AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH ARI BOWO NIM.
|
|
- Ida Sudjarwadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK ARTIKEL PENELITIAN OLEH ARI BOWO NIM. F PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017
2
3 1 AKTIVITAS MENULIS MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF PADA SMP ISLAM BAWARI PONTIANAK Ari Bowo, Edy Yusmin, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak ari_bowo123@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas menulis matematis siswa kelas VIII SMP ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent dan gaya kognitif Field Independent. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes tertulis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa yang memiliki gaya kognitif Field dependent pada indikator drawing, secara umum hanya bisa membuat gambar tetapi tidak bisa memberikan keterangan pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic expressions, secara umum hanya bisa menuliskan rumusnya saja; pada indikator written test secara umum belum bisa menuliskan pendapatnya. Sedangkan siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent pada indikator drawing, secara umum bisa membuat gambar dan memberikan keterangan yang sesuai pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic expressions, secara umum sudah bisa membuat model persamaan; pada indikator written test secara umum bisa menuliskan pendapatnya. Kata kunci : Aktivitas menulis matematis, Gaya kognitif, Komunikasi Abstract: This research aims to know writing activity mathematics of eighth grade students in terms of field dependent and field independent cognitive styles. This research used descriptive method. The data collection technique is using the written test technique. The data analysis result shows that students with field dependent cognitive style for drawing indicator, generally students only can draw a picture but can`t give information based on the picture; for mathematics expressions indicator, generally students just can writing the formula; for written test indicator, generally students not yet writing their opinions. While students with field independent cognitive style for drawing indicator, generally students can draw a picture and add information based on the picture; for mathematics expressions indicator, generally students can make an equation model; for written test indicator generally students can writing their opinions. Keywords: Mathematics writing activity, Cognitive Style, Communication
4 P endidikan adalah pondasi utama dalam mengembangkan sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dengan demikian, pendidikan yang berkualitas baik akan menciptakan generasi yang berkualitas baik pula sehingga kehidupan bangsa dan negara menjadi lebih baik. Prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diantaranya adalah pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peran penting dalam pendidikan, hal itu dapat dilihat dari matematika sebagai bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SMA dan bahkan juga di Perguruan Tinggi. Sebagai pelajaran wajib, matematika dapat mengasah kemampuan beberapa aspek yaitu berpikir kreatif, berpikir kritis, berpikir logis, dan sistematis. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 mengenai Standar Isi bahwa tujuan pembelajaran matematika SMP di Indonesia adalah sebagai berikut : (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematikan serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Permendiknas, 2006:346). Dari beberapa tujuan pembelajaran di atas, kemampuan komunikasi siswa merupakan salah satu keterampilan matematika yang perlu dikuasai oleh siswa. Ada dua alasan penting mengapa komunikasi menjadi salah satu fokus dalam pembelajaran matematika. Pertama, matematika pada dasarnya merupakan suatu bahasa, sehingga matematika dapat digunakan sebagai alat untuk mengomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat dan ringkas. Kedua, belajar dan mengajar matematika merupakan aktivitas sosial yang melibatkan paling sedikit dua pihak, yaitu guru dan siswa (Izzati, 2012). Barody (dalam Junaedi, 2010 : 11) menyatakan bahwa ada lima aspek dalam kegiatan komunikasi, yaitu merepresentasi, mendengar, membaca, berdiskusi, dan menulis. Dari kelima aspek tersebut, peneliti hanya fokus pada aspek menulis karena mempunyai implementasi yang lebih dalam pembelajaran dan telah 2
