BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas Anak Usia Dini 1. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah salah satu hal yang sangat penting yang dimiliki anak usia dini untuk mengembangkan segala ilmu yang dimiliki pada anak usia dini. Keunikan merupakan prestasi yang sifatnya pribadi. Namun, belum tentu keunikan merupakan prestasi yang universal. Munandar (2009: 25), mengatakan bahwa Kreativitas adalah suatu kemampuan umum menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan memberikan gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubunganhubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Pendapat lain dikemukakan oleh Suratno (2005: 24). Kreativitas merupakan aktivitas imajinasi yang mampu menghasilkan sesuatu yang original, yaitu sebuah proses perwujudan (manifestasi) dan kecerdikan dalam pencarian sesuatu yang bernilai, merupakan hasil dari pikiran yang berdaya, yaitu aktivitas yang bertujuan menghasilkan sesuatu (produk) yang baru. Arti kreativitas menurut Hurlock (1978: 2) yaitu suatu proses adanya sesuatu yang baru, apakah itu gagasan atau benda dalam bentuk atau rangkaian yang baru dihasilkan. Penekanan pada tindakan menghasilkan daripada hasil akhir tindakan tersebut sekarang diterima sebagai inti konsep kreativitas. 8

2 9 Menurut Guilford (dalam Hurlock, 1978: 3) mengatakan bahwa kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, inovatif dan orisinil yang berasal dari ide-ide dan buah pikirannya sendiri dengan tujuan untuk memperoleh kenikmatan atas kemampuan dan kualitas yang dimilikinya. Kreativitas selalu bersumber dari ide atau akalnya sendiri. Dinamakan kreativitas karena tidak ada yang menyamai atau menyeragami. Lebih lanjut Suratno (2005: 10). mengatakan bahwa anak usia dini yang kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya penuh dengan inisiatif dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Anak mampu mengekspresikan pikiran dan kegiatannya dengan berdaya cipta sendiri, mampu berkarya dengan cara-cara yang original. Anak-anak yang seperti itu dapat dikatakan sebagai anak-anak yang kreatif. Kreativitas yang dimiliki seseorang tentu berbeda dengan yang lain. Setiap kreativitas membutuhkan imajinasi. Imajinasi itulah yang menentukan bobot dari suatu kreativitas seseorang. Kreativitas yang menghasilkan benda misalkan membuat kerajinan tangan dan membuat alat musik. Kreativitas dalam bentuk tulisan yaitu cerpen, puisi, novel, dan sebagainya. Sedangkan suara dihasilkan oleh lagu atau nyanyian dan gerak dihasilkan dari tarian, sulap, bela diri, dan lain-lain. Sumanto (2005: 19) menambahkan bahwa kreativitas adalah suatu kemampuan menemukan, mencipta, membuat, merancang dan memadukan suatu gagasan baru atau lama menjadi kombinasi baru

3 10 dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya. Menurut Goldner (dalam Hurlock, 1978: 4) kreativitas adalah kegiatan otak yang teratur, komprehensif, dan imajinatif. Jadi anak lebih inovatif daripada reproduktif. Mereka memiliki berbagai tingkatan kecerdasan sebagaimana mereka memiliki berbagai tingkatan kecerdasan. Sebagian mereka mempunyai beberapa kemampuan kreatif. Untuk meningkatan kreativitas tidak hanya dalam satu bidang saja akan tetapi peneliti hanya akan membahas tentang kreativitas menggambar. Pengertian dari kreativitas menggambar menurut Chaplin, 1989 (dalam Yeni rahmawati, 2005: 16) adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan bentuk baru dalam bentuk gambar atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode yang baru. Supriadi (dalam Yeni Rahmawati, 2005: 17) mengatakan bahwa kreativitas menggambar adalah kemampuan seseorang untuk menemukan, mencipta, membuat, merancang dan memadukan suatu gambar baru atau lama menjadi kombinasi baru dengan didukung kemampuan ketrampilan yang dimilikinya. Dari kajian di atas dapat ditarik pengertian bahwa kreativitas adalah sebuah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berupa gagasan atau ide baru sesuai dengan daya cipta dan imajinasi anak.

4 11 2. Ciri ciri Anak Kreatif Pengertian kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, inovatif dan orisinil yang berasal dari ide-ide dan buah pikirannya sendiri dengan tujuan untuk memperoleh kenikmatan atas kemampuan dan kualitas yang dimiliknya. Dinamakan kreativitas karena tidak ada yang menyamai dan menyeragami. Kreativitas yang dimiliki seseorang tentu berbeda dengan yang lain. Ada beberapa ciri-ciri anak kreatif menurut Anwar dan Arsyad Ahmad (2009: 22) antara lain memiliki rasa ingin tahu yang besar, aktif dan giat bertanya serta tanggap terhadap suatu pertanyaan, selalu bersifat terbuka terhadap hal-hal baru yang berbeda, selalu ingin menemukan dan meneliti tentang sesuatu, senang pada tugas berat dan sulit, cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan, berdedikasi tinggi dan aktif dalam menjalankan tugas, memiliki cara berpikir yang fleksibel,divergen dan konvergen, mempunyai daya imajinasi dan abstraksi yang baik, memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mandiri. Ciri anak kreatif menurut Freeman dan Munandar (dalam Suyanto, 2005: 75) pada umumnya anak-anak senang menjelajahi lingkungannya dan biasanya mengamati dan memegang segala sesuatu yang menurutnya hal baru. Sesuatu yang dilihat di lingkungannya dan merupakan hal baru maka anak akan mengamati. Dari hasil pengamatan tersebut, anak akan mengajukan pertanyaan dengan tidak henti-hentinya. Hal itu menandakan bahwa anak tersebut ingin tahunya besar terhadap lingkungannya.

5 12 Anak yang kreatif menurut Sumanto (2005: 39) mempunyai ciriciri antara lain kemampuan berpikir kritis, ingin tahu, tertarik pada kegiatan atau tugas yang dirasakan sebagai tantangan, berani mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, mampu berbuat atau berkarya serta menghargai diri sendiri dan orang lain. Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik, emosional, sosial dan kepribadian siswa. Untuk itu penuntun untuk mengembangkan kreativitas perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Dari penelitian orang yang dianggap kreatif secara luas, Dellas dan Gaier (dalam Hurlock, 1978: 5) telah menyimpulkan bahwa konstelasi ciri psikologis tertentu timbul secara konsisten pada individu yang kreatif dan membentuk kerangka kepribadian kreatif yang dapat dikenal. Kerangka ini menunjukan bahwa pribadi yang kreatif lebih menonjol karena minat, sikap dan dorongan daripada karena kecerdasan. Sebagian besar hanya sedikit bukti yang menunjukan bahwa anak yang kreatif sulit menyesuaikan diri atau kesepian, sebagaimana yang diyakini selama ini. Jika demikian halnya, ini terutama akibat sikap sosial yang tidak menguntungkan terhadap mereka, telah menimbulkan penyesuaian yang buruk dan isolasi sosial. Situasi tersebut sangat mirip dengan anak yang sangat tinggi IQ-nya.

