HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Fitokimia Ekstrak Sampel Hasil analisis fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda positif mengandung flavonoid, fenolik hidrokuinon, triterpenoid, steroid, tanin dan alkaloid. Namun keberadaan saponin tiap ekstrak tersebut berbeda. Kandungan saponin yang terbanyak terdapat pada ekstrak daun salam sedangkan pada ekstrak daun jati belanda tidak terdapat saponin (Tabel ), dengan tidak terbentuknya busa pada saat pengocokan. Hasil penelitian ini juga sedikit berbeda dengan laporan Ekawati (2007) karena ekstrak daun salam dalam penelitiannya tidak mengandung senyawa steroid. Demikian pula Indariani (2006) melaporkan bahwa ekstrak daun jambu biji tidak mengandung alkaloid dan triterpenoid. Perbedaan kandungan senyawa dalam tanaman ini dipengaruhi antara lain oleh jenis tanah, curah hujan, ketinggian dan lingkungan sekitarnya dan umur tanaman, sehingga kandungan senyawa dan komposisinya dapat berbeda-beda (Indariani, 2006). Seperti contohnya tanaman daun salam dari kota Cianjur yang curah hujannya mmm/tahun, kandungan kuersetinnya sebesar 0,725 % sedangkan kota sukabumi yang memiliki curah hujan lebih tinggi yaitu mm/tahun, kandungan kuersetinnya lebih rendah yaitu hanya sebesar 0,3 % (PSB 2006 dalam Ekawati 2007). Tabel Hasil uji fitokimia ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda Uji Fitokomia Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid Steroid Tannin Alkaloid Wagner Meyer Dragendorf Ket : Ekstrak Daun salam Daun jambu biji Daun jati belanda (+) : Rendah, (++) : Sedang, () : Tinggi, () : Sangat tinggi

2 Penelitian Rachmawaty (2005) menyatakan bahwa kandungan senyawa kimia terutama kandungan triterpenoid terbanyak terdapat pada tanaman pegagan yang tumbuh pada naungan 25% (intensitas cahaya matahari yang tinggi). Warna daun dari tanaman itu sendiri juga membedakan kandungan senyawa kimia dari ekstrak tanaman tersebut. Penelitian yang dilakukan Ridwan dan Ayunita (2007) menyatakan bahwa pada daun miana dengan warna gelap kandungan senyawa golongan flavonoidnya lebih tinggi dibandingkan dengan miana dengan warna daun yang terang. Selain itu daun Miana dengan warna gelap memiliki kandungan saponin dalam jumlah besar. Perbedaan kandungan metabolit sekunder pada beberapa penelitian ini dikarenakan uji fitokimia yang dilakukan hanyalah uji kualitatif sehingga hasil yang diperoleh kurang sensitif selain itu ekstrak yang digunakan juga hanya ekstrak kasar dan belum dimurnikan. Selain itu tempat asal tanaman tersebut juga berbeda sehingga mempengaruhi kandungan fitokimia dari tanaman tersebut. Keberadaan saponin dari ketiga ekstrak yang digunakan pada penelitian ini berbeda satu sama lain. Seperti yang telah diketahui bahwa keberadaan senyawa saponin dalam tumbuhan berkhasiat sebagai antioksidan. Menurut Hernani dan Rahardjo (2005) senyawa saponin terutama golongan glikosida mampu menurunkan kolesterol dan menghambat kanker. Selain itu saponin yang terkandung pada akar kuning dan temulawak mampu menghambat peningkatan konsentrasi lipid peroksida (Adji 2004). Dengan tidak adanya keberadaan saponin pada ekstrak daun jati belanda ini maka dapat diduga bahwa potensi antioksidasi dari daun jati belanda lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak daun salam. Ini sesuai dengan hasil uji potensi antioksidasi yang dilakukan dengan metode TBA potensi antioksidasi ekstrak daun salam lebih tinggi daripada potensi antioksidasi ekstrak daun jati belanda (Lampiran 4). Oksidasi Asam Linoleat Metode TBA dan Pengaruh Vitamin E Pengukuran konsentrasi MDA dilakukan setelah hari ke-4 yaitu hari ke-6, karena menurut Kikuzaki dan Nakatani (993) pengukuran potensi antioksidan dengan metode TBA lebih baik dilakukan setelah satu atau beberapa hari dari puncak absorbansi asam linoleat, ketika hidroperoksida telah mengalami dekomposisi membentuk MDA. Pengukuran dilakukan umumnya setelah terjadi

3 tingkat oksidasi asam linoleat maksimum karena pada saat itu juga terbentuk MDA maksimum yang dihasilkan dari reaksi oksidasi lipid (Kikuzaki dan Nakatani 993). Berdasarkan oksidasi asam linoleat yang dilakukan pada penelitian ini selama 8 hari diperoleh hasil bahwa pada hari ke-4 pembentukan hidroperoksida telah mencapai maksimum (Gambar 8). Penelitian ini menggunakan vitamin E 200 ppm sebagai standar karena vitamin E pada konsentrasi ini memiliki persen inhibisi hampir 00 %. Hasil penelitian Satria (2005) daya hambat vitamin E 200 ppm sebesar 93,0 % sedangkan Indariani (2005) melaporkan bahwa potensi antioksidasi vitamin E 200 ppm sebesar 92, %. Pada penelitian ini penambahan vitamin E sebesar 200 ppm mampu menghambat proses oksidasi asam linoleat sebesar 94,02 %. Potensi antioksidan dari semua jenis tanaman dapat diketahui melalui perbandingan nilai absorbansi yang menggambarkan konsentrasi MDA. Nilai absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi MDA dan berbanding terbalik dengan potensi antioksidan. Nilai absorbansi yang rendah menunjukkan bahwa suatu tanaman memiliki potensi antioksidan yang tinggi. Secara statistik, konsentrasi MDA pada asam linoleat dengan penambahan vitamin E jauh lebih kecil daripada konsentrasi asam linoleat tanpa antioksidan. Ini berarti bahwa vitamin E memiliki potensi sebagai antioksidan sangat tinggi (Gambar 9). Vitamin E merupakan antioksidan yang berperan mencegah terjadinya proses oksidasi dalam tubuh, di mana kolesterol LDL yang menembus dinding arteri dapat menyumbat pembuluh darah setelah mengalami oksidasi (Jishage et al. 2005). Penentuan Waktu Inkubasi As Linoleat Absorbansi 0,522 0,934 0,943 0,999 0,975 0,926 0,854 0,838 0, Hari Ke Gambar 8 Nilai absorbansi hidroperoksida maksimum terhadap waktu 5 4,50 ± 0,64 [MDA] (µm) ,27 ± 0,3

4 Jenis Perlakuan Gambar 9 Konsentrasi MDA asam linoleat dan vitamin E Pengaruh Ekstrak Daun Salam, Ekstrak Daun Jambu Biji dan Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Oksidasi Asam Linoleat Pada penelitian ini digunakan ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda masing-masingnya terdiri atas dua konsentrasi yaitu 00 ppm dan 200 ppm. Hasil analisis statistik yang menggunakan rancangan faktorial RAL, menunjukkan bahwa dosis yang digunakan yaitu 00 ppm dan 200 ppm tidak berpengaruh nyata (p>0,05). Dari ketiga ekstrak yang digunakan, potensi antioksidasi terbesar terdapat pada ekstrak daun salam 00 ppm yaitu 68,7 % dan potensi antioksidasi yang terkecil terdapat pada ekstrak daun jati belanda 200 ppm yaitu 46,0 % (Gambar 0). Dari hasil analisis statistik, ketiga ekstrak yang digunakan pada penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p<0,05) (Lampiran 6). Oleh karena itu perlu dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan untuk melihat perbedaan potensi antioksidan ketiga ekstrak. Berdasarkan uji Duncan diketahui potensi antioksidasi ekstrak daun salam tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun jambu biji, namun berbeda nyata dengan ekstrak daun jati belanda. Potensi antioksidasi ekstrak daun jambu biji tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun jati belanda dan ekstrak daun salam (p=0,05). Hal ini dimungkinkan karena kandungan fitokimia ekstrak daun salam dan daun jambu biji hampir sama jenis senyawa kimianya. Daya Hambat Oksidasi (%) Asam Linoleat 00,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 94,02 68,7 66,46 59,27 53,66 5,22 46,0 Vitamin E 200 ppm- Ekstrak Daun Salam 00 ppm- Ekstrak Daun Salam 200 ppm-

5 Gambar 0 Potensi antioksidasi ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda Aktivitas antioksidan dari ketiga ekstrak ini mungkin diperoleh dari senyawa aktif yang dikandungnya seperti tannin, flavonoid, dan alkaloid. Pada uji fitokimia terhadap ketiga ekstrak yang digunakan, kandungan alkaloid, flavonoid dan tanin menunjukkan hasil yang positif. Ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda telah banyak dipublikasikan sebagai obat tradisional yang berpotensi sebagai antioksidan. Senyawa bahan alam yang diduga berperan sebagai antioksidan adalah senyawa flavonoid (Gambar ). Flavonoid dapat membantu memberikan perlindungan terhadap penyakit kanker, penuaan, aterosklerosis, peradangan (inflamasi) dan penyakit neurodegeneratif (Parkinson dan Alzheimer) bersama dengan vitamin antioksidan dan enzim. Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa asupan flavonoid berbanding terbalik dengan kematian akibat penyakit jantung koroner dan kejadian serangan jantung (Buhler dan Miranda C. 2000). Menurut Giovannini et al. (2007), senyawa polifenol memiliki aktivitas antioksidan dan dapat mengatur proses apoptosis dengan cara-cara yang berbeda tergantung pada konsentrasi, sistem sel, jenis atau tahap proses patologis. Senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan karena dapat bertindak sebagai pemutus rantai dan penangkap radikal. Aktivitas ini tergantung struktur kimia mereka yang mempengaruhi kekuatan antioksidan mereka (Saija et al. 995, Giovannini et al. 2007).

6 A B C Gambar Struktur (a) flavon (2-fenil-,4-benzopiron), (b) isoflavon dan (c) neoflavonoid Menurut Saija et al. 995, aktivitas antioksidan dari flavonoid tidak hanya ditentukan oleh struktur kimianya tetapi juga lokasi flavonoid tersebut di dalam membran Senyawa flavonoid mempengaruhi lipid plasma dan lipoprotein mengurangi kolesterol plasma dan trigleserida. Senyawa flavonoid juga memberikan efek perlindungan fungsi platelet dan penghambatan hemostasis agregasi platelet. Senyawa flavonoid dapat menghambat pertumbuhan plak aterosklerosis dengan mengurangi ekspresi molekul adesi, memberikan aksi anti inflamasi, dan menghalangi oksidasi LDL (Saija et al. 995, Giovannini et al. 2007, Pietta 2000). Kemampuan Ekstrak Daun Salam, Daun Jambu Biji dan Daun Jati Belanda dalam Memodulasi Apoptosis Sel Khamir (Saccharomyces cerevisiae). Telah dilaporkan bahwa koloni khamir yang mengalami apoptosis dapat dibedakan dari koloni normal. Salah satu petanda koloni yang mengalami apoptosis yaitu berubah menjadi koloni petit disebabkan karena kehilangan kemampuan respirasi pada mitokondria (disfungsi mitokondria) akibat proses apoptosis sehingga laju pertumbuhan sel-sel khamir yang mengalami apoptosis jauh lebih lambat dari sel-sel khamir normal (Madigan et al. 2000). Akibatnya bentuk koloni dan ukuran sel khamir yang berubah menjadi koloni petit menjadi lebih kecil (Gambar 2). Media petit yang digunakan untuk uji apoptosis ini memiliki komposisi yang sedikit berbeda dengan media standar (YEPD). Konsentrasi glukosa pada media petit dibuat seminimal mungkin untuk hanya menumbuhkan sel khamir yang petit. A B

7 Gambar 2 Foto koloni sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) ekstrak daun salam 00 ppm pada (a) Sel normal dan (b) Sel Petit Sel khamir yang mengalami apoptosis akibat kerusakan pada mitokondria tidak dapat memanfatkan etanol sebagai sumber karbon. Dengan konsentrasi glukosa yang minimum, sel khamir yang telah mengalami apoptosis dapat tetap tumbuh namun dengan ukuran yang kecil (Gambar 2A). Sedangkan sel yang tidak mengalami apoptosis dapat memanfaatkan etanol sebagai sumber karbon karena mitokondrianya tidak mengalami kerusakan sehingga sel khamir tetap tumbuh dengan baik (Gambar 2B). Untuk penghitungan frekuensi petit pada penelitian ini dilakukan dengan uji petit. Uji petit yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan kontrol glukosa sebagai kontrol positif karena menurut Granot dan Snyder (99), glukosa 2 % dapat menginduksi apoptosis pada sel khamir (Saccharomyces cerevisiae). Uji apoptosis frekuensi petit dengan induksi oleh glukosa ini menunjukkan hasil yang positif, glukosa memberikan pengaruh untuk membuat sel khamir menjadi petit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa sel yang sedang mengalami apoptosis akan menunjukkan karakteristik morfologis antara lain pengerutan sel atau petit (Ligr et al. 998). Dari hasil penelitian terlihat bahwa jumlah petit pada kontrol glukosa 4 % cukup tinggi yaitu mencapai lebih dari 60%. Pada kontrol aquades terlihat jumlah petitnya hanya 35,05 % (Gambar 3). Glukosa dapat menyebabkan kematian sel khamir dalam beberapa jam tanpa penambahan nutrisi lain untuk mendukung pertumbuhannya. Glukosa dapat memicu kematian sel yang ditandai dengan produksi spesies oksigen reaktif (ROS) yang cepat, degradasi RNA dan DNA, kerusakan membran, fragmentasi dan penyusutan inti sel (Granot et al. 2003).

