ANALISIS PENGARUH PEMODULASIAN SUHU TERHADAP SENSITIFITAS DAN SELEKTIFITAS SENSOR GAS SEMIKONDUKTOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH PEMODULASIAN SUHU TERHADAP SENSITIFITAS DAN SELEKTIFITAS SENSOR GAS SEMIKONDUKTOR"

Transkripsi

1 TESIS RE 299 ANALISIS PENGARUH PEMODULASIAN SUHU TERHADAP SENSITIFITAS DAN SELEKTIFITAS SENSOR GAS SEMIKONDUKTOR HENRY HASIAN LUMBAN TORUAN DOSEN PEMBIMBING Dr. Muhammad Rivai, S.T., M.T. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 28

2 TESIS RE 299 ANALISIS PENGARUH PEMODULASIAN SUHU TERHADAP SENSITIFITAS DAN SELEKTIFITAS SENSOR GAS SEMIKONDUKTOR HENRY HASIAN LUMBAN TORUAN DOSEN PEMBIMBING Dr. Muhammad Rivai, S.T., M.T. PROGRAM MAGISTER BIDANG KEAHLIAN ELEKTRONIKA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 28

3 Lembar Pengesahan Tesis disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Teknik (M.T) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember oleh : Henry Hasian Lumban Toruan Nrp Tanggal Ujian : Kamis, 31Juli 28 Periode Wisuda : September Disetujui oleh : 1. Dr. Muhammad Rivai, S.T., M.T. (Pembimbing ) NIP : Achmad Arifin, ST. M.Eng. Ph.D (Penguji) NIP : Dr. Ir. Djoko Purwanto, M.Eng (Penguji) NIP : Dr. Tri Arief Sardjono, ST. MT. (Penguji) NIP : Totok Mujiono, Ir.,MI.Kom (Penguji) NIP : Direktur Program Pascasarjana, Prof. Dr. Ir. Suparno. MSIE NIP

4 Analisis Pengaruh Pemodulasian Suhu Terhadap Sensitifitas dan Selektifitas Sensor Gas Semikonduktor Nama mahasiswa : Henry Hasian Lumban Toruan NRP : Pembimbing : Dr. Moch.Rivai,S.T.,M.T. ABSTRAK Pengidentifikasian berbagai jenis gas biasanya menggunakan deret sensor sehingga berbentuk fisik dan berdaya besar serta tidak praktis dan mahal. Hal ini dapat dihindarkan dengan menggunakan sebuah sensor dengan sistem pemodulasian suhu. Pemodulasian suhu dilakukan dengan memberikan sinyal pulsa, segitiga dan sinus beramplitudo 5V dengan periode 8, 16, 32, 48 dan 64 detik pada elemen pemanas sensor TGS 262. Penganalisisan data terhadap bahan bakar pada komputer menggunakan FFT, PCA dan JST-BP. Pada analisis sensitifitas, berdasarkan tampilan grafik perubahan tegangan sensor terhadap perubahan konsentrasi minyak tanah didapati bahwa pemanas pulsa periode 32 detik adalah yang terbaik untuk membuat sensor menjadi lebih sensitif. Hal ini ditunjukkan dengan grafik sensitifitasnya yang memiliki kemiringan garis.4 Volt/ppm. Pada analisis selektifitas, berdasarkan jumlah epoch yang terendah untuk mencapai error.1 pada proses pelatihannya didapati bahwa pemanas pulsa periode 32 detik adalah yang terbaik untuk membuat sensor menjadi lebih selektif pada pengidentifikasian bahan bakar minyak tanah, pertamax, premium dan solar dengan jumlah epoch 284. Pada pelatihan dan pengujian masing-masing bahan bakar 1 dan 5 sampel memiliki tampilan plot 1 st and 2 nd Principal Component menunjukkan tiap gas telah terpisah serta tingkat keberhasilan pengenalan mencapai 1%. Kata kunci : modulasi suhu, sensor gas semikonduktor, sensitifitas, selektifitas, FFT, PCA, JST-BP

5 The Analysis of Temperature Modulation Influence to Semiconductor Gas Sensor's Sensitivity and Selectivity By : Henry Hasian Lumban Toruan Student Identity Number : Supervisor : Dr. Moch.Rivai,S.T.,M.T. ABSTRACT The identification of various gases usually use sensor array that have big dimension and consume large power and also impractical and expensive. This method can be avoided by use one sensor using modulated temperature system. The temperature modulation is done by generates the 5 V pulse, triangle and sine wave with 8, 16, 32, 48 and 64 seconds period to the sensor's heater. The data analysis for fuel is done at computer using FFT, PCA and NN-BP. At sensitivity analysis, based on graph appearance that figures the change of the sensor's voltage againts the change of the kerosene's concentration shows that the pulse wave with 32 seconds period is the best that makes the sensor more sensitive. This can be shown from the graph that have the gradient.4 Volt/ppm. At selectivity analysis, based on the lowest amount of epoch to reach errors of.1 at the training process shows that the pulse wave with 32 seconds period is the best wave that makes the sensor more selective for fuel identification kerosene, pertamax, gasoline and diesel fuel with 284 epochs. For the identification of training and testing each fuel of 1 and 5 samples, the plot of 1st and 2nd Principal Component appearance for training samples shows that every gas have separated and the rate of identification reach 1%. Keywords: Temperature modulation, semiconductor gas sensor, sensitivity, selectivity, FFT, PCA, NN-BP

6 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-nya maka penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Pengaruh Pemodulasian Suhu terhadap Sensitifitas dan Selektifitas Sensor Gas Semikonduktor. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Teknik (M.T.) di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Selama penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr. Muhammad Rivai,S.T,M.T, sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar dan penuh pengertian telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi selama penyusunan tesis ini. 2. Bapak Dr. Ir. Djoko Purwanto, M.Eng., Bapak Achmad Arifin, ST. M.Eng., Ph.D, Bapak Dr. Tri Arief Sardjono, S.T., M.T. dan Bapak Totok Mujiono, Ir., MI. Kom sebagai dosen penguji tesis yang telah banyak memberikan kritik dan saran bagi kesempurnaan tesis ini. 3. Teman-teman S2, adik-adik S1 dan semua pihak yang telah banyak membantu dan memberikan dukungan selama penyelesaian tesis ini. 4. Orang tua, tante Endang, abang, adik, istri serta anak-anakku Theo dan Febi yang telah begitu banyak memberikan doa dan dorongan serta pengorbanan demi kelangsungan studi. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun untuk pengembangan penelitian ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu elektronika, khususnya bidang instrumentasi. Surabaya, 15 Agustus 28 Penyusun

7 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel i ii iii iv v vii ix BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 3 BAB 2. KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1.Kajian Pustaka Sensor Gas Semikonduktor Mikrokontroler ATmega Fast Fourier Transform (FFT) Principal Component Analysis (PCA) Jaring Saraf Tiruan-BackPropagation (JST-BP) 18 BAB 3. RANCANG BANGUN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Perancangan Perangkat Keras Perancangan Algoritma FFT Perencanaan Algoritma PCA Perencanaan Algoritma BP pada JST 42 BAB 4. HASIL dan PEMBAHASAN

8 4.1 Hasil Pengujian Analisis Sensitifitas Pembahasan Analisis Sensitifitas Hasil Pengujian Analisis Selektifitas Pembahasan Analisis Selektifitas 78 BAB 5. KESIMPULAN 83 DAFTAR PUSTAKA. 85 LAMPIRAN 87

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur sensor gas semikonduktor 7 Gambar 2.2. Pembentukan tegangan barrier saat tanpa gas pereduksi (a) dan pengurangan tegangan barrier saat adanya gas pereduksi (b) 8 Gambar 2.3 Grafik karakteristik sensitifitas sensor 9 Gambar 2.4 Konfigurasi FFT peruraian dalam frekwensi radiks 2 N=16 titik 12 Gambar 2.5 Plot 1 st PC dan 2 nd PC dari dua jenis data yang berbeda 18 Gambar 2.6 Arsitektur lengkap JST feed forward lengkap (a) dan layer diagram (b) 19 Gambar 2.7 Fungsi aktivasi sigmoid bipolar 2 Gambar 3.1 Blok diagram rancangan sistem analisis sensitifitas 26 Gambar 3.2 Blok diagram rancangan sistem analisis selektifitas menggunakan algoritma FFT dan PCA 26 Gambar 3.3 Blok diagram rancangan sistem analisis selektifitas untuk proses pelatihan menggunakan algoritma FFT dan BP pada JST 27 Gambar 3.4 Blok diagram rancangan sistem analisis selektifitas untuk proses pengujian menggunakan algoritma FFT dan BP pada JST 27 Gambar 3.5 Pengambilan data untuk pemanas periode 32 detik 31 Gambar 3.6 Pengambilan data series untuk pemanas pulsa 32 Gambar 3.7 Diagram alir pengolahan data sistem identifikasi 33 Gambar 3.8 Diagram alir pengolahan data sistem tampilan visual pengelompokan gas 33 Gambar 3.9 Blok diagram pemodulasian suhu 35 Gambar 3.1 Skema rangkaian DT-AVR 36 Gambar 3.11 Foto alat penelitian keseluruhan 37 Gambar 3.12 Blok diagram pemrosesan data dengan FFT 38 Gambar 3.13 Flowchart pemrosesan data dengan PCA 39 Gambar 3.14 Plot 1 st PC dan 2 nd PC dari dua jenis data yang berbeda 42 Gambar 3.15 Flowchart proses pelatihan JST-BP 43 Gambar 4.1 Profil tegangan diskrit sensor terhadap minyak tanah 49 Gambar 4.2 Grafik sensitifitas sensor terhadap minyak tanah untuk tiap

10 pemanas 54 Gambar 4.3 Grafik analisis sensitifitas 56 Gambar 4.4 Profil tegangan diskrit sensor untuk analisis selektifitas 57 Gambar 4.5 Profil frekwensi tiap gas untuk tiap jenis pemanas ternormalisasi 64 Gambar 4.6 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 32 detik 65 Gambar 4.7 Pola tiap gas pada pemanas segitiga periode 32 detik 65 Gambar 4.8 Pola tiap gas pada pemanas sinus periode 32 detik 66 Gambar 4.9 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 16 detik 66 Gambar 4.1 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 48 detik 67 Gambar 4.11 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 64 detik 67 Gambar 4.12 Plot antara 1 st PC dan 2 nd PC untuk analisis selektifitas 74 Gambar 4.13 Posisi antar satu sampel berbeda yang paling berdekatan 76 Gambar 4.14 Grafik analisis selektifitas pada proses pengujian 8.

11 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Pengaturan pengambilan data 3 Tabel 3.2 Pola keluaran sistem identifikasi 44 Tabel 4.1 Data analisis sensitifitas 5 Tabel 4.2 Nilai sensitifitas sensor terhadap minyak tanah 55 Tabel 4.3 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 32 detik 58 Tabel 4.4 Masukan JST-BP untuk pemanas segitiga periode 32 detik 59 Tabel 4.5 Masukan JST-BP untuk pemanas sinus periode 32 detik 6 Tabel 4.6 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 16 detik 61 Tabel 4.7 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 48 detik 62 Tabel 4.8 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 64 detik 63 Tabel 4.9 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 32 detik analisis selektifitas 68 Tabel 4.1 Hasil proses PCA pemanas segitiga periode 32 detik analisis selektifitas 69 Tabel 4.11 Hasil proses PCA pemanas sinus periode 32 detik analisis selektifitas 7 Tabel4.12 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 16 detik analisis selektifitas 71 Tabel 4.13 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 48 detik analisis selektifitas 72 Tabel 4.14Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 64 detik analisis selektifitas 73 Tabel 4.15 Jarak antara plot gas berbeda yang berdekatan 77 Tabel 4.16 Tabel variance tiap gas pada tiap pemanas 77 Tabel 4.17 Tabel variance antar gas berbeda pada tiap pemanas 77 Tabel 4.18 Hasil proses pelatihan JST-BP 78 Tabel 4.19 Hasil proses pengujian JST-BP 78

12 BAB 1 PENDAHULUAN Ada beberapa hal yang mendorong peneliti untuk meneliti analisis pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor. Hal-hal tersebut dapat dilihat pada sub-sub bab berikut ini. 1.1 Latar Belakang Sensor-sensor gas semikonduktor SnO 2 secara luas digunakan untuk mendeteksi berbagai macam gas. Sensitifitas yang rendah karena tidak mampu merespon gas dalam konsentrasi rendah dan selektifitas yang rendah karena merespon berbagai jenis gas menjadi masalah utama untuk sensor-sensor gas semikonduktor ini. Pada pengidentifikasian beberapa jenis gas, maka harus digunakan beberapa sensor atau yang sering disebut dengan deret sensor (array sensors). Penggunaan sensor array membutuhkan daya dan dimensi yang relatif besar serta biaya yang relatif mahal. Hal ini dapat dihindarkan dengan meningkatkan selektifitas dari satu sensor saja sehingga dengan menggunakan satu sensor saja dapat mendeteksi beberapa jenis gas. Suatu metode untuk meningkatkan sensitifitas dan selektifitas sensor semikonduktor ini adalah mungkin dengan memberikan modulasi suhu pada sensor tersebut sehingga sensitifitas dan selektifitasnya terhadap berbagai gas akan meningkat. 1.2 Perumusan Masalah Sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor perlu ditingkatkan agar lebih efektif dalam perencanaan aplikasinya. Hal ini mungkin dapat dilakukan dengan modulasi suhu pada ruang sensor dengan memberikan sumber tegangan dan frekwensi tertentu pada elemen pemanasnya. Permasalahan yang timbul adalah : 1. Bagaimana pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor.

13 2. Bagaimana penerapan metode Fast Fourier Transform (FFT), Principal Component Analysis (PCA) dan Jaring Saraf Tiruan-BackPropagation (JST-BP) untuk menganalisis data yang diperoleh. 3. Bagaimana bentuk sinyal pemodulasi suhu yang paling baik untuk membuat sensor gas semikonduktor paling sensitif dan selektif untuk mendeteksi gas bahan bakar. 1.3 Batasan Masalah Dalam analisis pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor, perlu diberikan suatu batasan sebagai berikut : 1. Sebagai sensor gas semikonduktor yang dianalisis digunakan sensor gas TGS 262 produk Figaro untuk merespon organic solvent vapor (gas organik yang mudah menguap). 2. Pada penelitian ini tidak mengukur temperatur akibat pemodulasian suhu tetapi hanya mengukur tegangan keluaran sensor akibat pemodulasian suhu tersebut. 3. Pada analisis sensitifitas digunakan gas minyak tanah berkonsentrasi 12, 24, 36, 48, 6 dan 72 ppm dengan menggunakan pemanas pulsa, segitiga dan sinus periode 16 detik serta pulsa periode 8 dan 32 detik dengan memiliki duty cycle 5%. Tegangan pulsa dibangkitkan dari mikrokontroler dan tegangan segitiga serta sinus dari function generator. 4. Pada analisis selektifitas digunakan gas minyak tanah, pertamax, premium dan solar untuk dideteksi dengan menggunakan pemanas pulsa, segitiga dan sinus periode 32 detik serta pulsa periode 16, 48 dan 64 detik dengan duty cycle 5%. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini nantinya bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor dengan menggunakan algoritma FFT, PCA dan JST-BP.

14 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini nantinya adalah : 1. Mendapatkan nilai sensitifitas yang lebih baik dari sensor gas semikonduktor. 2. Dihasilkan suatu sistem pendeteksi gas bahan bakar sehingga dapat membedakan kemurniannya dengan menggunakan sebuah sensor.

15 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Ada beberapa kajian pustaka dan dasar teori yang diperlukan dalam menganalisis pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor menggunakan algoritma FFT, PCA dan JST-BP. Dasar teori tersebut yaitu sensor gas semikonduktor, algoritma FFT, PCA dan JST-BP. Kajian pustaka dan dasar teori tersebut dapat dilihat pada sub-sub bab berikut ini. 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan spesifikasi teknis dari sensor gas semikonduktor, elemen pemanas diberi tegangan 5±.2V DC/AC (Figaro, 24). Hal ini berguna untuk memanaskan elemen pemanas. Sensor gas semikonduktor memiliki elemen pemanas yang berguna untuk menghangatkan kristal metal oksida (SnO 2 ) sebagai bahan detektor gas. Pemanasan ini akan menyebabkan oksigen di udara akan terionisasi dan terikat pada pada permukaan kristal dalam bentuk ion-ion negatif. Elektronelektron donor pada permukaan kristal akan ditransferkan untuk mengikat ion-ion oksigen ini sehingga meninggalkan ion-in positif dalam lapisan pertemuan yang terdapat pada permukaan. Hal ini akan menimbulkan tegangan penghambat dimana akan memberikan nilai resistansi tertentu pada sensor tersebut. Bila ada gas pereduksi maka proses deoksidasi akan terjadi sehingga resistansinya akan berkurang. Bila konsentrasi gas semakin besar, maka resistansinya akan semakin kecil (Figaro, 24). Dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan, maka penurunan nilai resistansi sensor akan mengakibatkan peningkatan tegangan keluaran yang akan diproses lanjut pada sistem pendeteksi. Bila pemberian tegangan elemen pemanas dari sumber AC, maka pengaturan frekwensi memungkinkan untuk memberikan variasi tegangan keluaran sensor ini. Pada sistem pendeteksi gas untuk pengenalan jenis gas tertentu maka dibutuhkan beberapa buah sensor dengan karakteristik yang berbeda-beda (array sensors/deret sensor) untuk

16 memberikan pola input dari pasangan sensor-sensor tersebut (Rivai M., dkk, 26). Penelitian yang menjelaskan penggunaan empat jenis deret sensor, yaitu TGS 26, TGS 261, TGS 2611 dan TGS 262 untuk mendapatkan pola input data setiap zat yang beraroma khas (aceton, air, amonia, champor, cofee aspresco, coffee ground, coffee mocca, ethanol, eucalyptus, red oil, tea cinnamon, tea peppermint, vegemite, wood dan yellow oil) (Anies Hannawati, dkk.,23). Penelitian ini menerapkan metode PCA untuk mereduksi jumlah data yang berdimensi besar pada sistem pengenalan 15 jenis zat tersebut dengan masingmasing zat terdiri atas 2 konsentrasi berdasarkan aroma yang dikeluarkan oleh zat tersebut. Hal ini dapat mempercepat proses identifikasi. Metode identifikasi yang digunakan adalah metode nearest neighbour. Hasil penelitian ini memberikan tingkat keberhasilan 99.56%. Tegangan keluaran sensor akan bervariasi mengikuti bentuk sumber tegangannya sesuai dengan pengaturan frekwensinya pada saat digunakan tegangan AC sebagai sumber tegangan pemanas sensor. Dibutuhkan analisa respon transien menggunakan algoritma FFT untuk mendapatkan sinyal dalam domain frekwensi. Hal ini bertujuan agar perbedaan antar pola jenis gas yang satu dengan yang lain terlihat lebih jelas sehingga proses identifikasi dapat dilakukan (Henry H.L.Toruan, 24). Sistem pengenalan suara manusia dengan FFT dan JST-BP menggunakan PC menunjukkan keberhasilan 9% (Rudy Adipranata, Resmana, 1999). Sinyal suara analog mula-mula dicuplik menjadi sinyal digital dengan kecepatan cuplik 8 Hz. Untuk proses ekstraksi parameter suara digunakan metode Linier Predictive Coding (LPC) untuk mendapatkan koefisien cepstral yang ditransformasikan kedalam domain frekwensi dengan FFT 512 titik dengan keluaran 32 data. Hasil FFT selanjutnya diproses dengan JST-BP untuk melakukan pengenalan. Lima puluh sampel suara dari lima pembicara yang berbeda digunakan sebagai input pada proses pelatihan JST-BP. Dari jurnal berjudul Improving Sensitivity of SnO 2 Gas Sensors by Temperature Variation oleh J.Zakrzewski dkk. dapat disimpulkan bahwa pengidentifikasian yang selektif campuran gas methane (CH 4 ) dan karbon monoksida (CO) dapat dilakukan dengan penggunaan gelombang pemanas pulsa,

17 segitiga atau sinus yang lambat. Kesensitifan sensor dapat dilihat dari grafik perubahan konduktansi keluaran sensor terhadap perubahan konsentrasi gas. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur konsentrasi CH 4 dan CO dari campuran kedua gas dengan perbandingan yang tidak diketahui menggunakan 3 sensor, yaitu sensor TGS 822 dan 2 sensor TGS 813 (J.Zakrzewski dkk, 23). Berdasarkan kajian pustaka ini, maka pengaruh modulasi suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor dengan hanya menggunakan satu sensor gas dengan menerapkan metode FFT, PCA dan JST-BP untuk menganalisis data yang diperoleh akan dicoba untuk dianalisis. 2.2 Sensor Gas Semikonduktor Bahan detektor gas dari sensor gas semikonduktor adalah metal oksida, khususnya senyawa SnO 2. Struktur sensor ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. Ketika kristal metal oksida (SnO 2 ) dihangatkan pada temperatur tertentu, oksigen akan diserap pada permukaan kristal dan oksigen di udara akan terionisasi dan terikat pada SnO 2 dalam bentuk ion-ion negatif. Elektron-elektron donor pada permukaan kristal SnO 2 akan ditransferkan untuk mengikat ion-ion oksigen ini. Hasil peristiwa ini meninggalkan ion-in positif dalam lapisan pertemuan (Space Charge Layer) yang terdapat pada permukaan. Tegangan permukaan yang terbentuk akan menghambat laju aliran elektron pada kristal sebagai tegangan barrier /tegangan penghambat (Figaro,24). Gambar 2.1 Struktur sensor gas semikonduktor (Figaro, 24)

18 (a) (b) Gambar 2.2 Pembentukan tegangan barrier saat tanpa gas pereduksi (a) dan pengurangan tegangan barrier saat adanya gas pereduksi (b) (Figaro,24) Didalam sensor arus elektrik mengalir melewati daerah sambungan (grain boundary) dari kristal SnO 2. Pada daerah sambungan penyerapan oksigen mencegah muatan untuk bergerak bebas. Jika adanya gas pereduksi, proses deoksidasi akan terjadi, rapat permukaan dari muatan negatif oksigen akan berkurang dan mengakibatkan menurunnya ketinggian penghalang dari daerah sambungan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.2. Dengan menurunnya penghalang maka resistansi sensor akan juga ikut menurun. Hubungan antara tahanan dalam sensor dengan konsentrasi gas pereduksi bisa digambarkan dalam persamaan sebagai berikut : R S = A[C] -α (2.1) Rs A C = tahanan dalam sensor = konstanta = konsentrasi gas pereduksi = kemiringan dari kurva Rs

19 Gambar 2.3 Grafik karakteristik sensitifitas sensor (Figaro,24) Berdasarkan rumusan pada Persamaan 2.1 hubungan antara tahanan dalam sensor terhadap konsentrasi gas pereduksi adalah linier dalam skala logaritma dalam daerah kerja dari konsentrasi gas (dari beberapa ppm sampai dengan ribuan ppm). Grafik karakteristik dari sensor dalam hubungan hambatan sensor terhadap konsentrasi gas dapat dilihat pada Gambar 2.3. Grafik ini menunjukkan bahwa karakteristik sensitifitas terhadap empat jenis gas tertentu sesuai dengan bahan sensor serta suhu kerja akan memberikan nilai tahanan sensor yang berbeda (Figaro,24). 2.3 Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler Atmega8535 adalah 8-bit mikrokontroler AVR produksi Atmel dengan 8K Byte In-System Programmable Flash. Mikrokontroler ini digunakan sebagai Analog Digital Converter (ADC) dan komunikasi serial dengan komputer melalui UART RS-232. Mikrokontroler ini merupakan kemasan PDIP dengan 4 pin. Pin-pin tersebut terdiri dari V CC, GND, Port A (PA7..PA), Port B ( PB7..PB), Port C (PC7..PC), Port D (PD7..PD), Reset, XTAL1, XTAL2, AVCC, dan AREF (Atmel, 27).

20 2.4 Fast Fourier Transform (FFT) Algoritma FFT adalah algoritma yang efisien dari transformasi fourier diskrit /Discrete Fourier Transform (DFT) karena dapat mereduksi jumlah perkalian dan penjumlahan serta lalu lintas data pada memori komputer sehingga proses menjadi lebih cepat. Hal ini dilakukan dengan pendekatan membagi dan menyelesaikan berdasarkan dekomposisi suatu DFT N-titik menjadi DFT yang lebih kecil secara berturut-turut dengan memanfaatkan sifat simetri dan sifat periodik W W. k N k N N W nk N W Suatu sinyal kontinu periodik f(t) dengan periode T akan dianggap sebagai susunan dari sinyal sinus dan kosinus yang membentuk deret fourier. Tetapi jika sinyalnya tidak periodik, periodenya dianggap tak hingga. Maka akan diperoleh integral Fourier atau transformasi fourier. Dengan pencuplikan digital, data sinyalnya tidak lagi kontinu dan persamaannya harus dirubah menjadi DFT. Secara mendasar masalah komputasional DFT adalah menghitung deret X(k) dari jumlah bernilai kompleks N yang diberikan deret data x(n) lain dengan panjang N, sesuai dengan rumus k N N 1 kn X ( k) x( n) WN k N 1 dan n N 1 (2.2) W n e (2.3) kn j 2 / N x(n) adalah nilai cuplikan yang diperoleh dengan frekwensi cuplikan paling tidak dua kali frekwensi terbesar yang ada dalam sinyal. Komputasi suatu DFT N titik dengan N dapat difaktorkan sebagai perkalian dua integer, yaitu N LM dimana untuk algoritma FFT radiks -2 menggunakan M=2 dan L=N/2 sehingga diperoleh jumlah titik yang minimum setelah setiap kali dibagi dua adalah dua. Algoritma FFT radiks-2 penguraian dalam frekwensi diperoleh dengan menguraikan rumus DFT menjadi dua penjumlahan dimana salah satu meliputi jumlah melalui titik-titik data N/2 pertama dan penjumlahan kedua meliputi titik-titik data N/2 terakhir. Kita akan memperoleh :

21 ( N /2) 1 N 1 kn N n n N/2 X ( k) x( n) W x( n) W kn N N kn /2 N ( N/2) 1 ( N/2) 1 kn Nk /2 kn x( nw ) N WN xn ( ) WN n n 2 (2.4) k karena W ( 1), persamaan diatas dapat ditulis kembali sebagai ( N /2) 1 k N kn X ( k) x( n) ( 1) x n WN n 2 (2.5) Sekarang kita pisahkan X(k) menjadi cuplikan-cuplikan bernomor genap dan bernomor ganjil. Maka didapat : dan ( N /2) 1 N kn N X(2 k) x( n) x n WN k,1,..., 1 n 2 2 (2.6) N N X(2k 1) x( n) x n W W k,1,..., 1 ( N /2) 1 kn kn N N/2 n 2 2 (2.7) 2 dengan menggunakan fakta bahwa N N/2 Jika kita mendefenisikan deret-deret N/2 titik g1 (n) dan g2 (n) sebagai W W maka N g1( n) x( n) x n 2 N n N g2( n) x( n) x n WN n,1,2,..., (2.8) (2.9) ( N /2) 1 X(2 k) g1( n) W (2.1) n ( N /2) 1 n kn N /2 X(2k 1) g2( n) W (2.11) kn N /2 Komputasi DFT N-titik melalui algoritma FFT penguraian dalam frekwensi membutuhkan perkalian kompleks (N/2)log 2 N dan penambahan kompleks N log 2 N (John Proakis, G.,Dimitris Manolakis, G. 1997). Konfigurasi dari FFT peruraian dalam frekwensi radiks 2 untuk masukan 16 titik dapat dilihat pada Gambar 2.4.

22 Gambar 2.4 Konfigurasi FFT peruraian dalam frekwensi radiks 2 N=16 titik Persamaan-persamaan dalam algoritma FFT Rumusan untuk menentukan faktor W adalah : W e (cos( ) jsin( ) 1 j(2 /16) 16 W e e (cos( 22.5 ) jsin( 22.5 ).924 j j(2 /16)1 j( /8) 16 W e e (cos( 45 ) jsin( 45 ).77 j.77 2 j(2 /16)2 j( /4) 16 W e e (cos( 67.5 ) jsin( 67.5 ).383 j j(2 /16)3 j(3 /8) 16 W e e (cos( 9 ) jsin( 9 ) j 4 j(2 /16)4 j( /2) 16 W e e (cos( ) jsin( ).383 j j(2 /16)5 j(5 /8) 16 W e e (cos( 135 ) jsin( 135 ).77 j.77 6 j(2 /16)6 j(3 /4) 16 W e e (cos( ) jsin( ).924 j j(2 /16)7 j(7 /8) 16 (2.12)

23 Rumusan pada tahap ke-1 adalah : X () x() x(8) 1 X (1) x(1) x(9) 1 X (2) x(2) x(1) 1 X (3) x(3) x(11) 1 X (4) x(4) x(12) 1 X (5) x(5) x(13) 1 X (6) x(6) x(14) 1 X (7) x(7) x(15) 1 (2.13) X () ( x() x(8)) W 2 16 X (1) ( x(1) x(9)) W X (2) ( x(2) x(1)) W X (3) ( x(3) x(11)) W X (4) ( x(4) x(12)) W X (5) ( x(5) x(13)) W X (6) ( x(6) x(14)) W X (7) ( x(7) x(15)) W (2.14) Rumusan pada tahap ke-2 adalah : X () X () X (4) X (1) X (1) X (5) X (2) X (2) X (6) X (3) X (3) X (7) (2.15) X () ( X () X (4)) W X (1) ( X (1) X (5)) W X (2) ( X (2) X (6)) W X (3) ( X (3) X (7)) W (2.16)

24 X () X () X (4) X (1) X (1) X (5) X (2) X (2) X (6) X (3) X (3) X (7) (2.17) X () ( X () X (4)) W X (1) ( X (1) X (5)) W X (2) ( X (2) X (6)) W X (3) ( X (3) X (7)) W (2.18) Rumusan pada tahap ke-3 adalah : X () X () X (2) X (1) X (1) X (3) X () ( X () X (2)) W X (1) ( X (1) X (3)) W (2.19) X () X () X (2) X (1) X (1) X (3) X () ( X () X (2)) W X (1) ( X (1) X (3)) W (2.2) X () X () X (2) X (1) X (1) X (3) X () ( X () X (2)) W X (1) ( X (1) X (3)) W (2.21) X () X () X (2) X (1) X (1) X (3) X () ( X () X (2)) W X (1) ( X (1) X (3)) W (2.22) Rumusan untuk mendapatkan ke-8 nilai frekwensi yang digunakan pada tahap ke- 4 adalah :

25 X() X () X (1) 7 7 X (8) ( X () X (1)) W X(4) X () X (1) 8 8 X (12) ( X () X (1)) W X(2) X () X (1) 9 9 X (1) ( X () X (1)) W X(6) X () X (1) 1 1 X (14) ( X () X (1)) W (2.23) X(1) X () X (1) X (9) ( X () X (1)) W X(5) X () X (1) X (13) ( X () X (1)) W X(3) X () X (1) X (11) ( X () X (1)) W X(7) X () X (1) X (15) ( X () X (1)) W Principal Component Analysis (PCA) PCA adalah metode untuk mengidentifikasikan pola-pola dalam data dan mengekspresikannya dalam fokus persamaan dan perbedaanya. Prinsip dasar dari algoritma PCA adalah mengurangi dimensi suatu set data namun tetap mempertahankan sebanyak mungkin informasi dalam set data tersebut. Secara matematis PCA mentranformasikan sejumlah variabel yang berkorelasi kedalam bentuk yang bebas tidak berkorelasi. Principal Component satu dengan yang lain tidak saling berkorelasi dan diurutkan sedemikian rupa sehingga Principal Component yang pertama memuat paling banyak variasi dari data set. Sedangkan Principal Component yang kedua memuat variasi yang tidak dimiliki oleh Principal Component pertama. Bila satu set data disajikan dalam matrik X, maka algoritma PCA dengan metode covariance meliputi tahap-tahap berikut : 1. Menghimpun data yang didapat dari eksperimen menjadi himpunan data yang memiliki dimensi tertentu.

26 2. Pengurangan dengan mean dari tiap dimensi data dimana mean dirumuskan dengan : 1 (2.24) n n X 1 x1, k k 1 3. Mendapatkan matriks Covariance yaitu matriks yang bekerja pada lebih dari satu dimensi. Rumusan untuk covariance antara dimensi x dan y adalah : n ( Xi X ) ( Yi Y ) i 1 cov( X, Y ) ( n 1) (2.25) Matriks covariance dari dimensi (x,y,z) bisa didefinisikan sebagai berikut : cov( x, x) cov( x, y) cov( x, z) C cov( y, x) cov( y, y) cov( y, z) (2.26) cov( z, x) cov( z, y) cov( z, z) 4. Mendapatkan matriks eigenvector dan eigenvalue dari matrik covariance. Matriks eigenvector adalah matriks yang bila dikalikan dengan suatu matriks, maka matriks yang dihasilkan merupakan kelipatan dari matriks tersebut. Eigenvalue dapat dijelaskan dengan persamaan dibawah ini : A x = λ.x (2.27) Dengan A adalah matriks bujur sangkar, dan λ adalah bilangan (skalar). Dengan nilai x, maka harga λ yang memenuhi persamaan tersebut adalah eigenvalue. 5. Mendapatkan principal component dan mendapatkan matriks feature vektor. Setelah mendapat eigenvalue dan eigenvektor, dapat diprioritaskan eigenvector yang memiliki eigenvalue terbesar. Bisa dianggap bahwa eigenvector dengan eigenvalue terbesar adalah merupakan principal component dari himpunan data tersebut. Sehingga matriks feature vektor dapat dihasilkan sebagai berikut :

27 eig eig eig (2.28) FeatureVec tor eig n dengan prioritas principal component adalah eigenvector pertama dengan nilai eigenvalue terbesar, kemudian berurutan selanjutnya. 6. Mendapatkan himpunan data yang baru. Setelah mendapatkan matriks feature vector, dilakukan transpose terhadap vector tersebut dan dikalikan dengan transpose dari himpunan data yang sudah dimeankan dengan rumusan : FinalData Data _ Adjust RowFeatureVector (2.29) dimana RowFeatureVector adalah matriks feature vektor yang ditransposekan (Lindsay I. Smith, 22). Perintah untuk membentuk data baru hasil proses dengan algoritma PCA dari suatu data menggunakan matlab (Jonathon Shlens, 25) adalah : [M,N] = size (data); (2.3) mn = mean (data,2); (2.31) data = data repmat (mn,1,n); (2.32) % mengkalkulasi matriks covariance covariance = 1/(N-1) * data * data'; (2.33) % menentukan eigenvectors dan eigenvalues [PC,V] = eig(covariance); (2.34) % membentuk diagonal matriks sebagai vektor V = diag (V); (2.35) % mensortir variances dalam urutan turun [junk, rindices] = sort(-1 * V); (2.36) V = V (rindices); (2.37) PC=PC(:,rindices); (2.38) % membentuk data baru signals = PC' * data; (2.39)

28 Plot PCA dengan 5 sampel 2 Jenis gas berbeda PC 2,4,3,2,1 -,2 -,1,2,4,6,8 -,2 -,3 -,4 PC 1 Jenis satu Jenis dua Gambar 2.5 Plot 1 st PC dan 2 nd PC dari dua jenis data yang berbeda Plot principal components yang paling utama dan principal components kedua utama dari dua jenis data yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 2.5 dimana kita dapat melihat pengelompokan datanya. Bisa dilihat dari plot pada gambar 3.13, bahwa hanya dengan menggunakan dua principal component saja, sudah bisa mewakili jenis data yang ada. 2.6 Jaring Saraf Tiruan-BackPropagation (JST-BP) Algoritma BP termasuk metode pelatihan terbimbing (supervised) dan didesain untuk operasi pada JST feed forward lapis jamak (multi layer). Algoritma BP dipakai pada penelitian ini karena proses pelatihannya didasarkan pada interkoneksi yang sangat sederhana dimana bila keluarannya memberikan hasil yang salah, maka bobot dikoreksi sehingga error dapat diperkecil dan tanggapan JST selanjutnya akan diharapkan akan mendekati nilai yang benar. Ketika JST diberikan pola masukan sebagai pola pelatihan maka pola tersebut menuju ke unitunit pada lapis tersembunyi untuk diteruskan ke unit-unit pada lapis keluaran. Kemudian unit-unit lapis keluaran memberikan tanggapan yang disebut sebagai keluaran JST. Saat keluaran JST tidak sama dengan keluaran yang diharapkan maka keluaran akan disebarkan mundur pada lapis tersembunyi diteruskan ke unit pada lapis masukan. Algoritma BP melatih jaring untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaring untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaring untuk memberikan respon yang benar

29 terhadap pola masukan yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan. (Mauridhi Hery Purnomo, Agus Kurniawan, 26). Arsitektur JST feed forward lengkap dengan layer diagram dapat dilihat (a) (b) Gambar 2.6 Arsitektur lengkap JST feed forward lengkap (a) dan layer diagram(b) (Howard Demuth, dkk.,28) pada Gambar 2.6 dimana p adalah masukan, w adalah bobot, b adalah bias, n adalah akumulasi masukan dan a adalah keluaran jaring. R adalah jumlah masukan, W adalah matriks bobot, b adalah matriks bias dan S adalah jumlah unit pada lapis. JST dengan layar tunggal memiliki keterbatasan dalam pengenalan pola. Kelemahan ini dapat diatasi dengan menambahkan satu atau lebih layar tersembunyi diantara layar masukan dan keluaran. JST dapat memiliki beberapa unit yang ada dalam satu atau lebih layar tersembunyi. Langkah awal yang harus dilakukan untuk memprogram JST-BP dengan matlab adalah membuat inisialisasi jaringan dengan perintah newff dengan format : net= newff (PR,[S1 S2...SN],{TF1 TF2...TFN},BTF,BLF,PF (2.4) dengan net = jaringan JST yang terdiri dari n layer

30 PR = matriks ordo Rx2 yang berisi nilai minimum dan maksimum R buah elemen masukannya Si = (i=1,2,...,n) = jumlah unit pada layar ke-i (i=1,2,...,n) Tfi = (i=1,2,...,n) = fungsi aktivasi yang dipakai pada layar ke-i (i=1,2,...,n) dengan default tansig (sigmoid bipolar) BTF = fungsi pelatihan jaringan dengan default traingdx BLF = fungsi perubahan bobot/bias dengan default learngdm PF = fungsi perhitungan error dengan default mse Gambar 2.7 Fungsi aktivasi sigmoid bipolar (Howard Demuth, dkk.,28) Agar lebih efisien, nilai minimum dan maksimum vektor masukan tidak perlu dituliskan satu persatu, tapi cukup menggunakan perintah minmax (p) dengan p adalah data masukan. Fungsi aktivasi yang dipakai dalam pelatihan JST-BP adalah tansig (sigmoid bipolar) yang memiliki range [-1,1] seperti pada Gambar 2.7 dengan perumusan : 2 f( net) 1 net 1 e (2.41) Untuk melatih jaringan digunakan perintah train yang formatnya : y = train (net,p) (2.42)

31 dimana y adalah keluaran jaringan, net adalah jaringan yang didefenisikan dalam newff dan P adalah masukan jaringan. Pelatihan dilakukan untuk meminimumkan kuadrat kesalahan rata-rata atau mean square error (mse). Dalam standar JST-BP, laju pemahaman berupa suatu konstanta yang nilainya tetap selama iterasi. Akibatnya unuk kerja algoritma sangat dipengaruhi oleh besarnya laju pemahaman yang dipakai. Secara praktis sulit menentukan laju pemahaman yang paling optimal sebelum pelatihan dilakukan. Laju pemahaman yang terlalu besar maupun terlalu kecil akan menyebabkan pelatihan menjadi lambat. Metode standar JST-BP ini seringkali terlalu lambat untuk keperluan praktis sehingga fungsi pelatihannya diganti untuk mempercepatnya. Metode yang dipakai menggunakan teknik heuristik yang dikembangkan dari metode penurunan tercepat yang dipakai dalam standar JST-BP dengan metode variabel laju pemahaman (learning rate = ) dengan menambahkan faktor momentum menggunakan perintah traingdx pada parameter fungsi pelatihan newff. Laju pemahaman bukan merupakan konstanta yang tetap tetapi dapat berubah-ubah selama iterasi. Perubahan bobot dengan menambahkan momentum memperhatikan perubahan bobot pada iterasi sebelumnya. Perhitungan unjuk kerja dalam JST-BP dilakukan berdasarkan mse. Umumnya pelatihan JST-BP dalam matlab dilakukan secara berkelompok (batch training) dimana semua pola dimasukkan dalam sebuah matriks dahulu baru kemudian bobot diubah tiap epoch. Setiap membentuk jaringan JST-BP, matlab akan memberi nilai bobot dan bias awal dengan bilangan acak kecil. Bobot dan bias ini akan berubah setiap kali membentuk jaringan. Ada beberapa parameter pelatihan yang dapat diatur sebelum pelatihan dilakukan. Dengan memberikan nilai yang inginkan pada parameter-parameter tersebut dapat memperoleh hasil yang optimal. net.trainparam.show : dipakai untuk menampilkan frekuensi perubahan mse (default setiap 25 epoch). net.trainparam.epochs : dipakai untuk menentukan jumlah epoch maksimum pelatihan (default 1 epoch)

32 net.trainparam.goal : dipakai untuk menentukan batas nilai mse agar iterasi berhenti jika mse<batas yang ditentukan dalam net.trainparam.goal atau jumlah epoch mencapai batas yang ditentukan dalam net.trainparam.epochs net.trainparam.lr : dipakai untuk menentukan laju pemahaman dengan default.1. Semakin besar nilai, semakin cepat proses pelatihannya. Tetapi bila terlalu besar maka algoritma menjadi tidak stabil. Untuk menghitung keluaran jaringan berdasarkan arsitektur, pola masukan dan fungsi aktivasi yang dipakai digunakan perintah sim dengan format : y=sim(net,p) (2.43) dimana y adalah keluaran jaringan, net adalah nama jaringan dan P adalah vektor masukan jaringan (J.J.Siang, 25).

33 BAB 3 RANCANG BANGUN SISTEM Dalam penelitian ini bertujuan merancang dan membangun suatu sistem untuk menganalisis pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas sensor gas semikonduktor TGS 262 terhadap minyak tanah dan selektifitasnya pada pengidentifikasian minyak tanah, premium, pertamax dan solar serta membangun sistem pengidentifikasian yang paling efektif berdasarkan hasil analisis tersebut. Dalam perancangan ini meliputi perancangan sistem, perangkat keras, pengambilan data, algoritma FFT, PCA dan BP pada JST untuk memproses data. 3.1 Perancangan Sistem Perancangan sistem terdiri atas perancangan perangkat keras dan perangkat lunak/ program. Perangkat keras meliputi rangkaian catu daya, rangkaian sensor gas semikonduktor TGS 262, ADC (8-bit) dan komunikasi serial dengan komputer melalui USART RS-232 dengan mikrokontroler ATmega8535. Program meliputi program untuk pembacaan nilai tegangan hasil ADC, pengiriman data ke komputer dengan menggunakan komunikasi USART dan pembangkitan sinyal pemanas pulsa pada mikrokontroler, program untuk penerimaan data kemudian menyimpannya pada komputer dan program analisis data. Pada analisis sensitifitas, pemodulasian suhu pertama sekali dilakukan melalui pemanasan elemen pemanas sensor TGS 262 dengan sinyal periodik pulsa dari mikrokontroler serta segitiga dan sinus dari function generator dengan Amplitudo 5 V berperiode 16 detik dengan duty cycle 5 %. Sampel yang digunakan adalah gas minyak tanah dengan 6 konsentrasi yang berbeda, yaitu 12, 24, 36, 48, 6 dan 72 ppm. Sesuai dengan rumusan menentukan konsentrasi gas di udara, yaitu : Vm 1 g gas 1ppm (3.1) M 1 L udara

34 dimana V m adalah volume molar standard dari gas ideal pada tekanan 1 bar dan suhu o K sebesar L/ mol. M adalah molaritas sebesar 182 g/mol dan ρ adalah berat jenis sebesar.7884 g/cm 3 (Lenntech Water treatment & air purification Holding B.V.,28). Volume minyak tanah untuk konsentrasi 12 ppm dalam wadah 33 ml udara dapat ditentukan, yaitu : 1ppm 1L udara M 1 g gas (3.2) V m berat gas( g) (3.3) g.3173 g karena ρ =.7884 g/cm 3 dan berat = ρx volume, maka : berat volume (3.4).3173 volume.4 cm Dari hasil yang telah diperoleh, maka untuk menghasilkan konsentrasi gas minyak tanah 12, 24, 36, 48, 6 dan 72 ppm dapat dilakukan dengan menyuntikkan masing-masing.4,.8,.12,.16,.2 dan.24 ml cairan minyak tanah kedalam botol kosong 33 ml. Analisis data untuk menentukan kemiringan garis (gradient) dari grafik perubahan tegangan sensor terhadap perubahan konsentrasi gas minyak tanah. Hal ini untuk melihat respon sensor terhadap perubahan konsentrasi. Bila perubahan sedikit konsentrasi mengakibatkan perubahan tegangan yang lebih besar, maka sensor tersebut menjadi lebih sensitif. Tegangan sensor untuk tiap sampel pada penggunaan tiap pemanas didapatkan dengan merata-ratakan ke-16 nilai tegangan yang dicuplik komputer dengan waktu pencuplikannya disesuaikan dengan periode sinyal pemanas sehingga periode sinyal analog pemanas sama dengan

35 periode sinyal diskritnya. Sampel dengan konsentrasi tertentu yang sama diperlakukan dengan semua jenis pemanas terlebih dahulu baru kemudian konsentrasinya diubah. Dari ketiga grafik sensitifitas yang didapatkan, ditentukan jenis pemanas terbaik, yaitu pemanas yang dapat memberikan gradient terbesar. Setelah didapatkan jenis pemanas yang terbaik, maka periodenya diubah menjadi lebih kecil yaitu 8 detik dan lebih besar yaitu 32 dan 48 detik. Akhirnya bila didapatkan periode sinyal yang membuat gradient garis sensitifitas tersebut paling besar dan bila periode dinaikkan lagi menghasilkan gradient yang lebih kecil, maka periode tersebut yang terbaik. Blok diagram perancangan sistem analisis sensitifitas dapat dilihat pada Gambar 3.1. Pada analisis selektifitas, pemodulasian suhu pertama sekali dilakukan melalui pemanasan elemen pemanas sensor TGS 262 dengan sinyal periodik pulsa dari mikrokontroler serta segitiga dan sinus dari function generator dengan Amplitudo 5 V berperiode 32 detik dengan duty cycle 5 %. Sampel yang digunakan adalah bahan bakar minyak tanah, pertamax, premium dan solar dengan masing-masing 1 sampel untuk proses pelatihan dan 5 sampel untuk proses pengujian. Pada analisis selektifitas, penganalisisan data menggunakan algoritma FFT dan PCA untuk pengelompokan jenis gas serta FFT dan BP pada JST untuk pengidentifikasian jenis gas. Pada analisis pengelompokan ke-4 jenis gas, tampilan visual pengelompokannya menggunakan PCA dengan memplot antara komponen utama pertama dan komponen utama kedua pada tiap penggunaan tegangan pemanas sensor akan dibandingkan. Bila pengelompokan tiap jenis gas telah terpisah, maka jenis pemanas penghasil pengelompokan tersebut dapat ditentukan sebagai jenis pemanas terbaik. Pada analisis pengidentifikasian yang akan dilakukan adalah melihat perbandingan jumlah epoch pada proses pelatihan untuk mencapai target tertentu, yaitu.1. Dari ketiga jumlah epoch yang didapatkan, ditentukan jenis pemanas terbaik, yaitu pemanas yang dapat memberikan jumlah epoch terkecil. Setelah didapatkan jenis pemanas yang terbaik, maka periodenya diubah menjadi lebih kecil yaitu 16 detik dan lebih besar yaitu 32, 48 dan 64 detik. Akhirnya bila didapatkan periode sinyal yang menghasilkan jumlah epoch terkecil dan bila

36 periode dinaikkan lagi menghasilkan jumlah epoch nya akan menurun, maka periode tersebutlah yang terbaik. Pada tiap penggunaan jenis pemanas ditentukan pola keluarannya untuk mengetahui tingkat kebenaran pengidentifikasian keseluruhan sampel pada proses pelatihan dan pengujian. Blok diagram perancangan sistem analisis selektifitas menggunakan algoritma FFT dan PCA untuk pengelompokannya dapat dilihat pada Gambar 3.2. Blok diagram perancangan sistem analisis selektifitas menggunakan algoritma FFT dan BP pada JST untuk pengidentifikasiannya pada proses pelatihan dan pengujiannya dapat dilihat pada Gambar 3.3 dan 3.4. Rangkaian sensor TGS 262 ADC USART DT-AVR Atmega8535 RS 232 Program baca dan simpan data Analisis sensitifitas Function Generator KOMPUTER Tampilkan grafik Gambar 3.1 Blok diagram rancangan sistem analisis sensitifitas Rangkaian sensor TGS 262 ADC USART RS 232 Program baca dan simpan data Program FFT DT-AVR Atmega8535 Function Generator Program PCA Plot Pengelompokan Gas KOMPUTER Gambar 3.2 Blok diagram rancangan sistem analisis selektifitas menggunakan algoritma FFT dan PCA

37 Rangkaian sensor TGS 262 ADC USART RS 232 Program baca dan simpan data Program FFT DT-AVR Atmega8535 Function Generator J S T B P Propagasi maju Propagasi mundur Perubahan bobot Identifikasi KOMPUTER Gambar 3.3 Blok diagram rancangan sistem analisis selektifitas untuk proses pelatihan menggunakan algoritma FFT dan BP pada JST Rangkaian sensor TGS 262 ADC USART DT-AVR Atmega8535 RS 232 Program baca dan simpan data Program FFT Function Generator Propagasi maju JST-BP Identifikasi KOMPUTER Gambar 3.4 Blok diagram rancangan sistem analisis selektifitas untuk proses pengujian menggunakan algoritma FFT dan BP pada JST Rangkaian mikrokontroler digunakan untuk pembacaan data sensor dan dilakukan proses konversi data dari analog ke digital dan kemudian dikirimkan ke komputer melalui komunikasi serial (USART) serta pembangkit sinyal pemanas pulsa. Sistem mikrokontroler ini lebih praktis karena telah memiliki sistem ADC dan komunikasi serialnya sendiri. Pemrograman mikrokontroler ini menggunakan

38 software CodeVision AVR untuk melakukan penyettingan AVR sesuai dengan kebutuhan dan melakukan pemrogramannya dengan menggunakan bahasa C. Komputer digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari mikrokontroler. Pada komputer tersebut dilakukan pemrograman baca data dari mikrokontroler dan menyimpannya pada suatu file. Cara kerja dari blok diagram sistem analisis sensitifitas pada Gambar 3.1 adalah sebagai berikut: a. Sensor gas TGS 262 sebagai input data dengan pemodulasian suhu dari function generator atau mikrokontroler. b. Pada blok DT-AVR Atmega8535, ADC pada mikrokontroler melakukan pembacaan data keluaran sensor dan melakukan pengiriman data ke komputer melalui protokol komunikasi serial (USART). c. Pada blok program baca dan simpan data, program pembacaan 16 nilai tegangan untuk tiap satu periode dari data pengiriman oleh mikrokontroler dan penyimpanannya dilakukan pada komputer. d. Pada blok analisis sensitifitas, ditentukan tegangan rata-rata dari 16 nilai tegangan sensor untuk tiap konsentrasi gas. e. Pada blok tampilkan grafik ditampilkan grafik perubahan tegangan sensor terhadap konsentrasi gas dan ditentukan kemiringan garis (gradient) dengan menggunakan trendline. Cara kerja dari blok diagram sistem analisis selektifitas pada Gambar 3.2 adalah sebagai berikut: a. Sensor gas TGS 262 sebagai input data dengan pemodulasian suhu dari function generator atau mikrokontroler. b. Pada blok DT-AVR Atmega8535, ADC pada mikrokontroler melakukan pembacaan data keluaran sensor dan melakukan pengiriman data ke komputer melalui protokol komunikasi serial (USART). c. Pada blok program baca dan simpan data, program pembacaan 16 nilai tegangan untuk tiap satu periode dari data pengiriman oleh mikrokontroler dan penyimpanannya dilakukan pada komputer. d. Pada blok Program FFT, dilakukan proses FFT terhadap data untuk mendapatkan 8 nilai frekwensi dan menormalisasinya.

39 e. Pada blok Program PCA, dilakukan proses PCA terhadap data hasil FFT ternormalisasi sehingga mendapatkan data baru yang mewakili data tersebut. f. Pada blok plot pengelompokan gas, diplot 1 st PC dan 2 nd PC untuk melihat pengelompokan gas minyak tanah, pertamax, premium dan solar. Cara kerja dari blok diagram sistem analisis selektifitas untuk proses pelatihan pada Gambar 3.3 adalah sebagai berikut: a. Sensor gas TGS 262 sebagai input data dengan pemodulasian suhu dari function generator atau mikrokontroler. b. Pada blok DT-AVR Atmega8535, ADC pada mikrokontroler melakukan pembacaan data keluaran sensor dan melakukan pengiriman data ke komputer melalui protokol komunikasi serial (USART). c. Pada blok program baca dan simpan data, program pembacaan 16 nilai tegangan untuk tiap satu periode dari data pengiriman oleh mikrokontroler dan penyimpanannya dilakukan pada komputer d. Pada blok Program FFT, dilakukan proses FFT terhadap data untuk mendapatkan 8 nilai frekwensi dan menormalisasinya. e. Pada blok propagasi maju dalam blok JST-BP, tiap unit masukan menerima sinyal dan meneruskannya ke unit tersembunyi diatasnya dan ditentukan semua keluaran. f. Pada blok propagasi mundur dalam blok JST-BP, ditentukan unit kesalahan yang akan dipakai dalam perubahan bobot lapis dibawahnya dari unit keluaran dan unit tersembunyi berdasarkan kesalahan disetiap unit keluaran dan unit tersembunyi serta ditentukan suku perubahan bobot. g. Pada blok perubahan bobot dalam blok JST-BP, dihitung semua perubahan bobot. h. Pada blok identifikasi, dihasilkan jumlah epoch untuk mencapai target error tertentu dan pola keluaran tiap gas. Cara kerja dari blok diagram sistem analisis selektifitas pada Gambar 3.4 pada proses pengujian adalah sebagai berikut: a. Sensor gas TGS 262 sebagai input data dengan pemodulasian suhu dari function generator atau mikrokontroler.

40 b. Pada blok DT-AVR Atmega8535, ADC pada mikrokontroler melakukan pembacaan data keluaran sensor dan melakukan pengiriman data ke komputer melalui protokol komunikasi serial (USART). c. Pada blok program baca dan simpan data, program pembacaan 16 nilai tegangan untuk tiap satu periode dari data pengiriman oleh mikrokontroler dan penyimpanannya dilakukan pada komputer d. Pada blok Program FFT, dilakukan proses FFT terhadap data untuk mendapatkan 8 nilai frekwensi dan menormalisasinya. e. Pada blok propagasi maju JST-BP, tiap unit masukan menerima sinyal dan meneruskannya ke unit tersembunyi diatasnya dan ditentukan semua keluaran f. Pada blok identifikasi, dihasilkan pola keluaran tiap gas. Program pembacaan data dari sensor gas, pengirimannya ke komputer melalui komunikasi serial USART dan pembangkitan sinyal pemanas pulsa dibuat pada mikrokontroler. Pembangkitan sinyal segitiga dan sinus dari function generator. Pengambilan data nilai frekwensi ditentukan 8 nilai karena telah dapat menentukan karakteristik sinyal dengan baik dari sinyal tegangan sensor yang dicuplik. Ke-8 nilai ini adalah nilai pada frekwensi ke-2 hingga ke -9 karena frekwensi ke-1 adalah komponen DC nya dan frekwensi ke-1 hingga ke-16 merupakan pencerminannya. Untuk mendapatkan 8 nilai frekwensi dari hasil proses dengan algoritma FFT ini maka dibutuhkan 16 buah masukan pada proses FFT yang merupakan 16 nilai tegangan sensor yang dicuplik dengan waktu cuplik disesuaikan dengan periode sinyal pemanas. Pengaturan ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 dimana T adalah periode dan Ts adalah waktu cuplik. Pengambilan data untuk tiap sampel dilakukan dalam satu periode sinyal pemanas. Pengambilan data 3 sampel untuk pemanas periode 32 detik dapat dilihat pada Gambar 3.5. Tabel 3.1 Pengaturan pengambilan data T Ts Frekwensi ke - (Hz) (det) (det) ,5,125,25,375,5,625,75,875 1, 16 1,,625,125,1875,25,3125,375,4375,5 32 2,,312,625,937,125,1562,1875,2187, ,,28,416,625,833,141,125,1458, ,,156,312,468,625,781,937,193,125

41 FFT Normalisasi X S 1 X S 2 X S 3 X1 X2 X3 Gambar 3.5 Pengambilan data untuk pemanas periode 32 detik Periode 8 det Periode 16 det Periode 32 det Periode 48 det

42 Periode 64 det Gambar 3.6 Pengambilan data series untuk pemanas pulsa Pengambilan tiap data sampel diambil dari satu periode setelah stabil. Pada saat pemanasan awal, tegangan keluaran sensor belum stabil sehingga perlu memanaskan sensor terlebih dahulu selama 64 detik sesuai dengan periode terlama yang diujikan karena dari grafik pengambilan data series untuk periode pemanas 64 detik menunjukkan bahwa setelah 64 detik profil tegangannya telah stabil. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 3.6. Pemanasan ini dilakukan dengan mengeksitasi sinyal pemanas selama 64 detik. Program pembacaan data dari mikrokontroler dan penyimpanan data pada suatu file mulai dari 1 sampai 16 data dilakukan pada komputer, demikian juga dengan program analisis data dengan algoritma FFT, PCA dan BP pada JST. Data sampel untuk proses pelatihan berjumlah 4 buah dan untuk proses pengujian berjumlah 2 buah sehingga data sampel keseluruhan berjumlah 6 buah. X 1, X 2 dan X 3 adalah data masukan JST setelah pada data keluaran sensor dilakukan proses dengan algoritma FFT. Proses identifikasi dilakukan menggunakan algoritma BP pada JST untuk menghasilkan 4 nilai keluaran untuk tiap gas. Xs1, Xs2, Xs3 adalah 8 nilai frekwensi hasil FFT dari sampel 1, 2 dan 3 untuk selanjutnya dilakukan proses normalisasi dimana tujuan utama normalisasi adalah agar terjadi sinkronisasi data dari jenis data yang sangat beragam untuk memudahkan dalam proses komputasi. Hasil dari proses normalisasi adalah

43 sekumpulan bilangan yang berkisar antara dan 1. Pada simulasi ini, metoda normalisasi yang digunakan adalah: X ' i 8 X i 1 i X i (3.5) dimana X i merupakan nilai mutlak dari nilai frekwensi ke-i. Diagram alir untuk menampilkan secara visual pengelompokan gas dan sistem identifikasi dapat dilihat pada Gambar 3.7 dan 3.8. Gambar 3.7 Diagram alir pengolahan data sistem identifikasi Gambar 3.8 Diagram alir pengolahan data tampilan visual pengelompokan gas

44 Untuk tampilan visual pengelompokan gas dengan memplot antara nilai komponen utama pertama dan kedua dari ke-8 nilai komponen PCA. Nilai komponen PCA dibentuk dari 8 nilai frekwensi hasil proses FFT. Input data dari hasil pengolahan FFT untuk 4 jenis bahan bakar dijadikan satu matriks dengan ukuran 8xN dimana 8 baris mewakili data dari 8 nilai frekwensi hasil pengolahan data dengan algoritma FFT yang merupakan variable atau dimensi dari himpunan data ini dan N adalah jumlah gabungan sample pembacaan oleh sensor tersebut untuk 4 jenis bahan kimia. Matrik covariance adalah matrik berukuran 8x8, dimana mewakili 8 data nilai frekwensi hasil pengolahan data dengan algoritma FFT sebagai 8 variable. Eigenvalues yang didapat menandakan sebagai persentase keutamaan principal components, koordinat eigenvalues yang nilainya paling besar menandakan koordinat data yang dihasilkan merupakan principal component yang paling utama, dan begitu seterusnya sampai principal components yang paling rendah. Data dengan principal components paling besar dianggap mewakili variasi data yang lain. Pengelompokan jenis gas yang berbeda secara visual akan dapat dilihat dari plot komponen utama pertama dan komponen utama kedua pada plot PCA. Dari hasil plot titik dapat ditentukan jarak antara gas berbeda yang berdekatan dimana bila jaraknya jauh maka pengelompokannya lebih baik. Covariance dari sampel yang berbeda dapat diketahui dengan menggunakan ttest. Dari hasil ttest dapat ditentukan seberapa besar perbedaan covariance antar gas yang berbeda. Input data hasil dari pengolahan FFT dimasukkan sebagai input dari JST kemudian dilakukan inisialisasi jaringan. Inisialisasi parameter pelatihan JST ditentukan dimana parameter goal adalah nilai error yang diinginkan. Hasilnya adalah bobot hasil pelatihan dan setelah pelatihan dilakukan, maka diberikan perintah untuk mendapatkan nilai keluaran dari JST untuk pengujiannya dimana hasil akhir adalah nilai keluaran JST berupa jumlah epoch untuk nilai error tertentu pada proses pelatihannya dan tingkat kebenaran pengidentifikasian untuk keseluruhan sampel.

45 3.2 Perancangan Perangkat Keras Rangkaian pemodulasian suhu dapat dilihat pada blok diagram sistem pemodulasian suhu pada Gambar 3.9. B C R b E R L Rangkaian saklar Gambar 3.9 Blok diagram pemodulasian suhu Rangkaian saklar berguna sebagai proteksi function generator terhadap hubung singkat yang mungkin terjadi pada rangkaian. Arus I C adalah arus melalui Kolector transistor KTC913, dimana : I C = I H = 42 ma =.42 A (3.6) I b I h c (3.7) FE.42 Ib (3.8) 64 R b Vb = 7.6 KOhm (3.9) I b

46 Rangkaian sensor merupakan rangkaian pembagi tegangan dimana R L bernilai.47 Kohm. Rangkaian buffer merupakan penyangga sementara untuk nilai tegangan keluaran sensor sebelum dibaca oleh mikrokontroler dimana tegangan keluarannya bernilai sama besar dengan tegangan masukannya. Skema rangkaian DT-AVR yang menggunakan mikrokontroler AVR ATMega8535 dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Skema rangkaian DT-AVR Foto alat penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.11.

47 Gambar 3.11 Foto alat penelitian keseluruhan 3.4 Perancangan Algoritma FFT Sistem dirancang untuk menggunakan 8 nilai frekwensi hasil proses FFT sebagai masukan untuk JST. Untuk mendapatkan kedelapan nilai frekwensi ini maka konfigurasi algoritma FFT jenis peruraian dalam frekwensi memerlukan 16 nilai tegangan keluaran sensor sebagai masukannya. Sistem hanya membutuhkan keluaran 8 buah nilai frekwensi, yaitu X(1), X(2), X(3), X(4), X(5), X(6), X(7) dan X(8) karena X() adalah nilai awal yang diabaikan dan nilai-nilai X(1), X(2), X(3), X(4), X(5), X(6) dan X(7) sama dengan nilai-nilai X(9), X(1), X(11), X(12), X(13), X(14) dan X(15). Persamaan persamaan hasil proses FFT terdiri dari operasi penjumlahan dan perkalian bilangan kompleks sehingga pada akhirnya akan diubah kedalam nilai mutlaknya. Nilai frekwensi diperoleh dengan membagi nilai mutlak dengan 8, yaitu jumlah masukan dibagi 2. Setelah dilakukan normalisasi maka tahapan berikutnya adalah menyimpan data menjadi masukan JST. Adapun diagram blok keseluruhan dari proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.12.

48 Baca data input FFT Proses Algoritma FFT Tentukan harga mutlak Tentukan nilai frekwensi Normalisasi nilai frekwensi Simpan data input JST-BP Gambar 3.12 Blok diagram pemrosesan data dengan FFT 3.5 Perencanaan Algoritma PCA Secara garis besar langkah-langkah untuk melakukan proses PCA terhadap sekumpulan data dengan multivariasi/dimensi adalah : 1. data asli dikurangi dengan mean (rata-rata)nya adalah data yang sudah di standarisasi. 2. dicari matrix kovariance dari data tersebut. 3. dicari eigenvalues dan eigenvector dari matrix covariance 4. data yang sudah distandarisasi di kalikan dengan matrix eigenvector yang sudah ditransposekan.

49 Input data berupa matriks M x N dimana M adalah jumlah dimensi atau variable dan N adalah jumlah sample distandarisasi, kemudian dibentuk matriks covariancenya (matriks M x M), selanjutnya ditentukan prioritasnya dengan dicari eigenvaluesnya (matriks M x 1), dan untuk mendapatkan data akhir, data yang sudah distandarisasi (Matriks M x N) dikalikan dengan transpose eigenvectors (matriks M x N) pasangan dari eigenvalues. Flow chart dari Algoritma PCA bisa dilihat pada gambar Gambar 3.13 Flowchart pemrosesan data dengan PCA

50 Input data pelatihan yang merupakan satu matriks dengan ukuran 8x4 dimana 8 baris mewakili data dari 8 nilai frekwensi hasil pemrosesan data dengan algoritma FFT yang merupakan variable atau dimensi dari himpunan data ini, dan 4 adalah jumlah gabungan sample pembacaan oleh sensor untuk ke-4 jenis bahan bakar. Matrik kovariance adalah matrik berukuran 8x8, dimana mewakili delapan nilai frekwensi sebagai delapan variable. dimana data adalah matriks data yang sudah distandarisasi (ukuran 8 x N). Pembentukan matrik covariance dapat dilihat dibawah ini dengan data pelatihan, data pelatihan adjust dan data covarian pada tabel 4.1, 4.2 dan 4.3. Bila data masukan dinyatakan dalam X( M,N ) maka rata-rata (mean) dari data tersebut tiap dimensi dinyatakan dengan : X M 4 N 1 X 8 MN (3.1) Data adust dinyatakan dengan : X MNadj XMN XM (3.11) Covariance antara dimensi dirumuskan dengan : COV ( A, B) 4 N 1 ( X )( X ) 2, N 1, N M 1 (3.12) Pada akhirnya terbentuk matriks covariance : COVAA (, ) COVAB (, ) COVAC (, ) COVAD (, ) COVAE (, ) COVAF (, ) COVAG (, ) COVAH (, ) COV( B, A) COV( B, B) COV( B, C) COV( B, D) COV( B, E) COV( B, F) COV( B, G) COV( B, H) COVCA (, ) COVCB (, ) COVCC (, ) COVCD (, ) COVCE (, ) COVCF (, ) COVCG (, ) COVCH (, ) COV (, D ) (, ) (, ) (, ) (, ) (, ) (, ) (, ) C A COV DB COV DC COV DD COV DE COV DF COV DG COV DH COV( E, A) COV( E, B) COV( E, C) COV( E, D) COV( E, E) COV( E, F) COV( E, G) COV( E, H) COV ( F, A) COV ( F, B) COV ( F, C) COV ( F, D) COV ( F, E) COV ( F, F) COV ( F, G) COV ( F, H) COV (,) G A COV (, G B) COV(,) G C COV(, G D) COV(,) G E COV(,) G F COV(,) G G COV(, G H) COV ( H, A) COV ( H, B) COV ( H, C) COV ( H, D) COV ( H, E) COV ( H, F) COV ( H, G) COV ( H, H) (3.13)

51 Perintah untuk mendapatkan matriks covariance dari data hasil proses FFT menggunakan matlab adalah : data=xlsread('datalatih.xls',1,'a2:an9'); [M,N] = size(data); mn = mean(data,2); data = data - repmat(mn,1,n); covariance = 1/(N-1) * data * data'; Sedangkan perintah untuk mendapatkan eigenvalues dan eigenvector dari matriks covariance adalah : [PC,V] = eig(covariance); vec = diag(v) a=1:8; plot(a,vec) xlswrite('datalatihpcapulsat32.xls', vec,1, 'A1:A8'); [n,m] = size(vec); PC; [k,l] = size(pc); A = PC'; signals = A * data xlswrite('datalatihpcapulsat32.xls',signals,1, 'C1:AP8'); Dari perintah diatas V berisi eigenvalues dan PC berisi eigenvectors. Eigenvalues yang didapat sebagai prosentase keutamaan principal components dimana koordinat eigenvalues yang nilainya paling besar menandakan koordinat data yang dihasilkan merupakan principal component yang paling utama. Begitu seterusnya sampai principal components yang paling rendah. Plot principal components yang paling utama dan principal components kedua utama dari empat jenis data yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.14 dimana kita dapat melihat pengelompokan datanya.

52 Plot PCA dengan 1 sampel,8,6,4 PC 2,2 -,8 -,6 -,4 -,2,2,4,6,8 -,2 -,4 -,6 PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar Gambar 3.14 Plot 1 st PC dan 2 nd PC dari dua jenis data yang berbeda 3.6 Perencanaan Algoritma BP pada JST Backpropagation melatih jaringan untuk mendapatkan keseimbangan antara kemampuan jaringan untuk mengenali pola yang digunakan selama pelatihan serta kemampuan jaringan untuk memberikan respon yang benar terhadap pola masukan yang serupa (tapi tidak sama) dengan pola yang dipakai selama pelatihan. JST dengan layar tunggal memiliki keterbatasan dalam pengenalan pola. Kelemahan ini bisa ditanggulangi dengan menambahkan dua layar tersembunyi diantara layar masukan dan keluaran. Flowchart pelatihan backpropagation dapat dilihat pada Gambar 3.15.

53 Gambar 3.15 Flowchart proses pelatihan JST-BP Inisialisasi jaringan JST-BP dalam matlab dibuat dengan instruksi : net=newff(minmax(datalatih),[h1,h2,4],{'tansig','tansig','tansig'}, 'traingdx') Perintah newff digunakan untuk membuat jaringan feed-forward backpropagation. Minmax(datalatih) adalah menentukan range minimal dan maksimal dari input data. [h1,h2,4] adalah menentukan jumlah neuron pada lapis tersembunyi pertama, kedua dan keluaran. Fungsi tansig atau sigmoid bipolar digunakan sebagai fungsi aktivasi. Fungsi traingdx digunakan sebagai fungsi

54 Tabel 3.2 Pola keluaran sistem identifikasi Output Jenis Bahan Bakar Unit ke- M.Tanah Pertamax Premium Solar pelatihan karena kemampuan dari fungsi traingdx yang memungkinkan JST mengubah-ubah besarnya learning rate selama proses pelatihan sehingga proses bisa lebih optimal karena pelatihan dilakukan dengan learning rate yang paling optimal. Pola target keluaran sistem identifikasi dapat dilihat pada Tabel 3.2. Listing program untuk proses pelatihan dapat dilihat sebagai berikut : h1=input('jumlah unit pada lapis tersembunyi 1 h1='); h2=input('jumlah unit pada lapis tersembunyi 2 h2='); disp(['unit Lapis Masukan : 8 ']); disp(['unit Lapis Tersembunyi 1: ',num2str(h1)]); disp(['unit Lapis Tersembunyi 2: ',num2str(h2)]); disp(['unit Lapis Keluaran : 4 ']); datalatih = xlsread('datalatihpulsa.xls', 2, 'A2:AN9'); t = xlsread('target.xls', 1, 'A2:AN5'); net1 = newff(minmax(datalatih), [h1,h2,4],{'tansig','tansig','tansig'}, 'traingdx'); net1.trainparam.show=1; %default setiap 25 epoch pom1=input('masukkan nilai error yang diinginkan:'); net1.trainparam.goal = pom1; pom2=input('masukkan nilai epoch yang diinginkan:'); net1.trainparam.epochs = pom2; pom3=input('masukkan nilai learning rate yang diinginkan(default.1):'); net1.trainparam.lc = pom3; pom4=input('masukkan nilai faktor momentum yang diinginkan(default.9):'); net1.trainparam.mc = pom4; net1=train(net1,datalatih,t); l1=sim(net1,datalatih); xlswrite('hasilkeluaran1.xls',l1,1,'a1:an4'); Bobot antar tiap layer di tentukan secara acak oleh program matlab dimana parameter goal adalah nilai error yang diinginkan, dan parameter epoch adalah

55 jumlah batas iterasi yang diinginkan. Sedangkan perintah pelatihan itu sendiri adalah : net1=train(net1,datalatih,t); sehingga hasilnya adalah bobot dan pola keluaran hasil pelatihan. Setelah pelatihan dilakukan, maka diberikan perintah untuk mendapatkan nilai keluaran dari JST : l1=sim(net1,datalatih); Listing program untuk proses pengujian dapat dilihat sebagai berikut : datauji = xlsread('dataujipulsa.xls', 2, 'A2:T9'); u1=sim(net1,datauji); xlswrite('hasilkeluaran1.xls',u1,2,'a1:t4');

56 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk menganalisis pengaruh tegangan pemanas sensor terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor tgs 262 dilakukan pengujian secara terpisah. 4.1 Hasil Pengujian Analisis Sensitifitas Pada subbab ini akan djielaskan mengenai hasil pembacaan ADC dan grafik sensitifitas sensor untuk respon sensor terhadap minyak tanah untuk tiap tegangan pemanas. Grafik diskrit respon sensor tiap konsentrasi dengan pemanas pulsa, segitiga dan sinus periode 16 detik dan pulsa periode 8, 32 dan 48 detik dapat dilihat pada Gambar 4.1. Profil Tegangan Sensor terhadap M.Tanah Pemanas Pulsa T=16detik tegangan(v) 1,4 1,2 1,8,6,4, waktu (det) 12 ppm 24 ppm 36 ppm 48 ppm 6 ppm 72 ppm (a)

57 Profil Tegangan Sensor terhadap M.Tanah Pemanas Segitiga T=16detik tegangan(v) 1,2 1,8,6,4, w aktu (det) 12 ppm 24 ppm 36 ppm 48 ppm 6 ppm 72 ppm (b) Profil Tegangan Sensor terhadap M.Tanah Pemanas Sinus T=16detik tegangan(v) 1,2 1,8,6,4, waktu (det) 12 ppm 24 ppm 36 ppm 48 ppm 6 ppm 72 ppm (c) Profil Tegangan Sensor terhadap M.Tanah Pemanas Pulsa T=8detik 1,5 tegangan(v) 1, w aktu (det) 12 ppm 24 ppm 36 ppm 48 ppm 6 ppm 72 ppm (d)

58 Profil Tegangan Sensor terhadap M.Tanah Pemanas Pulsa T=32detik 1,5 tegangan(v) 1, w aktu (det) 12 ppm 24 ppm 36 ppm 48 ppm 6 ppm 72 ppm (e) Profil Tegangan Sensor terhadap M.Tanah Pemanas Pulsa T=48detik 1,5 tegangan(v) 1, w aktu (det) 12 ppm 24 ppm 36 ppm 48 ppm 6 ppm 72 ppm (f) Gambar 4.1 Profil tegangan diskrit sensor terhadap minyak tanah Pada saat plot grafik sensitifitas dibuat profil perubahan tegangan sensor terhadap perubahan konsentrasi dimana tegangan sensor adalah tegangan rata-rata dari ke- 16 nilai tegangan yang dicuplik di komputer. Data ini dapat dilihat pada Tabel 4.1. Grafik sensitifitas sensor terhadap minyak tanah untuk tiap pemanas dapat dilihat pada Gambar 4.2.

59 Tabel 4.1. Data analisis sensitifitas PEMANAS PULSA PERIODE 16 DETIK waktu Tegangan Sensor (V) pada konsentrasi (det) 12 ppm24 ppm36 ppm48 ppm6 ppm72 ppm 1,278235,241137,259686,278235,315333, ,445176,445176,5824,519373,556471, ,612118,667765,741961,7651,816157, ,723412,853255,927451,946, , ,77959,946 1,2196 1, , , ,79768, , , , ,1539 7, ,1647 1, , , ,1539 8,463725,816157,83476,853255,87184,9892 9,278235,5824,519373,537922,537922,5752 1,18549,315333,315333,333882,352431, ,129843,2439,222588,222588,241137, ,92745,148392,148392,166941,166941, ,92745,111294,111294,129843,129843, ,74196,92745,92745,111294,111294, ,74196,92745,92745,92745,92745, ,111294,92745,92745,92745,111294, Vrata-rata,37214,469522,49855,514735,536762,56118 (a) PEMANAS SEGITIGA PERIODE 16 DETIK waktu Tegangan Sensor (V) pada konsentrasi (det) 12 ppm24 ppm36 ppm48 ppm6 ppm72 ppm 1,74196,74196,74196,74196,74196, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,74196,92745,74196,74196,74196, ,129843,222588,129843,92745,92745, ,296784,426627,296784,18549,241137, ,537922,74863,537922,3798,445176, ,77959,927451,77959,63667,667765, ,927451,9892,927451,853255, ,1647 9,723412,612118,723412,964549,77959, ,482275,389529,482275,686314,519373, ,315333,259686,315333,445176,352431, ,222588,18549,222588,296784,241137, ,166941,148392,166941,2439,166941, ,129843,111294,129843,148392,129843, ,111294,92745,111294,129843,111294, ,92745,92745,92745,111294,92745,92745 Vrata-rata,32113,332723,32113,333882,3262,35113 (b)

60 PEMANAS SINUS PERIODE 16 DETIK waktu Tegangan Sensor (V) pada konsentrasi (det) 12 ppm 24 ppm36 ppm48 ppm6 ppm72 ppm 1,55647,55647,55647,55647,55647, ,55647,55647,55647,55647,55647, ,55647,55647,55647,55647,55647, ,92745,92745,92745,92745,92745, ,352431,315333,333882,3798,3798, ,723412,667765,7651,79768,816157, ,927451,89353, ,2196 1, , ,741961,77959,853255,853255,87184, ,296784,315333,333882,333882,352431, ,148392,148392,166941,166941,166941, ,92745,92745,111294,111294,111294, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,74196,55647,74196,74196,74196, ,55647,55647,55647,55647,55647,55647 Vrata-rata,243456,237659,259686,266642,271279,27776 (c) PEMANAS PULSA PERIODE 8 DETIK waktu Tegangan Sensor (V) pada konsentrasi (det) 12 ppm 24 ppm36 ppm48 ppm6 ppm72 ppm,5,333882,537922,5752,482275,5752, ,445176,649216,74863,63667,741961, ,5,537922,741961,816157,7651,89353, ,649216,83476,9892, ,38745, ,5,741961,9892 1,1647, ,168588, ,816157, , ,2196 1, ,2196 3,5,89353,927451,9892 1, , , ,77959,741961, , ,1539, ,5,612118,593569,593569,853255,946, ,5824,482275,482275,686314,7651, ,5,389529,389529,389529,5752,63667, ,315333,333882,333882,463725,519373, ,5,259686,278235,278235,389529,426627, ,222588,222588,241137,315333,3798, ,5,18549,2439,241137,278235,296784, ,166941,296784,352431,241137,296784,2439 Vrata-rata,4939,57382,61684,67588,775581, (d)

61 PEMANAS PULSA PERIODE 32 DETIK waktu Tegangan Sensor (V) pada konsentrasi (det) 12 ppm24 ppm36 ppm48 ppm6 ppm72 ppm 2,333882,278235,519373,389529,482275,5752 4,63667, ,1647 1, , , ,816157, , , , , ,87184, , , , , ,89353, , , , , ,9892, , ,1539 1, , ,9892, , ,1539 1, , ,9892, ,1647 1, , , ,333882,4878,4878,5752,63667, ,148392,18549,18549,259686,278235, ,92745,111294,111294,148392,148392, ,74196,74196,74196,92745,92745, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,55647,74196,74196,74196,74196, ,55647,55647,55647,74196,74196, ,55647,55647,55647,55647,74196,74196 Vrata-rata,447495,45561,554152,612118,65965, (e) PEMANAS PULSA PERIODE 48 DETIK waktu Tegangan Sensor (V) pada konsentrasi (det) 12 ppm24 ppm36 ppm48 ppm6 ppm72 ppm 3,77959, ,1647,89353,98398, , , , , , , , ,1539 1, , , , , , , , , , ,1647 1, , , , , , , , , ,1539 1, , ,2196 1, , , , , ,2196 1,2196 1, , , ,389529,445176,4878,463725,482275, ,129843,148392,148392,166941,166941, ,74196,92745,92745,92745,92745, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,74196,74196,74196,74196,74196, ,55647,55647,55647,55647,55647, ,55647,55647,55647,55647,55647, ,55647,55647,55647,55647,55647,55647 Vrata-rata,562267,594728,6748,615596,652694,64856 (f)

62 Profil Perubahan Tegangan Sensor terhadap Perubahan Konsentrasi (Pemanas Pulsa Periode 16 detik) 1 tegangan (V),8,6,4,2 y = 3E-5x +, konsentrasi ( ppm) (a) Profil Perubahan Tegangan Sensor terhadap Perubahan Konsentrasi (Pemanas Segitiga Periode 16 detik) tegangan (V) 1,8,6 y = 1E-6x +,323,4, konsentrasi ( ppm) (b) Profil Perubahan Tegangan Sensor terhadap Perubahan Konsentrasi (Pemanas Sinus Periode 16 detik) tegangan (V) 1,8,6 y = 7E-6x +,2317,4, konsentrasi ( ppm) (c)

63 Profil Perubahan Tegangan Sensor terhadap Perubahan Konsentrasi (Pemanas Pulsa Periode 8 detik) tegangan (V) 1,8,6,4 y = 3E-5x +,4881, konsentrasi ( ppm) (d) Profil Perubahan Tegangan Sensor terhadap Perubahan Konsentrasi (Pemanas Pulsa Periode 32 detik) tegangan (V) 1,8,6,4 y = 4E-5x +,382, konsentrasi ( ppm) (e) Profil Perubahan Tegangan Sensor terhadap Perubahan Konsentrasi (Pemanas Pulsa Periode 48 detik) tegangan (V) 1,8,6,4,2 y = 1E-5x +, konsentrasi ( ppm) (f) Gambar 4.2 Grafik sensitifitas sensor terhadap minyak tanah untuk tiap pemanas

64 4.2 Pembahasan Analisis Sensitifitas Dari Gambar 4.1 tentang profil tegangan sensor untuk tiap jenis pemanas dapat dilihat bahwa tegangan sensor berubah menurut bentuk tegangan pemanas. Perubahan tegangan sensor ini sebanding dengan perubahan suhu pada ruang didalam sensor. Data tegangan rata-rata keluaran sensor untuk tiap pemanas pada perubahan konsentrasi gas minyak tanah dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari grafik respon sensitifitas terhadap tiap pemanas pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa perubahan tegangan rata-rata keluaran sensor terhadap perubahan konsentrasi minyak tanah adalah lebih besar untuk jenis pemanas pulsa periode 32 detik dengan memperhatikan kemiringan garis (gradient) bernilai,4 V/ppm. Hal ini berarti sensor TGS 262 menjadi lebih sensitif bila pemodulasian suhu dilakukan dengan jenis pemanas pulsa periode 32 detik dibandingkan dengan jenis pemanas lain yang diujikan. Dari profil tegangan sensornya pada Gambar 4.1 (e) dapat dilihat bahwa pemisahan grafik untuk tiap konsentrasi pada penggunaan jenis pemanas ini lebih baik dari penggunaan jenis pemanas lain dimana lebih tampak kenaikan tegangan rata-rata keluaran sensor bila konsentrasinya bertambah. Tabel nilai sensitifitas dari grafik sensitifitas sensor terhadap gas minyak tanah untuk tiap pemanas dan grafiknya yang memperlihatkan hubungan antara periode sinyal pemanas dengan nilai sensitifitasnya pada hubungan perubahan tegangan keluaran rata-rata sensor terhadap perubahan konsentrasi dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.3. Tabel 4.2 Nilai sensitifitas sensor terhadap minyak tanah Jenis Pemanas Persamaan Profil Sensitifitas Nilai Sensitifitas (V/ppm) Pulsa periode 32 detik y=,4x+,382,4 Pulsa periode 16 detik y=,3x+,3758,3 Pulsa periode 8detik y=,3x+,4881,3 Pulsa periode 48 detik y=,1x+,5524,1 Sinus periode 16 detik y=,7x+,2317,7 Segitiga periode 16 detik y=,1x+,323,1

65 Grafik Sensitifitas gradient(volt/ppm)),5,4,3,2,1,3,3,1,7,4, periode (detik) Pemanas Pulsa Pemanas Segitiga Pemanas Sinus Gambar 4.3 Grafik analisis sensitifitas Pada persamaan profil sensitifitas pada Tabel 4.2, angka,382,,3758,,4881,,5524,,2317, dan,323 merupakan titik potong garis terhadap sumbu y (V ). Pada persamaan garis profil sensitifitas pemanas pulsa periode 32 detik untuk konsentrasi 55 ppm, tegangan rata-rata sensor berdasarkan persamaan profil sensitifitasnya dapat ditentukan dengan cara : Vrata rata nilai sensitifitas = m =,4 = konsentrasi V 55, 4 =,22 V rata rata V rata-rata = V + V rata rata V rata-rata =,382 +,22 =,62 V Dari hasil yang diperoleh pada Tabel 4.2 dapat ditentukan bahwa penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik adalah yang terbaik untuk membuat sensor gas semikonduktor TGS 262 menjadi lebih sensitif terhadap minyak tanah karena memiliki nilai sensitifitas terbesar, yaitu,4. Hal ini diikuti oleh pulsa periode 16 detik, pulsa periode 8 detik, pulsa periode 48 detik, sinus periode 16 detik dan segitiga periode 16 detik.

66 4.3 Hasil Pengujian Analisis Selektifitas Pada subbab ini akan djielaskan mengenai hasil pembacaan ADC untuk respon sensor, profil frekwensi dan pola tiap gas untuk tiap tegangan pemanas sesudah dinormalisasi, plot PCA pada data pelatihan, penentuan jarak sampel berbeda yang berdekatan pada plot PCA serta perbandingan nilai variance gas berbeda pada tiap pemanas. Profil diskrit respon sensor untuk tiap gas dengan tiap tegangan pemanas dapat dilihat pada Gambar 4.4. Profil Tegangan Sensor Pemanas Pulsa T=32 Detik Profil Tegangan Sensor Pemanas Segitiga T=32 Detik tegangan(v) 1,4 1,2 1,8,6,4, w aktu(det) tegangan (V) 1,5 1, waktu(det) M.Tanah Pertamax Premium Solar M.Tanah Pertamax Premium Solar tegangan (V) 1,4 1,2 1,8,6,4,2 Profil Tegangan Sensor Pemanas Sinus T=32 Detik waktu(det) M.Tanah Pertamax Premium Solar tegangan(v) 1,6 1,4 1,2 1,8,6,4,2 Profil Tegangan Sensor Pemanas Pulsa T=16 Detik w aktu(det) M.Tanah Pertamax Premium Solar Profil Tegangan Sensor Pemanas Pulsa T=48 Detik Profil Tegangan Sensor Pemanas Pulsa T=64 Detik tegangan (V) 1,4 1,2 1,8,6,4, tegangan (V) 1,4 1,2 1,8,6,4, w aktu(det) waktu(det) M.Tanah Pertamax Premium Solar M.Tanah Pertamax Premium Solar Gambar 4.4 Profil tegangan diskrit sensor untuk analisis selektifitas

67 Data nilai frekwensi ternormalisasi hasil proses menggunakan algoritma FFT yang menjadi masukan JST-BP untuk tiap tegangan pemanas dari 1 buah sampel masing-masing bahan bakar dapat dilihat pada tabel 4.3, 4.4, 4.5, 4.6, 4.7, dan 4.8. Tabel 4.3 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 32 detik Minyak Tanah Pertamax Premium Solar

68 Tabel 4.4 Masukan JST-BP untuk pemanas segitiga periode 32 detik Minyak Tanah Pertamax Premium Solar

69 Tabel 4.5 Masukan JST-BP untuk pemanas sinus periode 32 detik Minyak Tanah Pertamax Premium Solar

70 Tabel 4.6 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 16 detik Minyak Tanah Pertamax Premium Solar

71 Tabel 4.7 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 48 detik Minyak Tanah Pertamax Premium Solar

72 Tabel 4.8 Masukan JST-BP untuk pemanas pulsa periode 64 detik Minyak Tanah Pertamax Premium Solar

73 Gambar profil frekwensi tiap gas untuk tiap jenis pemanas ternormalisasi dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan pola tiap gas untuk tiap tegangan pemanas dapat dilihat pada Gambar 4.6, 4.7, 4.8, 4.9, 4.1 dan Profil Frekwensi Pulsa T=32 detik Profil Frekwensi Segitiga T=32 detik tegangan (V),8,7,6,5,4,3,2,1,5,1,15,2,25 frekwensi (Hz) tegangan (V),6,5,4,3,2,1,5,1,15,2,25 frekwensi (Hz) M.Tanah Pertamax Premium Solar M.Tanah Pertamax Premium Solar Profil Frekwensi Sinus T=32 detik Profil Frekwensi Pulsa T=16 detik tegangan (V),6,5,4,3,2,1,5,1,15,2,25 frekwensi (Hz) M.Tanah Pertamax Premium Solar tegangan (V),8,6,4,2,1,2,3,4,5 frekwensi (Hz) M.Tanah Pertamax Premium Solar Profil Frekwensi Pulsa T=48 detik Profil Frekwensi Pulsa T=64 detik tegangan (V),8,6,4,2,5,1,15 frekwensi (Hz) M.Tanah Pertamax Premium Solar tegangan (V),8,6,4,2,5,1 frekwensi (Hz) M.Tanah Pertamax Premium Solar Gambar 4.5 Profil frekwensi tiap gas untuk tiap jenis pemanas ternormalisasi

74 Pola Minyak Tanah Pola Pertamax tegangan (V),7,6,5,4,3,2, tegangan (V),8,6,4, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Pola Premium Pola Solar,8,8 tegangan (V),6,4,2 tegangan (V),6,4, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Gambar 4.6 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 32 detik Pola Minyak Tanah Pola Pertamax tegangan (V),6,5,4,3,2,1 tegangan (V),6,5,4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Pola Premium Pola Solar tegangan (V),6,5,4,3,2,1 tegangan (V),6,5,4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Gambar 4.7 Pola tiap gas pada pemanas segitiga periode 32 detik

75 Pola Minyak Tanah Pola Pertamax,5,5 tegangan (V),4,3,2,1 tegangan (V),4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Pola Premium Pola Solar,6,5 tegangan (V),5,4,3,2, nilai frekwensi FFT tegangan (V),4,3,2, nilai frekwensi FFT Gambar 4.8 Pola tiap gas pada pemanas sinus periode 32 detik Pola Minyak Tanah Pola Pertamax tegangan (V),7,6,5,4,3,2, tegangan (V),8,6,4, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Pola Premium Pola Solar tegangan (V),35,3,25,2,15,1, tegangan (V),8,6,4, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Gambar 4.9 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 16 detik

76 Pola Minyak Tanah Pola Pertamax tegangan (V),7,6,5,4,3,2, tegangan (V),7,6,5,4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Pola Premium Pola Solar tegangan (V),7,6,5,4,3,2, tegangan (V),6,5,4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Gambar 4.1 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 48 detik Pola Minyak Tanah Pola Pertamax tegangan (V),6,5,4,3,2, tegangan (V),7,6,5,4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Pola Premium Pola Solar tegangan (V),6,5,4,3,2,1 tegangan (V),6,5,4,3,2, nilai frekwensi FFT nilai frekwensi FFT Gambar 4.11 Pola tiap gas pada pemanas pulsa periode 64 detik

77 Setelah data diolah menggunakan algoritma PCA maka didapat principal components dari data tersebut. Data hasil proses PCA untuk tiap pemanas dapat dilihat pada tabel 4.9, 4.1, 4.11, 4.12, 4.13 dan Tabel 4.9 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 32 detik analisis selektifitas λ M.Tanah E E E E-2-4.6E E E E E E E E E E E E E λ Pertamax E E E-2-3.3E E E E E E E E-17-1E E E E E E λ Premium E E E E E E E-18-1E E E E E-17-1E E E E E λ Solar E E E-2-2.8E E E E E E E-17-7E E E E E E

78 Tabel 4.1 Hasil proses PCA pemanas segitiga periode 32 detik analisis selektifitas λ M.Tanah E E E E E E-5-1.6E E E E E E-17-6E E E E E E E λ Pertamax E E E E E E E E E-17-3E E E E E E E λ Premium E E E E E E E E E E E E E E E E E λ Solar E E E E E E E E-17-2E E E E E E E E E E E

79 Tabel 4.11 Hasil proses PCA pemanas sinus periode 32 detik analisis selektifitas λ M.Tanah E E E E E E E E E E E E E E E E E λ Pertamax E E E E E E E E-16-9E E E E E E E E λ Premium E E E E E E E E E E E E E E E E E E E λ Solar E E E E E E E E E E E E E E E E

80 Tabel 4.12 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 16 detik analisis selektifitas λ M.Tanah E-19-8E E-17-2E E E E E E E E E E E E E E E λ Pertamax E E E E E E E E E E E E E E E E E λ Premium E E E E E E-16-9E-17-1E E E E E E E E E E E E E λ Solar E E E E E E-17-9E E E E E E E E E E E

81 Tabel 4.13 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 48 detik analisis selektifitas λ M.Tanah E E E E E E E E E E E E E E E λ Pertamax E E E-2-6.7E E E E E E E E E E E E E λ Premium E E E E E E E E E E E E E E E λ Solar E E E E E E E E E E E E E E E E E

82 Tabel 4.14 Hasil proses PCA pemanas pulsa periode 64 detik analisis selektifitas λ M.Tanah E E E E E E E E E E E E E E E E λ Pertamax E E E E E E E E E E E E E E E E E E E λ Premium E E E E E E E E E E E E E E E λ Solar E E E E E E E-17-5E E E E E E E E E E Gambar plot antara 1 st PC dan 2 nd PC berdasarkan prioritas eigenvaluesnya untuk tiap jenis pemanas dapat dilihat pada Gambar 4.12.

83 Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=32 detik Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Segitiga T=32 detik PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Sinus T=32 detik Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=16 detik PC 2,3,2,1 -,8 -,6 -,4 -,2,2,4 -,1 -,2 -,3 PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=48 detik Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=64 detik PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar Gambar 4.12 Plot antara 1 st PC dan 2 nd PC untuk analisis selektifitas Posisi antar satu sampel berbeda yang paling berdekatan berdasarkan Gambar 4.12 untuk dapat menentukan jaraknya dapat dilihat pada Gambar 4.13.

84 Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=32 detik PC 2 -,1 -,5 -,5,5,1 -,1, ; -, ; -, , ,15 -,2, ; -,25 -, ,3,827237; -,35 -, ,4 PC 1 M.Tanah pertamax premium Solar (a) Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Segitiga T=32 detik PC 2 -, ;, ,25,2,15 -, ;,1,918974, ; -,5 -,885795; -, , ,4 -,2 -,5,2,4,6,8 PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar (b) PC 2 Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Sinus T=32 detik,14,12,1, ;, ,8 -, ;,6,4,142988;, ,236529, ;,2, ,6 -,4 -,2,2,4 PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar (c)

85 Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=16 detik PC 2,1 -, ;, ,2 -,1,1,2,3 -, ; -,1,262146; -,285942, ,2 -, ; -, ,3 -,4 PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar (d) Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=48 detik PC 2,2,15,1, ;, , ;,186651,5, ; -,4 -, ; -,5,4, , ,1 -,15 PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar (e) PC 2 Plot PCA dengan 1 sampel Pemanas Pulsa T=64 detik -, ;, ,1,5 -,8 -,6 -,4 -,2 -,5,2,4 -, ; -, ,1 -,15 -,2 -,25 -,3, ; -, ,35448; -, PC 1 M.Tanah Pertamax Premium Solar (f) Gambar 4.13 Posisi antar satu sampel berbeda yang paling berdekatan

86 Tabel jarak antara sampel gas berbeda yang berdekatan pada penggunaan tiap jenis pemanas sesuai dengan Gambar 4.13 dapat dilihat pada Tabel Uji independent sampel t-test digunakan untuk menguji dua rata-rata dari dua sampel yang tidak terkait. Sampel berasal dari jenis gas yang saling berbeda. Tabel variance tiap gas pada tiap pemanas dengan menggunakan metode ttest dapat dilihat pada Tabel 4.16 Dari hasil pada Tabel 4.16 dapat ditentukan variance antara gas berbeda pada tiap pemanas dan hasilnya ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.15 Jarak antara plot gas berbeda yang berdekatan Jarak Jenis Pemanas sampel terdekat Pulsa T=32 det Segitiga T=32 det Sinus T=32 det Pulsa T=16 det Pulsa T=48 det Pulsa T=64 det Jarak 1,7532,2771,6385,12156,26384,56876 Jarak 2,58325,12361,2265,54636,4641,39641 Jarak 3,33531,73291,1146,34772,17912,2161 Tabel 4.16 Tabel variance tiap gas pada tiap pemanas Jenis Variance Gas Pulsa Segitiga Sinus Pulsa Pulsa Pulsa T=32 det T=32 det T=32 det T=16 det T=48 det T=64 det M.Tanah,4567,32928,25675,492191,339,31985 Pertamax,434,311499,26869,554761,4395,4783 Premium,52616,35836,29498,87747,3523,29232 Solar,35973,315231,26791,542423,31233,26635 Tabel 4.17 Tabel variance antar gas berbeda pada tiap pemanas Jenis Gas M.Tanah- Pertamax M.Tanah- Premium M.Tanah- Solar Pertamax- Premium Pertamax- Solar Premium- Solar Pulsa T=32 det Segitiga T=32 det Sinus T=32 det Variance Pulsa T=16 det Pulsa T=48 det Pulsa T=64 det,564,1778,1194,6257,15,15818,6946,2875,3823,4444,214,275,97,144,1116,523,185,534,12582,4653,2629,4671,786,1857,46,373 7,8E-5,1233,1186,2116,1664,428,271,45467,399,259

87 Tabel 4.18 Hasil proses pelatihan JST-BP Pemanas Jlh Epoch Pulsa T=32 detik 284 Segitiga T=32 detik 67 Sinus T=32 detik Pulsa T=16 detik 4753 Pulsa T=48 detik 338 Pulsa T=64 detik 289 Tabel 4.19 Hasil proses pengujian JST-BP Pemanas Jumlah Kebenaran dari 2 Sampel Pengujian Tingkat Kebenaran (%) Pulsa T=32 detik 2 1 Segitiga T=32 detik 18 9 Sinus T=32 detik 9 45 Pulsa T=16 detik Pulsa T=48 detik Pulsa T=64 detik Hasil dari proses pelatihan JST-BP menggunakan arsitektur jaring dengan 22 unit pada lapis tersembunyi pertama, 14 unit pada lapis tersembunyi kedua dan parameter pelatihan error.1, learning rate.1 serta faktor momentum.9 dapat dilihat pada Tabel Hasil dari proses pengujian untuk 2 sampel yang terdiri dari masing-masing 5 sampel untuk tiap bahan bakar dapat dilihat pada Tabel Pembahasan Analisis Selektifitas Dari Gambar 4.4 tentang profil tegangan diskrit sensor untuk tiap jenis pemanas dapat dilihat bahwa tegangan sensor berubah menurut bentuk tegangan pemanas. Perubahan tegangan sensor ini sebanding dengan perubahan suhu pada

88 ruang didalam sensor. Dari Gambar 4.5 tentang profil frekwensi tiap gas untuk tiap jenis pemanas setelah dinormalisasi, dapat dilihat bahwa perubahan bentuk dan frekwensi sinyal pemanas akan menghasilkan perubahan profil frekwensinya untuk tiap gas sehingga pola tiap gas akan berbeda dan dapat diidentifikasi. Tampilan profil frekwensi ini masih sulit untuk menentukan jenis pemanas yang paling baik untuk membuat sensor paling selektif karena perubahan bentuk untuk tiap jenis gas pada tiap jenis pemanas tidak jauh berbeda. Berdasarkan Gambar 4.6 hingga 4.11 pola tiap gas dengan diagram batang untuk tiap pemanas dapat lebih mudah dibedakan. Dari keseluruhan pola yang ada dapat dilihat bahwa pada penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik, pola tiap gas lebih berbeda dibandingkan dengan pola-pola tiap gas pada penggunaan pemanas yang lain. Berdasarkan plot 1 st dan 2 nd PC pada plot PCA pada Gambar 4.12 dapat ditentukan bahwa jenis pemanas pulsa periode 32 detik adalah jenis pemanas terbaik dari semua jenis pemanas yang diujikan karena pengelompokan jenis gas yang berbeda lebih baik sehingga lebih mudah dikenali karena tidak ada sampel gas yang berbeda berada pada satu kelompok yang sama. Hal ini dapat ditunjukkan dari jarak antara plot tiap gas berbeda yang berdekatan pada Tabel 4.15 menunjukkan jarak terkecil,33531, yaitu jarak antara sampel solar dan minyak tanah. Pada penggunaan pemanas pulsa periode 64 detik terdapat jarak yang lebih kecil antara sampel minyak tanah dan premium sebesar,2161. Pada penggunaan pemanas pulsa periode 48 detik terdapat jarak yang lebih kecil lagi, yaitu antara sampel minyak tanah dan solar sebesar, Penggunaan pemanas segitiga periode 32 detik memberikan jarak lebih kecil lagi antara pertamax dan solar sebesar, Pada penggunaan pemanas pulsa periode 16 detik terdapat jarak antara sampel solar dan pertamax sebesar,12156, disusul dengan penggunaan sinus periode 32 detik yang memberikan jarak,2265 antara sampel pertamax dan solar. Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik adalah yang terbaik disusul oleh pulsa periode 64 detik, pulsa periode 48 detik, segitiga periode 32 detik, pulsa periode 16 detik dan sinus periode 32 detik. Berdasarkan variance antara gas berbeda pada tiap pemanas pada Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa pada penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik

89 Grafik Selektifitas Tingkat kebenaran (%) periode (detik) Pemanas Pulsa Pemanas Segitiga Pemanas Sinus Gambar 4.14 Grafik analisis selektifitas pada proses pengujian memberikan nilai beda variance terkecil sebesar,46 antara pertamax dan solar. Pada penggunaan pemanas pulsa periode 64 detik dapat dilihat nilai variance antara premium dan solar sebesar,259. Pada penggunaan pemanas pulsa periode 48 detik dapat dilihat nilai variance antara minyak tanah dan solar sebesar,185. Pada penggunaan pemanas segitiga periode 32 detik dapat dilihat nilai variance antara minyak tanah dan solar sebesar,144. Pada penggunaan pemanas pulsa periode 16 detik dapat dilihat nilai variance antara pertamax dan solar sebesar,1233. Pada penggunaan pemanas sinus periode 32 detik dapat dilihat nilai variance antara pertamax dan solar sebesar,78. Berdasarkan hasil yang didapat maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik adalah yang terbaik disusul oleh pulsa periode 64 detik, pulsa periode 48 detik, segitiga periode 32 detik, pulsa periode 16 detik dan sinus periode 32 detik. Hasil proses pelatihan JST-BP yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 4.18 dimana penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik dapat memberikan kinerja pengidentifikasian terbaik karena jumlah epoch terendah dengan jumlah 284 buah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik membuat sensor TGS 262 menjadi paling selektif untuk mendeteksi minyak tanah, pertamax, premium dan solar. Hasil yang lebih baik

90 disusul oleh penggunaan pemanas pulsa periode 64 detik, pulsa periode 48 detik, segitiga periode 32 detik, pulsa periode 16 detik dan sinus periode 32 detik. Grafik analisis selektifitas yang menjelaskan hubungan antara periode masing-masing sinyal pemanas sensor dengan tingkat kebenaran pengidentifikasian pada proses pengujian dengan masing-masing bahan bakar terdiri dari 5 buah sampel dapat dilihat pada Gambar Pada penggunaan pemanas pulsa periode 32 detik, tingkat kebenarannya mencapai 1%, yaitu hasil terbaik dari semua jenis pemanas yang diujikan.

91 BAB 5 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan analisis pengaruh pemodulasian suhu terhadap sensitifitas dan selektifitas sensor gas semikonduktor maka dapat dibuat kesimpulan dan saran Kesimpulan Pada analisis sensitifitas, pemodulasian suhu menggunakan tegangan pulsa beramplitudo 5V berperiode 32 detik, duty cycle 5% adalah paling efektif untuk meningkatkan sensitifitas sensor terhadap minyak tanah hingga 12 ppm. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan profil sensitifitasnya yang memiliki nilai sensitifitas,4 V/ppm. Pada analisis selektifitas, pemodulasian suhu pada sensor menggunakan tegangan pulsa beramplitudo 5V berperiode 32 detik duty cycle-nya 5% paling efektif untuk mendeteksi minyak tanah, pertamax, premium dan solar. Hal ini dapat ditentukan berdasarkan jumlah epochnya 284 buah pada proses pelatihan untuk mencapai error.1. Pada pendeteksian ke-4 jenis bahan bakar menggunakan tegangan pulsa beramplitudo 5V berperiode 32 detik duty cycle-nya 5% pada proses pengujian dengan masing-masing 5 sampel memberikan tingkat kebenaran identifikasi 1%. Tampilan visual plot PCA untuk masing-masing sampel pada proses pelatihan telah tersebar memisah antara tiap jenis gas Saran-Saran Hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna karena sistem belum menganalisis berbagai bentuk lain dari gelombang pemanas sensor dan belum menggunakan program yang terintegrasi pada sistem analisis selektifitas antara program pengambilan data dan pengidentifikasiannya. Untuk itu perlu diperhatikan pengaruh gelombang pemanas sensor yang lainnya dan pembuatan sistem yang sepenuhnya terintegrasi sehingga sistem menjadi lebih baik lagi.

92 DAFTAR PUSTAKA Anies Hannawati, Thiang dan Yudi Prasetyo, (23), "Odor Recognition dengan Menggunakan Principal Component Analysis dan Nearest Neighbour Classifier", Jurnal Teknik Elektro Vol.3 No.2, hal Atmel, (27), 8-bit AVR Microcontroller with 16K Bytes In-System Programmable Flash ATmega8535 Atmega8535L Summary, Figaro. (24). "General Information for TGS Sensors." Henry H.L.Toruan (24)," Analisis Pengaruh Pemodulasian Suhu terhadap Selektifitas Sensor Gas Semikonduktor sebagai Pendeteksi Bahan Bakar", Proceeding The 9 th Seminar on Intelligent Technology and Its Applications, Surabaya, 8 Mei 28. Howard Demuth, Mark Beale, Martin Hagan (28), "Neural Network Toolbox 6 User's Guide", Math Works, Inc., Jonathon Shlens, (25)," A Tutorial on Principal Component Analysis", http// J.J.Siang, (25), Jaringan Saraf Tiruan & Pemrogramannya Menggunakan MATLAB, Penerbit ANDI, Yogyakarta. John Proakis, G. dan Dimitris Manolakis, G. (1997), Pemrosesan Sinyal Digital. Prinsip, Algoritma dan Aplikasi, Jilid 1, PT.Prenhallindo, Jakarta. J.Zakrzewski, W.Domanski, P.Chaitas dan Th.Laopoulos, (23), "Improving Sensitivity of SnO 2 Gas Sensors by Temperature Variation", IEEE International Workshop on Intelligent Data Acquisition and Advanced Computing Systems: Technology and Applications, 8-1 September, Ukraine. Lenntech Water treatment & air purification Holding B.V.(28)," Parts Per Million (ppm) Converter for Gases,"

93 Lindsay I. Smith, (22), A Tutorial on Principal Components Analysis, Cornell University, USA. Mauridhi Hery Purnomo, Agus Kurniawan, (26), Supervised Neural Networks dan aplikasinya, Graha Ilmu, Yogyakarta. Nanang Suwondo, Ishafit, (22) "Perancangan Sistem Pengukur Amplitudo dan Frekweni Sinyal dengan Algoritma FFT Berbasis PC", Jurnal Fisika Himpunan Fisika Indonesia, 22. Rivai M., Mujiono T., Juwono H., "Identification of organic solvent vapor using polimer coated SiO 2 cristal array", The fourth Saudi Technical Conference Exhibition, Riyadh Saudi Arabia, 26, hal Rokhmadi, R.Muhammad Subekti, (2), Identifikasi Unsur-Unsur Radioaktif dengan menggunakan Jaringan Saraf Tiruan", Pusat Pengembangan Teknologi Reaktor Riset (P2TRR)-BATAN, Serpong, 2. Rudy Adipranata, Resmana, (1999), "Pengenalan Suara Manusia dengan Metode LPC dan Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik", Prosiding Seminar Nasional I Kecerdasan Komputasional Universitas Indonesia, 2-21 Juli Syahri Alhusin Drs., M.S. (23),Aplikasi Statistik Praktis dengan SPSS.1 for Windows, Graha Ilmu, Yogyakarta.

94 Lampiran 1 Program Pengambilan Data di Komputer dengan VBasic 6. Tampilan form program pengambilan data di komputer

95 Lampiran 2 Program Analisis Sensitifitas Tampilan form program analisis sensitifitas Tampilan form program plot profil sensitifitas

96 Lampiran 3 Hasil Grafik Sensitifitas

97

98

99 Lampiran 4 Tampilan Program Analisis Selektifitas Tampilan form menu program pengambilan data analisis selektifitas Tampilan form program ambil dan simpan data analisis selektifitas

100 DATA PRIBADI Nama : Henry Hasian Lumban Toruan Lahir : Medan, 14 Nopember 1972 Jenis kelamin : Laki-Laki Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil (Dosen) Orang Tua : Timbul Lumban Toruan Alamat rumah : Jl. Surau Gg. Bersama No. 12 Medan-Sumatera Utara 2118 Telp. : (61) HP : aq.henry@yahoo.com Perjalanan penulis dalam menempuh pendidikan berawal dari Sekolah Dasar (SD PKMI-1) tamat tahun 1986, kemudian berlanjut ke Sekolah Menengah Pertama di sekolah yang sama (SMP PKMI-1) tamat pada tahun Penulis melanjutkan lagi ke Sekolah Menengah Atas (SMA Negeri-1 Medan) dan tamat pada tahun Penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang sarjana (S1 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Elektro Universitas Sumatera Utara (USU) di Medan dan tamat tahun Pada tahun 21, penulis mulai aktif bekerja sebagai dosen di Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika di Politeknik Negeri Medan (POLMED) dan mengajar pada mata kuliah elektronika analog, elektronika industri dan instrumentasi. Setelah bekerja selama lima tahun, pada tahun 26, penulis mendapat kesempatan tugas belajar untuk melanjutkan studi ke jenjang pasca sarjana S2 di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) di Surabaya dan lulus pada tanggal 31 Juli tahun 28.

Klasifikasi Odor pada Ruang Terbuka dengan Menggunakan Short Time Fourier Transform dan Neural Learning Vector Quantization

Klasifikasi Odor pada Ruang Terbuka dengan Menggunakan Short Time Fourier Transform dan Neural Learning Vector Quantization Klasifikasi Odor pada Ruang Terbuka dengan Menggunakan Short Time Fourier Transform dan Neural Learning Vector Quantization Hendrick 1, Muhammad Rivai 1, Tasripan 1 1 Jurusan Tehnik Elektro Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERSETUJUAN... PERNYATAAN KEASLIAN... ABSTRAK... ABSTRACT... i ii iv v vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR SINGKATAN...

Lebih terperinci

ODOR RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN NEAREST NEIGHBOUR CLASSIFIER

ODOR RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN NEAREST NEIGHBOUR CLASSIFIER ODOR RECOGNITION DENGAN MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DAN NEAREST NEIGHBOUR CLASSIFIER Anies Hannawati, Thiang, Yudi Prasetyo Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

Pembuatan Pola Data Bahan Bakar Solar Yang Dicampur Minyak Tanah Menggunakan Sensor Gas Dengan Metode Fast Fourier Transform

Pembuatan Pola Data Bahan Bakar Solar Yang Dicampur Minyak Tanah Menggunakan Sensor Gas Dengan Metode Fast Fourier Transform Pembuatan Bahan Bakar Solar Yang Dicampur Menggunakan Sensor Gas Dengan Metode Fast Fourier Transform Wengki Adillah, Andrizal, Ratna Aisuwarya, Jurusan Sistem Komputer FTI Universitas Andalas Jln. Kampus

Lebih terperinci

Identifikasi Jenis Gas di Udara Terbuka pada Sistem Sensor Semikonduktor menggunakan Fast Fourier Transform dan neural Network

Identifikasi Jenis Gas di Udara Terbuka pada Sistem Sensor Semikonduktor menggunakan Fast Fourier Transform dan neural Network Identifikasi Jenis Gas di Udara Terbuka pada Sistem Sensor Semikonduktor menggunakan Fast Fourier Transform dan neural Network Syahrir - 2206100705 Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan dan algoritma yang akan digunakan pada sistem pengenalan wajah. Bagian yang menjadi titik berat dari tugas akhir

Lebih terperinci

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT.

Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1. Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. 2. Ir. Tasripan, MT. Implementasi Sensor Gas pada Kontrol Lengan Robot untuk Mencari Sumber Gas (The Implementation of Gas Sensors on the Robotic Arm Control to Locate Gas Source ) Oleh : Abi Nawang Gustica Pembimbing : 1.

