BAB I PENDAHULUAN. dan religi menjadi sesuatu yang menarik. untuk diteliti. Perkembangan religi di Indonesia khususnya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dan religi menjadi sesuatu yang menarik. untuk diteliti. Perkembangan religi di Indonesia khususnya"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa musik dan religi menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti. Perkembangan religi di Indonesia khususnya Sumatera Utara juga memberikan warna yang baru bagi masyarakatnya. Warna maksud penulis di sini tentang perubahan konsep maupun perkembangan masyarakat secara besar-besaran terhadap budaya dan sosial kultural. Religi selalu hadir dimana ada sekelompok manusia yang menyadari keberadaannya dan penciptanya. Dalam berbagai bentuk religi diekspresikan sebagai sesuatu yang sakral dan suci. Dalam bentuk-bentuk ekspresi religi banyak digunakan media-media salah satunya adalah musik. Musik menjadi sesuatu yang penting dan berfungsi dalam proses ritual religi. Masyarakat yang difokuskan dalam penelitian ini adalah Batak Toba yang berada di dataran tinggi Sumatera Utara mengelilingi danau Toba dan secara khusus jemaat HKBP Sudirman Jakarta. Menurut antropolog sosial Edward M. Bruner yang membuat studi rinci masyarakat Batak Toba tradisional maupun modern, adat adalah istilah yang digunakan oleh orangorang untuk merujuk prosedur seremonial, hukum adat, 1

2 2 kekerabatan, nilai-nilai sistem dan norma-norma perilaku terhadap kerabat di Batak Toba. Adat adalah konseptualisasi masyarakat Batak dalam bersosial dan dalam mengorganisasi upacara. Dua komponen yang paling penting dari setiap upacara adat adalah musik Batak yang disebut gondang /gendang dan tarian tradisi/tortor, keduanya sangat terkait dengan adat Batak. 1 Gondang sabangunan merupakan sebuah ansambel musik yang terdiri dari taganing (lima gendang berkepala, kerucut, tuned drum bernama tingting, paidua ni tingting, painonga, paidua odap dan odap-odap, tergantung dari kayu balok dan dipukul dengan sepasang tongkat kayu), dua drum, bass (gondang [drum bersisi satu dan odap [drum bersisi dua]), empat gong ditangguhkan (Oloan, ihutan, Panggora dan Doal), sarune sebuah alat musik tiup (doublereed) dan hesek (sebuah logam atau kaca idiophone yang dimainkan dengan dipukul dengan tongkat kayu.2 Pada waktu misionaris Protestan Jerman dari Rheinische Missions gesellschaft mulai menyebarkan Injil di daerah Batak, 1 Edward Bruner M, International Tourism: Identity and Change, (University of Illinois, Urbana, 1995: ) 2 Mauly Purba, Result Of Contact Between The Toba Batak People, missionaries, and Dutch Goverment Official: Music and Social Change, Jurnal Etnomusikologi, Vol 1 no.2, (Universitas Sumatera Utara, 2005: )

3 3 misionaris yang sukses di bidang agama Kristen juga berupaya untuk menghapuskan musik ritual tradisional dan upacara adat. Usaha penghapusan gondang oleh misionaris tidak mampu memisahkan gondang dari kehidupan masyarakat Batak. Hal ini terjadi karena upacara adat yang ditujukan untuk pemujaan leluhur serta upacara keagamaan lama masih memainkan peranan penting dalam kehidupan orang Batak. Demikian juga pada kewajiban yang kuat tanpa kompromi yang disebut adat. Adat dikenakan kepada perilaku setiap anggota masyarakat Batak, yang diperintah oleh hubungan yang dekat antara tiga kelompok kekerabatan Batak (dalihan natolu). Kekuatan fungsi sosial gondang menjadikannya tidak dapat dipisahkan dari masyarakat Batak. Gondang memiliki makna yang dalam bagi setiap penganut adat Batak, ini merupakan alasan gondang bertahan walaupun cenderung mengalami pembaharuan. Upaya yang telah dilakukan oleh para missionaris dan bahkan oleh masyarakat Batak kristen ortodok dalam melarang atau menghapuskan gondang dan keberadaannya dalam upacaraupacara, tidak menjadikan orang Batak bisa lepas dari gondang. Awalnya misionaris Jerman Ludwig Ingwer Nommensen dan Johannsen mencoba untuk menggabungkan gondang ke dalam upacara ritual Kristen, namun mayoritas misionaris dan pemerintahan kolonial pada waktu itu pelan pelan melarang dan

4 4 larangan tersebut berlangsung sampai pertengahan tahun Gereja Huria Kristen Batak Protestan sebagai gereja yang dibentuk oleh para misionaris di tanah Batak juga melarang untuk memainkan gondang, dan hal ini sudah menjadi rahasia bersama dan berlaku dari waktu ke waktu. 23 Orang Batak masih memiliki pengalaman sosial dalam penyajian gondang dan memahami bahwa gondang memiliki kedudukan yang terhormat secara sosial dalam budaya Batak. Pengalaman penyajian gondang tersebut yang menjadi faktor lain tradisi menjadi hal yang sangat penting bagi masyarakat Batak. Pemaknaan gondang sebagai bunyi-bunyian yang bernilai tinggi tersebut, menjadikan gondang mulai dipakai ke dalam perayaan besar gereja. Pada masa sekarang, gondang mulai dimainkan di depan gereja dalam acara jubileum (perayaan ulang tahun gereja) dan dalam perayaan-perayaan lain. Penyajian gondang tersebut belum digunakan sebagai musik liturgi dalam dalam ibadah setiap minggu. Masyarakat Batak menerima kedatangan agama Kristen dan mengikuti ajarannya sampai pada masa sekarang. Pembawa agama kristen ke tanah Batak berasal dari Eropa, sehingga semua 3 Simon Artur, Functional Changes in Batak Traditional Music and Its Role in Modern Indonesian Society, Jurnal Asian Music, Vol.15, No.2, (Texas University, 1984: )

5 5 upacara ritual dan musik pengiring ibadah di Tanah Batak menggunakan budaya Eropa. Alat musik yang digunakan biasanya berupa organ, piano dan beberapa alat tiup lainnya. Sebagai bukti yang tampak jelas sebagai pengaruh Eropa dalam gereja adalah lagu-lagu dalam ibadah. Sebagian besar gereja yang ada di tanah Batak memiliki melodi yang sama dengan negara Eropa, perbedaannya hanya terletak pada lirik lagu yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Batak. Budaya Eropa yang melekat pada gereja membuat cara berpikir dan tingkah laku masyarakat pendukungnya pun sangat erat dengan Eropa. Mudji Sutrisno secara garis besar mengemukakan jika rancangan budaya manusia ke depan ditopangkan pada nilai yang rohani, yang suci, yang luhur, dan bukan pada yang materi dari manusia, maka diinginkan pengembangan kesenian menuju ke nilai yang religius. Cara yang digunakan agar nilai seni ini berlaku, dibutuhkan rancangan budaya yang pas yang manusiawi, artinya yang mampu mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan yang paling hakiki (spiritual). 4 Sejarah perkembangan kedatangan religi di masyarakat Batak, salah satu komunitas paling besar adalah gereja Huria 4 Mudji Sutrisno, Estetika dan Religiositas, Teks-Teks Kunci Estetika: Filsafat Seni, (Galang Press, Yogyakarta, 2005: )

6 6 Kristen Batak Protestan (HKBP). HKBP sangat banyak memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat Batak, misalnya pendidikan, kesehatan yang digunakan oleh HKBP dalam pelayanannya. Orang Batak menilai bahwa kekristenan sebagai suatu landasan pokok yang mendasari perkembangan peradaban yang modern. HKBP juga merupakan institusi yang memiliki posisi terbesar sebagai pembentuk indetitas Batak, dan pengaruhnya menjadi penentu keberadaan identitas Batak secara umum. Unsur apa saja yang ditampilkan dalam ritual HKBP akan mempengaruhi konsep masyarakat Batak terhadap tradisi, khusunya musik Batak (gondang ). Penulis telah melakukan observasi terhadap beberapa ritual peribadatan di beberapa gereja HKBP dan pada umumnya menggunakan sarana yang identik dengan budaya Eropa. Salah satu bukti budaya Eropa yaitu dalam peringatan momen keagamaan yang sering menggunakan simbol-simbol seperti pohon natal, lilin, pohon pinus, yang merupakan visualisasi dari pohon terang merupakan bentuk penonjolan simbol identitas Kristen, namun di sisi lain juga merupakan asosiasi dengan unsur simbol identitas Eropa. Representasi simbol identitas Batak dalam ritus pribadatan adalah minus (untuk menyatakan kosong atau tidak ada). Peribadatan di HKBP biasanya hanya menggunakan identitas

7 7 bahasa Batak, selain itu tidak ada lagi unsur esensial dari identitas Batak. Fenomena masuknya musik tradisi ke dalam acara peribadatan baru-baru ini terjadi di HKBP Sudirman Jakarta Selatan. Kajian penelitian ini memfokuskan pada penggunaan musik Batak (gondang) sebagai musik liturgi ibadah di HKBP Sudirman. Beberapa perayaan dan peribadatan di HKBP Sudirman menggunakan musik gondang sebagai pengiring ibadah, demikian juga ulos Batak (kain tenun yang khas Batak). Masuknya gondang ke dalam ritus ibadah merupakan salah satu wujud revitalisasi identitas Batak dalam kehidupan masyarakat Batak. Gondang di HKBP Sudirman tidak hanya berhenti pada perayaan besar, tetapi juga berlangsung terintegrasi dalam pelatihan permaninan gondang kepada anak muda HKBP Sudirman. Hal ini yang menjadi latar belakang adanya ketertarikan penulis untuk meneliti lebih lanjut bagaimana proses revitalisasi gondang berjalan. Penelitian ini akan difokuskan dengan judul Revitalisasi Gondang Dalam Ibadah HKBP Sudirman Jakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah : 1. Mengapa gondang dimainkan dalam ibadah HKBP Sudirman Jakarta?

8 8 2. Bagaimana proses revitalisasi yang terjadi di HKBP Sudirman? 3. Bagaimana bentuk gondang yang disajikan dalam ibadah HKBP Sudirman? 4. Bagaimana relasi antara musik, religi, dan identitas dalam kasus HKBP Sudirman Jakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan : 1. Mengetahui bagaimana proses revitalisasi gondang dilakukan pada gereja HKBP Sudirman. Proses revitalisasi gondang di HKBP Sudirman menjadi bukti bahwa revitalisasi gondang dalam peribadatan dapat dilakukan walaupun masih dalam tahap proses. 2. Mengetahui bagaimanana cara masyarakat atau umat HKBP Sudirman menciptakan revitalisasi gondang ke dalam ibadah gereja, dengan demikian hal ini menjadi formula yang dapat diimplementasikan oleh budayabudaya lain dimana ada upacara peribadatan. 3. Tujuan akademis dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi lebih cermat relasi antara agama dan kesenian (musik).

9 9 D. Tinjauan Pustaka Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literaturliteratur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. 5 Dalam meneliti penulis banyak menggunakan literatur sebelumnya yang berkaitan dengan gondang dan orang Batak. Lothar Schreiner telah melakukan penelitian terhadap orang Batak judul Adat dan Injil. 6 Schreiner membahas secara ekstensif peranan sosial gondang sabangunan bagi orang Batak serta membicarakan repertoarnya setelah kristen datang ke tanah Batak. Dijelaskan juga bagaimana tanggapan para misionaris yang bertugas pada masa era kristenisasi di Tanah Batak terhadap pertunjukan-pertunjukan gondang Batak ditinjau dari perspektif agama Kristen. Mauly Purba juga menuliskan penelitian yang berjudul Result of contact between the Toba Batak People, German Missionaries, and Dutch goverment official: musical and social 7 Mauly menjelaskan bagaimana dampak sosial kultural dan dampak religi selama kurang lebih depalan puluh tahun antara 5 Nazir, Metode Penelitian, Penerbit Ghalia Indonesia (Jakarta,1988: 111) 6 Lothar Schreiner, Adat dan Injil, BPK Gunung Mulia (Jakarta, 2008: 46-48)

10 10 suku Batak Toba dengan misionaris Jerman dan kolonial Belanda pada tahun Mauly menjelaskan bahwa adanya perubahan besar tentang pertunjukan gondang dan pelaksanaan adat secara mendalam. Tulisan lain dari Mauly yaitu From Conflict to Reconciliation: The Case of the "Gondang Sabangunan" in the Order of discipline of the Toba Batak Protestant. 8 Pada penelitian ini Mauly mengeksplorasi sejarah dan konsekuensi kebijakan gereja Batak protestan selama 140 tahun dan bagaimana hubungannya dengan kosmologi adat Toba, gondang dan sistem kepercayaan yang ada pada masyarakat Batak Toba. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, dapat menjelaskan sejarah keberadaan gondang dan persentuhannya dengan kedatangan agama Kristen. Dengan demikian dapat menjelaskan perubahan yang terjadi dalam gereja sebagai faktor pertunjukan gondang yang terjadi di HKBP Sudirman Jakarta. Sumandio Hadi dalam bukunya yang berjudul Seni Dalam Ritual Agama, 9 mengatakan bahwa agama yang berciri ritualistik cenderung mengadakan berbagai macam upacara dan menghendaki kekayaan imaji dalam bentuk seni. Seni pada 8 Mauly Purba, From Conflict to Reconciliation: The Case of the "Gondang Sabangunan" in the Order of discipline of the Toba Batak Protestant, Journal of Southeast Asian Studies, Vol. 36, No. 2, (Cambridge University Press, 2005: ) 9 Sumandiyo Hadi, Seni Dalam Ritual Agama, (Penerbit Pustaka, Yogyakarta, 2006: )

11 11 hakikatnya digunakan untuk mengungkapkan keindahan Tuhan. Kajian yang sangat menarik dari buku ini adalah sejauh mana pembentukan seni dalam ritual agama yang disesuaikan dengan budaya lokal (inkulturasi ) tidak menyimpang dengan kaidahkaidah agama. Kesimpulan penelitian Sumandiyo membuktikan justru sebaliknya seni dalam ritual menggerakkan umat untuk beribadah dan memperkuat kesadaran religiusitas penganutnya. Buku berjudul Inkulturasi Gamelan Jawa, Studi Kasus di Gereja Katolik Yogyakarta oleh Sukatmi Susantiana 10 menuliskan persentuhan antar budaya seringkali membuahkan hasil yang menakjubkan. Diuraikan juga bahwa seni yang sarat etnisitas seperti gamelan ternyata dapat berpadu dalam lingkup gereja Katolik dan unsur tradisional dalam prosesi keagamaan bukannya memberi efek destruktif melainkan memperkaya nuansa peribadatan. E. Landasan Teori Penelitian ini mengarah pada keterkaitan antara seni dan religi. Sehubungan dengan itu, Mudji Sutrisno mengemukakan bahwa estetika itu menyatukan ungkapan rasa keindahan dengan rasa religius. Kepekaan intuisi religius memiliki kesaman dengan musik yang mampu menyentuh hati siapa saja, sehingga jika seni 10 Sukatmi Susantiana, Inkulturasi Gamelan Jawa: Studi Kasus di Gereja Katolik, (Universitas Michigan, Philosophy Press, 2001: 82-90)

12 12 dihayati ekspresinya untuk memuliakan kehidupan, maka kedamaian akan terjadi. 11 Mudji Sutrisno menjelaskan bahwa estetika tidak berhenti pada seni dalam arti sempit, tetapi seluruh kemampuan manusia dalam kebudayaan. Melihat estetika dalam hal religiositas adalah upaya bagaimana melihat kapasitas estetika sebagai katarsis (meleluasakan, melepaskan seluruh frustasi manusia yang langsung estetis) juga berfungsi sebagai ekpresi perjuangan untuk membahasakan nilai-nilai yang diperjuangkan. Gondang merupakan ungkapan rasa keindahan masyarakat Batak dan biasanya semua pendengar mengakui adanya sesuatu kekuatan di dalam gondang yang dapat membuat orang senang, sedih, dan merasa bersatu di dalam suasana kekeluargaan. Pertunjukan gondang pada zaman dahulu selalu digunakan untuk ritual yang bernilai tinggi dan sakral dalam masyarakat Batak. Keyakinan orang Batak Toba pada waktu dulu, apabila gondang dimainkan maka bunyinya akan kedengaran sampai ke langit dan semua penari akan mengikuti gondang bahkan sebagian penari sampai 11 Mudji Sutrisno, Teks Teks Estetika: Filsafat Seni, (Galang Press, Yogyakarta, 2005: )

13 13 melompat-lompat seperti kesurupan di atas tanah ( na tondol di tano). 12 Gondang dipandang sebagai musik sakral, oleh sebab itu prosedur yang mengatur penyajiannya harus diperhatikan. Keseluruhan prosedur penyajain godang biasanya selalu mengandung elemen adat. Prosedur dan peraturan tersebut tidak saja menjelaskan bagaimana gondang dipersiapkan dan dipertunjukkan, tetapi juga menyiratkan bahwa tradisi gondang merupakan alat penting untuk mengejawantahkan sesuatu yang bernilai tinggi dalam kehidupan sosial orang Batak Toba. 13 Religiositas merupakan kesadaran manusia bahwa nilai, arah dan orientasi hidupnya ditentukan oleh hubungannya yang damai dengan Yang Ilahi, Yang Suci. Tindakannya dalam hal ini terutama ditampakkan dalam upacara (ritual), dengan kata lain ritual merupakan religiousitas dalam tindakan. Penghadiran kembali pengalaman religi dalam bentuk kultis adalah pokok bagi kehidupan kelompok religi yang bersangkutan. Perwujudan dari makna religius dan sarana untuk mengungkapkan sikap-sikap religius biasanya menggunakan banyak simbol, simbol itu sendiri 12 pada-sistem-peralatan-gondang. 13 Mauly Purba, Gereja dan Adat: Kasus Gondang Sabangunan dan Tortor, Jurnal Antropology Indonesia, (Universitas Indonesia Press, Jakarta, 2000: 25-29)

14 14 menjadi pokok ketegangan dan dilema yang terwujud dalam religi. 14 Religiositas masyarakat Batak sejak masuknya agama Kristen tahun sejak tahun 1860 merupakan agama Kristen yang dibawa oleh misionaris Eropa, tepatnya Rheinische Missions Gesellschaft (RMG). Orang Batak yang beragama kristen kemudian disebut gereja Batak Toba, yaitu gereja terbesar di Sumatera Utara atau Huria Kristen Batak Toba (HKBP). Ajaran yang paling tinggi dari Kristiani adalah kelahiran, kematian dan kebangkitan Kristus untuk penghapusan dosa dan penyelamatan umat manusia. Hal ini yang disimbolkan dalam bentuk salip, yakni hubungan manusia kepada Yang Maha Suci dan hubungan kepada sesama umat manusia harus seimbang dan sejalan. 15 Tindakan yang diwujudkan oleh masyarakat Batak dalam hal ini adalah dengan mengadakan ibadah setiap hari Minggu yang selalu menghadirkan nyanyian dan musik. Jemaat gereja HKBP Sudirman Jakarta mengungkapkan hubungan antara manusia dengan Yang Ilahi dalam proses ibadah tersebut menggunakan musik tradisional peninggalan leluhur atau 14 Mariasusai Dhavamoniy, Fenomenologi Agama, (Kanisius, Yogyakarta, 1973: 174) 15 Aritonang, Sejarah Pendidikan Kristen di Tanah Batak ( BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988: 78-80)

15 15 gondang. Gondang dipakai dalam liturgi peribadatan untuk mengiringi nyanyian peribadatan. Penelitian gondang dan religiositas dalam masyarakat Batak akan menjelaskan proses penyatuan antara gondang sebagai musik tradisional Batak dan peribadatan gereja HKBP Sudirman. Dalam penyatuan tersebut memungkinkan masyarakat Batak menghayati keimanannya kepada Yang Ilahi melalui karya seni musik yang dekat dan melekat dengan sang diri. Dengan penyatuan keindahan dan religiositas masyarakat Batak akan menghasilkan pengalaman religi yang dalam bagi setiap orang di HKBP Sudirman. Dalam tulisan Bungaran Antonius Simanjuntak dikatakan bagi orang Batak Toba, perubahan sosial budaya tersebut tercermin dalam tahapan sejarah berdasarkan esensi dan fungsi sosial kultural yang terjadi, yang dibagi dalam tahap (1) pra Kristen yang terdiri dari pra Hindu dan pengaruh hindu; (2) pengaruh agama kristen; (3) kemandirian Batak Toba sampai dengan sekarang. Melalui proses tahapan perubahan tersebut, masyarakat Batak Toba terbagi atas tiga kelompok pola pikir yang berhadapan dengan budayanya sendiri terutama mengenai adat tradisi yang diturunkan oleh nenek moyang yaitu : 1. Kelompok yang masih melaksanakan secara utuh adat dan kepercayaan nenek moyang, walaupun menjalani salah satu

16 16 dari lima agama yang ada di Indonesai, namun ibadah yang dijalankan sesuai dengan kepercayaan nenek moyang. 2. Kelompok yang sudah beragama Kristen (bahkan fanatik) yang menganggap semua adat tradisi nenek moyang yang berhubungan dengan warisan nenek moyang yang berhubungan dengan roh para leluhur ( hasipelebeguon) harus dijauhi. 3. Kelompok dengan jalan menyesuaikan kondisi yakni mencoba mengambil (mengadopsi) hal -hal yang sesuai dengan ajaran agama sehingga dapat mewujudkan sebagai sarana dalam kehidupan masyarakat. 16 Dalam proses perubahan ke arah modern orang Batak Toba di kota tetap memegang teguh suatu ragam sistem nilai adat lama. Gejala tersebut dapat dilihat dari tulisan Bruner yaitu banyaknya orang Batak telah berpindah ke kota dengan mempertahankan sistem kampungnya sama sekali secara utuh di kalangan kelompoknya, mereka dikumpulkan bersama-sama melalui perasaan solidaritas keluarga sebagai suatu minoritas etnis dan kristen, mereka tidak mempunyai contoh-contoh perubahan sebagai alternatif lain dan berpendapat bahwa adat berfaedah 16 Bungaran Antonius simanjuntak, Konsepku Membangun Bangso Batak: Manusia, Agama dan Budaya, Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2012:

17 17 sebagai suatu dasar untuk mengatur susila dalam masyarakat. 17 Adat juga memelihara hubungan-hubungan yang erat dengan saudara-saudara di desa asal, sehingga komunitas Batak Toba di perantauan dan di daerah asal menjaga jaringan komunitas dan sistem sosial. Jaringan komunitas di perantauan memungkinkan masyarakat Batak dapat mempertahankan adat serta paham mengenai identitas pribadi dan identitas kultural sebagai masyarakat urban yang merupakan identitas yang mereka miliki. Menurut Bruno Nettl budaya urban yang pluralis dapat mempengaruhi budaya, khususnya musik dan masing-masing unsur-unsur musik dapat saling bercampur menjadi sintesis baru ataupun keduanya masing-masing hidup berdampingan. Berdasarkan pernyataan Nettl yang mengatakan dalam sejarah musik dunia hal ini sudah berlangsung dua atau tiga abad terakhir. if we view the history of world music in the last two or three centuries, there seems to be two events of such magnitude that they must be considered the dominant cause of change, and musical technology througout the world, including the isolated parts of the west as well as almost all non Europen culturers, and the rise of a mass-industrial culture of the west Edward Bruner, Urbanization and Ethnic Identity in North Sumatra, Jurnal American Anthropologist, New Series, Vol. 63, No. 3, (Wiley Press, 1961: ) 18 Bruno Nettl, The Study of Ethnomusicology, (University of Illinois Press, 1983/2005: )

18 18 Nettl menjelaskan bahwa perubahan konsep dalam penggunaan musik di seluruh dunia disebabkan menyebarnya gaya-gaya musikal barat, gagasan musiknya dan teknologi musik di seluruh dunia. Perubahan tersebut juga didukung oleh menyebarnya media yang diorientasikan pada gaya musik populer yang pada akhirnya mendominasi pada industri budaya masyarakat urban. Demikian juga masyarakat Batak yang sedang mengalami perubahan konsep tentang gondang, tidak bisa lepas dari pengaruh media dan teknologi perkotaan yang semakin membuka pemahaman tentang orang Batak mengalami diaspora yang mendorong untuk mencari dan menjaga jati diri sebagai orang Batak. Adanya pencarian identitas dalam masyarakat Batak di perantauan, menjadikan peletarian gondang sebagai musik yang dapat mendekatkan masyarakat Batak kepada fungsi semula gondang, yaitu alat pengiring dalam pengalaman religius. Dalam mengkaji gondang di HKBP Sudirman Jakarta, penulis akan banyak menggunakan perspektif etomusikologi dari Allan P Merriam yang menyatakan musik itu memiliki arti yang luas dan dilihat sebagai gejala manusia dalam tiga tingkatan yaitu konseptualisasi tentang musik, tingkah laku dalam hubungannya dengan musik dan wujud musik itu sendiri. Tingkah laku yang dimaksud berupa aspek-aspek fisik, sosial, verbal dan aspek belajar. Tingkah laku itu sendiri memiliki konsep yang

19 19 mendasarinya, sehingga tanpa konsep tentang musik tingkah laku tidak akan ada dan tanpa tingkah laku suara musik tidak akan dapat dihasilkan. 19 F. Metode Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif mengumpulkan data, menentukan dan melaporkan yang ada menurut kenyataan. Sifat kualitatif penelitian akan mengarah pada mutu dan kedalaman uraian, yakni pembahasan tentang revitalisasi gondang Batak di gereja HKBP Sudirman. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsipprinsip umum yang mendekati perwujudan suatu gejala-gejala yang ada dalam kehidupan manusia atas pola-pola. 20 Suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif memungkinkan untuk memahami masyarakat secara personal atau memandang mereka secara umum, mereka sendiri mangungkapkan secara alami. Teknik pengumpulan data atau bahan yang relevan, akurat dan terandalkan ini bertujuan untuk menciptakan hasil penelitian 19 Allan P.Merriam, The Anthropology of Music, (Northwestern University Press, USA, 1964: 32-33) 20 Robert Bogdan and Steven J.Taylor, Intriduction to Qualitative Research Methods, (Wiley, New York, 1975: 4-5)

20 20 yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi Observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan berbagai indera tanpa pertolongan alat standar untuk keperluan tersebut. Metode observasi atau pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. 21 Penulis lebih banyak mengamati objek penelitian secara langsung dalam ritual ibadah di HKBP Sudirman Jakarta. Penulis juga banyak tinggal di antara pionir-pionir budaya yaitu pelatih gondang di HKBP Sudirman, kemudian memperhatikan pengalaman mereka dalam proses revitalisasi gondang. Spradley menjelaskan bahwa peran dalam observasi dapat dibagi menjadi 1) tak berperan sama sekali, 2) berperan pasif, 3) berperan aktif, dan berperan penuh, dalam arti peneliti benarbenar menjadi warga anggota kelompok yang sedang diamati. 22 Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan, artinya peneliti tidak langsung terlibat pada situasi yang sedang diamati, dengan kata lain peneliti tidak berinteraksi atau mempengaruhi objek yang diamati. Setelah 21 Suharsemi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Sinar Baru, Bandung, 1992:123) 22 James P. Spradley, Ethnography, Cultural Experience: Ethnography in Complex Society, ( Waveland Press, USA, 2005: 3-12)

21 21 melakukan pengamatan, penulis mengambil beberapa data yang diungkapkan secara langsung oleh setiap anggota yang tergolong dalam komunitas HKBP Sudirman Jakarta. 2. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dimana di dalamnya dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. 23 Tehnik wawancara yang dilakukan penulis adalah wawancara berfokus (focused interview) dan wawancara bebas (free interview). Sebelum melakukan wawancara penulis terlebih dahulu menentukan pada siapa wawancara akan dilakukan, kemudian melakukan wawancara yang hasilnya ditulis dalam catatan lapangan. Informan dalam wawancara ini yaitu pemimpin dari HKBP Sudirman Jakarta tiga orang, pionir budaya yang memfasilitasi revitalisasi gondang yaitu Martahan Sitanggang, anak muda HKBP Sudirman dipilih sepuluh orang dan beberapa perwakilan jemaat HKBP, dan yang terakhir adalah Profesor Mauly Purba sebagai peneliti dan pemerhati gondang Batak di Sumatera Utara dalam konteks peribadatan. Pada wawancara berfokus, pertanyaan 23 Lihat Spradley, 2005:

22 22 berpusat kepada pokok permasalahan, sedangkan pada wawancara bebas pertanyaan tidak berpusat pada permasalahan tetapi beralih pada permasalahan yang lain untuk memperoleh data yang beraneka ragam. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang berhubungan dengan dokumen baik dalam bentuk laporan, suratsurat resmi maupun catatan harian dan sebagainya. Penulis juga menggunakan berbagai macam dokumentasi pada saat di lapangan diantaranya buku-buku, foto-foto, arsip-arsip, autobiografi. Hal ini bertujuan agar dokumen tersebut diharapkan dapat memberikan uraian dan wujud tentang revitalisasi gondang Batak di HKBP Sudirman Jakarta. Proses penelitian di HKBP Sudirman juga akan dilakukan perekaman hasil wawancara dengan pihak gereja HKBP Sudirman untuk dapat diolah secara detail tanpa mengubah makna yang terkandung di dalamnya. Dokumentasi digunakan untuk memperluas penelitian, karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Dokumentasi ini diharapkan dapat membantu peneliti mempelajari dokumen yang berhubungan dengan materi revitalisasi gondang Batak di HKBP Sudirman Jakarta.

23 23 G. Sistem Penulisan Dalam mengarahkan penelitian kepada topik permasalahan, maka diperlukan suatu kerangka yang jelas dan terarah dan saling berhubungan dalam pembentukan struktur pembuatan laporan akhir penelitian. Sistematika penulisan dalam penelitian, BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II LATAR BELAKANG SEJARAH SOSIAL HKBP SUDIRMAN JAKARTA Bab ini berisikan tentang peta budaya, sosial, ekonomi dan kesenian masyarakat Batak Toba Sumatera Utara sebagai latar belakang sosial budaya HKBP Sudirman Jakarta, falsafah masyarakat Batak Toba, sistem kepercayaan, sistem kekerabatan, kesenian, gondang, dan sejarah Huria Kristen Batak Protestan. BAB III MASYARAKAT BATAK TOBA DI PERANTAUAN Bab ini berisi tentang bagaimana dilema identitas kultural orang Batak Toba di perantauan, perubahan dan keberlanjutan gondang dalam adat perkawinan di perantauan, HKBP dan tantangan identitas, pesta Jubileum HKBP 2011: momen baru bagi gondang, dan perayaan tahun remaja 2014.

24 24 BAB IV PROSES REVITALISASI DAN BENTUK GONDANG DALAM PERIBADATAN Bab ini membahas proses revitalisasi yang terjadi di HKBP Sudirman meliputi: tahap sosialisasi, pelatihan gondang dan festival taganing. Dilanjutkan dengan implementasi gondang dalam musik liturgi, ibadah HKBP Sudirman dengan gondang, bentuk gondang dalam ibadah HKBP Sudirman, tanggapan dan pandangan jemaat, pengaruh gondang terhadap masyarakat HKBP Sudirman: kontroversi gondang dalam ibadah, Kristen dan tradisi revisited. BAB V MUSIK, IDENTITAS, DAN RELIGI Bab ini membahas tentang identitas, konteks diaspora, krisis identitas, reformulasi identitas, negosiasi gondang di HKBP Sudirman dengan pecinta budaya Batak, gondang sebagai identitas, reasi kuasa di HKBP Sudirman, gondang sebagai ekspresi religious. BAB VI KESIMPULAN Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FUNGSI, TEKNIK PERMAINAN INSTRUMENN DAN BENTUK PENYAJIAN MUSIK TRADISIONAL GONDANG G HASAPI KELUARGA SENI BATAK JAPARIS BAGI MASYARAKAT BATAK TOBA DI YOGYAKARTA RINGKASANN SKRIPSI Oleh Awal Ahmad Syahputra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Awal dari sebuah kehidupan adalah sebuah penciptaan. Tanpa adanya sebuah penciptaan maka kehidupan di muka bumi tidak akan pernah ada. Adanya Sang Pencipta yang akhirnya berkarya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz 14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mood merupakan salah satu aspek psikologis yang termasuk dalam afek yang dialami manusia. Afek adalah perasaan yang dialami seseorang, yang di dalamnya terdapat aspek

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data. 219 BAB VI PENUTUP Dari hasil analisa terhadap ulos dalam konsep nilai inti berdasarkan konteks sosio-historis dan perkawinan adat Batak bagi orang Batak Toba di Jakarta. Juga analisa terhadap ulos dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Salah satu perbedaan terbesar antara masyarakat di Indonesia (khususnya orang Batak) dengan masyarakat di Barat adalah dalam hal adat istiadat. Kehidupan di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

BAB I PENDAHULUAN. T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu mata kuliah praktek yang saya ikuti selama empat semester (sejak T.A 2010/2011 s.d. T.A 2011/2012) berturut-turut di program studi Etnomusikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan suatu daerah dengan daerah lain pada umumnya berbeda, dan kebudayaan tersebut seantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Kebudayaan tersebut berkembang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya yang berada di daerah-daerah di dalamnya. Kebudayaan itu sendiri mencakup pengertian yang sangat luas. Kebudayaan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dan menetapkan masa depan masyarakat melalui pelaksana religinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merayakan upacara-upacara yang terkait pada lingkaran kehidupan merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat Karo. Upacara atau perayaan berhubungan dengan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara adalah aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tertentu dan dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejaian ataupun penyambutan. Musik dalam Ibadah

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenal dengan istilah agama primitif, agama asli, agama sederhana. 1 Agama suku adalah BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sebelum agama-agama besar (dunia), seperti Agama Islam, katolik, Hindu dan Budha masuk ke Indonesia, ternyata di Indonesia telah terdapat agama suku atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan

BAB I PENDAHULUAN. siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat. bagi seluih umat manusia di dunia.agama menjadi sumber motivasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama merupakan sebuah realitas sosial yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun, baik dalam masyarakat modern maupun dalam masyarakat tradisional.sebagai sistem kepercayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karo merupakan merupakan salah satu etnis di provinsi Sumatera Utara yang memiliki kebudayaan tersendiri. Salah satu unsur kebudayaan itu adalah musik 1. Musik di dalam

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 31 Maret na parjolo tardidi sian halak Batak, ima Simon Siregar dohot BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bebas memeluk Agama dan Kepercayaannya masing-masing. Dimana salah satu agama tersebut adalah Agama Kristen

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah bukan hanya berkaitan dengan sebuah bernyanyi dan berdoa, nilai

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah bukan hanya berkaitan dengan sebuah bernyanyi dan berdoa, nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah adalah hal yang sangat umum dan sangat berkaitan erat dengan hidup kita keseharian. Ibadah juga memiliki makna yang sangat luas mengingat bahwa setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkembang pun dipengaruhi oleh kehidupan masyarakatya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan unsur-unsur budi daya luhur yang indah, misalnya; kesenian, sopan santun, ilmu pengetahuan. Hampir setiap daerah yang ada di berbagai pelosok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan

Lebih terperinci

GEREJA HKBP DI SEMARANG

GEREJA HKBP DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GEREJA HKBP DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : JOSUA B. SIHOTANG L2B 005

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Upacara Pangurason dilaksanakan bukan semata ditampilkan untuk memperoleh nilai secara finansial masyarakatnya, namun lebih kepada penonjolan identitas masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad IV. Pada saat itu musik sudah masuk dalam unsur liturgi dan berfungsi sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan

BAB l PENDAHULUAN. pencapaian inovasi tersebut manusia kerap menggunakan kreativitas untuk menciptakan BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk yang memiliki akal pikiran untuk melakukan inovasiinovasi dalam mencapai tujuan tertentu sesuai yang diinginkannya. Di dalam proses pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas aspek ritual pembuatan taganing dan secara lebih spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Simon Petrus memiliki nama Ibrani Simeon tetapi dalam Terjemahan Baru Indonesia (TBI) semua menjadi Simon. Mungkin, seperti banyak pada orang Yahudi dipakainya juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni.

BAB I PENDAHULUAN. diterima dan dirasakan oleh pencipta atau pengamat seni. 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Negara Indonesia adalah merupakan suatu negara yang terdiri dari beriburibu pulau dengan berbagai ragam suku bangsa dan adat istiadat, seni dan budayanya tentu berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung

Bab I. Pendahuluan. muncul adalah orang yang beragama Hindu. Dan identitasnya seringkali terhubung Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Jika seseorang mendengar kata pura maka asosiasinya adalah pulau Bali dan agama Hindu. Jika seseorang mengaku berasal dari Bali maka asosiasi yang muncul adalah orang

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian tradisi lisan merupakan obyek kajian yang cukup kompleks. Kompleksitas kajian tradisi lisan, semisal upacara adat dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

E-SENI GORDANG SAMBILAN

E-SENI GORDANG SAMBILAN E-SENI GORDANG SAMBILAN Sri Handayani Jurusan Sistem Informasi Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan Jl.HM Jhoni No.70 Medan Sumatera Utara Indonesia E-mail: Handayani.lbs94@yahoo.com Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini tercatat ada lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. saat ini tercatat ada lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Masingmasing 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang luas yang memiliki banyak pulau dan memiliki jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Sampai saat ini tercatat

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Penyelenggaraan sebuah ibadah Kristen identik dengan praktek nyanyian dan musik, meskipun keduanya tidak selalu ditemukan dalam ibadah Kristen. Nyanyian dan musik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai banyak kelebihan. Inilah yang disebut potensi positif, yakni suatu potensi yang menentukan eksistensinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Dalam suatu masyarakat terdapat sebuah sistem dan komponen yang mendukung eksistensi komunitas. Komponen itu antara lain agama, kewarganegaraan, identitas suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang

BAB I PENDAHULUAN. bereaksi, dan merespon sebagai hasil dari pengalaman dengan suatu cara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran memiliki beberapa komponen yaitu: tujuan pengajaran, peserta didik, guru, perencanaan pengajaran, strategi pembelajaran, media pengajaran, dan evaluasi

Lebih terperinci