Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa"

Transkripsi

1 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa MELDY L.A. HOSANG 1, JELFINA C. ALOUW 1 DAN I WAYAN LABA 2 1 Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado Peneliti pada Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor Diterima 20 September 2010 / Direvisi 12 Oktober 2010 / Disetujui 10 November 2010 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas insektisida Monosultap 400 SL terhadap hama S. nubila di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada populasi hama S. nubila di Desa Moronge, Kecamatan Moronge, Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara sejak bulan Juni 2010 sampai Agustus Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Insektisida yang diuji adalah insektisida Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15, 20 ml/pohon dan kontrol. Insektisida diaplikasikan melalui injeksi batang sedangkan pada kontrol tanaman dibiarkan tanpa aplikasi insektisida. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi insektisida Monosultap 400 SL efektif mengendalikan hama S. nubila di lapangan. Mortalitas nimfa dan imago S. nubila mulai terjadi 1 hari setelah perlakuan (hsp) dan meningkat mencapai 100% pada 5-6 hsp. Dosis yang dianjurkan untuk mengendalikan hama S. nubila dengan insektisida Monosultap 400 SL adalah 5 ml/pohon. Kata kunci : Sexava, Insektisida, Monosultap, Cocos nucifera L. ABSTRACT Field testing of Monosultap 400 SL insecticide to Sexava nubila on coconut Palm The objective of this research was to study the effectiviness of Monosultap 400 SL insecticide on coconut pest, Sexava nubila. The research was done on attacked area of S. nubila in Moronge Village, Moronge Sub District, Talaud District, North Sulawesi from June 2010 to August The research was done by using Randomized Block Design with five treatments and five replications. The treatments were Monosultap 400 SL with doses 5, 10, 15, 20 ml/palm and control (untreated). Insecticides were applicated by trunk injection. Observation was done every day for ten days. The results showed that the application of insecticide Monosultap 400 SL effectively controlled S. nubila in the field. Mortality of S. nubila nymph and adult started 1 day after treatment and the mortality increase up to 100% at 5-6 days after treatment. Recomended dose of insectiside Monosultap 400 SL to control S. nubila is 5 ml/palm. Keywords : Sexava, Insecticide, Monosultap, Cocos nucifera L. 162 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

2 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa PENDAHULUAN Hama Sexava nubila Stal banyak menimbulkan kerusakan pada tanaman kelapa yang ada di Kabupaten Talaud Sulawesi Utara, Maluku, Papua dan Papua Barat. Dua spesies lainnya yang sudah diketahui merusak tanaman kelapa di Indonesia bagian Timur adalah S. coriacea dan S. karnyi ( Lever, 1969; Kalshoven, 1981). Kenyataan di lapangan, hanya dua spesies ( S. nubila dan S. coriacea) yang lebih banyak menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa. Hama ini selain menyerang daun dapat juga merusak bunga dan buah muda sehingga secara langsung dapat menurunkan produksi kelapa, pada serangan berat dapat menyebabkan kematian tanaman (Zelazny dan Hosang, 1991). Hasil penelitian di Kepulauan Sangihe Talaud dan Maluku, memperlihatkan bahwa tingkat kerusakan tanaman dapat mempengaruhi produksi kelapa, makin tinggi kerusakan tanaman, makin rendah produksi kelapa. Pada tingkat kerusakan berat (62.5%) perkiraan produksi/pohon/tahun hanya 5.68 butir, hal ini tentunya sangat merugikan petani atau pengusaha kelapa (Zelazny dan Hosang, 1988). Tanaman kelapa dengan tingkat serangan berat kondisinya sangat memprihatinkan karena produksinya sangat rendah, dan sebagian besar tidak berproduksi. Serangan hama Sexava di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Maluku, dan Papua pada tahun 2004 sekitar ,97 ha dengan perkiraan kerugian sebesar Rp. 29 miliar (Departemen Pertanian, 2004). Usaha pengendalian hama Sexava sudah dilakukan dalam waktu cukup lama, baik secara mekanis, kultur teknis, hayati dan secara kimia dengan insektisida, namun belum diperoleh hasil yang memuaskan karena diaplikasikan secara parsial. Penggunaan insektisida secara terus menerus mempunyai efek samping yang merugikan terhadap lingkungan hidup. Penggunaan insektisida disarankan sebagai alternatif terakhir dalam pengendalian hama Sexava di lapangan. Di daerah serangan hama Sexava di Kepulauan Talaud, petani kelapa dalam mengendalian hama tersebut sangat tergantung pada penggunaan insektisida. Pengggunaan insektisida sistemik sudah terbukti keampuhannya baik melalui akar maupun batang. Hal ini terbukti dari hasil penelitian pada hama S. coreacea di Maluku Utara dan pada S. nubila di Sangihe Talaud. Pengendalian hama Sexava dengan insektisida sistemik seperti Tamaron, Demicron, dan Diazinon melalui injeksi batang dan infus akar sudah dimulai sejak tahun 1973 (Warouw, 1981). Pada tahun 1989, telah dilakukan injeksi batang dengan menggunakan insektisida Gusadrin sebanyak 15 ml/pohon, ternyata efektif menekan populasi nimfa dan imago S. coriacea (Soekarjoto et al., 1990; Hosang dan Zelazny, 1989). Pengujian beberapa jenis insektisida sistemik antara lain Bisultap 400 SL dan Montaf, bahan aktif Bisultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon efektif mengendalikan hama Sexava nubila (Sabbatoellah et al., 2006). Insektisida Bisultap 400 WSC melalui injeksi batang dengan dosis 10 ml/pohon, efektif untuk mengendalikan hama S. nubila di lapangan (Hosang dan Laba, 2008). Insektisida Bisultap 400 WSC telah digunakan untuk pengendalian hama belalang, wereng coklat Nilaparvata Buletin Palma No. 39, Desember

