ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY"

Transkripsi

1 1 ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TESIS Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2 Program Studi Magister Manajemen WULAN NOVIANI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012

2 2 TESIS ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan Oleh WULAN NOVIANI Telah Disetujui Oleh : Pembimbing I Dr. Aris Suparman Wijaya, M. M., Akt. Tanggal. Pembimbing II Dra. Tri Maryati, M. M Tanggal.

3 3 TESIS ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Diajukan Oleh WULAN NOVIANI Tesis ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tanggal 3 September 2012 Yang terdiri dari : Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono Ketua Tim Penguji Dr. Aris Suparman Wijaya, M. M., Akt. Anggota Tim Penguji Dra. Tri Maryati, M. M Anggota Tim Penguji Mengetahui Ketua Program Magister Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Prof. Dr. Heru Kurnianto Tjahjono

4 4 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini bukan merupakan hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diterbitkan oleh pihak manapun. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila di kemudian hari ada yang mengklaim bahwa karya ini adalah milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia. Yogyakarta, 2012 Yang membuat pernyataan : Wulan Noviani

5 5 MOTTO Ambillah waktu untuk berpikir, itu adalah sumber kekuatan. Ambillah waktu untuk belajar, itu adalah sumber kebijaksanaan. Ambillah waktu untuk bersahabat, itu adalah jalan menuju kebahagiaan. Ambillah waktu untuk bermain, itu adalah rahasia dari masa muda yang abadi. Ambillah waktu untuk tetawa, itu adalah musik yang menggetarkan hati. Ambillah waktu untuk memberi, itu akan membuat hidup terasa berarti. Ambillah waktu untuk beramal, itu adalah kunci menuju surga. Ambillah waktu untuk berdoa, itu adalah sumber ketenangan. Ambillah waktu untuk mencintai dan dicintai, itu adalah hak istimewa yang diberikan Tuhan. Karya ini, kupersembahkan kepada : Bapak dan Ibu tercinta Keluargaku tersayang

6 6 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Halaman Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Lembar Pernyataan... v Motto... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... xii Daftar Lampiran... xii Intisari... xiii Abstract... xiv BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Lingkup Penelitain C. Rumusan Masalah Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Kecerdasan Majemuk a. Pengertian Kecerdasan Majemuk b. Konsep Teori Kecerdasan Majemuk c. Komponen Kecerdasan Majemuk Lingkungan Kerja a. Jenis Lingkungan Kerja... 34

7 7 b. Manfaat Lingkungan Kerja c. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Lingkungan Kerja d. Indikator Lingkungan Kerja Sikap a. Pengertian Sikap b. Komponen Sikap c. Ciri-Ciri Sikap d. Pembentukan Sikap Profesional a. Pengertian Profesional b. Karakteristik Profesional c. Indikator Sikap Profesional B. Kerangka Pemikiran Penelitian C. Penelitian Terdahulu D. Pengembangan Hipotesis Penelitian BAB III. METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian B. Populasi Penelitian C. Jenis Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian F. Uji Kualitas Instrumen G. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian B. Gambaran Umum Tenaga Kerja Keperawatan RS PKU C. Profil Obyek dan Subyek Penelitian D. Uji Keabsahan dan Keandalan Instrumen E. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Hasil Interview Hasil Analisis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Uji Hipotesis F. Pembahasan

8 8 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 150 B. Saran C. Keterbatasan Penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN...158

9 9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Daftar Komposisi Mata Kuliah PSIK FKIK UMY Tahun Akademik 2011/ 2012 Jenis Kecerdasan berdasarkan Wilayah Otak Jenis Kecerdasan berdasarkan Perkembangan Definisi Operasional dan Indikator Pengukuran Pola Ketenagaan Keperawatan berdasarkan Pendidikan, Status Karyawan dan Jenis Kelamin di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Februari Tahun 2012 Distribusi Tenaga berdasarkan Unit Kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Februari Tahun 2012 Karakteristik Responden berdasarkan Usia, Jenis Kelamin dan Status Perkawinan Data Interviewee dari RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan PSIK FKIK UMY Uji Validitas Data Uji Reliabilitas Data Ringkasan Hasil Analisis Deskriptif Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Linguistik Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Logika Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Visual Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Kinestetik Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Musik Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Interpersonal Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Intrapersonal Hasil Analisis Deskriptif Kecerdasan Natural Hasil Analisis Deskriptif Keamanan Lingkungan Kerja Hasil Analisis Deskriptif Kebersihan Lingkungan Kerja Hasil Analisis Deskriptif Kenyamanan Lingkungan Kerja Hasil Analisis Deskriptif Jaminan Keselamatan Kerja Hasil Analisis Deskriptif Kondisi Lingkungan Kerja Hasil Analisis Deskriptif Peningkatan Ilmu Pengetahuan Hasil Analisis Deskriptif Otonomi Hasil Analisis Deskriptif Kerjasama Hasil Analisis Deskriptif Kompetensi Hasil Analisis Deskriptif Pengembangan Profesional Hasil Analisis Deskriptif Bekerja dalam Komite Hasil Analisis Deskriptif Pelayanan Komunitas Hasil Analisis Deskriptif Teori dan Kode Etik Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan Halaman

10 10 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42 responden X tentang Dasar Tujuan Pendidikan Profesi di PSIK FKIK UMY Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X tentang Dasar Tujuan Pendidikan Profesi Keperawatan di FKIK UMY Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X terkait Proses Pendidikan Profesi Keperawatan di FKIK UMY Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X terkait Proses Pendidikan Profesi Keperawatan di FKIK UMY Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Lingkungan Kerja Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Lingkungan Kerja Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Kecerdasan Majemuk Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Kecerdasan Majemuk Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Implementasi Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Implementasi Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Evaluasi Program Pendidikan Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden X berdasarkan Evaluasi Program Pendidikan Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y tentang Proses Pendidikan Profesi Keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y tentang Proses Pendidikan Profesi Keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

11 11 Tabel 4.43 Tabel 4.44 Tabel 4.45 Tabel 4.46 Tabel 4.47 Tabel 4.48 Tabel 4.49 Tabel 4.50 Tabel 4.51 Tabel 4.52 Tabel 4.53 Tabel 4.54 Tabel 4.55 Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Lingkungan Kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Lingkungan Kerja di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Kecerdasan Majemuk Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Kecerdasan Majemuk Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Implementasi Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Implementasi Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Kebijakan RS dalam Pembentukan Sikap Profesional Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Kebijakan RS dalam Pembentukan Sikap Profesional Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Evaluasi terkait Kebijakan Program Pembentukan Sikap Profesional RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Evaluasi terkait Kebijakan Program Pembentukan Sikap Profesional RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Matriks Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Harapan Pihak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terhadap Pendidikan Profesi Keperawatan FKIK UMY Hasil Wawancara Tidak Terstruktur dengan responden Y berdasarkan Harapan Pihak RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terhadap Pendidikan Profesi Keperawatan FKIK UMY Pengaruh Kecerdasan Majemuk Mahasiswa Profesi FKIK

12 12 Tabel 4.56 Tabel 4.57 Tabel 4.58 Tabel 4.59 UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Pengaruh Lingkungan Kerja Mahasiswa Profesi FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Syarat Regresi Linear Pengaruh Variabel Independen terhadap Sikap Profesional DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Model Kerangka Pemikiran 53 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15 Lampiran 16 Lampiran 17 Lampiran 18 Lembar Informed Consent/ Persetujuan Responden Kuesioner Lingkungan Kerja Kuesioner Kecerdasan Majemuk Kuesioner Pembentukan Sikap Profesional Pedoman Wawancara tidak terstruktur PSIK FKIK UMY Pedoman Wawancara tidak terstruktur RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Transkrip Hasil Wawancara Tabulasi Data Uji Validitas Kecerdasan Majemuk Hasil Uji Validitas Kecerdasan Majemuk Hasil Uji Reliabititas Kecerdasan Majemuk Tabulasi Data Uji Validitas Lingkungan Kerja Hasil Uji Validitas Lingkungan Kerja Hasil Uji Reliabititas Lingkungan Kerja Tabulasi Data Uji Validitas Pembentukan Sikap Profesional Hasil Uji Validitas Pembentukan Sikap Profesional Hasil Uji Reliabititas Pembentukan Sikap Profesional Hasil Uji Regresi, t dan F Surat Ijin Penelitian

13 13 INTISARI Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh kecerdasan majemuk dan lingkungan kerja terhadap pembentukan sikap profesional mahasiswa profesi keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta secara parsial maupun simultan. Penelitian ini adalah Mixed methods dengan menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Responden penelitian adalah total populasi sebanyak 47 orang. Instrumen penelitian adalah modifikasi kuesioner kecerdasan majemuk, lingkungan kerja, sikap profesional dan pedoman wawancara. Hasil analisis statistik dengan uji t untuk kecerdasan majemuk diperoleh Ho diterima dan lingkungan kerja diketahui Ho ditolak. Hasil uji F diperoleh Ho diterima. Hasil analisa kualitatif menunjukkan adanya pengaruh kecerdasan majemuk mahasiswa terhadap pembentukan sikap profesional dan lingkungan kerja RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta sangat mempengaruhi pembentukan sikap profesional mahasiswa. Kesimpulan penelitian adalah tidak ada pengaruh positif dan signifikan dari kecerdasan majemuk dan lingkungan kerja terhadap pembentukan sikap profesional mahasiswa, sedangkan dari hasil analisis kualitatif diketahui kecerdasan majemuk dan lingkungan kerja mempengaruhi pembentukan sikap profesional pada mahasiswa profesi keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Kata kunci: sikap profesional, kecerdasan majemuk, lingkungan kerja.

14 14 ABSTRACT The research aims at analyzing the influence of multiple intelligences and working environment on the establishment of professional attitude of nursing profession students of Faculty of Medicine and Health Sciences of UMY at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta both partially and simultaneously. The research employs mixed methods research by combining quantitative and qualitative methods. The respondents of the research are the total population with as many as 47 people. The research instrument was modified questionnaires of multiple intelligences, working environment, professional attitude and interview guides. The results of the statistical analysis using t test show that for multiple intelligences, Ho is accepted, while for working environment, Ho is rejected. The result of F test shows that Ho is accepted. The results of the qualitative analysis show that multiple intelligences of students affect the formation of professional attitude and working environment at PKU Muhammadiyah Hospital of Yogyakarta greatly affects professional attitude of students. From the quantitative analysis on the one hand, it can be concluded that there is no positive and significant effect of multiple intelligences and working environment on the formation of professional attitudes of students. On the other hand, the results of the qualitative analysis show that multiple intelligences and working environment affect the formation of professional attitude of nursing profession students of Faculty of Medicine and Health Sciences of UMY at PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta. Keywords: professional attitude, multiple intelligences, working environment.

15 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesionalisme merupakan sikap dari seorang profesional, dan profesional berarti melakukan sesuatu sebagai pekerjaan pokok. Profesionalisme dalam keperawatan merupakan konsep penting dalam pencapaian status sebagai profesi. Menurut Undang-Undang RI No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan ( Ali, 2002). Pembentukan sikap profesional pada mahasiswa keperawatan merupakan tanggung jawab bersama antara institusi pendidikan dan rumah sakit pendidikan untuk menghasilkan lulusan perawat yang berkualitas, baik dari segi pengetahuan, keterampilan maupun sikap itu sendiri. Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggunakan kurikulum yang terintegrasi untuk pembentukan sikap profesional pada

16 16 mahasiswa keperawatan sesuai pedoman kurikulum dari Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI). Pedoman umum penyusunan kurikulum pendidikan Ners dari AIPNI berlandaskan pada SK Mendiknas No. 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar SK Mendiknas No. 045/U/2002 tentang kurikulum inti pendidikan tinggi, dan UU RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 20 (3) bahwa Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi; PP RI No 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan dan PP RI No 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, pasal 85 (3) bahwa Pendidikan tinggi dapat menyelenggarakan program diploma pada pendidikan vokasi, sarjana, magister dan doktor pada pendidikan akademik dan spesialis dan atau profesi pada pendidikan profesi. Penyusunan materi kurikulum berdasarkan pada hasil analisis dan studi banding ke berbagai institusi penyelenggara pendidikan baik di dalam maupun luar negeri, serta bekerja sama dengan organisasi profesi PPNI. Kurikulum disesuaikan dengan tuntutan dari stakeholder yaitu masyarakat, rumah sakit, puskesmas, departemen kesehatan dan institusi pelayanan kesehatan lainnya terhadap kompetensi perawat profesional. Berbagai kegiatan dilakukan dalam upaya perbaikan kurikulum Ners, melalui pelatihan-pelatihan terkait Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang

17 17 terintegrasi sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menggabungkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan dengan masalah kesehatan yang dihadapi. KBK terintegrasi ini memiliki standar pendidikan utama dalam pencapaian kompetensi baik hard skills maupun soft skills (AIPNI, 2010). Menurut hasil wawancara dengan pengelola PSIK FKIK UMY, didapatkan informasi bahwa sikap mahasiswa terkait soft skills belum sesuai dengan harapan dari institusi pendidikan padahal program untuk pembentukan sikap profesional sudah mulai ditanamkan sejak awal perkuliahan melalui berbagai mata kuliah, kurikulum maupun proses pembelajaran. Sikap profesional mahasiswa keperawatan FKIK UMY dibentuk mulai dari awal semester 1 melalui salah satu mata kuliah spesifik yaitu Professional Nurse. Mata kuliah ini bertujuan memberikan pengenalan tentang profesi perawat, berfokus pada bagaimana menjadi perawat profesional, memiliki sikap profesional dan mengetahui kewajiban dan tanggung jawab menjadi perawat profesional. Sikap profesional yang sudah ditanamkan sejak awal proses pendidikan ini diharapkan menjadi kebiasaan dan dipraktikkan saat mahasiswa menjalani praktik klinik di RS dan komunitas. Kompetensi yang harus dimiliki yaitu komunikasi efektif, kepemimpinan dan manajemen keperawatan, hubungan interpersonal, penelitian, pelayanan profesional di

18 18 klinik dan komunitas, memahami etik dan legal keperawatan, mengembangkan profesionalisme dan menjadi long life learner. Hasil observasi dan pengalaman pribadi peneliti selama menjalani praktik klinik di RS dan komunitas, hanya sebagian kecil mahasiswa yang mencerminkan sikap profesional ke dalam praktik pelayanan yang diberikan. Menurut survei pendahuluan yang dilakukan peneliti di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta didapatkan kesimpulan bahwa sikap profesional mahasiswa profesi keperawatan ditentukan oleh lingkungan praktik. Mahasiswa profesi keperawatan biasanya mengikuti rutinitas yang ada di RS karena mereka belajar dari model peran atau role model yang ditampilkan oleh perawat setempat, padahal mahasiswa memiliki peran sebagai agen perubah yang berarti bahwa menggunakan dirinya sebagai model untuk merubah kebiasaan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diperoleh informasi bahwa mahasiswa profesi keperawatan FKIK UMY belum mencerminkan sikap profesional sebagai seorang calon perawat. Hal ini dikarenakan pembentukan sikap tidak hanya dilakukan dalam proses akademik saja melainkan secara berkelanjutan harus selalu diberikan pengarahan, pemberian role model sikap yang baik, dukungan lingkungan praktik serta pengawasan terhadap pelaksanaannya baik di tingkat akademik maupun klinik sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan harapan.

19 19 Implementasi sikap profesional mahasiswa keperawatan menurut Instrument of Professional Attitude for Student Nurses meliputi peningkatan ilmu pengetahuan, otonomi, kerjasama, kompetensi, pengembangan profesional, bekerja dalam komite, pelayanan komunitas, teori dan kode etik (Hisara et al, 2010; Celik et al, 2011). Hasil dari penelitian Celik et al (2011), didapatkan hasil bahwa profesi keperawatan membutuhkan peningkatan pada kriteria otonomi seiring dengan peningkatan pengetahuan, adanya partisipasi organisasi profesional, penelitian, pelayanan komunitas, kompetensi dan pendidikan berkelanjutan dan kode etik bagi perawat. Menurut literatur, dinyatakan bahwa selama tahap pendidikan keperawatan seharusnya dihasilkan mahasiswa keperawatan yang memiliki sikap dan perilaku profesional. Menurut hasil survei pendahuluan yang dilakukan didapatkan fenomena sebagai berikut : mahasiswa profesi keperawatan FKIK UMY turut berkontribusi dalam peningkatan pengetahuan melalui targetan kompetensi baik hard skills maupun soft skills dalam buku panduan profesi, mahasiswa memiliki otonomi yang rendah dikarenakan belum memiliki kewenangan untuk melakukan tindakan keperawatan, tidak semua mahasiswa dapat menjalin kerja sama yang baik serta bekerja dalam tim, mahasiswa memberikan pelayanan bagi klien dengan baik, pengembangan

20 20 profesional belum terlihat dari hasil observasi serta mahasiswa memiliki pemahaman yang cukup baik terkait teori dan kode etik keperawatan. PSIK FKIK UMY merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi keperawatan di Indonesia yang telah berusia 12 tahun. PSIK FKIK UMY telah terakreditasi B dari DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS No. 015/ BAN- PT/Ak-XII/S1/VI/2009. Proses pendidikan ini dilaksanakan melalui dua tahapan, yaitu tahapan akademik/ sarjana keperawatan selama 4 tahun (S.Kep) dan tahapan profesi selama 1 tahun (Ns). Metode pembelajaran yang digunakan yaitu Full Problem Based Learning. Pendidikan tahap akademik meliputi perkuliahan, praktikum di Mini Hospital yaitu skills lab untuk melatih keterampilan teknis/ hard skills, tutorial untuk melatih soft skills mahasiswa dalam diskusi kelompok, presentasi, pembuatan tugas dan laporan serta pengenalan dunia pelayanan kesehatan pada awal pendidikan seperti di rumah sakit, puskesmas, komunitas dan perusahaan untuk mengetahui kesehatan kerja karyawan. Kurikulum PSIK FKIK UMY telah menggunakan KBK yang berdasarkan pada Kep. Mendiknas No. 232/ U/ 2000 dan No. 045/ U/ 2002 dan saat ini terus mengalami upaya perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan perawat yang dihasilkan. Menurut bagian Medical Education ( MEDU) PSIK FKIK UMY, diperoleh informasi bahwa persentase komposisi hard skills dan soft skills belum dapat dijabarkan.

21 21 Daftar komposisi mata kuliah PSIK FKIK UMY Tahun Akademik 2011/ 2012 dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Daftar Komposisi Mata Kuliah PSIK FKIK UMY Tahun Akademik 2011/ 2012 No. Semester Pengalaman Belajar Total PBD/ PBC PBP PBT SKS 1. Semester Semester Semester Semester Semester Semester Semester Semester Total Persentase (%) 50 38, 96 11, Sumber : Panduan Akademik PSIK FKIK UMY, 2011 Menurut Tabel 1.1, kurikulum PSIK FKIK UMY terdiri dari tiga proses pembelajaran yaitu (1) PBD/ PBC : Proses Belajar Diskusi/ Proses Belajar Ceramah sebanyak 77 sks/ 50% ; (2) PBP : Proses Belajar Praktek sebanyak 60 sks/ 38,96%; (3) PBT : Proses Belajar Tutorial sebanyak 17 sks/ 11,04%. Total beban studi tahap akademik sebanyak 154 sks dengan masa studi selama 4 tahun (8 semester). Komponen yang terkandung dalam setiap

22 22 proses pembelajarannya selalu terkait dengan hard skills dan soft skills yang telah disesuaikan dengan ketentuan dari AIPNI dan kepentingan institusi UMY. Beban studi tahap profesi PSIK FKIK UMY sebanyak 32 SKS yang ditempuh selama 2 semester. Pendidikan tahap profesi berlangsung full time di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan berbagai Rumah Sakit Umum Daerah, dimana mereka magang sebagai coassistant nurse. Lulusan Ners disiapkan untuk memenuhi tuntutan dunia kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Tujuan pendidikan profesi pendidikan Ners PSIK FKIK UMY, adalah untuk menghasilkan Ners melalui proses pembelajaran orang dewasa sehingga menjadi perawat yang memiliki kematangan emosional, spiritual, memegang teguh nilai-nilai agama, serta memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga siap berkarir di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Pengalaman belajar yang didapatkan mahasiswa profesi di RS merupakan proses transformasi mahasiswa yang akan menjadi seorang perawat profesional. Mahasiswa mendapat kesempatan beradaptasi terhadap perannya sebagai perawat profesional dalam lingkungan pelayanan keperawatan seperti melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar melalui pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap profesional dan menerapkan keterampilan profesional.

23 23 Harapan dari KBK yang terintegrasi di PSIK FKIK UMY bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang mampu mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan dan memiliki sikap profesional melalui pembelajaran yang aktif dan mandiri. Mahasiswa sejak awal perkuliahan telah dibekali dengan berbagai macam hard skills dan soft skills yang dapat mengoptimalkan potensinya. Dukungan SDM pengajar yang berkualitas, profesional, fasilitas sarana dan prasarana yang lengkap serta sistem manajemen pendidikan yang terkelola dengan baik, memberikan jaminan terhadap kualitas lulusan. KBK yang digunakan juga diharapkan dapat mengoptimalkan berbagai kecerdasan yang dimiliki mahasiswa keperawatan. Setiap mahasiswa memiliki kecerdasan yang bervariasi dan kecerdasan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap pada seseorang. Hasil survey yang dilakukan Pusat Kurikulum Depdiknas terungkap bahwa kunci kesuksesan adalah 80% mindset dan 20% technical skill, sedangkan hasil survey National Association of College and Employers (NACE) dan Asosiasi MBA dunia menyebutkan bahwa soft skills berperan lebih besar dalam kesuksesan dunia kerja (Fidiyani, 2010). Menurut Gardner terdapat delapan kecerdasan pada diri seseorang antara lain kecerdasan linguistik, natural, musikal, kinestetik, visual, matematis, interpersonal dan intrapersonal. Melalui ke delapan kecerdasan ini, seseorang menerima informasi yang masuk ke dalam dirinya kemudian

24 24 di proses secara kognitif lalu melakukan reaksi sebagai respon dari informasi yang diterima. Kecerdasan majemuk merupakan suatu modalitas seseorang untuk mengoptimalkan potensi diri sesuai minat dan bakatnya. Menurut teori Gardner, seseorang pada dasarnya cerdas dan dapat menjadi sukses apabila kecerdasan tersebut dioptimalkan. Pendidikan di PSIK FKIK UMY telah mengoptimalkan seluruh kecerdasan yang dimiliki setiap mahasiswa melalui kurikulum yang terintegrasi baik dari pengetahuan, keterampilan serta sikap. Hal ini tercermin dari proses pembelajaran yang melibatkan seluruh aspek dari kecerdasan majemuk. Sebagai contoh pada saat praktikum mahasiswa diajarkan keterampilan memasang infus. Analisa dari tindakan yang dilakukan melibatkan berbagai kecerdasan antara lain kinestetik/ gerakan, logika/ menghitung jumlah kebutuhan cairan, musikal/ menggunakan terapi musik untuk mengatasi kecemasan pasien, visual/ melihat respon pasien, natural/ memahami lingkungan sekitar pasien, linguistik/ menggunakan bahasa yang baik dan sopan, intrapersonal/ kemampuan memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta interpersonal/ kemampuan membina hubungan saling percaya dengan klien. Mahasiswa telah terbiasa dipaparkan dengan berbagai kasus nyata supaya dapat melatih kemampuan berpikir kritis, membuat keputusan yang tepat terkait tindakan yang dipilih dan selalu bersikap profesional sampai ke pendidikan klinik.

25 25 Berbagai kecerdasan yang dimiliki mahasiswa bekerja sama untuk menghasilkan aktifitas yang saling mendukung. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta terhadap mahasiswa profesi keperawatan FKIK UMY terdapat beberapa hal terkait dengan kecerdasan majemuk antara lain: mahasiswa memiliki kecerdasan interpersonal dan linguistik yang baik, hal ini nampak dari hubungan sosial yang terbina dengan klien menggunakan bahasa yang baik, sedangkan untuk kecerdasan yang lain seperti logika, musikal, intrapersonal, visual, natural dan kinestetik tidak dapat diobervasi karena hal ini terkait dengan karakteristik mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti akan menggunakan suatu instrumen untuk menguji kecerdasan majemuk yang dimiliki. Menurut penelitian Setiawan (2012), instrumen Birmigham Grid for Learning (BGfL) dapat digunakan untuk mengukur soft skills guru yang mengikuti Diklat PAKEM. Instrumen BGfL merupakan suatu tes untuk menilai kecerdasan majemuk seseorang yang dikembangkan oleh Birmingham City Council. Soft skills merupakan salah satu komponen dari kecerdasan majemuk yaitu kemampuan interpersonal dan intrapersonal. Instrumen BGfL ini mencakup penilaian kecerdasan majemuk seseorang terkait hard skills dan soft skills.

26 26 Menurut Celik et al (2011), semua institusi pendidikan keperawatan seharusnya merencanakan dan mengaplikasikan cara pengembangan sikap profesional dengan cara merubah perilaku mahasiswa. Alasan penting untuk mempelajari sikap perawat sebelum memberikan pelayanan adalah untuk menunjukkan seperti apa sikap dan perilaku profesional sehingga mahasiswa dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan profesional yang sesungguhnya di masa yang akan datang. Pembentukan sikap profesional memang tidaklah mudah, namun dengan adanya dukungan dari berbagai pihak hal ini dapat terwujud. Pembentukan sikap profesional juga di pengaruhi oleh faktor lain selain kecerdasan majemuk. Menurut Setiawan (2012), pembentukan soft skills seseorang dipengaruhi oleh faktor eksternal diantaranya lingkungan, budaya dan kondisi geografis. Menurut Gibson et al (2009), beberapa teori yang dikemukakan menyatakan bahwa afeksi, kognisi dan perilaku menentukan sikap dan sebaliknya, sikap ditentukan oleh afeksi, kognisi dan perilaku. Sikap seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh lingkungan seperti norma-norma dan situasi yang dihadapi oleh individu. Lingkungan kerja memberikan peranan penting dalam pembentukan sikap seseorang.

27 27 RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta merupakan rumah sakit pusat yang digunakan untuk magang mahasiswa profesi PSIK FKIK UMY sejak tahun RS ini dipilih menjadi tempat penelitian karena telah menjalin kerja sama dengan PSIK dalam pengintegrasian pendidikan akademik dan klinik, memiliki ISO dan jaminan kualitas, SDM yang berkompeten serta memiliki lingkungan kerja yang kondusif untuk mempraktikan ilmu yang didapatkan selama pendidikan keperawatan. Kurikulum PSIK FKIK UMY telah disesuaikan untuk mengoptimalkan potensi mahasiswa sehingga diharapkan dengan kurikulum yang terintegrasi dapat menghasilkan perawat profesional yang sesuai dengan kualifikasi baik nasional maupun internasional. Menurut Griffith et al (2011), kualifikasi perawat yang diharapkan oleh pengguna jasa perawatan yaitu memiliki kompetensi teknis, pengetahuan yang memadai, empati, keterampilan komunikasi dan sikap profesional. Sikap profesional dipengaruhi oleh kecerdasan majemuk yang berasal dari faktor internal dan lingkungan kerja yang berasal dari faktor eksternal. Adanya kesenjangan antara teori yang telah diberikan dengan praktik mahasiswa profesi menjadi latar belakang dari penelitian ini. Peneliti ingin menganalisis pengaruh kecerdasan majemuk dan lingkungan kerja terhadap pembentukan sikap profesional mahasiswa profesi keperawatan FKIK UMY di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

28 28 B. Lingkup Penelitian Responden yang diteliti difokuskan kepada mahasiswa Profesi Keperawatan FKIK UMY home base RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan responden untuk wawancara berasal dari pihak PSIK FKIK UMY dan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh Kecerdasan Majemuk terhadap Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 2. Apakah ada pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 3. Apakah ada pengaruh Kecerdasan Majemuk dan Lingkungan Kerja terhadap Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian sebagai berikut : Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini memiliki tujuan

29 29 1. Untuk menganalisis pengaruh Kecerdasan Majemuk terhadap Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Untuk menganalisis pengaruh Lingkungan Kerja terhadap Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Untuk menganalisis pengaruh Kecerdasan Majemuk dan Lingkungan Kerja terhadap Pembentukan Sikap Profesional Mahasiswa Profesi Keperawatan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Manajemen Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan terkait manajemen pendidikan. 2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan dan Rumah Sakit Pendidikan Memberikan masukan dalam penyelenggaraan pendidikan profesi keperawatan yang sesuai standar profesi. 3. Bagi Mahasiswa Profesi Keperawatan Memberikan informasi tentang pembentukan sikap profesional. 4. Bagi Peneliti Memberikan masukan kepada peneliti lain untuk dilakukan pengembangan penelitian yang lebih dalam terkait sikap profesional.

30 30 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kecerdasan Majemuk a. Pengertian Kecerdasan Majemuk Menurut ahli psikologi, kecerdasan merupakan keseluruhan kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, menguasainya dan mempraktekkannya dalam pemecahan suatu masalah. Menurut Binet, kecerdasan diartikan sebagai kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan untuk mengadakan suatu penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan untuk bersikap kritis terhadap diri sendiri. Menurut Gardner, kecerdasan merupakan kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang macam-macam dari suatu yang nyata sehingga diperoleh solusi yang dapat memberikan manfaat. Dari beberapa pengertian kecerdasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan majemuk merupakan berbagai kemampuan yang dimiliki seseorang hasil dari memadukan pengalaman masa lalu dan pengetahuannya untuk memahami masalah

31 31 dari situasi yang baru kemudian memecahkannya dan mencari solusi sehingga memberikan manfaat bagi orang lain. b. Konsep Teori Kecerdasan Majemuk Teori - teori yang berkaitan dengan kecerdasan telah banyak dikemukakan oleh ahli psikologi dengan berbagai dimensinya berawal dari teori kecerdasan dari Alfred Binet (1904) seorang ahli psikologi dari Perancis yang beranggapan bahwa kecerdasan seseorang dapat diukur dan dihitung secara objektif dalam bentuk nilai Intelligent Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual. Sifat IQ adalah permanen dan merupakan bawaan sejak lahir. Sampai tahun 1970an kecerdasan intelektual selalu diartikan dengan keunggulan intelektual. Oleh karena itu, kecerdasan intelektual dipercaya sebagai sumber keberhasilan seseorang dalam berbagai aspek kehidupan. Zaman itu disebut sebagai era intelligence yang diartikan sebagai zaman kecerdasan intelektual atau kognitif. Berbagai penelitian terkait kecerdasan terus dikembangkan, hal ini dikarenakan terdapatnya fakta bahwa kecerdasan intelektual saja tidak dapat menjamin keberhasilan seseorang. Tahun 1920 mulai berkembang teori kecerdasan dari Edward Thordike, yang mempopulerkan Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional. Edward mengemukakan bahwa kecerdasan emosional merujuk pada

32 32 kemampuan mengenali dan mengelola perasaan diri sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan orang lain. Komponen dalam EQ berkaitan dengan sikap, motivasi dan sosiabilitas. EQ terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kesuksesan hidup seseorang. Sifat EQ adalah fleksibel, dapat dipelajari dan dikembangkan. Selanjutnya tahun 1946, berkembang teori kecerdasan emosional oleh David Wechsle yang berfokus pada kemampuan afektif dan konatif. Kecerdasan ini merupakan kombinasi dari kecerdasan emosional dan sosial yang memberikan gambaran secara menyeluruh terkait kedua hal tersebut. Teori kecerdasan selanjutnya dari Danah Zohar dan Ian Marshall terkait dengan Spiritual Quotient (SQ) atau Kecerdasan Spiritual. Beberapa penelitian dari Michael Persinger; V.S. Ramachandran dan Wolf Singer telah didapatkan hasil bahwa dalam otak manusia ditemukan adanya God Spot yang merupakan pusat spiritual (spiritual centre) dan terletak diantara jaringan syaraf di otak. Perkembangan teori kecerdasan yang baru muncul setelah Howard Gardner mengemukan teori kecerdasan majemuk. Howard Gardner merupakan seorang ahli psikologi perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University, Amerika Serikat. Menurut Gardner (1983) dalam bukunya Frames of Mind: The Theory of Multiple Intellegences, dijelaskan

33 33 bahwa Gardner telah mengidentifikasi tujuh kecerdasan antara lain : Linguistic Intelligence, Logical-Mathematical Intelligence, Visual- Spatial Intelligence, Bodily-Kinesthetic Intelligence, Musical Intelligence, Intrapersonal Intelligence dan Interpersonal Intelligence. Gardner kemudian menambahkan dua kecerdasan lagi pada tahun 2000 yaitu Naturalistic Intelligence dan Exsistential Intelligence. Menurut Gardner dalam sesi diskusi dan tanya jawab melalui Gardner menjelaskan pertanyaan tentang keberadaan kecerdasan naturalistik dan kecerdasan eksistensial. Gardner menyatakan bahwa dia telah menuliskan tentang kecerdasan naturalistik dalam bukunya Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st century Bab 4, Gardner juga menyatakan terdapat keraguan dalam penulisan esai kecerdasan spiritual, selanjutnya dia mengumpulkan beberapa data tentang kecerdasan eksistensial dan berharap membuat update dalam beberapa tahun mendatang. Teori kecerdasan majemuk merupakan validitas tertinggi gagasan bahwa perbedaan individu adalah penting (Jasmine, 2007). Teori kecerdasan majemuk yang dikemukakan Gardner merupakan suatu langkah yang besar dimana keunikan setiap individu di hargai dan keragamannya dioptimalkan.

34 34 Gardner telah melakukan beberapa penelitian mendalam sebelum mengemukakan teori kecerdasan majemuk. Berbagai aturan ditentukan untuk menyatakan suatu kemampuan dikatakan sebagai kecerdasan yaitu : (1) Syarat dan Karakteristik Kecerdasan Majemuk Kemampuan dikatakan sebagai kecerdasan apabila memiliki keterampilan dan kemahiran dalam memecahkan permasalahan dalam hidup. Selanjutnya kecerdasan dapat menciptakan produk baru yang dapat mengembangkan pengetahuan baru. Pada dasarnya suatu kecerdasan merupakan potensi biopsikologi untuk memproses berbagai informasi dengan berbagai cara. Gardner memberikan syarat bagi kemampuan untuk dikatakan sebagai kecerdasan yaitu bersifat universal ( kemampuan berlaku untuk banyak orang) dan unsur biologis ( kemampuan berasal dari fungsi otak seseorang). Kelebihan teori kecerdasan majemuk Gardner dibandingkan dengan teori lain antara lain : memiliki dukungan berbagai penelitian dari displin ilmu antropologi, psikologi kognitif, psikologi perkembangan studi biografi, fisiologi hewan dan neuro anatomi serta memiliki keragaman dalam jumlah kecerdasan sehingga tampak keadilan dalam menentukan kecerdasan bagi setiap orang.

35 35 Kecerdasan majemuk memiliki karakteristik konsep sebagai berikut : semua kecerdasan itu berbeda tetapi semuanya sederajat, memiliki sifat dapat dieksplorasi, ditumbuhkan dan dikembangkan secara optimal, memiliki banyak indikator kecerdasan, semua kecerdasan yang berbeda bekerjasama untuk mewujudkan aktivitas, semua jenis kecerdasan ditemukan dalam lintas kebudayaan dan usia di seluruh negara dan saat seseorang dewasa maka kecerdasan akan diekspresikan melalui rentang pencapaian hobi dan profesi. Empat prinsip pokok dalam teori kecerdasan majemuk menurut Gardner antara lain : (a) Setiap orang memiliki berbagai macam kecerdasan. Teori kecerdasan majemuk bukan merupakan teori yang menganut paham bahwa kecerdasan adalah tunggal tetapi merupakan teori yang menyatakan peranan dari fungsi kognitif serta menyatakan bahwa setiap orang memiliki kapasitas kecerdasan yang berbeda-beda. (b) Sebagian besar orang dapat mengembangkan kecerdasan sebagai kompetensi yang baik. Setiap orang dapat mengembangkan kapasitas kecerdasan majemuknya pada tingkat yang lebih tinggi jika mendapatkan dukungan

36 36 (encouragement), pengayaan (enrichment) dan pengajaran (instruction). (c) Kecerdasan memiliki cara kerja yang kompleks. Kecerdasan berinteraksi dengan kecerdasan lain untuk menghasilkan suatu aktifitas. Sebagai contoh untuk dapat memasak dengan baik, seseorang harus membaca resep masakan (kecerdasan linguistik), menghitung jumlah alat dan bahan yang diperlukan (kecerdasan logis-matematis), mengembangkan menu masakan supaya dapat memuaskan seluruh anggota keluarga (kecerdasan interpersonal) serta mampu mengendalikan diri dalam memasak (kecerdasan intrapersonal). (d) Teori kecerdasan majemuk menekankan pada pengayaan caracara yang berbeda dalam menunjukkan satu kecerdasan diantara berbagai jenis kecerdasan. (2) Kriteria Kecerdasan Teori kecerdasan majemuk memiliki landasan pengkategorian, hal ini dimaksudkan supaya kecerdasan dapat berkembang sepenuhnya, bukan sekedar bawaan, kemampuan dan bakat. Menurut Amstrong (2003), Gardner telah melakukan analisis terkait kriteria suatu kemampuan dikatakan sebagai kecerdasan antara lain :

37 37 (a) Terisolasi dalam bagian otak tertentu Kemampuan bersifat otonom, setiap kemampuan berbeda satu dengan yang lain. Jika terjadi kerusakan otak pada bagian tertentu maka tidak akan mempengaruhi kecerdasan yang lain. Tabel 2.1 Jenis Kecerdasan berdasarkan Wilayah Otak Jenis Kecerdasan Linguistik Matematis-Logis Spasial Kinestetik- Jasmani Musikal Interpersonal Intrapersonal Naturalis Wilayah Otak Primer Lobus temporal kiri dan lobus bagian depan (Broca dan Wernicke) Lobus bagian depan kiri dan parietal kanan Bagian belakang hemisfer kanan Serebelum, basal ganglia dan motor cortex Lobus temporal kanan Lobus bagian depan, lobus temporal (hemisfer kanan), sistem limbik Lobus bagian depan, lobus parietal, sistem limbik Lobus parietal kiri (b) Kemampuan itu independen Kecerdasan bersifat independen atau berdiri sendiri. Sebagai contoh : banyak orang yang pandai tetapi idiot (savant, autis) dimana mereka memiliki kemampuan yang sangat tinggi pada hal tertentu tetapi lemah pada kemampuan yang lain. (c) Memuat satuan operasi khusus Kecerdasan memuat satuan operasi khusus untuk bereaksi terhadap input yang datang. Setiap kecerdasan mengandung

38 38 keterampilan operasi tertentu yang berbeda satu sama lain serta dapat mengekspresikan kemampuan dalam menghadapi seseorang. Sebagai contoh: kecerdasan kinestetik memiliki kemampuan meniru gerakan orang lain. (d) Mempunyai sejarah perkembangan sendiri Setiap kecerdasan memiliki waktu perkembangan sendiri menuju puncak lalu menurun. Kecerdasan terbentuk melalui keterlibatan nilai budaya dan pola perkembangan tertentu. Tabel 2.2 Jenis Kecerdasan berdasarkan Perkembangan Jenis Kecerdasan Linguistik Matematis- Logis Spasial Kinestetik- Jasmani Musikal Kemunculan Perkembangan Meledak pada masa anak-anak berlanjut hingga usia lanjut Memuncak pada masa remaja dan awal dewasa, menurun setelah 40 tahun Usia 9-10 tahun dan peka artistik sampai lanjut usia Bervariasi, bergantung pada komponen kekuatan, fleksibilitas, domain gimnastik Berkembang paling awal dan bertahan paling lama sampai lanjut usia Interpersonal Masa kritis tiga tahun pertama Intrapersonal Pembentukan batas diri dan orang lain masa 3 tahun pertama Naturalis Muncul dramatis pada sebagian anak dapat dikembangkan melalui sekolah/ pengalaman (e) Berkaitan dengan evolusi sejarah zaman dahulu Kecerdasan sekarang ini dapat dicari awalnya dari evolusi atau perkembangan manusia kuno dan spesies lain. Setiap

39 39 kecerdasan memiliki bukti sejarah seperti kecerdasan spasial dari gambar gua Lascaux, kecerdasan musikal dari alat musik kuno dan kecerdasan logis dari sistem bilangan kuno. (f) Dukungan psikologi eksperimental Berdasarkan penelitian, dari tugas-tugas psikologi yang diberikan tampak bahwa kecerdasan bekerja saling terisolasi. Sebagai contoh : seseorang yang kuat dalam membaca belum tentu kuat dalam berhitung, oleh karena itu transfer kecerdasan yang satu kepada yang lain tidak bisa, maka hal ini membuktikan bahwa kecerdasan itu terisolasi. (g) Dukungan-dukungan dari penemu psikometrik Melalui beberapa tes psikologi terstandar dapat diyakini bahwa teori yang dikemukakan Gardner adalah benar. Sebagai contoh: Wenchsler Intellegence Scale for Children yang mengandung tes kecerdasan linguistik, logis, visual dan kinestetik. (h) Dapat disimbolkan Salah satu tanda tingkah laku manusia adalah kemampuan untuk menggunakan simbol dalam hidup. Menurut Gardner, setiap kecerdasan dalam kecerdasan majemuk dapat disimbolkan dalam notasi yang berbeda-beda dan khas. Berdasarkan dari uraian diatas terkait teori kecerdasan majemuk Gardner memiliki konsep yang jelas karena setiap

40 40 kemampuan telah melalui berbagai tahap untuk menegakkan sebuah teori dan telah melalui penelitian yang mendalam, sangat panjang dan terperinci. Teori ini juga memiliki keadilan karena telah melalui berbagai penelitian yang runtut dan berdasarkan perkembangan sejarah. Teori kecerdasan majemuk sejak tahun 1983 sampai sekarang telah menimbulkan perdebatan, adapun kritik yang diberikan oleh seorang ahli bernama Hagrgethy, yang menyatakan bahwa teori ini tidak mengklaim teorinya tentang kepribadian manusia secara menyeluruh, tetapi hanya kecerdasan saja. Teori ini tidak menjelaskan tentang soal moralitas atau pendidikan secara menyeluruh. Menurut beberapa ahli, kecerdasan dalam penelitian Gardner kurang terdefinisi dengan jelas serta mereka mengungkapkan bahwa yang penting dalam semua kecerdasan adalah kecerdasan logis-matematis dan linguistik serta yang lain hanya merupakan bakat biasa dalam diri seseorang. Menurut Eisner, terkait teori kecerdasan majemuk, mengungkapkan bahwa berbagai kecerdasan yang dikemukakan Gardner sebelumnya telah disampaikan oleh Dewey dan Spranger yang membicarakan masalah variasi kemampuan dalam menghadapi persoalan hidup. Perbedaannya Gardner telah menekankannya secara profesional dengan alasan dan tujuan yang

41 41 jelas. Meskipun terdapat berbagai kritikan pada teori ini, namun teori kecerdasan majemuk Gardner telah menyadarkan kita untuk tidak melebih-lebihkan IQ sebagai penentu kesuksesan seseorang. Hal ini menjadi dasar bagi kita untuk dapat menilai dan memahami bahwa setiap manusia memiliki berbagai kemampuan yang dapat dioptimalkan untuk mendukung kesuksesannya. Teori Kecerdasan Majemuk yang dikemukakan oleh Gardner berusaha memperluas lingkup potensi manusia melampaui nilai batas IQ. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan lebih berkaitan dengan kapasitas dalam memecahkan masalah dan menciptakan produk di lingkungan yang kondusif dan alamiah. c. Komponen-Komponen Kecerdasan Majemuk Uraian mengenai komponen-komponen kecerdasan majemuk menurut Gardner antara lain : (1) Kecerdasan Linguistik atau Verbal ( Linguistic Intelligence) Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan terhadap bunyi, tata bahasa atau struktur bahasa, fonologi atau bunyi bahasa, semantik atau penggunaan praktik bahasa meliputi retorika (penggunaan bahasa untuk mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan tertentu), mnemonik (penggunaan bahasa untuk mengingat informasi) dan meta bahasa

42 42 (penggunaan bahasa untuk membahas bahasa itu sendiri). Sebagai contoh orang yang memiliki kecerdasan linguistik dicirikan sebagai berikut: (a) suka menulis kreatif; (b) suka menceritakan lelucon; (c) sangat hafal nama, tempat, tanggal atau hal-hal kecil; (d) membaca di waktu senggang; (e) mengeja kata dengan tepat dan mudah; (f) suka mengisi teka-teki silang; (f) menikmati dengan cara mendengarkan; (g) unggul dalam mata pelajaran bahasa (membaca, menulis dan berkomunikasi). (2) Kecerdasan Logis-Matematika (Logical-Mathematical Intelligence) Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada pola dan hubungan logis, pernyataan dan dalil (jika-maka, sebab-akibat) fungsi logis dan abstraksi-abstraksi yang lain. Proses yang digunakan dalam kecerdasan ini yaitu kategorisasi, klasifikasi, pengambilan keputusan, generalisasi, perhitungan dan pengujian hipotesis. Sebagai contoh orang yang memiliki kecerdasan logismatematika dicirikan sebagai berikut: (a) menghitung problem aritmatika dengan cepat; (b) suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis; (c) suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu; (d) mampu menjelaskan masalah secara logis; (e) menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki, berprestasi dalam Matematika dan IPA.

43 43 (3) Kecerdasan Visual-Spasial (Visual-Spatial Intelligence) Persepsi langsung dunia melalui visualisasi yang merupakan ciri sentral dari kecerdasan spatial. Kecerdasan ini meliputi membayangkan dan mempresentasikan ide secara visul. Sebagai contoh orang yang memiliki kecerdasan visual-spasial dicirikan sebagai berikut : (a) memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu; (b) mudah membaca peta atau diagram; (c) menggambar sosok orang atau benda persis aslinya; (d) senang melihat film, slide, foto, atau karya seni; (e) sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki; (f) suka melamun dan berfantasi; (g) mencoret-coret di atas kertas; (h) lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian; (i) menonjol dalam mata pelajaran seni. (4) Kecerdasan Jasmani-Kinestetik (Bodily-Kinesthetic Intelligence) Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan maupun kemampuan menerima rangsang yang berkaitan dengan sentuhan. Sebagai contoh orang yang memiliki kecerdasan jasmani-kinestetik dicirikan sebagai berikut: (a) banyak bergerak ketika duduk atau mendengarkan sesuatu; (b) aktif dalam kegiatan fisik; (c) perlu menyentuh

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY

ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY ANALISIS PENGARUH KECERDASAN MAJEMUK DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP PROFESIONAL MAHASISWA PROFESI KEPERAWATAN FKIK UMY DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TESIS Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan suatu performance dan kompetensinya dalam suatu mata pelajaran setelah mempelajari materi untuk mencapai tujuan pengajaran. Performance

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan proses pembangunan suatu negara ditentukan oleh banyak faktor, salah satunya ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada. Tinggi rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pesan-pesan konstitusi serta suasana dalam membangun watak bangsa (nation BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian penting dari proses pembangunan nasional yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal tersebut dikarenakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Sheny Meylinda S, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fisika merupakan bagian dari rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dianggap sulit oleh siswa (Angel et all, 2004:2). Penyebabnya adalah dikarenakan siswa

Lebih terperinci

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?,

Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Dengan apakah Siswa Anda CERDAS? PENDAHULUAN Adakah anda memiliki siswa yang bisa menciptakan seni visual yang indah?, Apakah ada yang mahir dibidang olah raga yang mampu membuat gerakan gerakan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014

BAB I PENDAHULUAN. No. Daftar 1 : 185/S/PGSD-Reg/8/Agustus/2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka,

Lebih terperinci

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK

PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK Emiliya Damayanti 1, Sunardi 2, Ervin Oktavianingtyas 3 Email: rvien@ymail.com Abstract. This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Grenita, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penilaian merupakan salah satu aspek yang penting dalam pendidikan. Menurut Sumarna Surapranata (2004: 19), penilaian pendidikan erat kaitannya dengan academic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan seseorang masih diartikan secara sempit oleh banyak kalangan. Kecerdasan masih dianggap sebagai tingkat intelektualitas seseorang dalam hal akademis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. persoalan baru untuk diselesaikan, kemampuan untuk menciptakan sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kecerdasan merupakan alat untuk belajar, menyelesaikan masalah, dan menciptakan semua hal yang bisa digunakan manusia. Gardner (2003) tidak memandang kecerdasan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menurut undang undang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 1 butir 14 merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk. yang timbul dalam diri manusia. Pembelajaran matematika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dijadikan sebagai dasar manusia untuk mengembangkan dirinya sehingga mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam

BAB I PENDAHULUAN. Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada kecenderungan perbedaan kemampuan antara pria dan wanita dalam hal hasil belajar terutama di bidang matematika dan sains. Menurut Eriba dkk (Lisma, 2009)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD

ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD JURNAL INOVASI PENDIDIKAN Volume 1 Nomer 2, September 2017, Halaman 1-6 ANALISIS MULTIPLE INTELLEGENCES PADA BUKU SISWA KURIKULUM 2013 KELAS IV SD Dian Ika Kusumaningtyas 1) dan Maharani Putri Kumalasani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak pernah terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan, seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010) BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Soft skill mahasiswa menurut pendapat Setditjend Dikti (2010) dikatakan bahwa Sarjana lulusan perguruan tinggi di Indonesia masih sulit bersaing dengan lulusan luar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori. Ini sering dilakukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi fisika dalam IPA terpadu pada dasarnya merupakan salah satu pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang menganggap pelajaran

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kecerdasan merupakan hal yang dimiliki oleh setiap manusia. Banyak anggapan kecerdasan tersebut hanya terpaku kepada kemampuan seseorang dalam belajar. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu kegiatan pokok dalam proses pendidikan. Ini berarti bahwa tingkat keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada buku panduan akademik PSIK tahun 2007 tercantum bahwa model pendidikan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi sebuah perusahaan, karena dapat menjadi suatu indikator dari kontribusi yang diberikan karyawan untuk

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi NASKAH PUBLIKASI PERBANDINGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DITINJAU DARI HASIL BELAJAR BIOLOGI DI SMP NEGERI 2 KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini memaparkan mengenai teori yang sesuai dengan permasalahan yang di teliti. Berbagai aspek yang terkait dengan salah satu unsur manajemen pendidikan yaitu kegiatan ekstrakurikuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riva Lesta Ariany, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu pelajaran yang penting untuk dipelajari, oleh sebab itu matematika diajarkan disetiap jenjang pendidikan. Pada jenjang sekolah menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak usia dini (PAUD) merupakan upaya pembinaan dan pengasuhan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia 6 tahun, meskipun sesungguhnya akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan

Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Bentuk-bentuk Gejala Jiwa dan Implikasinya dalam Pendidikan Psikologi Pendidikan Pengindraan (sensasi) dan Persepsi O Pengindraan atau sensasi adalah proses masuknya stimulus ke dalam alat indra manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENGARUH PENGGUNAAN TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DI BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TESIS Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN. 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN 1. Topik : Bangun karir dengan mengenal bakat 2. Bidang : Karir 3. Tujuan a. Tujuan Umum : Memberikan pemahaman kepada siswa mengenai bakat dan macam-macam kecerdasan b. Tujuan

Lebih terperinci

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K

: ISNAINI MARATUS SHOLIHAH NIM K KEKUATAN DAN ARAH KEMAMPUAN METAKOGNISI, KECERDASAN VERBAL, DAN KECERDASAN INTERPERSONAL HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 3 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : ISNAINI MARATUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan pendidikan global, pendidikan di Indonesia mengikuti perkembangan tersebut. Berdasarkan perkembangan tersebut, baik strategi,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak

MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh Linda Kholidatunnur Abstrak MENINGKATKAN POTENSI KECERDASAN ANAK MELALUI PENDEKATAN TEORI MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Linda Kholidatunnur 82321112083 Abstrak Beragam kecerdasan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan anugerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan bahwa terdapat negara dengan beban Human Immunodeficiency Virus (HIV) tertinggi dan kasus

Lebih terperinci

Di Ajukan Oleh: Prof. DR. Arif Sumantri, Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS Ns. Azizah Khoiriyati, S.Kep., M.Kep.

Di Ajukan Oleh: Prof. DR. Arif Sumantri, Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep., MNS Ns. Azizah Khoiriyati, S.Kep., M.Kep. Karakteristik, Kompetensi, dan Aktifitas Pembelajaran dalam Mengembangkan Perawat Islami sebagai ciri Perawat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Studi Kasus Beberapa Institusi Keperawatan Berbasis Islam di

Lebih terperinci

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY)

Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) PENDEKATAN INTELEGENSI GANDA DALAM PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL DI JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA FT-UNY Umi Rochayati (Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika FT-UNY) ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci kesuksesan pembangunan suatu bangsa, karena itu berbagai upaya pengembangan sumber daya manusia haruslah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa (IPBA) dirasakan penting untuk dipelajari karena materi-materi tersebut sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

ABSTRAKSI Gardner Amstrong,

ABSTRAKSI Gardner Amstrong, ABSTRAKSI Dalam proses belajar, mahasiswa selalu berusaha untuk memperoleh prestasi belajar yang maksimal. Dalam hal ini dilihat berdasarkan indeks prestasi kumulatifnya, dan kecerdasan merupakan salah

Lebih terperinci

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING

MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING MATHEMATICAL CREATIVE THINKING ABILITY AND MULTIPLE INTELEGENCE BASED LEARNING Risnanosanti Muhammadiyah University of Bengkulu E-mail: rnosanti@yahoo.com ABSTRAK : Berpikir kreatif dalam matematika adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak pada usia dini akan berpengaruh secara nyata pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam seluruh rangkaian tumbuh kembang manusia, usia dini merupakan usia yang sangat menentukan. Pada usia dini itulah seluruh peletak dasar tumbuh kembang fisik

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI

PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI i PEMBELAJARAN DI TK AL AZHAR SOLO BARU DITINJAU DARI SUDUT PANDANG MULTIPLE INTELLIGENCES SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan Problem Based Learning (PBL) di perguruan tinggi di Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum perguruan tinggi dan hasil belajar

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN AMA YOGYAKARTA DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING.

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN AMA YOGYAKARTA DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN AMA YOGYAKARTA DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Tesis Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK

BAB I PENDAHULUAN. guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar di kelas pasti ada masalah yang dihadapi guru. Diantaranya permasalahan yang dialami di Taman Kanak-Kanak. TK Aisyiyah 16 Ngringo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini merupakan tahun-tahun kehidupan yang sangat aktif. Usia kanak-kanak yaitu 4-5 tahun anak menerima segala pengaruh yang diberikan oleh lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa (peserta didik) untuk memperoleh kedewasaan, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1

BAB I PENDAHULUAN. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (Q.S. At-Tin/95: 5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Seperti yang disebutkan dalam firman-nya: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini atau PAUD yaitu suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Melalui kegiatan menulis, para siswa dilatih untuk berpikir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan nasional secara bertahap yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang. Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menjelaskan bahwa tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan

Lebih terperinci

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA KECERDASAN VISUAL-SPASIAL SISWA SMP DALAM MEMAHAMI BANGUN RUANG DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA (VISUAL-SPASIAL INTELLIGENCE BUILD SPACE IN UNDERSTANDING DIFFERENCES SEEN FROM MATEMATICS ABILITY)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan

Lebih terperinci

Rudianto

Rudianto PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI, DENGAN KEPERCAYAAN DIRI SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI EMPIRIS PADA MAHASISWA AKUNTANSI

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang

BAB II KAJIAN TEORI. Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang 9 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Kecerdasan Naturalis A. Hakekat Kecerdasan Naturalis Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K

SKRIPSI. Oleh : SITI FATIMAH NIM K KONTRIBUSI IQ (INTELLIGENCE QUOTIENT) DAN EQ (EMOTIONAL QUOTIENT) TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : SITI FATIMAH NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk multidimensional yang dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Manusia dilihat sebagai makhluk jasmani dan rohani. Yang membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawat merupakan suatu profesi dimana seorang petugas kesehatan khususnya memberikan asuhan pelayanan kepada pasien yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosiokultural

Lebih terperinci

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK DENGAN METODE MIND MAPPING DI KELOMPOK B3 TK ISLAM BAKTI XI SURAKARTAA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan

STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI. Standar 3 Kompetensi Lulusan STANDAR AKADEMIK STIKES RS BAPTIS KEDIRI Standar 3 Kompetensi Lulusan 0 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftar Isi... ii Prakata... iii Pendahuluan... iv A. Ruang Lingkup... 1 B. Acuan... 3 C. Istilah dan

Lebih terperinci

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS

PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS JURNAL BUANA MATEMATIKA. Vol. 5, No. 1, Tahun 2015 PROSES BERPIKIR DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN KECERDASAN LOGIS- MATEMATIS Ika Sulistyowati 1, Sri Rahayu 2, Nur Fathonah 3 (SMP Negeri 1 Driyorejo)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan test dan dinyatakan dalam bentuk nilai. Hasil belajar mempunyai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang menentukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam memahami suatu materi pelajaran dari proses belajarnya yang diukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Apoteker Indonesia 1. Standar Kompetensi Sarjana Farmasi Standar Kompetensi Sarjana Farmasi merupakan standar nasional yang harus dicapai lulusan pendidikan S1 Farmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kecerdasan bagi anak usia dini memiliki manfaat yang besar bagi dirinya sendiri dan bagi perkembangan sosialnya karena tingkat kecerdasan anak yang berkembang

Lebih terperinci

Triyas Kusumawardhani*, Widjianto, Sulur** Universitas Negeri Malang.

Triyas Kusumawardhani*, Widjianto, Sulur** Universitas Negeri Malang. PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN FISIKA POKOK BAHASAN ALAT-ALAT OPIK BERORIENASI MULTIPLE INTELLIGENCES BILINGUAL BERBANTUAN KOMPUTER UNTUK SISWA SMA KELAS X Triyas Kusumawardhani*, Widjianto, Sulur** Universitas

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) PADA MATERI POKOK LUAS PERMUKAAN SERTA VOLUME PRISMA DAN LIMAS DITINJAU DARI KEMAMPUAN SPASIAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI

Lebih terperinci

Tesis. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2. Program Studi Magister Manajemen

Tesis. Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2. Program Studi Magister Manajemen PENGARUH QUALITY OF WORK LIFE (QWL) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PT. BANK MUAMALAT INDONESIA DI YOGYAKARTA Tesis Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. 1. Visi, Misi, Strategi dan Tujuan Universitas Dhyana Pura Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan. Misi Bertolak dari visi tersebut, maka misi universitas adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas manusia menyongsong kehidupan masa depan dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BABI PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak -anak usia dini, yaitu anak -anak yang berusia 0-6 tahun sering disebut sedang berada pada masa usia emas atau golden age. Masa usia emas atau golden age

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pondasi dalam kemajuan suatu bangsa, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu bangsa, maka akan diikuti

Lebih terperinci

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi Universitas Muria Kudus PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL, KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN SPIRITUAL, GENDER, LOCUS OF CONTROL, DAN EQUITY SENSITIVITY TERHADAP SIKAP ETIS MAHASISWA AKUNTANSI UNIVERSITAS MURIA KUDUS Skripsi ini

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT

HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI DIPREDIKSI DARI EMOTIONAL QUOTIENT (EQ) DAN KESIAPAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : RESTY HERMITA NIM K4308111 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*)

PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE. Oleh. Isniatun Munawaroh,M.Pd*) PENGEMBANGAN RANCANGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCE Oleh Isniatun Munawaroh,M.Pd*) Salah satu implikasi yang paling provokatif dalam teori Multiple Intelligence adalah

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KETERAMPILAN INTERPERSONAL DAN INTRAPERSONAL GURU TK/SLB Oleh: Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd PENDAHULUAN PERHATIAN TINGGI TERHADAP PAUD PERAN ORANG TUA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pembelajaran dewasa ini di perguruan tinggi lebih banyak mengarah pada aspek kognitif (ketrampilan teknis) dan kurang memperhatikan aspek nonteknis mahasiswa.

Lebih terperinci

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah : 9 masyarakat yang berakhlak mulia, memiliki pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan sikap untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu, teknologi, dan seni, yang bermanfaat bagi kemanusiaan

Lebih terperinci

INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK

INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK AIPNI HPEQ-DIKTI Makasar 13-14 Maret 2010 8/20/2012 INDONESIA 1 INDONESIA NATIONAL NURSES ASSOCIATIONS COMPETENCIES FRAMEWORK PRAKTIK PROFESSIONAL, ETIS, LEGAL, PEKA BUDAYA KERANGKA KERJA KOMPETENSI PERAWAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan pada. kemampuan sumber daya manusia yang berkualitas, melebihi potensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pertumbuhan kehidupan masyarakat maju, semakin lama semakin menunjukkan bahwa kunci perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi ternyata menampakkan andalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI

HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UMS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang bergantung pada kualitas SDM dan memiliki peran sangat strategis dalam upaya mempercepat peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan era globalisasi membuat setiap orang harus mampu untuk bersaing sesuai kompetensi yang dimiliki. Upaya pengembangan sumber daya manusia (SDM) tertuju pada

Lebih terperinci

Revitalisasi Mutu Pelaksanaan Pembelajaran MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI

Revitalisasi Mutu Pelaksanaan Pembelajaran MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI Revitalisasi Mutu Pelaksanaan Pembelajaran MODEL-MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI Peserta didik belajar dengan baik jika siap belajar (law of readiness); Peserta didik cenderung mengulang belajar

Lebih terperinci

Mareta et al., Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,...

Mareta et al., Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual,... 1 Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, Kecerdasan Sosial Dan Perilaku Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi (Studi Empiris Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Angkatan Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. tingkat diploma. Pemikiran dasar jenjang pendidikan ini adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Kebidanan merupakan salah satu unit pelaksana teknis dibidang pendidikan kesehatan, diharapkan mampu mencetak lulusan yang kompeten dan dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada saat ini, tuntutan masyarakat akan kompetensi dokter semakin berkembang. Masyarakat menuntut institusi pendidikan kedokteran untuk mempersiapkan lulusannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya

BAB I PENDAHULUAN. keinginan orang tua untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah

Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Menstimulasi Kecerdasan Kinestetik dan Musikal pada Anak-anak Prasekolah Rita Eka Izzaty, M.Si, Psi (Psikolog Psikologi Perkembangan Anak) Dosen Jur. Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, FIP, UNY Anggota

Lebih terperinci