BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. Dinas Dikpora Kota Surakarta terletak di Jl. Panjaitan, Banjarsari, Solo.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. Dinas Dikpora Kota Surakarta terletak di Jl. Panjaitan, Banjarsari, Solo."

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id 42 BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga atau lebih dikenal dengan Dinas Dikpora Kota Surakarta terletak di Jl. Panjaitan, Banjarsari, Solo. Dalam menjalankan tugasnya Dinas Dikpora dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas Dikpora mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan, pemuda, dan olah raga. Untuk melaksanakan tugas pokok Dinas Dikpora menyelenggarakan fungsi : 1. Penyelenggaraan kesekretariatan dinas; 2. Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan; 3. Penyelenggaraan pembinaan teknis pendidikan dasar dan anak usia dini; 4. Penyelenggaraan dan pembinaan teknis pendidikan menengah, non formal, kepemudaan dan olah raga; 5. Pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan; 6. Penyelenggaraan sosialisasi; 7. Pembinaan jabatan fungsional; 8. Pengelolaan UPTD. Keberadaan Dinas Dikpora sesuai dengan visinya yaitu Terwujudnya insan yang cerdas, berkarakter, dan kompetitif. Sebagai 42

2 digilib.uns.ac.id 43 penjabaran dari visi tersebut di atas, dirumuskan misi-misi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta yakni sebagai berikut : 1. Mewujudkan insan yang professional, terampil, dan bugar 2. Mewujudkan akses pendidikan yang terjangkau 3. Mengembangkan pendidikan seni dan budaya daerah 4. Menyelenggarakan pendidikan berkarakter. 5. Membentuk kepribadian yang religius, berkompetensi ilmu pengetahuan dan kecakapan hidup. 6. Mewujudkan pencitraan publik yang kredibel dan akuntabel dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan. 7. Menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, relevan, dan berdaya saing 8. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan 9. Memassalkan olah raga, mengintensifkan pembibitan dan pembinaan olahragawan berprestasi. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi, Dinas Dikpora Kota Surakarta memiliki perangkat organisasi yang tercantum dalam struktur organisasi dengan susunan organisasi sebagai berikut : 1. Kepala Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendidikan, kepemudaan, dan olah raga. 2. Sekretariat, membawahkan : a. Subbagian Perencanaan, Evaluasi, dan Pelaporan; b. Subbagian Keuangan;

3 digilib.uns.ac.id 44 c. Subbagian Umum dan Kepegawaian. Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris yang mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan adminstrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi dan pelaporan, keuangan, umum, dan kepegawaian sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. 3. Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini, membawahkan: a. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini; b. Seksi Sarana Prasarana Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini. Kepala Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Dasar dan Anak Usia Dini mempunyai tugas penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kurikulum pendidikan dasar sekolah dasar dan anak usia dini, pengendalian mutu pendidikan dasar sekolah dasar dan anak usia dini, dan sarana prasarana pendidikam sekolah dasar dan anak usia dini. c. Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama, membawahkan: d. Seksi Kurikulum Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama; e. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama

4 digilib.uns.ac.id 45 Kepala Bidang Pendidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kurikulum pendidikan dasar sekolah menengah pertama, pengendalian mutu pendidikan dasar sekolah menengah pertama dan sarana prasarana pendidikan dasar sekolah menengah pertama. 4. Bidang Pendidikan Menengah, membawahkan : a. Seksi Kurikulum Pendidikan Menengah; b. Seksi Sarana dan Prasarana Pendidikan Menengah Kepala Bidang Pendidikan Menengah mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang kurikulum pendidikan menengah, pengendalian mutu pendidikan menengah, dan sarana prasarana pendidikan dasar sekolah menengah. 5. Bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, membawahkan : a. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar Sekolah Dasar; b. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dasar Sekolah Menengah Pertama c. Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Menengah Kepala Bidang Pendidikan dan Tenaga Kependidikan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan dasar sekolah dasar, pendidik dan tenaga

5 digilib.uns.ac.id 46 kependidikan dasar sekolah menengah pertama, dan pengembangan pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah menengah. 6. Bidang Pendidikan Non Formal, membawahkan : a. Seksi Pendidikan Masyarakat; b. Seksi Kesetaraan dan Keaksaraan. Kepala Bidang Pendidikan Non Formal mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan pemberian dukungan sumber daya terhadap penyelenggaraan pendidikan non formal. 7. Bidang Pemuda, membawahkan : a. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Pemuda; b. Seksi Perlindungan Pemuda dan Pemberdayaan Lembaga Kepemudaan. Kepala Bidang Pemuda mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang pemberdayaan dan pengembangan pemuda, perlindungan pemuda dan pemberdayaan lembaga kepemudaan. 8. Bidang Olah Raga, membawahkan : a. Seksi Pemberdayaan dan Pengembangan Olah Raga; b. Seksi Pengembangan Ilmu Olah Raga dan Lembaga Keolahragaan; c. Seksi Sarana Prasarana dan Kemitraan. Kepala Bidang Olah Raga mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

6 digilib.uns.ac.id 47 pemberdayaan dan pengembangan olahraga, pengembangan ilmu olah raga dan lembaga keolahragaan, dan sarana prasarana dan kemitraan. 9. Unit Pelaksana Teknis. 10. Sekolah Menengah Kejuruan. 11. Sekolah lanjutan Tingkat Pertama dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. 12. Kelompok Jabatan Fungsional Adapun struktur organisasi dari Dinas Dikpora Kota Surakarta adalah: (Terlampir) B. Hasil Penelitian 1. Implementasi Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) Implementasi merupakan salah satu proses kebijakan publik, yaitu tahap pelaksanaan kebijakan publik yang dilakukan oleh implementer kepada kelompok sasaran untuk mewujudkan tujuan sesuai dengan apa yang menjadi sasaran kebijakan. Program BPMKS dijalankan berdasarkan Perwali No 11.A Tahun BPMKS sendiri diluncurkan untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah yang berkualitas, merata, dan terjangkau. Sasaran dari program ini adalah untuk penduduk usia sekolah dan bertempat tinggal tetap dan bersekolah di Kota Surakarta yang dinyatakan miskin berdasarkan Keputusan Walikota tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin Kota Surakarta.

7 digilib.uns.ac.id 48 Dalam implementasi program BPMKS terdapat 3 tahapan yaitu dimulai dari sosialisasi, implementasi, dan evaluasi. Untuk lebih jelasnya berikut pembahasan secara rinci mengenai tahapan dalam Program BPMKS : a. Sosialisasi Program dimulai dari pemberian wewenang walikota kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Surakarta sebagai pelaksana kebijakan. DPPKA berfungsi sebagai penyedia dana dan dikpora sebagai tangan kanan pemerintah kota dalam mengimplementasikan program BPMKS. Dinas Dikpora berkewajiban untuk melaksanakan proses sosialisasi kepada sekolah dan masyarakat. Dalam program ini sosialisasi dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sosialisasi secara langsung yaitu sosialisasi yang dilakukan dengan bertatap muka langsung antara Dikpora dengan pihak yang berkepentingan dalam implementasi program yaitu sekolah-sekolah yang kemudian sekolah meneruskan sosialisasi kepada orangtua wali sedangkan sosialisasi tidak langsung adalah sosialisasi yang menggunakan media baik media cetak maupun media elektronik. 1) Sosialisasi Langsung Sosialisasi ini dilakukan oleh Dinas Dikpora kepada sekolahsekolah dengan melakukan pertemuan dan koordinasi secara

8 digilib.uns.ac.id 49 langsung. Pertemuan dilakukan untuk memperkenalkan program kepada sekolah dan memberikan informasi bagaimana pelaksanaan program BPMKS dijalankan. Sosialisasi dilakukan Dikpora kepada kepala sekolah kemudian kepala sekolah membentuk tim pengelola dan pelaksana BPMKS di masing-masing sekolah. Informasi tersebut kemudian diteruskan kepala sekolah kepada Tim BPMKS di sekolah. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora dalam pernyataannya: Sebelum program diberlakukan kami mengadakan pertemuan dengan sekolah-sekolah melalui rapat. Kami membahas bagaimana berjalannya program yang sudah jelas sesuai dengan perwalinya. Setelahnya setiap 3 bulanan kami mengadakan rapat kepala sekolah di setiap satuan sekolah dalam waktu yang tidak bersamaan untuk membahas apa ada permasalahan dalam sekolah baik itu BPMKS ataupun masalah yang lain. (wawancara tanggal 15 Maret 2013) Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Drs. Maryanto selaku Kepala Sekolah SD 02 Mangkuyudan dalam pernyataannya: Sebelumnya kami diundang oleh Dinas untuk mengadakan pertemuan untuk membahas sosialisasi Program BPMKS. Pada saat itu kami diundang rapat untuk Kepala Sekolah dan disangoni Perwali untuk dipelajari dan untuk segera menyusun Tim BPMKS di masing-masing sekolah. (wawancara tanggal 20 Mei 2013) Hal ini juga dibenarkan oleh Ibu Anisa Bendahara BPMKS SMP Negeri 25 Surakarta dalam pernyataannya: Bapak Kepala yang menghadiri rapat tentang BPMKS setelah itu baru diadakan rapat intern sekolah untuk

9 digilib.uns.ac.id 50 menunjuk siapa yang menjadi pengurus BPMKS di sekolah. (wawancara tanggal 15 Maret 2013) Selain itu dikpora memberikan pedoman untuk melaksanakan program yaitu melalui pemberian selebaran perwali sehingga akan membantu sekolah dalam memahami program BPMKS. Setelah informasi dipahami sekolah, sekolah bertanggungjawab meneruskan informasi kepada orangtua wali. Sosialisasi kepada orangtua wali dilakukan dalam 2 bentuk yaitu secara langsung dalam rapat pertemuan walisiswa dengan komite sekolah serta pemberian informasi melalui selebaran atau surat edaran yang dibuat sekolah untuk orangtua wali. Selain itu siswa juga diberikan pengertian tentang apa itu BPMKS dan bagaimana prosedur mendapatkannya dan apa keuntungannya sehingga diharapkan siswa mampu menjelaskan juga kepada orangtua serta masyarakat di sekitarnya. 2) Sosialisasi Tidak Langsung Sosialisasi tidak langsung yaitu pemberian informasi terkait program BPMKS melalui media-media baik cetak maupun elektronik. Pemkot mengenalkan program BPMKS kepada masyarakat dimulai sebelum program BPMKS ini diluncurkan tahun Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora dalam pernyataannya: Kami berupaya mengenalkan program ke masyarakat terlebih dahulu karena menyadari program ini harus dipahami dulu commit oleh to masyarakat user yang nantinya mereka akan

10 digilib.uns.ac.id 51 mampu untuk mengakses. Banyak media yang kita gunakan. Dari penayangan di berita stasiun TV lokal. Tepatnya kapan saya lupa, tapi dulu sebelum program mulai dijalankan Bapak Kepala Dinas sudah mempublikasikannya di media-media tentang apa dan bagaimana manfaat BPMKS. (wawancara 15 Maret 2013) Pemerintah melalui media masa yaitu koran-koran sudah mulai memperkenalkan program BPMKS secara bertahap sampai sekarang BPMKS masih mendapat sorotan media sebagai bahan berita untuk memberikan informasi kepada masyarakat terkait bagaimana program diimplementasikan dan bagaimana perkembangannya agar masyarakat mengetahui dan ikut berperan dalam memantau program berjalan. Selain media cetak, media elektronik juga ikut berperan dalam sosialisasi program BPMKS, melalui acara-acara yang ditayangkan di TA TV salah satu stasiun TV di kota Surakarta serta beberapa televisi yang ikut menyiarkan berita BPMKS. Penyebaran informasi dapat pula diakses melalui internet, yaitu melalui web dikpora.go.id kita dapat mengakses beberapa informasi BPMKS. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Anisa bendahara BPMKS SMP N 25 dalam pernyataannya: Kami dapat mengakses informasi terbaru mengenai Program BPMKS melalui website Dikpora disana sudah ada informasi yang disajikan dalam bentuk umum. Apabila ada permasalahan nantinya kami menghubungi pihak Dikpora. (wawancara 15 Maret 2013) b. Pelaksanaan Program/ Implementasi Setelah sosialisasi dilaksanakan dan informasi sudah dipahami baik oleh dikpora, sekolah, commit maupun to user masyarakat, maka program bisa

11 digilib.uns.ac.id 52 memasuki tahap selanjutnya yaitu tahapan implementasi. Tahapan implementasi dimulai dengan pengumpulan dan verifikasi data yang akan diusulkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora dalam pernyataannya: Setelah proses sosialisasi dilakukan, maka selanjutnya adalah kita harus menjalankannya. Semua mekanismenya ada dan diatur dalam peraturan. Jadi, sekolah silahkan memahami lebih lanjut dengan melihat isi dokumen. Apabila ada permasalahan baru menghubungi kami. Bukannya tidak mungkin kami mendampingi setiap proses tapi setidaknya semua ini bisa untuk dikerjakan oleh sekolah. Pemahaman tentang bagaimana BPMKS silahkan baca di Perwalinya. (wawancara 15 Maret 2013) Semua peraturan dan tata cara pelaksanaan program BPMKS tercatat dalam perwali. Dimulai dari tata cara permohonan sampai dengan pelaporannya. Mekanisme permohonan kartu baru BPMKS dimulai dari: 1) Orang tua siswa mengajukan permohonan melalui sekolah dengan disertai persyaratan lengkap dan benar; 2) Sekolah melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran persyaratan dan kompilasi permohonan, kemudian menyampaikan secara resmi ke dinas Dikpora; 3) Dinas Dikpora melalui Tim Verifikasi Keikutsertaan BPMKS melakukan verifikasi kelengkapan dan kebenaran persyaratan permohonan kartu, untuk selanjutnya disampaikan kepada KPPT untuk diproses dan diterbitkan kartu BPMKS sesuai kategorinya;

12 digilib.uns.ac.id 53 4) Khusus permohonan kartu BPMKS platinum dan gold akan dilakukan kunjungan rumah (home visit) pada pemohon oleh Tim; 5) Hasil kunjungan rumah (home visit) ditindaklanjuti Dinas Dikpora dengan melakukan validasi data permohonan; 6) Berkas permohonan kartu BPMKS yang tidak memenuhi syarat dikembalikan oleh KPPT ke Dinas Dikpora untuk diputuskan tindak lanjutnya; 7) KPPT menerbitkan Kartu BPMKS yang sudah dipastikan kebenaran dan kelengkapan persyaratannya, kemudian menyerahkan kartu BPMKS kepada Dinas Dikpora; 8) Dinas Dikpora meneruskan kartu BPMKS kepada Sekolah: (perwali No.6.B Tahun 2011 tentang BPMKS) Penerbitan kartu BPMKS baru bagi siswa yang alih jenjang pendidikan diusulkan oleh sekolah kepada Dinas Dikpora berdasarkan Kartu BPMKS sebelumnya. Dan penerbitan kembali Kartu BPMKS karena rusak atau hilang dapat dilakukan berdasarkan permohonan dari pemilik kartu kepada Dinas Dikpora melalui sekolah dengan dilengkapi surat keterangan kerusakan atau kehilangan dari Kepala Sekolah. Masa berlaku Kartu BPMKS yaitu selama siswa yang bersangkutan masih bersekolah sesuai jenjangnya di Kota Surakarta dan berstatus sebagai penduduk Kota Surakarta. Perubahan jenis kartu BPMKS disesuaikan dengan peralihan jenjang dan atau disesuaikan

