

Software-Defined Networking (SDN) Transformasi Networking Untuk Mempercepat Agility Bisnis BAB 1 PENDAHULUAN

Software-Defined Networking (SDN) Transformasi Networking Untuk Mempercepat Agility Bisnis BAB 1 PENDAHULUAN Software-Defined Networking (SDN) Transformasi Networking Untuk Mempercepat Agility Bisnis ABSTRAK Software-defined Networking (SDN) adalah pendekatan baru untuk merancang, membangun dan mengelola jaringan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer BAB II TEORI DASAR 2.1 Pendahuluan Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer transport yang digunakan untuk meminta kualitas layanan QoS tinggi transportasi data, untuk sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rochandi Wirawan (2011), bertujuan untuk melakukan perbandingan terhadap kemampuan dari dua buah protokol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. protokol - protokol lain, yang merupakan protokol-protokol kunci dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. protokol - protokol lain, yang merupakan protokol-protokol kunci dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan protokol TCP/IP (Transmission Control Protocol / Internet Protocol) sebagai salah satu kelompok protokol komunikasi (lebih terkenal dengan nama Internet

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing

Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN

Lebih terperinci

Implementasi K-Shortest Path Routing pada Jaringan Software Defined Network

Implementasi K-Shortest Path Routing pada Jaringan Software Defined Network Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 9, September 2018, hlm. 2462-2468 http://j-ptiik.ub.ac.id Implementasi K-Shortest Path Routing pada Jaringan Software

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROTOKOL ROUTING OSPF PADA SOFTWARE DEFINED NETWORK BERBASIS ROUTEFLOW

IMPLEMENTASI PROTOKOL ROUTING OSPF PADA SOFTWARE DEFINED NETWORK BERBASIS ROUTEFLOW ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.3, No.2 Agustus 2017 Page 1067 IMPLEMENTASI PROTOKOL ROUTING OSPF PADA SOFTWARE DEFINED NETWORK BERBASIS ROUTEFLOW IMPLEMENTATION OF OSPF ROUTING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu jaringan telekomunikasi yang sedang berkembang adalah jaringan Local Area Network (LAN). LAN telah menjadi suatu teknologi yang sangat banyak digunakan baik

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini jaringan telah menjadi infrastruktur yang sangat penting bagi bisnis, perkantoran maupun kampus. Jaringan lokal atau sering disebut Local Area

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Router merupakan sebuah alat yang berfungsi menghubungkan jaringan yang berbeda agar bisa melakukan komunikasi antar device di dalam jaringan tersebut. Router bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah congestion sering ditemukan dalam proses jalur data pada internet, yang pada umumnya diartikan sebagai proses terjadinya perlambatan atau kemacetan. Perlambatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi

BAB 3 METODOLOGI. Gambar 3.1 Kerangka Metodologi BAB 3 METODOLOGI 3.1 Metodologi Gambar 3.1 Kerangka Metodologi Dari kerangka metodologi yang telah dibuat, dapat dilihat bahwa terdapat 4 hal yang dilakukan terlebih dahulu yaitu : 1. Analisis Masalah

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET

ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET ANALISA PERBANDINGAN METODE ROUTING DISTANCE VECTOR DAN LINK STATE PADA JARINGAN PACKET Vina Rifiani 1, M. Zen Samsono Hadi 2, Haryadi Amran Darwito 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

Medi Taruk

Medi Taruk Simulasi Routing Protocol OSPF Dan EIGRP Medi Taruk meditaruk@mail.ugm.ac.id http://meditaruk.web.ugm.ac.id http://meditaruk.blogspot.com Lisensi Dokumen: Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Sebelumnya (Sugiharto, 2011) menjelaskan tentang sebuah sistem yang berfungsi untuk memonitor traffic dalam jaringan, sehingga administrator dapat mengetahui keadaan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP. Jaringan IP

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN SISTEM

BAB III PERENCANAAN SISTEM 31 BAB III PERENCANAAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Tugas Akhir ini merupakan pengembangan dari Tugas Akhir yang berjudul Simulasi dan Analisis Performansi QoS pada Aplikasi Video Live Streaming menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP

BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI. 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP BAB 4 PERANCANGAN DAN EVALUASI 4.1 Perancangan Jaringan Komputer dengan Menggunakan Routing Protokol OSPF dan GLBP Berdasarkan usulan pemecahan masalah yang telah diajukan, maka akan diaplikasikan teknologi

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI

ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI ANALISA PERFORMANSI APLIKASI VIDEO CONFERENCE PADA JARINGAN MULTI PROTOCOL LABEL SWITCHING [MPLS] ANITA SUSANTI 2206100535 MPLS (Multi Protocol Label Switching) Penggabungan antara IP dan ATM Mengoptimalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peneliti Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya: BGP, sebagai satu-satunya

Lebih terperinci

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA

JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Sudah Mengumpulkan Jurnal? http://goo.gl/hhsqum JARINGAN KOMPUTER S1SI AMIKOM YOGYAKARTA Group Jarkom SI Amikom https://www.facebook.com/groups/jarkom.amikom/ Pertemuan 8 Router Protocol Routing TCP/IP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Routing adalah suatu protokol yang digunakan untuk mendapatkan rute dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Rute ini, disebut dengan route dan informasi route secara

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI LOAD BALANCING DENGAN 2 MODEM GSM

PROPOSAL SKRIPSI LOAD BALANCING DENGAN 2 MODEM GSM PROPOSAL SKRIPSI LOAD BALANCING DENGAN 2 MODEM GSM IMPLEMENTASI LOAD BALANCING DENGAN 2 MODEM GSM MENGGUNAKAN VYATTA ROUTER OS Seiring dengan jumlah data yang harus direkam setiap tahun, dibutuhkan pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB I PENDAHULUAN I 1 I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap orang, dengan adanya komunikasi yang lancar, maka pertukaran informasi juga akan menjadi lancar. Dalam

Lebih terperinci

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state.

DYNAMIC ROUTING. Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost. Contohnya adalah algoritma link state. DYNAMIC ROUTING Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan

Lebih terperinci

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS

ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis

Lebih terperinci

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP Agenda Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP 2 Protokol Definisi : A rule, guideline, or document which guides how an activity should be performed. Dalam ilmu komputer, protokol adalah konvensi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. topologi yang akan dibuat berdasarkan skematik gambar 3.1 berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. TOPOLOGI SISTEM JARINGAN Dalam penelitian ini dilakukan pengembangan dan implementasi teknologi MIPv4 dengan diperhatikannya faktor kualitas layanan dan kehandalan. Adapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut hanya berada dalam satu lokasi maka akan lebih mudah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut hanya berada dalam satu lokasi maka akan lebih mudah dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan arus informasi semakin maju akhir-akhir ini dan semakin menuntut kecepatan dari suatu jaringan yang digunakan. Jaringan komputer merupakan solusi yang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TESTBED

RANCANG BANGUN TESTBED RANCANG BANGUN CISCO LEARNING ROUTING NETWORK TESTBED Wingga Latu Hayu Hidayat NRP 2206100524 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Ir. Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang Pengguna Internet

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam kegiatannya. Peranan teknologi informasi akan semakin vital bagi perusahaan besar dan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS)

MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) MODUL 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep MPLS 2. Mahasiswa memahami cara kerja jaringan MPLS 3. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi semakin lama semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi telekomunikasi semakin lama semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi semakin lama semakin berkembang pesat. Terutama di bidang komunikasi data. Hampir setiap orang melakukan komunikasi jarak jauh

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP

Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP Jurnal ELKOMIKA Teknik Elektro Itenas No.2 Vol. 2 Institut Teknologi Nasional Bandung Juli - Desember 2014 Perancangan dan Analisis Redistribution Routing Protocol OSPF dan EIGRP DWI ARYANTA, BAYU AGUNG

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 5. IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Dalam implementasi sistem jaringan ini akan menerapkan semua yang telah direncanakan dan didesain pada tahap sebelumnya yaitu tahap design dan simulasi. Untuk perangkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian VRRP VRRP (Virtual Routing Redundancy Protocol) merupakan salah satu protokol open source redundancy yang artinya dapat digunakan di berbagai merek perangkat dan dirancang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI QOS INTEGRATED SERVICE PADA JARINGAN MPLS GUNA PENINGKATAN KUALITAS JARINGAN PADA PENGIRIMAN PAKET VIDEO TUGAS AKHIR Sebagai Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Strata 1 Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Sistem Dalam pengerjaan tugas akhir ini, penulis menggunakan lima kondisi sistem, dari yang menggunakan routing table biasa, sampai yang menggunakan metode