6 13 Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan kognitif, afektif, psikomotorik, emosional, sosial, dan kepribadian siswa. Untuk itu penuntun untuk mengembangkan kreativitas berikut ini perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciriciri anak kreatif antara lain : mempunyai rasa ingin tahunya besar, berani mengambil resiko, ingin mencoba hal-hal yang baru dan mampu memecahkan masalah. Dari segi produk ciri-cirinya yaitu hasilnya unik, bervariasi, dan berbeda dari yang lainnya. Dari ciri-ciri tersebut maka sikap guru dan orangtua mendukungnya, bukan mengabaikannya. Dukungan dari guru dan orangtua sangat berpengaruh terhadap berkembangnya kreativitas anak. 3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Kreativitas sangat terkait dengan kebebasan pribadi. Hal itu artinya seorang anak harus memiliki rasa aman dan kepercayaan yang tinggi, sebelum berkreasi. Sedangkan pondasi untuk membangun rasa aman dan kepercayaan dirinya adalah dengan kasih sayang. Adapun faktor penghambat dan pendukung berkembangnya kreativitas anak menurut Rachmawati dan Kurniati (2005: 30) yaitu faktor rangsangan mental. Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung, rangsangan mental dapat diberikan pada aspek kognitif dan kepribadian, serta aspek

7 14 psikologis. Aspek kognitif anak harus distimulasi agar memberikan berbagai alternatif respon pada setiap stimulan yang muncul. Aspek kepribadian anak distimulasi untuk mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya. Pada aspek suasana psikologis (psychological athmosphere) perlu dstimulasi agar anak memiliki rasa aman, kasih sayang dan penerimaan. Menerima anak dengan segala kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak berani mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan. Sikap ini sangat diperlukan dalam pengembangan kreativitas. Faktor kondisis lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan akan menekan ide-ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Faktor lain yang sangat berpengaruh dalam kreativitas anak adalah faktor peran guru. Guru adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang sesungguhnya. Kepada guru siswa melakukan proses identifikasi, sehingga peluang untuk munculnya siswa yang kreatif akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses pendekatan dan proses kegiatan belajar serta membimbing siswanya. Guru juga merupakan figur yang senang melakukan kegiatankegiatan kreatif dalam hidupnya.

8 15 Menurut Sumanto (2005: 42) ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan kreativitas anak yaitu sarana belajar dan bermain yang disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi. Lingkungan sekolah yang nyaman yang secara langsung akan mendorong kreativitas anak. Guru yang mampu mendidik secara menarik terhadap anak didik dan memberikan motivasi dapat meningkatkan kreativitas anak. Peran masyarakat juga orang tua dapat mendukung kegiatan pendidikan di Taman Kanak-Kanak antara lain dengan menyediakan kebutuhan media atau bahan praktek seni rupa bagi putra-putrinya. Hurlock (1978: 11) mengemukakan beberapa faktor pendorong yang dapat meningkatkan kreativitas, antara lain yaitu waktu untuk meningkatkan kreativitas anak, kesempatan anak meningkatkan kreativitas tanpa adanya gangguan orang lain, motivasi dari orang lain agar anak lebih semangat lagi untuk mengembangkan kreativitasnya, tempat yang dapat mendukung anak untuk meningkatkan kreativitas, dan lingkungan yang merangsang. Faktor yang lainnya yaitu hubungan anak orang tua yang tidak posesif yaitu orang tua yang tidak memaksakan kehendaknya kepada anak, cara mendidik anak, dan kesempatan anak untuk memperoleh pengetahuan yang luas. Pengembangan ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Munandar (dalam Mar at: 176) dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah. Pertanyaan yang sering muncul, terutama sehubungan dengan peranan sekolah dalam pengembangan kreativitas adalah dapatkah guru mengajarkan kreativitas pada anak.

9 16 Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu faktor lingkungan seperti keluarga dan sekolah. Dengan lingkungan yang kondusif akan berkembang secara maksimal sesuai dengan tahap perkembangannya 4. Unsur 4P dalam Kreativitas Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam kadar yang berbeda-beda. Yang terutama penting bagi dunia pendidikan ialah bahwa bakat tersebut dapat dan perlu dikembangkan. Sehubungan dengan pengembangan kreativitas siswa, kita perlu meninjau empat aspek dari kreativitas Munandar (2009: 45) yaitu pribadi, pendorong (press), proses, dan produk. Dan dapat diuraikan sebagai berikut Pribadi Kreativitas Munandar (2009: 45) adalah ungkapan (ekspresi) dan keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif adalah yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Dari ungkapan pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produkproduk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya. Pendorong (press) menurut Munandar (2009: 46) adalah bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari

10 17 lingkungannya, ataupun jika ada dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan yang mendukung, tetapi dapat pula terhambat dalam lingkungan yang menunjang. Di dalam keluarga, di sekolah, di dalam lingkungan pekerjaan baik di dalam masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu. Proses menurut Munandar (2009: 46) untuk meningkatkan kreativitas, anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif. Pendidik hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan. Dalam hal ini yang penting adalah memberi kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif, tentu saja dengan persyaratan tidak merugikan orang lain atau lingkungan. Pertama ialah perlu proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu atau terlalu cepat menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna. Hal tersebut akan datang dengan sendirinya dalam iklim yang menunjang, menerima, dan menghargai. Perlu diingat bahwa kurikulum sekolah yang terlalu padat sehingga tidak ada peluang untuk kegiatan kreatif, dan jenis pekerjaan yang monoton, tidak menunjang siswa untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif. Adapun proses kreatif hanya akan terjadi jika dibangkitkan melalui masalah yang memacu pada lima macam perilaku kreatif. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Parnes (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2005: 16) sebagai berikut: Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan mengemukakan

11 18 ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah, Flexibility (keluwesan) yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa, Originality (keaslian) yaitu kemampuan memberikan respon yang unik atau luar biasa, Elaboration (keterperincian) yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan, Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Seperti yang disampaikan oleh Munandar (2009: 45) unsur kreativitas dapat dilihat dari 4 segi yaitu segi pribadi, segi pendorong, segi proses dan segi produk. Kreativitas segi produk sendiri diartikan oleh Munandar (2009: 46) sebagai kondisi yang memungkinkan seseorang menciptakan produk kreatif yang bermakna yaitu kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, sejauh mana keduanya mendorong (press) seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) kreatif. Dengan dimilikinya bakat dan ciri-ciri pribadi yang kreatif, dan dengan dorongan (internal maupun eksternal) untuk bersibuk diri secara kreatif, maka produk-produk kreatif yang bermakna dengan sendirinya akan timbul. Sudah seharusnya pendidik menghargai produk kreativitas anak dan dapat mengkomunikasikannya kepada orang atau pihak lain, misalnya dengan mempertunjukkan atau memamerkan hasil karya anak. Hal ini akan lebih menggugah minat anak untuk berkreasi. Jadi segi kreativitas anak ada empat yaitu segi pribadi, segi pendorong, segi proses, dan segi produk.

12 19 B. Metode Proyek dengan Media Wayang Beber di Taman Kanak - Kanak 1. Pengertian Metode Proyek bagi Anak Usia Dini Menurut Moeslichatoen (2004: 137), metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar dengan persoalan seharihari yang harus dipecahkan secara berkelompok. Aktivitas pengajaran dengan menggunakan metode proyek dimaksudkan untuk membantu anak mencari jalan keluar memecahkan masalah yang dihadapi yang menyibukkan pikiran mereka. Metode proyek berusaha membantu anak untuk meningkatkan aktivitas belajar, meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dari orientasi tanggung jawab yang penekanannya pada guru beralih ke tekanan tanggung jawab kepada anak-anak. Penyaluran kreativitas anak salah satunya dengan menggambar untuk menyalurkan perasaan dan bukan hanya untuk menciptakan keindahan. Proses menciptakan gambar-gambar yang diinginkan inilah yang terpenting bukan pada hasil akhir. Menggambar merupakan ekspresi segala sesuatu yang muncul dalam kesadaran anak pada saat itu. Gambar yang di ekspresikan bersifat simbolik. Anak menggambar sesuatu yang ada dalam ingatannya dan tidak memperhatikan proporsi, perspektif maupun hubungan. Biasanya gambar yang dihasilkan tidak cermat dan tidak lengkap, cenderung mengikuti pola sterotif dan bersifat transparan. Anak akan menggambar benda-benda yang sudah dikenal (rumah, binatang, pohon, orang dan lain-lain) dalam menggambar anak menyukai warna-warna, tetapi sering kali penggunaannya kurang tepat. Tingkat

13 20 perkembangan intelektual anak berpengaruh pada kualitas gambar yang dibuatnya. Menurut Anita Yus (2011: 174), metode proyek merupakan salah satu metode pengajaran yang disarankan untuk digunakan pada pendidikan prasekolah. Metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar kepada anak. Anak langsung dihadapkan pada persoalan sehari-hari yang menuntut anak untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Dari aktivitas tersebut anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk perilaku sebagai suatu kemampuan yang dimiliki. Menurut Warner dan Sower (dalam Gunarti, 2010: 12.4) menjelaskan bahwa proyek merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian dan pemikiran anak untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Dengan demikian, sebaiknya topik yang dipilih di dalam proyek memiliki karakteristik seperti, topik yang dimiliki sangat diminati oleh anak, topik yang dipelajari relevan dan bermakna bagi anak yang memilihnya, sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitar siap digunakan untuk mendukung kegiatan pengembangan, memiliki keterkaitan dengan tujuan kegiatan, dapat melibatkan orang tua, dan mengembangkan berbagai jenis kemampuan dan keterampilan sehingga anak akan menguasai kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan tingkat pemahamannya.

14 21 Dalam penelitian ini, anak-anak dilibatkan langsung untuk melaksanakan kegiatan menggambar, yaitu untuk mengembangkan kreativitas menggambarnya melalui metodeproyek dengan media wayang beber. Sumanto (2005: 14), mengemukakan pengertian tentang menggambar bahwa pembelajaran menggambar adalah proses belajar membuat gambar dengan cara menggoreskan benda-benda (seperti pensil / pena) pada bidang datar (misalnya pada permukaan papan tulis, kertas, atau dinding). Menurut Pamadhi (2010: 2.5), menggambar adalah membuat gambar. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mencoret, menggores, menorehkan benda tajam ke benda lain dan memberi warna, sehingga menimbulkan gambar. Menggambar merupakan kebiasaan anak pada usia dini. Kegiatan menggambar seperti halnya menyanyi dapat dilakukan dengan kesadaran penuh berupa maksud dan tujuan tertentu maupun sekedar membuat gambar tanpa arti. Kegiatan ini dimulai dari menggerakan tangan untuk mewujudkan suatu bentuk gambar secara tidak sengaja, sampai dengan menggambar untuk maksud tertentu. Anakanak akan merasa senang setelah menggambar karena hal itu menjadi suatu cara berkomunikasi kepada orang lain. Apalagi, ketika gambar anak tersebut ditanggapi oleh orang tua dengan pertanyaan tentang makna dan arti bentuk gambar yang dihasilkan.

15 22 Dengan cat, misalnya, mereka mulai mencampur warna. Anakanak Taman Kanak-kanak, contohnya akan bermain dengan warnawarna. Bagaimana warna-warna itu muncul di kertas mungkin tidak menjadi masalah bagi siswa tersebut, yang mungkin ingin atau tidak ingin menciptakan suatu citra dengan warna-warna itu, sebenarnya gambar-gambar itu menyingkap perkembangan perbendaharaan kata anat-anak itu untuk membuat citra-citra simbolis yang akan menggambarkan dunia mereka. Dalam proses belajar mengajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: pemanfaatan bahan dalam cat warna, keharmonisan dalam bentuk dan kombinasi warna, spontanitas atau mencorat-coret cat warna pada kertas, menggambar bentuk sesuai dengan keinginan siswa. Misal : rumah, orang, binatang, lingkungan, hasil akhir gambar yang dibuat siswa. Untuk merangsang anak-anak, guru membantu siswa dalam mencari objek dan memperoleh penguasaan dalam menggambar, guru memberikan sederetan tema-tema yang akan digambar siswa. Dalam gambar, anak-anak sering menghadapi masalah dalam menggambar benda-benda/bentuk yang mereka inginkan, guru mencoba dan membantu ketika anak-anak menemui kesulitan. 2. Manfaat Metode Proyek Menurut Moeslichatoen (2004: 142) manfaat metode proyek merupakan salah satu metode untuk memberikan pengalaman belajar