5 3 dipelajari secara luas. Selain itu, menurut Trianto (dalam Masrukan, 2008) menulis merupakan salah satu aspek komunikasi yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Menurut Masrukan (2008 :7) menulis merupakan kegiatan mengekspresikan gagasan, pendapat, angan-angan, perasaan, dan sikap melalui tanda grafis. Sejalan dengan ini, Lado (dalam Masrukan, 2008) menyatakan bahwa menulis adalah meletakkan atau mengatur simbol-simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa, sedemikian hingga orang lain dapat membaca simbol-simbol grafis sebagai bagian penyajian satuan-satuan ekspresi bahasa. Terdapat berbagai manfaat dari menulis. Berdasarkan hasil penelitian Possamentier (dalam Mahmudi, 2009:5) mengungkapkan bahwa anak yang menuliskan konsep-konsep yang baru mereka pelajari mempunyai ingatan yang jauh lebih tepat dari pada siswa yang tidak belajar demikian. Selain itu, Miller (dalam Mahmudi, 2009 :5). juga mengungkapkan bahwa hasil penelitian mengindikasikan bahwa kemampuan anak untuk mengekspresikan ide-ide mereka secara tertulis dapat membantu pemahaman mereka. Menulis tidak hanya bermanfaat bagi siswa saja, Drake dan Amspaugh mengemukakan beberapa manfaat menulis bagi guru yaitu sebagai berikut. (1) untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa dengan melihat pola-pola kesalahannya; (2) memberikan wawasan tentang dari mana pelajaran seharusnya dimulai; (3) memberikan wawasan mengapa seorang siswa tidak mempu menyelesaikan tugas-tugas individual, dan (4) memberikan gagasan tentang bagaimana memperjelas pemahaman siswa (dalam Mahmudi, 2009 :5). Dalam mengungkapkan gagasan atau ide matematika berupa metode atau langah-langkah untuk menyelesaikan masalah, kadangkala tidak sesuai dengan pemikiran guru. Ketidaksuaian itu karena siswa menyelesaikan masalah dengan caranya sendiri. Selain itu, cara siswa dalam menerima informasi dan memprosesnya, berbeda antara siswa satu dan siswa lainnya. Perbedaan pada setiap individu ini merupakan suatu bentuk kemampuannya dalam memproses dan menyusun informasi serta untuk menanggapi terhadap stimulus yang ada dilingkungannya. Perbedaan-perbedaan yang menetap pada setiap individu dalam cara mengolah informasi dan menyusunnya dari pengalaman-pengalamannya lebih dikenal dengan gaya kognitif. Hal tersebut sesuai dengan James W. Keefe (dalam Uno, 2012 : 185) yang menyatakan bahwa gaya kognitif merupakan cara siswa yang khas dalam belajar, baik yang berkaitan dengan cara penerimaan dan pengolahan informasi, sikap terhadap informasi, maupun kebiasaan yang berhubungan dengan kemampuan belajar. Beberapa batasan para ahli tentang gaya kognitif tersebut diantaranya Witkin mengemukakan bahwa gaya kognitif sebagai ciri khas siswa dalam belajar. Sedangkan Messich, mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan kebiasaan
6 4 seseorang dalam memproses informasi. Sementara Keefe mengemukakan bahwa gaya kognitif merupakan bagian dari gaya belajar yang menggambarkan kebiasaan berperilaku yang relatif tetap dalam diri seseorang dalam menerima, memikirkan, memcahkan masalah maupun dalam menyimpan informasi. Ahli lain seperti Ausburn merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Uno, 2005: 186). Berdasarkan hasil wawancara dilaksanakan pada tanggal 10 Agustus 2016 kepada salah seorang guru matematika di SMP Islam Bawari Pontianak,diperoleh informasi yaitu dalam proses pembelajaran guru tidak membedakan gaya kognitif yang dimiliki siswa, hasil belajar matematika untuk siswa SMP Islam Bawari masih tergolong rendah yaitu dibawah KKM, dan banyak siswa yang salah dalam menuliskan simbol-simbol dalam matematika. Kedudukan gaya kognitif dalam proses pembelajaran penting diperhatikan guru dalam merancang pembelajaran, sebab rancangan pembelajaran yang disusun dalam mempertimbangkan gaya kognitif berarti menyajikan materi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan potensi yang dimiliki siswa. Dengan rancangan seperti ini, suasana belajar akan tercipta dengan baik karena pembelajaran disesuaikan dengan proses kognitif atau perkembangan kognitif siswa. Witkin (dalam Seifert & Sutton, 2009: 67) merupakan tokoh yang memperkenalkan konsep gaya kognitif. Ia membagi kecenderungan berpikir menjadi dua bentuk gaya kognitif yaitu bebas dari konteks (field independence atau FI) dan terikat dengan konteks (fielddependence atau FD). Kecenderungan berpikir dengan gaya FI ditinjau dari sejauhmana seseorang berpikir karena stimulus internal. Gaya berpikir FD cenderung dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Siswa dengan FD lebih suka belajar dalam kelompok. Sementara itu, siswa FI lebih menyukai belajar sendiri. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka akan dikaji lebih jauh mengenai bagaimana aktivitas menulis matematis siswa. Kajian ini akan ditinjau dari gaya kognitif yang dimiliki oleh siswa di kelas VIII SMP Islam Bawari Pontianak. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Dalam penelitian ini akan diketahui aktivitas menulis matematis siswa yang ditinjau dari gaya kognitifnya. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP Islam Bawari Pontianak yang terdiri dari 31 siswa. Prosedur penelitian meliputi tahap persiapan, pelaksanaan dan membuat laporan penelitian.
7 5 Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik tes tertulis. Tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes aktivitas menulis matematis dan tes gaya kognitif. Tes aktivitas menulis matematis ditujukan untuk mengetahui aktivitas menulis matematis siswa, sedangkan tes gaya kognitif ditujukan untuk mengetahui gaya kognitif yang dimiliki siswa. Data yang telah diperoleh dari tes aktivitas menulis matematis yang ditinjau dari gaya kognitif kemudian dianalisis melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) Hasil Tes Gaya Kognitif Dari hasil tes gaya kognitif, siswa diklasifikasikan ke dalam kelompok gaya kognitif field dependent dan gaya kognitif field independent. 2) Hasil Tes Aktivitas Menulis Matematis Dari hasil tes ini, jawaban siswa dideskripsikan yang disesuaikan dengan rubrik penskoran yang ada. 3) Hasil tes gaya kognitif dan hasil tes aktivitas menulis matematis disajikan dalam bentuk tabel. 4) Dari hasil penyajian data, hasil tes aktivitas menulis matematis siswa dianalisis berdasarkan gaya kognitifnya 5) Penarikan kesimpulan Dari hasil analisis data diambil kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa data diantaranya data hasil tes GEFT, dan data hasil tes aktivitas menulis matematis. 1. Data Hasil Tes GEFT Berdasarkan interpretasi skor GEFT menurut Jeff Q. Bostic (1998:191), diperoleh hasil tes GEFT di kelas VIII-A SMP Islam Bawari Pontianak pada tahun ajaran 2016/2017 sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Tes GEFT Kategori Gaya Jumlah Siswa Kognitif Laki-laki Perempuan Strongly FD Slighty FD Tidak ada 3 Slighty FI Tidak ada 1 Strongly FI Tidak ada 1 Dari tabel di atas diperoleh informasi mengenai gaya kognitif yang dimiliki siswa kelas VIII SMP Islam Bawari Pontianak. Siswa yang mengikuti tes berjumlah tiga puluh satu, dan hasilnya yaitu terdapat dua puluh sembilan siswa
8 6 memiliki gaya kognitif FD yang terdiri dari enam belas siswa laki-laki dan sepuluh siswa perempuan termasuk ke dalam gaya kognitif strongly FD, tiga siswa perempuan yang termasuk ke dalam kategori slightly FD. Sedangkan yang memiliki gaya kognitif FI berjumlah dua siswa, yag terdiri dari satu orang siswa perempuan yang termasuk ke dalam kategori slightly FI, dan satu orang siswa perempuan yang termasuk ke dalam kategori strongly FI. Dari data hasil tes gaya kognitif yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa kelas VIII A pada umumnya memiliki gaya kognitif Field Dependent (FD) atau lebih tepatnya gaya kognitif strongly Field Dependent (strongly FD). Strongly FD artinya gaya kognitif terikat yang sangat kuat dan melekat pada diri siswa. Sehingga jika mengacu pada karakteristik gaya kognitif menurut Witkin (Seifert & Sulton, 2009: 50), gaya kognitif FD cenderung dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Hal ini berarti bahwa siswa Field Dependent lebih suka belajar dengan kelompok. Selain itu menurut Nasution (2013: 95 96) siswa FD sangat bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika diberi petunjuk dan bimbingan secara ekstra atau lebih banyak serta menerima sesuatu lebih secara global/menyeluruh. Karakteristik ini diyakini sangat melekat kuat pada diri siswa berdasarkan data yang diperoleh. Maka dari itu siswa-siswa tersebut terlalu tergantung pada lingkungannya dan mereka kurang memiliki kemampuan untuk menganalisis informasi kompleks yang tak terstruktur yang diterimanya dan juga belum mampu menyusun informasi untuk memecahkan masalah yang diberikan. Namun, selain siswa-siswa yang di dominasi oleh gaya kognitif Field Dependent, terdapat beberapa siswa yang termasuk ke dalam kategori Field Independet (FI) atau lebih tepatnya Slightly Field Independent (Slightly FI). Slightly FI artinya gaya kognitif Field Independent yang lemah, kecenderungan berpikir dengan gaya kognitif Field Independent dan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan karakteristik Field Dependent namun tidak sepenuhnya sama. Menurut Witkin, kecenderungan berpikir dengan gaya kognitif Field Independent ditinjau dari sejauhmana seseorang berpikir karena setimulus internal dan siswa FI biasanya lebih menyukai belajar sendiri. Selain itu menurut Nasution (2013: 95 96) siswa FI kurang bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika siswa tersebut di ijinkan bekerja secara bebas, serta menerima sesuatu secara analitis. 2. Data Hasil Tes Aktivitas Matematis Pada penelitian ini, total subjeknya adalah tiga puluh satu siswa kelas VIII A SMP Islam Bawari Pontianak. Berikut ini adalah data rata-rata skor aktivitas menulis matematis siswa pada materi bangun datar segi empat. Berdasarkan distribusi jawaban siswa dan distribusi jawaban benar, diperoleh hasil tes aktivitas menulis matematis yang dapat dilihat pada tabel 2.
9 7 No Tabel 2. Hasil Tes Aktivitas Menulis Matematis Kategori Gaya Kognitif Skor rata-rata Aktivitas Menulis Matematis Kategori Aktivitas Menulis 1 Slightly FD 11 Baik 2 Strongly FD 6.5 Cukup 3 Strongly FI 19 Sangat baik 4 Slightly FI 5 Cukup Dari tabel di atas, diperoleh informasi mengenai aktivitas menulis matematis siswa. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif slightly FD berjumlah tiga orang siswa dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah 11. Pencapaian ini termasuk dalam kategori baik karena sebagian besar siswa dapat membuat gambar dan memberikan keterangan yang sesuai serta bisa menuliskan rumus dengan benar. Untuk siswa yang bergaya kognitif strongly FD berjumlah dua puluh enam orang siswa dengan rata-rata skor yang diperoleh adalah 6.5. Pencapaian ini termasuk dalam kategori cukup karena sebagian besar siswa hanya bisa membuat gambar saja tanpa disertai keterangan yang sesuai. Untuk siswa yang memiliki gaya kognitif strongly FI berjumlah satu orang siswa dengan perolehan skor sebesar 19. Pencapaian ini termasuk dalam kategori sangat baik, karena siswa mampu membuat gambar disertai keterangan yang sesuai, menuliskan rumus dengan benar serta menuliskan pendapatnya dalam menjawab soal. Sedangkan untuk siswa yang memiliki gaya kognitif slightly FI berjumlah satu orang siswa dengan perolehan skor sebesar 5. Pencapaian ini termasuk dalam kategori cukup, karena sebagian besar siswa hanya bisa membuat gambar saja tanpa disertai keterangan yang tepat. Pembahasan Hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa yang bergaya kognitif FI, memiliki aktivitas menulis matematis yang lebih baik dari siswa yang bergaya kognitif FD. Dari fakta yang diperoleh, diduga yang menjadi penyebab hal tersebut adalah berasal dati faktor internal dan eksternal siswa itu sendiri. Faktor internal diduga yang menjadi penyebab adalah gaya kognitif siswa yang cenderung lebih bergantung pada lingkungan serta bekerja lebih baik jika diberi bantuan. Sehingga secara umum hal tersebut sangat berkaitan dengan faktor kemampuan kognitif siswa. Selain itu, diduga berkaitan dengan faktor eksternal siswa yakni model mengajar guru. Menurut Uno (2012: 185), gaya kognitif merupakan salah satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam merancang pembelajaran. Pengetahuan tentang gaya kognitif
