Rancangan Keputusan & Rancangan Ketetapan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rancangan Keputusan & Rancangan Ketetapan"

Transkripsi

1 5/4/016 KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Rancangan Keputusan & Rancangan Ketetapan IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA 0 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

2 DAFTAR ISI No RANTUS JUDUL Hal. 1 1 Kuorum Dan Jumlah Suara Tata Tertib Dan Agenda Presidium LPJ Uang Pangkal Dan Iuran Anggota Periode RANTAP JUDUL Hal. 1 1 Badan Hukum IFI 11 AD/ART IFI Kode Etik Fisioterapi Road Map IFI Program Kerja Pengurus Struktur Organisasi Dan Tupoksi Kolegium 103 Fisioterapi Indonesia 7 7 Struktur Organisasi Dan Tupoksi Majelis 107 Kehormatan Disiplin Dan Etik Fisioterapi Indonesia 8 8 Pedoman Resertifikasi Fisioterapi Review Peraturan Perundang-undangan Program Kerja Kolegium Fisioterapi Indonesia Naskah Akademik Pendidikan Profesi Fisioterapi Standar Kompetensi dan Standar Pelayanan 06 Fisioterapi Seminat Tuan Rumah Kongres Nasional Fisioterapi 09 Indonesia XIII Tahun Kolegium dan Majelis Fisioterapi Indonesia 10 Periode Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia 11 Periode Tim Perumus Hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII 1 1 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

3 KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O1/ KEP / KONAS XII / / 016 tentang KUORUM DAN JUMLAH SUARA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari stengah jumlah cabang yang ada di seluruh indonesia atau bilamana kuorum tidak tercapai maka Kongres dianggap sah setelah sidang ditunda paling lama 4 jam.. Jumlah suara dalam kongres berdasarkan profosional jumlah anggota. Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. Memperhatikan : 1. Laporan panitia Pelaksana Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII dan daftar peserta Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII.. Diskusi Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016. Memutuskan Menetapkan : 1. Quorum Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII telah tercapai dengan jumlah cabang yang hadir dan mengikuti Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII adalah... cabang dari... cabang yang ada. Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII sah dan dapat dilaksanakan sesuai dengan tata tertib dan agenda yang diputuskan. 3. Jumlah suara masing-masing pengurus cabang IFI sebagaimana terlampir dalam keputusan ini. 4. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Panitia Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ( Kadek Agustini Aryani, S.Ft ) (Ngakan Gde Sudarma, S.Ft, SH.,M.Si) Sekretaris Ketua R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

4 KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O / KEP / KONAS XII / / 016 tentang TATA TERTIB DAN AGENDA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : Bahwa untuk menjamin ketertiban dan kelancaran palaksanaan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII, perlu adanya Tata Tertib dan Agenda Kongres yang disyahkan dalam keputusan kongres. Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016. Memutuskan Menetapkan : 1. Tata Tertib dan Agenda Acara Kongres Nasional X Ikatan Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Panitia Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ( Kadek Agustini Aryani, S.Ft ) (Ngakan Gde Sudarma, S.Ft, SH.,M.Si) Sekretaris Ketua 3 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

5 Lampiran 1 : Keputusan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Nomor : O / KEP / KONAS XII / / 016 TATA TERTIB KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII 1. Kongres diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IFI bersama Panitia Pelaksana Kongres yang dibentuk oleh pengurus IFI Pusat.. Panitia pelaksana kongres adalah pengurus cabang yang telah ditetapkan sebagai tuan rumah dalam kongres sebelumnya. 3. Pengurus pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan kongres. 4. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana kongres bertanggung jawab atas teknis penyelenggarakan kongres 5. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Ketua/Utusan Pengurus wilayah, Ketua/Utusan Pengurus Cabang, Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, anggota biasa dan peserta lain atas undangan Pengurus IFI Pusat sebagai peninjau. 6. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. 7. Bila persyaratan pada butir (f) tidak terpenuhi, maka kongres ditunda paling lama satu kali 4 jam, dan setelah itu Kongres dianggap sah dengan utusan cabang yang hadir. 8. Ketua Pengurus Cabang atau utusan pengurus cabang yang hadir dengan mandat resmi dari Ketua pengurus Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau hanya mempunyai hak bicara atas permintaan Presidium. 9. Pengurus pusat, Ketua/ Utusan Pengurus Wilayah, Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi, Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara. 10. Sidang pengesahan Kuorum, Pengesahan jumlah suara masing-masing cabang dan daerah, pengesahan tata tertib Kongres dan Pemilihan Presidium dipimpin oleh Ketua Panitia Pelaksana Kongres Nasional Fisioterapi XII. 11. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh Presidium yang dipilih dari dan oleh Peserta Kongres dalam sidang pleno. 4 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

6 1. Presidium merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia terdiri dari 7 orang yaitu (1) ketua panitia mewakili tuan rumah, () perwakilan propinsi DKI Jakarta, (3) Perwakilan Kepulauan Sumatera, (4) perwakilan daerah Jawa Barat dan Banten, (5) Perwakilan daerah Jawa tengah dan DIY, (6) Perwakilan Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. (7) Perwakilan kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. 13. Presidium terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota, satu orang sekretaris merangkap anggota dan lima orang anggota. 14. Ketua dan Sekretaris Presidium dipilih oleh anggota presidium. 15. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dalam sidang pleno dan sidang khusus. 16. Apabila laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis Kolegium, Ketua Majelis Etik Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian selesai dan telah mendapatkan penilaian oleh kongres, maka Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis Kolegium, Ketua Majelis Etik Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian dinyatakan demisioner dan berstatus sebagai peninjau. 17. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian), diserahkan kepada Presidium. 18. Apabila laporan pertanggungjawaban Ketua umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin, Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, dinyatakan ditolak oleh kongres maka yang bersangkutan tidak bisa dicalonkan kembali. 19. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah a. 5 sampai dengan 0 anggota : Satu Suara b. 1 sampai dengan 40 anggota : Dua Suara c. 41 sampai dengan 60 anggota : Tiga Suara d. 61 sampai dengan 80 anggota : Empat Suara e. Selanjutnya setiap penambahan 0 anggota mendapat tambahan satu suara. 0. Seluruh peserta kongres berkewajiban mematuhi tata tertib Kongres dan menjaga ketertiban kongres. 1. Pimpinan kongres berhak untuk mengeluarkan peserta yang tidak mengindahkan tata tertib dan / atau dengan sengaja mengganggu jalannya kongres. 5 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

7 Lampiran : Keputusan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Nomor : O/ KEP / KONAS XII / / 016 Selasa, 4 Mei 016 AGENDA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII No Waktu Kegiatan PJ Registrasi Seluruh Peserta Konas menempati tempat duduk yang telah disediakan Pembukaan a. Lagu Indonesia Raya b. Mars IFI c. Laporan Panitia d. Do a e. Foto Bersama Sidang Pleno I a. Penetapan Kuorum b. Penetapan Tata tertib c. Pemilihan Personalia Presidium Sidang Presidium Penetapan Pimpinan Sidang Ishoma / Cek In Sidang Pleno II Penetapan Agenda Konas XII Laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat IFI Laporan pertanggungjawaban Kolegium Laporan pertanggungjawaban Majelis Etik Laporan pertanggungjawaban Majelis Pelayanan Break Pandangan Umum Utusan Cabang /Wilayah BREAK Sidang Pleno III Penetapan Panilaian LPJ Pengurus dan Majelis Pendemisioneran Pengurus dan Majelis Penetapan Rantap dan Rantus Pembentukan Komisi Sidang Komisi 6 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

8 Rabu, 5 Mei 016 No Waktu Kegiatan PJ Sidang Pleno III Laporan hasil Sidang Komisi I Ketetapan dan Keputusan Konas XII Laporan hasil Sidang Komisi II Ketetapan dan Keputusan Konas XII Break Laporan hasil Sidang Komisi III Ketetapan dan Keputusan Konas XII Sidang Pleno I Pengesahan Tata tertib pemilihan pengurus Pusat dan Majelis Pengajuan Nama Bakal Calon Pengesahan Bakal Calon menjadi Calon Musyawarah Pemilihan / voting Sidang Pleno Paripurna Pengukuhan pengurus pusat dan majelis terpilih oleh ketua presidium Sertijab simbolis Penyerahan hasil Kaunas XII dari Presidium ke Pengurus dan Majelis terpilih Sambutan ketua Umum terpilih Do a Penutup 7 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

9 KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O3 / KEP / KONAS XII / / 016 tentang PRESIDIUM KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa untuk kelancaran palaksanaan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII, perlu dipilih dan dibentuk Presidium sebagai pimpinan Kongres yangditetapkan dan diputuskan dalam Kongres.. Bahwa Presidium dipilih dari dan oleh peserta Kongres yang merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016 pemilihan Presidium Memutuskan Menetapkan : 1. 7 (tujuh) orang Presidium sebagai PimpinanSidang Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII yaitu ; a. Tuan Rumah Konas XII : b. Kepulauan Sumatera : c. DKI Jakarta : d. Jawa Barat Banten : e. Jawa Tengah DIY : f. Jawa Timur, Bali, NTT, NTB : g. Kalimantan, Maluku, Sulawesi dan Papua :. Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Panitia Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII ( Kadek Agustini Aryani, S.Ft ) (Ngakan Gde Sudarma, S.Ft, SH.,M.Si) Sekretaris Ketua 8 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

10 KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O4 / KEP / KONAS XII / / 016 tentang LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGURUS PUSAT IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa dengan berakhirnya masa jabatan Pengurus Pusat masa bhakti maka perlu malaporkan pertanggungjawaban dihadapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016,. Bahwa laporan pertanggungjawaban tersebut perlu dinilai oleh peserta Kongres Nasional Ikatan Fisioterapi Indonesia. Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. Memperhatikan : 1. Pandangan Umum dan penilaian Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 008. Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016 pemilihan Presidium Memutuskan Menetapkan : 1. Menerima Laporan Pertanggungjawaban Pengurus IFI pusat, Ketua Majelis Etik, Ketua Majelis Kolegium dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesia periode , dengan beberapa catatan sebagaimana terlampir.. Dengan penyampaian dan pembahasan laporan pertanggungjawaban tersebut oleh Kongres maka Kepengurusan IFI Pusat periode dinyatakan demisioner. 3. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII 9 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

11 KEPUTUSAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O5 / KEP / KONAS XII / / 016 tentang RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan diperlukan berbagai sumber daya.. Bahwa dalam menjalankan organisasi perlu direncanakan anggaran pendapatan dan belanja organisasi. Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016 pemilihan Presidium Memutuskan Menetapkan : 1. Rencana anggaran pendapatan dan belanja Ikatan Fisioterapi Indonesia dibuat setiap tahun.. RAPB dibuat oleh pengurus Pusat IFI dan disyahkan oleh Musyawarah Kerja Nasional atau Musyawarah Pimpinan Pusat. 3. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 4. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

12 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O1 / TAP / KONAS XII / / 016 tentang BADAN HUKUM IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : Bahwa dalam rangka memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia organisasi profesi harus mempunyai legalitas sebagai badan hukum yang terdaftar di Lembaga pemerintah yang menaungi organisasi profesi. Mengingat : 1. Bahwa Ikatan Fisioterapi Indonesia belum berstatus sebagai badan hukum yang terdaftar di lembaga negara yang menaugi organisasi profesi yaitu Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia. Status Badan Hukum Organisasi Profesi Fisioterapi sangat diperlukan untuk memperjuangkan dan melindungi kepentingan anggota 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016 pemilihan Presidium Memutuskan Menetapkan : 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia harus mempunyai legalitas sebagai badan hukum yang terdaftar di Lembaga pemerintah yang menaungi organisasi profesi.. Memberi wewenang kepada pengurus pusat Ikatan fisioterapi Indonesia periode untuk mengurus status Badan Hukum Ikatan Fisioterapi Indonesia 3. Apabila dalam mengurus status badan hukum sebagaimana disebut dalam butir (dua) mengharuskan penggantian nama organisasi makan direkomendasikan nama sebaga berikut : a) PFI : Persatuan Fisioterapi Indonesia b) PFNI : Persatuan Fisioterapi Nasional Indonesia c) PFRI : Persatuan Fisioterapi Republik Indonesia d) PERFI : Perkumpulam Fisioterapi Indonesia 4. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 5. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan 11 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

13 diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... 1 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

14 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O / TAP / KONAS XII / / 016 tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan diperlukan berbagai sumber daya.. Bahwa pedoman kerja yang mendasar diatur dalam Anggaran Dasar yang penjabarannya berada dalam Anggaran Rumah Tangga Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia harus selaludisesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada sehingga perlu ditinjau dan disempurnakan. Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tahun 016 pemilihan Presidium Memutuskan Menetapkan : 6. Mencabut Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi XI Indonesia Tahun 01 Nomor : TAP/01/KONAS XI/I/01 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia 7. Mengesahkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia hasil Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII tanggal 4 Mei 016 di Jakarta sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini. 8. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 9. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

15 Lampiran : KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XI NOMOR : TAP / O1 / KONAS XI / I / 01 ANGGARAN DASAR IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami Fisioterapis Indonesia bertekad untuk mengisi kemerdekaan Indonesia demi tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Bahwa untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera yang berasaskan Pancasila, berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu meningkatkan pelayanan profesi fisioterapi terhadap masyarakat dengan berpegang teguh kepada Sumpah Profesi Fisioterapis dan Kode Etik Fisioterapi Indonesia. Bahwa peningkatan pelayanan profesi fisioterapi terhadap masyarakat, hanya dapat dilakukan jika semangat persatuan dan kesatuan Fisioterapis Indonesia yang telah terwujud sejak tahun 1968, dapat ditumbuhkembangkan dengan jalan mempersatukan semua potensi fisioterapi Indonesia dalam satu wadah organisasi. Untuk mencapai cita-cita, maksud Lampiran :(draft Rantap ) KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O1 / TAP / KONAS XII / / 016 ANGGARAN DASAR IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami Fisioterapis Indonesia bertekad untuk mengisi kemerdekaan Indonesia demi tercapainya kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera. Bahwa untuk mencapai kehidupan masyarakat yang sehat dan sejahtera yang berasaskan Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia, perlu meningkatkan pelayanan profesi fisioterapi terhadap masyarakat dengan berpegang teguh kepada Sumpah Profesi Fisioterapis dan Kode Etik Fisioterapi Indonesia. Bahwa peningkatan pelayanan profesi fisioterapi terhadap masyarakat, hanya dapat dilakukan jika semangat persatuan dan kesatuan Fisioterapis Indonesia yang telah terwujud sejak tahun 1968, dapat ditumbuhkembangkan dengan jalan mempersatukan semua potensi fisioterapi Indonesia dalam satu wadah organisasi. Untuk mencapai cita-cita, maksud 14 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

16 dan tujuan organisasi tersebut disusun kebijakan-kebijakan, upaya-upaya serta langkah-langkah yang konkrit dan terarah dan berpedoman pada Anggaran Dasar sebagai berikut : dan tujuan organisasi tersebut disusun kebijakan-kebijakan, upaya-upaya serta langkah-langkah yang konkrit dan terarah dan berpedoman pada Anggaran Dasar sebagai berikut : BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Ikatan Fisioterapi Indonesia disingkat IFI dan dalam bahasa inggris disebutindonesian Physiotherapy Association disingkat IPA BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Ikatan Fisioterapi Indonesia disingkat IFI dan dalam bahasa inggris disebut Indonesian Physiotherapy Association disingkat IPA Masukan : Segera pastikan legalitas Tetapkan nama yang digunakan ( ikatan fisioterapi/fisioterapis? Dunia mengunakan Physiotherapy bukan physiotherapist Penggunaan kata ikatan? persatuan? perhimpunan? Rekomendasi : jika nama tdk berubah maka menggunakan. IFI : Ikatan Fisioterapi Indonesia PFI : Persatuan Fisioterapi Indonesia PFNI : Persatuan Fisioterapi Nasional Indonesia PFRI : Persatuan Fisioterapi Republik Indonesia PERFI : Perkumpulan Fisioterapi Indonesia Pasal Organisasi fisioterapi didirikan di Surakarta pada tanggal 10 Juni 1968 Pasal Organisasi fisioterapi didirikan di Surakarta pada tanggal 10 Juni R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

17 untuk jangka waktu tidak di tentukan dan telah disahkan pemerintah. untuk jangka waktu tidak di tentukan dan telah disahkan pemerintah. Pasal 3 Induk organisasi IFI berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II ATRIBUT Pasal 4 Atribut organisasi terdiri dari Lambang dan Panji Organisasi, Hymne dan Mars di tetapkan oleh Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia BAB III ASAS, DASAR, DAN SIFAT Pasal 5 Azas dan Dasar Ikatan Fisioterapi Indonesia ialahpancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 3 Induk organisasi IFI berkedudukan di Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II ATRIBUT Pasal 4 Atribut organisasi terdiri dari Lambang dan Panji Organisasi, Hymne dan Mars di tetapkan oleh Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia Hymne : dilombakan BAB III ASAS DAN DASAR Pasal 5 Azas dan Dasar Ikatan Fisioterapi Indonesia Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 6 a. Ikatan Fisioterapi Indonesiaadalah satu-satunya organisasi profesi fisioterapi di Indonesia yang bersifat bebas tidak berafiliasi kepada organisasi politik tertentu b. Ikatan Fisioterapi IndonesiaMerupakan Wadah pengembangan profesi, dan komunikasi dengan pemerintah dan pihak pihak lain yang terkait, mengenai hal hal yang berhubungan dengan pengembangan keilmuan, Pendidikan profesi, pelayanan BAB I STATUS Pasal 6 a. Ikatan Fisioterapi Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi fisioterapi di Indonesia yang bersifat bebas tidak berafiliasi kepada organisasi politik tertentu b. Ikatan Fisioterapi Indonesia merupakan wadah pengembangan profesi, dan komunikasi dengan pemerintah dan pihak lain yang terkait, mengenai hal hal yang 16 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

18 Fisioterapi, peraturan Fisioterapi, dan pengabdian kepada masyarakat. berhubungan dengan pengembangan keilmuan, Pendidikan profesi, pelayanan Fisioterapi, peraturan Fisioterapi, dan pengabdian kepada masyarakat. BAB I TUJUAN DAN USAHA Pasal 7 Tujuan IFI bertujuan untuk mewujudkan kesehatan nasional di bidang Fisioterapi yang luhur, profesional, mandiri dan setara untuk semua kalangan dalam wadah Ikatan Fisioterapi Indonesia pada seluruh strata dengan peran dan fungsi : 1. Sebagai mitra strategis pemerintah dan swasta, yang secara aktif mengupayakan usaha-usaha bagi pembangunan Indonesia menuju derajat kesehatan masyarakat yang bermartabat khususnya di bidang Fisioterapi.. Membimbing, membina, mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, kegiatan dan kepentingan anggotanya Pasal 8 Usaha IFI melakukan usaha-usaha dan kegiatan kegiatan sebagai berikut : 1. Menjalin kerjasama secara aktif dengan Pemerintah, organisasiorganisasi profesi kesehatan, Asosiasi- BAB TUJUAN,PERAN DAN FUNGSI Pasal 7 1. IFI bertujuan untuk mewujudkan kesehatan nasional dengan pelayanan fisioterapi profesional, mandiri dan bermartabat.. IFI berperan sebagai mitra strategis pemerintah dan swasta, yang secara aktif mengupayakan usaha-usaha bagi pembangunan Indonesia menuju derajat kesehatan masyarakat yang bermartabat khususnya di bidang Fisioterapi. 3. IFI berfungsi sebagai pemersatu, pembina dan pemberdaya fisioterapi di Indonesia BAB I USAHA Pasal 8 IFI melakukan usaha-usaha dan kegiatan kegiatan sebagai berikut : 1. Menjalin kerjasama secara aktif dengan Pemerintah, organisasi- 17 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

19 asosiasi dan badan badan lainya serta pihak pihak terkait.. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam membentuk kebijakan dan bekerjasama dalam pelaksanaan program-program kesehatan. 3. Menegakkan, memelihara dan mengawasi terlaksananya Kode Etik Profesi Fisioterapi Indonesia dengan Menjunjung tinggi Sumpah Profesi Fisioterapis. 4. Melakukan komunikasi aktif dan kerjasama dengan organisasiorganisasi sejenis baik antar negara, tingkat regional maupun Internasional di bidang riset, pengetahuan, pendidikan, tehnologi dan profesi. 5. Menetapkan sikap, menyalurkan aspirasi dan kepentingan anggota, menyampaikan pendapat dan usulan kepada pemerintah. 6. Meningkatkan mutu pendidikan fisioterapi, penelitian dan pengembangan ilmu fisioterapi, serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan itu. 7. Melaksanakan upaya upaya untuk kesejahteraan anggota. 8. Melaksanakan usaha-usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan sepanjang tidak bertentangan dengan asas, dasar, dan sifat IFI. 9. Ikut aktif menciptakan dan memelihara sistem kesehatan nasional organisasi profesi kesehatan, asosiasiasosiasi dan badan badan lainya serta pihak pihak terkait.. Memberikan masukan kepada pemerintah dalam membentuk kebijakan dan bekerjasama dalam pelaksanaan program-program kesehatan. 3. Menegakkan, memelihara dan mengawasi terlaksananya Kode Etik Profesi Fisioterapi Indonesia dengan menjunjung tinggi sumpah profesi fisioterapis. 4. Melakukan komunikasi aktif dan kerjasama dengan organisasiorganisasi sejenis baik antar negara, tingkat regional maupun Internasional di bidang riset, pengetahuan, pendidikan, tehnologi dan profesi. 5. Menetapkan sikap, menyalurkan aspirasi dan kepentingan anggota, menyampaikan pendapat dan usulan kepada pemerintah. 6. Meningkatkan mutu pendidikan fisioterapi, penelitian dan pengembangan ilmu fisioterapi, serta ilmu-ilmu yang berhubungan dengan itu. 7. Melaksanakan upaya upaya untuk kesejahteraan anggota. 8. Melaksanakan usaha-usaha lain yang berguna untuk mencapai tujuan sepanjang tidak bertentangan dengan asas, dasar, dan status IFI. 9. Ikut aktif menciptakan dan 18 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

20 yang bermartabat. BAB KEANGGOTAAN Pasal 9 Anggota IFI terdiri dari : 1. Anggota Biasa. Anggota luar biasa 3. Anggota kehormatan. BAB I SUSUNAN DAN PERANGKAT ORGANISASI Pasal 10 Susunan organisasi Susunan organisasi IFI terdiri secara berjenjang adalah : 1. Kongres Nasional. Musyawarah Kerja Nasional 3. Musyawarah Daerah 4. Musyawarah Cabang 5. Musyawarah Komisariat 6. Anggota memelihara sistem kesehatan nasional yang bermartabat. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 9 Anggota IFI terdiri dari : 1. Anggota Biasa. Anggota Luar Biasa 3. Anggota Kehormatan. BAB III STRUKTUR ORGANISASI Pasal 10 Kekuasaan Kekuasaan tertinggi organisasi secara berjenjang adalah sebagai berikut : 1. Kongres Nasional,. Musyawarah Daerah, 3. Musyawarah Cabang dan 4. Musyawarah Komisariat. Pasal 11 Perangkat organisasi Perangkat organisasi IFI terdiri dari ; 1. Organisasi IFI terdiri dari badan legislatif, eksekutif, yudikatif serta organisasi binaan.. Badan legislatif adalah Kongres, Musyawarah Kerja Nasional, Musyawarah Daerah dan Musyawarah Cabang, serta Musyawarah Komisariat. 3. Badan eksekutif adalah Pengurus Pasal 11 Struktur Kepemimpinan 1. Tingkat Pusat a. Terdiri dari Pengurus Pusat IFI, Kolegium Fisioterapi (KF), Majelis Kehormatan Etik dan Disiplin Fisioterapi (MKDF) dan Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) yang masingmasing memiliki wewenang dan tanggung jawab sesuai tugasnya. b. Dalam menyelenggarakan 19 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

21 Pusat IFI, Pengurus Daerah dan Pengurus cabang dan Pengurus Komisariat. 4. Badan Yudikatif adalah Majelis Kolegium, Majelis Etik Fisioterapi dan majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian Fisioterapi. 5. Organisasi binaan adalah berupa Persatuan, Perhimpunan dan Komunitas. tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat berkoordinasi secara terintegrasi melalui Musyawarah Pimpinan Pusat (MPP) yang terdiri Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat IFI, Ketua Kolegium Fisioterapi (KF), Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi (MKDF) dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK), yang dipimpin oleh Ketua Umum Pengurus Pusat IFI. c. Pengurus Pusat IFI adalah pimpinan organisasi IFI di tingkat pusat, yang melaksanakan kegiatan eksekutif organisasi dan bertanggung jawab untuk dan atas nama organisasi. d. Kolegium Fisioterapi (KF) adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi dalam bidang pendidikan dan penelitian. e. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi (MKDF) adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi dalam bidang disiplin dan etika 0 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

22 Fisioterapi. f. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK) adalah salah satu unsur pimpinan di tingkat pusat yang berperan dan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan kegiatan internal organisasi dalam bidang pengembangan pelayanan keprofesian yang bermutu.. Tingkat Provinsi Terdiri dari Pengurus Daerah 3. Tingkat Kabupaten/Kota Terdiri dari Pengurus Cabang. Pasal 1 Organisasi Binaan Organisasi binaan adalah berupa perhimpunan dan komunitas. BAB II KEKAYAAN BAB IX KEKAYAAN Pasal 1 Kekayaan organisasi : 1. Kekayaan organisasi terdiri dari benda-benda bergerak dan bendabenda tidak bergerak yang dimiliki organisasi.. Kekayaan yang bersifat uang. 3. dan lain-lain, misalnya Hak cipta. Pasal 13 Sumber keuangan IFI diperoleh dari : Pasal 13 Kekayaan organisasi : 1. Kekayaan organisasi terdiri dari benda-benda bergerak dan bendabenda tidak bergerak yang dimiliki organisasi.. Kekayaan yang bersifat uang 3. dan lain-lain, misalnya hak cipta. Pasal 14 Sumber keuangan IFI diperoleh dari : 1 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

23 1. Uang pangkal anggota.. Uang iuran anggota. 3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB III KONGRES 1. Uang pangkal anggota.. Uang iuran anggota. 3. Sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat. BAB X KONGRES Pasal 14 Pasal 15 Kongres Nasional adalah badan legislatif tertinggi IFI dan merupakan musyawarah utusan daerah dan cabang-cabang IFI. Kongres Nasional adalah badan legislatif tertinggi IFI dan merupakan musyawarah utusan daerah dan cabang. BAB XI LAMBANG DAN LAGU Pasal 16 Lagu Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres Pasal 16 Lambang Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres dan diatur tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini. Pasal 17 Lagu Mars dan Hympne Ikatan Fisioterapi Indonesia ditetapkan oleh kongres. BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR BAB XII PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilakukan dalam kongres.. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat atau pengurus cabang kepada kongres. Pasal Perubahan anggaran dasar hanya dapat dilakukan dalam kongres.. Usulan perubahan diajukan oleh pengurus pusat, pengurus daerah, pengurus cabang. R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

24 3. Rencana perubahan dari pengurus cabang harus sudah diterima pengurus pusat selambat-lambatnya 3(tiga) bulan sebelum kongres 3. Usulan perubahan harus sudah diterima pengurus pusat selambatlambatnya 3(tiga) bulan sebelum kongres BAB XI PEMBUBARAN ORGANISASI IFI BAB XIII PEMBUBARAN ORGANISASI IFI Pasal 18 Pembubaran organisasi IFI hanya dapat dilakukan oleh kongres khusus BAB XI ATURAN TAMBAHAN Pasal 19 Pembubaran organisasi hanya dapat dilakukan oleh kongres yang diadakan khusus untuk itu, atas usul dari sekurangkurangnya setengah jumlah cabang BAB XI ATURAN TAMBAHAN Pasal 19 Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, dimuat dalam Anggaran Rumah Tangga IFI sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar IFI Pasal 0 Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada Kongres. Pasal 0 Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, dimuat dalam Anggaran Rumah Tangga IFI sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar IFI Pasal 1 Pengesahan anggaran dasar ditetapkan pada Kongres ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Ketentuan : 1. Anggota biasa IFI adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai ijasah Pasal 1 Ketentuan : 1. Anggota biasa IFI adalah Warga Negara Indonesia yang mempunyai ijasah 3 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

25 Sebagai Fisioterapis, pendidikan minimal D III Fisioterapi yang sah dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.. Anggota luar biasa IFI terdiri dari Fisioterapis Warga Negara Asing yang melakukan pelayanan fisioterapi di Indonesia atas ijin pemerintah Republik Indonesia. 3. Anggota kehormatan IFI adalah mereka yang telah ditetapkan oleh IFI sebagai anggota kehormatan atas dasar jasa-jasanya terhadap pengembangan fisioterapi. pendidikan Fisioterapi minimal Diploma Tiga lulusan dalam atau luar negeri yang sah dan diakui oleh pemerintah Republik Indonesia.. Anggota luar biasa IFI terdiri dari Fisioterapis Warga Negara Asing yang melakukan pelayanan fisioterapi di Indonesia atas ijin pemerintah Republik Indonesia. 3. Anggota kehormatan IFI adalah mereka yang telah ditetapkan oleh IFI sebagai anggota kehormatan atas dasar jasa-jasanya terhadap pengembangan fisioterapi. Pasal Tata cara penerimaan anggota : 1. Anggota biasa dapat diterima oleh Pengurus Cabang setempat setelah mendaftarkan diri secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IFI dengan cara mengisi formulir pendaftaran dan membayar uang pangkal serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir yang diakui pemerintah. Selanjutnya dilaporkan ke pengurus pusat untuk diketahui dan dicatat diregistrasi.. Anggota luar biasa dapat diterima oleh Pengurus cabang setempat setelah mendaftarkan diri secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Pasal Tata cara penerimaan anggota : 1. Anggota biasa dapat diterima oleh Pengurus Cabang setempat setelah mendaftarkan diri secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IFI dengan cara mengisi formulir pendaftaran dan membayar uang pangkal serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir yang diakui pemerintah dan bagi lulusan luar negeri harus melampirkan surat keterangan penyetaraan. Selanjutnya dilaporkan ke pengurus daerah dan pengurus pusat untuk diketahui dan dicatat diregistrasi.. Anggota luar biasa dapat diterima oleh pengurus cabang setempat setelah 4 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

26 Anggaran Rumah Tangga IFI dengan cara mengisi formulir ke pengurus Pusat serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir yang diakui pemerintah, serta mendapat ijin dari pemerintah untuk mendapatkan pertimbangan dan disahkan oleh Pengurus Pusat IFI. 3. Bilamana ditempat calon tersebut berada belum ada Pengurus cabang IFI, pendaftaran dilakukan melalui Pengurus Cabang terdekat yang sedaerah. 4. Anggota Kehormatan diusulkan oleh Pengurus Cabang terdekat ke pengurus pusat atau langsung oleh Pengurus Pusat untuk disahkan oleh kongres dalam bentuk Surat Keputusan setelah melalui pertimbangan-pertimbangan terhadap jasa-jasa yang bersangkutan pada pengembangan fisioterapi Indonesia dalam hal pelayanan, regulasi, pendidikan dan penemuan teknologi fisioterapi. Kriteria pertimbangan diatur tersendiri dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI. mendaftarkan diri secara tertulis dan membuat pernyataan persetujuan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IFI dengan cara mengisi formulir ke pengurus Pusat serta melampirkan ijazah pendidikan Fisioterapi terakhir dan surat keterangan penyetaraan yang diakui pemerintah, serta mendapat ijin dari pemerintah untuk mendapatkan pertimbangan dan disahkan oleh Pengurus Pusat IFI dengan tembusan ke pengurus daerah. 3. Bilamana di tempat calon tersebut berada belum ada Pengurus cabang IFI, pendaftaran dilakukan melalui pengurus cabang terdekat. 4. Anggota Kehormatan diusulkan oleh pengurus cabang atau pengurus daerah terdekat ke pengurus pusat atau langsung oleh Pengurus Pusat untuk disahkan oleh kongres dalam bentuk Surat Keputusan setelah melalui pertimbangan-pertimbangan terhadap jasa-jasa yang bersangkutan pada pengembangan fisioterapi Indonesia dalam hal pelayanan, regulasi, pendidikan dan penemuan teknologi fisioterapi. Kriteria pertimbangan diatur tersendiri dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI. Hak Anggota : Pasal 3 1. Anggota biasa berhak memilih dan Hak Anggota : Pasal 3 1. Anggota biasa berhak memilih dan 5 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

27 dipilih, mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan secara lisan maupun tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi.. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan tidak berhak memilih dan dipilih, berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan secara lisan maupun tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi. 3. Tiap Anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas IFI dan atau pekerjaan di bidang Fisioterapi. 4. Anggota biasa berhak atas informasi yang berkaitan dengan profesi dipilih, mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan secara lisan maupun tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi.. Anggota luar biasa dan anggota kehormatan tidak berhak memilih dan dipilih, berhak mengeluarkan pendapat, mengajukan usul atau pernyataan secara lisan maupun tertulis kepada pengurus dan mengikuti semua kegiatan organisasi. 3. Tiap Anggota berhak mendapatkan perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan tugas IFI dan atau pekerjaan di bidang Fisioterapi. 4. Anggota biasa berhak atas informasi yang berkaitan dengan profesi Pasal 4 Kewajiban anggota : 1. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan sumpah Profesi fisioterapi dan kode etik Fisioterapi Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta segala peraturan dan keputusan IFI.. Anggota biasa wajib membayar uang pangkal dan uang iuran. 3. Anggota biasa wajib mengikuti kegiatan yang diadakan oleh cabang setempat minimal 1x dalam setahun. 4. Anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan berkewajiban Pasal 4 Kewajiban anggota : 1. Anggota biasa dan anggota luar biasa berkewajiban menjunjung tinggi dan mengamalkan sumpah Profesi fisioterapi dan kode etik Fisioterapi Indonesia, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta segala peraturan dan keputusan IFI.. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib membayar uang pangkal dan uang iuran. 3. Anggota biasa dan anggota luar biasa wajib mengikuti kegiatan yang diadakan oleh cabang setempat minimal 1x dalam setahun. 6 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

28 menjaga dan mempertahankan kehormatan IFI. 4. Anggota biasa, anggota luar biasa dan anggota kehormatan berkewajiban menjaga dan mempertahankan kehormatan IFI. BAB II RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN Pasal 5 Anggota IFI dapat merangkap menjadi anggota dan / atau rangkap jabatan pada organisasi profesi kesehatan lain sepanjang tidak bertentangan dengan kehormatan dan etika fisioterapi serta tidak mengganggu tugasnya. Pasal 5 Kehilangan Keanggotaan : 1. Anggota biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri atau diberhentikan oleh pengurus pusat IFI atas rekomendasi dari pengurus cabang.. Anggota luar biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri atau diberhentikan oleh pengurus pusat IFI dan/atau atas rekomendasi IFI cabang. 3. Anggota dapat diberhentikan karena bertindak mencemarkan nama baik IFI atau bertentangan dengananggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Sumpah Profesi Fisioterapi atau Kode Etik Fisioterapi Indonesia. Pasal 6 Kehilangan Keanggotaan : 1. Anggota biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri atau diberhentikan oleh pengurus pusat IFI atas rekomendasi dari pengurus cabang dan atau pengurus daerah.. Anggota luar biasa kehilangan keanggotaannya karena meninggal dunia, atas permintaan sendiri atau diberhentikan oleh pengurus pusat IFI dan/atau atas rekomendasi pengurus cabang dan atau pengurus daerah.. 3. Anggota dapat diberhentikan karena bertindak mencemarkan nama baik IFI atau bertentangan dengananggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Sumpah Profesi Fisioterapi atau Kode Etik Fisioterapi Indonesia. 7 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

29 4. Keanggotaan anggota biasa dapat diberhentikan sementara apabila yang bersangkutan tidak aktif selama 4 tahun berturut-turut. 5. Anggota biasa yang status keanggotaannya diberhentikan sementara maka yang bersangkutan kehilangan hak-haknya sebagai anggota biasa. 4. Keanggotaan anggota biasa dapat diberhentikan sementara apabila yang bersangkutan tidak menjalankan kewajiban selama dua tahun berturutturut. 5. Anggota biasa yang status keanggotaannya diberhentikan sementara maka yang bersangkutan kehilangan hak-haknya sebagai anggota biasa. Pasal 6 Tata cara pemberhentian anggota : 1. Pemberhentian anggota atas permintaan sendiri hanya dapat dilakukan setelah anggota yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis.. Seorang anggota dapat dikenakan pemberhentian sementara oleh pengurus cabang sesudah didahului dengan peringatan secara tertulis. 3. Paling lama 6 (enam) bulan sesudah pemberhentian sementara, pengurus cabang dapat merehabilitasi atau mengusulkan IFI pusat untuk mengukuhkan pemberhentian. Pasal 7 Pembelaan : 1. Anggota yang dikenakan pemberhentian sementara dapat membela diri dihadapan rapat anggota pengurus cabang dengan atau tanpa meminta bantuan kepada majelis etik fisioterapi Indonesia. Sanksi Pasal 7 1. Anggota dapat diberi sanksi karena : a. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan IFI. b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik IFI.. Tata cara pemberian sanksi dan pembelaan akan diatur dalam ketentuan dan peraturan tersendiri. Pasal 8 Pembelaan : 1. Anggota yang dikenakan pemberhentian sementara dapat membela diri dihadapan rapat anggota pengurus cabang dengan atau tanpa meminta bantuan kepada majelis kehormatan dan disiplin fisioterapi 8 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

30 . Anggota yang dikenakan pemberhentian diberi kesempatan untuk meminta bantuan kepada majelis etik fisioterapi Indonesia. 3. Bila perlu anggota yang dikenakan pemberhentian dapat mengajukan pembelaan pada kongres. 4. Pengajuan pembelaan sebagaimana dimaksud pada butir (3) diajukan ke pengurus pusat IFI selambatlambatnya 3 bulan sebelum pelaksanaan kongres 5. Keputusan kongres dapat membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian tersebut dengan ketentuan bahwa keputusan yang sah adalah keputusan yang disetujui oleh sekurang-kurangnya /3 dari jumlah utusan yang hadir pada kongres. Indonesia.. Anggota yang dikenakan pemberhentian diberi kesempatan untuk meminta bantuan kepada majelis etik fisioterapi Indonesia. 3. Bila perlu anggota yang dikenakan pemberhentian dapat mengajukan pembelaan pada kongres. 4. Pengajuan pembelaan sebagaimana dimaksud pada butir (3) diajukan ke pengurus pusat IFI selambatlambatnya 3 bulan sebelum pelaksanaan kongres 5. Keputusan kongres dapat membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian tersebut dengan ketentuan bahwa keputusan yang sah adalah keputusan yang disetujui oleh sekurang-kurangnya /3 dari jumlah utusan yang hadir pada kongres.\ Pembelaan anggota diatur tersendiri oleh majlis kehormatan dan disiplin BAB II ORGANISASI BAB II KEKUASAAN ORGANISASI Pasal 8 Kongres : 1. Status a. Kongres merupakan kekuasaan tertinggi organisasi b. Kongres adalah musyawarah Nasional Fisioterapi Indonesia yang diwakili oleh utusan daerah, utusan Pasal 8 KONGRES 1. Status a. Kongres merupakan kekuasaan tertinggi organisasi b. Kongres adalah musyawarah nasional fisioterapi indonesia yang diwakili oleh utusan daerah, 9 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

31 cabang, dan diberi nama Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia c. Kongres diadakan sekali dalam 4(empat) tahun. d. Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah, Utusan Pengurus Cabang dan Majelis. e. Dalam keadaan luar biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-kurangnya satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya /3 dari jumlah cabang yang ada. f. Pengurus pusat menyelenggarakan kongres luar biasa selambatlambatnya 3 bulan setelah surat usulan diterima. utusan cabang, dan diberi nama Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia c. Kongres diadakan sekali dalam 4(empat) tahun. d. Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah, Utusan Pengurus Cabang, Kolegium Fisioterapi (KF), Majelis Kehormatan Dan Disiplin Fisioterapi (MKDF) dan Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian (MPPK). e. Utusan cabang menampung aspirasi anggota dan masyarakat yang berada di daerah tempat cabang berada, untuk disampaikan pada Kongres Fisioterapi Indonesia f. Dalam keadaan luar biasa, dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-kurangnya satu cabang dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah dari jumlah cabang yang ada secara tertulis. g. Pengurus pusat menyelenggarakan kongres luar biasa selambatlambatnya tiga bulan setelah surat usulan diterima.. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai pertanggungjawaban Pengurus Pusat dan Majelis. Ketentuan diterima atau tidaknya Laporan pertanggungjawaban serta..kekuasaan dan wewenang a. Menilai pertanggung jawaban Pengurus Pusat dan ketua Kolegium Fisioterapi, ketua Majelis Kehormatan dan 30 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

32 tindaklanjutanya diatur dalam keputusan kongres. b. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Pedoman-pedoman Pokok serta Garis-garis Besar Haluan dan Program Kerja IFI. c. Memilih dan Menetapkan Ketua Umum, dan Sekretarisa Umum IFI d. Menetapkan Ketua Majelis Kolegium Fisioterapi, Mejelis Etik Fisioterapi, dan Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian. e. Menetapkan tuan rumah penyelenggara kongres berikutnya. f. Menetapkan pengangkatan seseorang sebagai anggota kehormatan IFI. g. Membuat keputusan membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian keanggotaan oleh pengurus pusat. h. Membentuk dan menetapkan panitia ad hock, badan-badan khusus/ badan kelengkapan IFI. i. Menyetujui dan menetapkan Persatuan, Perhimpunan dan komunitas sebagai organisasi binaan Ikatan Fisioterapi Indonesia. Disiplin Fisioterapi dan ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian. b. Laporan pertanggung jawaban serta tindak lanjutanya diatur dalam keputusan kongres. c. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Pedoman-pedoman Pokok serta Garis-garis Besar Haluan dan Program Kerja IFI. d. Memilih dan Menetapkan Ketua Umum, dan Wakil Ketua IFI e. Menetapkan Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Mejelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi, dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian. f. Menetapkan tuan rumah penyelenggara kongres berikutnya. g. Menetapkan pengangkatan seseorang sebagai anggota kehormatan IFI. h. Mengukuhkan, menon-aktifkan atau membubarkan perhimpunan dalam lingkungan IFI, ketentuan diatur tersendiri oleh Kolegium fisioterapi. i. Membuat keputusan membatalkan atau memperkuat tindakan pemberhentian keanggotaan oleh pengurus 31 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

33 3. Tata Tertib Kongres a. Kongres diselenggarakan oleh Pengurus IFI pusat bersama Panitia Pelaksana Kongres yang dibentuk oleh pengurus IFI Pusat. b. Panitia pelaksana kongres adalah pengurus cabang dari cabang yang telah ditetapkan sebagai tuan rumah dalam kongres sebelumnya. c. Pengurus pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan kongres. d. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana kongres bertanggung jawab atas teknis penyelenggarakan kongres e. Kongres dihadiri oleh pengurus IFI Pusat, Ketua Majelis, Ketua Pengurus Daerah Ketua Pengurus Cabang atau yang mewakili sebagai utusan pengurus daerah/cabang dengan mandat resmi tertulis dari Ketua Pengurus Daerah/Cabang, Anggota biasa sebagai peninjau dan peserta lain atas undangan pusat. j. Membentuk dan menetapkan panitia ad hock, badan-badan khusus/ badan kelengkapan IFI. k. Menyetujui dan menetapkan Persatuan, Perhimpunan dan komunitas sebagai organisasi binaan Ikatan Fisioterapi Indonesia. 3..Tata Tertib Kongres a. Kongres diselenggarakan oleh Pengurus Pusat IFI bersama Panitia Pelaksana Kongres yang dibentuk oleh pengurus IFI Pusat. b. Panitia pelaksana kongres adalah pengurus cabang yang telah ditetapkan sebagai tuan rumah dalam kongres sebelumnya. c. Pengurus pusat adalah penanggungjawab penyelenggaraan kongres. d. Pengurus cabang sebagai Panitia pelaksana kongres bertanggung jawab atas teknis penyelenggarakan kongres e. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Ketua/Utusan Pengurus Daerah, Ketua/Utusan Pengurus Cabang, Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, anggota biasa dan peserta lain atas 3 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

34 Pengurus IFI Pusat. f. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. g. Bila persyaratan pada butir (f) tidak terpenuhi, maka kongres ditunda paling lama satu kali 4 jam, dan setelah itu Kongres dianggap sah dengan utusan cabang yang hadir. h. Ketua IFI Cabang atau Utusan pengurus IFI cabang yang hadir dengan mandat resmi dari Ketua IFI Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau hanya mempunyai hak bicara atas permintaan Presidium. i. Eksekutif dan yudikatif serta pengurus daerah mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara. j. Sidang pengesahan Kuorum, Pengesahan suara, pengesahan tata tertib Kongres dan Pemilihan Presidium dipimpin oleh Ketua Panitia Pelaksana Kongres yang akan berlangsung. k. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh Presidium yang dipilih dari dan oleh Peserta Kongres dalam sidang lengkap yang diadakan khusus untuk pemilihan Presidium. l. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dalam sidang pleno undangan Pengurus IFI Pusat sebagai peninjau. f. Kongres dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada dan lebih dari setengah dari jumlah pengurus daerah. g. Bila persyaratan pada butir (f) tidak terpenuhi, maka kongres ditunda paling lama satu kali 4 jam, dan setelah itu Kongres dianggap sah dengan utusan cabang yang hadir. h. Ketua Pengurus Cabang atau utusan pengurus cabang yang hadir dengan mandat resmi dari Ketua pengurus Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, sedangkan peninjau hanya mempunyai hak bicara atas permintaan Presidium. i. Ketua/Utusan Pengurus Daerah mempunyai hak bicara dan hak suara. j. Pengurus pusat, Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi, Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian mempunyai hak bicara dan tidak mempunyai hak suara. k. Sidang pengesahan Kuorum, Pengesahan jumlah suara masingmasing cabang dan daerah, pengesahan tata tertib Kongres dan 33 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

35 dan sidang khusus. m. Apabila laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis selesai, maka Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah mendapat penilaian oleh kongres dan selanjutnya Pengurus Pusat IFI dan ketua Majelis demisioner tersebut berstatus sebagai peninjau. n. Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis diserahkan kepada Presidium. o. Apabila laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat IFI dan Ketua Majelis dinyatakan tidak diterima oleh kongres maka ketua umum dan ketua Majelis tidak bisa dicalonkan kembali. p. Untuk pembubaran IFI harus Kongres khusus yang dihadiri oleh utusan cabang yang mewakili sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota. Dan keputusan sah apabila disetujui oleh paling kurang /3 ( dua per tiga ) dari jumlah anggota yang hadir/terwakili. q. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah 1) 5 sampai dengan 0 anggota Pemilihan Presidium dipimpin oleh Ketua Panitia Pelaksana Kongres. l. Selanjutnya Kongres dipimpin oleh Presidium yang dipilih dari dan oleh Peserta Kongres dalam sidang pleno. m. Presidium merupakan perwakilan seluruh wilayah Indonesia yaitu (1) ketua panitia mewakili tuan rumah, () perwakilan propinsi DKI Jakarta, (3) Perwakilan Kepulauan Sumatera, (4) perwakilan daerah Jawa Barat dan Banten, (5) Perwakilan daerah Jawa tengah dan DIY, (6) Perwakilan Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT. (7) Perwakilan kepulauan Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. n. Presidium terdiri dari satu orang ketua merangkap anggota, satu orang sekretaris merangkap anggota dan lima orang anggota. o. Ketua dan Sekretaris Presidium dipilih oleh anggota presidium. p. Mekanisme pengambilan keputusan dalam Kongres dilaksanakan dalam sidang pleno dan sidang khusus. q. Apabila laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan dan disiplin Fisioterapi) dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan 34 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

36 : Satu Suara ) 1 sampai dengan 40 anggota : Dua Suara 3) 41 sampai dengan 60 anggota : Tiga Suara 4) 61 sampai dengan 80 anggota : Empat Suara 5) Selanjutnya setiap satu sampai dengan 0 anggota mendapat tambahan satu suara Keprofesian), selesai, maka Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium FisioterapiKetua Majelis Kehormatan Etik dan disiplin Fisioterapi (MKEF) dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, dinyatakan demisioner dan berstatus sebagai peninjau setelah mendapat penilaian oleh kongres. r. Laporan Pertanggungjawaban Ketua Umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi), Ketua Majelis Kehormatan Fisioterapi dan Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian), diserahkan kepada Presidium. s. Apabila laporan pertanggungjawaban Ketua umum Pengurus Pusat IFI dan Ketua Kolegium Fisioterapi, Ketua Majelis Kehormatan dan Disiplin, Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian, dinyatakan ditolak oleh kongres maka yang bersangkutan tidak bisa dicalonkan kembali. t. Untuk pembubaran IFI harus Kongres khusus yang dihadiri oleh utusan cabang yang mewakili sekurang-kurangnya ¾ (tiga per empat) dari jumlah anggota. Dan keputusan sah apabila disetujui oleh paling kurang /3 ( dua per 35 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

37 tiga ) dari jumlah peserta yang hadir/terwakili. u. Banyaknya suara cabang dalam Kongres adalah 1) 5 sampai dengan 0 anggota : Satu Suara ) 1 sampai dengan 40 anggota : Dua Suara 3) 41 sampai dengan 60 anggota : Tiga Suara 4) 61 sampai dengan 80 anggota : Empat Suara 5) Selanjutnya setiap penambahan 0 anggota mendapat tambahan satu suara dengan jumlah maksimal 15 suara. MENDORONG PEMEKARAN CABANG v. Banyaknya suara daerah dalam kongres adalah satu suara per daerah. Pasal 9 Musyawarah Daerah 1. Status a. Musyawarah daerah merupakan badan Legislatif tertinggi tingkat daerah. b. Musyawarah daerah adalah musyawarah pada daerah daerah tingkat I atau propinsi. c. Musyawarah daerah diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun. d. Dalam keadaan luar biasa musyawarah daerah dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul Pasal 9 MUSYAWARAH DAERAH 1. Status a. Musyawarah daerah (MUSDA) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat daerah. b. Musda adalah musyawarah utusan cabang-cabang dalam satu daerah. c. Musda diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun. d. Dalam keadaan luar biasa musda dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif satu cabang 36 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

38 lebih dari satu cabang dan mendapat persetujuan sekurangkurangnya setengah dari jumlah cabang yang ada. dan mendapat persetujuan lebih dari 50% jumlah cabang yang ada dalam daerah tersebut. e. Diantara musyawarah daerah, pengurus daerah dapat melaksanakan rapat kerja daerah, yang dimaksudkan untuk menilai dan kemudian memperbaiki/mengadaptasi pelaksanaan program kerja pengurus daerah.. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai pertanggungjawaban pengurus yang lalu mengenai amanat yang diberikan oleh musyawarah daerah. b. Menetapkan Garis-garis besar program kerja daerah yang menunjang serta tidak bertentangan dengan program kerja pengurus pusat. c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua daerah untuk periode berikutnya 1. Kekuasaan dan Wewenang a. Menilai pertanggungjawaban Ketua Pengurus Daerah. b. Menetapkan garis-garis besar program kerja daerah yang menunjang serta tidak bertentangan dengan program kerja pengurus pusat. c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua Pengurus daerah untuk periode berikutnya. Tata tertib musyawarah daerah a. Musyawarah daerah diselenggarakan oleh pengurus daerah bersama panitia pelaksana musyawarah daerah yang dibentuk oleh pengurus daerah. b. Panitia pelaksana musyawarah daerah bertanggung jawab atas segi teknis penyelenggaraan. Tata Tertib Musyawarah Daerah a. Musyawarah daerah diselenggarakan oleh pengurus daerah bersama panitia pelaksana musyawarah daerah yang dibentuk oleh pengurus daerah. b. Panitia pelaksana musyawarah daerah bertanggung jawab atas segi teknis penyelenggaraan 37 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

39 musyawarah daerah. c. Musyawarah daerah dihadiri oleh Pengurus Daerah, Utusan Pengurus Cabang, peninjau dan undangan pengurus daerah. d. Musyawarah daerah sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. e. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah daerah ditunda selambatlambatnya 1 X 4 jam, dan setelah itu musyawarah daerah dianggap sah dengan jumlah anggota yang hadir. f. Utusan Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, peninjau mempunyai hak bicara. g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan acara, sidang pengesahan tata tertib, dan sidang pemilihan presidium dipimpin oleh ketua panitia pelaksana musyawarah daerah. h. Musyawarah daerah selanjutnya dipimpin oleh presidium yang dipilih dari dan oleh peserta dalam sidang lengkap yang diadakan untuk pemilihan presidium. i. Apabila laporan pertanggungjawaban pengurus daerah selesai, maka pengurus daerah yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah mendapat penilaian oleh musyawarah daerah. c. Musyawarah daerah dihadiri oleh Pengurus Daerah, Utusan Pengurus Cabang, peninjau dan undangan pengurus daerah. d. Musyawarah daerah sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. e. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah daerah ditunda selambatlambatnya 1 X 4 jam, dan setelah itu musyawarah daerah dianggap sah dengan jumlah anggota yang hadir. f. Utusan Cabang mempunyai hak bicara dan hak suara, peninjau mempunyai hak bicara. g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan acara, sidang pengesahan tata tertib, dan sidang pemilihan presidium dipimpin oleh ketua panitia pelaksana musyawarah daerah. h. Musyawarah daerah selanjutnya dipimpin oleh presidium yang dipilih dari dan oleh peserta dalam sidang lengkap yang diadakan untuk pemilihan presidium. i. Apabila laporan pertanggungjawaban pengurus daerah selesai, maka pengurus daerah yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah mendapat penilaian oleh 38 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

40 musyawarah daerah, dan selanjutnya pengurus daerah demisioner tersebut berstatus sebagai peninjau. j. Banyaknya suara cabang adalah sesuai dengan jumlah anggota per cabang. musyawarah daerah, dan selanjutnya pengurus daerah demisioner tersebut berstatus sebagai peninjau. j. Banyaknya suara cabang adalah sesuai dengan jumlah anggota per cabang. Pasal 10 Musyawarah Cabang 1. Status a. Musyawarah cabang merupakan badan Legislatif tertinggi tingkat cabang. b. Musyawarah cabang adalah musyawarah pada cabang. c. Musyawarah cabang diadakan sekali dalam 4 (empat) tahun. d. Dalam keadaan luar biasa musyawarah cabang dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul sekurang-kurangnya 5 anggota biasa dan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya setengah dari jumlah anggota biasa yang ada. Pasal 10 MUSYAWARAH CABANG 1. Status a. Musyawarah cabang (muscab) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat daerah. b. Musyawarah cabang adalah musyawarah anggota IFI dalam satu cabang. c. Musyawarah cabang diadakan sekali dalam empat tahun. d. Dalam keadaan luar biasa Musyawarah cabang dapat diadakan sewaktu-waktu atas usul atau inisiatif sekurangkurangnya lima anggota dan mendapat persetujuan lebih dari 50% jumlah anggota cabang yang ada dalam daerah tersebut. e. Diantara Musyawarah cabang, pengurus cabang dapat melaksanakan rapat kerja cabang, yang dimaksudkan untuk menilai dan kemudian memperbaiki/mengadaptasi 39 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

41 pelaksanaan program kerja pengurus cabang.. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai pertanggungjawaban pengurus yang lalu mengenai amanat yang diberikan oleh musyawarah cabang. b. Menetapkan Garis-garis besar program kerja cabang yang menunjang serta tidak bertentangan dengan program kerja pengurus pusat. c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua cabang untuk periode berikutnya 3. Tata tertib musyawarah cabang a. Musyawarah cabang diselenggarakan oleh pengurus cabang bersama panitia pelaksana musyawarah cabang yang dibentuk oleh pengurus cabang. b. Panitia pelaksana musyawarah cabang bertanggung jawab atas segi teknis penyelenggaraan musyawarah cabang. c. Musyawarah cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang, Anggota Cabang, peninjau dan undangan pengurus cabang. d. Musyawarah cabang sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah anggota biasa yang ada. e. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah. Kekuasaan dan wewenang a. Menilai pertanggungjawaban ketua pengurus cabang. b. Menetapkan Garis-garis besar program kerja cabang yang menunjang serta tidak bertentangan dengan program kerja pengurus pusat. c. Memilih dan menetapkan ketua dan wakil ketua pengurus cabang untuk periode berikutnya 3.. Tata Tertib Musyawarah Cabang a. Musyawarah cabang diselenggarakan oleh pengurus cabang bersama panitia pelaksana musyawarah cabang yang dibentuk oleh pengurus cabang. b. Panitia pelaksana musyawarah cabang bertanggung jawab atas segi teknis penyelenggaraan musyawarah cabang. c. Musyawarah cabang dihadiri oleh Pengurus Cabang, Anggota Cabang, peninjau dan undangan pengurus cabang. d. Musyawarah cabang sah apabila dihadiri lebih dari setengah jumlah anggota biasa yang ada. e. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah 40 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

42 cabang ditunda selambatlambatnya 1 X 4 jam, dan setelah itu musyawarah cabang dianggap sah dengan jumlah anggota yang hadir. f. Anggota biasa mempunyai hak bicara dan hak suara, peninjau mempunyai hak bicara. g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan acara, sidang pengesahan tata tertib, dan sidang pemilihan presidium dipimpin oleh ketua panitia pelaksana musyawarah cabang. h. Musyawarah cabang dipimpin oleh presidium yang dipilih dari dan oleh peserta dalam sidang lengkap yang diadakan untuk pemilihan presidium. i. Apabila laporan pertanggungjawaban pengurus cabang selesai, maka pengurus cabang yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah mendapat penilaian oleh musyawarah cabang, dan selanjutnya pengurus cabang demisioner tersebut berstatus sebagai anggota biasa j. Banyaknya suara anggota adalah satu anggota satu suara. Pasal 11 Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) 1. Status a. Musyawarah Kerja Nasional adalah cabang ditunda selambatlambatnya 1 X 4 jam, dan setelah itu musyawarah cabang dianggap sah dengan jumlah anggota yang hadir. f. Anggota biasa mempunyai hak bicara dan hak suara, peninjau mempunyai hak bicara. g. Sidang pengesahan kuorum, sidang pengesahan acara, sidang pengesahan tata tertib, dan sidang pemilihan presidium dipimpin oleh ketua panitia pelaksana musyawarah cabang. h. Musyawarah cabang dipimpin oleh presidium yang dipilih dari dan oleh peserta dalam sidang lengkap yang diadakan untuk pemilihan presidium. i. Apabila laporan pertanggungjawaban pengurus cabang selesai, maka pengurus cabang yang bersangkutan dinyatakan demisioner setelah mendapat penilaian oleh musyawarah cabang, dan selanjutnya pengurus cabang demisioner tersebut berstatus sebagai anggota biasa j. Banyaknya suara anggota adalah satu anggota satu suara. Pasal 11 MUSYAWARAH KERJA NASIONAL (MUKERNAS) 1. Status 41 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

43 rapat IFI yang dihadiri oleh segenap kelengkapan organisasi tingkat pusat dengan Ketua Pengurus Daerah dan Ketua Pengurus Cabang atau yang mewakili. b. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode pengurusan IFI Pusat a. Musyawarah Kerja Nasional adalah rapat pengurus IFI yang dihadiri oleh segenap kelengkapan organisasi tingkat pusat dengan Ketua Pengurus Daerah dan Ketua Pengurus Cabang atau yang mewakili. b. Musyawarah Kerja Nasional diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam periode pengurusan IFI Pusat. Kekuasaan dan Wewenang a. Menilai pelaksanaan keputusan dan ketetapan kongres, menyempurnakan dan memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa kepengurusan selanjutnya. b. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan kongres yang akan datang.. Kekuasaan dan Wewenang a. Menilai pelaksanaan keputusan dan ketetapan kongres, menyempurnakan dan memperbaiki untuk dilaksanakan pada sisa kepengurusan selanjutnya. b. Mengadakan pembicaraan pendahuluan tentang bahan kongres yang akan datang. 3. Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional a. Musyawarah Kerja Nasional diadakan oleh pengurus pusat bersama panitia pelaksana musyawarah kerja yang dibentuk oleh pengurus pusat. b. Keputusan dan ketetapan musayawarah kerja diambil dengan cara musyawarah dan mufakat. c. Panitia pelaksana musyawarah kerja nasional bertanggung jawab 3. Tata Tertib Musyawarah Kerja Nasional a. Musyawarah Kerja Nasional diadakan oleh pengurus pusat bersama panitia pelaksana musyawarah kerja yang dibentuk oleh pengurus pusat. b. Keputusan dan ketetapan musayawarah kerja diambil dengan cara musyawarah dan mufakat. c. Panitia pelaksana musyawarah 4 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

44 atas segi teknis pelaksanaan musyawarah kerja nasional. d. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Majelis, Ketua Pengurus Daerah, Ketua Pengurus Cabang atau yang mewakili sebagai utusan cabang dengan mandat dari ketua Pengurus Daerah atau Cabang e. Musyawarah Kerja Nasional dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. f. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah kerja nasional ditunda selambatlambatnya 1 X 4 jam, dan setelah itu musyawarah kerja nasional dianggap sah dengan jumlah utusan yang hadir. g. Musyawarah kerja nasional dipimpin oleh ketua umum, apabila ketua umum berhalangan hadir maka musyawarah kerja nasional dapat dipimpin oleh Sekretaris Umum atau pengurus yang lain kerja nasional bertanggung jawab atas segi teknis pelaksanaan musyawarah kerja nasional. d. Musyawarah Kerja Nasional dihadiri oleh Pengurus Pusat, Majelis, Ketua Pengurus Daerah, Ketua Pengurus Cabang atau yang mewakili sebagai utusan cabang dengan mandat dari ketua Pengurus Daerah atau Cabang e. Musyawarah Kerja Nasional dianggap sah apabila dihadiri oleh lebih dari setengah jumlah cabang yang ada. f. Bila persyaratan diatas tidak terpenuhi, maka musyawarah kerja nasional ditunda selambatlambatnya 1 X 4 jam, dan setelah itu musyawarah kerja nasional dianggap sah dengan jumlah utusan yang hadir. g. Musyawarah kerja nasional dipimpin oleh ketua umum, apabila ketua umum berhalangan hadir maka musyawarah kerja nasional dapat dipimpin oleh pengurus lain sesuai hierarki organisasi. Pasal 1 Struktur Kepemimpinan BAB III KEPEMIMPINAN ORGANISASI 1. Struktur Kepemimpinan tingkat pusat terdiri dari Pengurus pusat IFI, Majelis Etik Fisioterapi, Majelis Kolegium 43 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

45 Fisioterapi dan Majelis Pengembangan pelayanan Keprofesian yang masingmasing memiliki wewenang dan tanggung jawab masing-masing sesuai tugasnya. Dalam menyelengarakan tugasnya, kepemimpinan di tingkat pusat berkoordinasi secara terintegrasi melalui Musyawarah Pimpinan Pusat yang terdiri dari Pengurus pusat IFI, Majelis Etik Fisioterapi, Majelis Kolegium Fisioterapi dan Majelis Pengembangan pelayanan Keprofesian yang dipimpin oleh Ketua Umum IFI. Pengurus pusat 1. Status a. Pengurus pusat adalah Badan Eksekutif tertinggi IFI, b. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi c. Periode Pengurus Pusat IFI adalah diantara (dua) kongres yang berurutan yaitu empat tahun. d. Apabila ketua umum berhalangan atau tidak dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan ketua umum diambil alih oleh Sekretaris Umum. Pasal 1 PENGURUS PUSAT 1. Status a. Pengurus pusat adalah Badan Eksekutif tertinggi IFI, b. Bertanggungjawab untuk dan atas nama organisasi c. Periode Pengurus Pusat IFI adalah diantara (dua) kongres yang berurutan yaitu empat tahun. d. Apabila ketua umum berhalangan atau tidak dapat melaksanakan tugasnya maka jabatan ketua umum diambil alih oleh pengurus lain sesuai hierarki organisasi.. Personalia Pengurus Pusat IFI a. Pengurus pusat IFI sekurangkurangnya terdiri dari satu orang ketua umum, satu orang sekretaris umum, satu orang bendahara. Personalia Pengurus Pusat IFI a. Pengurus pusat IFI sekurangkurangnya terdiri dari satu orang ketua umum, satu orang wakil ketua umum, satu orang sekretaris 44 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

46 umum, dan beberapa ketua bidang yang secara bersama-sama melaksanakan kegiatan organisasi. b. Ketua umum yang telah habis masa jabatannya untuk satu periode dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya c. Seorang anggota bisa menjadi ketua umum paling banyak dua kali masa kepengurusan, Selanjutnya dapat dipilih kembali setelah jeda masa kepengurusan yang lain. d. Yang bisa menjadi pengurus pusat adalah anggota biasa yang pernah menjadi pengurus cabang atau anggota biasa yang mempunyai komitmen terhadap IFI umum, satu orang bendahara umum, dan beberapa ketua bidang. b. Ketua umum yang telah habis masa jabatannya untuk satu periode dapat dipilih kembali untuk satu periode berikutnya c. Seorang anggota bisa menjadi ketua umum paling banyak dua kali masa kepengurusan baik secara berurutan maupun tidak berurutan. d. Yang bisa menjadi pengurus pusat adalah anggota biasa yang pernah menjadi pengurus daerah / cabang atau anggota biasa yang mempunyai komitmen terhadap IFI. 3. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan semua keputusan yang telah ditetapkan kongres. b. Mensosialisasikan kepada semua pengurus daerah, pengurus cabang mengenai pengambilan keputusan organisasi. c. Membina dan meningkatkan Kinerja daerah dan cabang termasuk mengesahkan terbentuknya daerah dan cabang. d. Menyelenggarakan kongres dan bertanggung jawab kepada anggota dalam kongres. 3.. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan semua keputusan yang telah ditetapkan kongres. b. Mensosialisasikan kepada semua pengurus daerah, pengurus cabang mengenai pengambilan keputusan organisasi. c. Membina dan meningkatkan Kinerja daerah dan cabang termasuk mengesahkan terbentuknya daerah dan cabang. d. Menyelenggarakan kongres dan bertanggung jawab kepada anggota dalam kongres. 45 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

47 e. Membina hubungan yang baik dengan semua instansi yang ada, baik pemerintah maupun swasta di dalam maupun di luar negeri khususnya instansi yang berhubungan dengan kesehatan pada umumnya dan fisioterapi pada khususnya. f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota melalui forum Kongres. g. Menyiapkan draft materi kongres melalui forum mukernas h. Mengesahkan pengurus daerah dan cabang serta perangkat organisasi tingkat pusat. 4. Tata cara pengelolaan a. Pengurus pusat menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima dengan pengurus pusat demisioner. b. Pengurus Pusat dan Majelis IFI harus sudah melengkapi personelnya paling lambat 30 hari setelah kongres c. Serah terima kepengurusan pada saat berakhirnya kongres dan disertai berita acara serah terima jabatan. d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus pusat harus mengadakan rapat-rapat berupa musyawarah kerja, rapat harian, rapat pleno terbatas, rapat pleno, rapat pleno diperluas. e. Membina hubungan yang baik dengan semua instansi yang ada, baik pemerintah maupun swasta di dalam maupun di luar negeri khususnya instansi yang berhubungan dengan kesehatan pada umumnya dan fisioterapi pada khususnya. f. Menyampaikan laporan pertanggung jawaban kepada anggota melalui forum Kongres. g. Menyiapkan draft materi kongres melalui forum mukernas h. Mengesahkan pengurus daerah dan cabang serta perangkat organisasi tingkat pusat. 4.. Tata cara pengelolaan a. Pengurus pusat menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima dengan pengurus pusat demisioner. b. Pengurus Pusat dan Majelis IFI harus sudah melengkapi personelnya paling lambat 30 hari setelah kongres c. Serah terima kepengurusan pada saat berakhirnya kongres dan disertai berita acara serah terima jabatan. d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus pusat harus mengadakan rapat-rapat berupa musyawarah kerja, rapat harian, rapat pleno terbatas, rapat pleno, rapat pleno diperluas. 46 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

48 e. Ketentuan tentang musyawarah kerja diatur dalam pasal tersendiri. f. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus pusat dengan atau tanpa ketua bidang/seksi sekurangkurangnya diselenggarakan sebulan sekali. g. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus pusat, ketua Majelis yang diperlukan, sekurangkurangnya diselenggarakan tiga bulan sekali. h. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus pusat lengkap dan seluruh ketua dan anggota majelis yang diselenggarakan sekurangkurangnya enam bulan sekali. i. Rapat pleno diperluas dihadiri pengurus pusat lengkap, ketua dan anggota Majelis dan ketua pengurus daerah/ cabang yang diperlukan, diselenggarakan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam setahun. e. Ketentuan tentang musyawarah kerja diatur dalam pasal tersendiri. f. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus pusat dengan atau tanpa ketua bidang/seksi sekurangkurangnya diselenggarakan sebulan sekali. g. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus pusat, ketua Majelis yang diperlukan, sekurangkurangnya diselenggarakan tiga bulan sekali. h. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus pusat lengkap dan seluruh ketua dan anggota majelis yang diselenggarakan sekurangkurangnya enam bulan sekali. i. Rapat pleno diperluas dihadiri pengurus pusat lengkap, ketua dan anggota Majelis dan ketua pengurus daerah/ cabang yang diperlukan, diselenggarakan sekurang-kurangnya 1(satu) kali dalam setahun. 5. Tata cara pengelolaan administrasi dan keuangan a. Menyelengarakan administrasi keanggotaan yang dikelola oleh unit khusus yang bertugas untuk mendaftar, mendata, menyimpan, dan mengelola potensi dasar anggota. b. Meyelenggarakan adminitrasi kesekretariatan yang dipimpin oleh 6. Tata cara pengelolaan administrasi dan keuangan e. Menyelengarakan administrasi keanggotaan yang dikelola oleh unit khusus yang bertugas untuk mendaftar, mendata, menyimpan, dan mengelola potensi dasar anggota. f. Meyelenggarakan adminitrasi kesekretariatan yang dipimpin oleh 47 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

49 sekretaris jenderal atau sekretaris khusus yang bertanggungjawab langsung kepada sekretaris jenderal. c. Meyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan tata cara dan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabilitas dan dipimpin oleh bendahara umum atau seorang kepala bagian keuangan yang bertanggung jawab langsung kepada bandahara umum. d. Membuat laporan keuangan tahunan dan disampaikan kepada seluruh anggota melalui pengurus cabang. sekretaris jenderal atau sekretaris khusus yang bertanggungjawab langsung kepada sekretaris jenderal. g. Meyelenggarakan administrasi keuangan sesuai dengan tata cara dan tata kelola keuangan yang transparan dan akuntabilitas dan dipimpin oleh bendahara umum atau seorang kepala bagian keuangan yang bertanggung jawab langsung kepada bandahara umum. h. Membuat laporan keuangan tahunan dan disampaikan kepada seluruh anggota melalui pengurus cabang. Pasal 13 Pengurus Cabang 1. Status a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di tempat yang mempunyai sekurangkurangnya 5(lima) anggota biasa. b. Keberadaan cabang adalah di tingkat Kabupaten atau Kota. c. Dalam satu kabupaten/kota hanya boleh ada satu cabang. d. Bila jumlah anggota Fisioterapi dalam satu atau lebih kabupaten/kota adalah 5 orang atau lebih, harus membentuk cabang sendiri atas usulan Pengurus Daerah atau Pengurus Pasal 13 PENGURUS CABANG 1. Status a. Cabang merupakan kesatuan organisasi yang dibentuk di tempat yang mempunyai sekurangkurangnya lima anggota biasa. b. Keberadaan cabang adalah di tingkat Kabupaten atau Kota. c. Dalam satu kabupaten/kota hanya boleh ada satu cabang. d. Bila jumlah anggota Fisioterapi dalam satu kabupaten/kota adalah 5 orang dapat membentuk cabang sendiri atas usulan Pengurus Daerah atau Pengurus Cabang IFI terdekat dan disahkan oleh IFI 48 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

50 Cabang IFI terdekat dan disahkan oleh IFI pusat. e. Sesuai butir (d) bila tidak terbentuk dalam waktu satu tahun sejak berlakunya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ini maka pengurus pusat bertanggungjawab membentuk, mengesahkan dan membina. f. Jika satu cabang terdiri dari beberapa kabupaten maka harus ditunjuk koordinator kabupaten. g. Bila dianggap perlu pengurus IFI cabang dapat membentuk perangkat organisasi lainnya untuk kepentingan organisasi dan atas sepengetahuan pengurus IFI pusat. h. Masa jabatan pengurus cabang 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah cabang yang berurutan yang pengesahannya dilakukan oleh pengurus pusat. i. Ketua pengurus cabang yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. j. Seorang anggota bisa menjadi ketua cabang paling banyak dua kali masa kepengurusan, Selanjutnyadapat dipilih kembali setelah jeda masa kepengurusan yang lain. k. Struktur kelengkapan pengurus cabang IFI disesuaikan dengan pusat. 0 orang harus!!! e. Sesuai butir (d) bila tidak terbentuk dalam waktu satu tahun sejak berlakunya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga ini maka pengurus pusat bertanggung jawab membentuk, mengesahkan dan membina. f. Jika satu cabang terdiri dari beberapa kabupaten maka harus ditunjuk koordinator kabupaten. g. Bila dianggap perlu pengurus IFI cabang dapat membentuk perangkat organisasi lainnya untuk kepentingan organisasi dan atas sepengetahuan pengurus IFI pusat. h. Masa jabatan pengurus cabang 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah cabang yang berurutan yang pengesahannya dilakukan oleh pengurus pusat. i. Ketua pengurus cabang yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. j. Seorang anggota bisa menjadi ketua cabang paling banyak dua kali masa kepengurusan, Selanjutnya dapat dipilih kembali setelah jeda masa kepengurusan yang lain. k. Struktur kelengkapan pengurus cabang IFI disesuaikan dengan 49 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

51 struktur kelengkapan pengurus pusat IFI. struktur kelengkapan pengurus pusat IFI.. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI dan musyawarah cabang. b. Memberikan laporan kepada pengurus pusat IFI tentang program kerja serta hasil kerja yang telah dilaksanakan sekurangkurangnya satu kali dalam setahun. c. Membina hubungan baik dengan semua instansi yang berhubungan dengan upaya kesehatan pada umumnya dan fisioterapi pada khususnya di tingkat kabupaten/kota. d. Pengurus Cabang harus melaksanakan musyawarah cabang pada akhir masa jabatannya, paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah masa jabatan berakhir. e. Bertanggung jawab kepada musyawarah cabang dan pengurus pusat IFI. 3. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI dan musyawarah cabang. b. Memberikan laporan kepada pengurus pusat IFI tentang program kerja serta hasil kerja yang telah dilaksanakan sekurangkurangnya satu kali dalam setahun. c. Membina hubungan baik dengan semua instansi yang berhubungan dengan upaya kesehatan pada umumnya dan fisioterapi pada khususnya di tingkat kabupaten/kota. d. Pengurus Cabang harus melaksanakan musyawarah cabang pada akhir masa jabatannya, paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah masa jabatan berakhir. e. Bertanggung jawab kepada musyawarah cabang dan pengurus pusat IFI. 4. Tata cara pengelolaan a. Formatur pengurus cabang terpilih harus telah dapat menyusun kepengurusannya selambatlambatnya dalam waktu 30 hari setelah selesainya musyawarah 5. Tata cara pengelolaan a. Formatur pengurus cabang terpilih harus telah dapat menyusun kepengurusannya selambatlambatnya dalam waktu 30 hari setelah selesainya musyawarah 50 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

52 cabang. b. Pengurus cabang menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima dengan pengurus cabang demisioner. c. Serah terima kepengurusan harus dilaksanakan paling lambat 30 hari setelah selesai musyawarah cabang dan selanjutnya ketua cabang yang lama melaporkan pergantian pengurus cabang pada pengurus pusat disertai data-datanya untuk mendapatkan pertimbangan dan atau pengesahan dari pengurus pusat. d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus cabang harus mengadakan rapat-rapat berupa rapat harian, rapat pleno terbatas dan rapat pleno. e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus IFI cabang (ketua, bendahara, sekretaris) sekurangkurangnya diselenggarakan sebulan sekali. f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus harian cabang ditambah pengurus cabang lain yang diperlukan sekurang-kurangnya diselenggarakan tiga bulan sekali. g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang lengkap yang diselenggarakan sekurangkurangnya enam bulan sekali. h. Pengurus cabang dalam cabang. b. Pengurus cabang menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima dengan pengurus cabang demisioner. c. Serah terima kepengurusan harus dilaksanakan paling lambat 30 hari setelah selesai musyawarah cabang dan selanjutnya ketua cabang yang lama melaporkan pergantian pengurus cabang pada pengurus pusat disertai datadatanya untuk mendapatkan pertimbangan dan atau pengesahan dari pengurus pusat. d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus cabang harus mengadakan rapat-rapat berupa rapat harian, rapat pleno terbatas dan rapat pleno. e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus IFI cabang (ketua, bendahara, sekretaris) sekurangkurangnya diselenggarakan sebulan sekali. f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus harian cabang ditambah pengurus cabang lain yang diperlukan sekurang-kurangnya diselenggarakan tiga bulan sekali. g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang lengkap yang diselenggarakan sekurangkurangnya enam bulan sekali. h. Pengurus cabang dalam 51 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

53 mengadakan kegiatannya secara periodik sekurang-kurangnya satu tahun sekali membuat laporan kegiatan kepada pegurus pusat. i. Yang dapat menjadi pengurus cabang adalah anggota biasa IFI cabang setempat. Pasal 14 Pengurus Daerah 1. Status a. Pengurus daerah adalah perangkat organisasi ditingkat propinsi yang berkedudukan di ibu kota propinsi. b. Ketua Pengurus Daerah IFI dipilih melalui musyawarah daerah. c. Pengurus Daerah sekurangkurangnya terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris dan 1 orang bendahara. d. Bila dianggap perlu pengurus Daerah IFI dapat membentuk perangkat organisasi lainnya untuk kepentingan organisasi dan atas sepengetahuan pengurus pusat IFI. e. Masa jabatan pengurus daerah 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah daerah yang berurutan yang pengesahannya dilakukan oleh pengurus pusat. f. Ketua pengurus daerah yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. g. Seorang anggota hanya bisa menjadi ketua pengurus daerah mengadakan kegiatannya secara periodik sekurang-kurangnya satu tahun sekali membuat laporan kegiatan kepada pegurus pusat. i. Yang dapat menjadi pengurus cabang adalah anggota biasa IFI cabang setempat. Pasal 14 PENGURUS DAERAH 1. Status a. Pengurus daerah adalah perangkat organisasi ditingkat propinsi yang berkedudukan di ibu kota propinsi. b. Ketua Pengurus Daerah IFI dipilih melalui musyawarah daerah. c. Pengurus Daerah sekurangkurangnya terdiri dari 1 orang ketua, 1 orang sekretaris dan 1 orang bendahara. d. Bila dianggap perlu pengurus Daerah IFI dapat membentuk perangkat organisasi lainnya untuk kepentingan organisasi dan atas sepengetahuan pengurus pusat IFI. e. Masa jabatan pengurus daerah 4 (empat) tahun atau diantara dua musyawarah daerah yang berurutan yang pengesahannya dilakukan oleh pengurus pusat. f. Ketua pengurus daerah yang telah habis masa jabatannya dapat dipilih kembali untuk periode berikutnya. g. Seorang anggota hanya bisa 5 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

54 paling banyak dua kali masa jabatan baik secara berurutan maupun tidak berurutan. h. Struktur kelengkapan pengurus daerah IFI disesuaikan dengan struktur kelengkapan pengurus pusat IFI. menjadi ketua pengurus daerah paling banyak dua kali masa jabatan baik secara berurutan maupun tidak berurutan. h. Struktur kelengkapan pengurus daerah IFI disesuaikan dengan struktur kelengkapan pengurus pusat IFI. i. Pengurus daerah tidak boleh merangkap jabatan pengurus cabang tergantung opsi hak suara di kongres!!!. Kekuasaan dan wewenang a. Mewakili kegiatan IFI di tingkat Propinsi. b. Melakukan koordinasi dengan pengurus cabang di daerah Propinsi dalam rangka kegiatan di daerah Propinsi. c. Memberikaan laporan tertulis kepada pangurus Pusat IFI tentang pelaksanaan program kerja serta hasil kerja yang telah dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun. d. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI. e. Membina hubungan baik dengan semua aparat yang berhubungan dengan upaya kesehatan pada umumnya dan Fisioterapi pada khususnya di tingkat Propinsi. f. Melaksanakan musywarah daerah pada akhir masa jabatannya, 3. Kekuasaan dan wewenang a. Mewakili kegiatan IFI di tingkat Provinsi. b. Melakukan koordinasi dengan pengurus cabang di daerah Propinsi dalam rangka kegiatan di daerah Propinsi. c. Memberikaan laporan tertulis kepada pangurus Pusat IFI tentang pelaksanaan program kerja serta hasil kerja yang telah dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun. d. Melaksanakan keputusan kongres, keputusan pengurus pusat IFI. e. Membina hubungan baik dengan semua aparat yang berhubungan dengan upaya kesehatan pada umumnya dan Fisioterapi pada khususnya di tingkat Propinsi. f. Melaksanakan musywarah daerah pada akhir masa jabatannya, 53 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

55 paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak masa jabatan berakhir. g. Bertanggung jawab kepada pengurus Pusat IFI. paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak masa jabatan berakhir. g. Bertanggung jawab kepada pengurus Pusat IFI. 6. Tata cara pengelolaan a. Formatur pengurus Daerah terpilih harus membentuk kepengurusannya selambatlambatnya dalam waktu 30 hari setelah selesainya musyawarah daerah. b. Pengurus cabang menjalankan tugasnya segera setelah dilakukan serah terima dengan pengurus daerah demisioner. c. Serah terima kepengurusan harus dilaksanakan paling lambat 30 hari setelah selesai musyawarah daerah dan selanjutnya ketua daerah yang lama melaporkan pergantian pengurus daerah pada pengurus pusat disertai datadatanya untuk mendapatkan pertimbangan dan atau pengesahan dari pengurus pusat. d. Untuk menyelenggarakan kegiatannya, pengurus daerah harus mengadakan rapat-rapat berupa rapat harian, rapat pleno terbatas dan rapat pleno. e. Rapat harian hanya dihadiri oleh pengurus IFI daerah (ketua, bendahara, sekretaris) sekurangkurangnya diselenggarakan 54 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

56 Pasal 15 Majelis-majelis 1. Status a. Majelis adalah badan kelengkapan IFI yang dibentuk oleh kongres untuk menjalankan tugas dan kewajiban dalam bidang khusus. b. Majelis-majelis tersebut adalah : Majelis Etik Fisioterapi, Majelis Kolegium, Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian c. Masa jabatan Majelis sama dengan masa jabatan pengurus Pusat IFI. d. Kepengurusan Majelis sekurangkurangnya terdiri dari Ketua, sekretaris dan anggota. sebulan sekali. f. Rapat pleno terbatas dihadiri oleh pengurus harian cabang ditambah pengurus daerah lain yang diperlukan sekurang-kurangnya diselenggarakan tiga bulan sekali. g. Rapat pleno dihadiri oleh pengurus cabang lengkap yang diselenggarakan sekurangkurangnya enam bulan sekali. h. Pengurus daerah dalam mengadakan kegiatannya secara periodik sekurang-kurangnya satu tahun sekali membuat laporan kegiatan kepada pegurus pusat. i. Yang dapat menjadi pengurus daerah adalah anggota biasa IFI daerah setempat. Pasal 15 Majelis-majelis 1. Status e. Majelis adalah badan kelengkapan IFI yang dibentuk oleh kongres untuk menjalankan tugas dan kewajiban dalam bidang khusus. f. Majelis-majelis tersebut adalah : Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi, Majelis Kolegium, Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian g. Masa jabatan Majelis sama dengan masa jabatan pengurus Pusat IFI. h. Kepengurusan Majelis sekurangkurangnya terdiri dari Ketua, sekretaris dan anggota. 55 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

57 . Kekuasaan dan wewenang a. Kekuasaan dan wewenang majelis diatur dalam pasal tersendiri. b. Secara umum seluruh badan khusus dalam menjalankan tugasnya perlu saling koordinasi dengan eksekutif organisasi. c. Majelis bertanggung jawab kepada kongres.. Kekuasaan dan wewenang a. Kekuasaan dan wewenang majelis diatur dalam pasal tersendiri. b. Secara umum seluruh badan khusus dalam menjalankan tugasnya perlu saling koordinasi dengan eksekutif organisasi. c. Majelis bertanggung jawab kepada kongres. Pasal 16 Majelis Etik Fisioterapi 1. Status a. Majelis Etik Fisioterapi adalah badan yudikatif IFI yang bertanggungjawab memberikan masukan ke badan Eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika Fisioterapi. b. Majelis Etik Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat. 3. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres. b. Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik Fisioterapi, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan dan etika Pasal 16 Majelis Etik Fisioterapi. Status a. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi adalah badan yudikatif IFI yang bertanggungjawab memberikan masukan ke badan Eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan etika Fisioterapi. b. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat. 4. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres. b. Melakukan tugas bimbingan, pengawasan dan penilaian dalam pelaksanaan etik Fisioterapi, termasuk perbuatan anggota yang melanggar kehormatan etika dan 56 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

58 fisioterapi berkoordinasi dengan badan eksekutif. c. Memperjuangan agar etik fisioterapi dapat ditegakkan di Indonesia d. Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang berhubungan dengan etik profesi, baik pemerintah maupun organisasi profesi lain. 5. Tata cara pengelolaan a. Ketua Majelis Etik Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus Majelis etik Fisioterapi adalah anggota biasa. c. Majelis Etik Fisioterapi segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres. d. Majelis Etik Fisioterapi dapat melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri ataupun atas usul serta permintaan. Pasal 17 Majelis Kolegium Fisioterapi 1. Status a. Majelis Kolegium Fisioterapi adalah badan khusus IFI yang bertanggungjawab memberikan masukan ke badan eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan sistem pendidikan Fisioterapi. disiplin fisioterapi berkoordinasi dengan badan eksekutif. c. Memperjuangan agar kehormatan dan disiplin fisioterapi dapat ditegakkan di Indonesia d. Membina hubungan baik dengan majelis atau instansi yang berhubungan dengan kehormatan dan disiplin profesi, baik pemerintah maupun organisasi profesi lain. 6. Tata cara pengelolaan a. Ketua Majelis Etik Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus Majelis etik Fisioterapi adalah anggota biasa. c. Majelis Etik Fisioterapi segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres. d. Majelis Etik Fisioterapi dapat melakukan kegiatan atas inisiatif sendiri ataupun atas usul serta permintaan. Pasal 17 Kolegium Fisioterapi 1. Status a. Kolegium Fisioterapi adalah badan khusus IFI yang bertanggungjawab memberikan masukan ke badan eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan sistem pendidikan Fisioterapi. b. Kolegium Fisioterapi dibentuk 57 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

59 b. Majelis Kolegium Fisioterapi dibentuk ditingkat Pusat. ditingkat Pusat.. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres. b. Mempunyai kewenangan pengawasan terhadap badan eksekutif dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan bidang fisioterapi. c. Mewakili IFI dalam bidang pendidikan fisioterapi setelah berkoordinasi dengan eksekutif. d. Menyusun kurikulum pendidikan fisioterapi. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi anggaran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres. b. Mempunyai kewenangan pengawasan terhadap badan eksekutif dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem pendidikan bidang fisioterapi. c. Mewakili IFI dalam bidang pendidikan fisioterapi setelah berkoordinasi dengan eksekutif. d. Menyusun kurikulum pendidikan fisioterapi 4. Tata cara pengelolaan a. Ketua Majelis Kolegium Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus Majelis Kolegium Fisioterapi adalah anggota biasa. c. Majelis Kolegium Fisioterapi segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres. 5. Tata cara pengelolaan a. Ketua Kolegium Fisioterapi dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus Kolegium Fisioterapi adalah anggota biasa. c. Kolegium Fisioterapi segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres. Pasal 18 Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian 1. Status a. Majelis Pengembangan Pelayanan Pasal 18 Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian. Status a. Majelis Pengembangan Pelayanan 58 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

60 Keprofesian adalah badan khusus Keprofesian adalah badan khusus IFI yang bertanggungjawab IFI yang bertanggungjawab memberikan masukan ke badan memberikan masukan ke badan eksekutif dalam pengembangan eksekutif dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan sistem kebijakan, pembinaan pelaksanaan dan pengawasan penerapan sistem pelayanan keprofesian yang pelayanan keprofesian yang bermutu dan terjangkau. b. Majelis Pengembangan Pelayanan bermutu dan terjangkau. b. Majelis Pengembangan Pelayanan dan Keprofesian dibentuk ditingkat dan Keprofesian dibentuk Pusat. ditingkat Pusat. 3. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi anggraran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres. 4. Kekuasaan dan wewenang a. Melaksanakan isi anggraran dasar dan rumah tangga IFI serta semua keputusan yang ditetapkan oleh kongres. b. Melaksanakan pengawasan b. Melaksanakan pengawasan terhadap badan eksekutif dalam pelaksanaan dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksnaan terhadap badan eksekutif dalam pelaksanaan dalam pengembangan kebijakan, pembinaan pelaksnaan dan pengawasan pelayanan dan pengawasan pelayanan keprofesian yang bermutu. keprofesian yang bermutu. c. Mewakili IFI dalam bidang c. Mewakili IFI dalam bidang pengembangan pelayanan pengembangan pelayanan keprofesian setelah berkoordinasi dengan badan eksekutif. d. Memberikan masukan ke badan keprofesian setelah berkoordinasi dengan badan eksekutif. d. Memberikan masukan ke badan eksekutif tentang kebijakan eksekutif tentang kebijakan program pengembangan profesi program pengembangan profesi fisioterapi. fisioterapi. e. Memberikan masukan ke badan eksekutif tentang kebijakan dan e. Memberikan masukan ke badan eksekutif tentang kebijakan dan pengendalian sistem evaluasi pengendalian sistem evaluasi pelayanan profesi fisioterapi. pelayanan profesi fisioterapi. 5. Tata cara pengelolaan 6. Tata cara pengelolaan 59 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

61 a. Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian adalah anggota biasa yang mampu mengkoordinasikan berbagai stakeholder di bidang pelayanan fisioterapi. c. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres. Pasal 19 Organisasi Binaan merupakan organisasi pendukung IFI dan dibawah naungan IFI, bisa berupa Persatuan, Perhimpunan dan Komunitas 1. Syarat Pendirian a. Jumlah anggota sekurangkurangnya 0 (duapuluh) orang b. Mempunyai AD/ART yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, visi dan misi dibentuknya organisasi yang tidak bertentangan dengan AD-ART IFI. c. Mempunyai program kerja yang jelas. d. Disyahkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat IFI. e. Masa jabatan satu periode kepengurusan paling lama 4 (empat). Keanggotaan a. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka bagi seluruh anggota a. Ketua Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian dipilih dan ditetapkan dalam kongres b. Pengurus Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian adalah anggota biasa yang mampu mengkoordinasikan berbagai stakeholder di bidang pelayanan fisioterapi. c. Majelis Pengembangan Pelayanan Keprofesian segera menjalankan tugasnya segera setelah kongres. Pasal 19 Organisasi Binaan merupakan organisasi pendukung IFI dan dibawah naungan IFI, bisa berupa Persatuan, Perhimpunan dan Komunitas 4. Syarat Pendirian a. Jumlah anggota sekurangkurangnya 0 (duapuluh) orang b. Mempunyai AD/ART yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, visi dan misi dibentuknya organisasi yang tidak bertentangan dengan AD-ART IFI. c. Mempunyai program kerja yang jelas. d. Disyahkan dengan surat keputusan Pengurus Pusat IFI. e. Masa jabatan satu periode kepengurusan paling lama 4 (empat) 5. Keanggotaan a. Keanggotan bersifat sukarela dan terbuka bagi seluruh anggota 60 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

62 ikatan fisioterapi Indonesia. b. Anggota harus terdaftar sebagai anggota IFI. 3. Status a. Organisasi binaan merupakan organisasi dibawah IFI, bertanggungjawab kepada anggota dan Pengurus Pusat IFI b. Memberikan masukan ke pengurus Pusat IFI tentang kebijakan program pengembangan pendidikan dan pelayanan. ikatan fisioterapi Indonesia. b. Anggota harus terdaftar sebagai anggota IFI. 6. Status a. Organisasi binaan merupakan organisasi dibawah IFI, bertanggungjawab kepada anggota dan Pengurus Pusat IFI b. Memberikan masukan ke pengurus Pusat IFI tentang kebijakan program pengembangan pendidikan dan pelayanan. BAB III KEPUTUSAN Pasal 0 1. Semua keputusan yang diambil dalam organisasi dan badan kelengkapan IFI dilakukan secara musyawarah dan mufakat.. Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil maka keputusan diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak. 3. Keputusan yang menyangkut perseorangan dilakukan secara bebas dan rahasia. BAB I KEKAYAAN Pasal 1 1. Besarnya uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan oleh kongres dan pemungutannya dilaksanakan oleh pengurus cabang.. Pengurus cabang diwajibkan menyerahkan dari uang pangkal dan BAB III KEPUTUSAN Pasal 0 1. Semua keputusan yang diambil dalam organisasi dan badan kelengkapan IFI dilakukan secara musyawarah dan mufakat.. Jika musyawarah dan mufakat tidak berhasil maka keputusan diambil atas dasar perhitungan suara terbanyak. 3. Keputusan yang menyangkut perseorangan dilakukan secara bebas dan rahasia. BAB I KEKAYAAN Pasal 1 1. Besarnya uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan oleh kongres dan pemungutannya dilaksanakan oleh pengurus cabang.. Pengurus cabang diwajibkan menyerahkan dari uang pangkal dan 61 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

63 iuran anggota yang besarannya ditetapkan kongres kepada pengurus pusat sebesar 5%, pengurus daerah sebesar 10%, dan penyerahannya sekurang-kurangnya satu tahun sekali. 3. Untuk kepentingan masing-masing cabang, pengurus cabang dapat menetapkan iuran tambahan atas dasar musyawarah dan mufakat musyawarah cabang. 4. Kekayaan organisasi dikuasai dan dikelola serta dipertanggungjawabkan oleh pengurus yang bersangkutan. iuran anggota yang besarannya ditetapkan kongres kepada pengurus pusat sebesar 5%, pengurus daerah sebesar 10%, dan penyerahannya sekurang-kurangnya satu tahun sekali. 3. Untuk kepentingan masing-masing cabang, pengurus cabang dapat menetapkan iuran tambahan atas dasar musyawarah dan mufakat musyawarah cabang. 4. Kekayaan organisasi dikuasai dan dikelola serta dipertanggungjawabkan oleh pengurus yang bersangkutan. BAB PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI BAB PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA SERTA PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga 1. Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga hanya dapat dilakukan dalam kongres.. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat atau pengurus cabang kepada kongres. 3. Rencana perubahan dari pengurus cabang harus sudah diterima pengurus pusat selambat-lambatnya 3(tiga) bulan sebelum kongres Pasal 3 Pembubaran Organisasi IFI hanya dapat Pasal Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga 1. Perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga hanya dapat dilakukan dalam kongres.. Rencana perubahan tersebut diajukan oleh pengurus pusat atau pengurus cabang kepada kongres. 3. Rencana perubahan dari pengurus cabang harus sudah diterima pengurus pusat selambat-lambatnya 3(tiga) bulan sebelum kongres Pasal 3 Pembubaran Organisasi IFI hanya dapat 6 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

64 dilakukan oleh Kongres Khusus yang diusulkan oleh pengurus cabang yang mewakili sekurang-kurangnya tiga per empat dari jumlah anggota. BAB I PERALIHAN Pasal 4 1. Sebelum pengurus daerah terbentuk sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, fungsi dan peran pengurus daerah dilaksanakan oleh koordinator daerah atau pengurus Cabang IFI yang berada di ibu kota propinsi. Pengurus Daerah dibentuk selambatlambatnya enam bulan sejak Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan. BAB II PENUTUP Pasal 5 1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota Ikatan Fisioterapi Indonesia. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat diatur dengan Keputusan Musyawarah Nasional maupun Keputusan Pengurus Pusat IFI, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini. dilakukan oleh Kongres Khusus yang diusulkan oleh pengurus cabang yang mewakili sekurang-kurangnya tiga per empat dari jumlah anggota. BAB I PERALIHAN Pasal 4 1. Sebelum pengurus daerah terbentuk sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, fungsi dan peran pengurus daerah dilaksanakan oleh koordinator daerah atau pengurus Cabang IFI yang berada di ibu kota propinsi. Pengurus Daerah dibentuk selambatlambatnya enam bulan sejak Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan. BAB II PENUTUP Pasal 5 1. Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota Ikatan Fisioterapi Indonesia. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dapat diatur dengan Keputusan Musyawarah Nasional maupun Keputusan Pengurus Pusat IFI, sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga ini. KETETAPAN 63 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

65 KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O3 / TAP / KONAS XII / / 016 tentang KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. Bahwa dalam menjalankan praktik fisioterapi diperlukan kode etik yang digunakan sebagai pedoman.. Bahwa kode etik fisioterapi Indonesia merupakan pedoman bagi fisioterapis anggota IFI dalam melasanakan praktik fisioterapi. 3. Bahwa kode etik fisioterapi Indonesia dalam penerapannya perlu ditetapkan melalui ketetapan kongres. Mengingat : 1. Perkembangan Pelayanan fisioterapi semakin luas dan semakin mudah terjadinya resiko penyimpangan. Perlu penyempurnaan agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan baru. 3. Rapat-rapat pengurus yang menghendaki penyempurnaan kode etik. Memperhatikan : Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1. Kode Etik Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini. Mencabut SK Pengurus Pusat IFI NOMOR:kep/100/II/001/IFI tentang penerapan kode etik. 3. Kode Etik Fisioterapi Indonesia sebagai pedoman menjalankan praktik Fisioterapi 4. semua Fisioterapis praktik wajib berpegang teguh pada kode etik 5. Hal-hal yang belum di atur dalam ketatapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh majelis etik Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART 6. Ketetapan ini berlaku sejak di tetapkan Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

66 PERUBAHAN KODE ETIK FISIOTERAPI 1. Format kode etik lama ada di dalam Sk. Standar Profesi, sekarang dibuat Sk tersendiri.. Format lama tidak tersusun dalam Pasal, sekarang dibuat dengan pasal 3. Format lama juga mengatur hak dan tugas Organisasi Profesi, sekarang tidak karena hak dan kewajiban organisasi lebih cocok ada di uraian tugas dan tujuan organisasi. Yang benar adalah kewajiban Fisioterapis sebgaia anggota IFI. 4. Format lama belum jelas mengutamakan keselamatan/keamanan dalam pelayanan pasien, sekarang lebih jelas. 5. Format lama belum mengatur tanggung jawab pasien dalam pelayanan fisioterapi, tetapi lebih bayak mengedepankan hak pasien 6. Format lama belum memuat lafal sumpah profesi, sekarang dicantumkan karena tanpa mengucapkan sumpah atau janji di depan publik adalah buka profesi. 7. Yang belum diatur sesuai dengan perkembangan media sosial, bagaimana batas-batas yang boleh dan tidak boleh atau yang layak dan tidal layak dalam penggunaan media sosial, terus terang Tim kami belum mampu merancangnya, kami kembalikan ke floor aja dulu. Warna hitam : kode etik lama Warna hijua ; tambahan Warna kuning ; dihilangkan Merah ; belum di atur 65 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

67 Kode Etik Fisioterapi SK Pengurus Pusat IFI NOMOR: kep/100/ii/001/ifi KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA MUKADIMAH Sejarah panjang peradapan manusia yang diawali dengan keraguan hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu sang pengobat dengan penderita, akhirnya melahirkan konsep profesi. Manusia sebagai penderita atau pasien yang sangat memerlukan pertolongan terutama adanya gangguan gerak dan fungsi agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya dalam menjalankan kehidupannya, memercayakan bula-bulat dirinya, khususnya kelangsungan kehidupan, penderitaan, ketergantungan dan kerahasiaannya kepada sang pengobat. Kepercayaan bulat yang teramat besar ini sebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi. Kepercayaan penderita atau pasien akhirnya di balas dengan pernyataan sumpah atau janji profesi yang diucapkan di depan publik, dan inilah makna profesi. Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh organisasi profesi dari negara tempat berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika berdasarkan ajaran filsafat tentang relasi pengobat-pasien mengedepankan nilainilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan proporsionalitas tugas dan jasa fisioterapi dalam keberlangsungan Draft Kode Etik Fisioterapi Rantap KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : O / TAP / KONAS XII / / 016 KODE ETIK FISIOTERAPI INDONESIA MUKADIMAH Sejarah panjang peradapan manusia yang diawali dengan keraguan hubungan kepercayaan antara dua insan yaitu sang pengobat dengan penderita, akhirnya melahirkan konsep profesi. Manusia sebagai penderita atau pasien yang sangat memerlukan pertolongan terutama adanya gangguan gerak dan fungsi agar dapat melaksanakan tugas, fungsi dan tanggungjawabnya dalam menjalankan kehidupannya, memercayakan bula-bulat dirinya, khususnya kelangsungan kehidupan, penderitaan, ketergantungan dan kerahasiaannya kepada sang pengobat. Kepercayaan bulat yang teramat besar ini sebagai inti jaminan proses hubungan pengobat-pasien tersebut memunculkan tanggung jawab sang pengobat sebagai profesi. Kepercayaan penderita atau pasien akhirnya di balas dengan pernyataan sumpah atau janji profesi yang diucapkan di depan publik, dan inilah makna profesi. Kumpulan janji publik penuh keteladanan dan kesejawatan tersebut kemudian dirumuskan oleh organisasi profesi dari negara tempat berpijak pengabdian profesi menjadi norma etika dan disiplin. Perumusan norma etika berdasarkan ajaran filsafat tentang relasi pengobat-pasien mengedepankan nilainilai tanggung jawab profesional, kesejawatan dan proporsionalitas tugas dan jasa fisioterapi dalam keberlangsungan 66 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

68 profesi di era global. dalam norma profesi. Norma etika praktik fisioterapi yang dibakukan berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman fisioterapis dalam bersikap, bertindak dan berperilaku profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab pelayanan profesi yang seringkali mendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi, selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalam lapangan pendidikan dan penelitian dan kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya. Dengan demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secara tertulis, baik idealisme teoritis maupun penerapannya akan mempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun prinsip/kaidah dasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidak merugikan (non malecence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil ( justice). Menyadari bahwa pada akhirnya semua pedoman etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun perilaku sehari-hari setiap fisioterapis sebagai pembawa nilai-nilai luhur profesi, pengamalan etika fisioterapi yang dilandaskan pada moralitas kemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran serba baik dari manusia penyandangnya. Para fisioterapis Indonesia selayaknya menjadi model panutan bagi masyarakatnya. Fisioterapis Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhan kualitas dasar manusia baik dan bijaksana, yaitu sifat Ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan dan ketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan dan cinta Indonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebut pengamalan nilai-nilai etik oleh siapapun fisioterapisnya, akan menjadi profesi di era global. dalam norma profesi. Norma etika praktik fisioterapi yang dibakukan berfungsi sebagai ciri dan cara pedoman fisioterapis dalam bersikap, bertindak dan berperilaku profesional sehingga mudah dipahami, diikuti dan dijadikan tolok ukur tanggung jawab pelayanan profesi yang seringkali mendahului kebebasan profesi itu sendiri. Norma profesi, selain pelayanan kesehatan termasuk juga dalam lapangan pendidikan dan penelitian dan kegiatan sosial atau kesejawatan lainnya. Dengan demikian dalam setiap penyempurnaan norma etika secara tertulis, baik idealisme teoritis maupun penerapannya akan mempertimbangkan kaidah-kaidah dasar moral ataupun prinsip/kaidah dasar bioetika, antara lain seperti berbuat baik (benecence), tidak merugikan (non malecence), menghargai otonomi pasien (autonomy), dan berlaku adil ( justice). Menyadari bahwa pada akhirnya semua pedoman etik dimanapun diharapkan akan menjadi penuntun perilaku sehari-hari setiap fisioterapis sebagai pembawa nilai-nilai luhur profesi, pengamalan etika fisioterapi yang dilandaskan pada moralitas kemanusiaan akan menjadi tempat kebenaran serba baik dari manusia penyandangnya. Para fisioterapis Indonesia selayaknya menjadi model panutan bagi masyarakatnya. Fisioterapis Indonesia seyogyanya memiliki keseluruhan kualitas dasar manusia baik dan bijaksana, yaitu sifat Ketuhanan, kemurnian niat, keluhuran budi, kerendahan hati, kesungguhan dan ketuntasan kerja, integritas ilmiah dan sosial, serta kesejawatan dan cinta Indonesia. Dari pancaran kualitas dasariah tersebut pengamalan nilai-nilai etik oleh siapapun fisioterapisnya, akan menjadi 67 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

69 cahaya penerang peradaban budaya profesi di tanah air tercinta Indonesia, pada situasi dan kondisi apapun, dimanapun berada dan sampai kapan pun nanti. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu fisioterapi sebagaimana dimaksud di atas, kami para fisioterapis Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Fisioterapi Indonesia, membakukan dan membukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi fisioterapi dalam suatu Kode Etik Fisioterapi Indonesia, yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut : cahaya penerang peradaban budaya profesi di tanah air tercinta Indonesia, pada situasi dan kondisi apapun, dimanapun berada dan sampai kapan pun nanti. Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, dengan maksud untuk lebih nyata menjamin dan mewujudkan kesungguhan dan keluhuran ilmu fisioterapi sebagaimana dimaksud di atas, kami para fisioterapis Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Fisioterapi Indonesia, membakukan dan membukukan nilai-nilai tanggungjawab profesional profesi fisioterapi dalam suatu Kode Etik Fisioterapi Indonesia, yang diuraikan dalam pasal-pasal berikut : Pasal 1 SETIAP FISIOTERAPIS WAJIB MENJUNJUNG TINGGI, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN SUMPAH DAN ATAU JANJI PROFESI FISIOTERAPI. Pasal 1 SETIAP FISIOTERAPIS WAJIB MENJUNJUNG TINGGI, MENGHAYATI DAN MENGAMALKAN SUMPAH DAN ATAU JANJI PROFESI FISIOTERAPI. NASKAH SUMPAH PROFESI FISIOTERAPI INDONESIA Demi Allah / Demi Tuhan, saya bersumpah : (1) Sebagai tenaga Fisioterapi menjujung tinggi martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak-haknya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang setinggitingginya. () Sebagai tenaga Fisioterapi menerima kepercayaan dari pasien/klien dan melayaninya dengan segenap kemampuan, tulus ikhlas demi kebaikan mereka. (3) Sebagai tenaga Fisioterapi menjalankan profesi dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan etika dan standar profesi kepada mereka yang membutuhkannya. (4) Sebagai tenaga Fisioterapi 68 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I NASKAH SUMPAH PROFESI FISIOTERAPI INDONESIA Demi Allah / Demi Tuhan, saya bersumpah : (1) Sebagai tenaga Fisioterapi menjujung tinggi martabat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki hak-haknya untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan yang setinggitingginya. () Sebagai tenaga Fisioterapi menerima kepercayaan dari pasien/klien dan melayaninya dengan segenap kemampuan, tulus ikhlas demi kebaikan mereka. (3) Sebagai tenaga Fisioterapi menjalankan profesi dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan etika dan standar profesi kepada mereka yang membutuhkannya. (4) Sebagai tenaga Fisioterapi

70 senantiasa menjunjung tinggi martabat profesi. senantiasa menjunjung tinggi martabat profesi. Pasal FISIOTERAPIS MENGHORMATI HAK-HAK DAN MARTABAT INDIIDU. Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan profesional. Hubungan yang terjadi antara fisioterapis dengan pasien/klien didasari sikap saling percaya dan menghargai hak masing-masing. (1). Hak pasien/klien a. Mendapatkan Layanan fisioterapi yang terbaik dan aman b. Mendapatkan perlindungan kerahasiaan c. Mendapatkan privasi dan martabatnya d. Mendapatkan informasi yang akurat e. Mendapatkan pendidikan kesehatan f. Dapat menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam pelayanan Fisioterapi g. Memilih fisioterapis dalam pelayanan. h. Dapat meminta berhenti untuk tidak melanjutkan pelayanan Fisioterapi. i. Dapat terhidar dari pelayanan diskriminatif (). Hak-hak fisioterapis a. Fisloterapis berhak atas kemandirian profesi dan otonomi b. Fisloterapis berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasl dan kompetensi serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela din Pasal FISIOTERAPIS MENGHORMATI HAK-HAK DAN MARTABAT INDIIDU. Menghargai hak dan martabat individu sebagai landasan dalam pelayanan profesional. Hubungan yang terjadi antara fisioterapis dengan pasien/klien didasari sikap saling percaya dan menghargai hak masing-masing. (1). Hak pasien/klien a. Mendapatkan Layanan fisioterapi yang terbaik dan aman b. Mendapatkan perlindungan kerahasiaan c. Mendapatkan privasi dan martabatnya d. Mendapatkan informasi yang akurat e. Mendapatkan pendidikan kesehatan f. Dapat menentukan dan membuat keputusan sendiri dalam pelayanan Fisioterapi g. Memilih fisioterapis dalam pelayanan. h. Dapat meminta berhenti untuk tidak melanjutkan pelayanan Fisioterapi. i. Dapat terhidar dari pelayanan diskriminatif (). Hak-hak fisioterapis f. Fisloterapis berhak atas kemandirian profesi dan otonomi g. Fisloterapis berhak atas rasa bebas dari ancaman terhadap kehormatan, reputasl dan kompetensl serta hak untuk mendapatkan perlindungan dan kesempatan untuk membela din 69 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

71 terhadap gugatan sesuai keadaan. c. Fistoterapis berhak untuk bekerjasama dengan teman sejawat d. Fisioterapis berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan cara, yang terbaik bagi paslen/klien e. Fisioterapis berhak atas jasa yang layak clan pelayanan profesionainya. terhadap gugatan sesuai keadaan. h. Fistoterapis berhak untuk bekerjasama dengan teman sejawat i. Fisioterapis berhak menolak melakukan intervensi apabila dipandang bukan merupakan cara, yang terbaik bagi paslen/klien j. Fisioterapis berhak atas jasa yang layak clan pelayanan profesionainya. C. Hak-hak profesi Organisasi lkatan Fisioterapi Indonesia(IFI) 1.IFI berhak atas loyalitas anggotanya clan memberi perlinclungan did dari pelecehan akibat pelayanan yang inkompeten, ilegal clan bertentangan dengan kode etlk profesl fisloterapi. IFI berhak atas narna balk clan menolak pelecehan dari siapapun. 3. IFI berhak atas pengajar fisioterapi yang berkualitas, kompeten dan berpengalaman dibidangnya. 4. IFI berhak atas praktek fisioterapi yang profesional dan menolak, diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain Pasal 3 TIDAK BERSIKAP DISKRIMINATIF DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA SIAPAPUN YANG MEMBUTUHKAN" Semua orang yang mencari jasa pelayanan fisioterapi memiliki hak untuk mendapatkan layanan tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, kebangsaan, agama, etnis, keyakinan, warna, orientasi seksual, kecacatan, status kesehatan atau politik. (1) Fisioterapis mempunyal kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin, 70 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I k. Fisioterapi berhak menuntut/melibatkan kerjasama pasien/klien tingkat pertanggungjawaban dan disiplin agar pengobatan berlanjut sesuai program yang telah disepakati. C. Hak-hak profesi Organisasi lkatan Fisioterapi Indonesia(IFI) 1.IFI berhak atas loyalitas anggotanya clan memberi perlinclungan did dari pelecehan akibat pelayanan yang inkompeten, ilegal clan bertentangan dengan kode etlk profesl fisloterapi. IFI berhak atas narna balk clan menolak pelecehan dari siapapun. 3. IFI berhak atas pengajar fisioterapi yang berkualitas, kompeten dan berpengalaman dibidangnya. 4. IFI berhak atas praktek fisioterapi yang profesional dan menolak, diajarkan secara semena-mena kepada individu atau kelompok lain Pasal 3 TIDAK BERSIKAP DISKRIMINATIF DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN KEPADA SIAPAPUN YANG MEMBUTUHKAN" Semua orang yang mencari jasa pelayanan fisioterapi memiliki hak untuk mendapatkan layanan tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, kebangsaan, agama, etnis, keyakinan, warna, orientasi seksual, kecacatan, status kesehatan atau politik. (1) Fisioterapis mempunyal kewajiban moral untuk memberikan pelayanan kepada yang membutuhkan tanpa membedakan umur, jenis kelamin,

72 suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan, politik dan status sosial ekonomi. () Fisioterapis harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipillh bagi individu dan masyarakat (3) Fisioterapis dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/kllen dalam memberl pelayanan (4) Fisioterapis berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan Pasal 4 MEMBERIKAN PELAYANAN PROFESIONAL DENGAN JUJUR, BERKOMPETEN SERTA TANGGUNG JAWAB (1) Fisioterapis mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan masyarakat. () Fisioterapis dimanapun berada hendaknya selalu meningkatkan kuafitas kehidupan masyarakat dilingkungannya. (3) Fisioterapis harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan individu, masyarakat, kolega dan profesi lain. (4) Fisloterapis hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat meningkatkan pelayanan. (5) Fisioterapis harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan'kode etik profesi suku/ras, kondisi, agama/kepercayaan, politik dan status sosial ekonomi. () Fisioterapis harus selalu mempertimbangkan konsekuensi dari keputusan yang dipillh bagi individu dan masyarakat (3) Fisioterapis dituntut untuk menghargai adat istiadat/kebiasaan dari pasien/kllen dalam memberl pelayanan (4) Fisioterapis berkewajiban untuk berkarya mendukung kebijakan pelayanan kesehatan Pasal 4 MEMBERIKAN PELAYANAN PROFESIONAL DENGAN JUJUR, BERKOMPETEN SERTA TANGGUNG JAWAB (1) Fisioterapis mengemban tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan memanfaatkan ketrampilan dan keahlian secara efektif untuk kepentingan individu dan masyarakat. () Fisioterapis dimanapun berada hendaknya selalu meningkatkan kuafitas kehidupan masyarakat dilingkungannya. (3) Fisioterapis harus menjamin bahwa pelayanan yang diberikan, jenis, dosis, struktur organisasi dan alokasi sumber daya dirancang untuk pelayanan yang aman dan berkualitas sesuai dengan tuntutan kebutuhan individu, masyarakat, kolega dan profesi lain. (4) Fisloterapis hendaknya selalu mencari, memberi dan menerima informasi agar dapat meningkatkan mutu pelayanan. (5) Fisioterapis harus menghindari praktek ilegal yang bertentangan dengan'kode etik profesi (6) Fisioterapis harus mencantumkan gelar secara benar untuk (6) Fisioterapis harus mencantumkan gelar secara benar untuk 71 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

73 menggambarkan status profesinya menggambarkan status profesinya (7) Fisioterapis wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan lainnya tentang fisloterapi dan pelayanan profesionalnya. (7) Fisioterapis wajib memberikan informasi yang benar kepada masyarakat dan profesi kesehatan lainnya tentang fisloterapi dan pelayanan profesionalnya. (8) Fisioterapis dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi untuk semata-mata mencari keuntungan. (8) Fisioterapis dalam menentukan tarif pelayanan harus masuk akal dan tidak memanfaatkan profesi untuk semata-mata mencari keuntungan. (9) Jasa profesional yang diterima fisioterapis harus didapatkan dengan cara yang jujur. (9) Jasa profesional yang diterima fisioterapis harus didapatkan dengan cara yang jujur. (10)Fisioterapis dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektifitas dan efisiensi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat. (10)Fisioterapis dalam memanfaatkan teknologi berdasarkan efektifitas dan efisiensi demi peningkatan kualitas pelayanan kesehatan individu dan masyarakat. 7 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I (11) Fisioterapis mengambil tanggung jawab untuk pelayanan pasien / klien yang didelegasikannya. : 1. Bertindak secara hormat dan tidak menolak perawatan / pengobatan untuk setiap pasien / klien atas dasar ras, agama, asal etnis atau nasional, usia, jenis kelamin, orientasi seksual, sosial atau status kesehatan.. Tindakan untuk mempromosikan kesehatan dan kesejahteraan pasien / klien, sementara menghormati mereka hak, martabat, kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai.

74 3. Menghormati hak-hak pasien / klien / pengganti pengambil keputusan 'untuk diberitahu tentang efek dari pengobatan, risiko yang melekat, dan pilihan pengobatan alternatif. 4. Berikan kepada pasien / klien / pengganti pengambil keputusan, kesempatan untuk menyetujui atau menolak pengobatan atau perubahan untuk rencana perawatan. 5. Tidak akan mengobati pasien / klien ketika diagnosis atau kelanjutan dari fisioterapi tidak dibenarkan atau merupakan kontraindikasi. 6. Menghormati kerahasiaan, privasi, dan keamanan informasi pasien / klien dalam semua bentuk komunikasi. 7. Melakukan praktik dengan cara yang aman, kompeten, akuntabel dan bertanggung jawab dalam lingkup individu. 8. Mengambil tanggung jawab untuk perawatan pasien / klien didelegasikan kepada asisten fisioterapis dan siswa. 9. Mengambil semua langkah yang wajar untuk mencegah kerusakan pada pasien / klien. Jika terjadi kerusakan harus memberitahukan kepada pasien/ client / pengganti pengambil keputusan. 10. Berkomunikasi secara efektif dan hormat, dan praktik secara kooperatif dengan rekan kerja, profesional kesehatan lainnya dan lembaga terkait untuk kepentingan pasien / klien. B. Tanggung jawab organisasi profesi 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin pelayanan yang diberikan secara jujur, komplit berdasarkan pada penelitian dan informasl aktual dalam rangka ikut meningkatkan deraj"at kesehatan B. Tanggung jawab organisasi profesi 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin pelayanan yang diberikan secara jujur, komplit berdasarkan pada penelitian dan informasl aktual dalam rangka ikut meningkatkan deraj"at kesehatan 73 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

75 masyarakat. lkatan Fisloterapi Indonesia membuat dan memantau pelaksanaan standar profesi dalam praktek professional. 3 lkatan Fisi.bterapl Indonesia akan secara aktif mempromosikan profesi fisioterapi kepada masyarakat secara jujur 4. Ikatan Fisioterapi Indonesia akan mengatur sumber daya yang ada secara efektif, efisien dan bertanggung jawab 5. Ikatan Fisioterapi Indonesia memberikan dukungan kepada anggotanya untuk mendapatkan informasi pendidikan. program dan kebijakan organisasi 6. Ikatan Fisioterapi Indonesia memperjuangkan agar anggotanya menclapatkan penghasilan yang wajar 7. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertanggung jawab kepada anggotanya Pasal 5 MENGAKUI BATASAN DAN KEWENANGAN PROFESI DAN HANYA MEMBERIKAN PELAYANAN DALAM LINGKUP PROFESI FISIOTERAPI. masyarakat. lkatan Fisloterapi Indonesia membuat dan memantau pelaksanaan standar profesi dalam praktek professional. 3 lkatan Fisi.bterapl Indonesia akan secara aktif mempromosikan profesi fisioterapi kepada masyarakat secara jujur 4. Ikatan Fisioterapi Indonesia akan mengatur sumber daya yang ada secara efektif, efisien dan bertanggung jawab 5. Ikatan Fisioterapi Indonesia memberikan dukungan kepada anggotanya untuk mendapatkan informasi pendidikan. program dan kebijakan organisasi 6. Ikatan Fisioterapi Indonesia memperjuangkan agar anggotanya menclapatkan penghasilan yang wajar 7. Ikatan Fisioterapi Indonesia bertanggung jawab kepada anggotanya Pasal 5 MENGAKUI BATASAN DAN KEWENANGAN PROFESI DAN HANYA MEMBERIKAN PELAYANAN DALAM LINGKUP PROFESI FISIOTERAPI. (1) Fisioterapis memberikan pelayanan dan tindakan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipertanggung jawabkan () Fisioterapis ticlak akan melakukan aktivitas profesi yang dapat merugikan p (3) Fisioterapis hendaknya selalu mensejajarkan pelayanannya dengan stanclar pelayanan praktek fisioterapi (4) Fisioterapis dalam mengambil keputusan berclasarkan kepada pengetahuan dan kehati-hatian (5) Fisioterapis berkewajiban menyumbangkan gagasan, pengetahuan. dan ketrampilan untuk memajukan profesi dan organisasi (6) Apabila fisioterapis memiliki pengetahuan dan ketramplian yang kurang memadai untuk mengatasi kondisi tertentu, maka harus: 1. Meminta petunjuk dan saran kepada yang lebih berpengalaman pada kondisi yang tepat. 74 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I (1) Fisioterapis memberikan pelayanan dan tindakan sesuai dengan pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dipertanggung jawabkan () Fisioterapis ticlak akan melakukan aktivitas profesi yang dapat merugikan p (3) Fisioterapis hendaknya selalu mensejajarkan pelayanannya dengan stanclar pelayanan praktek fisioterapi (4) Fisioterapis dalam mengambil keputusan berclasarkan kepada pengetahuan dan kehati-hatian (5) Fisioterapis berkewajiban menyumbangkan gagasan, pengetahuan. dan ketrampilan untuk memajukan profesi dan organisasi (6) Apabila fisioterapis memiliki pengetahuan dan ketramplian yang kurang memadai untuk mengatasi kondisi tertentu, maka harus: 1. Meminta petunjuk dan saran kepada yang lebih berpengalaman pada kondisi yang tepat.

76 . Merujuk pasien/klien kepada profesi atau lembaga lain yang tepat. (7) Apabila fisioterapis menerima pasien/klien yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka ia tidak akan melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada kolega atau profesi lain tanpa persetujuan pasien/kilen clan fisioterapis yang merujuk. Pasal 6 MENGHARGAI HUBUNGAN MULTIDISPLINER DENGAN PROFESI PELAYANAN KESEHATAN LAIN DALAM MERAWAT PASIEN/KLIEN. (1) Menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam melakukan intervensi terapeutik terhadap pasien/klien tidak dapat dilakukan sendiri tanpa peran serta pihak lainnya. () Menyadari bahwa dalam berinteraksi selalu timbul kesamaan persepsi dalam menangani kasus untuk perawatan kepada pasien/klien. (3) Menyadari bahwa tujuan interaksi profesi khususnya kesehatan adalah memberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhannya secara legal, absah dan berkualitas.. Merujuk pasien/klien kepada profesi atau lembaga lain yang tepat. (7) Apabila fisioterapis menerima pasien/klien yang dirujuk kepadanya untuk konsultasi maka ia tidak akan melakukan intervensi atau mengkonsulkan kepada kolega atau profesi lain tanpa persetujuan pasien/kilen clan fisioterapis yang merujuk. Pasal 6 MENGHARGAI HUBUNGAN MULTIDISPLINER DENGAN PROFESI PELAYANAN KESEHATAN LAIN DALAM MERAWAT PASIEN/KLIEN. (1) Menyadari dengan sepenuhnya bahwa dalam melakukan intervensi terapeutik terhadap pasien/klien tidak dapat dilakukan sendiri tanpa peran serta pihak lainnya. () Menyadari bahwa dalam berinteraksi selalu timbul kesamaan persepsi dalam menangani kasus untuk perawatan kepada pasien/klien. (3) Menyadari bahwa tujuan interaksi profesi khususnya kesehatan adalah memberikan pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhannya secara legal, absah dan berkualitas. Pasal 7 MENJAGA RAHASIA PASIEN/KLIEN YANG DIPERCAYAKAN KEPADANYA KECUALI UNTUK KEPENTINGAN HUKUM/PENGADILAN. Pasal 7 MENJAGA RAHASIA PASIEN/KLIEN YANG DIPERCAYAKAN KEPADANYA KECUALI UNTUK KEPENTINGAN HUKUM/PENGADILAN. (1) Informasi tentang pasien/kiien dilarang untuk diberikan kepada orang atau pihak lain yang tidak berkepentingan tanpa persetujuan pasien/kiien/kuasa hukumnya 75 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I (7) Informasi tentang pasien/kiien dilarang untuk diberikan kepada orang atau pihak lain yang tidak berkepentingan tanpa persetujuan pasien/kiien/kuasa hukumnya

77 () Pencatatan informasi selama kegiatan penelitian hendaknya tidak mencanturnkan identitas pasien, kecuali ada persetujuan dari yang bersangkutan. (3) Informasi dapat diberikan apabila mempunyal kekuatan hukum atau bila cliperlukan untuk keselarnatan seseorang atau masyarakat (4) Privasi pasien/klien harus tetap terjaga selama wawancara (5) Komputer atau catatan harus terlindung dad pihak yang ticlak berkepentingan (6) Fisloterapis yang mengetahul terhadap informasi rahasia kolega/pasien/klien hanya, akan membuka informasi tersebut bilamana sangat dibutuhkan (7) Informasi rahasia yang cliberikan hendaknya tidlak tercatat I permanen tanpa persetujuan individu. Pasal 8 SELALU MEMELIHARA STANDAR KOMPETENSI PROFESI FISIOTERAPI DAN SELALU MENINGKATKAN PENGETAHUAN/KETRAMPILAN. (1) Fisioterapis bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkini () Fisloterapis secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi melalui literatur dan pendidikan (3) Fisloterapis bertanggung jawab menggunakan teknik yang mereka kuasal, oleh karena itu hendaknya: (4) a Mendelegasikan hanya kepada fisioterapis yang kualifait. (5) b Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/kiien,keluarga, asisten clan pihak lain apabila dipandang pedu (6) Fisloterapis sebagal pernilik institusi 76 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I (8) Pencatatan informasi selama kegiatan penelitian hendaknya tidak mencanturnkan identitas pasien, kecuali ada persetujuan dari yang bersangkutan. (9) Informasi dapat diberikan apabila mempunyal kekuatan hukum atau bila cliperlukan untuk keselarnatan seseorang atau masyarakat (10) rivasi pasien/klien harus tetap terjaga selama wawancara (11) Komputer atau catatan harus terlindung dad pihak yang ticlak berkepentingan (1) Fisloterapis yang mengetahul terhadap informasi rahasia kolega/pasien/klien hanya, akan membuka informasi tersebut bilamana sangat dibutuhkan (7) Informasi rahasia yang cliberikan hendaknya tidlak tercatat I permanen tanpa persetujuan individu. Pasal 8 SELALU MEMELIHARA STANDAR KOMPETENSI PROFESI FISIOTERAPI DAN SELALU MENINGKATKAN PENGETAHUAN/KETRAMPILAN. (1) Fisioterapis bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terkini () Fisloterapis secara terus menerus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan profesi melalui literatur dan pendidikan (3) Fisloterapis bertanggung jawab menggunakan teknik yang mereka kuasal, oleh karena itu hendaknya: (4) a Mendelegasikan hanya kepada fisioterapis yang kualifait. (5) b Memberikan instruksi yang jelas kepada pasien/kiien,keluarga, asisten clan pihak lain apabila dipandang pedu

78 pelayanan harus memastikan bahwa karyawannya mampu untuk menerima, tanggung jawabnya (7) Fisioterapis sebagai pemilik institusi pelayanan hendaknya memberikan kepada karyawannya untuk berkembang sebagal fisioterapis profesional (8) Fisioterapis dalam melakukan penelitian harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia B. Tanggung jawab Ikatan Fisioterapi Indonesia 1. Ikatan Fisloterapi Indonesia hendaknya menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan clan ketrampilan profesional. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin agar kode etik fisioterapi dijalankan oleh setiap fisioterapis (6) Fisloterapis sebagal pernilik institusi pelayanan harus memastikan bahwa karyawannya mampu untuk menerima, tanggung jawabnya (7).Fisloterapis sebagai pemilik institusi pelayanan hendaknya memberikan kepada karyawannya untuk berkembang sebagal fisioterapis profesional (8) Fisioterapis dalam melakukan penelitian harus mengikuti kebijakan yang ditetapkan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia B. Tanggung jawab Ikatanfisioterapi Ind onesia 3. Ikatan Fisloterapi Indonesia hendaknya menyelenggarakan pencliclikan yang berkelanjutan untuk meningkatkan pengetahuan clan ketrampilan profesional 4. Ikatan Fisioterapi Indonesia menjamin agar kode etik fisioterapi dijalankan oleh setiap fisioterapis Pasal 9 MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN INDIIDU DAN MASYARAKAT. (1) Fisloterapis mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerasama dengan profeif lain dalarn perencanaan dan pengelolaan pelayanan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi kesehatan individu clan masyarakat () Fisioterapis hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme clan melengkapi diri dengan ketrampilan yang memadai Pasal 9 MEMBERIKAN KONTRIBUSI DALAM PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PELAYANAN UNTUK MENINGKATKAN DERAJAT KESEHATAN INDIIDU DAN MASYARAKAT. (1) Fisloterapis mempunyai tugas dan kewajiban untuk bekerasama dengan profeif lain dalarn perencanaan dan pengelolaan pelayanan agar mampu memberikan pelayanan yang optimal bagi kesehatan individu clan masyarakat () Fisioterapis hendaknya menyesuaikan diri dengan profesionalisme clan melengkapi diri dengan ketrampilan yang memadai 77 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

79 untuk perencanaan clan pengelolaan dalam situasi tertentu yang dihadapinya, sehingga sadar akan keberaclaan pelayannya dalam konteks sosial clan ekonomi secara menyeluruh. (3) Fisioterapis mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan clan mendukung penelitian untuk perencanaan clan pengembangan (4) Fisloterapis memberikan clorongan clan clukungan kepada sejawat dalam menyusun perencanaan pelayanan dan strategi pengembangan. untuk perencanaan clan pengelolaan dalam situasi tertentu yang dihadapinya, sehingga sadar akan keberaclaan pelayannya dalam konteks sosial clan ekonomi secara menyeluruh. (3) Fisioterapis mempunyai hak dan kewajiban untuk melakukan clan mendukung penelitian untuk perencanaan clan pengembangan (4) Fisloterapis memberikan clorongan clan clukungan kepada sejawat dalam menyusun perencanaan pelayanan dan strategi pengembangan. Pasal 10 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI (1) Menerima tanggung jawab untuk menegakkan integritas profesi, dan bertindak dengan integritas dalam semua kegiatan profesional. () Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi dengan memperlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat dalam semua interaksi. (3) Berjuang untuk keunggulan dalam peran apapun / di manapun daerah mereka bekerja. (4) Meningkatkan keahlian mereka melalui akuisisi seumur hidup dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, sikap profesional. (5) Menyadari tanggung jawab mereka untuk berbagi informasi berdasarkan bukti dan praktik klinis terbaik di fisioterapi dengan masing-masing profesional kesehatan lainnya. (6) Jadikanlah semboyan selalu bersiap, rajin dan tekun. Pasal 10 TANGGUNG JAWAB TERHADAP PROFESI (1) Menerima tanggung jawab untuk menegakkan integritas profesi, dan bertindak dengan integritas dalam semua kegiatan profesional. () Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi dengan memperlakukan semua orang dengan bermartabat dan hormat dalam semua interaksi. (3) Berjuang untuk keunggulan dalam peran apapun / di manapun daerah mereka bekerja. (4) Meningkatkan keahlian mereka melalui akuisisi seumur hidup dan perbaikan pengetahuan, keterampilan, sikap profesional. (5) Menyadari tanggung jawab mereka untuk berbagi informasi berdasarkan bukti dan praktik klinis terbaik di fisioterapi dengan masing-masing profesional kesehatan lainnya. (6) Jadikanlah semboyan selalu bersiap, rajin dan tekun. 78 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

80 Pasal 11 TANGGUNG JAWAB FISIOTERAPIS KEPADA MASYARAKAT (1) Senantiasa menaruh rasa hormat terhadap masyarakat, profesi, dan profesi kesehatan lainnya melalui perilaku mereka. () Kenali tanggung jawabnya untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. (3) Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi, dan untuk memenuhi tanggung jawab sosial yang lebih luas bahwa mereka berperan di tempat mereka berada. (4) Mematuhi semua persyaratan perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan praktek fisioterapi. (5) Melaporkan ke pihak yang berwenang setiap anggota profesi yang menjalankan praktik dengan cara yang tidak kompeten, tidak aman, ilegal atau tidak etis. Pasal 11 TANGGUNG JAWAB FISIOTERAPIS KEPADA MASYARAKAT (1) Senantiasa menaruh rasa hormat terhadap masyarakat, profesi, dan profesi kesehatan lainnya melalui perilaku mereka. () Kenali tanggung jawabnya untuk meningkatkan standar kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. (3) Berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan reputasi dan berdiri di atas profesi fisioterapi, dan untuk memenuhi tanggung jawab sosial yang lebih luas bahwa mereka berperan di tempat mereka berada. (4) Mematuhi semua persyaratan perundang-undangan dan peraturan yang berkaitan dengan praktek fisioterapi. (5) Melaporkan ke pihak yang berwenang setiap anggota profesi yang menjalankan praktik dengan cara yang tidak kompeten, tidak aman, ilegal atau tidak etis. Pasal 1 PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL Yang belum diatur sesuai dengan perkembangan media sosial, bagaimana batas-batas yang boleh dan tidak boleh atau yang layak dan tidal layak dalam penggunaan media sosial, terus terang Tim kami belum mampu merancangnya, kami kembalikan ke floor aja dulu. PENUTUP Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan kumpulan peraturan etika profesi yang akan digunakan sebagai tolak ukur perilaku ideal/optimal dan penahan PENUTUP Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan kumpulan peraturan etika profesi yang akan digunakan sebagai tolak ukur perilaku ideal/optimal dan penahan godaan penyimpangan profesi perorangan fisioterapis yang merupakan pengabdi profesi di Indonesia. Kode Etik Fisioterapi 79 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

81 godaan penyimpangan profesi perorangan fisioterapis yang merupakan pengabdi profesi di Indonesia. Kode Etik Fisioterapi Indonesia merupakan tempat melihat keabadian tentang hal-hal baik fisioterapis sebagai aktor penyelengara pelayanan kesehatan. Komitmen, janji publik dan keberimbangan tekad dengan kenyataan yang dilakukan Fisioterapis. Sekaligus pergulatan nilai-nilai universal yang didaratkan di bumi NKRI melalui kaidah dasar moral/kaidah dasar bioetik yang berguna untuk bingkaian norma etik yang ada di pasal-pasal. Diharapkan Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini akan menjadi acuan utama pengajaran dan pelatihan dan percontohan etik di semua institusi pendidikan fisioterapi. Akhirnya dengan mengucapkan puji syukur, Alhamdulilllahi robbal alamiin, Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini telah dapat disahkan oleh Konggres IFI ke -... di Bali...Mei 016. Semoga TuhanMaha Esa selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan perlindungan kepada kita semua. Amin. Indonesia merupakan tempat melihat keabadian tentang hal-hal baik fisioterapis sebagai aktor penyelengara pelayanan kesehatan. Komitmen, janji publik dan keberimbangan tekad dengan kenyataan yang dilakukan Fisioterapis. Sekaligus pergulatan nilai-nilai universal yang didaratkan di bumi NKRI melalui kaidah dasar moral/kaidah dasar bioetik yang berguna untuk bingkaian norma etik yang ada di pasal-pasal. Diharapkan Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini akan menjadi acuan utama pengajaran dan pelatihan dan percontohan etik di semua institusi pendidikan fisioterapi. Akhirnya dengan mengucapkan puji syukur, Alhamdulilllahi robbal alamiin, Kode Etik Fisioterapi Indonesia ini telah dapat disahkan oleh Konggres IFI ke -... di Bali...Mei 016. Semoga TuhanMaha Esa selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan perlindungan kepada kita semua. Amin. Sampai sini selesai Sampai sini selesai 80 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

82 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 04 / TAP / KONAS XII / / 016 tentang RENCANA JANGKA PANJANG IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA 05 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang Mengingat Memperhatikan : Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan perlu disusun Program Kerja Pengurus Pusat yang ditetapkan dalam suatu Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia. : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan maju : Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1. Rencana Jangka Panjang Fisioterapi Indonesia 05 Sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini.. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

83 RENCANA JANGKA PANJANG IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA 05 ROAD MAP PENDIDIKAN DAN PELATIHAN N o 1. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab Terbatasnya Institusi Pedidikan Fisioterapi yang berkualitas 1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas dosen. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan 1. Memfungsikan kolegium untuk mengembangkan standar pendidikan Fisioterapi. Menyusun standar pendidikan dengan stakeholder yang terkait 3. Memberlakuan standar pendidikan Fisioterapi bagi seluruh Institusi Pendidikan FT 4. Mensosialisasikan standar pendidikan Fisioterapi kepada masyarakat melalui berbagai media 5. Mengembangkan riset bagi dosen 6. Sertifikasi dosen untuk semua jenjang pendidikan fisioterapi 1. Penyusunan instrumen sarana dan prasarana. Melakukan maping institusi pendidikan terkait sarana yang belum memenuhi standar 3. Melakukan evaluasi terhadap pemenuhan sarana dan prasarana 4. Mengidentifikasi wahana pendidikan yang memenuhi syarat praktek 5. Pembentukan tim kemitraan 6. Penyusunan lingkup kerja (MoU) antara Wahana dan institusi pendidikan 1. Tupoksi Kolegium. Standar pendidikan 3. Penetapan standar pendidikan Fisioterapi 4. Peningkatan pemahaman melalui seminar, pelatihan dan media massa 5. Proposal dan hasil riset 6. Jumlah dosen yang tersertifikasi untuk semua jenjang pendidikan fisioterapi 1. Adanya instrument pengukuran standar alat. Data sarana prasarana institusi 3. Teridentifikasinya kualifikasi sarana institusi 4. Rasio kasus dan mahasiswa teridentifikasi 5. SK Tim kemitraan 6. Adanya MOU Kolegium Kolegium Kolegium Diklat IFI Diklat IFI Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium 7. Kemitraan pendidikan dan lahan praktek dalam pembelajaran 7. SK Kemitraan IFI,APTIFI 8. Merekomendasikan pemenuhan wahana sarana praktik 8. Rekomendasi kualifikasi wahana praktik IFI 3. Meningkatkan mutu manajemen pendidikan fisioterapi 1. Melakukan pelatihan manajeman pendidikan fisioterapi 8 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I 1. Pelatihan nasional IFI,APTIFI,Kolegium

84 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab Belum sinkronnya antara standar kompetensi dengan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan 1. Sinkronisasi dan harmonisasi kurikulum dengan standar kompetensi ditiap jenjang pendidikan 1. Melakukan pengumpulan data kurikulum D III, D-I,S1, profesi dan spesialis. Mengidentifikasi kurikulum dam kompetensi yang sesuai pada setiap jenjang pendidikan 3. Menyusun kurikulum dan kompetensi yang sesuai dengan setiap jenjang pendidikan 4. Menyesuaikan kompetensi profesi dengan kompetensi pendidikan 5. Pengembangan Jenjang Pendidikan a. Profesi b. Pasca Sarjana c. Spesialis d. Doktoral 1. Jenis kurikulum dan kompetensi setiap jenjang terkumpul. Kurikulum dan kompetensi overlapping pada setiap jenjang pendidikan teridentifikasi 3. Kurikulum dan kompetensi pada setiap jenjang tersusun 4. Kompetensi profesi dan pendidikan sinkron 5. Jumlah program studi IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium. Melakukan advokasi untuk sinkronisasi kurikulum dan kompetensi pada setiap jenjang pendidikan 1. Melakukan advokasi penyususnan kurikulum dan komptensi. Memonitoring hasil advokasi 3. Deseminasi dan sosialiasi kurikulum dan kompetensi fisioterapi 4. Melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum dan kompetensi. 1. Jadwal advokasi tersusun. Perkembangan hasil advokasi termonitor 3. Kurikulum dan kompetensi didesiminasikan 4. Evaluasi kurikulum/ komptensi tercatat IFI, APTIFI IFI, APTIFI IFI, APTIFI IFI,APTIFI,Kolegium 3 Belum ada sinkronisasi antar organ (IFI, APTIFI, Kolegium, perhimpunan ) dalam penetapan kebijakan pendidikan dan pelatihan. 1. Menyepakati dan mentaati peran dan fungsi setiap organ masingmasing 1. Identifikasi peran dan fungsi masing-masing organ. Ditetapkan dan dibuat surat keputusan tentang batasan kerja organ 3. Melakukan sosialisassi terhadap peran dan fungsi 4. Membuat forum komunikasi antar organ 5. Menetapkan alur dalam 1. Menyusun batasan peran dan fungsi dari masing-masing organ. Ketetapan tupoksi masing organ (IFI, APTIFI,Kolegium, perhimpunan) 3. Adanya jadwal sosialisasi 4. Jadwal pertemuan antar organ 5. Adanya struktur koordinasi IFI IFI IFI,APTIFI,Kolegium IFI,APTIFI,Kolegium 83 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

85 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab pelaksanaan pendirian pendidikan dan pelatihan dan regulasi IFI,APTIFI,Kolegium 4. Belum ada Pendidikan Pasca Sarjana Fisioterapi di dalam negeri 1. Merintis penyelenggara pendidikan Pasca Sarjana FT. 1. Melakukan penelusuran standar pendidikan Pasca Sarjana dengan melibatkan institusi terkait (IFI, kolegium, perhimpunan, institusi penyelenggara).. Menyusun standar SDM dengan melibatkan stake holder terkait. 3. Melakukan konvensi standar pendidikan Pasca Sarjana bersama stakeholder terkait. 4. Mengusulkan pemberlakuan standar 5. Mensosialisasikan standar 1. Adanya hasil penelusuran standar pendidikan Pasca Sarjana FT.. Tersusunnya standar SDM 3. Adanya konvensi standar pendidikan Pasca Sarjana FT 4. Adanya penetapan standar pendidikan Pasca Sarjana. 5. Peningkatan pemahaman melalui seminar & workshop IFI, APTIFI, Kolegium IFI, APTIFI, Kolegium IFI, APTIFI, Kolegium IFI, APTIFI, Kolegium IFI, Kolegium, Diklat IFI 6. Menyiapkan institusi yang akan menyelenggarakan program pascasarjana FT 6. Tersedia institusi yang siap melaksanakan kemitraan/aliansi IFI, APTIFI, Kolegium 5 Penjaminan mutu Program Pengembang an Keprofesian Berkelanjuta n PKB 1. Pembentukan lembaga pelatihan yang terakreditasi. 1. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukan lembaga pelatihan. Menganalisa hasil kajian 3. Merencanakan pembentukan lembaga pelatihan terakreditasi 1. Adanya hasil kajian pembentukan lembaga pelatihan. Teridentifikasinya kualifikasi sarana lembaga pelatihan terakreditasi 3. Tersedianya lembaga pelatihan terakreditasi IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI 6 Penyelengga raan PKB yang belum teratur dan terkontrol mutunya. Bekerjasama dengan lembaga pelatihan yang telah terakreditasi 1. Membangun system PKB yang terstuktur dan bermutu. kepangkatan PNS. 1. Melakukan kajian bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pelatihan. Menganalisa hasil kajian, merencanakan kerja sama dengan lembaga pelatihan terakreditasi 1. Menyusun pedoman PKB yang bertujuan untuk mempertahankan kompetensi. Menyusun pedoman PKB yang diperhitungkan untuk kredit poin jabatan fungsional 1. Adanya hasil kajian bentuk kerjasama dengan lembaga pelatihan. SK Kerjasama dan MoU 1. Pedoman PKB untuk mempertahankan kompetensi. Pedoman PKB untuk kredit poin jabatan fungsional IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI IFI, Diklat IFI IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI 84 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

86 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab 3. Menyusun pedoman PKB yang bertujuan untuk meningkatkan level Kompetensi 3. Pedoman PKB untuk meningkatkan level kompetensi IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI. Harmonisasi SKP untuk perpanjangan STR, dengan SKP untuk Meningkatkan level kompetensi dan SKP untuk 1. Harmonisasi SKP semua kegiatan PKB 1. Adanya harmonisasi SKP semua kegiatan PKB IFI, Diklat IFI, Bid. Hukum IFI N o ROAD MAP PELAYANAN Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab 1 Terbatasnya pelayanan fisioterapi yang profesional di RS dan masyarakat 1. Memfasilitasi tersedianya pelayanan FT yang professional 1. Melakukan mapping pelayanan fisioterapi dengan cara evaluasi diri tentang pelayanan fisioterapi professional di rumah sakit dan puskesmas 1. Menyediakan instrument diri yang valid bagi pelayanan fisioterapi di RS dan komunitas,. Melakukan pengumpulan data tentang profesionalisme pelayanan FT IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan. Melakukan identifikasi permasalahan, menyusun rencana strategis, dan model pembinaan sesuai permasalahan 1. Menyusun rencana strategis. Menyusun model pembinaan sesuai permasalahan yang ada IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum 3. Mengembangkan system pemberian pelayanan FT profesional yang berwawasan global 1. Menyusun buku pedoman pelayanan : ketenagaan, jenjang karir, Jobdesc, alur kerja,monitoring dan evaluasi. Menyusun pedoman proses pemberian pelayanan profesional 3. Menyusun indicator mutu 85 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum

87 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab pelayanan berstandar internasional IFI, Bid. Pelayanan 4. Melakukan advokasi terciptanya pelayanan FT profesional 1. Sosialisasi terhadap pemangku kebijakan tentang pelayanan professional. Mendorong dikeluarkannya kebijakan terkait pelayanan profesional IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum. Belum optimalnya fungsi fisioterapi dalam menentukan kebijakan pengelolaan pemberian pelayanan FT di RS dan Puskesmas 1. Mengembangka n struktur organisasi fisioterapi yang memfasilitasi proses pengambilan keputusasan dalam mendukung pelayanan FT profesional 5. Merencanakan peningkatan kualitas ketenagaan melalui pendidikan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi FT sehingga mampu memberikan pelayanan professional 1. Melakukan assessment fungsi dan struktur fisioterapi yang ada saat ini. Mengembangkan struktur organisasi fisioterapi di RS dan Puskesmas 1. Melakukan assessment ketenagaan yang ada. Menyusun pola rencana pengembangan tenaga 3. Melakukan sosialisasi pola pengembangan ketenagaan yang mendukung pemberian pelayanan FT professional 4. Penggunaan pola pengembangan tenaga fisioterapi professional di seluruh Indonesia 1. Melakukan identifikasi struktur organisasi yang ada saat ini, terkait dengan fisioterapi di RS dan Puskesmas. Membuat draft struktur organisasi yang mampu mendukung pelayanan fisioterapi professional 3. Menentukan kriteria SDM yang sesuai dengan posisi dalam struktur organisasi fisioterapi IFI, Bid. Pelayanan IFI, Bid. Pelayanan IFI, Bid. Pelayanan IFI, Bid. Pelayanan IFI KARS IFI, Bid. Pelayanan IFI, Bid. Pelayanan 4. Melakukan sosialisasi kriteria dan struktur organisasi fisioterapi yang mendukung pemberian pelayanan IFI, Bid. Pelayanan 5. Menggunakan struktur organisasi dan kritria SDM yang ditetapkan IFI, Bid. Pelayanan 3. Belum meratanya 1. Melakukan pemetaan 1. Melakukan assessment utilisasi dan distribusi 86 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I 1. Melakukan pengumpulan data IFI, Bid. Pelayanan,

88 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab penempatan dan pendayagun aan tenaga fisioterapi ketenagaaan. Membuat kebijakan pola ketenagaan fisioterapi secara professional ketenagaan fisioterapi. Melakukan advokasi pembuatan rancangan kebijakan penempatan tenaga fisioterapi. Mengidentifikasi permasalahan terkait ketenagaan 1. Menyusun rancangan kebijakan pola ketenagaan dan penempatan ketenagaan secara professional Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum 3. Mengkawal implementasi kebijakan 1. Melaksanakan monitoring dan evaluasi IFI, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum ROAD MAP EKSISTENSI KEPROFESIAN N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab 1 Belum optimalnya pemahaman Fisioterapis terhadap keprofesian 1. Sosialisasi sampai ketingkat komisariat. Penanaman jiwa profesi mulai dari mahasiswa fisioterapi 1. Optimalisasi media yang mudah diakses. Pendayagunaan pakar fisioterapi diberbagai kegiatan profesi 1. Mempertajam kurikulum fisioterapi. Melibatkan langsung mahasiswa disemua kegiatan keprofesian 1. Mengaktifkan web, , HP dan alat-alat komunikasi termasuk media T dan cetak. Menyelenggarakan seminar, workshop, pelatihan singkat 3. Melibatkan pakar-pakar dalam penyusunan kurikulum 4. Mengikutsertakan mahasiswa dalam kegiatan organisasi profesi baik di pusat maupun daerah IFI IFI IFI IFI Lemahnya kepemimpin 3. Pendekatan pihak terkait 1. Meningkatkan kemampuan 1. Lobby ke stake holder 1. Melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan 1. Audiensi Melibatkan stake holder dalam setiap kegiatan keprofesian 1. Mengumpulkan data pengkajian kebutuhan 87 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I IFI IFI, Bid. Organisasi

89 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab an dan manajerial dalam fisioterapi untuk menentukan kebijakan perencanaan pembanguna n profesi dan kesehatan pada umumnya kepemimpinan dan manajemen fisioterapi kepemipinan dan manajemen fisioterapi. Mengintegrasikan programprogram pelatihan dalam upaya pengembangan mutu fisioterapi 3. Merencanakan kaderisasi kepemimpinan fisioterapi pelatihan. Menganalisis data kebutuhan pelatihan 3. Menyusun pedoman program pelatihan 1. Memfasilitasi kerjasama dengan berbagai organisasi untuk pelaksanaan pelatihan 1. Menjaring kader fisioterapi yang berpotensi dalam leadership tingkat pusat dan provinsi IFI, Bid. Organisasi IFI IFI, Bid. Organisasi IFI, Bid. Organisasi 3 Belum optimalnya profesionalis me profesi fisioterapi 1. Pelaksanaan standar pelayanan fisioterapi. 1. Advokasi pelaksanaan Standar pelayanan fisioterapi. Mengidentifikasi system Kredensial Fisioterapi. 1. Monitoring peelaksanaan standar pelayanan fisioterapi. Meninjau kembali peraturan yang ada terkait dengan sistem kredensial. IFI,Majelis Pelayanan, Bid. Pelayanan, Bid. Hukum. Mengoptimalka n system Kredensial fisioterapi 3. Membentuk Konsil Fisioterapi 4. Menetapkan Standar Kredential fisioterapi. 3. Mempersiapkan pembentukan konsil 4. Mengoptimalisasi sistem registrasi fisioterapi 5. Percepatan standarisasi uji kompetensi fisioterapi 6. Memberikan kontribusi dalam akreditasi pendidikan dan pelatihan. IFI IFI IFI IFI N o ROADMAP RISET DAN KEPUTUSAN BERBASIS BUKTI (EIDENCE BASED 0PRACTICE) Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab 1 Masih minimnya fisioterapis yang 1. Melakukan kajian kemampuan fisioterapis 1. Menyusun instrument kajian. Mengumpulkan data kemampuan fisioterapis dalam 1. Adanya instrumen. Adanya data mapping kemampuan fisioterapis 88 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI

90 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab melakukan riset dalam melakukan riset dan keputusan berbasis bukti melakukan riset 3. Membuat rekomendasi terhadap hasil kajian dalam hal riset 3. Ada rekomendasi IFI, Bid. Litbang IFI. Menyusun program peningkatan kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti 1. Membuat rancangan program kegiatan peningkatan kemampuan riset fisioterapi. Menyusun dan atau menggunakan modul riset fisioterapi 3. Melakukan sosialisasi rancangan program ke seluruh fisioterapis 1. Adanya rancangan program. Adanya modul riset fisioterapi yang siap digunakan untuk kegiatan diklat fisioterapis 3. Tersosialisasi rancangan program melalui internet, kegiatan seminar maupun raker IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI 3. Melakukan upaya peningkatan kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti 1. Membuat rencana kegiatan diklat. Melakukan kegiatan diklat 3. Melakukan kegiatan riset sesuai kemampuan fisioterapis 4. Menggunakan hasil riset dalam praktik fisioterapi 1. Ada rencana kegiatan diklat. Terlaksana kegiatan diklat, dihasilkan proposal penilitian 3. Terlaksana kegiatan riset oleh peserta diklat 4. Digunakan hasil riset dalm praktik fisioterapi IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI 4. Melakukan monitoring dan evaluasi 5. Melakukan advokasi untuk regulasi fisioterapis terhadap kemampuan dalam melakukan riset fisioterapi 6. Melakukan rencana tindak lanjut terhadap kemampuan 1. Melakukan penilaian kemampuan fisioterapis yang telah dilakukan diklat 1. Menilai hasil riset yang dapat digunakan dalm pelayanan fisioterapi. Menggunakan kemampuan riset untuk peningkatn jenjang karir fisioterapis 3. Memasukkan hasil riset dalam sistem pelayanan kesehatan 1. Mengidentifikasi hasil evaluasi kemampuan fisioterapis dalam hal riset 1. Adanya dokumen hasil penilaian kemampuan fisioterapis dalam hal melakukan riset fisioterapi sesuai standar 1. Adanya daftar hasil riset yang dapat digunakan dalam pelayanan fisioterapi. Adanya peningkatan karir fisioterapis berdasarkan kemampuan melakukan riset fisioterapi 3. Adanya hasil-hasil riset yang terekomendasi dan dikembangkan dalam sistem pelayanan fisioterapi 1. Adanya hasil evaluasi kemampuan fisioterapis. Adanya mapping data IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI, Bid. Hukum IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. 89 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

91 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti sesuai hasil evaluasi 7. Mengupayakan menempatkan orang fisioterapi menjadi reviewer tingkat local/nasional/re gional. Melakukan mapping fisioterapis yang masih perlu dilakukan pembinaan 3. Melakukan kegiatan pembinaan dalam upaya meningkatkan kemampuan fisioterapis 1. Meningkatkan sosialisasi pentingnya posisi reviewer. Memberi kesempatan kepada fisioterapis yang eligible mengikuti pelatihan reviewer 3. Melakukan advokasi untuk menampatkan fisioterapis sebagai reviewer di tingkat local/nasional/internasional fisioterapis yang perlu dilakukan pembinaan 3. Terlaksana pembinaan terhadap fisioterapis 1. Tersosialisasinya informasi tentang reviewer melalui berbagai media. Adanya peningkatan jumlah fisioterapis yang mengikuti pelatihan reviewer 3. Adanya peningkatan jumlah fisioterapis yang menjadi reviewer di tingkat local/nasional/internasion Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI Lembaga Pusat riset fisioterapi belum ada Melakukaan kajian pendirian pusat-pusat riset penelitian 1. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukannya, dll) 1. Ada hasil kajian pusat lembaga penelitian di bidang kesehatan/di luar bidang kesehatan IFI, Bid. Litbang IFI. Menganalisa hasil kajian 3. Merencanakan pembentukan lembaga pusat riset fisioterapi di IFI. Ada analisa hasil kajian 3. Ada bentuk lembaga pusat riset fisioterapi di IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI 3 Keterbatasan akses hasilhasil penelitian dalam negeri 1. Menginventaris based line data penelitian fisioterapi di berbagai tatanan (palayanan, pendidikan, manajemen). Mengembangka n sistem informasi riset terpadu 1. Mengumpulkan data penelitian dari berbagai tatanan. Pengelompokan jenis penelitian 1. Mengkaji sistem informasi yang dimiliki setiap institusi/tatanan. Merancang software sistem 1. Rekap data penelitian. Kluster penelitian fisioterapi 1. Data sistem informasi riset setiap institusi/tatanan. Tersedianya software sistem 90 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI

92 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Penanggun g jawab informasi riset terpadu 3. Membuat design web sistem informasi riset terpadu 4. Mengembangkan jejaring informasi pusat--daerah 5. Sosialisasi sistem informasi riset terpadu melalui kegiatan seminar dan pelatihan informasi riset terpadu 3. Adanya web sistem riset terpadu 4. Terbentuknya jejaring informasi riset antar tatanan dan level 5. Terlaksananya seminar /pelatihan sistem informasi riset terpadu IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI 3. Evaluasi terhadap sistem informasi riset terpadu 1. Melakukan monitoring Evaluasi hasil monitoring penggunaan sistem informasi riset terpadu. Rencana perbaikan dan pengembangan sistem informasi riset terpadu 1. Adanya laporan hasil monev (jumlah riset, jumlah publikasi, dll). Adanya rencana pengembangan sistem informasi riset terpadu berdasarkan hasil monev IFI, Bid. Litbang IFI IFI, Bid. Litbang IFI N o ROADMAP KEBIJAKAN DAN PERENCANAAN Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian Pelayanan fisioterapi profesioanal terhambat oleh regulasi 1. Harmonisasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan pelayanan fisioterapi 1. Pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan fisioterapi. Mengusulkan peraturan perundang-undangan yang mendukung pelayanan fisioterapi 1. Pembentukan TIM advokasi. Melakukan survey dan kajian tentang penghargaan terhadap jasa profesi fisioterapi 1. Menyusun draft rancangan kewenangan. Melakukan uji coba lapangan 3. Harmonisasi dengan profesi terkait 4. Perumusan legalitas 5. Sosialisasi penerapan Penanggun g jawab DEPKES DEPHUK HAM IFI IFI, Bid.Hukum, Bid. Pelayanan Fisioterapi Indonesia dalam pasar bebas regional dan internasional 1. Membuat penapisan fisioterapis dari luar negeri dan peningkatan kompetensi 1. Mengusulkan peratuan tentang penapisan. Membuat pedoman harmonisasi kompetensi fisioterapi tingkat internasional 1. Menyusun draft tentang penapisan. Menyampaikan usulan 3. Perumusan legalitas 4. Sosialisasi peraturan 91 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

93 N o Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Indikator Target Pencapaian fisioterapis Indonesia dengan kualitas dan rekognisi global. Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 3. Uji Kompetensi Exit Exam dan membangun system pengakuannya 1. Menyusun strategi dan perencanaan Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 1. Menyusun strategi dan perencanaan Uji Kompetensi semua jenjang Pendidikan 1. Menyusun dan menetapkan pedoman Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 1. Menyusun naskah akademik Uji kompetensi. Pelatihan pembuatan soal, review dan panel espert 3. Sosialisasi pembuatan soal dengan aplikasi online Penanggun g jawab DEPNAKE R,DEPKES,DIKITI IFI 3 IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI 1. Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru. 1. Adanya akta. IFI berbadan hukum dan terdaftar di kemenkumham DEPKES DEPHUK HAM IFI 9 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

94 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 05 / TAP / KONAS XII / / 016 tentang PROGRAM KERJA PENGURUS PUSAT IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA PERIODE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang Mengingat Memperhatikan : Bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan organisasi guna mencapai tujuan perlu disusun Program Kerja Pengurus Pusat yang ditetapkan dalam suatu Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia. : 1. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang dan maju : Sidang Pleno kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1. Program kerja Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia Periode Sebagaimana terlampir dalam ketetapan ini.. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan. 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku. Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

95 PROGRAM KERJA IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA TAHUN A. PENDIDIKAN No Program Strategi Langkah-langkah pokok 1. Menciptakan Pedidikan Fisioterapi yang berkualitas Sinkronisasi antara standar kompetensi, 4. Meningkatkan kuantitas dan kualitas dosen 5. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan 6. Meningkatkan mutu manajemen pendidikan fisioterapi 3. Sikronisasi dan harmonisasi 7. Memfungsikan kolegium untuk mengembangkan standar pendidikan Fisioterapi 8. Menyusun standar pendidikan dengan stakeholder yang terkait 9. Memberlakuan standar pendidikan Fisioterapi bagi seluruh Institusi Pendidikan FT 10. Mensosialisasikan standar pendidikan Fisioterapi kepada masyarakat melalui berbagai media 11. Mengembangkan riset bagi dosen 9. Penyusunan instrumen sarana dan prasarana 10. Melakukan maping institusi pendidikan terkait sarana yang belum memenuhi standar 11. Melakukan evaluasi terhadap pemenuhan sarana dan prasarana 1. Mengidentifikasi wahana pendidikan yang memenuhi syarat praktek 13. Pembentukan tim kemitraan 14. Penyusunan lingkup kerja (MoU) antara Wahana dan institusi pendidikan 15. Kemitraan pendidikan dan lahan praktek dalam pembelajaran 16. Merekomendasikan pemenuhan wahana sarana praktik. Melakukan pelatihan manajeman pendidikan fisioterapi 1. Melakukan pengumpulan data kurikulum D III, D-I,S1, profesi dan spesialis 94 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

96 No Program Strategi Langkah-langkah pokok standar pendidikan dengan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan kurikulum dengan standar kompetensi & standar pendidikan ditiap jenjang pendidikan 3. Melakukan advokasi untuk sinkronisasi kurikulum dan kompetensi pada setiap jenjang pendidikan. Mengidentifikasi kurikulum dam kompetensi yang sesuai pada setiap jenjang pendidikan 3. Menyusun kurikulum dan kompetensi yang sesuai dengan setiap jenjang pendidikan 4. Menyesuaikan kompetensi profesi dengan kompetensi pendidikan 5. Melakukan advokasi penyususnan kurikulum dan komptensi 6. Memonitoring hasil advokasi 7. Deseminasi dan sosialiasi kurikulum dan kompetensi fisioterapi 8. Melakukan evaluasi pelaksanaan kurikulum dan kompetensi. 3 Sinkronisasi antar organ (IFI, APTIFI, Kolegium, perhimpunan) dalam penetapan kebijakan pendidikan. 4 Merintis Pendidikan Pasca Sarjana Fisioterapi di dalam negeri. Menyepakati dan mentaati peran dan fungsi setiap organ masingmasing 1. Merintis penyelenggara pendidikan Pasca Sarjana FT. 1. Identifikasi peran dan fungsi masing-masing organ. Ditetapkan dan dibuat surat keputusan tentang batasan kerja organ 3. Melakukan sosialisassi terhadap peran dan fungsi 4. Membuat forum komunikasi antar organ 5. Menetapkan alur dalam pelaksanaan pendirian pendidikan dan pelatihan. Melakukan penelusuran standar pendidikan Pasca Sarjana dengan melibatkan institusi terkait (IFI, kolegium, perhimpunan, institusi penyelenggara). 3. Menyusun standar SDM dengan melibatkan stake holder terkait. 4. Melakukan konvensi standar pendidikan Pasca Sarjana bersama stake holder terkait. 5. Mengusulkan pemberlakuan standar. 6. Mensosialisasikan standar 1. Menyiapkan institusi yang akan 95 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

97 No Program Strategi Langkah-langkah pokok 5 Re-registrasi Evaluasi dan sosialisasi pedoman reregistrasi 6 Uji Kompetensi Exit Exam 7. Evaluasi Kemampuan 8 Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA Menyusun strategi dan perencanaan Uji Kompetensi semua jenjang Pendidikan Menyusun strategi dan perencanaan evaluasi kemampuan. Menyusun strategi dan perencanaan Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 9 RPL Menyusun strategi dan perencanaan menyelenggarakan program pascasarjana FT 1. Evaluasi penghitungan SKP. Mengembangkan dan sosialisasi CPD Online. Menyusun naskah akademik Uji kompetensi 3. Pelatihan pembuatan soal, review dan panel espert 4. Sosialisasi pembuatan soal dengan aplikasi online Menyusun dan menetapkan pedoman evaluasi kemampuan Menyusun dan menetapkan pedoman Uji Kompetensi Fisioterapi TKWNA 1. Menyusun dan menetapkan pedoman Uji Kompetensi. Mengimplemantasikan RPL B. PELATIHAN No Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 1 Penjaminan mutu Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan PKB Penyelenggaraan PKB yang belum 3. Pembentukan lembaga pelatihan yang terakreditasi. 4. Bekerjasama dengan lembaga pelatihan yang telah terakreditasi Membangun system PKB yang 96 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I 4. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukan lembaga pelatihan 5. Menganalisa hasil kajian 6. Merencanakan pembentukan lembaga pelatihan terakreditasi 3. Melakukan kajian bagaimana bentuk kerja sama dengan lembaga pelatihan 4. Menganalisa hasil kajian 5. Merencanakan kerja sama dengan lembaga pelatihan terakreditasi 3. Menyusun pedoman PKB yang bertujuan untuk

98 teratur dan terkontrol mutunya terstuktur dan bermutu. kepangkatan PNS. Harmonisasi SKP untuk perpanjangan STR, dengan SKP untuk Meningkatkan level kompetensi dan SKP untuk mempertahankan kompetensi 4. Menyusun pedoman PKB yang diperhitungkan untuk kredit poin jabatan fungsional 5. Menyusun pedoman PKB yang bertujuan untuk meningkatkan level Kompetensi Harmonisasi SKP semua kegiatan PKB C. PELAYANAN No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 1. Terbatasnya pelayanan fisioterapi yang profesional di RS dan masyarakat. Memfasilitasi tersedianya pelayanan FT yang professional 6. Melakukan mapping pelayanan fisioterapi dengan cara evaluasi diri tentang pelayanan fisioterapi professional di rumah sakit dan puskesmas 7. Melakukan identifikasi permasalahan, menyusun rencana strategis, dan model pembinaan sesuai permasalahan 8. Mengembangkan system pemberian pelayanan FT profesional yang berwawasan global 9. Melakukan advokasi terciptanya pelayanan FT profesional 10. Merencanakan peningkatan kualitas ketenagaan melalui pendidikan dan pelatihan dalam upaya meningkatkan kompetensi FT sehingga mampu memberikan pelayanan professional. Belum optimalnya fungsi fisioterapi dalam menentukan kebijakan. Mengembangkan struktur organisasi fisioterapi yang memfasilitasi 3. Melakukan assessment fungsi dan struktur fisioterapi yang ada saat ini 4. Mengembangkan struktur organisasi fisioterapi di RS dan 97 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

99 No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok pengelolaan pemberian pelayanan FT di RS dan Puskesmas 3. Belum meratanya penempatan dan pendayagunaan tenaga fisioterapi proses pengambilan keputusasan dalam mendukung pelayanan FT profesional 3. Melakukan pemetaan ketenagaaan 4. Membuat kebijakan pola ketenagaan fisioterapi secara professional Puskesmas 4. Melakukan assessment utilisasi dan distribusi ketenagaan fisioterapi 5. Melakukan advokasi pembuatan rancangan kebijakan penempatan tenaga fisioterapi 6. Mengkawal implementasi kebijakan D. ORGANISASI DAN KEPROFESIAN No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 1 IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI 1. Belum optimalnya pemahaman Fisioterapis terhadap keprofesian Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham 4. Sosialisasi sampai ketingkat komisariat 5. Penanaman jiwa profesi mulai dari mahasiswa fisioterapi 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru. 3. Optimalisasi media yang mudah diakses 4. Pendayagunaan pakar fisioterapi diberbagai kegiatan proofesi 1. Mempertajam kurikulum fisioterapi. Melibatkan langsung mahasiswa disemua kegiatan keprofesian Lemahnya kepemimpinan dan manajerial dalam fisioterapi 3. Pendekatan pihak terkait Meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan manajemen 1. Lobby ke stake holder. Melakukan pengkajian kebutuhan pelatihan kepemipinan dan manajemen fisioterapi 98 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

100 No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 1 IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI untuk menentukan kebijakan perencanaan pembangunan profesi dan kesehatan pada umumnya 3 Belum optimalnya profesionalisme profesi fisioterapi 4 Pelayanan fisioterapi profesional terhambat oleh regulasi 5 Fisioterapi Indonesia dalam pasar bebas regional dan internasional Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham fisioterapi 3. Pelaksanaan standar pelayanan fisioterapi. 4. Mengoptimalkan system Kredensial fisioterapi Harmonisasi peraturan perundangundangan yang terkait dengan pelayanan fisioterapi Membuat penapisan fisioterapis dari luar negeri dan peningkatan kompetensi fisioterapis Indonesia dengan kualitas dan rekognisi global 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru. 3. Mengintegrasikan programprogram pelatihan dalam uap 4. aya pengembangan mutu fisioterapi 5. Merencanakan kaderisasi kepemimpinan fisioterapi 5. Advokasi pelaksanaan Standar pelayanan fisioterapi 1. Mengidentifikasi system Kredensial Fisioterapi.. Membentuk Konsil Fisioterapi 3. Menetapkan Standar Kredential fisioterapi.. Pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelayanan fisioterapi 3. Mengusulkan peraturan perundang-undangan yang mendukung pelayanan fisioterapi 4. Mengusulkan peratuan tentang penapisan 5. Membuat pedoman harmonisasi kompetensi fisioterapi tingkat internasional dan membangun system pengakuannya 6 Penyempurnaan Data Base keanggotaan IFI Sosialisasi dan optimalisasi sistem informasi data base 1. Sosialisasi ke seluruh anggota. Pendaftaran anggota baru hanya melalui sistem Online R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

101 No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 1 IFI belum berbadan Hukum dan akta pendirian masih IKAFI Mengurus badan hukum IFI ke Kemenkumham online 1. Perubahan akta IKAFI ke IFI. Pendaftaran ke kemenkumham untuk mendapatkan badan hukum dengan menggunakan nama IFI 3. Jika IFI tidak bisa, dilakukan pendaftaran dengan nama baru. 7 Penguatan organisasi diseluru tingkatan Pemekaran wilayah dan cabang IFI Meningkatkan komunikasi dan kerja sama dengan pemerintah/dinkes daerah. 1. Pembentukan pengurus wilayah IFI di seluruh propinsi. Pembentukan pengurus cabang di seluruh kabupaten/kota yang telah memenuhi syarat. 1. Pengurus wilayah dengan Dinkes propinsi dan MTKP. Pengurus Cabang dengan dinkes kap/kota E. LITBANG No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 1. Masih minimnya fisioterapis yang melakukan riset 1. Melakukan kajian kemampuan fisioterapis dalam melakukan riset dan keputusan berbasis bukti. Menyusun program peningkatan kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti 3. Melakukan upaya peningkatan 100 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I 3. Menyusun instrument kajian 4. Mengumpulkan data kemampuan fisioterapis dalam melakukan riset 5. Membuat rekomendasi terhadap hasil kajian 4. Membuat rancangan program kegiatan peningkatan kemampuan riset fisioterapi 5. Menyusun dan atau menggunakan modul riset fisioterapi 6. Melakukan sosialisasi rancangan program ke seluruh fisioterapis 5. Membuat rencana kegiatan diklat 6. Melakukan kegiatan diklat

102 No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok Lembaga Pusat riset fisioterapi belum ada 3 Keterbatasan akses hasil-hasil penelitian dalam negeri kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti 4. Melakukan monitoring dan evaluasi 5. Melakukan advokasi untuk regulasi fisioterapis terhadap kemampuan dalam melakukan riset fisioterapi 6. Melakukan rencana tindak lanjut terhadap kemampuan fisioterapis dalam hal riset dan keputusan berbasis bukti sesuai hasil evaluasi 7. Mengupayakan menempatkan orang fisioterapi menjadi reviewer tingkat local/nasional/r egional Melakukaan kajian pendirian pusat-pusat riset penelitian 4. Menginventaris based line data penelitian fisioterapi di berbagai tatanan (palayanan, pendidikan, manajemen) 101 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I 7. Melakukan kegiatan riset sesuai kemampuan fisioterapis 8. Menggunakan hasil riset dalam praktik fisioterapi. Melakukan penilaian kemampuan fisioterapis yang telah dilakukan Diklat 1. Menilai hasil riset yang dapat digunakan dalm pelayanan fisioterapi. Menggunakan kemampuan riset untuk peningkatn jenjang karir fisioterapis 3. Memasukkan hasil riset dalam sistem pelayanan kesehatan 4. Mengidentifikasi hasil evaluasi kemampuan fisioterapis dalam hal riset 5. Melakukan mapping fisioterapis yang masih perlu dilakukan pembinaan 6. Melakukan kegiatan pembinaan dalam upaya meningkatkan kemampuan fisioterapis 4. Meningkatkan sosialisasi pentingnya posisi reviewer 5. Memberi kesempatan kepada fisioterapis yang eligible mengikuti pelatihan reviewer Melakukan advokasi untuk menampatkan fisioterapis sebagai reviewer di tingkat local/nasional/internasional 4. Melakukan kajian bagaimana proses pembentukannya, dll) 5. Menganalisa hasil kajian 6. Merencanakan pembentukan lembaga pusat riset fisioterapi di IFI 3. Mengumpulkan data penelitian dari berbagai tatanan 4. Pengelompokan jenis penelitian

103 No. Isu strategis Strategi Langkah-langkah pokok 5. Mengembangkan sistem informasi riset terpadu 6. Evaluasi terhadap sistem informasi riset terpadu 6. Mengkaji sistem informasi yang dimiliki setiap institusi/tatanan 7. Merancang software sistem informasi riset terpadu 8. Membuat design web sistem informasi riset terpadu 9. Mengembangkan jejaring informasi pusat--daerah 10. Sosialisasi sistem informasi riset terpadu melalui kegiatan seminar dan pelatihan 3. Melakukan Monitoring Evaluasi hasil monitoring penggunaan sistem informasi riset terpadu 4. Rencana perbaikan dan pengembangan sistem informasi riset terpadu 10 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

104 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 06/ TAP / KONAS XII / / 016 tentang KOLEGIUM FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : Bahwa dalam rangka menjalankan amanat kongres nasional Fisioterapi Indonesia XII perlu ditetapak struktur, tugas dan fungsi masing-masing organ organisasi Bahwa kolegium merupakan organ organisasi Ikatan Fisioterapi Indonesia yang berperan dalam menjaga kompetensi Mengingat : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumat Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia Memperhatikan : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1. Struktur organisasi dan tupoksi Kolegium Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini.. Keputusan berlaku sejak ditetapkan 3. Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

105 RANCANGAN KOLEGIUM FISIOTERAPI INDONESIA 1. Dasar Hukum a. UU Sistem pencidikan nasional b. SNPT c. UU Tenaga Kesehatan d. UU kesehatan e. Permen tentang Praktik FT f. Standar FT g. UU Tentang Guru dan Dosen. Ketentuan Umum a. Kolegium Fisioterapi Indonesia adalah badan yang dibentuk oleh IFI pada Kongres Nasional (KONAS) yang bertugas mengampu cabang ilmu Fisioterapi. b. Standar Kompetensi Fisioterapi harus dicapai dalam pendidikan dan ditetapkan oleh Kolegium Fisioterapi Indonesia. c. Standar Pendidikan Fisioterapi adalah kriteria minimal pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap Institusi Pendidikan Fisioterapi (IPF) dalam penyelenggaraan pendidikan fisioterapi. Standar Pendidikan Fisioterapi disusun oleh Kolegium Fisioterapi Indonesia yang disahkan oleh Konsil Fisioterapi Indonesia (KFI). d. IPF adalah institusi yang melaksanakan program pendidikan fisioterapi yang telah diakreditasi Kolegium, lembaga yang berwenang dan disahkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kemenristek dan Dikti. e. Katalog Pendidikan Fisioterapi yang disusun oleh Kolegium Fisioterapi Indonesia mencakup visi dan misi, kompetensi, daftar IPF, persyaratan dan alur pendaftaran calon peserta didik, pelaksanaan seleksi, lama pendidikan, isi program dan cara evaluasi f. Pleno Kolegium Fisioterapi Indonesia adalah rapat yang dihadiri oleh semua anggota Kolegium, pihak yang dianggap perlu dan pihak yang dianggap kompeten dalam bidang pendidikan g. Badan Pekerja (BP) Kolegium Fisioterapi Indonesis adalah Forum Ketua, dan Sekretaris Kolegium, Ketua dan Sekretaris IFI, Ketua Program Studi (KPS) dan pihak lain yang dianggap perlu untuk menghadiri rapat BP. 3. Tugas Kolegium Fisioterapi Indonesia a. Membuat standar pendidikan fisioterapi, berkoordinasi dengan IFI, IPF, Rumah Sakit Pendidikan, Kemenristek dikti dan Kemenkes. b. Menyusun katalog pendidikan fisioterapi c. Melakukan Akreditasi IPF d. Membuat peraturan pendidikan program pendidikan fisioterapi meliputi struktur, isi, proses dan keluaran e. Menyelenggarakan ujian kompetensi nasional. 104 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

106 f. Memberikan Sertifikat kompetensi dari Kolegium sebagai pengakuan resmi atas kompetensi yang dicapai g. Memantau, mengevaluasi dan menilai secara berkala dan berkesinambungan program pendidikan, Institusi Pendidikan dan staf pengajar h. Menentukan standar Sertifikasi sesuai peraturan yang berlaku (Pendidikan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)) i. Mensahkan sertifikasi kompetensi fisioterapi j. Menyusun program pendidikan berkelanjutan k. Menyusun program pengembangan spesialis l. Membuat Komisi Kolegium sesuai kebutuhan m. Pleno Kolegium mengadakan rapat minimal 1 (satu) kali pada Kongres Nasional (KONAS) n. BP bertugas untuk mengadakan pertemuan sesuai dengan kebutuhan 4. Kewenangan Kolegium Fisioterapi Indonesia a. Menetapkan standar Pendidikan Fisioterapi b. Menetapkan Akreditasi IPF(Institusi Pendidikan Fisioterapi) c. Memberikan sertifikat kompetensi d. Menentukan pengembangan pendidikan spesialis e. BP membuat rancangan keputusan dan rancangan ketetapan yang akan disahkan pada pleno kolegium 5. Susunan Organisasi dan Keanggotaan Kolegium Fisioterapi Indonesia Susunan organisasi terdiri dari sekurang kurangnya Ketua, Sekretaris dan Anggota Ketua : Sekertaris : Anggota : - Unsur Pendidikan - Unsur OP - Unsur APTIFI - Para pakar 6. Pemberhentian Anggota Kolegium Fisioterapi Indonesia a. Mengundurkan diri atas permintaan sendiri b. Meninggal dunia c. Tidak menghadiri rapat Pleno Kolegium 3 (tiga) kali berturut-turut tanpa keterangan d. Dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan keputusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 7. Tata Kerja Kolegium a. Setiap keputusan/ketetapan Kolegium ditetapkan/disahkan oleh rapat pleno anggota 105 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

107 b. Rapat pleno Kolegium dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit setengah dari jumlah anggota ditambah satu. c. Bila kuorum tidak tercapai maka rapat ditunda selama 15 (lima belas) menit dan setelah itu kuorum dianggap sah. d. Keputusan diambil dengan cara musyawarah dan mufakat, dalam hal tidak terdapat kesepakatan maka dapat dilakukan pemungutan suara. e. Bila ketua Kolegium diperlukan oleh Instansi/lembaga pendidikan atau berhalangan, kegiatan Harian Ketua Kolegium dilaksanakan oleh Sekretaris Kolegium. 8. Pembiayaan Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas Kolegium dibebankan kepada Anggaran IFI 106 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

108 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 07 / TAP / KONAS XII / / 016 tentang MAJELIS KEHORMATAN DISIPLIN FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang : 1. bahwa pelaksanaan Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 014 tentang Tenaga Kesehatan perlu dibentuk Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia. bahwa pelaksanaan Pasal 49 dan 50Undang-Undang Nomor 36 Tahun 014 tentangtenaga Kesehatan perlu mengatur organisasi dan tatakerja Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia 3. bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia sebagai lembaga yang otonom dari Ikatan Fisioterapi Indonesia dan independent dalam melaksanakan tugas 4. bahwa Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesia berfungsi untuk penegakan disiplin fisioterapi Indonesia dalam menjalankan praktek Fisioterapi 5. perlu menetapkan Peraturan Ikatan Fisioterapi Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja Majelis Kehormatan Disiplin Fisioterapi Indonesi Mengingat Memperhatikan : 1. Undang undang nomor 36 tahun 009 tentang Kesehatan. Undang undang nomor 36 tahun 014 tentang Tenaga 3. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Fisioterapi Indonesia : Sidang Pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1. Organisasi Dan Tata Kelola Majelis Kehormatan Dan Disiplin Fisioterapi Indonesia. Hal-hal yang belum di atur dalam ketatapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan AD ART 3. Ketetapan ini berlaku sejak di tetapkan Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

109 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... ORGANISASI DAN TATA KELOLA MAJELIS KEHORMATAN DAN DISIPLIN DAN ETIK FISIOTERAPI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Majelis Kehormatan dan Disiplin Fisioterapi selanjutnya disebut disingkat MKDF, adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan ada tidaknya kesalahan dan pelanggaran yang dilakukan Fisioterapi dalam penerapan disiplin fisioterapi, dan menetapkan sanksi.. Praktik Fisioterapi adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Fisioterapi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan 3. Fisioterapis, Fisioterapi Sarjana Sain Terapan, Fisioterapi Ahli Madya, adalah lulusan pendidikan Fisioterapi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 4. Surat Tanda Registrasi Fisioterapi adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia kepada tenaga fisioterapi yang telah diregistrasi 5. Surat Izin Praktik adalah bukti tertulis yang diberikan pemerintah kepada Fisioterapi yang akan menjalankan praktik fisioterapi setelah memenuhi persyaratan. 6. Organisasi Profesi adalah Ikatan Fisioterapi Indonesia BAB II LAMBANG, LOGO DAN LENCANA MKDF Pasal ( 1 ) Lambang MKDF adalah lambang yang digunakan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. 108 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

110 ( ) Logo dan lencana MKDF ditetapkan oleh MKDF BAB III FUNGSI, TUGAS DAN KEWENANGAN Pasal 3 ( 1 ) Fungsi MKDF adalah untuk penegakan disiplin fisioterapi dalam penyelenggaraan praktik fisioterapi ( ) Penegakan disiplin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah penegakan aturan-aturan dan/atau penerapan keilmuan serta pelaksanaan kode etik dalam pelaksanaan pelayanan yang harus diikuti oleh fisioterapi Pasal 4 Tugas MKDF : a. menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus pelanggaran disiplin fisioterapi yang diajukan; dan b. menyusun pedoman dan tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin fisioterapi. Pasal 5 ( 1 ) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 MKDF mempunyai wewenang : a. menerima pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi; b. menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan keduanya; c. memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi; d. memutuskan ada tidaknya pelanggaran disiplin fisioterapi; e. menentukan sanksi terhadap pelanggaran disiplin fisioterapi; f. melaksanakan keputusan MKDF; g. menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin Fisioterapi; h. menyusun buku pedoman MKDF; i. mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi mencatat dan mendukumentasikan pengaduan, proses pemeriksaan, dan keputusan MKDF DIBUAT SESUAI URUTAN KEGIATAN ( ) Dalam melaksanakan tugas sebagimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat MKDF mempunyai wewenang : a. menerima pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi Indonesia b. menetapkan jenis pengaduan pelanggaran disiplin atau pelanggaran etika atau bukan keduanya; c. memeriksa pengaduan pelanggaran disiplin fisioterapi Indonesia; d. meminta keterangan saksi ahli jika diperlukan; 109 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

111 e. memutuskan pelanggaran disiplin fisioterapi Indonesia; f. menentukan sanksi terhadap pelanggaran Fisioterapi Indonesia; g. menyusun tata cara penanganan kasus pelanggaran disiplin Fisioterapi Indonesia; h. menyusun buku pedoman MKDF; i. mengadakan sosialisasi, penyuluhan, dan diseminasi tentang MKDF buat sesuai urutan kegiatan Pasal 6 Dalam menjalankan fungsi, tugas, dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5, MKDF harus memperhatikan peraturan perundangundangan di bidang kesehatan serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait dan yang berlaku BAB I KEDUDUKAN, STATUS DAN PEMBENTUKAN Pasal 7 MKDF berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia Pasal 8 ( 1 ) MKDF bertanggung jawab secara administratif kepada Ikatan Fisioterapi Indonesia. ( ) MKDF merupakan lembaga otonom dari Ikatan Fisioterapi Indonesia ( 3 ) MKDF dalam melaksanakan tugasnya bersifat independen. ( 4 ) Yang dimaksud dengan independen sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah menjalankan tugasnya tidak terpengaruh oleh siapapun atau lembaga lainnya. Pasal 9 ( 1 ) Anggota MKDF ditetapkan oleh Menteri atas usul Organisasi Profesi ( ) Masa bakti keanggotaan MKDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah 5 4 (lima) (empat) tahun dan dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. BAB ORGANISASI Pasal 10 ( 1 ) Pimpinan MKDF terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua, dan seorang sekretaris. ( ) Pimpinan MKDF dipilih dan ditetapkan oleh konggres Ikatan Fisioterapi Indonesia( rapat pleno anggota dan ditetapkan oleh Ketua Ikatan Fisioterapis Indonesia) ( 3 ) Tata cara pemilihan pimpinan MKDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai berikut : a. pimpinan MKDF dipilih dari anggota MKDF; 110 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

112 b. rapat Pleno pertama MKDF dipimpin oleh Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia untuk memilih Ketua Sidang Pleno Pemilihan Pimpinan MKDF; c. rapat Pleno Pemilihan Pimpinan MKDF untuk memilih ketua, wakil ketua dan sekretaris melalui musyawarah mufakat; d. pimpinan MKDF terdiri dari unsur yang berbeda yaitu Fisioterapis, Fisioterapi Sarjana sain Terapan, Fisioterapi Ahli Madya dan sarjana hukum; e. apabila musyawarah mufakat tidak dapat dilaksanakan maka dilakukan pemilihan dengan pemungutan suara; f. pemilihan ketua, wakil ketua dan sekretaris dilakukan masing-masing secara terpisah; g. apabila diantara calon sebagaimana dimaksud pada huruf (f) mempunyai suara yang sama maka dilakukan pemilihan ulang. BAB I KEANGGOTAAN Pasal 11 ( 1 ) Keanggotaan MKDF terdiri atas 7 orang fisioterapis terdiri dari fisioterapis mewakili organisasi profesi, Intitusi Pendidikan Fisioterapi, asosiasi pelayanan fisioterapi (??), 1(satu) orang Fisoterapi sarjana sain terapan, (dua) orang) Fisioterapi Ahli madya dan 1(satu)fisioterapis dengan punya latar belakang sarjana hukum. ( ) Untuk dapat diangkat sebagai anggota MKDF yang bersangkutan harus dipenuhi syarat sebagai berikut: a. warga negara Republik Indonesia; b. sehat jasmani dan rohani; c. bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berakhlak mulia; d. berkelakuan baik; e. berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun dan paling tinggi65 70 (enam puluh lima) (tujuh puluh )tahun pada saat diangkat; f. Bagi fisioterapi, pernah melakukan praktik fisioterapi paling sedikit 10 (sepuluh) tahun dan memiliki surat tanda registrasi fisioterapi; g. bagi sarjana hukum, memiliki pengetahuan dibidang hukum kesehatan; dan h. cakap, jujur, memiliki moral, etika dan integritas yang tinggi serta memiliki reputasi yang baik. Pasal 1 ( 1 ) Anggota MKDF sebelum memangku jabatan wajib mengucapkan sumpah/janji ( ) Sumpah/janji sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berbunyi sebagai berikut : Saya bersumpah/berjanji dengan sungguh-sungguh bahwa saya, untuk melaksanakan tugas ini, langsung atau tidak langsung, dengan menggunakan nama atau cara apapun juga, tidak memberikan atau menjanjikan sesuatu apapun kepada siapapun juga. 111 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

113 Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam tugas ini, tidak sekali-kali akan menerima langsung atau tidak langsung dari siapapun juga suatu janji atau pemberian. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, dalam menjalankan tugas ini, senantiasa menjunjung tinggi ilmu fisioterapi dan mempertahankan serta meningkatkan mutu pelayanan fisioterapi Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, akan setia dan taat kepada dan akan mempertahankan serta mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 serta peraturan perundangundangan yang berlaku bagi Negara Republik Indonesia. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menjalankan tugas dan wewenang saya ini dengan sungguh-sungguh, seksama, objektif, jujur, berani, adil, tidak membeda-bedakan jabatan, suku, agama, ras, jender, dan golongan tertentu dan akan melaksanakan kewajiban saya dengan sebaik-baiknya, serta bertanggung jawab sepenuhnya kepada Tuhan yang maha esa, masyarakat, bangsa dannegara. Saya bersumpah/berjanji bahwa saya, senantiasa akan menolak atau tidak menerima atau tidak mau dipengaruhi oleh campur tangan siapapun juga dan saya akan tetap teguh melaksanakan tugas dan wewenang yang diamanatkan Undang-Undang kepada saya. Pasal 13 ( 1 ) Anggota MKDF berhenti atau diberhentikan karena: a. berakhir masa jabatan sebagai anggota b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri; c. meninggal dunia; d. bertempat tinggal di luar wilayah Republik Indonesia; e. tidak mampu melakukan tugas secara terus-menerus selama 3(tiga) bulan karena sakit; f. tidak melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan tanpa alasan yang jelas dan yang dapat diterima; g. dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. ( ) Pengusulan pemberhentian MKDF sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Ketua MKDF kepada Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia. ( 4 ) Dalam hal anggota MKDF menjadi terdakwa tindak pidana kejahatan, maka akan dibebastugaskan dari jabatannya. ( 5 ) Pembebastugasan dari jabatannya sebagaimana dimaksud pada aya (4) ditetapkan oleh Ketua Ikatan Fisioterapi Indonesia. BAB II TATA KERJA Pasal 14 ( 1 ) Untuk melancarkan tugas MKDF menyelenggarakan rapat : a. Rapat Pleno 11 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

114 b. Rapat Kerja Nasional c. Rapat Pimpinan d. Rapat Pimpinan Diperluas ( ) Rapat Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan rapat yang dipimpin langsung oleh Ketua atau yang ditunjuk oleh Ketua dan dihadiri oleh anggota MKDF. ( 3 ) Setiap keputusan MKDF yang bersifat mengatur tata kerja MKDF diputuskan oleh rapat pleno anggota. ( 4 ) Rapat pleno MKDF dianggap sah jika dihadiri oleh paling sedikit oleh. orang anggota. ( 5 ) Keputusan rapat pleno, sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diambil dengan cara musyawarah untuk mufakat dan bilamana tidak tercapai, keputusan diambil dengan suara terbanyak. ( 6 ) Rapat Koordinasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah rapat yang dipimpin oleh Ketua MKDF, dihadiri anggota MKDF yang dilaksanakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. ( 7 ) Rapat Koordinasi Nasional yang dimaksud pada ayat (6) adalah untuk melakukan koordinasi, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. ( 8 ) Rapat pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan rapat yang dipimpin oleh Ketua yang dihadiri oleh Pimpinan MKDF untuk melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan MKDF. ( 9 ) Rapat Pimpinan Diperluas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan rapat yang dipimpin oleh Ketua dihadiri Pimpinan MKDF dan Sekretariat IFI yang membantu pelaksanaan tugas MKDF untuk melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan MKDF. Tinjau kembali sesuai ruang lingkup Pasal 15 Tugas pimpinan MKDF sebagai berikut : a. Ketua sebagai penanggung jawab tertinggi MKDF bertugas : 1. memimpin pelaksanaan operasional MKDF. menetapkan petugas penerimanaan pengaduan; 3. menetapkan Majelis Pemeriksa Awal dan Majelis Pemeriksa Disiplin; 4. menetapkan panitera Majelis Pemeriksa Disiplin; 5. menetapkan pelaksanaan kegiatan MKDF; 6. menetapkan pertimbangan-pertimbangan usulan pembentukan b. Wakil Ketua bertugas : 1. mengganti/mewakili Ketua bila berhalangan;. membantu Ketua melaksanakan tugasnya; 3. melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan MKDF dan c. Sekretaris bertugas : 1. membantu melaksanakan tugas Ketua;. mengkoordinasikan penerimaan pengaduan; 113 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

115 3. mengatur pelaksanaan sidang-sidang Majelis Pemeriksa Awal dan Majelis Pemeriksa Disiplin; 4. mengkoordinasikan petugas sekretariat yang diperbantukan di MKDF; 5. mengatur pelaksanaan rapat MKDF; 6. mengkoordinasikan untuk menyiapkan dan menerima surat masuk dan surat keluar 7. mengkoordinasikan pembuatan surat, ketetapan dan keputusan Ketua MKDF 8. mengkoordinasikan pelaksanaan keputusan MKDF; 9. mengkoordinasikan pendokumentasian. Tugas Anggota????? Pasal 16 ( 1 ) Dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang MKDF didukung oleh Bagian Pelayanan Hukum Bidang Hukum dan Bagian Administrasi Umum dan Hubungan Masyarakat Sekretariat Ikatan Fisioterapi Indonesia. ( ) Bagian Pelayanan Bidang Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Sub Bagian Persidangan, Sub Bagian Bantuan Hukum dan Sub Bagian Penyusunan Peraturan Perundang-undangan. ( 3 ) Tugas dan wewenang Bagian Pelayanan Hukum dan Bagian Administrasi Umum dan Hubungan Masyarakat kaitannya dalam perbantuan kesekretariatan MKDF diatur dan ditetapkan dalam Standar Prosedur Operasional Peraturan Ikatan Fisioterapi Indonesia. Pasal 17 Pimpinan MKDF melakukan pembinaan terhadap seluruh anggota IFI pelaksanaan tugas anggota dan staf Ikatan Fisioterapi Indonesia yang ditugaskan membantu MKDF agar pelaksanaan tugas dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB III PEMBIAYAAN MKDF Pasal 18 Biaya untuk pelaksanaan tugas-tugas MKDF dibebankan kepada Anggaran Ikatan Fisioterapi Indonesia BAB IX KETENTUAN LAIN Pasal 19 Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan internal MKDF diatur dan ditetapkan oleh MKDF BAB X PENUTUP Pasal 0 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. 114 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

116 KETETAPAN KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII NOMOR : 08 / TAP / KONAS XII / / 016 tentang PEDOMAN RE-SERTIFIKASI FISIOTERAPI INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KONGRES NASIONAL FISIOTERAPI INDONESIA XII Menimbang Mengingat Memperhatikan : Bahwa Setiap Tenaga Kesehatan yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki izin dari Pemerintah Bahwa untuk mendapatkan izin tenaga kesehatan harus memeliki Surat Tanda Registrasi yang mempunyai masa berlaku selama 5 (lima) tahun. Bahwa dalam memperpanjang STR diperlukan rekomendasi dari Organisasi profesi. : IFI sebagai organisasi profesi fisioterapi bertanggungjawab dalam pelaksanaan resertifikasi untuk perpanjangan STR : Sidang pleno Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Menetapkan Memutuskan : 1) Pedoman resertifikasi Fisioterapi Indonesia sebagaimana terlampir dalam keputusan ini ) Mencabut Ketetapan Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XI nomor : TAP/10/KONAS XI/I/01 tentang pedoman Uji Portofolio Fisioterapi 3) Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan 4) Hal-hal yang belum diatur dalam ketetapan ini akan diatur kemudian dengan peraturan khusus yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang berlaku Ditetapkan di : Bali Pada tanggal : 4 Mei 016 Presidium Kongres Nasional Fisioterapi Indonesia XII Ketua :... Sekretaris :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota :... Anggota : R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

117 PEDOMAN RESERTIFIKASI FISIOTERAPI IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 014 tentang Tenaga Kesehatan menyebutkan bahwa Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah yang diberikan dalam bentuk SIP. Syarat untuk mendapatkan SIP salah satunya adalah tenaga kesehatan harus memiliki STR yaitu bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 46 tahun 013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan disebutkan bahwa setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki STR. Masa berlaku STR adalah 5 tahun dan berakhir sesuai dengan tanggal kelahiran tenaga kesehatan yang bersangkutan. STR yang habis masa berlakunya dapat diperpanjang dengan syarat memiliki STR lama, memiliki Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental, membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi, telah mengabdikan diri sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya; dan memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. Untuk memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya maka tenaga kesehatan harus mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) atau Continuing Profesional Development (CPD) yang ketentuan penyelenggaraanya diatur oleh organisasi profesi. Setiap tenaga kesehatan yang mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) akan mendapat Satuan Kredit Profesi dengan jumlah tertentu. Dalam hal ini Ikatan Fisioterapi Indonesai (IFI) telah menetapkan jumlah angka kecukupan SKP yang harus dicapai sebagai syarat perpanjangan STR. Ketetapan tersebut sebagaimana tertuang dalam ketetapan kongres nasional Fisioterapi nomor : TAP/10/KONAS XI/I/01 tentang Pedoman Uji Portopolio Fisioterapi, bahwa setiap fisioterapis harus memenuhi 5 SKP selama 5 tahun. 116 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

118 B. Tujuan Sebagai acuan bagi Pengurus Pusat, wilayah dan cabang Ikatan Fisioterapi Indonesia, dalam merencanakan dan melaksanakan program pengembangan keprofesian dan re-sertifikasi bagi seluruh anggota. C. Sasaran Sasaran pedoman ini adalah seluruh fisioterapi Indonesia, pengurus Ikatan Fisioterapi Indonesia pusat, wilayah dan cabang serta pihak terkait lainnya yaitu MTKP dan MTKI. D. Landasan 1. Undang Undang No. 36 Tahun 009 tentang Tenaga Kesehatan. Undang Undang No. 36 Tahun 009 tentang Kesehatan 3. Undang Undang N0. 1 Tahun 01 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara RI tahun 01 NO. 158, Tambahan Negara RI No. 5336); 4. Peraturan Pemerintah No. 8 tahun 01 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (Lembaran Negara RI tahun 01 N0. 4); 5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 tahun 013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan (Perubahan Peraturan Menteri Kesehatan N tahun 011); 6. Peraturan Menteri Kesehatan N0.80 tahun 013 tentang Penyelenggaraan Pekerjaan dan Praktik Fisioterapi. E. Pengertian 1. Ikatan Fisioterapi Indonesia IFI adalah organisasi profesi fisioterapi di Indonesia. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan profesional yang ditujukan pada gerak fungsional individu dan atau kelompok mencakup promotif, preventif, restoratif, pemeliharaan dan wellness sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. 117 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

119 3. Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan praktik fisioterapi atas dasar kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. 4. Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau ketrampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan 5. Kegiatan Pengembangan Keprofesian adalah suatu kegiatan yang meliputi kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, pengabdian masyarakat dan/atau kegiatan ilmiah lainnya. 6. STR (Surat Tanda Registrasi) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Pemerintah kepada tenaga kesehatan yang diregistrasi setelah memiliki Sertifikat Kompetensi 7. SKP (Satuan Kredit Profesi) adalah nilai/penghargaan yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat IFI atas pelaksanaan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. 8. Uji Kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap tenaga kesehatan sesuai dengan standard profesi 9. Akreditasi adalah suatu penilaian terhadap kegiatan pengembangan keprofesian 10. Sertifikat adalah suatu dokumen resmi yang berisikan hasil penilaian /pengakuan profesi melalui kegiatan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) 11. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga kesehatan yang telah memiliki sertifikat kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau pekerjaan profesinya 1. MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) adalah lembaga yang berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan 13. Tempat pelayanan fisioterapi termasuk dan tidak terbatas pada Pelayanan Primer, Rehabilitasi bersumberdaya masyarakat, Pusat Pendidikan dan penelitian, Klub kebugaran, kesehatan dan spa Rumah perawatan/ 118 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

120 hospices, Rumah Sakit Umum dan Khusus, Klinik, Praktik mandiri dan praktik bersama, Promosi kesehatan di tempat umum, Pusat rehabilitasi dan rumah tempat tinggal, Sekolah termasuk pra sekolah dan sekolah kebutuhan khusus, Panti werda, Pusat/ klub olahraga, Pabrik. 14. MTKP (Majelis Tenaga Kesehatan Propinsi) adalah lembaga yang melaksanakan tugas lanjut dari MTKI di propinsi BAB II UJI PORTOFOLIO Uji Portofolio adalah serangkaian penilaian berdasar dokumen dokumen yang dimiliki oleh fisioterapis setelah mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) baik kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, pengabdian masyarakat dan/atau kegiatan ilmiah lainnya dengan mengikuti asas; validity (kesahihan), authenticity (keaslian), currency (kekinian), sufficiency (kecukupan). Jika seorang fisioterapis setelah melalui penilaian terhadap bukti bukti dokumen telah memenuhi kriteria tersebut maka fisioterapis yang bersangkutan dinyatakan telah memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya sebagai persyaratan perpanjangan STR. Bagi Fisioterapis yang dinyatakan tidak memenuhi kecukupan maka yang bersangkutan harus mengikuti evaluasi kemampuan yang diselenggarakan oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia. Penilaian dokumen bukti dalam uji portofolio PKB fisioterapi menganut azas sebagai berikut : 1. alidity aliditas dokumen portofolio disebut sah apabila dikeluarkan oleh lembaga yang berkompeten.. Authenticity Authenticity dokumen dilihat dalam bentuk asli dengan stempel asli. 3. Currency Currency dokumen adalah dokumen yang memiliki rentang waktu kurang dari 5 tahun dari waktu pangajuan uji. 4. Sufficiency Total nilai SKP yang dikumpulkan minimal 5 SKP. 119 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

121 BAB. III RANAH PROGRAM PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN (PKB) IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) Ikatan Fisioterapi Indonesia disusun berdasarkan Kompetensi fisioterapis yang diukur dengan angka Satuan Kredit Profesi (SKP). Ikatan Fisioterapi Indonesia menetapkan angka kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya sebagai persyaratan perpanjangan STR sebesar 5 SKP. Kumulatif jumlah SKP tersebut di hitung dalam kurun waktu 5(lima) tahun terakhir atau sejak diterbitkannya STR sampai habis masa berlakunya STR tersebut dan diperoleh melalui kegiatan PKB yang terbagi dalam beberapa ranah kegiatan PKB. A. Ranah Kegiatan PKB Fisioterapis meliputi : 1. Klinisi/ Keprofesian a. Pelayanan fisioterapi rawat jalan. b. Pelayanan fisioterapi rawat inap umum c. Pelayanan fisioterapi rawat inap Khusus. Pengembangan dan penelitian. a. Kegiatan Ilmiah : Seminar, Workshop, pelatihan fisioterapi. Ilmu kesehatan, dan ilmu penunjang fisioterapi. b. Karya Ilmiah dan Penelitian 3. Pendidik. a. Pendidikan/ pembicara/penyuluhan b. Pembimbing praktik fisioterapi. 4. Pengelola (manajer) a. Mengembangkan pengelolaan/ manajerial Klinik. b. Membuat pedoman : Administrasi, prosedur kerja, pengawasan mutu dll. 10 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

122 5. Pengabdian Masyarakat. a. Pengurus IFI. b. Bakti sosial /disaster B. Komposisi Kumulatif SKP Jumlah Kumulatif 5 SKP tersebut sekurang-kurangnya terdiri dari ranah kegiatan PKB yang salah satunya adalah ranah pengembangan dan penelitian sekurang-kurangnya 5 SKP dan masing-masing ranah kegiatan PKB sebanyak-banyaknya adalah 15 SKP. NO Ranah Kegiatan SKP Minimal SKP Maksimal 1 Pelayanan Rawat Jalan 0 15 Keprofesian / Rawat Inap Klinis Rawat Inap Khusus Pengembangan Seminar 5 15 dan Penelitian Workshop Pelatihan Karya Ilmiah 3 Pembelajaran Tenaga Pendidik Pembimbing Praktik Menejerial/ Kepala Dep Keterapian 0 15 Kepemimpinan Fisik Ka Unit/ Menejer Fisioterapi Membuat Pedoman/ SOP 5 Pengabdian Masyarakat Pengurus IFI Bakti Sosial 0 15 C. Cara Penghitungan Skp 1. Klinisi a. Pelayanan fisioterapi rawat jalan dan praktik mandiri 11 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

123 Seorang fisioterapis dalam sehari rata-rata menangani 4 pasien, 5 hari kerja per minggu dan 4 minggu dalam sebulan. Dibuktikan dengan laporan tahunan jumlah kunjungan pasien yang dikeluarkan oleh pimpinan layanan kesehatan yang bersangkutan. Sehingga perhitungan SKP- nya sebagai berikut : 4 x 5 x 4 = 80 pasien/ bulan 80 x 1 = 960 pasien/tahun 960 x 5 = 4800 pasien dalam 5 tahun 1 SKP = 400 pasien 4800 : 400 = 1 SKP Untuk daerah terpencil dan terluar NKRI, 1 SKP = 100 pasien Jadi fisioterapis yang bersangkutan mendapatkan 1 SKP dalam 5 tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat b. Pelayanan fisioterapi rawat inap umum, Seorang fisioterapis dalam sehari menangani rata-rata pasien rawat inap, 5 hari kerja per minggu. Dibuktikan dengan laporan tahunan. Sehingga perhitungan SKP- nya sebagai berikut : x 5 x 4 = 40 pasien/ bulan 40 x 1 = 480 pasien/ tahun 480 x 5 = 400 pasien dalam 5 tahun 1 SKP = 00 pasien 400 : 00 = 1 SKP Untuk daerah terpencil dan terluar NKRI, 1 SKP = 75 pasien Jadi fisioterapis yang bersangkutan mendapatkan 1 SKP dalam 5 tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat. c. Pelayanan khusus Resiko tinggi (contoh : ICU, NICU, ICCU), Seorang fisioterapis dalam sehari menangani rata-rata 1 pasien rawat inap, 5 hari kerja per minggu. Dibuktikan dengan laporan tahunan. Sehingga perhitungan SKP- nya sebagai berikut : 1 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

124 1 x 5 x 4 = 0 pasien/ bulan 0 x 1 = 40 pasien/ tahun 40 x 5 = 100 pasien dalam 5 tahun 1 SKP = 100 Pasien 100 : 100 = 1 SKP Untuk daerah terpencil dan terluar NKRI, 1 SKP = 5 pasien Jadi fisioterapis yang bersangkutan mendapatkan 1 SKP dalam 5 tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat. Pengembangan dan penelitian a. Kegiatan Ilmiah meliputi Seminar, Workshop, pelatihan fisioterapi. Ilmu kesehatan, dan ilmu penunjang fisioterapi, yang dibuktikan dengan sertifikat yang telah disahkan oleh IFI pusat. 1) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis dua sampai empat jam diberi nilai satu SKP ) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis empat sampai delapan jam diberi nilai dua SKP 3) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis delapan sampai dua belas jam diberi nilai tiga SKP 4) Sebagai peserta kegiatan ilmiah lisan teoritis di atas dua belas jam diberi nilai empat SKP 5) Sebagai pelatih/instruktur/pengajar/pembicara kegiatan ilmiah lisan teoritis diberi nilai satu SKP untuk satu Topik/materi yang diberikan selama satu sampai dua jam untuk masing-masing topik. 6) Sebagai peserta kegiatan ilmiah pelatihan keterampilan selama lima jam diberi nilai satu SKP dan selanjutnya sesuai dengan kelipatannya. 7) Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI. 8) Ketentuan lebih lebih lengkap diatur dalam pedoman penyelenggaraan dan Akreditasi kegiatan ilmiah fisioterapi. b. Karya Ilmiah dan Penelitian Fisioterapi 13 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

125 Fisioterapis yang menulis 1 (satu) artikel, journal, makalah yang dipublikasikan yang bersangkutan akan mendapatkan 1 SKP. Dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkaan oleh IFI pusat. 1) Karangan buku yang dipublikasikan : 10 SKP ) Karangan hasil penelitian : 10 SKP 3) Karangan buku/modul pelajaran penggunaan internal : 5 SKP 4) Karangan laporan pendahuluan : 3 SKP 5) Laporan kasus : SKP 6) Karangan dalam bentuk tinjauan kepustakaan : SKP 7) Pengarang pembantu : 1 SKP 8) Editor jurnal ilmiah : SKP Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI 3. Pendidik a. Pendidikan /penyuluhan Seorang fisioterapis yang menjadi pengajar atau dosen diberikan 1 SKP per tahun untuk setiap 40 Jam atau 1 SKS mata kuliah yang diampu. Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat b. Pembimbing Praktik Fisioterapi Seorang Fisioterapis sebagai pembimbing praktek mahasiswa, yang bersangkutan mendapatkan 1 (satu) SKP per tahun. Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat 4. Pengelola/ menejer a. Mengembangkan pengelolaan/ manajerial Klinik. 1) Kepala Departemen Keterapian Fisik : SKP/tahun ) Kepala Unit/ Menejer pelayanan fisioterapi : 1 SKP/tahun 3) Kepala/penangggungjawab praktik mandiri Fisioterapi : 1 SKP/tahun. Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat 14 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

126 b. Membuat pedoman : 1) Pedoman Administrasi pelayanan fisioterapi : 1 SKP ) Pedoman SOP Fisioterapi minimal 5 SOP : 1 SKP 3) Pedoman pengendalian dan pengawasan mutu : 1 SKP Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Cabang IFI setempat 5. Pengabdian Masyarakat a. Pengurus IFI, ditetapkan berdasarkan surat keputusan Pengurus Pusat Ikatan Fisioterapi Indonesia. 1) Pengurus Harian IFI Pusat : 3 SKP/ tahun ) Ketua Majelis IFI Pusat : 3 SKP/ tahun 3) Ketua Bidang pengurus IFI pusat : SKP/ tahun 4) Anggota Majelis IFI Pusat : 1 SKP/ tahun 5) Anggota Bidang IFI Pusat : 1 SKP/ tahun 6) Pengurus Harian IFI Wilayah : SKP/ tahun 7) Pengurus Bidang IFI Wilayah : 1 SKP/ tahun 8) Pengurus Harian IFI Cabang : SKP/ tahun 9) Pengurus Bidang IFI Cabang : 1 SKP/ tahun Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI b. Bhakti Sosial/ Disaster 1) Tanggap Darurat bencana alam/ Fisioterapi Peduli : 1 SKP. ) Mengadakan kegiatan Bhakti sosial selama 1-3 hari : 1 SKP Jumlah SKP ditetapkan dalam surat keputusan Pengurus Pusat IFI NO Jenis Kegiatan Dokumen Bukti Persyaratan Keterangan 1 Klinisi A Pelayanan Fisioterapi Rawat Jalan Log sheet Fisioterapi 1. STR. SIPF 3. erfikasi atasan Persyaratan dan dokumen bukti diserahkan kepada pengurus 15 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

127 langsung cabang untuk dan/ atau diverifikasi B Pelayanan Log sheet rekan Lembar awal fisioterapi rawat Fisioterapi sekerja form fisioterapi inap 4. Kartu difotokopi untuk Anggota setiap pasien C Pelayanan Log sheet Semua berkas fisioterapi rawat Fisioterapi asli dibawa saat inap khusus verifikasi Pengembangan dan Penelitian A Kegiatan Ilmiah: Fotokopi Sertifikat, Sertifikat asli dan Seminar, daftar hadir Workshop, dibawa saat Pelatihan verifikasi Fisioterapi, Ilmu Kesehatan dan ilmu penunjang Fisioterapi B Karya Ilmiah dan Proposal Karangan buku Penelitian rencana yang penelitian/ TOR dipublikasikan, erfikasi atasan karangan hasil langsung atas penelitian, Proposal karangan buku/ rencana modul pelajaran penelitian/ TOR penggunaan Karya ilmiah dan penelitian yang dihasilkan internal, karangan laporan pendahuluan, laporan kasus, karangan dalam bentuk tinjauan kepustakaan, hasil penelitian/ 16 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

128 karangan sebagai pengarang pembantu, hasil penelitian/ karangan editor jurnal ilmiah asli. Proposal dan surat verifikasi atasan 3 Pendidik A Pendidikan/ SK Menunjukkan Penyuluhan Pernyataan dari dokumen asli institusi saat verifikasi pendidikan yang ditandatangani oleh dekan Jadwal perkuliahan B Pembimbing SK/ Surat tugas Praktik Pernyataan dari institusi pendidikan dan pelayanan 4 Pengelola/ Manejer A Mengembangkan pengelolaan/ manajerial klinik SK/ Surat tugas Surat ijin klinik dari Dinas Kesehatan Pernyataan atasan langsung B Membuat pedoman Pedoman asli 17 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

129 yang sudah disusun/ dibuat/ dicetak Pernyataan dari atasan langsung 5 Pengabdian Masyarakat A Pengurus IFI SK Kartu Anggota B Bhakti Sosial/ Proposal kegiatan Disaster Laporan kegiatan Surat Tugas Foto erifikasi wilayah dengan membawa dokumen asli erifikasi wilayah dengan membawa dokumen asli BAB I MEKANISME PERMOHONAN RESERTIFIKASI A. Permohonan Resertifikasi Melalui Uji Portofolio Pengajuan resertifikasi dengan uji portofolio dilakukan oleh masing-masing Fisioterapis ke Pengurus Cabang untuk diteruskan Pengurus Wilayah IFI setempat dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Fisioterapis melakukan pencatatan kegiatan pembelajaran berkelanjutan (PKB) atau Continuing Professional Development (CPD) yang meliputi kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya yang telah dilakukannya, melalui aplikasi Portofolio CPD Online IFI di website IFI Pusat ( dengan menggunakan account masingmasing. Pencatatan PKB / CPD secara Online ini bisa dilakukan terhitung dari tanggal dikeluarkannya STR sampai dengan 3 bulan sebelum habis masa berlakunya STR. 18 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

130 . Melakukan permohonan resertifikasi melalui pengurus cabang dan menyerahkan berkas fotokopi dan berkas asli dokumen persyaratan sebagai bukti telah mengabdikan diri sebagai fisioterapis yang telah unggah di aplikasi CPD Online Ikatan Fisioterapi Indonesia di dokumen yang dimaksud adalah: a. STR lama; b. Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi, jika ada a. surat keterangan sehat fisik dan mental c. SIPF/ SIKF d. Kartu Anggota e. Ijazah terakhir f. Sertifikat Sumpah Profesi / Surat Pernyataan mematuhi Kode Etik Fisioterapi g. Pas foto berwarna ukuran 4x6 (5 lembar) h. Sertifikat seminar/ pelatihan i. Dokumen bukti lainnya j. Biaya resertifikasi. 3. Pengurus cabang menerima formulir, dokumen bukti dan persyaratan serta biaya resertifikasi fisioterapi. 4. Pengurus cabang mengeluarkan bukti penerimaan formulir, dokumen bukti dan persyaratan. Kwitansi pembayaran resertifikasi diberikan jika kelengkapan dokumen resertifikasi sudah terpenuhi dengan lengkap. 5. Pengurus cabang melakukan verifikasi langsung atas dokumen bukti dan persyaratan, berkas fotokopi dengan aslinya dan melakukan verifikasi data yang telah diunggah oleh pemohon di aplikasi CPD Online IFI dengan cara mencocokkan dengan dokumen bukti yang diterima. 6. Berkas yang tidak lengkap tidak dapat diproses dan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi kembali. Ketidak lengkapan berkas ditulis pada bukti penerimaan formulir. Maksimal fisioterapi melengkapi berkas dalam waktu 1 minggu. Jika lebih dari 1 minggu dianggap batal. 7. Berkas yang lengkap dicatat dalam data base dan disimpan sebagai arsip. 8. Pengurus wilayah melakukan verifikasi data kegiatan pembelajaran berkelanjutan (PKB) yang meliputi kegiatan pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan/atau kegiatan ilmiah lainnya yang telah dilakukan oleh 19 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

131 pemohon dengan cara mencocokan antara data dan dokumen yang telah diunggah oleh pemohon di aplikasi CPD Online IFI. Pengurus wilayah sebagai verifikator menentukan apakah CPD yang diajukan diterima, ditolak atau ditangguhkan. Jika ditolak atau ditangguhkan pengurus wilayah wajib memberikan alasan yang ditulis langsung dalam aplikasi CPD Online yang bersangkutan. 9. Pengurus pusat atau tim Komisi PKB melakukan verifikasi kembali data CPD pemohon yang telah disetujui oleh pengurus wilayah/ verifikator wilayah. Dan selanjutnya menentukan apakah CPD yang diajukan diterima, ditolak atau ditangguhkan. Jika ditolak atau ditangguhkan maka Pengurus pusat atau tim Komisi PKB wajib memberikan alasan yang ditulis langsung dalam aplikasi CPD Online yang bersangkutan. Jika diterima maka pemohon dinyatakan telah memenuhi syarat resertifikasi dan diterbitkan surat rekomendasi perpanjangan STR yang bisa diunduh oleh pemohon di aplikasi CPD Online IFI. 10. Pengurus pusat yang dimaksud dalam point 9 adalah tim khusus yang ditetapkan oleh pengurus pusat. 11. Biaya Resertifikasi Resertifikasi Melalui Uji Portofolio adalah Rp ,- Bagan alur Resertifikasi Fisioterapi 130 R a n t u s d a n R a n t a p K O N A S F i s i o t e r a p i I n d o n e s i a X I I

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA BAB I PENGERTIAN Pasal 1 Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia disingkat IAKMI yang dalam bahasa Inggris disebut Indonesia Public Health

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan. Revisi 2009 MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan. Bahwa untuk menanggulangi penyakit kanker

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium Indonesia (PDS PatKLIn) 2016 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA DOKTER SPESIALIS

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADDIMAH Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga negara berkewajiban mengisi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013

KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013 KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA NOMOR: 06/MUNAS/PAEI/2013 TENTANG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN AHLI EPIDEMIOLOGI INDONESIA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE 2012-2015 MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa serta semangat mewujudkan visi organisasi yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) 2015 ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD/ART ) PERSATUAN AHLI GIZI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwa para Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi bekal ilmu pengetahuan dan teknologi serta keahlian di bidang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa Bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari penjajah, dan oleh karena itu adalah kewajiban segenap

Lebih terperinci

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r

Oktober Tata Kerja. Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi. S u r a b a y a, O k t o b e r Oktober 2011 Tata Kerja Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi S u r a b a y a, O k t o b e r 2 0 1 1 Daftar Isi Mukadimah BAB I Nama, Waktu dan Kedudukan Pasal 1 Nama Pasal 2 Waktu Pasal 3 Kedudukan

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA BAB I Pengertian Pasal 1 : Ilmu kesehatan masyarakat ialah ilmu dan seni untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yang meliputi upaya-upya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA DI PHILIPPINA (PPMIP)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA DI PHILIPPINA (PPMIP) ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA DI PHILIPPINA (PPMIP) ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PELAJAR DAN MAHASISWA INDONESIA DI PHILIPPINA (PPMIP) MUKADIMAH Dengan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian Umum Pendidik dan peneliti adalah ilmuwan berprofesi pendidik dan peneliti

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PDSKJI M U K A D I M A H

ANGGARAN DASAR PDSKJI M U K A D I M A H ANGGARAN DASAR PDSKJI M U K A D I M A H Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami para Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, yang pada awalnya tergabung dalam Perhimpunan Neurologi, Psikiatri dan Neurochirurgi

Lebih terperinci

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association)

IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association) IKATAN ZEOLIT INDONESIA (Indonesian Zeolite Association) KAWASAN PUSPIPTEK, BATAN-Gd.20 SERPONG 15314. TELEPHONE: 021-7560212, 7560562 ext.2027-223, 021-7560915 FACSIMILE: 021-7560909,7560926 EMAILS: samini@rocketmail.com,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI ) Mukadimah

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI ) Mukadimah ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI ) Mukadimah Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kami dokter spesialis saraf Indonesia dalam rangka mengisi kemerdekaan demi tercapainya

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) Peningkatan. dan Pemantapan Solidaritas Mahasiswa Kesehatan Indonesia ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI) BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota Anggota JMKI adalah lembaga eksekutif

Lebih terperinci

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD)

ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENELITI KESEHATAN INDONESIA APKESI ANGGARAN DASAR (AD) PENGURUS APKESI - PERIODE 2009-2012 Mukadimah DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Umum Pasal 2 Asas Pasal 3 Prinsip BAB II ORGANISASI

Lebih terperinci

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal, AD/ART IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA KEPUTUSAN MUNAS I IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA Nomor : 2/MUNAS I/ IGPKhI /I/ 2017 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IGPKhI DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN) Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Lima (KMAN V) Deli Serdang, 19 Maret 2017

ANGGARAN DASAR ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN) Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Lima (KMAN V) Deli Serdang, 19 Maret 2017 ANGGARAN DASAR ALIANSI MASYARAKAT ADAT NUSANTARA (AMAN) Ditetapkan oleh Kongres Masyarakat Adat Nusantara Ke-Lima (KMAN V) Deli Serdang, 19 Maret 2017 BAB I NAMA, BENTUK, WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 1 1)

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 ANGGARAN DASAR Halaman 1 dari 2 halaman 2 IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Kriteria Anggota 1. Anggota Biasa adalah dokter, warga negara Indonesia,

Lebih terperinci

Halaman PEMBUKAAN

Halaman PEMBUKAAN Halaman - 1 - PEMBUKAAN 1. Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa Indonesia melalui perjuangan yang luhur telah mencapai Kemerdekaannya yang telah diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Dalam

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA 2011-2016 PENDAHULUAN Sejarah terbentuknya Asosiasi Dosen pendidikan guru sekolah dasar di Indonesia didasari dengan adanya keinginan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI)

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI) ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENDIDIK DAN PENELITI BIOLOGI INDONESIA (HPPBI) MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berjuang secara bersinergi dan berkelanjutan untuk mengisi kemerdekaannya

Lebih terperinci

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa membedakan

Lebih terperinci

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR

IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN ARSITEK INDONESIA ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Arsitek sebagai warga negara yang sadar akan panggilan untuk memelihara pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan serta peradaban manusia, senantiasa belajar

Lebih terperinci

Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional

Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia. Tata Tertib Musyawarah Nasional Musyawarah Nasional VI Ikatan Refraksionis Optisien Indonesia Keputusan No. 002/Munas-6/IROPIN/II/2016 tentang Tata Tertib Musyawarah Nasional Musyawarah Nasional VI Refraksionis Optisien Indonesia yang

Lebih terperinci

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG

IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG Lampiran IAP KETETAPAN KONGRES ISTIMEWA IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) NO. 3 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN INDONESIA (IAP) ANGGARAN DASAR IKATAN AHLI PERENCANAAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA MUKADIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perjuangan panjang dan sarat dengan pengorbanan,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR)

ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR & ATURAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI UNPAR (IKA UNPAR) ANGGARAN DASAR IKA UNPAR PEMBUKAAN Bahwa tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mewujudkan masyarakat adil, makmur dan sejahtera,

Lebih terperinci

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA

HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA KETETAPAN MUSYAWARAH NASIONAL VI HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN (HAKLI) NOMOR : VI/MUNAS VI/HAKLI/2015 TENTANG ANGGARAN DASAR HIMPUNAN AHLI KESEHATAN LINGKUNGAN INDONESIA (HAKLI) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang

Indonesian Student s Association in Japan 在日インドネシア留学生協会 Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang KETETAPAN KONGRES XXXVI PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 06/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/IX/2016 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PPI JEPANG Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa, Kongres

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS TELINGA HIDUNG TENGGOROK-BEDAH KEPALA DAN LEHER INDONESIA MUKADIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, melalui perjuangan panjang dan sarat dengan pengorbanan,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1

DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kampus IPB Darmaga, Wing barat rektorat lt. 1 AD/ART LK FEM IPB Mukadimah Dengan menyebut nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Mahasiswa sebagai generasi muda dan penerus cita-cita bangsa memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan dharma

Lebih terperinci

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 1 RANCANGAN TATA TERTIB KONGRES IJTI KE-5 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan tata tertib ini yang dimaksud dengan: a. Kongres adalah forum pengambilan keputusan tertinggi organisasi yang sepenuhnya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI) ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI)

ANGGARAN DASAR IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI) ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI) ANGGARAN DASAR IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI) ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ORTODONTIS INDONESIA (IKORTI) LAMPIRAN HASIL REKOMENDASI PLENO KONGRES IX IKORTI Bali, 9 Oktober 2014 ANGGARAN DASAR IKATAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI)

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI) ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA (PERDOSSI) Mukadimah Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Kami dokter Spesialis Saraf Indonesia, dalam rangka mengisi kemerdekaan, demi tercapainya

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA

ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA ANGGARAN DASAR ( AD ) GAKESLAB INDONESIA MUKADIMAH : Dengan Rachmat Tuhan Yang Maha Esa dan dengan kesadaran yang tinggi dalam menyumbangkan dharma bakti untuk pembangunan Nusa dan Bangsa Indonesia menuju

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN DOKTER INDONESIA MUKADIMAH Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga negara berkewajiban mengisi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN PEMBUKAAN Program Pamsimas telah membangun prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di desa/ kelurahan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Institusi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Kesehatan Masyarakat yang dimaksud

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA. PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA

Lebih terperinci

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA BAB I PENERIMAAN DAN PENGANGKATAN ANGGOTA Pasal 1 1. Permintaan untuk menjadi anggota, dilakukan secara tertulis dan disampaikan kepada

Lebih terperinci

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI)

ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI) ASOSIASI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN INDONESIA (APS-TPI) MUKADDIMAH Keinginan untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program studi dengan membentuk dan bergabung dalam suatu wadah yang dapat

Lebih terperinci

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) Politeknik Negeri

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SAYAP PEMUDA PARTAI PERINDO Jakarta, 17 Desember 2015 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMUDA PERINDO PEMBUKAAN Pemuda Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN DASAR halaman 1 dari 10 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN DASAR P E M B U K A A N

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DEWAN PENGURUS PUSAT IKATAN KELUARGA ALUMNI INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA MUKADIMAH Bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat sebagaimana amanat UUD 1945 tiada lain adalah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006

ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006 ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA HASIL KONGRES XIX IKATAN NOTARIS INDONESIA JAKARTA, 28 JANUARI 2006 MENIMBANG : a. Bahwa Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris telah disahkan

Lebih terperinci

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha.

Pasal 3 HMPF-ITB berkedudukan di Class Room 1.2 LABTEK VIII Institut Teknologi Bandung Kampus Ganesha. ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA PASCASARJANA FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG MUKADIMAH Sesungguhnya tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

MAJELIS MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS KETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA

MAJELIS MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS KETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA MAJELIS MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN MUSYAWARAH MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 02/MUSMA FEB UI/XI/2015 Tentang PERUBAHAN ANGGARAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN APOTEKER INDONESIA MUKADIMAH Bahwa para Apoteker Indonesia merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang dianugerahi bekal ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA. Disempurnakan Pada Munas XV Februari 2010 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN HOTEL & RESTORAN INDONESIA Disempurnakan Pada Munas XV - 2010 10 Februari 2010 M U K A D I M A H BAHWA CITA-CITA KEMERDEKAAN INDONESIA YANG DIPROKLAMASIKAN

Lebih terperinci

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMMG ITB

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMMG ITB 0 AD/ART ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Mahasiswa Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung adalah bagian dari civitas akademik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Oleh karena itu, mahasiswa Teknik

Lebih terperinci

Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH

Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH Anggaran Dasar (AD) Ikatan Laboratorium Kesehatan Indonesia (ILKI) MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami Laboratorium Kesehatan yang tersebar di seluruh pelosok tanah air Indonesia menyatakan:

Lebih terperinci

ATURAN DASAR IKM FMIPA UI

ATURAN DASAR IKM FMIPA UI ATURAN DASAR IKM FMIPA UI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Yang dimaksud dengan: 1) UI adalah Universitas Indonesia 2) FMIPA UI adalah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI 3) IKM FMIPA UI adalah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN ANAK TRANSMIGRAN REPUBLIK INDONESIA ( P A T R I ) MUKADIMAH Bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, kemerdekaan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI)

MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI) MUSYAWARAH NASIONAL IX HISKI HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA (HISKI) Universitas Pattimura, Ambon 3 Desember 2015 Bertempat di hotel Swiss Bell ANGGARAN DASAR HIMPUNAN SARJANA-KESUSASTRAAN INDONESIA

Lebih terperinci

KETETAPAN KONGRES XXXII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 05/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/VIII/2012

KETETAPAN KONGRES XXXII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 05/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/VIII/2012 KETETAPAN KONGRES XXXII PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI JEPANG Nomor: 05/TAP/KONGRES/PPI-JEPANG/VIII/2012 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PPI Jepang Periode 2012-2013 Dengan rahmat Allah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI)

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) 2014 ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) Mukadimah Didorong oleh hasrat untuk mengabdi

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG DEWAN PERWALIAN DAN PENGAWASAN HIMPUNAN MAHASISWA INFORMATIKA ITB 2011-2012 MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya informatika sebagai ilmu

Lebih terperinci

Draft. Perubahan AD/ART AFEBI. Dipresentasikan pada acara Rapat Pleno AFEBI di FE UNSRI, Palembang 31 Mei 2Juni 2013

Draft. Perubahan AD/ART AFEBI. Dipresentasikan pada acara Rapat Pleno AFEBI di FE UNSRI, Palembang 31 Mei 2Juni 2013 Draft Perubahan AD/ART AFEBI Dipresentasikan pada acara Rapat Pleno AFEBI di FE UNSRI, Palembang 31 Mei 2Juni 2013 Asosiasi Fakultas Ekonomi & Bisnis Indonesia Sekretariat Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas

Lebih terperinci

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015 PERUBAHAN ANGGARAN DASAR IKATAN NOTARIS INDONESIA KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, 29-30 MEI 2015 1. Beberapa ketentuan dalam MENIMBANG diubah dan disesuaikan dengan adanya Undang-Undang

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN PENYULUH PERTANIAN INDONESIA (Indonesian Agricultural Extensionist Association) PERHIPTANI IAEA MUKADIMAH Sasaran jangka panjang pembangunan Nasional Indonesia adalah tercapainya

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang 22-24 Januari 2015 ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA () MUKADDIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya mahasiswa peternakan

Lebih terperinci

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA BAB I PERHIMPUNAN WILAYAH Syarat dan Tatacara Pendirian Perhimpunan Wilayah Pasal 1 (1) Perhimpunan Wilayah adalah

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 PEMBUKAAN Mahasiswa memiliki potensi yang merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus diarahkan

Lebih terperinci

MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR

MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI BUMISERAM (IKAB) MAKASSAR JAKARTA, 19 JULI 2009 KEPUTUSAN MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER UMUM INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER UMUM INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN DOKTER UMUM INDONESIA MUKADIMAH Atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia telah berhasil merebut kemerdekaan dari kaum penjajah, maka setiap warga Negara berkewajiban

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA BAB I IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Pasal 1 Nama wadah kemahasiswaan Fakultas

Lebih terperinci

KONGRES XI IKATAN SARJANA PETERNAKAN INDONESIA Nomor : 05/KONGRES XI-ISPI/XI/2014. Tentang: ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART)

KONGRES XI IKATAN SARJANA PETERNAKAN INDONESIA Nomor : 05/KONGRES XI-ISPI/XI/2014. Tentang: ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART) KONGRES XI IKATAN SARJANA PETERNAKAN INDONESIA Nomor : 05/KONGRES XI-ISPI/XI/2014 Tentang: ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART) Menimbang : a. Bahwa didorong oleh kesadaran dan tanggung jawab

Lebih terperinci

KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016.

KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016. KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016 tentang PENETAPAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA ANGGARAN DASAR IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA BAB I IKATAN MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA Pasal 1 Nama wadah kemahasiswaan Fakultas

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 Nama Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Fisika Universitas Brawijaya yang disingkat

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI) (INDONESIAN PROCUREMENT SPECIALISTS ASSOCIATION) ANGGARAN RUMAH TANGGA halaman 1 dari 14 IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA DISINGKAT IAPI ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH ANGGARAN DASAR MASYARAKAT PERIKANAN NUSANTARA (INDONESIAN FISHERIES SOCIETY) PERUBAHAN MUKADIMAH Bahwa sesungguhnya sumberdaya perikanan yang ada di wilayah kedaulatan Republik Indonesia merupakan karunia

Lebih terperinci

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY

PENGURUS PUSAT PERHIMPUNAN ERGONOMI INDONESIA INDONESIAN ERGONOMIC SOCIETY ANGGARAN RUMAH TANGGA Mukadimah Bahwa hakikat pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. dan telah ditekadkan oleh bangsa Indonesia sebagai tujuan dasar dari upaya-upaya pembangunan

Lebih terperinci

Musyawarah Nasional XIII Ikatan Himpunan Mahasiswa Fisika Indonesia Central Executive of Indonesian Physics Student s Societies Association

Musyawarah Nasional XIII Ikatan Himpunan Mahasiswa Fisika Indonesia Central Executive of Indonesian Physics Student s Societies Association ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN HIMPUNAN MAHASISWA FISIKA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN IHAMAFI Pasal 1 Keanggotaan IHAMAFI : 1. Mengajukan permohonan menjadi anggota IHAMAFI dan kesediaan untuk menjalankan

Lebih terperinci

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA

KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 24/1999, PENGESAHAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DEWAN KOPERASI INDONESIA *48766 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 24 TAHUN 1999 (24/1999) TENTANG PENGESAHAN

Lebih terperinci

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION Mitra Matraman, Jl. Matraman Raya No. 148 Blok A2/18, Jakarta 13150. Telp. 85918064, Fax 85918065

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R

A N G G A R A N D A S A R A N G G A R A N D A S A R D A F T A R I S I : 1. Mukadimah 2. Bab I: Ketentuan Umum Pasal 1 3. Bab II: Nama, Tempat Kedudukan dan Jangka Waktu Pendirian Pasal 2 4. Bab III: Asas, Landasan, Tujuan dan Kegiatan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN. Pasal 1

ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN. Pasal 1 ANGGARAN DASAR BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN Pasal 1 Organisasi ini bernama Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Airlangga yang selanjutnya disebut BEM

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PADJADJARAN MUKADIMAH Berkat Rahmat Allah SWT. Bahwasanya manusia dituntut

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PADJADJARAN MUKADIMAH Berkat Rahmat Allah SWT. Bahwasanya manusia dituntut ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PADJADJARAN MUKADIMAH Berkat Rahmat Allah SWT. Bahwasanya manusia dituntut untuk menyempurnakan diri sebagai satu ujian yang kelak

Lebih terperinci

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT INDONESIA BAB I LAMBANG Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT INDONESIA BAB I LAMBANG Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN SEMINAT FARMASI RUMAH SAKIT INDONESIA BAB I LAMBANG Pasal 1 Pasal 2 Lambang atau Atribut Organisasi dipasang untuk keperluan-keperluan tertentu. Pasal 3 Pakaian anggota 1.

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN Pasal 1 1. Anggota AJI adalah jurnalis yang telah memenuhi syarat profesional dan independen yang bekerja untuk media massa cetak, radio, televisi, dan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini bersumber pada Anggaran Dasar IKA- STEMBAYO yang berlaku oleh karena itu tidak bertentangan dengan ketentuan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN FISIKA MEDIK DAN BIOFISIKA INDONESIA (HFMBI) BAB I UMUM Pasal 1 Sekretariat organisasi Himpunan Fisika Medik Indonesia, yang selanjutnya disebut Himpunan, berkedudukan di

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPSI HIMPUNAN PSIKOLOGI INDONESIA ANGGARAN DASAR JUNI 2010 ii Cetakan Pertama, Hasil Kongres XI Himpsi, 2010 di Surakarta Penerbit dan Penanggung Jawab Pengurus Pusat Himpunan Psikologi Indonesia Jl.

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA

ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA ANGGARAN DASAR HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan: 1. Himpunan Pramuwisata Indonesia disingkat HPI atau Indonesian Tourist Guide Association

Lebih terperinci