PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR :.. TANGGAL :.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR :.. TANGGAL :."

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM JAMKESMAS TA 2008 DAN SEMESTER I TA 2009 PADA PEMERINTAH KOTA PADANG DI PADANG PERWAKILAN BPK RI PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN ANGGARAN 2009 NOMOR :.. TANGGAL :.

2 DAFTAR ISI Halaman RESUME HASIL PEMERIKSAAN... i BAB I PENDAHULUAN... BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT... HASIL PEMERIKSAAN... Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Penyaluran Dana Kapitasi Puskesmas di Kota Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Tahun Sebelumnya, Penghitungan Alokasinya Tidak Berdasarkan Petunjuk Teknis dan Terdapat Perbedaan Jumlah Sisa Dana Tahun Sebelumnya Versi BKU Puskesmas Dengan Laporan Dinas Kesehatan Kota Padang Penggunaan Dana Jamkesmas Pada Beberapa Puskesmas di Kota Padang Sebesar Rp ,00 Tidak Sesuai Ketentuan Kebijakan Akuntansi Mengenai Perlakuan Penerimaan Luncuran Dana Jamkesmas dan Pengeluarannya Pada Puskesmas dan Rumah Sakit Yang Statusnya SKPD di Lingkungan Pemerintah Kota Padang Tidak Sesuai Dengan Pengelolaan Keuangan Daerah Terdapat Peserta Ganda Intra dan Antar Masterfile Peserta Jamkesmas dan Jamkesda Kota Padang Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Pasien Jamkesmas RSUD Kota Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan Luncuran Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUD Kota Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per Bulan pada Periode Sebelumnya RSUD Kota Padang Harus Menanggung Seluruh Biaya Pelayanan Pasien Maskin Yang Tidak Bisa Diklaim ke Jamkesmas Sebesar Rp , Sarana dan Prasarana RSUD Kota Padang Kurang Memadai Untuk Memberikan Pelayanan Sesuai Dengan Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Di Rumah Sakit Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp ,00 Yang Terdapat Pada Rekening Penampungan Dana Jamkesmas RSUD Kota Padang Tahun 2008 dan 2009 Tidak Disetorkan ke Kas Negara dan Dikenakan Pajak Sebesar Rp , Pengajuan Klaim Dana Jamkesmas Oleh Petugas Pengelola Jamkesmas RSUD Kota Padang Terlambat

3 12. Luncuran Awal Dana Jamkesmas Yang Diterima RSUP DR. M. Djamil Padang Tidak Memperhitungkan Sisa Dana Jamkesmas dan Rata-Rata Pembayaran Per Bulan di Rumah Sakit Direktur Utama RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membentuk Tim Pelaksana Program Jamkesmas RSUP Dr. M. Djamil Padang Tidak Membuat Laporan Pelayanan Sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Pencairan Klaim RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode September 2008 s.d. Juli 2009 Belum Berdasarkan Hasil Verifikasi Verifikator Independen Proses Entry Data Oleh Petugas Rumah Sakit RSUP Dr. M. Djamil Padang Untuk Mendukung Pengajuan Klaim Pasien Jamkesmas Terlambat Pasien Jamkesmas di RSUP Dr. M. Djamil Padang Masih Dikenakan Biaya Tambahan Terdapat Pengeluaran Dalam Rangka Kegiatan Manajemen Kepesertaan Yang Telah Dilakukan Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Selama Tahun 2009 Namun Belum Didukung Oleh Perjanjian Kerjasama Proses Pengumpulan Data dan Penggantian Kartu Peserta Jamkesmas Kota Padang dan Kabupaten Padang Pariaman Oleh PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Tertib Penanganan Keluhan Pasien Jamkesmas Tidak Dilaksanakan PT Askes (Persero) Kantor Cabang Padang Sesuai Ketentuan PT Askes (Persero) Cabang Padang Tidak Membuat Laporan Analisa Utilisasi Kepesertaan Program Jamkesmas dan Kebijakan Penyampaian Laporan Bulanan Secara Berjenjang Kurang Memperhatikan Kepentingan Rumah Sakit LAMPIRAN

4

5

6 BAB I PENDAHULUAN Dasar Pemeriksaan Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas didasarkan pada : 1. Pasal 23 E, Pasal 23 F, dan Pasal 23 G UUD 1945; 2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan; 5. Rencana Kegiatan Pemeriksaan (RKP) Tahun Anggaran 2009 Standar Pemeriksaa Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas dilakukan dengan mengacu kepada Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan dalam Peraturan BPK-RI Nomor 1 Tahun Jenis dan Tujuan Pemeriksaan Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu bersifat eksaminasi yang dilakukan untuk menilai apakah: 1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) atas manajemen kepesertaan, penyaluran dan penggunaan dana, pelayanan, serta pertanggungjawaban Program Jamkesmas telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai. 2. Dana Jamkesmas telah diterima oleh Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dalam jumlah, waktu dan cara yang tepat. 3. Pemerintah daerah telah memberikan kontribusi dana bagi masyarakat miskin (maskin) yang tidak tercatat sebagai peserta Jamkesmas. 4. Dana Jamkesmas telah dipergunakan tepat sasaran dan dipertanggungjawabkan sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang berlaku. Sasaran Pemeriksaan Berdasarkan tujuan pemeriksaan yang telah ditetapkan, sasaran pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi: 1. Kegiatan perencanaan dan penganggaran Program Jamkesmas pada Kantor Pusat Departemen Kesehatan (Depkes) yang mencakup kegiatan penetapan alokasi dana Program Jamkesmas ke dalam Daftar Isian Pengguna Anggaran (DIPA) masingmasing unit Eselon I Depkes, meliputi Sekretariat Jenderal (setjen) d.h.i. Biro Perencanaan dan Anggaran, Biro Umum, dan Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK); Direktrorat Jenderal Bina Pelayanan Medik (Ditjen Bina Yanmedik); Direktorat Jenderal Bina kesehatan Masyarakat (Ditjen Binkesmas); dan DIPA Dekonsentrasi Setjen Depkes pada masing-masing Dinas Kesehatan (Dinkes) provinsi. Program Jamkesmas Kota Padang halaman 1 dari 64

7 2. Kegiatan pendataan masyarakat miskin peserta Jamkesmas dan penganggaran dana kontribusi Program Jamkesmas oleh pemerintah daerah (Pemda). 3. Kegiatan manajemen kepesertaan Program Jamkesmas oleh PT Askes (Persero) pada Kantor Pusat, Kantor Regional, dan Kantor Cabang/Area Asisten Manajer (AAM) PT Askes (Persero). 4. Kegiatan penyaluran dana Jamkesmas dari Ditjen Bina Yanmedik ke masingmasing PPK Tingkat Lanjutan (RS) dan dari Ditjen Binkesmas ke puskesmas selaku PPK Tingkat Pertama. 5. Kegiatan penggunaan dan pertanggungjawaban dana Jamkesmas oleh PPK. 6. Kegiatan pelayanan Jamkesmas yang dilaksanakan oleh PPK Tingkat Pertama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan PPK Tingkat Lanjutan yang meliputi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP), Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta. 7. Kegiatan pembinaan, pemantauan/monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan oleh Tim Pengelola Pusat, Tim Pengelola Jamkesmas provinsi/kabupaten/kota dan ketertiban penyusunan dan penyampaian laporan secara berjenjang mulai dari RS/puskesmas (PPK), Tim Pengelola Program Jamkesmas tingkat provinsi/kabupaten/kota sampai dengan Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. Entitas yang Diperiksa Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas dilakukan terhadap entitas-entitas berikut: 1. Depkes meliputi Setjen d.h.i. PPJK dan Biro Umum; Ditjen Bina Yanmedik, dan Ditjen Binkesmas. 2. PT Askes (Persero) meliputi kantor pusat, kantor regional, dan kantor cabang. 3. Pemda provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Koordinasi Jamkesmas daerah. 4. Dinkes provinsi/kabupaten/kota sebagai Tim Pengelola Jamkesmas daerah. 5. RSUP, RSUD, RS Angkatan/Polri, RS Swasta, RS Jiwa, dan RS Kusta. 6. Puskesmas. Sedangkan entitas pemeriksaan atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas pada Pemerintah Kota Padang meliputi : 1. Dinas Kesehatan Kota Padang, Puskesmas, dan jaringannya 2. RSUD Kota Padang Tahun Anggaran yang Diperiksa Metodologi Pemeriksaan Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas meliputi TA 2008 dan semester I TA Pemeriksaan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Program Jamkesmas dilakukan untuk menilai aspek-aspek sesuai tujuan pemeriksaan, dilaksanakan secara uji petik (sampling) melalui: 1. Observasi fisik di PPK; Program Jamkesmas Kota Padang halaman 2 dari 64

