ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI TEKNIK PADA PEMANFAATAN LAHAN IRIGASI BAJAYU LANGAU, PAYA LOMBANG DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
|
|
- Sudirman Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI TEKNIK PADA PEMANFAATAN LAHAN IRIGASI BAJAYU LANGAU, PAYA LOMBANG DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Randi Gunawan Alumnus PWD SPs USU Abstract: North Sumatra province is potyential in agriculture sector. Irrigation improvement and development is a necessary condition for agricultural development. The government should pay prior attention on the improvement of medium and small irrigation. The irrigation agency of North Sumatra will enforce the operation and maintenance of water control by involving farmers and stakeholders. Keywords: technically economic feasible and irrigation land utilization PENDAHULUAN Guna mengantisipasi penurunan produktivitas pangan terhadap peningkatan kebutuhan pangan nasional di masa yang akan datang, maka Pemerintah Indonesia lebih menggalakkan lagi usaha ekstensifikasi dan intensifikasi secara terpadu. Yang mana sasarannya adalah untuk mempertahankan dan sekaligus meningkatkan stabilitas ketersediaan pangan nasional, agar pada masa mendatang tindak timbul kesenjangan antara laju produktivitas pangan dengan laju peningkatan kebutuhan pangan. Usaha ekstensifikasi dan intensifikasi secara terpadu ini oleh Pemerintah Indonesia lebih dititikberatkan pada lahan-lahan potensial yang berada di luar Pulau Jawa. Yang mana selain ketersediaan lahannya yang jauh lebih luas dan belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal, juga dikarenakan tingkat kepadatan penduduknya yang relatif lebih jarang dibanding Pulau Jawa sehingga pengaturan tata ruang pengembangan daerah relatif lebih mudah. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perubahan fungsi lahan sebagaimana yang terjadi di Pulau Jawa. Pengembangan areal potensial pada Daerah Irigasi Bajayu/Langau/Paya Lombang di Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara adalah merupakan salah satu bentuk realisasi pemanfaatan lahan secara optimal sesuai dengan potensinya. Dilihat dari keadaan faktor lingkungan dan tataguna lahan untuk tanah pertanian, areal rencana ini mempunyai prospek yang cukup bagus. Dengan memperhatikan potensi sumber daya alam melalui pembuatan sistem jaringan irigasi serta pengoperasian dan pemeliharaan yang baik diharapkan produksi pertanian akan lebih meningkat, sehingga pendapatan masyarakat akan meningkat. Harapan masyarakat setempat terutama masyarakat petani untuk dapat meningkatkan hasil produksi panen adalah sangat relevan bila dikaitkan dengan kegiatan pengadaan/ peningkatan jaringan irigasi. Untuk itu perlu disiapkan rencana jaringan irigasi teknis agar harapan masyarakat setempat tersebut dapat menjadi kenyataan. HIDROKLIMATOLOGI Hidroklimatologi merupakan keadaan rerata cuaca suatu daerah atau tempat dalam periode/waktu tertentu, dan pada umumnya dipengaruhi oleh letak geografis dan ketinggian daerah tersebut. Variasi iklim ini ditentukan oleh berbagai parameter, antara lain: intensitas curah hujan, hari hujan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin dan lama penyinaran matahari. Adapun hasil analsis hidrologi daerah irigasi Bajayu sebagai berikut: Sumber Air dari Sungai Padang Debit andalan yang paling minimum sebesar 10,48 m 3 /dt Debit andalan yang paling maksimum sebesar 55,24 m 3 /dt Kebutuhan air irigasi (NFR) sebesar 1,09 lt/dt/ha Altenatif yang terpilih adalah alternatif 21 Luas DAS 946,00 km 2 Debit banjir 418,20 m 3 /dt 29
2 WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 Bangunan Utama Bangunan utama jenis ini dipakai pada sungai yang mempunyai debit air cukup tetapi muka air sungai tersebut rendah. Dengan demikian bangunan utama bendung berfungsi sebagai peninggi muka air sungai. Komponen bangunan utama/bendung Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau direncanakan meliputi sebagai berikut: Luas Areal Irigasi Rencana 3812,90 ha sebelah kiri dan 4000 ha di sebelah kanan Pada Sungai Padang a. Tubuh Bendung Aek Paya Lombang/Langau & Bajayu Lebar bendung: 55,00 meter Tinggi Mercu: 3.50 meter Jumlah pintu penguras: 4.00 buah Lebar pintu penguras: 2.00 meter Konstruksi tubuh bendung: Beton bertulang K225 b. Intake Jumlah Pintu: 6.00 buah Lebar Pintu: 1.80 meter Konstruksi Beton bertulang K225 c. Kantong Lumpur Panjang Kantong Lumpur: meter Lebar kantong lumpur: 7.00 meter Konstruksi Kantong lumpur: Pasangan batu kali 1:4 d. Pembilas Lebar pintu pembilas: 1.80 meter Junlah pintu pembilas: 6.00 buah e. Bangunan Pengatur dan Bangunan Ukur Sebelah kanan Jumlah pintu: 6.00 buah Lebar pintu: 1.80 meter METODE Lokasi Secara administrasi lokasi pekerjaan Kecamatan Bandar Khalifah Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara (seperti terlihat dalam Gambar 1). Daerah proyek dapat dicapai melalui jalan darat dari Medan ke Lokasi Proyek sejauh ± 93 km dari kota Medan, dengan kondisi jalan aspal cukup bagus dan ada sebagian jalan yang rusak dari Kecamatan Bandar Khalifah ke lokasi proyek,di mana rute yang dapat ditempuh adalah sebagai berikut: Medan Tebing Tinggi: ± 85 km Tebing Tinggi-Lokasi Proyek: ± 8 km Secara Geografis lokasi proyek terletak pada posisi LU ~ BT. Lokasi Pro\yek Gambar 1. Lokasi Studi 30
3 Randi Gunawan: Analisis Kelayakan Ekonomi Teknik... Teknik Pengumpulan Data Data sekunder lainnya dihimpun dari instansi terkait seperti: (1) Dinas Pengairan Propinsi Sumatera Utara, (2) Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kabupaten/Kota, (3) Kantor Statistik Propinsi/Kabupaten/Kota, (4) Bappeda, (5) BMG, (6) Penelitian terdahulu dan instansi lainnya. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini mengunakan data sekunder. Data sekunder terkait dengan pemanfaatan air Sungai Bah Bolon untuk pertanian, domestik, perkotaan, industri yang bersumber dari Dinas Pekerjaan Umum Propinsi/Kabupaten/Kota, Kantor Statistik Propinsi/Kabupaten/Kota, Bappeda, BMG, dan instansi lainnya. HASIL Usulan Pola Tanam Realisasi Proyek ini dimaksudkan untuk mewujudkan fasilitas jaringan irigasi yang mampu memberikan penjatahan air secara terus menerus dan tepat guna serta tepat waktu sehingga dapat mengoptimalkan tataguna lahan di areal rencana. Selain itu, dengan adanya studi ini akan dapat memperluas areal persawahan yang ada di samping juga akan meningkatkan intensitas tanam. Di mana dengan demikian, diharapkan manfaat yang akan diperoleh masyarakat/ petani setempat terutama dari sektor pertanian akan dapat meningkat. Sehubungan dengan usaha meningkatkan intensitas tanam dan memperluas lahan siap olah, maka pola tanam rencana yang diusulkan adalah Padi-Padi-Palawija serta intensitas pengembangan 300% dengan persentase 160% untuk padi dan 140% untuk palawija dengan besaran kebutuhan air irigasi (NFR) sebesar 1,09 lt/det/ha. Usulan Budidaya Padi Sawah Pelaksanaan kegiatan pertanian pada saat ini dilakukan secara manual, di mana sistem bertani tersebut terlihat tidak akan dapat dirubah dalam jangka pendek. Sedangkan inovasi yang diharapkan dari adanya Studi adalah meliputi intensitas tanam, pemakaian pupuk, pemberantasan hama dan pemanfaatan air yang efektif dan efisien. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, maka dipandang perlu mengaplikasikan pedoman operasi dan pemeliharaan yang ada serta mengikuti petunjuk dan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) setempat. Dengan selesainya Studi diusahakan melakukan pembinaan dan penyuluhan bagi petugas (PPL). Usaha pembinaan tersebut antara lain: 1. Cara bertani yang baik dengan memanfaatkan teknologi, sarana dan prasarana yang tersedia atau dapat disediakan. 2. Perlunya dukungan KUD untuk memenuhi kebutuhan kegiatan pertanian serta pemasaran hasil produksi. 3. Perlunya para petani untuk memeliharan jaringan irigasi yang telah dibangun. 4. Kesadaran kepada setiap para petani terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam masalah kegiatan pertanian. Untuk berhasilnya tujuan studi, penyebaran informasi untuk perbaikan usaha tani bagi para petani akan dapat manfaat langsung dari studi perlu dilakukan sedini mungkin. Untuk tujuan ini agar dibuat pilot proyek pelatihan para petani di sekitar lokasi studi di bawah bimbingan BPP Pertanian. Estimasi Hasil Produksi Hasil panen yang yang akan datang diharapkan akan meningkat mengingat mengikuti laju pertumbuhan Kabupaten Serdang Bedagai. Setelah Studi selesai, hasil pertanian akan meningkat karena tersedianya air sesuai dengan kebutuhan dan berlangsungnya penyuluhan pertanian. Diharapkan hasil produksi pertanian dengan adanya proyek berkisar antara 4 s.d. 5 ton/ha. Intensitas Tanam, Pola Tanam, dan Produksi Tanam Intensitas tanam padi yang dapat dicapai akibat adanya proyek ini adalah sebesar 160%, palawija sebesar 140% Intensitas tanam ini dapat ditingkatkan hingga mencapai 300% dengan cara mengoptimalkan dan menerapkan pola rotasi atau giliran pemakaian air pada saat masa tanam 2 dan 3. Dengan terjadinya peningkatan intensitas tanam, diharapkan juga terjadi peningkatan produksi tanam. 31
4 WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 Analisis Pendapatan Petani Masyarakat petani merupakan pelaku utama dalam menghadapi dampak dari proyek ini, baik dampak yang bersifat positif maupun yang negatif. Salah satu dampak positif yang ada adalah dampak ekonomi terhadap peningkatan pendapatan petani di lingkungan proyek tersebut. Ini mengakibatkan kelayakan proyek dari sektor ekonomi sangat ditentukan seberapa besar dampak proyek tesebut terhadap peningkatan pendapatan petani dibandingkan kondisi sekarang dengan kondisi yang akan datang. Harga satuan dalam analisis pendapatan petani ditentukan sebagai berikut: Harga satuan dari beras, kedelai, dan pupuk didasarkan pada World Bank Commodity Orice Forrecast May 1996 dengan MUV Index = Nilai Tukar 1 US dollar = Rp (Tahun 2005). Beras dan kedelai dihitung dengan harga rata-rata import dan export party. Berdasarkan hasil analisis pendapatan petani pada tabel di bawah ini diperkirakan pendapatan petani untuk padi per satuan hektar pada kondisi pengembangan tanpa proyek sebesar Rp ,-. Angka ini mengalami peningkatan pada kondisi pengembangan dengan proyek, yakni sebesar Rp ,-. Untuk palawija per satuan hektar pada kondisi pengembangan tanpa proyek sebesar Rp ,-. Angka ini mengalami peningkatan pada kondisi pengembangan dengan proyek, yakni sebesar Rp Tabel 1. Harga Ekonomi Gabah ( Harga tetap 1993) pada Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu Sumber: World Bank Commodity Orice Forrecast May
5 Randi Gunawan: Analisis Kelayakan Ekonomi Teknik... Tabel 2. Harga Ekonomi Palawija (Harga Tetap 1996) pada Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu Sumber: World Bank Commodity Orice Forrecast May Tabel 3. Harga Ekonomi Pupuk (Harga Tetap 1996) pada Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu Sumber: World Bank Commodity Orice Forrecast May
6 WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 Tabel 4. Analisa Usaha Tani Padi per Hektar Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu Tabel 5. Analisa Usaha Tani Palawija per Hektar Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu Biaya Proyek Komponen Proyek Perkiraan harga satuan dengan harga standar tahun 2005 untuk Kabupaten Deli Serdang/Serdang Bedagai dan volume dari pada bangunan diperoleh dari perhitungan hasil perencanaan, meliputi: 1. Pekerjaan bendung dan pelengkapnya. 2. Saluran primer dan sekunder. 3. Saluran tersier. 4. Saluran pembuang. 5. Bangunan pelengkap. 6. Dan lain-lain. Harga-harga satuan dari masingmasing volume pekerjaan tersebut dihitung dengan harga-harga berdasarkan letak dan karekteristik proyek. Pekerjaan-pekerjaan persiapan di dalamnya mencakup mobilisasi dan demobilisasi. 34
7 Randi Gunawan: Analisis Kelayakan Ekonomi Teknik... Perkiraan Biaya Dalam pelaksanaan konstruksi, seluruh komponen proyek yang diusulkan dapat dilaksanakan dalam 10(sepuluh) tahun anggaran. Total biaya konstruksi dari komponen proyek yang ada, diperkirakan sebesar Rp ,04,-. Secara rinci biaya konstruksi masing-masing komponen proyek yang ada disajikan pada Tabel 6. Jadwal pembiayaan proyek diusulkan dibagi sesuai dengan jadwal pelaksanaan proyek yang diusulkan. Namun jadwal pembiayaan proyek ini direncanakan selama 10 (sepuluh) tahun anggaran. Asumsi-asumsi dasar dalam merencanakan jadwal pembiayaan proyek adalah: Faktor konversi finansial-ekonomi untuk konstruksi sebesar 0,90. Dalam perhitungan biaya-biaya ekonomi, keuntungan kontraktor sebesar 10% tidak dimasukkan sehingga nilai konversinya sama dengan 0. Pajak sebesar 10% hanya masuk dalam biaya finansial saja dan tidak termasuk dalam biaya ekonomi sehingga nilai konversinya = 0. Berdasarkan perhitungan terlihat jumlah total pembiayaan proyek selama 10 (sepuluh) tahun anggaran berdasarkan nilai ekonomi adalah sebesar Rp ,- sedangkan berdasarkan nilai finansial adalah sebesar Rp ,-. Adapun rencana penjadwalan pembiayaan pekerjaan dapat dilihat Tabel 7. Tabel 6. Biaya Konstruksi Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu No. Jenis Kegiatan Jumlah Harga Rp. I. Pekerjaan Persiapan ,78 II. Pekerjaan konstruksi bendung dan ,88 Bangunan pelengkapnya ,27 III. Pekerjaan jaringan utama dan tersier - Pengambilan Sebelah Kiri ,28 - Pengambilan Sebelah Kanan ,82 IV. Fasilitas umum ,00 Sub Total ( I + II + III + IV) ,04 PPn 10% ,10 Jumlah ,14 Dibulatkan ,00 Terbilang Dua Ratus Milyar Dua Ratus Tiga Puluh Tujuh Juta Dua Ratus Sembilan Puluh Sembilan Ribu Tujuh ratus Rupiah 35
8 WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 Sumber: Hasil Analisis, 2007 Tabel 7. Rencana Jadwal Pembiayaan 36
9 Randi Gunawan: Analisis Kelayakan Ekonomi Teknik... Analisis Ekonomi Analisa ekonomi yang dilakukan meliputi perhitungan IRR, BCR, dan NPV. Untuk analisis ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut: Discount rate sebesar 10%. Usia guna proyek adalah selama 50 tahun. Lama konstruksi adalah 10 tahun. Pengembangan lahan secara optimal diperkirakan sesudah 10 tahun, sehingga dalam jangka waktu tersebut benefit meningkat secara linier. 1 US$ = Rp ,- Bunga Bank berkisar 12,50%. Berdasarkan asumsi tersebut maka dibuat suatu cashflow seperti pada Tabel 9. Dari hasil perhitungan tersebut didapat hasil sebagai berikut: NPV = Rp ,- BCR = 1,80 IRR = 17,69% Dari Tabel 8, maka dapat diketahui bahwa rencana pengembagan irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu mempunyai nilai ekonomis yang baik untuk saat ini. Tabel 8. Analisis Ekonomi Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu 37