Lebih terperinci

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T

KUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam QoS terdapat salah satu mekanisme yang dapat menjamin kualitas layanan dalam jaringan yang disebut dengan Differentiated Service. DiffServ tidak memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sinergi Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, juga berlaku pada komputer ditempat kerja. Dengan network card, beberapa meter kabel dan sistem operasi,

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN IPTV DENGAN ROUTING BERBASIS LINK-STATE

TUGAS AKHIR. ANALISA QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN IPTV DENGAN ROUTING BERBASIS LINK-STATE TUGAS AKHIR ANALISA QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN IPTV DENGAN ROUTING BERBASIS LINK-STATE Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dibuat Oleh : Nama

Lebih terperinci

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33

PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33 PERANCANGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) DENGAN DYNAMIC ROUTING MENGGUNAKAN CISCO PACKET TRACER 5.33 Fernadi H S, Naemah Mubarakah Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Analisis Fail Path Pada Arsitektur Software Defined Network Menggunakan Dijkstra Algorithm

Analisis Fail Path Pada Arsitektur Software Defined Network Menggunakan Dijkstra Algorithm Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 3, Maret 2017, hlm. 174-183 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Fail Path Pada Arsitektur Software Defined Network Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi khususnya pada teknologi jaringan saat ini sangatlah pesat terutama dari sisi jangkauan, kemudahan akses dan penggunaaannya. Penggunaan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertukaran Informasi antar perusahaan di dunia pada awalnya hanya terbatas di media-media cetak, akan tetapi semakin berkembangnya suatu perusahaan berbanding lurus

Lebih terperinci

SIMULASI DYNAMIC ROUTING DENGAN PROTOKOL OPEN SHORTEST PATH FIRST DI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TUGAS AKHIR

SIMULASI DYNAMIC ROUTING DENGAN PROTOKOL OPEN SHORTEST PATH FIRST DI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TUGAS AKHIR SIMULASI DYNAMIC ROUTING DENGAN PROTOKOL OPEN SHORTEST PATH FIRST DI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TUGAS AKHIR Diajuka Oleh : GIGA PRADIKTA NPM. 0634015041 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH

LATAR BELAKANG DAN SEJARAH LATAR BELAKANG DAN SEJARAH RIP (Routing Information Protocol) ini lahir dikarenakan RIP merupakan bagian utama dari Protokol Routing IGP (Interior Gateway Protocol) yang berfungsi menangani perutean dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi saat ini telah membawa perubahan yang cukup besar untuk kemajuan dunia telekomunikasi. Di dalam dunia telekomunikasi, komunikasi

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Algoritma Floyd-Warshall dan Dijkstra untuk Menentukan Jalur Terpendek Pada Jaringan Openflow

Analisis Perbandingan Algoritma Floyd-Warshall dan Dijkstra untuk Menentukan Jalur Terpendek Pada Jaringan Openflow Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 1, No. 12, Desember 2017, hlm. 1842-1849 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis Perbandingan Algoritma Floyd-Warshall dan Dijkstra

Lebih terperinci

Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang

Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang RIJAL FADILAH S.Si Routing adalah proses dimana suatu router mem-forward paket ke jaringan yang dituju. Suatu router membuat keputusan berdasarkan IP address yang dituju oleh paket. Semua router menggunakan

Lebih terperinci

TK 2134 PROTOKOL ROUTING

TK 2134 PROTOKOL ROUTING TK 2134 PROTOKOL ROUTING Materi Minggu ke-1: Internetworking Devie Ryana Suchendra M.T. Teknik Komputer Fakultas Ilmu Terapan Semester Genap 2015-2016 Internetworking Topik yang akan dibahas pada pertemuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi

BAB II DASAR TEORI. Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi BAB II DASAR TEORI 2.1 Protokol Komunikasi Protokol adalah seperangkat aturan yang mengatur pembangunan koneksi komunikasi, perpindahan data, serta penulisan hubungan antara dua atau lebih perangkat komunikasi.

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi tunneling digunakan perusahaan dan kantor agar memiliki jalur khusus yang aman dalam berkomunikasi dan bertukar data antar perusahaan. Dengan tunneling,

Lebih terperinci

MODUL 11 QoS pada MPLS Network

MODUL 11 QoS pada MPLS Network MODUL 11 QoS pada MPLS Network A. TUJUAN 1. Mengenalkan pada mahasiswa tentang konsep QoS 2. Mahasiswa mampu menganalisa performansi antara jaringan IP dengan jaringan MPLS. B. DASAR TEORI Multi Protocol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1

BAB I PENDAHULUAN. IMPLEMENTASI DAN ANALISIS PERFORMANSI ETHERNET OVER IP (EoIP) TUNNEL Mikrotik RouterOS PADA LAYANAN VoIP DENGAN JARINGAN CDMA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informatika dan telekomunikasi saat ini bergerak semakin pesat. Keduanya saling mendukung dan tidak dapat dipisahkan. Saat ini, kebutuhan akan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK

ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK ANALISIS KINERJA TRANSMISSION CONTROL PROTOCOL PADA JARINGAN WIDE AREA NETWORK Henra Pranata Siregar, Naemah Mubarakah Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Jl. Almamater,

Lebih terperinci

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport

Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.1 Tujuan : Memahami konsep dasar routing Mengaplikasikan routing dalam jaringan lokal Memahami cara kerja TCP dan UDP pada layer transport 4.2 Teori Dasar Routing Internet adalah inter-network dari banyak

Lebih terperinci

IGRP OPERASI IGRP. Tujuan dari IGRP yaitu:

IGRP OPERASI IGRP. Tujuan dari IGRP yaitu: IGRP Interior Gateway routing Protocol atau yang biasa dikenal dengan sebutan IGRP merupakan suatu protokol jaringan kepemilikan yang mengembangkan sistem Cisco yang dirancang pada sistem otonomi untuk

Lebih terperinci

Penganalan Routing dan Packet Forwarding

Penganalan Routing dan Packet Forwarding Penganalan Routing dan Packet Forwarding Pengenalan Routing dan Packet Forwarding Pada saat ini jaringan komputer memiliki peran yang signifikan pada kehidupan manusia, jaringan komputer mengubah cara

Lebih terperinci

Rancang Bangun Mekanisme Load Sharing Pada Link Aggregation Menggunakan Software Defined Networking

Rancang Bangun Mekanisme Load Sharing Pada Link Aggregation Menggunakan Software Defined Networking Rancang Bangun Mekanisme Load Sharing Pada Link Aggregation Menggunakan Software Defined Networking Samuel 1, Cahyo Eko Samudera 2 Computer Engineering, Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Analisis sistem merupakan suatu tahapan yang berusaha untuk menguraikan pembahasan pada penelitian yang akan dilakukan. Tahapan ini merupakan dasar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI Proses perancangan dan implementasi Host Stanby Router Protocol dan Gateway Load Balancing Protocol pada layanan VoIP ini akan lebih mudah dikerjakan jika dituangkan

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI. ANALISIS PERBANDINGAN JARINGAN OSPF PADA IPv4 DAN IPv6 MENGGUNAKAN GNS3

LAPORAN SKRIPSI. ANALISIS PERBANDINGAN JARINGAN OSPF PADA IPv4 DAN IPv6 MENGGUNAKAN GNS3 LAPORAN SKRIPSI ANALISIS PERBANDINGAN JARINGAN OSPF PADA IPv4 DAN IPv6 MENGGUNAKAN GNS3 (COMPARATIVE ANALYSIS OF OSPF NETWORK ON IPv4 AND IPv6 USING GNS3) Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan komputer saat ini semakin banyak digunakan oleh orang, terlebih kebutuhan akan akses jaringan nirkabel. Mobile Ad Hoc Network (MANET) adalah salah

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep networking (LAN &WAN) Megnuasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan teknologi informasi khususnya jaringan komputer saat ini semakin kompleks pada setiap perusahaan. Sebagian besar perusahaan sangat bergantung kepada jaringan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan jaringan komputer dewasa ini semakin pesat dan semakin besar, berkembangnya suatu jaringan maka manajemen jaringan juga menjadi lebih kompleks dan rumit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kebutuhan akan pemanfaatan teknologi jaringan komputer merupakan hal yang telah umum dan sangat penting. Meningkatnya kebutuhan jaringan komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh IPTV

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Contoh IPTV BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, teknologi Internet Protokol Television (IPTV) sedang berkembang pesat. Keberadaan teknologi IPTV diyakini bakal menggeser dan menjadi pesaing baru dalam bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Layanan multimedia streaming saat ini telah berkembang pesat seiring dengan perkembangan internet. Dengan tersedianya layanan multimedia streaming kita dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vehicular Ad hoc Network (VANET) termasuk dalam jaringan komunikasi nirkabel dan merupakan turunan dari MANET (Mobile Ad hoc Network). Tujuan dasar VANET adalah untuk

Lebih terperinci

S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Disampaikan Dalam Rangka Pengabdian Masyarakat PROGRAM STUDI

S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO. Disampaikan Dalam Rangka Pengabdian Masyarakat PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO Disampaikan Dalam Rangka Pengabdian Masyarakat Trainner: Adian Fatchur Rochim, ST, MT Email: adian@undip.ac.id 24 Oktober 2009 Digunakan untuk menghubungkan

Lebih terperinci

SIMULASI JARINGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) MENGGUNAKAN POX CONTROLLER

SIMULASI JARINGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) MENGGUNAKAN POX CONTROLLER JURNAL TEKNIK INFORMATIKA, APRIL 2017 85 SIMULASI JARINGAN VIRTUAL LOCAL AREA NETWORK (VLAN) MENGGUNAKAN POX CONTROLLER Muhamad Fahri 1, Andrew Fiade 2, Hendra Bayu Suseno 3 1,2,3 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BORDER GATEWAY PROTOCOL PADA TEKNOLOGI SOFTWARE DEFINED NETWORK BORDER GATEWAY PROTOCOL ON SOFTWARE DEFINED NETWORK TECHNOLOGY

BORDER GATEWAY PROTOCOL PADA TEKNOLOGI SOFTWARE DEFINED NETWORK BORDER GATEWAY PROTOCOL ON SOFTWARE DEFINED NETWORK TECHNOLOGY Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer BORDER GATEWAY PROTOCOL PADA TEKNOLOGI SOFTWARE DEFINED NETWORK BORDER GATEWAY PROTOCOL ON SOFTWARE DEFINED NETWORK TECHNOLOGY Veronica Windha, Lukas Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari tahun ke tahun, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk menyediakan layanan multicast, dimulai dari IP multicast sampai dengan application layer multicast

Lebih terperinci

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR

LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR LAMPIRAN B USULAN TUGAS AKHIR 73 A. JUDUL TUGAS AKHIR Analisa Performansi Jaringan Multi Protocol Label Switching Pada Aplikasi Videoconference. B. RUANG LINGKUP 1. Jaringan Komputer 2. Aplikasi Videoconference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game

BAB I PENDAHULUAN. multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang cepat dari teknologi jaringan telah membuat aplikasi multimedia memasuki dunia internet. Telepon IP, video conference dan game online sudah menjamur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jaringan backbone Universitas Telkom memiliki satu jalur yang terhubung dari jaringan Internasional (IX) dan jaringan Nasional (IIX). Router yang menopang

Lebih terperinci

BAB III PEDOMAN PEDOMAN

BAB III PEDOMAN PEDOMAN BAB III PEDOMAN PEDOMAN 3.1. Alur Pembelajaran Pedoman yang dibuat terdiri dari dua bagian, yaitu bagi praktikan dan bagi pengajar. Pada dasarnya, pedoman bagi praktikan dan bagi pengajar memiliki konten

Lebih terperinci

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T

ROUTING. Budhi Irawan, S.Si, M.T ROUTING Budhi Irawan, S.Si, M.T PENDAHULUAN Routing adalah mekanisme yang dilaksanakan pada perangkat router dijaringan (yang bekerja pada lapis 3 network) untuk mencari dan menentukan jalur yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario

BAB 4 PERANCANGAN. 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario BAB 4 PERANCANGAN 4.1 Perancangan dan Analisa Skenario Pada BAB ini akan dibahas analisis tentang performan jaringan IP pada switch cisco 2950 Untuk aplikasi video call dengan protocol UDP, analisis yang

Lebih terperinci