8 2. Penyampaian kuesioner; 3. Wawancara; 4. Analisis dokumen; dan 5. Konfirmasi. Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan dilaksanakan secara serentak pada seluruh Provinsi di Indonesia. Untuk Provinsi Sumatera Barat, Entitas yang diperiksa adalah Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Pemerintah Kota Padang, Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman, RSUP M. Djamil, dan PT Askes Cabang Padang. Entitas yang diperiksa berdasarkan surat tugas dari Kepala Perwakilan BPK-RI Perwakilan Provinsi Sumatera Barat mulai Bulan Agustus dan berakhir Bulan September Cakupan Pemeriksaan Pemeriksaan dilaksanakan pada 33 pemerintah provinsi dan 63 pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia dengan total realisasi anggaran Tahun 2008 sebesar Rp ,00 dan realisasi anggaran sampai dengan semester I Tahun 2009 sebesar Rp ,00. Sesuai dengan sasaran pemeriksaan, seluruh Tim telah melaksanakan pemeriksaan terhadap entitas yang diperiksa dengan cakupan tahun 2008 sebesar Rp ,00 atau % dari realisasi anggaran dan untuk tahun 2009 sebesar Rp ,00 atau 35,78 % dari realisasi anggaran. Cakupan pemeriksaan pada pemerintah Kota Padang TA 2008 untuk dana kapitasi puskesmas-puskesmas sebesar Rp ,00, dana operasional Tim Pengelola dan Tim Koordinasi sebesar Rp ,00, dan RSUD Kota Padang sebesar Rp ,00. Sedangkan untuk TA 2009 (sampai dengan Agustus) dana kapitasi yang diterima Puskesmas sebesar Rp ,00, RSUD Padang sebesar Rp ,00. Dana tersebut merupakan dana jamkesmas yang diluncurkan oleh Departemen Kesehatan kepada Dinas Kesehatan dan RSUD Kota Padang. Hambatan Pemeriksaan Hambatan yang dihadapi selama pemeriksaan berlangsung adalah luasnya obyek pemeriksaan yang secara geografis tersebar dengan jarak yang relatif berjauhan sehingga menyulitkan pelaksanaan pemeriksaan sesuai batas waktu yang telah ditentukan dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Program Jamkesmas Kota Padang halaman 3 dari 64

9 BAB II GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Dasar hukum terkait dengan penyelenggaraan Jamkesmas Latar Belakang Penyelenggaraan Program Jamkesmas Pelaksanaan Program Jamkesmas mengacu pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H; 2. Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; 3. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 6. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 7. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Sejak tahun 1998, pemerintah melaksanakan berbagai upaya pemeliharaan kesehatan masyarakat miskin, yaitu: 1. Periode dengan nama Program Jaring Pengaman bidang Kesehatan (JPS-BK), untuk mengatasi krisis ekonomi tahun Periode dengan nama Program Penanggulangan Dampak Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PDPSE-BK). 3. Periode , dengan nama Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak bidang Kesehatan (PKPS BBM-BK). Dalam PKPS BBM-BK pemberi pelayanan kesehatan (PPK) yaitu rumah sakit (RS) dan puskesmas. Puskesmas dan RS menerima dana langsung untuk membiayai pelayanan kesehatan yang diberikan. Permasalahan yang dihadapi adalah terjadi defisit dana pada beberapa RS dan terjadi surplus dana dibeberapa puskesmas. 4. Periode , pemerintah mengeluarkan suatu Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (PJK MM), dimana pemerintah menunjuk PT Askes (Persero) sebagai badan pelaksana (Bapel PJKMM). Melalui program ini pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya serta pelayanan kesehatan rujuk di RS dikelola sepenuhnya oleh PT Askes (Persero). Karena terjadi kendala dilapangan, maka mulai semester II 2005 pelayanan kesehatan dasar di puskesmas dan jaringannya, pembiayaannya langsung ke puskesmas melalui Bank BRI. PT Askes (Persero) hanya mengelola pelayanan kesehatan rujukan bagi maskin yang dilayani oleh rumah sakit. 5. Periode Dalam rangka memberikan jaminan kesehatan kepada masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah melalui dana belanja bantuan sosial yang pengelolaannya dilaksanakan melalui mekanisme asuransi kesehatan sosial yang dikenal dengan Program Askeskin. Melalui Program Askeskin ini, pengelolaannya sepenuhnya ditugaskan kepada PT Askes (Persero). Hasil evaluasi Depkes, Program Askeskin diubah namanya menjadi Program Jamkesmas, antara lain dengan pertimbangan sebagai berikut: Program Jamkesmas Kota Padang halaman 4 dari 64

10 a. Belum adanya Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). b. Penyelenggaraan Askeskin kurang terkendali, hal ini terbukti dalam tahun 2007 terjadi defisit anggaran (hutang klaim) kepada PT Askes (Persero) sebesar Rp ,00. Perubahan dari Program Askeskin menjadi Program Jamkesmas, terjadi perubahan yang sangat mendasar, yaitu semula pengelolaannya sepenuhnya dilaksanakan oleh PT Askes (Persero), maka mulai tahun 2008 pengelolaan diambil alih langsung oleh pemerintah (Departemen Kesehatan), sementara PT Askes (Persero) hanya dilibatkan dalam manajemen kepesertaan. Maksud dan Tujuan Program Jamkesmas Berdasarkan Manlak tahun 2008, tujuan Program Jamkesmas adalah sebagai berikut: Tujuan Umum : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh maskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien. Tujuan Khusus : 1. Meningkatnya cakupan maskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas serta jaringannya dan di RS. 2. Mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya. 3. Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK Jamkesmas. 4. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel. Pengorganisasian Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009 menyatakan bahwa : 1. Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas terdiri dari Tim Pengelola dan Tim Koordinasi Jamkesmas di pusat, provinsi dan kabupaten/kota Tim Pengelola Jamkesmas bersifat internal lintas program di Depkes/Pusat dan Dinkes provinsi/kabupaten/kota. Tim Koordinasi Program Jamkesmas melaksanakan koordinasi penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat miskin yang melibatkan lintas sektor dan stakeholder terkait dalam berbagai kegiatan seperti koordinasi, sinkronisasi, pembinaan, pengendalian, dan lain-lain. 2. Pelaksana verifikasi di PPK Kepala Dinkes provinsi atas nama Menkes berdasarkan usul Kepala Dinkes kabupaten/kota menetapkan pelaksana verifikasi yang bertugas memverifikasi administrasi kepesertaan, pelayanan dan pembiayaan. 3. PT. Askes (Persero) PT Askes (Persero) pusat, regional, dan cabang/aam atas penugasan Menkes, melaksanakan tugas-tugas manajemen kepesertaan. Program Jamkesmas Kota Padang halaman 5 dari 64

