HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Oleh : Wirawati Nirwani FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

2 CORRELATION OF USING COSMETICS AND LEVEL OF SEVERITY OF ACNE VULGARIS IN TEENAGE WOMEN IN SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI To fulfil some requirements to achieve a degree of bachelor of medicine Study Program of Medical Education By : Wirawati Nirwani FACULTY OF MEDICINE UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

3

4 HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA INTISARI Wirawati Nirwani 1, Rosmelia 2, Betty Ekawati Suryaningsih 3 Latar Belakang: Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronis folikel pilosebasea yang umum terjadi pada usia tahun. Pada tahun 2007 terdapat sekitar 80% remaja penderita akne vulgaris di Indonesia. Salah satu faktor penyebab akne adalah penggunaan kosmetik. Dampak yang ditimbulkan oleh akne vulgaris tidak hanya pada permasalahan fisik saja, akan tetapi akan berdampak pada kualitas hidup seseorang dan kesehatan psikis pada remaja Tujuan: Untuk mengetahui hubungan penggunaan kosmetik dengan tingkat keparahanakne vulgaris pada remaja wanita di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Pemilihan sampel dengan metode stratifikasi. Uji analisis yang digunakan adalah uji chi-square. Hasil Penelitian: Dari uji chi-square tidak terdapat hubungan yang bermakna antara frekuensi pembersihan wajah (p=0,842), pelembab wajah (p=0,351), pelindung wajah (p=0,583) dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis pembersih berupa sabun dengan scrub (p=0,017) dan penggunaan bedak padat (p=0,007) dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara penggunaan kosmetik (frekuensi pembersihan wajah, pelembab wajah, dan pelindung wajah) dengan tingkat keparahan akne vulgaris. Terdapat hubungan antara penggunan kosmetik (jenis pembersih berupa sabun dengan scrub dan penggunaan bedak padat) dengan tingkat keparahan akne vulgaris para remaja wanita di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Kata Kunci: Kosmetik, tingkat keparahan akne vulgaris, remaja wanita. 4

5 Correlation of Using Cosmetics And Level of Severity of Acne Vulgaris In Teenage Women In SMA N 2 Sleman, Yogyakarta Abstract Wirawati Nirwani 1, Rosmelia 2, Betty Ekawati Suryaningsih 3 Background : Acne vulgaris is a chronic inflammatory disease of pilosebaceous follicle which commonly affect in years old. In 2007, there was 80% teenage with acne vulgaris in Indonesia. One of the causes of acne is by the using cosmetics. An impact caused by acne vulgaris is not only about physical problem, but also about quality of life and psychological health in teenagers. Objective : To find out the Correlation of Using Cosmetics and Level of Severity of Acne Vulgaris in Teenage women In SMA N 2 Sleman, Yogyakarta. Methods : This study is a analytical study with cross sectional approach. The sampling method is stratification method. Analytical test used in this study is Chisquare test. Results: Chi-square test shows there is no significant correlation between frequence of facial cleansing (p=0.842), face moisturizer (p=0.351), face protector (0,583) with level of severity of acne vugaris in teenage woman. There is significant correlation between type of cleanser such as soap with scrub (p=0.017) and face compact powder (0.007) with level of severity of acne vugaris in teenage woman. Conclusion : There is no correlation between using cosmetics (frequence of facial cleansing, moisturizer, and face protector) with the level of severity of acne vulgaris. There is correlation between using cosmetics (type of face cleanser such as soap with scrub and face compact powder) with the level of severity of acne vulgaris in teenage women in SMA N 2 Sleman, Yogyakarta. Keywords : Cosmetics, level ofseverity of acne vulgaris, teenage women. 1 The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 2 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 5 3 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta

6 PENDAHULUAN Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronis dari folikel polisebasea 1. Usia remaja dan dewasa muda, mulai dari 15 sampai 40 tahun ialah usia yang rentan terkena akne vulgaris 2. Pada umumnya insiden akne terjadi pada usia tahun pada wanita dan tahun pada laki-laki, dengan lesi predominan adalah komedo dan papul 3,4. Dalam suatu penelitian telah disebutkan bahwa terdapat 60% penderita akne vulgaris di tahun 2006 dan pada tahun 2007 terdapat sekiranya 80% di Indonesia 5. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya akne vulgaris, seperti genetik, ras, usia, stress psikis, makanan, iklim, higienitas, penggunaan kosmetik, kejiwaan, atau kelelahan 3. Dampak yang ditimbulkan oleh akne vulgaris tidak hanya pada permasalahan fisik saja, akan tetapi akan berdampak pada kualitas hidup seseorang. Remaja yang lebih sering mengalami akne vulgaris akan mengalami penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup yang terganggu adalah mengenai kepercayaan diri, body image, dan hubungan sosial dengan orang di lingkungannya 6. Pada sebuah penelitian dengan partisipan karyawan, murid sekolah, dan pekerja paruh waktu, sebanyak 12,3% memilih untuk melewatkan pekerjaan atau sekolah mereka karena jerawat. Sebanyak 43,4% mengalami kesulitan dalam konsentrasi ditempat kerja atau sekolah dan 28,7% melaporkan bahwa jerawat telah mengganggu pekerjaan dan sekolah mereka 2. Penurunan kualitas hidup dan 6

7 kesehatan psikis pada remaja berupa rasa malu dan penurunan harga diri sebanyak 46,8% diantaranya untuk akne ringan 39,8%, akne sedang 64,6% dan akne berat 89,3% 6. kedokteran di salah satu wilayah di Indonesia menunjukkan hasil bahwa sebanyak 69,4% orang menggunakan kosmetik pelembab dan 58,8% menggunakan bedak secara rutin 8. Jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa yang sebagian besar berada pada usia produktif. Hal ini menjadi pasar yang menjanjikan bagi industri kosmetik. Penjualan kosmetik pada tahun 2012 mengalami peningkatan penjualan sebesar 14% atau dari Rp 8,5 triliun menjadi Rp 9,76 triliun. Lebih lanjut lagi di tahun 2015 terjadi dugaan peningkatan penjualan kosmetik sebesar 15% dari Rp 9,76 triliun 7. Penggunaan kosmetik sudah menjadi hal yang lazim di masyarakat Indonesia, baik laki-laki ataupun perempuan. Sebuah penelitian mengenai angka penggunaan kosmetik pada mahasiswa fakultas Bahan yang terkandung dalam kosmetik minim akan bahanbahan alami, namun kaya dengan bahan sintetik 8. Kosmetika dapat menyebabkan akne jika mengandung bahan-bahan komedogenik. Jika bahan yang bersifat komedogenik tersebut terakumulasi di dalam folikel kulit maka folikel akan tersumbat sehingga akan menyebabkan munculnya akne 8. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sleman Yogyakarta. 1 The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 2 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 7 3 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta

8 Populasi dalam penelitian ini adalah remaja wanita kelas X di SMA Negeri 2 Sleman Yogyakarta. Pengambilan sampel diambil menggunakan teknik stratifikasi dengan sampel sebesar 60 remaja wanita. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu : keparahan akne vulgaris sebagai Variabel dependent (terkait), sedangkan variabel independent (bebas) adalah penggunaan kosmetik (pembersih wajah, jenis pembersih, pelembab, pelindung, bedak). Variabel perancu yang diikut sertakan untuk diteliti adalah hormonal, riwayat keluarga, diet, jenis kulit, dan psikis. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu kuesioner yang diberikan kepada subyek yang diisi oleh subyek selaku responden. Kemudian dilakukan proses pemotretan wajah responden untuk menghitung jumlah komedo, papul/pustul, dan nodul pada wajah. Selanjutnya, data yang sudah terkumpul, dicek kelengkapan datanya kemudian diberikan kode untuk dimasukkan kedalam komputer untuk dianalisis menggunakan analisis bivariat dengan chi-square. HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan pada remaja wanita dengan rentang usia tahun yang diwakili oleh siswi sekolah menengah atas. Dimana usia 14 tahun sebanyak 1 orang (2%),usia 15 tahun sebanyak 24 orang (47,1%), dan usia 16 tahun sebanyak 26 orang (51%). Distribusi responden yang menderita akne derajat ringan sebanyak 29 orang (56,9%), akne derajat sedang 22 orang (43,1%). 8

9 Tabel 1. Karakteristik Responden Variabel N (%) Usia 14 tahun 1 (2,00 %) 15 tahun 24 (47,1 %) 16 tahun 26 (51,0 %) Derajat akne Ringan 29 (56,9 %) Sedang 22 (43,1 %) Berat 0 (0,00 %) Riwayat keluarga Ya 44 (86,3 %) Tidak 7 (13,7 %) Hormonal Ya 35 (68,6 %) Tidak 16 (31,4 %) Diet (indeks glikemik tinggi) Ya 16 (31,4 %) Tidak 35 (68,6 %) Persepsi jenis kulit Berminyak 31 (60,8 %) Tidak berminyak 20 (39,2 %) Persepsi psikis Ya 30 (58,8 %) Tidak 21 (41,2 %) Sedangkan yang menderita akne derajat berat sebanyak 0 orang (0%). Responden yang mempunyai keluarga yang menderita akne adalah 9

10 44 orang (86,3%) dan yang tidak mempunyai keluarga yang menderita akne sebanyak 7 orang (13,75%). Dapat disimpulkan bahwa hampir semua responden mempunyai riwayat keluarga yang menderita akne. Responden yang menyatakan akne muncul atau bertambah banyak ketika menjelang menstruasi adalah sebanyak 35 orang (68,6%) dari 51 responden. Sementara akne yang muncul bukan karena pengaruh hormonal sebanyak 16 orang (31,4%). Responden yang menyatakan akne yang dideritanya muncul dan bertambah banyak setelah memakan makanan dengan indeks glikemik yang tinggi adalah 16 orang (31,4%), dan sebanyak 35 orang (68,6%) menyatakan akne yang diderita bukan karena pengaruh makanan yang dikonsumsinya. Dari 51 responden, yang memiliki persepsi jenis kulit berminyak sebanyak 31 orang (60,8%), sementara 20 orang (39,2%) memiliki persepsi memiliki kulit tidak berminyak. Sebanyak 30 orang (58,8%) menyatakan bahwa akne muncul atau bertambah banyak ketika sedang stres, banyak pikiran atau dalam kondisi tertekan. Sementara 21 orang (41,2%) menyatakan akne tidak muncul atau bertambah banyak ketika tidak mengalami stres. Responden yang sering membersihkan wajahnya sebanyak 49 responden (96,1%), sementara responden yang tidak sering membersihkan wajah sebanyak 2 responden (3,9%). Responden yang 10

11 Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan penggunaan kosmetik wajah Variabel n (%) Pembersih wajah Sering 49 (96,1 %) Tidak sering 2 (3,90 %) Jenis pembersih Sabun dengan scrub 36 (68,6 %) Sabun tanpa scrub 16 (31,4 %) Pelembab Sering 27 (52,9 %) Tidak sering 24 (47,1 %) Pelindung Sering 16 (31,4 %) Tidak sering 35 (68,6 %) Pemakaian bedak Padat 26 (51,0 %) Tabur 25 (49,0 %) membersihkan wajahnya dengan sabun pembersih berscrub sebanyak 35 orang (68,6%), sedangkan yang membersihkan wajah dengan sabun pembersih tanpa scrub sebanyak 16 orang (31,4%). Responden yang sering menggunakan pelembab sebanyak 27 orang (52,9%) dan yang tidak sering menggunkan pelembab sebanyak 24 orang (47,1%). Sebanyak 16 orang (31,4%) sering memakai pelindung wajah sedangkan sebanyak 35 orang (68,6%) tidak sering memakai pelindung wajah. Responden yang menggunakan bedak padat sebanyak 26 orang (51%) dan yang 11

12 menggunakan bedak tabur sebanyak 25 orang (49%). Tabel 3. Hubungan penggunaan kosmetik dengan tingkat keparahan akne vulgaris Variabel Derajat akne Nilai p PR CI Ringan n (%) Sedang n (%) Berat n (%) (95%) Pembersih wajah Sering 28 (54,9) 21 (41,2) 0 (0) 0,842 1,143 0,079- Tidak sering 1 (2) 1 (2) 0 (0) 22,571 Jenis pembersih Dengan scrub 16 (31,4) 19 (37,3) 0 (0) 0,017 0,563 0,047- Tanpa scrub 13 (25,5) 3 (5,9) 0 (0) 0,805 Pelembab Pelindung Bedak Sering 17 (33,3) 10 (19,6) 0 (0) 0,351 1,259 0,556- Tidak sering 12 (23,5) 12 (23,5) 0 (0) 5,201 Sering 10 (19,6) 6 (11,8) 0 (0) 0,583 1,151 0,418- Tidak sering 19 (37,3) 16 (31,4) 0 (0) 4,712 Padat 10 (19,6) 16 (31,4) 0 (0) 0,007 0,506 0,059- Tabur 19 (37,3) 6 (11,8) 0 (0) 0,663 Berdasarkan tabel 3, dari 51 responden yang diikutkan dalam penelitian dan dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square penggunaan jenis pembersih wajah sebesar p-value 0,017 yang berarti lebih kecil dari α-value 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa dengan tingkat kepercayaan 95% terdapat hubungan antara jenis diperoleh nilai signifikan pada pembersih dengan tingkat keparahan 12

13 akne vulgaris pada remaja wanita di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. Nilai signifikan juga ditemukan pada pemakaian bedak sebesar p-value 0,007 yang berarti lebih kecil dari α- value 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan antara pemakaian bedak dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada remaja wanita di SMA N 2 Sleman Yogyakarta. PEMBAHASAN Dari karakteristik responden terkait dengan hormonal (menjelang menstruasi) didapatkan hasil bahwa akne muncul atau bertambah banyak menjelang menstruasi sebanyak 35 responden (68,6%). Pada 60 70% wanita dengan akne menjadi lebih aktif kurang lebih satu minggu sebelum haid oleh karena hormon progesteron. Estrogen dalam kadar tertentu dapat menekan pertumbuhan akne 9. Dari responden yang memenuhi kriteria inklusi, hampir semua mempunyai keluarga yang sedang menderita akne sebanyak 44 responden (86,3%). Kemungkinan besar akne merupakan penyakit genetik dimana pada penderita terjadi peningkatan respon pilosebasea terhadap kadar normal androgen dalam darah 4. Responden yang menyatakan bahwa akne yang diderita muncul dan bertambah banyak setelah memakan makanan dengan indeks glikemik tinggi sebesar 16 responden (31,4%). Makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat merangsang tumbuhnya akne karena dapat meningkatkan kadar komposisi sebum pada folikel sebasea 9. Makanan tersebut dapat 1 The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 2 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 13 3 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta

14 mempengaruhi metabolisme tubuh sehingga mengaktifkan kelenjar polisebasea untuk menghasilkan sebum 9. Kulit yang berminyak sangat menunjang terjadinya akne 3. Dari 51 responden, 31 responden (60,8%) memiliki persepsi kulit berminyak. Kulit berminyak dan kotor oleh debu, polusi udara, maupun sel-sel kulit mati yang tidak dilepaskan dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran kelenjar sebasea dan dapat menimbulkan akne 3. Persepsi psikis berupa emosi, terutama stres sering ditemukan sebagai faktor penyebab kambuhnya akne. Sebanyak 30 responden (58,8%) menyatakan bahwa akne bertambah banyak ketika sedang stres. Adanya akne kadang menimbulkan kecemasan yang berlebihan dimana hal tersebut mendorong penderita memanipulasi aknenya secara mekanis, sehingga kerusakan dinding folikel semakin parah dan bisa menimbulkan lesi-lesi akne baru 5. Tidak didapatkan hasil signifikan pada pemakaian pembersih wajah dengan p-value 0,842. Untuk iklim tropis seperti di Indonesia frekuensi mencuci muka yang ideal adalah 3-4x sehari 10. Dengan menerapkan frekuensi mencuci wajah yang ideal akan mencegah timbulnya akne vulgaris. Tidak adanya hubungan yang bermakna sehingga bisa ditarik kesimpulan bahwa frekuensi membersihkan wajah secara ideal saja tidaklah cukup, perlu juga bagaimana meningkatkan kualitas dari cara membersihkan wajah. 14

15 Membersihkan wajah secara berlebihan dengan produk-produk seperti alcohol-based cleanser dan scrub dapat mengiritasi kulit lebih jauh dan meningkatkan trauma mekanis sehingga memperparah akne vulgaris, padahal yang diperlukan hanya membersihkan wajah dengan air dan sabun yang lembut untuk mengurangi minyak yang berlebihan dan mengangkat sel kulit mati 4. Tidak adanya hubungan yang bermakna antara pelembab wajah dengan derajat akne vulgaris dapat dikarenakan jenis pelembab yang digunakan tidak mengandung unsur minyak dan komedogenik serta bervariasinya cara dan frekuensi pemakaian pelembab. Terdapat pelembab bebas lemak (oil free cosmetics) yang merupakan campuran propilen glikol dan air sehingga diakui bersifat non acnegenic 11. Sediaan pelembab yang dapat menimbulkan akne adalah yang bersifat minyak dan komedogenik 13. Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan pada pelindung wajah dapat disebabkan karena bervariasinya alat dan bahan pelindng kulit yang digunakan baik pelindung fisik maupun kimiawi serta frekuensi penggunaannya. Pada penderita akne sebaiknya dihindari karena tabir surya yang bersifat menyumbat pori-pori dapat menambah timbulnya akne, sehingga pemilihannya harus bebas minyak dan non komedogenik. Bedak padat (compact powder) adalah jenis bedak yang sering menyebabkan akne. Pemakaian bedak dimaksudkan untuk mendapatkan covering effect pada wajah, yaitu untuk menutup 1 The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 2 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 15 3 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta

16 permukaan kulit wajah. Bedak padat mempunyai kemampuan menutupi jauh lebih baik dibandingkan bedak tabur karena memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan daya adhesi yang lebih kuat karena adanya pemakaian bedak padat berhubungan dengan tingkat keparahan akne vulgaris pada remaja wanita. SARAN Bagi responden, lebih berhati-hati dalam pemilihan zat seperti zinc strearat dan kosmetik yang digunakan untuk magnesium stearat, laurates. Bahan tersebut tidak hanya menyebabkan daya adhesi bedak ke kulit namun juga bedak ke puff. Hal ini ditambah dengan zat pengikat (yang dipakai dalam proses pembuatan bedak padat) antara lain lanolin yang bersifat aknegenik yang justru menjadi faktor penyebab terjadinya akne 12. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA N 2 Sleman Yogyakarta, didapatkan hasil bahwa pada pemakaian jenis pembersih berupa sabun dengan scrub dan menghindari efek pada kulit. Bagi peneliti, perlu penelitian lebih lanjut dengan metode penelitian selain cross sectional, jumlah sampel lebih banyak dan diagnosis langsung tingkat keparahan akne oleh dokter spesialis kulit. Selain itu perlu dilakukan penelitian mengenai faktor resiko dan juga pengukuran secara lebih spesifik pada setiap faktor yang mempengaruhi akne vulgaris. DAFTAR PUSTAKA 1. Zaenglein, A.L., Graber, E.M., Thiboutot, D.M., Strauss, J.S., Acne Vulgaris and Acneiform 16

17 Eruptions. In:Wolff, K., Diponegoro dan Ikatan Goldsmith, L.A., Katz, S.I., Dokter Indonesia Wilayah Gilchrest, B.A., Paller, A.S., Leffell, D.J. eds Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine 7th ed. New York: Mc Graw Hill, Tanghetti EA, Kawata AK, Daniels SR, Yeomans K, Burk CT, Callender VD., Understanding The Burden of Adult Female Acne. J Clin Aesthet Dermatol, 7(2): Djuanda A, Hamzah M, Aisah S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI, Tjekyan, R.M.S., 2009, Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. Media Medika Indonesiana: Fakultas Jawa Tengah, Volum 43, Kabau S Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Akne Vulgaris. Jurnal Media Medika Muda. 43: Tasoula E, Chalikias J, Danopoulou I, Rigopoulos D, Gregoriou S, Lazarou D, Katsambas A.,2012. The Impact of Acne Vulgaris on Quality of Life and Physic Health in Young Adolescents in Greece: Results of a Population Survey. An Bras Dermatol, 87(6): Kemenperin RI, l/5897/indonesia-lahan- Kedokteran Universitas Subur-Industri-Kosmetik. 1 The student of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 2 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta 17 3 Teaching staff of Medical Faculty, Universitas Islam Yogyakarta

18 [Diakses pada tanggal 14 Mei 2015] 8. Kusuma GFP Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesi, Rahmawati, D., 2012, Prevalensi Penggunaan Hubungan Perawatan Kulit Kosmetik Pelembab dan Bedak pada Mahasiswi Wajah Dengan Timbulnya Akne Vulgaris. [Skripsi]. Program Studi Pendidikan Semarang: Universitas Dokter Universitas Udayana yang Menderita Acne Vulgaris Tahun Diponegoro. 13. Tranggono, R.I.S., 2014, Buku Pegangan Dasar [Skripsi] Kedokteran, Udayana. Fakultas Universitas Kosmetologi, Sagung Set, Siregar RS Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC, Draelos JD., Dalam Cosmecenticals Procedures in Cosmetic Dermatology. Edisi ke-1. Elsvier Inc Wasitaatmadja, S.M., Dermatologi Klinik Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Badan 18

THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract

THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K. N. Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS Pada siswi SMA/MA/SMK yang menderita akne vulgaris JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika

Lebih terperinci

PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diasusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher serta badan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di SMA N 4 Purworejo dengan mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun (Siefan, 2008). Dalam proses mencapai dewasa, anak harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik diproduksi agar wanita bisa tampil cantik dan percaya diri. Seiring dengan perkembangan jaman, modernisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfi, yang terdiri atas wujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi BAB V HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016 terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan menyebarkan kuesioner terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Lebih terperinci

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh : NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM 070100232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).

Lebih terperinci

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung Regina Emmanuela Gusti Pratiwi, 2016 Pembimbing I : dr. Dani M.kes Pembimbing II : dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering dikeluhkan oleh banyak orang terutama remaja. Timbulnya akne vulgaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Kejadian Jerawat Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan tabel 4.1 mengenai distribusi responden berdasarkan kejadian jerawat, terdapat 25 orang (39.1%)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE ABSTRAK KARTIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program

Lebih terperinci

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

MEDIA MEDIKA INDONESIANA Kejadian dan Faktor Resiko M Akne Med Vulgaris Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah R.M. Suryadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis

Lebih terperinci

PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS

PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS TAHUN 2014 Gede Febby Pratama Kusuma 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea (Zaenglein dkk., 2008). Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA PRIA DEWASA DAN WANITA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD PASAR REBO

ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA PRIA DEWASA DAN WANITA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD PASAR REBO ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA PRIA DEWASA DAN WANITA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD PASAR REBO Yoanita Hijriyati *, Yayah Rokayah **, Aliana Dewi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit pilosebaseus dan sering dijumpai pada usia remaja (Zaenglein dkk,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa dalam kehidupan mereka. Meskipun penyakit ini tidak mengganggu kesehatan

Lebih terperinci

Volume 4, Nomor 3, Agustus 2015 Online : Inggrid Camelia, Prasetyowati Subchan, Aryoko Widodo

Volume 4, Nomor 3, Agustus 2015 Online :  Inggrid Camelia, Prasetyowati Subchan, Aryoko Widodo PENGARUH PEMAKAIAN PELEMBAB YANG SALAH TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS BERAT PADA MAHASISWI Studi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Inggrid Camelia 1, Prasetyowati Subchan 2, Aryoko

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007-2009 Oleh: NITYA PERUMAL NIM: 070100473 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dita Mayasari G0012063 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan menentukan hubungan stres terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista di area

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Permasalahan kulit pada wajah merupakan hal yang menjadi perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut jerawat merupakan permasalahan

Lebih terperinci

Hubungan Pemakaian BB Cream terhadap Keparahan Klinis Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Hubungan Pemakaian BB Cream terhadap Keparahan Klinis Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Hubungan Pemakaian BB Cream terhadap Keparahan Klinis Akne Vulgaris pada Mahasiswi Angkatan 2013 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Restyana Noor Fatimah 1, M. Ricky Ramadhian 2, Agustyas Tjiptaningrum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA JERAWAT (AKNE VULGARIS) DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA JERAWAT (AKNE VULGARIS) DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA Jurnal Sekolah Keperawatan Tinggi Ilmu Volume Kesehatan 9 No Kendal 1, Hal 1-5, Maret 2017 ISSN : Cetak 2085-1049 Online 2549-8118 HUBUNGAN ANTARA JERAWAT (AKNE VULGARIS) DENGAN CITRA DIRI PADA REMAJA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JENIS KOSMETIK DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JENIS KOSMETIK DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JENIS KOSMETIK DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum SEHAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat inflamasi kronik pada folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan

Lebih terperinci

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry

Lebih terperinci

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA DI SMAN 2 SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA DI SMAN 2 SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA DI SMAN 2 SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ARIFAH QUDSIYAH G0013036 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D. dkk, Hubungan antara Status Gizi dan Siklus Menstruasi... 99 HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI Devillya Puspita D, Selty Tingubun Universitas Respati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALYSSA AMALIA G0013021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ruang lingkup disiplin ilmu kesehatan kulit. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat penelitian : Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmaja, 2015). Akne

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENDERITA JERAWAT UNTUK MELAKUKAN HIGIENE KULIT DI POLI KULIT DAN KELAMIN RS SINT CAROLUS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENDERITA JERAWAT UNTUK MELAKUKAN HIGIENE KULIT DI POLI KULIT DAN KELAMIN RS SINT CAROLUS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PENDERITA JERAWAT UNTUK MELAKUKAN HIGIENE KULIT DI POLI KULIT DAN KELAMIN RS SINT CAROLUS JAKARTA PUSAT 2007 Cornelia Dede Yoshima Nekada INTISARI Latar

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan

Lebih terperinci

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018 HUBUNGAN TINGKAT DEMENSIA DENGAN KONSEP DIRI PADA LANJUT USIA DI BPLU SENJA CERAH PROVINSI SULAWESI UTARA Meiske Gusa Hendro Bidjuni Ferdinand Wowiling Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Oleh : Nama : Nick Alexander NRP : 1523012008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat.

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat. Written by DR. Santi Hoesodo Merah dan ranum! Kalau untuk buah-buahan sih ok saja. Tapi untuk keadaan berjerawat. Aduh...siapa juga yang mau. Penulis ingat semasa SMA kalau ada teman yang berjerawat besar

Lebih terperinci

Level Of Stress Compared with The Severity of Acne Vulgaris in Medical Student At Faculty Of Medicine Lampung University Periode

Level Of Stress Compared with The Severity of Acne Vulgaris in Medical Student At Faculty Of Medicine Lampung University Periode Pengaruh Tingkat Stres dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Angkatan 2012-2013 Nur Safira Anandita 1, Hendra Tarigan Sibero 2, Tri Umiana Soleha

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO. Naskah Publikasi

HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO. Naskah Publikasi HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO Naskah Publikasi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program

Lebih terperinci

PENGARUH BB CREAM ( BLEMISH BALM CREAM ) TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWI

PENGARUH BB CREAM ( BLEMISH BALM CREAM ) TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWI PENGARUH BB CREAM ( BLEMISH BALM CREAM ) TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWI Studi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAMA KONTAK KARYAWAN BENGKEL CUCI KENDARAAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA LAMA KONTAK KARYAWAN BENGKEL CUCI KENDARAAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA LAMA KONTAK KARYAWAN BENGKEL CUCI KENDARAAN DENGAN KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA DI KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Jurnal ISSN Farmasetis : Cetak 2252-9721 Volume 2 No 1, Hal 13-18, Mei 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA Itsna Diah Kusumaningrum

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 i HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 OLEH: RANI LESTARI B. 110100128 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA 18 25 TAHUN Latar Belakang. Bentuk gigi merupakan hal yang esensial untuk estetika. Sisi estetik

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MONA SINTYA FRANSISCA MANURUNG NIM: 090100157 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa dimana seseorang mengalami perubahan sangat cepat. Perubahan dari bentuk tubuh kanak-kanak pada umumnya ke arah bentuk tubuh orang

Lebih terperinci

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S HUBUNGAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI (MASKER) DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA PADA PEKERJA INDUSTRI BATIK TRADISIONAL DI KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : 08.0285.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Correlation Of Energy Consumption Level, Protein and Food Consumerism With Nutritional Status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014

Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Muhammad Alif Hilmi*, Carla Raymondalexas Marchira**, Budi Pratiti**. *Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN RIWAYAT ATOPIK ORANG TUA DAN KEJADIAN ASMA PADA ANAK USIA 13-14 TAHUN DI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang

Lebih terperinci

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients

Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik. Factors that Influence The Level of Quality of Life Atopic Dermatitis Patients Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Dermatitis Atopik Retno Indrastiti 1, Ika Dyah Kurniati 1, Eka Oktaviani Saputri 1 *Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur)

Abstract. Healthy Tadulako Journal 11. Hubungan antara pendampingan persalinan...( Abd. Halim, Fajar, Nur) Hubungan antara pendampingan..( Abd. Halim, Fajar, Nur) HUBUNGAN ANTARA PENDAMPING PERSALINAN, UMUR DAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL MENJELANG PERSALINAN DI KLINIK KESEHATAN IBU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang

BAB I PENDAHULUAN. dan papula yang erimatus, serta pada kasus yang berat dapat disertai pustul yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) merupakan kelainan kulit kronik pada unit pilosebasea yang ditandai dengan seborrhea, formasi komedo terbuka dan tertutup, pustula dan papula yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AJENG APSARI UTAMI G0013013 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alat kontrasepsi hormonal merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon estrogen dan progesteron yang dapat mencegah ovulasi dan kehamilan. Alat kontrasepsi non

Lebih terperinci

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO

JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO PENGARUH PENAMBAHAN BEDAK PADAT TERHADAP JUMLAH LESI AKNE VULGARIS (PENELITIAN KLINIS PADA MAHASISWI PENDERITA AKNE VULGARIS YANG DIBERI TERAPI STANDAR TRETINOIN 0,025% + TSF 15) Olivia Jovina Priyanto

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KETIDAKTERATURAN SIKLUS HAID PADA MAHASISWI PRODI D III KEBIDANAN TINGKAT II STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN Nur Aini Rahmawati 1), Siti Komariyatun 2) Abstrak : Haid adalah perdarahan

Lebih terperinci

R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva Karmila Jusuf 2. Profil Penderita Akne Vulgaris

R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva Karmila Jusuf 2. Profil Penderita Akne Vulgaris Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Acne Vulgaris Patient Profiles of Shafiyyatul Amaliyyah Medan High School Students R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva

Lebih terperinci

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN SISWI DENGAN KESIAPAN SISWI DALAM MENGHADAPI MENSTRUASI DI MI SANGGRONG TEGALREJO PURWANTORO WONOGIRI Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI Sarah Damayanti R.P. Marbun 1, Titis Hadiati 2, Widodo Sarjana 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

VISI (2015) 23 (3)

VISI (2015) 23 (3) GAMBARAN TINGKAT STRES PENDERITA LIKEN SIMPLEKS KRONIK DI BEBERAPA KLINIK DOKTER SPESIALIS KULIT DAN KELAMIN DI KOTA MEDAN PADA BULAN FEBRUARI-MARET TAHUN 2015 Rudyn Reymond Panjaitan ABSTRACT This study

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 III. METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja. 1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,

Lebih terperinci