3 Meldy L.A. Hosang, Jelfina C. Alouw, dan I Wayan Laba lugens, penggerek padi putih, penggerek padi kuning, lalat bibit kedelai Agromyza sp., penggulung daun kedelai Lamprosema indica, pengorok daun kentang Liriomyza spp., ulat kantong Mahasena corbetti. Insektisida ini dapat juga digunakan untuk mengendalikan hama pada tanaman tebu dan kubis. Insektisida Monosultap 400 SL banyak digunakan untuk pengendalikan percobaan ini digunakan nimfa dan imago S. nubila yang dikoleksi dari daerah serangannya di Kabupaten Talaud. Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Susunan perlakuan yang diuji seperti tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan dosis insektisida Monosultap 400 SL yang diuji. No. Perlakuan Dosis formulasi (ml/pohon) Injeksi melalui batang 1. Monosultap 400 SL 5 2. Monosultap 400 SL Monosultap 400 SL Monosultap 400 SL Kontrol - hama penggrek batang pada tanaman padi (He et al., 2007). Insektisida Monosultap 400 SL belum pernah diuji pada tanaman kelapa untuk pengendalian hama Sexava, sehingga perlu dilakukan pengujian agar petani mempunyai beberapa pilihan insektisida yang efektif untuk hama tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efikasi insektisida Monosultap 400 SL terhadap hama S. nubila. BAHAN DAN METODE Pengujian lapangan insektisida Monosultap 400 SL dilakukan di Desa Moronge, Kecamatan Moronge, Kabupaten Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Pengujian dilakukan mulai bulan Juni sampai Agustus Pengujian insektisida dilakukan pada tanaman kelapa Dalam lokal yang berumur ± 20 tahun yang ditanam dengan jarak tanam 10 x 10 m. Dalam Pada setiap pohon contoh, ditentukan lima pelepah daun sebagai ulangan, dan dipilih pelepah daun dengan posisi datar hingga 30º. Pelepah daun tersebut dipotong separuh, yang tersisa dibersihkan dari hama (nimfa dan imago) S. nubila, kemudian disungkup dengan kain jaring (kelambu). Ke dalam setiap pelepah daun yang sudah tersungkup dimasukkan 20 individu hama S. nubila yeng terdiri dari masing-masing 10 nimfa dan 10 imago. Pohon contoh dengan perlakuan insektisida, batangnya pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah dilubangi sedalam 10 cm dengan menggunakan bor. Lubang dibuat pada bagian batang yang tidak ditakik, mengarah ke bawah dengan kemiringan 45º. Sebaiknya lubang dibuat mengarah ke pusat batang dan tidak menyamping. Insektisida sesuai dosis yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam lubang yang baru dibor dengan memakai syringe. Lubang 164 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

4 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa yang telah diisi dengan insektisida ditutup dengan penutup yang terbuat dari potongan kayu atau pelepah daun kelapa. Pengamatan dilakukan setiap hari selama 10 hari setelah insektisida diinjeksikan melalui batang. Diamati jumlah nimfa dan imago hama S. nubila yang mati, selanjutnya dihitung persentase mortalitas nimfa dan imago S. nubila. Pengolahan data dengan analisis keragaman dan jika terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Suatu formulasi insektisida dikatakan efektif bila pada sekurangkurangnya (1/2 n + 1) kali pengamatan (n = jumlah total pengamatan setelah aplikasi), tingkat efikasi insektisida tersebut (EI) = 50%. Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran tidak berbeda nyata antar petak perlakuan, maka efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Abbott (Ciba - Geigy, 1981) : EI = Ca Ta x 100% Ca EI = efikasi insektisida yang diuji (%) Ta = Populasi hama sasaran atau persentase petak perlakuan insektisida yang diuji setelah aplikasi insektisida Ca = Populasi hama sasaran atau persentase kontrol setelah aplikasi insektisida Jika pada pengamatan pertama populasi hama sasaran berbeda nyata antar petak perlakuan, maka efikasi insektisida yang diuji dihitung dengan rumus Henderson dan Tilton (Ciba - Geigy, 1981) : EI = Ta Cb 1 x x 100% Ca Tb EI = Efikasi insektisida yang diuji (%) Tb = Populasi hama sasaran atau persentase petak perlakuan insektisida yang diuji sebelum aplikasi insektisida Ta = Populasi hama sasaran atau persentase petak perlakuan insektisida yang diuji setelah aplikasi insektisida Cb = Populasi hama sasaran atau persentase kontrol sebelum aplikasi insektisida Ca = Populasi hama sasaran atau persentase kontrol setelah aplikasi insektisida. HASIL DAN PEMBAHSAN Mortalitas Nimfa Hasil penelitian menunjukkan bahwa mortalitas nimfa mulai terjadi setelah satu hari setelah aplikasi dengan insektisida Sanming (b.a. Monosultap 400 g/l) pada semua dosis yang diuji mulai dari 5 20 ml/pohon. Mortalitas 100% mulai terjadi pada hari kelima setelah perlakuan untuk dosis 10 ml dan 20 ml/pohon dan pada enam hari setelah perlakuan mortalitas 100% terjadi pada semua taraf dosis (5, 10, 15 dan 20 ml/ pohon) sedangkan pada kontrol mortalitas hanya mencapai 2%. Data ini membuktikan bahwa insektisida Monosultap 400 SL yang diaplikasikan melalui injeksi batang, dapat membunuh 100% nimfa S. nubila di lapangan (Gambar 1). Buletin Palma No. 39, Desember

