RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN RIMPANG KUNYIT DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR PRAWITIA WIDHYARINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN RIMPANG KUNYIT DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR PRAWITIA WIDHYARINI"

Transkripsi

1 RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN RIMPANG KUNYIT DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR PRAWITIA WIDHYARINI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rencana Bisnis Pengembangan Rimpang Kunyit dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2014 Prawitia Widhyarini NIM H

4 ABSTRAK PRAWITIA WIDHYARINI. Rencana Bisnis Pengembangan Rimpang Kunyit dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor. Dibimbing oleh LUKMAN M BAGA. Penyusunan rencana bisnis diperlukan untuk memperjelas gambaran suatu usaha yang akan didirikan. Analisis non finansial dari usaha ini terdiri aspek pemasaran, aspek operasional, aspek organisasi dan sumber daya manusia, serta analisis risiko. Produk yang dihasilkan dari usaha pengolahan ini adalah kunyit bubuk yang dikemas dengan teknologi pengemasan vakum dengan harga jual yang ditawarkan sebesar USD (Rp ) per kemasan 10 kg. Target pasar dari produk ini adalah pasar luar negeri khususnya negara Argentina. Bentuk badan usaha yang dipilih adalah koperasi dengan anggota yang berasal dari petani kunyit yang berada di wilayah Bogor. Keuntungan bersih yang diperoleh usaha ini di tahun pertama sebesar Rp , Rp di tahun kedua, dan Rp di tahun berikutnya. Melalui pendekatan cooperative entrepreneur, petani pemasok bahan baku memperoleh harga jual rimpang basah yang tinggi, yaitu sebesar Rp9 000 di tahun pertama dan Rp di tahun berikutnya. Kata kunci: cooperative entrepreneur, kunyit, rencana bisnis ABSTRACT PRAWITIA WIDHYARINI. Turmeric Development Business Plan with Cooperative Entrepreneur Aproaches in Bogor. Supervised by LUKMAN M BAGA Preparation of business plan is required to simplify and clarify the illustration for entering or starting a business. The non-financial analysis of this business consist of market aspect, operational aspect, organization and human resources aspect, and risk analysis. Product of this processing business is a powdered turmeric are packed with vacuum packaging technology with sell price USD (Rp ) in 10 kg packages. Market target of this product is overseas market, especially in Argentina. The selected enterprise of this business is cooperative where the members are from the turmeric farmers in Bogor. Net profit obtained in the first year is Rp , Rp in the second year, and Rp in the next years. With cooperative entrepreneur approaches, farmers as a raw material supplier will get higher sell price, there is Rp9 000 in the first year and Rp in the next years. Keywords: business plan, cooperative entrepreneur, turmeric

5 RENCANA BISNIS PENGEMBANGAN RIMPANG KUNYIT DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR PRAWITIA WIDHYARINI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 ini ialah rencana bisnis, dengan judul Rencana Bisnis Pengembangan Rimpang Kunyit dengan Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lukman M. Baga, MAEc selaku pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada staf Balitro, staf Pusat Studi Biofarmaka, dan staf Kementerian Perdagangan Republik Indonesia serta para petani yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, mas Deni dan seluruh keluarga serta teman-teman atas segala dukungan, doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2014 Prawitia Widhyarini

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ii DAFTAR GAMBAR ii DAFTAR LAMPIRAN iii PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 KERANGKA PEMIKIRAN 9 Kerangka Pemikiran Teoritis 9 Kerangka Pemikiran Operasional 18 METODE PENELITIAN 20 Lokasi Penelitian 20 Jenis dan Sumber Data 20 Metode Pengumpulan Data 20 Metode Analisis Data 20 GAMBARAN UMUM 24 RENCANA BISNIS 25 Rencana Pemasaran 25 Rencana Operasional 28 Rencana Organisasi dan Sumber Daya Manusia 38 Rencana Kerjasama Kooperatif 43 Manajemen Risiko 45 Rencana Keuangan 46 SIMPULAN DAN SARAN 52 Simpulan 52 Saran 53 DAFTAR PUSTAKA 53 LAMPIRAN 55

10 ii DAFTAR TABEL 1 Produksi tanaman biofarmaka rimpang di Indonesia tahun Volume ekspor kunyit berdasarkan negara tujuan tahun Produksi kunyit di Indonesia berdasarkan provinsi tahun Luas panen, produksi, dan produktivitas kunyit di pulau Jawa tahun Rekapitulasi rencana strategi pemasaran koperasi putra mandiri vs perusahaan pesaing 27 6 Kebutuhan bahan baku per bulan tahun pertama 34 7 Standar mutu simplisia kunyit menurut MMI 37 8 Penentuan upah 42 9 Matriks hubungan antara pihak yang terkait Tabel perbedaan hasil pendekatan wirakoperasi dan tanpa wirakoperasi Rincian biaya investasi Rincian biaya penyusutan Rincian biaya operasional tahun pertama Rincian biaya operasional tahun berikutnya Modal awal usaha Harga pokok produksi BEP kunyit bubuk tahun pertama BEP kunyit bubuk tahun berikutnya 51 DAFTAR GAMBAR 1 Alur tata cara ekspor 14 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian 19 3 Kunyit bubuk 26 4 Label kemasan primer dan sekunder 26 5 Mesin perajang otomatis 30 6 Mesin vacuum cabinet dryer 31 7 Mesin diskmill 31 8 Mesin vacuum packaging 32 9 Plastik kemasan vakum Mesin conveyor metal detector Tata letak bangunan usaha Diagram alir proses pengolahan kunyit bubuk Struktur organisasi koperasi putra mandiri 39

11 iii DAFTAR LAMPIRAN 1 Alur proses produksi bulan pertama 55 2 Rincian biaya investasi komponen biaya mesin dan peralatan produksi 57 3 Rincian biaya investasi komponen biaya alat dan furnitur perkantoran 57 4 Rincian biaya investasi komponen biaya bangunan dan infrastruktur 58 5 Asumsi komponen biaya investasi 58 6 Rincian biaya tetap komponen biaya upah tenaga kerja tetap 58 7 Rincian biaya tetap komponen biaya utility 59 8 Rincian biaya tetap komponen biaya administrasi perkantoran 59 9 Asumsi komponen biaya tetap Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun pertama Rincian biaya variabel komponen biaya pengemasan tahun berikutnya Rincian biaya variabel komponen biaya solar mesin Asumsi komponen biaya variabel Penjualan perusahaan Harga rimpang kunyit segar yang diterima petani Laporan arus kas proyeksi 5 tahun (dalam Rp000) Laporan laba rugi proyeksi 5 tahun (dalam Rp000) Laporan arus kas proyeksi 5 tahun dengan sumber pinjaman berbunga (dalam Rp000) Laporan laba rugi proyeksi 5 tahun dengan sumber pinjaman berbunga (dalam Rp000) Laporan arus kas di tahun pertama (dalam Rp000) Laporan laba rugi tahun pertama (dalam Rp000) 69

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki beragam jenis tanaman baik yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun bahan baku pembuatan jamu, obat herbal terstandar maupun fitofarmaka. Tanaman obat disebut juga sebagai tanaman biofarmaka terdapat beragam jenis yang diklasifikasikan berdasarkan pemanfaatan dari bagian tanaman tersebut yaitu daun, buah, biji, bunga, batang, umbi (rimpang), maupun akar. Tanaman biofarmaka yang dimanfaatkan bagian rimpang terdapat berbagai macam jenis seperti kunyit, jahe, lengkuas, kencur, lempuyang, temuireng, temukunci, temulawak, dan dringgo. Tanaman biofarmaka ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembutan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. Perbedaan dari ke-3 golongan obat dengan bahan alami tersebut terletak pada tingkat pembuktian khasiat dari produknya. Jamu merupakan obat berbahan alami berbentuk sederhana seperti irisan rimpang, daun kering dan akar kering yang terdiri dari campuran 5 hingga 10 jenis bahan. Khasiat dan keamanan jamu terbukti aman secara empiris berdasarkan pengalaman turun temurun atau sesuai dengan yang disetujui pada pendaftaran serta telah memenuhi syarat mutu. Obat herbal terstandar merupakan obat berbahan alami yang berbentuk ekstrak dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Khasiat dan keamanan obat herbal terstandar harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), batas kisaran dosis, famakodinamik (manfaat) dan teratogenik (keamanan terhadap janin). Fitofarmaka merupakan peningkatan kelas dari obat herbal terstandar dengan bahan baku dan proses pembuatan yang telah memenuhi standar. Klaim khasiat dari obat jenis ini harus dibuktikan berdasarkan uji klinis pada manusia 1. Contoh produk yang dikategorikan dalam jamu adalah Tolak Angin (PT Sido Muncul), Pil Binari (PT Tenaga Tani Farma), dan Curmaxan serta Diacinn (Lansida Herbal). Produk yang dikategorikan dalam obat herbal terstandar adalah Diapet (PT Soho Indonesia), Kiranti (PT Ultra Prima Abadi), Psidii (PT Tradimun), dan Diabmeneer (PT Nyonya Meneer). Produk fitofarmaka yang terdapat di Indonesia adalah Nodiar (PT Kimia Farma), Stimuno (PT Dexa Medica), Rheumaneer (PT Nyonya Meneer), dan Tensigard serta X-Gra (PT Phapros) 2. Salah satu jenis rimpang biofarmaka, kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu komoditas yang banyak digunakan sebagai bahan baku obat-obatan herbal oleh pelaku bisnis jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Bagian rimpang dari kunyit memiliki manfaat bagi kesehatan dengan Kurkumin sebagai zat aktif yang terkandung di dalamnya. Manfaat tersebut diantaranya adalah dapat membantu meringankan penyakit kardiovaskular seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, hipertrofi, dan iskemia (Kapakos et al. 2012). Kurkumin juga dapat berperan sebagai anti inflamasi dan 1 (Diakses 2014 Mei 13) 2 (Diakses 2014 Mei 13)

14 2 anti katabolik (Klawitter et al. 2012). Memperpanjang umur sel, meringankan gejala Alzheimer, dan meningkatkan fungsi sistem pencernaan juga merupakan manfaat dari zat aktif yang terdapat dalam komoditas ini (Caesar et al. 2012). Banyaknya manfaat bagi kesehatan yang dimiliki oleh komoditas ini menjadikan kunyit banyak digunakan oleh industri jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka sebagai bahan baku produksinya. Selain dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan jamu atau obat di pasar dalam negeri, komoditas ini juga dibutuhkan oleh pasar luar negeri sebagai bahan obat maupun sebagai rempah masakan. Tabel 1 Produksi tanaman biofarmaka rimpang di Indonesia tahun Komoditas Produksi (kg) * Dringgo Jahe Kencur Kunyit Lempuyang Lengkuas Temulawak Temuireng Temukunci Keterangan : * = angka sementara Sumber : Kementerian Pertanian (2013) 3 Data Tabel 1 menunjukkan bahwa di tahun 2009 terjadi peningkatan produksi kunyit menjadi kg dari tahun sebelumnya yaitu kg. Pada periode tahun 2009 hingga tahun 2011 menunjukkan adanya penurunan produksi kunyit yang cukup signifikan. Namun pada tahun 2012 menunjukkan peningkatan hasil produksi dengan angka kg. Penurunan produksi disebabkan oleh perubahan curah hujan maupun iklim serta adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman kunyit. Peningkatan produksi disebabkan oleh bertambahnya jumlah petani yang membudidayakan tanaman kunyit baik yang dilakukan dengan cara pertanaman campuran (tumpang sari) maupun pertanaman tunggal (monokultur). Di pasar dalam negeri khususnya industri jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka komoditas ini dibutuhkan sebanyak ton kering per tahun dan ton rimpang basah per tahun (Pusat Studi Biofarmaka 2009) 4. PT Sidomuncul, PT Air Mancur, PT Nyonya Meneer, dan OT (Orang Tua) Grup merupakan industri jamu yang menggunakan rimpang kunyit sebagai bahan baku produknya. Kunyit juga banyak dibutuhkan oleh pasar luar negeri. Negara yang membutuhkan komoditas ini adalah India, Taiwan, Korea, Argentina, Amerika, Malaysia, Singapura, Belanda, Inggris, dan Jepang. Data Kementerian Pertanian Republik Indonesia mencantunkan negara-negara tujuan ekspor kunyit dalam bentuk segar yaitu India, Taiwan, Korea, Argentina, Amerika, Malaysia, 3 (Diakses 2013 September 19) 4 TANAMAN-OBAT-%28BIOFARMA-KA%29. (Diakses 2013 September 26)

