BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Hakikat Minat Dalam bagian ini akan dipaparkan mengenai pengertian minat dan faktorfaktor yang dapat menumbuhkan minat. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut. a. Pengertian Minat Istilah minat sering didengar dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam dunia pendidikan. Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila ia tertarik atau menyenangi sesuatu tersebut. Setiap individu mempunyai kecenderungan untuk menghubungkan diri dengan lingkungan melalui cara-cara tertentu. Jika seseorang individu menemukan suatu objek dan menyenangi objek tersebut maka dikatakan individu tersebut menaruh minat terhadap objek tersebut. Minat adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian, mencari, dan mengarahkan diri kepada suatu obyek tertentu yang diekspresikan melalui kesukaan terhadap suatu hal daripada hal lainnya dan dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi suatu aktivitas (Slameto:2010). Sementara itu, menurut Crow dan Crow (dalam Djaali 2008:121) minat berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong seseorang untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, kegiatan, pengalaman yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. 8

2 9 Menurut Bigot (dalam Munawar 2003:17) seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki dua unsur minat, yaitu perhatian dan kesenangan. Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu objek. Maka seseorang yang berminat pada suatu objek yang pasti perhatiannya ditujukan pada objek kegiatan tersebut. Sementara itu, kesenangan adalah perasaan senang terhadap suatu objek baik orang maupun benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang. Orang merasa tertarik kemudian pada gilirannya timbul keinginan yang menghendaki agar objek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk memperhatikan objek tersebut. Unsur minat kemudian dipertegas oleh Jefkins (1996), minat merupakan salah satu dari beberapa segi tingkah laku yang memiliki unsur seperti perhatian, ketertarikan, keinginan, keyakinan, dan tindakan. Perhatian merupakan pemusatan dari individu pada satu atau lebih objek yang menurut individu tersebut menarik; rasa ketertarikan merupakan bentuk adanya perhatian seseorang mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan objek tersebut; keinginan merupakan dorongan untuk mengetahui secara lebih mendalam dan melakukan kegiatan yang berkaitan dengan objek tersebut; keyakinan muncul setelah individu mempunyai informasi yang cukup terhadap suatu objek sehingga merasa yakin bahwa hal yang berhubungan dengan objek tersebut layak dilakukan dan akan memberikan kepuasan; dan keyakinan yang cukup kuat pada individu untuk mengikuti apa yang

3 10 menjadi keinginannya, maka individu membuat suatu keputusan yang kemudian diwujudkan melalui perilaku yang diharapkan. Adanya minat terhadap suatu hal pada diri peserta didik memiliki peranan yang cukup penting. Menurut Dikmenum (dalam Herliani 2009:42) minat dapat digunakan untuk (a) mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk pengarahan dalam pembelajaran; (b) mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya; (c) sebagai pertimbangan penjurusan dan pelayanan individual peserta didik; (d) menggambarkan keadaan langsung di lapangan; (e) mengelompokkan peserta didik yang memiliki minat yang sama; (f) acuan dalam menilai kemampuan peserta didik secara keseluruhan dan memilih metode yang tepat dalam penyampaian materi; (g) mengetahui tingkat minat peserta didik terhadap pelajaran yang diberikan pendidik; (h) bahan petimbangan menentukan program sekolah; dan (i) meningkatkan motivasi belajar peserta didik. b. Faktor-Faktor yang dapat Menumbuhkan Minat Drever (dalam Herliani 2009:41), meninjau minat berdasarkan fungsi dan strukturnya. Secara fungsional minat merupakan suatu jenis pengalaman perasaan yang dianggap bermanfaat dan diasosiasikan dengan perhatian pada suatu objek tertentu. Secara struktural minat merupakan suatu elemen dalam diri individu baik bawaan maupun yang diperoleh lewat proses belajar, yang menyebabkan seseorang merasa mendapatkan manfaat terhadap suatu objek tertentu atau merasa yang berhubungan dengan objek atau pengetahuan.

4 11 Ada beberapa faktor yang dapat menumbuhkan minat pada diri seseorang. Menurut Drever (dalam Herliani, 2009;41-42) terdapat tiga faktor yang mendasari timbulnya minat adalah sebagai berikut: a) Faktor dorongan dalam. Dorongan dari individu itu sendiri menimbulkan minat untuk melakukan tindakan tertentu untuk memenuhinya. Misalnya dorongan makan, menimbulkan minat untuk mencari makanan. b) Faktor motivasi sosial. Faktor ini merupakan faktor untuk melakukan suatu aktivitas agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungannya. Minat ini merupakan semacam kompromi pihak individu dengan lingkungan sosialnya. Misalnya minat belajar muncul karena ingin mendapatkan penghargaan dari orangtua. c) Faktor emosional. Emosi selalu menyertai seseorang saat berhubungan dengan objek minat. Kesuksesan seseorang pada suatu aktivitas disebabkan karena aktivitas tersebut menimbulkan perasaan senang atau puas, sedangkan kegagalan menimbulkan perasaan tidak senang dan mengurangi minat seseorang terhadap kegiatan tersebut. Dalam menumbuhkan minat peserta didik dalam pembelajaran menyusun pantun diperlukan beberapa tips. Menurut Soeharso (2009:42) untuk dapat membangkitkan atau menumbuhkan minat menulis dapat dilakukan melalui tips berikut: a) Tidak semua orang suka menulis. Bagi orang yang sama sekali tidak suka menulis atau membaca akan susah untuk dapat melahirkan suatu karya tulis. Oleh karena itu, untuk dapat menulis harus ada minat walaupun hanya sedikit.

5 12 b) Harus dimulai walau terasa susah. Mengawali merupakan usaha yang paling berat. Biasanya bila awal sudah berjalan semua akan mengalir dengan sendirinya. tanamkan keyakinan bahwa semua yang bisa selalu diawali dengan tidak bisa. c) Tulis apa saja dalam buku catatan agar muncul ide dan gagasan. Selalu bawa buku catatan untuk mencatat hal-hal penting, terutama data dan infornaasi, atau apa saja yang spontan melintas di kepala. Dari sana biasanya akan timbul ide atau gagasan suatu topik untuk tulisan. d) Tumbuhkan ambisi dan semangat untuk menulis. Semangat harus ditumbuhkan dari dalam diri sendiri. Tidak ada orang, lain yang, marnpu membawa perubahan tanpa adanya semangat perubahan dari diri sendiri. Tidak ada orang lain yang dapat membuat seseorang menjadi penulis tanpa seseorang itu belajar sendiri untuk menjadi penulis. e) Tidak takut mencoba dan tidak takut gagal. Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Jangan takut gagal, coba dan coba lagi. Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan. Perbaikan setiap kali gagal harus dicoba. Justru dari kegagalan orang dapat belajar dari kesalahan dan kelemahan. 2. Kemampuan Menulis Pantun Dalam bagian ini dipaparkan mengenai pengertian hakikat kemampuan, hakikat menulis, hakikat pantun dan langkah-langkah menulis pantun. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut.

6 13 a. Hakikat Kemampuan Kemampuan merupakan hal yang telah ada dalam diri kita sejak lahir. Kemampuan yang ada pada diri manusia juga disebut dengan potensi. Potensi yang ada dalam diri manusia sebenarnya bisa diasah. Para ahli menyampaikan pendapat tentang kemampuan tetapi pada dasarnya memiliki arti yang sama. Salah satunya adalah pendapat Chaplin (1997: 34) ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau praktik (Robbins 2000: 46). Croff (dalam Moenir 2001:76) berpendapat bahwa kemampuan pada hakikatnya menunjukan kecakapan seperti yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Sejalan dengan itu, Gibson (1996:237) mengemukakan bahwa kemampuan menunjuk pada potensi seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Kemampuan berhubungan dengan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk melaksanakan pekerjaan. Kemampuan ini akan tercermin dari sikap yang ditunjukkan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Pendapat lain mengenai kemampuan dikemukakan oleh Thoha (2001:93) yang menyatakan bahwa kemampuan merupakan salah satu unsur dalam kematangan berkaitan dengan pengetahuan dan ketrampilanyang diperoleh dari pendidikan, latihan, dan pengalaman. Dengan demikian kemampuan pada masing-masing orang bisa berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dimilikinya. Perbedaan

7 14 kemampuan itu ada yang karena bawaan sejak lahir ditakdirkan tidak sama antar kemampuan yang dimiliki seseorang. Ada juga yang beranggapan bukan disebabkan sejak lahir, melainkan karena perbedaan menyerap informasi yang ada, bahkan ada yang menganggap perbedaan itu karena perpaduan antara keduanya. Jika diamati lebih cermat, kemampuan seseorang terdiri dari beberapa unsur. Hal ini seperti disampaikan oleh Moenir (2001:79) yang menyatakan bahwa kemampuan mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu: (1) Aspek fisik, aspek ini berkaitan dengan kondisi jasmani; (2) Aspek intelegensia, aspek ini menggambarkan kemampuan berpikir dan kemampuan merealisasikan gagasan atau ide-idenya. Aspek ini mencakup ketrampilan dan kecerdasan; (3) Aspek sikap mental, aspek ini menggambarkan tentang karakteristik dan sikap seseorang dalam mengantisipasi lingkungannya pada suatu waktu dan tempat tertentu. Perpaduan dari ketiga unsur di atas akan memperlihatkan kemampuan yang ada. Apabila seseorang memiliki ketiga unsur tersebut dengan baik; artinya kondisi fisik, intelegensi, dan mentalnya baik, maka kemampuannya akan semakin baik. Tetapi jika terdapat kelemahan pada salah satu unsur maka tentu kemampuannya akan menjadi berkurang atau lebih rendah. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Faktor luar

8 15 bersumber dari lingkungan alam dan sosial, sedangkan faktor dari dalam, bersumber dari siswa itu sendiri. Robbin (2000: 46-48) mengatakan bahwa kemampuan terdiri atas dua faktor, yaitu, (a) kemampuan intelektual (intelectual ability), yaitu kemampuan melakukan aktivitas secara mental, dan (b) kemampuan fisik (physical ability), yaitu kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik. Keith Davis (dalam Mangkunegara 2000: 67) mengatakan secara psikologis kemampuan terdiri atas kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill), artinya karyawan yang memiliki IQ di atas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal. Kemampuan adalah sesuatu yang sifatnya dinamis, artinya kemampuan tidak bersifat statis dan dapat ditingkatkan dari waktu ke waktu. Untuk itu diperlukan aktivitas tertentu yang dapat bermanfaat meningkatkan kemampuan kerja, yaitu melalui pendidikan dan latihan. Hal ini seperti dikemukakan oleh Riyanto (2010) bahwa teknik dari pada pengembangan karyawan dapat dilaksanakan melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan dapat mengembangkan kemampuan karyawan bukan saja untuk menangani pekerjaan mereka saat ini tetapi juga pekerjaan mereka di masa yang akan datang. Dengan demikian dapat disimpulkan, kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktik dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu

9 16 yang diwujudkan melalui tindakannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang adalah dari dalam atau psikologis dan faktor dari luar pengaruh lingkungan. Faktor psikologis meliputi minat, bakat, kesiapan, sedangkan faktor dari luar meliputi metode, guru, teman, dan latar belakang. b. Hakikat Menulis Menurut Tarigan (2008:3), menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Selain sebagai alat komunikasi, menulis juga merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dan reseptif. Keterampilan menulis tidak didapatkan secara alamiah, tetapi melalui proses belajar dan berlatih. Melengkapi pendapai tersebut, Nurudin (4:2010) mengungkapkan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami. Menulis pantun termasuk dalam kegiatan menulis kreatif. Disebut sebagai menulis kreatif karena untuk melahirkan karyanya penulis menggunakan pikiranpikiran kreatifnya sehingga terciptalah karya yang indah yang mengemban tujuan penulis. Hal ini didukung oeleh pendapat Kusmayadi (2009:35) menulis pantun adalah proses kreatif, yaitu menciptakan sesuatu yang semula tidak ada menjadi ada. Menurut Trianto (dalam Ripai 2012:151) menulis kreatif merupakan kegiatan yang bersifat apresiatif dan ekspresif. Apresiatif maksudnya melalui kegiatan menulis orang dapat mengenali, menyenangi, menikmati, dan mungkin

10 17 menciptakan kembali secara kritis berbagai hal yang dijumpai dalam teks-teks kreatif karya orang lain dengan caranya sendiri. Ekspresif dalam arti bahwa penulis dimungkinkan mengekspresikan atau mengungkapkan berbagai pengalaman atau berbagai hal yang terdapat dalam dirinya untuk dikomunikasikan kepada orang lain melalui tulisan sebagai sesuatu yang bermakna. Menulis kreatif pada hakikatnya adalah menafsirkan kehidupan. Melalui karyanya penulis ingin mengomunikasikan sesuatu kepada pembaca. Karya kreatif merupakan interpretasi yang dilakukan penulis terhadap kehidupan, yang kemudian dituangkan melalui medium bahasa yang dipilih oleh masing-masing penulis. Sebelum melakukan kegiatan menyusun teks secara tertulis, seorang penulis dituntut untuk tegas dan jelas dalam menentukan tujuan menyusun teks secara tertulis. Hal tersebut sangat penting dilakukan karena menjadi titik awal atau titik tolak dalam seluruh kegiatan penyusunan teks tertulis tersebut. Menurut Tarigan (2008: 24) tujuan menyusun teks secara tertulis, yaitu untuk memberitahukan atau mengajar (wacana informatif); meyakinkan atau mendesak (wacana persuasif); mengibur, menyenangkan, atau mengandung nilai estetis (wacana kesastraan), dan mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat (wacana ekspresif). Sama halnya dengan kegiatan lain, menulis juga mempunyai manfaat-manfaat positif. Tentu saja manfaat tersebut berbeda-bada antara satu orang dengan yang lain bergantung tujuan orang tersebut menulis, target yang ingin dicapai dan sejauh mana usaha yang dilakukan.

11 18 Manfaat menulis kreatif menurut Pennebeker (dalam Hernowo 2004:5255) antara lain, (1) menjernihkan pikiran, (2) mengatasi trauma, (3) membantu mendapatkan dan mengigat informasi baru, (4) membantu memecahkan masalah, dan (5) menulis bebas membantu dalam proses menulis. Pendapat ini mengisyaratkan banyak manfaat yang diperoleh dengan menulis kreatif terutama dari segi psikologis seperti menjernihkan pikiran, mengatasi trauma, dan mampu membantu memecahkan masalah. Selain manfaat-manfaat tersebut, dalam bukunya The Power of Creative Writing, Bernard Pearcy (dalam Nurudin 2010:19) mengungkapkan beberapa manfaat menulis kreatif. Manfaat-manfaat tersebut antara lain, (1) sarana mengungkapkan diri, (2) sarana pemahaman, (3) membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, prasaan harga diri, (4) meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan, (5) mengembangkan suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menyusun teks diantaranya dapat membantu peserta didik berpikir kritis, memecahkan masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman, pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi, pengembangan daya inisiatif dan kreativitas, dan menumbuhkan keberanian. Proses menulis tidak dapat dilakukan secara instan. Menulis membutuhkan proses. Menulis akan relatif lebih mudah apabila mengikuti tahapan-tahapan yang ditentukan. Tahapan menulis 4P menurut Yunus (2015: 28) adalah sebagai berikut ini.

12 19 (1) Tahap pikir. Tahap ini perlu memikirkan apa topik yang akan ditulis, bahan tulisan, cara membuat tulisan menarik, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tulisan, bukan memulai tulisan. Pikirkan segala hal yang perlu disiapkan untuk menulis. (2) Tahap praktik. Tahap untuk praktik menuangkan ide dan gagasan ke dalam bentuk tulisan. Gunakan gaya bahasa sendiri, alur isi tulisan yang disajikan, tata tulis yang digunakan. Praktik menulis bertumpu pada implementasi ide, gagasan, dan perasaan menjadi tulisan yang sesungguhnya. (3) Tahap penyuntingan. Tahap untuk membaca kembali tulisan yang sudah dibuat dan melakukan revisi atas tulisan agar menjadi lebih memadai dan menarik. Penyuntingan dapat dilakukan dengan mengurangi atau menambah isi tulisan sesuai dengan tujuan menulis di samping mengoreksi tata tulis, ejaan, dan pemilihan kata yang tepat. (4) Tahap publikasi. Tahap akhir aktivitas menulis yang fokus pada upaya untuk mempublikasikan atau menerbitkan tulisan yang sudah selesai dibuat. Sedangkan Suparno dan Yunus (2009: ) menjelaskan tahap-tahap penulisan sebagai berikut: (1) Tahap Prapenulisan. Tahap ini merupakan fase persiapan dalam menulis. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan ide atau gagasan dalam bentuk kerangka karangan.

13 20 (2) Tahap Penulisan. Tahap ini merupakan fase untuk mulai mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi yang telah dipilih dan dikumpulkan. Kerangka karangan yang telah dibuat dikembangkan menjadi awal karangan, isi karangan dan akhir karangan. (3) Tahap Pascapenulisan. Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan draft karangan yang telah dihasilkan. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut, a) membaca keseluruhan karangan; b) menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan bila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, disempurnakan; c) melakukan perbaikan sesuai dengan temuan saat penyuntingan. Berdasarkan pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa proses menulis terbagi menjadi beberapa tahapan yakni prapenulisan, penulisan, pascapenulisan, dan publikasi. Kegiatan yang dilakukan dalam menulis dimulai dari menentukan topik, tujuan, mengumpulkan bahan, menyusun dan mengembangkan ide, gagasan, dan perasaan menjadi sebuah karangan utuh mulai awal sampai akhir, mengoreksi dan merevisi karangan apabila terdapat kesalahan, kemudian menerbitkan tulisan yang sudah selesai dibuat. c. Hakikat Pantun Pantun tergolong salah satu puisi lama asli Indonesia. Keaslian tersebut tampak pada persebaran pantun di wilayah Indonesia dengan nama yang berbeda. Di

14 21 daerah Melayu biasa disebut dengan pantun, di Batak Mandailing disebut endeende, di Jawa Tengah disebut parikan dan wawangsalan, di Jawa Timur disebut lagu lodrug, dan di Sunda disebut paparikan (Muljana 1953:132 dan Supardo 1969:42). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan, tetapi sekarang dijumpai juga pantun tertulis (Nursisto 2000:11). Pengaruh Melayu di dalam pantun juga membedakannya dengan syair yang mendapat pengaruh Arab maupun gurindam yang mendapat pengaruh India/Hindu (Semi 1988:149 serta Fatoni dan Fatimah 1986:58). Kata pantun diambil dari bentuk basa krama bahasa Jawa, pari yang sama dengan kata pari dalam bahasa Sansekerta paribhasya (peribahasa) yang artinya susunan atau aturan (Semi 1988:146). Adapun Dr. Bransetter mencoba menguraikan bahwa kata pantun berasal dari akar kata tun yang kemudian menjadi tuntun yang artinya menyusun atau teratur. Dalam bahasa Tagalog, kata tersebut menjadi tonton yang artinya berbicara menurut aturan tertentu. (Semi 1988:147). Samidi (1962:89) menambahkan beberapa pendapat ahli tentang asal mula istilah pantun. Menurut Pynappel dan Djajadiningrat, kata pantun berasal dari bahasa Jawa paribasan yang berarti umpama atau ibarat. Ophuiysen, pantun sama dengan istilah ende di dalam bahasa Mandailing yang berarti umpama atau ibarat. Mozasa beranggapan bahwa kata pantun berasal dari kata tun yang artinya mengatur, merangkai, dan menyusun. Adapun menurut Suseno (2008:43-44), pantun berasal dari akar kata tun yang berarti arah, pelihara, dan bimbing, seperti yang ditunjukkan oleh kata tuntun dan tunjuk.

15 22 Natia (2008: 72) berpendapat bahwa pantun berarti ibarat, seperti, umpama, laksana. Sementara Semi (dalam Ganie 2015: 9) mendefinisikan pantun adalah genre/jenis puisi yang berasal dari tradisi linguistik bahasa Indonesia. Sugiarto (2015: 5) menyatakan bahwa pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat oleh ikatan-ikatan tertentu. Meminjam istilah Suseno (2010:179), pantun adalah jiwa Melayu. Budaya Melayu memiliki pengaruh yang besar di Indonesia. Bahasa Melayu merupakan cikal bakal bahasa Indonesia. Karena dipengaruhi oleh budaya Melayu, pantun pun mencerminkan karakter masyarakat Melayu. Dengan demikian, pantun juga mencerminkan karakter masyarakat Indonesia. Pantun mencerminkan karakter Melayu yang sangat santun dalam berkomunikasi demi tidak menyinggung lawan bicara. Dari segi estetik, pantun menunjukkan keindahan rangkaian kata-kata yang diucapkan dengan irama tertentu. Irama tersebut dapat merangsang sensitivitas sehingga bisa menyadarkan penikmatnya terhadap indahnya kehidupan. Dari segi moralitas, pantun berisi norma-norma kehidupan. Pantun bisa berguna bagi semua umur karena berisi norma-norma moral panduan hidup. Dari sisi linguistik, pantun membantu penuturnya merangkaikan kata-kata dengan irama tertentu dan memiliki makna. Di dalam pantun terkandung logika. Dengan kata lain, pantun mengajarkan kecerdasan tertentu bagi penuturnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pantun adalah puisi lama asli Indonesia (termasuk dalam sastra lisan dan sastra tertulis) yang dapat dijadikan ibarat, sarana untuk menyampaikan petunjuk, tuntunan, atau bimbingan.

16 23 Struktur pantun dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Bagian atas pantun/separuh bait di awal pantun disebut sampiran sedangkan bagian bawah pantun/separuh bait di akhir pantun disebut isi atau maksud pantun (Muljana 1953:125). Sampiran memuat hal-hal yang berkaitan dengan alam. Lebih luas lagi, sampiran juga berisi gambaran tentang hal-hal konkret dan pengalaman. Adapun isi atau maksud memuat tujuan dari pantun tersebut (Agni 2009:6). Keberadaan sampiran dan isi juga menjadi pembeda pantun dengan puisi lama yang lain seperti syair dan mantra. Ada berbagai pendapat tentang keterkaitan makna antara sampiran dan isi. Amir Hamzah (dalam Semi 1988:147) berpendapat bahwa sampiran memuat pikiran dan perasaan yang memiliki kaitan makna dengan bagian isi. bagian sampiran tidak sekadar dibuat sebagai pembentuk bunyi yang akan diikuti oleh bagian isi pantun, tetapi keduanya diciptakan dalam suatu kesatuan berpikir. Pendapat ini disangkal oleh Ophuysen (dalam Supardo 1951:18). Menurut Ophuysen, hubungan antara sampiran dan isi bukanlah hubungan makna, melainkan hubungan bunyi. Keduanya saling mengisi dalam kesamaan rima. Pantun merupakan gubahan yang diuntai atau diikat oleh ikatan-ikatan tertentu. Ikatan-ikatan inilah yang merupakan ciri khas yang mudah dikenali (Sugiarto 2009:12). Pantun yang dikembangkan di dalam penelitian ini adalah pantun yang sampiran dan isinya memiliki keterkaitan bunyi tanpa keterkaitan makna. Hoykas (dalam Sugiarto 2009: 7) berpendapat bahwa pantun yang baik memiliki hubungan yang tersembunyi pada sampiran dan isi. Sedangkan pada

17 24 pantun yang kurang baik hubungan tersebut semata-mata hanya untuk keperluan persamaan bunyi. Ciri lain yang membedakan pantun dengan puisi lama yang lain adalah kelengkapan informasi yang disampaikan. Di dalam pantun, informasi yang disampaikan selesai dalam satu bait. Hal ini dapat dipahami karena pantun semula disampaikan secara lisan. Ketika satu bait pantun selesai, pantun tersebut dibalas oleh lawan bicara dengan informasi yang berbeda.pantun tidak dapat dipakai untuk bercerita karena pantun dalam sebait sudah memuat cerita yang lengkap. Berbeda dengan syair yang tiap-tiap baitnya masih memiliki keterkaitan informasi. Syair dapat dibuat berpuluh-puluh bait sesuai panjang pendeknya cerita yang dibuat (Supardo 1969:56 serta Fatoni dan Fatimah 1986:58). Sugiarto (2015: 5) mengemukakan bahwa ciri-ciri pantun sebagai berikut. (1) Setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris). (2) Banyaknya suku kata tiap baris sama atau hampir sama, biasanya terdiri atas 8-12 suku kata. (3) Pola sajak akhirnya ab-ab. (4) Baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi pantun (makna, tujuan, dan tema pantun). Baris sampiran mengandung tenaga pengimbau bagi pendengar untuk segera mendengar atau membaca baris isi. Sedangkan Ganie (2015: 22) mengemukakan ciri-ciri pantun biasa antara lain sebagai berikut.

18 25 (1) Setiap baris dibentuk dengan jumlah kata antara 4-6 atau 8-12 kata (kovensi pola baris), (2) Setiap bait dibentuk dengan jumlah baris sebanyak 4 baris (konvensi pola bait), (3) Kata-kata di baris 1-2 (sampiran) mempunyai hubungan fonetis dengan katakata yang ada di larik 3-4(isi), (4) Formula persajakannya merujuk kepada pola sajak akhir a/b/a/b. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pantun memiliki ciri-ciri (a) satu bait pantun terdiri atas 4 baris, (b) jumlah kata tiap baris berkisar antara 4-6 kata, (c) jumlah suku kata tiap baris berkisar antara 8-12 suku kata, (d) baris pertama dan kedua disebut sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi. Keduanya memiliki hubungan fonetis, dan (e) pola sajak pantun berakhiran a/b/a/b. Terdapat beberapa macam dasar pengelompokan pantun. Berdasarkan bentuknya, Rizal (2010:16-20) mengelompokkan pantun menjadi pantun biasa, karmina, talibun, dan pantun berkait. Pendapat tersebut didukung oleh Supardo (1969:47) dan Samidi (1962:97). Pendapat tersebut beralasan pada keberadaan sampiran dan isi di dalam puisi-puisi lama tersebut. Selain itu, keempat puisi lama tersebut juga memuat informasi yang lengkap di dalam satu bait. Ciri-ciri keempat jenis pantun tersebut disajikan di dalam tabel berikut.

19 26 Tabel 1 Klasifikasi Pantun Berdasarkan Bentuknya Jenis Pantun Pantun Biasa Karmina/ pantun kilat Talibun Pantun berkait Ciri-ciri a. Setiap bait terdiri atas empat baris b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata c. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi d. Umumnya bersajak/berima ab-ab Apabila dituliskan dalam empat baris sebait: a. tiap barisnya terdiri atas 4 sampai dengan 5 suku kata b. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi c. Bersajak a-b-a-b Apabila dituliskan dalam dua baris sebait: a Tiap-tiap barisnya terdiri atas 8 sampai dengan 10 suku kata. b Baris pertama merupakan sampiran, baris kedua merupakan isi. c Bersajak a-a a. Setiap bait terdiri atas lebih dari 4 baris tetapi selalu genap jumlahnya (6, 8, 10 dst) b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata c. Separuh bait yang pertama merupakan sampiran dan separuh bait kedua merupakan isi d. Bersajak abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde, dan seterusnya a. Setiap bait terdiri atas 4 baris b. Setiap baris terdiri atas 8 sampai dengan 12 suku kata c. Bersajak ab-ab d. Baris kedua pada bait pertama menjadi baris pertama pada bait kedua. e. Baris keempat pada bait pertama menjadi baris ketiga pada bait kedua Berdasarkan isi atau temanya, pantun dibedakan menjadi lima macam. Pantun-pantun tersebut meliputi pantun anak-anak, pantun remaja/dewasa, pantun orang tua, pantun teka-teki, dan pantun jenaka (Sugiarto 2009:14). Pantun anak-anak menggambarkan perasaan anak-anak (Fatoni dan Fatimah 1986:53). Pantun dunia anak-anak yang biasanya berisi rasa senang dan

20 27 sedih. Oleh karena itu, jenis pantun anak dibedakan menjadi pantun bersuka cita dan pantun berduka cita (Sugiarto 2009:14). Pantun remaja/dewasa berisi kehidupan remaja/dewasa. Tema cinta sangat dominan dalam pantun remaja/dewasa. Oleh karena itu, H.C. Klinkert menyebut pantun sebagai minnezangen (lagu cinta kasih). Pantun remaja/dewasa dibedakan menjadi pantun dagang atau pantun nasib, pantun perkenalan, pantun berkasihkasihan, pantun berceraian, dan pantun beriba hati (Sugiarto 2009:14). Pantun orang tua berisi pendidikan, ajaran agama, dan petuah hidup (Supardo 1969:49). Pantun orang tua terdiri atas pantun nasihat, pantun adat, pantun agama, pantun budi, pantun kepahlawanan, pantun kias, dan pantun peribahasa (Sugiarto 2009:15). Pantun teka-teki merupakan pantun yang digunakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Di dalam pantun teka-teki terdapat sebuah pertanyaan (teka-teki) yang harus dipecahkan oleh lawan bicara. Jawaban atas teka-teki tersebut disampaikan dalam bentuk pantun (Surana dalam Susanti 2009:20). Pantun jenaka merupakan pantun yang digunakan para pemuda untuk bersenda gurau.pantun ini biasanya berisi lelucon atau cerita-cerita yang bersifat ringan (Fatoni dan Fatimah 1986:55). Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis pantun dibedakan berdasarkan bentuk dan berdasarkan isi. Berdasarkan bentuk, pantun dibedakan menjadi empat jenis, yaitu (1) pantun biasa, (2) karmina atau pantun kilat, (3) talibun, dan (4) pantun berkait. Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi lima jenis, meliputi (1) pantun anak-anak, (2) pantun remaja/dewasa, (3) pantun orang

21 28 tua, (4) pantun jenaka, dan (5) pantun teka-teki. Jenis pantun yang dikaji di dalam penelitian ini adalah pantun biasa yang terdiri atas pantun anak, pantun nasihat, pantun jenaka, dan pantun teka-teki. d. Langkah-Langkah Menulis Pantun Pada hakikatnya menulis adaah suatu kegiatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, atau informasi secara tertulis menggunakan bahasa sebagai medianya. Menulis pantun adalah kegiatan yang dilakukan untuk menuangkan gagasan atau perasaan dalam karya sastra lama yang terdiri atas sampiran dan isi dengan berpedoman pada syarat-syarat pantun yang telah ditentukan. Orang yang belum terbiasa menulis pantun akan mengalami kesulitan sehingga perlu adanya cara atau teknik agar pembelajaran menulis pantun dapat dilakukan dengan mudah. Secara garis besar, Sugiarto (2013:8) membagi langkah-langkah menulis pantun menjadi tiga. Pertama, menentukan tema. Tema tersebut berkaitan dengan jenis pantun yang akan ditulis. Kedua, mengumpulkan kosakata yang berkaitan dengan tema yang telah ditentukan. Disadari atau tidak, setiap jenis dan tema tertentu dalam sebuah pantun akan memiliki kecenderungan untuk menggunakan kata-kata tertentu. Ketiga, teknis penulisan. Teknis penulisan terdiri atas lima tahap: mencari kata terakhir isi yang seusai dengan tema, membuat kalimat dengan kata-kata tersebut sesuai dengan aturan pantun, mencari kata terakhir pada sampiran, membuat kalimat dengan kata-kata

22 29 tersebut sesuai dengan aturan pantun, serta memeriksa kembali pantun yang sudah dibuat. Pendapat tersebut sejalan dengan Wiyanto. Menurut Wiyanto (2005:1214) menulis pantun supaya mudah dilakukan dengan cara membuat isi terlebih dahulu baru membuat sampiran. Isi pantun dirangkai menjadi dua kalimat dan diletakkan dalam baris ketiga dan keempat. Setelah itu, barulah dicari sampiran yang sesuai. Sampiran biasanya berkaitan dengan alam, misalnya binatang, buah-buahan, bunga-bungaan, peristiwa-peristiwa alam, dan sebagainya. Sampiran juga dapat dikaitkan dengan pengalaman ataupun lingkungan sekitar. Seperti halnya isi pantun, baris pertama dan baris kedua pada sampiran pun hendaknya memiliki keterkaitan. Dengan cara demikian, pantun dapat dibuat dengan mudah dan tepat. Sugiarto (2015: 5) membagi langkah-langkah menulis pantun menjadi tiga: (a) menentukan tema; (b) mengumpulkan kosakata yang berkaitan dengan tema yang telah kita tentukan; (c) teknis penulisan. Tema pantun akan berkaitan dengan jenis pantun yang akan ditulis. Oleh karena itu perlu sekali untuk mengingat pengelompokan pantun berdasarkan isinya. Sama halnya dengan Ganie (2015: 48-49) yang membagi langkah menulis pantun adalah sebagai berikut. (1) Merangkai kosa kata di baris 3-4 (isi). (2) Mencari kosa kata untuk ditempatkan di akhir baris pertama dan kedua (3) Dianjurkan memilih kosakata yang sama suku katanya. Hasil pemilihan kosakata yang demikian dinilai kreatif dibandingkan dengan sekadar menempatkan kosakaat yang sama huruf terakhirnya saja.

23 30 (4) Mencari kosa kata yang dapat dirangkai dengan kata yang ditemukan pada langkah kedua. (5) Pemilihan suku kata minimal sama huruf akhir katanya. (6) Pantun dikatakan baik jika memenuhi syarat minimal yaitu kosa kata di baris pertama dan ketiga serta kedua dan keempat bersajak akhir sama. 3. Metode Mind mapping Metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.( Surahmad, 1980: 75) Makin baik metode akan makin efektif pula pencapaian tujuannya. Metode tidak lain dari rencana keseluruhan dalam menyajikan materi bahasa secra teratur. Adapun yang dimaksud pembelajaran Menurut Gagne, Briggs, dan Wagner (dalam Winataputra 2008) adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada peserta didik. Sedangkan menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai. Metode pembelajaran banyak macam-macam dan jenisnya, setiap jenis metode pembelajaran mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing, tidak menggunakan satu macam metode saja, mengkombinasikan penggunaan beberapa

24 31 metode yang sampai saat ini masih banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk pembelajaran menyusun pantun, yakni metode mind mapping atau peta pikiran. Menurut Sulistyana (2011:77), metode mind mapping merupakan cara yang mudah merangkum suatu pelajaran yang memiliki suatu topik dengan cara membuat peta pikiran, berbentuk diagram pohon, menuliskan tema atau topik di tengah kertas kemudian menuliskan kata-kata kunci pada cabang-cabang tema tersebut. Kata kunci merupakan kata-kata tertentu atau kata-kata inti. Melalui kata-kata kunci yang dipilih seperti diagram atau cabang-cabang pohon, informasi mudah diterima otak. Cara termudah membuat mind mapping adalah memberikan prinsip dasar kata kunci. Metode mind mapping adalah aktivitas pemetaan proses menulis. Dalam teori creative writing teknik mind mapping dapat diterapkan dalam proses kreatif menulis para penulis/pengarang, khususnya pada fase pengolahan ide. Dalam fase ini, penulis/pengarang dapat menjabarkan idenya dengan metode mind mapping untuk membentuk elemen-elemen tulisannya (Pranoto, 2011:115). Peta pikiran (mind map) bisa digunakan untuk membantu penulisan esai atau tugas-tugas yang berkaitan dengan konsep (Huda 2013:307). Konsep tersebut kemudian dipetakan secara lebih rinci untuk mempermudah pemahaman tentang materi yang dipelajari. Peta pikiran (peta konsep) menurut Trianto (2007:160) dilakukan dengan membuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting

25 32 atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain. Peta-peta konsep tersebut membentuk hierarkhi dari konsep yang umum dan berurutan ke yang khusus. Teknik pemetaan pikiran memungkinkan otak menggunakan semua gambar dan asosiasinya dalam pola radikal dan jaringan sebagaimana otak dirancang seperti yang secara internal selalu digunakan otak, dan anda perlu membiasakan diri kembali. Teknik mind mapping merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar otak. Teknik pemetaan pikiran adalah cara mencatat kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Teknik pemetaan pikiran bisa dibandingkan dengan peta kota. Bagian tengah pemetaan pikiran sama halnya dengan pusat kota dan mewakili gagasan terpenting; jalan-jalan protokol yang memancar keluar dari pusat kota merupakan pikiran-pikiran utama dalam proses berpikir, jalan-jalan atau cabangcabang sekunder merupakan pikiran sekunder (Buzan 2013:4). Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Mind mapping juga merupakan peta rute yang memudahkan ingatan dan memungkinkan untuk menyusun fakta dan pikiran, dengan demikian cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan metode mencatat tradisional. Selain itu mind mapping adalah sistem penyimpanan, penarikan data dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa dalam otak manusia yang menakjubkan. Mind mapping bertujuan membuat materi pelajaran terpola secara visual dan grafis yang akhirnya dapat membantu merekam, memperkuat, dan mengingat

26 33 kembali informasi yang telah dipelajari. Mind mapping adalah satu metode mencatat yang mengembangkan gaya belajar visual. Mind mapping memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pemetaan pikiran (mind mapping) merupakan metode mencatat kreatif imajinatif dengan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk memetakan pikiran sehingga dapat membentuk kesan. Pada penerapan metode mind mapping memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Buzan (2013:110) mengemukakan beberapa manfaat atau kelebihan pemetaan pikiran (mind map), diantaranya sebagai berikut: (1) meningkatkan kecepatan berpikir, (2) memberi kelenturan yang tak terbatas, (3) menjelajah jauh dari pemikiran tempat ide-ide orisinal menunggu. Selain memiliki kelebihan, metode pemetaan pikiran juga mempunyai kekurangan. Kekurangan metode ini adalah apabila terdapat peserta didik yang tidak menyukai menggambar dan mewarnai, maka mereka cenderung akan merasa bosan (Muhibullah, 2011:31). Buzan (2009:14) menerangkan bahwa untuk dalam menerapkan metode mind mapping diperlukan sarana dan prasarana, diantaranya: kertas kosong tak bergaris, pena dan pensil warna, otak dan imajinasi. Lebih lanjut dijelaskan bahwa untuk

27 34 membuat mind mapping membutuhkan imajinasi atau pemikiran. Adapun cara pembuatan mind mapping adalah sebagai berikut: a) Mulailah dari tengah kertas kosong. b) Gunakan gambar (simbol) untuk ide utama. c) Gunakan berbagai warna. d) Hubungan cabang-cabang utama ke gambar pusat. e) Buatlah garis hubung yang melengkung. f) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. g) Gunakan gambar. Metode mind mapping dapat bermanfaat secara optimal bila dilaksanakan dengan tepat. Buzan (2013) mengungkapkan sejumlah aturan yang harus diikuti agar metode tersebut dapat memberikan manfaat secara optimal. Berikut penjabarannya. a) Kertas: polos dengan ukuran minimal A4 dan paling baik adalah ukuran A3 dengan orientasi horizontal (landscape). Central topic diletakkan di tengahtengah kertas dan sedapat mungkin berupa image dengan minimal 3 warna. b) Garis: lebih tebal untuk BOIs (Basic Ordering Ideas) dan selanjutnya semakin jauh dari pusat garis akan semakin tipis. Garis harus melengkung (tidak boleh garis lurus) dengan panjang yang sama dengan panjang kata atau image yang ada di atasnya. Seluruh garis harus tersambung ke pusat. c) Kata: menggunakan kata kunci saja dan hanya satu kata untuk satu garis. Harus selalu menggunakan huruf cetak supaya lebih jelas dengan besar huruf yang semakin mengecil untuk cabang yang semakin jauh dari pusat.

28 35 d) Image: gunakan sebanyak mungkin gambar, kode, simbol, grafik, tabel dan ritme karena lebih menarik serta mudah untuk diingat dan dipahami. Kalau memungkinkan gunakan image yang 3 dimensi agar lebih menarik lagi. e) Warna: gunakan minimal 3 warna dan lebih baik 5-6 warna. Warna berbeda untuk setiap BOIs dan warna cabang harus mengikuti warna BOIs. f) Struktur: menggunakan struktur radian dengan sentral topic terletak di tengah-tengah kertas dan selanjutnya cabang-cabangnya menyebar ke segala arah. BOIs umumnya terdiri dari 2-7 buah yang disusun sesuai dengan arah jarum jam dimulai dari arah jam 1. Gambar 1 Contoh Aplikasi Mind mapping Menurut Buzan (2010:15) Langkah dalam membuat mind mapping sebagai berikut : a) Mind mapping dibuat dengan menulis topiknya di bagian tengah, yang sisi panjangnya diletakkan mendatar. Memulai dari tengah memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar ke segala arah dan untuk mengungkapkan dirinya dengan lebih bebas dan alami.

29 36 b) Mind mapping dibuat dengan gambar atau foto untuk ide sentral. Sebuah gambar bermakna seribu kata dan membantu kita menggunakan imajinasi. Sebuah gambar sentral akan lebih menarik, membuat kita tetap terfokus, membantu kita berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak. c) Mind mapping dibuat dengan menggunakan warna karena warna sama menariknya dengan gambar.warna membuat mind mapping lebih hidup, menambah energi kepada pemikiran kreatif, dan menyenangkan. d) Mind mapping dibuat dengan menghubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Otak senang mengaitkan dua, tiga, atau empat hal sekaligus. Bila kita hubungkan cabang-cabang, kita akan lebih mudah mengerti dan mengingat. e) Mind mapping dibuat dengan garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus, karena garis lurus akan membosankan otak. Apabila menghubungkan cabang-cabang tersebut, akan lebih mudah dimengerti dan diingat. Penghubung cabang-cabang utama akan menciptakan dan menetapkan struktur dasar atau arsitektur pikiran. Ini serupa dengan cara pohon mengaitkan cabang-cabangnya yang menyebar dari batang utama. f) Mind mapping menggunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Kata kunci tunggal memberi lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping. Setiap kata tunggal atau gambar adalah pengganda, menghasilkan sederet asosiasi, hubungannya sendiri, dan memicu ide dan pikiran baru. Kalimat atau ungkapan cenderung menghambat efek pemicu ini. Mind mapping yang

30 37 memiliki lebih banyak kata kunci seperti tangan yang semua sendi jarinya bekerja. g) Mind mapping dibuat dengan menggunakan gambar sentral karena setiap gambar bermakna seribu kata. Apabila kita memiliki 10 gambar di dalam mind mapping, mind mapping kita sudah setara dengan kata catatan. Sedangkan langkah-langkah persiapan membuat peta pikiran menurut Huda (2013:307) sebagai berikut. a) Mencatat hasil ceramah dan menyimak poin-poin atau kata kuncikata kunci dari ceramah tersebut. b) Menunjukkan jaringan-jaringan dan relasi-relasi di antara berbagai poin/gagasan/kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran. c) Membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang topik tersebut. d) Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas. e) Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada satu lembar saja. f) Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahanpermasalahan yang terkait dengan topik bahasan. g) Mereview pelajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian. 4. Penerapan Metode Mind mapping dalam Pembelajaran Menylis Pantun Keterampilan menulis tidak dapat lepas dari membaca sesuai dengan pernyataan Kuncoro (2009:5) semakin sering membaca juga dapat semakin

31 38 meningkatkan pengetahuan, menemukan inspirasi/ide menulis dan rasa percaya diri untuk menulis. Oleh karena itu, penulis pun harus memiliki kegemaran membaca untuk menambah pengetahuannya. Parera dan Tasai (1996:27) menjelaskan bahwa pembelajaran menulis merupakan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Seseorang dituntut kreatifitasnya dalam menulis karena ia harus menggunakan seluruh indera dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Keterampilan menyusun yang merupakan salah satu bentuk keterampilan menulis pun membutuhkan keahlian yang serupa dengan menulis. Sehubungan dengan hal tersebut, berikut langkah-langkah pembelajaran keterampilan menulis pantun dengan metode peta pikiran (mind map). a) Pemodelan pantun. Pemodelan pantun artinya sebelum peserta didik melaksanakan pembelajaran, peserta didik akan diberikan pantun untuk mengenal pantun. Pantun yang diberikan akan membantu peserta didik untuk memahami pengertian, ciri-ciri dan struktur pantun. b) Penerapan metode pembelajaran peta pikiran (mind map) untuk menulis pantun. Metode pembelajaran peta pikiran (mind map) digunakan untuk membantu peserta didik memahami unsur-unsur pantun dengan cara yang menyenangkan. Penerapannya dilakukan dalam pembelajaran menulis pantun pada tahapan menulis pantun.

32 39 c) Pembimbingan penulisan pantun melalui dengan metode pembelajaran peta pikiran (mind map). Pembimbingan ini dilakukan oleh guru kepada peserta didik dengn tujuan memberikan pemahaman dan menjawab kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik. Pada tahap pembimbingan ini peserta didik bebas bertanya apa saja kepada guru tentang hal-hal yang belum dipahami dari pembelajaran menyusun pantun menggunakan metode peta pikiran (mind map). d) Evaluasi penyusunan pantun menggunakan metode pembelajaran mind mapping. Setelah proses pembelajaran terlaksana, dilakukan evaluasi untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran menulis pantun. Evaluasi diberikan kepada seluruh peserta didik sebagai alat ukur tercapainya kompetensi pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran menyusun pantun dengan metode peta pikiran (mind map) dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2: Langkah-langkah pembelajaran menulis pantun denga metode mind mapping Kegiatan Aspek Langkah-Langkah Pembelajaran Awal Persiapan Peralatan Pendukung 1. Persiapan bahan ajar menulis pantun. 2. Persiapan alat dan media pembelajaran. 3. Pengondisian kelas agar peserta didik siap mengikuti pembelajaran.

33 40 Inti Akhir Pemberian Apersepsi Penyampai an Materi Penggunaa n Metode Pembelajar an Pemberian Evaluasi Penguatan dan Penutup 1. Apersepsi dengan cara menunjukkan sebuah pantun kepada peserta didik. 2. Penjelasan tujuan pembelajaran menulis pantun pada peserta didik. 3. Penjelasan manfaat pembelajaran menulis pantun pada peserta didik. 4. Pemberian motivasi agar peserta didik semangat untuk mengikuti pembelajaran menulis pantun. 1. Memperlihatkan contoh pantun pada peserta didik. 2. Tanya jawab tentang topik pantun, ciri-ciri pantun, struktur pantun, langkah-langkah menulis pantun, dan metode peta pikiran (mind map) antara guru dan peserta didik 3. Penjelasan hal-hal penting pada pantun dan alur pelaksanaan pembelajaran menulis pantun dengan metode peta pikiran (mind map) pada peserta didik 1. Peserta didik menerima lembar kerja berupa satu lembar kertas yang berisikan foto. 2. Peserta didik mengamati foto kemudian mulai membuat rangkaian kata dengan cara membuat peta kata berdasarkan foto tersebut. 3. Merangkai kata-kata menjadi isi pantun dari peta kata yang sudah dibuat. 4. Merangkai kata-kata menjadi peta sampiran dari peta kata yang sudah dibuat, dengan memperhatikan keterkaitan isi dan sampiran serta sajak akhir pada tiap baris. 5. Menggabungkan bagian sampiran dan isi pantun. 6. Merevisi hasil pantun yang telah dibuat. 1. Maju ke depan kelas untuk menyampaikan hasil menulis pantun oleh peserta didik. 2. Pemberian komentar pada peserta didik yang maju. 3. Pemberian simpulan tentang hal-hal penting pada pantun, topik pantun, menulis pantun pada peserta didik 1. Tanya jawab perihal materi yang belum dipahami antara peserta didik dan guru 2. Menyimpulkan pembelajaran pada hari itu oleh peserta didik dan guru. 3. Melakukan refleksi pembelajaran pada hari itu oleh peserta didik dan guru.

34 41 B. Kerangka Berpikir Pembelajaran menulis pantun merupakan salah satu materi bahasa Indonesia pada kelas VII yang dianggap kurang menarik bagi siswa. Sementara itu, masih banyak guru yang kurang optimal dalam memberikan pembelajaran tersebut. Akibatnya, hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun harus ditingkatkan. Untuk mengatasi segala permasalahan peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun, maka diperlukan strategi yang tepat. Ada berbagai cara yang dapat digunakan untuk mendukung pengoptimalan pembelajaran menulis pantun. Misalnya dengan penggunaan media yang menarik, melakukan aktifitas yang meningkatkan minat peserta didik ataupun menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat dan kemampuan peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun yaitu metode mind mapping. Dalam metode mind mapping peserta didik dikuatkan pada cara menghadapi persoalan dengan langkah penyelesaian yang sistematis, yaitu memahami masalah, menulis rencana, melaksanakan rencana, dan memeriksa kembali. Metode tersebut mengarahkan peserta didik untuk membuat pemetaan terhadap ide-ide barunya, dan kemudian dapat dikembangkan menjadi sebuat pantun. Berdasarkan uraian tersebut,kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan melalui skema berikut ini.

35 42 Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran menulis pantun. Minat peserta didik dalam pembelajaran menyusun pantun masih rendah Pembelajaran menyusun pantun dengan metode mind mapping Keefektifan metode mind mapping dalam mengatasi permasalahan dan minat peserta didik dalam menulis pantun Bagan 1: Kerangka Pikir Penelitian C. Hipotesis Hipotesis merupakan rumusan yang menyatakan harapan adanya hubungan tertentu antara dua fakta atau lebih (Ismawati 2003:31). Hipotesis dari penelitian eksperimen ini sebagai berikut. H1 : Tidak ada perbedaan minat dan keterampilan menulis pantun dengan metode mind mapping. H0 : Ada perbedaan minat dan keterampilan menulis pantun dengan metode mind mapping.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd

Mind Mapping. Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 Penulis Suparjan, MM. M.Pd Mind Mapping Ikatan Guru Indonesia Kab. Grobogan 1 1. Hakikat Mind Mapping Mind Mapping atau peta pikiran adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak yang menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah 8 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Hakekat Menulis Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind Mapping atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING

MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING MENGENAL PEMBELAJARAN MODEL MIND MAPPING Suhel Madyono Universitas Negeri Malang Alamat: Tunjung, Udanawu, Blitar, HP: 085733311038 e-mail: suhel.madyono.fip@um.ac.id Abstrak: Metode pembelajaran di SD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap

BAB I PENDAHULUAN. (2007:136) bahwa narasi berusaha menjawab: Apa yang telah terjadi? Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Narasi sebenarnya merupakan karangan yang mudah ditulis oleh siswa karena karangan ini dikembangkan melalui kegemaran siswa dalam mendengarkan cerita atau bercerita.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI

Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oman Farhurohman 35 Hakikat dan Penerapan Model Mind Mapping dalam Pembelajaran di SD/MI Oleh: Oman Farhurohman 1 Abstrak Upaya dalam mengoptimalkan hasil pembelajaran, seyogyanya ketika proses pembelajaran

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tidak dapat dipungkiri, bahwa dalam kehidupan modern saat ini, penguasaan bahasa bagi seseorang mutlak diperlukan. Keterampilan berbahasa seseorang harus mengacu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang kemampuan menulis pantun sebelumnya sudah pernah dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia pada dasarnya merupakan upaya untuk meningkatkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh manusia. Menurut para ahli Belajar dan pembelajaran adalah salah satu 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada dirinya seseorang. Belajar dan pembelajaran dapat dilakukan oleh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah mempertinggi kemahiran siswa dalam menggunakan bahasa meliputi kemahiran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Oleh Susana Widyastuti, M.A. Disampaikan pada Seminar Metode Belajar yang Efektif Yang diselenggarakan pada Sabtu, 25 September 2010 Oleh Pusat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 6 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Keterampilan Menulis Puisi a. Hakikat Menulis Tarigan (1994:3) memberikan pengertian bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS III DI SEKOLAH DASAR BAWAMAI PONTIANAK KOTA Herlina, Kaswari, Heri Kresnadi Prodi PGSD FKIP Untan Pontianak

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind merupakan gagasan berbagai imajinasi. Mind merupakan suatu keadaan yang timbul bila otak (brain) hidup dan sedang bekerja (Bahaudin, 1999:53). Mind map adalah teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta. diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi.

BAB I PENDAHULUAN. selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta. diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam, yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains disingkat menjadi IPA, merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak.

BAB I PENDAHULUAN. berekspresi dan salah satunya adalah menulis puisi. Puisi dalam Kamus Besar. penataan bunyi, irama, dan makna khusus; sajak. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yakni (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pendidik haruslah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala kegiatan dan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu, sebagai makhluk yang

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh 5 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh Media Pembelajaran Film Dokumenter terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Ilmu pengetahuan alam atau dikenal juga dengan sains menurut Bundu (2006) merupakan sejumlah proses kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 9 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Media Pembelajaran Mind Mapping a. Pengertian Media Pembelajaran Mind Mapping Sadiman (dalam Rianti, 2012, h.9) menjelaskan media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian ini merupakan penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis deskripsi dengan metode pembelajaran Mind Mapping pada peserta didik kelas IV SD Negeri Kutowinangun 05 Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai kedudukan yang penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Melalui pendidikan, diharapkan setiap individu memiliki kompetensi pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: C.V Diponegoro, 1984), hlm Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gempita Pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bahasa dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membantu anak didik yang sedang berusaha untuk memperoleh atau mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dipelajari dan dikuasai yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada empat keterampilan berbahasa yang diterima oleh peserta didik secara berurutan. Keterampilan tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan modern, keterampilan menulis sangat dibutuhkan. Hal ini terlihat dari banyaknya alat komunikasi yang sangat memerlukan keterampilan menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) bab 1 pasal 1 disebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dalam hidup bermasyarakat bukan hanya melalui lisan yang dilakukan melalui tatap muka, tetapi dapat dilakukan melalui tulisan. Syamsudin A.R. (1994:1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan yang bernilai edukatif, hal ini terjadi karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan sehari-hari dalam lingkungan sekolah siswa tidak akan terlepas dengan aktifitas menulis. Hal tersebut dikarenakan dari menulis siswa memindahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini berisi tentang beberapa pendapat para ahli mengenai pembelajaran IPA, metode pembelajaran mind mapping, hasil belajar, penerapan mind mapping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia SMA, tujuan pembelajaran bahasa indonesia di sekolah adalah siswa terampil berbahasa. Keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa

Tabel. 1. Empat Jenis Keterampilan Berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar berbahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Seseorang yang memiliki keterampilan berbahasa secara optimal dalam proses berkomunikasinya

Lebih terperinci

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI Nurmina 1*) 1 Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Almuslim, Bireuen *) Email: minabahasa1885@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran Sejarah di SMA/MA adalah mata pelajaran yang mengkaji tentang perubahan dan perkembangan kehidupan masyarakat baik di Indonesia maupun di luar Indonesia dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memahami sebuah karya sastra pada dasarnya bukanlah persoalan mudah, karena pemahaman sastra berkaitan erat dengan proses sifat karya sastra itu sendiri. Maka

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MENGGUNAKAN MEDIA POSTER PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Fitria Damayanti Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia phiethriedamaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan erat kaitannya dengan proses belajar mengajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor hakiki yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berkomunikasi dengan orang lain sebagai wujud interaksi. Interaksi tersebut selalu didukung oleh alat komunikasi vital yang

Lebih terperinci

2013 PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

2013 PENGARUH METODE MIND MAPPING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Metode pembelajaran merupakan salah satu komponen dari proses pembelajaran yang kehadirannya akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari pembelajaran yang dilakukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang termasuk ke dalam ruang lingkup mata pelajaran bahasa indonesia dan tidak dapat terpisahkan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi 1. Puisi baru yang berisi tentang cerita adalah. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal 11.1 Himne Balada Epigram Elegi Kunci Jawaban : B Himne yaitu puisi yang digunakan sebagai bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya dunia pendidikan, pengajaran Bahasa Indonesia pun harus mengalami perkembangan, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyajikan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan yang

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI MIND MAPPING PADA ANAK TK AISYAH 29 SURABAYA. Endah Hendarwati, SE, M.Pd

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI MIND MAPPING PADA ANAK TK AISYAH 29 SURABAYA. Endah Hendarwati, SE, M.Pd PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA MELALUI MIND MAPPING PADA ANAK TK AISYAH 29 SURABAYA Endah Hendarwati, SE, M.Pd email : endah_hen@yahoo.com ABSTRAK Mind Mapping adalah suatu metode untuk memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA

PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA PEMBELAJARAN MENULIS SEBAGAI SUATU KETERAMPILAN BERBAHASA Oleh Novita Tabelessy Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pattimura Abstrak:

Lebih terperinci

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Dewi Ekowati Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN METODE PETA ALUR PIKIRAN (MIND MAPPING) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 CANDIMULYO KABUPATEN MAGELANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Oleh: Dewi Ekowati

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN BAHASA (LANGUAGE GAMES) Tutin Mulyati NIM : 08210086 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerolehan proses belajar di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar adalah salah satu masalah yang terjadi dalam

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG Dwi Sulistyorini Abstrak: Dalam kegiatan pembelajaran menulis, siswa masih banyak mengalami kesulitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung saat tulisan tersebut dibaca oleh orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tulis. Seorang penulis berkomunikasi melalui tulisan mereka untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana mutlak yang dipergunakan untuk mewujudkan masyarakat madani yang mampu menguasai, mengembangkan, mengendalikan dan memanfaatkan ilmu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada pihak lain terwujud dalam kegiatan berbahasa. Di dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bisa diartikan sebagai sebuah proses kegiatan pelaksanaan kurikulum suatu lembaga pendidikan yang telah ditetapkan (Sudjana, 2001: 1). Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Keterampilan menulis perlu mendapat perhatian oleh penulis, agar tercipta hasil tulisan yang bermakna, menarik, dapat dipahami, dan mempengaruhi pembacanya. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat dan terencana dengan strategi pembelajaran yang efektif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar (SD). Bahasa Indonesia mempunyai peran penting dalam pengembangan berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Hilgard dan Bower mengatakan Perubahan sebagai hasil dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan

I. PENDAHULUAN. dapat dipisahkan antara satu sama lain. Keempat komponen itu ialah keterampilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia pada dasarnya memiliki tujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa memiliki empat komponen penting yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Kemampuan Menulis. menghasilkan sebuah tulisan. memberdayakan pengetahuan dan perasaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kemampuan Menulis a. Pengertian Kemampuan Menulis Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Koentjaraningrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat. Suparno & Mohamad Yunus menyatakan menulis sangat bermanfaat untuk: (1) meningkatkan kecerdasan, (2) mengembangkan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN 1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS TEKS DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Ira Widyawati Napitupulu Drs. H. Sigalingging,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon)

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL MIND MAPPING (PTK Pada Siswa Kelas IX B SMPN 3 Kota Cirebon) H. Abdul Rojak 1 1. Guru SMP Negeri 3 Kota Cirebon Abstrak Model pembelajaran kooperatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar dilakukan siswa dan guru di sekolah. Siswa mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan Belajar Mengajar

Lebih terperinci