16 23 dalam memecahkan masalah yang memiliki nilai praktis yang sangat penting bagi pengembangan pribadi yang sehat dan realistik. Pribadi yang sehat adalah pribadi yang memiliki ciri-ciri sikap kemandirian, percaya diri, dapat menyesuaikan diri, dapat mengembangkan hubungan antarpribadi yang saling memberi dan menerima, serta mau menerima kenyataan dan mengakui bahwa dirinya berbeda dengan anak lain. Pribadi yang realistik merupakan pribadi yang menerima tanggung jawab sesuai dengan kemampuannya, bersikap optimis yang beranggapan dengan usaha yang keras seseorang akan berhasil. Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 12.6) manfaat kegiatan pengembangan dengan metode proyek adalah a. Membangun pengetahuan baru yang didasari oleh pengetahuan sebelumnya. b. Menolong anak mengerti nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka. c. Menolong anak mengerti hubungan satu konsep dengan konsep yang lain. d. Membuat anak mengerti nilai literatur dan angka-angka dalam konteks hidup yang sebenarnya. e. Memberikan ide-ide dalam permainan peran. f. Mendorong anak dalam mencari sumber-sumber pengetahuan dan informasi yang lain selain di sekolah. g. Menjembatani komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.

17 24 Menurut Rachmawati dan Kurniati (2005: 71) manfaat metode proyek ditinjau dari pengembangan pribadi, sosial, intelektual maupun pengembangan kreativitas antara lain yaitu memberikan pengalaman kepada anak dalam mengatur dan mendistribusikan kegiatan, belajar bertanggung jawab terhadap pekerjaan masing-masing, memupuk semangat gotong royong dan kerjasama diantara anak-anak yang terlibat, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan sikap dan keebiasaan dalam melaksanakan pekerjaan dengan cermat, mampu mengeksplorasi bakat, minat dan kemampuan anak, memberikan peluang kepada setiap anak baik individual maupun kelompok untuk mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya yaitu keterampilan yang sudah dikuasainya yang pada akhirnya dapat mewujudkan daya kreativitasnya secara optimal. Sedangkan manfaat metode proyek menurut Anita Yus (2011: 174) yaitu metode proyek merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar kepada anak. Anak langsung dihadapkan pada persoalan sehari-hari yang menuntut anak untuk melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan proyek yang diberikan. Dari aktivitas tersebut anak memperoleh pengalaman yang akan membentuk perilaku sebagai suatu kemampuan yang dimiliki. Metode proyek memberikan pengalaman dalam berbagai bidang pekerjaan dan tanggung jawab. Misalnya, bagaimana anak harus menyelesaikan pekerjaan menyediakan sarapan pagi, membuat juice,

18 25 membakar roti dan lain-lain. Dengan kegiatan itu ia akan mengenal langkah kegiatan yang dilakukannya. 3. Tujuan Metode Proyek Anak TK selain memiliki kemampuan, keterampilan, kebutuhan, dan minat yang sama juga memiliki perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu metode proyek memberi peluang kepada tiap anak untuk berperan serta dalam pemecahan masalah yang dihadapi dengan memilih bagian pekerjaan kelompok sesuai dengan kemampuan, keterampilan, kebutuhan, dan minat masing-masing. Menurut Moeslichatoen (2004: 144) tujuan metode proyek antara lain: a. Merupakan kegiatan yang bersumber dari pengalaman anak seharihari dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di luar sekolah. b. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang sedemikian kompleks yang menuntut bermacam penanganan yang tidak mungkin dilakukan anak secara perseorangan dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan. c. Kegiatan itu merupakan kegiatan yang dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir dan menalar, kemampuan bekerjasama dengan anak lain dan memperluas wawasan anak. d. Kegiatan itu cukup menantang bagi anak dalam pengembangan kesehatan fisik dan kesejahteraan.

19 26 e. Kegiatan ini dapat memberikan kepuasan masing-masing anak. Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 12.5) tujuan utama dari kegiatan metode proyek adalah mempelajari topik lebih banyak dari segi kedalamannya dan bukan sekadar mencari jawaban yang benar atas pertanyaan yang diajukan oleh pendidik. Selain itu, proses kegiatan dengan pendekatan atau metode proyek memiliki empat aspek tujuan yang menjadi tolak ukur pencapaian pembelajaran bagi anak, yang pertama Aspek Pengetahuan (knowledge) yaitu pengetahuan selama masa prasekolah dapat mencakup sejumlah gagasan, konsep, skema, informasi, dongeng, legenda, nyanyian dan materi lainnya yang berkaitan dengan kemampuan kognitif anak. Kedua, Kecakapan/Keterampilan (skills) yaitu kecakapan didefinisikan sebagai suatu tindakan yang memiliki ciri tersendiri, khusus dan dengan mudah diobservasi dan diukur, seperti menggunting, menggambar, menghitung sekumpulan objek, kegiatan motorik kasar dan motorik halus. Ketiga, Kecenderungan (disposition) yaitu kecenderungan umumnya berhubungan dengan pembiasaan yang bertahan terus menerus dalam pikiran atau karakter cara anak merespons pengalaman yang berlangsung dalam berbagai macam situasi, seperti ketekunan mengerjakan tugas, keseriusan, kedermawanan atau ketamakan, kecenderungan minat baca atau kemampuan dalam memecahkan masalah. Keempat, Perasaan (feelings) yaitu keadaan efektif dan emosional yang subjektif (bersifat pribadi) seperti perasaan memiliki, kepercayaan diri, harga diri, merasa selalu cukup, kecemasan.

20 27 Meskipun penggunaan metode proyek itu memberi kebebasan anak untuk memperoleh pengalaman belajar dengan melakukan aktivitas secara fisik sesuai dengan pekerjaan yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan pekerjaan kelompok yang bersifat kompleks, peran guru dalam kegiatan proyek sangat penting. Guru yang terampil dan kreatif akan memberikan saran-saran kepada anak apa yang dapat diperbuat anak dengan bahan dan alat yang sesuai dengan pekerjaan yang menjadi bagiannya. 4. Langkah-langkah Metode Proyek Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 12.6) langkah-langkah kegiatan dengan metode proyek dilaksanakan dalam tiga kegiatan yaitu persiapan atau permulaan, proses pelaksanaan pembelajaran proyek, pengambilan kesimpulan. a. Persiapan atau permulaan ( beginning ) Pada fase pertama dalam sebuah kegiatan dengan metode proyek, pendidik menyemangati anak untuk berbagi pengalaman pribadi dan menghimpunnya ke dalam suatu topik untuk meninjau ulang pengetahuan mereka tentang topik tersebut. Pada penelitian ini guru bercerita tentang pemandangan alam di sekitar lingkungan sekolah. Kemudian, guru menggambar pohon untuk dijadikan objek dalam membuat wayang beber, yang nantinya akan ditiru oleh anak untuk menggambar phon tersebut.