10 dibutuhkan untuk merancang atau memodifikasi materi pembelajaran, tujuan pembelajaran, serta metode pembelajaran. Diharapkan dengan adanya interaksi dari faktor gaya kognitif, tujuan, materi, serta metode pembelajaran, hasil belajar siswa dapat dicapai semaksimal mungkin. Menurut Nasution(2013: 95 96) siswa FD sangat bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika diberi petunjuk dan bimbingan secara ekstra atau lebih banyak serta menerima sesuatu lebih secara global/menyeluruh. Karakteristik ini diyakini sangat melekat kuat pada diri subjek berdasarkan data yang diperoleh. Sedangkan siswa yang bergaya kognitif FI, siswa ini kurang bergantung terhadap lingkungan dan pengalaman, bekerja lebih baik jika siswa tersebut di ijinkan bekerja secara bebas, serta menerima sesuatu secara analitis. Terdapat beberapa kasus pada penelitian ini yang kurang sejalan dengan teori tersebut. Kasus tersebut peneliti temukan terjadi pada siswa yang bergaya kognitif slightly FI yaitu SF. Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rata-rata skor aktivitas menulis matematis siswa yang bergaya kognitif slightly FI lebih rendah dari siswa yang bergaya kognitif FD. Tentu saja ada faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi, diantaranya peneliti mengindikasikan bahwa ketika mengerjakan tes GEFT subjek SF tidak menjawab dengan jujur. Hal ini sangat mungkin terjadi karena jumlah siswa yang cukup banyak sehingga kondisinya menjadi kurang kondusif, selain itu dalam mengerjakan test GEFT banyak siswa yang bertanya tentang cara mengerjakan meskipun sebelumnya sudah dijelaskan. Selain itu, peneliti menyadari akan kekurangan dalam penelitian ini yaitu tidak adanya wawancara sehingga tidak bisa memastikan hasil jawaban dari subjek. Data yang peneliti temukan terhadap subjek yang bergaya kognitif FI juga terbilang sangat sedikit, bahkan hanya didapat dua siswa saja, dengan satu siswa bergaya kognitif strongly FI dan satunya lagi bergaya kognitif slightly FI, sehingga tidak ada pembanding lain bagi siswa tersebut dalam mendeskripsikan aktivitas menulis matematisnya. Akan tetapi, secara keseluruhan dari 31 subjek penelitian, terindikasi bahwa terdapat hubungan antara aktivitas menulis matematis siswa dan gaya kognitif siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Ausburn yang merumuskan bahwa gaya kognitif mengacu pada proses kognitif seseorang yang berhubungan dengan pemahaman, pengetahuan, persepsi, pikiran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Uno, 2012: 186). Pada bagian lain, Woolfolk menunjukkan bahwa di dalam gaya kognitif terdapat suatu cara yang berbeda untuk melihat, mengenal, dan mengorganisasi informasi. Setiap individu akan memilih cara yang disukai dalam memproses dan mengorganisasi informasi sebagai respons terhadap stimuli lingkungannya. Ada individu yang cepat merespons dan ada pula yang lambat (Uno, 2012: ). Dari 31 siswa yang mengerjakan tes GEFT, 29 siswa diantaranya memiliki gaya kognitif FD dan 26 siswa bergaya kognitif srongly FD. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas menulis matematis pada siswa SMP Islam Bawari secara umum masih rendah, sehingga perlu bagi guru untuk lebih meningkatkan aktivitas menulis matematisnya. Satu cara yang bisa dilakukan ialah dengan memberikan tugas menulis kepada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tugas- 8
11 9 tugas menulis matematis tersebut antara lain dapat dicontohkan seperti tugas-tugas menulis yang membangkitkan kembali hafalan dan ingatan, misalnya mengingatkan kembali tentang fakta, konsep, definisi, simbol, istilah, dalil prosedur secara tertulis. Misalnya menuliskan kembali tentang simbol atau konsep dengan bahasa sendiri (Masrukan, 2008:11). Guru dapat memberikan tugas menulis ini baik diawal, selama proses belajar maupun diakhir pembelajaran dengan harapan seorang guru bisa mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Manfaat dari memberikan tugas menulis ini juga dikemukakan oleh Mahmudi yang menyatakan bahwa selama proses pembelajaran, tugas menulis akan membantu guru untuk mengklarifikasi gagasan dan pemahaman siswa. Sedangkan pada akhir pembelajaran, tugas menulis memungkinkan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman yang telah dicapai siswa (Mahmudi, 2009:3). Peneliti juga mengharapkan kepada pendidik utamanya guru untuk senantiasa memperhatikan aktivitas menulis siswanya dalam pembelajaran di kelas. Selain itu pengetahuan tentang gaya kognitif siswa juga perlu diketahui guru, sehingga dengan mengetahui gaya kognitif siswa seorang guru dapat mempersiapkan pembelajaran yang lebih baik dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang aktivitas menulis matematis siswa yang ditinjau dari gaya kognitif Field Dependent dan Field Independent, dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent aktivitas menulis matematisnya lebih baik dari siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent. Secara khusus dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Siswa yang memiliki gaya kognitif Field dependent pada indikator drawing, secara umum siswa hanya bisa membuat gambar tetapi tidak bisa memberikan keterangan pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic expressions, secara umum siswa hanya bisa menuliskan rumusnya saja; pada indikator written test secara umum siswa belum bisa menuliskan pendapatnya. (2) Siswa yang memiliki gaya kognitif Field Independent pada indikator drawing, secara umum siswa bisa membuat gambar dan memberikan keterangan yang sesuai pada gambar yang dibuat; pada indikator mathematic ekspressions, secara umum siswa sudah bisa membuat model persamaan; pada indikator written test secara umum siswa bisa menuliskan pendapatnya. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam penelitian ini, peneliti memberikan saran sebagai berikut: (1) perlu diadakannya wawancara terhadap subjek agar diperoleh data yang lebih valid lagi mengenai aktivitas menulis matematis siswa, serta observasi yang lebih mendalam terkait gaya kognitif yang dimiliki siswa. (2) Bagi guru matematika diharapkan untuk memperhatikan gaya kognitif yang dimiliki siswa, sehingga diharapkan
12 10 pembelajaran dikelas bisa menyesuaikan dengan gaya kognitif siswa. (3) perlunya bimbingan belajar yang lebih bagi siswa yang memiliki gaya kognitif Field Dependent, karena gaya kognitif ini adalah gaya kognitif yang terikat dengan lingkungan dan sulit bekerja sendiri. (4) Bagi peneliti lainnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian lanjutan berupa penelititan eksperimental dengan menggunakan strategi pembelajaran tertentu untuk meningkatkan aktivitas menulis matematis siswa. DAFTAR RUJUKAN Izzati, Nur (2012). Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Disertasi.Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Dipublikasikan Junaedi, Iwan. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan Strategi Writing In Performance Task (WIPT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Matematis. Bandung : UPI. Mahmudi, Ali. (2009). Menulis Sebagai Strategi Pembelajaran Matematika.Yogyakarta : UNY. Masrukan. (2008). Menumbunhkembangkan Kemampuan Menulis Matematis Bagi Siswa dan Guru. Semarang : UNNES. Nasution. (2013). Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. Permendiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun Jakarta: Mendiknas. Seifert, K & Sutton, R. (2009) Educational Psychology Second Edition. Switzerland : The Global Text. Uno, B. Hamzah.(2012). Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.Jakarta : Bumi Aksara.
BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain. Dengan tidak mengesampingkan pentingnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal utama yang dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan hidup manusia karena pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciKEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciPembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 104 Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA Samsul Feri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam suatu pembelajaran terdapat dua aktivitas inti yaitu belajar dan mengajar. Menurut Hermawan, dkk. (2007: 22), Belajar merupakan proses perubahan perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tinggi, salah satunya adalah kemampuan dalam bidang matematika.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat memerlukan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan berpikir yang tinggi, salah satunya adalah kemampuan
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI)
Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL TINGGI DAN GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT (FI) Akramunnisa 1, Andi Indra Sulestry
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bicara tentang matematika tidak lepas dari bagaimana kesan siswa terhadap matematika itu sendiri, banyak yang menyukainya tapi tidak sedikit pula yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bagian terpenting dalam pendidikan. Karena ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan Sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika merupakan salah satu unsur penting dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Matematika mempunyai andil dalam mengembangkan bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk menjembatani antara kondisi objektif yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi. Berdasarkan Permendiknas No. 41
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN (1982:1-2):
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu. Karena itu matematika sangat diperlukan, baik untuk
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA TERHADAP MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI METODE PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP Negeri 2 Ngrampal) SKRIPSI Untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru dunia, dan dipelajari pada setiap tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya mata pelajaran matematika adalah diujikannya
Lebih terperinciYaumil Sitta Achir, Budi Usodo, Rubono Setiawan* Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS, Surakarta
DOI:10.20961/paedagogia.v20i1.16600 Hal. 78-87 Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol. 20 No. 1,Februari Tahun 2017 http://jurnal.uns.ac.id/paedagogia p-issn 0126-4109; e-issn 2549-6670 ANALISIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 16 Surakarta yang beralamatkan di Jalan Kolonel Sutarto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Rini Apriliani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat, memiliki
Lebih terperinciUNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA. (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2
IMPLEMENTASI PENDEKATAN OPEN-ENDED PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran
Lebih terperinci2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 3, Nomor 1, April 2015, hlm 75-83 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI KELAS VIII SMP Ati Sukmawati, Muliana
Lebih terperinciPENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE DENGAN KARTU SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 7 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/2015
PENGGUNAAN MODEL THINK TALK WRITE DENGAN KARTU SOAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SDN 7 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Oleh: Caturini Galuh Prameswari 1, Imam Suyanto 2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Tinggi rendahnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. logis, konsisten, dan dapat bekerjasama serta tidak mudah putus asa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemajuan zaman seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi yang melimpah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar diartikan, Sebagai perubahan pada individu-individu yang terjadi melalui pengalaman, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penalaran merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran merupakan salah satu kemampuan yang penting dalam pembelajaran matematika, seperti yang dipaparkan dalam Depdiknas (2006) yang menyatakan bahwa matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang selalu menemani perjalanan kehidupan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensinya. Seperti yang dijelaskan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sangat berperan penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Sumber daya yang berkualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di
Lebih terperinciPENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs
PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTs Nego Linuhung 1), Satrio Wicaksono Sudarman 2) Pendidikan Matematika FKIP Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciARTIKEL ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT
ARTIKEL ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF MATERI BANGUN DATAR SEGIEMPAT Oleh: DWI SETYONINGRUM 13.1.01.05.0097 Dibimbing oleh : 1. Aprilia Dwi Handayani, S.Pd,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak terlepas dari suatu komunikasi. Komunikasi dapat berlangsung antar individu, kelompok, sosial, dan lain sebagainya. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi telah berkembang secara pesat sehingga cara berpikir manusia pun dituntut untuk semakin berkembang. Hal ini mewajibkan setiap individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang turut memberikan sumbangan signifikan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan sumber daya
Lebih terperinciANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP
ANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP Fauzi Andi Hidayat, Zubaidah R, Ade Mirza Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email: fauziandi_h@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah upaya sadar untuk meningkatkan kualitas dan mengembangkan potensi individu yang dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Salah satu lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan di era globalisasi seperti saat ini. Pemikiran tersebut dapat dicapai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumber daya manusia yang mempunyai pemikiran kritis, kreatif, logis, dan sistematis serta mempunyai kemampuan bekerjasama secara efektif sangat diperlukan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika adalah bagian yang sangat dekat dengan kehidupan seharihari. Berbagai bentuk simbol digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya informasi yang disampaikan dalam bahasa matematika seperti tabel, grafik, diagram dan persamaan semakin menjadikan pembelajaran matematika sebagai suatu kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang bersifat formal. Pelaksanaan pendidikan formal pada dasarnya untuk mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang mampu menciptakan sumber daya manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam memecahkan masalah. Semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam memajukan kemampuan berfikir manusia. Pentingnya ilmu matematika dalam memajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Permasalahan yang terjadi pada dunia pendidikan seringkali menjadi alasan para peneliti untuk melakukan penelitian. Alasan-alasan tersebut dikemukakan padabab pendahuluan melalui subbab
Lebih terperinciDepartement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University
1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani
Lebih terperinciKEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED Via Okta Yudha Utomo 1, Dinawati Trapsilasiwi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 dinawati.fkip@unej.ac.id
Lebih terperinciPenerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam
1 Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP Negeri 1 Bonai Darussalam Nuri Wijayanti, Annajmi 1), Arcat 2) 1) 2) Dosen Fakultas Keguruan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih
Lebih terperinciKEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR ARTIKEL PENELITIAN Oleh: NURHIDAYATI NIM F04209007 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PMIPA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari berbagai perkembangan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan penting dalam berbagai penerapan disiplin ilmu lain. Banyak konsep dari
Lebih terperinciPENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIK PESERTA DIDIK (Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 3 Tasikmalaya) Mopyani Cahyaty e-mail: mopyani.cahyaty@student.unsil.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, pengajar, sarana prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan dalam negara itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai suatu hal yang erat kaitannya dengan kegiatan berhitung. Bagi setiap orang dan tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf dan derajatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting. Sesuai dengan pendapat Trianto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menuntut peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk menciptakan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup keluarga maupun untuk memajukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum digunakan sebagai acuan penyelenggaraan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taufik Rahman, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang dipelajari mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pada saat di sekolah dasar, materi matematika yang
Lebih terperinciMENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR OPERASI PENGURANGAN BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA SISWA KELAS II SDN 01 MENTEBAH
MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR OPERASI PENGURANGAN BILANGAN MENGGUNAKAN MEDIA REALIA SISWA KELAS II SDN 01 MENTEBAH Fatchul Jannah Zainudin dan Paridjo Universitas Tanjungpura Pontianak Abstrak: Masalah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. kognitif peserta didik kelas VIII materi pokok fungsi di MTs Darul Falah
BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan sesuatu yang unik yang disebut sebagai temuan penelitian. Dari temuan penelitian yang didasarkan atas paparan data yang dijelaskan pada bab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinci(universal) sehingga dapat dipahami oleh orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang penting dalam kehidupan, yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lainnya, seperti ilmu alam, sosial dan teknologi. Matematika erat
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di setiap kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan sampai kepada masalah yang sulit untuk didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi secara cepat dan mudah dari berbagai sumber. Dengan demikian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pauline V. Young dalam Scientific Social Survey and Research mengemukakan tujuan penelitian kependidikan seperti yang dikutip oleh Hartono, yaitu Menemukan faktafakta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai memegang peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena matematika merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sekarang ini sedang digalakan oleh pemerintah. Langkah yang paling penting dilakukan adalah dengan pendidikan.
Lebih terperinciKEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT
KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT Hikmah Maghfiratun Nisa 1, Cholis Sa dijah 2, Abd Qohar 3 1 Mahasiswa S2 Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang wajib dipelajari oleh setiap siswa pada jenjang pendidikan manapun, baik dari tingkat Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad ke 21 persaingan dan tantangan di semua aspek kehidupan semakin besar. Teknologi yang semakin maju dan pasar bebas yang semakin pesat berkembang mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.
Lebih terperinciOleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur Dra.Jalinus Pendidikan Matematika, Universitas Riau
1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKAPESERTA DIDIK KELAS VIII.2 SMP NEGERI 21 PEKANBARU Oleh: Lusi Lismayeni Drs.Sakur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,
Lebih terperinciAmira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27
PROSES BERPIKIR LATERAL SISWA SMA NEGERI 1 PAMEKASAN DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD INDEPENDENT DAN FIELD DEPENDENT Abstrak: Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan zaman serta ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa disadari
Lebih terperinciMivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1
Mivafarlian et al., Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan. 1 Penerapan Metode Diskusi Berbantuan Garis Bilangan untuk Meningkatkan dan Hasil Belajar Kelas IV Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU
1 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X MA DINIYAH PUTERI PEKANBARU Oleh: Adillah Harniati 1 Sehatta Saragih 2 Syarifah Nur Siregar 2 flo_anteredium@yahoo.com
Lebih terperinci