10 WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 Tabel 9. Analisis Sensitivitas Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu (COST NAIK 20% BENEFIT TETAP) Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui kelayakan ekonomisnya jika terjadi perubahan biaya maupun benefitnya. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan sebesar 20%. Hasil dari perhitungan analisis sensitivitas adalah sebagai sebagai berikut: Cost naik 20% dan benefit tetap: NPV = Rp ,- BCR = 1,53 IRR = 15,96% Untuk analisis sensitivitas dengan mengetahui kelayakan ekonomisnya jika terjadi perubahan biaya maupun benefitnya. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan sebesar 20%. Hasil dari perhitungan analisis sensitivitas adalah sebagai sebagai berikut: Cost tetap dan Benefit turun 20%: NPV = Rp ,- BCR = 1,44 IRR = 15,43% Untuk analisis sensitivitas dengan mengetahui kelayakan ekonomisnya jika terjadi perubahan biaya maupun benefitnya. Analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan sebesar 20%. Hasil dari perhitungan analisis sensitivitas adalah sebagai sebagai berikut: Cost naik 20% dan Benefit turun 20%: NPV = Rp ,- BCR = 1,22 IRR = 13,82% 38
11 Randi Gunawan: Analisis Kelayakan Ekonomi Teknik... Tabel 10. Analisis Sensitivitas Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau (COST TETAP BENEFIT TURUN 20%) 39
12 WAHANA HIJAU Jurnal Perencanaan & Pengembangan Wilayah, Vol.3, No.1, Agustus 2007 Tabel 11. Analisis Sensitivitas Daerah Irigasi Paya Lombang/Langau/Bajayu (COST NAIK 20% BENEFIT TURUN 20%) KESIMPULAN Berdasarkan berbagai uraian di atas dan pengkajian analisis dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dari segi teknis rencana pengembangan irigasi layak untuk dikembangkan lebih lanjut. 2. Dari segi ekonomis kelayakan rencana pengembangan pertanian saat ini adalah baik, hal ini ditunjukkan dengan besarnya EIRR (17,69%). 3. Dari segi sosial, rencana pengembangan irigasi memang dibutuhkan mengingat areal pertanian yang ada saat ini belum optimal pemanfaatannya. SARAN 1. Disarankan tingkatkan koordinasi bersama antar instansi terkait lainnya dalam melestarikan pengembangan irigasi. 2. Lakukan rehabilitasi dan modernisasi sarana dan prasarana pengairan. 3. Disarankan keikutsertaan swasta dalam pengembangan sumber daya air kerena mempunyai keandalan dalam penyediaan modal, menguasai manajemen dan teknologi ssuai dengan tuntutan zaman, walaupun pihak swasta tentu menginginkan kepastian hukum dan jaminan. 40
13 Randi Gunawan: Analisis Kelayakan Ekonomi Teknik... DAFTAR RUJUKAN Aldy Shady M Is Irrigation Sustainable? An Approach to Sustainable International Irrigation Development dalam Canadian Water Resorces Journal, Vol. 16 No. 4 Tahun Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten dalam Angka. Hansen, VE. Israelsen, OW. dan Stringham, GE Irrigation Principles and Practices, Jhon Willey & Son Press New York. Hopper. WD The Development of agriculturel in Developing Countries dalam jurnal Scientific American Vol. 235 No Mardjono, 1991, Irigasi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah Sungai, dalam Irigasi di Indonesia Penerbit Penerbit Lembaga penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) Jakarta. Suhardjono Kebutuhan Air Tanaman. Penerbit Institute Teknologi Malang. Malang. 41
BAB I PENDAHULUAN. Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum Ribuan hektar areal persawahan masyarakat di Desa Paya Lombang dan Kuta Baru Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Serdang Bedagai terancam gagal panen karena jebolnya bronjong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Daerah Irigasi Lambunu Daerah irigasi (D.I.) Lambunu merupakan salah satu daerah irigasi yang diunggulkan Propinsi Sulawesi Tengah dalam rangka mencapai target mengkontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Pada tahun 1960, Indonesia mengimpor beras sebanyak 0,6 juta ton. Impor beras mengalami peningkatan pada tahun-tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Sebagai negara agraria tidaklah heran jika pemerintah senantiasa memberikan perhatian serius pada pembangunan di sector pertanian. Dalam hal ini meningkatkan produksi pertanian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM
BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Air merupakan elemen yang sangat mempengaruhi kehidupan di alam. Semua makhluk hidup sangat memerlukan air dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Siklus hidrologi yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bendung Juwero adalah bendung tetap yang dibangun untuk memenuhi keperluan air irigasi. Bendung Juwero di sungai Bodri memiliki luas DAS ± 554 km 2 dan terletak ±
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1
I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 menyatakan bahwa Sumber Daya Air dengan luas areal irigasi lebih dari 3.000 Ha atau yang mempunyai wilayah lintas propinsi menjadi
Lebih terperinciKELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK
Kelayakan Ekonomi Bendungan Jragung Kabupaten Demak (Kusumaningtyas dkk.) KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN JRAGUNG KABUPATEN DEMAK Ari Ayu Kusumaningtyas 1, Pratikso 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa Program Pasca
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan air untuk pertanian di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, untuk tercapainya hasil panen yang di inginkan, yang merupakan salah satu program pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengelolaan sumber daya air merupakan usaha untuk mengembangkan pemanfaatan, pelestarian, dan perlindungan air beserta sumber-sumbernya dengan perencanaan yang terpadu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan jumlah penduduk Indonesia tahun 2010-2035. Proyeksi jumlah penduduk ini berdasarkan perhitungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa
Lebih terperinciKAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR. Abstrak
Kajian Dimensi Saluran Primer Eksiting KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI SUNGAI TANANG KABUPATEN KAMPAR Djuang Panjaitan 1,SH Hasibuan 2 Abstrak Tujuan utama dari penelitian adalah
Lebih terperinciKAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR. Abstrak
Kajian Dimensi Saluran Primer Eksiting Daerah Irigasi Muara Jalai KAJIAN DIMENSI SALURAN PRIMER EKSISTING DAERAH IRIGASI MUARA JALAI KABUPATEN KAMPAR SH. Hasibuan 1, Djuang Panjaitan 2 Abstrak Tujuan utama
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tata Guna Lahan Tata guna lahan merupakan upaya dalam merencanakan penyebaran penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi
Lebih terperinciPenyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :
III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SUKA DAMAI DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI SUKA DAMAI DI KECAMATAN SEI BAMBAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI (The operation Performance Evaluation and Maintenance of Suka Damai Irrigation System
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air sangat penting bagi kehidupan manusia, hampir semua kegiatan makhluk hidup dimuka bumi memerlukan air, mulai dari kegiatan rumah tangga sehari-hari sampai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri. Seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas perekonomian di suatu wilayah akan menyebabkan semakin
Lebih terperinciPROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:
PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN
Lebih terperinciPerencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur Latar Belakang Daerah Irigasi Porong Kanal berada di kabupaten Sidoarjo dengan luas areal baku sawah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjangkau beberapa teknis sebagai berikut : 1. Pengembangan sumber air dan penyediaan air bagi keperluan usaha tani.
TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Irigasi merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari permukaan dan air tanah. Pengaturan pengairan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan
Lebih terperinciPENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR
PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR LAMPIRAN - 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai untuk meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran sungai bisa bisa disadap dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin
I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya lahan yang sangat luas untuk peningkatan produktivitas tanaman pangan khususnya tanaman padi. Beras sebagai salah satu sumber pangan utama
Lebih terperinciStudi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-30 Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier Ahmad Wahyudi, Nadjadji Anwar
Lebih terperinciSosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya
Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh masyarakat, juga merupakan sektor andalan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI III-1
BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERNYATAAN...i KERANGAN PERBAIKAN/REVISI...ii LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR...iii ABSTRAK...iv UCAPAN TERIMA KASIH...v DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM
III 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Dalam rangka mengangkat derajat kehidupan petani serta mendukung penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Propinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan sungaisungai yang cukup banyak. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung Pangan,
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Siklus Hidrologi Pada umumnya ketersediaan air terpenuhi dari hujan. Hujan merupakan hasil dari proses penguapan. Proses-proses yang terjadi pada peralihan uap air dari laut ke
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor perkebunan. Sebagai suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu usahatani diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan
Lebih terperinciKOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak
KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW Muhamad Taufik Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Analisa dan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Selatan memiliki lahan yang cukup luas dan banyaknya sungai-sungai yang cukup besar. Dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan untuk mencapai Lumbung
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH
LAPORAN AKHIR KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH Oleh : Bambang Irawan Herman Supriadi Bambang Winarso Iwan Setiajie Anugrah Ahmad Makky Ar-Rozi Nono Sutrisno PUSAT SOSIAL
Lebih terperinciPOTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG
POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG Oleh: Muchjidin Rachmat*) Abstrak Tulisan ini melihat potensi lahan, pengusahaan dan kendala pengembangan palawija di propinsi Lampung. Potensi
Lebih terperinciIV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK
OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA Hendra Kurniawan 1 1 Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009
PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Pertanian, artinya sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting, karena selain bertujuan menyediakan pangan
Lebih terperinciPosisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014
Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014 Sektor pertanian sampai sekarang masih tetap memegang peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional. Peran
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN
1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan masyarakat mengakibatkan perubahan fungsi lingkungan yang berdampak negatif terhadap kelestarian
Lebih terperinciPENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya
PENDAHULUAN Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu bahan makanan yang mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya terkandung bahan-bahan yang mudah diubah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air (SDA) bertujuan mewujudkan kemanfaatan sumberdaya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG
EVALUASI KINERJA OPERASI DAN PEMELIHARAAN SISTEM IRIGASI BANDAR SIDORAS DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG (The Operation Performance Evaluation and Maintenance of Bandar Sidoras Irrigation
Lebih terperinciPERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS KOTA BENGKULU. Sarina 1 dan Hermawati 2
PERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN BERAS KOTA BENGKULU Sarina 1 dan Hermawati 2 1 Fakultas Pertanian Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu 2 Fakultas Ekonomi Universitas Prof. Dr. Hazairin, SH Bengkulu ABSTRAK
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 616 TAHUN : 2003 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. menjadi daerah asal padi adalah India Utara bagian timur, Bangladesh Utara dan daerah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai sekarang menjadi tanaman utama dunia. Bukti sejarah di Propinsi Zheijiang, Cina Selatan menunjukkan bahwa padi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung
Lebih terperinciBab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM
Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian
Lebih terperinciMENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR
MENINGKATKAN PROUKSI PADI DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI HEMAT AIR Oleh : Ir. Indra Gunawan Sabaruddin Tanaman Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penting karena merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH,
PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 02 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI TENGAH, Menimbang : a. bahwa air mempunyai fungsi sosial dalam
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, perlindungan, serta kasih sayang- Nya yang tidak pernah berhenti mengalir dan selalu menyertai, yang selalu diberikan kepada
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPerhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)
21 Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting) Bulan Periode Luas Tanaman Golongan I ( 1199 Ha ) Golongan II ( 1401 Ha ) Golongan III ( 1338 Ha ) LPR Q lahan FPR FPR Padi Tebu Polowijo jumlah Padi Tebu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Bendung Kaligending terletak melintang di Sungai Luk Ulo, dimana sungai ini merupakan salah satu sungai yang cukup besar potensinya dan perlu dikembangkan untuk dimanfaatkan
Lebih terperinciKAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING
KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING Ivony Alamanda 1) Kartini 2)., Azwa Nirmala 2) Abstrak Daerah Irigasi Begasing terletak di desa Sedahan Jaya kecamatan Sukadana
Lebih terperinciKAJIAN KELAYAKAN BENDUNGAN PANDANDURI SUWANGI GUNA PENGEMBANGAN LAHAN IRIGASI DI DAERAH LOMBOK TIMUR
KAJIAN KELAYAKAN BENDUNGAN PANDANDURI SUWANGI GUNA PENGEMBANGAN LAHAN IRIGASI DI DAERAH LOMBOK TIMUR Tommy Sugiarto, Rispiningtati,Rahmah Dara Lufira Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan
Lebih terperinciANALISA KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN RANDU GUNTING KABUPATEN BLORA
Analisa Kelayakan Ekonomi Bendungan Randu Gunting... (Nugroho dkk.) ANALISA KELAYAKAN EKONOMI BENDUNGAN RANDU GUNTING KABUPATEN BLORA Lalu Ardian Bagus Nugroho 1, Faiqun Ni am 2, Soedarsono 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu daerah irigasi di Sumatera Utara adalah Bendungan Namu Sira-sira.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah dalam usaha pertanian. Aliran air pada sungai atau rawa adalah sumber air yang dapat digunakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan terpenting ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Kedelai juga merupakan tanaman sebagai
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN DAERAH STUDI
BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI 3.1 DEFINISI WADUK Waduk merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang mempunyai fungsi sebagai penyimpan dan penyedia air, baik sebagai bahan baku air bersih
Lebih terperinci9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD)
9.b PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN SIAK TAHUN 2016 (CAPAIAN KINERJA SKPD BERDASARKAN TARGET RPJMD) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK PENGUKURAN PENCAPAIAN PERJANJIAN
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian
METODE PENELITIAN 36 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah : Peta-peta tematik (curah hujan, tanah, peta penggunaan lahan, lereng, administrasi dan RTRW), data-data
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PERSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN KABUPATEN SIMALUNGUN
KAJIAN POTENSI PRODUKSI PADI DAERAH IRIGASI PERSAGUAN DI KECAMATAN PANEI KABUPATEN KABUPATEN SIMALUNGUN (The Study of Rice Potential Production on Parsaguan Irrigation Fields in Panei District Simalungun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan sumber devisa negara, pendorong pengembangan wilayah dan sekaligus
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam pembangunan perekonomian nasional diantaranya sebagai penyedia bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi,
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN
24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama karena Indonesia merupakan salah satu negara yang memberikan komitmen
Lebih terperinciOptimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung)
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-1 Optimasi Pola Tanam Menggunakan Program Linier (Waduk Batu Tegi, Das Way Sekampung, Lampung) Anindita Hanalestari Setiawan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai keberlanjutan sistem irigasi serta untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :
BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis
Lebih terperinciPEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN
Lebih terperinciPengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan
Pengelolaan Sumbedaya Air untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Padi Secara Berkelanjutan di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Water Resource Management to Increase Sustainably of Rice Production in Tidal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1. Resti Viratami Maretria, 2011 Perencanaan Bendung Tetap Leuwikadu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian dibutuhkan sekali adanya air karena air itu sesuatu mineral yang penting untuk memberi makanan cair bagi tanaman. Yang mengisi ruang- ruang dalam tanaman
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat
Lebih terperinci