13 digilib.uns.ac.id 54 dengan Keputusan Walikota tentang Penetapan Jumlah Penduduk Miskin. Pada tahun 2012 terdapat perubahan warna Kartu BPMKS dan nominalnya tidak dicantumkan dalam kartu. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Ka.Sub.Bagian Perencanaan Program (PEP) Dinas Dikpora Kota Surakarta: Perubahan kartu ini juga berpengaruh terhadap jenis kartu yang didapat siswa karena kartu baru yang akan diberikan dibuat berdasarkan pengusulan peserta penerima BPMKS yang baru pada awal periode kedua (untuk bulan Juli sampai dengan Desember) dan masuk ajaran 2012/2013 Pemerintah Kota Surakarta menambah adanya sekolah plus ditingkat satuan SMP yang semula hanya 2 sekolah sekarang menjadi 10 sekolah yaitu SMP N 11, SMP N 12, SMP N 17, SMP N 18, SMP N 20, SMP N 21, SMP N 22, SMP N 24, SMP N 25, dan SMP N 26. Dengan adanya sekolah plus diharap warga dapat memanfaatkannya. (wawancara tanggal 15 Maret 2013) Sekolah plus yang dimaksudkan disini adalah adalah satuan pendidikan yang berstatus sebagai sekolah yang ditunjuk dan dibiayai oleh Pemerintah Kota Surakarta. Mekanisme pencairan dana BPMKS sesuai dengan Peraturan Walikota No.6 B Tahun 2011 adalah sebagai berikut: 1) Sekolah mengajukan surat permohonan kepada Walikota melalui Kepala Dinas disertai proposal pencairan dana BPMKS sesuai jumlah siswa pemilik kartu yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Sekolah; 2) Khusus untuk permohonan pencairan dana BPMKS jenjang SD/MI, Kepala UPTD Dikpora melakukan verifikasi dan

14 digilib.uns.ac.id 55 merekapitulasi atas seluruh permohonan sekolah di wilayah kerjanya, dan selanjutnya mengirimkannya ke Dinas Dikpora; 3) Dinas Dikpora melalui Tim Verifikasi Proposal BPMKS melakukan verifikasi dan validasi atas semua proposal yang diajukan sekolah; 4) Dinas Dikpora menetapkan Keputusan tentang Sekolah Penerima BPMKS; 5) Dinas Dikpora menyampaikan surat permohonan pencairan dana BPMKS ke DPPKA; 6) DPPKA melakukan verifikasi atas permohonan pencairan dana BPMKS dari Dinas Dikpora; 7) Bendahara PPKD mengajukan pencairan dana BPMKS yang dilengkapi dengan: a) Proposal; b) Keputusan Kepala Sekolah c) Berita Acara Penerusan Dana BPMKS dari Kepala Sekolah kepada siswa dan Pelimpahan yang diketahui Kepala Dinas Dikpora dan dilengkapi tanda terima uang dari setiap siswa; d) Naskah perjanjian hibah daerah; e) Berita acara penyerahan dana hibah sebagai perangkat pengajuan SPP LS; f) Kwitansi pembayaran Dana BPMKS yang dicairkan dan diterima sekolah.

15 digilib.uns.ac.id 56 Dana BPMKS oleh Bendahara PPKD ditransfer ke rekening masing-masing sekolah. Pengajuan proposal pencairan dana BPMKS tahun 2012 dalam satu tahun anggaran terbagi menjadi 2 kali periode yaitu periode 1 (pertama) bulan Januari sampai dengan Juni dan periode 2 (kedua) bulan Juli sampai dengan Desember. Pencairan dana BPMKS dilakukan secara triwulanan dalam satu tahun anggaran, yaitu: 1) Triwulan kesatu, bulan Januari sampai dengan Maret; 2) Triwulan kedua, bulan April sampai dengan Juni; 3) Triwulan ketiga, bulan Juli sampai dengan September; 4) Triwulan keempat, Oktober sampai dengan Desember. Dalam prakteknya pencairan Dana BPMKS tidak sesuai dengan jadwal triwulan yang telah diatur. Adanya ketidaktepatan waktu serta pembuatan ulang kartu menjadi suatu permasalahan dimana sekolah harus mempunyai strategi dalam mengatasinya. Menurut Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP yang menangani program BPMKS ini juga mengklarifikasi bahwa selama ini sekolah menuntut kepada Dinas Dikpora untuk tepat waktu dan memberikan jadwal yang jelas kapan turunnya BPMKS sedangkan Dinas Dikpora sendiri juga tidak mengetahui secara pasti kapan turunnya melalui pernyataannya: Kami sendiri selaku dinas yang menangani program ini juga tidak tahu pasti kapan dana hibah untuk BPMKS ini bisa cair karena jadwal pencairan kan triwulan dan tidak dipastikan tanggal berapa. Kita hanya akan dihubungi oleh DPPKA apabila uang sudah cair dan sesegera kami menghubungi pihak sekolah untuk segera mengecek di rekening sekolah masing-masing

16 digilib.uns.ac.id 57 apakah uang sudah diterima sekolah. (wawancara tanggal 15 Maret 2013) Setiap sekolah mempunyai strategi masing-masing dalam mengatasi masalah keterlambatan pencairan bantuan guna keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Anis Bendahara BPMKS SMP Negeri 25 Surakarta: Setiap sekolah selalu mempunyai cara masing-masing dalam mengatasi masalah keterlambatan dalam pencairan dana BPMKS. Karena masalah keterlambatan pencairan dana merupakan masalah umum yang dihadapi semua sekolah di Kota Surakarta. Oleh karena itu setiap sekolah harus mempunyai strategi yang bersifat problem solving sehingga proses pendidikan dapat terus berjalan. (wawancara tanggal 13 Maret 2013) Hal ini juga didukung oleh pernyataan Ibu Sriyati bendahara BPMKS SMP Negeri 23 Surakarta dalam Diskusi Publik yang diadakan oleh DPPKA pada tanggal 23 Januari 2013 yang menyatakan bahwa: Dalam pelaksanaan program BPMKS hal yang menyulitkan sekolah salah satunya adalah sekolah harus mencari dana talangan karena penerimaan bantuan turun di akhir periode dan bahkan mengalami keterlambatan. Oleh karena itu sekolah harus bisa mengusahakan bagaimanapun strateginya karena proses belajar mengajar adalah kewajiban sekolah untuk menyelenggarakan. Dalam implementasi program BPMKS sudah ditemukan permasalahannya yaitu terutama masalah dana, karena nominal untuk menyelenggarakan program tidaklah sedikit sehingga dengan adanya

17 digilib.uns.ac.id 58 keterlambatan pencairan menyebabkan terhambatnya realisasi program. c. Evaluasi Untuk memantau dan memperbaiki pelaksanaan program, maka pemerintah Kota Surakarta mengadakan kegiatan monitoring dan evaluasi, monitoring dilakukan oleh dinas kepada sekolah-sekolah dengan mengawasi cara kerja dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah dengan membentuk tim verifikasi yang mengurusi BPMKS. Sedangkan untuk evaluasi pertemuan-pertemuan dengan kepala sekolah ataupun penanggungjawab BPMKS di setiap satuan sekolah. Evaluasi dilakukan untuk melakukan perbaikan program di waktu akan datang. Dalam proses evaluasi diharapkan mampu menemukan masalah-masalah yang menjadi hambatan dalam implementasi program dan kemudian dapat ditemukan jalan keluarnya. Permasalahan dana merupakan problem umum yang ditemui oleh semua sekolah. Sehingga keluhan yang disampaikan dalam Diskusi Publik yang diadakan pada tanggal 23 Januari 2013 oleh LSM Patiro sebagai pelaksana dan DPPKA sebagai penanggungjawab kegiatan yang diikuti oleh perwakilan Tim BPMKS sekolah di Kota Surakarta mulai dari satuan SD sampai dengan SMA serta diikuti oleh lembaga mitra yang membahas implementasi BPMKS berikut dapat disimpulkan hasil diskusi publik yaitu mengenai apa saja kendala yang di hadapi oleh sekolah dalam melaksanakan program BPMKS :

18 digilib.uns.ac.id 59 1) Pelaporan a) Waktu mepet b) Instruksi waktu yang mendadak c) BPMKS awalnya pemahaman untuk personal, saat ini LPJ dituntut seperti BOS (ada kerepotan dalam LPJ). Alokasi untuk kebutuhan anak (peruntukan). d) Kartu BPMKS dari SMP langsung bisa digunakan jenjang SMA. Sekarang harus ganti baru. Kenaikan kelas harus ganti kartu baru memperlama. e) SPJ, dirubah untuk pelaporan per bulan 2) Persyaratan a) Persyaratan harus memilki Jamkesmas. b) Ada peraturan Home visit. c) Kartu tiap tahun berganti d) Rekomendasi: dapat digunakan seterusnya. e) Kriteria kemiskinan memberatkan persyaratan f) Perubahan SMP ke SMA. Terjadi perubahan ekonomi sehingga ada perubahan penerima BPMKS. g) Sekolah harus mengawal. h) Rekomendasi: SKTM yang dikeluarkan harus selektif, jadi tanpa home visit dapat berjalan baik. 3) Kartu BMPKS a) Di tahun 2012 terbit 2 kali

19 digilib.uns.ac.id 60 b) Yang mendapat BPMKS adalah siswa yang mendapatkan kartu terbaru ada pengurangan sekitar 20% 4) Penyerahan BPMKS a) Ada pengurangan biaya sekolah (permohonan keringanan biaya sekolah) b) Dana turun tidak sesuai dengan rekening yang diajukan c) Sekolah ada yang masih kurang perihal pajak, pagu telah dipenuhi petugas inspektorat tidak ada koordinasi yg lancar d) Belum begitu memahi SK walikota tentang BPMKS e) Ada pajak yang sering tidak dipenuhi. f) Sekolah menutup dahulu lalu Ketika BPMKS cair barulah ditukar g) Sekolah tidak melakukan pungutan jadi tidak ada dana talangan. 5) Pajak a) Kenyataan terkena pajak, pengelola masih bingung bagian dana BPMKS yang terkena pajak. 6) Pendataan a) Sosialisasi kepada siswa, ada beberapa anak yg kemudian tidak mengumpulkan data terbaru. memunculkan komplain dari orang tua b) Pemberkasaan, untuk pengumpulan foto ada yg dibiayai sekolah untuk foto anak (bagi yg tidak memiliki foto)

20 digilib.uns.ac.id 61 c) Verifikasi dari pemerintah atau SKTM membuat kesalahan penerima BPMKS d) Deadline pengumpulan berkas yg pendek untuk sekolah melakukan verifikasi e) Verifikasi data siswa masuk dalam keluarga kurang mampu tetapi kemudian tidak masuk dalam SK walikota. 2. Faktor yang Mempengaruhi Program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) Untuk mengetahui sejauh mana program dijalankan maka kita harus mengetahui faktor apa saja untuk menilai berjalannya program tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa indikator untuk menilai atau mengukur efektivitas dari implementasi program Bantuan Pendidikan Masyarakat Kota Surakarta (BPMKS) yang diambil dari beberapa teori implementasi dimana indikator tersebut disesuaikan dengan kesesuaian antara program dengan prosesnya, indikatornya yaitu: a. Komunikasi (George C. Edward III, 1980) Komunikasi disini adalah proses transfer informasi dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kegiatan serta pada sasaran kegiatan. Apabila komunikasi berjalan dengan baik maka kemungkinan kesalahan penerimaan informasi yang tentunya akan berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan akan terminimalisir. Implementasi yang baik akan terlaksana apabila semua stakeholder baik pembuat, pelaksana maupun sasaran kebijakan sudah mengetahui apa yang akan

21 digilib.uns.ac.id 62 mereka kerjakan sesuai dengan peranan dan fungsinya. Pengetahuan atas apa yang akan mereka kerjakan dapat berjalan bila komunikasi berjalan dengan baik. Proses komunikasi dalam program ini merupakan suatu rangkaian dimana melibatkan banyak aktor, mulai dari pembuat kebijakan yaitu walikota sampai dengan masyarakat sebagai sasaran program. Komunikasi dilakukan pertama kali oleh walikota kepada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) Kota Surakarta dan Dinas Dikpora. DPPKA sebagai pengatur besarnya dana yang akan diberikan untuk membiayai program sesuai dengan rancangan APBD Kota Surakarta untuk Tahun Sedangkan Dinas Dikpora sebagai panjang tangan pemerintah kota untuk melaksanakan program ini. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta: Kami adalah sebagai fasilitator dimana yang ikut berpengaruh dalam program ini adalah pihak sekolah serta masyarakat secara langsung. Kami berusaha memberikan informasi kepada pihak sekolah untuk disampaikan kepada wali murid dan siswanya. Bukan tidak mungkin kita melakukan komunikasi dengan pihak orang tua wali tapi kita kan bisa saling bagi tugas sehingga program ini dapat berjalan dengan maksimal. (wawancara tanggal 15 Maret 2013) Komunikasi dalam implementasi program BPMKS terdapat 2 bentuk, yaitu komunikasi secara vertikal dan komunikasi secara horizontal.

22 digilib.uns.ac.id 63 1) Komunikasi secara vertikal Adalah komunikasi yang terjalin secara hierarkhi mulai dari Dinas Dikpora dengan sekolah dan sekolah dengan masyarakat yaitu disini orangtua wali. Komunikasi secara vertikal yang terbentuk dalam implementasi program sangat mempengaruhi hasil atau kinerja dari program. Karena kesalahan dalam penerimaan informasi biasanya terjadi pada kesalahan dalam menerima dan memahami informasi dari atasan sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda. Dalam komunikasi vertikal, kurangnya komunikasi dan koordinasi masih ditemukan selama proses implementasi Program BPMKS. Seperti hal berikut, dalam prakteknya sekolah masih mengalami beberapa masalah yaitu merasa masih kurangnya informasi yang diberikan pihak Dinas Dikpora kepada sekolah, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibu Sriyati, Bendahara BPMKS SMP Negeri 23 Surakarta (dalam Diskusi Publik Implementasi BPMKS tanggal 23 Januari 2013): Buku pedoman yang baru tidak sampai pada kami, terkait dengan perwali apalagi dengan adanya revisi-revisi sehingga sekolah mengalami kesulitan dalam memberikan sosialisasi kepada siswa dan orang tua wali. Pada tahun 2012 masuk ajaran baru (periode 2) mengalami perubahan dimana untuk SMP bukan lagi Kartu Gold dan Silver tetapi berubah menjadi Silver dan Platinum dikarenakan adanya kenaikan anggaran. Sehingga perlu membuat ulang kartu. Dimana pada pembuat ulangan kartu memerlukan waktu lagi padahal pada saat pengajuan kartu sekolah diberikan waktu yang singkat, terkadang siswa-siswa belum memenuhi persyaratan dengan lengkap, serta masih adanya siswa yang commit lambat yang to user tentu menyulitkan sekolah.

23 digilib.uns.ac.id 64 Di lain pihak orang tua wali yang tentunya ikut serta berperan dalam pelaksanaan program ini masih ada yang merasa tidak mengerti kapan jadwal pengajuan dan cairnya serta bagaimana pemanfaatannya secara jelas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bu Nana salah satu orang tua wali siswa penerima BPMKS : Kami orang tua merasa tidak tahu berapa besaran dari BPMKS yang diberikan kepada anak saya. Kapan cair dan penggunaannya untuk apa kami kurang paham. Kami sangat berharap adanya sosialisasi yang rutin diadakan dari sekolah kepada orang tua wali agar sama-sama ngerti kalau perlu ada orang yang dari Dinas Dikpora ikut serta. (wawancara 14 Maret 2013) Pendapat yang berbeda diungkapkan oleh Kepala Sekolah SD 02 Mangkuyudan, Bapak Drs. Maryanto dalam pernyataannya: Dalam pelaksanaan Program BPMKS kami dari pihak sekolah tidak mengalami permasalahan yang berarti dalam komunikasi. Setiap ada info penting kami selalu mendapat undangan dari Dikpora untuk melakukan pertemuan yaitu dengan rapat koordinasi. Setelah itu kami akan mendapat edaran atau surat terkait tata pelaksanaan BPMKS, edaran tersebut sudah cukup jelas dan mudah dipahami sehingga semua dapat terselesaikan dengan baik. Sedangkan menurut Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta, dalam menanggapi hal ini menjelaskan bahwa proses sosialisasi dilakukan serentak dan berjenjang sehingga dibutuhkan kerjasama. Sesuai dengan pernyataan beliau: Selama proses sosialisasi kami tidak mengalami kendala, hanya saja masih adanya masyarakat yang pemahamannya masih kurang tentang BPMKS dan atau kehadirannya ke sekolah dalam sosialisasi tidak serius. Karena selama ini dari Dinas commit memberikan to user sosialisasi melalui rapat triwulan

24 digilib.uns.ac.id 65 kepada sekolah-sekolah dan tentunya sekolah meneruskan informasi ke orang tua apabila ada perubahan. Selain itu proses sosialisasi juga dilakukan melalui media cetak dan media elektronik. Jadi semua pihak bisa mencari informasi dari media mana saja yang sekiranya dapat dimanfaatkan dan membantu. Jadi kesimpulan dari hasil wawancara di atas adalah Komunikasi secara vertikal dalam implementasi program BPMKS berjalan dengan baik antara dikpora dengan sekolah. Komunikasi dilakukan melalui pertemuan-pertemuan antara sekolah dengan dinas, dinas berupaya memberikan fasilitasi kepada sekolah terkait penyediaan layanan program baik komunikasi tatap muka maupun dengan menggunakan telefon. Namun, di sisi lain komunikasi antara sekolah dengan orangtua wali masih kurang, terbukti dengan adanya pemahaman orangtua yang belum jelas mengenai program BPMKS. 2) Komunikasi Secara Horizontal Merupakan komunikasi yang terjalin antara aktor kebijakan di tatanan yang sama seperti komunikasi yang terjadi antar pegawai bidang PEP yang menangani Program BPMKS di Dinas Dikpora dan komunikasi para pengurus BPMKS di sekolahsekolah. Komunikasi secara horizontal di Dinas Dikpora tidak mengalami permasalahan, semua pegawai mampu berkomunikasi dan berkoordinasi dengan baik. Dengan komunikasi yang terjaga, pemahaman informasi dan kerjasama dapat terjalin dengan baik hal

25 digilib.uns.ac.id 66 ini terbukti dengan kinerja tim BPMKS di dikpora mampu melaksanakan tanggungjawabnya sesuai dengan peranannya. Sebagaimana yang diutarakan oleh Bapak Sri Sutopo selaku kasubag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta melalui pernyataannya: Kami dari dinas tidak mengalami masalah dalam bekerja. Kami sudah mempunyai porsi masing-masing dalam bekerja. Komunikasi antar anggota dalam tim BPMKS adalah hal penting yang terus kami jaga. Setiap perkembangan dan permasalahan selalu disampaikan pada waktu dan orang yang tepat. Kami berharap hal ini juga terjadi di tatanan lain. (wawancara 15 Maret 2013). Begitu pun yang terjadi dalam komunikasi pengurus BPMKS di sekolah. Selama ini semua berjalan dalam koordinasi yang baik dan tidak ditemukan adanya konflik sesama anggota di tim, sebagaimana Dikpora di sekolah-sekolah pun komunikasi serta koordinasi juga terbentuk dengan baik yaitu terbukti tanpa adanya kerjasama dan koordinasi maka sekolah sebagai penggerak program di lapangan tentu program tidak akan mampu diimplementasikan. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu Anisa selaku bendahara BPMKS SMP N 25 Surakarta: Sekolah tidak mempunyai masalah dalam melaksanakan tugas. Tim yang dibuat oleh sekolah pada dasarnya untuk melayani dan melaksanakan program. Oleh karena itu, kami selalu berkoordinasi dalam menjalankan tugas karena ada banyak pekerjaan dalam Program ini mulai dari pengusulan, pengadaan, pelaporan. Semuanya butuh kerjasama tim. (wawancara 15 maret 2013)

26 digilib.uns.ac.id 67 Berdasarkan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi yang dilakukan secara horizontal sudah tidak ada permasalahan yang menghambat sedangkan untuk komunikasi secara vertikal masih kurang. Komunikasi yang dijalankan secara hierarki mulai dari Pemerintah kota sampai dengan masyarakat rentan dengan adanya kesalahan penerimaan informasi yang tentu akan menghambat keberhasilan program. b. Sumberdaya ( Van Metter dan Van Horn, 1975) Sumberdaya dalam implementasi Program BPMKS dipengaruhi oleh 2 sumberdaya penting yaitu sumberdaya manusia dan sumberdaya finansial. Sumberdaya manusia adalah semua aktor yang berkepentingan serta ikut ambil andil dalam pelaksanaan program. Sedangkan sumberdaya finansial adalah besarnya dana yang diberikan oleh pemerintah kota untuk membiayai program BPMKS yang bersumber dari APBD Kota Surakarta. 1) Sumberdaya Manusia Sumberdaya Manusia dalam pelaksanaan Program BPMKS adalah semua aktor yang ikut mempunyai peranan dalam melaksanakan program BPMKS. Dalam implementasi BPMKS sumberdaya manusia dilihat secara kuantitas dan kualitas. a) Kuantitas, menunjukkan jumlah aktor yang berperan sudah sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan atau belum. Dalam hal kuantitas, Dinas Dikpora sebagai implementer program serta

27 digilib.uns.ac.id 68 sebagai fasilitator sumberdaya manusia di dalamnya secara kuantitas, tidak mengalami hambatan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Bapak Sutopo melalui pernyataannya dalam wawancara 15 Maret 2013 : Kami mempunyai tim verifikasi yang bertanggungjawab menjalankan program. Dari tim ini sudah cukup untuk menangani program. Walaupun pengerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama tapi sampai sekarang kami mampu. Namun di satuan yang berbeda masih ditemukan adanya kekurangan sumberdaya manusia yaitu diantaranya jumlah implementer di satuan Sekolah Dasar. Menurut Kepala Dinas Dikpora, Bapak Rahmad dalam Diskusi Publik Implementasi BPMKS tanggal 23 Januari 2013 menyatakan bahwa: Dalam pelaksanaan BPMKS satuan sekolah yang disulitkan adalah Sekolah Dasar (SD). Dimana di SD Negeri jumlah guru kurang. Sedangkan untuk urusan administrasi tidak adanya petugas TU. Gedunggedungnya pun banyak yang rusak. Dan permasalahan lainnya adalah SD bukan merupakan UPTD sehingga tidak bisa menerima bantuan secara langsung. Terkait masalah keberadaan TU di sekolah dasar dibenarkan oleh Bapak Drs. Maryanto selaku Kepala Sekolah SD 02 Mangkuyudan dalam pernyataannya bahwa: Secara resmi memang keberadaan TU tidak ada. Dan hal ini tentu akan menjadi kendala. Karena dengan menggunakan tenaga guru kelas berarti akan mengganggu dan mengurangi jam belajar anak-anak di kelas. Sehingga, anak-anak sendiri yang nanti dirugikan

28 digilib.uns.ac.id 69 karena guru kelas mengurusi BPMKS. (wawancara 20 Mei 2013) Pernyataan di atas menjelaskan bahwa masih adanya kekurangan Sumberdaya Manusia untuk satuan Sekolah Dasar. Karena keberadaan TU yang dinilai penting tidak tersedia di satuan sekolah dasar. Sedangkan untuk tingkat Sekolah Menengah tidak ada permasalahan berkaitan dengan kuantitas sumberdaya karena di sekolah menengah mempunyai tim penanggungjawab di masing-masing sekolah. b) Kualitas, yaitu menunjuk pada kapasitas implementer sudah sesuai belum dengan apa yang dibutuhkan di lapangan. Dalam implementasi BPMKS tidak ada kualifikasi bagi para pelaksananya. Kepala Subbag membentuk tim verifikator sebagai tanggungjawabnya melaksanakan program yang kemudian Dinas menunjuk semua sekolah di Kota Surakarta untuk menjalankan program dan sekolah melanjutkan dengan membentuk tim penanggungjawab BPMKS untuk menjalankan program di sekolah masing-masing. Karena tidak adanya standar kualitas bagi pelaksana program maka dalam implementasi program ini tidak berfokus pada sumberdaya secara kualitas karena dalam program ini yang terpenting adalah pelaksana mampu menjalankan program agar program mampu berjalan sesuai dengan waktu dan tujuan. Meskipun dalam berjalannya commit program to user ditemukan masalah karena

29 digilib.uns.ac.id 70 kurangnya kualitas personal implementer seperti yang terjadi di satuan sekolah tingkat menengah. Dalam pembuatan Laporan Pertanggungjawaban yang harus dibuat oleh sekolah untuk Dinas Dikpora masih mengalami kendala yang dikarenakan kemampuan personal dari pembuat laporan. Hal ini ditegaskan oleh Bapak Rahmad selaku Kepala Dinas Dikpora Kota Surakarta: 2) Sumberdaya Finansial Selama ini saya masih menemui banyak kesalahan dalam pembuatan LPJ dikarenakan masih adanya budaya copas yang dilakukan oleh sekolah-sekolah. Karena untuk mempermudah dan mempercepat pembuatan mungkin dari sekolah tidak mau pikir panjang sehingga budaya copas pun masih digunakan. Pembuatan LPJ disamakan dengan tahun-tahun sebelumnya padahal sudah mulai ada beberapa perubahan bentuk laporan yang harus diperhatikan oleh sekolah. Hal inilah yang menjadi kendala dan sangat memprihatinkan pihak kami. (dalam diskusi publik tanggal 23 januari 2013). Besarnya APBD untuk pembiayaan program adalah faktor utama dalam mewujudkan tujuan program. Pemkot Solo pada tahun 2010 menganggarkan 20 miliar rupiah untuk program itu. Kemudian pada tahun 2011 anggaran ditingkatkan menjadi 22 miliar rupiah dan tahun 2012 diproyeksikan menjadi 30 miliar rupiah. Hingga tahun 2011, sekitar siswa sekolah di Solo sudah merasakan manfaat BPMKS (Anas Syahirul A.dkk, 2012:86). Namun menurut pernyataan Bapak Jokowi selaku

30 digilib.uns.ac.id 71 Walikota Kota Surakarta dalam Anas Syahirul (2012:85) menyatakan bahwa: Gimana ya, belum bisa menukik istilahnya. Hambatannya ada di dana yang sedikit, anggaran kurang, dan sistemnya memang perlu dikoreksi lagi. Sampai sekarang pun, masih juga ada keluhan-keluhan tentang pendidikan anak-anak itu sampai langsung ke saya. Ada yang ikut testing enggak bisa, ambil ijazah terakhir enggak bisa, dan macammacam. Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Rahmad selaku Kepala Dinas Dikpora dalam Diskusi Publik : Besarnya APBD yang digunakan untuk membiayai program BPMKS di Kota Surakarta dengan besarnya kebutuhan pendidikan di Kota Surakarta belum sebanding. Jadi BPMKS belum bisa membiayai 100% biaya pendidikan di Kota Surakarta. Oleh karena itu perlu mendapat perhatian bagi semuanya bahwa BPMKS bersifat membantu tidak sepenuhnya berarti memberikan sekolah gratis. Karena masyarakat yang membutuhkan bantuan tidak hanya sedikit dan APBD yang digunakan tentu harus besar sehingga diharapkan program ini benar-benar diakses oleh masyarakat yang membutuhkan sehingga tepat sasaran. (Sukarta, 23 Januari 2013) Meskipun APBD yang dianggarkan oleh Pemerintah Kota sudah cukup besar namun pada implementasinya jumlah tersebut masih kurang untuk membiayai pendidikan di Kota Surakarta karena pendidikan merupakan hak dasar masyarakat yang harus dipenuhi maka peningkatan alokasi dana untuk program BPMKS diharap dapat meningkat.

31 digilib.uns.ac.id 72 c. Dukungan Masyarakat Dukungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan. Suatu program yang berhasil adalah program yang didukung penuh oleh semua aktor di dalamnya terutama masyarakat. Tanpa adanya dukungan dari masyarakat tentu program tidak akan bisa berjalan. Dalam implementasi Program BPMKS dukungan masyarakat merupakan faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan implementasi program. Selama ini dukungan masyarakat terhadap Program BPMKS sangat baik. Masyarakat sangat antusias dengan adanya program ini. Program BPMKS dirasa mampu membantu memecahkan pendidikan di Kota Surakarta, masyarakat yang mengetahui akan manfaat program ini sehingga dengan penuh kesadaran masyarakat mendukungnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bapak Drs. Maryanto selaku Kepala Sekolah Dasar 02 Mangkuyudan : Selama ini dukungan masyarakat penuh terhadap adanya Program BPMKS hal ini terbukti dengan melihat bagaimana respons masyarakat dalam memenuhi persyaratan pengajuan BPMKS yang sesuai dengan batas waktu pengumpulan. Hal ini menandakan bahwa masyarakat mencerna dengan baik apa yang harus diupayakan untuk dapat memanfaatkan program. (wawancara 13 Mei 2013) Hal serupa juga diungkapkan oleh Ibu Anis selaku Bendahara BPMKS SMP Negeri 25 Surakarta dalam pernyataannya :

32 digilib.uns.ac.id 73 Masyarakat disini adalah orang tua/ wali siswa. Selama ini tanggapan masyarakat sangat baik. Walau ada beberapa diantaranya yang masih kurang. Namun secara keseluruhan program ini sangat didukung oleh masyarakat terbukti dengan adanya banyak masyarakat yang menggunakan dan memanfaatkan program ini. Terbukti untuk mendapatkan program ini harus memenuhi beberapa persyaratan, masyarakat tetap mengupayakannya dan mengumpulkannya tepat waktu. (wawancara 13 Maret 2013) Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Ibu Fira selaku orangtua wali yang ikut mengakses program BPMKS untuk anaknya : Kami sangat mendukung dengan adanya program BPMKS. Selain persyaratan dan alur yang tidak berbelit-belit, program ini sangat membantu kami dalam membiayai sekolah anak. Semakin tingginya biaya pendidikan menyulitkan kami apalagi tidak hanya satu anak saja yang menjadi beban tanggungan tetapi dengan adanya BPMKS, setidaknya kami terbantu (wawancara : 16 Maret 2013) Berdasarkan pernyataan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa program BPMKS mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat. Sehingga program ini mampu berjalan dan diimplementasikan dengan baik. Respon yang diberikan masyarakat terhadap adanya program sangat mendukung keberhasilan program. Sejauh ini masyarakat memberi dukungan penuh sehingga program BPMKS pun mampu dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. d. Sikap Pelaksana Sikap pelaksana berperan penting dalam mewujudkan implementasi kebijakan yang sesuai tujuan. Sikap pelaksana adalah karakter penting yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan, juga mengandung pengertian bahwa orang-orang yang bertanggungjawab

33 digilib.uns.ac.id 74 untuk mengimplementasikan kebijakan atau program mudah dikontak dan responsif terhadap kelompok sasaran. Dalam implementasi Program BPMKS pelaksana program yaitu dinas dan sekolah kepada kelompok sasaran bersifat membantu dan sebagai fasilitator. Dari dinas menunjukkan sikap responsifnya yaitu dengan mengupayakan akses tersebut dengan dibentuknya tim verifikator yang bertanggungjawab dengan masalah BPMKS dan sekolah pun membentuk Tim BPMKS di setiap sekolah masingmasing. Setiap sekolah yang mengalami permasalahan selama ini menghubungi dinas dengan mendatangi langsung kantor dinas dan berkomunikasi secara langsung sedangkan dari kelompok sasaran tidak terlalu mendapatkan permasalahan dalam mengakses program karena Program BPMKS sudah jelas disosialisasikan terlebih dahulu melalui banyak media baik cetak maupun elektronik. Karena program ini merupakan program untuk sasaran massal sehingga diharapkan mampu diakses oleh kelompok sasaran dengan mudah. Sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora Kota Surakarta dalam pernyataannya: Kami selaku dinas berupaya penuh dalam mewujudkan program ini. Akses dari program ini dibuat sedemikian mudah untuk bisa dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat. Kita tidak pernah mempersulit teknisnya, tapi untuk pengajuan harus sesuai syarat agar pelaksanaan program ini tidak membuat masalah yang baru. Program ini ditujukan untuk mereka yang sesuai kategori program jadi sudah jelas bagaimana akses mendapatkan hak dari program ini. (wawancara 15 Maret 2013)

34 digilib.uns.ac.id 75 Pernyataan ini juga didukung oleh Ibu Anis selaku Bendahara BPMKS SMP N 25 melalui pernyataannya: Selama ini sekolah tidak mengalami kendala yang berujung menyulitkan sekolah dalam melaksanakan program BPMKS pada saat pengajuan meskipun waktunya mepet. Semua aturan pelaksanaan jelas ada di dasar hukumnya, apabila kami mengalami kesulitan maka kami segera menghubungi pihak Dikpora dan mereka merespon kami dengan baik. Dari pihak walimurid pun tidak ada yang menyampaikan masalah terkait program ini hanya saja masih ada yang lambat dalam prosesnya seperti pengumpulan berkas sehingga pihak sekolah harus mengobrak-obrak siswa untuk segera mengumpulkan. Kami selalu memberikan edaran kepada wali murid terkait informasi yang berhubungan dengan program ini. Karena dalam program ini kelompok sasaran hanya perlu membuat usulan yang berupa kelengkapan administrasi persyaratan setelahnya kelompok sasaran tidak diberatkan dalam urusan apa pun karena yang bertugas nanti nya adalah sekolah untuk melanjutkan pengajuan ke dinas. (wawancara tanggal 13 Maret 2013). Sikap pelaksana berhubungan dengan tanggungjawab pelaksana program sebagai aktor yang berperan dalam menyediakan layanan terhadap kelompok sasaran. Selama ini pembuatan web belum dijalankan namun dinas sudah mempunyai database secara lengkap. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Sri Sutopo selaku Kasubag PEP Dinas Dikpora Surakarta: Kami baru membuat dan menyelesaikan database siswa penerima BPMKS seluruhnya. Dengan adanya database ini diharapkan akan membantu dinas. Terkait dengan layanan web dinas belum membuat dan untuk layanan call center atau sms center belum kami fasilitasi karena selama ini sekolah yang mengalami masalah bisa langsung menghubungi kami dengan datang ke kantor dan kami bisa menjelaskannya dengan lebih mudah. Namun, apabila keberadaan web nanti sudah dirasa perlu maka kami akan mengupayakan untuk menyediakannya. (wawancara 15 Maret 2013)

35 digilib.uns.ac.id 76 Peningkatan penyediaan jaringan atau fasilitas yang mendukung program dibutuhkan dalam perbaikan program ini. Oleh karena itu dinas berupaya untuk memberikan perbaikan dengan meningkatkan layanan. Sesuai dengan yang diutarakan oleh Bapak Rahmad selaku Kepala Dinas Dikpora Kota Surakarta melalui pernyataannya: Kami berupaya mengadakan penyempurnaan, sementara kami baru membuat database dimana database yang kami buat berdasarkan data jumlah penerima BPMKS per kelurahan sehingga untuk mengecek lebih mudah terutama untuk home visit. Kami juga membuat pelaporan nominal yaitu Dana Sekolah dipampangkan besarannya, Dana BOS, Dana Provinsi, dan Dana BPMKS, sehingga nantinya terlihat berapa besaran dan kurangannya, sekolah wajib memberitahu apabila mengeluarkan pungutan digunakan untuk apa. Dan bagi sekolah yang merasa butuh akan data tersebut silahkan bisa menghubungi kami. (Diskusi publik 23 Januari 2013). Dengan melihat wawancara di atas maka dapat kita simpulkan bahwa Pelaksana kegiatan sudah mempunyai sikap yang bertanggungjawab. Pelaksa menunjukkan tanggungjawabnya dalam hal memberikan layanan terhadap kelompok sasaran.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum 1. Deskripsi Lokasi Penelitian Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga atau lebih dikenal dengan Dinas Dikpora Kota Surakarta terletak

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar 1. Sejarah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar Dinas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten 9 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar 1. Profil Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Karanganyar Berdasarkan Undang-Undang

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH DAN TUNJANGAN GURU BAGI SEKOLAH DASAR SWASTA,

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALI KOTA DEPOK PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR NEGERI KOTA DEPOK YANG BERASAL DARI ANGGARAN PENDAPATAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017 SALINAN WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBIAYAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KOTA DEPOK YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah.

Memperhatikan : Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah. WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASSET KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 44 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-N TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 33 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-C TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2014

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2014 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 18 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BIAYA OPERASIONAL PERAWATAN DAN FASILITAS SD, SMP, SMA DAN SMK NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KENDAL NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PADA DINAS TENAGA KERJA KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH BHINNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN BAGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI/SWASTA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Olahraga dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah. Menengah Pertama Negeri tahun anggaran 2015 di kota Surakarta yang

BAB V PENUTUP. Olahraga dalam program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Sekolah. Menengah Pertama Negeri tahun anggaran 2015 di kota Surakarta yang BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil mengenai kinerja Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam program Bantuan Operasional Sekolah

Lebih terperinci

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan

Banyuwangi Tahun telah ditetapkan melalui surat. : 421/ 159/ /2014 tanggal 23 September Berdasarkan KATA PENGANTAR Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Tahun 2010-2015 telah ditetapkan melalui surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Nomor : 421/ 159/429.101/2014

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN BEASISWA KULIAH PROGRAM S1/D4/D3 BAGI MAHASISWA BERPRESTASI YANG BERASAL DARI KELUARGA TIDAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Seperti yang telah diuraikan pada Bab Pendahuluan, bahwa yang dimaksud dengan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan salah satu kebijakan pemerintah

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 71 TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KABUPATEN BLORA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI MUSI RAWAS, Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH

PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH PETUNJUK TEKNIS PEMBAYARAN TUNJANGAN PROFESI BAGI GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH MELALUI MEKANISME TRANSFER KE DAERAH DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Instrumen Monitoring Propinsi Tahap 1

Instrumen Monitoring Propinsi Tahap 1 Instrumen Monitoring Propinsi Tahap 1 PELAKSANAAN KEGIATAN DANA BOS TAHUN ANGGARAN 2008 Monitoring and Evaluation Program to Support BOS Program INTERIM INDEPENDENT MONITORING NAMA PROPINSI:... Salam pembuka,...

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENDIDIKAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. negaranya, salah satunya yaitu dalam bidang pendidikan. Berdasarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010, jumlah penduduk digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan suatu bangsa. Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 36 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KEISTIMEWAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

MEKANISME PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN HIBAH DALAM BENTUK UANG

MEKANISME PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN HIBAH DALAM BENTUK UANG MEKANISME PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN HIBAH DALAM BENTUK UANG ALUR PELAKSANAAN/PENATAUSAHAAN HIBAH DALAM BENTUK BARANG/JASA PENCAIRAN HIBAH PENCAIRAN HIBAH BERUPA UANG DILAKUKAN DENGAN MEKANISME PEMBAYARAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 81 2016 SERI : D PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 81 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA PADA DINAS KEPEMUDAAN DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DANA BIAYA OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) SEKOLAH NEGERI DAN SEKOLAH SWASTA KOTA BOGOR

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PERATURAN W ALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

WALIKOTA BLITAR PERATURAN W ALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR, WALIKOTA BLITAR PERATURAN W ALIKOTA BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DANA HIBAH WALIKOTA BLITAR, Menimbang a. bahwa berdasarkan Pasal 42 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU

Lebih terperinci

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN KEUANGAN MELALUI KARTU MURUNG RAYA CERDAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 78 TAHUN 2016

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 78 TAHUN 2016 SALINAN Menimbang BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BELANJA HIBAH

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BELANJA HIBAH BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN BELANJA HIBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BOGOR, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN HIBAH DANA BANTUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN KEPADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI BERITA DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 2009 PERATURAN BUPATI BEKASI NOMOR : 22 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2009 NOMOR 16 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN HIBAH, BANTUAN SOSIAL DAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU [ GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH BAGI SISWA KURANG MAMPU PADA SMA, MA, SMALB DAN SMK SE-PROVINSI KEPULAUAN RIAU DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA KABUPATEN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA PENINGKATAN MUTU DAN MANAJEMEN SATUAN PENDIDIKAN PADA SD NEGERI, SMP NEGERI DAN SMP SATAP DI KABUPATEN

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2016TENTANG PEDOMAN PELAKSANAANPROGRAM GERAKAN

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP TENTANG KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP TENTANG KABUPATEN CILACAP BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 39 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SERTA URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan data yang telah dianalisis, peneliti dapat mengambil kesimpulan penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pendidikan Gratis

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2010 WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN

Renstra 2014 H a l a m a n 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dengan pembangunan nasional, yang pelaksanaannya tetap dan senantiasa memperhatikan kondisi, potensi dan sumber daya daerah

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA Dl LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KHUSUS SISWA MISKIN SEKOLAH MENENGAH ATAS DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI/SWASTA KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA SUBSIDI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 52 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, FUNGSI DAN TUGAS SERTA TATA KERJA PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH BIAYA OPERASIONAL PENDIDIKAN DAERAH KEPADA SEKOLAH SWASTA TAHUN 2009 WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KOTA SURAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2017 TENTANG BANTUAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

DRAFT PER TGL 22 OKT 2008

DRAFT PER TGL 22 OKT 2008 DRAFT PER TGL 22 OKT 2008 BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIZINAN TERPADU KABUPATEN BIMA BUPATI BIMA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 129 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, FUNGSI, TUGAS DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH: LUJENG TRI SONGKO

DISUSUN OLEH: LUJENG TRI SONGKO LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN II OPTIMALISASI PENDATAAN SERTIFIKASI GURU SEKOLAH DASAR DI DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN MICROSOFT EXCEL Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BANYUWANGI

- 1 - BUPATI BANYUWANGI - 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA KECIL DAN MENENGAH KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Program KONI Kabupaten Tuban pada periode adalah sebagai berikut :

Program KONI Kabupaten Tuban pada periode adalah sebagai berikut : Program KONI Tuban Program KONI Kabupaten Tuban pada periode 2016-2020 adalah sebagai berikut : I. BIDANG PEMBINAAN PRESTASI 1. Merancang pola pembinaan bersama cabang olahraga. 2. Merancang program kejuaraan/event

Lebih terperinci

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN MASALAH. 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya

BAB III PEMBAHASAN MASALAH. 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN MASALAH A. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN 1. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah Proklamasi kemerdekaan RI, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2008 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA PEMBANGUNAN KELURAHAN KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG URAIAN TUGAS INSPEKTORAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18.a TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18.a TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 18.a TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME PENCAIRAN, PELAPORAN, MONITORING DAN PENGAWASAN DANA

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH KEPADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNIK PAL SURABAYA UNTUK BANTUAN BIAYA PENDIDIKAN BAGI PESERTA DIDIK YANG

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 160 TAHUN 2014 TANGGAL 3-3 - 2014 PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 61 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 51 TAHUN 2016

- 1 - BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 51 TAHUN 2016 - 1 - SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG BH INNEKA TU NGGAL IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH PADA SEKOLAH DASAR DAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

Lebih terperinci

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru. PEDOMAN PELAKSANAAN PENYALURAN TUNJANGAN PROFESI GURU DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KATA PENGANTAR UU No 14 Tahun 2005 Tentang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali

BAB III DESKRIPSI INSTANSI. A. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali BAB III DESKRIPSI INSTANSI A. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Boyolali Kabupaten Boyolali mempunyai berbagai aturan yang dibuat oleh Bupati untuk menata kabupaten ataupun untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Objek Penelitian. 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya DPPKA Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan tahun 1946 di Surakarta terjadi

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT SALINAN BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI POLEWALI MANDAR NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN POLEWALI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 35 TAHUN 2015

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 35 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 35 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN PENINGKATAN MANAJEMEN DAN MUTU SEKOLAH PADA SDN, SMPN, SMAN DAN SMKN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2006 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA BANTUAN PEMBANGUNAN KELURAHAN KOTA SURAKARTA WALIKOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN HUMAS SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN HUMAS SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI BAGIAN HUMAS SETDA KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 B. KEBIJAKAN UMUM PEMERINTAH DAERAH Berdasarkan Peraturan Walikota Salatiga Nomor

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci