PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JEMBATAN DAN TEROWONGAN DI KAWASAN PERKOTAAN
|
|
- Benny Hartanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, Mei 2007 PEMBANGUNAN KONSTRUKSI JEMBATAN DAN TEROWONGAN DI KAWASAN PERKOTAAN J. Tjintatmijarsa 1, Tony Yoko 2 1 Deputy Director & Chief Engineer PT.VSL Indonesia 2 Senior Design Engineer PT. VSL Indonesia 1. PENDAHULUAN Sesuai tema Tantangan Industri Konstruksi Di Masa Depan pada Konferensi Nasional Teknik Sipil I Universitas Atmajaya Yogyakarta maka penulis menyajikan topik pembahasan mengenai Pembangunan Konstruksi Jembatan dan Terowongan di Kawasan Perkotaan. Seperti diketahui bahwa pembangunan konstruksi ini adalah kebutuhan infrastruktur yang merupakan sarana pembangunan ekonomi secara umum dan berkelanjutan. Perkembangan perkotaan di seluruh wilayah Indonesia merupakan salah satu contoh dan menjadi bagian dari industri konstruksi di masa depan. Maka dapat dipahami bahwa tantangan dalam pembangunan konstruksi di perkotaan adalah memenuhi kriteria-kriteria antara lain : 1. Gangguan yang minimal selama pelaksanaan terhadap lalu lintas yang ada 2. Pelaksanaan pembangunan yang cepat dan aman 3. Konstruksi jembatan dengan bentang yang makin panjang 4. Perhatian aspek arsitektur bangunan yang semakin diperlukan 5. Besar dan kompleksitas proyek yang dilaksanakan 6. Kebersihan lingkungan & fasilitas umum selama pelaksanaan Disamping kriteria tersebut perihal mutu dan harga yang ekonomis tetap merupakan persyaratan yang tetap harus dipenuhi dalam iklim persaingan yang sehat. Namun demikian dalam satu proyek tidak semua kriteria tersebut dapat dipenuhi dan relevan. Pada pembangunan prasarana transportasi perkotaan maka jembatan dan terowongan merupakan contoh yang akan dibahas dalam tulisan ini. Secara khusus semua konstruksi yang dimaksud di sini adalah struktur beton prategang. Sebagai jawaban atas kriteria tersebut maka diperlukan suatu metode konstruksi yang tepat sesuai dengan karakteristik situasi dan kondisi di lapangan. Metode konstruksi yang telah dilkenal saat ini antara lain : metode launching, metode peluncuran bertahap, metode pendongkrakan dan perkembangan metode konstruksi yang lain akan disajikan dalam pembahasan ini. Dibawah ini akan diberikan tiga metoda yang telah dikenal dan digunakan di Indonesia, yakni: - Metoda Launching (Jembatan Layang Pasupati Bandung, NS Link Cawang Priok Jakarta ) - Metoda Peluncuran Bertahap (Jembatan Layang Sudirman, Jembatan Layang K.S. Tubun Jakarta) - Metoda Pendongkrakan Boks (Terowongan Dukuh Atas Jakarta) ISBN
2 J. Tjintatmijarsa, Tony Yoko 2. METODA PELUNCURAN DENGAN GANTRY Gantry atau Launching Truss merupakan struktur rangka baja sebagai alat peluncur dan pengangkat (launching). Terdapat dua jenis gantry yaitu gantry diatas (overhead) atau di bawah (underslung) dari girder atau segmen yang dipasang. Umumnya pemilihan atas metoda ini didasarkan atas kriteria-kriteria yang telah diutarakan di depan. Keungguluan teknis atas metoda ini terletak pada solusi gangguan lalu lintas yang minimal, pelaksanaan yang cepat dan aman, serta kebersihan lingkungan & fasilitas umum di sekitar proyek. Oleh karenanya perspektif awal pemilihan metoda ini adalah adanya konsekuensi pangadaan beton pracetak baik segmental atau monolit dan umumnya beton prategang. Seperti diketahui bahwa dimana dapat digunakan alat gantry maka disitu dapat pula digunakan alat crane untuk pemasangan girder atau segmen. Alat crane memiliki kelemahan pada aspek gangguan lalu lintas selama pelaksanaan, kecepatan dan kebersihan. Sedangkan kelemahan alat gantry terletak pada batasan kemiringan maksimum jalan secara memanjang atau melintang serta radius minimum kelengkungan jalan. Sehubungan dengan kriteria kecepatan karena produksi segmen atau girder dilakukan terlebih dahulu maka masalah produksi bebas dari lintasan kritis dalam skedul pelaksanaan. Dalam hal ini perlu diperhitungkan masalah kapasitas penyimpanan (stockyard) selama menunggu pekerjaan pemasangan di lapangan. Dengan demikian bila dikaitkan dengan alokasi waktu produksi hingga saat pemasangan (lead time) maka hal ini akan menentukan berapa besar ukuran kapasitas produksi dan kapasitas penyimpanan yang direncanakan. Dalam hal transportasi dari tempat penyimpanan ke lapangan maka masalah ukuran dan berat girder atau segmen perlu diperhatikan. Umumnya masalah berat dan ukuran dikaitkan dengan kapasitas alat transportasi yang digunakan. Namun masalah ukuran memiliki implikasi terhadap ruang (access) yang tersedia sepanjang transportasi dari tempat penyimpanan ke lapangan hingga saat pemindahan dari alat transportasi ke alat gantry. Selama pekerjaan pemasangan girder atau segmen sering terdapat batasan mengenai waktu kerja misalnya hanya dapat dilakukan malam hari dan pada waktu tertentu. Maka hal ini perlu dilakukan studi lebih mendalam mengenai siklus kerja pada perioda waktu yang tersedia agar menghasilkan hasil akhir memenuhi target skedul penyelesaian. Atas dasar studi tersebut maka diperoleh kesimpulan berapa jumlah alat gantry, alat transport dan alat-alat bantu yang diperlukan. Selain itu pada akhirnya maka organisasi proyek baik di lapangan atau tempat produksi (casting yard) seharusnya memenuhi kapasitas dan target waktu pelaksanaan yang direncanakan. Teknis pemasangan girder atau segmen dengan alat gantry diawali dengan pemindahan (feeding) dari alat transport ke gantry yang dapat dilakukan dari samping bawah atau dari belakang melalui girder terpasang atau jembatan yang telah jadi. Kondisi struktur akhir, dua tumpuan sederhana atau banyak tumpuan, akan mempengaruhi urutan dan sistem pamasangan girder atau segmen tersebut. Pada sistim jembatan banyak tumpuan maka pada umumnya dilakukan dengan cara segmental dan kantilever seimbang (balanced cantilever). Dengan metoda ini struktur jembatan akan mengalami berbagai sistim statis selama pelaksanaan yang berbeda dengan sistim statis akhir. Oleh karena itu teknik pelaksanaan harus diperhitungkan oleh perencana saat tahap desain awal. Pendekatan konvensional bahwa perencana 110 ISBN
3 bertanggung jawab hanya atas kondisi akhir struktur tidak tepat pada struktur jembatan dengan banyak tumpuan yang dilaksanakan secara segmental. Gambar 1 Skematik Metoda Konstruksi Hal hal yang perlu diperhatikan dalam metode segmental box girder adalah : - tempat tempat pengiriman dan penyimpanan semua material; agregat, pasir, semen, besi, perlengkapan prategang, dll. - tempat pembuatan beton serta sistem pengiriman - tempat pekerjaan besi, alat pengiriman serta cetakan - satu atau lebih cetakan (mould) untuk segmen segmen - area produksi untuk segmen segmen lain, misalnya pier, abutmen atau segmen untuk pemasangan expansion joint - jika diperlukan fasilitas steam curing (di daerah dingin) - menara pengamatan dan survei untuk kontrol geometri - pengangkatan segmen dan perlengkapan selama pengiriman - penempatan segmen dan fasilitas pemasangan - kantor serta fasilitas pengetesan beton. ISBN
4 J. Tjintatmijarsa, Tony Yoko Gambar 2. Lokasi Produksi Segmen Gambar 3. Detail Segmen Gambar 4. Jembatan PASUPATI (2005) Launching Gantry Gambar 5. Jembatan PASUPATI Pengangkatan Segmen Gambar 6. Jembatan PASUPATI Match Cast Segment di Casting Yard 112 ISBN
5 Gambar 7. Pengangkatan I-Girder dengan Gantry Gambar 8. Toll Tanjung Priok Pluit (I-Girder) - Jakarta Gambar 9. Pekerjaan Pemasangan Girder di Kepala Pier 3. METODA PELUNCURAN BERTAHAP Metode ini dipelopori oleh Prof. Leonhardt dan Willi Baur pada tahun 1960 dan pertama kali dipakai pada Jembatan Rio Caroni di Venezuela tahun Di Indonesia pertama kali diterapkan di Jembatan Layang Sudirman tahun 1992 dan kedua di Jembatan Layang K.S. Tubun tahun Gambar 10. Skematik Metoda Peluncuran Bertahap Seperti diketahui bahwa keunggulan metode ini adalah: a. mengeliminir perancah konvensional, hal mana diperlukan untuk proyek jembatan dengan pier tinggi, daerah urban, menyeberangi jurang, menyeberangi rel kereta api b. sebagian besar pekerjaan dilakukan di casting yard sehingga lebih mudah melakukan supervise dan mutu pekerjaan lebih terjamin c. tahapan pekerjaan berulang, sehingga masa belajar pekerja lebih singkat d. mengeliminir biaya transportasi segmen ISBN
6 J. Tjintatmijarsa, Tony Yoko e. mengeliminir pemakaian heavy crane dan launching truss f. mengeliminir pemakaian epoxy joint g. camber dan geometri dapat dikontrol dengan mudah Namun perlu diperhatikan beberapa persyaratan atas MPB antara lain: a. alinyemen jembatan harus lurus atau melengkung horisontal dan atau vertikal dengan radius konstan b. penampang superstruktur harus prismatis. Adapun hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam tahap perencanaan adalah: a. Metode ini cocok untuk jembatan dengan bentang antara 30 m dan 60m b. Dalam pemilihan panjang bentang perlu diperhatikan: - bentang sampai 30 m, lebih ekonomis balok T - bentang m, lebih ekonomis balok boks - bentang lebih dari 60 m, diperlukan pier sementara - bentang paling luar akan ekonomis bila 0.8 x bentang dalam c. Jenis pembebanan : - beban saat pelaksanaan - beban saat kerja d. Tinggi penampang : Untuk keperluan pelaksanaan dibutuhkan penampang dengan rasio perbandingan bentang dan tinggi yang lebih kecil dibandingkan dengan metode cor di tempat. Rasio ini bervariasi dari nilai 12 untuk bentang 60 m dan nilai 20 untuk bentang lebih kecil dari 30 m. Sebagai konsekuensi dari metode ini maka penampang balok jembatan mengalami momen negatif dan momen positif, sehingga sering dipakai kabel prategang yang sentris selama pelaksanaan. Agar momen yang terjadi selama pelaksanaan tidak besar, digunakan nose yang disambungkan ke ujung segmen pertama. Panjang nose ini umumnya berkisar sekitar 60% dari bentang terpanjang dengan berat per satuan panjang sekitar 10% dari penampang balok. e. Prategang Digunakan dua tipe kabel prategang: - prategang sentris, diberikan sebelum setiap segmen diluncurkan - prategang parabolis, diberikan setelah seluruh superstruktur berada pada posisi akhir. f. Tumpuan Digunakan dua macam tumpuan: - tumpuan sementara, dipakai selama peluncuran superstruktur - tumpuan permanen, dipakai sebagai pengganti tumpuan sementara setelah pekerjaan peluncuran selesai. Sebagai ilustrasi pada tahap perencanaan, berikut ini diberikan diagram alir perencanaan sistem tersebut. 114 ISBN
7 Gambar 11. Diagram Alir Desain Metoda Peluncuran Bertahap Gambar 12. Diagram Momen Kritis Selama Pelaksanaan Gambar 13. Momen Envelope selama Pelaksanaan Gambar 14. Skematis Metode Peluncuran Bertahap Gambar 15. Skematis Pekerjaan Perancah ISBN
8 J. Tjintatmijarsa, Tony Yoko Gambar 16. Profil Kabel Prategang Gambar 17. Tumpuan Sementara dan Sisi Pengarah Beberapa referensi proyek jembatan dengan MPB : Gambar 18. Jembatan Layang K.S. TUBUN (1996) Gambar 19. Jembatan Layang Ssudirman (1994) Gambar 20. MARIBYRNONG River Bridge, AUSTRALIA (1994) MPB Dengan Pier Yang Tinggi Gambar 21. CAGUANAS River Bridge, PUERTO RICO (1991) MPB Dengan Kelengkungan Konstan 116 ISBN
9 Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, Mei METODA PENDONGKRAKAN BOKS Pada kawasan perkotaan sering kali dijumpai beberapa jalan utama yang bersilangan dengan jalan kereta api. Dengan semakin padatnya kendaraan yang lalu lalang ditambah lagi dengan laju pertumbuhan jalan yang jauh lebih kecil dibandingkan laju jumlah kendaraan membuat pemerintah berusaha mengurangi kepadatan dengan mengurangi frekuensi kendaraan tertahan dipersimpangan, baik persimpangan jalan kendaraan ataupun jalan kereta api. Dalam medan seperti ini ada dua hal yang dapat dilakukan, membuat jalan layang atau membangun terowongan di persimpangan tersebut. Solusi dengan jalan layang yang membutuhkan oprit dimana panjangnya merupakan fungsi dari ketinggian jalan layang tersebut seperti diketahui tidak selalu dapat diterapkan. Masalah mahalnya pembebasan tanah terutama di daerah perkotaan disamping sempitnya lahan mendorong pembuatan terowongan menjadi alternatif yang menarik. Seperti halnya pelaksanaan konstruksi yang lain, pelaksanan pendongkrakan boks juga harus memenuhi ijin dari Dinas Perhubungan dan Dinas Pekerjaan Umum. Pada pelaksanannya perlu diperhatikan pula adanya jaringan utilitas di dalam tanah, misalnya pipa PDAM, pipa gas, jaringan kabel telpon dan jaringan kabel listrik, dan sebagainya. Pekerjaan terowongan menjadi salah satu alternatif bilamana pembuatan jalan layang kurang layak. Secara umum pembuatan terowongan dapat dilakukan dengan dua cara: - dengan cara menggali tanah diatas terowongan - dengan menggali tanah dari arah samping memerlukan tebal lapisan tanah tertentu antara permukaan tanah dan permukaan teratas dari pelat atas dari boks. Gambar 22. Skema Pelaksanaan Pendongkrakan ISBN
10 J. Tjintatmijarsa, Tony Yoko Pendongkrakan dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut : - metode dorong - metode tarik - metode dorong dan tarik Pembagian panjang terowongan menjadi beberapa segmen bergantung pada besarnya konstruksi penahan yang direncanakan disamping banyaknya dongkrak hidrolis yang tersedia serta kapasitasnya. Dinding pemotong Gambar 23. Penampang Boks Dinding pemotong ini berupa balok balok dibagian atas serta pelat beton pada sisi kanan kirinya berbentuk «taper» dan berfungsi sebagai alat bantu selama pekerjaan pendongkrakan. Bagian atas dibuat terbuka agar tidak terjadi penambahan beban di ujung boks. Pada saat pendongkrakan selesai dinding pemotong tersebut dibongkar. Struktur baja sementara Struktur tersebut digunakan untuk menahan lapisan tanah diatas boks Konsep dasar Gambar 24. Konsep Dasar Perencanaan 118 ISBN
11 Gaya gaya yang diperhitungkan akan menentukan tipe serta kapasitas dongkrak hidrolis yang akan digunakan. Gambar 25. Urutan Pelaksanaan Gambar 26. Pekerjaan Pendongkrakan Terowongan Dukuh Atas (1993) Gambar 27. Selama pendongrakan berlangsung lalu lintas tidak terganggu Gambar 28. Pekerjaan pendongkrakan selesai 5. SARAN DAN KESIMPULAN Tuntutan pengembangan jalan, jembatan dan terowongan adalah jawaban atas kebutuhan prasarana transportasi yang terus meningkat khususnya di daerah perkotaan. Moda transportasi baik kereta api ataupun kendaraan umum membutuhkan prasarana tersebut. Hal ini merupakan bagian dari industri konstruksi di masa depan. Tantangan industri konstruksi di wilayah Indonesia di masa depan sesungguhnya tidak hanya terletak pada persoalan geografis, volume, jenis, dan teknis konstruksinya tetapi juga pada mutu, harga, kecepatan, keamanan, kenyamanan, arsitektural dan ISBN
12 J. Tjintatmijarsa, Tony Yoko kebersihan lingkungan. Sejalan dengan tantangan tersebut maka perkembangan teknologi dituntut dapat memenuhi semuanya itu. Sebagai misal syarat ekonomis tidak berarti murah saja tetapi seharusnya dilihat dari aspek biaya dan manfaatnya (cost and benefit). Sesuai uraian dimuka, struktur beton pada jembatan ataupun terowongan tetap memerlukan teknologi prategang sebagai solusi atas permasalahan teknis metoda pelaksanaan pada bentang panjang dan / atau segmental. Studi mengenai metoda konstruksi menjadi penting dilakukan sejak awal perencanaan agar hasilnya dapat dilaksanakan atau setidaknya mengeliminir masalah di lapangan. 6. DAFTAR PUSTAKA 1. DMR (1986), The Design And Construction Of Incrementally Launches Bridges 2. Jörg SCHLAICH & Hartmut SCHEEF (1982), Concrete Box Girder Bridges, Structural Engineering Documents IABSE, Stuttgart 3. Ingenieurbauwerke (1987), Engineering Structures, DB New Railway Line Mannheim, Stuttgart, 4. VSL Technical Data and Project Reports. 120 ISBN
BAB I PENDAHULUAN. Bab I - Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dalam bidang ekonomi global menuntut adanya pengembangan infrastruktur pendukungnya. Kegiatan yang serba cepat, serta masyarakat yang dituntut
Lebih terperinciMETODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG
METODA KONSTRUKSI GELAGAR JEMBATAN BETON PRATEKAN PROYEK JALAN LAYANG CIMINDI BANDUNG Shita Andriyani NRP : 0321068 Pembimbing : Dr. Ir. Purnomo Soekirno JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan
Lebih terperinciDESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG
DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota Semarang dalam rangka meningkatkan aktivitas
Lebih terperinciMACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK
MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK 1. JEMBATAN GELAGAR BAJA JALAN RAYA - UNTUK BENTANG SAMPAI DENGAN 25 m - KONSTRUKSI PEMIKUL UTAMA BERUPA BALOK MEMANJANG YANG DIPASANG SEJARAK 45 cm 100 cm. - LANTAI
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR JEMBATAN SEGMENTAL DENGAN KONSTRUKSI BERTAHAP METODE BALANCE CANTILEVER TUGAS AKHIR
ANALISIS STRUKTUR JEMBATAN SEGMENTAL DENGAN KONSTRUKSI BERTAHAP METODE BALANCE CANTILEVER TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan
Lebih terperinciDESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG
DESAIN DAN METODE KONSTRUKSI JEMBATAN BENTANG 60 METER MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DENGAN SISTIM PENYOKONG Antonius 1) dan Aref Widhianto 2) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Sultan Agung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta adalah ibukota negara Indonesia yang memiliki hampir 10 juta orang yang berada di area metropolitan. Seiring berkembang dengan pesatnya pembangunan di Jakarta
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.2 TAHAPAN PENULISAN TUGAS AKHIR Bagan Alir Penulisan Tugas Akhir START. Persiapan
METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Pada tahap ini disusun hal-hal penting yang harus
Lebih terperinciBAB II KAJIAN LITERATUR
BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 UMUM Sistem struktur guideway monorel didesain memiliki daya dukung terhadap kendaraan/kereta yang melintas, memandu kereta melalui alinyemen dan mengendalikan kereta dari penyimpangan.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum merupakan suatu struktur dalam jembatan atau fly over yang berfungsi sebagai penghubung antara struktur bawah dan atas, dengan kata lain girder berfungsi sebagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Atas Jalan Layang Jalan layang adalah jalan yang dibangun tidak sebidang melayang menghindari daerah/kawasan yang selalu menghadapi permasalahan kemacetan lalu lintas,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mulailah orang membuat jembatan dengan teknologi beton prategang.
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Banyak hal yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah konstruksi. Segala sesuatunya harus dipertimbangkan dari segi ekonomis, efisien, dan daya tahan dari
Lebih terperinciDESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN
TUGAS AKHIR DESAIN ALTERNATIF STRUKTUR ATAS JEMBATAN BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN STUDI KASUS JEMBATAN LAYANG TENDEAN BLOK M CILEDUK Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjan Teknik Strata
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arus Lalu Lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk definisi arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama, meskipun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan pengetahuan tentang perencanaan suatu bangunan berkembang semakin luas, termasuk salah satunya pada perencanaan pembangunan sebuah jembatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jakarta sebagai Ibukota negara memiliki tingkat pertumbuhan yang sangat pesat. Jakarta pun tumbuh menjadi kota yang memiliki tingkat kesibukan yang cukup tinggi. Kesibukan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan
Lebih terperinciPEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA
PEKERJAAN PERAKITAN JEMBATAN RANGKA BAJA 1. Umum Secara umum metode perakitan jembatan rangka baja ada empat metode, yaitu metode perancah, metode semi kantilever dan metode kantilever serta metode sistem
Lebih terperinciUNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN Tugas Mata Kuliah Metode Konstruksi Metode Pelaksanaan Konstruksi Jembatan Oleh: Yogi Oktopianto (16309875) Fakultas Jurusan : Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB III METODE PERENCANAAN. Gambar 3.1 Dimensi jembatan utama. 1. Tipe jembatan : Rangka baja
34 BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Data Perencanaan 1.1.1. Data konstruksi 6 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 Gambar 3.1 Dimensi jembatan utama. 1. Tipe jembatan : Rangka baja 2. Jumlah bentang : 1 3. Kelas
Lebih terperinciPERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT
PERANCANGAN JEMBATAN KATUNGAU KALIMANTAN BARAT TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RONA CIPTA No. Mahasiswa : 11570 / TS NPM : 03 02 11570 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH. umumnya digunakan untuk berbagai konstruksi jembatan : 4. Sistem Penggunaan Counter Weight dan Link-set
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1. Macam-macam Metode erection Karena pembahasan masalah kita mengambil metode erection, maka kita akan menjelaskan sedikit macam-macam metode pelaksanaan erection pada balok
Lebih terperinciPELAKSANAAN JEMBATAN SEGMENTAL PRECAST BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN: PROYEK TOL BOGOR RING ROAD
PELAKSANAAN JEMBATAN SEGMENTAL PRECAST BOX GIRDER DENGAN METODE SPAN BY SPAN: PROYEK TOL BOGOR RING ROAD CONSTRUCTION OF SEGMENTAL PRECAST BOX GIRDER BRIDGE WITH SPAN BY SPAN METHOD: BOGOR RING ROAD TOLL
Lebih terperinciKAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 KAJIAN PEMANFAATAN KABEL PADA PERANCANGAN JEMBATAN RANGKA BATANG KAYU Estika 1 dan Bernardinus Herbudiman 2 1 Jurusan Teknik Sipil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan suatu konstruksi jalan layang (flyover) bertujuan mengurai kemacetan jalan, dengan merubah persimpangan sebidang menjadi persimpangan tidak sebidang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan di Indonesia saat ini sangat pesat, dimulai dengan dibangunnya jembatan terpanjang di Indonesia yaitu jembatan Suramadu, diikuti dengan rencana
Lebih terperinciPERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA. Laporan Tugas Akhir. Atma Jaya Yogyakarta. Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM :
PERANCANGAN JEMBATAN WOTGALEH BANTUL YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : HENDRIK TH N N F RODRIQUEZ NPM
Lebih terperinciPERENCANAAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN YEH PANAHAN DI KABUPATEN TABANAN
20 PERENCANAAN METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN YEH PANAHAN DI KABUPATEN TABANAN I Ketut Nudja S. 1) 1) Dosen Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Warmadewa ABSTRAK Pada
Lebih terperinciPERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALUR GANDA KERETA API DARI STASIUN PEKALONGAN KE STASIUN TEGAL Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S-1) pada Jurusan Teknik Sipil
Lebih terperinciBab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER
Bab 4 KAJIAN TEKNIS FLY OVER 4.1. DESAIN JEMBATAN/JALAN LAYANG Sistem jembatan/jalan layang direncanakan berdasarkan kriteria sebagai berikut : Estimasi biaya konstruksi ekonomis. Kemudahan pelaksanaan.
Lebih terperinciTOPIK PEMBAHASAN : MODEL MODEL JEMBATAN
PELATIHAN PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN KERJASAMA DENGAN POLITEKNIK TEDC BANDUNG BALAI PELATIHAN KONSTRUKSI DAN PERALATAN JAKARTA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI BADAN PEMBINAAN
Lebih terperinciBAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR
BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan
Lebih terperinciBAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI
BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) diberikan sebagai dasar pemikiran lebih lanjut.
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Pengetahuan Umum Rencana Anggaran Biaya ( RAB ) Pelaksanaan atau pekerjaan sebuah proyek konstruksi dimulai dengan penyusunan perencanaan, penyusunan jadwal (penjadwalan)
Lebih terperinciBONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB
BONDEK DAN HOLLOW CORE SLAB Dibuat Untuk Memenuhi Persyaratan Perkuliahan Struktur Beton Gedung Semester IV Tahun Ajaran 2015 Dibuat oleh : KELOMPOK 6 Deasy Monica Parhastuti 131111003 Gani Adnan Sastrajaya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fly Over atau Overpass Jembatan yaitu suatu konstruksi yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai atau saluran air, lembah atau menyilang jalan lain atau melintang tidak
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS
PERENCANAAN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PROFIL BOX GIRDER PRESTRESS Tugas Akhir Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Disusun Oleh: ULIL RAKHMAN
Lebih terperinciANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA
ANALISIS PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR JEMBATAN CABLE STAYEDTIPE FAN DAN TIPE RADIALAKIBAT BEBAN GEMPA Masrilayanti 1, Navisko Yosen 2 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Andalas Masrilayanti@ft.unand.ac.id
Lebih terperinciTUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER
TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN GAYAM KABUPATEN BLITAR DENGAN BOX GIRDER PRESTRESSED SEGMENTAL SISTEM KANTILEVER Oleh : Fajar Titiono 3105.100.047 PENDAHULUAN PERATURAN STRUKTUR KRITERIA DESAIN
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH I Nyoman Sutarja
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain
Lebih terperinciPENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR
Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan
Lebih terperinciBETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Siswadi 1 dan Wulfram I. Ervianto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Jembatan adalah sebuah struktur konstruksi bangunan atau infrastruktur sebuah jalan yang difungsikan sebagai penghubung yang menghubungkan jalur lalu lintas pada
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER Antonius Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang 50012 Email: antoni67a@yahoo.com
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN TUKAD WOS DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.
PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD WOS DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG. Sutarja, I Nyoman Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Udayanan, Mobile: 08123953036, E-mail: nsutarja_10@yahoo.com
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. bawah, bangunan pelengkap dan pengaman jembatan serta trotoar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Jembatan menurut Supriyadi (1997) adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai atau saluran air, lembah, atau menyilang jalan lain yang tidak sama
Lebih terperinciTahapan Pekerjaan Jembatan Box Culvert. 1. Pembongkaran Jembatan Lama dan Galian Struktur
Tahapan Pekerjaan Jembatan Box Culvert 1. Pembongkaran Jembatan Lama dan Galian Struktur 2. Pengecoran lantai Kerja 2. Pengecoran lantai Kerja 3. Pembesian Lantai Bawah dan Dinding 4. Begisting Lantai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi,
BAB I PENDAHULUAN I. Umum Dewasa ini seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi, pembangunan konstruksi sipil juga semakin meningkat. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya pembangunan
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG.
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 PERENCANAAN JEMBATAN TUKAD YEH POH DENGAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG. I Nyoman Sutarja 1, I Ketut Swijana 2 1 Dosen Jurusan
Lebih terperinciJembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector)
Jembatan Komposit dan Penghubung Geser (Composite Bridge and Shear Connector) Dr. AZ Department of Civil Engineering Brawijaya University Pendahuluan JEMBATAN GELAGAR BAJA BIASA Untuk bentang sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan infrastruktur jalan yang lebih memadai untuk menampung
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan infrastruktur jalan yang lebih memadai untuk menampung jumlah kendaraan yang semakin lama semakin bertambah menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciKemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami. perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang. lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Teknik Sipil terus mengalami perkembanqan seiring dengan kemajuan di bidang-bidang lain. Selain itu kemajuannya juga dikarenakan tuntutan mutu, efisiensi
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR JALAN LAYANG MASS RAPID TRANSIT (MRT) JAKARTA
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 PERENCANAAN STRUKTUR JALAN LAYANG MASS RAPID TRANSIT (MRT) JAKARTA Sibghatullah Mulsy, Prof.Dr.Ir. I Gusti Putu Raka Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinci: Rika Arba Febriyani NPM : : Lia Rosmala Schiffer, ST., MT
PEKERJAAN STRUKTUR KOLOM, BALOK, PELAT LANTAI DI LANTAI P1, P2, P3, P4, P5 PADA GEDUNG SATRIO TOWER DI JAKARTA SELATAN Nama : Rika Arba Febriyani NPM : 26312369 Pembimbing : Lia Rosmala Schiffer, ST.,
Lebih terperinciSTUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 STUDI BENTUK PENAMPANG YANG EFISIEN PADA BALOK PRATEGANG TERKAIT DENGAN BENTANG PADA FLYOVER Frisky Ridwan Aldila Melania Care 1, Aswandy
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pondasi Dalam Pondasi dalam adalah pondasi yang dipakai pada bangunan di atas tanah yang lembek. Pondasi ini umumnya dipakai pada bangunan dengan bentangan yang cukup lebar, salah
Lebih terperinciPERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA
TUGAS AKHIR PERANCANGAN ALTERNATIF STRUKTUR JEMBATAN KALIBATA DENGAN MENGGUNAKAN RANGKA BAJA Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Tingkat Strata 1 (S-1) DISUSUN OLEH: NAMA
Lebih terperinciPemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah
Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pemasangan Jembatan Metode Perancah Pekerjaan jembatan rangka baja terdiri dari pemasangan struktur jembatan rangka baja hasil rancangan patent, seperti jembatan rangka
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU. Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM :
PERENCANAAN JEMBATAN COMPOSITE GIRDER YABANDA JAYAPURA, PAPUA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA SATU Oleh : RIVANDI OKBERTUS ANGRIANTO NPM : 07 02 12789 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beton Konvensional Menurut Ervianto (2006), beton konvensional adalah suatu komponen struktur yang paling utama dalam sebuah bangunan. Suatu struktur kolom dirancang untuk bisa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Bagan Alir Mulai Studi Literatur Segmental Box Girder Metode Span by Span Perencanaan Awal Dimensi Segmental Box Girder Pembebanan Melintang Jembatan Desain Penulangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan merupakan prasarana umum yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Jembatan merupakan salah satu prasarana transportasi yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu
Lebih terperinciAda dua jenis tipe jembatan komposit yang umum digunakan sebagai desain, yaitu tipe multi girder bridge dan ladder deck bridge. Penentuan pemilihan
JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT JEMBATAN KOMPOSIT adalah jembatan yang mengkombinasikan dua material atau lebih dengan sifat bahan yang berbeda dan membentuk satu kesatuan sehingga menghasilkan sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jembatan adalah infrastruktur yang menghubungkan suatu daerah yang terpisah karena adanya sungai, rawa, selat, jurang, dan rintangan lainnya. Adanya jembatan waktu tempuh
Lebih terperinciSTUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI VARIASI PRATEGANG EKSTERNAL DALAM REHABILITASI JEMBATAN RANGKA BAJA TIPE WARREN J. Widjajakusuma 1 dan Marlon 2 1
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Lebih terperinciPERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN
Jurnal Rancang Sipil Volume 2 Nomor 1, Juni 2013 50 PERILAKU DAN SISTEM STRUKTUR RANGKA BAJA JEMBATAN M. Erizal Lubis, Novdin M Sianturi Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LAYANG SUMPIUH - BANYUMAS
III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1. PENDAHULUAN Proses perencanaan yang terstruktur dan sisitematis diperlukan untuk menghasilkan suatu karya yang efektif dan efisien. Pada jembatan biasanya dirancang menurut
Lebih terperinciAnalisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai
Analisa & Pembahasan Proyek Pekerjaan Pelat Lantai Soft cor ini dipasang sepanjang keliling area yang akan dicor, dengan kata lain pembatas area yang sudah siap di cor dengan area yang belum siap. 46 Pekerjaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. meskipun istilah aliran lebih tepat untuk menyatakan arus lalu lintas dan
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Arus Lalu lintas Ukuran dasar yang sering digunakan untuk mendefenisikan arus lalu lintas adalah konsentrasi aliran dan kecepatan. Aliran dan volume sering dianggap sama,
Lebih terperinciD3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB II STUDI PUSTAKA
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Definisi Jembatan merupakan satu struktur yang dibuat untuk menyeberangi jurang atau rintangan seperti sungai, rel kereta api ataupun jalan raya. Ia dibangun untuk membolehkan
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH NGONGKONG DI KABUPATEN BADUNG, BALI I Nyoman Sutarja Dosen Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan konstruksi beton pracetak di Indonesia berkembang pesat, hal ini terkait dengan biaya konstruksi yang terus meningkat. Bila dibandingkan dengan biaya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jembatan sebagai sarana transportasi mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelancaran pergerakan lalu lintas. Dimana fungsi jembatan adalah menghubungkan rute/lintasan
Lebih terperinciASPEK PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN BALOK BOKS BETON PRATEGANG PADA JEMBATAN KANTILEVER SEIMBANG (KASUS JEMBATAN TUKAD BANGKUNG BADUNG BALI)
Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 ASPEK PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN BALOK BOKS BETON PRATEGANG PADA JEMBATAN KANTILEVER SEIMBANG (KASUS JEMBATAN TUKAD BANGKUNG BADUNG
Lebih terperinciMODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4
MODIFIKASI PERANCANGAN JEMBATAN TRISULA MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA DENGAN DILENGKAPI DAMPER PADA ZONA GEMPA 4 Citra Bahrin Syah 3106100725 Dosen Pembimbing : Bambang Piscesa, ST. MT. Ir. Djoko Irawan,
Lebih terperinciSTANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Jembatan secara umum adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-rintangan seperti lembah yang dalam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beton yang demikian memerlukan perkuatan. FRP (Fiber Reinforced Polymer). FRP adalah jenis material yang ringan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan dalam bidang konstruksi dewasa ini mengakibatkan beton menjadi pilihan utama dalam suatu struktur. Beton mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
Lebih terperinciDalam pelaksanaan bangunan atas jembatan kereta api
BAB III METODA PELAKSANAAN BANGUNAN ATAS JEMBATAN KERETA API Dalam pelaksanaan bangunan atas kereta api dibedakan menjadi 2 tahap sebagaimana dijelaskan berikut ini. 1. Pembuatan baru. Untuk pembuatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Beton Pracetak Aplikasi teknologi prafabrikasi (pracetak) sudah mulai banyak dimanfaatkan karena produk yang dihasilkan melalui produk masal dan sifatnya berulang. Selain itu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 JENIS JEMBATAN Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu konstruksi atau struktur bangunan yang menghubungkan rute atau lintasan transportasi yang terpisah baik oleh sungai, rawa,
Lebih terperinciBAB VII PEMBAHASAN MASALAH. sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek
BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Beton Precast Beton precast adalah suatu produk beton yang dicor pada sebuah pabrik atau sebuah lahan sementara di sebuah proyek bangunan lalu dipasang pada proyek bangunan
Lebih terperinciPELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS
Rita Anggraini, ST., MT PERTEMUAN 3 PELAT SATU ARAH DAN BALOK MENERUS Struktur Beton Bertulang II 1 Sistem struktur Pelat Konstruksi pelat merupakan elemen struktur bangunan yang secara langsung memikul
Lebih terperinciBAB V PERENCANAAN STRUKTUR UTAMA Pre-Elemenary Desain Uraian Kondisi Setempat Alternatif Desain
DAFTAR ISI Abstrak... i Kata Pengantar... v Daftar Isi... vii Daftar Tabel... xii Daftar Gambar... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 4 1.3 Maksud dan Tujuan...
Lebih terperinciMETODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER
METODE PELAKSANAAN BETON PRACETAK PADA STRUKTUR TUNNEL FEEDER Antonius Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Islam Sultan Agung Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang 50012 Email: antoni67a@yahoo.com
Lebih terperinciMetode Prategang & Analisis Tegangan Elastis Pada Penampang
Metode Prategang & Analisis Tegangan Elastis Pada Penampang Outline Materi - Jenis beton prategang - Metoda prestressing - Tahap-tahap pembebanan - Tegangan pada penampang akibat P, M dan beban luar Jenis
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER Disusun oleh : Andy Muril Arubilla L2A 306 004 Novi Krisniawati L2A 306 023 Disetujui,
Lebih terperinciSTANDAR LATIHAN KERJA
STANDAR LATIHAN (S L K) Bidang Ketrampilan Nama Jabatan : Pengawasan Jembatan : Inspektor Lapangan Pekerjaan Jembatan (Site Inspector of Bridges) Kode SKKNI : INA.5212. 322.04 DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA
MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA Mahasiswa: Farid Rozaq Laksono - 3115105056 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Irawan, Ms J U R U S A
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-7 1 PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS DI MOJOKERTO MENGGUNAKAN METODE BETON PRATEGANG SEGMENTAL STATIS TAK TENTU R. Zulqa Nur Rahmat Arif dan IGP Raka,Prof.,Dr.,Ir.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang hampir 70 persen wilayahnya merupakan lautan dan lebih dari 17.504 pulau yang terpisahan oleh laut. Berdasarkan data statistik
Lebih terperinci