BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Yanti Lesmono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian luar biasa (KLB) suatu penyakit memberikan dampak kerugian yang signifikan terhadap kesehatan, ekonomi maupun sosial. Ketika terjadi KLB, ilmu kesehatan masyarakat berperan utama dalam hal pengawasan penyebaran dari penyakit tersebut, sehingga dapat meminimalisir angka kesakitan baru, angka kematian, dan dampak negatif lain yang ditimbulkan. Elemen kunci dari peran ini adalah aspek komunikasi yang harus dilakukan secepat mungkin menyasar pada level yang berbeda-beda agar terjadi kepedulian bersama. Biasanyastrategiberfokus pada pengembangan pesan dan diseminasi informasi. Jika KLB dideteksi secara dini, maka pengawasan dan penanganannya dapat dilakukan dengan baik. Seperti yang dinyatakan dalam referensi berikut bahwa promosi kesehatan dan komunikasi kesehatan dapat memfasilitasi terjadinya integrasi antara komponen persiapan dan respon serta mempertinggi kesempatan kolaborasi dan kemitraan di tingkat lokal (WHO, 2012). Dengan demikian, program promosi kesehatan tidak secara sempit dipahami sebatas pada penyuluhan dan penyebaran leaflet. Banyak aspek yang melingkupi dalam hal promosi kesehatan. Beberapa referensi yang mengupas mengenai definisi dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya, antar lain, menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2010), definisi promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat sesuai dengan sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Hal ini dipertegas dengan adanya The Ottawa Charter for Health Promotion, bahwa ada 5 strategi dalam promosi kesehatan, yaitu : pembuatan kebijakan publik yang berwawasan sehat, menciptakan lingkungan yang mendukung, memperkuatkan aksi-aksi di tingkat komunitas, mengembangkan 1 1
2 keterampilan-keterampilan individu dan reorientasi layanan kesehatan (WHO, 2012). Risiko terjadinya KLB akan meningkat terutama karena perilaku manusia. Dengan demikian, strategi komunikasi yang efektif harus menyasar pada aspekaspek perilaku dan sosial untuk pencegahan dan pengawasan penyakit tersebut. Seringkali sejumlah dana yang besar telah dikucurkan untuk melaksanakan upaya kampanye pencegahan dan pengawasan suatu penyakit, namun hasilnya dapat dikatakan belum optimal. Salah satu faktor penyebabnya kemungkinan adalah kurangnya koordinasi dalam hal pembagian peran antara pihak-pihak yang mengembangkan intervensi pengawasan KLB (epidemiolog, dokter hewan, ahli kesehatan masyarakat) dengan pihak yang melakukan komunikasi dan mobilisasi massa. Mungkin tidak ada sinkronisasi antara pihak yang mengembangkan sebuah program intervensi dengan pihak yang melakukan intervensi tersebut. Seyogyanya, intervensi-intervensi yang bersifatteknis harus bisa dipahami dan diaplikasikan dalam konteks perilaku budaya mereka sehari-hari, ekonomi, politik dan sosial. Idealnya, dalam merespon KLB perlu melibatkan antropolog agar dapat lebih memahami konteks sosial budaya, baik secara individu, komunitas bahkan kelembagaan selama terjadinya KLB. Pendekatan antropologis ke komunitas dimaksudkan untuk memahami motivasi, nilai-nilai dan model budaya agar dapat dijadikan sebagai landasan pengembangan strategi mobilisasi sosial yang efektif dengan dampak perubahan perilaku yang lestari. Perspektif antropologis akan membantu meletakkan perilaku individu dan pembuat keputusan dalam konteks yang bisa diterima baik dari sisi budaya, teknologi dan lingkungan. Hal ini secara nyata dijelaskan dalam salah satu pustaka, bahwa pendekatan antropologis yang fleksibel mampu memberikan umpan balik secara cepat selama tahapan perencanaan, implementasi, dan monitoring dari intervensi-intervensi komunikasi dan mobilisasi sosial yang dilakukan (WHO, 2012). Terjadinya KLB penyakit hepatitis A di Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2010, 2011 dan 2012 secara berturut-turut dengan lonjakan jumlah kasus yang tinggi pada tahun 2012, merupakan suatu permasalahan kesehatan yang perlu 2
3 mendapatkan perhatian yang cukup serius. Berdasarkan hasil diskusi dengan beberapa staf di Puskesmas Kecamatan Nanggulan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo, berbagai upaya untuk menggugah kesadaran masyarakat mengenai penyakit hepatitis A dan cara penularannya telah dilakukan. Puskesmas yang merupakan kepanjangan tangan dari Dinas Kesehatan, telah melakukan program penyuluhan kepada para kader, tokoh masyarakat dan penjaja makanan. Harapannya, para kader dan tokoh masyarakat yang telah mendapatkan penyuluhan tersebut kemudian meneruskan informasinya ke tingkat masyarakat. Namun, upaya tersebut ternyata belum optimal dengan adanya kenyataan bahwa KLB penyakit hepatitis A terjadi kembali, bahkan dengan lonjakan jumlah kasus yang meningkat dari 23 kasus menjadi 138 kasus (Laporan Puskesmas Nanggulan, 2012). Kejadian luar biasa hepatitis A tersebut melanda 5 kecamatan di Kabupaten Kulon Progo pada bulan Januari Jumlah kasus terbanyak dilaporkan terjadi di Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan. Dari data yang diperoleh, hingga September 2012 terjadi 68 kasus dari total kasus 138 (Lihat Tabel 1). Dokter Puskesmas Kecamatan Nanggulan, dr. Hunik Rimawati, menyatakan bahwa penyakit hepatitis A sudah mulai menjangkiti warga sejak awal bulan Januari 2012 dan mengalami puncaknya mulai bulan Februari 2012(Laporan Puskesmas Nanggulan, 2012). Tabel 1. Data penderita hepatitis A tahun per desa di Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo No Kasus hepatitis Desa Sept Kembang Jatisarono Wijimulyo Tanjungharjo Donomulyo Banyuroto Jumlah (sumber : Laporan Puskesmas Nanggulan, 2012) 3
4 Tabel 2. Distribusi kasus penderita hepatitis A tahun 2012 per desa di Kecamatan Nanggulan berdasarkan umur Kasus hepatitis s.d September 2012 No Desa > 15. < 15 thn Jumlah thn 1. Kembang Jatisarono Wijimulyo Tanjungharjo Donomulyo Banyuroto Jumlah (sumber : Laporan Puskesmas Nanggulan, 2012) Berdasarkan Tabel 2, terlihat bahwa mayoritas penderita hepatitis A di Desa Jatisarono, adalah kelompok usia produktif, berusia lebih dari 15 tahun. Tentu saja hal ini berimplikasi pada kerugian secara ekonomi, karena penderita tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya untuk sementara waktu. Upaya konkrit yang pernah dilakukan oleh Puskesmas Nanggulan terkait dengan adanya KLB hepatitis A, selain penyuluhan, adalah pembagian kaporit disertai dengan pemberian informasi cara penggunaan dan manfaat dari kaporit tersebut. Namun, sebagian besar masyarakat merasa keberatan bila sumber air bersih mereka diberi kaporit dengan alasan berbau, tidak enak, dan lain-lain. Selain program kaporitisasi, puskesmas juga secara proaktif melakukan program puskesmas keliling untuk memeriksa secara langsung jika ditengarai ada kasus baru, sehingga bila hasilnya positif dapat ditindaklanjuti secara cepat. Adanya permasalahan tersebut di atas, tentu menimbulkan pertanyaan : Apakah strategi penyampaian KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) kurang efektif atau barangkali ada sesuatu yang perlu digali dan dipahami dari masyarakat di Kabupaten Kulon Progo? Salah satu kenyataan di masyarakat seperti yang dipaparkan oleh pihak Puskesmas Nanggulan, adalah masih banyak masyarakat di Kabupaten Kulon Progo yang menempatkan kandang ternak mereka di dekat sumur. Upaya untuk mendorong mereka agar membuat kandang 4
5 kelompok dengan lokasi yang jauh dari tempat tinggal mereka, di satu sisi memberi manfaat dalam aspek status kesehatan keseharian mereka. Namun, di sisi lain, secara psikologis mereka merasa tidak aman dan kerepotan bila ternak jauh dari mereka. Fenomena ini menarik untuk dikaji guna memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai persepsi, sikap dan perilaku sehat dari masyarakat yang akan diintervensi. Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa terdapat banyak dimensi yang perlu untuk dipertimbangkan dalam pengembangan sebuah program intervensi untuk perubahan perilaku di suatu masyarakat agar menjadi lebih baik lagi. Seperti yang dinyatakan dalam pustaka berikut : permasalahan kesehatan yang dialami manusia semakin beragam seiring dengan perkembangan masyarakat dan kemajuan teknologi dan informasi. Cara menyelesaikan masalah kesehatan pun semakin bervariasi, mulai dari yang bersifat medis, non medis hingga terapi alternatif, karena pendekatan medis saja seringkali dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah tersebut. Oleh karenanya diperlukan pendekatan / kajian lain, misalnya sosial budaya (Triratnawati, et al., 2005). Untuk membantu menelaah tiap-tiap dimensi yang ada dalam sebuah permasalahan kesehatan di suatu wilayah, model Precede Proceed dapat diterapkan sebagai alat bantu. Dalam model Precede Proceed, jenis-jenis informasi yang digali tidak hanya pada aspek medis saja, namun meliputi aspek sosial, epidemiologis, perilaku dan lingkungan, pendidikan dan ekologi serta kajian administrasi dan kebijakan-kebijakan yang relevan. Penggalian informasi dari berbagai aspek memungkinkan mendapatkan gambaran yang utuh atas kondisi suatu masyarakat yang akan diintervensi. Langkah awal yang perlu dilakukan dalam mengidentifikasi permasalahan-permasalahan kesehatan di suatu wilayah adalah needs assessment. Hal ini penting dilakukan, oleh karena diharapkan dapat merancang sebuah program promosi kesehatan yang sesuai dan tepat sasaran, sesuai dengan kaidah evidence-based program dan mengarah pada strategi-strategi intervensi yang tepat. Berdasarkan penjabaran di atas, diketahui bahwa dari sisi penyedia layanan, dalam hal ini dinas kesehatan dan puskesmas telah berusaha untuk mengatasi permasalahan tersebut di masyarakat. Namun, untuk mensinkronkan antara sisi 5
6 penyedia layanan dan dari sisi yang dilayani (masyarakat) perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam untuk menelaah kesenjangan-kesenjangan yang mungkin ada di kedua sisi tersebut. Kasus yang terjadi di Desa Jatisarono Kecamatan Nanggulan, dapat dijadikan studi kasus untuk pengembangan program promosi kesehatan yang efektif pada kondisi KLB. B. Rumusan Masalah Situasi pada kondisi KLB menjadi tidak menentu. Munculnya ketakutan, kepanikan dan kegelisahan dari masyarakat mengharuskan adanya sebuah intervensi yang bisa diandalkan dan kredibel untuk dilakukan secepatnya. Situasi dan kondisi ini perlu untuk diperhatikan dan diyakinkan dengan empati bahwa masalah akan segera diatasi melalui intervensi-intervensi yang akan dilakukan. Dengan demikian, masyarakat bersedia mendengarkan dan memahami pesanpesan yang disampaikan serta akan berperan serta dalam tindakan nyata. Ada perbedaan antara kondisi normal dengan kondisi KLB dalam pengembangan sebuah program promosi kesehatan. Jadi perlu ada program promosi kesehatan yang diperuntukkan khusus pada kondisi KLB. 1. Tujuan umum C. Tujuan Penelitian Menggali informasi-informasi pada sisi penyedia layanan (dinas kesehatan dan puskesmas) dan yang dilayani (masyarakat) mengenai penyakit hepatitis A dan cara penularannya saat KLB untuk : a. Mengetahui kesenjangan yang terjadi dalam hal intervensi yang diberikan oleh dinas layanan kepada masyarakat yang diintervensi, b. Memberikan rekomendasi pengembangan program promosi kesehatan pada kondisi KLB, serta 6
7 c. Memberikan rekomendasi pengembangan strategi komunikasi dan informasi yang tepat melalui pemilihan media yang sesuai dengan kondisi masyarakat di Kabupaten Kulon Progo. 2. Tujuan khusus a. Melakukan needs assessment pada masyarakat Desa Jatisarono, Kecamatan Nanggulan, Kabupaten Kulon Progo, mengenai : 1) hal-hal yang dibutuhkan agar masyarakat menjadi paham mengenai penyakit hepatitis A dan cara penularannya; 2) media yang dirasakan sesuai untuk masyarakat mengenai penyakit hepatitis A dan cara penularannya; 3) potensi-potensi di sekitar masyarakat yang dapat dipergunakan untuk mencegah dan menanggulangi penyakit hepatitis A, dan 4) programprogram kesehatan yang pernah diterima dari Puskesmas maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. b. Melakukan needs assessment pada Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo untuk mengetahui : 1) program-program pencegahan dan penanggulangan penyakit hepatitis A yang sudah pernah dilakukan dan dampaknya; 2) menggali potensi yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dalam pengembangan program ke depan; dan 3) menggali harapan-harapan mereka ke depan. c. Melakukan needs assessment pada Puskesmas Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo untuk mengetahui : 1) program-program pencegahan dan penanggulangan penyakit hepatitis A yang sudah pernah dilakukan dan dampaknya; 2) menggali potensi yang dimiliki Puskesmas Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo dalam pengembangan program ke depan; dan 3) menggali harapan-harapan mereka ke depan. 7
8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi Dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan program promosi kesehatan pada kondisi kejadian luar biasa. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo dan Puskesmas Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Memberikan referensi dalam mengembangkan program promosi kesehatan pada kondisi KLB. 3. Bagi masyarakat Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo Masyarakat dapat memperoleh intervensi yang sesuai dengan kebutuhan yang benar-benar dirasakan oleh masyarakat setempat, sehingga persoalan kesehatan yang ada di sekitar mereka bisa tertangani secara tuntas. 4. Bagi peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu-ilmunya yang selama ini diperoleh di perkuliahan pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Peneliti akan mendapatkan manfaat pada saat mengaplikasikan teori-teori yang ada, melalui modifikasi dan inovasi yang mungkin bisa dilakukan. E. Keaslian Penelitian Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan KLB, penyakit hepatitis A dan upaya pendidikan kesehatan pada saat KLB, namunbelum ada yang mengkaji secara khusus mengenaineeds assessment dalam pengembangan program promosi kesehatan pada kondisi KLB, antara lain : 1. Penelitian tentang wabah hepatitis A dari makanan pernah dilakukan di Austria. Penelitian tersebut dilakukan oleh Schmid et al. (2008). Kasus wabah tersebut menyerang 21 penduduk di wilayah perkotaan di Austria. Hasil investigasi wabah menyimpulkan bahwa sumber wabah terjadi karena adanya seorang petugas penjamah makanan di sebuah supermarket yang telah terinfeksi HAV (hepatitis A virus) dan petugas tersebut tidak melakukan kebersihan diri (cuci tangan dengan sabun). Penelitian dilakukan dengan cara case series investigation. Terdapat perbedaan yang mendasar dari penelitian 8
9 tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini. Penelitian yang dilakukan di Austria tersebut merupakan penelitian kuantitatif dan bertujuan untuk mengetahui sumber wabah HAV yang terjadi pada periode wabah tersebut, sedangkan penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan dasar pengembangan program promosi kesehatan pada kondisi KLB. 2. Penelitian mengenai wabah hepatitis A pernah dilakukan di Denmark periode Agustus 2002 hingga Februari 2003 oleh Gervelmeyer et al. (2006). Penelitian tersebut merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian studi retrospective case-control yang bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor risiko infeksi HAV pada rumah tangga di periode terjadinya wabah. Dengan demikian, penelitian tersebut jelas berbeda dengan penelitian ini, baik dari jenis penelitian, lokasi penelitian hingga pada tujuan penelitiannya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Oladele, et al. (2012) di Nigeria Utara mengkaji para pekerja kesehatan pada saat tanggap darurat KLB kolera tahun Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pelatihan-pelatihan yang ada kurang memadai, kualitas pekerja kesehatan masih rendah serta pasokan peralatan tanggap darurat terbatas. Temuan-temuan tersebut menunjukkan gap antara penyedia layanan dengan masyarakat. Penelitian yang dilakukan ini juga menggali gap antara penyedia layanan dan yang dilayani. Namun, dari metodologi penelitian, lokasi serta jenis penyakitnya berbeda. 4. Penelitian yang terkait dengan KLB juga dilakukan oleh Wuryanto (2009) dari Universitas Diponegoro, Semarang. Penelitian yang dilakukan mengkaji aspek sosial dan lingkungan pada KLB chikungunya di Kelurahan Bulusan Kecamatan Tembalang, Semarang. Persamaan penelitianadalah pada aspek kajian yang dilakukan, yaitu sosial dan lingkungan. Namun, metode penelitian yang digunakan berbeda. Penelitian tersebut merupakan kajian cross sectional dengan metode kualitatif dan kuantitatif. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa pengetahuan masyarakat mengenai penyakit chikungunya masih kurang, misalnya perilaku masyarakat dalam membersihkan sarang nyamuk masih belum memadai, dan masih ditemui rimbunnya vegetasi di sekitar 9
10 pemukiman yang sesuai untuk berkembangbiaknya nyamuk sebagai vektor chikungunya. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan ini adalah masih ada beberapa faktor yang akan dikaji, selain faktor sosial dan lingkungan. 10
Penanggulangan Penyakit Menular
Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dilakukan melalui upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan. Upaya pencegahan dilakukan untuk memutus mata rantai penularan, perlindungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat yang cenderung semakin luas penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya arus transportasi dan kepadatan penduduk adalah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merebaknya kasus flu burung di dunia khususnya Indonesia beberapa tahun terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) Paru merupakan salah satu jenis penyakit generatif yang telah berjangkit dalam periode waktu lama di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yang menyerang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Eliminasi Malaria di Daerah; BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 67 TAHUN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN UKDW. kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti ini masih menjadi
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT DI PROVINSI
Lebih terperinciBAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang
BAB. I Pendahuluan A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) diketahui sebagai penyakit arboviral (ditularkan melalui nyamuk) paling banyak ditemukan di negara-negara tropis dan subtropis. World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian bencana, baik bencana alam maupun bencana akibat ulah manusia menjadi salah satu perhatian penting dalam dunia kemanusiaan karena dapat terjadi di setiap
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG ELIMINASI MALARIA DI KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa malaria merupakan penyakit
Lebih terperinci2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.438, 2017 KEMENKES. Penanggulangan Cacingan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN CACINGAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
157 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang dilakukan, maka penulis dalam tahapan ini akan memaparkan beberapa kesimpulan berdasarkan rumusan masalah yang
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 45 TAHUN 2017 TENTANG SURVEILANS BERBASIS SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) termasuk salah satu penyakit yang tersebar di kawasan Asia Tenggara dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti
PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang tertular melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dengan ciri demam tinggi mendadak disertai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Aedes,misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Penyakit DBD dapat
129 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama jumlah penderita DBD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia yang jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
Lebih terperinciVII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN
VII. PERUMUSAN STRATEGI DAN PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI DESA JEBED SELATAN Program Promosi Kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penanggulangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Virus avian influenza tipe H5N1 yang dikenal dengan Flu Burung adalah suatu virus yang umumnya menyerang bangsa unggas yang dapat menyebabkan kematian pada manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropik di seluruh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan bahkan di Asia Tenggara. World Health Organization (WHO) menyatakan
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh AGUS SAMSUDRAJAT J
SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERAN SERTA KADER KESEHATAN DAN PEMERINTAH DESA DENGAN UPAYA PENANGGULANGAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI DESA KETITANG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009 Skripsi
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI DESA MANCASAN WILAYAH PUSKESMAS BAKI I SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciPROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU
PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU Anik Lestari, dr. M Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS Solo Pokok-pokok bahasan dalam perkuliahan Pengertian promosi kesehatan, pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita merupakan kelompok umur yang rentan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi seperti diare. Diare adalah suatu kondisi buang air besar dengan konsistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan syaraf pusat hewan berdarah panas disebabkan oleh virus dan dapat menular pada manusia. Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.
BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk keperedaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus aedes
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1991 (KESEHATAN. Wabah. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447) PERATURAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Chikungunya berasal dari bahasa Shawill berdasarkan gejala pada penderita, yang berarti (posisi tubuh) meliuk atau melengkung mengacu pada postur penderita yang membungkuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris di
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penanggulangan wabah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah di negara yang berada di wilayah tropis maupun sub tropis. DBD termasuk dalam penyakit menular yang disebabkan karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perancangan sistem..., Septiawati, FKM UI, Univerasitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk peningkatan kualitas
Lebih terperinciPENDAHULUAN. suatu bentuk kesadaran yang diikuti dengan kegiatan gotong royong untuk
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Skripsi ini menganalisis tentang peran modal sosial dalam upaya pemberantasan wabah demam berdarah di Kelurahan Siaga Sorosutan, Umbulharjo. Artinya sejauh mana kontribusi/peran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang memungkinkan orang untuk meningkatkan kendali (control) atas kesehatannya, dan meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan berubahnya karakteristik seseorang dari kerusakan fungsi perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma dihubungkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar paling cepat yang disebabkan oleh virus nyamuk. Dalam 50 tahun terakhir, insiden telah meningkat 30 kali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah World Health Organization (WHO) memperkirakan penduduk yang terkena DBD telah meningkat selama 50 tahun terakhir. Insiden DBD terjadi baik di daerah tropik
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakit menular yang jumlah kasusnya dilaporkan cenderung meningkat dan semakin
Lebih terperinciPERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI
PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO
Lebih terperinciKEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.
No.1258, 2014 KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PELIBATAN SATUAN KESEHATAN KEMENTERIAN PERTAHANAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-I
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah satu penyakit parasitik tertua di dunia. Penyakit menular ini bersifat menahun yang disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
Lebih terperinci2018, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamba
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2018 KEMHAN. Penanggulangan Wabah Penyakit Menular. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit cacar ular telah terjadi dari waktu ke waktu selama ribuan tahun, penyakit cacar muncul disebabkan oleh virus cacar yang muncul dalam populasi manusia
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan Kota Bandung termasuk salah satu bagian lembaga pemerintahan karena institusi tersebut di bawah Pemda Kota Bandung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Denge (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai pembawa virus. Penyakit ini dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini
12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun diseluruh dunia, ratusan ibu, anak anak dan dewasa meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini dikarenakan kurangnya informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, setiap tahun virus dengue menginfeksi kurang lebih 50-100 juta orang saat ini diseluruh dunia. Serta diperkirakan sekitar 500.000 orang dengan penyakit
Lebih terperinciBAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN
157 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) dengan metode COMBI di laksanakan untuk pertama kalinya di Kota Pekanbaru dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kementerian Kesehatan RI (2010), program pencegahan dan pemberantasan DBD telah berlangsung lebih kurang 43 tahun dan berhasil menurunkan angka kematian dari
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini merupakan kesimpulan yang menjabarkan pernyataan singkat hasil temuan penelitian yang menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Kesimpulan penelitian akan dimulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bupati dalam melaksanakan kewenangan otonomi. Dengan itu DKK. Sukoharjo menetapkan visi Masyarakat Sukoharjo Sehat Mandiri dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) sebagai organisasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sebagai unsur pelaksana pemerintah daerah dalam bidang kesehatan. Tugas
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL A. Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Jalan Lingkar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Avian Influenza (AI) atau flu burung atau sampar unggas merupakan penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe H5N1 dari family Orthomyxoviridae.
Lebih terperinci5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu)
5. TINGKAT PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PEMBERANTASAN PENYAKIT DBD (Studi Kasus Kabupaten Indramayu) 5.1. PENDAHULUAN Sebagian besar perkotaan di Indonesia merupakan wilayah endemik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs)
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan berkelanjutan 2030/Suistainable Development Goals (SDGs) poin ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi semua
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. iklim tropis ini hanya memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan juga musim kemarau. Disaat pergantian
Lebih terperinciWALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT
Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis. Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah terinfeksi salah satu dari empat subtipe virus dengue (Sulehri, et al.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan kumpulan pohon pohon atau tumbuhan berkayu yang menempati suatu wilayah yang luas dan mampu menciptakan iklim yang berbeda dengan luarnya sehingga
Lebih terperinciSurveilans Berbasis Masyarakat Surveilans berbasis masyarakat merupakan upaya kesehatan untuk melakakun penemuan kasus/masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat yang kemudian diupayakan pemecahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya wabah demam dengue di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama hampir dua abad, penyakit Demam Berdarah Dengue dianggap sebagai penyakit penyesuaian diri seseorang terhadap iklim tropis. Pandangan ini berubah sejak timbulnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi di masyarakat dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di seluruh Indonesia, serta sering menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Penyakit ini banyak menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dengan kasus 58 orang anak, 24 diantaranya meninggal dengan Case Fatality Rate (CFR) = 41,3%. Sejak itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH STUDI ini secara garis besar memotret implementasi program LSM H2O (Human Health Organization) dalam penanggulangan HIV/AIDS di Kota Medan. Dengan mengambil
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG. ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
.' /9(. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 154 TAHUN 2010 TENTANG ELiMINASI MALARIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTAJAKARTA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbahaya ini cenderung menurun bersamaan dengan terus membaiknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia dari waktu ke waktu terus bertambah, namun demikian jumlah korban jiwa akibat serangan penyakit berbahaya ini cenderung
Lebih terperinciOVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN
OVERVIEW KLB KERACUNAN PANGAN Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan Pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia merupakan salah satu penyakit yang endemis, hingga sekarang angka kesakitan DBD cenderung meningkat dan angka Kejadian Luar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia, terutama pada anak-anak, di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju. WHO (2000) memperkirakan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama bertahun-tahun penyakit Demam Berdarah Dengue telah menjadi masalah yang serius di negara-negara beriklim tropis termasuk di Indonesia. Seluruh wilayah di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini merupakan penyebab kematian ke dua setelah HIV. [1]
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan paru,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tergantung pada potensi biologinya. Tingkat tercapainya potensi biologi seorang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu fase tumbuh kembang yang dinamis dalam kehidupan seorang individu. Masa ini merupakan periode transisi dari masa kanakkanak ke masa dewasa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/423/2017 TENTANG TIM TEKNIS ADAPTASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4 dan yang terbaru adalah Den-5.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes spp. betina yang membawa virus dengue yang termasuk dalam golongan Flavivirus.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes aegypti yang mengakibatkan banyaknya jumlah penderita demam berdarah dengue setiap tahunnya.
Lebih terperinciHIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan. informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah
1 Sebanyak 3 orang mengatakan selalu memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, 4 orang mengatakan kadang-kadang memberikan informasi HIV/AIDS dan PMTCT, dan 1 orang mengatakan tidak pernah memberikan informasi
Lebih terperinci