5 Meldy L.A. Hosang, Jelfina C. Alouw, dan I Wayan Laba Hari setelah perlakuan Gambar 1. Perkembangan persentase mortalitas nimfa S. nubila untuk setiap perlakuan insektisida Monosultap 400 SL pada 1-10 hari setelah perlakuan Figure 1. Development of percentage of mortality S. nubila nymph for each treatment of Monosultap 400 SL insecticide on 1-10 day after treatment Hasil analisis keragaman terhadap mortalitas nimfa S. nubila pada 1 hsp (hari setelah perlakuan) menunjukkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang nyata (p = 0.028). Pada pengamatan 2 hsp sampai dengan 10 hsp, ternyata dalam perlakuan terdapat perbedaan sangat nyata (p = 0.00). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida Monosultap 400 SL berpe-ngaruh terhadap mortalitas nimfa S. nubila. Dari hasil Duncan Multiple Range Test (DMRT), pada pengamatan 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10 hsp ternyata mortalitas nimfa S. nubila pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/pohon berbeda nyata dengan kontrol tetapi antar perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15 dan 20 ml/pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Mortalitas pada perlakuan insektisida lebih tinggi dari kontrol. Hal ini membuktikan bahwa insektisida ini efektif membunuh nimfa S. nubila. Disini terlihat bahwa dosis terendah dari insektisida Monosultap 400 SL yang dapat menyebabkan mortalitas nimfa tertinggi adalah perlakuan 5 ml/pohon dan pada pengmatan 6 hsp, mortalitas nimfa sudah mencapai 100% (Tabel 2). Mortalitas imago Berdasarkan hasil penelitian ternyata mortalitas imago S. nubila mulai terjadi setelah satu hari diijeksi dengan insektisida Monosultap 400 SL pada semua dosis yang diuji mulai dari 5 20 ml/pohon. Perkembangan mortalitas imago terjadi setiap hari, dan mortalitas 100% mulai terjadi pada hari kelima setelah perlakuan untuk dosis 10 ml dan 20 ml/pohon dan pada enam hari setelah perlakuan mortalitas 100% terjadi pada semua taraf dosis (5, 10, 15 dan 20 ml/ pohon) sedangkan pada kontrol mortalitas hanya mencapai 2%. Data ini membuktikan bahwa insektisida Monosultap 400 SL yang diaplikasikan melalui injeksi batang, dapat membunuh 100% imago S. nubila di lapangan (Gambar 2). 166 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

6 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa Tabel 2. Persentase mortalitas nimfa S. nubila pada 1 10 hsp untuk masing masing perlakuan. Tabel 2. Percentage of mortality S. nubila nymph on 1 10 day after treatment for each treatment. Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan observation percentage of mortality on treatment A B C D E 1 hsp 22 b 20 b 20 b 24 b 0 a 2 hsp 46 b 48 b 52 b 44 b 0 a 3 hsp 52 b 80 c 66 bc 66 bc 0 a 4 hsp 64 b 88 c 90 c 86 c 0 a 5 hsp 88 b 100 c 98 c 100 c 0 a 6 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 0 a 7 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 0 a 8 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 2 a 9 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 2 a 10 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 2 a Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. Note : Number followed by same letter is not significantly different at DMRT 5%. hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment) A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated) Persentase mortalitas imago ml 10 ml 15 ml 20 ml Kontrol 0 1 I II 2 III 3 IV 4 V 5 VI 6 VII 7 VIII 8 IX 9 10 X Hari setelah perlakukan Gambar 2. Perkembangan persentase mortalitas imago S. nubila untuk setiap perlakuan insektisida Monosultap 400 SL pada 1-10 hari setelah perlakuan. Figure 2. Development of percentage of mortality S. nubila adult for each treatment of Monosultap 400 SL insecticide on 1-10 day after treatment. Buletin Palma No. 39, Desember

7 Meldy L.A. Hosang, Jelfina C. Alouw, dan I Wayan Laba Hasil analisis keragaman terhadap mortalitas imago S. nubila pada 1-10 hsp menunjukkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida Monosultap 400 SL berpengaruh terhadap mortalitas nimfa S. nubila. Dari hasil Duncan Multiple Range Test (DMRT), pada pengamatan 1, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 hsp ternyata mortalitas imago S. nubila pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/pohon ber-beda nyata dengan kontrol tetapi antar perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Jelas terlihat perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/pohon dapat menyebabkan mortalitas lebih tinggi dari kontrol. Selain itu terlihat bahwa dosis terendah dari insektisida Monosultap 400 SL yang dapat menyebabkan mortalitas tertinggi adalah 5 ml/pohon (Tabel 3). Mortalitas Nimfa dan Imago Berdasarkan hasil penelitian ternyata mortalitas nimfa dan imago S. nubila mulai terjadi setelah satu hari diijeksi dengan insektisida Sanming (b.a. Monosultap 400 g/l) pada semua dosis yang diuji mulai dari 5 20 ml/pohon. Mortalitas 100% mulai terjadi pada hari kelima setelah perlakuan untuk dosis 10 ml dan 20 ml/pohon dan pada enam hari setelah perlakuan mortalitas 100% terjadi pada semua taraf dosis (5, 10, 15 dan 20 ml/pohon) sedangkan pada kontrol mortalitas hanya mencapai 2%. Data ini membuktikan bahwa insektisida Monosultap 400 SL yang diaplikasikan melalui injeksi batang, dapat membunuh 100% nimfa S. nubila di lapangan (Gambar 3). Tabel 3. Persentase mortalitas nimfa S. nubila pada 1 10 hsp untuk masing masing perlakuan. Tabel 3. Mortality percentage of S. nubila adult on 1 10 day after treatment for each treatment Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan Observation percentage of mortality on treatment A B C D E 1 hsp 38 b 26 b 24 b 44 b 4 a 2 hsp 48 b 64 bc 54 bc 74 c 8 a 3 hsp 58 b 86 c 64 bc 86 c 8 a 4 hsp 76 b 94 b 76 b 96 b 8 a 5 hsp 88 b 100 b 92 b 100 b 10 a 6 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 7 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 8 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 9 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 10 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. Note : Number followed by same letter is not significantly different at DMRT 5 %. hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment) A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated) 168 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

8 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa Hasil analisis keragaman terhadap mortalitas nimfa dan imago S. nubila pada 1-10 hsp menunjukkan bahwa dalam perlakuan terdapat perbedaan yang sangat nyata (p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa insektisida Monosultap 400 SL berpengaruh terhadap mortalitas nimfa S. nubila. Dari hasil Duncan Multiple Range Test (DMRT), pada pengamatan 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10 hsp ternyata mortalitas nimfa dan imago S. nubila pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/ pohon berbeda nyata dengan kontrol tetapi antar perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15 dan 20 ml/ pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Pada pengamatan 3 hsp, ternyata mortalitas nimfa dan imago S. nubila pada perlakuan Monosultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/pohon ber-beda nyata dengan kontrol, antara perlakuan 5 ml/pohon beda dengan 10 dan 20 ml/pohon, sedangkan antara perlakuan 10 dan 20 ml/pohon tidak berbeda nyata. Pada pengamatan 4 dan 5 hsp, terlihat mortalitas nimfa dan imago S. nubila pada perlakuan Mono-sultap 400 SL dengan dosis 5-20 ml/ pohon berbeda nyata dengan kontrol, antara perlakuan 5 ml/pohon berbeda dengan 10, 15 dan 20 ml/pohon, sedang-kan antara perlakuan 10, 15 dan 20 ml/ pohon tidak terdapat perbedaan yang nyata. Pada pengamatan 6 hsp ternyata dosis 5 ml/pohon dapat menyebabkan mortalitas nimfa dan imago sudah mencapai 100% (Tabel 4). Hal ini mem-buktikan bahwa dosis terendah dari insektisida Monosultap 400 SL yang dapat menyebabkan mortalitas tertinggi adalah 5 ml/pohon. Hasil ini didukung oleh Sabbatoellah et al. (2006) yang menyatakan bahwa dosis terendah yang dapat menyebabkan mortalitas Tabel 4. Persentase mortalitas nimfa dan imago S. nubila pada 1 10 hsp untuk masing masing perlakuan. Tabel 4. Percentage of mortality S. nubila nymph and adult on 1 10 day after treatment for each treatment. Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan Observation Percentage of mortality on treatment A B C D E 1 hsp 30 b 23 b 22 b 34 b 2 a 2 hsp 47 b 56 b 53 b 59 b 4 a 3 hsp 55 b 83 d 65 bc 76 cd 4 a 4 hsp 70 b 91 c 83 c 91 c 4 a 5 hsp 88 b 100 c 95 c 100 c 5 a 6 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 7 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 8 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 9 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a 10 hsp 100 b 100 b 100 b 100 b 10 a Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada setiap baris tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 %. Note : Number followed by same letter is not significantly different at DMRT 5 %. hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment) A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated) Buletin Palma No. 39, Desember

9 Meldy L.A. Hosang, Jelfina C. Alouw, dan I Wayan Laba tertinggi dari insektisida Bisultap 400 SL adalah 10 ml/pohon, demikian juga Hosang dan Laba (2008) melaporkan bahwa dosis anjuran untuk insektisida Bisultap 400 WSC dan Bisultap 400 SL adalah 10 ml/ pohon. Insektisida uji dianggap efektif apabila (½ n + 1) pengamatan nilai EI = 50% atau dari 10 kali pengamatan, minimal 6 kali nilai EI = 50%. Berdasarkan hasil perhitungan nilai EI (efektivitas insektisida uji), dari 10 kali pengamatan untuk semua dosis insektisida yang diuji ternyata terdapat 8-9 kali yang nilai EI = 50%. Injeksi batang dengan insektisida sistemik Monosultap 400 SL dosis 5, nilai EI = 50% sebanyak 8 kali, dan dosis 10, 15 dan 20 ml/pohonn sebanyak 9 kali (Tabel 5). Hal ini membuktikan bahwa injeksi batang insektisida Monosultap 400 SL dengan dosis 5, 10, 15, 20 ml/pohon efektif untuk mengendalikan nimfa dan imago S. nubila di lapangan sehingga dosis terendah yang dapat menyebabkan mortalitas tertinggi, yaitu 5 ml/pohon yang dianjurkan untuk digunakan dalam pengendlian hama S. nubila dilapangan. KESIMPULAN Injeksi batang dengan insektisida Monosultap 400 SL efektif mengendalikan hama S. nubila di lapangan dengan mortalitas nimfa dan imago dapat mencapai 100%. Dosis insektisida Monosultap 400 SL yang dianjurkan untuk mengendalikan hama S. nubila adalah 5 ml/pohon. Tabel 5. Nilai EI nimfa dan imago S. nubila pada 1 10 hsp untuk masing masing Table 5. perlakuan. EI value of nymph and adult S. nubila on 1 10 hsp for each insectiside treatment. Pengamatan Persentase mortalitas pada perlakuan Observation Percentage of mortality on treatment A B C D 1 hsp 28,57 21,43 20,41 32,65 2 hsp 44,79 54,17 51,04 57,29 3 hsp 53,13 82,29 63,54 75,00 4 hsp 68,75 90,63 82,29 90,63 5 hsp 87,37 100,00 94,74 100,00 6 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 7 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 8 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 9 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 10 hsp 100,00 100,00 100,00 100,00 Keterangan (Note): hsp = hari setelah perlakuan (day after treatment) A = Monosultap 400SL dengan dosis 5 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 5 ml/palm) B = Monosultap 400 SL dengan dosis 10 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 10 ml/palm) C = Monosultap 400 SL dengan dosis 15 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 15 ml/palm) D = Monosultap 400 SL dengan dosis 20 ml/pohon (Monosultap 400 SL with dose 20 ml/palm) E = Kontrol (untreated) 170 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa

10 Pengujian Lapangan Insektisida Monosultap 400 SL Terhadap Hama Sexava nubila pada Tanaman Kelapa UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih atas bantuan dan kerjasama yang baik dari sdr. David Sumuru dan sdr. Jantje Larumpaa. Terima kasih juga disampaikan kepada pemilik kebun yang sudah memberi izin untuk melaksanakan penelitian ini di lahannya. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Jakarta. Balitka Pedoman pengendalian hama dan penyakit kelapa. Badan Litbang, FAO/UNDP, Dirjenbun, Direktorat Perlintan. 100pp. He Y, Cao M, Gao C, Chen W, Huang L, Zhou W, Liu X, Shen J, Zhu Y Survey of Susceptibilites to Monosultap, Triazophos, Fipronil, and Abamectin in Chilo suppressalis (Lepidoptera: Crambidae). Journal of Economic Entomology. 100: Hosang MLA dan I Wayan Laba Efektivitas Insektisida Bisultap Terhadap Sexava nubila di Kabupaten Talaud, Sulawesi Utara. Buletin Balitka. Hosang MLA and Zelazny B Control of Sexava coriacea with systemic insecticide. In: UNDP/ FAO Integrated Coconut Pest Control Project, Annual Report. Balai Penelitian Kelapa, Manado, North Sulawesi Kalshoven LGE The pests of crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. Van der Laan. PT. Ichtiar Baru van Hoeve. Jakarta. 701 pp. Lever RJAW Pest of the Coconut Palm. No. 18. FAO. Rome, Italy. 190pp. Rejesus RB and Rejesus RS Biology and Management of stored product and posharvest insect pest. Dept. of Entomology, College of Agriculture, UPLB. Philippines. 248pp. Sabbatoellah S, Mawikere J dan Hosang MLA Pengujian insektisida sistemik terhadap hama Sexava nubila di Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Buletin Palma. 32. Soekarjoto, Mawikere J dan Hosang MLA Pengujian insekti-sida sistemik melalui infus akar dan daun untuk mengendalikan Sexava nubila di Sangihe Talaud. Buletin Balitka. 12: Warouw J Dinamika Populasi Sexava nubila (Stal) (Orthopthera: Tettigonidae) di Sangihe Talaud dalam Hubungannya Dengan Kerusakan Tanaman Kelapa. Disertasi Doctor. IPB. 152pp. Zelazny B and Hosang MLA Ecological studies on Sexava spp and disscussion on control with pesticides. In: UNDP/FAO Integrated Coconut Pest Control Project, Annual Report. Balai Penelitian Kelapa, Manado, North Sulawesi Zelazny B and Hosang MLA Estimating defoliation of coconut palms by insect pest. Tropical Pest Management. 37(1): Buletin Palma No. 39, Desember

Adopsi Teknologi Budidaya Kelapa pada Populasi Terserang Hama Sexava di Kabupaten Kepulauan Talaud

Adopsi Teknologi Budidaya Kelapa pada Populasi Terserang Hama Sexava di Kabupaten Kepulauan Talaud Adopsi Teknologi Budidaya Kelapa pada Populasi Terserang Hama Sexava di Kabupaten Kepulauan Talaud DANIEL J. TORAR Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos

Lebih terperinci

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT

SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT SKRIPSI KELIMPAHAN POPULASI WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN PEMBERIAN ZEOLIT DAN PENERAPAN KONSEP PHT Oleh Ndaru Priasmoro H0709078 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN, MANADO

BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN, MANADO BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN, MANADO Hama Sexava spp. (Orthoptera : Tettigoniidae) dapat menyebabkan kerusakan serius pada tanaman kelapa. Belalang Sexava terdiri dari empat spesies yaitu

Lebih terperinci

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah

APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI. Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah APLIKASI BEBERAPA PENGENDALIAN TERHADAP LALAT BIBIT (Ophiomya phaseoli Tryon) DI TANAMAN KEDELAI Moh. Wildan Jadmiko, Suharto, dan Muhardiansyah Fakultas Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Lalat bibit

Lebih terperinci

STAL. (ORTHOPTERA;TETTIGONIDAE) PADA TANAMAN KELAPA DI PULAU SALIBABU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

STAL. (ORTHOPTERA;TETTIGONIDAE) PADA TANAMAN KELAPA DI PULAU SALIBABU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD PARASITISASI Leefmansia bicolor TERHADAP TELUR Sexava nubila STAL. (ORTHOPTERA;TETTIGONIDAE) PADA TANAMAN KELAPA DI PULAU SALIBABU KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD Parasitization of Leefmansia bicolor to Egg

Lebih terperinci

Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa

Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Pengaruh Pupuk Organik Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Maliangkay Ronny Bernhard Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh

Lebih terperinci

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2)

TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN. Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) TINGKAT SERANGAN HAMA PENGGEREK TONGKOL, ULAT GRAYAK, DAN BELALANG PADA JAGUNG DI SULAWESI SELATAN Abdul Fattah 1) dan Hamka 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan 2) Balai Proteksi

Lebih terperinci

PREFERENSI PADA MEDIA PENELURAN DAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR Sexava nubila STAL. (ORTHOPTERA; TETTIGONIDAE)

PREFERENSI PADA MEDIA PENELURAN DAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR Sexava nubila STAL. (ORTHOPTERA; TETTIGONIDAE) 55 PREFERENSI PADA MEDIA PENELURAN DAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI TELUR Sexava nubila STAL. (ORTHOPTERA; TETTIGONIDAE) MEDIA NESTING PREFERENCES AND GRANT OF FEED PRODUCTION OF EGGS Sexava nubila

Lebih terperinci

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH)

PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) PEDOMAN UJI MUTU DAN UJI EFIKASI LAPANGAN AGENS PENGENDALI HAYATI (APH) DIREKTORAT PERLINDUNGAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia

FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT. M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia FENOMENA RESURJENSI PADA PENGGUNAAN INSEKTISIDA IMIDOKLOPRID 350SC PADA HAMA WERENG COKLAT M. Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Fenomena resurjensi penggunaan insektisida berbahan

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (595) : Potensi Serangan Hama Kepik Hijau Nezara viridula L. (Hemiptera: Pentatomidae) dan Hama Kepik Coklat Riptortus linearis L. (Hemiptera: Alydidae) pada Tanaman Kedelai di Rumah Kassa Potential Attack of

Lebih terperinci

Pengaruh Asal Anakan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu Baruk

Pengaruh Asal Anakan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu Baruk Pengaruh Asal Anakan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu Baruk MALIANGKAY RONNY BERNHARD Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004 Manado 95001 Diterima 10

Lebih terperinci

Oleh : Irianto Budi Santosa, SP POPT KABUPATEN JOMBANG

Oleh : Irianto Budi Santosa, SP POPT KABUPATEN JOMBANG TEKANAN Metarhizium anisopliae DAN FEROMON TERHADAP POPULASI DAN TINGKAT KERUSAKAN OLEH Oryctes rhinoceros PADA TANAMAN KELAPA di Desa Pulorejo Kec Ngoro, Kab. Jombang Oleh : Irianto Budi Santosa, SP POPT

Lebih terperinci

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya Produksi gula nasional Indonesia mengalami kemerosotan sangat tajam dalam tiga dasawarsa terakhir. Kemerosotan ini menjadikan Indonesia yang pernah menjadi

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitiandilakukan di Laboratorium Penelitian dan Lahan Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan waktu pelaksanaan selama 3 bulan dimulai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

1) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 2) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor ABSTRAK

1) Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Selatan 2) Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor ABSTRAK PENGUJIAN LAPANG EFIKASI INSEKTISIDA CURBIX 100 SC (ETIPZOL 100 g/l) DAN CONFIDOR 5 WP (IMIDAKLOPRID 5 %) TERHADAP KEPIK HITAM RAMPING (Pachybarachlus pallicornis var. Baihaki) PADA TANAMAN PADI SAWAH

Lebih terperinci

PENGARUH CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) TERHADAP MORTALITAS HELOPELTIS ANTONII SIGN PADA BIBIT JAMBU METE

PENGARUH CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) TERHADAP MORTALITAS HELOPELTIS ANTONII SIGN PADA BIBIT JAMBU METE Bul. Littro. Vol. XVII No. 2, 2006, 66-71 PENGARUH CASHEW NUT SHELL LIQUID (CNSL) TERHADAP MORTALITAS HELOPELTIS ANTONII SIGN PADA BIBIT JAMBU METE Warsi Rahmat Atmadja dan Tri Eko Wahyono Balai Penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA?

TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA? TEKNIK PENGENDALIAN HAMA MELALUI PERATURAN KARANTINA KARANTINA? SEJARAH KARANTINA INDONESIA (http://karantina.deptan.go.id/main.php?link=or1) Karantina Pertanian tempat pengasingan dan/atau tindakan sebagai

Lebih terperinci

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA Amini Kanthi Rahayu, SP POPT Ahli Pertama Latar Belakang Berbagai hama serangga banyak yang menyerang tanaman kelapa, diantaranya kumbang badak Oryctes

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KLORANTRANILIPROL DAN FLUBENDIAMID PADA ULAT BAWANG MERAH (Spodoptera exigua Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae)

EFEKTIVITAS KLORANTRANILIPROL DAN FLUBENDIAMID PADA ULAT BAWANG MERAH (Spodoptera exigua Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014 ISSN : 2338-4336 EFEKTIVITAS KLORANTRANILIPROL DAN FLUBENDIAMID PADA ULAT BAWANG MERAH (Spodoptera exigua Hubner) (Lepidoptera: Noctuidae) Ria Febrianasari, Hagus

Lebih terperinci

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. Secara Terpadu

Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. Secara Terpadu Upaya Pengendalian Hama Sexava spp. Secara Terpadu MICHELLIA DARWIS Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Indonesian Institute of Medicinal Crops and Aromatic Jl. Tentara Pelajar No.3 Bogor 16111

Lebih terperinci

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE) AGROVIGOR VOLUME 5 NO. 1 MARET 2012 ISSN 1979 5777 47 UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE) Sujak dan Nunik Eka Diana Balai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris hewetti (Dist) (HEMIPTERA : TINGIDAE) DAN KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN LADA

HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris hewetti (Dist) (HEMIPTERA : TINGIDAE) DAN KEHILANGAN HASIL PADA TANAMAN LADA I WAYAN LABA, et al. : Hubungan antara kerapatan populasi kepik renda Diconocoris hewetti (Dist) (Hemiptera ; Tingidae) dan kehilangan hasil HUBUNGAN ANTARA KERAPATAN POPULASI KEPIK RENDA, Diconocoris

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG TERHADAP AGREGAT TANAH PADA SISTEM PERTANIAN ORGANIK THE INFLUENCE OF GOAT MANURE DOSAGE TO SOIL AGGREGATE IN ORGANIC FARMING SYSTEM SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST)

Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Lampiran 1. Data persentase hidup (%) bibit A. marina dengan intensitas naungan pada pengamatan 1 sampai 13 Minggu Setelah Tanam (MST) Perlakuan Persentase Hidup (%) 0% 100 25% 100 50% 100 75% 100 Total

Lebih terperinci

Pengaruh Ukuran Anakan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu

Pengaruh Ukuran Anakan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu Pengaruh Ukuran Anakan Terhadap Pertumbuhan Bibit Sagu R.B. Maliangkay, N. Mashud, E. Manaroinsong dan Y.R. Matana Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain ABSTRAK Salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.)

UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.) UJI DAYA TUMBUH BIBIT TEBU YANG TERSERANG HAMA PENGGEREK BATANG BERGARIS (Chilo sacchariphagus Bojer.) SKRIPSI OLEH : IIN SUWITA 070302020 HPT DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia

DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG. S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia DINAMIKA POPULASI HAMA UTAMA JAGUNG S. Mas ud, A. Tenrirawe, dan M.S Pabbage Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Penanaman jagung secara monokultur yang dilakukan beruntun dari musim ke musim, memperkecil

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI Oleh Ahmad Fitriyanto NIM 091510501143 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TINGKAT KERUSAKAN TANAMAN KELAPA OLEH SERANGAN Sexava nubila dan Oryctes rhinoceros DI KECAMATAN KAIRATU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

TINGKAT KERUSAKAN TANAMAN KELAPA OLEH SERANGAN Sexava nubila dan Oryctes rhinoceros DI KECAMATAN KAIRATU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT TINGKAT KERUSAKAN TANAMAN KELAPA OLEH SERANGAN Sexava nubila dan Oryctes rhinoceros DI KECAMATAN KAIRATU, KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Coconut Plant Damaged Attack by Sexava nubila and Oryctes rhinoceros

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi dosis pestisida

Lebih terperinci

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN AGROVIGOR VOLUME 3 NO. 1 MARET 2010 ISSN 1979 5777 19 POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN Herminanto, Nurtiati, dan D. M. Kristianti Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN

J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: ISSN J. Sains & Teknologi, Agustus 2005, Vol.5 No. 2: 85-89 ISSN 1411-4674 PENGARUH POLA TANAM CAMPURAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP POPULASI DAN INTENSITAS SERANGAN BEBERAPA HAMA TANAMAN PADI Sri Nur Aminah

Lebih terperinci

Ringkasan. ) sebesar 8 x spora/ml. Waktu yang diperlukan untuk mematikan separuh dari populasi semut hitam di laboratorium (LT 50

Ringkasan. ) sebesar 8 x spora/ml. Waktu yang diperlukan untuk mematikan separuh dari populasi semut hitam di laboratorium (LT 50 Pengaruh samping aplikasi Paecilomyces fumosoroseus terhadap semut hitam, Dolichoderus thoraciccus, predator Helopeltis antonii dan penggerek buah kakao Pelita Perkebunan 2006, 22(2), 91 100 Pengaruh Samping

Lebih terperinci

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H

SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA. Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H SKRIPSI KEBERADAAN PREDATOR WERENG BATANG COKLAT PADA BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN TEKNIK BUDIDAYA BERBEDA Oleh SULISTIYO DWI SETYORINI H0709117 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil)

PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH. (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) PENGARUH MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus (Roxb) Havil) EFFECT OF PLANTING MEDIA ON RED JABON (Anthocephalus macrophyllus (Roxb)Havil) Yusran Ilyas ¹, J. A.

Lebih terperinci

Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya yang Mempengaruhi Usahatani Kelapa di Kabupaten Kepulauan Talaud

Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya yang Mempengaruhi Usahatani Kelapa di Kabupaten Kepulauan Talaud Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya yang Mempengaruhi Usahatani Kelapa di Kabupaten Kepulauan Talaud DANIEL J. TORAR Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget, Kotak Pos 1004

Lebih terperinci

SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / AGROEKOTEKNOLOGI

SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / AGROEKOTEKNOLOGI DAMPAK PENGGUNAAN INSEKTISIDA SISTEMIK TERHADAP PERKEMBANGAN SERANGGA PENYERBUK KELAPA SAWIT Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera : Curculionidae) SKRIPSI OLEH: YENI RAWATI HARIANJA / 120301041 AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS

DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS UJI EFEKTIVITAS Trichoderma harzianum DAN PEMBERIAN ARANG BATOK KELAPA SEBAGAI PENGENDALIAN HAYATI PENYAKIT LANAS (Phytophthora nicotianae de Hann) PADA TANAMAN TEMBAKAU DELI SKRIPSI Oleh : INDRA HARDIAN

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua

Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua Penetapan Blok Penghasil Tinggi (BPT) Kelapa Dalam (Cocos Nucifera L.) Di Kabupaten Sarmi, Papua Oleh : Septyan Adi Pramana, SP Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et. B) DI PERSEMAIAN Balai Besar Penelitian Dipterokarpa RINGKASAN Kendala

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PREDASI Amblyseius deleoni DAN Phytoseius sp. RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP Brevipalpus phoenicis ABSTRAK

KARAKTERISTIK PREDASI Amblyseius deleoni DAN Phytoseius sp. RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP Brevipalpus phoenicis ABSTRAK KARAKTERISTIK PREDASI Amblyseius deleoni DAN Phytoseius sp. RESISTEN SUPRASIDA TERHADAP Brevipalpus phoenicis Bambang Heru Budianto Fakultas Biologi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Email :

Lebih terperinci

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Outbreak and Its Damage on Oil palm

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Outbreak and Its Damage on Oil palm Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Outbreak and Its Damage on Oil palm JELFINA C. ALOUW DAN MELDY L.A.

Lebih terperinci

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit J. Hort. 18(2):155-159, 2008 Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit Sutapradja, H. Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pelaksanaan dimulai bulan April

Lebih terperinci

Ketahanan Lapang Empat Aksesi Kelapa Genjah Kopyor Terhadap Hama Oryctes rhinoceros di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Ketahanan Lapang Empat Aksesi Kelapa Genjah Kopyor Terhadap Hama Oryctes rhinoceros di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Ketahanan Lapang Empat Aksesi Kelapa Genjah Kopyor Terhadap Hama Oryctes rhinoceros di Kabupaten Pati, Jawa Tengah MELDY L.A. HOSANG Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain, Manado Jalan Raya Mapanget,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BEAUVERIA BASSIANA DAN BACILLUS THURINGIENSIS UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) DI LABORATORIUM

PENGGUNAAN BEAUVERIA BASSIANA DAN BACILLUS THURINGIENSIS UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) DI LABORATORIUM PENGGUNAAN BEAUVERIA BASSIANA DAN BACILLUS THURINGIENSIS UNTUK MENGGENDALIKAN Plutella xylostella L. (Lepidoptera: Plutellidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI OLEH : RIA FEBRIKA 080302013 HPT PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU DAN DAUN TOMAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK

PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU DAN DAUN TOMAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK PEMANFAATAN KULIT UBI KAYU DAN DAUN TOMAT SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI DALAM MENGENDALIKAN ULAT GRAYAK Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae) PADA TANAMAN SAWI SKRIPSI OLEH DANI SUPRIADI 070302024

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG

EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG EFEKTIVITAS KOMPOSISI PESTISIDA NABATI TERHADAP HAMA WALANG SANGIT (Leptocorisa acuta Thunberg) PADA TANAMAN PADI DI LAPANG SKRIPSI Oleh Dewi Rizkia Darojah NIM. 061510401106 JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH:

PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: PENGARUH JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN BUD CHIP TEBU (Saccharum officinarum L.) SKRIPSI OLEH: ARIF AL QUDRY / 100301251 Agroteknologi Minat- Budidaya Pertanian Perkebunan PROGRAM

Lebih terperinci

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE

SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE SPESIES, PERBANDINGAN KELAMIN, DAN CIRI MORFOLOGI PENGGEREK POLONG KEDELAI Etiella sp., DI KEBUN PERCOBAAN NGALE Tantawizal, Christanto, dan W Tengkano Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian

Lebih terperinci

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati.

Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur. Beauveria bassiana. Oleh ;Umiati. Upaya pengendalian Hama pengerek batang (Lophobaris piperis Marsh.) Tanaman lada dengan menggunakan jamur Beauveria bassiana Oleh ;Umiati.SP Hama merupakan salah satu kendala produksi lada di Indonesia.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan pada bulan September 2017. B. Bahan

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) PENGARUH DOSIS PUPUK HIJAU DAUN GAMAL (Gliricidia sepium) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) THE EFFECT OF GAMAL LEAVES GREEN MANURE (Gliricidia sepium) DOSES TO THE

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) EFFECT OF DENSITY AND PLANTING DEPTH ON THE GROWTH AND RESULTS GREEN BEAN (Vigna radiata L.) Arif Sutono

Lebih terperinci

Rosma Hasibuan 1, I Gede Swibawa 1, Agus M. Hariri 1, Sudi Pramono 1, F.X. Susilo 1, dan Nurafiah Karmike 2. ABSTRACT

Rosma Hasibuan 1, I Gede Swibawa 1, Agus M. Hariri 1, Sudi Pramono 1, F.X. Susilo 1, dan Nurafiah Karmike 2. ABSTRACT J. Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika Vol. 2, No. 2: 42-46 (2002). ISSN 1411-7525 DAMPAK APLIKASI INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP SERANGGA HAMA (THOSEA SP.) DAN SERANGGA PENYERBUK (ELAEIDOBIUS KAMERUNICUS)

Lebih terperinci

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo

Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo Perhimpunan Entomologi Indonesia J. Entomol. Indon., September 2010, Vol. 7, No. 2, 116-121 Keanekaragaman Serangga Hama dan Musuh Alami pada Lahan Pertanaman Kedelai di Kecamatan Balong-Ponorogo INDRIYA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

Lebih terperinci

BEBERAPA PRODUK BARU INSEKTISIDA UNTUK ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN TANAMAN PERKEBUNAN

BEBERAPA PRODUK BARU INSEKTISIDA UNTUK ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN TANAMAN PERKEBUNAN BEBERAPA PRODUK BARU INSEKTISIDA UNTUK ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN TANAMAN PERKEBUNAN M.Sudjak Saenong Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Tulisan ini akan memaparkan beberapa

Lebih terperinci

Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai

Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai Serangan Lalat Batang Melanagromyza sojae (Zehnter) (Diptera: Agromyzidae) pada Tanaman Kedelai Kurnia Paramita Sari, Suharsono, dan Suntono Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Jl. Raya Kendalpayak

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN

KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN KEANEKARAGAMAN SERANGGA PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA TANAMAN KEHUTANAN Yeni Nuraeni, Illa Anggraeni dan Wida Darwiati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Kampus Balitbang Kehutanan, Jl.

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba rufivena Walker (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Kelapa Genjah Salak Di Kebun Percobaan Kima Atas

Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba rufivena Walker (Lepidoptera: Pyralidae) pada Tanaman Kelapa Genjah Salak Di Kebun Percobaan Kima Atas Serangan Hama Bunga Kelapa Tirathaba rufivena Walker (Lepidoptera : Pyralidae) pada Tanaman Kelapa Genjah Salak di Kebun Percobaan Kima Atas MELDY L.A. HOSANG Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O

Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P ISSN O Jurnal AGRIFOR Volume XV Nomor 2, Oktober 2016 ISSN P 1412-6885 ISSN O 2503-4960 PENGARUH MACAM DAN DOSIS TERHADAP PRODUKSI ALUR SADAP TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis) DI KAMPUNG SAKAQ LOTOQ KECAMATAN

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama 1. Penggerek Batang Berkilat Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan (1998) adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017 Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk ZA, NPK, Urea terhadap Pertumbuhan Rumput Bermuda (Cynodon dactylon) pada Industri Pembibitan Tanaman Lansekap di Kelurahan Kesiman, Kecamatan Denpasar Timur I PUTU MERTAYASA

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI

UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI UJI BEBERAPA INSEKTISIDA NABATI TERHADAP PENGENDALIAN KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae) (Coeloptera: Curculionidae) DI LABORATORIUM SKRIPSI OLEH VOLTRA SIJABAT 050302002 HPT DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT

Lebih terperinci

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan

BAB III METODE. kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan BAB III METODE A. Model Penelitian Penelitian ini menggunakan design Penelitian Eksperimen yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok perlakuan, masing-masing perlakuan terdapat lima kali pengulangan.

Lebih terperinci

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS

JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS JENIS DAN PADAT POPULASI HAMA PADA TANAMAN PERANGKAP Collard DI SAYURAN KUBIS Eva L. Baideng Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Sam Ratulangi Email : eva.baideng@yahoo.co.id;eva.baideng@unsrat.ac.id

Lebih terperinci

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA PEMBERIAN HIDROGEL DAN FREKUENSI PENYIRAMAN DENGAN SISTEM VERTIKULTUR SKRIPSI OLEH : NORI ANDRIAN / 110301190 BUDIDAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ulat pemakan daun kelapa sawit yang terdiri dari ulat api, ulat kantung, ulat bulu merupakan hama yang paling sering menyerang kelapa sawit. Untuk beberapa daerah tertentu, ulat

Lebih terperinci

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and Development, PT Gunung Madu Plantations (PT GMP), Kabupaten Lampung Tengah.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada areal pertanaman jeruk pamelo di lahan petani Desa Bantarmara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BIOTIPE WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL) ASAL BEBERAPA SENTRA PADI

UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BIOTIPE WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL) ASAL BEBERAPA SENTRA PADI UJI KETAHANAN BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP BIOTIPE WERENG BATANG COKLAT (NILAPARVATA LUGENS STAL) ASAL BEBERAPA SENTRA PADI SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Lebih terperinci

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG 1 PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG 100301191 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Lebih terperinci

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA Jambu mete merupakan tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut portugal ke India

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk BAHAN DAN METODE 9 Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan mulai bulan Februari 2007 sampai Juni 2007 di rumah kaca Balai Penelitian Biologi dan Genetika Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Rumah kaca berukuran

Lebih terperinci

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO

KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO KAJIAN PADI VARIETAS UNGGUL BARU DENGAN CARA TANAM SISTEM JAJAR LEGOWO Yati Haryati dan Agus Nurawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Jl. Kayuambon No. 80 Lembang, Bandung Email : dotyhry@yahoo.com

Lebih terperinci

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi: Mortalitas Sitophilus oryzae L. pada Beras Suluttan Unsrat, Ketan Putih, dan Beras Merah di Sulawesi Utara (Mortality of Sitophilus oryzae L. in Suluttan Unsrat, white glutinous, and brown rice in North

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci