BAB I PENDAHULUAN. Bagian yang tidak terpisahkan dari hukum pidana adalah masalah Pidana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bagian yang tidak terpisahkan dari hukum pidana adalah masalah Pidana"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang tidak terpisahkan dari hukum pidana adalah masalah Pidana dan Pemidanaan. 1 Sifat pidana merupakan suatu penderitaan. Pidana yang dijatuhkan bagi mereka yang dianggap bersalah merupakan sifat derita yang harus dijalani, meskipun demikian sanksi pidana bukan semata mata bertujuan untuk memberikan efek derita. Pelaksanaan pidana penjara di lembaga pemasyarakatan didasarkan atas prinsip prinsip sistem pemasyarakatan dengan tujuan agar menjadi warga yang baik dan berguna. Warga binaan dalam sistem pemasyarakatan mempunyai hakhak asasi untuk memperoleh pembinaan rohani dan jasmani serta dijamin untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak luar baik keluarganya maupun pihak lain, memperoleh informasi baik melalui media cetak maupun elektronik, memperoleh pendidikan yang layak dan sebagainya. Hak hak ini seharusnya diperoleh secara otomatis tanpa dengan syarat atau kriteria tertentu, walaupun seseorang dalam kondisi yang di pidana penjara. Agar hak narapidana ini dapat terselenggara dengan baik maka sistem penjara yang nota benenya adalah pembalasan terhadap pelaku tindak pidana harus diubah ke sistem pemasyarakatan yang bertujuan untuk memulihkan narapidana 1 Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), 12

2 2 dengan tetap berorientasi kepada kesatuan hak asasi antara individu dan masyarakat. Penjatuhan pidana bukan semata mata sebagai pembalasan dendam, yang paling penting adalah pemberian bimbingan dan pengayoman. Pengayoman sekaligus kepada masyarakat dan kepada terpidana tersendiri agar menjadi masyarakat yang baik. Demikianlah konsepsi baru fungsi pemidanaan yang bukan lagi sebagai penjeraan belaka, namun juga sebagai upaya rehabilitas dan reintegrasi sosial. Konsepsi itu di Indonesia disebut pemasyarakatan. 2 Dalam era globalisai yang ditandai dengan semakin tingginya kemampuan manusia dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka bukan hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif yang antara lain berupa semakin canggih dan berkembangnya kejahatan baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas dan semakin menglobal. Peristiwa kejahatan tersebut di Indonesia korbannya bukan hanya ditujukan kepada orang dewasa tetapi anak juga rawan menjadi korban kejahatan. Pada hakikatnya anak tidak dapat melindungi diri sendiri dari berbagai macam tindakan yang menimbulkan kerugian mental, fisik, sosial dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Anak harus dibantu oleh orang lain dalam melindungi dirinya, mengingat situasi dan kondisinya dan perlu mendapat perlindungan dari kesalahan penerapan peraturan perundang undangan yang diberlakukan pada dirinya, yang menimbulkan kerugian mental, fisik, dan sosial. 2 Ibid., 15

3 3 Perlindungan anak dalam hal ini disebut perlindungan hukum yuridis (legal protection). 3 Indonesia adalah suatu negara republik yang berdasarkan Pancasila dan Undang undang Dasar 1945, Indonesia merupakan Negara hukum yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta menjamin perlindungan terhadap kesejahteraan tiap tiap warga negaranya, termasuk juga di dalamnya menjamin perlindungan warga Negara yang masih dalam usia anak anak karena pada dasarnya setiap anak telah memiliki hak sebagaimana yang tercantum dalam Undang undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yakni dalam Pasal Anak adalah suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya juga terdapat suatu harkat dan martabat yang di miliki oleh orang dewasa pada umumnya, oleh karenanya ia juga harus mendapatkan suatu perlindungan khusus agar kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, karena anak adalah generasi muda penerus bangsa serta berperan dalam menjamin kelangsungan eksistensi suatu bangsa dan negara itu sendiri. Agar setiap anak kelak mamapu memikul tanggung jawab sebagai penerus bangsa maka anak perlu mendapat kesempatan seluas luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, baik 3 Ibid., 18 4 Pasal 64, berbunyi: Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi dan setiap pekerjaan yang membehayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental spiritualnya.

4 4 mental maupun fisik serta sosial maka perlu dilakukan upaya perlindungan anak terhadap pemenuhan anak tanpa ada diskriminasi. 5 Sebagai generasi penerus bangsa anak merupakan tunas bangsa yang akan melanjutkan eksistensi suatu bangsa, dalam hal ini adalah bangsa Indonesia. Namun pada akhir akhir ini sering terdapat suatu tindak pidana mengenai pencabulan anak dibawah umur yang dilakukan oleh orang dewasa maupun oleh anak di bawah umur, dan hal ini merupakan suatu ancaman yang sangat besar dan berbahaya bagi anak, mengingat anak adalah generasi penerus bangsa. Salah satu sebab terjadinya tindak pidana anak di bawah umur yang di lakukan oleh anak di bawah umur diantaranya adalah kemajuan teknologi yang sangat pesat, misalkan akses internet yang telah berkembang dimana mana, hal ini justru di salah gunakan oleh sebagian anak di bawah umur untuk membuka situs situs porno di mana hal tersebut berpengaruh terhadap perilaku seorang anak. Awalnya, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal, maka seorang anak di bawah umur sering menjadi sasaran. Perilaku seks anak di bawah umur sangat labil, dikarenakan kurangnya pengetahuannya terhadap seks itu sendiri dan hanya berpikiran untuk 5 Undang undang RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

5 5 mencobanya saja. Berawal dari rasa penasaran dan ingin mencoba seks tersebut anak di bawah umur ingin mempraktekkan apa yang di lihatnya dalam situs porno di internet/di hp dan biasanya karena takut diketahui oleh orang tua maka anak di bawah umur yang telah terpengaruh oleh perilaku seks yang terlalu dini ini maka coba coba melakukan terhadap teman teman dekatnya atau bahkan teman adiknya yang berumur lebih muda dari dirinya. Perkara persetubuhan terhadap anak di bawah umur yang dilakukan oleh anak di bawah umur merupakan kualifikasi perbuatan yang menyerang kehormatan kesusilaan atau juga disebut dengan perkosaan berbuat cabul. 6 Hal tersebut dirasa sangat mencemaskan dan memunculkan pengaruh psikologis terhadap korbannya yang juga di bawah umur maka dari itu sangat diperlukan suatu penanganan yang serius terhadap tindak pidana ini. Namun kini di Indonesia, perlindungan terhadap anak diatur di dalam Undang undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA). Latar belakang dikeluarkannya Undang undang tersebut dikarenakan Negara Indonesia menjamin kesejahteraan tiap tiap warga negaranya, termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan hak asasi manusia seperti yang termuat dalam Undang undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa bangsa tentang Hak Anak. 6 Adami Chazawi, Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 78

6 6 Penjelasan UUPA menyebutkan, meski Undang undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia telah mencantumkan tentang hak anak, pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara untuk memberikan perlindungan pada anak masih memerlukan suatu Undang undang mengenai perlindungan terhadap anak sebagai landasan yuridis bagi pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab tersebut. Undang undang ini menegaskan bahwa pertanggung jawaban orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara terus menerus demi terlindunginya hak hak anak. Rangkaian kegiatan tersebut harus berkelanjutan dan terarah guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik, mental, spiritual,maupun sosial. Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yaitu sejak dari janin dalam kandungan sampai anak berusia delapan belas tahun. Bertitik tolak pada konsep perlindungan anak yang utuh, menyentuh, dan komprehensif maka Undang undang ini meletakkan kewajiban memberikan perlindungan bagi anak berdasarkan pada asas non diskriminasi, asas kepentingan yang terbaik bagi anak, asas hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan serta asas penghargaan terhadap pandangan atau pendapat anak ), Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti,

7 7 Dalam konteks Hukum Pidana Islam tindak pidana sering juga disebut dengan istilah jari>mah. 8 Menurut Hukum Pidana Islam Tindak Pidana adalah perbuatan perbuatan yang terlarang menurut syara> yang pelakunya diancam dengan pidana h}udud atau ta zi>r. Untuk memberikan gambaran yang lebih utuh tentang apa yang dimaksud tindak pidana dalam konteks hukum pidana islam, berikut ini disajikan dasar filosofi atau illat hukum yang melatar belakangi diterapkannya suatu perbuatan sebagai tindak pidana. Menurut para ahli filsafat hukum islam 9, setidaknya ada 5 (lima) kepentingan pokok yang menjadi pusat perhatian dan titik tolak setiap pengaturan hukum. Artinya hukum islam mengenai apapun yang telah ditetapkan dalam nash al Qur a>n, al Hadi>st, al Qanun (perundang undangan) maupun yang masih akan ditetapkan ebagai respon yuridis terhadap problem problem baru yang muncul, harus bersifat mendukung terhadap terwujudnya lima kepentingan tersebut. Kelima kepentingan pokok tersebut adalah: 1. Terpeliharanya masalah eksistensi agama 2. Terjaminnya hak hidup (jiwa) manusia 3. Terjaganya masalah hak milik (harta) 4. Terjaganya kesucian akal 5. Terjaganya kesucian keturunan dan harga diri (martabat) manusia 8 Tongat, Dasar dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, (Malang: UMM Press, Cet. I, 2008), Ibid., 112

8 8 Melihat kelima kepentingan pokok yang menjadi titik tolak pengaturan hukum hukum islam diatas tersimpul, bahwa maksud disyariatkannya hukum islam adalah demi terwujudnya kemaslahatan atau kebaikan dalam hidup manusia dan segaligus untuk mencegah timbulnya mafsadah atau kerusakan dalam hidup manusia itu sendiri. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa perbuatan apapun yang dapat menghambat atau mencegah tewujudnya maksud disyariatkannya hukum islam tersebut harus dilihat atau dinyatakan sebagai tindak pidana, dalam arti sebagai perbuatan tercela/terlarang. Di dalam hukum islam tindak pidana yang mengandung suatu perbuatan maksiat dihukum dengan hukuman ta zi>r. Pengertian ta zir menurut al Mawardi adalah Hukuman yang bersifat pendidikan atas perbuatan dosa (maksiat) yang hukumannya belum ditentukan oleh syara. 10 Dengan demikian jari>mah ta zi>r suatu jarimah yang hukumannya diserahkan kepada hakim atau penguasa. Hakim dalam hal ini diberi kewenangan untuk menjatuhkan hukuman bagi pelaku jari>mah ta zi>r. Dari definisi yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa ta zir adalah suatu istilah untuk hukuman atas jarimah jarimah yang hukumannya belum ditetapkan oleh syara>. Di kalangan fuqaha, jarimahjarimah yang hukumannya belum ditentukan oleh syara> dinamakan dengan jari>mah ta zi>r. Jadi, istilah ta zir bisa digunakan untuk hukuman dan bisa juga untuk jarimah (tindak pidana). 10 Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Teras, 2009), 178.

9 9 Sumber hukum jarimah ta zir al Qur a>n dan al Hadi>st tidak menetapkan secara terperinci, baik dari segi jarimah maupun hukumannya. Dasar hukum disyariatkannya sanksi bagi pelaku jari>mah ta zi>r adalah at ta zi>r yadu>ru ma a maslah}ah artinya hukum ta zir didasarkan pada pertimbangan kemaslahatan dengan tetap mengacu kepada prinsip keadilan dalam masyarakat. 11 Menurut Syarbini al Khatib, bahwa ayat al Qur an yang dijadikan landasan adanya jarimah ta zir adalah al Qur an surat al Fath ayat 8 9: 12 ا ن ا ا ر س ل ن اك ش اه د ا و م ب ش ر ا و ن ذ ير ا Sesungguhnya Kami mengutus kamu sebagai saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, ل ت و م ن وا ب الل ه و ر س ول ه و ت ع ز ر وه و ت و ق ر وه و ت س ب ح وه ب ك ر ة و ا ص يلا Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul Nya, menguatkan (agama)nya, membesarkan Nya. dan bertasbih kepada Nya di waktu pagi dan petang. Hukuman dalam istilah Arab sering disebut Uqubah, yaitu bentuk balasan bagi seseorang yang atas perbuatannya melanggar ketentuan syara yang ditetapkan Allah dan Rasulnya untuk kemaslahatan Manusia. Tujuan dari hukuman dalam syari at islam merupakan realisasi dari tujuan hukum islam itu sendiri, yakni sebagai pembalasan perbuatan jahat, pencegahan secara umum dan secara khusus serta perlindungan terhadap hak hak si korban. Pemidanaan 11 Ibid., Kementerian Agama RI, al Qur an dan Terjemahnya, (Bandung: Fokus Media, 2010), 101

10 10 dimaksudkan untuk mendatangkan kemaslahatan umat dan mencegah kedzaliman atau kemadharatan. Menurut Abd al Qadir Awdah, hukuman adalah suatu penderitaan yang dibebankan kepada seseorang akibat perbuatannya melanggar aturan. 13 Ulama fikih mengemukakan bahwa hukuman pada setiap tindak pidana harus memenuhi syarat syarat sebagai berikut : Hukuman itu disyariatkan, yaitu sesuai dengan sumber hukum yang telah ditetapkan dan di akui oleh syariat islam. Sebagaimana firman Allah SWT: 15 لا ي ك ل ف الل ه ن ف س ا ا لا و س ع ه ا Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al Baqarah:286) 2. Hukuman itu hanya dikenakan pada pelaku tindak pidana. 3. Hukuman itu bersifat universal dan berlaku bagi seluruh orang, karena pelaku tindak pidana di muka hakim berlaku sama derajatnya. Berdasarkan uraian panjang mengenai tindak pidana dan hukuman serta klasifikasinya, permasalahan mengenai hukuman dalam suatu tindak pidana kiranya sangat menarik untuk dikaji, terlebih bilamana yang melakukan tindak pidana adalah anak dibawah umur, oleh karenanya penulis tertarik untuk mengkaji salah satu putusan hakim di Pengadilan Negeri Sumenep menjatuhkan hukuman kumulatif terhadap anak dibawah umur yang melakukan tindak pidana 13 Makhrus, Hukum Pidana Islam, Ibid., Kementerian Agama RI, al Qur an dan Terjemahnya, 38

11 11 pencabulan, yang kemudian akan penulis angkat sebagai karya tulis skripsi yang berjudul Putusan No. 66/Pid.B/2011/PN. Smp tentang Hukuman Kumulatif terhadap Anak Pelaku Pencabulan Ditinjau dari Fikih Jina>yah. B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah Merujuk pada judul skripsi Putusan No. 66/Pid.B/2011/PN. Smp tentang Hukuman Kumulatif terhadap Anak Pelaku Pencabulan Ditinjau dari Fikih Jina>yah, maka diperlukan beberapa permasalahan yang perlu diidentifikasi, diantaranya: 1. Apa pengertian tindak pidana pencabulan 2. Apa saja macam klasifikasi hukuman 3. Apa maksud dari hukuman kumulatif 4. Apa dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman kumulatif terhadap anak pelaku pencabulan sesuai dengan Undang undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 5. Bagaimana tinjauan fikih jina>yah terhadap hukuman kumulatif yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Negeri Sumenep tentang Putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp. Dari masalah masalah yang telah diidentifikasi di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini hanya terbatas pada permasalahan mengenai:

12 12 1. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman kumulatif terhadap anak pelaku pencabulan sesuai dengan Undang undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 2. Tinjauan fikih jina>yah terhadap hukuman kumulatif yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Negeri Sumenep tentang Putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp. C. Rumusan Masalah Dalam suatu penelitin perlu adanya suatu perumusan masalah agar penelitian tersebut terlaksana dengan baik dan terarah tepat sasaran, sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman kumulatif terhadap anak pelaku pencabulan menurut Undang undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak? 2. Bagaimana tinjauan fikih jina>yah tentang hukuman kumulatif terhadap anak pelaku pencabulan? D. Kajian Pustaka Penulisan skripsi mengenai tindak pidana pencabulan anak di bawah umur telah banyak yang menulis, di antara yang ditulis oleh Sholihudin 2004, berjudul : Pandangan Hukum Islam Terhadap Sanksi Perbuatan Cabul/

13 13 Asusila Orang Tua kepada Anaknya (Telaah atas Pasal 294 KUHP Tentang Perbuatan Cabul/ Asusila Orang Tua kepada Anaknya). 16 Inti dari skripsi ini menerangkan bahwa sanksi pencabulan yang di lakukan oleh orang tua kepada anaknya di atur dalam KUHP dengan jelas. Akan tetapi perlu adanya pertimbangan untuk menjatuhkan sanksi atau membuat sanksi baru bagi pelaku perbuatan cabul, terutama perbuatan cabul yang dilakukan oleh orang tua. Dalam tinjauan Hukum Islam, perbuatan cabul termasuk perbuatan zina muhsan, dan pelakunya dirajam sampai mati. Hukum Islam menilai perlu adanya penambahan sanksi bagi pelaku perbuatan cabul yang tercantum dalam pasal 294 KUHP. Penambahan sanksi dalam hukum islam diharapkan dapat mengurangi tindak pidana pencabulan yang dilakukan ayah kepada anaknya. Kemudian skripsi yang ditulis Ria Uswatun Hasanah, 2004, berjudul : Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Terhadap Pencabulan Anak Di Bawah Umur). 17 Inti dari skripsi tersebut menyatakan bahwa putusan Hakim pada pelaku tindak pidana pencabulan yang melanggar Pasal 64 (1) KUHP jo. 293 KUHP dengan dijatuhi hukuman relatif meringankan pelaku, sehingga dengan putusan hakim yang hanya menjatuhkan 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan tidak memberi efek jera dan 16 Sholihudin, Pandangan Hukum Islam Terhadap Sanksi Perbuatan Cabul/ Asusila Orang Tua kepada Anaknya (Telaah atas Pasal 294 KUHP Tentang Perbuatan Cabul/ Asusila Orang Tua kepada Anaknya), Skripsi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004) 17 Ria Uswatun Hasanah, Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Terhadap Tindak Pidana Pencabulan Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo Terhadap Pencabulan Anak Di Bawah Umur), Skripsi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2004)

14 14 dalam skripsi tersebut lebih menekankan pada landasan hukum yang diputus oleh hakim dari pada tinjauan hukum islamnya. Kemudian yang ditulis oleh Nanik Nur Lailah, 2007, berjudul : Analisis Hukum Pidana Islam tentang pencabulan yang di lakukan Anak di Bawah umur Menurut Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Lamongan Nomor: 368/Pid.B/2006/PN.LMG). 18 Inti dari penulisan skripsi ini, yang dibahas yaitu analisis putusan Pengadilan Negeri dalam menerapkan Undangundang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak sebagaimana dalam isi putusan menyebutkan bahwa hukuman yang diberikan kepada terdakwah bersifat preventif (pencegahan), sedangkan dalam hukum pidana islam hanya dikenakan Ta zi>r. Sedangkan inti dalam penulisan skripsi kali ini adalah membahas tentang dasar pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp. Menurut Undang undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Serta tinjauan hukum pidana dan fikih jinayah terhadap penjatuhan hukuman kumulatif. Yang mana dalam memutuskan hukuman bagi pelakunya hakim menjatuhi dengan hukuman 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan Denda sebesar Rp , (enam puluh juta rupiah). 18 Nanik Nur Lailah, Analisis Hukum Pidana Islam tentang pencabulan yang di lakukan Anak di Bawah umur Menurut Undang Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Lamongan Nomor: 368/Pid.B/2006/PN.LMG), Skripsi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel, 2007)

15 15 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, hal tersebut tentunya tidak terlepas dari tujuan diadakannya penelitian. Agar tidak menyimpang dari rumusan masalah yang diutarakan di atas maka tujuan dari penelitian ini ialah: 1. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan hukuman kumulatif terhadap anak pelaku pencabulan sesuai dengan Undang undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. 2. Untuk mengetahui tinjauan fikih jinayah terhadap hukuman kumulatif yang dijatuhkan oleh hakim Pengadilan Negeri Sumenep tentang Putusan No.66/Pid.B/2011/PN.Smp. F. Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi disiplin keilmuan secara umum, dan sekurang kurangnya dapat digunakan untuk dua aspek yaitu meliputi aspek teoritis dan aspek praktis. 1. Aspek Teoritis Dari aspek teoritis, hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang hukum pidana yang

16 16 berkaitan dengan masalah hukuman, khususnya mengenai hukuman kumulatif yang dijatuhkan terhadap anak pelaku tindak pidana pencabulan. 2. Aspek Praktis Sedangkan dari aspek praktisnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi praktisi hukum di lingkungan Pengadilan Negeri dalam menyelesaikan perkara hukuman kumulatif yang dijatuhkan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencabulan. G. Definisi Operasional Untuk memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, perlu dijelaskan mengenai maksud dari judul ini, perlu dijelaskan arti kata berikut : 1. Putusan Pengadilan Negeri Sumenep No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum yang diatur dalam Undang undang. Ini adalah tentang vonis hakim Pengadilan Negeri Sumenep terhadap pelaku pencabulan yang dilakukan oleh anak di bawah umur. 2. Anak di bawah umur adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan ), 9 19 Ibnu Anshori, Perlindungan Anak dalam Agama Islam, (Jakarta: Komisi Perlindungan Anak,

17 17 3. Pencabulan adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan keji, yang dapat membangkitkan nafsu birahinya kelamin Fikih adalah upaya sungguh sungguh dari para ulama (mujtah}idi>n) untuk menggali hukum hukum syara sehingga dapat diamalkan oleh umat islam. 21 Manurut istilah fikih adalah : 22 Ilmu atau Pemahaman tentang Hukum hukum Syari at yang bersifat amaliyah, yang digali dari dalil dalilnya yang rinci (tafsili). 5. Jinayah adalah Suatu tindakan yang dilarang oleh syara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan, dan akal (intelegensi) Hukuman Kumulatif adalah dua hukuman pokok yang dijatuhkan dalam tindak pidana ekonomi dan tindak pidana subversi. 24 H. Metode Penelitian 1. Data yang dikumpulkan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka data yang perlu dihimpun dalam rangka menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut adalah: a. Data yang berkaitan dengan putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp 20 Adami, Tindak Pidana Kesopanan, Muhammad Iqbal, Fikih Siyasah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, Cet. 2, 2007), 2 22 Ibid., 3 23 Makhrus, Hukum Pidana Islam, 2 24 Soesilo, Kitab Undang undang Hukum Pidana Serta Komentar Komentarnya, (Bogor: Politeia, 1991), 36

18 18 b. Data dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Sumenep tentang pencabulan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp c. Data ketentuan Hukum pidana Islam yang berkaitan dengan masalah pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Sumenep tentang pencabulan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp 2. Sumber data Sumber data yang digunakan dala penulisan skripsi ini berupa Sumber Primer dan Skunder, yaitu : a. Sumber primer, yaitu data Surat Dakwaan dan Putusan Pengadilan yang diperoleh langsung dari Pengadilan Negeri Sumenep. b. Sumber sekunder, yaitu data terdiri dari dokumen dokumen resmi, dan referensi yang berhubungan dengan pembahasan atau kasus ini. 1) Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta, Sinar Grafika, ) Adami Chazali, Tindak Pidana mengenai Kesopanan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, ) Rika Saraswati, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Bandung, Citra Aditya Bakti, ) Ibnu Anshori, Perlindungan Anak dalam Agama Islam, Jakarta, Komisi Perlindungan Anak Indonesia, 2006.

19 19 5) Makhrus Munajat, Hukum Pidana Islam di Indonesia, Yogyakarta, Teras, ) Ahmad Wardi Muslich, Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafika, ) Moeljatno, Kitab Undang undang Hukum Pidana, Jakarta, Bumi Aksara, Cet. 27, ) Soesilo, Kitab Undang undang Hukum Pidana Serta Komentar Komentarnya, Bogor, Politeia, ) Karjadi, Soesilo, Kitab Undang undang Hukum Acara Pidana dengan Penjelasan Resmi dan Komentar, Bogor, Politeia, ) Tongat, Dasar Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan, Malang, Universitas Muhammadiyah, Cet. I, ) Ahmad Bahiej, Hukum Pidana, Yogyakarta, Bidang Akademik UIN Sunan Kalijaga, Cet. I, ) Kansil, Hukum Pidana, Jakarta, Sinar Grafika, Cet. I, ) Abdul Qadir Audah, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Bogor, Kharisma Ilmu, Jilid. I II, t.t. 3. Teknik Pengumpulan Data Untuk mempermudah dalam memperoleh data dalam pembahasan ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Wawancara dengan hakim dan panitera di lingkungan Pengadilan Negeri Sumenep yang menangani kasus tindak pidana perkara No.

20 20 66/Pid.B/2011/PN.Smp. b. Studi Dokumen yaitu dengan cara mempelajari berkas berkas perkara dan putusan Pengadilan Negeri Sumenep No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp serta mengumpulkan dan menelaah bahan kepustakaan yang berkaitan dengan judul penelitian. 4. Teknik Analisis Data a. Dalam melakukan analisa data penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. 25 Dalam hal ini dengan mengemukakan kasus yang terjadi di Pengadilan Negeri Sumenep tentang pencabulan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp, sehingga dapat memberikan pemahaman yang konkrit tentang deskripsi kasus dan dasar hukum yang digunakan hakim dalam memutus perkara tersebut. Data yang diperoleh kemudian dikaitkan dengan teori dan dalil dalil yang terdapat dalam literatur sebagai analisis, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang bersifat umum. b. Pola pikir yang dipakai adalah dengan menggunakan pola pikir deduktif, yaitu dengan menggunakan analisis yang berpijak dari pengertian 25 Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999), 63

21 21 pengertian atau fakta fakta yang bersifat umum mengenai apakah pertimbangan hakim tersebut telah sesuai dengan teori hukum islam (fikih jinayah). Kemudian diteliti dan hasilnya dapat memecahkan persoalan khusus 26, yakni tentang pertimbangan hukum yang digunakan hakim Pengadilan Negeri Sumenep tentang pencabulan yang dilakukan oleh anak di bawah umur dalam putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp. I. Sistematika Pembahasan Secara keseluruhan skripisi ini dibagi dalam lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab Pertama: Merupakan bagian pendahuluan yang memuat uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan. Dari bab ini akan diketahui tata cara bagaimana penelitian akan dilaksanakan. Bab Kedua: Bab ini merupakan kerangka konsepsional yang memuat bekal bekal teori berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan secara cermat dan mendalam yang akan digunakan dalam pembahasan penelitian yang memuat tentang tindak pidana pencabulan, klasifikasi hukuman dan pola lamanya pemidanaan, juga 2004), Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Cet. 7, (Jakarta: bumi aksara,

22 22 mengenai tujuan hukuman dan hukuman kumulatif terhadap anak dibawah umur di tinjau dari hukum pidana dan fikih jinayah. Bab Ketiga: Bab ini berisi deskripsi hasil penelitian terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sumenep yang meliputi: Keberadaan Pengadilan Negeri Sumenep, deskripsi kasus, putusan dan landasan hukum yang dipakai oleh hakim dalam memutuskan perkara penjatuhan hukuman kumulatif terhadap anak dibawah umur sebagai pelaku pencabulan dalam putusan No. 66/Pid.B/2011/PN.Smp Bab Keempat: Bab ini memuat analisis terhadap data penelitian yang telah dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian, menafsirkan dan mengintegrasikan temuan penelitian kedalam kumpulan pengetahuan yang telah mapan. Bab ini merupakan analisis terhadap landasan hukum yang dipakai oleh hakim dalam memutuskan perkara penjatuhan hukuman kumulatif terhadap anak dibawah umur sebagai pelaku pencabulan ditinjau dari hukum pidana dan fikih jinayah. Bab Kelima: Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut:

Tindak pidana perampasan kemerdekaan orang lain atas dasar. keduanya, diantaranya persamaan-persamaan itu adalah sebagai berikut: BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN SANKSI HUKUM TINDAK PIDANA PERAMPASAN KEMERDEKAAN ORANG LAIN ATAS DASAR DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 40 TAHUN 2008 DAN FIQIH JINAYAH A. Persamaan Sanksi

Lebih terperinci

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan.

BAB IV. A. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Meulaboh dalam Putusan No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO tentang Tindak Pidana Pembakaran Lahan. BAB IV ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN No. 131/Pid.B/2013/PN.MBO TENTANG TINDAK PIDANA PEMBAKARAN LAHAN PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Pertimbangan Hakim Pengadilan

Lebih terperinci

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA PEDOPHILIA DALAM PASAL 82 UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK MENURUT PERSPEKTIF MAQA>S}ID AL- SYARI>`AH A. Analisis Pasal 82 Undang-Undang no. 23

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG 57 BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG 4.1. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Nomor: 191/Pid.B/2016/Pn.Pdg Pada dasarnya hakim

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN. 85 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA DAN FIKIH JINAYAH TENTANG HUKUMAN KUMULATIF TERHADAP ANAK PELAKU PENCABULAN (PUTUSAN NO.66/PID.B/2011/PN.SMP) A. Analisis Hukum Pidana tentang Hukuman Kumulatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat satu

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, dalam tatanan kehidupan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Kehidupan semacam ini dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Penetapan 2/3 Masa Pidana Minimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM. Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PIDANA DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Tinjauan Mengenai Hukum Positif 1. Pengertian hukum pidana Hukum pidana adalah sistem aturan yang mengatur semua perbuatan yang tidak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA. dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN MATI BAGI PENGEDAR NARKOTIKA A. Analisis Hukum Pidana Terhadap Pengedar Narkotika Tindak pidana narkotika adalah tindak pidana yang diatur secara khusus

Lebih terperinci

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu:

Dalam memeriksa putusan pengadilan paling tidak harus berisikan. tentang isi dan sistematika putusan yang meliputi 4 (empat) hal, yaitu: BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN No. 815 K/PID.SUS/2014 TENTANG HUKUMAN BAGI PEREMPUAN YANG MEMBUJUK ANAK LAKI-LAKI MELAKUKAN PERSETUBUHAN A. Analisis Pertimbangan Hakim dalam Putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap

BAB I PENDAHULUAN. Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup tenteram, damai, tertib serta berkeadilan merupakan dambaan setiap orang yang hidup di dunia ini. Oleh karena itu untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu

Lebih terperinci

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan

A. Analisis Terhadap Putusan Hakim Kekerasan seksual pada anak, yaitu dalam bentuk pencabulan BAB IV ANALISIS UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SURABAYA DALAM PERKARA PENCABULAN YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH

BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH BAB IV STUDI KOMPARASI ANTARA HUKUM PIDANA DAN FIQH JINAYAH TERHADAP TINDAK KEJAHATAN PERDAGANGAN ORGAN TUBUH A. Sanksi Tindak Pidana Perdagangan Organ Tubuh Manusia 1. Hukum pidana Pada bab ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN A. Analisis Terhadap Sanksi Pidana Pelanggaran Hak Pemegang Paten Menurut UU.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM ATAS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TERHADAP TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN YANG DILAKUKAN ANAK DIBAWAH UMUR A. Analisis tentang Kasus Tindak Pidana Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN.

BAB IV. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri. Pidana Hacker. Negeri Purwokerto No: 133/Pid.B/2012/PN. BAB IV Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Dalam Putusan Nomor:133/Pid.B/2012/PN.Pwk Tentang Sanksi Pidana Hacker A. Analisis Pertimbangan Hukum Hakim Terhadap Putusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUMAN DAN MACAM- MACAM HUKUMAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM SERTA CUTI BERSYARAT A. Pengertian Hukuman dan Macam-Macam Hukuman Menurut Hukum Pidana Islam 1. Pengertian Hukuman

Lebih terperinci

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan

BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE. A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan BAB IV KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF MENGENAI SANKSI PROSTITUSI ONLINE A. Persamaan Sanksi Prostitusi Online Menurut Hukum Positif dan Hukum Islam Mengenai Persamaan sanksi prostitusi online

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO TENTANG PERJUDIAN TOGEL MELALUI MEDIA INTERNET A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hakim terhadap Putusan Pengadilan Negeri Sidoarjo No.831/Pid.B/2013/PN.SDA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM

BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM BAB IV ANALISIS PERTANGGUNG JAWABAN PEMERIKSAAN TERSANGKA PENGIDAP GANGGUAN JIWA MENURUT HUKUM PIDANA POSITIF DAN HUKUM PIDANA ISLAM A. Persamaan dalam Pertanggung Jawaban Tersangka yang Diduga Mengidap

Lebih terperinci

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum.

BAB IV. Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dipandang. sebagai tindak kejahatan yang melanggar norma hukum. BAB IV Analisis Fiqih Jinayah Terhadap Kejahatan Peretasan Website Presiden Republik Indonesia dalam Putusan Pengadilan Negeri Jember No.253/Pid.B/2013/PN.JR. A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hukum yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang harus diberikan perlindungan agar kelak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebagai generasi penerus anak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Militer III-19 Jayapura Nomor: 143-K/PM. III-19/AD/IX/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak sebagai manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehariannya. Dalam al-qur an dan al-hadist telah menjelaskan bahwa Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Kehidupan manusia di bumi ini tidak lepas dari orang lain, setiap orang saling membutuhkan satu sama lain, setiap orang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam konteks Indonesia, anak adalah penerus cita-cita perjuangan suatu bangsa. Selain itu, anak merupakan harapan orang tua, harapan bangsa dan negara yang akan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENADAHAN DALAM PUTUSAN NO 376/PID.B/2015/PN.SMG A. Analisis Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tindak Pidana Penadahan Dalam Putusan No.376/Pid.B/2015/PN.Smg

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan; BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uraian Teori 2.1.1.Diversi Diversi adalah pengalihan penanganan kasus-kasus anak yang diduga telah melakukan tindak pidana dari proses formal dengan atau tanpa syarat. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PAMEKASAN TENTANG HUKUMAN AKIBAT CAROK MASAL (CONCURSUS) MENURUT HUKUM ISLAM A. Sanksi Pengadilan Negeri Pamekasan Terhadap Para Pelaku Carok Massal Setelah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI

BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI BAB IV ANALISIS TENTANG SANKSI PIDANA ATAS PENGEDARAN MAKANAN TIDAK LAYAK KONSUMSI A. Analisis tentang Sanksi Pidana atas Pengedaran Makanan Tidak Layak Konsumsi 1. Analisis Tindak Pidana Hukum pidana

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dibawah Umur Pengertian anak menurut Kamus Bahasa Indonesia yang dapat disimpulkan ialah keturunan yang kedua yang berarti dari seorang pria dan seorang wanita yang

Lebih terperinci

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal.

islam yang mengatur masalah kejahatan yang telah dilarang oleh sayara karena dapat menimbulkan bahaya bagi jiwa, harta, keturunan dan akal. 77 BAB IV ANALISIS PUTUSAN NOMOR: 06/PID.SUS.ANAK/2015/ PN.GSK TENTANG PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DI PENGADILAN NEGERI GRESIK MENURUT UNDAG-UNDANG NO 3 TAHUN 1997 Jo UNDANG-UNDANG NO11 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya kepentingan-kepentingan tersebut menimbulkan. perselisihan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan kejahatan-kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya kepentingan-kepentingan tersebut menimbulkan. perselisihan, maka dikhawatirkan akan menimbulkan kejahatan-kejahatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, dalam tatanan kehidupan saling membutuhkan satu dengan yang lain. Kehidupan semacam ini dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang bisa saja melakukan kesalahan. apalagi jika ia kepepet atau terjepit maka sangat dimungkinkan niat dan kesempatan yang ada membuka peluang melakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG

BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG 75 BAB IV ANALISA HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG DILAKUKAN OLEH DUKUN PENGGANDAAN UANG A. Analisa Pertimbangan Hakim dalam Direktori Putusan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari segi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat merugikan dan meresahkan masyarakat, ialah tindak pidana asusila yang. keluarga terutama seorang ayah terhadap anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. sangat merugikan dan meresahkan masyarakat, ialah tindak pidana asusila yang. keluarga terutama seorang ayah terhadap anaknya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum terjadinya kejahatan sangat merugikan masyarakat, khususnya korban kejahatan dan salah satu jenis kejahatan yang terjadi yang sangat merugikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan rumah penjara secara berangsurangsur dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya

A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas KH. Abdurraman Wahid (Gus Dur) pada Alat Peraga Kampanye PKB di Surabaya BAB IV ANALISIS KOMPARASI UU NO 2 TAHUN 2011 TENTANG PARPOL DAN FIKIH JINAYAH TENTANG PEMASANGAN GAMBAR GUS DUR PADA ALAT PERAGA KAMPANYE CALEG PKB DI SURABAYA A. Analisis Tentang Fenomena Pemasangan Identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP)

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) 65 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI HUKUM TENTANG KEJAHATAN TERHDAP ASAL-USUL PERNIKHAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) A. Analisis Ketentuan Hukum Pasal 279 tentang kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukuman adalah pembalasan yang ditetapkan untuk memelihara kepentingan masyarakat, karena adanya pelanggaran atas ketentuan-ketentuan syara. 1 Hukuman disini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Masa depan bangsa dan negara di masa yang akan. ini maka semakin baik pula kehidupan bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Masa depan bangsa dan negara di masa yang akan. ini maka semakin baik pula kehidupan bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Anak merupakan cikal bakal lahirnya generasi baru yang merupakan penerus cita-cita perjuangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Peristiwa Tindak Pidana Pencurian Oleh Penderita Kleptomania Kleptomania merupakan keinginan tidak tertahankan untuk mengambil barang-barang tidak begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam itu menyangkut seluruh aspek kepentingan manusia. Aspekaspek

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam itu menyangkut seluruh aspek kepentingan manusia. Aspekaspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam disyariatkan oleh Allah dengan tujuan utama yaitu untuk merealisasi dan melindungi kemaslahatan umat manusia, baik kemaslahatan individu maupun masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan dunia pendidikan merupakan salah satu sektor terpenting dalam pembangunan nasional. Melalui pendidikan inilah diharapkan akan lahir manusia Indonesia

Lebih terperinci

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana

Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana 1 Kekuatan Keterangan Saksi Anak Dibawah Umur dalam Pembuktian Perkara Pidana Novelina MS Hutapea Staf Pengajar Kopertis Wilayah I Dpk Fakultas Hukum USI Pematangsiantar Abstrak Adakalanya dalam pembuktian

Lebih terperinci

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO.

BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO. BAB 1V ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI MEULABOH DALAM PUTUSAN NO. 87/PID.B/2012/PN.MBO TENTANG TINDAK PIDANA SENGAJA MENGEDARKAN KOSMETIK YANG TIDAK MEMILIKI IZIN EDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup) merupakan bagian dari pidana pokok dalam jenis-jenis pidana sebagaimana diatur pada Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat kejahatan terhadap harta benda orang banyak sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap kepentingan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan berpartisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja

Lebih terperinci

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM

BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM BAB II PEMIDANAAN MENURUT HUKUM PIDANA ISLAM A. Pengertian Pemidanaan (Uqu>bah) Hukuman dalam istilah Arab sering disebut uqubah, yaitu bentuk balasan bagi seseorang yang atas perbuatannya melanggar ketentuan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP ANCAMAN PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN DALAM PASAL 365 AYAT (4) KUHP (Studi analisis Hukum Responsif dan Progresif) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN A. Analisis terhadap ketentuan mengenai batasan usia anak di bawah umur 1. Menurut Hukum

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 Oleh ALDINO PUTRA 04 140 021 Program Kekhususan: SISTEM PERADILAN PIDANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tempat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan

Lebih terperinci

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan) Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai subsistem sosial menempati posisi penting dalam eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha membangun sistem hukum

Lebih terperinci

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.181, 2008 PORNOGRAFI. Kesusilaan Anak. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4928) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan yang disertai ancaman (sanksi) berupa pidana tertentu bagi siapa saja yang melanggarnya,

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAQA>S}ID AL-SHARI> AH TERHADAP TAMBAHAN HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOPHILIA

BAB IV TINJAUAN MAQA>S}ID AL-SHARI> AH TERHADAP TAMBAHAN HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOPHILIA BAB IV TINJAUAN MAQA>S}ID AL-SHARI> AH TERHADAP TAMBAHAN HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOPHILIA A. Analisis Tambahan Hukuman Kebiri bagi Pelaku Tindak Pidana Pedophilia Hukuman kebiri dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencabulan adalah suatu tindak pidana yang bertentangan dan melanggar kesopanan dan kesusilaan seseorang mengenai dan yang berhubungan dengan alat kelamin

Lebih terperinci

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta) SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN NO. 488/PID.B/2015/PN.SDA TENTANG PERCOBAAN PENCURIAN A. Pertimbangan Hakim terhadap Tindak Pidana Percobaan Pencurian dalam Putusan No 488/Pid.B/2015/PN.Sda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami manusia dari waktu ke waktu. Potensi kejahatan manusia. berkembang seiring dengan tumbuh kembangnya peradaban manusia itu

BAB I PENDAHULUAN. dialami manusia dari waktu ke waktu. Potensi kejahatan manusia. berkembang seiring dengan tumbuh kembangnya peradaban manusia itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan dalam kehidupan manusia senantiasa berkembang seiring dengan tumbuh kembangnya manusia, yang mana merupakan persoalan yang dialami manusia dari waktu ke waktu.

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi

BAB IV. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana. Korupsi BAB IV Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Remisi Kepada Pelaku Tindak Pidana Korupsi A. Analisis Pemberian Remisi terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi dalam Prespektif Hukum Positif Pada dasarnya penjatuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak mempunyai permasalahan atau berhadapan dengan hukum berhak mendapatkan perlindungan fisik, mental dan spiritual maupun sosial sesuai dengan apa yang termuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana.

BAB IV ANALISIS. keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah. Malah tempatnya diletakkan pada. yang penting, artinya dalam pemeriksaan perkara pidana. 56 BAB IV ANALISIS A. Analisis tentang kedudukan novum visum et repertum dalam pembuatan BAP menurut KUHAP Pada masa HIR, keterangan ahli tidak termasuk alat bukti dalam pemeriksaan perkara pidana. HIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian dari generasi muda merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan sumber

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN NEGERI LAMONGAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PEMERASAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Terhadap Pertimbangan Hukum

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR

BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR BAB IV ANALISIS FIQH JINAYAH TERHADAP PIDANA CABUL KEPADA ANAK DI BAWAH UMUR A. Analisis Terhadap Pidana Cabul Kepada Anak Di Bawah Umur Menurut Pasal 294 Dan Pasal 13 UU No.23 Tahun 2002 Untuk melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan teknologi, membawa perubahan yang signifikan dalam pergaulan dan moral manusia, sehingga banyak

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Diajukan Oleh : Nama : Yohanes Pandu Asa Nugraha NPM : 8813 Prodi : Ilmu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia Tuhan dari sebuah ikatan perkawinan. Setiap anak yang dilahirkan adalah suci, oleh karena itu janganlah sia-siakan anak demi penerus generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan menimbulkan korban. Korban/saksi dapat berupa pelaku tindak pidana yaitu: seorang Korban/saksi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan atau perbuatan jahat dapat diartikan secara yuridis atau kriminologis.

Lebih terperinci

BAB IV. limbah B3 (bahan, berbahaya, dan beracun). Hakim membuat pertimbanganpertimbangan.

BAB IV. limbah B3 (bahan, berbahaya, dan beracun). Hakim membuat pertimbanganpertimbangan. BAB IV ANALIAIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SURABAYA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUANGAN LIMBAH B3 (BAHAN, BERBAHAYA, DAN BERACUN) A. Analisis Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Sanksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka kehidupan masyarakat tidak lepas dari aturan hukum. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri

BAB IV. A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Tindak Pidana Penipuan yang. Berkedok Lowongan Pekerjaan (Studi Direktori Putusan Pengadilan Negeri BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN YANG BERKEDOK LOWONGAN PEKERJAAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI KISARAN NO. 317/PID.B/2013/PN.KIS A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan merupakan cara terbaik dalam menegakan keadilan. Kejahatan yang menimbulkan penderitaan terhadap korban, yang berakibat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN PENENTUAN HAPUSNYA PENUNTUTAN PIDANA KARENA DALUWARSA DALAM KUHP A. Konsep Penentuan Daluwarsa Penuntutan dalam KUHP Meskipun setiap orang yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua

BAB III ANALISIS. hukum positif dan hukum Islam, dalam bab ini akan dianalisis pandangan dari kedua BAB III ANALISIS Setelah uraian bab sebelumnya dijelaskan bagaimana gabungan melakukan tindak pidana pembunuhan yang dilakukan oleh satu orang terhadap beberapa korbannya dengan berbeda masa dan tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ajaran agama Islam memberitahukan kepada manusia betapa tingginya kedudukan ilmu, sehingga dengan ilmu tersebut bisa menjadi kunci kebahagiaan dunia dan akhirat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ditinjau dari aspek yuridis maka pengertian anak dalam hukum positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/ minderjaring, 1 orang yang di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejahatan pembunuhan mengalami peningkatan yang berarti dari segi kualitas dan kuantitasnya. Hal ini bisa diketahui dari banyaknya pemberitaan melalui media massa maupun

Lebih terperinci

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING

ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING 53 BAB IV ANALISIS FIQH SIYASAH TENTANG PERAN BADAN ANGGARAN DPRD KOTA SURABAYA DALAM MEREALISASIKAN FUNGSI BUDGETING A. Analisis Terhadap Peran Badan Anggaran Menurut UU No. 27 / 2009 Tentang Susunan

Lebih terperinci

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna

BAB IV. Hakim adalah organ pengadilan yang memegang kekuasaan kehakiman, yaitu kekuasaan Negara yang merdeka untuk meyelenggarakan peradilan guna 65 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI SIDOARJO NO: 832/PID.B/2012/PN.Sda TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN A. Analisis Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang meletakkan hukum sebagai supremasi kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara hukum dalam berbangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Berdasarkan Falsafah Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin atas ketertiban dan perlindungan

Lebih terperinci