8 Gambar 3 Foto koloni pada (a) kontrol glukosa 4 % dan (b) kontrol aquades Mitokondria merupakan organela yang berperan penting dalam metabolisme respirasi untuk menghasilkan ATP. Kerusakan pada fungsi DNA mitokondria menyebabkan mutan tidak dapat melakukan respirasi dan akibatnya tidak lagi dipengaruhi oleh Efek Pasteur, misalnya supresi oksigen selama glikolisis. Peristiwa ini diduga menyebabkan laju fermentasi etanol menjadi lebih tinggi. Mutasi pada DNA mitokondria akan menghasilkan mutan yang disebut mutan petit (Hutter et al. 998). Frekuensi petit ekstrak daun salam konsentrasi 00 ppm paling kecil diantara ekstrak daun jambu biji dan ekstrak daun jati belanda yaitu 2,22% (Gambar 4) yang berarti terjadi penghambatan apoptosis. Frekuensi petit ekstrak daun salam 00 ppm lebih rendah dibandingkan dengan ekstrak daun jambu biji 00 ppm dan ekstrak daun jati belanda 00 ppm. Ekstrak daun jambu biji 00 ppm lebih tinggi frekuensi petitnya dibandingkan dengan ekstrak daun jati belanda 00 ppm. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun salam 00 ppm yang paling tinggi kemampuannya dalam menghambat apoptosis (p<0,05). Pada kosentrasi ekstrak 200 ppm, frekuensi petit yang paling besar dihasilkan oleh ekstrak daun jambu biji 200 ppm yaitu 63,99% (Gambar 5). Hasil analisis statistik, frekuensi petit ekstrak daun salam 200 ppm tidak berbeda nyata dengan ekstrak daun jati belanda 200 ppm dan ekstrak daun jambu biji 200 ppm (p<0,05). Kemampuan ketiga ekstrak ini tehadap kemampuanya menghambat apoptosis sel khamir (Saccharomyces cerevisiae) hampir sama. Hal ini dikarenakan kandungan senyawa kimia ketiga ekstrak ini hampir sama karena semua ekstrak positif mengandung flavonoid.

9 % Petit 70,00 60,00 50,00 Konsentrasi 00 ppm 63,62 A 47,80 48,68 Kontrol Glukosa Kontrol Aquades 40,00 30,00 20,00 0,00 AB 2,22 D AB 29,63 CD Ekstrak Daun Salam 00 ppm- Ekstrak Daun Jambu Biji 00 ppm- Ekstrak Daun Jati Belanda 00 ppm- 0,00 Gambar 4 Frekunsi Petit ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda pada konsentrasi 00 ppm % Petit 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 0,00 0,00 64,36 A 35,05 BC Konsentrasi 200 ppm 52,2 AB 63,99 AB 5,83 AB Kontrol Glukosa Kontrol Aquades Ekstrak Daun Salam 200 ppm- Ekstrak Daun Jambu Biji 200 ppm- Ekstrak Daun Jati Belanda 200 ppm- Gambar 5 Frekuensi Petit ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda pada konsentrasi 200 ppm Senyawa flavonoid dapat mempengaruhi apoptosis dengan modulasi tingkat ekspresi protein antiapoptosis (Bcl-2, Bcl-xl) atau proapoptosis (Bax, Bid, Bak) (Nam et al. 200). Beberapa senyawa bahan alam lainnya yang masih golongan senyawa polifenol seperti Kaemferol (senyawa fenol pada anggur merah) menghambat induksi apoptosis dalam VSMCs oleh 7ß-hidroksikolesterol (komponen oksidasi LDL) ( Ruiz et al. 2006). Penelitian terbaru menunjukkan

10 bahwa flavonoid menghambat apoptosis dalam jaringan miokardial dan melindungi sel normal (Nandave et al. 2005). Meskipun telah dipahami bahwa flavonoid menghambat apoptosis, namun mekanisme di balik ini masih belum jelas. Mekanisme efek anti apoptosis flavonoid mencakup antara lain, penghambatan aktivasi jalur caspase dan pemulihan fungsi mitokondria, penghapusan substrat caspase 3, penghambatan H 2 O 2 yang dimediasi oleh gangguan transisi permeabilitas mitokondria sebagai ekspresi berlebih dari protein apoptogenik Bcl-2, Bcl-2 dan Bcl-x, dan meningkatkan bahan bakar pernafasan menjadi energi mitokondria dengan meningkatkan produksi ATP (Nandave et al. 2005). Penelitian-penelitian mengenai peran senyawa flavonoid sebagai antioksidan yang dapat menghambat atau memicu apoptosis telah memberikan gambaran bahwa senyawa bahan alam yang terkandung dalam ekstrak-ekstrak yang digunakan pada penelitian ini juga berperan dalam memodulasi apoptosis baik sebagai penghambat apoptosis atau sebagai pemicu apoptosis. Namun senyawa yang sangat berperan penting dalam memodulasi ini belum bisa dipastikan secara jelas karena masih perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam lagi. Daya Tahan Hidup Sel Khamir (Saccharomyces cerevisiae) setelah Penambahan Ekstrak Daun Salam, Daun Jambu Biji Dan Daun Jati Belanda. Daya tahan hidup sel khamir yang telah diberi perlakuan diuji dengan menumbuhkan kembali sel-sel tersebut pada media standar yaitu media YEPD dan diinkubasi selama 24 jam dan 48 jam. Jumlah sel yang hidup merupakan indikasi ketahanan hidup sel atas beberapa perlakuan yang dilakukan, yang juga merupakan cerminan adanya peristiwa apoptosis. Menurut Trancikova et al. (2004), sel yang terakumulasi ROS akan kehilangan daya tahan hidup lebih tinggi dari pada sel normal. Kondisi sel khamir banyak juga yang mengalami kontaminasi hal ini dikarenakan terlalu lamanya waktu inkubasi. Untuk kontrol glukosa 00 ppm misalnya dari 67 koloni setelah 24 jam menjadi 22 koloni setelah 48 jam (Gambar 6). Hasil penelitian secara umum terlihat bahwa daya tahan hidup koloni semakin berkurang dan ada sebagian sel khamir yang tidak ada sama sekali

11 karena telah mengalami kematian (Gambar 6 dan Gambar 7). Hasil analisis statistik yang dilakukan menunjukkan tidak adanya pengaruh antara lamanya inkubasi dengan jumlah koloni yang timbul (p>0,05). Hal ini dimungkinkan karena datanya tidak terlalu banyak. Analisis statistik juga menunjukkan bahwa dosis yang digunakan pada penelitian ini juga tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah koloni yang timbul (p>0,05) karena konsentrasi dosis yang digunakan tidak terlalu jauh perbedaannya. Hasil analisis statistik yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya korelasi antara potensi antioksidasi ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda terhadap frekuensi petit masing-masing ekstrak menunjukkan hasil yang negatif yaitu -0,457 (Lampiran 5). Jumlah Koloni 350 Inkubasi 24 Jam 332 Jumlah Koloni 350 Inkubasi 48 Jam Kontrol Glukosa 00 ppm- 300 Kontrol Glukosa 00 ppm Kontrol Aquades 00 ppm- Ekstrak Daun Salam 00 ppm- Ekstrak Daun Jambu Biji 00 ppm- Ekstrak Daun Jati Belanda 00 ppm Kontrol Aquades 00 ppm- Ekstrak Daun Salam 00 ppm- Ekstrak Daun Jambu Biji 00 ppm- Ekstrak Daun Jati Belanda 00 ppm- 0 0 A Gambar 6 Jumlah koloni ekstrak daun salam, jambu biji danjati belanda pada konsentrasi 00 ppm setelah (A) 24 jam dan (B) 48 jam B Inkubasi 24 Jam Inkubasi 48 Jam Jumlah Koloni Jumlah Koloni Kontrol Glukosa 200 ppm Kontrol Glukosa 200 ppm Kontrol Aquades 200 ppm- Ekstrak Daun Salam 200 ppm- Ekstrak Daun Jambu Biji 200 ppm- Ekstrak Daun Jati Belanda 200 ppm Kontrol Aquades 200 ppm- Ekstrak Daun Salam 200 ppm- Ekstrak Daun Jambu Biji 200 ppm- Ekstrak Daun Jati Belanda 200 ppm- A B Gambar 7 Jumlah koloni ekstrak daun salam, jambu biji dan jati belanda pada konsentrasi 200 ppm setelah (A) 24 jam dan (B) 48 jam

12 Ini berarti bahwa semakin besar potensi antioksidasi suatu ekstrak maka frekuensi petitnya akan semakin kecil. Ini sesuai dengan hipotesis dari penelitian ini yaitu ekstrak yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda dapat menghambat terbentuknya petit sehingga dapat dikatakan ekstrak-ekstrak ini dapat menghambat terjadinya apoptosis. Namun bila diasumsikan p=0.05 maka bisa disimpulkan bahwa antara potensi antioksidasi ekstrak daun salam, daun jambu biji dan daun jati belanda dengan frekunsi petit tidak memiliki hubungan linear karena P-value>alpha.

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah daun salam, daun jati belanda, daun jambu biji yang diperoleh dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB) LPPM-IPB Bogor. Bahan yang digunakan untuk uji

Lebih terperinci

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + +

Ekstrak salam Uji Bogor Sukabumi Cianjur Alkaloid Saponin Flavonoid Fenolik hidrokuinon Triterpenoid + + + ml larutan uji. Campuran kontrol tanpa perlakuan dibuat sama seperti campuran sampel tetapi 1 ml larutan uji diganti dengan 1 ml air bebas ion. Campuran pembanding yang dibuat terdiri atas ml bufer fosfat.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan jabatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. datangnya tepat waktu. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alamiah, setiap makhluk hidup atau organisme akan mengalami proses penuaan. Proses penuaan merupakan bagian dari siklus hidup yang normal bila datangnya tepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu kelainan endokrin yang sekarang banyak dijumpai (Adeghate, et al., 2006). Setiap tahun jumlah penderita DM semakin meningkat.

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Saat ini, tingkat kematian akibat penyakit degeneratif seperti jantung, kanker, kencing manis dan lain-lain mengalami peningkatan cukup signifikan di dunia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan pola hidup serta terjadinya penurunan kualitas lingkungan hidup secara tidak langsung menyebabkan manusia terus-menerus dihadapkan pada persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila

BAB I PENDAHULUAN. secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makhluk hidup atau organisme akan sampai pada proses menjadi tua secara alamiah. Proses tua disebut sebagai siklus hidup yang normal bila datangnya tepat waktu. Proses

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Komposisi Proksimat Komposisi rumput laut Padina australis yang diuji meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan kadar abu tidak larut asam dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian terbesar di dunia. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap tahun, dimana

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia, baik pada pria maupun wanita. Diperkirakan 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Abad 20 merupakan era dimana teknologi berkembang sangat pesat yang disebut pula sebagai era digital. Kemajuan teknologi membuat perubahan besar bagi peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) Pohon api-api (Avicennia marina (Forks.)Vierh.) merupakan tumbuhan sejati yang hidup di kawasan mangrove. Morfologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencemaran atau polusi merupakan perubahan yang tidak dikehendaki yang meliputi perubahan fisik, kimia, dan biologi. Pencemaran banyak mengarah kepada pembuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan masalah dunia dan terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2014 lebih dari 600 juta penduduk dunia mengalami obesitas dan 13% remaja berusia 18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas fisik adalah kegiatan hidup yang harus dikembangkan dengan harapan dapat memberikan nilai tambah berupa peningkatan kualitas, kesejahteraan, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Fitokimia Sampel Kering Avicennia marina Uji fitokimia ini dilakukan sebagai screening awal untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder pada sampel. Dilakukan 6 uji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif merupakan penyakit tidak menular yang berlangsung kronis seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes dan lainnya. Penyakit ini telah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Sayuran sawi ditaneim dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan S perlakuan dan 3 kali pengulangan. Perlakuan tersebut adalah : (1) ETT MS = Bokashi + ETT daun mimba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang berkualitas tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana,

I. PENDAHULUAN. Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana, pada setiap kejadian pembakaran seperti merokok, memasak, pembakaran bahan bakar pada mesin dan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam beberapa dekade terakhir, Penyakit Jantung Koroner (PJK) masih menjadi epidemik dalam dunia kesehatan. Cara hidup modern memicu faktor risiko PJK. PJK merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring bertambahnya usia, daya fungsi makhluk hidup akan menurun secara progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada beberapa faktor yang

Lebih terperinci

KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN ASAL TANAMAN OBAT DALAM MODULASI APOPTOSIS SEL KHAMIR (Saccharomyces cerevisiae) LUSIANA

KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN ASAL TANAMAN OBAT DALAM MODULASI APOPTOSIS SEL KHAMIR (Saccharomyces cerevisiae) LUSIANA KEMAMPUAN ANTIOKSIDAN ASAL TANAMAN OBAT DALAM MODULASI APOPTOSIS SEL KHAMIR (Saccharomyces cerevisiae) LUSIANA SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latihan fisik secara teratur mempunyai efek yang baik terutama mencegah obesitas, penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung koroner, dan osteoporosis (Thirumalai

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia terletak di daerah tropis dan sangat kaya dengan berbagai spesies flora. Dari 40 ribu jenis flora yang tumbuh di dunia, 30 ribu diantaranya tumbuh

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan BAB 6 PEMBAHASAN Pare (Momordica charantia) mempunyai efek menurunkan kadar gula darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan kadar glukosa, sebagai anti inflamasi dan meningkatkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan flora yang sangat beragam, salah satunya kekayaan tumbuhan yang dapat dijadikan sebagai tanaman obat. Masyarakat menggunakan tanaman obat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kadar Zat Ekstraktif Mindi Kadar ekstrak pohon mindi beragam berdasarkan bagian pohon dan jenis pelarut. Berdasarkan bagian, daun menghasilkan kadar ekstrak tertinggi yaitu

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang

BAB V PEMBAHASAN. graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya. terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro yang 1 BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai efek antifungi ekstrak etanolik seledri (Apium graveolens L.), kemangi (Ocimum bacilicum L.) serta campuran keduanya terhadap pertumbuhan Candida albicans in vitro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola perilaku makan seseorang dibentuk oleh kebiasaan makan yang merupakan ekspresi setiap individu dalam memilih makanan. Oleh karena itu, ekspresi setiap individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini di jaman yang sudah modern terdapat berbagai macam jenis makanan dan minuman yang dijual di pasaran. Rasa manis tentunya menjadi faktor utama yang disukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat, angka kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Saat ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gaya hidup remaja yang telah digemari oleh masyarakat yaitu mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan mengakibatkan gangguan pada organ hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh mereka untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Temulawak termasuk salah satu jenis tumbuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Asia Tenggara. Temulawak sudah lama dimanfaatkan oleh mereka untuk

Lebih terperinci

88,45 88^3 87,46 54,74. RR Be MD K-1. Gambar 11. Bagan Total aktivitas antioksidan bangun-bangun yang ditanam secara organik

88,45 88^3 87,46 54,74. RR Be MD K-1. Gambar 11. Bagan Total aktivitas antioksidan bangun-bangun yang ditanam secara organik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HasU 4.1.1. Aktivitas Antioksidan Hasil pengamatan terhadap total aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan persentase penghambatan (inhibisi) oksidasi asam linoleat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lemak yang ditandai oleh peningkatan atau penurunan fraksi lemak dalam plasma. Kelainan fraksi lemak yang utama adalah kenaikan

Lebih terperinci

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/) 92 PEMBAHASAN UMUM Berdasarkan bukti empiris menunjukkan bahwa pegagan yang kaya mineral, bahan gizi dan bahan aktif telah lama digunakan untuk tujuan meningkatkan fungsi memori. Hasil analisa kandungan

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat

LATAR BELAKANG. Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat LATAR BELAKANG kesehatan merupakan hal terpenting dan utama dalam kehidupan manusia dibandingkan lainnya seperti jabatan, kekuasaan, pangkat, ataupun kekayaan. Tanpa kesehatan yang optimal, semuanya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang paling mendasar manusia memerlukan oksigen, air serta sumber bahan makanan yang disediakan alam.

Lebih terperinci

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT

PERBAIKAN KADAR LIPID DARAH PADA MENCIT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu dampak negatif dari perkembangan zaman yang begitu pesat saat ini adalah adanya pergeseran pola makan, dari pola makan yang seimbang dan alami

Lebih terperinci

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat I. PENDAHULAN A. Latar Belakang Hati merupakan organ yang mempunyai kemampuan tinggi untuk mengikat, memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat kimia yang tidak berguna/merugikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar di dunia. WHO mencatat hingga tahun 2008 sebanyak 17,3 juta orang telah meninggal akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anti Aging Medicine (AAM) adalah ilmu yang berupaya memperlambat proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang akan terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latihan fisik secara teratur memberikan banyak manfaat bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko penyakit kardiovaskuler, osteoporosis, dan penyakit diabetes (Senturk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi oksidasi nitrat oksida (NO) atau reaksi reduksi senyawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas ialah atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Pembentukan radikal bebas dalam tubuh akan menyebabkan reaksi berantai dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus adalah penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan jumlah penderitanya terus meningkat di seluruh dunia seiring dengan bertambahnya jumlah populasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini angka kejadian penyakit kanker dan penyakit degeneratif semakin meningkat. Salah satu penyebab terjadinya kanker adalah karena kerusakan DNA akibat adanya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Radikal Bebas dan Apoptosis

TINJAUAN PUSTAKA Radikal Bebas dan Apoptosis TINJAUAN PUSTAKA Radikal Bebas dan Apoptosis Radikal bebas adalah molekul yang kehilangan elektron, sehingga molekul tersebut menjadi tidak stabil dan selalu berusaha mengambil elektron dari molekul atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13%. Diperkirakan angka kematian akibat kanker adalah sekitar 7,6 juta pada tahun 2008. Di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timbal merupakan logam yang secara alamiah dapat ditemukan dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2. Logam ini telah digunakan sejak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat kematian akibat berbagai macam penyakit seperti serangan jantung, angina, gagal jantung, stroke, penuaan, kerusakan otak, penyakit ginjal, katarak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Doksorubisin adalah senyawa golongan antrasiklin bersifat sitotoksik hasil isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan secara luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuh sumber utama pencemaran udara yaitu: partikel debu/partikulat dengan diameter kurang dari 10 µm, sulfur dioksida (SO2), ozon troposferik, karbon monoksida (CO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul yang memiliki satu elektron tidak berpasangan. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga cenderung bereaksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Konsentrasi kolesterol Konsentrasi kolesterol plasma masing-masing kelompok (KP 1, KP II, KP 111 dan KP IV) dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas merupakan suatu zat kimia yang sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan (Connor et al., 2002) termasuk diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reactive Oxygen Species (ROS) adalah hasil dari metabolisme aerobik normal dalam tubuh yang secara potensial dapat menyebabkan kerusakan (Benzei and Strain,

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2). 53 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolik kronik, progresif dengan hiperglikemia sebagai tanda utama karena

Lebih terperinci

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati

HASIL. Kadar Air Daun Anggrek Merpati 6 konsentrasi yang digunakan. Nilai x yang diperoleh merupakan konsentrasi larutan yang menyebabkan kematian terhadap 50% larva udang. Ekstrak dinyatakan aktif apabila nilai LC50 lebih kecil dai 1000 μg/ml.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar penyakit diawali oleh adanya reaksi oksidasi yang berlebihan di dalam tubuh. Reaksi oksidasi ini memicu terbentuknya radikal bebas yang sangat aktif

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh perbedaan jenis pelarut terhadap kemampuan ekstrak daun beluntas (Pluchea indica Less.) dalam menghambat oksidasi gula. Parameter

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obesitas merupakan suatu kondisi kelebihan akumulasi lemak pada jaringan adiposa. Seseorang dengan BMI 30 dikategorikan sebagai obesitas (WHO, 2014). Obesitas dapat

Lebih terperinci

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal 6 dari 1 maka volume bakteri yang diinokulasikan sebanyak 50 µl. Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Sebanyak 0.1 gram serbuk hasil ekstraksi flaonoid dilarutkan dengan 3 ml kloroform dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah suatu senyawa atau molekul bermuatan yang mengandung satu atau lebih elektron tidak berpasarngan pada orbital luarnya. Adanya elektron yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Oksigen merupakan molekul yang dibutuhkan oleh organisme aerob karena memberikan energi pada proses metabolisme dan respirasi, namun pada kondisi tertentu keberadaannya

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG V. HASIL PEMBAHASAN 5.1. Sukrosa Perubahan kualitas yang langsung berkaitan dengan kerusakan nira tebu adalah penurunan kadar sukrosa. Sukrosa merupakan komponen utama dalam nira tebu yang dijadikan bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memaparkan kadar kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko yang membahayakan kesehatan masyarakat (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus ( DM ) merupakan gangguan kesehatan yang ditandai oleh keadaan hiperglikemia akibat gangguan sekresi insulin ( Powers, 2005 ). DM merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Radikal bebas adalah sekelompok bahan kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya dan merupakan suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat, tuntutan terhadap bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan yang banyak diminati konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. hal dasar dalam kehidupan untuk menunjang semua aktivitas mahkluk hidup. Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal dasar dalam kehidupan manusia. Dengan kondisi yang sehat dan tubuh yang prima, manusia dapat melaksanakan proses kehidupan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat. Penyakit tersebut terkadang sulit disembuhkan dan mempunyai angka kematian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daging puyuh merupakan produk yang sedang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Meskipun populasinya belum terlalu besar, akan tetapi banyak peternakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi lingkungan yang semakin memburuk seperti berlubangnya lapisan ozon, asap kendaraan bermotor, asap rokok, asap dari industri menyebabkan makin mudahnya terbentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma (Anwar, 2004). Banyak penelitian hingga saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV,

BAB I PENDAHULUAN. pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi informasi dan ekonomi telah membawa perubahan pada lingkungan hidup masyarakat terutama perubahan suhu, udara, sinar UV, polusi dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini

BAB 6 PEMBAHASAN. lengkap baik dari segi farmakologi maupun fitokimia. Pemanfaatan Phaleria macrocarpa ini BAB 6 PEMBAHASAN Phaleria macrocarpa merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang mempunyai efek anti kanker, namun masih belum memiliki acuan ilmiah yang cukup lengkap baik dari segi farmakologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes,

I. PENDAHULUAN. timbulnya berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan antara kandungan radikal bebas dan antioksidan dalam tubuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan manusia. Secara alami tubuh menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan. Minyak kelapa sawit merupakan jenis minyak utama yang digunakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia penyakit jantung koroner merupakan penyebab kematian ke-11. Pada 1986 kondisi naik menjadi peringkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak terkendali. Di perkirakan setiap tahun 12 juta orang di seluruh dunia menderita kanker dan 7,6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama perubahan pola makan serta berkurangnya kegiatan jasmani menjadi penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. 73 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Uji pendahuluan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM. Agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid plasma darah. Kelainan fraksi lipid yang paling utama adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau gugus yang memiliki satu atau lebih elektron tidak berpasangan sehingga, sangat reaktif. Radikal bebas dapat dijumpai pada lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Studi tentang efek pangan telah dipelajari secara intensif beberapa tahun terakhir. Efek pangan dapat berdampak terhadap kesehatan, karena berhubungan dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAULUAN A. Latar Belakang Radikal bebas adalah senyawa kimia baik berupa atom maupun molekul yang memiliki elektron tidak berpasangan pada lapisan luarnya (Danusantoso, 2003). enyawa kimia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Metabolik adalah sekumpulan gangguan metabolik dengan memiliki sedikitnya 3 kriteria berikut: obesitas abdominal (lingkar pinggang > 88 cm untuk wanita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang sifatnya sangat tidak stabil. Ketidakstabilan ini disebabkan karena atom tersebut memiliki satu atau lebih elektron yang

Lebih terperinci