GENDER DALAM REALITAS SOSIAL DAN PERSPEKTIF ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GENDER DALAM REALITAS SOSIAL DAN PERSPEKTIF ISLAM"

Transkripsi

1 GENDER DALAM REALITAS SOSIAL DAN PERSPEKTIF ISLAM Oleh : Hj. St. Rodliyah Dosen Tetap STAIN Jember Abstrak Dalam dasawarsa terakhir ini terjadi transformasi ke arah peningkatan peran wanita dalam berbagai sektor kehidupan. Transformasi peran wanita tersebut ditandai dengan dikembangkannya cara-cara berpikir baru tentang hubungan (relasi) antara pria dan wanita dengan melakukan kritik terhadap tatanan budaya, struktur sosial, politik, dan ekonomi yang dianggap sebagai ciptaan kaum pria oleh kaum feminis. Wanita diporsikan hanya untuk peran domestik, sedangkan pria bisa leluasa dan bebas. Namun Islam adalah agama keadilan sesuai dengan tugas dan tujuan agama yaitu menciptakan dunia yang adil. Untuk itu Islam mengajarkan tentang bagaimana kita dapat memposisikan wanita dan pria dalam kehidupan sehingga menjadi mitra sejajar yang mampu hidup berdampingan dengan penuh keadilan dan kesejahteraan. Kata kunci : Gender, Realitas Soaial, Dan Perspektif Islam PENDAHULUAN Semua orang beriman mengakui bahwa Tuhan yang diimani adalah Dzat Yang Maha Kuasa. Di antara tanda-tanda kekuasaan Tuhan adalah penciptaan makhluk hidup dengan perbedaan gender, sebagaimana adanya manusia laki-laki dan perempuan. Keduanya memiliki peran yang berbeda dalam menjalankan kehidupan di dunia ini. Namun keduanya menjadi mitra sejajar, saling mengisi dalam hidup bersama menjadi suami istri. Islam yang dibawa oleh Nabi Mohammad SAW., sejak abad ke-7 sesungguhnya membawa angin segar bagi nilai dan harga diri ummat manusia. Sebab Islam mengajarkan bahwa penghargaag Tuhan kepada manusia didasarkan bukan pada gender atau etnis, melainkan pada kualitas diri terhadap-nya, yakni taqwa. Untuk itu orang yang 37

2 paling baik di hadapan Allah adalah orang yang paling tinggi ketaqwaannya. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam QS. 49/Al-hujurat, ayat : 13, yang artinya: Wahai manusia! sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia diantara kamu dis sisi allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti 1 Dalam sejarah umat manusia memang pernah terjadi diskriminasi atas dasar gender, etnis atau latar belakang primordial lainnya, yang itu sebagai akibat dominasi dan keserakahan sebagian terhadap sebagian lainnya. Sehingga ada penjajahan laki-laki atas perempuan, suatu bangsa atas bangsa lainnya. Menurut Sri Tresnaningtias, isu kesenjangan gender antara laki-laki dan perempuan di Barat melahirkan gerakan feminisme, setelah kaum perempuan menyadari inferioritas mereka dalam peran di depan laki-laki. Akan tetapi setelah gerakan itu berkembang menjadi liberal terjadi pengingkaran terhadap hal-hal yang secara natural membedakan peran laki-laki dan perempuan 2 Berangkat dari permasalahan tersebut, maka kesetaraan gender muncul sebagai upaya pemberdayaan perempuan yang selama ini sering dibatasi oleh nilai-nilai sosio kultural masyarakat. Pemikiran dan konsep genderpun muncul dengan berbagai aspek kajian termasuk kajian sosial dan religius. Islam sering kali dianggap sebagai agama yang kurang memperhatikan kesetaraan gender dan seringkali melakukan diskriminasi terhadap perempuan. Wacana ini berkembang karena pemahaman yang tektual dan dangkal terhadap ajaran agama Islam yang bersumber dari Al-Qur an dan Al-Hadits. Tulisan ini mencoba mengkaji secara proporsional dan obyektif tentang (1) Kesetaraan gender dalam realitas sosial, (2) Analisa gender dan konstruk sosial, dan (3) Gender maenstreming dalam perspektif Islam. 1 Depag. RI.. Al-Qur an Terjemah. (Jawa Barat: CV Diponegoro. 2010). 2 Sri Tresnaningtias. Seks dan Jender. Bahan Kuliah pada Kursus Jender dan Seksualitas, Unit Pelatihan Studi Jender dan pembangunan dan Laboratorium Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. (Jakarta: Universitas Indonesia, 2001). 38

3 KONSEP GENDER Di dalam women s Studies Ensiclopedia dijelaskan bahwa gender adalah suatu konsep kultural yang berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Menurut Mose, seks (jenis kelamin) mengacu pada konstruksi anatomis-biologis yang membedakan lakilaki dan perempuan. Perbedaan itu dapat dilihat dengan jelas pada organ tubuh terutama pada organ reproduksi, seperti laki-laki memiliki penis dan buah dzakar, serta tumbuh kumis dan jakun. Sementara itu, perempuan memiliki vagina, rahim dan sel telur. 3 Dan maskulinitas Menurut Unger dan Crawford, Berbeda dengan seks yang alami, gender mengacu pada aspek-aspek non fisiologis dari jenis kelamin, yang merupakan penghargaan dari suatu kebudayaan tentang feminitas dan maskulinitas. 4 Semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki atau perempuan adalah komponen/bidang kajian gender sebagaimana pendapat Linda L. Lindsey. Selanjutnya Umar menyatakan bahwa Studi gender lebih menekankan pada perkembangan aspek maskulinitas atau feminitas seseorang. Berbeda dengan studi seks yang lebih menekankan pada perkembangan aspek biologis dan komposisi kimia dalam tubuh lakilaki dan perempuan. 5 Dengan adanya perbedaan itu, dikenal karakteristik feminin untuk sifat perempuan, misalnya perempuan harus sabar, lemah lembut, emosional, kemudian dikenal dengan istilah feminitas, dan maskulinitas mengacu pada sifat laki-laki yang mempunyai konotasi kemandirian, rasionalitas, kekuatan otot, bahkan kekerasan. Ciri dan karakter tersebut dapat dipertukarkan, artinya ada perempuan yang mandiri, memiliki rasionalitas, dan sebaliknya laki-lakipun ada yang lemah lembut, emosional dan sebagainya. Dengan demikian dapat 3 Mosse, Cleves, Julia. Gender dan Pembangunan. (Yogyakarta: Rifka Annisa, 1993). 4 Unger, R, and Crawford, M., Women and Gender, A Feminist Psychology, (Singapore: mc Graw Hill International, 1992). 5 Umar, Nasaruddin. Argumen Kesetaraan Gender. Perspektif Al- Qur an. (Jakarta : Paramadina, 1999). 39

4 dikatakan bahwa gender adalah hasil konstruksi sosial atau rekayasa masyaraakat untuk membuat perbedaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang membedakan peran dan kedudukan laki-laki dan perempuan berdasarkan kepantasan yang berlaku dalam suatu sistem masyarakat. Gender merupakan produk budaya buatan manusia yang bersifat dinamis, artinya gender dapat mengalami perubahan ke arah perbaikan sosial dan kedudukan perempuan atau justru sebaliknya. Gender meneukan akses terhadap pendidikan, kerja, alat-alat dan sumber daya yang dieprlukan untuk industri dan keterampilan. Yang jelas, gender akan menentukan hubungan dan kemampuan untuk membuat keputusan dan bertindak secara otonom. Perbedaan gender selanjutnya melahirkan peran gender yang sesungguhnya tidak menjadikan masalah, jikaseandainya tidak terjadi ketimpangan yang berakhir pada ketidakadilan gender. KESETARAAN GENDER DALAM REALITAS SOSIAL Kesetaraan gender adalah kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan nasional, dan kesamaan dalam menikmati hasil pembangunan tersebut. Dengan kata lain penilaian dan penghargaan yang sama oleh masyarakat terhadap persamaan dan perbedaan laki-laki dan perempuan serta pelbagai peran mereka. Namun kenyataannya di masyarakat masih menunjukkan adanya keyakinan gender yang seringkali berbentuk stereotipe terhadap laki-laki maupun perempuan. Keyakinan gender tersebut sebagian besar korbannya adalah kaum perempuan. Hal ini nampak pada permasalahan berikut : 1. Pendidikan : wanita tetap menduduki tingkat pendidikan yang rendah dibandingkan laki-laki dan bahkan masih ada yang buta huruf. Karena orang tua biasanya berpikir praktis dengan alasan anak laki disekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi dari pada perempuan karena anak laki-laki kelak akan bertanggungjawab untuk menafkahi istri dan anak-anaknya serta menanggung biaya pendidikan anak-anaknya setinggi mungkin.. 2. Kesehatan : wanita menyelenggarakan lebih banyak pelayanan kesehatan dari pada pelayanan kesehatan profesional. Karena perempuan selalu mendahuluan perasaan dari pada pikiran. 40

5 Perempuan rela berkorban demi kesehatan orang lain, walaupun kadang-kadang dirinya sendiri sakit, tetapi tidak dirasa apalagi yang sakit itu keluarganya sebagai contoh anak atau suaminya, perempuan rela berkorban apa saja demi kesembuhan mereka.. 3. Ketenaga kerjaan : wanita merupakan 1/3 dari seluruh tenaga kerja dunia tetapi terkonsentrasi pada ; a. Pekerjaan dengan penghasilan paling rendah, karena perempuan kebanyakan pekerjaanya di bidang domestik yaitu menjadi tenaga kerja wanita baik di dalam maupun di luar negeri dengan menjadi asisten/pembantu rumah tanga. b. Lebih rawan menjadi penganggur dari pada pria. Karena kebanyakan wanita berpikir untuk ketenangan dan kebahagiaan keluarga mereka rela tidak bekerja demi untuk mengurusi rumah tangga yaitu merawat anak dan melayani suami. c. Memperoleh kurang ¾ nya penghasilan pria untuk pekerjaan yang sama karena tenaga perempuan dianggap di bawah kekuatan tenaga pria. d. Perempuanmmasih sering terhempas kepinggiran, utamanya dalam jalur kepemimpinan, dalam struktur organisasi, pengambil keputusan, maupun dalam peluang memperoleh kesempatan pengembangan karier. Laki-laki yang memperoleh posisi dan kesempatan yang menguntungkan, kadang bukan semata karena mereka (mungkin) berprestasi, tetapi karena mereka laki-laki. Sebaliknya, perempuan meskipun mereka berprestasi seringkali tidak memperoleh posisi dan kesempatan yang menguntungkan, semata-mata karena mereka perempuan. Perempuan tidak memperoleh penghargaan yang sama, bahkan yang melebihi prestasi laki-laki sekalipun. Kalaupun perempuan memperoleh posisi dan dan kesempatan, dia bagaikan mendapat lampu sorot segala gerak geriknya senantiasa mendapat sorotan. Seakan ada kekhawatiran dari laki-laki akan tergeser kedudukannya oleh kaum perempuan. 4. Politik : Meskipun 90 % dari negara negara di seluluh dunia memiliki organisasi yang mengupayakan peningkatan wanita, tetapi masih tetap sangat tidak terwakili dalam lembaga pengambilan keputusan. Karena: a. Pendidikan yang rendah b. Kurang percaya diri c. Beban kerja yang terlalu berat. 41

6 d. Kaum perempuan itu sendiri belum mampu untuk memberi kesempatan kepada kaumnya untuk maju. Sebagai contoh dalam pemilihan anggota dewan perwakilan rakyat (DPR) dan Presiden perempuan kebanyakan masih memilih laki-laki karena perempuan sendiri belum percaya 100 % jika perempuan itu mampu memimpin bangsa dan Negara tercinta ini. 5. Pertanian : wanita menghasilkan separuh dari kebutuhan makanan dunia, tetapi; a. hampir tidak memiliki tanah. Mereka hanya sebagai buruh tani. b. sulit memperoleh kredit. Karena kebanyakan aset keluarga itu atas suami dengan alasan kalau ada apa masalah biar cepat untuk mengurusnya. c. sering tidak diperhitungkan dalam proyek-proyek pertanian. Karena wanita dianggap tidak kompeten dalam bidang pertanian. Perempuan sebaiknya mengurusi bidang kerumahtanggaan. Padahal yang diharapkan dari kesetaraan gender adalah terciptanya kesamaan kondisi dan status laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan menikmati hak-haknya sebagai manusia agar sama-sama dapat berperan aktif dalam pembangunan 6. ANALISIS GENDER DAN KONTRUK SOSIAL Menurut Tim Perumus, analisa gender adalah proses yang di bangun secara sistematik untuk mengidentifikasi dan memahami pembagian kerja/peran laki-laki dan perempuan, akses dan kontrol terhadap sumber-sumber daya pembangunan dan manfaat yang mereka nikmati, pola hubungan antara laki-laki dan perempuan yang timpang, yang di dalam pelaksanaannya memperhatikan faktor-faktor lainnya seperti kelas sosial, ras, dan suku bangsa. 7 Ketimpangan yang muncul karena peranan gender (dalam arti keterbatasan kesempatan yang berbeda buat pria dan wanita) tidak selamanya dapat diatasi oleh perorangan karena diciptakan dan diterapkan oleh masyarakat. Karena itu, perlu ada tindakan bersama melalui Pemerintahan. 6 Celb Joice., Feminism and Politic: A Comparative (Los Angeles: University of California Press, 1987). 7 Tim Perumus Panduan Pembentukan dan Pembinaan Pusat Studi Wanita/Pusat Studi Gender, (Jakarta : Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI. 2004) 42

7 Upaya pemerintah dalam mengatasi ketidak adilan gender bisa dilihat pada indikator dari peningkatan kedudukan wanita sebagai berikutt: 1. Kenaikan jumlah wanita dalam pembuatan keputusan. 2. Bertambahnya kemandirian personal dan ekonomi serta harga diri. 3. Meningkatnya keikutsertaan dalam proses pengambilan keputusan sampai evaluasi pada diri, keluarga atau kegiatan pembangunan masyarakat. 4. Semakin banyak wanita dalam pendidikan dan program latihan. 5. Meningkatnya kesehatan wanita dan anak-anak. 6. Meningkatnya status hukum. 7. Berkurangnya tindak kekerasan terhadap wanita. 8. Kontrol semakin besar terhadap tingkat kesuburan. 9. Menurunnya diskriminasi institusi dan bias terhadap wanita. Analisa gender menurut Cornel, R. W., memberi perangkat teoritis untuk memahami sistem ketidakadilan gender. Kedua jenis kelamin baik lelaki maupun perempuan bisa menjadi korban dari ketidak adilan gender. Namun karena mayoritas yang menjadi korban ketidak adilan gender adalah perempuan, maka seolah-olah analisis gender hanya alat perjuangan kaum perempuan. Analisis gender membantu memahami bahwa pokok permasalahannya adalah sistem dan struktur. 8 Sedangkan konstruk sosial adalah usaha-usaha yang dilakukan masyarakat untuk mengarahkan laki-laki menjadi maskulin dan perempuan menjadi feminin. Usaha tersebut berbentuk pola-pola sosiali yang berjalan secara evolutif dan akhirnya mempengaruhi biologis masing-masing jenis kelamin. Misalnya sifat gender kaum laki-laki harus kuat, pemberani dan agresif. Konstruk sosial yang demikian membuat laki-laki makin terlatih dan termotivasi untuk mencapai dan mempertahankan apa yang ditentukan tersebut. Akhirnya, laki-laki memang lebih kuat dan lebih besar. Sebaliknya kaum perempuan harus lemah lembut, sopan santun tutur katanya dan emosional. Sosialisasi tersebut mempengaruhi tidak saja pada perkembangan emosi, visi dan ideologi kaum perempuan, tetapi juga perkembangan fisik dan biologis mereka. Pola-pola sosialisasi 8 Cornell.R.W. Gender and Power: Society, the Person and Sexual Politics (Cambridge: Polity Press.1987). 43

8 semacam itu terjadi sejak usia dini melalui empat institusi yaitu : keluarga, sekolah/pendidikan formal, media massa, dan bahasa 9. Sebagai contoh peran sosial yang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin adalah mengasuh anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga diklasifikasikan sebagai tugas dan tanggungjawab perempuan, padahal peran tersebut bagi perempuan bukan kodrati.--- melainkan konstruksi sosial --- sehingga laki-laki dapat melakukannya. Hanya haid, hamil, melahirkan dan menyusuhi yang dihitung peran kodrati perempuan, karena peran tersebut tidak dapat digantikan dan dipertukarkan dengan laki-laki. Namun kebanyakan kaum laki-laki malas untuk melakukan pekerjaan wilayah domestik dengan alasan merasa harganya dirinya akan turun jika harus merawat anak sendiri, mencuci baju apalagi memasak. Ada laki-laki yang walaupun bekerja di luar rumah tetapi ia masih mau mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan alas an saying dan pengertian terhadap istrinya. GENDER MINSTREAMING DALAM PERSPEKTIF ISLAM Islam adalah seperangkat dogma dan ajaran yang hanya dapat berfungsi jika diaplikasikan oleh umatnya. Sementara upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan merupakan praktek kehidupan dan aktivitas manusia yang belum tentu berkaitan dengan ajaran agama (Islam). Menurut Mansour Fakih, Bisa saja seseorang berinisiatif melakukan usaha itu atas dasar dorongan agama ditafsirkan sesuai dengan semangat sejatinya. Dengan kata lain, terdapat konsistensi antara ruh, kandungan makna, dan semangat sejatinya dogma dan ajaran tersebut dengan penafsiran manusia. Karena penafsiran atas dogma dan ajaran memang ditujukan sebagai dasar manusia bertindak. Hal inilah yang membuat kesenjangan mendasar antara Islam dengan upaya penanganan kekerasan terhadap perempuan. 10 Namun, yang terjadi justru menunjukkan bahwa dogma dan ajaran mulia agama Islam tersebut belum bisa dioperasionalkan sesuai semangat sejatinya, terutama karena para penganut ajaran tersebut belum memiliki kesadaran luhur dan perangkat yang memadai untuk mengoperasionalkan ajaran dan dogma tersebut secara mulia pula. Islam adalah ajaran, norma, dan nilai yang bersifat pasif. Menurut 9 Tim Perumus, Mansour Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Jakarta : Sinar Harapan. 44

9 Umar Fakih, Islam akan menjadi aktif, konkrit, dan dinamis, jika dapat dijadikan sebagai sumber inspirasi manusia dalam bertindak dan berbuat. Doktrin dan ajaran ini, aplikasi dan pelaksanaannya sangat tergantung dari cara pandang dan cara penafsiran orang-orang mempercayai doktrin tersebut. Doktrin yang santun dan penuh kasih sayang, akan berubah menjadi doktrin dan ajaran untuk meligitimasi tindak kekerasan di mata orang-orang tertentu. 11 Dengan segala keterbatasan yang dimilikinya, manusia tidak mampu mengetahui serta menyelesaikan segala persoalan yang dihadapi. Banyak persoalan yang tidak dapat dijangkau manusia, sehingga membutuhkan peran Tuhan untuk menjelaskannya. Al Qur an dan Al-hadits merupakan salah satu jalan yang diberikan Tuhan untuk membantu manusia mengetahui berbagai persoalan yang mereka hadapi, agar manusia dapat hidup bahagia baik didunia maupun di akhirat. Atas dasar itulah, ikhtiar untuk terus menerus melakukan penafsiran ulang terhadap pemahaman keagamaan yang justru mendukung tindak diskriminasi terhadap perempuan mendesak untuk dilakukan. Hal ini, tentu saja, agar dogma dan ajaran Islam sejati yang mulia tidak mengalami distorsi dan keliru tafsir seperti yang sangat banyak keliru selama ini. Pada hal Islam menganggap bahwa laki-laki dan perempuan memiliki kesetaraan gender dalam hal : 1. Sebagai hamba ; dalam penciptaan manusia laki-laki dan perempuan sama tujuannya agar mereka menyembah kepada Allah. QS. Al-Zariyat :56 (Yunus : 1995 : 777). 2. Sebagai kholifah di bumi ; maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka ini adalah, di samping untuk menjadi hamba (abid) yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah SWT, juga untuk menjadi kholifah di bumi (kholifah fil ardl) yaitu manusia mampu menjadi pemimpin di muka bumi dengn penuh amanah. Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi ditegaskan dalam QS. Al-An am : 165 (Yunus ; 1995 :179). 3. Laki-laki dan perempuan sama-sama menerima perjanjian primordial; mereka sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. Seperti diketahui menjelang seorang anak manusia keluar dari rahim ibunya, ia terlebih dahulu harus menerima perjanjian dengan Tuhannya, 11 Umar,

10 sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-A raf : 172 ( Yunus, 1995 ; 2400). 4. Laki-laki dan perempuan secara normatif sama-sama untuk memperoleh pendidikan dengan tanpa membedakan status sosial ekonomi dan jenis kelamin. Pentingnya pendidikan bagi manusia dapat disandarkan pada Al-Qur an surat al-mujadalah, ayat 11 yang artinya: Allah Maha mengangkat orang-orang yang beriman (laki-laki dan perempuan) diantara kamu dan mereka yang berilmu (laki-laki dan perempuan) beberapa derajat. Kata diangkat beberapa derajat melakukan mobilitas sosial karena yang bersangkutan memiliki persyaratan yang diperlukan yakni etika dan moral dan penguasaan ilmu tanpa membedakan laki-laki atau perempuan. Oleh karena itu ayat Al-Qur an tersebut di atas sangat relevan dengan hadits Nabi SAW yang artinya: Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan. (HR. Ibnu Majjah dan Baihaqi dari Anas). 5. Menurut Yunus, Islam memberikan peluang yang sama terhadap laki-laki dan perempuan untuk meraih prestasi maksimum. Al- Qur an sendiri telah mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopolo oleh salah satu jenis kelamin saja. Lakilaki dan perempuan memperoleh kesempatan yang sama dalam meraih prestasi optimal. 12 Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anakanak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) : Bukankah aku ini Tuhanmu? mereka menjawab : Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. Menurut Fakhr al-razi, (1990 : 402) tidak ada seorangpun anak manusia yang lahir di muka bumi ini yang tidak berikrar akan keberadaan Tuhan, dan ikrar mereka disaksikan oleh para malaikat. Tidak ada seorangpun yang mengatakan tidak semuanya setuju mengkui keberadaan Tuhan yang Esa. Rasa percaya diri seseorang dalam Islam semestinya terbentuk sejak lahir, karena sejak awal tidak pernah diberikan beban khusus berupa dosa warisan seperti yang dikesankan di dalam Yahudi Kristen. Kedua ajaran ini memberikan kesan negatif begitu 12 Yunus, Mahmud.. Tafsir Qur an Karim. (Jakarta : Hidakarya Agung. 1995) 46

11 seorang anak lahir sebagai perempuan, karena jenis kelamin perempuan selalu dihubungkan dengan drama kosmis, yang mana Hawa dianggap terlibat di dalam kasus keluarnya Adam dari surga. Penyebab Adam keluarga adalah karena ibu Hawa yang mengajaknya duluan untuk memakan buh khuldi. E. Kesimpulan Berdasarkan pada penjelasan di atas bahwa jika kita membaca teks-teks Al-Quran maupun Hadits tidak ada sama sekali doktrin dan ajaran Islam yang menganjurkan tindak diskriminasi kepada siapapun, termasuk kepada perempuan. Islam juga tidak pernah melecehkan harkat dan martabat perempuan. Namun realitas kehidupan sosial sehari-hari, doktrin dan ajaran Islam yang begitu mulia dan agung justru diterapkan secara bertolak belakang. Tidak jarang kita menjumpai seseorang melakukan kekerasan terhadap perempuan seraya mengatasnamakan agama dan menyebut-nyebut nama Allah. Agama menjadi legitimasi dan pembenar bagi tindak kekerasan yang dilakukannya. Ini merupakan ironi umat beragama. Seluruh ajaran dan dogtrinasi agama seolah hanya berhenti pada kata-kata dan pemikiran, karena kenyataannya, kehidupan yang nyata justru dipenuhi oleh beragam bentuk diskriminasi dan kekerasan terhadap perempuan. Ajaran Islam sejatinya tidak pernah membedakan laki-laki dan perempuan. Allah berjanji barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. DAFTAR PUSTAKA Cornell.R.W Gender and Power: Society, the Person and Sexual Politics (Cambridge: Polity Press. ). Celb Joice, 1987.Feminism and Politic: A Comparative (Los Angeles: University of California Press, ). Depag. RI Al-Qur an Terjemah. Jawa Barat: CV Diponegoro. Mansour Fakih, Analisis Gender dan Tranformasi Sosial. Jakarta : Sinar Harapan. 47

12 Mosse, Cleves, Julia Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa. Sri Tresnaningtias Seks dan Jender. Bahan Kuliah pada Kursus Jender dan Seksualitas, Unit Pelatihan Studi Jender dan pembangunan dan Laboratorium Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Tim Perumus Panduan Pembentukan dan Pembinaan Pusat Studi Wanita/Pusat Studi Gender, Jakarta : Kementerian Pemberdayaan Perempuan RI. Umar, Nasaruddin Argumen Kesetaraan Gender. Perspektif Al- Qur an. Jakarta : Paramadina. Unger, R, and Crawford, M., Women and Gender, A Feminist Psychology, Singapore: mc Graw Hill International Yunus, Mahmud Tafsir Qur an Karim. Jakarta : Hidakarya Agung. 48

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP

HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP HANIFAH MUYASSARAH FAK. DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHAZALI CILACAP WACANA GENDER Wacana gender dalam masyarakat pesantren sangat kontradiktif disamping memang tidak diketemukan dalam kitab-kitab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah *

KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM. Jihan Abdullah * KESETARAAN GENDER DALAM ISLAM Jihan Abdullah * Abstract This paper deals with Gender equality from the perspective of Islam. To establish an equal Gender relation, it is necessary to eliminate unfair relation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM)

GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA (ISLAM) Oleh: Dr. Marzuki Pusat Studi Wanita Universitas Negeri Yogyakarta 1 Pendahuluan1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik hingga sekarang ini. Sekarang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang bahagia dan kekal berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa. Tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Lebih terperinci

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORER Oleh E.S ISLAM dan ISU-ISU KONTEMPORER P A I Demokrasi dan Kepemimpinan Islam Musyawarah Islam Versus Demokrasi Teokrasi dan Demokrasi Titik Temu Demokrasi

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya BAB II Kajian Pustaka 2.1. Perempuan Karo Dalam Perspektif Gender Dalam kehidupan masyarakat Batak pada umumnya dan masyarakat Karo pada khususnya bahwa pembagian harta warisan telah diatur secara turun

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : Drs. Eddy Basuki, M.Si. Gunawan, M.Pd.I

PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : Drs. Eddy Basuki, M.Si. Gunawan, M.Pd.I PERLINDUNGAN TERHADAP HAK-HAK PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Oleh : Drs. Eddy Basuki, M.Si. Gunawan, M.Pd.I Abstrak Meski secara normatif maupun secara yuridis formal pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME

BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME 51 BAB IV ANALISIS PERLINDUNGAN HAK NAFKAH PEREMPUAN DALAM KOMPILASI HUKUM ISLAM DALAM PERSPEKTIF FEMINISME A. Analisis Terhadap Perlindungan Hak Nafkah Perempuan dalam Kompilasi Hukum Islam Hak perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mendirikan shalat merupakan suatu ibadah yang wajib dilakukan bagi seluruh umat Muslim di dunia. Dalam ibadah yang disyariatkan Allah kepada manusia tersebut,

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara

BAB I PENDAHULUAN. membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi aksioma bahwa keluarga adalah sel hidup utama yang membentuk organ tubuh masyarakat. Jika keluarga baik, masyarakat secara keseluruhan akan ikut baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK (Studi Kasus di Kecamatan Pasar Kliwon Kota Surakarta Provinsi Jawa Tengah) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian

BAB 6 PEMBAHASAN. Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian BAB 6 PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas dan menjelaskan hasil dan analisis pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan. Penjelasan secara diskripsi tentang hasil pnelitian ini menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa mampu menguraikan dan menjelaskan mengenai Konsep Dasar Gender dalam kespro Konsep dasar gender Pengertian

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si.

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU. DINA MARTIANY, S.H., M.Si. LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU DINA MARTIANY, S.H., M.Si. PERSEPSI KALANGAN PESANTREN TERHADAP RELASI PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI (STUDI DI JAWA TIMUR DAN JAWA TENGAH) PUSAT PENELITIAN BADAN KEAHLIAN DPR-RI TAHUN

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perilaku 1. Definisi Perilaku Menurut Skinner dalam Notoatmojo (2003), perilaku merupakan respon berdasarkan stimulus yang diterima dari luar maupun dari dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

KONSEP DAN ANALISIS JENDER. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd

KONSEP DAN ANALISIS JENDER. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd KONSEP DAN ANALISIS JENDER Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.Pd Pengantar Dalam banyak budaya tradisional, perempuan ditempatkan pada posisi yang dilirik setelah kelompok laki-laki. Fungsi dan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia, dilakukan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

ISU KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (BIAS GENDER) Nan Rahminawati **

ISU KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (BIAS GENDER) Nan Rahminawati ** ISU KESETARAAN LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN (BIAS GENDER) Nan Rahminawati ** Abstrak Senyata-nyatanya Allah SWT telah menciptakan manusia (laki dan perempuan) dari dzat yang sama, tetapi secara biologis dan

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER By : Basyariah L, SST, MKes Kesehatan Reproduksi Dalam Persfektif Gender A. Seksualitas dan gender 1. Seksualitas Seks : Jenis kelamin Seksualitas : Menyangkut

Lebih terperinci

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan

2017, No kewajiban negara untuk memastikan bahwa perempuan memiliki akses terhadap keadilan dan bebas dari diskriminasi dalam sistem peradilan No.1084, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MA. Mengadili Perkara Perempuan. Pedoman. PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN MENGADILI PERKARA PEREMPUAN BERHADAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis didalam keluarga dan masyarakat. Sayangnya, banyak yang tidak bisa memainkan peran dan fungsinya dengan baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikatakan Prof. Max Miller (1991: 98) yang dikutip oleh Hadi

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang dikatakan Prof. Max Miller (1991: 98) yang dikutip oleh Hadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sesuai pada kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk yang hanief artinya makhluk yang cinta pada kesucian dan cenderung pada kebenaran, Mengingat tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II GENDER DALAM ISLAM

BAB II GENDER DALAM ISLAM BAB II GENDER DALAM ISLAM A. Sekilas Tentang Gender 1. Pengertian Gender Kata Gender berasal dari bahasa Inggris, gender, berarti jenis kelamin. 1 Dalan Webster s New World Dictionary, Gender diartikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer

BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER. A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer BAB IV TAFSIR QUR AN SURAT AL-NISÂ AYAT 34 PERSPEKTIF ASGHAR ALI ENGINEER A. Konsep Kesetaraan Gender Perspektif Asghar Ali Engineer Dalam sebuah rentetan sejarah, telah terjadi dominasi laki-laki dalam

Lebih terperinci

EKSISTENSI MANUSIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK

EKSISTENSI MANUSIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA. Modul ke: Fakultas TEHNIK Modul ke: EKSISTENSI MANUSIA Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Fakultas TEHNIK MUHAMMAD ALVI FIRDAUSI, S.Si, MA Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.ac.id Dari proses sebelum lahir,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME. emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME. emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural 14 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERSPEKTIF FEMINISME Feminisme merupakan sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan lelaki baik bersifat struktural maupun personal.sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender. Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro

Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender. Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro Pendidikan Perempuan Ke Arah Pembebasan Gender Yuyun Yunarti STAIN Jurai Siwo Metro Yuyun_yuniarti@gmail.com Abstrak Perempuan dan gender merupakan isu yang kait-mengait, yang tak terpisahkan bahwa isu

Lebih terperinci

Laki-laki yang berdasarkan Alkitab. (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus:

Laki-laki yang berdasarkan Alkitab. (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus: Laki-laki yang berdasarkan Alkitab (1 Korintus 16:13) Rasul Paulus menuliskan kata-kata ini kepada jemaat di Korintus: Berjaga-jagalah! Berdirilah dengan teguh dalam iman! Bersikaplah sebagai laki-laki!

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk menyampaikan maksud dan tujuan pembangunan. Tidaklah mudah untuk mengadakan perubahan pembangunan di setiap

Lebih terperinci

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER OLEH WAYAN SUDARTA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Udayana Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan peranan (hak

Lebih terperinci

Hakikat Manusia Menurut Islam

Hakikat Manusia Menurut Islam Hakikat Manusia Menurut Islam Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah SWt yang memiliki peranan penting dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi derajatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas

BAB I PENDAHULUAN. tidak pantas atau tabu dibicarakan. 1. lainnya secara filosofis, sebenarnya manusia sudah kehilangan hak atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seksualitas adalah sebuah proses sosial-budaya yang mengarahkan hasrat atau berahi manusia. Seksualitas berhubungan erat dengan tatanan nilai, norma, pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk pribadi manusia menuju yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan

BAB VI PENUTUP. 1. Kesimpulan BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan Kedudukan perempuan dalam pandangan ajaran Islam tidak sebagaimana diduga atau dipraktekkan sementara masyarakat. Ajaran Islam pada hakikatnya memberikan perhatian yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati (Mencegah Kematian Ibu Melahirkan) Musdah Mulia

Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati (Mencegah Kematian Ibu Melahirkan) Musdah Mulia Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati (Mencegah Kematian Ibu Melahirkan) Musdah Mulia Pendahuluan Ungkapan al-jannah tahta aqdam al-ummahat (surga di bawah telapak kaki ibu) sangat populer di telinga kita dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi sebagian orang dewasa (Frone et al,1992). Dalam beberapa dekade ini perkembangan dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

ISU GENDER DALAM PENDIDIKAN (ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN)

ISU GENDER DALAM PENDIDIKAN (ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN) ISU GENDER DALAM PENDIDIKAN (ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN). OLEH MAULIZAN ZA AIDIL SYAH PUTRA SYARFUNI PROGRAM DOKTOR PENDIDIKAN BAHASA PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh 1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi 2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila

Lebih terperinci

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA MEMAHAMI GENDER UNTUK MENGATASI KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh : Rahmah Marsinah, SH, MM ----------------------------------------- Abstract : Perbedaan jender pada dasarnya merupakan hal yang biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah

BAB I PENDAHULUAN. struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Rumah Tangga merupakan sub sistem dari masyarakat yang memiliki struktur sosial dan sistemnya sendiri (Widianingsih, 2014). Di dalam rumah tangga peran suami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan, perubahanperubahan pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang wajar, oleh karena setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gender 2.1.1 Defenisi a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). b. Gender adalah perbedaan status dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya,

BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN. yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan, agama, budaya, BAB VII CATATAN REFLEKSI PENDAMPINGAN A. Nikah Sirri: Problem yang Kompleks Praktik nikah sirri di Indonesia tidak terlepas dari rantai permasalahan yang melatarbelakanginya. Dari persoalan ekonomi, pendidikan,

Lebih terperinci

Sedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu

Sedangkan bumi adalah penerima atau penampung sumber yang diturunkan. Secara kualitatif langit adalah sesuatu yang tinggi dan bumi adalah sesuatu BAB V A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan dan analisis di atas (masalahmasalah yang penulis rumuskan), yaitu terkait dengan judul Keseimbangan Dualitas Sifat Ilahi Menurut Sachiko Murata (Kajian Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY

PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY PEREMPUAN DALAM BIROKRASI Hambatan Kepemimpinan Perempuan dalam Birokrasi Pemerintah Provinsi DIY Rike Anggun Mahasiswa Jurusan Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada rikeanggunartisa@gmail.com

Lebih terperinci

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi. Modul ke: Kesalehan Sosial Fakultas Rusmulyadi, M.Si. Program Studi www.mercubuana.ac.id Secara bahasa makna kesalehan sosial adalah kebaikan atau keharmonisan dalam hidup bersama, berkelompok baik dalam

Lebih terperinci

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat.

Suatu ketika Rasulullah harus sedikit menegur Aisyah ketika sang Humaira cemburu berat. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Alloh memperkembang biakkan laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab laki-laki yang lebih besar, kekuatan laki-laki lebih besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Berkendara sepeda motor sudah menjadi budaya pada masyarakat modern saat ini.kesan bahwa berkendara motor lebih identik dengan kaum adam nampaknya begitu kokoh dan membumi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem nilai, norma, stereotipe, dan ideologi gender telah lama dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan antara perempuan dengan laki-laki,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan kota yang inovatif dan serba maju dalam aspek kehidupan sosial ternyata telah menimbulkan berbagai permasalahan didalamnya seperti, semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa. Selain itu pendidikan juga mempunyai peran penting dalam membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah?

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah? 109 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditulis. Maka peneliti telah menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isu tentang gender telah menjadi bahasan analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan,

BAB I PENDAHULUAN. masih belum berakhir dan akan terus berlanjut. bekerja sebagai ibu rumah tangga dan diartikan sebagai kodrat dari Tuhan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tampaknya rekayasa sosial yang berkembang di masyarakat mengenai pemahaman tentang pembagian kerja seperti perempuan menjadi pengurus dapur dan memasak, serta

Lebih terperinci

MENGHAYATI PERAN ISTRI

MENGHAYATI PERAN ISTRI MENGHAYATI PERAN ISTRI Perhiasan yang paling indah Bagi seorang abdi Allah Itulah ia wanita shalehah Ia menghiasi dunia.. --------------------------------------------------------------------- Ada yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang gender bukan hanya sekedar sebuah upaya memahami perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan keduanya dalam konteks

Lebih terperinci