15 3 Singapura, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Hongkong, Australia, Swiss, Selandia Baru, Suriname, Kanada, Cina, Filipina, dan Belgia (Kementan 2013) 5. Tabel 2 Volume ekspor kunyit berdasarkan negara tujuan tahun Negara Volume (kg) Tujuan India Taiwan Korea Argentina Amerika Malaysia Singapura Belanda Jepang Sumber: United Nations Comtrade Database (2014) 6 Tabel 2 menunjukkan bahwa tren volume ekspor, India sebagai negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia mengalami fluktuasi. Peningkatan volume ekspor terjadi dari tahun 2008 hingga 2010 namun mengalami penurunan hingga di tahun Negara tujuan ekspor kunyit bagi Indonesia yang mengalami peningkatan volume adalah Korea dan Argentina. Korea memiliki tren volume ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya, Argentina memiliki tren volume ekspor yang menurun dari tahun 2008 hingga 2010 namun mengalami kenaikan hingga tahun Hal ini menjadikan Argentina sebagai negara tujuan ekspor yang potensial bagi komoditas kunyit. Kebutuhan pasar luar negeri akan kunyit banyak dimanfaatkan sebagai rempah masakan maupun bahan baku pembuatan jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Tabel 3 Produksi kunyit di Indonesia berdasarkan provinsi tahun Lokasi Tahun * Aceh Riau Sumatera Utara Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DI Yogyakarta Bali Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Sulawesi Utara Keterangan : * = angka sementara Sumber : Badan Pusat Statistik (2013) Tabel 3 menunjukkan bahwa daerah sentra kunyit berada di Pulau Jawa yang terdiri dari Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah 5 (Diakses 2013 September 19) 6 %202011&so=9999 (Diakses 2014 Maret 20)

16 4 Istimewa Yogyakarta. Provinsi Jawa Barat menempati posisi ke-3 dengan Provinsi Jawa Timur sebagai daerah sentra terbesar dan diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah di posisi kedua. Tabel 4 Luas panen, produksi, dan produktivitas kunyit di pulau Jawa tahun 2011 Provinsi Luas Panen (m 2 ) Produksi (kg) Produktivitas (kg/m 2 ) DKI Jakarta ,86 Jawa Barat ,26 Jawa Tengah ,15 DI Yogyakarta ,80 Jawa Timur ,26 Banten ,02 Sumber: Kementerian Pertanian (2013) 7 Tabel 4 menunjukkan bahwa Jawa Barat merupakan provinsi yang memiliki luas panen kunyit terbesar ke-3 setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur yaitu sebesar m 2. Namun dari segi produktivitas, Jawa Barat memiliki produktivitas tertinggi sama halnya dengan provinsi Jawa Timur yaitu sebesar 2,26 kg/m 2. Jawa Barat merupakan provinsi dengan volume produksi terbesar ke-3 di Pulau Jawa memiliki peluang untuk dikembangkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri dan mampu berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri. Namun dalam kondisi aktual, skala usaha petani pembudidaya kunyit masih kecil sehingga jumlah produksi yang dihasilkan tidak mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri, khususnya bagi industri jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Fenomena ini memunculkan pentingnya peran pedagang pengumpul sebagai perantara antara pedagang kecil dengan industri jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Keberadaan pedagang pengumpul dirasa tidak dapat memberikan keuntungan bagi petani kecil karena harga jual komoditas ini di tingkat petani yang masih rendah, yaitu berkisar antara Rp1 500 hingga Rp2 000 per kg rimpang basah. Maka dari itu, diperlukan keberadaan seorang pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi dalam menjalankan usaha yang dimiliki. Pelaku usaha berperan sebagai perantara antara petani sebagai pedagang kecil dengan industri jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka. Bentuk usaha yang dijalankan dengan cara usaha kolektif bersama para petani kecil melalui badan usaha koperasi dengan petani sebagai anggota. Konsep kerjasama ini memiliki tujuan bahwa petani juga dapat ikut memiliki usaha yang akan didirikan. Kebutuhan industri jamu, obat herbal terstandar maupun fitofarmaka umumnya berbentuk rimpang kering maupun kunyit bubuk, namun hanya sedikit petani yang melakukan usaha pengolahan tersebut sehingga petani hanya menjual dalam bentuk rimpang segar. Hal ini dapat memunculkan peluang usaha pengolahan rimpang kunyit guna meningkatkan nilai tambah di tingkat petani. Tujuan pasar dari produk yang dihasilkan oleh usaha ini berorientasi pada pasar luar negeri dengan alasan untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan harga jual produk kunyit bubuk di pasar luar negeri lebih tinggi dibandingkan dengan harga jual di pasar dalam negeri. Tingginya harga jual 7 (Diakses 2013 September 19)

17 5 kunyit bubuk memungkinkan bagi usaha pengolahan rimpang kunyit ini untuk memperoleh pendapatan lebih besar sehingga dapat memberikan keuntungan yang besar pula bagi petani. Sebelum mendirikan suatu usaha diperlukan adanya penyusunan rencana bisnis guna menganalisis aspek non finansial maupun aspek finansial dari usaha yang akan didirikan. Rencana bisnis yang akan disusun adalah mengenai usaha pengolahan rimpang kunyit dalam bentuk bubuk menggunakan pendekatan wirakoperasi. Konsep wirakoperasi yang diterapkan dalam suatu usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi kedua pihak, yaitu pelaku usaha dan para petani yang tergabung di dalamnya. Penerapan konsep wirakoperasi dalam suatu usaha juga akan memberikan dampak positif yang berupa terjalinnya manajemen rantai pasok yang baik antara petani, koperasi sebagai pengolah, dan industri fitofarmaka. Perumusan Masalah Kurang berkembangnya agribisnis tanaman biofarmaka di Indonesia disebabkan oleh kurangnya pemahaman petani akan kebutuhan pasar dalam negeri dan luar negeri, serta harga komoditas di tingkat petani yang masih rendah. Hal tersebut menjadikan agribisnis tanaman biofarmaka ini dianggap kurang menguntungkan oleh petani. Permasalahan tersebut mengakibatkan kurangnya tingkat pemerataan budidaya tanaman biofarmaka di seluruh provinsi, karena belum optimalnya penggalian potensi biofarmaka di Indonesia. Tingginya kebutuhan kunyit bagi pasar luar negeri tidak berarti bahwa agribisnis biofarmaka kunyit berkembang. Pada kondisi aktual, agribisnis ini belum berkembang dengan baik dan merata di seluruh Indonesia, karena petani kurang memahami kebutuhan pasar. Sejauh ini petani hanya mampu menjual rimpang kunyit dalam bentuk segar tanpa melakukan pengolahan pengeringan dan penggilingan seperti yang dibutuhkan oleh industri. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi pengolahan yang dimiliki petani mengenai kebutuhan pasar mengakibatkan kurangnya pasokan rimpang kunyit dalam bentuk simplisia. Keadaan tersebut menunjukkan adanya peluang dan potensi bagi pengembangan kunyit di Indonesia. Provinsi Jawa Barat sebagai daerah sentra yang berada di posisi ke-3 dilihat dari angka produksi di Tingkat Pulau Jawa memiliki potensi untuk dikembangkan. Pengembangan komoditas kunyit tersebut diharapkan dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri. Dari penjelasan tersebut, perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana cara yang harus dilakukan untuk mengembangkan potensi biofarmaka yang belum tergali secara optimal? 2. Bagaimana cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas kunyit?

18 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis potensi biofarmaka yang dikembangkan bersama petani dengan pendekatan cooperative entrepreneur. 2. Merumuskan rencana bisnis yang harus dilakukan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani dan mengembangkan komoditas kunyit. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan sebagai berikut: 1. Bagi petani, sebagai bahan petimbangan untuk dapat mengembangkan skala usaha budidaya kunyit sebagai tanaman biofarmaka. 2. Bagi penulis, untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari serta sebagai sarana pembuatan rencana bisnis dalam pengembangan unit bisnis kunyit sebagai tanaman biofarmaka dengan pendekatan cooperative entrepreneur. 3. Bagi akademisi, sebagai informasi dan bahan pembanding untuk penelitian selanjutnya. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini akan membahas mengenai perencanaan bisnis pada rimpang kunyit dengan pendekatan cooperative entrepreneur atau wirakoperasi. Perencanaan bisnis yang akan dilakukan berupa pengolahan pasca panen yaitu pengeringan, penggilingan, dan pengemasan vakum. Aspek perencanaan bisnis yang dianalisis terdiri dari rencana produk, rencana pemasaran, rencana operasional, rencana organisasi dan sumberdaya manusia, kerjasama kooperatif, analisis risiko, dan rencana keuangan. TINJAUAN PUSTAKA Kunyit (Curcuma domestica Val.) sebagai salah satu tanaman rempah yang banyak tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang banyak dimanfaatkan bagian rimpangnya ini memiliki manfaat bagi kesehatan, sehingga tanaman ini banyak dikenal sebagai tanaman biofarmaka. Di Indonesia kebutuhan bahan baku kunyit untuk industri kosmetik maupun jamu tradisional berkisar antara 1.5 hingga 6 ton. Kebutuhan pasar luar negeri akan komoditas ini mencapai ratusan ribu ton, namun sebagian kecil dari kebutuhan tersebut telah dipenuhi oleh negara India, Haiti, Srilanka, dan Cina. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman biofarmaka ini memiliki peluang untuk dikembangkan di Indonesia dengan harapan dapat berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan pasar luar negeri. Pengembangan agribisnis kunyit telah dilakukan di berbaga provinsi di Indonesia yang memiliki agroklimat cukup baik bagi pertumbuhan tanaman ini, diantaranya

19 7 adalah provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan (Satriani 2010) 8. Kajian yang telah dilakukan oleh Baga (2003) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Sistem Agribisnis khususnya pada Koperasi Susu, mengemukakan bahwa wirakoperasi (cooperative entrepreneur) berperan menemukan peluang dan mewujudkannya dalam bentuk kesempatan usaha yang menguntungkan bagi para anggota. Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) merupakan koperasi yang terbentuk akibat dari buruknya situasi sosial ekonomi dan politik pada tahun 1963 sehingga tataniaga susu di Pangalengan dikuasai oleh para tengkulak dan peternak kuat. Koperasi ini didirikan pada tahun 1969 oleh drh Daman Danuwidjaja yang beranggotakan para peternak sapi di daerah Bandung Selatan. Manfaat yang dirasakan oleh para peternak yang tergabung dalam KPBS yaitu berkembangnya usaha ternak yang relatif baik dengan penerapan teknologi peternakan modern. Daman Danuwidjaja sebagai dokter hewan memiliki peran yang penting atas berkembangnya usaha ternak para anggota koperasinya. Pengenalan teknologi peternakan modern yang berupa inseminasi buatan dan penyampaian informasi mengenai pemeliharaan kesehatan hewan dilakukan oleh Daman kepada para anggota koperasinya. Manfaat lain yang dirasakan oleh peternak adalah tingginya posisi tawar petani terhadap Industri Pengolah Susu (IPS) karena seluruh susu yang dihasilkan diserap oleh IPS, melalui kelembagaan koperasi. Melalui koperasi, susu yang dihasilkan oleh para petani akan melalui tahap pengolahan pasca panen yang berupa pengolahan pasteurisasi maupun Ultra High Temperature (UHT) sehingga dapat meningkatkan nilai tambah pada susu tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh Fajrian (2013) mengenai Peran Wirakoperasi dalam Pengembangan Agribisnis Tanaman Hias di CV Bunga Indah Farm Kabupaten Sukabumi, memilih sosok wirakoperasi yang merupakan seorang pelaku usaha. Wahyudin merupakan pendiri CV Bunga Indah Farm yang dibentuk pada tahun 2000 dengan kegiatan usaha berupa membuat inovasi tanaman hias dengan bahan baku tanaman pagar pekarangan rumah. Selama 3 tahun perusahaan ini memiliki jumlah petani yang bermitra sebanyak 2000 petani yang tergabung dalam kelompok tani di wilayah Lampung, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Konsep wirakoperasi yang diterapkan oleh Wahyudin berupa penentuan ketetapan harga beli bahan baku di tingkat petani yang berdasarkan hasil diskusi dengan para petani mitranya. Perusahaan memberikan pelatihan budidaya kepada para petani agar para petani dapat menghasilkan jumlah produksi yang optimal dan berkualitas. CV Bunga Indah Farm juga memposisikan diri sebagai wadah yang dapat memajukan para petani yang bermitra, sehingga pengendalian usaha dilakukan berlandaskan kepentingan para petani. CV Bunga Indah Farm didirikan tidak hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan semata namun juga pada kesejahteraan petani yang bermitra. Kajian yang dilakukan oleh peneliti Pusat Studi Biofrmaka LPPM-IPB Sundawati dkk (2011) mengenai Pengembangan Model Kemitraan dan Pemasaran Terpadu Biofarmaka dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat mengemukakan bahwa perlu adanya 8 (Diakses 2014 Juli 16)

20 8 pengembangan model kelembagaan petani yang bertujuan untuk meningkatkan pemasaran biofarmaka khususnya komoditas rimpang. Pemasaran komoditas tanaman biofarmaka jenis ini belum memiliki ikatan kemitraan yang efektif antara petani dengan indsutri, karena banyaknya kendala dan hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaannya. Ikatan kemitraan yang efektif ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran, karena komoditas biofarmaka jenis rimpang banyak dibutuhkan oleh pasar dalam negeri dan luar negeri. Pengembangan model pemasaran biofarmaka rimpang yang telah dibentuk oleh Pusat Studi Biofarmaka LPPM-IPB sebagai lembaga pengembangan dan pendampingan melibatkan relasi antara sektor swasta (industri), sektor publik (kelembagaan pemerintah), dan sektor kelembagaan petani. Model pengembangan tersebut tidak hanya dibangun dalam kerangka ikatan antar pengambil keputusan (stakeholder) tetapi dapat juga dalam ikatan pemegang saham (shareholder) seperti pengembangan kerjasama kemitraan. Manfaat dari adanya pembentukan kemitraan tersebut diharapkan dapat meningkatkan skala usaha dan kapasitas sumberdaya manusia serta meningkatkan efisiensi pemasaran. Kegiatan pelatihan dan pendampingan perlu dilakukan untuk mencapai peningkatan tersebut. Kegiatan lain yang dilakukan selain pelatihan adalah pendampingan terhadap kelembagaan petani yaitu Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) untuk pembenahan dan penguatan kelembagaan berupa pendampingan, untuk pembenahan basis data Gapoktan serta penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Wibowo (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Rencana Bisnis Manisan Stroberi menyusun rencana bisnis yang menganalisis aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari analisis pasar, analisis teknik dan teknologi, analisis manajemen dan organisasi serta analisis lingkungan. Dalam melakukan analisis pasar, penulis menggunakan sistem bauran pemasaran yang terdiri dari Product, Price, Promotion, dan Place. Product (produk) yang akan diproduksi adalah manisan stroberi, dengan Price (harga) Rp per kg. Promotion (promosi) yang dilakukan dengan cara penjualan secara langsung kepada konsumen, dengan strategi penjualan yang dilakukan berupa penjualan personal melalui presentasi produk, pertemuan penjualan, komunikasi melalui media cetak, dan elektronik. Place (tempat) yang dimaksud dalam analisis ini adalah lokasi pendirian usaha, lokasi penjualan dan saluran distribusi. Lokasi usaha ini terletak di daerah Ciwidey Kabupaten Bandung, sedangkan lokasi penjualan produk manisan ini adalah tempat wisata di daerah Ciwidey. Strategi distribusi yang dilakukan adalah dengan membentuk tim pemasaran yang menjual dan menawarkan produk secara langsung di tempat wisata. Strategi lain yang dilakukan adalah dengan menyalurkan produk melalui distributor industri wilayah dan industri pengguna akhir. Analisis teknik dan teknologi terdiri dari aspek bahan baku, mesin dan peralatan, aspek teknologi dan proses produksi, penentuan tata letak dan ruang pabrik, serta perencanaan tata letak dan kebutuhan ruang pabrik. Bahan baku produk manisan yang akan ditawarkan adalah stroberi segar yang diperoleh dari petani stroberi sekitar usaha. Mesin yang digunakan adalah oven pengering dan peralatan utama yang digunakan adalah tangki perendaman. Tahapan proses produksi yang dilakukan untuk menghasilkan manisan stroberi adalah sortasi dan pembersihan buah, pemotongan, perendaman dengan Natrium metabisulfit,

21 9 perendaman dengan gula, pemanasan larutan gula, pengovenan, pengemasan serta penyimpanan. Usaha didirikan berdekatan dengan sumber bahan baku yaitu stroberi dengan harapan dapat memperkecil biaya transportasi, ketersediaan sumberdaya yang cukup, infrastruktur yang mendukung serta dekat dengan target pasar. Analisis manajemen dan organisasi terdiri dari aspek legalitas, kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, dan deskripsi pekerjaan. Bentuk badan usaha yang dipilih oleh pelaku usaha adalah CV. Kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan oleh perusahaan ini dengan total tenaga kerja yang dibutuhkan adalah sebanyak 12 orang termasuk dengan pengurus perusahaan. Perusahaan ini memiliki struktur organisasi yang terdiri dari pengurus perusahaan (direktur, manajer, dan manajer keuangan) serta karyawan yang terbagi dalam empat divisi yaitu pemasaran, produksi, pengemasan, dan administrasi. Pada aspek deskripsi pekerjaan, penjelasan tanggung jawab setiap personil berbeda-beda sesuai dengan posisi di perusahaan. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Rencana Pemasaran Pasar Aspek terpenting yang harus dianalisis terlebih dahulu dalam menyusun rencana bisnis adalah aspek pasar dengan tujuan untuk menentukan pasar potensial bagi produk dari usaha tersebut. Strategi pemasaran terdiri dari Analisa Pasar dan Marketing Mix Development. Analisa pasar terdiri dari aspek Segmenting, Targeting, dan Positioning. Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi (Nurmalina et al. 2009). Analisis aspek pasar dapat dilakukan untuk menentukan jenis pasar yang akan dipilih. Jenis pasar tersebut dapat berupa pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, maupun pasar monopolistik untuk menentukan strategi pemasaran yang tepat. Informasi mengenai siklus hidup produk (Life Cycle Product) harus ditentukan serta informasi mengenai pangsa pasar (market share) untuk produk sejenis sebagai pesaing dari usaha yang akan didirikan (Umar 2009). A. Analisa Pasar Strategi Analisa Pasar terdiri dari aspek Segmenting, Targeting, dan Positioning. Penjelasan dari masing-masing aspek tersebut adalah sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009): 1. Segmenting Segmenting merupakan proses pengarahan kelompok pasar dengan sifat heterogen menjadi kelompok pasar yang bersifat homogen atau dalam kata lain kelompok pasar yang memiliki karakter dengan respon yang sama dalam membelanjakan uangnya. Aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah sebagai berikut:

22 10 a. Aspek geografis (lokasi pasar tujuan) b. Aspek demografis (status ekonomi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan kewarganegaraan pasar tujuan) c. Aspek psikografis (gaya hidup dari konsumen sebagai pasar tujuan) d. Aspek perilaku (status kesetiaan terhadap merk, tingkat penggunaan, maupun sikap terhadap produk) 2. Targeting Targeting merupakan proses pemilihan target pasar dari segmen yang telah dipilih kemudian disaring hingga menjadi lebih spesifik. Proses ini dapat diartikan sebagai penentuan sasaran pemasaran produk. 3. Positioning Positioning merupakan tindakan yang dilakukan oleh produsen untuk mendesain citra perusahaan dan penawaran nilai. Tindakan tersebut menjadikan konsumen dalam segmen pasar tertentu agar konsumen mengerti dan menghargai apa yang dilakukan suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaingnya (Munandar 2012). Disamping itu, positioning dapat diartikan sebagai citra dari produk yang ditawarkan oleh suatu perusahaan untuk kemudian ditanamkan dalam benak konsumen berupa keunggulan produk suatu perusahaan dibandingkan dengan produk pesaing. Keunggulan produk yang ditawarkan dapat berupa harga, kualitas, manfaat, maupun kemasan. B. Marketing Mix Development Strategi pemasaran Marketing Mix Development terdiri dari 4 aspek yang dianalisis yaitu sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009): 1. Product (produk) Aspek ini terdiri dari spesifikasi produk yang akan ditawarkan oleh suatu perusahaan seperti bentuk kemasan, pelabelan, merk produk, serta informasi lain mengenai produk yang dihasilkan. 2. Price (harga) Secara teoritis, penetapan harga meliputi analisis kompetitif, berupa strategi penetapan harga, tingkat dan perubahan harga serta target pasar diskon, pemberian kupon berhadiah, kebijaksanaan penjualan metode atau cara pembayaran. 3. Place (tempat) Aspek ini terdiri dari lokasi cakupan penjualan maupun pendistribusian produk, manajemen penyimpanan, manajemen integrasi vertikal dan horizontal, standar tingkat pelayanan, serta ketersediaan fasilitas. 4. Promotion (promosi) Aspek promosi dalam strategi bauran pemasaran ini terdiri dari pemilihan media promosi, pemilihan cara penjualan, tema posisi pasar, dan manajemen serta posisi produk. Rencana Produk Produk jamu, obat herbal terstandar, maupun fitofarmaka yang berbahan baku rimpang kunyit beragam. Rimpang segar, rimpang kering, maupun bubuk merupakan bentuk yang banyak dibutuhkan oleh industri namun petani sebagai

23 11 pemasok hanya mampu menawarkan kunyit dalam bentuk rimpang segar. Pengetahuan mengenai penggunaan teknologi yang dimiliki petani untuk mengolah rimpang segar menjadi kunyit bubuk tergolong masih rendah. Kurangnya pengetahuan petani membuka peluang untuk menjadikan pengolahan lanjutan yang berupa pengeringan menjadi suatu unit bisnis. Bisnis pengeringan rimpang kunyit ini akan menghasikan intermediate product yang berupa kunyit bubuk. Teknologi yang digunakan adalah pengeringan buatan dengan produk yang dihasilkan berbentuk rimpang kering, yang kemudian diolah dengan menggunakan teknologi penggilingan kering untuk menghasilkan kunyit bubuk. Setelah dilakukan pengolahan, produk dikemas dengan menggunakan teknologi kemas vakum. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat memperpanjang umur simpan produk serta menghemat ruang pada saat penyimpanan maupun pendistribusian. Teknologi pengeringan buatan dipilih untuk meningkatkan efektivitas proses produksi karena tidak bergantung pada cuaca serta tidak membutuhkan waktu yang lama, sebagaimana yang terdapat pada teknologi pengeringan alami dengan sinar matahari. Penggilingan kering yang dilakukan dengan menggunakan mesin juga ditujukan untuk meningkatkan efektivitas produksi. Rencana Operasional Rencana Jumlah Produksi Hal yang perlu dianalisis dalam kegiatan produksi adalah rencana jumlah produksi. Jumlah produksi akan berhubungan dengan beberapa hal dalam kegiatan produksi, yaitu sebagai berikut: 1. Tingkat permintaan terhadap produk 2. Kapasitas mesin 3. Pasokan bahan baku 4. Modal kerja 5. Peraturan pemerintah dan ketentuan teknis lainnya Teknologi Penggunaan teknologi dalam proses produksi harus menggunakan teknologi tepat guna, selain dapat meningkatkan efektifitas juga dapat memberikan keuntungan bagi usaha yang dijalankan. Disamping penggunaan teknologi yang tepat, dukungan tenaga kerja terampil juga dibutuhkan dalam meningkatkan efektifitas proses produksi. Teknologi yang digunakan pada proses produksi adalah teknologi pengeringan buatan dengan mesin, teknologi penggilingan kering dengan mesin, dan teknologi pengemasan vakum pada produk. Tenaga Kerja (Tenaga Teknis) Kebutuhan tenaga kerja yang terlibat dalam seluruh kegiatan usaha perlu direncanakan dengan baik dari segi jumlah, deskripsi pekerjaan serta penetapan gaji dan upah. Perencanaan tenaga kerja perlu diidentifkasi berdasarkan kuantitas dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kuantitas tenaga kerja yang dibutuhkan terkait dengan latar belakang dan lokasi perusahaan serta tingkat persaingan untuk mendapatkan tenaga kerja teknis, sedangkan kualitas tenaga

24 12 kerja menunjukkan keahlian yang sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang didukung dengan tingkat pendidikan. Perencanaan Bahan Baku Bahan baku merupakan input kegiatan produksi untuk menghasilkan produk yang ditawarkan oleh suatu usaha. Untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan, bahan baku harus diperhatikan dari semua faktor yang terkait. Perencanaan Lokasi dan Tata Letak Lokasi dan tata letak menjadi hal awal yang harus dipertimbangkan dalam menyusun rencana bisnis, karena pemilihan lokasi yang tepat dapat meningkatkan efektivitas kegiatan usaha. Pemilihan lokasi dapat ditentukan berdasarkan kedekatan dengan bahan baku, pasar potensial, tenaga listrik dan air, ketersediaan tenaga kerja, serta fasilitas transportasi. Perancangan tata letak bangunan usaha yang terdiri dari ruang produksi, ruang penyimpanan (gudang), dan ruang kantor serta ruangan lain. Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia Koperasi Koperasi merupakan badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau kelompok dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal menjalankan usaha, memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi (UU No 12 Tahun 2012). Sebuah badan hukum yang disebut sebagai koperasi harus menjalankan prinsip-prinsip dasar koperasi. Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5 disebutkan 7 prinsip koperasi sebagai berikut: 1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka Calon anggota koperasi tidak boleh dipaksa oleh siapapun tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik, dan agama. Setiap warga negara yang telah mampu melaksanakan tindakan hukum dan telah memenuhi persyaratan sebagai anggota koperasi berhak menjadi anggota koperasi dan berpartisipasi aktif. 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis Koperasi didirikan oleh para anggota yang memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan bersama. Pada proses pengambilan keputusan, setiap anggota harus diperlakukan sama. Pengawasan terhadap kegiatan usaha koperasi dilakukan oleh anggota yang telah memenuhi syarat sebagai pengawas. 3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi Anggota menyetorkan modal secara adil dan mengawasinya secara demokratis dengan sebagian dari modal adalah milik bersama. Balas jasa terhadap modal diberikan secara terbatas. 4. Otonomi dan kemandirian

25 13 Koperasi adalah organisasi yang otonom dan mandiri serta diawasi oleh anggotanya. Apabila koperasi membuat perjanjian dengan pihak lain termasuk pemerintah atau memperoleh modal dari luar, maka hal itu harus berdasarkan persyaratan yang tepat guna menjamin adanya upaya pengawasan demokratis dari anggota dan mempertahankan otonomi koperasi. 5. Pendidikan, pelatihan, dan informasi Koperasi memberikan pelatihan dan pendidikan bagi anggota, pengurus, pengawas, manajer, dan karyawan. Tujuan dari pelatihan dan pendidikan tersebut agar mereka dapat melaksanakan tugas lebih efektif dalam pengembangan koperasi. Koperasi memberikan informasi bagi orang-orang muda dan tokoh masyarakat mengenai hakekat dan manfaat berkoperasi. 6. Kerjasama antar koperasi Melalui kerjasama pada tingkat lokal, regional, nasional, dan internasional, maka gerakan koperasi dapat melayani anggotanya dengan lebih efektif dan dapat memperkuat gerakan koperasi. 7. Kepedulian terhadap masyarakat Koperasi melakukan kegiatan pengembangan masyarakat sekitar secara berkelanjutan melalui kebijakan yang diputuskan oleh rapat anggota. Aspek Legal dan Ruang Lingkup Pengembangan Usaha Persyaratan yang harus dipenuhi untuk membentuk suatu usaha dagang ekspor Indonesia antara lain sebagai berikut (Kemendag 2013): 1. Badan Hukum, dalam bentuk : a. CV (Commanditaire Vennotschap) b. Firma c. PT (Perseroan Terbatas) d. Persero (Perusahaan Perseroan) e. Perum (Perusahaan Umum) f. Perjan (Perusahaan Jawatan) g. Koperasi 2. Memiliki NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) 3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan pemerintah seperti : a. SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan) dari Dinas Perdagangan b. Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian c. Izin Usaha PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) atau PMA (Penanaman Modal Asing) yang dikeluarkan oleh BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) 4. Memiliki Angka Pengenal Ekspor (APE) Pengurusan SIUP (Surat Izin Usaha Dagang) untuk koperasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Fotokopi Akta Pendirian Koperasi. b. Fotokopi KTP Pimpinan/Penanggung jawab Koperasi. c. Fotokopi NPWP Koperasi. d. Neraca Terakhir Koperasi bermaterai Rp6 000 e. Susunan Pengurus. f. Surat keterangan domisili usaha dari kelurahan dan diketahui kecamatan. g. Pasfoto warna ukuran 4x6 2 lembar.

26 14 Izin usaha yang masuk kedalam kategori usaha perdagangan berlaku selama 5 tahun dan setiap tahun dilakukan registrasi ulang. Usaha yang akan didirikan memiliki tujuan pasar luar negeri dan direncanakan sebagai eksportir produsen. Untuk menjadi eksportir, langkah yang harus dilakukan sebagai berikut (Kemendag 2013): 1. Persiapan administratif berupa pembuatan identitas usaha 2. Persiapan legalitas usaha berupa pembentukan badan usaha yang berbadan hukum dengan klasifikasi eksportir produsen atau eksportir bukan produsen 3. Persiapan operasional berupa penerbitan dokumen yang terdiri dari brosur atau leaflet, offer sheet, invoice, consular invoice, packing list, sales contract, weight note-measurement list, letter of indemnity, letter of subrogation, pemberitahuan ekspor barang (PEB) dan pemberitahuan ekspor barang tertentu 4. Persiapan produk yang akan dijual secara fisik maupun pencantuman keterangan produk dalam lembar Profil Produk 5. Melakukan perijinan ekspor di Kementerian Perdagangan Republik Indonesia melalui UPP (Unit Pelayanan Perdagangan) dengan salah satu fasilitas yang ditawarkan berupa INTRADE. Tata cara atau prosedur yang harus dilakukan untuk melakukan proses ekspor adalah sebagai berikut (Kemendag 2013): 5 Produksi barang 6 Esksportir 4 Correspondent/ Receiving Bank 1 DN 10 3 LN Produksi barang 2 Opening Bank 11 Pelayaran/ Penerbangan Bea dan cukai pelabuhan muat 8 8a Instansi penerbit SKA Pengapalan barang Pelabuhan tujuan Keterangan: Sumber: Kemendag 2013 Gambar 1 Alur tata cara ekspor 1. Eksportir dan importir melakukan korespondensi yang diakhiri dengan pembuatan Sales Contract

27 15 2. Importir mengaplikasikan pembukaan L/C pada bank luar negeri (Opening Bank) 3. Opening Bank mengirim L/C confirmation pada Corespondenti Bank untuk memberitahukan kepada eksportir 4. Corespondenti Bank memberitahukan kepada eksportir melalui L/C advice 5. Eksportir mempersiapkan barang 6. Eksportir memesan ruang kapal pada shipping company 7. Eksporir mengurus formalitas ekspor dengan mengisi PEB dan pembayaran pajak ekspor, kemudian PEB difiat-muatkan 8. Pemuatan barang di atas kapal, shipping company memberikan bills of lading pada eskportir 8a. Apabila dalam L/C ada persyaratan untuk melampirkan dokumen SKA (Surat Keterangan Asal), maka eskportir harus mengurus SKA tersebut ke instansi penerbit SKA 9. Setelah mempersiapkan seluruh dokumen yang dipersyaratkan pada L/C, eskportir bernegosiasi kepada negotiation bank untuk mendapat pembayaran. 10. Pengiriman dokumen L/C dari negotiation bank ke opening bank 11. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir 12. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo 13. Pengiriman document L/C dari negotiation bank tersebut kepada importir 14. Opening Bank meneruskan dokumen tersebut kepada importir 15. Importir menyerahkan dokumen tersebut pada shipping agent untuk ditukarkan dengan delivery cargo Struktur Organisasi Struktur Organisasi merupakan susunan bagian serta hubungan antara posisi yang terdapat pada suatu organisasi. Orang-orang yang terlibat dalam kepengurusan suatu badan usaha dituangkan dalam struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi terdiri dari nama orang yang terlibat dalam kepengurusan beserta dengan jabatan masing-masing. Dalam struktur organisasi menggambarkan hubungan kerja antara orang yang satu dengan lainnya dengan memperhatikan aturan bentuk badan hukum dan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Deskripsi Kerja Tugas dan tanggung jawab dari masing-masing tenaga kerja maupun pengurus perusahaan dipaparkan dalam bentuk deskripsi kerja. Deskripsi kerja bagi tenaga kerja dan pengurus perusahaan berbeda-beda sesuai dengan jabatan maupun bagiannya. Masing-masing orang yang terlibat dalam usaha yang akan dijalankan memiliki hak, kewajiban, maupun tugas yang harus dipenuhi agar kegiatan usaha menjadi lebih efektif. Upah dan gaji Gaji dan upah merupakan imbalan atas jasa yang telah dilakukan oleh seluruh tenaga kerja maupun pengurus perusahaan. Gaji dan upah dari masingmasing orang berbeda sesuai dengan jabatan dan deskripsi kerja yang dibebankan.

28 16 Imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tetap maupun pengurus perusahaan disebut sebagai gaji yang dibayarkan sekali dalam sebulan. Upah merupakan imbalan yang diberikan kepada tenaga kerja tidak tetap yang dibayarkan sesuai dengan pencapaian kerja yang telah dilakukan. Gaji yang dibayarkan dapat disesuaikan dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku dengan ketetapan yang dibuat oleh perusahaan. Analisis Risiko Kerugian yang mungkin timbul dalam sebuah usaha dapat diartikan sebagai risiko. Risiko yang terjadi dalam suatu usaha dapat digolongkan menjadi 2 tipe, yaitu risiko yang sulit dikendalikan oleh manajemen perusahaan dan risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Contoh dari risiko yang sulit dikendalikan oleh manajemen perusahaan adalah seperti kebakaran atau bencana alam, sedangkan contoh dari risiko yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan adalah menurunnya volume produksi yang diakibatkan oleh kualitas bahan baku yang buruk. Aspek fungsional dalam perusahaan yang mungkin mengandung risiko adalah aspek sumberdaya manusia, aspek pemasaran, aspek produksi atau teknis, aspek sistem informasi, serta aspek keuangan (Umar 2009). Rencana Keuangan Tujuan menganalisis aspek keuangan dalam menyusun rencana bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya proyeksi data finansial yang menentukan kelayakan ekonomi. Aspek keuangan ini terdiri atas ringkasan mengenai penjualan dan biaya yang direncanakan, serta gambaran arus kas dan neraca yang diperkirakan. Aspek keuangan yang perlu dianalisis untuk menyusun suatu perencanaan bisnis terdiri dari Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP) (Nurmalina et al. 2009). 1. Net Present Value (NPV) Suatu bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih besar dari 0 (NPV > 0) yang artinya bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Jika suatu bisnis mempunyai NPV lebih kecil dari 0 maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan. Net present value yaitu selisih antara total present value manfaat dengan total present value biaya atau jumlah present value dari manfaat bersih tambahan selama umur bisnis. Nilai yang dihasilkan oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang (Rp). 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasilkan NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan %tase (%). Sebuah bisnis dikatakan layak apabila memiliki nilai IRR yang lebih besar dari DR. 3. Benefit Cost Ratio (Net B/C) Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio) adalah rasio antara manfaat bersih bernilai positif dengan manfaat bersih bernilai negatif. Suatu bisnis dikatakan layak jika BCR lebih besar atau sama dengan satu (BCR 1). Hal ini berarti bisnis tersebut layak untuk dilaksanakan, sedangkan jika nilai BCR lebih kecil dari satu (BCR < 1), maka bisnis tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut berarti manfaat yang akan diperoleh dari suatu

29 17 bisnis lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan bisnis tersebut. 4. Payback Period (PP) Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Bisnis dengan PP yang singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Metode payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi. Break Event Point Perhitungan ini bertujuan untuk melihat berapa unit yang harus dijual atau berapa uang yang harus dihasilkan oleh perusahaan agar mencapai titik impas, dalam arti perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan. Cash Flow Cash Flow (arus kas) adalah suatu laporan keuangan yang berisikan pengaruh kas dari kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi dan kegiatan transaksi pembiayaan atau pendanaan, serta kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan keuangan ini berupa ringkasan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu. Laporan arus kas ini memberikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan dari suatu periode tertentu, dengan mengklasifikasikan transaksi berdasarkan pada kegiatan operasi, investasi, dan pendanaan. Cash Flow terdiri dari 2 aliran arus yaitu sebagai berikut: 1. Cash inflow Cash inflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang melahirkan keuntungan kas (penerimaan kas). Arus kas masuk (cash inflow) terdiri dari: a. Hasil penjualan produk atau jasa perusahaan b. Penagihan piutang dari penjualan kredit c. Penjualan aktiva tetap yang ada d. Penerimaan investasi dari pemilik atau saham bila perseroan terbatas e. Pinjaman atau hutang dari pihak lain f. Penerimaan sewa dan pendapatan lain 2. Cash outflow Cash outflow adalah arus kas yang terjadi dari kegiatan transaksi yang mengakibatkan beban pengeluaran kas. Arus kas keluar (cash outflow) terdiri dari : a. Pengeluaran biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan biaya lain b. Pengeluaran biaya administrasi umum dan administrasi penjualan c. Pembelian aktiva tetap d. Pembayaran hutang-hutang perusahaan e. Pembayaran kembali investasi dari pemilik perusahaan f. Pembayaran sewa, pajak, deviden, bunga, dan pengeluaran lain Cooperative Entrepreneur (Wirakoperasi) Baga (2011) menyampaikan bahwa wirakoperasi merupakan bentuk khusus dari konsep wirausaha untuk mengembangkan usaha petani dengan cara

30 18 memanfaatkan peluang yang ada bersama petani. Seorang wirausaha yang menerapkan konsep wirakoperasi akan berusaha untuk mencapai kesuksesan usahanya dan usaha para petani mitra. Konsep wirakoperasi tersebut dapat diterapkan dengan melibatkan sejumlah petani yang berperan sebagai pemasok input usaha yang akan didirikan oleh seorang wirakoperasi. Usaha tersebut tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata namun juga harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan petani, sehingga diperlukan adanya hubungan kerjasama yang baik antara petani dan pelaku usaha. Peningkatan kesejahteraan dapat berupa meningkatnya keuntungan yang diperoleh maupun skala usaha para petani yang bergabung dengan badan usaha yang didirikan oleh pelaku usaha. Hadirnya seorang wirakoperasi dapat memberikan keuntungan bagi pengembangan usaha budidaya yang dijalankan oleh petani. Seorang wirakoperasi akan melakukan inovasi guna meningkatkan nilai tambah produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang dimiliki tanpa mengesampingkan kesejahteraan para petani yang menjadi pemasok utama input produksinya. Kepercayaan yang telah terjalin antara petani dengan pelaku usaha dapat memberikan manfaat bagi keduanya. Bagi pelaku usaha, kepastian pasokan bahan baku yang berkelanjutan akan diperoleh dari petani sebagai pemasok utama. Bagi petani, akan mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha dengan ketentuan pembagian hasil yang telah disepakati bersama. Usaha yang akan didirikan terdiri dari gabungan para petani dan pelaku usaha itu sendiri. Selain bagian dari kepemilikan usaha, secara langsung petani berperan sebagai peminjam dana atas dana investasi yang dibutuhkan oleh usaha yang akan didirikan. Seorang pelaku usaha dapat memberikan pelatihan kepada petani guna meningkatkan kinerja, sehingga dapat menghasilkan bahan baku dengan jumlah optimal dan kualitas yang tinggi. Adanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan diantara pelaku usaha dan petani, maka rantai pasok kegiatan usaha yang dijalankan oleh pelaku usaha dapat terjalin dengan baik. Kerangka Pemikiran Operasional Komoditas kunyit memiliki potensi dilihat dari kebutuhan yang cukup tinggi baik di pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri, memiliki manfaat yang besar bagi kesehatan, serta volume produksi yang cukup besar. Jawa Barat sebagai provinsi yang menduduki daerah sentra terbesar ke-3 di Pulau Jawa menjadikan komoditas ini memiliki potensi untuk dikembangkan. Namun pada kondisi aktual, petani yang membudidayakan komoditas ini masih berupa petani kecil dengan pola tanam tumpang sari sehingga jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani masih rendah. Harga jual di tingkat petani yang rendah menjadikan kunyit sebagai tanaman yang kurang diminati oleh petani karena tidak menguntungkan. Ditinjau dari peluang dan kondisi aktual yang ada maka diperlukan peran pelaku usaha yang menerapkan konsep wirakoperasi untuk melakukan komersialisasi pengembangan biofarmaka. Seorang wirakoperasi dapat berperan sebagai perantara antara petani kecil dengan para pelaku usaha industri jamu, obat herbal terstandar maupun fitofarmaka. Selain sebagai perantara, pelaku usaha

31 19 yang menerapkan konsep wirakoperasi juga harus memberikan keuntungan kepada petani seperti memberikan harga jual yang tinggi di tingkat petani, memberikan pelatihan mengenai cara budidaya yang baik sehingga dapat menghasilkan produk yang optimal, dan memberikan rasa kepercayaan serta rasa kepemilikan atas usaha yang dijalankan kepada petani. Seorang wirakoperasi yang memiliki ilmu, inovasi, dan teknologi dapat menjadi keuntungan bagi petani dengan kekuatan dalam hal budidaya untuk bersinergi bersama. Penerapan konsep wirakoperasi dalam suatu usaha diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi petani sehingga petani dapat melakukan pengembangan di tingkat budidaya agar permintaan akan komoditas ini dapat terpenuhi. Pengembangan yang dilakukan dapat berupa pendirian usaha dengan melibatkan para petani kecil untuk melakukan usaha kolektif bersama dan menjalin kerjasama serta meningkatkan nilai tambah pada produk rimpang kunyit. Peningkatan nilai tambah produk rimpang kunyit tersebut dilakukan dengan cara melakukan pengolahan berupa pengeringan, penggilingan rimpang kunyit dan pengemasan. Alur pemikiran kerangka operasional penelitian secara ringkas dapat dilihat pada Gambar 2. Rimpang kunyit memiliki potensi dilihat dari kebutuhan pasar luar negeri, manfaat bagi kesehatan, serta volume produksi yang cukup besar Pada kondisi aktual, petani yang membudidayakan komoditas ini masih berupa petani kecil sehingga permintaan belum terpenuhi dan harga jual di tingkat petani masih rendah Wirakoperasi Komersialisasi pengembangan biofarmaka Membentuk kerjasama atau melakukan usaha kolektif bersama petani kecil Meningkatkan harga jual rimpang kunyit Rencana Bisnis Pengolahan Rimpang Kunyit Melalui Pendekatan Cooperative Entrepreneur di Bogor Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional penelitian

32 20 METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Bogor yang terdiri dari 6 desa yaitu Tegal Waru, Cipaku, Rancabungur, Leuwi Liang, Gunung Leutik, dan Cimanggu. Penelitian melibatkan petani-petani yang membudidayakan tanaman biofarmaka khususnya komoditas kunyit. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan tempat tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangan dan lokasi yang strategis untuk kelancaran penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari hingga Maret 2014 untuk pengambilan data. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari keterangan kegiatan usaha yang dilakukan oleh petani mengenai keadaan usaha, perkembangan usaha, dan kegiatan budidaya yang dilakukan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data kuantitatif diperoleh dari hasil produksi, jumlah penjualan, harga produk, dan data lain yang berkaitan dengan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penelitian serta wawancara dengan petani yang terlibat. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Pertanian, perpustakaan, internet dan literatur yang relevan dengan penelitian. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data primer pada penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam, dan diskusi kepada para petani yang berada di ke-6 kecamatan tersebut yang membudidayakan tanaman kunyit. Wawancara dilakukan untuk mengetahui informasi produktivitas, harga komoditas di tingkat petani, serta budidaya yang dilakukan. Jumlah petani yang dilibatkan dalam pengambilan informasi terdiri dari 6 orang. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan menggunakan 2 jenis analisis yaitu Analisis Non Finansial dan Analisis Finansial (Nurmalina et al. 2009). A. Analisis Non Finansial 1. Rencana Pemasaran Menganalisis target pasar, pengembangan pasar, serta bauran pemasaran merupakan hal yang harus dianalisis dalam rencana pemasaran

33 dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen. Strategi pemasaran terdiri dari Market Selection dan Marketing Mix Development. Dalam strategi Market Selection terdiri dari pengenalan peluang pasar, analisis pelanggan, dan pemilihan pasar sasaran. Sedangkan dalam strategi Marketing Mix Development terdiri dari aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. Menurut Kotler yang dikutip oleh Munandar (2012) dalam jurnalnya, analisis target pasar terdiri dari segmentasi pasar, penentuan target, dan posisi pasar. a. Segmetasi Pasar Segmentasi pasar merupakan proses pengarahan pasar yang bersifat heterogen ke dalam kelompok pasar yang bersifat homogen. Dalam pengarahan pasar, aspek utama yang menjadi variabel yang digunakan adalah aspek geografis, demografis, psikografis, dan perilaku. b. Pasar Sasaran Langkah lanjutan setelah menganalisis segmen pasar adalah pemilihan segmen pasar yang akan dijadikan pasar sasaran. Kriteria yang harus diperhatikan dalam penentuan pasar sasaran adalah bahwa pasar sasaran harus responsif terhadap produk atau program pemasaran yang dikembangkan, produk yang ditawarkan memiliki potensi penjualan yang cukup luas, pasar memiliki pertumbuhan yang memadai, serta pasar sasaran dapat dijangkau oleh media pemasaran. c. Posisi Pasar Penetapan posisi pasar merupakan langkah terkahir dalam melakukan analisis target pasar. Dalam penetapan posisi pasar, langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut: 1) Identifikasi keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan. Keunggulan ini dapat berupa diferensiasi melalui inovasi yang dilakukan pada bauran pemasaran yaitu produk, harga, promosi, dan distribusi. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar perusahaan memiliki keunggulan bersaing dengan produk pesaing. 2) Pilih keunggulan kompetitif yang dimiliki untuk kemudian dikomunikasikan dalam benak konsumen. Kriteria yang harus dipenuhi adalah dengan menawarkan barang atau jasa yang memiliki ciri khas atau dengan menggunakan strategi harga bersaing. 2. Rencana Produk Rencana bisnis yang akan dilakukan merupakan bisnis pengolahan pasca panen pada rimpang kunyit untuk menghasilkan produk setengah jadi (intermediate product). Pengolahan tersebut berupa pengeringan dan penggilingan kering rimpang kunyit untuk menghasilkan produk berupa kunyit bubuk. Setelah dilakukan pengolahan pasca panen, kedua produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan teknologi kemas vakum. 3. Rencana Operasional Aspek rencana operasional terdiri dari rencana pendirian lokasi bisnis, skala produksi, pemilihan teknologi yang akan digunakan, proses produksi, perencanaan tata letak ruang pengolahan, tenaga teknis produksi, serta perumusan standar mutu input dan output. 21

34 22 4. Rencana Organisasi dan Sumberdaya Manusia Aspek ini mengkaji mengenai bentuk badan usaha, struktur organisasi, perizinan usaha, dan kepemilikan usaha. Disamping itu juga mengkaji spesifikasi dan deskripsi keahlian serta tanggung jawab pekerja, jumlah tenaga kerja, dan penetapan gaji. B. Analisi Finansial 1. Net Present Value (NPV) NPV merupakan merupakan selisih dari nilai mata uang di masa depan dari investasi yang dikeluarkan dengan nilai mata uang saat ini dari penerimaan di masa yang akan datang. Rumus perhitungan untuk menentukan NPV adalah berikut ini: Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0,1,2,3,..., n), tahun awal bisa tahun 0 atau tahun 1 i = Discount rate (%) 2. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah tingkat bunga pengembalian dari investasi yang dikeluarkan pada sebuah bisnis yang diterima oleh perusahaan. Perhitungan nilai IRR adalah: Keterangan : i 1 = Discaount rate yang menghasilkan NPV positif i 2 = Discaount rate yang menghasilkan NPV negatif NPV 1 = NPV positif NP 2 = NPV negatif 3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan gambaran berapa kali lipat manfaat yang akan diperoleh dari biaya yang dikeluarkan selama umur proyek suatu bisnis. Rumus perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut:

35 23 Keterangan : Bt = Manfaat pada tahun t Ct = Biaya pada tahun t i = Discount Rate (%) t = Tahun 4. Payback Period (PP) PP adalah ukuran waktu dari kecepatan pengembalian investasi yang dikeluarkan dalam suatu proyek bisnis. Rumus perhitungan PP adalah sebagai berikut: Keterangan : I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya 5. Break Event Point (BEP) BEP merupakan ukuran unit yang harus terjual atau penerimaan yang harus diperoleh untuk mencapai keadaan perusahaan yang tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Rumus perhitungan BEP unit maupun BEP Rp adalah sebagai berikut: 6. Cash Flow (Arus Kas) Arus Kas merupakan laporan keuangan yang berisikan ringkasan penerimaan dan pengeluaran perusahaan selama umur proyeksi suatu proyek bisnis yang akan dilakukan.

36 24 No Uraian Komponen n I Inflow 1. Nilai Produksi 1. Pinjaman 2. Nilai Sewa 3. Grants 4. Salvage Value Total Inflow II Outflow 1. Biaya Investasi 2. Biaya Operasional 2.1 Biaya Variabel 2.2 Biaya Tetap 3. Pembayaran Bunga Pinjaman 4. Pajak 5. Biaya Lainnya Total Outflow III Net Benefit IV DF, dengan i = DR (%) V PV Net Benefit (NPV) = (III)(IV) GAMBARAN UMUM Bogor terletak di Provinsi Jawa Barat yang terbagi atas wilayah Kota Bogor dan Kabupaten Bogor. Bogor berada pada ketinggian 190 hingga 330 meter dari permukaan laut (mdpl). Suhu rata-rata wilayah Bogor adalah 26 o C dengan suhu terendah 21.8 o C dan suhu tertinggi sebesar 30.4 o C, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar hingga mm. Karakteristik topografi dan iklim yang dimiliki wilayah Bogor sangat cocok bagi pertumbuhan tanaman hortikultura khususnya tanaman biofarmaka. Kunyit sebagai salah satu komoditas biofarmaka dapat tumbuh dengan baik di wilayah Bogor dengan karekteristik topografi dan iklim yang dimiliki. Tanaman kunyit tumbuh dengan baik di daerah dataran rendah (200 hingga 300 mdpl) hingga dataran tinggi (diatas mdpl) dengan curah hujan antara hingga mm per tahun dan suhu optimum pertumbuhan antara 19 hingga 30 o C (Rahardjo dan Rotiana 2005). Pertumbuhan optimal pada komoditas kunyit didukung oleh karakteristik topografi dan iklim wilayah Bogor yang sesuai dengan syarat tumbuh bagi tanaman itu sendiri. Karakteristik topografi dan iklim yang dimiliki oleh Bogor menjadikan wilayah ini berpotensi untuk mengembangkan komoditas kunyit di bidang budidaya. Potensi komoditas kunyit tersebut didukung oleh keberadaan produsen jamu maupun obat herbal yang terletak di wilayah Bogor. Produsen jamu atau obat herbal tersebut merupakan pelaku usaha yang menggunakan rimpang kunyit sebagai bahan baku maupun bahan tambahan pada produk yang dihasilkan. Produsen jamu atau obat herbal yang terletak di Bogor antara lain sebagai berikut:

37 25 1. UD Rachmasari (Kapsul Ekstrak Kunir Kuning) 2. Ghaza Herbal (Madu Anti Diare, Madu Rapet Wangi) 3. Binasyifa (Kapsul Gemuk Badan) 4. Tamer Bogor (Jamu Diabetes Ahsan Akar Delima) 5. CV Mitra Niaga Sejahtera (Extract Oil Habbatussauda Plus Kunyit) 6. NeoHerba Nusantara (Manja Honey) 7. Griya An-Nur (Madu An-Nisa) 8. CV Raja Wali Emas (Sabun Lulur Herba Safira) 9. Sabun Kosmetik (Sabun Kunyit) RENCANA BISNIS Rencana Pemasaran Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana pemasaran ini adalah mengenai ketetapan bea keluar atas produk yang dihasilkan, yaitu kunyit bubuk. Berdasarkan ketetapan Menteri Keuangan No. 2369/KM.4/2013 tentang penetapan harga ekspor untuk perhitungan bea keluar bahwa bea keluar hanya dikenakan pada CPO dan produk turunannya, karet, serta kulit. Selain ketetapan bea keluar, ketetapan pajak peghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPn) dalam usaha pengolahan rimpang kunyit ini mengacu pada ketetapan pajak terbaru. Besarnya tarif PPh yanng diberlakukan adalah sebesar 25% (UU Nomor 35 Tahun 2008) pasal 17 ayat 2a tentang perpajakan) 9 dan tarif PPn atas barang ekspor kena pajak adalah sebesar 0% 10. Harga jual profuk (FOB value) dari produk kunyit bubuk kemas vakum ini adalah sebesar USD per kg (berdasarkan data Market News Service International Trade Center 2013) dengan asumsi 1 USD adalah Rp Analisis Pasar 1. Segmenting a. Berdasarkan tingkat penggunaan Pengelompokan pasar dari produk yang dihasilkan oleh usaha yang akan didirikan berdasarkan tingkat penggunaan. Kelompok pasar yang menjadi tujuan dari produk ini adalah importir maupun industri fitofarmaka. a. Berdasarkan aspek geografis Pengelompokan pasar dari produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan ini berdasarkan aspek geografis. Berdasarkan aspek geografis, lokasi dari pasar tujuan adalah negara-negara yang terletak di Benua Amerika. 2. Targeting Target pasar dari kelompok pasar yang telah dipilih berdasarkan aspek geografis adalah industri biofarmaka yang terletak di negara Argentina. Negara ini dipilih karena Argentina sebagai negara tujuan ekspor Indonesia dengan volume terbesar di Benua Amerika. 9 (Diakses 2014 April 20) 10 (Diakses 2014 April 20)

38 26 3. Positioning Produk yang dihasilkan oleh usaha pengolahan ini adalah intermediate product yang ditujukan bagi industri fitofarmaka yang menggunakan kunyit bubuk sebagai bahan baku produknya. Kunyit bubuk ini diolah menggunakan teknologi modern yaitu pengeringan buatan, penggilingan kering dan pengemasan vakum pada produk. Penggunaan teknologi modern pada pengolahan kunyit bubuk ini menjadi keunggulan bagi usaha yang akan didirikan dibandingkan dengan pesaing produk sejenis. Marketing Mix Development a. Product (produk) Kunyit bubuk sebagai produk yang dihasilkan oleh usaha pengolahan ini dikategorikan ke dalam intermediate product. Produk tersebut akan dikemas dengan menggunakan plastik kemas vakum berat bersih 10 kg dengan mencantumkan tanggal pengemasan dan kadaluwarsa, nama produk, serta nama produsen. Kemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan sehingga kualitas produk tetap terjaga. Selain menggunakan kemasan primer yang berupa plastik kemas vakum, produk ini juga menggunakan kemasan sekunder berupa kardus kapasitas 50 kg. Gambar 3 Kunyit bubuk Gambar 4 Label kemasan primer dan sekunder b. Price (harga) Harga jual dari produk yang dihasilkan adalah sebesar Rp atau USD (1 USD = Rp11 400) per kemasan 10 kg (ITC 2013). Harga yang ditetapkan tersebut dapat menutupi biaya produksi serta dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan harga jual dalam negeri.

39 27 c. Place (tempat) Penjualan dari produk yang dihasilkan ditujukan untuk pasar luar negeri yaitu negara Argentina yang membutuhkan kunyit bubuk. Saluran distribusi dari produk ini adalah dengan melakukan kerjasama sistem joint container dengan perusahaan lain yang memiliki tujuan pengiriman ke negara Argentina. Cara tersebut dilakukan karena skala usaha pengolahan yang akan didirikan ini masih kecil. Lokasi tempat usaha pengolahan rimpang kunyit ini akan didirikan di daerah Bogor. d. Promotion (promosi) Pemasaran produk dilakukan menggunakan media internet berupa penawaran produk maupun penawaran kerjasama dengan industri yang membutuhkan kunyit bubuk. Strategi promosi yang akan dilakukan adalah bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan sebagai mediator antara eksportir dan importir. Analisa Pesaing Pesaing dari usaha pengolahan yang akan didirikan adalah perusahaan dalam negeri yang memproduksi produk sejenis, yaitu kunyit bubuk. Rekapitulasi rencana strategi Koperasi Putra Mandiri dengan perusahaan pesaing (CV Rumah Rempah Manisha Solo) dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5 Rekapitulasi rencana strategi pemasaran koperasi putra mandiri vs perusahaan pesaing Komponen Strategi Pemasaran Segmentasi Koperasi Putra Mandiri Perusahaan importir maupun industri fitofarmaka di Benua Amerika yang membutuhkan rimpang kunyit dalam bentuk bubuk. Pesaing (CV Rumah Rempah Manisha Solo) Perusahaan jamu dalam negeri yang membutuhkan kunyit kering dan bubuk. Target Pasar Target pasar luar negeri di Negara Argentina. Positioning Intermediate porduct berupa kunyit bubuk kemas vakum yang ditujukan bagi industri fitofarmaka di Negara Argentina. Marketing Mix Produk Kunyit bubuk kemas vakum dengan berat bersih 10 kg per kemasan. Price USD (Rp ) per kg atau USD (Rp ) Perusahaan jamu dalam negeri yang membutuhkan kunyit kering dan bubuk. Produk diolah menggunakan teknik pengeringan oven atau matahari dengan kemasan plastik biasa. Produk Simplisia kunyit kering dan kunyit bubuk kemas plastik dengan berat bersih 1 Kg per kemasan. Price Rp per kg

40 28 per kemasan 10 kg Place Gudang dan kantor usaha terletak di daerah Bogor, Jawa Barat. Promotion Promosi dilakukan menggunakan website berbasis internet untuk melakukan penawaran produk kepada importir pasar luar negeri dan bekerjasama dengan Kementerian Perdagangan sebagai mediator. Sumber: Rumah Rempah Manisha 11 Place Gudang dan kantor usaha teretak di daerah Solo, Jawa Tengah. Promotion Promosi dilakukan menggunakan website berbasis internet, iklan di media massa baik cetak maupun elektronik. Rumah Rempah Manisha merupakan perusahaan yang terletak di daerah Solo, Jawa Tengah yang menyediakan bahan baku pembuatan jamu dan obat herbal dalam bentuk rimpang kering dan bubuk. Produk yang ditawarkan adalah kencur rajang kering dan bubuk, jahe kering dan bubuk, kunyit kering dan bubuk, temulawak rajang kering, serta komoditas biofarmaka lain dalam bentuk kering dan bubuk. Pasar tujuan dari perusahaan ini adalah industri jamu dalam negeri yang membutuhkan komoditas biofarmaka dalam bentuk kering dan bubuk sebagai bahan baku pembuatan produknya (Manisha 2012). Rencana Operasional Asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana operasional dari usaha pengolahan rimpang kunyit ini antara lain mengenai kegiatan produksi termasuk penetapan hari kerja, kebutuhan mesin pengolahan, serta kapasitas produksi. Penjelasan asumsi dasar yang digunakan dalam analisis rencana operasional ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Dibutuhkan rimpang kunyit segar sebanyak 10 kg untuk menghasilkan 1 kg kunyit bubuk (rendemen 10%) Dalam satu bulan terdiri dari 20 hari kerja dengan sistem proses produksi bergulir. Penjelasan proses produksi dapat dilihat pada Lampiran Kapasitas produksi dalam satu kali proses produksi adalah sebesar Kg rimpang basah (penyusutan bahan baku sebesar 5%) untuk menghasilkan produk kunyit bubuk sebanyak 100 kg, sehingga dalam 1 bulan akan menghasilkan kg atau 2 ton bubuk kunyit. 4. Pada tahun pertama usaha berjalan, produk yang dihasilkan hanya sebesar 1.7 ton setiap bulannya dengan jumlah bahan baku yang sama yaitu kg per hari. Hal tersebut dikarenakan jumlah penyusutan bahan baku masih tinggi 11 (Diakses 2014 Maret 28) 12 Hasil turun lapang. Sumber: Taman Sringganis

41 29 yaitu sebesar 15%. Hal tersebut disebabkan oleh kualitas bahan baku yang diperoleh dari petani belum sesuai dengan yang diinginkan. 5. Perajangan rimpang kunyit basah dilakukan menggunakan mesin perajang otomatis dengan kapasitas 150 kg per jam. Untuk merajang kg rimpang basah dalam satu kali produksi dibutuhkan mesin perajang sebanyak 2 unit yang masing-masing beroperasi selama 3.5 jam setiap harinya. 6. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan rimpang kunyit basah dengan menggunakan alat vacuum cabinet dryer adalah 8 jam dengan suhu 50 hingga 55 o C 13. Mesin pengeringan ini memiliki kapasitas 40 rak atau setara dengan 150 kg rimpang basah. Untuk mengeringkan kg rimpang basah dalam 1 kali produksi dibutuhkan alat pengering sebanyak 7 unit. 7. Penggilingan simplisia dilakukan menggunakan mesin penggiling kering diskmill dengan kapasitas 300 kg per jam. Untuk menggiling 100 kg simplisia hingga menghasilkan kunyit bubuk, dibutuhkan mesin penggiling sebanyak 1 unit. 8. Pengemasan produk kunyit bubuk dilakukan dengan menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum packaging) untuk menghasilkan kemasan hampa udara. Plastik kemas vakum sebagai kemasan yang digunakan memiliki kapasitas sebesar 10 kg setiap kemasannya, sehingga dalam 1 bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 200 kemasan. 9. Kemasan sekunder produk adalah kardus dengan kapasitas 50 kg, sehingga dalam 1 bulan produksi akan dihasilkan sebanyak 34 kardus. Rencana Jumlah Produksi Kegiatan usaha pengolahan rimpang kunyit terdiri dari proses pengeringan, penggilingan kering serta pengemasan. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk memasok industri biofarmaka luar negeri yang membutuhkan produk rimpang kunyit dalam bentuk bubuk. Rencana jumlah produksi dari usaha ini adalah sebesar 1.7 ton per bulan di tahun pertama dan 2 ton per bulan di tahun berikutnya. Penentuan ini diasumsikan berdasarkan pasokan bahan baku yang berasal dari petani. Teknologi Teknologi yang digunakan dalam usaha pengolahan yang akan didirikan ini adalah dengan menggunakan teknologi perajangan otomatis, pengeringan buatan dengan mesin, penggilingan kering dengan mesin, dan pengemasan vakum. Alat yang digunakan dalam teknologi pengeringan buatan ini adalah mesin perajang otomatis, vacuum cabinet dryer dengan output berupa simplisia, serta diskmill sebagai alat penggiling kering dengan output kunyit bubuk. Alat yang digunakan dalam teknologi pengemasan vakum adalah vacuum packaging untuk mengemas produk kunyit bubuk. 1. Mesin Perajang Rimpang kunyit segar yang telah dicuci, ditiriskan, dan lulus sortasi kemudian dirajang dengan ketebalan 5 hingga 7 mm untuk mempercepat proses pengeringan. Penggunaan mesin perajang otomatis dengan penggerak mesin ini dipilih untuk menghasilkan irisan rimpang dengan ketebalan yang 13 (Diakses 2014 Maret 26)

42 30 seragam. Disamping itu, penggunaan mesin perajang dapat meningkatkan efisiensi waktu produksi. Sumber: Gambar 5 Mesin perajang otomatis Spesifikasi mesin perajang: a. Kapasitas: 150 kg per jam b. Dimensi: 40x50x125 cm c. Penggerak: motor bensin 5.5 pk d. Bahan frame: besi profil siku 40x40 e. Transmisi: Pulley dan v belt f. Inlet dan outlet: stainless steel g. Kelengkapan: roda 2 in 2. Vacuum Cabinet Dryer Rimpang kunyit rajang diletakkan di atas loyang sebelum dimasukkan ke dalam alat pengering. Prinsip kerja dari alat vacuum cabinet dryer tersebut adalah dengan cara mengalirkan udara panas ke dalam bahan sekaligus dilakukan penyedotan uap air yang keluar dari bahan yang dipanaskan. Teknologi pengeringan buatan dengan bantuan alat tersebut dipilih karena dapat meningkatkan efisiensi proses produksi jika dibandingkan dengan menggunakan teknologi pengeringan alami. Pada pengeringan buatan, sumber panas yang digunakan untuk mengeringkan bahan berasal dari listrik maupun gas, sedangkan pada pengeringan alami sumber panas yang digunakan bersumber dari sinar matahari.

43 31 Sumber: Gambar 6 Mesin vacuum cabinet dryer Spesifikasi mesin vacuum cabinet dryer: a. Kapasitas : 40 rak b. Dimensi : 249x55x165 cm c. Bahan : stainless steel d. Listrik blower: 300 watt e. Sumber panas: LPG 3. Diskmill Simplisia kunyit kemudian digiling menggunakan mesin diskmill untuk menghasilkan kunyit bubuk. Prinsip kerja alat ini adalah dengan menggiling bahan baku kasar menjadi bentuk yang lebih kecil atau bubuk, dengan tingkat kehalusan yang dapat disesuaikan. Teknologi penggilingan kering dengan mesin dipilih untuk meningkatkan efisiensi proses produksi karena memiliki tenaga yang bersumber dari listrik. Sumber: Gambar 7 Mesin diskmill Spesifikasi mesin diskmill: a. Kapasitas: 150 kg per jam b. Motor power: 5,5 HP (Horse Power) atau Diesel 12 PK (Paard Krcht) dengan power bisa diturunkan sesuai anggaran dan jenis serta jumlah bahan yang diproses

44 32 c. Dimensi: 80x50x100 cm d. Bahan: stainless steel 4. Vacuum Packaging Produk kunyit bubuk kemudian dikemas dengan menggunakan mesin vacuum packaging. Prinsip kerja alat tersebut adalah dengan cara penghilangan udara dalam kemasan hingga terbentuk ruang hampa kemudian dilakukan penyegelan pada kemasan. Teknologi pengemasan vakum dipilih karena dapat meningkatkan umur simpan produk serta dapat menghemat ruang pada saat penyimpanan dan pendistribusian. Jenis plastik kemasan yang digunakan merupakan plastik kemasan vakum yang merupakan campuran dari bahan plastik LDPE (Low Density Polyethylene), PET (Poly Ethylene Terephthalate), dan Nylon. Plastik kemasan tersebut memiliki ketebalan dan kerapatan pori yang lebih tinggi dibandingkan dengan plastik kemasan biasa sehingga dapat berfungsi sebagai kemasan penyimpan kedap udara. Sumber: Gambar 8 Mesin vacuum packaging Sumber: Gambar 9 Plastik kemasan vakum

45 33 Spesifikasi mesin vacuum packaging: a. Material: besi, stainless steel b. Lebar seal: 32 hingga 50 cm c. Kekuatan vakum: 10 m 3 hingga 20 m 3 per jam d. Daya listrik: 400 hingga 800 watt atau 220 V atau 50 hingga 60 Hz 5. Mesin Conveyor Metal Detector Kunyit bubuk yang telah dikemas dengan plastik vakum kemudian akan dilakukan pengujian kandungan logam yang mungkin terdapat di dalam produk. Pengujian tersebut dilakukan menggunakan mesin conveyor metal detector dengan tujuan untuk mempertahankan kualitas produk kunyit bubuk. Sumber: Gambar 10 Mesin conveyor metal detector Spesifikasi mesin Conveyor Metal Detector: a. Tipe: F500 b. Metode mendeteksi: Magnetic induksi c. Lebar: 600 mm d. Tinggi: 160 mm e. Kemampuan mendeteksi: Ф1.0 bola besi f. Metode alarm: Buzzer g. Kecepatan belt: 40 m per menit h. Tegangan listrik: 230 V, 50 hingga 60 Hz i. Ukuran dimensi: 1 620x1 000x1 100 mm Bahan Baku Bahan baku dari usaha pengolahan rimpang kunyit ini berupa rimpang kunyit segar yang diperoleh dari petani-petani skala kecil di wilayah Bogor. Petani-petani tersebut merupakan petani yang bermitra dengan usaha pengolahan rimpang kunyit ini sebagai pemasok tetap bahan baku produksi. Proses sortasi awal menyebabkan penyusutan bahan baku sebesar 5%, sehingga kebutuhan bahan baku per bulan disajikan dalam Tabel 16 dan 17.

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR KAMIL SARAGIH

RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR KAMIL SARAGIH RENCANA BISNIS BUBUK KENCUR MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR KAMIL SARAGIH DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Mengenal Perbedaan Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Serta Obat Untuk Diabetes

Mengenal Perbedaan Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Serta Obat Untuk Diabetes Mengenal Perbedaan Logo Jamu, Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka Serta Obat Untuk Diabetes Jamu yang merupakan warisan nenek moyang, bermetamorfosis menjadi obat herbal terstandar hingga tingkatan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Gittinger (1986) menyebutkan bahwa proyek pertanian adalah kegiatan usaha yang rumit karena menggunakan sumber-sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

PERENCANAAN BISNIS EKSPOR JAHE BUBUK MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR RICKO KURNIAWAN MARPAUNG

PERENCANAAN BISNIS EKSPOR JAHE BUBUK MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR RICKO KURNIAWAN MARPAUNG PERENCANAAN BISNIS EKSPOR JAHE BUBUK MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR RICKO KURNIAWAN MARPAUNG DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR ANALISIS STRATEGI PEMASARAN OBAT HERBAL BIOMUNOS PADA PT. BIOFARMAKA INDONESIA, BOGOR Oleh : Surya Yuliawati A14103058 Dosen : Dr. Ir. Heny K.S. Daryanto, M.Ec PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK BERORIENTASI EKSPOR MELALUI PENDEKATAN COPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ANISSA KHAIRINA

RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK BERORIENTASI EKSPOR MELALUI PENDEKATAN COPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ANISSA KHAIRINA RENCANA BISNIS PRODUK TEMULAWAK BUBUK BERORIENTASI EKSPOR MELALUI PENDEKATAN COPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ANISSA KHAIRINA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A

ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A ANALISIS KELAYAKAN PERLUASAN USAHA PEMASOK IKAN HIAS AIR TAWAR Budi Fish Farm Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor Oleh: DWIASIH AGUSTIKA A 14105665 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

PERENCANAAN BISNIS PENGERINGAN KOMODITAS BUAH KAPULAGADENGAN PENDEKATANCOOPERATIVE ENTREPRENEURDI BOGOR WURI TRI HANDAYANI

PERENCANAAN BISNIS PENGERINGAN KOMODITAS BUAH KAPULAGADENGAN PENDEKATANCOOPERATIVE ENTREPRENEURDI BOGOR WURI TRI HANDAYANI PERENCANAAN BISNIS PENGERINGAN KOMODITAS BUAH KAPULAGADENGAN PENDEKATANCOOPERATIVE ENTREPRENEURDI BOGOR WURI TRI HANDAYANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Menurut Brockhouse dan Wadsworth (2010:1) studi kelayakan adalah alat yang digunakan dalam proses pengembangan bisnis

Lebih terperinci

RENCANA BISNIS PRODUK DAUN PEGAGAN KERING (GOTU KOLA) MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ROSALIN NUR AJANI

RENCANA BISNIS PRODUK DAUN PEGAGAN KERING (GOTU KOLA) MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ROSALIN NUR AJANI RENCANA BISNIS PRODUK DAUN PEGAGAN KERING (GOTU KOLA) MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE ENTREPRENEUR DI BOGOR ROSALIN NUR AJANI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

ASPEK FINANSIAL Skenario I

ASPEK FINANSIAL Skenario I VII ASPEK FINANSIAL Setelah menganalisis kelayakan usaha dari beberapa aspek nonfinansial, analisis dilanjutkan dengan melakukan analisis kelayakan pada aspek finansial yaitu dari aspek keuangan usaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah dari penelitian, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian yang dilakukan. Berikutnya diuraikan mengenai batasan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Definisi dan Batasan Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istlah-istilah dalam penelitian ini maka dibuat definisi dan batasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada tahun 2006 Badan Pusat

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Proyek Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Usaha. Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Usaha. Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Sebenarnya, usaha di bidang budi daya belut di Indonesia sudah cukup lama. Permintaan akan belut pada awalnya sedikit, tidak sebanyak saat ini, sehingga dapat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengambil tempat di kantor administratif Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat yang berlokasi di Kompleks Pasar Baru Lembang

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga

C. Program. Berdasarkan klaim khasiat, jumlah serapan oleh industri obat tradisional, jumlah petani dan tenaga C. Program PERKREDITAN PERMODALAN FISKAL DAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN KETERSEDIAAN TEKNOLOGI PERBAIKAN JALAN DESA KEGIATAN PENDUKUNG PERBAIKAN TATA AIR INFRA STRUKTUR (13.917 ha) Intensifikasi (9900 ha) Non

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan

BAB II LANDASAN TEORI. miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan A. Ekspor BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Ekspor Ekspor merupakan upaya melakukan penjualan komoditi yang kita miliki kepada bangsa lain atau negara asing dengan mengharapkan pembayaran dalam valuta

Lebih terperinci

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

Bab 5 H O R T I K U L T U R A Bab 5 H O R T I K U L T U R A Komoditas hortikultura yang terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agribisnis. Pengelolaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING KOMODITAS PERTANIAN Kementerian Pertanian Seminar Nasional Agribisnis, Universitas Galuh Ciamis, 1 April 2017 Pendahuluan Isi Paparan Kinerja dan permasalahan Posisi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian Indonesia dan salah satu sumber pendapatan bagi para petani. Gula juga merupakan salah satu kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki luas lahan dan agroklimat yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai usaha pertanian. Indonesia juga sejak lama dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008 Muhammad Lutfi Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal. Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN KONSEPTUAL Gambir merupakan salah satu produk ekspor Indonesia yang prospektif, namun hingga saat ini Indonesia baru mengekspor gambir dalam bentuk gambir asalan.

Lebih terperinci

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR

IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR IV. DESKRIPSI USAHA PENGOLAHAN TEPUNG UBI JALAR 4.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip Kelompok Tani Hurip terletak di Desa Cikarawang Kecamatan Darmaga. Desa Cikarawang adalah salah satu Desa di Kecamatan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.1. Kerangka Teoritis 3.1.2. Studi Kelayakan Proyek Gittinger (1986) mendefinisikan proyek pertanian sebagai suatu kegiatan investasi yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan

1. BAB I PENDAHULUAN. Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jahe (Zingiber officinale) dan kunyit (Curcuma longa) merupakan rempah-rempah Indonesia yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, umumnya dijadikan sebagai

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Kampung Budaya Sindangbarang, Desa Pasir Eurih, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya yang melimpah, baik berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, iklim yang bersahabat, dan potensi lahan yang besar. Pada

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

Studi kelayakan bisnis adalah kajian tentang berhasil tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus.

Studi kelayakan bisnis adalah kajian tentang berhasil tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. Pengertian Studi kelayakan bisnis adalah kajian tentang berhasil tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara terus menerus. 1 / 14 Pihak yang Berkepentingan - Pelaku bisnis dan investor

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian yang akan diangkat pada penelitian ini adalah Perencanaan budidaya ikan lele yang akan berlokasi di Desa Slogohimo, Wonogiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus tantangan baru yang harus dihadapi dalam pembangunan pertanian ke depan. Globalisasi dan liberasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Tataniaga Menurut Hanafiah dan Saefudin (2006) tataniaga dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan teknologi pengolahan sagu Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian 36 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur. Lokasi penelitian dipilih secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa daerah

Lebih terperinci

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell,

Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk. Pertanian, 2003). Adapun jenis-jenis paprika ada banyak, antara lain wonder bell, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paprika dengan nama latin Capsicum Annuum var Grossum ini termasuk ke dalam jenis hortikultura sayuran yang merupakan salah satu komoditas utama ekspor hortikultura Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional sangat penting karena sektor ini mampu menyerap sumber daya yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya yang ada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara mega diversity untuk tumbuhan obat di dunia dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 setelah BraziRismawati. Dari 40 000 jenis

Lebih terperinci

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. Pengembangan kawasan agribisnis hortikultura. 2. Penerapan budidaya pertanian yang baik / Good Agriculture Practices

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Penerapan kriteria optimasi yang digunakan untuk menganalisis kelayakan usaha dalam membuka cabang baru adalah dengan melakukan penghitungan

Lebih terperinci

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3

Proses dan Prosedur Ekspor. Pertemuan ke-3 Proses dan Prosedur Ekspor Pertemuan ke-3 PROSES PERDAGANGAN EKSPOR Kegiatan ekspor: Upaya seorang pengusaha dlm memasarkan komoditi yg dikuasainya ke negara lain atau bangsa asing, dg mendapatkan pembayaran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis menjelaskan mengenai teori-teori yang digunakan dalam penelitian yang berguna untuk membantu menjelaskan secara deskriptif

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG

KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG LAMPIRAN 83 Lampiran 1. Kuesioner kelayakan usaha KUESIONER PENELITIAN KELAYAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SILO JAGUNG di GAPOKTAN RIDO MANAH KECAMATAN NAGREK KABUPATEN BANDUNG SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang devisa,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Objek dan lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Ciafe yang merupakan jenis usaha yang bergerak dibidang jasa jahit dilihat dari aspek pasar dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beras merupakan makanan pokok di Indonesia. Beras bagi masyarakat Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik di negara ini. Gejolak

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Table 3.1 Definisi Kelayakan Investasi. Aspek Studi Kelayakan Bisnis

BAB 3 METODE PENELITIAN. Table 3.1 Definisi Kelayakan Investasi. Aspek Studi Kelayakan Bisnis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Kelayakan berikut: Penetapan kriteria optimasi dalam penelitian ini akan dijabarkan sebagai Aspek Studi Kelayakan Bisnis Aspek Pasar dan Pemasaran Aspek Sumber

Lebih terperinci