Lebih terperinci

SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH

SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH Presentasi Sidang Tesis SISTEM KROMATOGRAFI GAS MENGGUNAKAN SENSOR SEMIKONDUKTOR DAN NEURAL NETWORK UNTUK KLASIFIKASI MINYAK MENTAH Sugeng Dwi Riyanto 2209204004 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Jaringan saraf buatan merupakan kumpulan dari elemen-elemen pemrosesan buatan yang disebut neuron. Sebuah neuron akan mempunyai banyak nilai masukan yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. DIAGRAM ALUR PENELITIAN Metode penelitian merupakan sebuah langkah yang tersusun secara sistematis dan menjadi pedoman untuk menyelesaikan masalah. Metode penelitian merupakan

Lebih terperinci

PENDETEKSI JENIS TEH MENGGUNAKAN DERET SENSOR TIN OXIDE DAN NEURAL NETWORK

PENDETEKSI JENIS TEH MENGGUNAKAN DERET SENSOR TIN OXIDE DAN NEURAL NETWORK PENDETEKSI JENIS TEH MENGGUNAKAN DERET SENSOR TIN OXIDE DAN NEURAL NETWORK Saifun Nur 2206 100 146 Pembimbing : Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

Identifikasi Penyakit Halitosis dengan Sensor Gas menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Pembelajaran Backpropagation

Identifikasi Penyakit Halitosis dengan Sensor Gas menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Pembelajaran Backpropagation Identifikasi Penyakit Halitosis dengan Sensor Gas menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Pembelajaran Backpropagation Deki Andreas Putra, S.Kom 1, Andrizal, M.T 2, Tati Erlina, M.IT 3 1,3 Jurusan Sistem

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Diagram Blok Sistem Secara Umum Perancangan sistem yang dilakukan dengan membuat diagram blok yang menjelaskan alur dari sistem yang dibuat pada perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Penyusunan naskah tugas akhir ini berdasarkan pada masalah yang bersifat aplikatif, yaitu perencanaan dan realisasi alat agar dapat bekerja sesuai dengan perancangan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Karbon monoksida adalah zat pencemar dengan rumus CO yang merupakan jumlah karbon monoksida yang dihasilkan dari proses pembakaran dalam ruang bakar mesin kendaraan yang dikeluarkan

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK ABSTRAK PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem pengenalan suara manusia dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei Adapun tempat III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada November 2011 hingga Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di Laboratorium Elektronika Dasar

Lebih terperinci

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION

PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION PENGENALAN KARAKTER ALFANUMERIK MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGARATION Amriana 1 Program Studi D1 Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik UNTAD ABSTRAK Jaringan saraf tiruan untuk aplikasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2]

Bab II Teori Dasar. Gambar 2.1 Diagram blok sistem akuisisi data berbasis komputer [2] Bab II Teori Dasar 2.1 Proses Akuisisi Data [2, 5] Salah satu fungsi utama suatu sistem pengukuran adalah pembangkitan dan/atau pengukuran tehadap sinyal fisik riil yang ada. Peranan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si 1 ABSTRAK Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si Penelitian kecerdasan buatan untuk mengenali pola semakin banyak dilakukan dan dibutuhkan. Pada

Lebih terperinci

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini

Oleh: Dosen Pembimbingh: Gaguk Resbiantoro. Dr. Melania Suweni muntini Dosen Pembimbingh: Dr. Melania Suweni muntini Oleh: Gaguk Resbiantoro JURUSAN FISIKA Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2011 PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

Key words: Artificial Neural Network, Exponential Smoothing, Prediction, Electrical Energy Need.

Key words: Artificial Neural Network, Exponential Smoothing, Prediction, Electrical Energy Need. PREDIKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DAN METODE EXPONENTIAL SMOOTHING Febry Hontong 1), Tritiya Arungpadang 2), Johan Neyland 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Desain Perangkat Keras Yang Dikembangkan. Gambar 8. Secara umum sistem perangkat keras telah berhasil dikembangkan sesuai desain dalam Gambar 8. Desain perangkat keras

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masin-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... ABSTRAKSI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman DAFTAR LAMPIRAN... xviii DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN... BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Premium Premium terutama terdiri atas senyawa-senyawa hidrokarbon dengan 5 sampai 10 atom karbon yang diperoleh dari minyak bumi. Sebagian diperoleh langsung dari hasil penyulingan

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS KOMPRESI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN HEBBIAN BASED PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS 1 Sofyan Azhar Ramba 2 Adiwijaya 3 Andrian Rahmatsyah 12 Departemen Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN IDENTIFIKASI VARIETAS UNGGUL BENIH KEDELAI BERDASARKAN WARNA DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN Galih Probo Kusuma, Dr Melania Suweni Muntini, MT Jurusan Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Data Untuk Analisis Jaringan Syaraf Tahapan pertama sebelum merancang model jaringan syaraf tiruan adalah menyiapkan data. Secara garis besar tahapan-tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian mengenai sensor gas sebagai pedeteksi aroma atau aroma telah banyak dikembangkan selayaknya menyerupai sistem kerja hidung secara biologis.dan

Lebih terperinci

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode

Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Sistem Identifikasi Kualitas Bahan Bakar Minyak Menggunakan Deret Light Emitting Diode Nurseno Aqib Fadwi Adi 2209100156 Dosen Pembimbing 1 Dr. Muhammad Rivai, ST., MT. Dosen Pembimbing 2 Ir. Siti Halimah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 SPEAKER IDENTIFICATION DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sensor Node pada Wireless Sensor Network Menggunakan Deret Sensor Gas dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi Kebakaran Hutan

Rancang Bangun Sensor Node pada Wireless Sensor Network Menggunakan Deret Sensor Gas dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi Kebakaran Hutan A192 Rancang Bangun Sensor Node pada Wireless Sensor Network Menggunakan Deret Sensor Gas dan Jaringan Syaraf Tiruan untuk Mendeteksi Kebakaran Hutan Luthfan Aufar Akbar, Muhammad Rivai, dan Fajar Budiman

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pernyataan Keaslian. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan.

DAFTAR ISI. Halaman Judul. Lembar Pengesahan Pembimbing. Lembar Pernyataan Keaslian. Lembar Pengesahan Penguji. Halaman Persembahan. xi DAFTAR ISI Halaman Judul Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pernyataan Keaslian Lembar Pengesahan Penguji Halaman Persembahan Halaman Motto Kata Pengantar Abstraksi Daftar Isi Daftar Gambar Daftar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM. untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input untuk BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Dasar Perancangan Sistem Perangkat keras yang akan dibangun adalah suatu aplikasi mikrokontroler untuk efisiensi energi listrik pada kehidupan sehari-hari. Perangkat input

Lebih terperinci

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PERANCANGAN SOFTSENSOR KADAR GAS BUANG PADA STACK HASIL KELUARAN HRSG (HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR) DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Oleh : Hera Firdhausa Katili 2409100073 Dosen Pembimbing : Dr.

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

Pengembangan Robot Hexapod untuk Melacak Sumber Gas

Pengembangan Robot Hexapod untuk Melacak Sumber Gas 12 Pengembangan Robot Hexapod untuk Melacak Sumber Hani Avrilyantama, Muhammad Rivai, Djoko Purwanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

SATIN Sains dan Teknologi Informasi SATIN - Sains dan Teknologi Informasi, Vol. 2, No. 1, Juni 2015 SATIN Sains dan Teknologi Informasi journal homepage : http://jurnal.stmik-amik-riau.ac.id Jaringan Syaraf Tiruan untuk Memprediksi Prestasi

Lebih terperinci

DT-51 Application Note

DT-51 Application Note DT-5 Application Note AN2 Air Quality Sensor I Oleh: Tim IE & Ario Mardowo (Universitas Katholik Widya Mandala) Kualitas udara yang kita hirup memang tidak terlihat mata. Perbedaan kadar oksigen dan zat

Lebih terperinci

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber

Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber 1 Pemasangan CO 2 dan Suhu dalam Live Cell Chamber Septian Ade Himawan., Ir. Nurussa adah, MT., Ir. M. Julius St., MS. Abstrak Abstrak Sel merupakan kumpulan materi paling sederhana dan unit penyusun semua

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DATA SPEKTROFOTOMETER DAN ANALISA DENGAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA PCA

BAB 4 IMPLEMENTASI DATA SPEKTROFOTOMETER DAN ANALISA DENGAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA PCA BAB 4 IMPLEMENTASI DATA SPEKTROFOTOMETER DAN ANALISA DENGAN BACKPROPAGATION DAN ALGORITMA PCA 4.1 Deteksi DD dengan Dengue Duo (NS1 Ag dan IgG/IgM) Data yang diperoleh merupakan hasil pemeriksaan Dengue

Lebih terperinci

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION

PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD NEURAL NETWORK MENGGUNAKAN ALGORITMA RESILENT BACKPROPAGATION ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 5, Nomor 1, Tahun 2016, Halaman 203-209 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENENTUAN MODEL RETURN HARGA SAHAM DENGAN MULTI LAYER FEED FORWARD

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI LAJU INFLASI DI KABUPATEN KLATEN NASKAH PUBLIKASI diajukan oleh Kurniawati Handayani 09.11.3278 kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

Perbaikan Sistem Kendali Robot Tangan EH1 Milano Menggunakan Sistem Kendali Loop Tertutup

Perbaikan Sistem Kendali Robot Tangan EH1 Milano Menggunakan Sistem Kendali Loop Tertutup JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-59 Perbaikan Sistem Kendali Robot Tangan EH1 Milano Menggunakan Sistem Kendali Loop Tertutup Muhammad Faris Zaini Fu ad, Achmad

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas perencanaan dan pembuatan dari alat yang akan dibuat yaitu Perencanaan dan Pembuatan Pengendali Suhu Ruangan Berdasarkan Jumlah Orang ini memiliki 4 tahapan

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Permasalahan Sistem Transmisi Data Sensor Untuk Peringatan Dini Pada Kebakaran Hutan Dalam perancangan sistem transmisi data sensor untuk peringatan dini

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN 32 BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab ini akan dibahas tentang analisis sistem melalui pendekatan secara terstruktur dan perancangan yang akan dibangun dengan tujuan menghasilkan model atau representasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terliat pada Gambar 3.1. Suara Manusia Rekam suara Hasil rekaman

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG TUGAS AKHIR MUHAMMAD AGUNG NURSYEHA 2211100164 Pembimbing: Dr. Muhammad

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai November 2014 di Laboratorium Pemodelan Fisika dan Laboratorium Elektronika Dasar Jurusan

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

Sistem Identifikasi Gas Menggunakan Metode Kromatografi dan Neural Network

Sistem Identifikasi Gas Menggunakan Metode Kromatografi dan Neural Network Sistem Identifikasi Gas Menggunakan Metode Kromatografi dan Neural Network Eri Nur Rahman, Muhammad Rivai, Tasripan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALKOHOL METER BERBASIS AVR ATMEGA Laporan Tugas Akhir. Oleh: Nadya Sukma Dewantie J0D006019

RANCANG BANGUN ALKOHOL METER BERBASIS AVR ATMEGA Laporan Tugas Akhir. Oleh: Nadya Sukma Dewantie J0D006019 RANCANG BANGUN ALKOHOL METER BERBASIS AVR ATMEGA 8535 Laporan Tugas Akhir Oleh: Nadya Sukma Dewantie J0D006019 PROGRAM STUDI DIII INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR OTOMATISASI BUKA TUTUP GORDEN SERTA ON/OFF LAMPU DENGAN INPUT CAHAYA DAN REMOTE CONTROL

LAPORAN AKHIR OTOMATISASI BUKA TUTUP GORDEN SERTA ON/OFF LAMPU DENGAN INPUT CAHAYA DAN REMOTE CONTROL LAPORAN AKHIR OTOMATISASI BUKA TUTUP GORDEN SERTA ON/OFF LAMPU DENGAN INPUT CAHAYA DAN REMOTE CONTROL Dibuat untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Komputer Politeknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Eksperimen E-nose terdiri dari 4 buah sensor gas dimana masing-masing dari sensor tersebut memiliki kepekaan yang berbeda pada saat pendeteksian aroma Jenis teh

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM. kadar karbon monoksida yang di deteksi oleh sensor MQ-7 kemudian arduino BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Perancangan Sistem Dalam bab ini akan dibahas mengenai pembuatan rangkaian dan program. Seperti pengambilan data pada pengujian emisi gas buang dengan

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dr. Eng.Ardyono Priyadi, S.T, M.Eng. Boby Adi Pratama

Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dr. Eng.Ardyono Priyadi, S.T, M.Eng. Boby Adi Pratama INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Dosen Pembimbing 1 : Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng. Dosen Pembimbing 2 : Dr. Eng.Ardyono Priyadi, S.T, M.Eng. Boby Adi Pratama 22.09.100.110 INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENDETEKSI KEBOCORAN TABUNG GAS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GAS FIGARRO TGS 2610 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

TUGAS AKHIR PENDETEKSI KEBOCORAN TABUNG GAS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GAS FIGARRO TGS 2610 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 TUGAS AKHIR PENDETEKSI KEBOCORAN TABUNG GAS DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GAS FIGARRO TGS 2610 BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

SISTEM IDENTIFIKASI GAS MENGGUNAKAN KONSEP KROMATOGRAFI DAN NEURAL NETWORK ERI NUR RAHMAN

SISTEM IDENTIFIKASI GAS MENGGUNAKAN KONSEP KROMATOGRAFI DAN NEURAL NETWORK ERI NUR RAHMAN SISTEM IDENTIFIKASI GAS MENGGUNAKAN KONSEP KROMATOGRAFI DAN NEURAL NETWORK ERI NUR RAHMAN 2209100701 LATAR BELAKANG Perkembangan teknologi industri meningkat Contohnya adalah industri makanan, industri

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF DALAM SISTEM KONTROL KADAR ETANOL

IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF DALAM SISTEM KONTROL KADAR ETANOL TE 091399 IMPLEMENTASI SENSOR KAPASITIF DALAM SISTEM KONTROL KADAR ETANOL Peter Chondro 2210100136 Dosen Pembimbing: Dr. M. Rivai, ST., MT. Suwito, ST., MT. Bidang Studi Elektronika Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN. blok rangkaian penyusun sistem, antara laian pengujian Power supply, 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHSAN 1.1 Hasil dan Pembahasan Secara umum, hasil pengujian ini untuk mengetahui apakah alat yang dibuat dapat bekerja sesuai dengan perancangan yang telah ditentukan. Pengujian

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 18 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Penelitian Sistem pengenalan roda kendaraan pada penelitian ini tampak pada Gambar 10, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu, tahapan pelatihan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER Bagus Idhar Junaidi 2209039004 Yasinta Fajar Saputri 2209039014 Dosen Pembimbing Ir. Rusdhianto

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT PEMBERI PAKAN BURUNG OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 DENGAN SMS GATEWAY LAPORAN AKHIR

RANCANG BANGUN ALAT PEMBERI PAKAN BURUNG OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 DENGAN SMS GATEWAY LAPORAN AKHIR RANCANG BANGUN ALAT PEMBERI PAKAN BURUNG OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 DENGAN SMS GATEWAY LAPORAN AKHIR Disusun untuk Memenuhi Syarat Menyelsaikan Program Pendidikan Diploma III Teknik Komputer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012 DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012 LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : ADHI KURNIAWAN SUGIARTO 10.50.0023

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer).

BAB II DASAR TEORI. AVR(Alf and Vegard s Risc processor) ATMega32 merupakan 8 bit mikrokontroler berteknologi RISC (Reduce Instruction Set Computer). BAB II DASAR TEORI Bab ini menjelaskan konsep dan teori dasar yang mendukung perancangan dan realisasi sistem. Penjelasan ini meliputi mikrokontroler AVR, perangkat sensor, radio frequency, RTC (Real Time

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULSE CODE MODULATION MENGGUNAKAN KOMPONEN DASAR ELEKTRONIKA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh: SHALLY

Lebih terperinci

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa)

Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) IJCCS, Vol.x, No.x, July xxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 1 Model Arsitektur Backpropogation Dalam Memprediksi Faktor Tunggakan Uang Kuliah (Studi Kasus AMIK Tunas Bangsa) Agus Perdana Windarto* 1, Dedy Hartama

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN ALAT. Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas

BAB IV PERANCANGAN ALAT. Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas BAB IV PRANCANGAN ALA 4.1 Deskripsi Sistem Alat Warning System Dan Monitoring Gas SO 2 merupakan detektor gas SO 2 yang memiliki fasilitas sistem pemberitahuan dan pemantauan konsentrasi dan status kondisi

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci