LAPORAN TUGAS AKHIR REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO. A Tugas Akhir. Semester VIII 2016/2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN TUGAS AKHIR REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO. A Tugas Akhir. Semester VIII 2016/2017"

Transkripsi

1 LAPORAN TUGAS AKHIR REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO A Tugas Akhir Semester VIII 2016/2017 LUSI NOVIANI PRASETYO A PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL - S1 FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO 2017

2 UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO PERSETUJUAN TUGAS AKHIR JUDUL NAMA NPM : REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO : LUSI NOVIANI PRASETYO : A Tugas akhir ini telah diperiksa dan disetujui, Semarang, Juli 2017 Khamadi, M. Ds. Agus Setiawan, M.Sn Pembimbing 1 Pembimbing 2 Mengetahui, Dr Drs Abdul Syukur, MM. Dekan Fakultas Ilmu Komputer

3 UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO PENGESAHAN TUGAS AKHIR JUDUL NAMA NPM : REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO : LUSI NOVIANI PRASETYO : A Tugas akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada sidang Tugas Akhir Semarang, Juli 2017 Dewan Penguji Sugiyanto, M.Kom Ketua Penguji Erisa Adyati Rahmasari, S.Sn, M.Kom Anggota Penguji Ahmad Akrom, M.Kom Anggota Penguji

4 KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia - Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO dengan baik tanpa adanya suatu halangan yang berarti. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan akademik. Penulis menyadari bahwa tampa bantuan, bimbingan, serta doa dari berbagai pihak, Tugas Akhir ini tidak dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar - besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dan mendukung dalam proses penyusunan Tugas akhir ini, yaitu kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang atas kehendak serta penyertaan - Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Prof.Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro. 3. Dr. Drs. Abdul Syukur, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro. 4. Ir. Siti Hadiati Nugraini, M.Kom, Ph.D. selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro 5. Khamadi, M.Ds selaku dosen pembimbing pertama yang dengan sabar selalu memberikan arahan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan Tugas Akhir ini 6. Agus Setiawan, M.Sn selaku dosen pembimbing kedua yang telah memberikan motivasi dan arahan yang sangat bermanfaat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. 7. Godham Eko Saputro S.Sn, M.Ds selaku dosen wali yang selalu mensupport dari awal perkuliahan penulis sampai akhir dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 8. Papa, kakak serta alm.adik penulis yang sangat penulis cintai. iv

5 9. Dosen-dosen pengampu di Fakultas Ilmu Komputer Desain Komunikasi Visual Universitas Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan ilmu dan pengalamannya masing-masing serta support sehingga penulis dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diberikan. 10. Bp. Annas Marzuki, Sulistya Adi, dan Victor Richardo sebagai narasumber dari kegiatan wawancara yang telah mencurahkan berbagai pemikiran yang digunakan penulis sebagai sumber dan bahan guna menjadi hasil analisis dalam penulisan. 11. Sahabat - sahabat penulis yang menghibur dan menemani penulis membuat skripsi ini serta membagikan pengalaman dalam membuat tugas akhir kepada penulis. 12. Teman - teman serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang berperan dalam memberikan pencerahan serta dukungan dalam pengerjaan tugas akhir ini. Akhir kata, penulis ingin menyampaikan bahwa penyusunan Tugas Ahir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan baik berupa saran maupun kritik dari semua pihak yang sekiranya dapat memperbaiki berbagai kekurangan dalam Tugas Akhir ini. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Semarang, Juli 2017 Penulis v

6 REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO Lusi Noviani Prasetyo, Khamadi, M.Ds, Agus Setiawan, M.Sn Universitas Dian Nuswantoro; Jl. Nakula I, No. 5-11, Semarang, Kode Pos Telp (024) , Fax: Jurusan Ilmu Komputer dan Desain Komunikasi Visual, FIK UDINUS, Semarang ABSTRAK POND s merupakan salah satu produk pembersih wajah dari perusahaan Unilever. Awal mulanya POND s hanya merupakan produk pembersih wajah yang ditujukan untuk wanita, namun seiring perkembangan jaman, banyak kaum pria yang memakai produk POND s sebagai pembersih wajah. Oleh karena itu POND s menciptakan produk pembersih wajah POND s Men yang ditujukan khusus untuk kaum pria. POND s Men diciptakan dengan formulasi khusus yang sesuai untuk kulit wajah kaum pria. Untuk memasarkan produknya, maka POND s menggunakan media iklan televisi. Salah satunya adalah iklan POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto. Iklan ini dibintangi oleh Rio Dewanto yang merupakan seorang aktor Indonesia. Masalah disini adalah bagaimana maskulinitas di dalam iklan ini dilihat dari alur iklannya serta melalui sosok Rio Dewanto yang membintanginya. Kemudian bagaimana representasi maskulinitas yang terbentuk di dalam iklan ini. Selain itu juga dipaparkan deskripsi mengenai iklan sesuai dengan ranah pengetahuan desain komunikasi visual. Oleh karena itu penulis melakukan analisis dengan menggunakan data - data penunjang analisis di dalam penelitian ini. Penulis menggunakan metode pengumpulan data kualitatif menggunakan teknik analisis interaktif dan setelah data terkumpul, maka dilakukan analisis. Analisis mengenai representasi maskulinitas dilakukan menggunakan analisis semiotika. Setelah melakukan analisis maka dapat ditemukan mengenai deskripsi iklan beserta maskulinitas dan representasi maskulinitas yang terbentuk melalui tayangan iklan ini. Kata kunci : POND`s, POND`s Men, iklan, pembersih wajah, analisis, kajian vi

7 The Representation of Masculinity in POND's Men Pollution Out Advertisement Starred by Rio Dewanto Lusi Noviani Prasetyo, Khamadi, M.Ds, Agus Setiawan, M.Sn Universitas Dian Nuswantoro; Jl. Nakula I, No. 5-11, Semarang, Kode Pos Telp (024) , Fax: Jurusan Ilmu Komputer dan Desain Komunikasi Visual, FIK UDINUS, Semarang ABSTRACT POND's is one of the facial cleansing products from Unilever company. Initially POND's was intended for women use only, but over the times, many men were using POND's products as facial cleansers. Therefore POND's creates a POND's Men facial cleanser product specifically for men. POND's Men are created with special formulations suitable for male facial skin. To market its products, POND's use television advertising media. One of them is POND's Men Pollution Out starred by Rio Dewanto. This ad stars Rio Dewanto who is an Indonesian actor. The question here is how the masculinity in this ad is seen and represented from its flow and how it can also be represented by the figure of Rio Dewanto. The author also includes the description and definition of ad based on the study of Visual Communication Design. The author conducted an analysis using data - supporting data analysis in this study. The author uses qualitative data collection methods with interactive analysis techniques. After the data is successfully collected, an analyzation is performed on the data. The analysis of masculinity representation are done using semiotic analysis. After doing the analysis, the description of the ad along with masculinity and masculine representation formed through this ad impressions can be found. Keywords : POND`s, POND`s Men, advertising, face cleansing, analysis, assessment vii

8 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR BAGAN... xii BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Bagi Penulis Bagi Masyarakat Bagi Institusi... 4 BAB II... 5 LANDASAN TEORI Tinjauan Pustaka Iklan... 5 a.pengertian Iklan... 5 b.bentuk Iklan... 5 c.media Iklan... 8 d.iklan Televisi... 8 e.deskripsi Iklan Representasi a. Pengertian Representasi b. Sistem Representasi c. Makna Representasi Maskulinitas a. Stereotip Gender viii

9 b. Studi Maskulinitas c. Maskulinitas Indonesia Teori Semiotika a.pengertian Semiotika b.semiotika menurut Roland Barthes c.pemaknaan Semiotika Roland Barthes Penelitian Relevan Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN Strategi Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian Sumber Data a. Narasumber b. Dokumen c. Sumber Tertulis Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara b. Dokumentasi c. Studi Pustaka Teknik Analisis Data a. Pengumpulan Data b. Reduksi Data c. Penyajian Data d. Penarikan Kesimpulan/verifikasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Iklan Maskulinitas Iklan Representasi Maskulinitas a. Laki - laki sebagai sosok macho b. Laki - laki sebagai sosok metroseksual ix

10 c. Laki - laki yang peduli akan kebersihan kulit wajah BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 4. 1 Visualisasi Iklan pada durasi Gambar 4. 2 Visualisasi Iklan pada durasi Gambar 4. 3 Visualisasi Iklan pada durasi Gambar 4. 4 Visualisasi iklan pada durasi Gambar 4. 5 Visualisasi Iklan pada durasi Gambar 4. 6 Visualisasi Iklan pada durasi Gambar 4. 7 Visualisasi Iklan pada durasi xi

12 DAFTAR BAGAN Bagan 2. 1 Bagan Pemaknaan Semiotika Roland Barthes Bagan 2. 2 Kerangka Berfikir Bagan 3. 1 Bagan Model Analisis Miles dan Hubberman xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era masa kini, topik mengenai perbedaan gender dan jenis kelamin seakan tak pernah usang untuk diperbincangkan. Pembahasan mengenai isu gender yang meliputi feminitas, maskulinitas, ataupun hubungan kekuasaan antara pria dan wanita sering ditampilkan serta dihadirkan dalam berbagai media di Indonesia. Salah satu media yang menampilkan isu gender tersebut adalah media iklan. Dalam kehidupan sehari hari masyarakat tidak bisa lepas dari terpaan iklan. Perkembangan media periklanan pun berkembang pesat. Berbagai media dari media cetak seperti majalah, koran, tabloid, media audio visual yang ditayangkan di televisi hingga media online pun juga menjadi akses dalam ajang promosi perusahaan untuk mengiklankan produk atau jasa yang ditawarkan. Adapun pengertian iklan sendiri adalah segala bentuk penyajian berita atau pesan promosi dimana berita atau pesan yang disampaikan sesuai pesanan pihak yang menginginkan suatu jasa atau produk yang dijual dapat diminati dan dikonsumsi oleh konsumen (Kotler, 2002:635). Di dalam iklan yang bertemakan gender dan jenis kelamin di Indonesia biasanya menampilkan suatu bentuk maskulinitas dan feminitas yang divisualisasikan dari para tokoh yang membintangi iklan tersebut. Oleh karena itu, pemilihan tokoh dalam suatu iklan menjadi hal yang penting karena akan menjadi faktor yang mempengaruhi minat konsumen akan produk tersebut. Salah satu iklan yang menampilkan tema gender adalah iklan pembersih wajah POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto. Iklan produk pembersih wajah Pond s Men merupakan jenis iklan audio visual yang tayang pada media televisi. 1

14 2 POND s merupakan salah satu produk dari perusahaan besar Unilever yang merupakan pencetus dari produk perawatan kulit pada tahun Pada tahun 2013, Pond s Institute mengeluarkan produk inovasi terbaru yaitu Pond s Men. Pond s Institute sudah melakukan penelitian mengenai kulit pria serta survey konsumen mengenai apa saja yang dibutuhkan pria Indonesia saat ini. Produk Pond s Men merupakan suatu temuan perawatan bagi kulit wajah yang mempunyai suatu formula untuk menyegarkan dan memberi energi bagi kulit wajah para pria agar dapat melakukan rutinitas kegiatan sehari hari dengan penuh energi. Pond s Men juga telah menjadi top brand berturut turut dari tahun dalam top brand award dalam kategori pembersih wajah di Indonesia. Di dalam iklan POND s Men Pollution Out tersebut dapat terlihat dari sisi visualnya bahwa POND s Men Pollution Out menampilkan sosok Rio Dewanto sebagai simbol lelaki maskulin. Tak dapat dipungkiri bahwa menjadi sosok yang maskulin adalah impian kebanyakan pria masa kini. Dari youtube channel produk POND s Men, dapat dilihat bahwa POND s Men sedang gencar berkampanye tentang paham lelaki masa kini yang direpresentasikan lewat sosok sosok aktor yang dipilih untuk menjadi endorser dalam setiap iklan berbagai jenis produknya. Selain itu, maskulinitas dalam era modern ini pun bagi pria sudah membentuk dan menampilkan suatu gaya hidup yang berkembang menjadi suatu kebutuhan dalam kehidupan. Dari segi visualnya, sosok maskulinitas Indonesia era modern ini lebih condong kepada budaya maskulin barat yang mana memiliki badan berotot kekar yang sangat menjaga penampilannya dan menjadi kaum metrokseksual yang rapi dengan setelan jas dan berambut klimis. Oleh karena itu maka penulis ingin memperolah gambaran mengenai makna maskulinitas di dalam iklan POND s Men Pollution Out

15 3 ini serta memaparkan deskripsi mengenai iklan POND s Men Pollution Out sesuai ranah desain komunikasi visual Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan adalah khalayak masyarakat belum mengetahui pemaknaan konsep maskulinitas di dalam iklan POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan suatu konsep maskulinitas pria agar khalayak masyarakat lebih memahami pemaknaan maskulinitas dalam iklan POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto Manfaat Penelitian Bagi Penulis Sebagai salah satu ilmu dan menambah wawasan untuk menemukan bahasa visual iklan yang terkandung di dalam iklan POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto, dan juga menemukan representasi kajian semiotika khususnya representasi maskulinitas dalam iklan Pond s Men Pollution Out menggunakan teori semiotika Rolland Barthes Bagi Masyarakat Sebagai informasi, pengetahuan dan menambah wawasan masyarakat mengenai representasi iklan. Bahwa di dalam iklan selalu ada makna yang merepresentasikan banyak hal dan bisa menyangkut budaya. Hal tersebut juga terdapat dalam iklan Pond s Men Pollution Out, bahwa dalam iklan tersebut, secara tidak langsung menjadikan budaya barat sebagai tolak ukur maskulinitas Indonesia. Penemuan pemaknaan maskulinitas dalam penelitian ini juga dapat menjadi referensi suatu konsep maskulinitas untuk perancangan iklan yang mengangkat topik gender.

16 Bagi Institusi Sebagai informasi tambahan bagi penelitian selanjutnya serta menambah wawasan serta perbendaharaan ajar bagi mahasiswa /mahasiswi DKV Udinus Semarang mengenai kajian representasi maskulinitas dalam iklan serta deskripsi iklan sesuai dengan ranah DKV.

17 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Iklan a. Pengertian Iklan Kata Iklan (advertising) berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu upaya untuk menggiring orang pada gagasan. Iklan merupakan komunikasi nonpersonal yang dibiayai dari pihak sponsor dengan menggunakan media massa untuk membujuk atau mempengaruhi orang untuk mengambil tindakan yang menguntungkan bagi pihak pembuat iklan (Wells, 1989:8). Iklan selalu hidup dan berada kapan saja dan di mana saja dalam kehidupan kita. Iklan merupakan media promosi sebagai alat pengantar pesan yang mempunyai tujuan untuk merubah dan membentuk suatu perilaku konsumen. Penyampaian iklan dapat mempengaruhi perilaku konsumen untuk sadar dan paham, terhadap suatu merk. Pengaruh iklan terhadap perilaku konsumen antara lain dapat mendorong konsumen untuk mencari suatu produk tersebut dan mengubah konsumen yang sebelumnya tidak loyal menjadi loyal (Fitri A,2014:1). b. Bentuk Iklan Berdasarkan jenisnya iklan dibagi menjadi iklan komersil dan iklan non komersil. Iklan komersil sering juga disebut iklan bisnis. Iklan komersil bertujuan untuk mendapatkan keuntungan guna meningkatkan penjualan produk yang ditawarkan baik barang maupun jasa. Sedangkan iklan non komersial sering juga disebut dengan iklan layanan masyarakat. Iklan non komersial digunakan dalam penyampaian informasi dan mendidik masyarakat dan 5

18 6 mempunyai tujuan akhirnya adalah untuk keuntungan sosial seperti penambahan pengetahuan, penyadaran akan suatu sikap, dan perubahan perilaku masyarakat akan hal yang diiklankan (Stepahie, Elizabeth dkk,2013:2). Secara umum, produsen menginformasi, membujuk, mengingatkan konsumen dengan cara mengiklankan suatu produk/merknya melalui suatu media (Kasali,2007:11). Cara yang dilakukan suatu perusahaan untuk semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tertarik pada produknya adalah dengan menggunakan endorser sebagai alat penyampai pesan pada media promosinya. Endorser merupakan orang yang membuat testimoni atau pernyataan lisan memuji dari kebaikan suatu produk. Endorser sendiri dapat berasal dari kalangan selebriti. Selebriti merupakan individu yang dikenal oleh masyarakat meliputi aktris, aktor, penghibur, penyanyi, dll. (Stepahie, Elizabeth dkk, 2013:3) Selebriti adalah pribadi yang dikenal oleh masyarakat karena kemampuan pada bidang tertentu yang dapat mendukung dan memberi pengaruh terhadap daya tarik masyarakat akan produk yang diiklankan. Selebriti memiliki kekuatan menghentikan dan menarik perhatian atas pesan iklan yang disampaikan ditengah banyaknya iklan yang lain. Dukungan dari selebriti telah digunakan dalam jangka waktu yang lama untuk menarik suatu merk dan akan efektif jika pemilihan selebriti endorser tersebut dapat melambangkan ciri utama produk tersebut (Stepahie, Elizabeth dkk, 2013:3). Dalam jurnalnya, Elizabeth Stephanie dkk, terdapat hal hal yang perlu untuk diketahui dalam memilih selebriti endorser antara lain:

19 7 1. Kredibilitas Selebriti Kredibilitas berarti dapat dipercaya dan keahlian yang dimiliki selebriti adalah alasan utama dalam memilih selebriti endorser. 2. Kecocokan Selebriti dengan audiens Pemilihan selebriti berdasar pada keahlian yang sesuai dengan produknya yang berarti selebriti yang popular dengan keahlian yang diakui oleh audiens. 3. Kecocokan Selebriti dengan merek Pengiklan harus mampu mengarahkan perilaku selebriti agar terjadi kecocokan antara selebriti, audiens, dan produk dapat terbentuk niali dan perilaku yang sesuai dengan keinginan citra merek yang diiklankan. 4. Daya tarik selebriti Dalam memilih selebriti endorser terdapat hal yang dapat menjadi daya tarik, meliputi keramahan, sikap yang menyenangkan, fisik dan pekerjaan sebagai hal didalam dimensi penting dalam konsep daya tarik. 5. Pertimbangan lainnya Faktor lain yang menjadi pertimbangan antara lain biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh layanan dari selebriti, mudah tidaknya selebriti yang akan diajak bekerja sama, besar kecilnya kemungkinan selebriti akan mendapatkan masalah setelah melakukan pengiklanan, dll.

20 8 c. Media Iklan Secara umum, media dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu media cetak, media elektronik, dan media luar ruang. Media cetak merupakan media statis yang mengutamakan pesan dengan sejumlah kata - kata, foto, maupun gambar baik berwarna maupun hitam putih. Bentuk - bentuk yang ada di dalam media cetak pada umumnya berupa iklan baris, iklan display, dan iklan layanan masyarakat. Media cetak terdiri atas surat kabar dan majalah. Media elektronik merupakan suatu media dengan teknologi elektronik yang hanya bisa melalui transmisi siaran. Bentuk iklan media cetak meliputi iklan partisipasi, pengumuman acara, sponsorship, maupun iklan layanan masyarakat. Yang temasuk media elektronik adalah televisi dan radio. Media luar ruang merupakan suatu media iklan yang pada umumnya berukuran besar, dipasang pada tempat - tempat terbuka seperti pada pusat keramaian, dipinggir jalan, di tembok, dan sebagainya. Media luar ruang meliputi balon raksasa, poster, baliho, spanduk, dan lain - lain (Tjiptono, 2007:243). d. Iklan Televisi Televisi merupakan suatu media yang paling ampuh untuk menyampaikan informasi ke seluruh lapisan masyarakat. Periklanan yang ada pada media televisi sangat bermanfaat jika digunakan dengan baik dan tepat, namun akan sangat menghabiskan banyak biaya dan dapat merusak citra bisnis jika digunakan secara tidak tepat. Iklan iklan pada media televisi biasanya dibuat dalam durasi 30 detik, 15 detik, 60 detik bahkan ada pula yang berdurasi 2 menit. Ada beberapa segmen dalam program penayangan iklan dalam media televisi antara lain :

21 9 1. Waktu utama (prime time) yaitu penayangan pada periode antara pukul dan (antara pukul dan di beberapa negara bagian). Segmen ini merupakan segmen penayangan program terbaik dan termahal karena pada jam - jam tersebut penonton paling banyak menonton televisi. 2. Siang hari (day time) yaitu penayangan pada periode yang dimulai dengan tayangan berita pagi hari (subuh) dan berlangsung hingga pukul Waktu tambahan (fringe time) yaitu penayangan pada masa sebelum dan sesudah waktu utama, awal waktu tambahan ini dimulai pada sore hari dan khusus ditujukan untuk anak - anak tetapi orientasinya menjadi untuk orang dewasa bilamana waktu utama penayangan iklan sudah dekat. Waktu tambahan yang tayang pada larut malam, ditujukan untuk para muda mudi dan dewasa (Burton,Graeme,2008:3). e. Deskripsi Iklan Di dalam mendeskripsikan iklan, ada beberapa unsur - unsur yang menjadi poin deskripsi sesuai dengan ranah desain komunikasi visual. Unsur - unsur yang terdapat di dalam suatu iklan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan iklan antara lain : 1. Narasi Narasi menjelaskan suatu rangkaian kejadian (KBBI,1998:609). Ciri - ciri dari karangan narasi yaitu menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan, kemudian dirangkai dalam urutan waktu, dan berusaha menjawab pertanyaan ada yang terjadi (Keraf,2000:136). 2. Warna Dalam memilih warna tidak boleh sembarangan karena tidak ada ilmu pasti dalam penyeleksian warna

22 10 (Sobur,2009:71). Hal-hal yang relevan pada pengemasan atau fungsi dari penggunaan warna antara lain adalah : a. Pengkodean Warna dapat digunakan sebagai kode identifikasi, oleh karena itu, peneyeleksian warna harus sangat teliti agar kontras masing - masing warna dapat terjamin. b. Proteksi dari cahaya Warna dapat digunakan untuk perlindungan isi pesan dari efek cahaya yang dapat merusak. c. Keterbacaan Kombinasi beberapa warna tertentu memiliki tingkat keterbacaan yang lebih baik daripada kombinasi warna yang lain. d. Pengendalian temperatur Warna cenderung memantulkan panas dari suatu benda untuk menjaga bagian dalam kemasan agar sejuk (Danger,1992:73). 3. Tipografi Tipografi merupakan suatu disiplin seni tentang pengetahuan mengenai huruf (Sihombing,2001:3). 4. Angle Angle merupakan suatu petunjuk bagi sutradara untuk memahami skenario untuk kemudian menginstruksikan sudut pengambilan gambar serta pregerakan kameranya (Bayu&Gora S, 2007:24). 5. Teknik pengambilan gambar Beberapa jenis teknik pengambilan gambar ini antara lain adalah (Bayu dan Gora,2007:53-57) :

23 11 a. Big Close Up Teknik dimana pengambilan gambar lebih memusat atau detail pada salah satu bagian tubuh atau aksi yang mendukung informasi dalam jalinan alur cerita. b. Close Up Teknik dimana ukuran gambar biasanya sebatas hanya dari ujung kepala hingga leher. c. Medium Close Up Teknik dimana ukuran gambar biasanya sebatas hanya dari ujung kepala hingga dada Representasi a. Pengertian Representasi Representasi merupakan proses pemaknaan melalui suatu sistem penandaan yang terdapat di dalam teks maupun gambar di dalam seni musik, video, fotografi dan lain sebagainya yang mengasilkan suatu konsep tertentu. Konsep representasi berupa gambar, suara, pernyataan, kata kata dan sebagainya yang dapat mewakili suatu gagasan, fakta, dan emosi tertentu (Hall.1995:15). Representasi dapat diartikan sebagai proses pemaknaan kembali sebuah objek/fenomena/realitas yang maknanya akan tergantung bagaimana seseorang itu mengungkapkannya melalui bahasa. Di dalam teori budaya Stuart Hall, representasi digambarkan sebagai proses dimana berarti diproduksi dan dipertukarkan antara anggota suatu budaya melalui penggunaan bahasa, tanda-tanda dan gambar yang berdiri untuk atau mewakili hal-hal (Hall, 1997:25). Namun, ada beberapa teori yang berbeda yang menggambarkan bagaimana bahasa digunakan untuk mewakili dunia; tiga yang disebutkan di atas: reflektif, disengaja dan konstruksionis (Hall,1997:15).

24 12 Dengan pendekatan reflektif untuk representasi, bahasa dapat dikatakan berfungsi seperti cermin yang mencerminkan makna sebenarnya dari suatu objek, orang, ide atau acara seperti sudah ada di dunia. Kata Yunani mimesis digunakan sebagai tujuan untuk menggambarkan bagaimana meniru bahasa alam. Pada dasarnya, teori reflektif mengusulkan bahwa karya bahasa dengan hanya mencerminkan suatu kebenaran yang sudah ada di dunia nyata (Hall, 1997:13). Pendekatan yang disengaja berpendapat sebaliknya, menunjukkan bahwa pembicara atau penulis karya tertentu memaksakan arti ke dunia melalui penggunaan bahasa. Kata-kata berarti hanya apa yang penulis mereka bermaksud mereka berarti. Ini bukan berarti bahwa penulis bisa mengarang sesuai dengan bahsa mereka sendiri. Makna yang dimaksudkan penulis / pesan harus mengikuti aturan-aturan dan konvensi dalam rangka untuk dibagikan dan dipahami (Hall, 1997:13). b. Sistem Representasi Makna selalu diproduksi dalam bahasa; itu merupakan praktek representasi, dikonstruksi oleh pemaknaan. Dunia nyata itu sendiri tidak menyampaikan makna, namun sebaliknya, makna yang terbentuk berbeda tetapi berkaitan dengan sistem representasi yaitu sistem pertama adalah konsep dan sistem yang kedua adalah bahasa (Hall,1997:25). Konsep adalah representasi mental kita dari fenomena dunia nyata. Mereka dapat dibangun dari, benda-benda fisik yang bisa kita rasakan melalui indera kita (misalnya kursi, bunga, jeruk), atau mereka mungkin hal-hal abstrak yang kita tidak bisa langsung melihat, merasakan, atau menyentuh (misalnya cinta, perang, budaya). Dalam pikiran kita, kita mengatur dan mengklasifikasikan

25 13 konsep yang berbeda dan membangun skema kompleks untuk menggambarkan hubungan diantara itu semua (Hall, 1997:25). Jika kita memiliki suatu konsep, kita dapat mengatakan bahwa kita mengetahui arti maknanya, tetapi kita tidak bisa mengkomunikasikan makna tersebut tanpa sistem kedua dakam representasi yaitu bahasa. Bahasa tidak hanya mencakup hal yang tertulis ataupun kata - kata lisan, tetapi juga dapat mencangkup bahasa visual, gambar, gerak tubuh, bahasa tubuh, musik, atau rangsangan lain seperti lampu lalu lintas (Hall, 1997:25). Budaya adalah sesuatu tentang membagikan suatu makna. Pada saat ini, bahasa adalah sesuatu media istimewa yang membuat suatu hal menjadi masuk akal dimana suatu makna diproduksi. Makna hanya dapat dibagikan melalui bahasa. Oleh karena itu, bahasa adalah pusat dari makna dan budaya yang selalu dianggap sebagai dari pusat nilai-nilai budaya dan makna (Hall, 1997:25). Bahasa dapat mengkonstruksi makna karena bahasa adalah suatu sistem representasi. Di dalam bahasa, digunakan tanda - tanda dan simbol yang mana berupa suara, kata - kata tertulis, diproduksi oleh gambar digital, catatan musik untuk mewakili atau memberitahukan kepada orang lain tentang konsep,ide dan perasaan kita.bahasa adalah salah satu media dimana pemikiran, ide, dan perasaan diwakili oleh budaya (Hall, 1997:35). c. Makna Representasi Representasi memiliki tiga makna yaitu: 1. Menggambarkan (To stand in for) Menggambarkan dapat dicontohkan seperti di dalam kasus bendera suatu Negara. Bendera suatu negara yang dikibarkan dalam suatu acara olahraga keberadaan Negara yang bersangkutan dalam acara tersebut. Bendera sebagai

26 14 lambang negara yang membedakan antara negara yang satu dengan negara yang lainnya. 2. Mewakili (To speak or act on behalf of) Hal ini dapat dicontohkan seperti Paus yang adalah seseorang yang berbicara dan bertindak atas nama umat Katolik. Contoh yang lain adalah seperti tim kontingen Indonesia yang dikirim ke ajang SEA Games. 3. Menghadirkan Kembali (To re-present) Makna ini merupakan makna yang banyak terdapat didalam kebudayaan saat ini. Contoh makna ini misalnya tulisan sejarah atau biografi yang menghadirkan kembali kejadiankejadian di masa lalu, contoh yang lain adalah mengangkat sebuah novel menjadi sebuah film (Giles dan Middleton, 1999:56) Maskulinitas a. Stereotip Gender Berbicara tentang seksualitas pasti tidak dapat terpisahkan dari jenis kelamin atau seks dan gender. Jenis kelamin dan gender adalah hal yang berbeda. Jenis kelamin dianggap sebagai konstruksi biologis yang dibawa dari setiap individu pria dan wanita sesuai dengan kodratnya sejak lahir didunia ini. Konstruksi jenis kelamin tidak pernah berubah, sedangkan gender merupakan suatu konstruksi peran sosial suatu individu di dalam masyarakat yang terpengaruh oleh konstruksi sosial dan budaya. Gender sebagai konstruksi sosial direproduksi melalui interaksi di dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, gender bersifat dinamis. Umumnya, karakteristik gender wanita disebut dengan feminitas sedangkan karakteristik gender pria disebut maskulinitas. Dalam sebuah interaksi, identitas gender meliputi identitas maskulin atau feminin direproduksi. Konstruksi sosial

27 15 gender sebagai: 'suatu konstruksi kognitif dan simbolik yang dapat membantu individu mengembangkan kesadaran diri, dan citra diri sebagai identitas yang dibangun didalam proses interaksi dengan orang lain dalam sebuah lingkungan masyarakat (Reid dan Whitehead,1992:2). Gender bukanlah milik individu, melainkan gender dihasilkan dari sebuah situasi interaksi yang saling timbal balik. Pemaknaan individu tentang identitas gender juga diinternalisasi dari sebuah kebudayaan dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat (Borgatta dan Montgomery (Ed). 2002: ). b. Studi Maskulinitas Kata maskulinitas berasal dari bahasa Perancis Masculine yang merupakan kata sifat yang berarti sifat kepriaan atau sifat yang menunjukkan sebagai sosok laki laki. Maskulinitas secara fisik biasanya diidentifikasikan dengan rupa fisik berupa badan berotot, perawakan tegap dan gagah serta memakai pakaian rapi berjas ( Maskulinitas dapat diartikan sebagai suatu nilai yang berkembang, melebur dalam suatu budaya dan menjadi indeks atas sifat tertentu. Maskulinitas merupakan hal yang berkaitan dengan kekuatan, kemandirian, serta orientasi pada suatu tindakan. Hal hal tersebut menjadikan maskulinitas sebagai suatu ukuran dimensional kejantanan pada kaum pria. (Hall,Catherine, 1992) Nilai maskulinitas pun sudah berkembang menjadi suatu konsep konstruksi budaya yang menyebabkan konsepsi maskulinitas berbeda dalam suatu budaya dan budaya yang lainnya. Pria dapat mengalami tekanan budaya dari lingkungan keluarga, lingkungan bermain, serta masyarakat di sekitarnya yang mempengaruhi perkembangan perilaku maskulin pada pria tersebut. (Kimmel, 2011: 114).

28 16 Konsep konstruksi budaya maskulinitas tersebut berkembang lagi menjadi stereotip gender yang mempunyai keterkaitan dengan suatu nilai kesuksesan pada pria meliputi harta kekayaan dan sesuatu yang dominan dalam masyarakat. Budaya maskulin mempunyai pengaruh yang tinggi dalam memotivasi pria dalam meraih suatu pencapaian, mempunyai tekanan yang tinggi dalam bekerja, menjadikan bekerja sebagai pusat kehidupan, serta menjadikan pria dan wanita memiliki nilai yang berbeda meskipun dalam posisi yang sama (Hofstede,Geert, 2003). c. Maskulinitas Indonesia Suatu kebudayaan tertentu menghasilkan pemahaman bersama tentang bagaimana harus menjadi seorang laki-laki dan bagaimana seorang laki-laki harus bersikap menjadi seorang lakilaki seutuhnya. Budaya merupakan landasan untuk memahami bahwa budaya telah menyampaikan makna maskulinitas pada individu-individu dalam kehidupan sehari-hari (Ghaill,1996: ). Maskulinitas di Indonesia dikonstruksi oleh maskulinitas tradisional budaya Jawa, yang ditunjukkan dari sebuah ketenangan personalitas sebagai tanda terdidik dan keteraturan seseorang. Sikap yang tenang ini merupakan sifat dari orang Jawa yang memandang penting suatu inti kemanusiaan yang beradab sekaligus menunjukkan kekuatan batin. Seorang laki-laki dewasa layaknya priyayi Jawa mempunyai keharusan untuk memiliki sifat alus (halus), yaitu memiliki sifat kehalusan yang mencakup pengertian tidak ternoda, tidak tergoyahkan, tidak kasar, atau polos. Kehalusan jiwa berarti penguasaan diri, dan kehalusan penampilan berarti mengenal tata karma, sopan, beradab, luwes serta perasaan peka (rasa). Seorang laki-laki Jawa melihat sebuah realitas sebagai suatu inti yang bersifat batin, yang melahirkan diri

29 17 melalui suatu tahapan atau lingkaran lingkaran konsentris. Sedangkan kehalusan sebagai suatu kekuasaan yang hegemonik menujukkan kekuasaan seorang laki-laki Jawa yang menonjolkan kewibawaannya yang tidak memerlukan sebuah kekerasan sebagai kontrol terhadap orang lain dan diri (Borgatta dan Montgomery (Ed). 2002: ). Perumusan maskulinitas di Indonesia sebagai suatu konstruksi sosial yang membantah adanya gagasan maskulinitas dikotomis dan kodrati yang telah ditakdirkan Tuhan (Adian,2001:25-27). Representasi maskulinitas priyayi laki-laki Jawa masih menjadi model konstruksi maskulinitas laki-laki Indonesia kontemporer (Robinson 1998: 67). Representasi maskulinitas laki-laki Indonesia kontemporer berada dipersimpangan yang mana mengalami krisis yang tampak dari bagaimana maskulitas didefiniskan ambigu, kontradiktif dan reflektif, dengan mempertanyakan sifat lama dominasi patriarki. Kebudayaan maskulinitas Indonesia juga menganut kebudayaan patriarki. Sosok pria pada budaya patriarki, digambarkan sebagai pria yang tidak memperhatikan penampilan dirinya, pekerja keras, tangguh, tidak takut kotor, lebih rasional dibanding emosional. Di dalam kehidupan bermasyarakat, seorang laki-laki dituntut untuk melakoni peran gender tertentu berdasarkan jenis kelaminnya. Dalam kehidupan masyarakat berbudaya patriarki seperti halnya di Indonesia, peran gender untuk laki - laki sangat dipengaruhi oleh ideologi maskulin. Ideologi maskulin ini kemudian melahirkan suatu tuntutan bagi setiap laki - laki untuk selalu tampil maskulin, tampak jantan, dan mempunyai posisi lebih tinggi dari kaum perempuan (Moreland, 1980: ).

30 18 Norma dalam budaya patriarki bahwa sosok laki-laki adalah tulang punggung keluarga yang harus bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan hidup seluruh anggota keluarganya. Salah satu karakteristik dari maskulinitas adalah pencari nafkah untuk menyediakan kebutuhan bagi seluruh anggota keluarganya (Janet Saltzman Chafetz,1974:35-36 ) Teori Semiotika a. Pengertian Semiotika Secara etimologis, semiotika berasal dari kata Semeion yang merupakan kata dari bahasa Yunani yang memiliki arti yaitu tanda. (Tinarbuko, Sumbo, 2009:11). Gambar dan simbol merupakan bahasa rupa yang memiliki banyak makna. Semiotika merupakan ilmu yang berisi pelajaran tentang tanda, fungsi tanda, dan produksi makna. Tanda tanda tersebut menyampaikan informasi informasi yang bersifat komunikatif. Penjelajahan semiotika sebagai kajian ke dalam berbagai cabang ilmu karena adanya kecenderungan untuk melihat berbagai wacana sosial menjadi fenomena bahasa. (Tinarbuko,Sumbo, 2009:11). Kesimpulannya adalah bahasa merupakan model dari berbagai wacana sosial. Di dalam iklan terdapat dua jenis lambang yaitu lambang verbal dan non verbal. Lambang verbal merupakan bahasa sehari hari dan lambang non verbal merupakan bentuk dan warna yang disajikan di dalam iklan. Terdapat dua tokoh yang dianggap sebagai peletak dasar semiotika secara sistematis. Kedua tokoh tersebut tidak saling mengenal dan mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah (Tinarbuko,Sumbo,2009:11). Tokoh yang pertama adalah Charles Sanders Pierce yang berasal dari Amerika. Pierce merupakan ahli filsafat yang paling

31 19 orisinil dan multidimensional. Pierce dikenal karena teori tandanya. Pierce seringkali mengulang ulang bahwa secara umum tanda merupakan suatu perwakilan bagi seseorang. Ada tiga jenis tanda yang dikembangkan oleh Pierce yaitu ikon, indeks, dan simbol yang sangat berguna untuk menelaah berbagai gejala budaya seperti berbagai produk media (Fitroh Anshori,Muh,2014:31). Pierce menyebut ilmu yang dikembangkannya dengan nama semiotika. Bagi Pierce, penalaran manusia dilakukan melalui tanda. Manusia hanya dapat melakukan penalaran dengan tanda. Di dalam pemikiran Pierce, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan di berbagai macam tanda. (Tinarbuko,Sumbo,2009:12) Tokoh kedua adalah Ferdinand de Saussure yang merupakan ahli linguistik modern dari Swiss. Saussure mengatakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem tanda. Bahasa meliputi suara baik manusia maupun binatang dan berbagai bunyi bunyian lain daoat menyampaikan, mengekspresi, dan menyatakan suatu gagasan tertentu. Pemikiran Saussure yaitu meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan memilah antara penanda dan petanda (Fitroh Anshori,Muh,2014:31). Saussure menyebut ilmu semiotika yang dikembangkannya dengan nama semiologi. Semiologi menurut Saussure didasarkan pada anggapan bahwa segala tingkah laku manusia membawa makna yang berfungsi sebagai tanda yang man di belakangnya harus terdapat sistem konvensi dan pembedaan yang berkesimpulan bahwa dimana ada tanda maka disana pun ada sistem (Tinarbuko,Sumbo,2009:12). Tanda merupakan kesatuan dari dua bidang yang tak terpisahkan seperti selembar kertas. Hal ini berarti suatu tanda baik

32 20 berwujud gambar maupun kata memiliki dua aspek yang ditangkap oleh indra kita yang disebut dengan penanda (signifier) atau makna. Makna aspek kedua terkandung di dalam aspek pertama yang berarti petanda (signified) adalah yang dipresentasikan oleh aspek pertama yaitu penanda (Tinarbuko,Sumbo,2009:13). b. Semiotika menurut Roland Barthes Roland Barthes merupakan salah seorang pemikir strukturalis yang aktif mempraktikkan model linguistik dan semiologi dari Saussure. Barthes merupakan intelektual dan kritikus sastra Perancis ternama. Fokus teori Barthes tertuju pada gagasan tentang signifikasi dua tahap (Fitroh Anshori,Muh,2014:32). Teori Semiotika dari Roland Barthes tersusun dari tingkatan tingkatan sistem bahasa namun pada umumnya hanya dibuat dalam 2 tingkatan bahasa. Bahasa tingkat pertama merupakan bahasa sebagai objek sedangkan bahasa tingkat kedua meliputi signifier yang biasa disebut penanda dan signified yang disebut petanda. Sistem tanda kedua terbentuk dan menjadi penanda dan penanda di tingkat pertama berubah menjadi petanda baru yang berubah menjadi penanda baru yang tersendiri dalam suatu sistem tanda baru dalam taraf yang lebih tinggi. c. Pemaknaan Semiotika Roland Barthes Sistem tanda yang pertama disebut sebagai denotasi atau sitem termilogi. Denotasi merupakan makna paling nyata dari tanda. Sedangkan sistem tanda kedua disebut sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. Konotasi memiliki makna yang subjektif. Kesimpulannya adalah bahwa denotasi merupakan apa yang digambarkan oleh tanda terhadap suatu objek lalu kemudian konotasi meliputi bagaimana cara penggambarannya (Fitroh Anshori,Muh,2014:33).

33 21 Dalam ilmu konotatifnya, Barthes berpendapat bahwa konotasi dipakai unuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan yang kedua. Faktor terpenting dalam konotasi menurut Barthes adalah penanda pada tatanan pertama. Penanda dalam tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Teori tersebut dapat dikatikan dengan DKV dan hasil dari keterkaitan itu adalah pertemuan antara signifier (lapisan ungkapan/penanda) dan signified (lapisan makna/pertanda). Melalui unsur verbal dan non verbal, dapat diperoleh dua tingkatan makna yaitu makna denotatif yang dihasilkan pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang dihasilkan dari semiosis tingkat berikutnya. Roland Barthes membuat konsep dasar semiotik tersebut berangkat dari pendapat Saussure. (Tinarbuko, Sumbo,2009:15) Dalam teori Barthes, terdapat sistem penandaan tahap kedua. Sistem ini melengkapi sistem dalam teori Saussure yang berhenti pada pemaknaan tahap pertama atau makna denotatif. Pada penanda tahap kedua atau makna konotatif, tanda yang berhubungan dengan isi akan melalui mitos. Mitos merupakan suatu hal mengenai bagaimana budaya dapat menjadi penjelas atau pemahaman beberapa aspek realita atau gejala alam (Fitroh Anshori,Muh,2014:34). Berikut adalah peta tanda pemaknaan dalam sistem semiotika dari Roland Barthes : Penanda Petanda Tanda Denotatif Tingkat Pertama (Bahasa) Penanda Tanda Konotatif Petanda Tingkat Kedua (Mitos) Bagan 2. 1 Bagan Pemaknaan Semiotika Roland Barthes

34 Penelitian Relevan Adapun dalam penelitian ini, penulis memiliki referensi penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Referensi penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai referensi utama merupakan tesis berjudul Representasi Maskulinitas dalam Drama TV Korea You re Beautiful. Didalam penelitian tersebut, meneliti tentang representasi maskulinitas yang direpresentasikan di dalam drama TV Korea You re Beautiful yang pernah tayang distasiun TV swasta Indosiar. Perbedaan REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM DRAMA TV KOREA YOU RE BEAUTIFUL REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO Objek Kajian Film Iklan Model Analisis Model analisis Moon and Jung Model analisis Miles and Hubberman Penelitian tersebut menganalisis data visual dan dialog yang terdapat dalam drama TV Korea tersebut menggunakan model analisis milik Moon dan Jung dan dianalisis dengan menggunakan teori semiotika Roland Barthes. Perbedaan penelitian terdahulu tersebut dengan penelitian penulis ini terletak pada model analisis penelitiannya. Model analisis yang dipakai oleh penulis menggunakan model analisi Miles dan Hubberman. Perbedaan pokoknya terletak pada perbedaan objek yang diteliti. Penulis meneliti tentang objek iklan sedangkan penelitian terdahulu meneliti tentang film.

35 23 Selain itu, penelitian terdahulu lain yang penulis jadikan bahan referensi juga adalah skripsi Representasi Pria Dalam Iklan vaseline For Men Versi Ariel Noah. Di dalam penelitian tersebut menganalisis mengenai bagaimana pria itu divisualisasikan dalam iklan tersebut melalui bintang iklan yaitu Ariel. Di dalam penelitian tersebut juga menggunakan teori semiotika Barthes sebagai patokan dalam membedah iklan tersebut. Hal yang menjadi pembeda dengan penelitian penulis selain perbedaan iklannya, juga dapat dilihat bahwa dalam visualnya pun tokoh pria sebagai bintang iklannya pun berbeda, sehingga akan dicapai kesimpulan yang berbeda sehingga tidak mengindikasikan terjadinya plagiarisme. Perbedaan REPRESENTASI PRIA DALAM IKLAN VASELINE FOR MEN VERSI ARIEL NOAH (ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO Objek Kajian Produk vaseline for men Iklan Tokoh Ariel Noah Rio Dewanto Model Model analisis Miles and Model analisis teks media Analisis Hubberman Penelitian Representasi Maskulinitas dalam Iklan Man Toiletries (Studi Semiotika Iklan Televisi serial Vaseline Men Body Lotion versi Pemotretan dan Vaseline Men Face Moisturiser versi Gym ) memiliki

36 24 persamaan yaitu menggunakan studi semiotika dengan penelitian yang penulis teliti. Perbedaannya terdapat pada objek yang diteliti/dikaji. Objek yang penulis kaji hanya satu dan hanya mengenai produk perawatan pembersih muka dari POND s, sedangkan penelitian terdahulu memakai dua objek dari Vaseline yaitu untuk body lotion dan sabun pembersih muka. Perbedaan Objek Kajian Teknik Analisis REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN MAN TOILETRIES (STUDI SEMIOTIKA IKLAN TELEVISI SERIAL VASELINE MEN BODY LOTION VERSI PEMOTRETAN DAN VASELINE MEN FACEMOSTURISER VERSI GYM ) Mengkaji dua produk Teknik analisis semiotika Pierce REPRESENTASI MASKULINITAS DALAM IKLAN POND S MEN POLLUTION OUT EDISI RIO DEWANTO Mengkaji satu produk Teknik analisis semiotika Roland Barthes 2.3. Kerangka Berpikir Di dalam setiap penelitian, pasti diperlukan adanya suatu kerangka berpikir. Kerangka berpikir digunakan sebagai pedoman atau pijakan dalam

37 25 menentukan arah atau alur dalam sebuah penelitian. Pedoman atau pijakan ini sangat diperlukan agar penelitian tetap terfokus pada objek kajian yang akan diteliti. Alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Maskulin sebagai penggambaran budaya pria di Indonesia Iklan POND s Men Pollution Out versi Rio Dewanto Tanda - tanda visual Representasi maskulinitas Bagan 2. 2 Kerangka Berfikir Di era modern ini, maskulinitas sangat melebur di dalam kebudayaan Indonesia. Konsep maskulinitas era modern ini sangat berkaitan erat dengan konsep lelaki modern. Konsep maskulinitas tersebut terjadi oleh karena pergerseran konsep dari waktu ke waktu dan hal tersebut terlihat dari perkembangan visualisasi maskulinitas pria dalam film, iklan, dan lain - lain. Seperti yang terlihat dalam iklan POND s Men Pollution Out versi Rio Dewanto, iklan tersebut termasuk suatu media yang menjadi visualisasi penggambaran lelaki masa kini. Di dalam iklan tersebut, POND s memilih sosok artis Rio Dewanto sebagai simbol yang mewakili sosok pria maskulin masa kini Indonesia. Penelitian representasi maskulinitas dalam iklan POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto ini menganalisa maskulinitas yang terlihat dari visualisasi tanda - tanda yang ditampilkan dalam iklan tersebut. Tanda - tanda yang

38 26 terlihat di dalam iklan terebut menjadi penggambaran sosok pria maskulin masa kini di Indonesia.

39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Strategi Penelitian Dalam penelitian tentang Representasi Maskulinitas Dalam Iklan POND S Men Pollution Out versi Rio Dewanto, digunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan suatu data deskriptif berupa kata - kata lisan maupun tertulis dari perilaku orang - orang yang dapat diamati. (Moleong,2007:4). Penelitian kualitatif merupakan suatu pengumpulan data yang alamiah dan dilakukan oleh peneliti yang tertarik secara alamiah pula (Moleong, 2007:5) Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian awal dilakukan dengan mengamati iklan di televisi kemudian diamati ulang dengan lebih cermat dengan media internet. Pengamatan lebih mendalam melalui media internet dilakukan di kampus Universitas Dian Nuswantoro Semarang pada bulan Maret. Setelah melakukan pengamatan ulang melalui media internet, penelitian dilanjutkan dengan melakukan penentuan metode yang akan dilakukan dan memilah jurnal jurnal serta buku buku yang akan digunakan sebagai bahan studi pustaka dalam penelitian ini Sumber Data a. Narasumber Narasumber merupakan sumber data yang penting didalam penelitian ini. Narasumber dalam penelitian ini berasal dari tiga profesi yang berbeda agar didapat suatu kesimpulan dari tiga sudut pandang yang berbeda. Sumber yang pertama adalah dosen DKV Udinus Bp. Annas Marzuki, kemudian seorang desainer grafis bernama Sulistya Adi 27

40 28 Nugraha dan seorang konsumen POND s Men yang juga berprofesi sebagai model bernama Victor Richardo. b. Dokumen Dokumen merupakan suatu catatan dari peristiwa yang sudah berlalu (Sugiyono, 2009:240). Dokumen - dokumen yang peneliti gunakan berupa video iklan serta video penunjang lain yang berada pada situs youtube yang dapat digunakan sebagai gambaran representasi maskulinitas. c. Sumber Tertulis Sumber tertulis dalam penelitian ini berasal dari narasumber dan dokumen, sumber data juga diperoleh dari sumber tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun dalam penelitian ini, sumber tertulis berasal dari jurnal jurnal terkait dengan teori Barthes, mengenai pengertian representasi, makna representasi, pengertian maskulinitas, pemilihan endorser, dan mengenai iklan itu sendiri, serta berasal dari buku. Buku yang digunakan merupakan buku yang berkaitan dengan teori Barthes yang akan digunakan dalam kajian ini Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini digunakan 3 teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data didalam penelitian ini meliputi wawancara, dokumentasi, dan studi pustaka. a. Wawancara Wawancara merupakan suatu percakapan dengan maksud dan tujuan tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak dimana pihak pertama sebagai pewawancara yang mengajukan berbagai pertanyaan, sedangkan pihak yang lainnya sebagai narasumber yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Moleong,2000 : 150). Tujuan dari teknik wawancara ini adalah untuk mengetahui apa

41 29 saja yang ada di dalam pikiran dan hati orang lain (S. Nasution, 1996 : 73). b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai sumber informasi sesuai dengan masalah penelitian (Danial, Endang, 2009 : 79). c. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan teknik yang digunakan untuk meneliti dari sumber tertulis yang ada. Teknik studi pustaka meliputi membaca jurnal jurnal serta buku buku kemudian diberikan kode kode pada bagian yang sekiranya sesuai dengan penelitian ini Teknik Analisis Data Proses representasi adalah suatu proses penelitian yang memerlukan suatu analisis atas tanda - tanda yang berwujud segala kata - kata, gambar, suara maupun objek yang berfungsi sebagai suatu tanda dan diorganisir dengan tanda - tanda yang lainnya ke dalam suatu sistem yang mampu mengekspresikan suatu makna (Hall,1997:19). Analisis data kualitatif merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data - data tersebut lalu kemudian memilah - milah untuk dikelola, membuat sintesis, mencari suatu pola, kemudian pola yang telah ditemukan dipelajari dan diputuskan mana yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong,2007:248). Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan yang ada, maka penelitian Representasi Maskulinitas dalam Iklan Pond s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto ini menggunakan dua tahap teknik analisis, yang pertama dengan tahap interaksi analisis Miles & Huberman dan yang kedua menggunakan teknik interpretasi analisis dengan pendekatan semiotika. Interaksi Analisis Miles & Huberman terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan setelah pengumpulan data yaitu: reduksi data,

42 30 penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles and Huberman, 1994: 16). Berikut bagan dari model analisis Miles and Hubberman: Pengumpulan Data Reduksi Data (Penyortiran Data) Sajian Data Penarikan Kesimpulan / Verifikasi Bagan 3. 1 Bagan Model Analisis Miles dan Hubberman (Milles dan Hubberman, 1994: 20) a. Pengumpulan Data Tahap awal merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini, data data dari berbagai sumber dikumpulkan. Data data terdiri dari hasil wawancara, ringkasan jurnal, serta hasil dari dokumentasi foto foto screenshot dari video iklan yang akan dikaji. b. Reduksi Data Langkah setelah pengumpulan data yaitu reduksi data. Tahap reduksi data merupakan proses penyeleksian, penyederhanaan dan pemfokusan dari data data yang telah dikumpulkan sesuai dengan tujuan penelitian. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, dan mengeliminasi data yang tidak

43 31 perlu, mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan final (Miles dan Huberman, 1994:16). Langkah dari reduksi data adalah dengan melakukan eliminasi data, membuat ringkasan, menggolong golongkan data guna membuang data yang kurang sesuai dengan penelitian serta agar dapat lebih fokus pada data yang penting bagi penelitian agar data data menjadi teratur sehingga dapat diperoleh suatu penarikan kesimpulan. Data data yang telah direduksi dapat memberikan suatu penggambaran yang tajam mengenai hasil pengamatan dan mempermudah penulis untuk memberikan kode kode sebagai penunjang penelitian (Usman, 2009:85) c. Penyajian Data Tahap setelah reduksi data adalah tahap sajian data. Tahap sajian data adalah suatu kegiatan menyajikan data dalam bentuk grafik, matriks dan sebagainya (Usman, 2009: 85). Didalam penelitian ini, penulis akan menyajikan data berupa narasi dan tabel. Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang disusun untuk memberikan suatu kemungkinan penarikan kesimpulan. Data disajikan sesuai data yang diperoleh dalam penelitian. Sehingga peneliti akan dapat menguasai data dan tidak salah dalam melakukan analisis data dan melakukan penarikan kesimpulan. Penyajian data memiliki tujuan untuk menyederhanakan informasi ke dalam suatu bentuk yang lebih mudah dipahami. Penyajian data yang baik akan membantu peneliti dalam menentukan suatu penarikan kesimpulan yang tepat (Milles dan Huberman, 1994: 18). d. Penarikan Kesimpulan/verifikasi Tahap selanjutnya yang juga merupakan tahap terakhir dalam penelitian ini adalah tahap kesimpulan. Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan untuk memahami makna, mencari makna serta memahami alur sebab akibat pada data yang telah diperoleh.

44 32 Setelah dicapainya suatu penarikan kesimpulan, maka dilakukan verifikasi untuk keabsahan kesimpulan tersebut. Kesimpulan merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah diungkapkan oleh peneliti dari awal (Usman,2009:87). Berdasarkan jabaran tentang kesimpulan diatas, maka tercapailah kesimpulan dari seluruh data data yang telah disajikan yaitu gambaran representasi pada iklan POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto memang terlihat jelas secara umum, dan penulis akan melakukan kajian mendalam per adegan dengan kajian teori semiotika.

45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Iklan Iklan Pond s Men Pollution Out merupakan salah satu bentuk iklan audio visual yang tayang di televisi dan terunggah di situs youtube. Iklan ini merupakan suatu iklan promosi suatu produk pembersih wajah khusus untuk pria. Di dalam iklan ini terdapat seorang pria yang menjadi tokoh utama di dalam alur cerita iklan. Pria tersebut adalah seorang aktor Indonesia yang sukses membintangi berbagai judul layar lebar karena kemampuan aktingnya yang mumpuni bernama Rio Dewanto. Pembahasan mengenai deksripsi iklan ini menggunakan screenshot dari unggahan iklan yang berasal dari situs youtube. Durasi iklan ini sama dengan durasi iklan yang tayang di televisi yaitu 29 detik. Teknik pengambilan gambar dalam iklan ini sebagian besar menggunakan teknik close up dalam mengambil gambar dari tokoh Rio Dewanto. Secara keseluruhan, sudut pengambilan gambar normal level/eye level dimana seluruh adegan terlihat sejajar dengan arah pandangan mata penonton. Framing Long Shot Elemen Visual Angle Norm al level Frame size Lon g Shot Kompos isi, Keseimb an-gan komposisi tipografi terlihat pada Analisis Dalam adegan tersebut 33

46 34 tengah adegan dengan latar belakang hiruk pikuk keramaian jalanan dan komposisi dominan adalah komposisi vertikal dari gedung - gedung yang tinggi dengan pewarnaan hitam putih. Jenis huruf yang digunakan adalah huruf simpel yang sesuai dengan logo POND s. Keseimban gan simetris. mengesa nkan bahwa perusaha an tersebut mengede pankan suatu elegansi produk, terlihat dari pemiliha n warna huruf yaitu putih berlatar belakang gelap yang terlihat simpel dan elegan. Komposi si yang menjadi dominan dalam adegan tersebut adalah komposis i vertikal dimana banguna n - banguna n tinggi terlihat sebagai represent asi dari situasi

47 35 hiruk pikuk perkotaa n dan membuat kesan dinamis. Alur iklan berupa sosok Rio Dewanto yang sedang berjalan di tengah situasi keramaia n yang penuh debu dan polusi yang membuat kulit wajah terlihat kusam dan tidak berenergi. Medium close up Norm al level One shot Keseimbanan simetris Adegan dimana seorang pria

48 36 sedang berjalan dengan berlatar belakang jalan raya yang padat. Medium close up Norm al level One Shot Keseimbangan simetris Medium close up Norm al level One Shot Keseimban gan simetris Terlihat cipratan air yang menimbu lkan kesan kesegara n

49 37 Close up Norm al level One Shot Keseimbanan simetris Close up Norm al level One Shot Keseimbanan simetris Di bagian wajah Rio Dewanto terlihat efek scanning dari arah telinga menuju ke tengah bagian wajah untuk memperli hatkan visualisa si partikel

50 38 polusi hingga ke pori - pori terdalam kulit wajah Rio Dewanto. Pada adegan ini terdengar narasi penduku ng yaitu Partikel polusi kecil Teknik pengamb ilan gambar masih menggun akan teknik close up. Extreme close up Norm al level Narasi pada adegan tersebut menegas kan efek dramatis

51 39 asi pada adegan tersebut dimana terjadi pembesar an dari partikel polusi yang tidak kasat mata yang menemp el dalam pori - pori kulit wajah. Medium close up Norm al level One Shot Keseimban gan terlihat simetris dengan komposisi Rio Dewanto pada sisi kiri dan visualisasi baterai di sisi kanan

52 40 Medium close up Norm al level One Shot Keseimban gan terlihat simetris dengan komposisi Rio Dewanto pada sisi kiri dan visualisasi baterai di sisi kanan Norm al level Keseimbagan komposisi terlihat simetris latar belakang pewarnaa n berwarna hitam yang kontras dengan warna kulit tangan

53 41 yang memega ngi produk POND s Men Pollution Out yang berwarna hitam pekat. Pewarna an hitam memunc ulkan kesan elegant dan mewah. Menurut para narasum ber, efek cipratan air yang terlihat ketika kemuncu lan produk tersebut membuat kesan segar. Norm al level Keseimbanan simetris

54 42 Big close up Norm al level One Shot Extreme close up Norm al level Keseimbanan simetris Big close up Norm al level One Shot

55 43 Medium close up Norm al level One Shot Keseimban gan simetris Efek cipratan air mengesa nkan kesegara n Medium close up Norm al level One Shot Medium close up Norm al level One Shot Pencahay aan terlihat berubah

56 menjadi cerah dimana terlihat pengamb ilan gambar dapat dikataka n berada di dalam suatu gedung berkaca yang cukup tinggi dengan sinar matahari cerah menyinar i dalam gedung. Terlihat bahwa di dalam adegan ini ingin menunju kkan perbedaa n yang signifika n setelah penggun aan produk POND s Men Pollution Out. Terlihat bahwa suasana yang 44

57 cerah menjadi backgrou nd penduku ng yang menunju kkan bahwa setelah pemakaia n produk ini menjadi segar berenergi. Terlihat cahaya matahari sudah bersinar memasuk i jendela suatu gedung perkantor an yang memperli hatkan kesan hidup dan tidak suram. Terlihat pula perbedaa n raut wajah dari Rio Dewanto setelah pengapli kasian dimana terlihat 45

58 46 raut wajah yang berseri dengan senyum yang terlihat mengem bang namun tetap terlihat keren tidak berlebiha n. Keseimbanan simetris Warna dominan adlah hitam menunju kkan suatu elegansi dari produk tersebut. Di dalam iklan POND s Men ini tidak hanya untuk mempromosikan produk tetapi juga memberikan suatu bentuk tutorial atau cara penggunaan sekaligus cara kerja dari produk POND s Men Pollution Out ini. Tayangan iklan produk pembersih wajah ini memiliki kesamaan seperti iklan produk pembersih wajah lainnya dimana memberikan suatu tata cara penggunaan

59 47 produk. Di dalam iklan ini terlihat bahwa POND s Men mempengaruhi penonton dengan menjabarkan cara kerja dari produk POND s Men yang mampu memberikan dampak cukup signifikan setelah pemakaian tanpa menggunakan narasi yang berlebihan. Di dalam iklan ini juga berusaha mengkonstruksi pria bahwa setelah mereka memakai produk yang diiklankan maka kulit wajah akan bebas dari debu dan polusi yang menempel pada kulit wajah dan wajah akan nampak lebih cerah serta berenergi. Hal tersebut terjadi karena polusi yang menempel pada kulit wajah sudah diserap oleh produk pembersih wajah POND s Pollution Out. Gaya bahasa yang digunakan dalam narasi di dalam iklan ini menggunakan gaya bahasa yang simpel, mudah dipahami, dan tanpa terkesan memaksa untuk menggunakan produk ini. Narasi di dalam iklan ini seakan - akan berkeinginan untuk mengubah pemikiran masyarakat dan membujuk masyarakat dengan memaparkan fakta terlebih dahulu mengenai banyaknya debu dan polusi yang berada di sekitar lingkungan. Debu dan polusi tersebut tidak bisa sepenuhnya hilang dari wajah jika hanya dibersihkan hanya dengan bilasan air. Di dalam iklan ini membujuk seakan - akan produk ini satu - satunya solusi untuk mengangkat debu dan polusi di wajah Maskulinitas Iklan Iklan membentuk suatu gambaran tertentu mengenai berbagai hal mengenai maskulinitas. Di dalam iklan televisi POND s Men Pollution Out edisi Rio Dewanto ini menampilkan sosok pria yang macho, gagah, rapi, dan bersih yang dihadirkan secara visual oleh aktor Rio Dewanto seperti pada printscreen di bawah ini.

60 48 Rambut klimis Kumis tipis Jas hitam Kaos hitam Gambar 4. 1 Visualisasi Iklan pada durasi (Printscreen, Lusi 2017) Dari adegan ini terlihat sosok aktor Rio Dewanto yang di dalam iklan ini terlihat sedang berjalan dengan penuh percaya diri. Sisi maskulin semakin terlihat dengan postur tubuh tegap yang sangat gagah dengan tatanan rambut klimis rapi. Sosok Rio Dewanto pun terlihat wajahnya berkumis tipis dengan menggunakan gaya berpakaian kaos berwarna hitam dengan dipadukan jas berwarna hitam pula. Model tatanan rambut yang digunakan memperlihatkan sosoknya yang simpel, rapi, dan terlihat elegan. Kumis tipis pada bagian wajahnya menambah derajat kejantanannya. Gaya berpakaian yang serba berwarna hitam, memperlihatkan warna yang kerap kali dijumpai dalam masyarakat merupakan warna yang sering dipilih oleh kaum pria.

61 49 Tatapan mata terlihat penuh ketegasan Gambar 4. 2 Visualisasi Iklan pada durasi (Printscreen, Lusi 2017) Maskulinitas dalam adegan tersebut terlihat dari tatapan tokoh Rio Dewanto yang tegas. Gambar 4. 3 Visualisasi Iklan pada durasi (Printscreen, Lusi 2017) Cipratan air yang terlihat pada saat Rio Dewanto membasuh wajahnya memperlihatkan kekuatan maskulin seorang pria

62 50 Pada adegan ini terlihat bahwa maskulinitas pria tergambarkan oleh visualisasi cipratan air yang mengenai wajah Rio Dewanto. Dalam adegan ini memperlihatkan kekuatan dari pria. Gambar 4. 4 Visualisasi iklan pada durasi Tatapan mata penuh ketegasan (Printscreen, Lusi 2017) Di dalam iklan ini, maskulinitas juga tampak dalam adegan dimana Rio Dewanto mengucapkan kata tidak. Terdengar suara dari Rio Dewanto yang berat dengan sangat lantang dan tegas. Tatapan tajam dengan ekspresi gagah pun diperlihatkan oleh sosok Rio Dewanto. Di dalam adegan ini, ditampilkan bahwa pria maskulin memiliki tatapan mata yang tajam dan berbicara secara tegas dan lantang dalam menyatakan pendapatnya.

63 51 Gambar 4. 5 Visualisasi Iklan pada durasi (Printscreen, Lusi 2017) Pada adegan ini terlihat bahwa maskulinitas pria tergambarkan oleh visualisasi cipratan air yang berasal dari produk yang diletakkan. Dalam adegan ini memperlihatkan kekuatan dari tangan pria yang penuh kekuatan saat meletakkan suatu barang. Terlihat penuh kemantapan dan ketegasan yang menunjukkan pria itu tidak lembek. Gambar 4. 6 Visualisasi Iklan pada durasi (Printscreen, Lusi 2017) Maskulinitas pada adegan ini diperlihatkan oleh tulisan absorption power 1000x beratnya. Hal tersebut memperlihatkan suatu kekuatan pria.

64 52 Dalam adegan tersebut, kekuatan penyerapan produk tersebut diibaratkan seperti kekuatan pria yang kuat perkasa. Gambar 4. 7 Visualisasi Iklan pada durasi (Printscreen, Lusi 2017) Jas hitam Rambut klimis Kumis tipis Maskulinitas terlihat dari fisik Rio Dewanto yang berambut klimis, berkumis tipis dan mengenakan jas berwarna hitam. Terlihat raut wajah Rio Dewanto terlihat puas namun senyumnya hanya megembang sedit yang menunjukkan sisi keren seorang pria.

65 Representasi Maskulinitas Representasi merupakan proses dimana sebuah objek ditangkap oleh indra seseorang, lalu masuk ke akal untuk diproses yang menghasilkan sebuah konsep/ide yang dengan bahasa akan disampaikan/diungkapkan kembali. Berikut adalah analisis representasi maskulinitas dalam iklan POND s Men Pollution Out dengan menggunakan teori semiotika. a. Laki - laki sebagai sosok macho Timeline Visual Audio Instrumen Signifier (penanda) Signified (pertanda) Makna Terlihat pria yang penampilannya rapi. Gaya berpakaiannya menggunakan jas berwarna hitam. Terlihat di dalam iklan tersebut seorang pria yang keren dan modis. Gaya berpenampilan merupakan modal utama bagi kaum pria yang menampakkan kegagahan dan macho. Penampilan fisik dalam berpakaian merupakan hal yang utama di dalam kehidupan era masa kini. Menunjukkan suatu profesionalitas. Pada umumnya, wanita identik dengan sifat yang lembut, rapi, penuh kasih sayang, pintar memasak, penyuka warna pink, wangi, dan lain sebagainya yang menunjuk dia sebagai seorang wanita, sementara pria identik dengan sifat keras, urakan, penyuka warna biru dan sifat lain yang menunjukkan dia sebagai seorang pria yang macho. Namun

66 54 seiring perkembangan jaman, di era saat ini, penampilan adalah hal yang utama pula bagi seorang pria. Timeline Visual Audio Get POND s Men Pollution Out Signifier (penanda) Terlihat seorang pria yang tersenyum bahagia memegang produk POND s Men Pollution Out Signified (pertanda) Pada adegan visualisasi ini memberikan suatu kepuasan tersendiri, karena terlihat seseorang yang tersenyum penuh kharisma. Makna Produk POND s Men Pollution Out menjadi pilihan bagi pria masa kini dalam perawatan kulit wajah pria. Dalam adegan tersebut jelas tersirat bahwa Rio Dewanto tersenyum penuh kepuasan. Raut wajah Rio Dewanto pun terlihat sangat cerah. Hal yang paling tergambarkan adalah Rio Dewanto terlihat puas dengan hasil yang dihasilkan setelah pemakaian produk POND s Men Pollution Out. Kepuasan Rio Dewanto pun semakin ditegaskan oleh narasi Get POND s Men Pollution Out yang berarti Rio Dewanto merekomendasikan sekaligus mengajak khalayak untuk memakai produk tersebut karena hasilnya sudah nyata terlihat. Dalam adegan tersebut seolah - olah menjadikan POND s Men Pollution Out adalah produk andalan dari sosok pria macho.

67 b. Laki - laki sebagai sosok metroseksual Timeline Visual Audio Dengan micro carchoal aktif mengangkat partikel polusi bahkan yang tidak terlihat sekalipun. Untuk wajah cerah berenergi. Signifier (penanda) Terlihat seorang pria sedang mengaplikasikan produk POND s Men pada wajahnya. Menggambarkan seorang pria sedang merawat kulit wajahnya dengan cara mencuci wajahnya. Setelah memakai dan membilasnya dengan air, terlihat pria tersebut wajahnya tampak lebih bersinar dan lebih segar dan berenergi kembali dengan di tunjukkannya baterai yang menjadi berwarna hijau. Hal itu ditekankan lagi oleh narasi untuk wajah cerah berenergi. Signified (pertanda) Suatu perilaku seorang pria dalam merawat penampilan wajahnya. Makna Wajah yang bersih dan nampak cerah berenergi merupakan hal yang penting bagi kaum pria. Pada era masa kini, pria pun menyadari bahwa kebersihan kulit wajah berpengaruh pada performa sehari - hari. Dalam adegan ini, seolah 47

68 48 memperlihatkan bahwa kulit wajah kaum pria tidak bisa sepenuhnya bersih jika hanya dibilas oleh air. Perlu menggunakan produk ini sebagai produk pembersih wajah yang akan membersihkan wajah dengan mengangkat partikel - partikel polusi dalam lapisan kulit terdalam. Dalam adegan ini pula terlihat adegan langkah - langkah dalam pengaplikasian produk tersebut secara tepat. Timeline Visual Audio Tingkat polusi yang tinggi Signifier (penanda) Signified (pertanda) Makna Rio Dewanto mengibaskan tangan di depan wajahnya berusaha menghalau debu polusi di hiruk pikuk perkotaan agar tidak menempel di wajahnya. Perilaku pria yang tidak nyaman dan tidak ingin wajahnya menjadi kotor oleh karena banyaknya debu dan polusi di hiruk pikuk perkotaan yang dapat menempel pada wajahnya. Tingkat polusi yang tinggi membuat pria tidak nyaman dan sadar akan kebersihan kulit wajahnya Pada iklan ini penggunaan sosok aktor Rio Dewanto mewujudkan suatu konstruksi dari suatu mitos yang tertanam dalam jiwa masyarakat. Di dalam sosok ini menanamkan bahwa pria masa kini harus peduli terhadap penampilan.

69 49 c. Laki - laki yang peduli akan kebersihan kulit wajah Timeline Visual Audio Membuat kulit wajah jadi kusam dan lelah Signifier (penanda) Terlihat seorang pria yang terlihat sedang bercermin memperhatikan wajahnya yang terlihat kusam. Signified (pertanda) Pria yang peduli akan performa kulit wajahnya. Makna Pada era masa kini, pria cenderung lebih memperhatikan penampilannya dengan peduli akan kebersihan kulit wajahnya. Secara umum, iklan POND s Men ini menggambarkan sosok maskulinitas pria sebagai sosok yang peduli terhadap kebersihan kulit wajahnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era masa kini, topik mengenai perbedaan gender dan jenis kelamin seakan tak pernah usang untuk diperbincangkan. Pembahasan mengenai isu gender yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan bentuk komunikasi persuasif yang menyajikan informasi tentang aneka ragam produk, gagasan, serta layanan yang tujuan akhirnya adalah memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran.

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan efisien untuk berkomunikasi dengan konsumen sasaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri periklanan belakangan ini menunjukan perubahan orientasi yang sangat signifikan dari sifatnya yang hanya sekedar menempatkan iklan berbayar di media massa menjadi

Lebih terperinci

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA

BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA BAHASA IKLAN DAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN: SEBUAH KAJIAN KOMUNIKASI DAN BAHASA TERHADAP IKLAN TV PRODUK CITRA Unika Atma Jaya, Jakarta Memasarkan sebuah produk di media massa bertujuan untuk mencapai target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu media komunikasi massa yaitu televisi memiliki peran yang cukup besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kepada masyarakat. Sebagai media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi telah menjadi begitu lazim sehingga hampir tidak pernah memperhatikan apa itu televisi dan apa pengaruhnya. Televisi telah menciptakan sebentuk kemelekan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media cetak dan elekronik merupakan hasil perkembangan teknologi informasi di dunia. Media telah mengubah fungsi menjadi lebih praktis, dinamis dan mengglobal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media televisi merupakan media massa yang sering digunakan sebagai media penyampaian informasi. Kekuatan media massa televisi paling mempunyai kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. wacana kritis oleh kalangan ahli komunikasi. Untuk itu,diperlukan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis mengenai wacana kritis relatif masih sedikit dilakukan oleh kalangan ahli bahasa. Hal ini bertolak belakang dengan banyaknya penelitian wacana kritis oleh kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Komunikasi dibutuhkan untuk memperoleh atau member informasi dari atau kepada orang lain. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina

PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN. Ayu Maiza Faradiba. Universitas Paramadina PERSEPSI MAHASIWA TERHADAP IKLAN LUX VERSI BANDAR UDARA ATIQAH HASIHOLAN Ayu Maiza Faradiba Universitas Paramadina ABSTRAK Tujuan Penelitian: untuk mengetahui sejauh mana persepsi mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan wajah identik bagi para wanita saja, namun saat ini para pria mulai menyadari akan pentingnya untuk menjaga kesehatan kulit wajah. Berbagai macam produk perawatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan industri periklanan di Indonesia cukup pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran penting media iklan dalam mata rantai strategi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi media massa mempunyai peran yang sangat penting untuk menyampaikan berita, gambaran umum serta berbagai informasi kepada masyarakat luas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pada hakikatnya manusia membutuhkan sebuah media massa untuk mendapatkan informasi terkini, wawasan maupun hiburan. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. seolah-olah hasrat mengkonsumsi lebih diutamakan. Perilaku. kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanpa kita sadari, masyarakat selalu diposisikan sebagai konsumen potensial untuk meraup keuntungan bisnis. Perkembangan kapitalisme global membuat bahkan memaksa masyarakat

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif

BAB I PENDAHULUAN. ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia bisnis identik dengan persaingan. Persaingan yang terjadi bahkan semakin ketat, mengharuskan setiap perusahaan untuk merumuskan strategi yang lebih efektif dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan sosial masyarakat saat ini tidak lepas dari semakin pesatnya perkembangan teknologi dan informasi. Arus teknologi dan informasi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Representasi maskulinitas..., Nurzakiah Ahmad, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Representasi maskulinitas..., Nurzakiah Ahmad, FIB UI, 2009 BAB 4 KESIMPULAN Iklan, dengan beragam bentuknya, menjadi satu sarana promosi yang digunakan oleh produsen untuk memperkenalkan produk yang dipromosikan kepada khalayak ramai. Dengan kelihaian dan trik-trik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu pesat khususnya dalam media yakni, media cetak, media online ataupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi telah semakin pesat. Teknologi informasi khususnya telah membawa dampak yang siginifikan bagi perkembangan dalam masyarakat,

Lebih terperinci

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. semiotika Modul ke: Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda. Fakultas 12Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media

BAB I PENDAHULUAN. seperti ini, media massa tidak akan mungkin berdiri statis di tengah-tengah, media BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semua media massa sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia, tetapi pada saat ini bahwa media massa bukan sesuatu yang bebas, independen, melainkan memeiliki ketertariakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti

BAB I PENDAHULUAN. (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan (komunikator) mampu membuat pemakna pesan berpola tingkah dan berpikir seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan sangat lekat dalam kehidupan masyarakat terutama di kota kota besar. Dalam satu hari, masyarakat kota selalu berhadapan dengan iklan, dalam tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu saluran transmisi, yang disebut orang sebagai support iklan itu. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Iklan dikenal berperan sebagai salah satu sarana komunikasi untuk mengomunikasikan produk yang ditawarkan kepada masyarakat luas melalui berbagai jenis media.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. ParadigmaKonstruktivis Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi manusia atas realitas. Konstruktivisme melihat bagaimana setiap orang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia bisnis menciptakan suatu peluang dan tantangan bagi perusahaan. Di era ini perusahaan dapat memperluas pasar produk dan dapat menimbulkan persaingan

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. kepada peraturan dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Manusia sebagai makhluk ciptaan tuhan selalu ingin berkomunikasi dengan manusia lain untuk mencapai tujuannya. Sebagai makhluk sosial, manusia harus taat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Gaya hidup masyarakat saat ini sangat dekat dengan rokok. Tidak hanya orang dewasa, remaja dan anak-anak sekarang juga sudah banyak yang mengkonsumsi rokok. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

BAB I PENDAHULUAN. atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap saat kita dapat melihat orang-orang menonton televisi, membaca koran atau majalah, dan juga mendengarkan radio. Perkembangan media yang terjadi saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin kompleks yang mengharuskan perusahaan melakukan strategi

BAB I PENDAHULUAN. akan semakin kompleks yang mengharuskan perusahaan melakukan strategi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala sesuatu yang berkaitan dengan penjualan barang atau jasa identik dengan persaingan. Dalam dunia bisnis, persaingan akan semakin ketat bahkan akan semakin kompleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kesemua lapisan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma penelitian Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif, paradigma yang penulis pilih ialah teori kritis. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategy

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun

BAB I PENDAHULUAN. minat konsumen terhadap pembelian kosmetik. Perusahaan Kosmetik Indonesia (Perkosmi), omset industri kosmetik tahun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu produk yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan sekunder dan keinginan konsumen, khususnya perempuan agar tampil lebih cantik dan menarik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pada era modern abad ke 21 saat ini, dunia periklanan melakukan bermacam-macam cara untuk menarik perhatian audience oleh pekerja kreatif. Televisi merupakan media

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, terdapat suatu fenomena yang terjadi yaitu para pemilik modal berlomba-lomba menginvestasikan modal mereka guna mengincar keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti membutuhkan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan sebagainya. Bahasa dianggap sebagai sarana yang paling utama dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Iklan secara komprehensif merupakan semua bentuk aktivitas untuk menghadirkan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara nonpersonal yang dibayar oleh sponsor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Karya sastra adalah sebuah struktur yang kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat memahaminya haruslah karya sastra dianalisis. Dalam analisis itu karya sastra diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. calon konsumen membeli atau menggunakan suatu produk atau jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang menyampaikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Rokok dalam perkembangannya telah menjadi salah satu komoditi dagang yang memiliki banyak konsumen. Rokok dengan mudah dapat dibeli oleh pelbagai kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada zaman sekarang ini persaingan bisnis antar perusahaan semakin ketat. Perusahaan harus pintar dalam memperhatikan situasi persaingan dan cermat mencari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai media komunikasi telah dijadikan instrumen untuk memperkuat dan mengubah kognisi dalam menciptakan sejumlah makna-makna konotatif. Namun bahasa tidak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SITI MUKARROMAH YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR

SKRIPSI. Oleh: SITI MUKARROMAH YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR TINGKAT PENGETAHUAN ANAK TENTANG IKLAN LIFEBUOY DI MEDIA TELEVISI (Studi Deskriptif Tingkat Pengetahuan Anak SD Surabaya Tentang Isi Pesan Iklan Lifebuoy 5 Resep Dokter Kecil Versi Dik Doank di Media Televisi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi adalah ilmu tertua di dunia, karena komunikasi merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia dalam untuk meneruskan segala kehidupan di muka bumi. Manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi saat ini manusia dimudahkan dalam mencari dan mendapatkan kebutuhan informasi, baik sekedar untuk pengetahuan maupun memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi karena di dalamnya terdapat elemen elemen komunikasi yang diantaranya terdapat komunikator sebagai pembuat dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat isi media saat ini, baik media cetak maupun non cetak, sebagian besar dipenuhi oleh iklan yang mempromosikan berbagai macam produk atau jasa. Dengan menampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analisis semiotika dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan studi wacana media massa. Pendekatan kualitatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi

Lebih terperinci

MITOLOGI CANTIK DALAM IKLAN MEDIA CETAK SKRIPSI

MITOLOGI CANTIK DALAM IKLAN MEDIA CETAK SKRIPSI MITOLOGI CANTIK DALAM IKLAN MEDIA CETAK (Analisis Semiotika Roland Barthes tentang Mitologi Cantik Wanita Berkulit Gelap dalam Iklan Revlon) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari iklan yang beredar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari iklan yang beredar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari iklan yang beredar di berbagai media, baik media elektronik maupun media cetak. Iklan dapat dilukis kan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya sebagai identitas bangsa menjadi sebuah unsur penting yang dimiliki oleh setiap Negara. Tanpa adanya budaya, Negara tersebut dapat dikatakan tidak memiliki identitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan kulit cantik dan sehat saat ini benar-benar merupakan kebutuhan yang diinginkan oleh setiap wanita. Kulit sehat akan menumbuhkan rasa percaya diri yang

Lebih terperinci