DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. KATA PENGANTAR...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. KATA PENGANTAR..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.. KATA PENGANTAR... SURAT PERNYATAAN KEASLIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... ABSTRAK... ii iii iv v vi x xi xiv xv ABSTRACT.xvi BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Orisinalitas Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis... 9 ii

2 1.7. Landasan Teoritis Teori Negara Hukum Teori Kewenangan Teori Efektivitas Penegakan Hukum Metode Penelitian Jenis Penelitian Jenis Pendekatan Bahan Hukum Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisis BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian Kendaraan Bermotor Istilah dan Pengertian Pemindahan Kendaraan Bermotor Prosedur Pemindahan Kendaraan Bermotor BAB III. PENGATURAN DAN PELAKSANAAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR 3.1 Dasar Hukum Pengaturan Pemindahan Kendaraan Bermotor Prosedur Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan Bermotor BAB IV. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA DALAM PELAKSANAAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

3 4.1 Faktor-faktor yang Mendukung Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan Bermotor Kendala dalam Pelaksanaan Pemindahan Kendaraan Bermotor BAB V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

4 DAFTAR TABEL No. Tabel Halaman 1. Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari Desember Tahun Daftar Rekapitulasi Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) di Kota Denpasar Januari September Tahun

5 ABSTRAK Pemerintah Kota Denpasar melalu Dinas Perhubungan bersama pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh kendaraan yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang berhenti atau parkir sebagaimana didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.Dengan bertambahnya kendaraan dan tidak diimbangi dengan perkembangan jalan, sehingga pengendara memarkir kendaraannya pada ruas jalan yang dilarang untuk parkir. Pemerintah Kota Denpasar melakukan tindakan berupa pemindahan kendaraan. Pemindahan kendaraan bermotor di jalan adalah kegiatan untuk memindahkan penempatan kendaraan bermotor dari jalan/lokasi yang dilarang untuk berhenti dan atau parkir ke tempat lain yang ditujuk. Hal ini bertujuan untuk mengatasi gangguan terhadap kenyamanan, keamanan, dan kelancaran lalu lintas. Dengan latar belakang tersebut permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar serta apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum empiris dengan pendekatan perundang-undangan (The Statute Approach) dan pendekatan fakta (The Fact Approach), artinya dalam meneliti masalah dengan menggunakan faktafakta yang terjadi tentang penegakan peraturan daerah terhadap pemindahan kendaraan bermotor di jalan dengan kajian terhadap perundang-undangan yang dikaitkan dengan permasalahan yang ada. Hasil penelitian menunjukan Dinas Perhubungan Kota Denpasar mempunyai kewenangan dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor dengan berpedoman pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraaan Bermotor di Jalan, dansop Nomor 194/007/DISHUB/2010. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar adalah kurangnya petugas, minimnya sarana dan prasarana, tidak tersedianya tempat penyimpanankendaraan dan masih kurangnya kesadaran masyarakat. Dari hasil kajian dapat disimpulkan bahwa pertama Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan mempunyai kewenangan untuk melakukan pemindahan kendaraan yang parkir dipinggir jalan tidak pada tempatnya. Kedua di dalam pelaksanaannya masih banyak kendala, seperti sarana dan prasarana serta kurangnya kedisiplinan pengendara untuk parkir pada tempat yang telah ditentukan. Kata Kunci : penegakkan, kewenangan, pemindahan, kendaraan bermotor

6 ABSTRACT Denpasar City Government through the Department of Transportation Joint parties Subscribe more has do different efforts to review Lowering the density level of Traffic that caused by the Vehicle Stop or parking on The Prohibited Stop or parking as based at Regional Regulation Denpasar No. 5 year With increasing vehicle and not offset by the development of the road, so motorists to park their vehicles on roads that area prohibited for parking. Denpasar city government take action in the from of transfer of a vehicle. Removal vehicles on the roads is an activity to move the placement of a motor vehicle from the road/location prohibited to stop or npark to another place location. It aims to overcome the disruption of comfort, safety, and smooth traffic. Againts the background of the issues studied in this thesis is how regulation and implementation of the city of Denpasar and whether that is an obstacle in the implementation of the transfer of motor vehicles to stop or park in a place that is prohibited. This type of research used by the author is the kind of empirical legal research with the approach of legislation (The Statute Approach) and the approach of the facts (The Fact Approach), meaning that in researching the problem by using the facts that occurred on the enforcement of local regulations on the transfer of motor vehicles on the road with the study of the law associated with the existing problems. The results showed Denpasar city transportation department has the authority in the implementation of the transfer of a motor vehicle by referring to the Law of the Republic of Indonesia Number 22 Year 2009 regarding Traffic and Road Transportation, Government Regulation No. 55 Year 2012 on vehicles, Denpasar City Regional Regulation No. 28 Year 2001 concerning the Stipulation signs Traffic, trail Marker and Paraphernalia Cues Traffic on sections of road Certain in Denpasar, Regional Regulation Denpasar Number 5 of 2005 concerning Levies Displacement Motor Vehicles on Roads, and in carrying out the transfer of a motor vehicle in accordance with SOP No. 194/007 / DISHUB / Obstacles encountered in the implementation of the transfer of a motor vehicle in the city of Denpasar is a lack of staff, lack of infrastructure, lack of storage space and the vehicle is still a lack of public awareness. Of the results of the study it can be concluded that the first government of Denpasar city through the transportation department has the authority to transfer vehicle parked alongside a road is not in place. Both in its implementation are still many obstacles, such as infrastructure and the lack of discipline motorists for park in a designated place. Keywords: enforcement, authority, transport, motor vehicle

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan sektor pariwisata di Bali telah membuka perkembangan diberbagai sektor seperti sektor jasa, industri kecil, perdagangan, pendidikan, maupun transportasi. Telah terbukti sektor-sektor tersebut menjadi pemacu pertumbuhan perekonomian masyarakat Kota Denpasar pada khususnya. Denpasar sebagai ibu Kota Provinsi Bali tumbuh sangat pesat, karena sebagai pusat perkantoran baik untuk pemerintah maupun swasta, pusat pendidikan, pusat perdagangan dan pusat pemasaran produk industri besar dan kecil lainnya. Berdasarkan data yang di peroleh dari situs resmi Kota Denpasar, jumlah penduduk Kota Denpasar sesuai dengan hasil sensus pada tahun 2010 berjumlah jiwa. Tahun 2010 angka kerja di Kota Denpasar sebanyak , dengan rincian orang terserap di sektor pertanian, terserap di sektor industri, terserap di sektor perdagangan, hotel dan restoran, di sektor transportasi, terserap di sektor konstruksi dan di sektor jasajasa lainnya. 1 Tentunya data ini semakin mendukung perkembangan berbagai sektor kehidupan di Kota Denpasar. Implikasi dari jumlah penduduk yang setiap tahunnya terus mengalami peningkatan berpengaruh terhadap tatanan kehidupan masyarakat Kota Denpasar. Berbagai permasalahan di tengah masyarakat muncul seperti permasalahan 1 pada tanggal 16 april tahun 2016 pukul

8 2 sampah dan limbah pencemaran lingkungan, adanya gelandangan dan pengemis, kedatangan penduduk pendatang, banyaknya pedagang kakilima, serta permasalahan yang hampir dapat ditemukan disepanjang jalan Kota Denpasar yaitu parkir sembarangan. Permasalahan parkir di Kota Denpasar tidak dapat dilepaskan dari mobilitas tinggi berlalu lintas oleh masyarakat. Peningkatan kepadatan lalu lintas sangat dirasakan di jalan-jalan menuju sekolah, perkantoran, pusat perdagangan, maupun daerah tujuan wisata. Kepadatan yang paling dirasakan pada saat masyarakat memulai aktivitasnya di pagi hari seperti mengantar anak ke sekolah maupun berangkat ke tempat kerja. Kepadatan lalu lintas di Kota Denpasar bukan lagi merupakan kepadatan yang diakibatkan oleh peningkatan jumlah kendaraan, namun banyaknya kendaraan bermotor yang parkir sembarangan di ruas jalan, sehingga mengakibatkan berkurangnya bahu jalan untuk berlalu lintas. Sebagaimana diamanatkan oleh ketentuan Pasal 43 ayat (1) Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menyatakan bahwa penyediaan fasilitas parkir untuk umum hanya dapat diselenggarakan di luar ruang milik jalan sesuai dengan izin yang diberikan. Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, fasilitas parkir untuk kepentingan umum harus diselenggarakan berdasarkan izin atau persetujuan pemerintah. Fasilitas parkir yang tidak ditujukan untuk umum dan memang tidak diperkenankan sebagai lahan parkir akan disertai dengan marka jalan berupa petunjuk-petunjuk yang menjelaskan bahwa di tempat tersebut tidak diperbolehkan untuk parkir. Namun dalam kenyataannya di Kota Denpasar masih saja ditemukan tindakan

9 3 pengendara mobil maupun sepeda motor yang melanggar ketentuan larangan parkir tersebut. Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perhubungan bersama pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai usaha untuk menurunkan tingkat kepadatan lalu lintas yang diakibatkan oleh parkir sembarangan sebagaimana didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, dan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 tentang Ketertiban Umum. Sebagaimana bunyi ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, bahwa kendaraan bermotor dan atau kereta tempelan yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang berhenti atau parkir baik yang disengaja atau mengalami kerusakan teknis/mogok wajib dipindah ketempat lain oleh pengemudi kendaraan dimaksud agar tidak menggangu kelancaran lalu lintas. Mendasarkan pada ketentuan pasal tersebut, maka tindakan memarkir kendaraan di tempat yang dilarang berhenti merupakan tindakan pelanggaran dan mengganggu kelancaran lalu lintas. Bentuk tindakan mengganggu kelancaran lalu lintas merupakan kegiatan yang mengganggu ketertiban umum sebagaimana termaksud dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2005 tentang Ketertiban Umum.

10 4 Tindakan penertiban yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan Kota Denpasar tidak hanya dilakukan satu atau dua kali saja. Tindakan tersebut bahkan dilakukan berulang-ulang. Tentunya hal tersebut mengindikasikan bahwa masyarakat di Kota Denpasar tidak jera dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor yang telah diterapkan sehingga masih saja memarkir kendaraannya ditempat dengan ketentuan larangan parkir. Meskipun upaya penertiban tersebut telah dilakukan secara maksimal, dalam kenyataannya masih saja ditemukan kendaraan-kendaraan yang melanggar di tempat larangan parkir. Langkah Dinas Perhubungan Kota Denpasar melakukan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar terkait terhadap kendaraan-kendaraan yang melanggar tidak mampu menurunkan tingkat pelanggaran atas larangan parkir. Padahal apabila diperhatikan dengan seksama, prosedur pemindahan kendaraan ini dianggap mampu membuat jera pihak-pihak yang melanggar. Mencermati uraian sebagaimana disampaikan penulis di atas, penulis terdorong untuk menjadikan sebagai penelitian dengan judul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 Berkaitan Dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor 1.2 Rumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dengan perumusan masalah seorang peneliti telah mengidentifikasi persoalan yang diteliti sehingga sasaran yang hendak dicapai menjadi jelas, terarah dan mencapai tujuan yang diharapkan.

11 5 Berdasarkan hal tersebut, maka masalah yang hendak diteliti dan dibahas dalam penelitian ini di rumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005? 2. Apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup penelitian merupakan bingkai penelitian untuk membatasi area penelitian yaitu pembatasan terhadap masalah untuk diperjelas batas kajiannya. Kajian masalah dalam penelitian ini dibatasi berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, yang berkaitan dengan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor. Kajian didahului dengan pembahasan mengenai pengaturan dan pelaksanaan pemindahaan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun Selanjutnya dibahas mengenai faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanakan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang sesuai dengan penerapan prosedur pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005.

12 6 1.4 Orisinalitas Penelitian Skripsi ini merupakan karya tulis asli dari penulis sehingga dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Universitas Udayana, melalui buku, peraturan perundang-undangan, dan internet. Sebelumnya, peneliti telah melakukan riset apakah ada penelitian dengan judul dan rumusan masalah yang sama atau tidak. Hasilnya penelusuran menemukan beberapa penelitian yang serupa namun memiliki judul dan rumusan masalah yang berbeda. Berikut peneliti rangkum beberapa judul penelitian dan rumusan masalah yang serupa dalam bentuk tabel sebagai berikut : No. Nama Peneliti Judul Rumusan Masalah 1 Herman Setiawan. Fakultas Hukum. Universitas Airlangga. Tahun Perlindungan Hukum Bagi Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Di-Jatim Berkenaan Tarif Progresif. 1. Bagaimana prosedur pemungutan Pajak Progresif kendaraan bermotor dengan tarif progresif di Jawa Timur? 2. Apa permasalahan hukum yang timbul dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Tarif Progresif dan upaya hukum yang bisa dilakukan wajib

13 7 2 Desak Widhiatuti. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Hasanuddin. Efektivitas Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Bersama Samsat Polewali Mandar. pajak apabila terjadi masalah dalam pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor dengan Tarif Progresif? Bagaimana efektivitas pemungutan pajak kendaraan bermotor di Kantor Bersama Samsat Polewali Mandar? Tahun 2016 Sumber : ; equence=1 Dari hasil penelusuran diatas, dengan ini penulis menyatakan bahwa tulisan yang berjudul Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan Pemindahan Kendaraan Bermotor adalah sepenuhnya hasil pemikiran dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

14 8 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan karya ilmiah ini terdiri dari dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengatahui dan mengkaji pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini pertama adalah untuk mengetahui dan menganalisis bagaimanakah pengaturan dan pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005, kedua untuk mengetahui apakah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan pemindahan kendaraan bermotor yang berhenti atau parkir pada tempat yang dilarang. 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam bidang pendidikan terutama dalam bidang Ilmu Hukum khususnya Hukum Administrasi Negara berkaitan dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor di Kota Denpasar.

15 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang hendak ingin dicapai dalam penulisan ini antara lain: a) Bagi penulis adalah kajian ini bermanfaat untuk mengetahui dan juga menambah pengetahuan mengenai Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 terutama mengenai prosedur pemindahan kendaraan bermotor dijalan. b) Bagi masyarakat diharapkan dengan adanya peraturan daerah ini, masyarakat memperoleh penjelasan bahwa penerapan Peraturan Daerah ini guna memberikan ketaatan dan kedisiplinan serta kenyamanan dalam berlalu lintas bagi masyarakat yang berada di Kota Denpasar. c) Bagi pemerintah adalah dapat menginformasikan secara jelas kepada masyarakat tentang penegakan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 khususnya yang berkaitan dengan prosedur pemindahan kendaraan bermotor. 1.7 Landasan Teoritis Untuk mengkaji permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini digunakan beberapa landasan teoritis sebagai berikut: Teori Negara Hukum Teori negara hukum dipergunakan sebagai landasan teoritis yang relevan dipergunakan dalam penelitian ini. Hal ini karena ajaran negara hukum merupakan hal yang ingin diwujudkan di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sejak awal kemerdekaan hingga

16 10 pasca amandemen. Dalam negara hukum, hukum memiliki kedudukan tertinggi dalam negara sehingga setiap hal dilaksanakan berdasarkan aturan hukum yang berlaku. Secara Konstitusional Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyebutkan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Untuk dapat disebut sebagai negara hukum maka harus memiliki dua unsur pokok yakni adanya perlindungan Hak Asasi Manusia serta adanya pemisahan dalam negara 2. Istilah negara hukum di Indonesia dipadankan dengan 2 (dua) istilah bahasa asing yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, namun kedua istilah tersebut haruslah dibedakan. Rechtstaat merupakan istilah dari bahasa Belanda yang digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum yang diterapkan di negara-negara yang menganut civil law system. Istilah Rule of Law berasal dari bahasa Inggris dan digunakan untuk menunjuk tipe negara hukum dari negara-negara yang menganut common law system. 3 Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam istilah Rechtsaat oleh Frederich Julius Stahl yaitu ; Unsur-unsur Rechtstaat menurut Frederich Julius Stahl terdiri atas 4 (empat) unsur pokok, yaitu: a. Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia; b. Adanya pembagian kekuasaan didasarkan pada teori trias politika; c. Pemerintah berdasarkan undang-undang (wetmatigheid van bestuur); dan d. Adanya peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara dalam perselisihan (ada peradilan administrasi atau peradilan tata usaha negara yang 2 Moh Kusnardi dan Bintang R. Saranggih, 2000, Ilmu Negara, Edisi Revisi, Cet 4, Gaya Media Pratama, Jakarta, h I Dewa Gede Atmadja, 2010, Hukum Konstitusi Problematika Konstitusi IndonesiaSesudah Perubahan UUD 1945, Setara Press, Malang, h. 157.

17 11 bertugas menangani kasus perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah). 4 Kemudian di jelaskan unsur-unsur yang terdapat didalam Konsep Rule of Law dikemukakan oleh A.V. Dicey memuat 3 (tiga) unsur. Adapun ketiga unsur Rule of Law yang dikemukakan oleh A.V. Dicey dapat diuraikan sebagai berikut: a. Supremasi hukum (supremacy of low)dari regular law untuk menentang pengaruh dari arbitrary power dan meniadakan kesewenang-wenangan, prerogative atau discretionary authority yang luas dari pemerintah; b. Persamaan di hadapan hukum (equality before the law) dari semua golongan kepada ordinary law of the land yang dilaksanakan oleh ordinary court. Ini berarti bahwa tidak ada orang yang berada di atas hukum, baik pejabat maupun warganegara biasa berkewajiban menaati hukum yang sama; c. Konstitusi adalah hasil dari the ordinary law of the land, bahwa hukum konstitusi bukanlah sumber tetapi merupakan konsekuensi dari hak-hak individu yang dirumuskan dan ditegaskan oleh peradilan, singkatnya, prinsipprinsip hukum privat melalui tindakan peradilan dan parlemen sedemikian diperluas sehingga membatasi posisi Crown dan pejabat-pejabatnya. 5 Sebagaimana dikemukakan konsep negara hukum terdapat dua konsep yaitu Rechtstaat dan Rule of Law, dimana dalam konsep Rechtstaat menyatakan bahwa tindakan pemerintah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan wetmatigheid van bestuur/asas Legalitas, dari sini dapat dilihat bahwa terdapat hubungan antara asas legalitas dengan kepastian hukum karena semua tindakan pemerintah harus berdasarkan hukum Teori Kewenangan Wewenang merupakan hal yang esensial dalam kajian hukum administrasi negara karena berhubungan dengan pertanggungjawaban hukum dan penggunaan wewenang tertentu. Dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara, 4 Yopi Gunawan, 2015, Perkembangan Konsep Negara Hukum & Negara Hukum Pancasila, PT Refika Aditama, Bandung, h Iriyanto A Baso Ence, 2006, Negara Hukum dan Hak Uji Kosnstitusionalalitas Mahkamah Konstitusi, Alumni, Bandung, h. 41.

18 12 istilah kekuasaan dan wewenang terkait erat dengan pelaksanaan fungsi pemerintahan, karena dalam teori kewenangan dijelaskan bahwa untuk melaksanakan fungsi pemerintahan, kekuasaan dan kewenangan sangatlah penting. Bedanya antara kekuasaan dengan wewenang (authority) adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan, sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. 6 Prajudi Atmosudirdjo berpendapat tentang wewenang dalam kaitanya dengan kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberikan oleh Undang-Undang) atau dari kekuasaan eksekutif/administratif. Kewenangan adalah kekuasaan terhadap golongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan (atau bidang urusan) tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu saja. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang. Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindak hukum publik. 7 Menurut Bagir Manan, wewenang dalam bahasa hukum tidak sama dengan kekuasaan (macht). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak berbuat. Dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban (rechten en plichten). Dalam kaitan dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (zalfregelen) dan mengelola sendiri 6 Soerjono Soekanto, 1980, Pokok Pokok Sosiologi Hukum, CV. Rajawali, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h Prajudi Atmosudirdjo, 1981, HukumAdministrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 29.

19 13 (zelfbesturen), sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan. 8 Secara teori kewenangan yang bersumber dari peraturan perundangundangan diperoleh dengan tiga cara, yaitu atribusi, delegasi, dan mandat. Dalam hal ini, Van Wijk mendefinisikan hal-hal tersebut sebagai berikut : 1. Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintah oleh pembuat undangundang kepada organ pemerintahan. 2. Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintah dari satu organ pemerintah kepada organ pemerintah lainnya. 3. Mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan kewenangan dijalankan oleh organ lainnya atas namanya. 9 Kewenangan atribusi lazimnya digariskan melalui pembagian kekuasaan negara oleh Undang-Undang Dasar, sedangkan kewenangan delegasi dan mandat adalah kewenangan yang berasal dari pelimpahan. Berdasarkan pemaparan diatas, terkait dengan teori kewenangan pada penulisan skripsi ini, yang berjudul pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor merupakan kewenangan dari Dinas Perhubungan sebagaimana dijelaskan pada pasal 8 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan. Sehingga kewenangan Dinas Perhubungan dikualifikasikan sebagai mandat. Mandat yang dimaksud merupakan 8 Ridwan HR, 2002, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h Hutauruk Marulam, 1978, Asas-Asas Ilmu Negara, Erlangga, Jakarta, h. 102.

20 14 penjabaran dari penegasan Pasal 2 ayat (2) Perda Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan Teori Efektivitas Penegakan Hukum Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman prilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Menurut Soerjano Soekanto inti dari penegakan hukum adalah keserasian hubungan antara nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan berwujud dengan prilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Oleh karena itu dapatlah dikatakan, bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan, walaupun di dalam kenyataan di Indonesia kecenderungan adalah demikian, sehingga pengertian law enforcement begitu popular. 10 Berdasarkan penjelasan diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan sementara, bahwa masalah pokok penegakan hukum sebenarnya terletak pada faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Faktor tersebut mempunyai arti yang netral, sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor tersebut, adalah sebagai berikut : 11 a. Faktor hukumnya sendiri 10 Soerjono Soekanto, 2012, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II) h Ibid, h. 8.

21 15 Dalam faktor hukumnya sendiri, akan dibatasi pada undangundang saja.mengenai faktor hukum dalam hal ini dapat di ambil contoh pada Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan. b. Faktor penegak hukum Faktor ini meliputi pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum. Proses penegakan hukum dalam kenyataannya memuncak pada pelaksanaan oleh para pejabat penegak hukum itu sendiri. 12 Penegakan hukum akan dibatasi pada kalangan yang secara langsung berkecimpung dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup law enforcement, akan tetapi juga peace maintenance. 13 c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum Tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana dan fasilitas tersebut antara lain, mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan seterusnya. Kalau hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. 14 Penegakan peraturan akan berjalan dengan baik jika aparat penegakan memiliki pendidikan yang memadai, memiliki tata kelola organisasi yang baik, ditambah dengan keuangan yang mencukupi. 12 Yuniasril Ali, 2007, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h Soerjono Soekanto II, op.cit, h Ibid, h.37.

22 16 d. Faktor masyarakat Penegakan hukum berasal dari masyarakat, dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Oleh karena itu, dipandang dari sudut tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. 15 Masyarakat Indonesia mempunyai pendapat mengenai hukum antara lain : 1. Hukum diartikan sebagai ilmu pengetahuan, 2. Hukum diartikan sebagai disiplin, yakni sistem ajaran tentang kenyataan, 3. Hukum diartikan sebagai norma atau kaidah, yakni patokan perilaku pantas yang diharapkan, 4. Hukum diartikan sebagai tata hukum (yakni hukum positif tertulis), 5. Hukum diartikan sebagai petugas ataupun pejabat, 6. Hukum diartikan sebagai keputusan pejabat atau penguasa, 7. Hukum diartikan sebagai proses pemerintahan, 8. Hukum diartikan sebagai prilaku teratur dan unik, 9. Hukum diartikan sebagai jalinan nilai, 10. Hukum diartikan sebagai seni. 16 Masalah yang timbul sebagai akibat anggapan masyarakat adalah mengenai penerapan perundang-undangan. Kalau penegak hukum menyadari bahwa dirinya dianggap hukum oleh masyarakat, maka tidak mustahil bahwa perundang-undangan ditafsirkan terlalu luas atau terlalu sempit. Selain itu, mungkin timbul kebiasaan untuk kurang menelaah perundang-undangan yang kadangkala tertinggal dengan perkembangan di dalam masyarakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, anggapan-anggapan dari masyarakat tersebut harus mengalami perubahan-perubahan di dalam 15 Ibid,h Ibid, h

23 17 kadar-kadar tertentu. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilakukan melalui penerapan atau penyuluhan hukum yang senantiasa dievaluasi hasil-hasilnya, untuk kemudian dikembangkan lagi. Kegiatan-kegiatan tersebut nantinya akan dapat menempatkan hukum pada kedudukan dan peran yang semestinya. 17 e. Faktor kebudayaan Kebudayaan hukum pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai yang merupakan konsepsikonsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari). Nilai-nilai tersebut, lazimnya merupakan pasangan nilai nilai yang mencerminkan dua keadaan ekstrim yang harus diserasikan. Pasangan nilai yang berperan dalam hukum, adalah sebagai berikut : 1. Nilai ketertiban dan nilai ketentraman, 2. Nilai jasmaniah/kebendaan dan nilai rohaniah/keakhlakan, 3. Nilai kelanggengan/konservatisme dan nilai kebaruan/inovatisme. 18 Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari pada efektivitas penegakan hukum Ibid,h Ibid, h Ibid, h. 9.

24 Metode Penelitian Penentuan metode penelitian yang tepat sangat penting dalam sebuah penelitian. Metode merupakan cara untuk melaksanakan pekerjaan, pemilihan, metode yang tepat akan mempermudah suatu penelitian. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Hal ini sejalan dengan esensi ilmu untuk memperoleh interelasi yang sistematis. 20 Adapun metode yang digunakan dalam skripsi ini meliputi : Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisa dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten. 21 Penelitian yang dilakukan dalam kaitannya dengan penulisan penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris. Penelitian Hukum empiris merupakan penelitian ilmiah yang menjelaskan fenomena hukum tentang terjadinya kesenjangan antar norma dengan prilaku masyarakat (kesenjangan antara das Sollen dan das Sein atau antara the Ought dan the is atau antara yang seharusnya dengan senyatanya di lapangan). Obyek penelitian hukum empiris berupa pandangan, sikap, dan prilaku masyarakat dalam penerapan hukum. 22 Peter Mahmud Marzuki berpendapat bahwa penelitian hukum empiris adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat sebagai sumber pertama 20 Bambang Sunggono, 2007, Metodelogi Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo, Jakarta, h Soerjono Soekanto, 2004, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, (selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto III) h Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, hal. 77.

25 19 dengan melalui penelitian lapangan, yang dilakukan baik melalui pengamatan, wawancara ataupun penyebaran kuisioner dan data yang diperoleh dari kepustakaan sebagai sumber kedua. 23 Penelitian hukum empiris adalah sebuah metode penelitian hukum yang berupaya untuk melihat hukum dalam artian nyata atau dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya hukum di masyarakat. 24 Berdasarkan atas pandangan diatas orientasi pengkajian dalam kajian ini menitik beratkan mengenai pelaksanaan Peraturan Pemerintah Daerah Nomor 5 Tahun 2005 berkaitan dengan pemindahan kendaraan bermotor Jenis Pendekatan Penelitian hukum umumnyamengenal 7 (tujuh) jenis pendekatan yakni : a) Pendekatan Kasus (The Case Approach) b) Pendekatan Perundang-undangan (The Statute Approach) c) Pendekatan Fakta (The Fact Approach) d) Pendekatan Analisis Konsep Hukum (Analitical & Conseptual Approach) e) Pendekatan Frasa (Words & Phrase Approach) f) Pendekatan Sejarah (Historical Approach) g) Pendekatan Perbandingan (Comparative Approach) 25 Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan-pendekatan. Pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum ini adalah pendekatan 23 Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, h Amiruddin dan Zainal Azikin, 2012, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Op.cit, h. 80.

26 20 perundang-undangan, dan pendekatan fakta. Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 26 Pendekatan fakta dilakukan dengan cara mengadakan penelitian berupa wawancara dan data-data langsung pada suatu instansi atau lembaga yang menjadi obyek penelitian Bahan Hukum Dalam penyusunan skripsi ini sumber data yang didapatkan dengan penelitian lapangan yang menghasilkan data primer dan penelitian kepustakaan yang menghasilkan data sekunder. 1. Data primer yang sumber datanya diperoleh dari penelitian secara langsung dilapangan (field research) melalui wawancara. 2. Data sekunder adalah data yang dapat diperoleh dengan metode penelitian kepustakaan (library Research), yaitu penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan seterusnya yang berhubungan dengan masalah yang di bahas. 27 Data dan bahan-bahan hukum yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari : a. Data primer adalah data yang diperoleh dari informasi yang berkaitan dengan kejadian di lapangan. Dalam hal ini dilakukan di Dinas Perhubungan Kota Denpasar. 26 Peter Mahmud Marzuki,op.cit, h Rony Hanitjo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Hukum, dan Jurimetri, Cet III, Ghalia Indonesia, Jakarta, h. 14.

27 21 b. Data sekunder adalah data yang di dapat dari dokumen-dokumen, bukubuku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya. Adapun bahan bahn hukum yang diteliti sebagai berikut : a) Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas (autoritatif). Bahan hukum primer terdiri atas peraturan perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan suatu peraturan perundang-undangan, dan putusan hakim. 28 Bahan hukum primer dalam penulisan ini adalah bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, antara lain yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 28 Tahun 2001 tentang Penetapan Rambu-rambu Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Pada Ruas-ruas Jalan Tertentu di Kota Denpasar, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 5 Tahun 2005 tentang Retribusi Pemindahan Kendaraan Bermotor di Jalan, Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 1 Tahun 2015 tentang Kebersihan dan Ketertiban Umum. b) Bahan hukum sekunder adalah semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang tidak resmi. Publikasi tersebut 28 H. Zainuddin Ali, 2016, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, h. 47.

28 22 terdiri atas (a) buku-buku teks yang membicarakan suatu dan/atau beberapa permasalahan hukum, termasuk skripsi, tesis, dan disertasi hukum, (b) kamus-kamus hukum, (c) jurnal-jurnal hukum, dan (d) komentar-komentar atas putusan hakim. 29 Bahan hukum sekunder dalam penulisan ini adalah buku-buku, tulisan/karya ilmiah hukum yang terkait dengan objek penelitian Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini yaitu : a. Teknik wawancara (interview), merupakan salah satu teknik dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara wawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data. 30 Dalam hal ini teknik wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara kepada informan di Dinas Perhubungan Kota Denpasar. b. Teknik observasi/pengamatan, merupakan salah satu teknik dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Observasi/pengamatan dilakukan dengan secara langsung kelapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi Teknik Analisis Teknik analisis yang digunakan dalam penulisan ini dengan menggunakan teknik analisis kualitatif atau yang juga sering dikenal dengan analisis 29 Ibid, h Wina Sanjaya, 2013, Penelitian Pendidikan (Jenis, Metode, dan Prosedur), Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 263.

29 23 deskriptifkualitatif maka keseluruhan data yang terkumpul baik dari data primer maupun sekunder, diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya, dilakukan interpretasi untuk memahami makna data dalam situasi sosial, dan dilakukan penafsiran dari perspektif peneliti setelah memahami keseluruhan kualitas data. 31 Dengan demikian penulisan skripsi ini dilakukan dengan menelaah data primer dan sekunder yang telah terkumpul, kemudian dianalisis menurut disiplin ilmu Hukum Administrasi Negara sehingga menjadi pembahasan yang sinergi dan terpadu. Deskripsi dilakukan untuk menguraikan dimana duduk permasalahannya dan argumentasi dilakukan untuk memberikan argumentasi penyelesaian masalah yang terjadi berdasarkan data yang ada. 31 Buku Pedoman Fakultas Hukum Universitas Udayana, Op.cit, h. 88.

30

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2005 BERKAITAN DENGAN PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR Oleh : Ida Bagus Putra Pratama Ibrahim R I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu segala tindakan dan kewenangan pemerintah harus berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. karena itu segala tindakan dan kewenangan pemerintah harus berdasarkan atas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat ( 3 ) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pajak adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara berdasarkan undangundang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur, dan merata berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada mulanya terdapat tiga alternatif lembaga yang digagas untuk diberi kewenangan melakukan pengujian Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas. Persoalan lalu lintas yang dihadapi oleh kota-kota besar antara lain, yaitu kemacetan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian penegakan hukum. Mengenai pengertian dari penegakan hukum menunjuk pada batasan pengertian dari para sarjana. Identifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang- undangan. 2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah di amandemen menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Prof.

Lebih terperinci

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta Cokorde Dalem Dahana Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana PERANAN PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG DALAM MENANGGULANGI PENGEMIS BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KETERTIBAN UMUM Oleh Ida Bagus Indra Dwi Putra Nengah Suharta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesejahteraan sebagaimana yang dituangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea IV yang mana tujuan Negara Indonesia yaitu melindungi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila itu mencangkup sila atau prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dasar filosofis yang dimaksudkan itulah yang biasa disebut sebagai Pancasila yang berati lima sila atau lima prinsip dasar untuk mencapai atau mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA DENPASAR ABSTRACT oleh Komang Gede Dianaputra I Wayan Parsa I Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

PENEGAKKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH :

PENEGAKKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH : PENEGAKKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR OLEH : I Made Aditya Wiryadarma I Gusti Ngurah Wairocana I Ketut Sudiarta Hukum pemerintahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Efektivitas Penerapan Pidana Denda dalam Pelanggaran Safety Riding ditinjau dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Studi Kasus di Polres Buleleng) Ni Luh Intan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TERKAIT BANGUNAN DI RUANG TERBUKA HIJAU KOTA DENPASAR Oleh : Ni Putu Putrika Widhi Susmitha I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Program Kekhususan

Lebih terperinci

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN

PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 1 PENGATURAN BAGI PEDAGANG KAKI LIMA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2000 Oleh Desak Nyoman Oxsi Selina Ibrahim R I Ketut Suardita Program Kekhususan Hukum Pemerintahan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG

UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG UPAYA HUKUM PEMERINTAHAN KABUPATEN BADUNG DALAM MEMPERTAHANKAN TANAH PERTANIAN DI DAERAH BADUNG Oleh I Putu Arik Sanjaya Made Arya Utama Cokorda Dalem Dahana Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemikiran Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur-unsur negara hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara hukum sebagaimana yang termaktub dalam UUD NRI 1945, yang bertujuan menciptakan kesejahteraan umum dan keadilan sosial. Gagasan

Lebih terperinci

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945

KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 KEWENANGAN MENGUJI KONSTITUSIONALITAS PERATURAN DAERAH TERHADAP UUD 1945 Oleh : Indah Permatasari 1 ABSTRACT The local government is given authority by the constitution to establish local regulations.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULAUN. dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULAUN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan berbentuk Republik, hal ini dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS TERHADAP LEGALITAS PENGOPERASIAN OJEK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

KAJIAN YURIDIS TERHADAP LEGALITAS PENGOPERASIAN OJEK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN KAJIAN YURIDIS TERHADAP LEGALITAS PENGOPERASIAN OJEK DITINJAU DARI UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Oleh: I Gusti Agung Arya Wira Pratama I Ketut Sudjana Bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan; BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 14 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 3)

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 14 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 3) BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 14 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 3) C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, menurut Soerjono Soekanto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan satu macam pendekatan, yaitu pendekatan yuridis normatif. Penelitian hukum normatif adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting untuk dimiliki oleh suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diundangkannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) pada tanggal 24 September 1960, telah terjadi perubahan

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR Oleh: Nina Handalina Soza I Nyoman Suyatna I Ketut Suardita Bagian Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan bukan Negara Serikat maupun Negara Federal. Suatu bentuk Negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai satu kesatuan tunggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dalam konsep kesejahteraan (welfare) dalam Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum sebagai kaedah merupakan himpunan petunjuk hidup berupa perintah dan larangan yang mengatur tata tertib dalam masyarakat yang seharusnya ditaati, dan pelanggaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Waktu yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini dimulai dari perumusan masalah hingga penulisan laporan akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah telah membuktikan bahwa Negara Indonesia adalah negara bahari, yang kejayaan masa lampaunya dicapai karena membangun kekuatan maritim

Lebih terperinci

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan bahwa, Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip prinsip hukum, maupun doktrin doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang sedang dihadapi. Penelitian

Lebih terperinci

PENETAPAN TARIF RETRIBUSI PARKIR PADA PUSAT HIBURAN BEACHWALK DI KABUPATEN BADUNG

PENETAPAN TARIF RETRIBUSI PARKIR PADA PUSAT HIBURAN BEACHWALK DI KABUPATEN BADUNG PENETAPAN TARIF RETRIBUSI PARKIR PADA PUSAT HIBURAN BEACHWALK DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Ariz Rizky Ramadhon SLP. Dawisni Manik Pinatih Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Penulisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. menggali, mengelola dan merumuskan bahan-bahan hukum dalam menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan disiplin ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu hukum yang berusaha mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Republik Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat dengan UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Kalimat ini tercantum dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Republik Indonesia, dan alinea ke-4 (empat)

Lebih terperinci

Oleh: Regil Julian Pandie I Ketut Sudiartha Kadek Sarna Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana

Oleh: Regil Julian Pandie I Ketut Sudiartha Kadek Sarna Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN KHUSUSNYA TERHADAP SARANA BANGUNAN PARIWISATA ( STUDI PADA BADAN PELAYANAN DAN PERIZINAN TERPADU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan upaya untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TERHADAP PERLINDUNGAN DISABILITAS

KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TERHADAP PERLINDUNGAN DISABILITAS KEWENANGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI TERHADAP PERLINDUNGAN DISABILITAS Oleh I Kadek Indyana Pranantha Anak Agung Sri Utari Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Makalah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu.

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian dan penegakan hukum yang tepat dapat mencegah dan menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. Terjadinya peredaran rokok ilegal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat kali mengalami perubahan. atau amandemen. Di dalam bidang hukum, pengembangan budaya hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) adalah hukum dasar di Negara Republik Indonesia. Seiring perkembangan zaman, UUD 1945 telah empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan berperan sebagai sektor penunjang pembangunan (the promoting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kendaraan sepeda motor di Cengkareng terus mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah kendaraan sepada motor yang demikian pesat didasarkan atas

Lebih terperinci

TINDAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DALAM MENEGAKKAN IZIN GANGGUAN (HO) UNTUK CLUB MALAM

TINDAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DALAM MENEGAKKAN IZIN GANGGUAN (HO) UNTUK CLUB MALAM Abstract TINDAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BADUNG DALAM MENEGAKKAN IZIN GANGGUAN (HO) UNTUK CLUB MALAM Oleh I Wayan Wisnu Saputra I Ketut Sudiarta Cokorde Dalem Dahana Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dengan arus lalu lintas transportasi. Semua kebutuhan dan kegiatan yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 PROSES DAN TAHAPAN PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010 Oleh: Putu Santhi Kartikasari Ibrahim R. Ni Gusti Ayu Dyah Satyawati Bagian Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mengidentifikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasal 47 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang berbunyi Putusan Mahkamah Konstitusi memperoleh kekuatan hukum tetap sejak selesai diucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan ini manusia mempunyai kebutuhan yang beraneka ragam, untuk memenuhi semua kebutuhan tersebut manusia dituntut untuk melaksanakan suatu usaha

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil uraian dan analisa yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu : 1. Pengaturan Pengecualian Larangan Pemilikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa. Tanah merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sangat absolute dan vital artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, untuk mewujudkan tujuan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Hal ini

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DITINJAU DARI PERDA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015

UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DITINJAU DARI PERDA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 UPAYA PENCEGAHAN PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIAKIBATKAN OLEH SAMPAH DITINJAU DARI PERDA DENPASAR NOMOR 3 TAHUN 2015 Oleh : Effelien Tapilatu* I Nyoman Suyatna** Kadek Sarna*** Program Kekhususan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. aktifitasnya yang berupa tanah. Tanah dapat berfungsi tidak saja sebagai lahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial, manusia tentu memerlukan lahan atau tempat sebagai fondasi untuk menjalankan aktifitasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Sri Soemantri tidak ada satu negara pun yang tidak mempunyai konstitusi atau Undang-Undang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG

EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG EFEKTIVITAS PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KABUPATEN BADUNG Oleh : Kadek Devi Ayu Anggari Pembimbing : I Wayan Parsa Nengah Suharta Program Kekhususan Hukum Pemerintahan, Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Begitu pun dalam hal lalu-lintas atau transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Begitu pun dalam hal lalu-lintas atau transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa berada dalam proses perubahan sosial dengan kata lain perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap kehidupan masyarakat.

Lebih terperinci

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai suatu kumpulan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan moda transportasi massal yang murah, efisien, dan cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat dari gambaran Indonesia yang sangat luas dan menjadi salah satu penduduk terbanyak di dunia sudah pantas bila masyarakat Indonesia sangat membutuhkan moda transportasi

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR

PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR PENEGAKAN HUKUM PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA DENPASAR Ni Putu Sri Rahayu Mulya Ningsih I Ketut Sudiarta Kadek Sarna Hukum Pemerintahan,

Lebih terperinci

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA

UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA UPAYA PENCAPAIAN IKLIM USAHA KONDUSIF BAGI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) DALAM KEGIATAN BISNIS PARIWISATA oleh Kezia Frederika Wasiyono I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa luput dari masalah hukum yang terjadi dalam masyarakat, hakikat keadilan dan hukum dapat dialami baik oleh ahli hukum maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di

BAB I PENDAHULUAN. Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakim adalah aktor utama penegakan hukum (law enforcement) di pengadilan yang mempunyai peran lebih apabila dibandingkan dengan jaksa, pengacara, dan panitera. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara adalah suatu organisasi yang memilki tujuan. Pada konteks Negara Indonesia, tujuan Negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan Undang- Undang Dasar

Lebih terperinci

PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG DEMOKRATIS

PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG DEMOKRATIS PERAN MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH YANG DEMOKRATIS Oleh : I Gusti Ayu Oka Pramitha Dewi Ida Bagus Wyasa Putra Bagian Hukum Pemerintah Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh :

FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN. Oleh : 41 FREIES ERMESSEN DALAM KONSEP NEGARA KESEJAHTERAAN Oleh : Gusti Ayu Ratih Damayanti, S.H., M.H. Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram Abstract In principle, there were two forms of

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan

BAB III METODE PENELITIAN. normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif empiris. Penelitian hukum normatif empiris adalah penelitian hukum mengenai pemberlakuan ketentuan hukum normatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Untuk memperoleh data atau bahan yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian hukum dengan metode yang lazim digunakan dalam metode penelitian hukum dengan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN Oleh Nyoman Agus Pitmantara Ida Bagus Putu Sutama Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang cukup pesat karena kebutuhan setiap orang tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aliran sumber daya jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan. diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian.

BAB I PENDAHULUAN. Aliran sumber daya jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan. diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sumber daya alam itu dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu kelompok sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan kelompok sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban bagi negara yang dapat dinilai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan negara Indonesia 1 sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) diwujudkan oleh sebuah

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR

PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR PENGENDALIAN PEREDARAN MINUMAN BERALKOHOL DI WILAYAH HUKUM POLRESTA DENPASAR Oleh: Dewi Irmayanti Zanivah I Gusti Ngurah Wairocana I Ketut Sudiarta Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Ilmu hukum normatif adalah ilmu hukum yang bersifat tidak dapat dibandingkan dengan ilmu ilmu lain. Fokus kajianya adalah hukum positif, oleh karena itu ilmu

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG

SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG SKRIPSI PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PADANG PERIODE 2009-2014 TERHADAP PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pidana bersyarat merupakan suatu sistem pidana di dalam hukum pidana yang berlaku di Indonesia. Hukum pidana tidak hanya bertujuan untuk memberikan pidana atau nestapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan usaha di berbagai bidang baik bidang industri, pertanian, manufaktur, dan lain sebagainya membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung

Lebih terperinci

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008 KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN PEMERINTAH KECAMATAN DI KOTA DENPASAR MENURUT UNDANG UNDANG NO.32 TAHUN 2004 DAN PERDA NO.9 TAHUN 2008 Oleh I Made Sudarmayasa I Gusti Ayu Puspawati Bagian Hukum Administrasi Negara

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA SAMARINDA JURNAL BERAJA NITI ISSN : 2337-4608 Volume 3 Nomor 8 (2014) http://e-journal.fhunmul.ac.id/index.php/beraja Copyright 2014 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH Oleh : I Putu Eka Sanjaya Pembimbing : I Nyoman Gatrawan Bagian Hukum Pemerintahan Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract This paper

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM

SKRIPSI OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG DARMASUARA NIM SKRIPSI PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA DENPASAR DALAM PENETAPAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA DENPASAR OLEH : I GUSTI NGURAH AGUNG

Lebih terperinci

NARKOTIKA JENIS KATINON DALAM PERSPEKTIF ASAS LEGALITAS

NARKOTIKA JENIS KATINON DALAM PERSPEKTIF ASAS LEGALITAS NARKOTIKA JENIS KATINON DALAM PERSPEKTIF ASAS LEGALITAS Oleh Komang Ayu Lestari Ida Bagus Surya Darmajaya Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Now the rampant drug abuse by young

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu. masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tuntutan yang fundamental yang dihadapi oleh suatu masyarakat adalah bertahan hidup (survive) atau mempertahankan kelangsungan hidupnya di dalam suatu

Lebih terperinci

PENERAPAN PASAL 3 AYAT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 DALAM PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA DENPASAR

PENERAPAN PASAL 3 AYAT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 DALAM PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA DENPASAR PENERAPAN PASAL 3 AYAT (4) PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98 TAHUN 2014 DALAM PENERBITAN IZIN USAHA MIKRO DAN KECIL DI KOTA DENPASAR Oleh: I Gusti Ngurah Made Ari Martana I Made Arya Utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis, Sifat, Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1. Jenis Penelitian Hal yang cukup penting dalam penelitian hukum sebagai suatu kegiatan ilmiah adalah proses analisa yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah pada tahun 1999 sampai dengan 2002 merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penuntutan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm ), hlm.94. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadilan dan kepastian hukum tentulah menjadi dua harapan dari diberlakukannya hukum. Masyarakat yang kepentingannya tercemar akan merasa keadilannya terusik dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH JAMBI DALAM LINGKUP PERATURAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak

PERATURAN DAERAH JAMBI DALAM LINGKUP PERATURAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA. Oleh : Lili Naili Hidayah 1. Abstrak PERATURAN DAERAH JAMBI DALAM LINGKUP PERATURAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL DI INDONESIA Oleh : Lili Naili Hidayah 1 Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menginventarisir dan menganalisa Peraturan Daerah Jambi

Lebih terperinci