DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL... 6 GAMBARAN UMUM UN 2015/

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL... 6 GAMBARAN UMUM UN 2015/"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR GAMBAR... 3 DAFTAR TABEL... 6 GAMBARAN UMUM UN 2015/ PENDAHULUAN... 9 PENYELENGGARAAN UN Metode Pelaksanaan Mata Pelajaran yang diujikan Tahap Penyelenggaraan UN KATEGORI PELAPORAN HASIL UN INDEKS INTEGRITAS UJIAN NASIONAL (IIUN) SISTEMATIKA LAPORAN ANALISIS HASIL UN 2015/ HASIL UJIAN NASIONAL SMP/MTs Peserta UN SMP/MTs Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Perbandingan Capaian Nilai UN Tahun 2015 dengan Nilai UN Tahun Peningkatan IIUN Tertinggi Perbandingan Capaian UNKP dan UNBK TREN CAPAIAN PRESTASI SISWA BERDASARKAN HASIL UN Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Bahasa Indonesia Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Bahasa Inggris Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Pelajaran Matematika Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Pelajaran IPA Diskusi HASIL UJIAN NASIONAL SMA/MA Peserta UN SMA/MA Perbandingan rerata nilai UN SMA/MA IPA dengan IIUN

2 Perbandingan Capaian Nilai UN SMA/MA Tahun 2015 dan Peningkatan IIUN Tertinggi HASIL UJIAN NASIONAL SMK Peserta UN SMK Distribusi Rerata nilai UN Perbandingan Capaian Rerata nilai UN SMK Tahun 2015 dan Kejuruan Terbesar di SMK Siswa dengan Prestasi Rendah ANALISIS INDEKS INTEGRITAS UJIAN NASIONAL ANALISIS INDEKS INTEGRITAS UJIAN NASIONAL Dua macam hubungan antara integritas dan prestasi Tingkat integritas sebagai prediktor nilai UN Nilai UN sebagai prediktor tingkat integritas Integritas, prestasi, dan perbaikan mutu ANALISIS ANGKET UJIAN NASIONAL ANALISIS ANGKET UN Responden Survei Peran Lingkungan Rumah Rekomendasi PENUTUP DAFTAR PUSTAKA

3 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Alur Penyiapan Naskah Gambar 3 Metode Deteksi Kecurangan Gambar 4 Matrix IIUN dan Capaian UN Gambar 5 Kuadran perbandingan capaian nilai UN dan IIUN Gambar 6 Perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN Gambar 7 Perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN berdasarkan jenis satuan pendidikan (SMP dan MTs) Gambar 8 Distribusi rerata nilai UN berdasarkan jenis satuan pendidikan SMP dan MTS Gambar 9 Perbandingan Nilai UN SMP dan MTS dengan IIUN Tinggi per Provinsi Gambar 10 Perbandingan Rerata UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan (negeri dan swasta) Gambar 11 Distribusi Nilai UN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Swasta dan Negeri Gambar 12 Perbandingan Rerata UN SMP/MTS dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan (Swasta dan Negeri) Per Provinsi Gambar 13 Distribusi Nilai UN Berdasarkan IIUN Tinggi dan IIUN Rendah Gambar 14 Perbandingan Capaian Rerata UN dan Simpangan Baku UN Antara Data Total dan Data IIUN Tinggi Gambar 15 Presentasi Jumlah Peserta SMP MTS dengan UN dibawah 55,01 per Provinsi per Mapel Gambar 16 Perbandingan Nilai Capaian UN SMP/MTSTahun 2015 dan 2016 per Mata Pelajaran Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Gambar 17 Capaian Rerata nilai UN SMP dengan Ujian Nasioanl Kertas dan Pensil (UNKP) Kategori IIUN Tinggi dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Gambar 18 Tren Perkembangan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Hasil UN Gambar 19 Tren Perkembangan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Berdasarkan Hasil UN Gambar 20 Tren Perkembangan Kemampuan Matematika Siswa Berdasarkan Hasil UN Gambar 21 Tren Perkembangan Kemampuan IPA Siswa Berdasarkan Hasil UN Gambar 22 Kuadran perbandingan capaian nilai UN dan IIUN Gambar 23 Rerata nilai UN dan nilai IIUN SMA/MA IPA Tahun Gambar 24 Nilai UN dan IIUN SMA/MA Bahasa Gambar 25 Rerata nilai UN dan IIUN SMA/MA IPS Gambar 26 Perbandingan rerata nilai UN IPA dengan IIUN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Gambar 27 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Gambar 28 Perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Gambar 29 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Gambar 30 Distribusi nilai UN total SMA/MA IPA berdasarkan jenis satuan pendidikan Gambar 31 Distribusi Nilai UN Total SMA/MA IPS Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Gambar 32 Distribusi nilai UN SMA/MA IPA dengan IIUN tinggi berdasarkan jenis satuan pendidikan

4 Gambar 33 Distribusi nilai UN SMA/MA IPS dengan IIUN tinggi berdasarkan jenis satuan pendidikan Gambar 34 Distribusi nilai UN total SMA/ MA IPA berdasarkan status satuan pendidikan Gambar 35 Distribusi nilai UN total SMA/ MA IPS berdasarkan status satuan pendidikan Gambar 36 Distribusi nilai UN dengan IIUN tinggi SMA/ MA IPA berdasarkan status satuan pendidikan 70 Gambar 37 Distribusi nilai UN SMA/MA IPS dengan IIUN tinggi berdasarkan status satuan pendidikan.. 70 Gambar 38 Distribusi nilai UN SMA/MA IPA berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Gambar 39 Distribusi nilai UNKP SMA/MA IPA berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Gambar 40 Distribusi nilai UN SMA/MA IPS berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Gambar 41 Distribusi nilai UNKP SMA/MA IPS berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Gambar 42 Perbandingan Capaian Rerata UN dan Simpangan Baku UN SMA/MA IPA Antara Data Total dan Data IIUN Tinggi Gambar 43 Perbandingan capaian rerata UN dan simpangan baku UN SMA/MA IPS antara data total dan data IIUN tinggi Gambar 44 Perbandingan rerata UN SMA/MA IPA per Provinsi antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Gambar 45 Perbandingan rerata UN SMA/MA IPS per provinsi antara yang Menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum Gambar 46 Perbandingan nilai capaian UN SMA/MA IPA tahun 2015 dan Gambar 47 Perbandingan nilai capaian UN SMA/MA IPS tahun 2015 dan Gambar 48 Perbedaan Nilai UN SMA/MA IPA dengan IIUN Tinggi Tahun 2015 dan Gambar 49 Perbedaan Nilai UN SMA/MA IPS dengan IIUN Tinggi Tahun 2015 dan Gambar 50 Perbandingan Rerata nilai UN SMK Total (Negeri dan Swasta) dengan IIUN Gambar 51 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Di SMK Negeri Gambar 52 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Di SMK Swasta Gambar 53 Distribusi Rerata nilai UN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan pasa Data UN Total Gambar 54 Rerata nilai UN SMK dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Gambar 55 Distribusi Rerata nilai UN SMK dengan IIUN tinggi Gambar 56 Distribusi Rerata nilai UN SMK dengan IIUN tinggi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan dan Provinsi Gambar 57 Rerata Nilai UN SMK dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Provinsi Gambar 58 Rerata nilai UN SMK Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan SMK Gambar 59 Rerata Nilai UN SMK dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Gambar 60 Rerata Nilai UN Berdasarkan IIUN Tinggi dan IIUN Rendah Gambar 61 Rerata nilai UN dan Simpangan Baku UN antara Data Total dan Data IIUN Tinggi Gambar 62 Persentase Jumlah Peserta Didik UN SMK dengan Nilai UN Di Bawah 55,01 per Provinsi per Mata Pelajaran Gambar 63 Perbandingan Capaian Rerata UN SMK Menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum Gambar 64 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN Tahun 2015 dan Gambar 65 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN SMK Tahun 2015 dan 2016 dengan IIUN Tinggi Gambar 66 Perbandingan Capaian Rerata nilai UNKP Kategori IIUN Tinggi dengan UNBK Gambar 67 Proporsi Peserta UN SMK Seluruh Kejuruan

5 Gambar 68 Proporsi Peserta UN SMK Seluruh Kejuruan Menurut Mata Pelajaran yang Diujikan, IIUN Tinggi Gambar 69 Proporsi Peserta UN SMK 15 Besar Kejuruan Menurut Mata Pelajaran yang Diujikan Gambar 70 Proporsi Peserta UN SMK 15 Besar Kejuruan menurut Mata Pelajaran yang Diujikan IIUN Tinggi Gambar 71 Proporsi Peserta UN Bahasa Indonesia menurut 15 Besar Kejuruan IIUN Tinggi Gambar 72 Proporsi Peserta UN Bahasa Inggris menurut 15 Besar Kejuruan IIUN Tinggi Gambar 73 Proporsi Peserta UN Matematika menurut 15 Besar Kejuruan Gambar 74 Proporsi Peserta UN dengan Nilai UN Rendah

6 DAFTAR TABEL Tabel 1 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMP/MTs Tabel 2 Mata Pelajaran yang Diujikan pada UN SMA/MA Program IPA Tabel 3 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program IPS Tabel 4 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program Bahasa Tabel 5 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN MA Program Keagamaan Tabel 6 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA Program Agama Katolik Tabel 7 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA Program Agama Kristen Tabel 8 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMK Tabel 9 Jadwal UN SMA/MA Program IPA, IPS, dan Bahasa Tabel 10 Jadwal UN SMA/MA Program Keagamaan Tabel 11 Jadwal UN SMK/ MAK Tabel 12 Jadwal UN SMP/ MTs Tabel 13 Jadwal UNBK (UTAMA) SMA/MA Tabel 14 Jadwal UN BK (SUSULAN) SMA/MA Tabel 15 Jadwal UN BK (UTAMA) SMK Tabel 16 Jadwal UN BK (SUSULAN) SMK Tabel 17 Jadwal UN BK (UTAMA) SMP/MTs Tabel 18 Jadwal UN BK (SUSULAN) SMP Tabel 19 Tabel Distribusi Jumlah SMP/MTs dan Jumlah Peserta UN Berdasarkan Metode UN yang Diikuti Tabel 20 Data 7 Provinsi dengan Rerata IIUN Tertinggi dan 7 Provinsi dengan Kenaikan IIUN Tertinggi.. 48 Tabel 21 Rerata Nilai UN IPA SMA dan MA IIUN Tinggi per Provinsi Tabel 22 Rerata Nilai UN IPS SMA dan MA IIUN Tinggi per Provinsi Tabel 23 Perbandingan rerata UN SMA/MA dengan IIUN tinggi berdasarkan status satuan pendidikan (swasta dan negeri) IPA Per Provinsi Tabel 24 Perbandingan rerata UN SMA/MA dengan IIUN tinggi berdasarkan status satuan pendidikan (swasta dan negeri) IPS Per Provinsi Tabel 25 Persentase jumlah peserta SMA/MA IPA dengan UN di bawah 55,01 per provinsi per mapel.. 78 Tabel 26 Presentase jumlah peserta SMA/MA IPS dengan UN di bawah 55,01 per provinsi per mapel Tabel 27 Daftar 10 provinsi dengan peningkatan IIUN tertinggi SMA/MA IPA Tabel 28 Daftar 10 provinsi dengan peningkatan IIUN tertinggi SMA/MA IPS Tabel 29 Distribusi Jumlah SMK dan Jumlah Peserta UN Berdasarkan Metode UN yang Diikuti Tabel 30 Distribusi Jumlah SMK dan Jumlah Peserta UN Berdasarkan Status Sekolah Tabel 31 Daya Serap Butir Soal Bahasa Indonesia SMK/MAK Tabel 32 Daya Serap Butir Soal Bahasa Inggris SMK/MAK Tabel 33 Daya Serap Butir Soal Matematika Akuntansi Tabel 34 Daya Serap Butir Soal Matematika Pariwisata Tabel 35 Daya Serap Butir Soal Matematika Teknologi Tabel 36 Jumlah Peserta UN SMK Menurut Kejuruan

7 Tabel 37 Sekolah/ Madrasah yang menjadi sampel penelitian Tabel 38 Hasil Uji Regresi Kaitan IIUN dengan nilai UN Tabel 39 Hasil Uji Regresi Kaitan IIUN dengan nilai UN Tabel 40 Hasil regresi skor IIUN 2015 sebagai prediktor terhadap nilai UN Tabel 41 Hasil regresi kaitan antara perubahan skor IIUN dan perubahan nilai UN Tabel 42 Regresi dengan nilai UN 2015 sebagai prediktor skor IIUN Tabel 43 Nilai UN pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris Tabel 44 Karakteristik responden survei Tabel 45 Perbedaan nilai UN berdasarkan tingkat pendidikan ayah Tabel 46 Perbedaan nilai UN berdasarkan tingkat pendidikan ibu Tabel 47 Perbedaan nilai UN antar jenis pekerjaan ayah Tabel 48 Perbedaan nilai UN antar jenis pekerjaan ibu Tabel 49 Iklim keluarga dan nilai UN siswa Tabel 50 Korelasi antara nilai UN dan indeks keterlibatan orangtua dalam kegiatan belajar Tabel 51 Keterlibatan orangtua dalam kegiatan belajar anak Tabel 52 Frekuensi siswa melakukan aktivitas-aktivitas non akademik

8 1 GAMBARAN UMUM UN 2015/2016 8

9 PENDAHULUAN Kebijakan penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) merupakan upaya pemerintah dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan. Dasar hukum pelaksanaan UN yaitu Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah lagi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan. PP Nomor 13 Tahun 2015 pasal 67 menyatakan bahwa pemerintah menugaskan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) untuk menyelenggarakan ujian nasional yang diikuti peserta didik pada setiap satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur nonformal kesetaraan. Penyelenggaraan UN dilakukan oleh lembaga mandiri yang ditugaskan oleh Pemerintah dalam rangka evaluasi eksternal untuk menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, khususnya standar kompetensi lulusan. Dalam hal ini penyelenggara ialah BSNP dan pelaksananya adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan yang dalam hal ini dilaksanakan secara teknis oleh Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik). Pada tahun 2015, melalui PP Nomor 13 Tahun 2015, dilakukan perubahan kebijakan strategis dalam pelaksanaan UN tahun 2015, bahwa hasil UN tidak digunakan untuk penentuan kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Selanjutnya, kelulusan peserta didik dari satuan/program pendidikan ditetapkan oleh satuan/program pendidikan yang bersangkutan. Peraturan ini tetap berlaku pada UN PP Nomor 13 Tahun 2015 pasal 68 menyatakan bahwa fungsi UN meliputi: (1) pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan, (2) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, dan (3) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. UN mulai dilaksanakan sejak tahun pelajaran 2004/2005 yakni sejak ditetapkannya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ujian Nasional semula dilaksanakan untuk jenjang SMA/MA, SMALB, SMK, Paket C daan Paket C Kejuruan, serta SMP/MTs, SMPLB, Paket B, SD/MI, SDLB, dan Paket A. Namun mulai tahun 2014 UN SD/MI, SDLB, dan Paket A diubah menjadi ujian sekolah/madrasah berdasarkan Permendikbud Nomor 102 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Ujian Sekolah/Madrasah pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Dasar Luar Biasa, dan Program Paket A/Ula. 9

10 Laporan hasil UN SMP/MTs, SMA/MA dan SMK tahun 2016 ini disusun sebagai bentuk akuntabilitas publik yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada direktorat terkait di lingkungan Kemendikbud, pemerintah daerah, dinas pendidikan, Kementerian Agama di tingkat provinsi/kota/kabupaten, satuan pendidikan, serta pemangku kepentingan lainnya tentang hasil capaian nilai UN dan indeks integritas UN. Informasi hasil UN diharapan dapat menjadi masukan untuk peningkatan mutu pendidikan serta perbaikan integritas dalam penyelenggaraan UN. PENYELENGGARAAN UN Metode Pelaksanaan Seperti tahun 2015, UN tahun 2016 dilaksanakan dengan dua metode yaitu: (1) paper based test (PBT) atau ujian nasional kertas dan pensil (UNKP), selanjutnya disebut UNKP; dan (2) computer based test (CBT) atau ujian nasional berbasis komputer (UNBK), selanjutnya disebut UNBK. Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan UNBK yaitu rasio komputer (PC) dan peserta UN di sekolah tersebut adalah 1:3 dan memiliki cadangan PC sebanyak 10% dari jumlah PC yang ada, memiliki UPS yang memadai untuk PC server dan client, serta diutamakan yang memiliki genset. Perbedaan teknis pelaksanaan UNKP dan UNBK adalah sebagai berikut: 1. Peserta UNKP pada jenjang SMA dan SMK sederajat menempuh ujian 2 mata pelajaran per hari, sedangkan peserta UNBK hanya menempuh ujian 1 mata pelajaran perhari. Akibatnya, jumlah hari pelaksanaan UNBK lebih banyak dibanding dengan jumlah hari pelaksanaan UNKP. 2. UNKP dilaksanakan hanya 1 sesi per mata pelajaran per hari, sedangkan UNBK dilaksanakan maksimal 3 sesi per mata pelajaran per hari. Mata Pelajaran yang diujikan Tabel 1 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMP/MTs Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit Pilihan Ganda IPA 40 soal 120 menit Pilihan Ganda 10

11 Tabel 2 Mata Pelajaran yang Diujikan pada UN SMA/MA Program IPA Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Fisika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Kimia 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Biologi 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Tabel 3 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program IPS Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Ekonomi 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Sosiologi 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Geografi 50 soal 120 menit Pilihan Ganda 11

12 Tabel 4 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA/MA Program Bahasa Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Sastra Indonesia 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Antropologi 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Asing**): Bahasa Arab Bahasa Jepang Bahasa Jerman Bahasa Prancis Bahasa Mandarin 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Tabel 5 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN MA Program Keagamaan Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Tafsir 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Hadis 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Fikih 50 soal 120 menit Pilihan Ganda 12

13 Tabel 6 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA Program Agama Katolik Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Kitab Suci 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Doktrin Gereja Katolik dan Moral Kristiani 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Liturgi 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Tabel 7 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMA Program Agama Kristen Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension atau 15 soal reading untuk penyandang tunarungu dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Al Kitab 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Etika Kristen 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Sejarah Gereja 50 soal 120 menit Pilihan Ganda 13

14 Tabel 8 Mata Pelajaran yang Diujikan Pada UN SMK Nama Mata Pelajaran Jumlah Soal Waktu Pengerjaan Bentuk Soal Bahasa Indonesia 50 soal 120 menit Pilihan Ganda Bahasa Inggris 50 soal 120 menit 15 soal listening comprehension dan 35 soal pilihan ganda. Matematika 40 soal 120 menit Pilihan Ganda Dibedakan menjadi: Matematika akuntansi Matematika pariwisata Matematika teknik Tahap Penyelenggaraan UN UJIAN NASIONAL KERTAS DAN PENSIL Tahap penyelenggeraan UN dalam UNKP adalah sebagai berikut: PERSIAPAN Tahap Persiapan meliputi penetapan dan pendistribusian Kisi-Kisi UN, koordinasi/sosialisasi Permen dan POS, penyiapan master naskah UN, pendataan peserta UN, nilai rapor dan nilai US/M, penggandaan dan pengiriman Bahan Ujian Nasional yang diawali dengan proses lelang dan diakhiri dengan pengiriman Bahan Ujian Nasional sampai ke satuan pendidikan. a. Pendataan Pendataan dilakukan untuk menjaring informasi mengenai peserta di kelas akhir dan catatan prestasi belajarnya pada masing-masing jenjang pendidikan di setiap sekolah yang akan mengikuti UN. Informasi yang dijaring berupa biodata peserta antara lain nama dan tempat tanggal lahir siswa, nama orang tua, nomer induk siswa. Sistem dan aplikasi yang digunakan dalam pendataan dikembangkan oleh Puspendik. Biodata peserta dan data nilai rapor serta nilai US berasal dari sekolah di bawah koordinasi pelaksana UN tingkat Kabupaten/Kota serta pelaksana UN tingkat provinsi di wilayah masing-masing. Pendataan dilakukan dengan menggunakan sistem online dan offline. Sistem offline dapat dipergunakan oleh user sekolah yang 14

15 memiliki keterbatasan infrastruktur serta untuk user kabupaten/kota dan provinsi digunakan dalam proses pencetakan. Data dalam pendataan tersimpan secara online dengan tujuan mempermudah pengendalian data. Mekanisme pendataan dalam penyelenggaraan UN meliputi: Pendataan Calon Peserta Data yang berasal sekolah dikumpulkan oleh pelaksana UN tingkat Kabupaten/Kota untuk dicetak agar dapat diverifikasi kembali oleh sekolah. Hasil verifikasi selanjutnya diunggah ke dalam sistem online. Selanjutnya Daftar Nominasi Sementara (DNS) dicetak dan diberikan kepada sekolah untuk divalidasi. Hak akses perubahan data untuk user sekolah dan user kabupaten/kota yang DNS nya sudah tervalidasi ditutup dan hanya dibuka untuk user provinsi dalam rangka menetapkan nomer peserta UN, mencetak Daftar Nominasi Tetap (DNT) dan kartu peserta UN. DNT dan kartu peserta UN kemudian didistribusikan ke sekolah melalui pelaksana UN tingkat Kabupaten/Kota. Hak akses penambahan data untuk pelaksana UN tingkat provinsi ditutup setelah proses pencetakan DNT dan kartu peserta selesai. Penambahan data dimungkinkan apabila sudah dilaporkan kepada penyelenggara UN dan pelaksana UN tingkat pusat dan mendapatkan persetujuan. Pendataan Nilai US Mekanisme dalam pendataan nilai US tidak berbeda jauh dengan pendataan calon peserta UN. Pendataan ini dapat dilakukan setelah biodata peserta tersedia. Sekolah hanya memasukkan nilai tiap mata pelajaran tiap siswanya, tidak melakukan penghitungan rata-rata atau pembobotan nilai. Penghitungan rata-rata dan pembobotan tersedia dalam sistem aplikasi pendataan nilai. b. Sosialisasi Pelaksanaan UN Penyelenggaraan UN diatur dalam peraturan menteri dan POS UN. Mengingat UN diselenggarakan di sekolah-sekolah seluruh wilayah Indonesia dan sekolah Indonesia di luar negeri, maka diperlukan penyebaran informasi mengenai UN melalui sosialisasi. Sosialisasi dilakukan kepada instansi yang terlibat dalam penyelenggaraan UN di pusat dan daerah, pemangku kepentingan dalam bidang pendidikan di pusat dan daerah, peserta UN, sampai dengan masyarakat umum dengan tujuan memberikan informasi seluas-luasnya mengenai 15

16 prosedur pelaksanaan UN dan kebijakan-kebijakan UN. Selain itu, sosialisasi juga dimaksudkan untuk menyelaraskan tugas dan fungsi, serta kewenangan pelaksana UN tingkat pusat sampai dengan tingkat satuan pendidikan, sehingga UN dapat dilaksanakan secara kredibel, objektif, akurat, akuntabel, dan berkeadilan. c. Penyiapan Bahan Ujian Nasional Bahan ujian nasional yang berupa naskah soal berasal dari bank soal Puspendik yang memiliki karakteristik pada setiap butir soal. Butir soal tersebut dirakit menjadi naskah soal berdasarkan kisi-kisi UN. Berikut ini adalah bagan alur penyiapan master naskah soal. Alur Persiapan Master Naskah Soal PENYUSUNAN KISI-KISI UN [BSNP- Puspendik-PT] PENYUSUNAN PAKET NASIONAL [Puspendik] SPESIFIKASI UN [Puspendik-Guru] FIAT [PUSPENDIK] PENGGANDAAN, PENGEPAKAN MASTER [Puspendik] SELEKSI BUTIR SESUAI KISI-KISI UN [Puspendik] PENYUSUNAN PAKET TES [Puspendik-Guru] PROOF READING [PUSPENDIK] Validasi [BSNP-Puspendik-PT] DISTRIBUSI MASTER KE PERCETAKAN- REGION [Puspendik] Gambar 1 Alur Penyiapan Naskah Kisi-kisi Ujian Nasional Kisi-kisi soal UN disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2007 tentang Standar Isi untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C. Kisi-kisi soal UN sebagaimana dimaksud di atas menggunakan kisi-kisi soal UN tahun pelajaran 2016 yang ditetapkan dalam 16

17 Peraturan Badan Standar Nasional Pendidikan Nomor 0035/P/BSNP/IX/2015 tentang Kisi-Kisi Soal Ujian Nasional untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Penyusunan Naskah UN 1) Penyusunan Spesifikasi Tes Ujian Nasional. Spesifikasi tes mengacu pada Kisi-Kisi UN yang disusun sesuai dengan hasil pembahasan oleh tim materi dan ahli penilaian pendidikan mengenai materi/pokok bahasan yang akan dipilih. Acuan yang digunakan meliputibuku pedoman teknis berikut format spesifikasi tes dari Pusat Penilaian Pendidikan, kurikulum dan kisi-kisi UN yang berlaku, serta buku penunjang/buku pelengkap yang telah disahkan. Spesifikasi tes kemudian divalidasi dengan cara mencocokkan kembali kesesuaian materimateri yang dituangkan dalam spesifikasi dengan kisi-kisi UN. 2) Penyiapan Bahan Ujian Nasional Bahan Ujian nasional adalah master naskah dan LJUN yang disiapkan oleh Puspendik. Naskah dan LJUN menjadi satu kesatuan set naskah. Bahan UN tersebut disiapkan melalui proses: Pemilihan Butir Soal Pemilihan butir soal dari Bank Soal diawali dengan langkah pemilahan butir soal per bidang studi per jenjang pendidikan. Butir soal yang sudah dipilah tersebut, kemudian dipilih yang sesuai dengan spesifikasi serta paralel antarpaket dengan mengacu pada kisi-kisi UN per bidang studi dan per jenjang pendidikan. Setelah itu dilakukan proses validasi hasil pemilihan yaitu dengan cara melihat keakuratan pemilihan, struktur soal, dan keparalelan antarpaket. Bila tidak sesuai dan tidak paralel, maka dicarikan butir soal dalam bank soal yang sesuai. Pada saat bersamaan dilakukan penyetaraan tingkat kesukaran pada masing-masing paket soal. a) Penyusunan Paket Tes Soal-soal yang telah dipilih kemudian didesain menjadi paket-paket tes yang terdiri atas 40 sampai dengan 50 butir soal sesuai dengan spesifikasi. Paket tes yang tersusun dilihat kesempurnaan naskah soal, baik dari segi pengetikan,tata letak, segi isi/materi (paralel), maupun simbol, lambang, gambar dan ilustrasinya hingga naskah siap cetak. 17

18 b) Validasi Paket Tes Validasi butir soal paket tesdilakukan oleh Tim Perguruan Tinggi di bawah koordinasi BSNP bersama koordinator bidang studi dengan memeriksa kesesuaian paket tes dengan materi dalam Kisi-kisi UN, kebenaran konsep dan kunci jawaban, serta keparalelan antarpaket.setiap soal yang diperiksa, diparaf pada setiap butir pada lembar paket tes. Validasi keterbandingan tingkat kesukaran antar paket tes tidak hanya dilakukan melalui judgement pakar, tetapi juga secara empirik menggunakan metode concordance. Metode concordance adalah cara membandingkan tingkat kesukaran satu paket tes dengan paket tes lainnya dengan membandingkan peluang menjawab benar setiap paket tes berdasarkan kemampuan peserta. Diharapkan peserta dengan kemampuan yang sama akan memiliki peluang menjawab benar yang sebanding pula tanpa membedakan paket tes yang ditempuh. c) Proof reading dan Fiat Proof reading dan fiat bertujuan untuk memastikan seluruh paket tes telah divalidasi. Kemudian dilakukanpengecekan kembali paket tesberupa kesalahan ketikan, kelengkapan cover, nomor, kode,jumlah soal dan halaman serta kesesuaian urutan nomor butir soal tiap halamannya. d) Penyusunan Paket Nasional Penyusunan paket nasional dilakukan dengan langkah pengembangan jumlah paket tes sesuai dengan desain pemaketan dan jumlah paket yang telah ditentukan. Hasil pengembangan jumlah paket tes diperiksa kembali dengan mengacu pada desain pemaketan hingga final. Paket tes hasil pengembangan yang telah final ditandatangani dan menjadi paket nasional. e) Pemetaan Region Cetak Pemetaan region cetak dilakukan untuk memetakan paket nasional menjadi master naskah untuk setiap region (wilayah dan zona waktu). Master naskah yang disiapkan sesuai dengan kebutuhan setiap region. Sebelum master naskah dikirim dilakukan quality control meliputikesesuaian kodefikasi naskah pada footer, header, dan cover naskah serta pada LJUN yang telah ditetapkan, hingga menghasilkan sejumlah master naskah UN yang siap kirim untuk digandakan oleh perusahaan percetakan. Master naskah yang lolos quality control tersebut dipak dengan pengamanan ganda. 18

19 Pengantaran Master Naskah UN Master naskah untuk tiap region di antar ke perusahaan percetakan dan diserahterimakan di percetakan yang disaksikan oleh pihak kepolisian, panitia regional, dan atau perguruan tinggi untuk digandakan menjadi bahan ujian nasional bagi peserta didik. Serah terima master naskah dilampiri berita acara serah terima. d. Penggandaan dan Pendistribusian Bahan Ujian Penggandaan Bahan UN Penggandaan dan pendistribusian bahan UN dilaksanakan dengan mengacu pada Prosedur Operasional Standar (POS) Penggandaan dan Pendistribusian bahan UN. Tahap demi tahap langkah penggandaan bahan UN dilakukan dengan pengawasan dan pengamanan yang ketat. Tahap pertama dilakukan penetapan spesifikasi serta persyaratan teknis perusahaan dalam penggandaan dan distribusi bahan UN, yang meliputi spesifikasi pengamanan, spesifikasi sumber daya manusia, spesifikasi ruangan penggandaan dan distribusi, spesifikasi mesin produksi, metode kerja/alur kerja, spesifikasi administrasi, spesifikasi prosedur teknis pelaksanaan pekerjaan. Pada tahap ini juga dilakukan konsultansi kepada LPSE dan LKPP untuk memperjelas spesifikasi dan persyaratan teknis perusahaan. Tahap kedua adalah penetapan panitia regional untuk pekerjaan pelelangan penggandaan dan pendistribusian bahan UN. Tahap ini dimonitoring/diawasi oleh pihak Inspektorat Jenderal Kemendikbud, serta disupervisi oleh pihak LPSE dan LKPP yang berkaitan dengan pekerjaan lelang. Setelah dibentuk panitia regional, maka diperlukanlah pengarahan teknis prosedur penggandaan dan distribusi bahan kepada panitia regional agar pekerjaan pelelangan dapat berjalan lancar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Setelah pemenang penggandaan dan pendistribusian bahan UN ditetapkan, maka tahap berikutnya adalah penetapan POS pengawasan perusahaan percetakan, penetapan tim supervisi percetakan, dan penetapan tim pengawasan penggandaan bahan UN dari tiap regional. Untuk menjamin kualitas hasil penggandaan bahan UN, maka tahap-tahap pada kegiatan penggandaan bahan UN dilakukan dengan pengawasan dan pengamanan yang ketat. Pada saat serah terima master soal bahan UN dari Panitia Pusat ke Perusahaan Pemenang, ada saksi dari Panitia Regional dan pengawasan dari pihak kepolisian, serta disertai berita acara serah terima Bahan UN. Bahan UN disimpan di ruangan khusus tertutup, terkunci dan disegel. Kunci tempat 19

20 penyimpanan Bahan UN di perusahaan percetakan diserahkan kepada Panitia Regional dan petugas kepolisian. Pada tahap penggandaan bahan ujian, beberapa instansi terlibat di dalamnya. Dalam pencetakan bahan UN terlibat ahli pencetakan yaitu Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) untuk menguji kualitas cetakan, memastikan kesesuaian berat kertas dengan spesifikasi yang telah ditentukan, dengan cara menimbang gramatur berat kertas salah satu halaman dari satu paket setiap mata pelajaran, ukuran kertas, dan memprediksi ketepatan target waktu pencetakan. Pihak Panitia Pusat juga melakukan supervisi percetakan dengan mengecek secara sampling set naskah untuk setiap mata pelajaran setiap paketnya. Pengecekan dilakukan untuk memastikan bahwa kodifikasi pada setiap halaman naskah soal sama dengan kodifikasi pada LJUN, memastikan kejelasan gambar dan keterbacaan naskah soal, memastikan LJUN dapat dibaca oleh mesin pemindai. Di samping itu, juga dilakukan pengecekan isi amplop naskah secara sampling. Amplop naskah yang diambil dicek kesesuaiannya antara isi amplop naskah dengan judul yang tertulis di cover amplop. Keterlibatan pakar percetakan dan panitia pusat dalam penggandaan bahan UN tersebut untuk menjamin kesesuaian hasil cetakan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, kesesuaian antara kode paket lembar LJUN dan lembar soal naskah, kesesuaian antara nama mata pelajaran pada amplop naskah dengan naskah yang ada di dalam amplop tersebut. Pihak Dinas Pendidikan Provinsi melakukan pengecekan data peserta UN. Data peserta UN dari pihak Dinas Pendidikan Provinsi dicocokkan dengan data oplah cetakan bahan UN di perusahaan. Hal ini penting dilakukan agar dapat menjamin tidak terjadinya kekurangan naskah soal. Pendistribusian Bahan UN Hal yang direncanakan untuk pertama dilakukan adalah menentukan gudang penyimpanan sementara di Provinsi. Selanjutnya, Dinas Pendidikan Provinsi menentukan daerah-daerah yang termasuk daerah remote (daerah yang terpencil), dan sekolah-sekolah yang termasuk sekolah remote (sekolah-sekolah yang jauh dari titik simpan terakhir) yang ada di provinsi yang bersangkutan. Penentuan daerah remote dan sekolah remote sangat penting agar pendistribusian bahan ujian untuk daerah tersebut dilakukan lebih awal daripada daerah yang bukan daerah remote dan menjamin tidak ada keterlambatan bahan ujian sampai di sekolah. Selanjutnya, perusahaan percetakan mendistribusikan bahan UN (termasuk Compact Disc LC) ke gudang penyimpanan sementara di Provinsi. Hal lain yang harus dilakukan Panitia UN Tingkat Kabupaten/Kota adalah menentukan titik simpan terakhir di Kabupaten/Kota. Penentuan titik 20

21 simpan akhir tersebut dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan Perguruan Tinggi/LPMP setempat. Selanjutnya, Perguruan Tinggi/LPMP bersama Dinas Pendidikan Provinsi dan Pihak Kepolisian mendistribusikan bahan UN ke titik simpan terakhir di Kabupaten/Kota. Dalam pendistribusian bahan Ujian ke titik simpan akhir tersebut Perguruan Tinggi/LPMP melakukan serah terima dengan Tim Pengawas dan Pengamanan Bahan UN disaksikan Dinas Pendidikan Provinsi dan dikawal Pihak Kepolisian. Petugas dari Perguruan Tinggi/LPMP melakukan pengawasan dan pengamanan bahan UN selama pelaksanaan UN berkoordinasi dengan pihak kepolisian. Sesuai jadwal pelaksanaan UN, Petugas Pengawasan dan Pengamanan Bahan UN di titik simpan terakhir melakukan serah terima Bahan UN dengan Petugas Pengawas Satuan Pendidikan disaksikan oleh Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah dan Unit Penyelenggara Pendidikan Kesetaraan. Semua tahap dalam pendistribusian bahan UN tersebut disertai dengan berita acara. PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL Pelaksanaan UN mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. BSNP memiliki kewenangan sebagai penyelenggara UN yang memiliki tugas menyusun POS pelaksanaan UN, memberi rekomendasi kepada Menteri tentang pembentukan Pelaksana UN Tingkat Pusat dan melakukan evaluasi dan menyusun rekomendasi perbaikan pelaksanaan UN. Dalam pelaksanaan UN pelaksana UN tingkat pusat sampai dengan satuan pendidikan memiliki tugas masing-masing. Jadwal pelaksanaan UN pada setiap jenjang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini. 21

22 Tabel 9 Jadwal UN SMA/MA Program IPA, IPS, dan Bahasa No 1 Hari & Tanggal Jam SMA/MA Utama Susulan IPA IPS BAHASA Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Senin, 04- Senin, 11- Sastra Indonesia/ Kimia Geografi Bahasa dan Sastra Indonesia 2 Selasa, Selasa, Matematika Matematika Matematika Biologi Sosiologi Antropologi 3 Rabu, Rabu, Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Fisika Ekonomi Bahasa Asing Tabel 10 Jadwal UN SMA/MA Program Keagamaan Hari & Tanggal Program Keagamaan No Utama Susulan Jam MA Program Keagamaan Sekolah Menengah Agama Katolik Sekolah Menengah Teologi Kristen 1 Senin, Senin, Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia Hadis Kitab Suci Al Kitab 2 Selasa, Selasa, Matematika Matematika Matematika Fikih Doktrin Gereja Katolik dan Moral Kristiani Etika Kristen 22

23 3 Rabu, Rabu, Bahasa Inggris Bahasa Inggris Bahasa Inggris Tafsir Liturgi Sejarah Gereja Tabel 11 Jadwal UN SMK/ MAK Hari/ Tanggal NO Utama Susulan Pukul Mata Pelajaran 1 Senin, Senin, Bahasa Indonesia 2 Selasa, Selasa, Matematika 3 Rabu, Rabu, Bahasa Inggris 4 Kamis, Kamis, Teori Kejuruan Tabel 12 Jadwal UN SMP/ MTs Hari/ Tanggal NO Utama Susulan Pukul Mata Pelajaran 1 Senin, Senin, Bahasa Indonesia 2 Selasa, Selasa, Matematika 3 Rabu, Rabu, Bahasa Inggris 4 Kamis, Kamis, Ilmu Pengetahuan Alam PENGOLAHAN DATA DAN PELAPORAN A. Pengolahan Data Pengolahan hasil UN tingkat provinsi diawali dengan proses pemindaian lembar jawaban ujian nasional (LJUN), yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi untuk jenjang SMA/MA, SMK, Paket C, dan Paket C Kejuruan serta dinas pendidikan provinsi untuk jenjang SMP/MTs, Paket B/wustha, SMPLB, dan SMALB. Sistem dan aplikasi pada proses pemidaian ljun disediakan oleh pelaksaan UN tingkat pusat. Proses ini dilakukan dengan tahapan langkah sebagai berikut: 23

24 Penerimaan berkas Sebelum penerimaan berkas disiapkan bahan-bahan pendukung untuk merekap berkas yang akan diterima. Pada saat menerima berkas-berkas hasil UN dari petugas kabupaten/kota atau pengawas satuan pendidikan dilakukan mekanisme sebagai berikut : a) Mengidentifikasi satuan pendidikan,ljun siswa yang ujiannya bergabung, dan siswa INKLUSI dengan memisahkan LJUNnya serta mencatat dalam lembar kerja pemindaian nomor siswa tersebut; b) Menghitung jumlah amplop satuan pendidikan dan amplop ruang LJUN per satuan pendidikan per sekolah sesuai mata pelajaran per program studi serta mencatat hasil penghitungan ke dalam lembar kerja; c) Setelah seluruh sampul satuan pendidikan dalam satu rayon atau satu satuan pendidikan selesai dihitung kemudian dilakukan serah terima dengan petugas Kabupaten/Kota atau Pengawas satuan pendidikan menggunakan berita acara. Pemilahan berkas Sebelum melakukan pemilahan berkas disiapkan bahan-bahan pendukung untuk merekap berkas yang akan dipilah kemudian melakukan mekanisme sebagai berikut. a) Mengurutkan Sampul Ruang dari nomor ruang terkecil ke terbesar per mata pelajaran; b) Membuka Sampul Ruang dan memisahkan LJUN dengan berita acara, daftar hadir dari sampul ruang; c) Menghitung jumlah lembar LJUN per sampul ruang dan peserta yang tidak hadir dari daftar hadir serta mencatat jumlahnya per satuan pendidikan dan per mata uji dalam lembar kerja; d) Menyusun LJUN per mata uji berdasarkan urutan nomor ruang terkecil ke terbesar dan mengikat serta memberi label LJUN per mata pelajaran, per program studi, dan per satuan pendidikan; e) Mencatat nomor peserta yang tidak hadir dari daftar hadir ke dalam lembar label LJUN. 24

25 Pemindaian LJUN Sebelum melakukan pemindaian mempersiapkan perlengkapannya dan menerima lembar kerja pemindaian serta berkas LJUN dari tim pemilah. Pemindaian dilakukan per mata pelajaran, per program studi, per satuan pendidikan. Langkah-langkah pemindaian dilakukan adalah sebagai berikut. a) Mengentri nomor peserta yang tidak hadir dan melakukan pemindaian LJUN serta memastikan bahwa hasil pemindaian sesuai dengan data isi pada LJUN; b) Memastikan isi/arsiran siswa pada LJUN terbaca dengan benar; c) Melakukan cek peserta yang LJUNnya belum dipindai dan dicocokan dengan nomor peserta yang tidak hadir pada label LJUN/daftar hadir; d) Mengarsipkan LJUN yang sudah dipindai oleh pengelola berkas. Validasi hasil pemindaian Proses validasi dilakukan setelah proses pemindaian selesai dan semua data hasil pemindaian sudah digabung. Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses validasi adalah sebagai berikut: a) Merekap dan mencetak laporan data hasil pemindaian; b) Memastikan seluruh LJUN sudah dipindai dan semua siswa yang absen sudah direkam; c) Memastikan LJUN yang tidak atau belum dipindai sudah ada penjelasannya; d) Memastikan keterbacaan hasil pemindaian sesuai dengan data fisik LJUN; e) Melaporkan dan menyerahkan hasil validasi kepada Ketua Pelaksana UN Provinsi untuk di serahkan kepada panitia UN tingkat pusat. Proses Penilaian Pengolahan data hasil ujian nasional pada tingkat pusat dilakukan oleh Puspendik yang mengembangan mengembangkan sistem database peserta UN dan sistem database penilaian akhir ujian sekolah, ujian akhir pendidikan kesetaraan, dan ujian nasional serta melakukan proses penilaian atau peskoran hasil UN dengan disupervisi oleh BSNP. Setelah seluruh data yang akan digunakan sudah terverifikasi dan valid serta biodata peserta, data sekolah, data kota/kabupaten, data provinsi, dan data referensi lainya siap, maka proses penilaian dapat dilakukan. 25

26 Proses Analisis Proses ini untuk menghitung statistik dari hasil UN berdasarkan nilai ujian nasional, nilai sekolah, dan nilai akhir masing-masing matapelajaran. Data hasil analisis tersebut disajikan dalam bentuk: statistik deskriptif, grafik, peringkat, dan daya serap kemampuan peserta didik pada setiap sekolah, kota/kabupaten, provinsi, dan nasional untuk setiap jenjang pendidikan. Masing-masing bentuk tersebut secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut. 1) Statistik deskriptif Statistik deskriptif untuk setiap mata pelajaran Ujian Nasional pada masing-masing tingkat/jenis satuan pendidikan. Data statistik deskriptif pada tingkat nasional provinsi, kota/kabupaten, dan satuan pendidikan yang berisi informasi klasifikasi nilai, rerata, nilai tertinggi dan terendah, standar deviasi, peringkat sekolah, serta distribusi nilai siswa. antara lain nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, dan standar deviasi. 2) Daftar atau Peringkat Daftar ini memuat informasi tentang daftar atau peringkat provinsi, kota/kabupaten, dan sekolah pada tingkat nasional, provinsi, dan Kabupaten/Kota yang berisi informasi jumlah peserta, jumlah peserta tidak lulus, nilai rerata per mata ujian, jumlah nilai, dan ranking sekolah per kota/kabupaten. 3) Daya serap Laporan daya serap disusun per wilayah baik secara nasional, provinsi, kota/kabupaten, maupun sekolah. Laporan yang dihasilkan berisi informasi nilai daya serap pada kemampuan atau kompetensi yang diuji hingga butir soal pada masing-masing mata pelajaran. Laporan daya serapdapat digunakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi siswa di tingkat sekolah, kota/kabupaten, maupun provinsi. Jika ditemukan kompetensi yang masih rendah dapat dilakukan pengayaan untuk siswa sedangkan untuk guru dapat dilakukan peningkatan penguasaan materi dan metode mengajar. 4) Grafik Informasi grafik disusun per wilayah baik secara nasional, provinsi, kota/kabupaten, maupun sekolah. Grafik tersebut menggambarkan perbandingan rata-rata nilai per mata ujian suatu sekolah relatif terhadap rerata tingkat nasional, tingkat provinsi, maupun tingkat kota/kabupaten. Pada grafik ini, terdapat pula histogram distribusi nilai siswa untuk ujian sekolah, ujian nasional, dan nilai akhir. Penampilan data hasil analisis berupa grafik ini dimaksudkan agar sekolah mengetahui posisinya di tingkat kota/kabupaten, provinsi, dan 26

27 nasional. Demikian juga dengan kota/kabupaten dapat mengetahui posisinya di tingkat provinsi maupun nasional. Jika diketahui posisi sekolah, kota/kabupaten, maupun provinsi memiliki ratarata nilai rendah untuk mata uji tertentu, maka dapat dilakukan penelusuran di tingkat sekolah mengenai penyebab rendahnya nilai rata-rata tersebut. B. Pelaporan dan Pengumuman Hasil UN Akhir dari proses pengolahan data hasil UN terdiri dari dua bagian yaitu pelaporan ke pengambil kebijakan dalam pendidikan yang berupa data-data statistik dan hasil pencapaian prestasi siswa dalam UN yang berbentuk Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) dan Ijasah. Data akhir yang diberikan ke Pelaksana UN Tingkat Provinsi berupa data nilai siswa, biodata siswa untuk pengumuman di setiap sekolah dan data statistik yang berisi informasi hasil UN di setiap kabupaten kota hingga sekolah diwilayahnya. Untuk pengambil kebijakan tingkat pusat berfungsi untuk mengukur dan menilai pencapaian kompetensi lulusan dalam mata pelajaran tertentu, pemetaan mutu pendidikan pada tingkat pendidikan dasar dan menengah serat pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Informasi tentang peta hasil Ujian Nasional dapat digunakan sebagai umpan balik bagi semua pihak terkait dalam rangka memperbaiki kinerjanya. UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER (UNBK) Tahapan penyelenggaraan UNBK adalah sebagai berikut. PERSIAPAN 1. Sosialisasi Pelaksanaan UN Rangkaian pelaksanaan UNBK diawali dengan sosialisasi kepada dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota/kabupaten, sekolah-sekolah yang dicalonkan, dan direktorat jenderal terkait. Informasi yang disampaikan meliputi rencana pelaksanaan UNBK, persyaratan sekolah penyelenggara UNBK, rencana jadwal UNBK, dan lembar konfirmasi kepala sekolah. Setelah penetapan sekolah penyelenggara UNBK, dilanjutkan dengan ujicoba teknis pelaksanaan UNBK di sekolah penyelenggara dan pengenalan antar muka aplikasi UNBK bagi peserta UNBK. Ujicoba teknis pelaksanaan UNBK melibatkan proktor dan teknisi melalui pelatihan terpusat di 27

28 ibu kota provinsi setempat dan dilanjutkan ujicoba langsung di sekolah-sekolah penyelenggara. Ujicoba di sekolah penyelenggara meliputi persiapan teknis materi dan jaringan oleh proktor dan teknisi, serta ujicoba antar muka aplikasi UNBK oleh peserta UNBK. 2. Pendataan Salah satu syarat sekolah bisa menjadi sekolah penyelenggara UNBK adalah memiliki infrastruktur yang memadai dan bersedia menjadi sekolah penyelenggara. Calon sekolah penyelenggara diusulkan oleh dinas pendidikan kota/kabupaten, dinas pendidikan provinsi, atau direktorat pembinaan terkait. Daftar sekolah usulan yang disampaikan kepada Puspendik kemudian diverifikasi dengan metode kunjungan langsung (visitasi) 14 hari sebelum tanggal penetapan sekolah penyelenggara. Hasil verifikasi kemudian digabungkan dengan kelengkapan administrasi dari calon sekolah penyelenggara untuk disusun rekomendasi calon sekolah penyelenggara. Setelah dilakukan penetapan sekolah penyelenggara, hasilnya diinformasikan kepada dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota/kabupaten, dan sekolah terkait. 3. Penyiapan Bahan Ujian Nasional Bahan yang disiapkan untuk pelaksanaan UNBK meliputi bahan untuk latihan UNBK dan bahan untuk pelaksanaan UNBK. Bahan tersebut terdiri dari naskah soal UNBK, CD Listening Comprehension untuk jenjang SMA, SMK, dan sederajat, serta perangkat administratif lainnya. 4. Penggandaan dan Pendistribusian Bahan Ujian Proses penggandaan dan pendistribusian CD Listening Comprehension dan berkas administratif lainnya dilakukan mengikuti prosedur UNKP, sedangkan naskah soal UNBK didistribusikan secara elektronik melalui jaringan internet. Pengambilan naskah soal UNBK dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan ujian, yang dilakukan oleh proktor dari server lokal di sekolah penyelenggara melalui jaringan internet. 28

29 PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL UNBK dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan UNKP. Jadwal pelaksanaan UNBK dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13 Jadwal UNBK (UTAMA) SMA/MA No Hari & Tanggal Jam Mata pelajaran Sesi Senin, Sesi Bahasa Indonesia Sesi Sesi-3 2 Selasa, Kimia/Geografi/Sastra (Bahasa dan Sesi Sastra Indonesia) Sesi Sesi-3 Rabu, Sesi Matematika Sesi Sesi Sesi-1 4 Kamis, Biologi/Sosiologi/Antropologi Sesi Sesi Sesi-1 5 Senin, Fisika/Ekonomi/Bhs Asing Sesi Sesi Sesi-1 6 Selasa, Bahasa Inggris Sesi Sesi-3 Tabel 14 Jadwal UN BK (SUSULAN) SMA/MA No Hari & Tanggal Jam Mata pelajaran Sesi 1 Senin, Selasa, Rabu, Bahasa Indonesia Sesi Kimia/Geografi/Sastra (Bahasa dan Sastra Indonesia) Sesi Matematika Sesi Biologi/Sosiologi/Antropologi Sesi Fisika/Ekonomi/Bhs Asing Sesi Bahasa Inggris Sesi-2 29

30 Tabel 15 Jadwal UN BK (UTAMA) SMK No Hari & Tanggal Jam Mata pelajaran Sesi 1 Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sesi Bahasa Indonesia Sesi Sesi Sesi Matematika Sesi Sesi Sesi Bahasa Inggris Sesi Sesi Sesi Teori Kejuruan Sesi Sesi-3 Tabel 16 Jadwal UN BK (SUSULAN) SMK No Hari & Tanggal Jam Mata pelajaran Sesi 1 Senin, Bahasa Indonesia Sesi Matematika Sesi-2 2 Selasa, Bahasa Inggris Sesi Teori Kejuruan Sesi-2 Tabel 17 Jadwal UN BK (UTAMA) SMP/MTs No Hari & Tanggal Sesi/Jam Mata pelajaran Sesi 1 Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Sesi Bahasa Indonesia Sesi Sesi Sesi Matematika Sesi Sesi Sesi Bahasa Inggris Sesi Sesi Sesi Ilmu Pengetahuan Alam Sesi Sesi-3 30

31 Tabel 18 Jadwal UN BK (SUSULAN) SMP No Hari & Tanggal Sesi/Jam Mata pelajaran Sesi 1 Senin, Bahasa Indonesia Sesi Matematika Sesi-2 2 Selasa, Bahasa Inggris Sesi Ilmu Pengetahuan Alam Sesi-2 PENGOLAHAN DATA DAN PELAPORAN Data jawaban peserta UNBK yang tersimpan di server lokal sekolah penyelenggara diunggah ke server pusat. Mekanisme pengolahan data dan pelaporan hasil analisis UNBK mengikuti mekanisme UNKP. Hasil pengolahan dan analisis data jawaban peserta kemudian diserahkan kepada dinas pendidikan masing-masing provinsi untuk diteruskan hingga tingkat peserta ujian. KATEGORI PELAPORAN HASIL UN Hasil UN dilaporkan dalam skala Selain itu nilai UN dikelompokkan dalam empat kategori sebagai berikut. (1) Kategori Sangat Baik: 85< Nilai UN 100 (2) Kategori Baik: 70< Nilai UN 85 (3) Kategori Cukup: 55< Nilai UN 70 (4) Kategori Kurang: Nilai UN 55 Peserta UN yang memperoleh nilai pada kategori Kurang diberi kesempatan untuk memperbaiki pada UN Perbaikan (UNP) INDEKS INTEGRITAS UJIAN NASIONAL (IIUN) Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) diperoleh dari hasil analisis pola kecurangan siswa di tingkat sekolah, yang meliputi contek mencontek antarsiswa (kecurangan antarindividu) dan kecurangan sistemik/terorganisir. Indeks Integritas Pelaksanaan UN pada tingkat Kabupaten/Kota merupakan ratarata IIUN tingkat sekolah di kabupaten/kota tersebut. Indeks tersebut dilaporkan dalam rentang Indeks 0 menunjukkan integritas pelaksanaan UN yang paling rendah, dan indeks 100 menunjukkan integritas pelaksanaan yang paling tinggi. Analisis IIUN dilakukan dengan dua metode deteksi yaitu metode pairwise dan metode kumulatif. Metode pairwaise digunakan untuk membandingkan satu individu dengan individu lainnya. Metodeini 31

32 dapat mendeteksi adanya kecurangan individual seperti melirik jawaban teman atau saling bertanya dengan teman. Metode kedua, metode kumulatif, merupakan metode yang digunakan untuk menganalisa keseragaman pola jawaban dalam satu sekolah. Metode ini dapat mendeteksi kecurangan massal seperti adanya bantuan guru, kunci beredar, dan mencontek yang dikoordinir. Ringkasan metode deteksi seperti ditampilkan pada Gambar 1. Mencontek Individual (melirik teman, saling bertanya) Massal (dibantu guru, kunci beredar, contek dikoordinir) Metode PairWise (membandingkan satu individu dengan individu lainnya) Metode Kumulatif (menganalisa keseragaman pola dalam 1 sekolah) Gambar 2 Metode Deteksi Kecurangan Hasil analisis terhadap IIUN dan capaian UN ditampilkan dalam matrik sebagai berikut. Matrix IIUN & Capaian UN Indeks Integritas Ujian Nasional IIUN tinggi Angka UN rendah 2 1 IIUN tinggi Angka UN tinggi Rerata UN IIUN rendah Angka UN rendah 3 4 IIUN rendah Angka UN tinggi Gambar 3 Matrix IIUN dan Capaian UN 32

33 SISTEMATIKA LAPORAN Laporan analisis hasil UN 2016 ini terdiri dari lima (5) bab. Isi pada masing-masing bab sebagai berikut. Bab 1 merupakan gambaran umum tentang ujian nasional. Dalam bab ini dijelaskan tentang dasar hukum pelaksanaan UN, prosedur penyelenggaraan UN, serta mata uji pada UN 2016 jenjang SMP, SMA, dan SMK sederajat. Pada bab ini juga disajikan sistematika laporan analisis hasil UN. Bab 2 berisi laporan hasil analisis hasil UN jenjang SMP/MTs, analisis hasil UN jenjang SMA/MA, dan analisis hasil UN jenjang SMK. Pada masing-masing jenjang diuraikan tentang distribusi indeks integritas pelaksanaan ujian nasional dengan nilai UN, distribusi nilai UN antar jenis sekolah, dan status sekolah, serta perbandingan capaian nilai UN antar tahun. Bab 3 merupakan bagian yang berisi tentang indeks integritas ujian nasional (IIUN) dan dinamikanya selama dua tahun terakhir. Bab 4 berisi analisis hasil UN dikaitkan dengan analisis angket sekolah, angket guru dan angket siswa yang mengikuti UNKP. Bab 5 merupakan penutup. 33

34 2 ANALISIS HASIL UN 2015/

35 HASIL UJIAN NASIONAL SMP/MTs 2016 RESUME 1. Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) adalah angka yang memberikan indikasi tingkat kecurangan pada saat pelaksanaan UN di sekolah. Nilai IIUN ini hanya diberikan kepada sekolah yang melaksanakan UNKP, sedangkan sekolah yang melaksanakan UNBK data IIUN belum diolah. Sebagian besar capaian nilai rerata UN SMP dan MTs tahun 2016 berada pada indeks integritas yang rendah (< 80), yaitusebanyak 56,56%. Angka tersebut berarti bahwa lebih banyak SMP/MTs yang masih menunjukkan indikasi melakukan kecurangan pada pelaksanaan UN.Jika data dibandingkan berdasarkan jenis satuan pendidikan dengan kategori IIUN < 80, maka proporsi madrasah (63,53%) menunjukkan indikasi melakukan kecurangan lebih besar dibandingkan sekolah (59,05%). Jika data dibandingkan berdasarkan status satuan pendidikan dengan kategori IIUN < 80, maka satuan pendidikan negeri (61,19%) menunjukkan indikasi melakukan kecurangan lebih besar dibandingkan satuan pendidikan swasta (52,65%). 2. Hampir tidak ada perbedaan pada nilai rerata UN berdasarkan jenis satuan pendidikan (SMP dan MTs), dan antara status satuan pendidikan (negeri dan swasta). Perbedaan nilai rerata UN antara SMP dan MTs hanya berkisar 2 poin, sedangkan perbedaan nilai rerata UN antara swasta dan negeri hanya berkisar 1 poin, dengan sebaran/variasi nilai yang relatif sama. Akan tetapi jika nilai rerata UN dilihat berdasarkan kategori IIUN tinggi dan IIUN rendah, maka terdapat perbedaan nilai rerata UN yang cukup berarti mencapai 11 poin. 3. Pelajaran Matematika adalah pelajaran yang paling sulit dalam UN Sebanyak 58,18% siswa mendapat nilai 55 pada mata ujian Matematika. Urutan selanjutnya mata pelajaran Bahasa Inggris (47,33%), IPA (47,29%, dan Bahasa Indonesia (4,82%) yang mendapat nilai 55. Provinsi dengan capaian terendah pada UN SMP/MTs 2016 adalah Bangka Belitung, karena siswa yang mendapatkan nilai 55 pada mata pelajaran Matematika (96,03%), Bahasa Inggris (85,45 %), dan IPA (86,16%). 4. Perbandingan nilai rerata UN antara tahun 2015 dan 2016 menunjukkan fakta bahwa rerata UN 2016 mengalami penurunan untuk semua mata pelajaran. 35

36 Peserta UN SMP/MTs Jumlah siswa SMP, MTs, dan SMP Terbuka yang mengikuti Ujian Nasional (UN) tahun 2016 tercatat sebanyak siswa yang berasal dari satuan pendidikan. Pelaksanaan UN tahun ini terbagi menjadi dua, yaitu Ujian Nasional Kertas dan Pensil (UNKP) dan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Peserta UNKP sebanyak siswa dari satuan pendidikan, sedangkan peserta UNBK sebanyak siswa dari 973 satuan pendidikan. Sekolah/madrasah yang mengikuti UNBK tahun ini bertambah jumlahnya. Semula hanya 40 sekolah/madrasah pada 2015 menjadi 973 sekolah/madrasah pada Kondisi ini menunjukkan semakin banyak satuan pendidikan yang siap untuk menyelenggarakan UNBK, sejalan dengan kesiapan sarana dan prasarana pendukung (PC, UPS, genset) sekaligus aspek kesiapan pengelolaannya. Tabel 19 Tabel Distribusi Jumlah SMP/MTs dan Jumlah Peserta UN Berdasarkan Metode UN yang Diikuti Metode UN yang Jumlah Jumlah % Jumlah % Jumlah diikuti SMP/MTs Peserta Sekolah Peserta UNKP ,19% 96,28% UNBK ,81% 3,72% Total ,00% 100,00% Dalam kajian ini capaian nilai UN dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu sangat baik (85 Nilai UN 100), baik (70 Nilai UN < 85), cukup (55 Nilai UN < 70), dan kurang (0 Nilai UN < 55). Capaian hasil UN juga dikaji berdasarkan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) untuk mengukur pola kecurangan siswa yang terjadipada saat pelaksanaan UN di sekolah/madrasah dan di tingkat kabupaten/kota. IIUN berada dalam rentang IIUN 0 menunjukkan integritas pelaksanaan UN paling rendah dan IIUN 100 menunjukkan integritas pelaksanaan UN paling tinggi. Untuk kepentingan analisis, dalam laporan ini ditetapkan IIUN lebih dari atau sama dengan 80 untuk kategori sekolah/madrasah yang sudah memiliki integritas dalam melaksanakan UN dan IIUN di bawah 80 untuk kategori sekolah/madrasah yang belum memenuhi integritas yang diharapkan. IIUN untuk SMP/MTs yang mengikuti ujian melalui UNBK tidak diikutsertakan dalam analisis laporan ini karena data IIUN-nya belum diolah. 36

37 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Perbandingan capaian nilai UN dan IIUN dibagi menjadi 4 kuadran, dengan batas angka IIUN sebesar 80 dan batas nilai UN sebesar 55. Keempat kuandran itu adalah: kuadran 1 adalah kelompok SMP/MTs dengan nilai UN tinggi dan IIUN tinggi, kuadran 2 adalah SMP/MTs dengan nilai UN rendah namun IIUN tinggi, kuadran 3 adalah SMP/MTsdengan nilai UN rendah dan IIUN rendah,serta kuadran 4 adalah SMP/MTs yang memiliki nilai UN tinggi IIUN rendah. Nilai UN 55 Nilai UN rendah IIUN tinggi IIUN Nilai UN tinggi IIUN tinggi Nilai UN rendah IIUN rendah 3 4 Nilai UN tinggi IIUN rendah Gambar 4 Kuadran perbandingan capaian nilai UN dan IIUN A. Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN 5 Gambar 5 Perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN 37

38 Sebaran rerata nilai UN SMP/MTs yang disandingkan dengan IIUN-nya memperlihatkan fakta yang memprihatinkan.proporsi sekolah/madrasah dengan kategori IIUN rendah menunjukkan angka lebih besar daripada IIUN tinggi. Kondisi ini dapat dikatakan bahwa lebih banyak satuan pendidikan yang terindikasi belum memenuhi integritas tinggi dalam pelaksanaan UN, yaitu mencapai 56,56%. Dari proporsi ini, jika melihat sebaran satuan pendidikan yang mencapai rerata nilai UN baik (>55), hanya sebanyak14,95% satuan pendidikan yang terindikasi telah memenuhi integritas yang diharapkan, sedangkan sebanyak 38,56% satuan pendidikan dengan rerata nilai UN baik (>55) perlu dianalisis lagi dengan IIUN. Besarnya proporsi kelompok satuan pendidikan yang termasuk dalam kategori sekolah/madrasah yang belum memenuhi integritas yang diharapkan, membuat capaian rerata nilai UN baik (>55) menjadi bias dengan adanya fakta hasil IIUN. B. Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan (SMP dan MTs ) UN SMP UN MTs Gambar 6 Perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN berdasarkan jenis satuan pendidikan (SMP dan MTs) Gambar 7 memperlihatkan sebaran persentase rerata nilai UN dengan IIUN pada SMP dan MTs secara terpisah. Secara garis besar persentase sebaran rerata nilai UN terbesardi SMP maupun di Madrasah terpusat pada kategori IIUN rendah. Proporsi satuan pendidikanyang terindikasi belum memenuhi integritas yang diharapkan pada SMP mencapai angka 54,05%, sedangkan pada Madrasah mencapai angka 63,53%. Dengan demikian temuan yang dapat disampaikan adalah indikasi tingkat kecurangan pelaksanaan UN di Madrasah lebih besar daripadadi SMP. 38

39 Jumlah Peserta Jumlah Peserta Selanjutnya jika ditelaah pada sebaran persentase rerata nilai UN baik (> 55), terlihat lebih banyak dicapai oleh satuan pendidikan dengan kategori IIUN rendah dibandingkan satuan pendidikan dengan kategori IIUN tinggi, baik di SMP maupun di MTs. Tercatathanya 16,81% SMP dan 11,44% MTsyang mencapai rerata nilai UN baik (> 55) dengan kategori IIUN tinggi ( 80), sedangkan capaian rerata nilai UN baik (> 55) pada satuan pendidikan dengankategori IIUN rendah (< 80) mencapai 35,85% SMP dan 45,67% MTs. Besarnya sebaran persentase SMP dan MTs yang mencapai nilai baik (> 55) dengan kategori IIUN rendah(< 80) inimemberi arti nilai UN baik yang diperoleh tidak menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. C. Distribusi Rerata nilai UN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan (SMP dan MTS) MTS SMP Jumlah Peserta UN StDev UN TOTAL MTS SMP Jumlah Peserta UN StDev UN IIUN TINGGI Gambar 7 Distribusi rerata nilai UN berdasarkan jenis satuan pendidikan SMP dan MTS Gambar 8 menunjukkan distribusi rerata nilai UN berdasarkan jenis satuan pendidikan SMP dan MTs dibedakan antara UN total dan UN-IIUN tinggi. Kedua grafik menunjukkan pola yang 39

40 hampir sama. Kedua grafik memperlihatkan rerata nilai UN-IIUN tinggi mengalami penurunan (lebih kecil) dibandingkan rerata nilai UN total. Jika dibedakan berdasarkan jenis satuan pendidikan, maka besarnya angka penurunan rerata nilai UN pada MTs lebih besar dibandingkan rerata nilai UN SMP. Fenomena ini sama dengan grafik sebelumnya yang menunjukkanpersentase sebaran rerata nilai UN IIUN rendah lebih besar pada MTs dibandingkan SMP. Pada grafik distribusi nilai total, rerata nilai UN MTs lebih tinggi 2 poin dibandingkan rerata nilai UN SMP. Akan tetapi, setelah rerata nilai UN terkoreksi IIUN terlihat rerata nilai UN MTs lebih rendah 1 poin dibandingkan rerata nilai UN SMP. Pola yang sama juga terjadi pada distribusi jumlah peserta pada rerata nilai UN dengan kategori IIUN tinggi. Terjadi penurunan jumlah peserta yang cukup banyak pada peserta UN, setelah rerata nilai UN terkoreksi dengan IIUN. Jumlah peserta dengan rerata nilai UN total pada SMP sebanyak orang menjadi orang. Demikian juga pada peserta dengan rerata nilai UN total pada MTs sebanyak orang menjadi orang. Berdasarkan angka standar deviasi terlihat tingkat variasi kemampuan siswa pada rerata nilai UN total lebih beragam dibandingkan peserta UN dengan rerata nilai UN IIUN tinggi. D. Perbandingan Nilai UN SMP dan MTS dengan IIUN Tinggi per Provinsi Madrasah Sekolah Nilai Batas Gambar 8 Perbandingan Nilai UN SMP dan MTS dengan IIUN Tinggi per Provinsi Gambar 9 menunjukkan perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN tinggi berdasarkan jenis satuan pendidikan (SMP dan MTs) per provinsi. Secara umum rerata nilai UN SMP tahun 2016 setelah terkoreksi dengan IIUN menunjukkan hasil yang kurang memuaskan.rerata nilai UN 40

41 nasional menunjukkan angka di bawah nilai UN kurang (<55), yaitu 51,31 pada rerata nilai UN SMP dan 50,29 pada rerata nilai UN MTs. Meskipun rerata nilai UN rendah, dengan adanya IIUN nilai tersebut menggambarkan kemampuan siswa yang sesungguhnya. Jika melihat perbandingan rerata nilai UN SMP dan MTs per provinsi, maka pada sebagian besar provinsi rerata nilai UN SMP lebih tinggi daripada rerata nilai UN MTs. Namun demikian ada beberapa provinsi yang menunjukkan rerata nilai UN MTs lebih tinggi daripada rerata nilai UN SMP. Beberapa provinsi lain memperlihatkan rerata nilai UN yang cenderung sama antara SMP dan MTs. Rerata nilai UN MTs yang lebih tinggi daripada rerata nilai UN SMP terdapat pada Provinsi Jawa Barat, Lampung, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Papua dan Papua Barat. Sedangkan rerata nilai UN SMP dan MTs yang cenderung sama terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur. E. Perbandingan Rerata UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan (Negeri dan Swasta) 26,17 % Integritas Tinggi 12,64 % 30,45 % Integritas Tinggi 16,89 % UN Rendah UN Tinggi UN Rendah UN Tinggi n = 24085, peserta n = 28624, peserta ,90 % Integritas Rendah 40,29 % 15,55 % Integritas Rendah 37,10 % NEGERI SWASTA Gambar 9 Perbandingan Rerata UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan (negeri dan swasta) Gambar 10 memperlihatkan perbandingan sebaran persentase rerata nilai UN dengan IIUN pada satuan pendidikan swasta dan satuan pendidikan negeri secara terpisah. Grafik di atas menunjukkan persentasesebaran yang hampir sama. Rerata nilai UN pada kedua status satuan pendidikan lebih banyak terpusat pada posisi kategori IIUN rendah (<80). Sebaran persentase 41

42 Jumlah Peserta Jumlah Peserta satuan pendidikan negeri dengan kategori IIUN rendah mencapai 61,19% lebih besar dibandingkan satuan pendidikan swasta yang mencapai 52,65%. Selanjutnya jika dicermati keempat kategori sebaran persentase rerata nilai UN pada gambar 10 maka proporsi sebaran rerata nilai UN terbanyak, pada kategori rerata nilai UN baik (>55) dengan kategori IIUN rendah (<80), pada satuan pendidikan negeri maupun swasta. Sebaran persentase nilai UN baik (>55) dengan IIUN rendah (<80) terlihat lebih besar pada satuan pendidikan negeri (40,29%) dibandingkan swasta (37,10%). Sedangkan sebaran persentase rerata nilai UN baik (>55) dengan kategori IIUN tinggi ( 80) lebih besar pada satuan pendidikan swasta (16,89%) dibandingkan negeri (12,64%). F. DistribusiNilai UN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan(Swasta dan Negeri) Jumlah Peserta UN StDev Negeri Swasta UN TOTAL Negeri Swasta Jumlah Peserta UN StDev UN-IIUN TINGGI Gambar 10 Distribusi Nilai UN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Swasta dan Negeri Capaian semua hasil UN pada rerata nilai UN berdasarkan status satuan pendidikan negeri dan swasta juga terlihat ketika membandingkan distribusi rerata nilai UN total dengan rerata nilai 42

43 UN - IIUN tinggi. Rerata nilai UN pada UN total lebih besar dibandingkan rerata nilai UN-IIUN tinggi, baik pada satuan pendidikan negeri maupun swasta. Pada distribusi UN total dan distribusi UN-IIUN tinggi menunjukkan adanya kesamaan, rerata nilai UN satuan pendidikan swasta lebih tinggi 1 poin dibandingkan rerata nilai UN satuan pendidikan negeri. Demikian juga terjadi dengan distribusi jumlah peserta UN. Jika dilihat dari standar deviasi, maka tingkat variasi kemampuan siswa pada peserta UN total lebih beragam daripada peserta UN- IIUN tinggi. Tingkat variasi kemampuan siswa pada satuan pendidikan swasta lebih beragam daripada satuan pendidikan negeri pada UN total. Akan tetapi setelah dikoreksi dengan IIUN maka variasi kemampuan siswa pada satuan pendidikan swasta dan negeri menunjukkan keberagaman yang hampir sama Negeri Swasta Batas 55, Gambar 11 Perbandingan Rerata UN SMP/MTS dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan (Swasta dan Negeri) Per Provinsi Capaian rerata nilai UN setelah dikoreksi dengan IIUN menunjukkan rerata nilai UN kurang ( 55) pada sebagian besar provinsi. Rerata nilai UN-IIUN tinggi secara nasional menunjukkan satuan pendidikan swasta (51,21) lebih tinggi 1 poin daripada rerata nilai UN satuan pendidikan negeri (50,22). Jika dilihat perbandingan data per provinsi, sebanyak 24 provinsi menunjukkan rerata UN pada satuan pendidikan negeri lebih besar daripada rerata UN swasta. Sedangkan 10 provinsi lainnya menunjukkan data sebaliknya, yaitu pada provinsi Aceh, Banten, Bengkulu, Jawa Barat, Kepulauan Riau, NTB, NTT, Riau, dan Sumatera Utara. 43

44 Jumlah Peserta G. Distribusi Nilai UN Berdasarkan IIUN Tinggi dan IIUN Rendah IIUN Rendah IIUN Tinggi PESERTA RATAAN SDev Nilai UN Gambar 12 Distribusi Nilai UN Berdasarkan IIUN Tinggi dan IIUN Rendah Dari gambar 13, perbedaan standar deviasi pada IIUN tinggi dan IIUN rendah menunjukkan variasi kemampuan siswa pada IIUN rendah lebih beragam dibandingkan variasi kemampuan siswa padaiiun tinggi. Jumlah peserta UN-IIUN rendah jauh lebih banyak dibandingkan jumlah peserta UN-IIUN tinggi. Akan tetapi jika melihat perbedaan capaian rerata nilai UN antara IIUN tinggi dan IIUN rendah, maka rerata nilai UN-IIUN rendah jauh lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN-IIUN tinggi dengan perbedaan nilai mencapai 11 poin. Sebuah angka yang cukup besar untuk sebuah rerata nilai UN nasional. Fenomena data di atas menunjukkan bahwa keberadaan IIUN telah dapat mengoreksi hasil UN. Distribusi rerata nilai UN dengan IIUN tinggi adalah peta tingkat kemampuan siswa yang sesungguhnya. Dengan IIUN tingkat kemampuan siswa SMP yang diukur melalui UN menjadi lebih valid. 44

45 H. Perbandingan Capaian Rerata UN dan Simpangan Baku UN Antara Data Total dan Data IIUN Tinggi StDEv StDev dengan IIUNTinggi UN UN dengan IIUN Tinggi Batas 55,00 Gambar 13 Perbandingan Capaian Rerata UN dan Simpangan Baku UN Antara Data Total dan Data IIUN Tinggi Analisis data UN SMP/MTs ketika disaring dengan kriteria IIUN maka rerata UN dengan IIUN tinggi menjadi lebih rendah dibandingkan dengan rerata UN data total. Hal itu ditunjukkan pada hampir semua provinsi, kecuali provinsi Bangka Belitung dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Gambar 14 memberikan ilustrasi seberapa besar deviasi peta capaian berubah jika data yang digunakan hanya data yang telah diyakini validitasnya.namun demikian ada beberapa provinsi yang menunjukkan capaian rerata nilai UN yang hampir sama antara nilai UN total dan nilai UN IIUN tinggi. Hal ini berarti tingkat integritas pelaksanaan UN di provinsi tersebut sudah dapat dikategorikan baik. Hampir semua provinsi menunjukkan standar deviasi UN total lebih besar dibandingkan standar deviasi UN IIUN tinggi. Artinya,sebaran variasi kemampuan siswa UN total lebih beragam dibandingkan IIUN tinggi. 45

46 I. Persentase Jumlah Peserta SMP/MTS dengan UN dibawah 55,01 Setiap Provinsi per Mapel BAHASA INDONESIA 55 BAHASA INGGRIS 55 MATEMATIKA 55 IPA 55 NASIONAL SUMATERA UTARA SUMATERA SELATAN SUMATERA BARAT SULAWESI UTARA ULAWESI TENGGARA SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI BARAT RIAU PAPUA BARAT PAPUA NUSA TENGGARA NUSA TENGGARA MALUKU UTARA MALUKU LAMPUNG KEPULAUAN RIAU KALIMANTAN UTARA KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN KALIMANTAN KALIMANTAN BARAT JAWA TIMUR JAWA TENGAH JAWA BARAT JAMBI GORONTALO DKI JAKARTA DI YOGYAKARTA BENGKULU BANTEN BANGKA BELITUNG BALI ACEH 4.82% 4.27% 7.77% 1.00% 12.44% 7.54% 16.62% 12.29% 26.97% 0.48% 7.46% 23.76% 18.71% 24.17% 18.17% 15.59% 1.89% 0.26% 5.94% 0.50% 1.00% 1.51% 3.89% 2.16% 0.26% 1.27% 8.74% 9.82% 0.37% 0.09% 5.86% 13.63% 0.11% 0.73% 22.45% % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % 58.18% 34.49% 70.21% 85.16% 38.10% 53.41% 57.98% 51.50% 80.66% 46.74% 18.63% 61.06% 72.55% 59.20% 41.21% 49.70% 69.38% 81.86% 87.05% 69.07% 46.57% 60.54% 79.54% 56.61% 82.75% 30.72% 66.15% 56.80% 69.04% 55.60% 91.93% 83.19% 96.03% 70.81% 60.03% % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % % Gambar 14 Presentasi Jumlah Peserta SMP MTS dengan UN dibawah 55,01 per Provinsi per Mapel Batasan nilai yang harus dicapai siswa pada UN SMP/MTs tahun 2016 adalah 55,01. Gambar 15 menunjukkan rerata nilai UN per mata pelajaran dengan capaian rerata nilai UN kurang ( 55). 46

47 Sebagian besar peserta UN mendapat kesulitan dalam menjawab soal pada mata pelajaran Matematika (sebanyak 58,18%), disusul secara berturut-turut mata pelajaran Bahasa Inggris (47,33%), IPA (47,29%), dan Bahasa Indonesia (4,82%). Jika dilihat data perbandingan antar provinsi, maka provinsi yang paling banyak nilai UN kurang ( 55) adalah provinsi Bangka Belitung pada mata pelajaran Matematika (96,03%), mata pelajaran Bahasa Inggris (85,45%), dan mata pelajaran IPA (86,18%). Sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia provinsi yang paling banyak mendapat nilai UN kurang ( 55) adalah provinsi Sulawesi Barat (26,97%). Data menarik ditemukan pada provinsi Bangka Belitung yangmendapat nilai UN kurang ( 55) terbanyak sampai tiga kali, yaitu pada mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris, dan IPA. Jika data per mata pelajaran ini dikaitkan dengan tampilan grafik sebelumnya (Gambar 14) menunjukkan angka hampir sama pada rerata nilai UN total dan rerata nilai UN IIUN tinggi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rendahnya rerata nilai UN di provinsi Bangka Belitung menunjukkan kemampuan siswa yang sesungguhnya di provinsi ini. Perbandingan Capaian Nilai UN Tahun 2015 dengan Nilai UN Tahun 2016 SWASTA NEGERI N + S SWASTA 2015 NEGERI 2015 N + S IPA MATEMATIKA BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA Gambar 15 Perbandingan Nilai Capaian UN SMP/MTSTahun 2015 dan 2016 per Mata Pelajaran Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Gambar 16 mengilustrasikan rerata nilai UN tahun 2016 terjadi penurunan dibandingkan rerata nilai UN tahun 2015 (untuk seluruh satuan pendidikan dan seluruh mata pelajaran). Penurunan berkisar 47

48 dari angka 0,25 sampai 3,93 berdasarkan status satuan pendidikan, dan penurunan antara 0,31 sampai 6,04 berdasarkan mata pelajaran. Peningkatan IIUN Tertinggi Tabel 20 Data 7 Provinsi dengan Rerata IIUN Tertinggi dan 7 Provinsi dengan Kenaikan IIUN Tertinggi 7 Provinsi dengan IIUN tertinggi 7 Provinsi dengan kenaikan IIUN tertinggi Provinsi IIUN Provinsi Kenaikan IIUN DI Yogyakarta Sulawesi Barat 8.79 DKI Jakarta Sumatera Selatan 8.63 Bangka Belitung Sulawesi Utara 7.36 Jawa Tengah Aceh 7.10 Jawa Barat Sulawesi Selatan 6.55 Bengkulu Gorontalo 6.54 Kepulauan Riau Sumatera Utara 5.98 Tabel 20 menampilkan 7 provinsi yang telah menunjukkan rerata capaian IIUN tertinggi pada tahun 2016, meskipun rerata IIUN provinsi Bengkulu dan Kepulauan Riau masih di bawah angka IIUN yang diharapkan. Dari Tabel 20 dapat dikatakan bahwa sebanyak 29 provinsi memiliki capaian rerata IIUN masih di bawah 80. Apresiasi layak diberikan pada 7 provinsi yang telah menunjukkan peningkatan capaian rerata IIUN dari tahun sebelumnya. Meskipun ketujuh provinsi tersebut rerata IIUN-nya masih kurang dari 80, tetapi usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan rerata IIUN-nya diharapkan dapat menginspirasi provinsi lain untuk meningkatkan rerata IIUN pada tahun mendatang. 48

49 Perbandingan Capaian UNKP dan UNBK UN NON CBT IIUN TINGGI UN CBT Gambar 16 Capaian Rerata nilai UN SMP dengan Ujian Nasioanl Kertas dan Pensil (UNKP) Kategori IIUN Tinggi dengan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Pada 2016, dari siswa SMP/MTs yang mengikuti Ujian Nasional (UN), sebanyak siswa (3,87%) telah mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dan sisanya mengikuti UN Kertas dan Pensil (UNKP). Jumlah satuan pendidikan yang mengikuti UNBK sebanyak 973 satuan pendidikan (1,81%) dari total satuan pendidikan. Berikut ini dikaji, apakah terdapat perbedaan capaian hasil UN antara satuan pendidikan yang mengikuti UNBK dengan satuan pendidikan yang mengikuti UNKP khususnya pada SMP/MTs dengan kategori IIUN tinggi (IIUN 80). Gambar 17 memperlihatkan di seluruh provinsi capaian rerata nilai UN SMP melalui UNBK lebih tinggi dibandingkan rerata UN melalui UNKP IIUN tinggi. Penjelasan yang dapat disampaikan adalah satuan pendidikan yang mengikuti UNBK adalah satuan pendidikan yang sudah lengkap dari aspek sarana prasarana seperti kecukupan personal computer dan sarana/prasarana pendukung lainnya. Selain itu, mereka juga telah memenuhi persyaratan aspek kesiapan pengelolaannya. Satuan pendidikan yang memiliki sarana prasarana seperti tersebut biasanya adalah satuan pendidikan yang terbaik dan berkualitas di wilayahnya. Dengan demikian maka dapat dipahami jika rerata UN satuan pendidikan dengan UNBK lebih tinggi daripada rerata UN dengan UNKP IIUN tinggi. Bila diamati capaian rerata UN antar provinsi, perbedaan skor yang terbesar antara rerata UN metode UNBK (75,28) dengan UNKP IIUN tinggi (46,27) terdapat di provinsi Kalimantan Barat mencapai 49

50 29,01 poin. Sedangkan perbedaan skor yang terkecil antara rerata UN metode UNBK (61,20) dengan UNKP IIUN tinggi (56,24) terdapat di provinsi Kalimantan Timur sebesar 4,96 poin. Rerata nilai UNBK terbesar dicapai oleh provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (79,25) dan rerata UNBK terkecil terdapat di provinsi Kalimantan Utara (51,28). Sedangkan rerata nilai UNKP terbesar dicapai oleh provinsi Jawa Barat (60,60) dan rerata UNKP terkecil terdapat di provinsi Aceh (41,55). 50

51 TREN CAPAIAN PRESTASI SISWA BERDASARKAN HASIL UN RESUME Hasil analisis deskriptif perbandingan nilai rerata UN SMP antara tahun 2015 dan 2016 menunjukkan fakta bahwa rerata UN 2016 mengalami penurunan untuk semua mata pelajaran dan pada seluruh satuan pendidikan. Fakta tersebut merupakan hasil analisis deskriptif tanpa melihat realitas bahwa ujian nasional tiap tahun menggunakan soal-soal dari paket yang berbeda. Setelah dilakukan analisis penyetaraan, diperoleh fakta baru bahwa capaian hasil UN 2016 untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia justru paling tinggi dibanding hasil UN 3 tahun sebelumnya, capaian hasil UN Matematika cenderung stabil selama tiga tahun terakhir, dan capaian hasil UN IPA mengalami fluktuasi, yakni peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014 kemudian mengalami penurunan pada 2015 dan kembali mengalami kenaikan pada tahun Mata pelajaran yang menunjukan trend yang sama antara hasil analisis deskriptif dengan hasil analisis penyetaraan adalah Bahasa Inggris yang mengalami penurunan nilai rerata UN 2016 jika dibandingkan dengan nilai rerata UN Salah satu manfaat hasil ujian nasional adalah digunakan untuk memotret kemampuan siswa individu, kemampuan siswa antar sekolah/madrasah, kemampuan siswa antar daerah, dan kemampuan siswa antar waktu. Istilah untuk melihat perkembangan kemampuan siswa antar tahun sering disebut dengan tren. Dengan tren ini, masyarakat dapat mengetahui perkembangan kemampuan siswa dari tahun ke tahun, sebagai bahan refleksi kebijakan. Berdasarkan pola respons siswa, dapat diketahui dapat diketahui perkembangan kemampuan siswa, untuk mengestimasi kemampuan siswa. Pada realitasnya, ujian nasional tiap tahun menggunakan soal-soal dalam paket yang berbeda. Dari soal-soal paket yang berbeda ini, meskipun soal dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang sama, namun tingkat kesulitan butir soal secara empiris dapat memiliki tingkat kesulitan yang berbeda. Demikian pula antar wilayah provinsi dan antar tahun. Pelaksanaan UN menggunakan paket-paket soal yang berbeda, dan secara empiris butir-butir soal memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Dengan tingkat kesulitan yang berbeda-beda antar wilayah dan antar tahun, diperlukan analisis statistik pengukuran untuk menjadikan kemampuan siswa yang diukur dengan paket-paket soal yang berbeda, antar daerah, dan antar provinsi berada dalam skala yang sama. Analisis statistik ini disebut dengan analisis penyetaraan. Ada dua jenis analisis penyetaraan, yakni penyetaraan dengan butir bersama (equating) dan penyetaraan tanpa butir bersama (concordance). Penyetaraan dengan butir bersama ini digunakan jika antar perangkat soal mengukur konten yang sama dan ada butir bersama antar paket (anchor item). 51

52 Penyetaraan tanpa butir bersama dilakukan jika antar perangkat mengukur konten yang sama, dan tidak diperlukan adanya butir bersama. Pada kasus perangkat ujian nasional antar tahun, mulai 2013 sampai 2016 mengukur konten yang sama, yang merupakan irisan antara kurikulum tingkat satuan pendidikan dan kurikulum Butir bersama ada di perangkat tahun 2013 dengan 2015, dan juga pada perangkat tahun 2014 dengan Untuk tahun 2013 dengan 2014 tidak ada butir bersama, dan tahun 2015 dan 2016 juga tidak ada butir bersama. Desain penyetaraan yang paling cocok untuk kasus ujian nasional ini, terlebih menggunakan data yang sangat besar adalah penyetaraan tanpa butir bersama (concordance). Analisis penyetaraan tanpa butir bersama dilakukan menggunakan pola respons siswa. Langkah yang dilakukan untuk melakukan analisis ini adalah: (a) membuat klasifikasi data berdasarkan paket soal, untuk mengestimasi parameter kemampuan dan parameter butir soal untuk semua siswa yang mengerjakan paket itu, (b) menyusun persamaan penyetaraan dan menggunakan persamaan penyetaraan untuk mengestimasi kemampuan menjadi skala yang sama, (c) mengestimasi rerata antar paket, antar wilayah, dan antar tahun, serta menggambar grafik untuk melihat tren perkembangan kemampuan siswa. Pada studi ini dideskripsikan tren atau pola capaian prestasi siswa SMP pada ujian nasional, pada mata pelajaran bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika, dan IPA, untuk tahun 2013, 2014, 2015, dan Pelaksanaan ujian nasional tahun 2013 dan tahun 2014 menggunakan 20 paket soal untuk tiap mata pelajaran di setiap provinsi. Pada tahun 2014 dan tahun 2015, ujian nasional menggunakan 4 paket di tiap provinsi. Kemampuan siswa diestimasi dahulu dengan pendekatan teori respons butir. Pada pendekatan teori respons butir, hubungan antara probabilitas menjawab benar dan kemampuan siswa dimodelkan dengan melibatkan daya pembeda, tingkat kesulitan, dan parameter tebakan semu, dalam model logistik 3 parameter (3PL). Disebut model 3 parameter karena ada parameter tingkat kesulitan (b), daya pembeda (a), dan parameter tebakan semu (pseudo guessing) (c). Karena butir-butir UN dikembangkan dengan kisi-kisi yang ditulis berdasarkan standar kompetensi lulusan (SKL) tahun 2013, persamaan concordance antar paket, antar daerah, dan antar tahun menggunakan target parameter butir ujian nasional 2013 untuk setiap mata pelajaran, baik antar paket dari satu provinsi, antar provinsi, dan antar tahun. Selanjutnya dengan menggunakan persamaan yang dihasilkan, diestimasi kemampuan antar paket, antar provinsi, dan antar tahun sehingga berada di skala yang sama. Hasil analisis kemudian dihitung reratanya, kemudian dibuat tabulasi dan grafik untuk melihat tren capaian prestasi siswa. Hasil untuk tiap mata pelajaran disajikan sebagai berikut. 52

53 Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Bahasa Indonesia Rerata capaian prestasi siswa untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia selama empat tahun memiliki nilai yang tidak jauh berbeda yakni sekitar 50. Tahun 2013 rerata prestasi siswa sebesar 49, , tahun 2014 sebesar 49, , tahun 2015 sebesar 49, dan tahun 2016 sebesar 50, Apabila hasil rerata tersebut tidak dibulatkan, menunjukan bahwa tahun 2016 menghasilkan capaian prestasi lebih tinggi dibandingkan tahun 2013, 2014 dan Rerata capaian paling rendah yakni pada tahun Perkembangan capaian prestasi Bahasa Indonesia antar tahun lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 18, di bawah ini: Gambar 17 Tren Perkembangan Kemampuan Bahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Hasil UN Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Bahasa Inggris Mata pelajaran Bahasa Inggris, rerata capaian prestasi siswa tahun 2013 sebesar 50, , tahun 2014 sebesar 50, , tahun 2015 sebesar 50, dan tahun 2016 sebesar 50, Hasil ini menunjukan bahwa dari tahun 2013 ke tahun 2014 memiliki peningkatan capaian prestasi. Rerata capaian prestasi tertinggi pada tahun 2015, sedangkan terendah tahun Untuk lebih jelasnya, perkembangan capaian prestasi Bahasa Inggris dapat dilihat pada gambar

54 Gambar 18 Tren Perkembangan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Berdasarkan Hasil UN Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Pelajaran Matematika Untuk mata pelajaran matematika, rerata capaian prestasi siswa 2013 sebesar 50,79, tahun 2014 sebesar 49,99, tahun 2015 sebesar 50,00, dan tahun 2016 sebesar 50,06. Hasil ini menunjukkan bahwa capaian prestasi siswa mata pelajaran matematika tahun 2013 sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014, 2015, dan 2016, sedangkan tiga tahun terakhir tetap. Dengan kata lain, capaian hasil belajar matematika berdasarkan ujian nasional selama 3 tahun terakhir, diperoleh hasil yang stabil. Hasil selengkapnya disajikan pada Gambar Tren Perkembangan Kemampuan Matematika Gambar 19 Tren Perkembangan Kemampuan Matematika Siswa Berdasarkan Hasil UN

55 Tren Perkembangan Capaian Siswa Mata Pelajaran IPA Pada mata pelajaran IPA, prestasi siswa pada tahun 2013 sebesar 50,01, pada tahun 2014 sebesar 50,88, dan pada tahun 2015 sebesar 50,00, dan untuk tahun 2016 sebesar 50,40. Hasil ini menunjukkan bahwa dari tahun 2013 ke tahun 2014, ada peningkatan capaian IPA, kemudian turun pada tahun 2015, dan naik lagi pada tahun Hasil ini menunjukkan bahwa prestasi tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan dengan Tren Capaian Kemampuan IPA Gambar 20 Tren Perkembangan Kemampuan IPA Siswa Berdasarkan Hasil UN Diskusi Mencermati laporan hasil ujian nasional dari tahun ke tahun, diperoleh capaian ujian nasional tahun 2016 lebih rendah dibandingkan capaian ujian tahun-tahun sebelumnya. Pada hasil ujian tersebut, analisis dilakukan dengan pendekatan teori klasik yang menggunakan skor mentah untuk menentukan capaian siswa, dan penyetaraan untuk membandingkan capaian antar provinsi dan antar tahun juga dilakukan dengan pendekatan teori tes klasik. Mengingat paket yang digunakan dalam satu tahun di suatu wilayah berbeda-beda, demikian pula antar wilayah dan antar tahun. Meskipun butir-butir soal dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang sama, namun tingkat kesulitan secara empirik bisa berbeda. Terkait dengan hal ini, diperlukan pendekatan lain yang memperhatikan tingkat kesulitan butir atau parameter butir lainnya untuk mengestimasi paramater, yakni menggunakan pendekatan teori respons butir, dan juga untuk melihat tren perkembangan kemampuan antar wilayah dan antar tahun. 55

56 HASIL UJIAN NASIONAL SMA/MA 2016 RESUME Berdasarkan rerata nilai UN tahun 2016 SMA peminatan IPA, sebesar 43,75% sekolah memiliki nilai integritas UN tinggi. Artinya sebagian sekolah melaksanakan UN dengan jujur. Pada SMA kelompok program Bahasa, yang memiliki nilai IIUN tinggi sebanyak 43,22% serta nilai UN tinggi dan IIUN tinggi berada pada level 37,29%. Hanya sedikit sekolah yang memiliki nilai UN rendah dan IIUN rendah. Salah satu kelebihan sekolah yang menjalankan program bahasa adalah siswanya tidak sebanyak pada program IPA dan IPS, sehingga lebih mudah mengelola proses pembelajaran. IIUN tinggi di SMA program IPA mencapai 45.5% sedangkan di MA sebanyak 38,36%. Pada program IPA, IIUN tinggi di sekolah negeri 43,74%, sedangkan di sekolah swasta sebesar 43,75%. SMA program IPS, sebanyak 47,89% sekolah memiliki IIUN tinggi. Sedikit lebih tinggi dibandingkan SMA program IPA. Tingkat kejujuran dalam mengerjakan soal UN baik, walaupun hasil rerata UN-nya tidak selalu baik. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh aturan hasil UN tidak menentukan kelulusan. Persentase nilai IIUN tinggi di SMA program IPS mencapai 53,07%, sedangkan di MA mencapai 41%. IIUN tinggi pada program IPS lebih tinggi dibandingkan dengan program IPA. SMA/MA program IPS, IIUN tinggi sebesar 49,38% pada sekolah negeri, sedangkan di sekolah swasta mencapai 47,05%. Integritas tinggi perlu dipertahankan walaupun dengan hasil UN yang tinggi atau rendah. Rata-rata nilai UN secara nasional untuk SMA maupun MA program IPA tidak jauh berbeda dan berkisar pada angka 52. Kecenderungannya nilai UN di SMA lebih bervariasi dibandingkan dengan nilai UN pada MA karena SMA memiliki jumlah peserta UN yang sangat besar dengan tingkat pengetahuan yang bervariasi pula. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi di SMA lebih tinggi dibandingkan dengan di MA. Standar deviasi dari nilai UN baik di SMA program IPS maupun MA tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa sangat bervariasi. Rerata nilai UN pada provinsi yang memiliki IIUN tinggi baik di SMA maupun MA program IPA maupun IPS, sebagian besar di bawah 55. Provinsi dengan rerata nilai UN program IPA paling tinggi adalah Bali 56,46, diikuti DKI Jakarta 55,33, Sumatera Utara 52,66, dan Jawa Barat 52,58. Pada kelompok program IPA dan IPS, rerata nilai UN pada sekolah dengan IIUN tinggi posisinya lebih rendah dibandingkan dengan rerata nilai UN total baik di sekolah negeri maupun swasta. Walaupun demikian, nilai yang diperoleh benar-benar mengukur kemampuan siswa karena tingkat kecurangannya rendah. Sekolah negeri dengan IIUN tinggi memiliki rerata niai UN lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah swasta. 56

57 Pada umumnya nilai UN dengan IIUN tinggi per provinsi di sekolah negeri terlihat lebih tinggi, namun di DKI Jakarta sekolah swasta memperoleh nilai UN lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri. Alasan yang dapat dimunculkan adalah sekolah swasta di DKI Jakarta sebagian besar merupakan sekolah favorit yang dikelola dengan baik. Pada kelompok program IPS, secara umum SMA/MA negeri memiliki rerata nilai UN lebih tinggi dibandingkan SMA/MA swasta. Hanya provinsi Aceh yang SMA/MA swastanya memiliki nilai UN lebih tinggi dibandingkan SMA/MA negeri. Berdasarkan perolehan nilai UN program IPA dengan persentase tinggi pada rerata UN di bawah 55, kompetensi dasar yang belum dikuasai oleh siswa dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, Kimia dan Matematika perlu mendapatkan perhatian. Kemampuan Bahasa Inggris perlu mendapat perhatian di daerah yang memiliki nilai UN rendah karena baik pada program IPA maupun IPS mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki rata-rata nilai UN tergolong rendah. Mata pelajaran dengan persentase tinggi pada rerata UN di bawah 55 juga terjadi pada mata pelajaran matematika. Terdapat kecenderungan rerata nilai UN pada semua provinsi untuk sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 memperoleh nilai lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah yang melaksanakan kurikulum Provinsi dengan kurikulum 2013 yang memiliki rerata nilai UN paling tinggi adalah provinsi Sumatera Utara (67,97) diikuti Bali (66,59). Sebab, sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013 sebagian besar adalah sekolah yang berakreditasi A dan merupakan sekolah yang memiliki prestasi baik. Rerata nilai UN total pada tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN tahun 2016 untuk semua mata pelajaran yang diujikan dalam UN program IPA. Nilai paling tinggi terdapat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tahun 2016 merupakan tahun pertama kurikulum 2013 melaksanakan UN. 57

58 Peserta UN SMA/MA Keseluruhan siswa SMA/MA yang mengikuti UN pada tahun 2016 sebanyak siswa dari sekolah/madrasah. Pelaksanaan UN dibagi menjadi 2 kelompok yakni siswa mengikuti UNKP dan siswa mengikuti UNBK. Tahun 2016 peserta yang mengikuti UNBK meningkat dibandingkan dengan tahun 2015 seiring dengan bertambahnya sarana prasarana komputer, genset, dan ruangan untuk pelaksanaan ujian di beberapa sekolah/ madrasah. Nilai UN dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu sangat baik (85,00 < Nilai UN 100), baik (70,00 < Nilai UN 85,00), cukup (55,01 < Nilai UN 70,00), dan kurang (0 < Nilai UN <55,00). Selain itu capaian hasil UN juga dikonfirmasi dengan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) untuk memotret kecurangan siswa di tingkat sekolah/madrasah dan di tingkat kabupaten/kota. Indeks tersebut dilaporkan dalam rentang Indeks 0 menunjukkan integritas pelaksanaan paling rendah dan indeks 100 menunjukkan integritas pelaksanaan paling tinggi. Nilai IIUN dikategorikan menjadi dua, yakni ditetapkan untuk SMA, indeks > 70 memiliki integritas tinggi sedangkan indeks di bawah 70 dikategorikan belum memenuhi integritas yang diharapkan. Perbandingan rerata nilai UN SMA/MA IPA dengan IIUN Nilai IIUN menunjukkan nilai kejujuran dalam pelaksanaan UN. Dalam pembahasan ini, nilai IIUN dan capaian nilai UN dibagi menjadi 4 kuadran, yakni kuadran I (IIUN tinggi dan nilai UN tinggi), kuadran II (IIUN rendah dan angka UN tinggi), kuadran III (IIUN rendah dengan nilai UN rendah) dan kuadran IV (IIUN rendah dan UN tinggi). Indeks Integritas Ujian Nasional IIUN tinggi Angka UN rendah Rerata UN IIUN tinggi Angka UN tinggi IIUN rendah Angka UN rendah 3 4 IIUN rendah Angka UN tinggi 5 5 Gambar 21 Kuadran perbandingan capaian nilai UN dan IIUN 58

59 A. Perbandingan Rerata nilai UN dan nilai IIUN SMA/MA Gambar 22 Rerata nilai UN dan nilai IIUN SMA/MA IPA Tahun 2016 Berdasarkan rerata nilai UN tahun 2016, SMA/MA program IPA sebanyak 43,75% memiliki IIUN tinggi. Artinya sebagian SMA/MA melaksanakan UN dengan jujur. Di antara 43,75% SMA/MA, sebesar 32,88% SMA/MA dengan IIUN tinggi memiliki rerata UN rendah. Hal ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa benar-benar mengukur kemampuan siswa. Hal yang perlu diperhatikan pada SMA/MA program IPA ini adalah sekolah/madrasah yang memiliki integritas rendah, baik yang memiliki hasil UN tinggi maupun rendah sebanyak 56,26%. 59

60 Gambar 23 Nilai UN dan IIUN SMA/MA Bahasa Pada SMA/MA program Bahasa, nilai IIUN tinggi 43,22%. Dari angka persentase sebesar itu, SMA/MA dengan nilai UN tinggi dan IIUN tinggi berada pada level 37,29%. Untuk SMA/MA program Bahasa, hanya sedikit sekolah/madrasah yang memiliki nilai UN rendah dan IIUN rendah. Salah satu kelebihan SMA/MA yang menjalankan program bahasa adalah siswanya tidak sebanyak pada program IPA dan IPS sehingga lebih mudah mengelola dalam proses pembelajaran. Artinya guru dapat fokus mengajar siswa dengan jumlah yang sedikit sehingga tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih besar. Pada akhirnya siswa percaya diri mengerjakan soal sendiri dengan hasil yang maksimal. 60

61 Gambar 24 Rerata nilai UN dan IIUN SMA/MA IPS Untuk SMA/MA program IPS, sebanyak 47,89% SMA/MA memiliki IIUN tinggi. Sedikit lebih tinggi dibandingkan SMA/MA program IPA. Tingkat kejujuran dalam mengerjakan soal sudah baik, walaupun hasil rerata UN yang diperoleh tidak selalu baik. Hal ini juga dapat dipengaruhi juga oleh aturan bahwa hasil UN tidak menentukan kelulusan. B. Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN SMA/MA IPA SMA MA Gambar 25 Perbandingan rerata nilai UN IPA dengan IIUN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan 61

62 Nilai IIUN tinggi di SMA mencapai 45.5% sedangkan di MA nilai IIUN tinggi 38,36%. Perlu menjadi perhatian baik di SMA maupun MA yakni sekolah/madrasah yang memiliki nilai UN tinggi dan IIUN rendah. Perhatian perlu diberikan karena nilai yang diperoleh tidak mewakili kemampuan siswa yang sebenarnya. Agar nilai UN dapat benar-benar mencerminkan kemampuan siswa maka perlu ditingkatkan nilai integritasnya. Negeri Swasta Gambar 26 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Nilai IIUN tinggi di SMA/MA negeri 43,74%, sedangkan di SMA/MA swasta kelompok program IPA sebesar 43,75%. Artinya hampir sama nilai integritas di SMA/MA negeri dan swasta. Persentase nilai UN tinggi dan IIUN tinggi di SMA/MA negeri sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan SMA/MA swasta. Perlu menjadi perhatian baik pada SMA/MA negeri maupun swasta yang memiliki nilai UN tinggi namun memiliki IIUN rendah, sebab hasil UN yang diperoleh kurang menggambarkan kemampuan siswa yang sebenarnya. 62

63 C. Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN SMA/MA IPS SMA MA Gambar 27 Perbandingan rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Persentase nilai IIUN tinggi di SMA mencapai 53,07%, sedangkan di MA mencapai 41%. IIUN tinggi pada kelompok program IPS lebih tinggi dibandingkan dengan program IPA. Tingkat integritas di SMA maupun MA jurusan IPS tergolong baik, namun tidak selalu diikuti dengan rerata nilai UN yang baik karena sebesar 36,98 % SMA memiliki nilai UN rendah walaupun memiliki IIUN tinggi. Nilai UN rendah di MA yang memiliki IIUN tinggi mencapai 35,21%. Hal yang perlu diperhatikan adalah sekolah/madrasah dengan nilai UN tinggi namun memiliki IIUN rendah, agar hasil UN dapat menggambarkan kemampuan siswa sebenarnya. Negeri Swasta Gambar 28 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan 63

64 Jumlah Peserta Dari Gambar 29, sebanyak 49,38% SMA/MA negeri dengan IIUN tinggi, sedangkan di SMA/MA swasta nilai IIUN tinggi mencapai 47,05%. Nilai IIUN di SMA negeri program IPS lebih tinggi dibandingkan dengan SMA negeri program IPA. Integritas tinggi perlu dipertahankan walaupun hasil UN yang diperoleh ada yang tinggi dan ada yang rendah. Nilai integritas rendah dan nilai UN rendah menjadi perhatian yang harus dibenahi. Begitu pula dengan nilai UN tinggi namun integritasnya rendah perlu diperhatikan agar hasil UN yang diperoleh dapat mencerminkan kemampuan siswa. D. Distribusi Nilai UN Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Nilai UN SMA MA PESERTA UN SDev Gambar 29 Distribusi nilai UN total SMA/MA IPA berdasarkan jenis satuan pendidikan Rata-rata nilai UN secara nasional untuk SMA maupun MA tidak jauh berbeda, yakni berkisar pada angka 52. Kecenderungannya nilai UN di SMA lebih bervariasi dibandingkan dengan nilai UN MA karena SMA memiliki jumlah peserta UN sangat besar dengan tingkat pengetahuan yang bervariasi pula. Hal ini terlihat dari nilai standar deviasi di SMA lebih tinggi dibandingkan dengan di MA. Nilai UN terendah (sebesar 28) masih ditemukan di SMA. Hal ini menunjukkan disparitas mutu pendidikan masih tinggi. Hasil UN dapat digunakan sebagai patokan untuk memperbaiki sekolah/madrasah yang memiliki nilai UN rendah dengan cara memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan. 64

65 Jumlah Peserta Jumlah Peserta SMA MA PESERTA UN SDev Nilai UN Gambar 30 Distribusi Nilai UN Total SMA/MA IPS Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Rerata nilai UN di MA sedikit lebih tinggi daripada di SMA untuk program IPS. Bentuk grafik cenderung normal, grafik meninggi pada angka 60 dan menurun kembali ketika nilai UN mulai meningkat. Nilai UN tertinggi baik di SMA maupun di MA terletak pada angka 86. Standar deviasi dari nilai UN baik di SMA maupun MA tergolong tinggi. Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa sangat bervariasi SMA MA PESERTA UN SDev Nilai UN Gambar 31 Distribusi nilai UN SMA/MA IPA dengan IIUN tinggi berdasarkan jenis satuan pendidikan SMA dan MA dengan IIUN tinggi memiliki rerata UN lebih rendah dibandingkan dengan nilai UN rerata total. Nilai UN di SMA sedikit lebih tinggi daripada MA. Nilai UN di SMA sangat bervariasi dari mulai paling rendah 22 sampai dengan yang paling tinggi 86. Perbedaan nilai yang besar dibandingkan rerata UN dengan IIUN tinggi, membuat standar deviasinya menjadi tinggi. Di MA nilai UN juga sangat bervariasi dengan standar deviasi 10,57. 65

66 Jumlah peserta SMA MA PESERTA UN SDev Nilai UN Gambar 32 Distribusi nilai UN SMA/MA IPS dengan IIUN tinggi berdasarkan jenis satuan pendidikan Rerata nilai UN dengan IIUN tinggi di SMA lebih tinggi daripada di MA. Rerata nilai UN terendah baik di SMA maupun MA berada pada angka 24 dan nilai tertinggi untuk SMA berada pada angka 80, sedangkan MA nilai UN tertinggi 74. Kemampuan siswa sangat bervariasi di SMA dibandingkan dengan MA karena jumlah siswa yang mengikuti UN di SMA lebih banyak daripada MA. E. Rerata Nilai UN per Provinsi Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan Tabel 21 Rerata Nilai UN IPA SMA dan MA IIUN Tinggi per Provinsi Provinsi Rerata Nilai UN Ranking MA SMA Total MA SMA Total ACEH BALI BANGKA BELITUNG BANTEN BENGKULU DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR

67 Provinsi Rerata Nilai UN Ranking MA SMA Total MA SMA Total KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA NASIONAL ,62 42,85 Rerata nilai UN di setiap provinsi yang memiliki IIUN tinggi (baik di SMA maupun MA) sebagian besar di bawah 55. Provinsi dengan rerata nilai UN paling tinggi adalah Bali 56,46 diikuti DKI Jakarta 55,33, Sumatera Utara 52,66 dan Jawa Barat 52,58. Nilai UN dengan IIUN tinggi merupakan nilai yang mencerminkan kemampuan siswa. Perhatian perlu difokuskan pada proses pembelajaran agar nilai UN yang rendah dapat meningkat dan kemampuan siswa bertambah. Tabel 22 Rerata Nilai UN IPS SMA dan MA IIUN Tinggi per Provinsi Provinsi Rerata Nilai UN Ranking MA SMA Total MA SMA Total ACEH BALI BANGKA BELITUNG BANTEN BENGKULU DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI

68 Provinsi Rerata Nilai UN Ranking MA SMA Total MA SMA Total JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA NASIONAL Rata-rata nilai UN SMA dan MA tertinggi dengan IIUN tinggi pula dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat dengan nilai rata-rata UN 52,87. Diikuti oleh DKI Jakarta (50,92), provinsi DI Yogyakarta (50,00) dan Provinsi Jawa Tengah (49,49). Provinsi lainya memiliki rata-rata nilai UN di bawah 49. Nilai UN dengan IIUN tinggi sebagian besar berada di bawah

69 Jumlah Peserta Jumlah Peserta F. Distribusi Nilai UN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Negeri PESERTA UN SDev Nilai UN Gambar 33 Distribusi nilai UN total SMA/ MA IPA berdasarkan status satuan pendidikan Rerata nilai UN total di SMA/MA IPA negeri lebih tinggi dibandingkan dengan di SMA/MA IPA swasta. Baik SMA/MA negeri maupun swasta memiliki rerata nilai UN yang sangat bervariasi. Artinya siswa yang mengikuti UN sangat bervariasi kemampuannya. Hal ini juga menunjukkan kualitas satuan pendidikan yang bervariasi pula. Nilai tertinggi baik di SMA/MA negeri maupun swasta ada pada angka 86, nilai terendah juga jauh dari rerata nilai total Negeri PESERTA UN SDev Nilai UN Gambar 34 Distribusi nilai UN total SMA/ MA IPS berdasarkan status satuan pendidikan Rerata nilai UN total pada SMA/MA IPS negeri sedikit lebih tinggi daripada SMA/MA IPS swasta yakni berkisar pada angka 51. Variasi nilai UN di negeri maupun swasta hampir sama. Hal ini ditunjukkan dengan nilai standar deviasi yang sama pula sebesar 12. Rerata nilai terendah di SMA/MA negeri adalah 22 dan nilai tertinggi sebesar 86, sedangkan di SMA/MA swasta rerata nilai terendah sebesar 24 dan nilai tertinggi

70 Jumlah Peserta Jumlah Peserta Negeri PESERTA UN SDev Nilai 50 UN Gambar 35 Distribusi nilai UN dengan IIUN tinggi SMA/ MA IPA berdasarkan status satuan pendidikan Rerata nilai UN dengan IIUN tinggi lebih rendah dibandingkan dengan rerata nilai UN total baik di SMA/MA IPA negeri maupun swasta. Walaupun demikian nilai yang diperoleh benar-benar mengukur kemampuan siswa karena tingkat kecurangannya rendah. SMA/MA negeri dengan IIUN tinggi memiliki rerata nilai UN lebih tinggi dibandingkan dengan SMA/MA swasta. Nilai terendah di SMA/MA swasta 18 dan nilai tertinggi 84 jauh dari rerata nilai yakni 44,28, sedangkan di SMA/MA negeri nilai terendah 24 dan nilai tertinggi 86. Hal ini berbeda jauh dari rerata nilai yakni 45,82 yang menunjukkan bervariasinya kemampuan siswa Nilai UN PESERTA UN SDev Negeri Swasta Gambar 36 Distribusi nilai UN SMA/MA IPS dengan IIUN tinggi berdasarkan status satuan pendidikan Distribusi nilai UN pada SMA/MA IPS yang memiliki IIUN tinggi tidak beraturan baik di negeri maupun swasta. Kecenderungannya nilai UN baik di SMA/MA negeri maupun swasta lebih rendah dibandingkan dengan nilai UN total pada SMA/MA dengan nilai UN - IIUN rendah. Grafik yang tidak beraturan lebih terlihat di SMA/MA negeri. Hal ini ditunjukkan dengan nilai standar 70

71 deviasi yang tergolong tinggi, yakni 13. Nilai yang paling sering muncul (modus) dengan gambar grafik paling tinggi di SMA/MA negeri adalah nilai 38 dan 58. SMA/MA swasta walaupun juga memiliki distribusi nilai UN yang tidak merata, akan tetapi memiliki standar deviasi yang tidak setinggi SMA/MA negeri. G. Rerata Nilai UN per Provinsi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Tabel 23 Perbandingan rerata UN SMA/MA dengan IIUN tinggi berdasarkan status satuan pendidikan (swasta dan negeri) IPA Per Provinsi Provinsi Rerata Nilai UN Ranking Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total ACEH BALI BANGKA BELITUNG BANTEN BENGKULU DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH

72 Provinsi Rerata Nilai UN Ranking Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA NASIONAL Perbandingan nilai UN di SMA/MA negeri dan swasta dengan IIUN tinggi per provinsi menunjukkan bahwa rerata tertinggi terlihat di provinsi Bali dengan rerata nilai UN 65,80 di SMA/MA negeri dan di SMA/MA swasta 44,80, diikuti Jawa Timur dengan rerata nilai UN 64,13 di SMA/MA negeri dan SMA/MA swasta 43,38. Pada umumnya nilai UN dengan IIUN tinggi di SMA/MA negeri terlihat lebih tinggi. Namun di provinsi DKI Jakarta, SMA/MA swasta memiliki nilai UN lebih tinggi dibandingkan dengan SMA/MA negeri. SMA/MA swasta di DKI Jakarta sebagian besar merupakan SMA/MA favorit yang dikelola dengan baik sehingga memiliki siswa yang kemampuannya juga baik. Tabel 24 Perbandingan rerata UN SMA/MA dengan IIUN tinggi berdasarkan status satuan pendidikan (swasta dan negeri) IPS Per Provinsi Provinsi Rerata Nilai UN Ranking Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total ACEH BALI BANGKA BELITUNG BANTEN BENGKULU DI YOGYAKARTA DKI JAKARTA GORONTALO JAMBI JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN TIMUR KALIMANTAN UTARA

73 Provinsi Rerata Nilai UN Ranking Negeri Swasta Total Negeri Swasta Total KEPULAUAN RIAU LAMPUNG MALUKU MALUKU UTARA NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR PAPUA PAPUA BARAT RIAU SULAWESI BARAT SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN SUMATERA UTARA NASIONAL Secara umum SMA/MA Negeri, pada SMA/MA yang memiliki IIUN tinggi, memiliki rerata nilai UN lebih tinggi dibandingkan SMA/MA swasta. Hanya di provinsi Aceh SMA/MA swasta memiliki nilai UN lebih tinggi dibandingkan SMA/MA negeri. Provinsi yang memiliki rata-rata nilai UN tertinggi dengan IIUN tinggi untuk SMA/MA negeri adalah Jawa Timur, yaitu 60,98. Diikuti provinsi DI Yogyakarta 55,94 dan Jawa Tengah 55,08. SMA/MA swasta sangat bervariasi mutunya mulai dari yang paling baik dan kurang baik. Karenanya, perhatian pemerintah perlu ditekankan pada SMA/MA swasta yang kurang baik untuk memperbaiki proses pembelajaran agar mutu pendidikannya dan nilai UN-nya meningkat. 73

74 Jumlah Peserta Jumlah Peserta H. Distribusi Nilai UN Berdasarkan IIUN PESERTA RATAAN SDev IIUN RENDAH IIUN TINGGI Nilai UN Gambar 37 Distribusi nilai UN SMA/MA IPA berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Jika peserta UNBK dan peserta UNKP ikut dianalisis maka peserta ujian yang memiliki IIUN tinggi menjadi lebih banyak karena peserta UNBK dianggap memiliki IIUN tinggi. Rerata nilai UN untuk SMA/MA dengan IIUN tinggi memiliki nilai UN lebih rendah dibandingkan dengan rerata nilai UN dengan IIUN rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang tidak melakukan kecurangan dalam UN lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang melakukan kecurangan IIUN RENDAH IIUN TINGGI PESERTA UN SDev Nilai UN Gambar 38 Distribusi nilai UNKP SMA/MA IPA berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Jika peserta UNBK tidak dianalisis maka peserta UN SMA/MA IPA yang memiliki integritas tinggi menjadi menurun, karena peserta UNBK dianggap memiliki integritas tinggi. Rerata nilai UN SMA/MA dengan IIUN rendah lebih tinggi daripada rerata nilai UN SMA/MA dengan IIUN tinggi. 74

75 Jumlah Peserta Jumlah Peserta PESERTA UN SDev IIUN RENDAH IIUN TINGGI Nilai UN Gambar 39 Distribusi nilai UN SMA/MA IPS berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Jumlah peserta UN SMA/MA IPS yang memiliki IIUN tinggi lebih banyak daripada jumlah peserta UN yang memiliki IIUN rendah. Artinya jumlah siswa yang jujur dalam pelaksanaan UN lebih banyak. Namun demikian terdapat perbedaan yang cukup besar antara rerata nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi dan rerata nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN rendah. Terdapat kecenderungan rerata nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi lebih rendah dibandingkan rerata nilai UN dengan IIUN rendah. Artinya nilai UN tahun 2016 lebih menunjukkan kemampuan siswa yang sebenarnya karena sebagian besar siswa jujur dalam pelaksanan UN Nilai UN PESERTA UN SDev IIUN RENDAH IIUN TINGGI Gambar 40 Distribusi nilai UNKP SMA/MA IPS berdasarkan IIUN tinggi dan IIUN rendah Jika peserta UNBK tidak dianalisis maka peserta UN dengan IIUN tinggi lebih rendah daripada peserta UN dengan IIUN rendah. SMA/MA dengan IIUN tinggi cenderung memiliki rerata nilai UN lebih rendah dibandingkan SMA/MA dengan IIUN rendah. Nilai UN tertinggi pada SMA/MA dengan IIUN tinggi sama dengan nilai UN tertinggi SMA/MA dengan IIUN rendah. Perbedaannya 75

76 nilai UN terendah SMA/MA dengan IIUN tinggi sebesar 22 dan nilai UN terendah SMA/MA dengan IIUN rendah 24. Nilai yang paling sering muncul (modus) pada SMA/MA dengan IIUN tinggi adalah 38, sedangkan nilai yang paling sering muncul (modus) pada SMA/MA dengan IIUN rendah adalah 58. Walaupun rerata nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN rendah lebih tinggi, namun nilai tersebut belum sepenuhnya mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. I. Perbandingan Capaian Rerata UN dan Simpangan Baku UN Antara Data Total dan Data IIUN Tinggi nilai UN StDev UN total StDev UN IIUN tinggi rerata UN data total rerata UN IIUN tinggi 10 0 Gambar 41 Perbandingan Capaian Rerata UN dan Simpangan Baku UN SMA/MA IPA Antara Data Total dan Data IIUN Tinggi SMA/MA dengan IIUN tinggi memiliki rerata nilai UN lebih rendah dibandingkan dengan rerata nilai UN total. Rerata nilai UN total dan rerata nilai UN pada SMA/MA yang memiliki IIUN tinggi sebagian besar berada di bawah 55. Provinsi Sumatera Utara memiliki rerata nilai UN tertinggi pada angka 70, namun simpangan bakunya juga tinggi. Artinya perbedaan nilai tertinggi dengan nilai rata-rata sangat jauh sehingga terlihat adanya kemampuan siswa yang sangat bervariasi. Provinsi Bangka Belitung nilai rata-rata UN total dan nilai UN dengan IIUN tinggi tidak jauh berbeda. Nilai simpangan bakunya juga rendah. Artinya kemampuan siswa di daerah tersebut tidak jauh berbeda. Simpangan baku nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi, lebih tinggi dibandingkan simpangan baku nilai UN total. Perbedaan ini menunjukkan bahwa nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi menunjukkan kemampuan siswa yang sangat bervariasi. Jika kecurangan dalam UN tidak terjadi, hasil UN dapat menunjukkan disparitas pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa. 76

77 80 70 StDev UN total StDev UN IIUN tinggi rerata UN data total rerata UN IIUN tinggi nilai UN Gambar 42 Perbandingan capaian rerata UN dan simpangan baku UN SMA/MA IPS antara data total dan data IIUN tinggi Rerata nilai UN dengan IIUN tinggi dan nilai UN total, sebagian besar berada di bawah 55. Terlihat bahwa rerata nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi tampak lebih rendah dibandingkan dengan rerata nilai UN total. Antara SMA/MA IPA dan IPS kecenderungannya hampir sama. Provinsi Bali dan Sumatera Utara memiliki rerata UN total paling tinggi namun standar deviasinya juga tinggi. Artinya di provinsi yang memiliki rerata nilai UN tinggi, kemampuan siswanyapun bervariasi. Perbedaan yang tajam nilai UN total dan nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi terdapat di provinsi Aceh, Maluku, Maluku Utara dan Sumatera Utara. SMA/MA yang tidak melakukan kecurangan dalam UN maka nilai UN-nya cenderung lebih rendah dibanding rerata UN total. 77

78 J. Peserta dengan Rerata Nilai UN Di Bawah 55,01 Per Provinsi Tabel 25 Persentase jumlah peserta SMA/MA IPA dengan UN di bawah 55,01 per provinsi per mapel Propinsi BAHASA INDONESIA < 55 BAHASA INGGRIS < 55 MATEMATIKA < 55 FISIKA < 55 KIMIA < 55 BIOLOGI < 55 ACEH 39.92% 62.93% 63.17% 52.10% 68.87% 53.73% BALI 1.78% 14.96% 34.18% 9.15% 12.46% 9.57% BANGKA 1.14% 76.86% 86.74% 89.54% 95.01% 71.45% BELITUNG BANTEN 8.19% 56.49% 73.35% 73.19% 71.59% 55.02% BENGKULU 3.68% 68.02% 83.60% 70.42% 85.24% 64.26% DI 0.43% 47.01% 60.40% 61.63% 54.59% 40.32% YOGYAKARTA DKI JAKARTA 0.91% 21.80% 34.65% 34.64% 36.45% 20.17% GORONTALO 8.50% 73.23% 80.10% 87.79% 78.77% 63.94% JAMBI 7.91% 85.20% 81.78% 87.96% 83.93% 75.07% JAWA BARAT 1.36% 66.47% 34.57% 39.24% 45.92% 25.30% JAWA 0.32% 49.06% 49.91% 48.41% 53.73% 27.22% TENGAH JAWA TIMUR 2.75% 26.37% 36.05% 35.18% 41.60% 16.82% KALIMANTAN 4.93% 49.79% 57.53% 37.24% 36.56% 40.88% BARAT KALIMANTAN 3.04% 58.94% 69.52% 69.34% 68.37% 48.55% SELATAN KALIMANTAN 5.72% 71.93% 78.51% 82.93% 74.97% 74.63% TENGAH KALIMANTAN 3.96% 58.53% 72.65% 81.28% 68.52% 52.59% TIMUR KALIMANTAN 9.17% 84.75% 93.78% 92.75% 90.32% 81.95% UTARA KEPULAUAN 0.80% 51.26% 68.64% 67.27% 66.47% 60.19% RIAU LAMPUNG 5.39% 65.90% 59.29% 58.57% 70.09% 37.04% MALUKU 10.85% 60.15% 57.05% 61.22% 49.53% 51.02% MALUKU 30.08% 78.42% 68.19% 61.01% 61.01% 47.45% UTARA NUSA 27.08% 86.48% 81.92% 81.47% 92.80% 83.82% TENGGARA BARAT NUSA 32.58% 91.32% 94.24% 91.93% 91.97% 81.14% TENGGARA TIMUR PAPUA 21.00% 91.24% 90.89% 90.45% 86.44% 83.91% PAPUA BARAT 10.29% 76.36% 66.88% 69.82% 56.47% 59.64% RIAU 2.09% 57.29% 44.50% 32.71% 34.77% 29.06% SULAWESI 33.91% 87.58% 91.46% 95.81% 93.82% 89.65% BARAT SULAWESI 25.03% 43.90% 24.53% 22.08% 42.10% 23.26% SELATAN SULAWESI 17.63% 79.93% 90.76% 63.24% 83.26% 74.32% 78

79 Propinsi BAHASA INDONESIA < 55 BAHASA INGGRIS < 55 MATEMATIKA < 55 FISIKA < 55 KIMIA < 55 BIOLOGI < 55 TENGAH SULAWESI 12.35% 60.11% 50.00% 28.01% 51.11% 32.86% TENGGARA SULAWESI 18.73% 32.57% 43.39% 33.45% 40.16% 40.79% UTARA SUMATERA 3.19% 71.09% 57.83% 23.14% 34.81% 44.05% BARAT SUMATERA 11.52% 63.42% 55.73% 58.70% 79.71% 57.45% SELATAN SUMATERA 5.14% 20.07% 21.38% 15.09% 17.57% 14.47% UTARA NASIONAL 10.92% 61.65% 63.44% 59.02% 62.32% 50.92% Dari Tabel 25, rerata nilai UN mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di bawah 55 paling sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran lain di semua provinsi. Rata-rata nasional nilai UN yang paling banyak nilai di bawah 55 adalah Mata pelajaran Matematika yakni sebanyak 63,44%. Provinsi yang memililki nilai UN Matematika di bawah 55 terbanyak adalah Nusa Tenggara Timur (94,24%), diikuti provinsi Kalimantan Utara (93,78%), Sulawesi Barat (91,46%), dan Papua (90,89%). Untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, sebanyak 61,65% peserta UN memiliki nilai di bawah 55. Rerata nilai mata pelajaran Bahasa Inggris yang ada di bawah 55 terbanyak terdapat di Nusa Tenggara Timur (91,32% ), diikuti Papua 91,24%. Secara nasional, untuk mata pelajaran Kimia yang memiliki rata-rata nilai UN di bawah 55 sebanyak 62,32%. Provinsi yang memiliki nilai UN mata pelajaran Kimia terbanyak di bawah 55 adalah Bangka Belitung (95,01%), diikuti oleh provinsi Sulawesi Barat (93,82%), Nusa Tenggara Barat (92,80%), dan Nusa Tenggara Timur (91,97%). Propinsi Tabel 26 Presentase jumlah peserta SMA/MA IPS dengan UN di bawah 55,01 per provinsi per mapel BAHASA INDONESIA < 55 BAHASA INGGRIS < 55 MATEMATIKA < 55 EKONOMI < 55 SOSIOLOGI < 55 GEOGRAFI < 55 ACEH 63.59% 71.11% 66.27% 51.44% 79.35% 59.69% BALI 29.34% 71.06% 64.68% 57.82% 38.79% 56.10% BANGKA 12.85% 95.08% 95.61% 92.02% 87.56% 64.43% BELITUNG BANTEN 48.88% 77.94% 79.70% 63.37% 77.94% 67.47% BENGKULU 29.45% 91.31% 95.07% 87.59% 87.53% 80.00% DI 1.43% 75.42% 74.69% 54.80% 45.28% 20.44% YOGYAKARTA DKI JAKARTA 6.51% 49.47% 70.48% 40.07% 39.89% 16.47% GORONTALO 48.75% 96.37% 83.66% 85.11% 86.16% 77.92% JAMBI 46.51% 94.13% 95.20% 91.45% 94.99% 74.98% 79

80 Propinsi BAHASA INDONESIA < 55 BAHASA INGGRIS < 55 MATEMATIKA < 55 EKONOMI < 55 SOSIOLOGI < 55 GEOGRAFI < 55 JAWA BARAT 6.33% 86.71% 44.09% 34.49% 58.48% 23.56% JAWA TENGAH 2.88% 69.29% 63.62% 46.38% 31.40% 17.40% JAWA TIMUR 19.73% 47.61% 46.68% 29.91% 58.46% 34.71% KALIMANTAN 24.39% 73.24% 39.40% 28.72% 44.25% 35.98% BARAT KALIMANTAN 20.53% 89.67% 86.09% 76.17% 71.92% 57.66% SELATAN KALIMANTAN 36.36% 81.48% 78.76% 71.73% 82.26% 69.16% TENGAH KALIMANTAN 30.59% 86.51% 80.23% 81.72% 62.75% 67.78% TIMUR KALIMANTAN 60.22% 96.11% 89.94% 95.96% 88.10% 84.60% UTARA KEPULAUAN 5.36% 86.30% 84.68% 83.67% 79.91% 51.19% RIAU LAMPUNG 32.49% 82.79% 74.35% 58.49% 73.60% 52.41% MALUKU 44.16% 71.70% 55.13% 59.95% 70.31% 58.64% MALUKU 52.34% 83.33% 58.28% 66.82% 88.85% 66.13% UTARA NUSA 55.32% 96.32% 55.59% 48.65% 58.95% 68.88% TENGGARA BARAT NUSA 79.77% 94.43% 91.45% 92.07% 83.13% 90.54% TENGGARA TIMUR PAPUA 62.59% 86.27% 78.46% 92.40% 91.66% 83.23% PAPUA BARAT 35.96% 79.20% 55.77% 68.11% 85.22% 54.46% RIAU 16.68% 78.03% 62.25% 39.08% 72.11% 50.99% SULAWESI 82.70% 98.68% 92.52% 94.59% 95.39% 90.36% BARAT SULAWESI 56.22% 72.17% 48.56% 53.68% 65.79% 67.90% SELATAN SULAWESI 69.49% 91.49% 85.67% 82.98% 81.43% 84.08% TENGAH SULAWESI 59.07% 81.90% 66.79% 67.88% 68.76% 68.98% TENGGARA SULAWESI 54.57% 64.00% 66.11% 62.85% 74.54% 74.30% UTARA SUMATERA BARAT 24.79% 96.72% 69.96% 68.66% 68.88% 43.16% SUMATERA SELATAN 50.93% 79.17% 68.21% 76.12% 76.12% 63.17% SUMATERA UTARA 16.06% 28.75% 23.62% 17.75% 31.87% 22.90% NASIONAL 37.84% 80.11% 70.34% 65.36% 70.63% 58.81% Berdasarkan Tabel 26, mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki nilai di bawah 55 terbanyak. Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi terbanyak pesertanya yang memiliki nilai di bawah 55 (yakni 98,68%). Diikuti Sumatera Barat (96,72), Gorontalo (96,37%), Nusa Tenggara Barat 80

81 (96,32%), Kalimantan Utara (96,11%), Bangka Belitung (95,08%), dan Nusa Tenggara Timur (94,43%). Kemampuan Bahasa Inggris perlu mendapat perhatian di daerah yang memiliki rata-rata nilai UN rendah, karena pada program IPA maupun IPS, mata pelajaran Bahasa Inggris memiliki rata-rata nilai UN tergolong rendah. Mata pelajaran yang persentase nilai di bawah 55 terbanyak adalah Matematika. Provinsi Bangka Belitung memiliki nilai matematika di bawah 55 tertinggi (95,61%), diikuti Jambi (95,20%), Bengkulu (96,01%), dan Sulawesi Barat (92,52%). Sementara itu, mata pelajaran Ekonomi dan Sosiologi hanya terjadi pada sebagian provinsi yang memiliki nilai di bawah 55. K. Perbandingan Rerata Nilai UN per Provinsi Berdasarkan Kurikulum Yang Digunakan KUR 2006 KUR 2013 Nilai 55 Gambar 43 Perbandingan rerata UN SMA/MA IPA per Provinsi antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2006 Mencermati Gambar 44, kecenderungannya rerata nilai UN masing-masing provinsi pada kurikulum 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan rerata nilai UN dengan kurikulum Provinsi yang menerapkan kurikulum 2013 dengan rerata nilai UN paling tinggi adalah provinsi Sumatera Utara (67,97), diikuti Bali (66,59). Alasan yang dapat dipertimbangkan adalah SMA/MA yang melaksanakan kurikulum 2013 sebagian besar adalah SMA/MA yang berakreditasi A dan dari aspek prestasi mereka adalah SMA/MA dengan prestasi baik. 81

82 KUR 2006 KUR Gambar 44 Perbandingan rerata UN SMA/MA IPS per provinsi antara yang Menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Secara nasional, rerata nilai UN pada SMA/MA IPS yang menggunakan kurikulum 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan SMA/MA yang menggunakan kurikulum Bila ditinjau per provinsi, rerata UN SMA/MA yang menggunakan K13 lebih tinggi dibandingkan dengan SMA/MA yang menggunakan kurikulum Kecenderungan ini terjadi karena SMA/MA yang menggunakan Kurikulum 2013 sebagian besar adalah SMA/MA dengan akreditasi A dan merupakan SMA/MA eks RSBI. Perbedaan hasil UN yang jelas terlihat di provinsi DIY. Di provinsi ini, rerata nilai UN SMA/MA yang menggunakan Kurikulum 2013 sebesar 62,92, sedangkan rerata nilai UN SMA/MA yang melaksanakan kurikulum 2006 sebesar 50,55. Jadi, terdapat selisih 12,37. Begitu pula dengan di Bali, rerata nilai UN SMA/MA yang menggunakan Kurikulum 2013 lebih tinggi dengan selisih sebesar 10,79 dibanding SMA/MA yang menggunakan kurikulum Perbedaan nilai UN ini cenderung menunjukkan perbedaan kemampuan siswa di SMA/MA yang kualitasnya bervariasi. 82

83 Perbandingan Capaian Nilai UN SMA/MA Tahun 2015 dan 2016 SWASTA 2016 NEGERI 2016 N + S 2016 SWASTA 2015 NEGERI 2015 N + S BIOLOGI KIMIA FISIKA Gambar 45 Perbandingan nilai capaian UN SMA/MA IPA tahun 2015 dan 2016 Gambar 46 memberikan informasi bahwa rerata nilai UN SMA/MA kelompok program IPA pada tahun 2015 lebih tinggi dibandingkan rerata nilai UN tahun 2016 untuk semua mata pelajaran. Nilai tertinggi ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Tahun 2016 merupakan tahun pertama kurikulum 2013 melaksanakan UN. Pada tahun 2015 maupun 2016, Matematika merupakan mata pelajaran terendah rata-rata nilainya di antara mata pelajaran lain yang diujikan dalam UN. SWASTA 2016 NEGERI 2016 N + S 2016 SWASTA 2015 NEGERI 2015 N + S GEOGRAFI SOSIOLOGI EKONOMI MATEMATIKA BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA Gambar 46 Perbandingan nilai capaian UN SMA/MA IPS tahun 2015 dan

84 Mengacu Gambar 47, rerata nilai UN SMA/MA IPS tahun 2016 menurun dibandingkan dengan tahun Pada kelompok program IPS, mata pelajaran Matematika merupakan pelajaran yang memiliki rata-rata terendah baik pada tahun 2015 (sebesar 62,02) maupun tahun 2016 (sebesar 46,93). Sedangkan mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki rata-rata nilai tertinggi baik pada tahun 2016 (sebesar 58,41) dan pada tahun 2016 (sebesar 68,78). SWASTA 2016 NEGERI 2016 N + S 2016 SWASTA 2015 NEGERI 2015 N + S BIOLOGI KIMIA FISIKA MATEMATIKA BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA Gambar 47 Perbedaan Nilai UN SMA/MA IPA dengan IIUN Tinggi Tahun 2015 dan SWASTA NEGERI N + S SWASTA NEGERI N + S GEOGRAFI SOSIOLOGI EKONOMI MATEMATIKA BAHASA INGGRIS BAHASA INDONESIA Gambar 48 Perbedaan Nilai UN SMA/MA IPS dengan IIUN Tinggi Tahun 2015 dan 2016 Rerata nilai UN dengan IIUN tinggi pada tahun 2016 menurun dari tahun Walaupun rerata UN-nya menurun dari tahun 2016 ke 2015, nilai UN yang diperoleh benar-benar mencerminkan 84

85 kemampuan siswa yang sesungguhnya, karena UN berlangsung dengan jujur. Rerata nilai UN pada sekolah/madrasah dengan IIUN tinggi, lebih rendah nilainya dibandingkan dengan rerata nilai UN total, baik pada tahun 2015 maupun Peningkatan IIUN Tertinggi Rerata nilai UN per mata pelajaran pada SMA/MA dengan IIUN tinggi cenderung lebih rendah dibandingkan dengan rerata nilai UN per mata pelajaran secara total. Nilai UN total Bahasa Indonesia memiliki perbedaan selisih lebih tinggi, yakni 1,34 dibandingkan dengan nilai Bahasa Indonesia pada SMA/MA dengan IIUN tinggi untuk tahun Sedangkan pada tahun 2015 perbedaan selisih nilai UN total Bahasa Indonesia 0,1 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi. Ketika IIUN tinggi, maka nilai UN cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai UN dari gabungan IIUN tinggi dan rendah. Nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi dari tahun 2015 ke tahun 2016 cenderung menurun. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai mata pelajaran dengan nilai tertinggi dibandingkan mata pelajaran lainnya, juga mengalami penurunan sebesar 10,19. Begitu pula dengan mata pelajaran Matematika, sebagai pelajaran dengan nilai terendah, juga mengalami penurunan dari tahun 2015 ke tahun 2016, dengan angka penurunan sebesar 16,54. Walaupun terjadi penurunan nilai UN pada SMA/MA dengan IIUN tinggi, nilai IIUN mereka mengalami peningkatan terutama di 10 provinsi sebagaimana Tabel 27. Tabel 27 Daftar 10 provinsi dengan peningkatan IIUN tertinggi SMA/MA IPA NO NAMA PROVINSI IPA 2015 IPA 2016 PENINGKATAN 1 ACEH SULAWESI BARAT SUMATERA SELATAN SULAWESI SELATAN SULAWESI UTARA SUMATERA BARAT KALIMANTAN TIMUR

86 NO NAMA PROVINSI IPA 2015 IPA 2016 PENINGKATAN 8 BANTEN SULAWESI TENGAH SULAWESI TENGGARA Nilai IIUN di beberapa provinsi meningkat dari tahun 2015 sampai 2016, walaupun hasil UN berdasarkan rerata cenderung menurun. Nilai IIUN di Aceh mengalami peningkatan paling tinggi sebesar 12,32. Terdapat 10 provinsi yang mengalami peningkatan yang cukup besar nilai IIUN dari tahun 2015 sampai Tabel 28 Daftar 10 provinsi dengan peningkatan IIUN tertinggi SMA/MA IPS NO NAMA PROVINSI IPS 2015 IPS 2016 PENINGKATAN 1 SUMATERA SELATAN SULAWESI SELATAN ACEH SULAWESI BARAT SUMATERA BARAT SULAWESI UTARA BALI DKI JAKARTA JAWA TIMUR SULAWESI 10 TENGGARA Provinsi yang memiliki peningkatan nilai IIUN pada SMA/MA program IPS berbeda dengan SMA/MA program IPA. Pada program IPS provinsi yang paling tinggi mengalami peningkatan nilai IIUN adalah Sumatera Selatan dengan peningkatan sebesar 12,36. 86

87 HASIL UJIAN NASIONAL SMK 2016 RESUME 1. Sebagian besar capaian nilai IIUN SMK berada pada kategori tinggi ( 70), yaitu sebesar 71,68%. Hal ini menunjukkan banyak siswa SMK yang mengerjakan soal UN dengan jujur, meskipun capaian nilai rerata UN yang diperoleh belum memuaskan. Capaian nilai rerata UN siswa SMK swasta lebih tinggi dibandingkan dengan siswa SMK negeri. Yang menarik adalah pada kategori IIUN 70, nilai rerata UN SMK swasta lebih tinggi daripada nilai rerata UN SMK negeri. Dengan kata lain, pelaksanaan UN di SMK swasta terindikasi memiliki integritas yang lebih baik daripada di SMK negeri. 2. Prestasi akademik siswa SMK belum menggembirakan. Secara nasional rerata nilai yang dicapai hanya mencapai 57,38. Bila difokuskan pada sekolah dengan IIUN tinggi, capaiannya semakin rendah yaitu sebesar 54,68. Tak satupun provinsi yang berhasil mencapai nilai rerata UN dengan kategori baik (70,01-85,00) dan sangat baik (85,01-100). Nilai rerata UN SMK negeri dan SMK swasta tidak berhasil mencapai skor 55,01 untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mampu mencapai skor berkisar di antara 55,01-70, Mata pelajaran Matematika merupakan pelajaran dalam UN yang paling sulit bagi siswa SMK. Terdapat 80,21% peserta yang memperoleh nilai di bawah 55,01 untuk mata pelajaran Matematika, sedangkan mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia sebanyak 62,65% dan 12,10% peserta yang mendapat nilai UN di bawah 55,01. Peserta dari Nusa Tenggara Barat nampaknya mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal UN Mapel Bahasa Indonesia. Hal itu ditunjukkan oleh tingginya persentase siswa yang mendapat nilai di bawah 55,01 (81,92%). 4. Tidak terdapat perbedaan berarti capaian rerata nilai UN siswa SMK bagi sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2006 dan sekolah yang melaksanakan Kurikulum Rerata capaian nilai UN SMK tahun 2016 lebih rendah dibandingkan tahun 2015, baik berdasarkan status SMK maupun menurut mata pelajaran yang diujikan. Bila dikaji hanya pada data IIUN tinggi, distribusi data hasil UN mendekati sama antara rerata nilai UN pada tahun 2015 dan Dengan kata lain, analisis perbandingan dengan menggunakan IIUN nampaknya mampu mengungkapkan kondisi sesungguhnya prestasi akademik peserta UN SMK dengan mengkaji data yang lebih kredibel yaitu data pada sekolah dengan IIUN yang tinggi. Adapun capaian rerata nilai UN SMK pada sekolah dengan IIUN tinggi yang mengikuti UNKP lebih rendah dibandingkan rerata nilai UN SMK yang mengikuti UNBK. 87

88 Peserta UN SMK Jumlah siswa SMK yang mengikuti UN tahun 2016 sebanyak peserta. Dari jumlah tersebut, sebanyak peserta (18,35%) mengikuti UNBK dan sisanya mengikuti UNKP. Adapun jumlah SMK yang mengikuti UNBK mencapai sekolah (17,46%) dari total SMK (Tabel 29). Bila dilihat berdasarkan status sekolah, SMK negeri lebih tinggi proporsi yang mengikuti UNBK daripada SMK swasta, yaitu 33,28% berbanding 11,81% (Tabel 30). Pada tahun kedua pelaksanaan UNBK, terdapat penambahan jumlah SMK yang mengikuti UNBK, dari 376 SMK pada tahun 2015 menjadi SMK pada tahun Hal ini dapat diartikan, semakin banyak SMK yang siap dalam menyelenggarakan UNBK, baik dari aspek kecukupan sarana dan prasarana pendukung (PC, UPS, genset) maupun aspek kesiapan pengelolaannya. Tabel 29 Distribusi Jumlah SMK dan Jumlah Peserta UN Berdasarkan Metode UN yang Diikuti Metode UN yang Diikuti Jumlah Sekolah Jumlah Peserta % Jumlah Sekolah % Jumlah Peserta Tulis (UNKP) % 81.65% UNBK % 18.35% Total % % Tabel 30 Distribusi Jumlah SMK dan Jumlah Peserta UN Berdasarkan Status Sekolah Status Jumlah Sekolah Jumlah Peserta Negeri Tulis (UNKP) (66,72%) UNBK (33,28%) Swasta Tulis (UNKP) (88,19%) UNBK (11,81%) Total Dalam kajian ini capaian nilai UN dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu sangat baik (85,00 < Nilai UN 100), baik (70,00 < Nilai UN 85,00), cukup (55,01 < Nilai UN 70,00), dan kurang (0 < Nilai UN <55,00). Selanjutnya, capaian hasil UN juga dikaji berdasarkan IIUN untuk mengukur pola kecurangan siswa di tingkat sekolah dan di tingkat kabupaten/kota, sebagaimana uraian sebelumnya. 88

89 Distribusi Rerata nilai UN A. Distribusi Rerata nilai UN SMK dengan IIUN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Secara keseluruhan, sebagian besar persentase sebaran rerata nilai capaian UN peserta SMK (Negeri dan Swasta) berada pada kuadran yang menunjukkan indeks integritas tinggi ( 70), yakni sebesar 71,68%. Dari proporsi tersebut, sebanyak 31,43% siswa dengan rerata nilai capaian UN yang tinggi yaitu siswa yang berhasil meraih rerata nilai >55 berasal dari siswa SMK yang memiliki indeks integritas UN tinggi pula. Hal ini menunjukkan banyak siswa SMK yang mengerjakan soal UN dengan jujur, meskipun capaian rerata nilai UN yang diperoleh belum memuaskan. Gambar 50 menunjukkan terdapat 40,25% siswa dengan IIUN yang tinggi, tetapi rerata capaian UN nya rendah dengan nilai 55 atau lebih rendah. Gambar 49 Perbandingan Rerata nilai UN SMK Total (Negeri dan Swasta) dengan IIUN Sebaran persentase rerata UN dan IIUN di SMK negeri dan SMK swasta disajikan pada Gambar 51 dan Gambar 52. Terlihat bahwa SMK swasta relatif lebih baik jika dibandingkan dengan SMK negeri. Pertama, IIUN siswa SMK swasta yang 70lebih banyak, yaitu 72,43% sedangkan pada SMK negeri 68,89%. Kedua, proporsi SMK yang terindikasi mengerjakan UN secara jujur (IIUN 70) dan berhasil meraih rerata nilai UN tinggi (>55), pada SMK swasta sebesar 32,97% sedangkan SMK negeri sebesar 25,75%. Ketiga, proporsi SMK yang berhasil meraih rerata nilai UN tinggi (>55) tetapi terindikasi 89

90 melakukan kecurangan (<70), pada SMK swasta lebih rendah dibanding SMK negeri, masing-masing 23,58% dan 26,04%.Dengan kata lain, pelaksanaan UN di SMK swasta terindikasi memiliki integritas yang lebih baik daripada di SMK negeri. Gambar 50 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Di SMK Negeri Gambar 51 Perbandingan Rerata nilai UN dengan IIUN Di SMK Swasta 90

91 Gambar 53 dan Gambar 54 menunjukkan perbandingan distribusi nilai UN SMK berdasarkan status satuan pendidikan. Pada data UN total, jumlah peserta UN yang berasal dari SMK swasta sekitar 3,5 kali lipat dari jumlah peserta UN SMK negeri. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai UN SMK negeri dengan SMK swasta, masing-masing adalah dan Rerata nilai nilai UN berada pada rentang Pada sekolah dengan IIUN tinggi, kemampuan siswa SMK swasta dalam pencapaian nilai UN lebih tinggi (rerata nilai 54.92) dari SMK negeri (53.76), dengan selisih sekitar Gambar 52 Distribusi Rerata nilai UN Berdasarkan Status Satuan Pendidikan pasa Data UN Total Gambar 53 Rerata nilai UN SMK dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan 91

92 Selanjutnya uraian berikut menjelaskan distribusi rerata nilai UN SMK dengan kategori IIUN tinggi berdasarkan provinsi. Provinsi Kepulauan Riau menempati peringkat tertinggi dalam capaian rerata nilai UN, yaitu 58,33. Sedangkan peringkat terendah terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar Terdapat 26 provinsi yang memiliki rerata nilai UN dibawah batas kelulusan (<55) Gambar 54 Distribusi Rerata nilai UN SMK dengan IIUN tinggi Secara nasional, prestasi akademik siswa SMK swasta (54,92) lebih tinggi daripada SMK negeri (skor 53,76). Namun jika dilihat per provinsi, pada umumnya rerata nilai UN SMK negeri lebih tinggi dari SMK Swasta, kecuali di beberapa provinsi seperti Papua Barat dan Maluku Utara. Di Provinsi Papua Barat, rerata nilai UN SMK swasta lebih tinggi 8,26 poin dibandingkan SMK negeri; sedangkan di Maluku Utara rerata nilai UN SMK swasta lebih tinggi 3,16 poin daripada SMK negeri. Perbedaan mencolok antara capaian rerata nilai UN SMK negeri dengan SMK swasta terjadi di provinsi DKI Jakarta. Di provinsi ini, capaian rerata nilai UN SMK negeri jauh lebih tinggi daripada SMK swasta dengan selisih sebesar 24,97. Perbedaan mencolok juga terjadi di Provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Bali (Gambar 56). Pada SMK negeri, rerata nilai UN tertinggi dicapai oleh Provinsi DKI Jakarta. Terdapat 24 provinsi yang memiliki rerata nilai UN dibawah batas kelulusan (<55). Sedangkan pada SMK swasta rerata nilai UN tertinggi dicapai oleh Provinsi Papua Barat. Terdapat 25 provinsi yang memiliki rerata nilai UN dibawah batas kelulusan (<55) 92

93 Gambar 55 Distribusi Rerata nilai UN SMK dengan IIUN tinggi Berdasarkan Status Satuan Pendidikan dan Provinsi B. Distribusi Rerata nilai UN SMK Berdasarkan Provinsi: Perbandingan Rerata nilai UN Total dengan UN IIUN Tinggi Hasil UN SMK tahun 2016 menunjukkan prestasi akademik siswa SMK yang belum menggembirakan. Secara nasional rerata nilai yang dicapai hanya mencapai 57,38. Dengan menggunakan empat kategori penilaian sebagaimana dikemukakan sebelumnya, maka tidak satu provinsi pun yang berhasil mencapai rerata nilai UN dengan kategori baik dan sangat baik (Gambar 57). Banyaknya provinsi yang meraih rerata nilai UN dengan kategori cukup ada 17 provinsi, (sedangkan banyaknya provinsi yang mencapai rerata nilai kategori kurang juga ada 17 provinsi. Pada kelompok kategori cukup, provinsi yang berhasil mencapai rerata nilai UN tertinggi dicapai oleh peserta SMK yang berasal dari provinsi Sumatera Utara (skor 65,95), sedangkan 16 provinsi lainnya hanya mencapai skor antara skor 59,01 sampai dengan 60, seperti provinsi DKI Jakarta (59,91), Papua Barat (59,83), dan Bali (59,82). Adapun dalam kelompok kategori kurang, provinsi dengan capaian rerata nilai UN terendah yaitu Nusa Tenggara Barat (47,98), Kalimantan Utara (50,25), dan Bengkulu (50,83). 93

94 Gambar 56 Rerata Nilai UN SMK dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Provinsi Terdapat perbedaan distribusi rerata nilai UN bila dibandingkan antara rerata nilai UN total dengan nilai yang diambil hanya pada kategori IIUN tinggi saja. Secara nasional rerata nilai UN total sebesar 57,38 dan ketika difokuskan pada SMK dengan IIUN tinggi ternyata mengalami penurunan skor sebesar 2,70 sehingga rerata nilai UN menjadi 54,68. Hal ini berarti analisis IIUN mengoreksi capaian hasil UN SMK dengan indikasi prestasi akademik yang sesungguhnya. Berdasarkan data capaian nilai UN dengan IIUN yang tinggi, grafik memperlihatkan provinsi Kepulauan Riau menempati peringkat tertinggi dalam capaian rerata nilai UN, yaitu 58,33. Provinsi Jawa Tengah menempati urutan kedua terbesar dalam capaian rerata nilai UN (57,78), dan berturut-turut diikuti oleh provinsi DKI Jakarta (57,65), D.I. Yogyakarta (57,61), dan Jawa Barat (57,40). Capaian rerata nilai UN provinsi Sumatera Utara yang semula tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia merosot dari 65,95 menjadi 55,69 setelah digunakan analisis IIUN kategori tinggi atau berkurang skornya sebesar 10,26. Adapun provinsi yang paling rendah terkoreksi nilai UN setelah dianalisis IIUN tinggi, yaitu Kalimantan Barat yang mengalami penurunan skor dari 52,58 menjadi 51,84 (berkurang 0,74), Jawa Barat mengalami penurunan skor dari 58,31 menjadi 57,40 (berkurang 0,91) dan Sumatera Barat menurun dari 53,94 menjadi 52,96 (berkurang 0,98). 94

95 C. Distribusi Rerata Nilai UN SMK Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan: Perbandingan Rerata Nilai UN Total dengan UN-IIUN Tinggi Tidak terdapat peserta ujian yang berasal dari MA Kejuruan, sehingga uraian hanya fokus pada capaian nilai UN di SMK. Secara total, nilai rerata UN SMK mencapai skor 57,38. Grafik pada gambar 58 tampak condong ke kiri dengan frekuensi tertinggi pada skor 56. Hal ini berarti lebih banyak peserta SMK yang skornya di bawah rerata nilai secara nasional. Namun bila dipilah hanya data yang berasal dari IIUN tinggi, maka terlihat sedikit pergeseran distribusi grafik, yaitu puncak skor tertinggi berada pada skor 54 (Gambar 59). Selain itu grafik pada IIUN tinggi terlihat lebih terjal di sisi kanan. Ini artinya, jumlah SMK yang meraih skor tinggi juga berkurang dibandingkan dengan jumlah SMK secara total. Rerata nilai UN pada kategori IIUN tinggi mencapai 54,68. Dengan kata lain, indeks IIUN yang tinggi mengoreksi capaian peserta UN SMK, sehingga rerata nilai UN SMK sedikit berkurang daripada hasil yang dicapai SMK tanpa mempertimbangkan IIUN. Gambar 57 Rerata nilai UN SMK Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan SMK 95

96 Gambar 58 Rerata Nilai UN SMK dengan IIUN Tinggi Berdasarkan Jenis Satuan Pendidikan D. Distribusi Rerata nilai UN SMK Berdasarkan IIUN Tinggi dan IIUN Rendah Pada uraian sebelumnya dijelaskan bahwa sebagian besar SMK yang mengikuti UN termasuk dalam kategori IIUN tinggi ( 70) sebanyak 71,68%. Namun proporsi rerata nilai UN yang dicapai SMK lebih banyak yang tergolong rendah. Selanjutnya, bila dibandingkan distribusi capaian nilai UN antara SMK dengan IIUN tinggi dan IIUN rendah, maka grafik pada Gambar 60 menunjukkan perbedaan nilai yang mencolok. Distribusi grafik pada SMK dengan IIUN tinggi condong ke kiri yang berarti sebagian besar capaian rerata nilai UN nya relatif rendah. Sebaliknya distribusi grafik untuk IIUN rendah condong ke kanan. Artinya, sebagian besar capaian rerata nilai UN nya relatif tinggi. Distribusi antara rerata nilai UN pada SMK dengan IIUN tinggi dan rendah terpaut jauh, yaitu 64,51 pada IIUN rendah dan 54,68 pada IIUN tinggi. Temuan ini memperjelas bahwa tanpa mempertimbangkan indeks integritas, informasi yang diperoleh tentang capaian nilai UN peserta didik tidak akurat, karena sebagian peserta didik diduga terindikasi berbuat curang dalam menyelesaikan soalsoal UN. 96

97 Gambar 59 Rerata Nilai UN Berdasarkan IIUN Tinggi dan IIUN Rendah Selanjutnya, perbandingan capaian rerata UN dan simpangan baku antara data total dan data IIUN tinggi disajikan pada Gambar 61. Di semua provinsi, rerata nilai UN untuk data total lebih tinggi daripada rerata nilai pada SMK dengan IIUN tinggi, meskipun selisihnya tidak terlalu besar. Terdapat perbedaan yang agak besar dalam capaian rerata nilai UN di tiga provinsi, yaitu di Provinsi Maluku (56,83 berbanding 47,35), Sulawesi Selatan (56,77 berbanding 50,52), dan Sumatera Utara (65,95 berbanding 55,69). Terdapat perbedaan simpangan baku yang variatif antara data total dan data IIUN di tingkat nasional. Bila dilihat di masing-masing provinsi, perbedaan simpangan baku cukup besar ditemui di Sulawesi Tengah (10,01 untuk data total dan 5,79 untuk data IIUN tinggi) dan Maluku Utara (9,73 untuk data total dan 6,02 untuk data IIUN tinggi). Adapun di Provinsi Papua Barat, simpangan baku data IIUN terlihat lebih tinggi daripada data total UN yaitu 18,02 pada data IIUN tinggi dan 13,97 pada data total. 97

98 Gambar 60 Rerata nilai UN dan Simpangan Baku UN antara Data Total dan Data IIUN Tinggi E. Distribusi Jumlah Peserta SMK dengan Rerata Nilai UN Di Bawah 55,01 untuk Setiap Provinsi per Mata Pelajaran Mata pelajaran yang diujikan pada UN SMK terdiri atas empat mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Teori Kejuruan. Pada Gambar 62 disajikan grafik persentase jumlah peserta SMK dengan capaian nilai UN kategori kurang baik, yaitu skor di bawah 55,01 pada masing-masing pelajaran tersebut. Bila dibandingkan antar mata pelajaran, secara nasional mata pelajaran Matematika merupakan materi soal UN yang paling sulit dijawab peserta didik SMK. Sebanyak 80,21% peserta yang memperoleh rerata nilai UN di bawah 55,01 untuk mata pelajaran Matematika, sedangkan untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia ada sebanyak 62,65% dan 12,10% peserta yang mencapai rerata nilai UN di bawah 55,01. Untuk mata pelajaran Teori Kejuruan, umumnya peserta didik mampu menyelesaikan soal-soal UN. Namun ada tiga provinsi yang cukup besar persentase nilai UN nya tergolong kategori kurang baik, yaitu Provinsi Sulawesi Utara (12,39%), Nusa Tenggara Timur (10,19%), dan Maluku Utara (5,35%). Bila dilihat antar provinsi, persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai kurang baik pada mata pelajaran Matematika terdapat di Provinsi Bengkulu (98,65%), Kalimantan Utara (97,49%), 98

99 Sumatera Barat (97,43%), dan Kalimantan Selatan (97,02%). Pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, peserta UN SMK provinsi Nusa Tenggara Barat nampaknya mengalami kesulitan mengerjakan soal-soal UN, yang ditunjukkan oleh tingginya persentase siswa yang mendapat skor di bawah 55,01 (81,92%). Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai kurang baik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia cukup besar, yaitu di Provinsi Gorontalo (64,05%), Sulawesi Barat (61,40%), Nusa Tenggara Timur (59,65%), dan Sulawesi Tengah (59,47%). Adapun pada mata pelajaran Bahasa Inggris, persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai kurang baik terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Barat (93,72%), Bengkulu (93,66%), Kalimantan Utara (91,34%), dan Nusa Tenggara Barat (91,01%). BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS MATEMATI KA KEJURUAN NASIONAL 12.10% 62.65% 80.21% 0.56% SUMATERA UTARA 10.10% 24.54% 34.93% 0.09% SUMATERA SELATAN 20.92% 87.04% 94.64% 0.00% SUMATERA BARAT 10.51% 93.72% 97.43% 0.32% SULAWESI UTARA 56.97% 63.88% 82.06% 12.39% SULAWESI TENGGARA 45.12% 44.98% 64.89% 0.73% SULAWESI TENGAH 59.47% 62.81% 83.37% 0.00% SULAWESI SELATAN 46.80% 47.26% 64.06% 0.30% SULAWESI BARAT 61.40% 70.40% 85.94% 1.99% RIAU 4.81% 52.67% 69.06% 0.23% PAPUA BARAT 27.25% 45.49% 41.06% 6.75% PAPUA 58.72% 37.83% 46.61% 0.00% NUSA TENGGARA TIMUR 59.65% 69.40% 86.97% 10.19% NUSA TENGGARA BARAT 81.92% 91.01% 93.74% 2.56% MALUKU UTARA 47.69% 70.23% 82.30% 5.35% MALUKU 50.92% 48.98% 63.83% 2.36% LAMPUNG 10.27% 88.15% 94.87% 0.00% KEPULAUAN RIAU 0.00% 51.09% 91.67% 0.00% KALIMANTAN UTARA 52.14% 91.34% 97.49% 0.00% KALIMANTAN TIMUR 26.02% 70.31% 84.09% 0.00% KALIMANTAN TENGAH 6.96% 67.80% 81.24% 0.00% KALIMANTAN SELATAN 9.44% 69.75% 87.90% 2.41% KALIMANTAN BARAT 9.42% 86.09% 97.02% 0.02% JAWA TIMUR 8.49% 73.55% 86.95% 0.21% JAWA TENGAH 0.46% 67.04% 87.70% 0.18% JAWA BARAT 5.51% 56.04% 77.64% 0.70% JAMBI 27.32% 87.22% 93.49% 0.00% GORONTALO 64.05% 64.91% 83.69% 0.00% DKI JAKARTA 3.16% 60.85% 84.20% 0.10% DI YOGYAKARTA 0.91% 80.79% 89.86% 0.28% BENGKULU 14.14% 93.66% 98.65% 1.52% Gambar 61 Persentase Jumlah Peserta Didik UN SMK dengan Nilai UN Di Bawah 55,01 per Provinsi per Mata Pelajaran 99

100 F. Daya Serap per Butir Soal Daya serap per butir soal mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika menunjukkan daya serap di atas 55. Namun, jika dilihat dari daya serap butir soal di dalam masingmasing kompetensi, terdapat daya serap butir soal yang di bawah nilai 55 sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 31 hingga Tabel 35. Nomor Soal Kompetensi Tabel 31 Daya Serap Butir Soal Bahasa Indonesia SMK/MAK Indikator Daya Serap 10 Membaca Sastra Menentukan majas dalam puisi Membaca Sastra Menentukan alur novel Membaca Sastra Menentukan hubungan antar unsur intrinsik Membaca Sastra Menganalisis hubungan antar unsur cerpen Membaca Sastra Menentukan keunggulan/kelemahan karya sastra Membaca Sastra Meringkas karya sastra Menulis Terbatas Menentukan kesalahan penggunaan kata Menulis Terbatas Menentukan kesalahan penggunaan kalimat Menulis Terbatas Menggunakan istilah dalam kalimat Menulis Terbatas Memperbaiki kalimat rancu/tidak logis Menyunting Ejaan dan Memperbaiki kesalahan penggunaan ejaan (penulisan judul teks Tanda Baca berita) Menyunting Ejaan dan Tanda Baca Memperbaiki kesalahan penggunaan tanda baca (catatan) Tabel 32 Daya Serap Butir Soal Bahasa Inggris SMK/MAK Nomor Daya Kompetensi Indikator Soal Serap 1 Fungsi Sosial Menentukan gambar yang tepat tentang lokasi suatu benda/posisi Fungsi Sosial Menentukan gambar yang tepat tentang penampilan seseorang (physical appearance) Fungsi Sosial Menentukan gambar yang tepat tentang situasi/keadaan di suatu tempat Fungsi Sosial Melengkapi/merespon dialog rumpang tentang menanyakan/memberikan saran Fungsi Sosial Melengkapi/merespon dialog rumpang tentang sebuah undangan Fungsi Sosial Melengkapi/merespon dialog rumpang tentang ungkapan kegiatan sehari-hari Fungsi Sosial Melengkapi/merespon dialog rumpang tentang ungkapan kegiatan yang akan terjadi Fungsi Sosial Menentukan informasi rinci dari percakapan tentang menanyakan dan memberi saran Fungsi Sosial Menentukan informasi tertentu dari percakapan tentang kegiatan yang terjadi di waktu lampau Fungsi Sosial Menentukan informasi tertentu dari percakapan tentang pemerian pendapat Struktur Teks (Esai) Menentukan gambaran umum dari monolog tentang instruksi pengoperasian sebuah alat di kantor/industri

101 Nomor Soal Kompetensi Indikator Daya Serap 13 Struktur Teks (Esai) Menentukan informasi tertentu dari monolog tentang instruksi pengoperasian sebuah alat di kantor/industri Struktur Teks (Esai) Menentukan informasi tersirat dari monolog tentang sebuah produk/jasa Struktur Teks (Esai) Menentukan informasi rinci dari Descriptive teks (company profile) Struktur Teks (Esai) Menentukan informasi tersirat dari Descriptive teks (company profile) Struktur Teks (Esai) Menentukan pikiran utama paragraf dari Recount text (International businessman) Struktur Teks (Esai) Menentukan informasi tersirat dari Announcement teks (at the office) Fungsi Sosial Melengkapi dialog tentang ungkapan persetujuan/penolakan Fungsi Sosial Melengkapi dialog tentang ungkapan permintaan dan pemberian pendapat Fungsi Sosial Melengkapi dialog tentang ungkapan penawaran sesuatu/bantuan Fungsi Sosial Melengkapi dialog tentang ungkapan perintah Unsur Kebahasaan Melengkapi dialog tentang ungkapan permintaan/pemberian saran Unsur Kebahasaan Melengkapi dialog tentang gerund Unsur Kebahasaan Melengkapi dialog tentang passive voice Unsur Kebahasaan Menentukan kata kerja/kata sifat/kata keterangan dari teks surat bisnis rumpang Unsur Kebahasaan Menentukan kata benda/kata ganti/kata depan dari teks surat bisnis rumpang Unsur Kebahasaan Menentukan kata keterangan/kata benda/kata ganti orang dari teks surat bisnis rumpang Unsur Kebahasaan Menentukan kata ganti orang/kata kerja/kata sifat dari teks Announcement rumpang Unsur Kebahasaan Menentukan kata depan/kata benda/kata keterangan dari teks Announcement rumpang Unsur Kebahasaan Menentukan kata sifat/kata ganti/kata keterangan dari teks Announcement rumpang Unsur Kebahasaan Menentukan kata depan/kata benda/kata sifat/kata keterangan dari teks prosedur rumpang tentang penggunaan alat Unsur Kebahasaan Menentukan kata kerja/kata keterangan/kata ganti/kata sifat dari teks prosedur rumpang tentang penggunaan alat Unsur Kebahasaan Menentukan kata ganti/kata benda/kata depan/kata kerja dari teks prosedur rumpang tentang penggunaan alat Nomor Soal Cakupan Materi Tabel 33 Daya Serap Butir Soal Matematika Akuntansi Indikator 101 Daya Serap 1 Aljabar Siswa dapat menyederhanakan operasi logaritma a log b ± a log c ± a log d ± a log e = Aljabar Diketahui a log b = p dan a log c = q, siswa dapat menentukan nilai alog d= Aljabar Diketahui matriks A dan B berordo 2 2 yang beberapa elemennya dalam bentuk variabel, siswa dapat menentukan hasil operasi dari nilai variabel tersebut jika matriks A = BT. 6 Aljabar Diberikan tiga buah matriks atau lebih, siswa dapat menghitung hasil operasi penjumlahan dan pengurangan dari matriks-matriks tersebut

102 Nomor Daya Cakupan Materi Indikator Soal Serap 9 Aljabar Siswa dapat menentukan grafik fungsi kuadrat jika diketahui persamaannya Aljabar Diketahui persamaan kuadrat yang akar-akarnya a dan b. Siswa dapat menyusun persamaan kuadrat baru jika diketahui akar-akarnya 2a dan 2b 36.8 atau 3a dan 3b. 11 Aljabar Diketahui persamaan kuadrat yang akar-akarnya x1 dan x2, siswa dapat menentukan nilai = Aljabar Diberikan empat suku pertama barisan bilangan siswa dapat menentukan pola barisan tersebut Aljabar Siswa dapat menentukan empat suku pertama barisan bilangan jika diketahui rumus umum barisannya (yang bukan barisan aritmetika atau geometri) Aljabar Siswa dapat menentukan jumlah n suku dari deret aritmetika apabila diketahui dua suku yang tidak berurutan Aljabar Siswa dapat menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep barisan/deret aritmetika Aljabar Siswa dapat menyelesaikan permasalahan bunga tunggal yang diselesaikan dengan cara barisan aritmetika Aljabar Siswa dapat menentukan suku ke-n dari suatu deret geometri, jika diketahui 2 suku yang tidak berurutan Aljabar Siswa dapat menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep barisan atau deret geometri Aljabar Siswa dapat menentukan salah satu unsur pada deret geometri tak hingga apabila unsur-unsur lain diketahui Aljabar Siswa dapat menyelesaikan permasalahan bunga majemuk yang diselesaikan dengan cara barisan geometri Aljabar Disajikan grafik daerah penyelesaian siswa dapat menentukan sistem pertidaksamaan liniernya Aljabar Disajikan permasalahan program linier siswa dapat menentukan model matematikanya Aljabar Disajikan sistem pertidaksamaan linier dan fungsi obyektif (x, y) = ax + by, siswa dapat menentukan nilai optimumnya Aljabar Siswa dapat menyelesaikan permasalahan program linier Aljabar Disajikan soal dalam kalimat verbal aplikasi dari bidang kejuruan, siswa dapat menentukan nilai optimumnya Geometri Disajikan sebuah titik di kuadran satu, siswa dapat menentukan titik hasil refleksi terhadap sumbu X atau sumbu Y dan dilanjutkan dengan dilatasi (0, k). 28 Geometri Siswa dapat menentukan bayangan dari sebuah segitiga setelah dilatasi dengan faktor skala k dengan pusat (a, b) yang dinyatakan dalam koordinat Statistic dan peluang Disajikan diagram batang, siswa dapat menentukan persen kenaikan atau penurunan pada periode tertentu apabila diketahui unsur-unsur lainnya Statistic dan peluang Disajikan diagram lingkaran, siswa dapat menentukan salah satu unsur pada diagram tersebut Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan proses mencari nilai rata-rata dari data berkelompok yang disajikan dalam tabel distribusi frekuensi jika banyak kelas k = 6 atau k = Statistic dan peluang Siswa dapat menghitung median dari data berkelompok yang disajikan dalam bentuk histogram Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan proses mencari modus dari data berkelompok yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi jika banyak kelas k = 6 atau

103 Nomor Soal Cakupan Materi Indikator Daya Serap k = Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan simpangan rata-rata dari n data tunggal n = 6 atau n = Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan simpangan standar/baku dari n data tunggal n = 6 atau n = Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan peluang suatu kejadian Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan peluang dua kejadian yang saling bebas Statistic dan peluang Siswa dapat menentukan peluang dua kejadian yang saling lepas Statistic dan peluang Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan kaidah pencacahan Statistic dan peluang Diketahui rata-rata dari n data dan rata-rata gabungan dari n 1 dan n 2, siswa dapat menentukan banyaknya data yang kedua (n 2 ) atau jumlah (n 1 + n 2 ) Nomor Soal Cakupan Materi Tabel 34 Daya Serap Butir Soal Matematika Pariwisata Indikator Daya Serap 1 Aljabar Siswa dapat menyederhanakan bilangan berpangkat dalam bentuk pangkat positif dengan menggunakan sifat-sifatnya, bentuk: a pangkat k kali b pangkat l kali c pankat m dibagi a pangkat x kali b pangkat y kali c pangkat z kuadrat 3 Aljabar Siswa dapat merasionalkan penyebut pecahan yang penyebutnya berupa penjumlahan atau pengurangan bilangan bentuk akar, bentuk: a akar dibagi c akar d plus minus a akar f 4 Aljabar Siswa dapat menentukan nilai logaritma jika diketahui nilai logaritma lain yang berkaitan, dengan menggunakan sifat-sifatnya, bentuk: alog b = p dan alog c = q maka nilai alog d =... 5 Aljabar Siswa dapat menyederhanakan operasi logaritma dengan menggunakan sifat-sifatnya, bentuk alog b n. alog c + alog d= Aljabar Diketahui persamaan kuadrat yang akar-akarnya a dan b siswa dapat menentukan nilai seper alfa kuadrat ditambah seper akar beta kuadrat Aljabar Diketahui persamaan kuadrat yang akar-akarnya x1 dan x2, siswa dapat menentukan persamaan kuadrat baru yang akar-akarnya x1 ± a dan x2 ± a Aljabar Siswa dapat menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat ax2 + bx + c > 0 atau ax2 + bx + c? Aljabar Disajikan matriks A ordo 2 3 dan matriks B ordo 3 2, siswa dapat menentukan hasil dari operasi matriks A B Aljabar Siswa dapat menentukan determinan matriks ordo Aljabar Disajikan matriks A ordo 2 2, siswa dapat menentukan invers matriks A(A 1) Aljabar Disajikan grafik daerah penyelesaian dan fungsi obyektif F(x, y) = ax + by, siswa dapat menentukan nilai optimum Aljabar Disajikan soal dalam kalimat verbal aplikasi dari bidang kejuruan, siswa dapat menentukan nilai optimumnya Aljabar Disajikan barisan bilangan terdiri dari 4 suku, siswa dapat menentukan rumus suku ke-n Aljabar Siswa dapat menentukan besar suku ke-n barisan aritmetika, jika diketahui dua suku yang tidak berurutan

104 Nomor Soal 19 Aljabar 20 Aljabar 21 Aljabar 22 Aljabar 23 Aljabar Cakupan Materi Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Geometri Trigonometri Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan dan Indikator Siswa dapat menentukan jumlah n suku pertama deret aritmetika, jika diketahui nilai dua suku yang tidak berurutan. Disajikan soal cerita aplikasi bidang kejuruan yang berhubungan dengan deret aritmetika, siswa dapat menentukan jumlah n suku pertama. Diketahui dua suku yang tidak berurutan dari barisan geometri, siswa dapat menentukan besar nilai suku ke-n. Disajikan soal cerita aplikasi bidang kejuruan yang berhubungan dengan barisan geometri, siswa dapat menentukan besar suku ke-n. Siswa dapat menentukan rasio deret geometri tak hingga, jika diketahui suku pertama dan jumlah deret geometri tak hingga tersebut. Siswa dapat menentukan salah satu sisi pada segitiga siku-siku, jika diketahui panjang salah satu sisi dan salah satu sudut pada segitiga tersebut. Dapat menentukan nilai tangen suatu sudut alfa di kuadran empat jika diketahui nilai sinus/cosinus sudut tersebut dalam bentuk perbandingan Siswa dapat menentukan panjang salah satu sisi segitiga menggunakan aturan sinus jika unsur-unsurnya diketahui. Dapat menentukan panjang salah satu sisi dengan menggunakan aturan kosinus jika unsur-unsur lain dalam segitiga diketahui Siswa dapat menentukan luas segitiga sembarang, jika diketahui dua sisi dan satu sudut (sudut istimewa) yang diapit Siswa dapat menentukan bayangan titik dari transformasi dilatasi titik P(x, y) dengan pusat O(0,0) dan skala k. Dapat menentukan koordinat bayangan suatu titik setelah dilakukan dua kali transformasi (dilatasi dan refleksi) jika koordinat titiknya diketahui Dapat menentukan koordinat bayangan suatu titik setelah dilakukan 2 kali transformasi (translasi dan rotasi) jika koordinat titiknya diketahui Disajikan data kelompok terdiri dari 5 kelas dan panjang intervalnya 5, siswa dapat menentukan rata-rata hitungnya. Disajikan data kelompok terdiri dari 6 kelas dan panjang intervalnya 5, siswa dapat menentukan modus data tersebut. Disajikan sekelompok data tunggal (n = 11), siswa dapat menentukan salah satu nilai kuartil. Disajikan data kelompok terdiri dari 6 kelas dan panjang interval 3, siswa dapat menentukan nilai salah satu desil. Siswa dapat menentukan nilai simpangan rata-rata dari sekelompok data tunggal (n = 5). Siswa dapat menentukan nilai simpangan baku dari sekelompok data tunggal (n = 6). Diketahui nilai rata-rata sekelompok data dan rata-rata barunya setelah dikurangi 3 data, siswa dapat menentukan nilai rata-rata data yang dikeluarkan dari sekelompok data tersebut. Disajikan data tunggal berbobot yang terdiri dari 6 kelas yang salah satu nilai data tidak diketahui (X), siswa dapat menentukan nilai data yang belum diketahui (X) jika rata-ratanya diketahui. Daya Serap

105 Nomor Soal Kompetensi Tabel 35 Daya Serap Butir Soal Matematika Teknologi Indikator 105 Daya Serap 1 Aljabar Siswa dapat menyederhanakan hasil operasi bilangan berpangkat dalam bentuk a pangkat p kali b pangkat q kali c pangkat r dibagi a pangkat x kali b pangkat y kali c pangkat z, dengan a, b, c variabel dan n, p, q, r, x, y, z merupakan bilangan bulat. 2 Aljabar Siswa dapat menentukan hasil operasi bilangan berpangkat dalam bentuk an ± bp ± cr, dengan a, b, c, n, p, r merupakan bilangan riil Aljabar Siswa dapat menentukan hasil alog x ± blog y ± clog z menggunakan sifat alog an = n Aljabar Siswa dapat menentukan gambar grafik fungsi kuadrat, jika diketahui persamaan grafik fungsi kuadrat Aljabar Siswa dapat menentukan proses menghitung persamaan grafik fungsi kuadrat, jika diketahui unsur-unsurnya Aljabar Siswa dapat menentukan unsur-unsur yang belum diketahui, jika diketahui kesamaan dua matriks Aljabar Siswa dapat menghitung penjumlahan dan pengurangan tiga buah matriks Aljabar Siswa dapat menentukan invers matriks ordo Aljabar Siswa dapat menghitung determinan matriks ordo Aljabar Siswa dapat menentukan sistem pertidaksamaan linier, jika diketahui daerah penyelesaian Aljabar Siswa dapat menentukan model matematika dari soal cerita Aljabar Siswa dapat menentukan nilai optimum (maksimum/minimum) dari suatu sistem pertidaksamaan linier Aljabar Siswa dapat menentukan suku ke-n dari suatu barisan geometri, jika diketahui dua suku yang tidak berurutan Aljabar Siswa dapat menentukan suku pertama/rasio dari suatu deret geometri tak hingga, jika diketahui unsur-unsur yang lain Aljabar Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan deret aritmetika Geometri dan Siswa dapat menentukan diagonal bidang pada sebuah kubus, jika diketahui Trigonometri titik-titik sudut sebuah kubus Geometri dan Siswa dapat menghitung panjang salah satu sisi, jika diketahui panjang satu sisi Trigonometri dan satu sudut istimewa pada segitiga siku-siku Geometri dan Siswa dapat menghitung panjang sisi/besar sudut suatu segitiga sembarang, jika Trigonometri diketahui unsur-unsur yang lain Geometri dan Siswa dapat menghitung luas segitiga jika di ketahui dua sisi dan sebuah sudut Trigonometri terapit Geometri dan Siswa dapat menentukan persamaan garis yang melalui satu titik dan tegak lurus Trigonometri garis yang lain Geometri dan Siswa dapat menentukan persamaan bayangan garis yang merupakan hasil dari Trigonometri sebuah pergeseran (translasi) Geometri dan Trigonometri Siswa dapat menghitung jarak antara dua titik pada balok yang tak sebidang Geometri dan Disajikan sebuah kubus, siswa dapat menghitung jarak antara titik dan garis yang Trigonometri tak sebidang Geometri dan Disajikan kubus, siswa dapat menentukan besar sudut antara dua garis yang Trigonometri terletak pada kubus tersebut Geometri dan Siswa dapat menentukan persamaan lingkaran, jika diketahui titik pusat (a, b) Trigonometri dan titik (x, y) yang dilalui lingkaran tersebut

106 Nomor Soal Kompetensi Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang Statistika peluang 36 Kalkulus 37 Kalkulus 38 Kalkulus 39 Kalkulus 40 Kalkulus dan dan dan dan dan dan dan Indikator Siswa dapat menginterpretasikan data yang diberikan dalam bentuk diagram batang. Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan rata-rata gabungan. Siswa dapat menghitung nilai simpangan rata-rata dari data tunggal (6 atau 7 data) Daya Serap Siswa dapat menghitung nilai kuartil dari suatu data kelompok,, Siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan permutasi Siswa dapat menentukan nilai peluang dari pengambilan 2 bola sekaligus, jika diketahui sebuah kotak yang berisi n bola dengan dua warna berbeda. Siswa dapat menghitung nilai limit dari fungsi aljabar untuk x mendekati suatu bilangan (x a) dengan metode faktorisasi. Siswa dapat menentukan turunan pertama dari fungsi trigonometri f(x) = sin ax ± cos bx. Siswa dapat menentukan nilai turnan p untuk f(x) = ax3 + bx2 + cx + d, dengan a, b, c, d merupakan bilangan bulat. Siswa dapat menentukan integral tak tentu dalam bentuk ò px(ax2 + bx + c) dx, dengan a, b, c, p bilangan bulat. Siswa dapat menentukan integral tak tentu fungsi trigonometri dalam bentuk ò (sin ax ± cos bx) dx. Siswa dapat menghitung luas daerah yang dibatasi kurva, garis x = a, x = b, dan sumbu X G. Perbandingan Capaian Rerata Nilai UN SMK yang Melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Peserta UN SMK tahun 2016 juga terdiri atas dua kelompok yaitu kelompok sekolah yang melaksanakan Kurikukum 2006 dan kelompok sekolah yang melaksanakan Kurikulum Pada suatu provinsi, secara bersamaan terdapat sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum Sehubungan dengan itu, dilakukan analisis untuk melihat perbedaan capaian nilai UN antara kedua karakteristik peserta tersebut. Gambar 63 menunjukkan tidak terdapat perbedaan dalam capaian rerata nilai UN SMK bagi sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2006 dan sekolah yang melaksanakan Kurikulum Walaupun demikian, sebanyak 17 provinsi yang sekolahnya menggunakan Kurikulum 2013 memiliki rerata nilai UN lebih tinggi daripada sekolah yang menggunakan Kurikulum Ini terjadi di Provinsi DKI Jakarta skor 68,47), D.I. Yogyakarta (skor 65,48), Bali (skor 62,70), dan Jawa Tengah (skor 61,52). Sebaliknya, ada 17 provinsi yang sekolahnya menggunakan Kurikulum 2006 memiliki rerata nilai UN lebih tinggi daripada 106

107 sekolah yang menggunakan Kurikulum Ini terjadi pada Provinsi Sumatera Utara (skor 66,28), Papua Barat (skor 60,48), dan Riau (skor 59,71). Gambar 62 Perbandingan Capaian Rerata UN SMK Menggunakan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN SMK Tahun 2015 dan 2016 Capaian rerata nilai UN SMK tahun 2016 lebih rendah daripada tahun 2015, baik berdasarkan status satuan pendidikan maupun menurut mata pelajaran yang diujikan. Rerata nilai UN tahun 2015 yaitu 71,41 dan tahun 2016 menurun menjadi 57,38. Pada tahun 2016, rerata nilai UN SMK negeri dan SMK swasta tidak berhasil mencapai skor 55,01 untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris. Hanya mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mampu dikerjakan peserta UN dengan nilai cukup baik. Pada tahun 2015, capaian rerata nilai UN SMK negeri dan SMK swasta melampaui batas skor minimal (55,01) untuk semua mata pelajaran yang diujikan (Gambar 64). Untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris, rerata nilai yang dicapai termasuk dalam kategori cukup baik, dan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia termasuk dalam kategori baik. Adapun untuk mata pelajaran Teori Kejuruan, capaian rerata nilai UN tahun 2015 dan 2016 masuk kategori baik. 107

108 N + S 2015 NEGERI 2015 SWASTA 2015 N + S 2016 NEGERI 2016 SWASTA 2016 BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS MATEMATIKA Gambar 63 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN Tahun 2015 dan 2016 Selanjutnya, perbandingan capaian rerata nilai UN SMK pada tahun 2016 dan tahun 2015 dianalisis dengan fokus pada data SMK dengan IIUN tinggi. Grafik pada gambar 65 mengalami pergeseran yang menarik, yaitu distribusi data hasil UN mendekati sama antara rerata nilai UN pada tahun 2015 dan Hal ini terjadi karena rerata nilai UN SMK tahun 2015 terkoreksi yaitu menurun tajam skornya untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan rerata nilai UN SMK tahun 2016 hanya relatif kecil pengurangan skornya. Pada tahun 2015, capaian rerata nilai UN SMK berkurang tajam setelah difokuskan pada data kategori IIUN tinggi, dari skor 71,41 menjadi 56,94 atau menurun sebesar 14,53. Sementara itu, pada tahun 2016 capaian rerata nilai UN SMK berkurang tidak begitu besar skornya setelah difokuskan pada data kategori IIUN tinggi, dari skor 57,38 menjadi 56,94 atau menurun sebesar 2,7. Dengan kata lain, analisis perbandingan dengan menggunakan Indeks Integritas UN nampaknya mampu mengungkapkan kondisi sesungguhnya prestasi akademik peserta UN SMK dengan mengkaji data yang lebih kredibel yaitu data IIUN tinggi N + S 2015 NEGERI 2015 SWASTA 2015 N + S 2016 NEGERI 2016 SWASTA 2016 BAHASA INDONESIA BAHASA INGGRIS MATEMATIKA KEJURUAN TOTAL Nilai Batas 55,00 Gambar 64 Perbandingan Capaian Rerata nilai UN SMK Tahun 2015 dan 2016 dengan IIUN Tinggi 108

109 H. Perbandingan Capaian Rerata Nilai UN SMK yang Mengikuti (UNKP) Kategori IIUN Tinggi dengan UNBK Pada tahun 2016 terdapat sebanyak siswa SMK yang mengikuti UN. Dari jumlah peserta tersebut sebanyak peserta (18,35%) mengikuti UNBK dan sisanya mengikuti UNKP. Adapun jumlah SMK yang mengikuti UNBK mencapai sekolah (17,46%) dari total SMK. Sekolah yang mengikuti UNBK harus memenuhi persyaratan kelayakan, seperti kecukupan personal computer dan sarana/prasarana pendukung lainnya maupun aspek kesiapan pengelolaannya. Berikut ini disajikan perbedaan capaian hasil UN antara SMK yang mengikuti UNBK dengan SMK yang mengikuti UNKP (khususnya pada SMK dengan kategori IIUN tinggi). Gambar 65 Perbandingan Capaian Rerata nilai UNKP Kategori IIUN Tinggi dengan UNBK Gambar 66 memperlihatkan grafik antara capaian rerata nilai UN SMK yang mengikuti UNKP kategori IIUN tinggi dengan SMK yang mengikuti UNBK. Secara nasional, capaian rerata UN SMK yang melaksanakan UNBK lebih tinggi daripada capaian hasil UN SMK UNPK kategori IIUN tinggi. Masingmasing mencapai rerata nilai UN 57,00 berbanding 54,68. Namun terdapat 8 provinsi yang memiliki capaian rerata nilai UN lebih tinggi pada SMK yang mengikuti UNPK kategori IIUN tinggi dibandingkan dengan SMK yang mengikuti UNBK. Salah satu provinsi yang memiliki selisih perbedaan rerata nilai UN tertinggi terdapat di Papua Barat dengan capaian rerata nilai UN 55,19 untuk SMK yang mengikuti UNPK IIUN tinggi dan rerata nilai UN 50,92 untuk SMK yang mengikuti UNBK. Sebaliknya, pada sebagian besar provinsi, SMK yang menyelenggarakan ujian melalui UNBK ternyata memperoleh hasil UN yang lebih tinggi daripada SMK yang mengikuti UN secara tertulis dengan kategori IIUN tinggi. 109

110 Bila diamati capaian hasil UN antar provinsi, perbedaan skor yang cukup besar terdapat di Jakarta. Capaian rerata nilai UN SMK di Jakarta yang mengikuti ujian melalui UNBK (skor 63,70) lebih tinggi skornya sebesar 6,05 daripada nilai yang dicapai SMK yang ujian melalui UNKP IIUN tinggi (skor 57,65). Selisih capaian rerata nilai UN yang tinggi di antara SMK yang menjalankan ujian dengan metode berbeda ini juga ditemui di provinsi Kalimantan Utara (selisih skor 5,85), Maluku (selisih skor 5,74), Jawa tengah (selisih skor 4,30), dan Bali (selisih skor 4,16). Dengan kata lain, pada umumnya peserta UN SMK di berbagai provinsi yang mengikuti UNBK lebih tinggi capaian rerata nilai ujiannya dibandingkan dengan SMK yang mengikuti UNKP kategori IIUN tinggi. Hal ini dapat dipahami karena pada umumnya SMK yang berpartisipasi dalam UNBK yaitu SMK yang telah memenuhi persyaratan tertentu oleh penyelenggara UN pusat dan kebanyakan mereka adalah SMK terbaik di wilayahnya. 15 Kejuruan Terbesar di SMK Tabel 36 Jumlah Peserta UN SMK Menurut Kejuruan No. Kejuruan Peserta (%) Kumulatif (%) 1 Teknik Otomotif Kendaraan Ringan ,2 15,2 2 Teknik Komputer dan Jaringan ,4 28,6 3 Akuntansi ,3 39,9 4 Administrasi Perkantoran ,5 50,3 5 Multimedia ,1 55,4 6 Teknik Otomotif Sepeda Motor ,0 60,5 7 Pemasaran ,9 65,3 8 Teknik Permesinan ,8 69,1 9 Rekayasa Perangkat Lunak ,7 71,8 10 Akomodasi Perhotelan ,5 74,3 11 Keperawatan ,2 76,5 12 Farmasi ,0 78,5 13 Jasa Boga ,5 80,1 14 Teknik Instalasi Tenaga Listrik ,4 81,4 15 Teknik Audio Video ,3 82,7 16 Lainnya ,3 100,0 Total ,0 110

111 Ujian Nasional SMK tahun 2016 diikuti oleh peserta yang berasal dari SMK baik negeri maupun swasta. Berbeda dengan dengan SMA yang hanya memiliki 3 program studi (IPA, IPS dan Bahasa), SMK memiliki 164 program yang terbagi dalam 3 kelompok kejuruan. Ketiga kelompok kejuruan tersebut yaitu: 1) Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian; 2) Pariwisata, Seni dan Kerajinan, Teknologi Kerumahtanggaan, Pekerjaan Sosial, dan Administrasi Perkantoran; dan 3) Akuntansi dan Penjualan. Berdasarkan data peserta UN, empat kejuruan yang paling diminati siswa adalah Teknik Otomotif Kendaraan Ringan (15,21%), Teknik Komputer dan Jaringan (13,39%), Administrasi Perkantoran (11,26%), dan Akuntansi (10,67%). Jika digabungkan, jumlah peserta keempat kejuruan mencapai atau lebih dari separuh dari seluruh peserta UN SMK. Sedangkan separuh peserta ujian lainnya tersebar dalam 160 kejuruan di mana setiap kejuruan mempunyai proporsi peserta yang tidak lebih dari 1,00%. Minat siswa terhadap 4 kejuruan tersebut tidak lepas dari tren lapangan kerja yang tersedia saat ini. Selanjutnya, apabila hanya 15 kejuruan terbesar yang diambil, jumlah peserta UN menjadi atau 82,7% dari seluruh peserta UN SMK. Sehingga dapat dikatakan 15 kejuruan tersebut cukup representatif terhadap keseluruhan data yang meliputi 129 lebih prodi lain yang peminatnya lebih sedikit. Gambaran ini akan memudahkan fokus pembinaan pada SMK dengan kejuruan yang banyak diminati siswa. Di sisi lain banyaknya kejuruan di SMK meyebabkan variasi soal ujian yang harus disiapkan juga lebih banyak, termasuk sumber daya yang harus disediakan pemerintah. Dengan pertimbangan tersebut, analisis hasil UN akan difokuskan pada 15 kejuruan terbesar berkriteria IIUN Tinggi. Analisis hasil UN dengan IIUN tinggi akan lebih mencerminkan prestasi siswa yang sesungguhnya. Pembahasan berikutnya adalah siswa yang tidak memenuhi standar kompetensi (siswa yang mendapat nilai Kurang ), khususnya untuk ketiga mata pelajaran yang diujikan dalam UN SMK

112 Proporsi Peserta UN - Semua Kejuruan Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 66 Proporsi Peserta UN SMK Seluruh Kejuruan Hasil ujian nasional SMK seluruh kejuruan menunjukkan bahwa: 1) Bahasa Indonesia perolehan prestasinya relatif baik karena hanya 19,78% atau seperlima pesertanya yang bernilai kurang, dengan kata lain 80% siswa memenuhi standar; 2) Bahasa Inggris kondisinya lebih buruk karena ada 58,97% siswa (lebih dari separuh) yang bernilai kurang; 3) Matematika kondisinya sangat memprihatinkan karena 78,67% bernilai kurang, yang artinya siswa yang memenuhi kompetensi berdasarkan UN hanya sebesar 21,33%. Tingginya jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang atau tidak mencapai standar kompetensi untuk mata pelajaran Bahasa Inggris dan Matematika mengindikasikan bahwa kualitas lulusan SMK masih rendah. Jadi tidak salah jika ada sinyalemen mengenai banyaknya lulusan SMK yang menganggur dibandingkan lulusan SMA. Proporsi Peserta UN - Semua Kejuruan- IIUN Tinggi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 67 Proporsi Peserta UN SMK Seluruh Kejuruan Menurut Mata Pelajaran yang Diujikan, IIUN Tinggi 112

113 Jika yang dipilih hanya peserta UN dari SMK dengan integritasnya tinggi (IIUN diatas 70%), pola urutan nilainya tetap sama: nilai UN yang paling memprihatinkan adalah Matematika dan Bahasa Inggris, dengan proporsi nilai Kurang melebihi 50%. Nilai Kurang pada Bahasa Indonesia pun tidak jauh berbeda (masih dalam kisaran 20%). Proporsi Peserta UN - Kejuruan 15 Besar Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 68 Proporsi Peserta UN SMK 15 Besar Kejuruan Menurut Mata Pelajaran yang Diujikan Ketika data hanya memuat 15 kejuruan terbesar pun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan. Untuk Bahasa Indonesia masih dalam kisaran 20%, Bahasa Inggris 59% dan Matematika 79%. Proporsi Peserta UN - Kejuruan 15 Besar- IIUN Tinggi Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 69 Proporsi Peserta UN SMK 15 Besar Kejuruan menurut Mata Pelajaran yang Diujikan IIUN Tinggi 113

114 Ketika data hanya memuat 15 kejuruan terbesar dengan IIUN tinggi pun polanya masih sama. Secara keseluruhan ada peningkatan proporsi nilai kurang, terutama pada Bahasa Inggris (dari 58% ke 63%) dan Matematika (dari 78% ke 83%). Tingginya proporsi nilai kurang pada UN SMK mungkin disebabkan minat siswa SMK yang berorientasi pelajaran praktik dibandingkan teori (sementara UN adalah tes teori). Kemungkinan lainnya, paket ujian yang disusun tidak sesuai dengan kurikulum yang diberikan, mengingat banyaknya kejuruan di SMK. Akibatnya soal ujian yang disusun tidak mencerminkan kurikulum pada masing-masing kejuruan. Bahasa Indonesia - Kejuruan15 Besar IIUN Tinggi Total Teknik Otomotif Sepeda Motor Teknik Otomotif Kendaraan Ringan Teknik Instalasi Tenaga Listrik Akomodasi Perhotelan Teknik Permesinan Keperawatan Pemasaran Teknik Komputer dan Jaringan Teknik Audio Video Administrasi Perkantoran Multimedia Jasa Boga Rekayasa Perangkat Lunak Akuntansi Farmasi % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 70 Proporsi Peserta UN Bahasa Indonesia menurut 15 Besar Kejuruan IIUN Tinggi Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, secara keseluruhan, ada 20,01% siswa yang mendapatkan nilai Kurang, 40,86% kategori Cukup, 35,13% kategori Baik, dan 35,13% kategori Sangat Baik. Perolehan nilai masing-masing kejuruan relatif bervariasi, dengan proporsi nilai Kurang paling sedikit ada pada Farmasi (hanya 6,46%). Sementara itu, kejuruan Teknik Otomotif Kendaraan Ringan memiliki proporsi nilai Kurang terbanyak (mencapai 32,16%). 114

115 Bahasa Inggris - Kejuruan 15 Besar IIUN Tinggi Total Teknik Otomotif Sepeda Motor Teknik Otomotif Kendaraan Ringan Pemasaran Teknik Instalasi Tenaga Listrik Teknik Permesinan Keperawatan Administrasi Perkantoran Teknik Audio Video Teknik Komputer dan Jaringan Multimedia Akuntansi Rekayasa Perangkat Lunak Jasa Boga Akomodasi Perhotelan Farmasi % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 71 Proporsi Peserta UN Bahasa Inggris menurut 15 Besar Kejuruan IIUN Tinggi Jika dibandingkan dengan Bahasa Indonesia, proporsi siswa yang mendapatkan niai kurang untuk mata pelajaran Bahasa Inggris jauh lebih banyak. Jika dirata-rata, ada 63,79% atau lebih dari 3 kali lipat siswa yang memperoleh nilai Bahasa Inggris yang Kurang. Kalau dicermati, sebagian besar nilainya di atas separuh bahkan ada yang mendekati 80%. Hanya kejuruan Farmasi yang nilainya di bawah separuh, itu pun jumlahnya masih cukup besar (48,58%). Kemampuan berbahasa Inggris sangat berguna dalam dunia kerja, apalagi mengingat bahwa Indonesia harus siap bersaing dengan negara lain di tanah airnya sendiri. Dengan hasil seperti ini, wajar saja apabila ada anggapan bahwa lulusan SMK sulit bersaing. 115

116 Matematika - Kejuruan 15 Besar IIUN Tinggi Total Teknik Otomotif Sepeda Motor Teknik Instalasi Tenaga Listrik Teknik Otomotif Kendaraan Ringan Multimedia Pemasaran Teknik Permesinan Teknik Komputer dan Jaringan Teknik Audio Video Rekayasa Perangkat Lunak Keperawatan Akomodasi Perhotelan Administrasi Perkantoran Jasa Boga Akuntansi Farmasi % 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Kurang Cukup Baik Sangat Baik Gambar 72 Proporsi Peserta UN Matematika menurut 15 Besar Kejuruan Capaian yang sangat mengkhawatirkan adalah capaian mata pelajaran Matematika, karena secara keseluruhan 83,16% siswa masuk dalam kategori Kurang atau di bawah standar kompetensi yang ditentukan. Dengan kata lain hanya 17% yang memenuhi standar kompetensi kelulusan. Bahkan untuk proporsi terkecil pun (kejuruan Farmasi), jumlah yang masuk dalam kategori kurang proporsinya masih sangat besar yaitu mencapai 69,45%. Mata pelajaran Matematika merepresentasikan pemikiran yang logis dan pemecahan masalah dengan otak kiri. Walaupun Matematika mungkin tidak berkaitan erat dengan kompetensi yang dituntut oleh kejuruan mereka (misalnya Jasa Boga), namun hasil Matematika ini menimbulkan pertanyaan apakah siswa SMK memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik. 116

117 Siswa dengan Prestasi Rendah Siswa dengan prestasi rendah adalah siswa dengan capaian UN kategori kurang minimal satu dari tiga mata pelajaran yang diujikan. Siswa dengan prestasi rendah diklasifikasikan dalam 7 kategori, yaitu 1. Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika 2. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris 3. Bahasa Inggris dan Matematika 4. Bahasa Indonesia dan Matematika 5. Hanya Bahasa Indonesia 6. Hanya Bahasa Inggris 7. Hanya Matematika Gambar 73 Proporsi Peserta UN dengan Nilai UN Rendah Dari seluruh peserta UN SMK dengan IIUN tinggi, hanya 12,87% siswa yang memperoleh nilai di atas standar untuk ketiga mata pelajaran. 87,13% siswa setidaknya memperoleh minimal satu pelajaran dengan nilai Kurang. Siswa yang lemah dalam 3 mata pelajaran (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika) besarnya mencapai 19,82% atau mendekati seperlima dari seluruh siswa dengan prestasi rendah. Persentase paling besar ada pada jumlah siswa yang lemah dalam Bahasa Inggris dan Matematika sekaligus (mencapai 49,27%). Dapat disimpulkan bahwa hampir setengah siswa SMK lemah 117

118 dalam Bahasa Inggris dan Matematika. Jika hasil UN Bahasa Inggris dan Matematika dipakai sebagai salah satu tolok ukur standar mutu lulusan SMK, maka hampir separuh lulusan SMK dapat berpotensi berkualitas rendah. 118

119 ANALISIS INDEKS 3 INTEGRITAS UJIAN NASIONAL 119

120 ANALISIS INDEKS INTEGRITAS UJIAN NASIONAL RESUME 1. Analisis terhadap 81 ribu SMP/MTs, SMK, maupun SMA/MA menunjukkan bahwa tingkat integritas (skor IIUN) dan prestasi sebuah sekolah/madrasah (nilai UN) memiliki hubungan timbal balik. Skor IIUN suatu sekolah pada tahun 2015 menjadi prediktor kuat bagi nilai UN sekolah/madrasah tersebut pada tahun Sebaliknya, nilai UN suatu sekolah/madrasah pada tahun 2015 juga menjadi prediktor kuat bagi skor IIUN-nya pada tahun berikutnya. 2. Sifat hubungan antara tingkat integritas (skor IIUN) dan prestasi (nilai UN) bergantung pada kategori tingkat integritas sebuah sekolah/madrasah. Pada sekolah/madrasah yang tergolong berintegritas tinggi (skor IIUN > 80), tingkat integritas berkorelasi positif dengan prestasi. Dengan kata lain, semakin tinggi skor IIUN sebuah sekolah/madrasah, nilai UN-nya juga cenderung semakin tinggi. Sebaliknya, pada sekolah/madrasah yang tergolong berintegritas rendah (skor IIUN 80), tingkat integritas justru berkorelasi negatif dengan prestasi. Dengan kata lain, semakin tinggi skor IIUN sebuah sekolah/madrasah, nilai UN-nya justru cenderung semakin rendah. 3. Temuan-temuan ini menunjukkan adanya dua macam feedback loop terkait dinamika IIUN-UN yang bisa disebut sebagai lingkaran positif dan lingkaran negatif. Pada sekolah/madrasah yang berada dalam lingkaran positif, peningkatan integritas berjalan seiring dengan peningkatan prestasi. Ini dapat terjadi karena peningkatan integritas mencerminkan tingkat usaha dan kesiapan menghadapi UN (yang juga berbuah pada peningkatan nilai UN). Bagi sekolah/madrasah yang berada dalam lingkaran negatif, prestasi yang diperoleh melalui kecurangan menjadi insentif untuk melanjutkan praktik kecurangan pada tahun berikutnya. 4. Untuk memutus siklus lingkaran negatif, diperlukan kebijakan yang menghapus atau setidaknya mengurangi insentif terkait nilai UN pada sekolah/madrasah yang berintegritas rendah. Misalnya, pemerintah dapat memosisikan UN sebagai layanan yang diberikan kepada sekolah/madrasah yang berintegritas tinggi saja. Kebijakan semacam ini kemungkinan besar akan efektif terutama untuk sekolah/madrasah yang memiliki integritas rendah/sedang serta tetap memeroleh nilai UN rendah (di bawah 55). 120

121 Bagian ini menyajikan hasil analisis dinamika integritas dan prestasi pada UN SMP/MTs, SMK, dan SMA/MA dari seluruh Indonesia pada tahun 2015 dan Sejak tahun 2015 Puspendik, Balitbang, Kemdikbud merilis IIUN sebagai upaya untuk membuat wacana dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kejujuran dalam pendidikan. IIUN dihitung berdasarkan pola jawaban peserta ujian yang berada di kelas dan sekolah/madrasah yang sama. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa semakin banyak kemiripan antara pilihan jawaban yang salah pada siswa yang berada di satu kelas dan sekolah/madrasah, semakin rendah IIUN sekolah/madrasah tersebut. Secara konseptual, integritas dan prestasi akademik memiliki kaitan erat. Di satu sisi, integritas yang baik mencerminkan kualitas proses (kesiapan) serta kemampuan, yang pada gilirannya akan membuahkan prestasi yang baik. Di sisi lain, kecurangan dalam ujian (integritas yang buruk) dapat membuahkan prestasi namun bersifat semu, karena tidak mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk memahami derajat dan pola hubungan antara integritas dan prestasi dalam UN, untuk menghasilkan rekomendasi mengenai kebijakan yang berpotensi meningkatkan integritas sekolah/madrasah. Analisis ini memanfaatkan data IIUN dan rerata nilai UN SMP/MTs, SMK, dan SMA/MA dari seluruh Indonesia. Dengan demikian, analisis ini tidak mencakup sekolah/madrasah yang tidak memiliki IIUN karena menyelenggarakan UNBK, atau karena jumlah peserta ujiannya terlalu sedikit. Selain itu, karena hendak melihat tren antar tahun, analisis ini hanya dilakukan pada sekolah/madrasah yang memiliki IIUN berturut-turut pada tahun 2015 dan Dengan kriteria ini, analisis ini mencakup sekolah dari 34 provinsi di Indonesia, dengan perincian yang ditampilkan dalam tabel 37. Tabel 37 Sekolah/ Madrasah yang menjadi sampel penelitian Jenjang dan jenis sekolah/madrasah Jumlah Persen sekolah/madrasah Jenjang SMP/MTs % SMA/MA % SMK % Pengelola Negeri % Swasta % Jenis sekolah Umum % Madrasah/agama % Terbuka % 121

122 Sub Bab ini terdiri dari empat sub-bagian. Sub-bagian pertama mengaji dugaan tentang dua pola hubungan antara integritas dan prestasi. Sub-bagian kedua dan ketiga secara bergantian menelaah kaitan timbal balik antara integritas dan prestasi pada UN. Sub-bagian kedua fokus pada skor IIUN sebagai prediktor nilai UN. Sebaliknya, sub-bagian ketiga mencermati apakah nilai UN memrediksi skor IIUN pada tahun berikutnya. Sub-bagian keempat merangkumkan temuan-temuan dari analisis ini dan menyajikan beberapa rekomendasi kebijakan. Dua macam hubungan antara integritas dan prestasi Hubungan integritas dan prestasi belajar bisa mengambil dua bentuk yang berbeda. Yang pertama adalah hubungan negatif: semakin rendah integritas seseorang, semakin tinggi prestasi yang diperoleh. Dalam hal ini, prestasi merupakan buah dari kecurangan, sehingga prestasi tersebut tidak mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya. Diterapkan pada konteks UN, akan terdapat korelasi negatif antara IIUN dengan nilai UN. Dengan kata lain, semakin luas kecurangan sistematis yang dilakukan, semakin tinggi nilai UN yang diperoleh sebuah sekolah/madrasah. Pola yang kedua adalah hubungan positif: semakin tinggi integritas, semakin tinggi pula prestasi yang diperoleh. Hal ini dapat terjadi karena integritas dan prestasi dalam sebuah ujian seringkali mencerminkan satu variabel yang sama, yakni kesiapan menghadapi ujian tersebut. Semakin tinggi kesiapan, semakin tidak mudah tergoda untuk berbuat curang, sekaligus semakin besar kemungkinan memeroleh hasil yang baik. Diterapkan pada konteks UN, hal ini berarti akan ada korelasi positif antara IIUN dengan nilai UN. Dengan kata lain, semakin siap sebuah sekolah/madrasah dalam menghadapi UN, semakin tinggi pula integritas dan nilainya. Dugaan ini diuji dengan cara memeriksa pola keterkaitan antara skor IIUN dan rerata UN untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika (yang diikuti oleh semua jenis dan jenjang sekolah). Hasilnya ditampilkan dalam dua grafik berikut, masing-masing untuk tahun 2015 dan Tampak bahwa terdapat pola keterkaitan serupa untuk tahun 2015 dan Seperti dugaan, pada sebagian sekolah/madrasah skor IIUN dan nilai UN berkorelasi negatif: semakin tinggi integritas sebuah sekolah/madrasah, semakin rendah nilai UN yang diperoleh. Korelasi negatif ini berlaku hanya untuk sekolah/madrasah dengan IIUN di bawah kisaran skor 80. Sebaliknya, untuk sekolah/madrasah yang memiliki IIUN tinggi (di atas 80), kenaikan skor IIUN berjalan seiring dengan kenaikan nilai UN. 122

123 Dengan kata lain, terdapat korelasi positif antara IIUN dan nilai UN pada sekolah/madrasah berintegritas tinggi 1. Gambar 78 Keterkaitan antara Skor IIUN dan Rerata Hasil Ujian Nasional Tahun 2015 Gambar 79 Keterkaitan antara Skor IIUN dan Rerata Hasil Ujian Nasional Tahun 2016 Pola visual ini terkonfirmasi oleh hasil uji regresi yang mengaitkan skor IIUN dengan nilai UN secara terpisah antara sekolah/madrasah dengan integritas rendah dan tinggi. Secara keseluruhan (pada semua jenjang), untuk sekolah/madrasah yang ber-iiun rendah, setiap kenaikan 10 poin IIUN justru diikuti dengan penurunan nilai UN sebesar 4,5 poin (untuk tahun 2015) dan 4,1 poin (untuk tahun 2016). 1 Dua pola yang sama terjadi pada semua jenjang (SMP/MTs, SMK, dan SMA/MA), sekolah/madrasah swasta dan negeri, serta pada siswa SMA/MA jurusan IPA maupun IPS. 123

124 Sebaliknya, untuk sekolah/madrasah dengan IIUN tinggi, setiap kenaikan 10 poin IIUN diikuti dengan kenaikan nilai UN sebesar 23,5 poin (tahun 2015) dan 21,5 poin (tahun 2016). Pola serupa terjadi pada jenjang SMP/MTs, SMK, maupun SMA/MA. Tabel 38 Hasil Uji Regresi Kaitan IIUN dengan nilai UN semua jenjang R 2 B Std. error t P IIUN rendah 37.60% <0.001 IIUN tinggi 25.90% <0.001 SMP/MTs R 2 B Std. error t P IIUN rendah 42.4% <0.001 IIUN tinggi 27.0% <0.001 SMA/MA R 2 B Std. error t P IIUN rendah 39.6% <0.001 IIUN tinggi 28.8% <0.001 SMK R 2 B Std. error t P IIUN rendah 40.0% <0.001 IIUN tinggi 25.6% <0.001 Tabel 39 Hasil Uji Regresi Kaitan IIUN dengan nilai UN semua jenjang R2 B Std. error t P IIUN rendah 29.9% <0.001 IIUN tinggi 16.6% <0.001 SMP/MTs R2 B Std. error t P IIUN rendah 38.2% <0.001 IIUN tinggi 15.3% <0.001 SMA/MA R2 B Std. error t P IIUN rendah 38.4% <0.001 IIUN tinggi 18.0% <0.001 SMK R2 B Std. error t P IIUN rendah 39.4% <0.001 IIUN tinggi 12.0% <

125 Tingkat integritas sebagai prediktor nilai UN Hubungan antara tingkat integritas dan prestasi pada UN perlu diuji lebih lanjut dengan cara memeriksa apakah data tahun 2015 dapat menjadi prediktor bagi data tahun Hal ini perlu dilakukan baik dengan menggunakan IIUN 2015 maupun UN 2015 sebagai prediktor. Pada sub-bagian ini ditampilkan hasil analisis yang menggunakan skor IIUN 2015 sebagai prediktor terhadap nilai UN Secara umum, hubungan antara tingkat integritas tahun 2015 dengan nilai UN pada tahun berikutnya juga mengikuti pola yang telah dibahas sebelumnya: negatif untuk sekolah/madrasah dengan IIUN rendah, dan positif untuk sekolah/madrasah dengan IIUN tinggi. Karena itu, regresi untuk memprediksi nilai UN tahun 2016 dilakukan secara terpisah berdasarkan skor IIUN Gambar 80 Keterkaitan antara IIUN 2015 dan Rerata Hasil Ujian Nasional Tahun 2016 Hasil regresi mengonfirmasi pola hubungan tersebut. Di antara sekolah/madrasah yang pada tahun 2015 memiliki skor IIUN lebih dari 80, semakin tinggi IIUN pada 2015, semakin tinggi pula nilai UN pada Koefisien regresi menunjukkan bahwa setiap kenaikan 10 poin IIUN terasosiasi dengan kenaikan 19,4 poin pada nilai UN. Sebaliknya, di antara sekolah/madrasah yang pada tahun 2015 memiliki skor IIUN kurang dari atau sama dengan 80, semakin tinggi skor IIUN pada 2015, justru semakin rendah nilai UN pada Setiap kenaikan 10 poin pada skor IIUN terasosiasi dengan penurunan 2,6 poin pada nilai UN tahun berikutnya. 125

126 Tabel 40 Hasil regresi skor IIUN 2015 sebagai prediktor terhadap nilai UN 2016 Kategori IIUN 2015 R Koefisien Std. Square regresi (b) error Korelasi P Tinggi (> 80) 11.6% <.001 Rendah/sedang ( <= 80) 15.8% <.001 Analisis juga dilakukan untuk melihat kaitan antara perubahan IIUN dengan perubahan nilai UN dari tahun 2015 ke Analisis ini dilakukan secara terpisah untuk empat kategori sekolah/madrasah berdasarkan jenis perubahan IIUN-nya, yakni sekolah/madrasah yang: (1) bertahan pada kategori tingkat integritas tinggi (lebih dari 80); (2) naik dari kategori tingkat integritas rendah/sedang ke tinggi; (3) bertahan pada kategori tingkat integritas rendah/sedang; dan (4) turun dari kategori tingkat integritas tinggi menjadi rendah/sedang. Tabel berikut menampilkan hasil regresi yang menggunakan perubahan IIUN untuk memprediksi perubahan nilai UN. Tabel 41 Hasil regresi kaitan antara perubahan skor IIUN dan perubahan nilai UN Perubahan kategori IIUN 2015 ke 2016 R Square Koefisien regresi (b) Std. error Korelasi Tetap tinggi 12.7% <.001 Naik (rendah/sedang ke tinggi) 42.4% <.001 Tetap rendah/sedang 31.7% <.001 Turun (tinggi ke rendah/ sedang) 21.4% <.001 P Hasil regresi mengarah pada simpulan yang konsisten dengan analisis sebelumnya. Peningkatan IIUN berjalan beriringan dengan peningkatan nilai UN pada sekolah/madrasah yang bertahan pada tingkat integritas tinggi di tahun 2015 dan 2016 (baris pertama). Pada sekolah/madrasah yang lain, peningkatan IIUN dari 2015 ke 2016 justru memprediksi penurunan nilai UN pada kedua tahun tersebut. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa tingkat integritas merupakan prediktor yang cukup kuat terhadap nilai UN pada tahun berikutnya. 126

127 Nilai UN sebagai prediktor tingkat integritas Analisis pada bagian ini ditujukan untuk melihat apakah nilai UN sebuah sekolah/madrasah memprediksi tingkat integritasnya pada tahun selanjutnya. Bila terbukti, hal ini menunjukkan bahwa kaitan antara prestasi dan integritas bersifat timbal balik. Dasar dari dugaan ini adalah prestasi pada UN bisa berdampak pada efikasi atau keyakinan tentang kemampuan dan/atau kesiapan menghadapi UN pada tahun berikutnya. Semakin rendah nilai UN yang diperoleh, semakin rendah pula keyakinan diri untuk menghadapi UN pada tahun berikutnya. Hal ini dapat mendorong sebuah sekolah/madrasah untuk tergoda menurunkan integritasnya (melakukan kecurangan untuk mendapatkan nilai UN yang lebih tinggi). Dugaan ini diuji melalui analisis regresi dengan nilai UN 2015 sebagai prediktor skor IIUN Karena analisis ini bergantung pada validitas skor UN 2015, maka pengujiannya dilakukan secara terpisah berdasarkan kategori IIUN tahun Pada sekolah/madrasah yang pada tahun 2015 memiliki IIUN tinggi (>80), nilai UN diasumsikan relatif valid sebagai indikator kemampuan/hasil belajar yang sesungguhnya. Pada sekolah/madrasah tersebut, hasil regresi menunjukkan bahwa terdapat asosiasi positif antara nilai UN 2015 dengan skor IIUN 2016 (R=.266). Secara rata-rata, kenaikan 10 poin nilai UN pada tahun sebelumnya memprediksi kenaikan skor IIUN sebesar 1,3 poin pada tahun selanjutnya. Dilihat dari sisi sebaliknya, semakin buruk nilai UN sebuah sekolah/madrasah, semakin mungkin sekolah/madrasah tersebut menurunkan integritas pada UN tahun berikutnya. Gambar 81 Analisis Prediktor Nilai UN 2015 terhadap IIUN 2016 Pola ini berbalik ketika yang dilihat adalah sekolah/madrasah dengan indeks integritas rendah dan sedang. Pada sekolah/madrasah tersebut, semakin tinggi nilai UN pada tahun 2015, skor IIUN-nya 127

128 justru semakin rendah pada tahun Setiap kenaikan 10 poin nilai UN 2015 terasosiasi dengan penurunan IIUN 2016 sebesar 3.9 poin (untuk sekolah/madrasah ber-iiun rendah pada tahun 2015) dan 2 poin (untuk sekolah ber-iiun sedang pada tahun 2015). Mengapa terjadi korelasi negatif antara nilai UN dengan tingkat integritas tahun berikutnya pada kelompok sekolah/madrasah yang ber-iiun rendah? Salah satu kemungkinan penjelasan adalah bahwa jika sebuah sekolah/madrasah memeroleh nilai UN yang relatif tinggi melalui kecurangan (pada tahun 2015), sekolah/madrasah tersebut akan terdorong untuk mengulangi kecurangan tersebut pada tahun selanjutnya. Dengan kata lain, semakin tinggi nilai UN 2015 yang diperoleh melalui kecurangan, semakin rendah skor IIUN pada tahun berikutnya. Asosiasi ini seharusnya berlaku terutama pada sekolah/madrasah yang memeroleh nilai UN tinggi melalui kecurangan. Pada sekolah/madrasah yang meski sudah curang tetap memeroleh nilai UN rendah, asosiasi antara nilai UN dengan skor IIUN pada tahun berikutnya seharusnya lebih lemah (karena pengalaman bahwa kecurangan tidak memberi insentif yang diharapkan). Gambar 82 Kaitan antara Nilai UN 2015 dan Skor IIUN 2016 pada Sekolah Kategori IIUN Rendah Grafik di atas memerlihatkan kaitan antara nilai UN 2015 (sumbu horizontal) dan skor IIUN 2016 (sumbu vertical), khusus pada sekolah/madrasah dengan indeks integritas di bawah 80 pada tahun Seperti dugaan, tampak bahwa untuk sekolah/madrasah yang mendapat nilai UN relatif rendah (di bawah 55, sebelah kiri garis putus-putus), tidak ada kaitan sistematis antara nilai UN dengan skor IIUN pada tahun berikutnya. Sebaliknya, pada sekolah/madrasah yang memeroleh nilai UN relatif tinggi (55 atau lebih), nilai UN tersebut menjadi prediktor kuat bagi tingkat integritas pada tahun selanjutnya. 128

KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SOSIALISASI KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/ MATERI 1 2 3 4 5 Kebijakan Ujian Nasional Uji Kompetensi Keahlian SMK Penyelenggaraan Ujian

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TIMUR SOSIALISASI KEBIJAKAN DAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DASAR HUKUM UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Lebih terperinci

PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PANDUAN PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PERBAIKAN TAHUN PELAJARAN 2015/ BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR: 0040/P/BSNP/VI/ TENTANG PANDUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 BAHAN PRESS RELEASE PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN 2011/2012 I. Dasar 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 58 ayat (2);

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012

UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL SD/MI dan SDLB SMP/MTs, SMPLB, dan SMALB SMA/MA dan SMK Tahun Pelajaran 2011/2012 dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan dan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR PROVINSI JAWA TIMUR PEMANTAPAN PENGAMANAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/ Hotel Sahid Surabaya, 1 April 1 DASAR HUKUM UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No 34/2007

Lebih terperinci

SOSIALISASI POS UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SOSIALISASI POS UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SOSIALISASI POS UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/ Hotel Sahid Surabaya, 19 Maret MATERI 1 2 3 4 5 Kebijakan Ujian Nasional Penyelenggaraan Ujian Nasional Pelaksanaan Ujian Nasional Uji Kompetensi SMK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008

UJIAN NASIONAL. SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/SMALB, DAN SMK 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No 34/2007

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAH PELAJARAN 2015/ BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2015 b. Penggandaan dan pendistribusian bahan ujian teori kejuruan SMK/MAK dilaksanakan

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/ MATERI 1 2 3 4 5 Kebijakan Ujian Nasional Penyelenggaraan Ujian Nasional Pelaksanaan Ujian Nasional Uji Kompetensi SMK Tanggal Penting 1 Kebijakan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 GELOMBANG II (OKTOBER 2017)

PETUNJUK PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 GELOMBANG II (OKTOBER 2017) 1 PETUNJUK PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 GELOMBANG II (OKTOBER 2017) 1. Pendahuluan a. Dasar pelaksanaan Ujian Nasional Gelombang II Tahun 2017 adalah: 1) Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL TAHUN November - Desember 2015

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL TAHUN November - Desember 2015 SOSIALISASI UJIAN NASIONAL TAHUN 2016 November - Desember 2015 1 OUTLINE Posisi UN dalam Sisdiknas Pelaksanaan UN 2016 1. Kebijakan Umum 2. Pengaturan Teknis a. UN Perbaikan 2015 b. UN 2016 2 1 Pengantar:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.381, 2015 KEMENDIKBUD. Peserta Didik. Kelulusan. Ujian Nasional. Ujian Sekolah. Madrasah. SMP/MTs. SMA/MA/SMK. Sederajat. Kriteria. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG

SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG ASSALAMU ALAIKUM SELAMAT DATANG ORANG TUA / WALI SISWA KELAS IX SMP ISLAM TERPADU PAPB SEMARANG SEMARANG, 25 PEBRUARI 2017 SOSIALISASI UJIAN NASIONAL, UJIAN SEKOLAH & UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL TAHUN November - Desember 2015

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL TAHUN November - Desember 2015 SOSIALISASI UJIAN NASIONAL TAHUN 2016 November - Desember 2015 1 OUTLINE Posisi UN dalam Sisdiknas Pelaksanaan UN 2016 1. 2. Kebijakan Umum Pengaturan Teknis a. UN Perbaikan 2015 b. UN 2016 2 Pengantar:

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 75 TAHUN 2009 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs), SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMPLB), SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK, PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL,

Lebih terperinci

- 1 - DRAF PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG

- 1 - DRAF PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG - 1 - PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR xxx TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK, PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL, DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH/PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR PROVINSI JAWA TIMUR SOSIALISASI Dan Penanda Tanganan MoU Serta Pakta Integritas UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Hotel Sahid Surabaya, 26 Maret 2015 1 DASAR HUKUM UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR 0149/P/BSNP/XII/2010 TENTANG

PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR 0149/P/BSNP/XII/2010 TENTANG PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR 0149/P/BSNP/XII/2010 TENTANG PROSEDUR OPERASI STANDAR PENCETAKAN BAHAN UJIAN NASIONAL SD/MI, SDLB, SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, DAN SMK TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 LATAR BELAKANG Salah satu upaya untuk mewujudkan pendidikan berkualitas diperlukan sistem penilaian yang dapat dipercaya (credible), dapat diterima (acceptable),

Lebih terperinci

KESIAPAN JATIM DALAM UJIAN NASIONAL SMP/MTS & SMA/SMK/MA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KESIAPAN JATIM DALAM UJIAN NASIONAL SMP/MTS & SMA/SMK/MA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KESIAPAN JATIM DALAM UJIAN NASIONAL SMP/MTS & SMA/SMK/MA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 CALON PESERTA UJIAN NASIONAL TAHUN 2013/2014 DI JAWA TIMUR SMP / MTs TAPEL 2014 JENJANG JUMLAH 541.007 Siswa SMP / MTs

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2011. Tim Penyusun

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2011. Tim Penyusun Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014

LAPORAN UJIAN NASIONAL 2014 LAPORAN UTAMA LAPORAN HASIL UJIAN NASIONAL TAHUN 2014 KEMENTERIANN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAAN ii Pengarah: Furqon Penanggungjawab: Nizam Tim Penyusun: Rahmawati Mira Josy Moestadi Benny Widaryanto Th.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN

Lebih terperinci

SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/ MATERI 1 2 3 4 5 Kebijakan Ujian Nasional Penyelenggaraan Ujian Nasional Pelaksanaan Ujian Nasional Uji Kompetensi SMK Tanggal Penting 1 Kebijakan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER

UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER MEKANISME PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER UNTUK PERBAIKAN NILAI UNP 2016 Pusat Penilaian Pendidikan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PERSYARATAN PESERTA

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, DAN SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011

PROSEDUR OPERASI STANDAR PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, DAN SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 PROSEDUR OPERASI STANDAR PENCETAKAN DAN PENDISTRIBUSIAN BAHAN UJIAN NASIONAL SMP/MTs, SMPLB, SMA/MA, SMALB, DAN SMK TAHUN PELAJARAN 2010/2011 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2011 PERATURAN BADAN STANDAR

Lebih terperinci

PERSIAPAN UJIAN NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PERSIAPAN UJIAN NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PERSIAPAN UJIAN NASIONAL 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 19 Desember 2013 1 Tujuan UN PP 19 / 2005 (jo, PP 32 / 2013) tentang SNP Pasal 68 Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan

Lebih terperinci

No.1678, 2014 KEMENDIKBUD. Kelulusan. Peserta Didik. Satuan Pendidikan. Ujian Sekolah. Madrasah. Kesetaraan Ujian Nasional. Kriteria.

No.1678, 2014 KEMENDIKBUD. Kelulusan. Peserta Didik. Satuan Pendidikan. Ujian Sekolah. Madrasah. Kesetaraan Ujian Nasional. Kriteria. No.1678, 2014 KEMENDIKBUD. Kelulusan. Peserta Didik. Satuan Pendidikan. Ujian Sekolah. Madrasah. Kesetaraan Ujian Nasional. Kriteria. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA

PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2013 DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DKI JAKARTA 1 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK

Lebih terperinci

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi

alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015

SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015 SELAMAT DATANG PADA ACARA SOSIALISASI UN DAN SNMPTN TAHUN 2015 SMA LABORATORIUM (PERCONTOHAN) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 31 JANUARI 2015 GD. KESENIAN DAN KEBUDAYAAN - UPI SUSUNAN ACARA No Waktu Acara

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH MELALUI UJIAN NASIONAL, DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH SATUAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR : 0031/P/BSNP/III/2015 TANGGAL 13 MARET 2015

PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR : 0031/P/BSNP/III/2015 TANGGAL 13 MARET 2015 PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR : 0031/P/BSNP/III/2015 TANGGAL 13 MARET 2015 JADWAL UJIAN No Hari dan Tanggal UN Utama UN Susulan Pukul Mata pelajaran 1. Senin,13 April 2015 Senin,20

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH ATAS/ MADRASAH ALIYAH (SMA/MA) TAHUN PELAJARAN 2008/2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2007 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMP/MTs/SMPLB),

Lebih terperinci

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar

Tanya Jawab Pelaksanaan Ujian Nasional Wednesday, 28 December :24. Kata Pengantar Kata Pengantar Dalam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru wajib

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER Skala Ujian Nasional UNBK

Lebih terperinci

Persiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Persiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Persiapan dan Kesiapan Ujian Nasional dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 PERSIAPAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH PADA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH DAN SEKOLAH LUAR BIASA KABUPATEN DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN DEMAK TAHUN

Lebih terperinci

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Di SMPN 2 WONOSALAM Demak, Senin, 09 Maret 2015

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015. Di SMPN 2 WONOSALAM Demak, Senin, 09 Maret 2015 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN SOSIALISASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Di SMPN 2 WONOSALAM Demak, Senin, 09 Maret 2015 CONTENT 1 2 3 Reformasi Pendidikan Tugas dan Wewenang BSNP

Lebih terperinci

BUKU SAKU UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018

BUKU SAKU UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 BUKU SAKU UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2017/2018 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2017 KATA PENGANTAR Ujian Nasional (UN) diselenggarakan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan peserta didik pada

Lebih terperinci

Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Rapat Koordinasi Sosialisasi UN & USBN Tahun 2018 Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 1 Kebijakan UN & USBN 2018 KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL DAN USBN

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (POS USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (POS USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (POS USBN) TAHUN PELAJARAN 2017/2018 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2018 i PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Tim Penyusun KATA PENGANTAR Ujian Nasional (UN) diselenggarakan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan peserta didik pada jenjang satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai hasil dari proses pembelajaran

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A/ULA, PROGRAM PAKET B/WUSTHA, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN 2011

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A/ULA, PROGRAM PAKET B/WUSTHA, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN 2011 PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A/ULA, PROGRAM PAKET B/WUSTHA, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TAHUN 1 PERATURAN BADAN STANDAR

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A, PRORAM PAKET B, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN 2010

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A, PRORAM PAKET B, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN 2010 PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PROGRAM PAKET A, PRORAM PAKET B, PROGRAM PAKET C, DAN PROGRAM PAKET C KEJURUAN TAHUN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TAHUN KEPUTUSAN BADAN STANDAR NASIONAL

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL 2007/2008

UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL 2007/2008 UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 94 Ayat (d) 3. Permen No

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144 TAHUN 2014 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDIDIKAN DAN PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH/PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. NOMOR : 067 Tahun 2012

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. NOMOR : 067 Tahun 2012 PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Alamat : Jalan Cendana 9 Yogyakarta 55166 Telepon (0274) 523340, 541322, 513696 Faks 513132 Laman : http://www.pendidikan-diy.go.id

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2018

KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2018 RAPAT KOORDINASI KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2018 Jakarta, 25 Oktober 2017 Penilaian dalam Sisdiknas SKL, SI, S. Proses dan S. Penilaian menjadi acuan pengembangan kurikulum KI dan KD dalam struktur

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH SATUAN PENDIDIKAN DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK Serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/ Ula, Paket B/Wustha, Paket C dan Paket C kejuruan SD/MI dan SDLB Tahun

Lebih terperinci

HASIL UJIAN NASIONAL

HASIL UJIAN NASIONAL HASIL UJIAN NASIONAL (U N ) PROVINSI JAMBI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 POKOK BAHASAN I. DASAR HUKUM, II. PENGERTIAN/TUJUAN PENYELENGGARAN UN III. PROSES PENDATAAN (DAPODIK), IV. HASIL UN V. INDEKS INTEGRITAS

Lebih terperinci

PEMBAHASAN KEBIJAKAN USBN

PEMBAHASAN KEBIJAKAN USBN PEMBAHASAN KEBIJAKAN USBN TAHUN PELAJARAN 2017/2018 23 November 2017 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 1 2 USBN 2018 : BAHAN DISKUSI BAHAN DISKUSI 1. Mapel USBN/UAMBN

Lebih terperinci

Revisi Maret 2016 KATA PENGANTAR

Revisi Maret 2016 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Ujian Nasional (UN) diselenggarakan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan peserta didik jenjang satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai hasil dari proses pembelajaran

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2012

PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN 2012 PROSEDUR OPERASI STANDAR (POS) UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN TAHUN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR: 0018/P/BSNP/VI/ TENTANG PROSEDUR OPERASI STANDAR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 78 TAHUN 2008 TENTANG UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH/SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA (SMP/MTs/SMPLB), SEKOLAH MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL Iy, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN SEKOLAH/MADRASAH DAN UJIAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. NOMOR : 015 Tahun 2011

KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. NOMOR : 015 Tahun 2011 KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 015 Tahun 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL BAGI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMP NEGERI 3 MRANGGEN NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN KEPALA SMP NEGERI 3 MRANGGEN NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA Jl. Pucanggading Raya, Batursari, Mranggen, Demak. Telp. (024) 76743740 SURAT KEPUTUSAN KEPALA NOMOR : 870 / 083 / 2015 TENTANG PROSEDUR

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, Februari 2017 KEPALA DINAS. Dr. IKHSAN,S.Psi, MM Pembina Utama Muda NIP

KATA PENGANTAR. Surabaya, Februari 2017 KEPALA DINAS. Dr. IKHSAN,S.Psi, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya Petunjuk Teknis Pelaksanaan Ujian Sekolah/Madrasah (US/M) jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOSIALISASI UJIAN NASIONAL SMA/MA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DasarPelaksanaanUjianNasional 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN 2007/2008 SUMBER BAHAN 1. UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas Pasal 58 Ayat (2) 2. PP No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 3. Permen No. tentang tentang Ujian

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PANDUAN PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH SMP TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON DINAS PENDIDIKAN Jln. Sunan Drajat No.10 Telp. (0231) 321266 SUMBER 45611 2013 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

OUTLINES

OUTLINES OUTLINES 1. 2. 3. 4. 5. 6. DASAR HUKUM UN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 JADUAL UN PAKET SOAL DAN SAMPUL NASKAH KEGIATAN PENYIMPANAN DAN DISTRIBUSI NASKAH SOAL UN JADUAL PENDISTRIBUSIAN NASKAH SOAL UN HAL-HAL

Lebih terperinci

(1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA Jalan Cendana No.9 Yogyakarta Telepon (0274) 550330,513132 Faksimile (0274) 513132 Website: www.pendidikan-diy.go.id

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER UNBK

UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER UNBK UJIAN NASIONAL BERBASIS KOMPUTER UNBK RAPAT KOORDINASI PROPINSI 20 22 Oktober 2016 PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Sistem Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2006 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL, & UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN 2018

UJIAN NASIONAL, & UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN 2018 UJIAN NASIONAL, & UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL TAHUN 2018 PENGERTIAN UJIAN NASIONAL (UN) adalah kegiatan pengukuran capaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran tertentu secara nasional dengan mengacu

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2014/2015 BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2015 PERATURAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN NOMOR: /P/BSNP/II/2015 TENTANG PROSEDUR

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL

PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL PROSEDUR OPERASI STANDAR UJIAN NASIONAL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA, MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH MENENGAH PERTAMA LUAR BIASA, SEKOLAH MENENGAH ATAS, MADRASAH ALIYAH, SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA, DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa.

BERITA NEGARA. No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.19, 2011 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL. Ujian Sekolah. Ujian Nasional. SD.Ibtidaiyah. SD Luar Biasa. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOSIALISASI UJIAN NASIONAL. SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2013/2014

DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOSIALISASI UJIAN NASIONAL. SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SOSIALISASI UJIAN NASIONAL SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2013/2014 1 DasarPelaksanaanUjianNasional 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

(1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

(1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (1) PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA Jalan Cendana No.9 Yogyakarta Telepon (0274) 550330,513132 Faksimile (0274) 513132 Website: www.pendidikan-diy.go.id

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2011

PERUBAHAN PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2011 PERUBAHAN PENYELENGGARAAN UN TAHUN 2011 1. Tidak ada Ujian Ulang 2. Ujian Sekolah dilaksanakan sebelum Ujian Nasional 3. Jadwal pelaksanaan Ujian Nasional SMA/MA SMK mulai 18 April 4. Jadwal pelaksanaan

Lebih terperinci

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

TANYA-JAWAB PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL 1 2 D Kata Pengantar alam proses pembelajaran, penilaian dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, guru

Lebih terperinci

RAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017

RAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017 RAKOR UN & UJIAN SEKOLAH 2017 KEBIJAKAN UJIAN NASIONAL DAN UJIAN SEKOLAH 2017 1. UN merupakan penilaian hasil belajar oleh Pemerintah. Pelaksanaan UN dilakukan melalui UNBK. Jika UNBK tidak dapat dilaksanakan

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK

UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia Latar

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI

PEMERINTAH PROVINSI BALI PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN LAHRAGA Alamat: Jalan Raya Puputan Renon Denpasar, 80235 Telp. (0361) 226119, 235105 PETUNJUK PELAKSANAAN UJIAN SEKOLAH SD/MI/SDLB DAN PAKET A TERKOORDINASI

Lebih terperinci

Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL. dipersiapkan oleh. Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia

Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL. dipersiapkan oleh. Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia Sosialisasi Penyelenggaraan UJIAN NASIONAL bagi SD/MI/SDLB dan SMA/MA-SMP/MTs/SMPLB-SMALB-SMK dipersiapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan Kementrian Pendidikan Nasional, Republik Indonesia Tujuan

Lebih terperinci

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015

SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015 SOSIALISASI UJIAN NASIONAL (UN) DAN UJIAN SEKOLAH (US) TAHUN 2015 SUKSES US, UN DAN SNMPTN 2015 NO AGENDA KET 1 Pembukaan Kepala TU 2 Sambutan Kepala Sekolah NURSYAMSUDIN 3 Paparan UN, US, dan SNMPTN Wakil

Lebih terperinci

TENTANG PANITIA UJIAN NASIONAL TINGKAT PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG PANITIA UJIAN NASIONAL TINGKAT PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINANTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 040/P/2015 TENTANG PANITIA UJIAN NASIONAL TINGKAT PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PERTEMUAN ORANG TUA/WALI SISWA SOSIALISASI UN 2015

PERTEMUAN ORANG TUA/WALI SISWA SOSIALISASI UN 2015 PERTEMUAN ORANG TUA/WALI SISWA SOSIALISASI UN 2015 Hasil Test Penjajakan (Try Out) UN 2015 Sekolah telah mengikuti test penjajakan yang diselenggarakan oleh beberapa Stake Holder: Test penjajakan tingkat

Lebih terperinci

DRAFT KATA PENGANTAR. Surabaya, 10 Pebruari 2017 KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

DRAFT KATA PENGANTAR. Surabaya, 10 Pebruari 2017 KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan rakhmat dan hidayahnya sehingga dapat terselesaikannya buku Pedoman Teknis Penyelenggaraan Ujian Nasional, Ujian

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 0243 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 593 TAHUN 2013 NOMOR 361 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA NOMOR 593 TAHUN 2013 NOMOR 361 TAHUN 2013 TENTANG ! KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 593 TAHUN 2013 NOMOR 361 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL PENDIDIKAN KESETARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK Serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/ Ula, Paket B/Wustha, Paket C dan Paket C kejuruan SD/MI dan SDLB Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PEMERINTAH DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMINDAIAN UJIAN NASIONAL TAHUN Jakarta, 21 Maret 2018

RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMINDAIAN UJIAN NASIONAL TAHUN Jakarta, 21 Maret 2018 RAPAT KOORDINASI TEKNIS PEMINDAIAN UJIAN NASIONAL TAHUN 2018 Diselenggarakan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik), Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 21 Maret 2018 KEPANITIAAN

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR. Tahun Pelajaran 2012/2013 OLEH : KEPALA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR UJIAN NASIONAL SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA, SMALB dan SMK Serta Pendidikan Kesetaraan Program Paket A/ Ula, Paket B/Wustha, Paket C dan Paket C kejuruan SD/MI dan SDLB Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 0203 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 0203 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN KEPALA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA, DAN OLAHRAGA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 0203 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN UJIAN NASIONAL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDID

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA KELULUSAN PESERTA DIDIK DARI SATUAN PENDID KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Jl. Jenderal Sudirman Senayan, Jakarta JAKARTA Telepon No. 5711144 (Hunting) Laman: www.kemdikbud.go.id Nomor : Lampiran: 1 (satu) berkas Hal : Penyampaian Salinan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2005/2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Tim Penyusun KATA PENGANTAR Ujian Nasional (UN) diselenggarakan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan peserta didik pada jenjang satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah sebagai hasil dari proses pembelajaran

Lebih terperinci