21 28 b. Pelaksanaan kegiatan proyek ( project in progress ) Kegiatan proyek dilaksanakan dalam dua fase, yaitu melakukan perjalanan sekolah dan kembali ke ruang kelas. Yang pertama perjalanan sekolah, pada penelitian ini, setelah anak-anak melaksanakan doa dan berbaris, guru menjelaskan bahwa akan mengadakan pembelajaran di luar kelas. Yaitu guru akan mengajak anak untuk mengamati pemandangan di halaman sekolah. Kemudian guru menyiapkan peralatan untuk menggambar seperti ketas dan pensil warna, selanjutnya menentukan obyek yang akan di gambar oleh anak-anak nanti seperti pohon. Guru menyuruh anak untuk mengikuti menggambar pohon tersebut dengan memakai pensil warna dan menggunakan kertas yang sudah disediakan. Yang kedua kembali ke kelas, setelah kegiatan menggambar di luar ruangan kelas selesai, guru menyuruh anak untuk masuk kembali ke dalam kelas, kemudian anak istirahat sebentar untuk melanjutkan lagi pembelajarannya. c. Pengambilan kesimpulan ( concluding ) Pada penelitian ini, setelah anak-anak selesai istirahat, guru menyuruh anak satu per satu untuk membeberkan gambar wayang beber yang sudah di buat oleh anak, di papan yang sudah di sediakan oleh guru. Kemudian guru menyuruh anak untuk menceritakan kembali gambar pohon tersebut di depan teman-temannya. Misal, seperti menjelaskan tentang daun, batang, ranting, akar, warna daun,

22 29 dan warna batang. Dalam penelitian ini juga mengambil unsur bercerita, yaitu ketika anak-anak di suruh oleh guru untuk menceritakan kembali gambar wayang beber yang sudah di buat oleh anak di depan teman-temannya. Menurut Gunarti dan Suryani (2010: 5.4) tujuan dari metode proyek ini yaitu mengembangkan kemampuan berbahasa, di antaranya kemampuan menyimak (listening) juga kemampuan dalam berbicara (speaking) serta menambah kosakata yang dimilikinya, mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berfikir secara simbolik, mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan. Dari satu per satu pengertian di atas, itu tidak berdiri sendirisendiri melainkan berdiri dalam satu payung dengan metode proyek. 5. Media Wayang Beber Anak Usia Dini Menurut Heinich, Molenda, dan Russel (dalam Eliyawati, 2005: 104) media merupakan alat saluran komunikasi. Istilah media itu sendiri berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang scara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Para ahli tersebut mencontohkan media ini seperti film, televisi, diagram, bahan tercetak

23 30 (printed materials), computer, dan instruktur. Contoh media tersebut bisa dipertimbangkan sebagai media pendidikan jika membawa pesan-pesan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Di dalam situasi proses pendidikan untuk anak usia dini juga terdapat pesan-pesan yang harus disampaikan. Pesan tersebut biasanya merupakan isi dari tema atau topik kegiatan belajar. Pesan-pesan tersebut disampaikan oleh guru kepada anak melalui suatu media dengan menggunakan prosedur kegiatan belajar tertentu. Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2007: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Menurut Gagne (dalam Sudjiono, 2008: 8.3) media adalah berbagai jenis komponen yang dapat mendorong anak untuk belajar, Briggs berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar. Sedangkan association for educational comunication and technologi (dalam Anitah, 2008: 1) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Dari berbagai definisi tersebut dapat dikatakan bahwa media pembelajaran adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajar menerima pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

24 31 Media pembelajaran anak usia dini pada umumnya merupakan alat-alat permainan yang berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang komplek. 6. Manfaat Media Pembelajaran Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2007: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses pembelajaran siswa, yaitu: pertama pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Kedua, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. Ketiga, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan siswa tidak kehabisan tenaga, apalagi guru mengajar pada setiap jam pelajaran. Keempat, siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain. Menurut Hujair AH. Sanaky (2009:5) manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut: a. Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.

25 32 b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik. c. Metode pembelajaran bervariaasi, tidak semata-mata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga. d. Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain. Menurut Cucu Eliyawati (2005: 110) manfaat media pendidikan diantaranya: a. Mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak. b. Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar. c. Menampilkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil. d. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat. Penggunaan media wayang beber dalam pembelajaran akan dapat mengoptimalisasi kreativitas anak dalam menggambar, anak akan lebih berminat dan mampu dalam kreativitas menggambarnya juga dalam mengembangkan imajinasinya.

26 33 7. Wayang Beber untuk Anak Usia Dini Wikipedia bahasa Indonesia (2012) Wayang Beber adalah seni wayang yang muncul dan berkembang di Jawa pada masa pra Islam dan masih berkembang di daerah daerah tertentu di Pulau Jawa. Dinamakan wayang beber karena berupa lembaran-lembaran (beberan) yang dibentuk menjadi tokoh-tokoh dalam cerita wayang baik Mahabharata maupun Ramayana. Wayang beber muncul dan berkembang di Pulau Jawa pada masa kerajaan Majapahit. Gambar-gambar tokoh pewayangan dilukiskan pada selembar kain atau kertas, kemudian disusun adegan demi adegan berurutan sesuai dengan urutan cerita. Gambar-gambar ini dimainkan dengan cara dibeber. Saat ini hanya beberapa kalangan di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunung Kidul, yang masih menyimpan dan memainkan wayang beber ini. Konon oleh para Wali di antaranya adalah Sunan Kalijaga wayang beber ini dimodifikasi bentuk menjadi wayang kulit dengan bentuk bentuk yang bersifat ornamen yang dikenal sekarang, karena ajaran Islam mengharamkan bentuk gambar makhluk hidup (manusia, hewan) maupun patung serta menambahkan Pusaka Hyang Kalimusada. Wayang hasil modifikasi para wali inilah yang digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam dan yang kita kenal sekarang. Salah satu Wayang Beber tua ditemukan di Daerah Pacitan, Donorojo, wayang ini dipegang oleh seseorang yang secara turuntemurun dipercaya memeliharanya dan tidak akan dipegang oleh orang

27 34 dari keturunan yang berbeda karena mereka percaya bahwa itu sebuah amanat luhur yang harus dipelihara. Selain di Pacitan juga sampai sekarang masih tersimpan dengan baik dan masing dimainkan ada di Dusun Gelaran Desa Bejiharjo, Karangmojo Gunungkidul. Menurut Kitab Sastro Mirudo, Wayang Beber dibuat pada tahun 1283, dengan Condro Sengkolo, Gunaning Bujonggo Nembah Ing Dewo (1283), Kemudian dilanjutkan oleh Putra Prabu Bhre Wijaya, Raden Sungging Prabangkara, dalam pembuatan wayang beber. Wayang Beber juga memuat banyak cerita Panji, yakni Kisah Cinta Panji Asmoro Bangun yang merajut cintanya dengan Dewi Sekartaji Putri Jenggolo. Wayang adalah gambaran tentang suatu tokoh, boneka, lebih tegas lagi adalah boneka pertunjukan wayang. Menurut Janice Beaty (dalam Rachmawati, 2005: 62) bagi anak-anak imajinasi adalah kemampuan untuk merespon atau melakukan fantasi yang mereka buat. Menurut Kamus bahasa Indonesia (dalam Rachmawati, 2005: 62) imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (di angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan dan sebagainya) kejadian, berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Jadi yang dimaksud wayang beber menurut Victoria (1987: 4) yaitu suatu bentuk pertunjukan, dengan seorang pemain mengisahkan ceritanya dan dibantu oleh adegan-adegan cerita yang dilukis pada kain atau kertas, dan digelarnya (mbeber) selagi kisah berlangsung. Pertunjukan ini disebut wayang beber.

28 35 Alat-alat yang digunakan untuk membuat wayang beber yaitu kertas gambar, kertas manila, kertas karton, kertas koran, kertas semen, kain putih, papan tulis, spidol warna-warni, dan pasta makanan. Peneliti menggunakan pasta makanan karena bila digunakan untuk menggambar, tidak membahayakan anak-anak. Cara memainkan wayang beber yaitu anak menetukan satu objek misal ikan, kemudian anak menggambarnya di atas kertas yang sudah disediakan oleh guru, setelah selesai anak membeberkannya di papan tulis kemudian di ceritakan kembali di depan teman-temannya hasil gambar yang mereka kerjakan, misal menceritakan jenis ikan apa yang digambar, kemudian makanannya apa, hidupnya dimana. Dari penjelasan di atas yang dimaksud dengan wayang beber yaitu suatu karya seni menggambar yang kreatif dan imajinatif yang hasil gambarnya nanti akan di beberkan di papan untuk di ceritakannya kembali di depan teman temannya. C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Penilaian Menurut Depdiknas (2006: 7), dalam melaksanakan penilaian di Taman Kanak Kanak menggunakan simbol-simbol yaitu simbol ( ) artinya anak sudah melebihi indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan dari guru dan hasilnya baik, simbol ( O ) artinya anak belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu

29 36 guru, simbol ( ) artinya jika semua anak menunjukkan kemampuan sesuai indikator yang tertuang dalam RKH. Menurut Departemen Agama Republik Indonesia (2004: 50) dalam melaksanakan penilaian di RA, BA, dan DA menggunakan simbolsimbol yaitu simbol ( ) artinya anak sudah mencapai indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan dari guru dan hasilnya baik, simbol ( O ) artinya perilakunya belum sesuai yang diharapkan, simbol ( ) artinya perilaku sedang berada pada tahap proses menuju yang diharapkan (belum stabil). Lebih lanjut menurut Kemendiknas (2010: 11) hasil penilaian harian perkembangan anak dicantumkan pada kolom penilaian. Tanda satu bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator, tanda bintang dua ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai indikator, tanda tiga bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) sedangkan tanda empat bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator yang diharapkan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pedoman penilaian dari Kemendiknas dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Tanda bintang satu ( ) digunakan untuk menilai anak yang belum mampu.

30 37 2) Tanda dua bintang ( ) untuk menilai anak yang mempunyai minat. 3) Tanda tiga bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah bisa tetapi masih dibimbing guru. 4) Tanda empat bintang ( ) digunakan untuk menilai anak yang sudah bisa mengerjakan tanpa bantuan guru. 2. Indikator Kreativitas Menggambar Pengembangan ciri-ciri kepribadian kreatif menurut Munandar (dalam Mar at, 2006: 176) dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan keluarga dan sekolah. Pertanyaan yang sering muncul, terutama sehubungan dengan peranan sekolah dalam pengembangan kreativitas adalah dapatkah guru mengajarkan kreativitas pada anak. Dalam kurikulum berbasis kompetensi 2004 (dalam Sumanto, 2005: 25) untuk pendidikan usia dini (TK dan RA) khususnya bidang pengembangan seni rupa, disebutkan bahwa kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator yang diharapkan dapat dicapai adalah sebagai berikut :

31 38 Kelompok B (5 sampai 6 tahun) Tabel 2.1. Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Kelompok B No Hasil Belajar Indikator 1 Dapat menggambar a. Menggambar bebas dengan sederhana berbagai media ( kapur tulis, pensil warna, krayon, arang, dan bahan bahan alam ) dengan rapi b. Menggambar bebas dari bentuk dasar titik, lingkaran, segitiga, segiempat c. Menggambar orang dengan lengkap dan sedehana proporsional Menurut Munandar (2009: 17) menunjukkan indikator untuk kreativitas, yang meliputi ciri-ciri antara lain memiliki rasa ingin tahu yang mendalam dan sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah juga bebas dalam menyatakan pendapat kemudian mempunyai rasa keindahan yang dalam dan menonjol dalam bidang seni serta mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi atau sudut pandang, mempunyai rasa humor yang luas juga orisinal dalam ungkapan gagasan dan pemecahan masalah. Berdasarkan indikator dari kurikulum atau pendapat dari ahli, peneliti membuat atau menyusun indikator kreativitas anak usia dini yaitu pertama, mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana maksudnya rasa keindahan yang dimiliki anak dapat ditunjukan dengan memadukan berbagai gambar-gambar atau warna sehingga tidak terlihat kosong atau

32 39 sederhana. Kedua, bebas menyatakan pendapat maksudnya anak mampu menuangkan ide atau imajinasinya tanpa meniru dari orang lain. Ketiga, kemampuan menambahkan gambar di sekitar gambar utama maksudnya anak mampu menambahkan gambar atau goresan di sekitar gambar yang di tempel. Keempat, kerapian dalam menyusun gambar sampai diperoleh komposisi atau letak yang menarik maksudnya anak dapat menyusun gambar dengan rapi dan sampai diperoleh komposisi atau letak yang menarik. Table 2.2. Indikator Keberhasilan Kreativitas Menggambar Anak No Indikator Keberhasilan Kreativitas Menggambar Anak 1. Kerapian dalam menyusun gambar. 2. Anak mampu menuangkan ide atau imajinasi tanpa meniru dari orang lain 3. Anak mampu menciptakan komposisi atau letak gambar yang menarik. 4. Kemampuan menambah berbagai gambar di sekitar gambar utama. D. Kerangka Berfikir Aktivitas menggambar rupanya dapat mengembangkan kemampuan otak kiri dan terutama kanan. Menggambar melalui metode proyek dengan media wayang beber sangat menarik bagi anak untuk menemukan pengalaman baru berdasarkan pengamatan langsung yang kemudian dituangkan dalam bentuk gambar. Bidang seni di Taman Kanak-Kanak memiliki kompetensi dasar yaitu anak mampu mengekspresikan diri dan berkreasi dengan gagasan, imajinasi dan menggunakan berbagai media menjadi suatu karya seni. Hasil belajar yang diharapkan dalam bidang seni terdapat dalam kurikulum berbasis

33 40 kompetensi 2004 (dalam Sumanto, 2005: 25). Lebih lanjut dalam kurikulum berbasis kompetensi (dalam Sumanto, 2005: 25) menyatakan bahwa untuk pendidikan usia dini (TK dan RA) khususnya bidang pengembangan seni rupa salah satu indikator kompetensi seni adalah anak dapat menggambar sederhana melalui berbagai media dengan rapi. Anak mampu menggambar bebas dari berbagai bentuk dasar. Anak mampu menggambar orang dengan lengkap dan proposional serta mencetak dengan berbagai media secara lebih rapi. Berdasarkan hasil identifikasi dan diskusi yang dilakukan peneliti bersama Guru-guru di TK PGRI Candiwulan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara menunjukan bahwa masalah rendahnya kreativitas siswa dalam menggambar disebabkan salah satunya karena guru kurang dapat mengembangkan model pembelajaran secara variatif. Oleh karena itu, peneliti memberikan alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan kreativitas pembelajaran menggambar bebas melalui metode proyek dengan media wayang beber. Kerangka pemikirannya adalah gambar 2.1. Berdasarkan bagan kerangka berfikir gambar 2.1 penelitian tindakan kelas ini peneliti berasumsi melalui kegiatan menggambar dengan metode proyek menggunakan media wayang beber dapat meningkatkan kreativitas menggambar bebas pada anak TK PGRI Candiwulan Kelompok B semester II Tahun Pelajaran

34 41 Kondisi awal Kemampuan siswa dalam kreativitas menggambar melalui metode proyek masih rendah. Dilakukan upaya perbaikan dengan PTK Kondisi sudah meningkat, ada perbaikan, tetapi belum maksimal Kemampuan siswa dalam kreativitas menggambar melalui metode proyek ada peningkatan tetapi belum maksimal Siklus I Media wayang beber Siklus II Media wayang beber - Kegiatan pembelajaran sudah maksimal - Kemampuan siswa dalam kreativitas menggambar melalui metode proyek sudah maskimal Terjadi perbaikan yang optimal dalam kreativitas melalui metode proyek dengan media wayang beber dan penelitian berhasil Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir

35 42 Pada kondisi awal penelitian, kemampuan menggambar siswa kelompok B TK PGRI Candiwulan masih rendah karena peneliti belum melakukan kegiatan menggambar dengan alat peraga cat warna. Kemudian peneliti melakukan tindakan pembelajaran melalui kegiatan menggambar dengan media wayang beber, yang didemonstrasikan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut di atas yang dilaksanakan dengan dua siklus. Pada kondisi akhir menunjukan peningkatan kemampuan anak dalam menggambar. E. Hipotesis Hipotesis merupakan dugaan yang belum tentu kebenarannya, sehingga untuk mengetahui yang hakiki diperlukan pembuktian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah melalui metode proyek dengan media wayang beber dapat meningkatkan kreativitas anak di kelompok B Taman Kanak-Kanak PGRI Candiwulan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara Semester Genap Tahun jaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. A. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dilihat dari sudut

KAJIAN PUSTAKA. A. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini. Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dilihat dari sudut 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini yang dilihat dari sudut pandang teori konstruktivisme dapat diartikan dan diuraikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebenarnya tidak dikenal. Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati, 2005: 15)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. apa saja yang pada dasarnya baru, dan sebenarnya tidak dikenal. Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati, 2005: 15) BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kreativitas Menggambar Anak Usia Dini 1. Pengertian Kreativitas Hurlock (1978: 4) mengatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional. 1. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional. 1. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini 123 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini 1. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Dalam Bidang Pengembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini 1. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Perkembangan anak tidak sama dengan pertumbuhannya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU

HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU HUBUNGAN MENGGAMBAR BEBAS TERHADAP KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B2 TK AL-KHAIRAAT III PALU Indriwati 1 ABSTRAK Masalahan pokok dalam artikel ini adalah kreativitas anak yang belum berkembang sesuai harapan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kreativitas adalah salah satu hal yang sangat penting yang dimiliki anak usia dini untuk mengembangkan segala ilmu yang dimiliki pada anak usia dini. Munandar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono, dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini sebagai fase pertama sistem pendidikan seumur hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan manusia dimulai dari masa anak dalam kandungan, yang selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan, antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI Ni Nyoman Ayu Surasmi 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak. pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot kecil seperti jari-jemari 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Taman Kanak-kanak 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Sumantri (2005: 143) keterampilan motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena disamping

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yaitu anak yang berusia empat sampai dengan enam tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pendidikan yang di berikan anak sejak dini merupakan dasar bagi pembentukan kepribadian manusia secara utuh yaitu ditandai dengan karakter budi pekerti luhur pandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak memiliki potensi untuk masing-masing aspek perkembangannya, diantaranya aspek perkembangan kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosi, dan moral agama.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM 1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA AWAL ANAK MELALUI PERMAINAN KARTU GAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA AGAM Eka Guswarni Abstrak Kemampuan membaca awal anak masih rendah. Peningkatan kemampuan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wadah untuk kegiatan belajar dan mengajar untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui jenjang pendidikan yang dasar sampai jenjang

Lebih terperinci

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan di Taman kanak-kanak/ TK merupakan pendidikan yang menjadi pondasi dari seluruh pendidikan yang akan ditempuh di jenjang selanjutnya. TK/ taman kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan

Lebih terperinci

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI TK PKK OTI KECAMATAN SINDUE TOBATA KABUPATEN DONGGALA

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI TK PKK OTI KECAMATAN SINDUE TOBATA KABUPATEN DONGGALA PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI TK PKK OTI KECAMATAN SINDUE TOBATA KABUPATEN DONGGALA Zulfa 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan

Lebih terperinci

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI

PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI PERANAN METODE BERCERITA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK BERBAHASA LISAN DI KELOMPOK B1 TK TUNAS BANGSA DESA SIDERA KABUPATEN SIGI Nurpaiza 1 ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Audio-Visual Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK

EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK EFEKTIVITAS MENDENGAR CERITA FIKSI TERHADAP PENINGKATAN KREATIVITAS VERBAL ANAK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : NUR ATHIATUL MAULA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

Lebih terperinci

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU

PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa menginginkan negara itu berkembang dan maju. Maju dan berkembangnya suatu negara itu dipengaruhi oleh pendidikan dalam negara itu sendiri. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan wahana untuk mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.

PEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut. SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini. 1. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini. Perkembangan motorik berjalan seiring dengan perkembangan motorik berarti pengambangan pengendalian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna menempuh derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh: FITRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa : 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan dalam rangka mencapai kedewasaan subyek didik secara aktif mengembangkan potensipotensi dirinya.

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) 1) Mahasiswa FKIP UMN Al Washliyah dan 2) Dosen Kopertis Wilayah I dpk FKIP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha untuk memanusiakan manusia itu sendiri, yaitu membudayakan manusia. Pendidikan secara umum mempunyai arti suatu proses kehidupan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang dialami setiap manusia sepanjang hidupnya dan dapat terjadi kapan di mana saja, proses pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perkembangan Kemandirian Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemandirian Anak Usia Dini Menurut Sitti Hartinah (2011:36) perkembangan sosial mengandung makna pencapaian suatu kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga anak usia enam tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD ) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar,

Lebih terperinci

PENERAPAN IPTEKS. Nasriah

PENERAPAN IPTEKS. Nasriah Peran Pendidik Anak Usia Dini Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Di Lembaga Paud Nasriah Abstrak Peran sebagai pendidik anak usia dini mempunyai peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemampuan Kerjasama Anak Usia Dini. Kerjasama merupakan salah satu fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Semakin modern seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana yang sangat penting dalam kehidupan anak, karena dengan berbahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain. Akhadiah ( Suhartono :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pendidikan telah berkembang pesat dan terspesialisasi, salah satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun. Anak usia tersebut dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias

BAB I PENDAHULUAN. usia Taman Kanak-kanak memiliki karakteristik yaitu rasa ingin tahu dan antusias BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia TK memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dikuasai karena anak usia TK adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik halus Menurut Bambang Sujiono dkk, 2005: 1.11) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN BERIMAJINASI ANAK PADA KELOMPOK A DI PPIT AL-ISHLAH KELURAHAN LILUWO KOTA GORONTALO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN BERIMAJINASI ANAK PADA KELOMPOK A DI PPIT AL-ISHLAH KELURAHAN LILUWO KOTA GORONTALO FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN BERIMAJINASI ANAK PADA KELOMPOK A DI PPIT AL-ISHLAH KELURAHAN LILUWO KOTA GORONTALO SHINTA SEPTIYANI HUMONGGIO Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.

BAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu. 1 BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam permainan maze anak-anak harus menemukan BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Teoritis 1. Hakekat Maze Maze merupakan game sederhana yang bertujuan menentukan jalur yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PEWARNA TUMBUH-TUMBUHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK TUNAS RIMBA PALU. Ria Rezikita Darwis 1 ABSTRAK

PENGGUNAAN PEWARNA TUMBUH-TUMBUHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK TUNAS RIMBA PALU. Ria Rezikita Darwis 1 ABSTRAK PENGGUNAAN PEWARNA TUMBUHTUMBUHAN UNTUK MENGEMBANGKAN KREATIVITAS MENGGAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK TUNAS RIMBA PALU Ria Rezikita Darwis 1 ABSTRAK masalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Konsep Bilangan 2.1.1 Pengertian Bilangan Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan suatu objek yang terdiri dari angka-angka. Sebagai contoh bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR MENINGKATKAN KEMANDIRIAN MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ABA 010 CABANG KUOK KABUPATEN KAMPAR Guru TK ABA 010 Cabang Kuok Kabupaten Kampar email: herlinaher@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KURIKULUM Pengertian Fungsi Dan Tujuan Ruang Lingkup

KURIKULUM Pengertian Fungsi Dan Tujuan Ruang Lingkup KURIKULUM Pengertian Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah. Kompetensi perlu dicapai

Lebih terperinci

SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA PAUD TERPADU AR-RAHMAN KABUPATEN KEPAHIANG

SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA PAUD TERPADU AR-RAHMAN KABUPATEN KEPAHIANG 0 SKRIPSI UPAYA PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI KEGIATAN MENGGAMBAR PADA PAUD TERPADU AR-RAHMAN KABUPATEN KEPAHIANG OLEH: EVAYANTI NPM: A1I112120 PROGRAM SARJANA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI SUMBER BELAJAR LINGKUNGAN PADA KELOMPOK B TK NEGERI MODEL TERPADU MADANI PALU Susy Lamaka 1 ABSTRAK Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Terdiri beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mata pencaharian dengan hormat dan jujur. Dalam versi yang lain seni disebut. mempunyai unsur transendental atau spiritual. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Seni 1. Pengertian Seni Menurut Soedarso (1988: 16-17) bahwa kata seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, palayanan, donasi, permintaan atau mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah seperti yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4 yang rumusannya sebagai

Lebih terperinci

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli Mashura SMP Negeri 2 ToliToli, Kab. ToliToli, Sulteng ABSTRAK Strategi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar Gaya Belajar adalah cara atau pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia pendidikan, istilah gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa merupakan alat menyatakan pikiran dan perasaan serta sekaligus sebagai alat komunikasi antar manusia. Pengembangan bahasa di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak khususnya anak usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar dan melakukan apapun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa pertumbuhan yang sangat pesat dan perlu dilatih dengan cara yang tepat dan sesuai. Moeslichatoen (1999) mengemukakan bahwa seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis masalah; dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan anak usia dini adalah suatu proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan

Lebih terperinci