HUBUNGAN SPEECH INTELLIGIBILITY SUARA PRIA TERHADAP TINGKAT TEKANAN BUNYI BISING LATAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN SPEECH INTELLIGIBILITY SUARA PRIA TERHADAP TINGKAT TEKANAN BUNYI BISING LATAR"

Transkripsi

1 HUBUNGAN SPEECH INTELLIGIBILITY SUARA PRIA TERHADAP TINGKAT TEKANAN BUNYI BISING LATAR Titi Desi Tyaswati 1), Lila Yuwana,M.Si 2), Dra. Lea Prasetio,M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 6111 Telp: (31) , Fax: (31) ) Abstrak Penelitian tugas akhir ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara speech intelligibility suara pria terhadap tingkat tekanan bunyi bising latar. Metode yang digunakan adalah memperdengarkan kata-kata uji khusus yang terdapat pada Phonetically Balanced Word List (PB. Word List) dengan gangguan background noise jenis white noise, pink noise dan brown noise pada 2 orang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai speech intelligibility yang dihasilkan untuk Leq Speech 7 db menggunakan bakground noise jenis brown noise (56,7%-93,75%) lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan background noise jenis white noise (34,75%-84,5%) dan pink noise (45,75%- 92,25%). Berbagai variasi Leq speech tidak berpengaruh secara signifikan terhadap speech intelligibility untuk SNR +5 db Nilai SI yang menggunakan background noise jenis brown noise lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan background noise jenis white noise dan pink noise. Kata kunci : Speech Intelligibility, PB. Word List, Background Noise, Leq speech, SNR 1. PENDAHULUAN Komunikasi sering kali terganggu dalam kondisi yang sangat bising, dan hal ini membuat pendengar mengalami kesulitan dalam memahami kata yang disampaikan oleh pembicara. Semakin tinggi level bising yang ada di lingkungan tersebut, semakin sulit seseorang memahami kata yang disampaikan oleh pembicara. Telah dilakukan penelitian dalam tugas akhir yang dilakukan oleh Faris Farianto yang berjudul Hubungan Speech Intelillgibility suara wanita terhadap tingkat tekanan bunyi bising latar dan tugas akhir dari Akhmad Fakhrurozi yang berjudul Pengaruh Background Noise terhadap Speech Intelligibility. Dari penelitian keduanya didapatkan beberapa kesimpulan, salah satunya yaitu semakin besar speech to noise ratio maka semakin besar pula speech intelligibilitynya. Pada kedua penelitian tersebut sumber yang digunakan adalah suara wanita. Dalam

2 kehidupan sehari-hari pembicara tidak hanya wanita, pembicara pria juga ada. Oleh karena itu pada penelitian kali ini sumber suara yang digunakan adalah suara pria, dan dicari hubungan antara speech intelligibility suara pria terhadap tingkat tekanan bunyi bising latar. 2. TINJUAUAN PUSTAKA 2.1 Suara Manusia Suara manusia dihasilkan oleh pita suara yang bergetar. Proses produksi suara manusia awalnya dihasilkan oleh tekanan glotis dari paru-paru. Proses ini yang menghasilkan aliran udara ke pita suara dan menyebabkan getaran pada membran pita suara sehingga menghasilkan suara manusia yang keluar melalui mulut dan hidung. Gambar 1. Rentang frekuensi speech dan beberapa instrumen musik Dalam Gambar 1 terlihat rentang frekuensi speech dan bunyi beberapa instrumen musik. Frekuensi getaran-getaran pita suara tergantung pada msasa dan ketegangan pita suara itu sendiri. Pria memiliki pita suara lebih panjang dan berat daripada pita suara wanita. Karena itulah seperti terlihat pada gambar suara pria mempunyai frekuensi terendah sekitar 125 Hz sedangkan pada wanita umumnya memiliki frekuensi terendah sekitar 25Hz. 2.2 Faktor-faktor yang Menentukan Kejelasan Suara Ucapan. Jika sebuah ruangan difungsikan untuk ruang percakapan, misalnya ruang konferensi, ruang drama, ruang kelas dan ruang pengadilan, maka salah satu parameter akustik yang harus diperhatikan adalah tingkat kejelasan kata. Kejelasan suara ucapan sangatlah penting dalam komunikasi lisan. Pengucapan kata harus jelas agar dimengerti apa yang diucapkan. Tidak hanya itu, kejelasan suara ucapan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kondisi bising sekitar lingkungan tempat terjadinya percakapan, pengucapan kata pembicara, kondisi kesehatan pendengar dan kata yang diucapkan apakah familiar didengar pendengar atau tidak. Kondisi bising sekitar lingkungan tempat terjadinya percakapan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap kejelasan suara ucapan dari pembicara ke pendengar. Pada tempat yang memiliki tingkat bising latar yang tinggi, pendengar akan kesulitan untuk mengerti informasi yang disampaikan pembicara. Pembicara harus berbicara lebih keras agar pendengar mengerti apa yang diutarakan pembicara. Pengucapan kata pembicara memegang peran penting dalam kejelasan suara ucapan.

3 Cepat atau lambat melafalkan kata, dan aksentuasi dari pembicara sangat mempengaruhi pemahaman kata oleh pendengar. Kondisi kesehatan pendengar yang sedang sakit atau kelelahan akan membuat pendengar sulit berkonsentrasi dalam berkomunikasi. Kondisi kesehatan telinga manusia juga berbedabeda pada tiap orang, dan hal ini juga mempengaruhi penerimaan informasi dari pembicara. Familiar atau tidaknya kata yang diucapkan bagi pendengar juga mempengaruhi kejelasan suara ucapan yang diterima pendengar. Jika kata yang diucapkan oleh pembicara dirasa familiar oleh pendengar maka akan mudah diterima oleh pendengar. Sebaliknya, jika kata yang diucapkan oleh pembicara mengandung kata-kata yang dirasa tidak familiar oleh pendengar, maka informasi yang disampaikan oleh pembicara kepada pendengar akan sulit diterima sepenuhnya. kata yang didengar dengan benar oleh pendengar. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur kejelasan suara ucapan adalah dengan menggunakan kalimat yang bermakna, kata-kata dan suku kata tak bermakna, yang dibacakan oleh seorang pembicara dan diperdengarkan ke pendengar. Ini dapat dipresentasikan pada berbagai tingkatan pada berbagai kebisingan latar belakang. Karena adanya perbedaan level dari suara pembicara dan suara dari background noise maka perlu kita ketahui apa yang dimaksud dengan Speech to noise ratio (SNR), yang membandingkan level suara yang didengar dengan level kebisingan latar. Dalam penelitian ini, SNR merupakan selisih antara tingkat tekanan bunyi sumber suara pria yang mengucapkan kata-kata dengan tingkat tekanan bunyi background noise. Perumusan secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: 2.3 Besaran Kejelasan Suara Ucapan SNR= SPL speech - SPL noise.(1) Speech Intelligibility Speech didefinisikan oleh kamus Merriam Webster sebagai ekspresi pikiran melalui kata yang diucapkan. Speech terdiri dari fonem, yang merupakan unit terkecil dari fonetik bahasa. Itu adalah bentuk gelombang kontinyu, yang memiliki frekuensi dasar antara 1 dan 4 Hz. Speech Intelligibility merupakan ukuran kejelasan suara ucapan yang menyatakan presen dengan: SNR = Speech to Noise Ratio (db) SPL speech = tingkat tekanan suara bunyi sumber suara pria (db), yang nilainya didapat dari nilai Leq sumber suara pembicara. SPL noise = tingkat tekanan background noise (db)

4 Dalam perumusan di atas apabila SNR ini bernilai negatif (-) berarti tingkat tekanan bunyi sumber suara pembicara lebih kecil daripada tingkat tekanan bunyi Background noise. Sebaliknya jika SNR bernilai positif (+) maka tingkat tekanan bunyi sumber suara pembicara lebih besar daripada tingkat tekanan bunyi Background noise. (sumber: Marshall long,26, hal:94) Gambar 2.2 Kurva persen kejelasan suara ucapan terhadap SNR Dari Gambar 2.2 terlihat ada tiga jenis bahan uji yang bisa digunakan untuk tes intelligibility antara lain: kalimat, kata-kata bermakna, kata yang tak bermakna. Pada Gambar 2.2 terlihat bahwa pada nilai SNR yang sama yaitu -4 besar nilai SI yang adalah 2% untuk bahan uji kata yang tak bermakna, 7% untuk bahan uji kata-kata yang bermakna dan 95% untuk bahan uji kalimat. Dapat kita simpulkan dari ilustrasi gambar di atas, bahwa untuk SNR yang sama, untuk 3 bahan uji di atas nilai SI yang berbeda, selain itu juga terlihat untuk kurva dari ketiga bahan di atas didapat semakin besar nilai SNR maka semakin besar pula nilai SI yang didapat Articulation Index (AI) Besaran lain yang bisa digunakan untuk mengukur kejelasan suara ucapan dalam ruang adalah Articulation index (AI) yang merupakan besaran yang sering digunakan untuk mencari speech intelligibility. AI merupakan besaran yang ditunjukkan dengan angka yang adalah petunjuk seberapa besar suatu informasi itu dapat didengar cukup jelas. Biasanya ditampilkan dalam bentuk angka antara (nol) sampai 1(satu). Misalnya jika nilai AI= 1 maka persen kata yang ditangkap dengan benar oleh pendengar sebesar 1%. Jika nilai AI=,3 maka persen kata yang ditangkap dengan benar oleh pendengar sekitar 3%. Dalam buku Marshall Long terdapat hubungan antara kejelasan kata dengan Articulation Index. Untuk nilai AI kurang dari,3 kata yang diterima hampir tidak terdengar oleh pendengar, sementara bila nilai AI antara,3 hingga,5 maka informasi yang diterima oleh pendengar cukup baik. Untuk nilai AI dari,5-,7 kejelasan informasi diterima baik oleh pendengar, dan bila nilai AI di atas,7 maka informasi didengar sangat baik oleh pendengar Warna Kebisingan Kebisingan merupakan kumpulan dari sinyal acak. Sumber kebisingan memiliki ciriciri yang berbeda, salah satunya adalah bentuk

5 spektrumnya yang berbeda. Dalam ilmu akustik, berdasarkan spektrum ini macam-macam sumber kebisingan ini dibedakan menjadi beberapa macam antara lain white noise, pink noise, brown noise, grey noise dan lain-lain. Namun pada tugas akhir ini hanya digunakan white noise, pink noise dan brown noise White noise White noise adalah kebisingan yang Intensity level sama pada semua frekuensi (lihat gambar 2.3). Bunyi kebisingan ini terdengar seperti suara desis yang biasanya kita dengarkan pada siaran televisi yang kosong, atau suara sirine kendaraan sepeda motor. misalnya pada peralatan elektronik dan bunyi detak jantung. Gambar 2.4 Spektrum Pink Noise Brown Noise Brown Noise merupakan kebisingan yang memiliki bunyi yang tingkat intensitas bunyinya pada tiap frekuensi pita oktafnya menurun 6 db (lihat Gambar 2.5). Bunyi yang terdengar seperti Brown Noise misalnya bunyi deru air terjun. Gambar 2.3 Spektrum White Noise Pink Noise Pink Noise merupakan kebisingan yang memiliki bunyi yang Intensity level tiap frekuensi pita oktafnya menurun 3 db (lihat Gambar 2.4). Karena energi yang muncul tiap pita oktaf tersebut selalu sama atau konstan, maka sumber bunyi ini sering digunakan dalam berbagai pengukuran akustik. Bunyi Pink Noise sering muncul dalam tubuh dan beberapa benda Gambar 2.6 Spektrum Brown Noise 2.5. Phonetically Balanced Word List dalam Bahasa Indonesia P.B list dalam bahasa Indonesia disusun oleh Fakultas Kedokteran, jurusan spesialis telinga hidung dan tenggorokan (THT) Universitas Gajah Mada dan jurusan THT Universitas Airlangga.

6 Untuk pertama kalinya, Bahasa Indonesia dibuktikan layak menjadi alat audiometri tutur. Penelitian dilakukan oleh Soewito, dalam disertasinya berjudul Audiometri Tutur Bahasa Indonesia Penyusunan, Pembakuan, dan Penerapan Klinis Daftar Kata sebagai Alat Uji Pendengaran. Kata-kata yang digunakan dalam penelitian tersebut harus dikenal oleh berbagai tingkat pendidikan, dan susunannya harus mengandung jenis dan frekuensi fonem yang seimbang dengan yang terdapat dalam percakapan sehari-hari. Untuk itu, Soewito merekam 5 ribu kata dari percakapan di kantor, pasar dan sekolah. Ke-5 ribu kata disebar pada 2 responden, dari tingkat pendidikan SD sampai sarjana. Hasilnya, terpakai 212 kata monosilabik (satu suku), 51 kata bisilabik (dua suku), 4 frase, dan 122 akronim. Tes intelligibility (pemahaman) dilakukan, sebelum daftar kata dibakukan. Hasilnya: kategori sangat jelas mencapai skor 75%- 1%, kategori jelas 5%-75%, kategori kurang jelas 25%-5%, kategori tidak jelas %-25%. Soewito tidak memakai kata yang hanya mencapai skor dibawah 5%. Ia kemudian mendapatkan 21 monosilabik, 51 bisilabik, 4 frase, dan 16 akronim dan disusun menjadi monosilabik 8 bisilabik 1 frase akronim 5 dan bilangan 1 Dalam penelitian ini kata yang dipakai hanya bisilabik 1 dari UGM dan 1 kata dari Univ.Airlangga, yang terdapat pada Lampiran I. 3. METODOLOGI Untuk memperoleh data speech intelligibility digunakan rekaman Phonetically Balanced Word List suara pria dalam bahasa Indonesia yang berasal dari hasil penelitian Fakultas kedokteran jurusan spesialis telinga dan tenggorokan (THT) Universitas Gajah Mada dan Universitas Airlangga. Background noise yang digunakan adalah White Noise, Pink Noise, dan Brown Noise yang dibangkitkan dengan perangkat lunak Yoshimasa Elektronic (YMEC). 3.1 Studi Literatur dan Pengenalan Peralatan Tahap studi literatur bertujuan untuk mempelajari dasar teori yang berkaitan dengan penelitian tugas akhir agar dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan pengukuran, analisa data dan pembahasan. Literatur yang digunakan dalam tugas akhir ini meliputi buku teks, artikel dan jurnal ilmiah serta materi dari internet. Tahap pengenalan peralatan membahas fungsi dan karakteristik peralatan yang digunakan dalam penelitian. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua macam, yaitu : perangkat keras dan perangkat lunak. Adapun perangkat keras meliputi : i. Laptop yang telah diinstal perangkat lunak audio editor sebagai perekam P.B list suara pria

7 ii. Amplifier : berfungsi sebagai penguat bunyi yang dikeluarkan dari PC sebelum masuk ke speaker. iii. Speaker : berfungsi mengeluarkan bunyi yang berasal dari PC setelah dikuatkan oleh amplifier. Speaker ini yang nanti disebut sebagai sumber bunyi. iv. Sound Level Meter (SLM) Rion tipe NL2: berfungsi sebagai alat untuk mengukur besarnya L eq. v. komputer (PC): perangkat lunak Yoshisama Elektronic yang telah diinstal didalam PC berfungsi sebagai pembangkit background noise jenis White Noise, Pink Noise, dan Brown Noise. vi. Tripod : sebagai penyangga SLM agar ketinggiannya tetap. Perangkat lunak yang dipergunakan meliputi: a. Yoshisama Elektronic yang digunakan untuk membangkitkan Background Noise jenis White Noise, Pink Noise dan Brown Noise. b. Audio Editor yang digunakan untuk merekam sumber suara pria. 3.2 Proses Perekaman Suara P.B List suara Pria Perekaman suara PB list dilakukan di ruang uji, laboratorium Akustik jurusan Fisika FMIPA ITS. P.B List dilafalkan oleh seorang pria dan direkam menggunakan mikropon SLM yang dihubungkan dengan laptop yang telah terinstal perangkat lunak audio editor. Hasil perekaman PB. List Test diolah dengan bantuan Audio Editor 6.9. untuk mendapatkan nilai L eq yang sama tiap katanya. Level ekuivalen (L eq ) adalah level konstan yang dalam waktu tertentu menghasilkan energi yang sama banyaknya dengan energi yang dihasilkan bunyi berfluktuasi dalam selang waktu yang sama. Pada Sound level meter untuk selang waktu yang singkat L eq dapat dibaca secara langsung cukup dengan menekan tombol mode. Setelah direkam suara pria diputar pada L eq 7 db tanpa background noise buatan. Rekaman didengarkan pada jarak 2 meter dari posisi pendengar. 1% dari daftar kata harus dapat didengar oleh pendengar dengan baik dan benar. Apabila terdapat kata yang tidak dapat didengar dengan baik maka dilakukan perekaman ulang dengan suara pria yang lain. 3.3 Pengambilan Data Langkah pertama yang dilakukan adalah mengkalibrasi SLM dengan menggunakan piston phone. Kalibrasi dilakukan dengan cara memasangkan piston phone pada mikropon SLM, kemudian mengkalibrasi YMEC menggunakan SLM yang dihubungkan ke PC, menyesuaikan level bunyi yang terbaca pada Yoshimasa Electronic disamakan dengan level yang tertera pada SLM yang masih terpasang piston phone yaitu 113,9 db untuk frekuensi 25 Hz. Caranya adalah dengan memilih tombol calibration yang terdapat pada program FFT Analizer dari Yoshimasa Electronic. Selanjutnya input levelnya diatur agar menunjukkan nilai 113,9 db pada frekuensi 25 Hz.

8 Langkah kedua adalah seperti pada Gambar 3.2 yaitu mengatur posisi speaker, mikropon SLM dan pendengar. Posisi pendengar berada pada jarak 2 meter baik terhadap speaker 1 (speaker penghasil suara pria) maupun speaker 2 (speaker penghasil background noise). Pendengar berada pada posisi duduk, dengan mikropon SLM diatur sama dengan ketinggian telinga pendengar. Selanjutnya ketinggian pusat kedua speaker terhadap lantai adalah 1,5 meter yang dianggap sesuai dengan ketinggian mulut pembicara. 2meter 2 meter Gambar 3.2 Posisi peralatan dan pendengar Tahap selanjutnya adalah merangkai peralatan untuk melakukan uji Speech intelligibility, seperti pada Gambar 3.3(a) dan Gambar 3.3(b) untuk speaker yang memutarkan speech dan juga background noise. Gambar 3.3(a) Rangkaian alat pembangkit background noise Gambar 3.3(b) Rangkaian alat pemutar rekaman suara pria Langkah-langkah pengambilan data dilakukan sebagai berikut, responden yang menjadi pendengar masuk ke ruang uji, posisi speaker dan pendengar sebagaimana ditunjukkan Gambar 3.2. Speaker 1 dan 2 dinyalakan bersamaan. Speaker 1 yang sebelumnya telah dirangkai untuk menghasilkan suara background noise buatan (white noise, pink noise dan brown noise) seperti terlihat pada Gambar 3.3(a) dan speaker 2 yang juga telah dirangkai seperti Gambar 3.3(b) menghasilkan sumber suara pria. Pada uji pertama dengan white noise, Leq speech diatur 7 db sedangkan SPL background noisenya diatur agar SNR -12 db (artinya SPL background noisenya 82 db). Rangkaian percobaan diulang kembali untuk SNR -1 db, - 8 db, -6 db, -4 db, -2 db, db, 2 db, 4 db, 6 db, 8 db dan 1 db. Seluruh rangkaian percobaan yang menggunakan white noise tersebut kemudian diulang kembali untuk variasi background noise yang lain yaitu pink noise dan brown noise. Nilai Leq yang ditunjukkan oleh SLM digunakan sebagai acuan untuk penentuan SPL yang diinginkan. Sebagai contoh saat pengambilan data untuk SNR -1, maka data yang diambil dapat memiliki komposisi, 8 db

9 untuk background noise buatan dan Leq 7 db untuk speech. 4. Pembahasan 4.1. Data Ruangan Ruang yang digunakan untuk pengukuran Speech Intelligibility (SI) ini adalah ruang uji Laboratorium Akustik Jurusan Fisika ITS yang mempunyai panjang 3,45 meter, lebar 3,42 meter dan tinggi 2,75 meter, serta memiliki waktu dengung 1,3 detik yang diukur menggunakan Yoshimasa Elektronic (YMEC). Keadaan ruangan memiliki tingkat tekanan bunyi background noise alami yang cukup besar 48-52dB pada kondisi ruang uji kosong dan saat sebelum dilakukan uji SI. Gambaran kondisi dalam ruangan dapat dilihat pada Gambar 2 Gambar 2. Keadaan ruangan pada saat pengambilan data Proses pengukuran Speech Intelligibility (SI) dilakukan di ruangan tersebut diambil pada saat lingkungan di sekitar ruangan sepi misalnya pada malam hari, atau pada saat hari libur perkuliahan. Hal itu dilakukan agar kebisingan dari luar ruangan karena masih banyak aktifitas manusia yang dilakukan diluar waktu tersebut yang dapat mengakibatkan level background noise meningkat Data Hasil Pengujian Pada pengukuran Speech Intelligibility (SI) digunakan sumber suara pria dengan tiga macam background noise (white noise, pink noise, dan brown noise), dan 12 speech to noise ratio (SNR) berbeda yaitu -12,-1,,8,1. Level background noise tertinggi adalah 82 db. Pada level tersebut pendengar diasumsikan sudah mengalami kesulitan dalam pendengaran. Jika background noise di atas level tersebut pendengar akan mengalami pusing di kepala dan akan mengganggu kesehatan pendengar. Level background noise buatan terendah diputar pada SPL 6 db, pada level ini hampir semua kata dapat didengar dengan sangat baik oleh pendengar. Juga bila Speech diputar pada 6 db pada pengujian SI untuk SNR +5, semua kata dapat didengar dengan baik oleh pendengar. Selanjutnya SPL Speech dan SPL noise disajikan dalam bentuk SNR dengan menggunakan selisih antara SPL speech dengan SPL noise seperti dalam persamaan (1): SNR=SPL Speech - SPL noise Nilai SPL speech adalah 7 db didapatkan dari nilai level ekivalensinya. Maka nilai SNR terendah dengan SPL noise =82dB SNR= 7-82= -12dB sedangkan nilai SNR tertinggi dengan SPL noise =6dB SNR= 7-6= +1dB

10 Dalam pengujian SI untuk variasi SNR dengan Leq 7 db dapat diketahui hubungan dari Speech Intelligibility dengan Speech to Noise Ratio dan pengujian Speech Intelligibility untuk Nilai SNR yang sama (+5dB) dapat terlihat pengaruh Background noise Buatan terhadap SI jika SNRnya sama Data Hasil Pengujian SI untuk Variasi SNR dengan Leq Speech 7 db Dari hasil pengujian yang dilakukan sebelumnya, kata yang dapat didengar dengan benar oleh pendengar dapat dilihat pada Lampiran II. Kemudian data tersebut dihitung % Speech Intelligibility dengan persamaan (4.1): %SI = jumlah kata yang ditulis benar oleh pendengar jumlah kata yang diperdengarkan 1% (2) Contoh: Jika Jumlah kata yang ditulis benar oleh pendengar adalah 1 kata dan jumlah kata yang diperdengarkan ke pendengar adalah 2 kata, maka: %SI = 1 x 1% = 5% 2 Pada kondisi yang dirasa nyaman untuk berkomunikasi pendengar akan dapat menuliskan kata dengan benar apa yang didengar. Hal ini dapat dilihat pada tabel hasil pengujian ketika SNR bernilai db sampai dengan 1 db, % SI yang didapatkan hasil yang nilainya cukup besar, ini berarti kondisi ruangan dengan SNR pada range tersebut pada Background noise jenis White noise hampir semua kata yang ditulis benar dari P.B List yang diputar. Hal ini dapat terlihat pada grafik Gambar 3. Speech Intelligibility (%) Speech to noise ratio (db) Gambar 3 Grafik hubungan antara SNR dan %SI rata-rata pada White Noise dengan Level Ekivalen Speech 7 db Dalam grafik yang ditunjukkan pada Gambar 3 dapat diketahui bahwa pada SNR sampai 4 diperoleh nilai SI sebesar 74,5% sampai dengan 78,5% yang berarti kejelasan suara ucapan pada nilai SNR tersebut termasuk dalam kategori jelas. Sedangkan untuk SNR 6 sampai 1 diperoleh besar nilai SI 83,75% sampai dengan 84,5 % yang berarti kejelasan suara ucapan pada nilai SNR tersebut termasuk dalam kategori sangat jelas. Hasil perhitungan % Speech Intelligibility untuk background noise jenis pink noise menghasilkan % Speech Intelligibility yang berbeda- beda tiap pendengar. Pink noise memiliki intensitas bunyi yang menurun 3dB tiap oktafnya. Gambar 4 menunjukkan grafik

11 hubungan antara SNR dan % Speech Intelligibility pada pink noise. Speech Intelligibility (%) Speech to noise ratio (db) Gambar 4 Grafik hubungan antara SNR dan %SI rata-rata pada Pink Noise dengan Level Ekivalen Speech 7 db Dari grafik yang ditunjukan pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa pada SNR -1 sampai -6 diperoleh nilai SI sebesar 52,75 % sampai dengan 74,5 % ini berarti kejelasan suara ucapan pada SNR tersebut termasuk dalam kategori jelas. Sedangkan pada SNR-4 sampai 1 diperoleh nilai SI 76% sampai dengan 92,25% hal ini berarti kejelasan suara ucapan sangat jelas. Hasil perhitungan % Speech Intelligibility untuk background noise jenis brown noise menghasilkan % Speech Intelligibility yang cukup besar tiap pendengar. Gambar 5 menunjukkan hubungan antara SNR dan % Speech Intelligibility rata-rata. Dalam tabel diatas terdapat kejanggalan data yang terjadi pada SNR -1dB didapatkan standart deviasi yang cukup besar 23.31%. hal ini menyebabkan nilai SI yang diperoleh tidak dapat dijadikan acuan untuk menentukan kejelasan suara ucapan yang terjadi pada SNR tersebut. Dari Gambar 5 dapat diketahui bahwa pada SNR -8 sampai dengan 1 didapatkan nilai Speech Intelligibility sebesar 84,25 % sampai dengan 93,75 % termasuk dalam kategori sangat jelas. Speech Intelligibility (%) Speech to noise ratio (db) Gambar 5 Grafik hubungan antara SNR dan %SI rata-rata pada Brown Noise dengan Level Ekivalen Speech 7 db Pengaruh jenis background noise terhadap presentase Speech Intelligibility dapat dilihat dalam Gambar 6. Speech intelligibility (%) white noise 4 pink noise 2 brown noise Speech to noise ratio (db) Gambar 6. Pengaruh jenis background noise dan % Speech Intelligibility

12 Dari Gambar 6 diatas didapatkan kesimpulan bahwa pada semua jenis background noise cenderung semakin tinggi SPL background noise akan menurunkan nilai % Speech Intelligibility. Secara lebih rinci white noise menutupi suara pria lebih besar daripada pink noise dan brown noise. Hal ini dikarenakan pada spektrum white noise lebih mampu menutupi spektrum suara pria dibanding pink noise dan brown noise seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7 yang menunjukkan gambar dari spektrum dari Background noise buatan dan spektrum suara pria. Gambar 7 Perbandingan penutupan spektrum suara pria oleh spektrum berbagai background noise Pada background noise jenis brown noise suara pria terdengar cukup jelas di semua SNR yang diujikan ke pendengar hal ini dikarenakan pada brown noise dominan pada frekuensifrekuensi rendah sedangkan suara pria berfrekuensi rendah pula. Sehingga suara pria justru menutupi background noise jenis brown noise. Begitu juga pada background noise jenis pink noise yang dominan pada frekuensifrekuensi tinggi, suara pria masih dapat tertutupi oleh pink noise. 4.3 Data % Speech Intelligibility pada SNR yang sama (+5dB) untuk variasi SPL suara pria yang berbeda-beda. Pada pengujian ini dilakukan lima variasi Leq suara pria yaitu 8 db, 75dB, 7dB, 65dB dan 6 db. Variasi SPL suara pria tersebut dipilih karena ketika suara pria diputar pada SPL lebih dari 8dB, pendengar merasa sakit telinga sehingga nilai variasi maksimal diambil pada nilai 8dB. Sedangkan nilai Leq suara pria minimum yang dipakai 6 db karena dengan SNR yang sama (+5dB) maka SPL background noise harus sebesar 55dB jika SPLnya di bawah nilai tersebut maka suara speaker berdengung jika berada pada 54 db, sehingga nilai SPL background noise minimum yang digunakan adalah 55dB. Data hasil pengujian tersebut dapat dilihat di lampiran III. Data tersebut kemudian dihitung % Speech Intelligibility dengan persamaan 1 dan didapatkan nilai-nilai % Speech Intelligibility. Untuk memudahkan analisa data, maka data ditampilkan dalam bentuk grafik hubungan % Speech Intelligibility rata-rata pada SNR sama (+5dB) seperti pada Gambar 8 merupakan grafik hubungan % Speech Intelligibility pada SNR yang sama (+5dB) untuk white noise, Gambar 9 merupakan grafik hubungan % Speech Intelligibility pada SNR yang sama (+5dB) untuk

13 pink noise, dan Gambar 1 merupakan grafik hubungan % Speech Intelligibility pada SNR yang sama (+5dB) untuk brown noise. %Speech Intelligibility Gambar 8 Grafik % Speech Intelligibility pada SNR sama (+5dB) untuk background noise jenis White noise Grafik di atas menunjukkan untuk Speech to noise ratio (+5dB) didapatkan %Speech Intelligibility yang cukup besar, dan berkategori sangat jelas. Hal ini berarti pada SNR tersebt pendengar dapat menuliskan kata-kata yang disampaikan pembicara dengan sangat jelas. Hal ini ternyata juga terjadi pada jenis background noise yang lain. %Speech Intelligibility white noise Level ekivalen Speech (db) Pink Noise Level Ekivalen Speech (db) Gambar 9 Grafik % Speech Intelligibility pada SNR sama (+5dB) untuk background noise jenis Pink noise %Speech Intelligibility brown noise Level Ekivalen Speech (db) Gambar 1 Grafik % Speech Intelligibility pada SNR sama (+5dB) untuk background noise jenis Brown noise Gambar 8, Gambar 9 dan Gambar 1 diatas dibandingkan dalam Gambar 11 untuk mengetahui hubungan % Speech Intelligibility rata-rata pada SNR sama (+5dB) untuk berbagai jenis background noise %Speech Intelligibility White Noise 4 Pink Noise 2 brown Noise Level Ekivalen Speech (db) Gambar 11 Grafik %Speech Intelligibility pada SNR sama (+5dB) untuk berbagai jenis background noise Dari Gambar 11 di atas dapat diketahui % Speech Intelligibility hampir sama yaitu sekitar 82% untuk White noise, sekitar 87% untuk Pink noise dan sekitar 9% untuk Brown noise.

14 Semua background noise dengan SNR (+5dB) menghasilkan kejelasan suara ucapan yang termasuk dalam kategori sangat jelas. Dari gambar spektrum suara pria dan background noise buatan serta data hasil pengujian SI yang telah diperoleh dapat dikatakan bahwa untuk background noise yang lebih dapat menutupi suara pria secara berurutan adalah white noise, pink noise dan brown noise. 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Pada Semua jenis background noise semakin tinggi SPL background noise akan semakin rendah nilai % Speech Intelligibility 2. Nilai SI rata-rata yang dihasilkan untuk level ekivalen speech 7 db menggunakan background noise jenis brown noise lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan background noise jenis white noise dan pink noise. 3. Kejelasan ucapan kata yang termasuk dalam kategori sangat jelas dihasilkan untuk background noise jenis white noise antara78,5%-84,5% pada SNR db sampai +1dB; untuk background noise jenis pink noise antara 76%-92,25% pada SNR -2 db sampai +1dB; dan untuk background noise jenis brown noise antara 84,25%-93,75% pada SNR - 8dB sampai +1dB. 4. Speech to Noise Ratio (SNR) yang sama (+5dB) pada Level ekivalen speech dan background noise berbeda menghasilkan kejelasan suara ucapan Speech Intelligibility yang kategori sangat jelas. 5.2 Saran Untuk penelitian lanjutan, penulis menyarankan agar menambahkan jumlah tes uji SI dan menambahkan jumlah kata-kata yang akan diujikan ke pendengar serta melakukan pembobotan (db A ) dalam melakukan pengukur SPL background noise dan Leq speech sumber. 6. DAFTAR PUSTAKA Geoffroy, Anne Nancy, (25), Measuring Speech Intelligibility in Voice Alarm Communication Systems, Worcester Polytechnic Institute, Worcester, hal 4-6 Long, Marshall, (26), Architectural Acoustic, Elsevier Academic Press, London, hal Leslie L, Doelle dan Lea Prasetio, Akustik lingkungan, Mc Graw Hill Book Company, New York, hal Leo, Krzysztof, (21), Speech Intelligibility Measurements in Auditorium, Faculty of Physics and Applied Mathematics, Technical University of Gdansk, Polandia

15 Murray Hodgson dan Eva-Marie Nosal, (22), Effect of Noise and Occupancy on Optimal Reverberation Times for Speech Intelligibilityin Classroom, University of British Columbia, Kanada. Meyer Sound Laboratories, (23), Speech Intelligibility Papers, Meyer Sound Laboratories. Herman J. M, Steeneken, (1999), The Measurement of Speech Intelligibility, Soesterberg, Netherlands, hal 1

16

17

HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE

HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE HUBUNGAN ANTARA SPEECH INTELLIGIBIITY SUARA WANITA DAN TINGKAT TEKANAN BUNYI BACKGROUND NOISE ABSTRAK Oleh Suyatno, M.Si **), Dra. Lea Prasetio, MSc **), Fariz Farianto *) *Mahasiswa: Jurusan Fisika, FMIPA-ITS

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN

PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN PEMBUATAN ALAT UKUR DAYA ISOLASI BAHAN Ferdy Ansarullah 1), Lila Yuwana, M.Si 2) Dra. Lea Prasetio, M.Sc 3) Jurusan Fisika Fakultas Metematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana, Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm

Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm JURNAL SAINS POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-26 Perancangan dan Pembuatan Difuser QRD (Quadratic Residue Difuser) 0142241 Dengan Lebar Sumur 8,5 Cm Arif Pugoh Nugroho, Lila Yuwana,

Lebih terperinci

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji LABORATORIUM AKUSTIK (11154) PRAKTIKUM FISIKA LABORATORIUM 17 1 Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class () pada Suatu Sampel Uji Mohammad Istajarul Alim, Maslahah, Diky Anggoro Departemen

Lebih terperinci

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN

BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN BAB 7. INSTRUMENTASI UNTUK PENGUKURAN KEBISINGAN 7.1. TUJUAN PENGUKURAN Ada banyak alasan untuk membuat pengukuran kebisingan. Data kebisingan berisi amplitudo, frekuensi, waktu atau fase informasi, yang

Lebih terperinci

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Akustik By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT Bunyi Bunyi merupakan suatu gelombang. Banyaknya gelombang yang dapat diterima bunyi antara 20-20.000 Hz Dapat merambat melalui MEDIA media disini bisa berupa

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN

PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN PENGARUH PENAMBAHAN JARAK TERHADAP SUMBER BUNYI BIDANG DATAR BERBENTUK LINGKARAN Agus Martono 1, Nur Aji Wibowo 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Elekto Medis, Politeknik Kesehatan Surabaya, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Rungu mulai bulan Januari 2012-Juli 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. Elekto Medis, Politeknik Kesehatan Surabaya, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) Tuna Rungu mulai bulan Januari 2012-Juli 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Instrumentasi Medis, Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah

STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) Oleh : M Farid Ardhiansyah STUDI AWAL PENGUKURAN KOEFISIEN HAMBURAN DIFUSER MLS (MAXIMUM LENGTH SEQUENCES) 1101000110 Oleh : M Farid Ardhiansyah 1106100039 Latar Belakang Ruang berukuran kecil dan berdinding beton Colouration Difuser

Lebih terperinci

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan

Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 9, NOMOR 2 JUNI 2013 Pengaruh Penambahan Bahan Redam pada Kebocoran Alat Ukur Daya Isolasi Bahan Didiek Basuki Rahmat, Alpha Hambally Armen, dan Gontjang Prajitno Jurusan

Lebih terperinci

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz

Hubungan 1/1 filter oktaf. =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Hubungan 1/1 filter oktaf f 1 f 2 f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2 1/2f c f 1 = 2f c1 = frekuensi tengah penyaring =Frekuesi aliran rendah (s/d -3dB), Hz =Frekuesi aliran tinggi (s/d -3dB), Hz Analisis oktaf sepertiga,

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi

Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 4, No.1, (2015) 2337-3520 (2301-928X Print) B-11 Pengaruh Variasi Jenis Bahan terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequence) Dua Dimensi Keysha Wellviestu

Lebih terperinci

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si

PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si PENGARUH LEBAR DIFUSER TERHADAP POLA HAMBURAN DENGAN TIPE DIFUSER 0101010101 Heru Widakdo, Drs. Gontjang Prajitno, M.Si Laboratorium Akustik dan Fisika Bangunan Jurusan Fisika FMIPA Institut Teknologi

Lebih terperinci

Desain Sumber Bunyi Titik

Desain Sumber Bunyi Titik Desain Sumber Bunyi Titik Yogo Widi Prakoso 1, Made Rai Suci Santi 1,2, Adita Sutresno 1,2* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika 2 Program Studi Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

DETEKSI TERDISTRIBUSI ROBUST DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR AKUSTIK

DETEKSI TERDISTRIBUSI ROBUST DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR AKUSTIK Company LOGO DETEKSI TERDISTRIBUSI ROBUST DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR AKUSTIK Oleh : Lusia Tuties Kristianingrum (2206100627) Dosen Pembimbing : Dr. Ir Wirawan, DEA Januari 2011 1 Topik Pembahasan Pendahuluan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS 1 Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS Ferry Setyo Kurniawan, Wiratno Argo Asmoro Jurusan Teknik Fisika- Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia perkuliahan, proses belajar mengajar diadakan di dalam suatu ruang kelas atau ruang serbaguna. Dalam proses tersebut terjadi interaksi antara pembicara

Lebih terperinci

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan Masjid Salman ITB Dibuat sebagai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Akustik TF3204 Disusun oleh : Rianda Adiputra 13306073 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences)

Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) JURNAL SAINS POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-21 Pengaruh Variasi Jenis Bahan Terhadap Pola Hamburan pada Difuser MLS (Maximum Length Sequences) Fajar Kurniawan, Lila Yuwana, Gontjang

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Ujian Tengah Semester Akustik TF-3204 Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB Oleh : Muhamad Reza Hediyono 13306017 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG

PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG PENENTUAN NILAI RUGI TRANSMISI BAHAN POLIKARBONAT DAN POLIPROPILEN DENGAN METODE PENGUKURAN RUGI SISIPAN DAN WAKTU DENGUNG Muhammad Masrur, Endarko Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL. Oleh: Arif Widihantoro NIM: TUGAS AKHIR PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI BAHAN AMPAS TEBU DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL Oleh: Arif Widihantoro NIM: 192008023 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains

Lebih terperinci

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB Nama Rizki Febrian Nim 13307111 Kelas 01 Program Studi Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN Pada bab ini akan dibahas teori apa saja yang menunjang untuk mendeskripsikan bagaimana keadaan akustik dari BU UKSW. Dengan teori teori yang akan dibahas di

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan Perancangan sistem yang berhasil dibuat dalam penelitian ini adalah perancangan perangkat lunak (software) aplikasi beserta rancangan pendukungnya yang

Lebih terperinci

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK MASJID SALMAN ITB: ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB Disusun Oleh: NAMA: FIKRI FERDIANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aktivitas seseorang sangat dipengaruhi banyak faktor, misalnya daya ingat (memory), kondisi lingkungan kerja, kondisi psikologis dan mental, kondisi fisiologis, dan

Lebih terperinci

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP

PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP PENENTUAN PENGURANGAN KEBISINGAN OLEH KARPET PADA RUANG TERTUTUP Yugo Setiawan*, Juandi M, Krisman Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-144 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-144 Desain Ulang Meeting Room P3AI ITS untuk Perbaikan Kualitas Akustik Video Conference Danarjati Wisnu Wardhana dan Wiratno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL

PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL PENGUKURAN ABSORPSI BAHAN ANYAMAN ENCENG GONDOK DAN TEMPAT TELUR DENGAN METODE RUANG AKUSTIK KECIL Aska 1, Andreas Setiawan 1,2, Adita Sutresno 1,2,* 1 Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length dilakukan penggandaan jarak antara pendengar dengan sumber bunyi [4]. Dalam kehidupan sehari-hari sumber bunyi garis menjadi tidak menguntungkan karena hanya mengalami penurunan sebesar 3 db saat penggandaan

Lebih terperinci

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan

Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No. 2, hal. 94-98, 2009 ISSN 1412-5064 Kajian tentang Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Serat Ijuk sebagai Bahan Penyerap Suara Ramah Lingkungan Zulfian*, Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suara paru terjadi karena adanya turbulensi udara saat udara memasuki saluran pernapasan selama proses pernapasan. Turbulensi ini terjadi karena udara mengalir dari

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI DAN IMPEDANSI MATERIAL AKUSTIK RESONATOR PANEL KAYU LAPIS (PLYWOOD) BERLUBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG Sonya Yuliantika, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan

Lebih terperinci

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA Kristofel Ade Wiyono Pangalila 1, Prasetio Sudjarwo 2, Januar Buntoro 3 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kombinasi campuran material

Lebih terperinci

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR Oleh : Yuniar Syahadhatin / 2407100075 Pembimbing 1 : Andi Rahmadiansah, ST, MT NIP. 19790517 200312 1 002 Pembimbing II :

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI STUDI TENTANG PENGARUH RONGGA TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI Lea Prasetio, Suyatno, Rizki Armandia Mahardika Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM

OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 2017 Page 689 OPTIMALISASI KINERJA PARAMETER AKUSTIK DENGAN MEMODIFIKASI KONFIGURASI DISTRIBUSI SPEAKER PADA MASJID SYAMSUL ULUM OPTIMALIZATION

Lebih terperinci

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA Andy Sutanto 1, Jimmy Priatman 2, Christina E. Mediastika 3 ABSTRAK: Faktor

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music.

Di bawah ini adalah tabel tanggapan frekuensi dari alat-alat music. 1. Jangkauan respon frekuensi speaker. Pertama-tama yang harus diketahui bahwa speaker mereproduksi suara dari perangkatperangkat elektronik yang menyertainya( CD player, amplifier, processor dan lain-lain.),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu alat ukur untuk menilai kualitas akustik sebuah ruang kegiatan (misalnya auditorium) adalah dengung atau reverberasi, atau lebih tepat waktu reverberasinya.

Lebih terperinci

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG TF-3204 Akustik Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang Nama : Adrianus Pradipta T.W. Nim : 13307043 AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1. LATAR BELAKANG Tujuan utama dari penelitian desain akustika

Lebih terperinci

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh : ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR Oleh : Irma Subagio (Lab. Fisika Bangunan, Prodi Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, trptune@yahoo.com) Abstrak Pada daerah

Lebih terperinci

TF4041- TOPIK KHUSUS A

TF4041- TOPIK KHUSUS A TF4041- TOPIK KHUSUS A UPI s Amphitheatre Building OLEH: Laksmana Hanif Nugroho - 13310097 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Kebutuhan untuk belajar telah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM

PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DI LANGIT-LANGIT TERHADAP PERFORMANSI AKUSTIK DI RUANG RAPAT P213 GEDUNG P UNIVERSITAS TELKOM THE EFFECT OF CEILING ABSORBER INSTALLATION TO ACOUSTIC PERFORMANCE IN MEETING

Lebih terperinci

PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN

PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN PENGUKURAN BUNYI DENGAN MEMANFAATKAN ZELSCOPE DALAM PEMBELAJARAN Fransina Rambu Woleka, Joko Budiyono,Made Rai Suci Shanti, Ferdy Semuel Rondonuwu Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA

PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA PENGUKURAN GETARAN DAN SUARA ISI: PENDAHULUAN GETARAN MENGUKUR GETARAN ACCELEROMETER KALIBRASI PENGUKURAN AKUSTIK TEKANAN SUARA DAN TINGKAT TEKANAN SUARA ALAT PENGUKUR SUARA METODE KALIBRASI WHAT IS VIBRATION?

Lebih terperinci

Kondisi Akustik TVST B

Kondisi Akustik TVST B UTS TF-3204 AKUSTIK Kondisi Akustik TVST B oleh Bayu Sentany 13307077 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 LATAR BELAKANG Aktifitas (kegiatan) manusia

Lebih terperinci

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja

Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja Standar Nasional Indonesia Metoda pengukuran intensitas kebisingan di tempat kerja ICS 13.140 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan (perinatal) dan sesudah lahir (postnatal) (Suhardiyana, 2010).

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. dilahirkan (perinatal) dan sesudah lahir (postnatal) (Suhardiyana, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Telinga adalah organ pengindraan dengan fungsi ganda dan kompleks yaitu fungsi pendengaran dan fungsi keseimbangan (Hermanto, 2010). Rentang frekuensi

Lebih terperinci

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung Oleh : Amir Wibowo / 13304001 Mata Kuliah : Akustika TF3204 Dosen : R. S. Joko Sarwono Kelas : Ganjil A. Latar Belakang Makalah ini merupakan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa 2 Metode yang sering digunakan untuk menentukan koefisien serap bunyi pada bahan akustik adalah metode ruang gaung dan metode tabung impedansi. Metode tabung impedansi ini masih dibedakan menjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING

MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING MODUL II : SPEECH AND AUDIO PROCESSING TUJUAN 1. Memahami karakteristik sinyal suara dan audio 2. Mampu melakukan pengolahan terhadap sinyal suara dan audio 3. Mampu menggunakan tool untuk pengolahan sinyal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian dan Waktu Pelaksanaan Lokasi penelitian dilaksanakan di sekitar kawasan PLTD Telaga Kota Gorontalo dan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat. Waktu penelitian

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17 Disusun Oleh: Wymmar 13307045 Fakultas Teknologi Industri Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung Bandung

Lebih terperinci

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA Dani Ridwanulloh 13306037 LATAR BELAKANG Kondisi akustik ruangan yang baik sesuai fungsi ruangan diperlukan agar penggunaan ruangan tersebut

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI

STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI STUDI TENTANG PENGARUH PROSENTASE LUBANG TERHADAP DAYA ABSORPSI BUNYI Lea Prasetio, Suyatno, Rista Dwi Permana Sari Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan pada dua tempat yaitu di Laboratorium Pemodelan Fisika untuk perancangan perangkat lunak (software) program analisis

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan

Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Proses Pembentukan dan Karakteristik Sinyal Ucapan Oleh : Arry Akhmad Arman Dosen dan Peneliti di Departemen Teknik Elektro ITB email : aa@lss.ee.itb.ac.id, aa_arman@rocketmail.com 2.5.1 Sistem Pembentukan

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-156 Peningkatan Insulasi Akustik Dinding Luar Kamar Hotel Studi Kasus Di Dalam Bandar Udara Benny Adi Nugraha, Andi Rahmadiansah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kelangsungan hidup hewan. Bagi hewan, komunikasi digunakan untuk mencari pasangan, menandai wilayah kekuasaan/teritori,

Lebih terperinci

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA

MODUL 2 PENGHITUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA MODUL PENGHIUNGAN ENERGI PADA SINYAL WICARA I. UJUAN - Mahasiswa mampu melakukan proses penghitungan energi pada sinyal wicara dengan menggunakan perangkat lunak. II. DASAR EORI.1. Energi Suatu Sinyal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan 34 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan April 2015. Perancangan sistem, identifikasi kadar air pada kayu jati dan akasia daun

Lebih terperinci

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak

Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak Pengukuran Bising Lingkungan Prasyarat Periode Metode Baku Mutu Jarak by : Zoel 06 Tidak dalam kondisi hujan Kecepatan angin 20 km/jam Mikrofon dilengkapi wind screen untuk menghindari pengaruh getaran

Lebih terperinci

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping

Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping 1 Analisis Kebocoran Bunyi pada Ruang Mini Pengukuran Transmission Loss pada Pita 1/3 Oktaf Dengan Menggunakan Sound Mapping Wildan Ahmad MB., Andi Rahmadiansah, ST, MT Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik

Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Analisa dan Sintesa Bunyi Dawai Pada Gitar Semi-Akustik Eko Rendra Saputra, Agus Purwanto, dan Sumarna Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN Musik merupakan bagian dari kebutuhan manusia. Musik disusun oleh nada, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi suara yang memiliki kesatuan

Lebih terperinci

Kata kunci: Transmission Loss

Kata kunci: Transmission Loss RANCANG BANGUN RUANG PENGUKURAN TRANSMISSION LOSS MINI DI JURUSAN TEKNIK FISIKA ITS M. Bayu Lazuardy T., dan Andi Rahmadiansah ST, MT. Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua manusia mempunyai indera pendengaran. Ketika indera pendengaran manusia normal, maka manusia dapat mendengarkan musik dengan baik. Mendengarkan musik sama halnya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL

BAB IV ANALISA DAN HASIL BAB IV ANALISA DAN HASIL 4.1 Analisa Pengukuran Kepadatan Penumpang Analisa pengukuran kepadatan penumpang adalah menganalisa seberapa besar pengaruh kebisingan yang disebabkan kepadatan penumpang di suatu

Lebih terperinci

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo PARAMETER KUALITAS AKUSTIK DI GEDUNG TEATER INDOOR DAGO TEA HOUSE Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo 13306039 Bab 1 Pendahuluan 1. Latar belakang Dago tea house terletak

Lebih terperinci

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia

Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Frekuensi Dominan Dalam Vokal Bahasa Indonesia Tjong Wan Sen #1 # Fakultas Komputer, Universitas Presiden Jln. Ki Hajar Dewantara, Jababeka, Cikarang 1 wansen@president.ac.id Abstract Pengenalan ucapan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK

PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK PERANCANGAN ULANG RUANG AULA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO DARI SEGI AKUSTIK Mahasiswa : Aziz Rizaldy R Dosen Pembimbing : Ir. Tutug Dhanardono Ir. Wiratno Argo Asmoro,

Lebih terperinci

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3

MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG. Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3 MENENTUKAN POLA RADIASI BUNYI DARI SUMBER BERBENTUK CORONG Robi ullia Zarni 1, Defrianto 2, Erwin 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Akustik Jurusan Fisika 3 Bidang Material Jurusan Fisika

Lebih terperinci

TEXT TO SPEECH ENGINE GENERIK BAHASA BUGIS WAJO

TEXT TO SPEECH ENGINE GENERIK BAHASA BUGIS WAJO TEXT TO SPEECH ENGINE GENERIK BAHASA BUGIS WAJO Arif Bijaksana Putra Negara 1, Novi Safriadi 2, Anggi Perwitasari 3,Mizky Dwi Mentari Putri 4 (1) Universitas Tanjungpura,(arifbpn@gmail.com) (2) Universitas

Lebih terperinci

Pengaruh Resonator Terhadap Bunyi Slenthem Berdasarkan Sound Envelope

Pengaruh Resonator Terhadap Bunyi Slenthem Berdasarkan Sound Envelope JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 10, NOMOR 2 JUNI 2014 Pengaruh Resonator Terhadap Bunyi Slenthem Berdasarkan Sound Envelope Agung Ardiansyah, Lila Yuwana, Suyatno, Didiek Basuki Rahmat, Susilo Indrawati,

Lebih terperinci

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA 1 PENGARUH LAY OUT BANGUNAN PADA PEREDUKSIAN BISING DALAM RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA Titi Ayu Pawestri 1, Sri Nastiti N. Ekasiwi 2, I Gusti Ngurah Antaryama 2 Abstract - Ruang kelas dasar di

Lebih terperinci

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan

Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Analisa Kebisingan Daerah Perumahan Angkasa Pura I Akibat Flyover Pesawat Terbang di Bandar Udara Sepinggan Balikpapan Elysa

Lebih terperinci

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB UTS TF-3204 AKUSTIK RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB oleh CHAIRINNAS 13307099 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 A. Latar Belakang Ruangan merupakan suatu

Lebih terperinci

Analisis Frekuensi Dan Pola Dasar Frekuensi Gender Laras Slendro

Analisis Frekuensi Dan Pola Dasar Frekuensi Gender Laras Slendro Analisis Frekuensi Dan Pola Dasar Frekuensi Gender Laras Slendro Ary Nugraha, Sumarna, dan Agus Purwanto Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV

ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV ANALISIS KEBISINGAN RUANG WEAVING UNIT WEAVING B DI PT. DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV Nidya Yutie Pramesti *, Retno Wulan Damayanti Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret Jl.

Lebih terperinci

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORBSI MATERIAL AKUSTIK DARI SERAT ALAM AMPAS TEBU SEBAGAI PENGENDALI KEBISINGAN Fajri Ridhola, Elvaswer Laboratorium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium

BAB I PENDAHULUAN. pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini akan membahas latar belakang masalahan, tujuan, dan sistematika pembahasan Tugas Akhir yang berjudul Penilaian Kualitas Akustik Auditorium Multifungsi : Balairung Utama UKSW.

Lebih terperinci

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium

Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No. 1, (13) ISSN: 31-971 D-7 Pengujian Sifat Anechoic untuk Kelayakan Pengukuran Perambatan Bunyi Bawah Air pada Akuarium Indan Pratiwi, Wiratno Argo Asmoro, dan Dhany Arifianto

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK

PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK PENGARUH JUMLAH CELAH PERMUKAAN BAHAN KAYU LAPIS (PLYWOOD) TERHADAP KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK Ade Oktavia, Elvaswer Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1

PENDAHULUAN. Kardiawarman, Ph.D. Modul 7 Fisika Terapan 1 PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelajari Aplikasi Rangkaian Elektronika Dalam eknologi Audio Visual yang mencakup: teknik pemancar dan penerima audio, serta pemancar dan penerima audio-video.

Lebih terperinci

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS Ir. Wiratno Argo Asmoro, MSc. NIPN. 196002291987011001 Latar Belakang Akustik Ruang

Lebih terperinci

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika Take Home Test Mata Kuliah Akustik Oleh : Kutsiah 13306021 PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010

Lebih terperinci

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( ) ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK Disusun Oleh: Suksmandhira H (13307011) FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2010 A. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terliat pada Gambar 3.1. Suara Manusia Rekam suara Hasil rekaman

Lebih terperinci

EVALUASI AKUSTIK RUANG PADA RUANG SIDANG FISIKA ITS SEBAGAI CONFERENCE ROOM

EVALUASI AKUSTIK RUANG PADA RUANG SIDANG FISIKA ITS SEBAGAI CONFERENCE ROOM TUGAS AKHIR SF 141501 EVALUASI AKUSTIK RUANG PADA RUANG SIDANG FISIKA ITS SEBAGAI CONFERENCE ROOM FANNISA RAHMAN NRP 1113100027 Dosen Pembimbing Dr. Suyatno Gontjang Prajitnno, M.Si DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka Gedung Merdeka pada awalnya diperuntukan sebagai tempat pertemuan Societeit Concordia, sebuah perkumpulan beranggotakan orang-orang Belanda

Lebih terperinci