11 Sasaran Kegiatan Program Jamkesmas Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, sasaran program adalah maskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya. Alokasi anggaran Jamkesmas tahun 2008 sebesar Rp ,00 dengan realisasi Rp ,00. Sedangkan tahun 2009 sebesar Rp ,00 dengan realisasi sampai semester 1 tahun 2009 adalah Rp ,00. Rincian selengkapnya tampak dalam lampiran 1. Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel dapat diketahui bahwa, realisasi anggaran tahun 2008 sebesar Rp ,00, terinci: 1. Biaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh puskesmas dan rumah sakit mencapai Rp ,00, terbagi: a. Puskesmas untuk pelayanan dasar sebesar Rp ,00 b. Rumah sakit untuk pelayanan rujukan sebesar Rp ,00 diantaranya sebesar Rp ,00 untuk pelunasan hutang Askeskin tahun Biaya manajemen kepesertaan PT Askes (Persero) sebesar Rp , Biaya operasional Tim Pengelola, Tim Koordinasi Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sebesar Rp ,00 Kepesertaan Berdasarkan Manlak Jamkesmas tahun 2008 dan 2009, penyelenggaraan manajemen kepesertaan Program Jamkesmas tahun 2008 dan semester I tahun 2009 dilaksanakan secara nasional dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat, Pemda dan PT Askes (Persero). Peserta Program Jamkesmas tahun 2008 adalah setiap orang miskin dan tidak mampu, yang terdaftar dan memiliki kartu Jamkesmas dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Sejak awal September 2008, penggunaan SKTM tidak berlaku lagi, dan hanya peserta yang memiliki kartu Jamkesmas yang dapat dijamin oleh program ini. Untuk tahun 2009, peserta Program Jamkesmas adalah pemegang kartu Jamkesmas dan pemegang kartu Program Keluarga Harapan (PKH). Jumlah sasaran peserta Program Jamkesmas tahun 2008 dan tahun 2009 bersumber dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006, yaitu sebesar 19,1 juta Rumah Tangga Miskin (RTM) atau sekitar 76,4 juta jiwa, yang terdiri dari jiwa kuota untuk kabupaten/kota dan jiwa kuota bagi gelandangan, pengemis, anak terlantar dan maskin yang tidak mempunyai identitas. Data BPS tahun 2006 dengan jumlah masyarakat miskin sebanyak 19,1 juta RTM yang bersangkutan merupakan hasil pendataan sosial ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2005 dengan menggunakan 14 variabel/kriteria. Angka tersebut dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara nasional oleh Menkes. Berdasarkan jumlah sasaran nasional tersebut Menkes membagi alokasi sasaran kuota kabupaten/kota, kemudian bupati/walikota menetapkan peserta Jamkesmas kabupaten/kota dalam satuan jiwa berisi nomor, nama dan alamat peserta dalam bentuk keputusan bupati/walikota. Apabila jumlah peserta Jamkesmas yang ditetapkan bupati/walikota melebihi dari jumlah kuota yang telah ditentukan, maka menjadi tanggung jawab Pemda setempat. Kemudian daftar tersebut segera dikirimkan dalam Program Jamkesmas Kota Padang halaman 6 dari 64

12 Pelayanan Kesehatan Pelayanan di Puskesmas dan Jaringannya bentuk softcopy dan hardcopy kepada PT Askes (Persero), RS peserta Jamkesmas, Dinkes provinsi/kabupaten/kota dan Depkes. Terkait administrasi kepesertaan pada Program Jamkesmas, Depkes melakukan Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan PT Askes (Persero) No 213/MENKES/PKS/III/2008 dan 41/KTR/0308 tanggal 3 Maret Dalam PKS Pasal 6, PT Askes (Persero) mempunyai kewajiban melakukan advokasi kepada bupati/walikota & jajarannya termasuk Dinas Sosial (Dinsos), membuat database kepesertaan dan mendistribusikan data peserta (masterfile) kepada RS/Balai Kesehatan Indera Masyarakat (BKIM)/Balai Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM)/Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM)/ Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)/Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Paru (BP4), Dinkes provinsi/kabupaten/kota, dan data peserta nasional kepada Depkes. Selain itu melakukan pencetakan blangko, entry data, penerbitan dan pendistribusian kartu, dan melakukan analisis kepesertaan berdasarkan aspek demografi (umur dan jenis kelamin). Penyelenggaraan Program Jamkesmas tahun 2009 oleh PT Askes (Persero) didasarkan pada surat Menkes No. 1199/Menkes/XII/2008 tanggal 30 Desember 2008 perihal Penugasan PT Askes (Persero) dalam Jamkesmas Namun PKS antara Depkes dan PT Askes (Persero) sampai 30 Juni 2009 belum ditandatangani karena belum ada kesepakatan standar perhitungan biaya yang dipergunakan. Depkes berdasarkan Standar Biaya Umum (SBU) APBN sedangkan PT Askes (Persero) berdasarkan SBU Korporat. Penyelenggaraan manajemen kepesertaan ini bertujuan untuk menerbitkan kartu peserta bagi yang berhak melalui pembentukan Masterfile Nasional berdasarkan jumlah maskin yang ditetapkan dalam Surat Keputusan (SK)/Surat Pernyataan (SP) bupati/walikota yang menjadi dasar identifikasi peserta untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan dalam Program Jamkesmas ini menerapkan pelayanan berjenjang berdasarkan rujukan. Pelayanan rawat jalan tingkat primer diberikan di puskesmas dan jaringannya. Pelayanan rawat jalan lanjutan diberikan di RS dan BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM. Setiap peserta Jamkesmas mempunyai hak mendapat pelayanan kesehatan dasar meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan (RJ) dan rawat inap (RI), serta pelayanan kesehatan rujukan rawat jalan tingkat lanjutan (RJTL), rawat inap tingkat lanjutan (RITL) dan pelayanan gawat darurat (IGD). Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi peserta adalah sebagai berikut: 1. Peserta harus menunjukkan kartu yang keabsahan kepesertaannya merujuk kepada daftar maskin yang ditetapkan oleh bupati/walikota setempat. 2. Apabila peserta Jamkesmas memerlukan pelayanan kesehatan rujukan, maka yang bersangkutan dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan rujukan disertai surat rujukan dan kartu peserta yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. 3. Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan dasar berkunjung ke puskesmas dan jaringannya. Tata cara pelayanan kesehatan dasar di puskesmas diatur dalam Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya tahun 2008, berdasarkan Keputusan Dirjen Binkesmas No. HK.02.03/BI.3/2318/08 tanggal 21 Agustus Program Jamkesmas Kota Padang halaman 7 dari 64

13 Pelayanan di Rumah Sakit Ruang lingkup pelayanan kesehatan Program Jamkesmas di puskesmas dan jaringannya adalah upaya kesehatan perorangan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) bagi peserta Jamkesmas meliputi pelayanan Rawat Jalan Tingkat Primer (RJTP), Rawat Inap Tingkat Primer (RITP), persalinan, spesialistik, rujukan, dan upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang terbatas pada pencegahan yang bersifat sekunder, yaitu diagnosis awal kemungkinan berkembangnya suatu penyakit dan tindakan yang tepat untuk mengurangi faktor resiko ancaman penyakit tersebut terhadap masyarakat. Manajemen pengelolaan puskesmas merupakan tahapan dalam pengelolaan administrasi yang perlu diperhatikan meliputi: 1. Perencanaan Penyusunan Plan Of Action (POA) merupakan unsur perencanaan yang wajib dibuat oleh Puskesmas dan harus mendapat persetujuan Kepala Dinkes kabupaten/kota untuk pencairan anggaran Program Jamkesmas. Periode POA dilaksanakan secara tahunan pada awal kegiatan dan POA bulanan/triwulanan sebagai rencana pelaksanaan kegiatan bulanan/triwulanan. 2. Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan diawali dengan proses lokakarya mini untuk membahas hasil kegiatan bulan lalu, hambatan/masalah yang dihadapi oleh puskesmas, dan penyusunan POA bulanan/triwulanan bulan selanjutnya. Lokakarya mini yang dilaksanakan oleh puskesmas diharapkan dihadiri oleh Tim Pengelola Jamkesmas Dinkes kabupaten/kota dan dilakukan kegiatan pembinaan/supervisi atas pelaksanaan kegiatan baik di dalam maupun di luar gedung. 3. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan monitoring ditujukan pada pemantauan pelaksanaan kegiatan sehari-hari termasuk penyelesaian pengaduan masyarakat dan kegiatan evaluasi berupa kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan yang berkesinambungan. Pelayanan rujukan dari puskesmas ke RS dilakukan untuk rawat inap dan pertolongan atas gawat darurat. Pelayanan rawat inap rujukan dilakukan di ruang rawat inap kelas III di RS pemerintah termasuk RS khusus, RS TNI/POLRI dan RS swasta yang bekerjasama dengan Depkes. Depkes melalui Dinkes kabupaten/kota atas nama Menkes membuat PKS dengan RS setempat yang diketahui kepala Dinkes provinsi. Ruang lingkup pelayanan rujukan Program Jamkesmas Tahun 2008 di RS tersebut meliputi RJTL (spesialistik), RITL kelas III, pelayanan obat-obatan, pelayanan rujukan spesimen dan penunjang diagnostik. Prosedur untuk memperoleh pelayanan kesehatan tingkat lanjut bagi peserta Jamkesmas: 1. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan (RJTL dan RITL), dirujuk dari puskesmas dan jaringannya disertai kartu peserta Jamkesmas atau surat/kartu PKH atau surat rujukan yang ditunjukkan sejak awal sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan. 2. Peserta harus menunjukkan Kartu Jamkesmas atau SKTM (sampai dengan 31 Agustus 2008), surat rujukan dari puskesmas di loket PPATRS, dilengkapi Kartu Program Jamkesmas Kota Padang halaman 8 dari 64

14 Keluarga (KK) atau Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk diverifikasi kebenaran dan kelengkapannya dan selanjutnya PPATRS mengeluarkan Surat Keabsahan Peserta (SKP). Tata cara penerbitan SKP berpedoman pada Keputusan Direksi PT Askes No. 143/KEP/0408 tanggal 18 April 2008 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Tahun Anak terlantar, pengemis dan gelandangan yang belum teridentifikasi dan belum mempunyai kartu Jamkesmas, bersangkutan masih dapat dilayani dengan mendapatkan surat keterangan/rekomendasi yang dikeluarkan oleh Dinsos setempat. Pada kasus-kasus tertentu yang dilayani di IGD peserta harus menunjukkan kartu peserta atau SKTM dan surat rujukan dari puskesmas di loket pusat PPATRS. Bila peserta tidak dapat menunjukkan kartu peserta atau SKTM sebelum mendapatkan pelayanan kesehatan, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk menunjukkan kartu tersebut. Pada kondisi tertentu (anak terlantar, gelandangan, pengemis, karena domisili yang tidak memungkinkan segera mendapatkan SKTM) di mana yang bersangkutan belum mampu menunjukkan identitas sebagaimana dimaksud di atas, maka direktur RS dapat menetapkan status miskin atau tidak miskin yang bersangkutan. Jika selama tenggang waktu tersebut pasien miskin belum mampu menunjukkan identitas miskinnya, pasien tersebut tidak boleh dibebankan biaya dan seluruh pembiayaannya menjadi beban RS dan untuk selanjutnya diklaimkan ke Depkes. 3. Bayi-bayi yang terlahir dari keluarga peserta Jamkesmas secara otomatis menjadi peserta dengan merujuk pada kartu orang tuanya. Bila bayi memerlukan pelayanan dapat langsung diberikan pelayanan dengan menggunakan identitas kepesertaan orangtuanya dan dilampirkan surat kenal lahir dan KK orang tuanya. Pelayanan persalinan normal dibayarkan secara paket baik ibu maupun bayinya, akan tetapi apabila bayi yang mempunyai kelainan dan memerlukan pelayanan khusus dapat diklaimkan terpisah sesuai dengan diagnosanya. 4. Ruang lingkup pelayanan kesehatan tahun 2009 sama dengan di tahun Untuk kasus kronis tertentu yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, surat rujukan dapat berlaku selama 1 bulan (seperti Diabetes Mellitus). Untuk kasus kronis khusus seperti kasus gangguan jiwa dan kasus pengobatan paru, surat rujukan dapat berlaku sampai dengan 3 bulan. 6. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan antar daerah dilengkapi surat rujukan dari RS yang merujuk, copy kartu peserta atau surat keterangan/rekomendasi dari Dinsos (bagi gelandangan pengemis, anak dan orang terlantar) serta kartu PKH bagi peserta PKH yang belum mempunyai kartu Jamkesmas serta surat pengantar dari petugas yang memverifikasi kepesertaan. Pada kasus-kasus rujukan antar daerah, petugas yang memverifikasi kepesertaan pada RS rujukan dapat melakukan konfirmasi ke database kepesertaan melalui petugas PT Askes (Persero) tempat asal pasien. Bagi PPK penerima rujukan, wajib memberikan jawaban atas pelayanan rujukan (rujukan balik) ke PPK yang merujuk disertai keterangan kondisi pasien dan tindak lanjut yang harus dilakukan. 7. Pada keadaan gawat darurat (emergency), apabila setelah penanganan kegawatdaruratannya peserta memerlukan rawat inap dan identitas kepesertaanya belum Program Jamkesmas Kota Padang halaman 9 dari 64

15 lengkap, maka yang bersangkutan diberi waktu 2 x 24 jam hari kerja untuk melengkapinya atau status kepesertaannya dapat merujuk pada database kepesertaan yang dilengkapi oleh petugas PT Askes (Persero). Untuk penanganan gawat darurat, seluruh PPK wajib memberikan pelayanan penanganan gawat darurat kepada peserta Jamkesmas walaupun tidak sebagai PPK jaringan Jamkesmas. Selanjutnya PPK tersebut segera merujuk ke PPK jaringan Jamkesmas untuk penanganan lebih lanjut. 8. Pelayanan obat di RS dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Untuk memenuhi kebutuhan obat dan bahan medis habis pakai (BMHP) di RS, Instalasi Farmasi/Apotik RS bertanggungjawab menyediakan semua obat dan bahan habis pakai yang diperlukan. Meski telah diberlakukan Indonesia Diagnose Related Group (INA-DRG), pemberian obat didorong agar menggunakan formularium obat Jamkesmas di RS. Pada tahun 2009, ketersediaan obat dan beberapa alat dan BMHP, dilakukan dengan perjanjian kesepahaman dan penugasan beberapa BUMN farmasi oleh Menkes. 2) Pemberian obat untuk pasien diberikan untuk 3 hari kecuali untuk penyakitpenyakit kronis tertentu dapat diberikan lebih dari 3 hari sesuai dengan kebutuhan medis. Pemberian obat dilakukan dengan efisien dan mengacu pada clinical pathway. 9. Sebanyak 15 RSUP Vertikal di seluruh Indonesia (rincian pada lampiran 2) per 1 September 2008 ditetapkan sebagai proyek percontohan penerapan sistem INA- DRG di Indonesia. Sedangkan untuk RS lainnya baru menerapkan sistem tersebut per 1 Januari Pemberlakuan INA-DRG tersebut memerlukan persiapan perangkat keras, perangkat lunak, administrasi klaim, dan proses verifikasi, serta SDM. Software INA-DRG baru tiba di PPK tingkat lanjut pada Bulan April 2009 yang membutuhkan proses install dan pelatihan/sosialisasi bagi petugas entry data RS dan verifikator independen. Software ini baru dapat dipergunakan pada Bulan Juli 2009 untuk memverifikasi pertanggungjawaban berkas klaim mulai 1 Januari Pelayanan kesehatan RJTL dan RITL di RS dilakukan secara terpadu sehingga biaya pelayanan kesehatan diklaimkan dan diperhitungkan menjadi satu kesatuan menurut INA-DRG. Agar software ini dapat berjalan dengan baik, dokter harus menuliskan diagnosa menurut ICD-X dan atau ICD-IX CM, melaksanakan pelayanan sesuai dengan clinical pathway dan menggunakan sumber daya yang paling efisien. Coders melakukan pengecekan kesesuaian diagnosa dan selanjutnya melakukan entry pada software INA-DRG. Selanjutnya petugas administrasi klaim RS melakukan klaim dan melengkapi data tambahan yang diperlukan seperti nama pasien, nomor SKP, nama dokter penanggung jawab, tanda tangan dokter, surat rujukan dan pengesahan Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab oleh RS (pada kasus severity level 3) dengan menggunakan format klaim (software) yang ditentukan dan verifikator melakukan verifikasi klaim RS. 11. Apabila dalam proses pelayanan terdapat diagnosa penyakit/prosedur yang belum tercantum baik kode maupun tarifnya dalam Tarif Paket INA-DRG (ungroupable), maka Balai-Balai Kesehatan/RS melaporkannya ke Center for Program Jamkesmas Kota Padang halaman 10 dari 64

16 Casemix/Ditjen Bina Yanmedik untuk dilakukan penetapannya. Pengaturan khusus untuk pelaksanaan INA-DRG dilakukan dengan petunjuk teknis tersendiri, SK dan surat edaran (SE) lainnya. Proses aktivasi software INA-DRG dilakukan dengan konsultasi. 12. Pada kasus-kasus dengan diagnosa yang kompleks dengan severity level-3 menurut kode INA-DRG selain harus dilengkapi butir 10 diatas, harus juga mendapatkan pengesahan dari Komite Medik atau Direktur Pelayanan atau Supervisor yang ditunjuk untuk dan yang diberi tanggung jawab oleh RS. 13. Pasien yang masuk ke instalasi rawat inap melalui instalasi rawat jalan atau instalasi gawat darurat hanya diklaim menggunakan satu kode INA-DRG dengan jenis pelayanan rawat inap. 14. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan dua atau lebih diagnosa akan tetapi diagnosa tersebut merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya maka diklaimkan menggunakan satu kode INA-DRG. 15. Pasien yang datang kedua atau lebih instalasi rawat jalan dengan kasus yang bukan merupakan diagnosa sekunder dari diagnosa utamanya dapat diklaimkan menurut diagnosa masing-masing. Setiap pasien yang datang untuk kontrol ulang di instalasi rawat jalan, diagnosa utamanya menggunakan kode Z. 16. Agar pelayanan berjalan dengan lancar, RS bertanggungjawab untuk menjamin ketersediaan Alat Medis Habis pakai (AMHP), obat, dan darah. Untuk menjamin ketersediaan dan harga obat/vaksin/serum di pusat dan daerah serta di Balai-Balai dan RS, dilakukan kesepakatan kerja sama antara Menkes dan konsorsium BUMN Farmasi. RS dan balai-balai kesehatan menindaklanjutinya dengan kerjasama teknis dengan mengacu kepada pedoman pelaksanaan kesepakatan kerjasama tersebut 17. Dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta, tidak boleh dikenakan iur biaya oleh PPK dengan alasan apapun. Pendanaan Pendanaan Program Jamkesmas merupakan program bantuan sosial (bansos). Pembayaran ke RS dalam bentuk paket berdasarkan klaim. Khusus untuk BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM pembayaran paket disetarakan dengan tarif paket pelayanan rawat jalan dan/atau rawat inap RS. Pembayaran ke PPK disalurkan langsung dari Kas Negara melalui PT Pos Indonesia (Persero) ke puskesmas dan KPKN melalui Bank BRI ke rekening BRI RS/BKMM/BBKPM/ BKPM/BP4/BKIM. Peserta tidak boleh dikenakan iur biaya dengan alasan apapun. 1. Sumber dan Alokasi Dana Jamkesmas Sumber Dana Jamkesmas berasal dari APBN sektor Kesehatan TA 2008 dan TA 2009 serta kontribusi APBD. Sumber dana APBN terdiri dari: 1) Biro Umum Setjen Depkes untuk honor tim verifikator independen; 2) Dana dekonsentrasi (Program Kebijakan Manajemen dan Pembangunan Kesehatan) untuk biaya operasional manajemen di Dinkes provinsi yang melekat di Satuan Kerja (Satker) 01 Setjen; 3) DIPA PPJK untuk dana operasional PPJK, selaku Tim Pengelola Pusat; Program Jamkesmas Kota Padang halaman 11 dari 64

17 4) Ditjen Binkesmas untuk pelayanan di puskesmas dan jaringannya, tambahan kegiatan pelayanan di puskesmas dan jaringannya (buffer stock), dana Tim Pengelola dan Koordinasi provinsi/kabupaten/kota; 5) Ditjen Bina Yanmedik untuk biaya di RS/PPK tingkat lanjut dan biaya manajemen kepersertaan ke PT Askes (Persero). Pemerintah daerah berkontribusi dalam menunjang dan melengkapi pembiayaan pelayanan kesehatan bagi maskin di daerah masing-masing, meliputi: 1) Maskin yang tidak masuk dalam pertanggungan kepesertaan Jamkesmas. Kontribusi Pemda provinsi/kabupaten/kota seyogyanya mengikuti pola Jamkesmas. Terkait pelayanan pasien diluar kuota Jamkesmas, pemda setempat harus membuat komitmen/pks dengan RS rujukan. 2) Selisih harga diluar jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun Dengan diberlakukannya INA-DRG mulai tahun 2009, pelayanan RS diharapkan dapat dilakukan dengan cost efficient dan cost effective agar biaya pelayanan seimbang dengan tarif INA-DRG. 3) Biaya transportasi rujukan dan rujukan balik pasien maskin dari RS kabupaten/kota ke RS yang dirujuk. Sedangkan biaya transportasi rujukan dari puskesmas ke RS/BKMM/BBKPM/BKPM/BP4/BKIM ditanggung oleh biaya operasional puskesmas, sedangkan transportasi pemulangan pasien dari RS serta rujukan dari RS ke sarana pelayanan kesehatan lainnya menjadi tanggung jawab Pemda asal PPK lanjutan yang merujuk. 4) Penanggungan biaya transportasi pendamping pasien rujukan; 5) Pendamping pasien rawat inap; dan 6) Menanggulangi kekurangan dana operasional puskesmas. 2. Mekanisme Pendanaan meliputi: 1) Dasar Peluncuran Dana Jamkesmas (1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya Menkes menetapkan besarnya dana yang akan diluncurkan ke tiap kabupaten/kota. Berdasarkan SK Menkes tersebut, Dinkes kabupaten/kota menetapkan SK alokasi dana setiap puskesmas di wilayahnya. Alokasi dana di tiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah maskin dan tidak mampu yang ditetapkan Menkes berdasarkan kuota dikalikan Rp1.000,00 dikalikan 12 bulan. Langkah-langkah dalam penerbitan SK Kepala Dinkes kabupaten/kota yaitu menetapkan alokasi dana rawat inap untuk puskesmas perawatan dengan cara menghitung utilisasi pelayanan rawat inap tahun sebelumnya di masing-masing puskesmas perawatan. Kemudian, sisa alokasi dana setelah dikurangi untuk puskesmas perawatan dibagi ke seluruh puskesmas secara proporsional. Jumlah dana yang diluncurkan pada tahun 2008 berdasarkan SK Menkes No. 483/Menkes/SK/V/2008 sebesar Rp ,00. Selain dana tersebut juga terdapat dana tambahan untuk kegiatan pelayanan di puskesmas dan jaringannya (buffer stock) sebesar Rp ,00. Sedangkan dana yang diluncurkan pada tahun 2009, berdasarkan SK Program Jamkesmas Kota Padang halaman 12 dari 64

18 Menkes No. 256/Menkes/SK/IV/2009 adalah sebesar Rp ,00. (2) PPK tingkat lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/BP4/BKIM Sumber dana pelayanan kesehatan di RS/BBKPM/BKMM/ BKPM/BP4/BKIM didasarkan pada DIPA Ditjen Bina Yanmedik yang didistribusikan ke PPK tingkat lanjut dalam empat tahapan luncuran. Dalam rangka penyaluran dana Jamkesmas tersebut, Depkes mengadakan kerja sama dengan PT BRI (Persero) Tbk No. HK.06.01/I-3/643/2008 dan B.057-DIR/HBL/02/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Penyaluran Dana Penyelenggaraan Program Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin Tahun Melalui Surat Ditjen Bina Yanmedik No. PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal Pembukaan Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin di RS tahun 2008, Depkes meminta masing-masing RS untuk membuka Rekening Giro pada Bank BRI di masing-masing tempat domisili RS. Penggunaan rekening tersebut berlanjut hingga luncuran dana tahun Luncuran selama Tahun 2008 sebesar Rp ,00 terinci: (1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No.119/Menkes/SK/II/2008 tanggal 6 Februari 2008 sebesar Rp ,00; (2)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No.514/Menkes/SK/VI/2008 tanggal 6 Juni 2008 sebesar Rp ,00; (3)) Luncuran 3 berdasarkan SK Menkes No.1050/Menkes/SK/XI/2008 tanggal 11 November 2008 sebesar Rp ,00; (4)) Luncuran 4 berdasarkan SK Menkes No.1150/Menkes/SK/XII/2008 tanggal 5 Desember 2008 sebesar Rp ,00. Luncuran s.d Juni 2009 sebesar Rp ,00 terinci: (1)) Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No. 124/Menkes/SK/II/2009 tanggal 6 Februari 2009 sebesar Rp ,00; (2)) Tambahan Luncuran 1 berdasarkan SK Menkes No. 346/Menkes/SK/V/2009 tanggal 7 Mei 2009 sebesar Rp ,00; (3)) Luncuran 2 berdasarkan SK Menkes No. 434/Menkes/SK/VI/2009 tanggal 18 Juni 2009 sebesar Rp ,00. (3) Dana bagi Manajemen Kepesertaan Berdasarkan PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) No. 213/Menkes/ PKS/III/2008 dan No. 41/KTR/0308 tentang Manajemen Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas Tahun 2008 tanggal 3 Maret 2008 dengan total biaya sebesar Rp ,00. Pembayaran dilakukan dalam empat tahap: (1)) Tahap 1 sebesar 20% atau Rp ,00 pada tanggal ditandatanganinya perjanjian; Program Jamkesmas Kota Padang halaman 13 dari 64

19 (2)) Tahap 2 sebesar 30% atau Rp ,00 setelah pendistribusian blanko kartu ke Kantor Cabang PT Askes (Persero) mencapai 50%; (3)) Tahap 3 sebesar 40% atau Rp ,00 setelah 70% Kartu Peserta diserahkan kepada Peserta; (4)) Tahap 4 sebesar 10% atau Rp ,00 setelah menyerahkan Laporan Manajemen Kepesertaan Triwulan III. Pembiayaan manajemen kepesertaan pada penyelenggaraan Program Jamkesmas tahun 2009 belum diperoleh kesepakatan biaya antara Depkes dan PT Askes (Persero). (4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota Penggunaannya untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) Pembayaran honorarium dan operasional (2) Koordinasi pelaksanaan, konsultasi dan pembinaan program (3) Sosialisasi program bagi stakeholder dan melalui media (4) Rekrutmen tenaga verifikator independen Jamkesmas (5) Evaluasi program di provinsi/kabupaten/kota (6) Pengelolaan Pelaporan Pelaksanaan Jamkesmas di provinsi/ kabupaten/kota. Disamping itu, untuk menunjang kelancaran pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan jaringannya disediakan pula dana Operasional Manajemen melalui DIPA Sesditjen Binkesmas langsung ke Dinkes provinsi/kabupaten/kota. 2) Pencairan dan pemanfaatan dana Jamkesmas (1) PPK tingkat pertama di puskesmas dan jaringannya Tata cara penyaluran dana ke rekening puskesmas diatur dalam Petunjuk Teknis Jamkesmas di Puskesmas dan Jaringannya dimuat dalam Bab III tahun 2008 dan Bab IV tahun Penyaluran dana pelayanan kesehatan ke puskesmas dan jaringannya dilakukan melalui PT Pos Indonesia (Persero) berdasarkan PKS No. HK.06.01/BI.1/1938/2008 dan No. 56/DIRBISKUG/0708 tanggal 7 Juli 2008, dengan addendum No. HK.06.01/BI.1/3073/2008 dan No. 95/DIRBISKUG/1108 tanggal 3 November 2008, serta PKS No. 400/YANKESDAS/V/2009 dan No. 28/DIRBISKUG/ 0509 tanggal 13 Mei 2009 tentang Penyaluran Dana Kegiatan Pelayanan Kesehatan Bagi Seluruh Penduduk di Puskesmas dan Jaringannya. Jangka waktu penyaluran dana ke PPK maksimum 75 hari kalender atau sampai dengan tanggal 4 Agustus Dana diluncurkan oleh KPKN Jakarta V melalui PT Pos Indonesia (Persero) Sentral Giro Pos dan Layanan Keuangan (SGLK), untuk selanjutnya dikirim ke Kantor Pos Pemeriksa (KPRK) dan diteruskan ke Kantor Pos Bayar sebagai rekening giro pos puskesmas. Pencairan dana di puskesmas dilaksanakan dengan membuat POA berdasarkan kesepakatan dalam lokakarya mini, laporan pemanfaatan Program Jamkesmas Kota Padang halaman 14 dari 64

20 dana sebelumnya, dan laporan hasil kegiatan untuk diverifikasi oleh Tim Pengelola Jamkesmas Dinkes kabupaten/kota yang hasilnya dilaporkan ke Dinkes kabupaten/kota. Berdasarkan persetujuan kepala Dinkes kabupaten/kota, puskesmas menarik dana dari rekening giro pos untuk menjadi dana operasional puskesmas. (2) PPK Tingkat Lanjut di RS/BBKPM/BKMM/BKPM/ BP4/BKIM Tata cara pembayaran tiap tahap luncuran diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2008 Bab V tentang Tata laksana Pendanaan. Luncuran tahap pertama, diperhitungkan berdasarkan rata-rata pembayaran per bulan di RS pada tahun sebelumnya. Tahap kedua, dana pelayanan kesehatan diluncurkan setelah klaim RS diverifikasi oleh tim verifikator dengan mengacu pada jenis paket dan tarif pelayanan kesehatan tahun Berdasarkan penjelasan dari Tim Pengelola Jamkesmas Pusat, mekanisme luncuran tahun 2008 belum sesuai dengan ketentuan dalam pedoman pelaksanaan karena sarana dan prasarana yang mendukung belum siap (dana DIPA yang terlambat, perubahan dari sistem Askeskin tahun 2007 ke sistem Jamkesmas tahun 2008, tenaga verifikator dan pemahaman tim medis terhadap penerapan INA-DRG). Dana luncuran tahap kedua dan seterusnya tetap diluncurkan, tanpa menunggu verifikasi dari verifikator independen. Untuk periode klaim Bulan Juli Desember tahun 2008, dasar besaran klaim RS mengacu pada Tarif Paket Jamkesmas (INA-DRG). Pemanfaatan dana yang ada di RS/BBKPM/BKMM/ BKPM/BP4/BKIM, antara lain digunakan untuk jasa medik/pelayanan, jasa sarana, pemenuhan kebutuhan BMHP, dana operasional, pemeliharaan, obat, darah dan kebutuhan administrasi lainnya. Penyaluran dana pelayanan kesehatan di PPK tingkat lanjut pada tiap tahunnya dilakukan dengan cara transfer luncuran dana dari rekening Bank Operasional I (BO I) KPKN langsung ke rekening RS berdasarkan SP2D dan SPM yang dikeluarkan Tim Pengelola Pusat. Rekening RS tersebut adalah rekening BRI yang dibuka untuk Bantuan Sosial bagi Pelayanan Kesehatan masyarakat miskin sesuai perintah Surat Ditjen Bina Yanmedik No. PR.03.01/I.1/655/08 tanggal 8 Februari 2008 perihal Pembukaan Rekening Bank Pemerintah Bagi Pelayanan Kesehatan Maskin di RS tahun Untuk mendapatkan otorisasi dari luncuran dana Jamkesmas, PPK tingkat lanjut mengajukan klaim yang telah diverifikasi oleh verifikator independen, dan laporan pertanggungjawaban dana Jamkesmas kepada Depkes atau PPJK sebagai Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. Uraian lebih lanjut tentang administrasi klaim dan verifikasi oleh tim verifikator diatur dalam Petunjuk Teknis Administrasi Klaim dan Verifikasi Program Jamkesmas Tahun 2008 yang dikeluarkan oleh PPJK. Administrasi klaim dan verifikasi pada tahun 2009 masih mengacu pada petunjuk teknis yang digunakan pada tahun (3) Manajemen Kepesertaan Program Jamkesmas Kota Padang halaman 15 dari 64

21 Pencairan dana manajemen kepesertaan pada tahun 2008 dilaksanakan dalam empat tahap. PKS antara Depkes dengan PT Askes (Persero) untuk Tahun 2009 belum dibuat dan DIPA Ditjen Bina Yanmedik belum menganggarkan manajemen kepesertaan tersebut (masih akan dibuat revisi DIPA). (4) Dana Operasional Manajemen Tim Pengelola Provinsi/ Kabupaten/Kota Pencairan dan pemanfaatan dana bagi operasional manajemen tidak optimal karena selain DIPA Dekonsentrasi secara definitif baru bisa dicairkan pada Bulan September Sedangkan dana bansos dari DIPA Ditjen Binkesmas bagi Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi/Kabupaten/Kota, SP2D-nya baru terbit tanggal 4 November Pertanggungjawaban dana Jamkesmas Pemantauan dan Evaluasi Program Pelaksanaan verifikasi di puskesmas dilakukan oleh Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota ketika puskesmas mengajukan permintaan pencairan dana. Sedangkan untuk RS, verifikasi dilakukan oleh tim verifikator independen. Syarat kelengkapan administrasi klaim yang harus dipenuhi terkait dengan pertanggungjawaban yang harus dilakukan oleh PPK kepada Depkes (PPJK sebagai Tim Pengelola Jamkesmas Pusat), yaitu: 1. Bukti kepesertaan, surat rujukan, dan surat keabsahan peserta; dan 2. Dokumen klaim pelayanan RJTL, RITL, IGD dan One Day Care (ODC), meliputi bukti pemeriksaan, bukti penunjang diagnosis, bukti tindakan medik, bukti diagnosis yang menyebutkan nama dokternya, bukti resep dokter, dan bukti billing pelayanan dari masing-masing unit pelayanan. Pemantauan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang kesesuaian antara rencana dengan pelaksanaan Program Jamkesmas, sedangkan evaluasi dilakukan untuk melihat pencapaian indikator keberhasilan. Pemantauan dan evaluasi diarahkan agar pelaksanaan program berjalan secara efektif dan efisien sesuai prinsip-prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pemantauan merupakan bagian program yang dilaksanakan oleh Dinkes provinsi/kabupaten/kota. Pemantauan dan evaluasi dilakukan secara berkala, baik bulanan, triwulanan, semester maupun tahunan, melalui: 1. Pertemuan dan koordinasi. 2. Pengelolaan pelaporan program (pengolahan dan analisis). 3. Kunjungan lapangan dan supervisi. 4. Penelitian langsung (survei/kajian). Untuk mendukung pemantauan dan evaluasi, dilakukan pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan Program Jamkesmas secara rutin setiap bulan. Data dan laporan dari puskesmas dan RS yang mengikuti Program Jamkesmas dikirim ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota untuk direkap (diolah dan dianalisa) dan selanjutnya dikirim ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi untuk direkap dan dilaporkan setiap bulan ke Tim Pengelola Jamkesmas Pusat. Tim Pengelola Jamkesmas kabupaten/kota membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) pelaporan ke puskesmas dan RS. Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi Program Jamkesmas Kota Padang halaman 16 dari 64

22 membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas Kabupaten/Kota. Tim Pengelola Jamkesmas Pusat membuat dan mengirimkan umpan balik (feedback) ke Tim Pengelola Jamkesmas Provinsi. Program Jamkesmas Kota Padang halaman 17 dari 64

23 BAB III HASIL PEMERIKSAAN Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Hasil pengujian terhadap SPI atas pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas menunjukkan terdapat kelemahan yang perlu mendapatkan perhatian, terutama dalam unsur kebijakan terkait pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas yang ditetapkan dengan SK Menkes (Manlak Program Jamkesmas). Manlak tersebut tidak dapat dijadikan landasan hukum bagi kegiatan yang melibatkan berbagai instansi lintas sektoral dan penetapan kebijakan dilaksanakan terlambat dan berlaku surut sehingga pelaksanaannya banyak terjadi ketidaksesuaian dengan Manlak yang dijadikan acuan. Kebijakan terkait pengelolaan dana Program Jamkesmas juga menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan karena bertentangan dengan kebijakan pengelolaan keuangan daerah. Kebijakan penetapan maskin peserta Program Jamkesmas yang diserahkan mekanismenya kepada Pemda juga menimbulkan banyak permasalahan, karena belum adanya pedoman mengenai pendataan maskin yang berhak. Dalam pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jamkesmas, pemerintah pusat dan daerah telah menetapkan SPI untuk memastikan tercapainya tujuan Program Jamkesmas. Namun dari hasil pemeriksaan masih ditemukan kelemahan SPI baik pada tingkat organisasi, kebijakan, perencanaan, prosedur kerja, pencatatan, pelaporan, personalia, dan pengawasan. Organisasi Dinas Kesehatan Kota Padang Pengorganisasian dalam penyelenggaraan Jamkesmas dimulai dari Tingkat Pusat hingga tingkat kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan apa yang tertuang didalam Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) 2008 dan Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Jamkesmas yang efektif dan efisien di tingkat kota/kabupaten, Pemerintah Kota Padang telah membentuk : a. Tim Pengelola Kota melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 5011 Tahun 2008 tanggal 3 Januari 2008 untuk periode Sedangkan untuk periode 2009 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Nomor 1085 Tahun 2009 yang bertugas untuk : 1. Melakukan manajemen kepesertaan, manajemen pelayanan kesehatan dan manajemen keuangan; 2. Mengkoordinasikan pelaksanaan verifikasi di PPK; 3. Menyusun dan membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Menteri Kesehatan melalui Dinas Kesehatan Propinsi setempat. dengan susunan sebagi berikut: a) Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kota Padang b) Kordinator : 1 orang c) Pelayanan : 1 orang d) Keuangan dan Adm : 1 orang e) Kepesertaan dan Kord. Verifikator : 1 orang b. Surat Keputusan Walikota Padang Nomor /SK.SB.Bappeda/I.08 tanggal 8 Januari 2008 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jaminan Pemeliharan Program Jamkesmas Kota Padang halaman 18 dari 64

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN

PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN PETUNJUK TEKNIS ADMINISTRASI KLAIM DAN VERIFIKASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT 2008 PADA PEMBERI PELAYANAN KESEHATAN TINGKAT LANJUTAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Jaminan Pelayanan Kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 27 TAHUN 2009 2009 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN)

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN) BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENINGKATKAN AKSES KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN (MASKIN) 3.1 Pelayanan Kesehatan Untuk Maskin di Indonesia Pelayanan publik yang disediakan oleh negara mencakup

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II PELAKSANAAN JAMKESMAS DI KOTA BANDUNG

BAB II PELAKSANAAN JAMKESMAS DI KOTA BANDUNG BAB II PELAKSANAAN JAMKESMAS DI KOTA BANDUNG II.1 Pengertian Jamkesmas Menurut sumber Dr.Suparyanto, M.Kes dari laman (page) web Jakarta : Dirjen Binkesmas. http://eprints.ui.ac.id Depkes. 2007. Pedoman

Lebih terperinci

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN

BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN 27 BAB 3 KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG KESEHATAN UNTUK MASYARAKAT MISKIN 3.1. Pelayanan Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan

Lebih terperinci

RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN

RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN Interview guide RESPON MASYARAKAT TERHADAP JAMKESMAS SEBAGAI UPAYA PELAYANAN KESEHATAN A. Profil informan Nama ; Umur : Jenis kelamin : Pendidikan : Pekerjaan : Penghasilan perbulan : B. Pengetahuan dan

Lebih terperinci

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini

PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN. Yulita Hendrartini PERAN DINKES DALAM SISTEM JAMINAN KESEHATAN Yulita Hendrartini PUSAT RS DR SARDJITO (Direktur) Siklus kendali mutu & biaya (Standar Pelayanan Medik / Formularium) Pemantauan utilisasi Penanganan keluhan

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA DI RUMAH SAKIT Dr. SOBIRIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER-35 /PB/2006 TENTANG PETUNJUK PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM JAMINAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 17 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN KOTA BAGI MASYARAKAT KOTA DUMAI TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN

Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN 14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina

Lebih terperinci

BEBERAPA KENDALA DALAM PELAKSANAAN JAMKESMAS TAHUN 2008 MELIPUTI:

BEBERAPA KENDALA DALAM PELAKSANAAN JAMKESMAS TAHUN 2008 MELIPUTI: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menetapkan

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER ABDOER RAHEM KABUPATEN SITUBONDO

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 7 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

: Sekretaris Daerah Kota Medan

: Sekretaris Daerah Kota Medan Informan : Sekretaris Daerah Kota Medan 1. Database peserta Jamkesmas 2011 masih mengacu pada data makro BPS Tahun 2008, dan ditetapkan by name by address oleh Bupati/Walikota. Dengan demikian masih banyak

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN,

WALIKOTA TANGERANG SELATAN, WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 90 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS), JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA)

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA SURABAYA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 34 2012 SERI : E LIPERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 34 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51.A TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG 1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH (JAMKESMASDA) KABUPATEN SITUBONDO PROGRAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD)

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) 2008 DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. JAKARTA

PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) 2008 DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. JAKARTA 360.382 Ind P PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) 2008 DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. JAKARTA Katalog Dalam Terbitan, Departemen Kesehatan RI 360.382 Ind p Departemen Kesehatan RI,

Lebih terperinci

: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

: 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DAN PELAYANAN KESEHATAN MELALUI MEKANISME SURAT PERNYATAAN MISKIN

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DAN PEMANFAATAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) DAN JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI PUSKESMAS,

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 54 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah rumah sakit sangat diperlukan oleh masyarakat, oleh karena itu diperlukan upaya kesehatan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 3.1 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BANTUAN OPERASIONAL PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN JAMINAN PERSALINAN PADA PUSKESMAS DAN JARINGANNYA

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 22 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI RUMAH SAKIT MILIK PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN SOSIAL KESEHATAN SUMATERA SELATAN SEMESTA (JAMSOSKES SUMSEL SEMESTA) DI KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 61 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM ASURANSI KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS)

JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) I. Latar Belakang Pasal 33 UUD Negara RI Tahun 1945 mengamanatkan penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat. Pasal 34 ayat (2) juga mengamanatkan bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT, JAMINAN PERSALINAN, DAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI PUSKESMAS DAN JAJARANNYA

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG 1 BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 A TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DI KABUPATEN MADIUN Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5.A TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5.A TAHUN 2012 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 5.A TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GRATIS PADA PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT KUSTA LAULENG KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG BESARAN BIAYA DAN PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN PESERTA JAMINAN KESEHATAN BALI MANDARA DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENGAJUAN PERMINTAAN DAN PEMANFAATAN BIAYA YANG BERSUMBER DARI DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN TINGKAT LANJUTAN PADA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 19 SERI F NOMOR 315 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA CILEGON

BERITA DAERAH KOTA CILEGON BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 29 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan sehat dan sejahtera adalah hak setiap warga negara. Pemerintah selalu berusaha untuk memenuhi hak warga negaranya. Jumlah warga negara yang terganggu kesehatannya

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KLAIM JAMINAN KESEHATAN DAERAH DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA ASKES DAN ANGGOTA KELUARGANYA PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI, GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 51 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI PASIEN DENGAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH DI RUMAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN PELAYANAN KESEHATAN PASIEN MISKIN/TIDAK MAMPU DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN PERSALINAN KOTA MATARAM WALIKOTA MATARAM, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMKESMAS PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IDI DAN RUMAH SAKIT REHABILITASI MEDIK PEUREULAK SERTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR Nomor : 108 TAHUN 2009

KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR Nomor : 108 TAHUN 2009 Draf final KEPUTUSAN BUPATI POLEWALI MANDAR Nomor : 108 TAHUN 2009 TENTANG PENETAPAN TARIF DAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) UNTUK PUSKESMAS DAN TENAGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI

PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI 0 PEMERINTAH KOTA BUKITTINGGI PERATURAN DAERAH KOTA BUKITTINGGI NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG TARIF DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS BAGI PESERTA PT ASKES (PERSERO) DAN KELUARGANYA DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 1.A 2015 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 01. A TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN, PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN KEGAWATDARURATAN DAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

- 1 - WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG - 1 - WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN DAERAH KOTA TEGAL TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT TIDAK MAMPU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 40 2016 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TANGGAL : 17 MARET 2011

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TANGGAL : 17 MARET 2011 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 6 TAHUN 2011 TANGGAL : 17 MARET 2011 PETUNJUK TEKNIS JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN (JPKMM) KABUPATEN KARAWANG I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT

NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT =========================================================== PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN YANG DIJAMIN PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN DANA BANTUAN SOSIAL JAMINAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 75 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 75 TAHUN 2013 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR KUOTA JAMINAN

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN BUPATI DHARMASRAYA NOMOR : 7 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT (JAMKESMAS) Dl PUSKESMAS DAN JARINGANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI PONTIANAK, NOMOR 19 TAHUN 2013 DI PUSKESMAS DAN RSUD DENGAN STATUS NON BLUD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Republik Indonesia Nomor 1820);

BUPATI PONTIANAK, NOMOR 19 TAHUN 2013 DI PUSKESMAS DAN RSUD DENGAN STATUS NON BLUD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Republik Indonesia Nomor 1820); BUPATI PONTIANAK PERATURAN BUPATI PONTIANAK NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFATAAN DANA JAMKESMAS DI PUSKESMAS DAN RSUD DENGAN STATUS NON BLUD DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONTIANAK, Menimbang:

Lebih terperinci

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MEKANISME PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA Sumber: http://bpjs-kesehatan.go.id/ A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN GRATIS PADA PUSKESMAS DAN RS KUSTA LAULENG KOTA PAREPARE

Lebih terperinci

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan. DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFATAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS DAN JARINGAN DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAYANAN KESEHATAN PADA DINAS KESEHATAN KOTA PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA SURABAYA YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN Menimbang Mengingat : : BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG KONTRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI SIMEULUE

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA SURABAYA YANG DIBIAYAI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA KLAIM PROGRAM JAMINAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No. 05, 2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul. Petunjuk pelaksanaan, sistem pembiayaan, penggunaan dana, pelayanan kesehatan, tingkat pertama, puskemas, peserta, badan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.693,2012 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 029 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 416/MENKES/PER/II/2011 TENTANG

Lebih terperinci

CONTOH PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... DENGAN RUMAH SAKIT/BALAI...

CONTOH PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... DENGAN RUMAH SAKIT/BALAI... CONTOH LAMPIRAN II PERJANJIAN KERJA SAMA ANTARA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA... DENGAN RUMAH SAKIT/BALAI... TENTANG PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA PROGRAM JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2008 Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2013

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2013 PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN PENGGUNAAN DANA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMKESMAS DAN JAMPERSAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH IDI DAN RUMAH SAKIT REHABILITASI MEDIK

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016 SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 5 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci