PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PERANTI DENGAR DI SMAN X TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PERANTI DENGAR DI SMAN X TANGERANG SELATAN TAHUN 2016"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PERANTI DENGAR DI SMAN X TANGERANG SELATAN TAHUN 2016 Laporan penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN Oleh : Zaima Dzatul Ilma NIM : PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438H/ 2016

2 iii

3 iv

4 v

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, berkah, dan karunia yang senantiasa tercurahkan kepada penulis. Segala kemudahan, kesehatan, dan semangat senantiasa dilimpahkan oleh-nya kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini. Tidak lupa, shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga dan para sahabatnya yang telah menjadi suri tauladan bagi penulis. Dalam penelitian ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali pihak yang turut memberikan bantuan serta dukungan. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada: 1. Prof. Dr. H. Arief Sumantri, SKM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT, selaku Ketua Program Studi Kedokteran dan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Flori Ratna Sari selaku penanggung jawab riset untuk PSKPD angkatan dr. Fikri Mirza Putranto dan dr.marita Fadhilah selaku dosen pembimbing, yang telah memberi pengarahan dan bantuan dalam bentuk apapun kepada penulis hingga laporan penelitian ini dapat selesai dengan baik. Terima kasih atas waktu, tenaga dan pemikiran yang telah dokter berikan untuk kelancaran penelitian saya. 5. dr. Nurmila Sari selaku pembimbing akademik, yang memberikan doa dan dukungannya kepada penulis. 6. Kedua orangtuaku tercinta, Buya Habibul Fuadi dan Mama Subriyeni yang selalu memberikan doa, dukungan dan dorongan semangat dengan penuh ketulusan dan kasih sayang, serta memberikan banyak masukan, motivasi, bantuan tenaga pikiran moral waktu dan material. 7. Bunda Salmaini dan Papa Abdurrahman yang selalu menyempatkan waktu dan pikiran untuk penulis. 8. Seluruh keluarga yang selalu mendoakan dan mendukung kelancaran perkuliahan yang sedang dijalani penulis. 9. dr. Ning Widya Putri Herman yang telah memberikan masukan terkait penelitian ini. 10. Febianza Mawaddah, Isna Akmalia dan M.Iqbal Khusni teman sekelompok risetku. Bersyukur sekelompok bareng kalian yang mau saling bantu, mengerti adanya kegiatan lain, menyemangati cepat sidang, Menjalani perjalanan panjang bersama kalian. 11. Nicco Hakim, Namira dan Fiona. Terimakasih untuk selalu ada. vi

6 12. Wahyu, Sakinah, Tika, Mba Ima, Mila dan kelompok sendi-sendirian, terimakasih atas waktu dan semangatnya. 13. Teman-teman kosan Kemala Mbak Nurul yang tidak pernah bosan menyapa penulis saat sedang kehabisan ide. Teh Dwi Restarina dan Dewi semoga selanjutnya kalian bisa menyusul. Kak Mahdiah maimunah yang telah meninggalkan harta warisan berharga di kosan Kemala. 14. Teman sejawatku yang selama ini menempuh pendidikan preklinik bersama dan akan terus bersama sampai lulus nanti. Semoga kita selalu kompak dalam kebaikan dan kesuksesan PSPD TREITZ Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memperlancar proses pengerjaan laporan penelitian ini. Dengan segala kejujuran dan kerendahan hati penulis sadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi pembahasan maupun penyusunannya. Oleh karena itu, saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga laporan penelitian ini bermanfaat untuk penulis dan seluruh pihak, juga dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan atau sumber ide untuk penelitian lebih lanjut di bidang kedokteran. Ciputat, 17 Oktober 2016 Zaima Dzatul Ilma vii

7 ABSTRAK Zaima Dzatul Ilma. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMA TERHADAP PERILAKU PENGGUNAAN PERANTI DENGAR DI SMAN X TANGERANG SELATAN TAHUN Prevalensi penggunaan peranti dengar berisiko, marak di kalangan remaja. Pengetahuan dan sikap dianggap memiliki pengaruh terhadap perilaku penggunaan peranti dengar pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar. Penelitian ini dilakukan terhadap 256 responden dengan menggunakan desain deskriptif potong lintang melalui pengisian kuosioner, kemudian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan 96,1% memiliki gambaran pengetahuan baik, 13,1% memiliki gambaran sikap baik dan 41,9% memilki gambaran perilaku yang baik. Meskipun responden memiliki gambaran pengetahuan yang baik, namun sikap dan perilaku responden menunjukkan hal yang sebaliknya. Tidak terdapat pengaruh yang bermakna antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti dengar. (P= 0,497 dan 0,119). Promosi kesehatan perlu difokuskan pada peningkatan kesadaran remaja melalui pemberian informasi terkait fakta akan bahaya bising. Kata kunci : peranti dengar, remaja, pengetahuan, sikap, perilaku ABSTRACT Zaima Dzatul Ilma. Medical and Professional Studies Program. THE EFFECT OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES TOWARD HIGH SCHOOL STUDENT BEHAVIOR OF PERSONAL LISTENING DEVICE USAGE AT X SMAN TANGERANG SELATAN The prevalence of high risk personal listening device usage is high among teenagers. Knowledge and attitude is related to the practice of personal listening device usage. This study is purposed to see the influence of knowledge and attitude towards the practice of personal listening device usage in senior high school students. This cross-sectional study was comprised of 256 students who were asked to fill a questionnaire As the result, 96.1% students have good knowledge, 13.1% students have good attitude and 41.9% have good practice. Although they appeared to be generally know of the risks of exposure to loud music, they expressed low awareness and insisted bad behavior. There is no significant association found between knowledge and attitude of risky personal listening device usage and practice of high risk personal listening device usage. (P= 0,497 dan 0,119). The health promotion should be focused on increasing the teenager s awareness through giving information about noise harm. Keywords : personal listening device, teenager, adolescent, knowledge, attitude, practice viii

8 DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii DAFTAR BAGAN... x DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Rumusan Masalah Hipotesis Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Landasan Teori Pengetahuan Definisi Tingkat pengetahuan dan ranah kognitif Faktor yang mempengaruhi pengetahuan Sikap Definisi Tingkatan sikap Perilaku Definisi Klasifikasi Teori health belief model Peranti Dengar Telinga Anatomi dan fisiologi Definisi pendengaran ix

9 Mekanisme Mendengar Jaras pendengaran Fisika pendengaran Rentang frekuensi pendengaran Kuosioner Penelitian Wawancara Adolescent s Perceptions Kuosioner gambaran pemakaian peranti dengar Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale Kerangka Teori Kerangka Konsep Definisi Operasional BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Tempat dan Waktu Pelaksanaan Populasi dan Sampel Penelitian Besar sampel Cara pengambilan sampel Kriteria sampel Alur penelitian Manajemen Data...27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Uji Validitas Analisis Univariat Gambaran karakteristik responden Gambaran pengetahuan Gambaran sikap Gambaran perilaku Hasil bivariat BAB 5 PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

10 DAFTAR BAGAN Bagan 2.1 Kerangka Teori Bagan 2.2 Kerangka Konsep...22 Bagan 3.1 Alur Penelitian DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Definisi operasional...23 Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuosioner...28 Tabel 4.2 Gambaran pengetahuan...29 Tabel 4.3 Gambaran sikap...30 Tabel 4.4 Gambaran perilaku...31 Tabel 4.5 Gambaran kategori perilaku...31 Tabel 4.6 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku...32 Tabel 4.7 Hubungan pengetahuan dengan sikap...34 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Circumaural headphone...10 Gambar 2.2 Supraaural headphone...11 Gambar 2.3 Earphone...11 Gambar 2.4 Canalphone...12 Gambar 2.5 Anatomi telinga...15 Gambar 2.6 Stimulasi reseptor pendengaran...17 Gambar 2.7 Jaras pendengaran utama...18 Gambar 2.8 Hubungan antara ambang dengar dan persepsi somestatik...19 xi

11 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat permohonan komite etik Lampiran 2. Surat ijin pengantar dari fakultas Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden Lampiran 4. Sumber kuosioner...46 Lampiran 5 Kuosioner penelitian...47 Lampiran 5. Hasil Uji Validitas...53 Lampiran 6. Hasil Uji Statistik...56 Lampiran 7. Dokumentasi Lampiran 8. Daftar riwayat hidup xii

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Musik bukanlah hal yang langka ditemui pada zaman globalisasi. Sebagai salah satu media hiburan, musik sudah dapat ditemukan dalam genggaman tangan. Hanya dengan menyalakan alat pemutar musik, seseorang dapat mendengarkan lantunan musik dengan berbagai macam genre seperti jazz, blues, metal, pop, hingga clasic. 1 Pemutar musik zaman sekarang sudah berevolusi sehinga dapat dibawa kemana-mana. Benda ini juga dapat digunakan oleh berbagai kalangan dan tingkatan umur karena mudah dioperasikan, diakses serta berukuran kecil. Selain itu, pemutar musik juga dapat ditemukan didalam telepon genggam dan komputer pribadi. Biasanya, pemutar musik model ini dilengkapi dengan headset sebagai sebuah peranti dengar yang dapat membantu seseorang saat ingin mendengarkan musik untuk dirinya sendiri. 2 Pada suatu penelitian didapatkan bahwa sebanyak 88,2% dari 1407 anak menggunakan pemutar musik pribadi yang dikenal dengan MP3 dan 27,4% diantaranya mendengarkan musik dengan volume maksimal dalam waktu yang lama tanpa jeda. Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa dari 490 subjek penelitian, 94,3% diantaranya menggunakan pemutar musik pribadi dan hampir seluruhnya menggunakan alat tersebut selama 1-3 jam setiap harinya selama tiga tahun. Sedangkan peranti dengar yang paling banyak digunakan adalah jenis earphone. 3,4 Hal ini menunjukkan betapa maraknya pemakaian peranti dengar pada masyarakat, khususnya remaja. Selain manfaat yang dimiliki oleh peranti dengar, alat ini juga secara tidak langsung dapat memberikan dampak buruk terhadap pendengaran. Pada tahun 2012 World Health Organization (WHO) mengeluarkan perkiraan jumlah terjadinya tuli dari 42 populasi dan didapatkan hasil sebanyak 5,3% dari jumlah penduduk dunia khususnya Asia Selatan dan Asia Pasifik menderita ketulian. 5 Sedangkan dalam sebuah artikel American Speech-Language- Hearing Association mengutip penelitian dari Niskar AS, terdapat sekitar 1

13 12,5% anak dan remaja usia 6-19 tahun dan 17% orang dewasa mengalami kerusakan permanen berupa ketulian pada pendengaran yang diakibatkan oleh paparan bunyi yang sangat tinggi dan terus menerus. 6 Pada penelitian yang dilakukan oleh Laoh A di Fakultas Kedokteran Sam Ratulangi juga didapatkan kesimpulan bahwa dari 30 orang responden yang sering menggunakan headset, 26,7% responden mengalami tuli ringan dan 6,7% responden mengalami tuli sedang. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan peranti dengar mempengaruhi kualitas pendengaran. 7 Secara global World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan anjuran terkait pencegahan gangguan dengar akibat bising, diantaranya melakukan kerjasama lintas sektoral antar pemerintahan melalui regulasi dan organisasi non pemerintahan melalui komunikasi dan media massa untuk meningkatkan kesadaran terkait pendengaran. 8 Beberapa negara telah menerapkan langkah-langkah pencegahan terhadap ancaman gangguan pendengaran di berbagai sektor. Negara maju seperti Amerika telah membuat inovasi mengenai pencegahan ketulian. Peraturan yang mereka miliki tidak hanya mengatur bising di lingkungan kerja industri namun juga sampai ke lingkungan kerja seni seperti pemain musik, DJ dan orang-orang yang bekerja di klub malam. Dalam mewujudkan terlaksananya hal ini pemerintah Amerika bekerja sama dengan produsen-produsen earplug untuk membuat inovasi piranti yang tidak mengurangi efektivitas orang-orang yang bekerja di bidang musik. 9 Sedangkan di Indonesia, pemerintah hanya memiliki peraturan terkait ambang paparan bising di tempat kerja serta ambang bising kendaraan bermotor yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 13 tahun 2011 dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 7 tahun ,11 Penulis memilih melakukan penelitian tentang pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan peranti dengar karena penulis melihat maraknya penggunaan peranti dengar atau headset dan besarnya pengaruh penggunaan peranti dengar terhadap pendengaran khususnya remaja SMA yang sangat mudah terpengaruh oleh perubahan pola hidup di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu penulis berminat untuk melakukan penelitian ini untuk mengetahui 2

14 ada atau tidaknya pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku tersebut. Selain itu, penulis ingin membandingkan hasil survei luar negeri yang menyatakan bahwa siswa-siswi dari sekolah menengah sering mendengarkan MP3 dengan volume tinggi meskipun sadar dengan risikonya. Mereka menunjukkan kepedulian yang rendah terhadap hal tersebut dan menolak gangguan terhadap kebiasaan tersebut. 12 Penulis memilih Tangerang Selatan sebagai lokasi penelitian karena dekat dengan domisili penulis dan merupakan wilayah sub-urban yang banyak terkontaminasi ibukota. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, peneliti dapat merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : Apakah terdapat pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan? 1.3 Hipotesis Peneliti mengambil hipotesis bahwa : Pengetahuan dan sikap siswa SMA memiliki pengaruh terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan Tujuan Khusus 1. Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan. 2. Mengetahui pengaruh pengetahuan siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan. 3. Mengetahui pengaruh sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X tangerang Selatan. 3

15 4. Mengetahui prevalensi siswa SMA yang memiliki perilaku penggunaan peranti dengar berisiko. 1.5 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti 1. Penelitian ini dapat memberikan informasi tentang gambaran pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan. 2. Penelitian ini dapat memberikan informasi terkait ada atau tidaknya pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan Bagi Siswa Mengetahui informasi mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunaan peranti dengar Bagi Masyarakat Luas Memberikan masukan kepada instansi pemerintahan, pendidikan, kesehatan serta media informasi dan komunikasi serta pihak-pihak yang terllibat mengenai pengaruh pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap penggunaan peranti dengar di SMAN X Tangerang Selatan. 4

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengetahuan Definisi Pengetahuan adalah kesan dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancainderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (belief), takhayul (superstition) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformation). 13 Pengetahuan juga merupakan hasil mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun secara tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang-orang melakukan kontak dan pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). 14 Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri seseorang terjadi beberapa proses, yaitu: - Kesadaran (awareness) dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus. - Merasa tertarik (interest), terhadap stimulasi atau objek tertentu. - Evaluasi (evaluation), menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. - Mencoba (trial), dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan stimulus. - Adopsi (adoption), diamana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus. 13 5

17 Tingkat Pengetahuan Dan Ranah Kognitif yaitu: Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, 1. Tahu (know), yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk recall terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh stimulus yang diterima. 2. Memahami (comprehension), yaitu kemampuan mnejelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara luas. 3. Aplikasi (application), yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. 4. Analisis (analysis), yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam suatu struktur organisasi tersebut juga masih berkaitan satu sama lain. 5. Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation), yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan a. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah ia menerima informasi dan pengetahuannya semakin banyak. Begitu juga sebaliknya. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. 6

18 c. Umur Dengan bertambahnya umur, maka akan terjadi perubahan fisik dan fisiologis yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. d. Minat Suatu kecendrungan dan keinginan akan menuntun seseorang untuk mencari lebih banyak informasi. e. Pengalaman Pengalaman akan memberikan ingatan dan kesan pada diri seseorang untuk membentuk sikap positif maupun negatif. f. Kebudayaan lingkungan sekitar Lingkungan berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. g. Informasi Kemudahan memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru Sikap Definisi Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dan dalam kehidupan sehari hari bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dianggap sebagai predisposisi dari tindakan atau perilaku. 13 Sikap merupakan sindroma atau objek, sehingga sikap melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan lainnya. Alport menyatakan bahwa sikap memiliki 3 komponen utama yaitu kepercayaan terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi emosional dan kecendrungan untuk bertindak. 13,14 7

19 Tingkatan Sikap 13,14 1. Menerima (receiving), menunjukkan bahwa seseorang mau menerima stimulus yang diberikan. 2. Menanggapi (responding) yaitu memberikan tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi. 3. Menghargai (valuing), menunjukkan bahwa subjek memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus. 4. Bertanggung Jawab (responsible) merupakan sikap yang paling tinggi tingkatan nya dengan mengambil resiko dan bertanggung jawab terhadap keputusan yang telah diambil Perilaku Definisi Perilaku Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus baik dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah diamati dan dilihat oleh orang lain. 14,15, Klasifikasi Perilaku Dilihat dari respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: 1) Perilaku tertutup Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus dan belum dapat diamati oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka dan mudah diamati. 13,14,15 8

20 Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum individu mengadopsi perilaku baru, di dalam dirinya trjadi proses berurutan, yaitu : 13,16 1. Awarness (kesadaran), individu menyadari adanya stimulus. 2. Interest (tertarik), individu mulai tertarik kepada stimulus. 3. Evaluation (menimbang- nimbang), tahapan yang lebih baik dimana subjek mempertimbangkan apakah stimulus akan berdampak baik atau tidak. 4. Trial (mencoba), individu mulai mencoa perilaku baru 5. Adoption, individu telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap dan kesadaran nya terhadap stimulus Teori Health Belief Model Teori Health Belief Model termasuk dalam pendekatan intrapersonal. Teori ini mengandung beberapa konsep utama yang meramalkan mengapa orang-orang akan mengambil tindakan untuk mencegah, menyaring atau untuk mengontrol kondisi penyakit yang meliputi kerentanan, keseriusan, manfaat dan batasan perilaku, pengenalan tindakan dan pengobatan diri yang terbaru. Pendekatan yang dilakukan menekankan pada aspek kognitif atau model kognitif yang digunakan untuk meramal perilaku peningkatan kesehatan. Perilaku kesehatan ditentukan langsung oleh dua keyakinan, yaitu 17,18 : - Ancaman yang dirasakan (perceived threat of injury and ilness) - Pertimbangan keuntungan dan kerugian (benefits and cost) Penilaian tentang ancaman ditentukan oleh 17,18 : - Ketidakkebalan yang dirasakan (perceived threat of vulnerability) - Keseriusan masalah kesehatan yang dirasakan (perceived of sverity) - Petunjuk untuk berperilaku (clues of action) seperti : media masa, kampanye, nasihat orang lain, penyakit dari anggota keluarga yang lain, dll. 9

21 Ancaman, keseriusan, ketidakkebalan dan pertimbangan keuntungan dan kerugian, dipengaruhi oleh 17,18 : - Variabel demografis : usia, jenis kelamin, latar belakang budaya - Variabel struktural : pengetahuan dan pengalaman tentang masalah Peranti dengar Definisi Di Indonesia lebih dikenal dengan istilah headset atau headphone adalah sepasang pengeras suara kecil yang digunakan didekat telinga penggunanya dan dihubungkan ke sumber sinyal seperti radio, CD player, media player portable dan lain-lain Jenis peranti dengar Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, dipasaran kini ditawarkan banyak sekali jenis dan berbagai bentuk peranti dengar. Contoh dari PLD antara lain circumaural headphone, supraaural headphone, earphone, dan canalphone Circumaural adalah headphone yang sepenuhnya mengelilingi telinga. Secara harfiah circumaural berarti sekitar telinga. Hal tersebut memungkinkan telinga penggunanya untuk sepenuhnya tertutup dan dirancang untuk menempel di kepala sehingga memberikan banyak isolasi dari luar, yang bertujuan untuk meredam kebisingan lingkungan (noise canceling headphone) yang tidak diinginkan. Hal tersebut memungkinkan penggunanya untuk mendengarkan musik dengan volume minimum meskipun di lingkungan yang bising. Gambar 2.1 circumaural headphone 20 Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank,

22 2. Supra-aural atau juga dikenal dengan earpad headphone merupakan headphone yang menempel pada permukaan daun telinga namun tidak sepenuhnya menutupi telinga seperti circumaural. Supra-aural headphone tidak sama besar dengan headphone circumaural. Karena ukurannya yang tidak sebesar circumaural, headphone jenis supra-aural menjadi lebih mudah dibawa karena ukuran dan beratnya yang lebih kecil dari jenis circumaural. Gambar 2.2 supraaural headphone Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, Earbud atau earphone merupakan salah satu bentuk dari interaural headphone yang ukurannya jauh lebih kecil dari dua jenis sebelumnya. Penggunaannya langsung ditempatkan di luar telinga. Bentuknya yang kecil membuat peranti jenis ini lebih cenderung dipilih untuk dibawa bawa karena tidak butuh ruang yang besar untuk membawa peranti jenis ini. Peranti jenis ini biasanya hanya memiliki satu ukuran sehingga kemampuan meredam suaranya akan berbeda-beda pada masing-masing orang. Hal ini dapat memicu pengguna untuk menaikkan level volume saat mendengarkan musik di lingkungan yang bising seperti jalan raya, cafetaria dan lain-lain. 21 Gambar 2.3 earphone 20 Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank,

23 4. Canalphone dikenal juga sebagai In- Ear- Monitor (IEM), termasuk kedalam golongan interaural. Seperti namanya, peranti ini dipakai dengan cara memasukkan bagian eartip dari peranti kedalam bagian depan lubang telinga yang bertujuan untuk menyegel telinga. Segel umumnya melayani dua fungsi yaitu, memblokir kebisingan dan membentuk ruang akustik dalam rangka mencapai suara yang lebih jelas. Canalphone jauh lebih baik dalam meredam suara lingkungan (29-377dB) di banding jenis peranti circumaural dan supraaural (8-11dB). Gambar 2.4 Canalphone 20 Sumber: Audiology Diagnosis: Basic Instrument And Calibration, Tom Frank, Telinga Anatomi Dan Fisiologi Telinga Telinga terdiri atas tiga bagian besar yaitu telinga luar yang berfungsi untuk mengumpulkan gelombang bunyi dan meneruskannya ke dalam telinga, telinga tengah yang berfungsi mengirimkan getaran bunyi ke tingkap oval dan telinga dalam yang merupakan lokasi dari reseptor pendengaran dan keseimbangan. 22 Telinga luar terdiri atas aurikula, kanal auditori eksterna dan gendang telinga. Aurikula merupakan bagian penutup dari tulang rawan kartilago yang elastis, berbentuk seperti ujung terompet dan diselimuti oleh kulit. Bagian ini dibagi lagi menjadi helix (bagian yang melingkar) dan lobule (bagian bawah). Ligamen dan otot mengikatkan aurikula ke kepala. Kanal auditori eksterna adalah sebuah tuba melengkung sepanjang 2.5 cm yang terletak di tulang temporal dan mengarah ke gendang telinga. 12

24 Membran timpani atau gendang telinga adalah sekat tipis dan semi transparan diantara kanal auditori eksterna dan telinga tengah. Membran timpani ini dilapisi oleh epidermis dan epitel kubus selapis. Antara lapisan epitelial tersebut terdapat jaringan ikat yang tersusun atas kolagen, serat elastis dan fibroblas. 22 Didekat bagian paling luar, kanal auditori eksterna mengandung sedikit rambut dan kelenjar keringat khusus yang disebut kelenjar seruminosa yang mensekresi lilin telinga atau serumen. Kombinasi antara rambut dan serumen tersebut membantu mencegah debu dan benda asing untuk masuk ke dalam telinga. Serumen juga mencegah kerusakan bagian kulit yang lembut dari kanal telinga luar yang disebabkan air dan serangga. 22 Telinga tengah adalah ruangan berisi udara yang berukuran kecil di bagian tulang temporal dan dilapisi oleh epitelium. Bagian ini dipisahkan dari telinga luar oleh membran timpani dan telinga dalam dengan tingkap oval da tingkap bulat yang berbentuk membran. Terdapat osikel berupa tiga tulang kecil yang dihubungkan oleh sendi sinovial. Tulang tulang ini dinamakan berdasarkan bentuk nya, yaitu maleus, inkus dan stapes. Gagang dari maleus menempel pada permukaan internal membran timpani. Bagian kepala maleus bersambung dengan bagian badan inkus. Inkus bersambung dengan bagian stapes. Bagian dasar stapes sesuai dengan tingkap oval. Tepat dibawah tingkap oval terdapat tingkap bulat yang diselubungi oleh membran yang disebut membran timpani sekunder. Selain ligamen, dua otot rangka kecil juga melekat pada osikel. Otot tensor timpani yang berasal dari mandibular membatasi perpindahan dan peningkatan tekanan gendang telinga saat adanya suara keras. Bagian anterior dari telinga tengah memiliki lubang yang mengarah pada tuba auditori yang disebut tuba eustasius. Tuba ini terbuka selama menelan dan menguap dan menyebabkan udara dapat masuk ke dalam telinga sehingga tekanan dalam atmosfer dan telinga sama. Telinga 13

25 dalam juga disebut labirinth karena terdiri atas banyak kanal yang membingungkan. Secara struktur, bagian ini terdiria atas dua bagian utama yaitu bagian luar yang menutupi bagian dalam. 22 Tulang labirin ini merupakan gabungan dari rongga yang terdiri atas kanal semisrkular, vestibuli yang memiliki reseptor untuk keseimbangan dan koklea yang memiliki reseptor pendengaran. Tulang labirin ini dilapisi oleh periosteum dan mengandung perilimf. Cairan ini mengelilingi membran labirin. Epitel dari membran labirin juga mengandung endolimf. Level kalium dari endolimf biasanya tinggi dan memiliki peran dalam proses sinyal auditori. 22 Di tengah labirin tulang, terdapat vestibulum yang merupakan tabung berbentuk oval. Labirin membranosa pada vestibulum mengandung dua saluran yang mirip kantung yakni utrikulus dan sakulus. Di bagian superior dan posterior dari vestibulum terdapat tiga tulang kanalis semisirkularis, yang masing-masing terletak pada sudut yang sama antara satu sama lain. Berdasarkan posisinya, tiga tulang kanalis semisirkularis tersebut disebut kanalis semisirkularis anterior, posterior, dan lateral. Kanalis semisirkularis anterior dan posterior terletak vertikal, sedangkan kanalis semisirkularis lateral terletak horizontal. Di ujung setiap kanal terdapat pelebaran yang disebut ampula. Bagian labirin membranosa yang terletak di dalam tulang kanalis semisirkularis disebut duktus semisirkularis. 22 Struktur ini terhubung dengan utrikulus pada vestibulum. Cabang vestibular dari nervus vetibulokoklearis (VIII) terdiri dari nervus ampular, utrikular, dan sakular. Bagian anterior dari vestibulum adalah koklea, sebuah saluran tulang yang berbentuk spiral yang mirip dengan rumah siput. Koklea terbagi menjadi tiga bagian yakni duktus koklearis (skala media), skala vestibuli, dan skala timpani. Duktus koklearis adalah terusan dari labirin membranosa ke arah koklea yang teirisi oleh endolimfe. Di atas duktus koklearis terdapat skala vestibuli yang berujung di oval window. Sedangkan di bawahnya terdapat skala timpani yang berujung di 14

26 round window. Skala vestibuli dan skala timpani merupakan bagian dari labirin tulang pada koklea, maka dari itu ruang tersebut terisi oleh perilimfe. Seluruh bagian skala vestibuli dan skala timpani dipisahkan oleh duktus koklearis, kecuali pada bagian apeks koklea yang disebut helikotrema. 22 Skala vestibuli dan duktus koklearis dipisahkan oleh membran vestibular (membran Reissner), sedangkan duktus koklearis dan skala timpani dipisahkan oleh membran basilar. Membran basilar mengandung sampai serat basilar yang keluar dari sumbu tulang di koklea, yaitu modiolus, menuju ke dinding luar. Serat ini kaku dan elastis pada salah satu ujung bebasnya sehingga dapat bergetar seperti buluh harmonika.22 Pada membran basilar terdapat organ Corti. Organ Corti mengandung sel rambut yang merupakan reseptor pendengaran. Terdapat dua kelompok sel rambut, yakni sel rambut dalam yang terdiri dari satu baris dan sel rambut luar yang terdiri dari tiga baris. Pada ujung apikal setiap sel rambut, terdapat stereosilia yang menyentuh atau tertanam pada endolimfe duktus koklearis. Pada ujung basal, sel rambut dalam dan sel rambut luar bersinaps dengan neuron sensorik orde pertama dan dengan neuron motorik dari cabang koklear nervus vestibulokoklearis (VIII). Walaupun sel rambut luar lebih banyak dari sel rambut dalam, tetapi sel rambut dalam bersinaps lebih banyak dengan neuron sensorik orde pertama yakni sekitar 90-95%. Sebaliknya, 90% neuron motorik bersinaps dengan sel rambut luar. 22 Gambar 2.5 Stimulasi Reseptor Pendengaran Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora,

27 Definisi Pendengaran Pendengaran adalah persepsi energi suara oleh saraf yang terdiri atas dua aspek yaitu identifikasi suara dan lokalisasinya Mekanisme Mendengar Proses mendengar melalui beberapa tahap kejadian berikut: 1. Aurikula menangkap gelombang suara dan diteruskan ke saluran pendengaran eksternal. 2. Ketika gelombang suara sampai ke gendang telinga, pergantian tekanan tinggi dan rendah membuat gendang telinga bergetar maju dan mundur. Jarak perpindahannya bergantung pada intensitas dan frekuensi gelombang suara. Gendang telinga bergetar pelan terhadap frekuensi suara yang rendah dan bergetar kencang terhadap frekuensi suara yang tinggi. 3. Area tengah gendang telinga terhubung oleh tulang maleus yang juga ikut bergetar. Getaran itu kemudian diteruskan ke tulang inkus dan kemudian ke tulang stapes. 4. Ketika tulang stapes bergerak ke luar dan ke dalam, tulang stapes membuat tingkap oval tertarik ke luar dan terdorong ke dalam. Tingkap oval bergetar 20 kali lebih keras daripada gendang telinga karena osikel secara efisien mentransmisikan getaran kecil yang tersebar di di area permukaan yang luas (gendang telinga) menjadi getaran besar pada permukaan yang lebih kecil (tingkap oval). 5. Pergerakan tingkap oval menghasilkan gelombang tekanan cairan perilimfe di koklea. Tingkap oval yang terdorong ke dalam membuat perilimfe pada skala vestibuli ikut terdorong. 6. Gelombang tekanan ditransmisikan dari skala vestibuli ke skala timpani kemudian ke tingkap bulat, menyebabkan tingkap bulat terdorong keluar ke telinga tengah. 16

28 7. Selama gelombang tekanan mendorong dinding skala vestibuli dan skala timpani, gelombang tekanan tersebut juga mendorong membran vestibular ke depan dan ke belakang, sehingga membentuk gelombang tekanan di endolimfe pada duktus koklearis. 8. Gelombang tekanan di endolimfe menyebabkan membran basilar bergetar, yang kemudian menyebabkan sel-sel rambut pada organ Corti bergerak ke arah yang berlawanan dari membran tektorial. Hal ini menyebabkan membengkoknya stereosilia yang kemudian menciptakan potensial reseptor dan mengaktifkan impuls saraf. Gambar 2.6 Stimulasi Reseptor Pendengaran Sumber: Principles of Anatomy and Physiology, Tortora, Jaras Pendengaran Serabut saraf dari ganglion spiralis korti memasuki nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak di bagian atas medulla. Pada titik ini, semua serabut sinaps dan neuron tingkat dua berjalan terutama ke sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior. Beberapa serabut tingkat kedua lainnya juga berjalan ke nukleus olivarius superior pada sisi yang sama. Dari nukleus olivarius superior, jaras pendengaran kemudian berjalan ke atas melalui lemnikus lateralis. Beberapa serabut terakhir di nukleus lemnikus lateralis, tetapi sebagian melewati nukleus ini dan berjalan ke kolikulus inferior, temat semua atau hampir semua serabut pendengaran bersinaps. Dari sini jaras berjalan ke nukleus genikulatum medial, tempat semua serabut bersinaps. Akhirnya, 17

29 jaras berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks audiotorik, yang terutama terletak pada girus superior lobus temporalis. 24 Ada 3 hal penting dalam penyaluran impuls pada jaras pendengaran, yaitu: 1. Sinyal dari kedua telinga dijalarkan melalui dua jaras kedua sisi otak, dengan penjalaran sedikit lebih besar pada jaras kontralateral. Mereka juga bersilangan di korpus trapezoid, dalam komisura di antara dua inti lemnikus lateralis dan dalam komisura yang menghubungkan dua kolikulus inferior. 2. Banyak serabut kolateral dari traktus auditorik berjalan langsung ke dalam sistem aktivasi retikular di batang otak. Sistem ini menonjol secara difus ke atas dalam batang otak dan ke bawah ke dalm medula spinalis dan mengaktivasi seluruh sistem saraf untuk memberi respon terhadap suara yang keras. Koateral lain menuju ke vermis serebelum yang juga aktif jika ada suara keras yang timbul mendadak. 3. Orientasi spasial dengan derajat tinggi dipertahnakan dalam traktus serabut yang berasal dari koklea sampai ke korteks. 24 Gambar 2.7 Jaras pendengaran utama. Sumber : Guyton, Arthur C Buku Ajar Fisiologi Kedokteran-Edisi 11. Jakarta : EGC 18

30 Fisika Pendengaran Gelombang suara adalah getaran udara yang merambat yang terdiri dari daerah-daerah bertekanan tinggi akibat kompresi (pemadatan) molekul udara bergantian dengan daerah-daerah bertekanan rendah akibat penjarangan (peregangan) molekul udara. Setiap alat yang mampu menghasilkan gangguan pola molekul udara disebut sumber suara. 23 Nada suara ditentukan oleh frekuensi getaran. Semakin besar frekuensi getaran maka nada akan semakin tinggi juga. Telinga manusia mampu mendeteksi gelombang suara dengan frekuensi dari 20 sampai siklus perdetik tetapi paling peka untuk frekuensi antara 1000 dan 4000 siklus perdetik. 23 Intensitas atau kekuatan suara bergantung pada amplitudo gelombang suara atau perbedaan tekanan antara daerah bertekanan tinggi dan daerah bertekanan rendah. Dalam rentang pendengaran, semakin besar amlitudo, semakin keras suara. Telinga manusia dapat mendengar intensitas suara dengan kisaran yang lebar, dari bisikan paling lemah hingga bunyi pesawat lepas landas yang memekakkan telinga. Kekuatan suara diukur dalam desibel(db), yaitu ukuran logaritmik intensitas dibandingkan dengan suara paling lemah yang masih terdengar (ambang dengar). 23 Gambar 2.8 Hubungan antara ambang pendengaran dan persepsi somestatik (ambang taktil dan tusukan) terhadap tingkat energi suara pada setiap frekuensi suara 19

31 Gambar ini menunjukkan bahwa suara 3000 siklus perdetik dapat didengar bahkan bila intensitasnya serendah 70 desibel di bawah 1 dyne /cm2 tingkat tekanan suara, yaitu satu per sepuluh juta mikrowatt per sentimeter persegi. Sebaliknya suara 100 siklus per detik dapat dideteksi hanya jika intensitas nya kali lebih besar dari ini Rentang Frekuensi Pendengaran Frekuensi suara yang dapat didengar oleh orang muda adalah antara siklus perdetik. Namun, rentang suara bergantung pada perluasan kekerasan yang sangat besar. Jika kekerasannya 60 db dibawah 1 dyne /cm2 tingkat tekanan suara, rentang suara adalah 500 sampai 5000 siklus perdetik yang artinya hanya dengan suara keras rentang 20 sampai siklus dapat dicapai secara lengkap Kuosioner Penelitian Wawancara pada penelitian Adolescent s Perceptions of Loud Music and Hearing Conservation Item pada daftar pertanyaan asli memiliki format pertanyaan semi-structured yang berpedoman pada literatur review dan diskusi para ahli yang dihubungkan dengan protection motivation theory (PMT). Hanya beberapa item yang diambil dan dimodifikasi pada penelitian ini. 12 (Lampiran 4) Kuosioner gambaran pemakaian peranti dengar Merupakan kuosioner yang menunjukkan identitas pasien, gambaran pemakaian peranti dengar yang meliputi frekuensi, intensitas bunyi, lama pemakaian, jenis peranti dengar, sumber bunyi dan kemampuan responden mendengar bising lingkungan saat memakai peranti dengar dengan kondisi menyala. Kuosioner ini mengikuti kuosioner pada penelitian terdahulu oleh Herman NWP tahun (Lampiran 4) 20

32 Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale (YANS) Kuosioner YANS terdiri atas 19 item yang dikembangkan oleh Widen et al.(2004) untuk mengeksplorasi sikap remaja terhadap bising. Setiap item dinilai dengan lima poin yang dimulai dengan pilihan sangat setuju (5 poin) sampai sangat tidak setuju (1 poin). Pertanyaan-pertanyaan dalam kuosioner ini dikategorikan lagi menjadi empat subdivisi yaitu, item yang menilai sikap terhadap kebudayaan remaja (item 1, 4, 6, 9, 10, 12, 15 dan 18), item yang menilai sikap terhadap kemampuan responden untuk berkonsentrasi dalam kondisi bising (item 2, 5 dan 8), item yang menilai sikap terhadap bising sehari-hari seperti bising lalu lintas (item 11, 14, 16 dan 17) dan item yang menilai sikap terhadap mempengaruhi lingkungan (item 3, 7, 13 dan 19). Kuosioner ini telah divalidasi ulang oleh Keppler tahun 2010 dan didapatkan nilai Cronbach s alpha sebesar 0,71 untuk keseluruhan kuosioner. 26 (Lampiran 5) 21

33 2.2 Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka teori 2.3 Kerangka Konsep Pengetahuan tentang PD Sikap terhadap informasi tentang PD Perilaku Bagan 2.2 Kerangka konsep 22

34 2.4 Definisi Operasional Tabel 2.2 Definisi operasional Variabel Definisi Cara pengukuran Skala Usia Usia pasien saat diminta mengisi Jumlah hari sejak Numerik kuosioner lahir sampai tanggal pemeriksaan/365 Jenis Jenis kelamin pasien sesuai Sesuai yang Kategorik kelamin dengan fakta saat mengisi kuosioner. Terdiri atas kategori laki-laki dan perempuan. tertulis di data kuosioner dan status pasien. Pengetahuan Kesan dalam pikiran manusia Sesuai yang Kategorik tentang peranti dengar sebagai hasil penggunaan pancainderanya. 13 Dalam hal ini terkait PD. Dibagi kedalam kategori : 1. Baik (>80% total skor pertanyaan) 2. Buruk (<80% total skor pertanyaan) tertulis di kuosioner. Sikap terhadap informasi tentang PD Reaksi atau respon seseorang terhadap suatu stimulus atau objek dan dalam kehidupan sehari hari bersifat emosional terhadap stimulus sosial berupa informasi tentang PD. Sikap dianggap sebagai predisposisi dari tindakan atau perilaku. 13 Dibagi kedalam kategori : 1. Baik (>80% total skor pertanyaan) 2. Buruk (<80% total skor ) Sesuai yang tertulis di data kuosioner. Kategorik 23

35 Perilaku Perbuatan penggunaan PD hasil Sesuai yang Kategorik penggunaan dari pengaruh berbagai stimulus tertulis di data PD dari luar dan dalam diri seseorang. kuosioner. 14 Dibagi kedalam kategori : 1. Baik (>60% total skor pertanyaan) 2. Buruk (<60% total skor pertanyaan) Peranti Sepasang pengeras suara kecil Sesuai yang Kategorik dengar (PD) yang digunakan didekat telinga tertulis di penggunanya dan dihubungkan ke kuosioner. sumber sinyal seperti radio, CD player, media player portable dan lain-lain. 19 Terdiri atas : Lama 1. Canalphone 2. Circum-aural headphone 3. Supra-aural headphone 4. Earphone 20 Rentang waktu yang digunakan Sesuia kuosioner Kategorik penggunaan oleh responden untuk memakai peranti peranti dengar. Di tanyakan dalam dengar (PD) rentang waktu jam, hari dan tahun. Pengelompokkan di bagi kedalam kategori <5tahun dan >5 tahun. <60 menit dan >60 menit. 4,27,28 Level Level volume ternyaman yang Sesuai kuosioner Kategorik volume dipilih oleh responden ketika memakai peranti dengar. Dibagi kedalam kategori <70% dan >70%. 29,30,31 24

36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik dengan menggunakan desain cross sectional. 3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas X Tangerang Selatan pada bulan Desember 2015 sampai bulan Agustus Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah remaja kelas dua siswa Sekolah Menengah Atas di sekolah terpilih baik pengguna peranti dengar maupun non pengguna peranti dengar pada tahun Besar Sampel Sampel pada penelitian ini adalah semua siswa kelas dua pada SMA terpilih pada tahun 2016, yaitu sebanyak 259 orang. Dengan minimal jumlah sampel dihitung dengan rumus : = 89,5 = 90 N=89,5 dibulatkan keatas menjadi 90 orang Dengan ketentuan berupa : N= Jumlah Sampel Z α = Deviat Baku alfa pada derajat kepercayaan 95% dengan hipotesis dua arah yaitu sebesar 1,96 P= Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya 7 d 2 = presisi Q=1-P

37 3.5 Cara Pengambilan Sampel Sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian dipilih dengan cara purposive sampling yaitu setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian dimasukkan dalam penelitian. Sedangkan sampel diambil secara total sampling, yaitu dengan mengambil seluruh populasi siswa kelas dua di SMAN X Tangerang Selatan tahun 2016 sejumlah 256 orang. 3.6 Kriteria sampel Kriteria Inklusi 1. Siswa kelas dua SMA yang telah terpilih 2. Siswa yang bersedia mengisi kuosioner Kriteria Eksklusi 1. Siswa yang sedang dalam pengobatan THT 2. Siswa yang memiliki kelainan THT sejak lahir 3. Siswa yang tidak mengsisi kuosioner secara lengkap 3.7 Alur Penelitian Validasi kuosioner Menyebarkan kuosioner Pengolahan Data Bagan 3.1 Alur Penelitian 26

38 3.8 Manajemen Data Pengolahan Data Pengolahan data penelitian menggunakan software SPSS dengan melakukan pemilahan data yang terkumpul, lalu data yang ada diberi kode atau angka tertentu setelah disesuaikan dengan data kuosioner. Data dimasukkan berdasarkan kode dan urutan yang telah ditentukan pada masing-masing variabel sehingga menjadi suatu data dasar. Data digolongkan, diurutkan kemudian disederhanakan sehingga mudah dibaca Analisis Data Analisis Data Univariat Analisi data univariat bertujuan untuk mendeskripsikan tiap variabel dependen dan independen untuk memahami karakteristik data yang ada yaitu pengaruh pengetahuan dan sikap terhadap perilaku penggunan peranti dengar pada siswa kelas 2 SMA X Tangerang Selatan, yaitu tingkat pengetahuan, variasi sikap dan variasi perilaku yang terjadi. Data disajikan dalam bentuk tabel beserta interpretasinya Analisis Data Bivariat Analisis data bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan hubungan antar variabel dependen dan independen menggunakan analisis uji chi-square, bila syarat uji chi-square tidak terpenuhi maka akan digunakan uji fisher exact. Total skor yang telah diolah kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik (>80% total skor) dengan kode 2 dan buruk (<80%total skor) dengan kode 1 untuk variabel pengetahuan dan sikap. Sedangkan untuk variabel perilaku, dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu baik (>60% total skor) dengan kode 2 dan buruk (<60%total skor) dengan kode 1. 27

39 3.8.3 Rencana Penyajian Data Penyajian data dilakukan dalam bentuk narasi dan tabel yang memperlihatan hasil pengolahan data kuosioner untuk menunjukkan hasil yang didapatkan Etika Penelitian Jenis penelitian ini sudah melewati informed consent. 28

40 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas Uji validitas kuosioner ini dilakukan untuk menilai apakah isi instrumen mempunyai validitas yang baik atau kurang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adlah kuosioner, maka uji validitas yang dilakukan untuk menilai item kuosioner yang valid maupun kurang valid. Selain itu, validitas juga dilakukan untuk mengukur kesesuaian alat yang digunakan untuk penelitian ekpererimenter. Uji validitas dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Atas di kawasan Tangerang Selatan dengan responden sebanyak dua puluh dua orang. Responden terdiri dari lima belas orang perempuan dan tujuh orang laki-laki dengan rata-rata usia enam belas tahun. Pengolahan data uji validitas ini menggunakan program aplikasi SPSS versi Uji Validitas Suatu item dalam instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang baik jika hasil Pearson Correlation lebih besar daripada koefisien korelasi sederhana (tabel r). Tabel r yang digunakan pada uji validitas ini bernilai 0,359 dengan N=22 dan tingkat signifikansi sebesar 1%. Tabel 4.1 Hasil uji validitas pada item kuosioner No Variabel Kuosioner Pearson P Value Tabel r Correlation (2-tailed) 1. Aspek pengetahuan a-0,205 a-0,36 0, Aspek sikap terhadap peranti 0,014-0,26 0,312-0,95 0,359 dengar 3. Aspek sikap terhadap bising di masyarakat 0,0114-0,49 0,018-0,95 0,359 Hasil uji validitas item kuosioner yang ditanyakan pada penelitian ini menunjukkan bahwa beberapa item tidak memiliki validitas yang baik sehingga dilakukan modifikasi sebelum item kuosioner dibagikan kepada responden. 29

41 4.2 Analisis Univariat Variabel yang terdapat pada penelitian ini akan dideskripsikan dengan analisis univariat yang akan memberikan gambaran terhadap karakteristik responden. Variabel bebas pada penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pengetahuan dan sikap responden. Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku penggunaan peranti dengar. Sampel pada penelitian ini awalnya berjumlah 256 responden dengan batas minimal sampel berjumah 90 responden. Namun karena kuosioner yang dibagikan tidak diisi dengan lengkap dan responden tidak dapat dihubungi kembali, sebanyak 27 responden dinyatakan drop out. Oleh karena itu hanya sebanyak 229 responden yang datanya dapat diolah Gambaran Karakteristik Responden Karakteristik responden penelitian ini digambarkan melalui sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dan usia. Responden terbanyak adalah perempuan dengan persentase 65,1% dan mayoritas berusia enam belas tahun yaitu sebanyak 60,7% dari total responden. Hal ini berkaitan dengan latar belakang responden yang seluruh nya diambil dari tingkatan kelas yang homogen Gambaran pengetahuan Tabel 4.2 Gambaran Pengetahuan Gambaran pengetahuan Jumlah Persentase (%) Buruk 9 3,9 Baik ,1 Total Gambaran pengetahuan terdiri atas pengetahuan pasien terhadap dampak bising pada orang lain, dampak bising akibat musik yang keras, risiko akibat terpapar bising pada remaja dan hubungan tingkat bising dengan risiko akibat bising. Berdasarkan tabel didapatkan bahwa pada responden penelitian sebanyak 96,1% memiliki skor pengetahuan yang baik terhadap poin-poin tersebut dan hanya sedikit yang memiliki skor pengetahuan yang buruk. 30

42 4.2.3 Gambaran sikap responden Tabel 4.3 Gambaran Sikap Gambaran sikap Jumlah Persentase (%) Buruk ,9 Baik 30 13,1 Total Gambaran sikap responden dinilai dari dua poin besar yaitu, sikap terhadap bising akibat peranti dengar dan sikap terhadap bising di masyarakat. Sikap terhadap bising akibat peranti dengar terdiri atas keinginan responden berhenti memakai peranti dengar dengan volume keras, apakah responden dapat berkonsentrasi saat menggunakan peranti dengar, keinginan responden untuk mengajak teman mengurangi frekuensi penggunaan peranti dengar dan keinginan responden untuk mengajak teman mengurangi tingkat volume saat menggunakan peranti dengar. Sikap terhadap bising di masyarakat terdiri atas 24 poin yaitu, perlunya berteriak saat berbicara dengan orang lain, pentingnya mendengar, kekhawatiran responden akan hilangnya pendengaran diri sendiri dan orang lain, keinginan responden melindungi pendengarannya sendiri, kepercayaan pasien terhadap kemampuannya melindugi pendengaran sendiri, kepercayaan pasien bahwa dia membahayakan pendengarannya sendiri, sikap responden terhadap kegaduhan, sikap pasien jika sekelilingnya sunyi, tanggapan pasien mengenai level bunyi di masyarakat, keinginan pasien meninggalkan lokasi yang bising, perlunya memakai earplug, perlunya regulasi tentang bising di masyarakat, sikap pasien terhadap bising lalu lintas, kemampuan pasien tidak menghiraukan bising, sikap pasien terhadap bising peralatan didalam ruangan, keinginan responden terhadap ketenangan sekolah dan respon pasien terhadap bising di lingkunga sekolah. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa mayoritas responden memberikan sikap yang buruk karena sebanyak 199 dari 229 responden memiliki skor sikap yang buruk. 31

43 4.2.4 Gambaran perilaku Tabel 4.4 Gambaran perilaku Variabel N % Menggunakan headset 1. Ya ,3 2. Tidak 13 5,7 Lama menggunakan headset tahun 2. > 3 tahun Frekuensi penggunaan headset 1. <7 hari 2. Setiap hari Lama waktu setiap 1 kali menggunakan headset 1. <1 jam 2. >1 jam Tingkat volume % 2. >70% Media player yang digunakan 1. Ipod 2. Mp3/Mp4 player 3. Handphone (HP) 4. Laptop/Komputer 5. Lain-lain Jenis headset yang dipakai 1. Circumaural 2. Supra-aural 3. Earbud 4. Canal phone 5. >2 PLD Dapat mendengar saat menggunakan headset 1. Dapat 2. Tidak dapat ,2 49,8 73,4 26,6 50,7 49,3 84,3 15,7 2,6 1,3 83,0 6,6 6,6 4,4 0,9 72,1 19,7 3,1 61,1 38,9 Gambaran penggunaan peranti dengar didapatkan dari pengisian kuesioner oleh responden. Hasilnya responden paling banyak menggunakan headset selama lebih dari tiga tahun dengan frekuensi penggunaan 1-2 hari/ minggu. Mayoritas responden memakai peranti dengar kurang dari satu jam dalam satu hari dan paling banyak memilih volume 40-50%. Sumber suara yang paling banyak digunakan adalah telepon genggam dan peranti dengar yang paling banyak digunakan adalah jenis earbud. Mayoritas responden masih dapat mendengar apabila sedang menggunakan peranti dengar. 32

44 Tabel 4.5 Gambaran Kategori Perilaku Gambaran perilaku Jumlah Persentase (%) Buruk ,1 Baik 96 41,9 Total Gambaran perilaku dinilai berdasarkan beberapa poin yaitu, apakah responden menggunakan peranti dengar, lama penggunaan peranti dengar dalam jam dan tahun, frekuensi penggunaan peranti dengar setiap minggu, tingkat volume yang digunakan, media player yang digunakan, jenis peranti dengar yang digunakan dan apakah responden masih dapat mendengar suara sekitar saat memakai peranti dengar. Dari beberapa item peniaian tersebut didapatkan pengelompokkan responden. Pengelompokkan responden didasari oleh teori yang menyatakan bahwa paparan bising lebih dari 85dB selama delapan jam perhari selama lima tahun dapat meningkatkan resiko terjadinya ketulian. Tabel diatas dapat menunjukkan bahwa 133 dari 229 responden yaitu sebanyak 58,1% memiliki perilaku yang buruk terhadap penggunaan peranti dengar yang digambarkan dengan penggunaan peranti dengar lebih dari dari satu jam hampir setiap hari. Responden juga cenderung lebih nyaman menyetel pemutar musik yang dimiliki pada tingkat volume yang tinggi sehingga beberapa diantaranya tidak dapat mendengar suara sekitar saat mendengarkan musik menggunakan peranti dengar. Hasil ini sejalan dengan penelitian oleh Wandadi M yang mendapatkan gambaran 91,3% siswa menggunakan headphone, 10,4% memakai headphone lebih dari 1 jam per hari dan 52% dari mereka menggunakan volume yang lebih besar dari tiga per empat volume maksimal. Media player yang paling umum adalah telepon genggam dan peranti yang paling banyak digunakan adalah jenis inserted

45 4.3 Hasil Bivariat Berdasarkan data di atas, peneliti mencoba menghubungkan antara pengetahuan dan sikap responden terhadap perilaku penggunaan peranti dengar Hubungan antar variabel Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku Tabel 4.6 Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku Kategori perilaku Total p-value Buruk Baik Kategori Pengetahuan Buruk Baik Total 229 0,497 Kategori Sikap Buruk Baik Buruk Baik Total 229 0,119 Pada tabel hubungan pengetahuan dengan perilaku, responden dengan pengetahuan baik namun perilaku buruk adalah yang paling banyak. Hal ini dapat menunjukkan adanya ignorance terhadap informasi yang didapatkan oleh responden. Meskipun tidak terdapat signifikansi p=0,604 (>0,05) angka pada penelitian ini dapat dipertimbangkan karena terlihat jelas selisih jumlah dari masing-masing kategori. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hutchinson MK pada mahasiswa yang menunjukkan bahwa meskipun hampir semua mahasiswa memiliki pengetahuan yang baik tentang resiko tuli akibat penggunaan peranti dengar, satu dari empat mahasiswa mendengarkan musik menggunakan peranti dengar mereka dengan volume yang sebanding dengan 80dB atau lebih dengan 94% diantaranya tidak sadar akan risiko potensial yang dimilikinya. 34 Dalam penelitian Vogel I juga didapatkan gambaran bahwa kebanyakan remaja sekolah menengah, dua kali lebih cenderung menggunakan volume tinggi saat 34

46 mendengarkan musik dibandingkan remaja yang telah memasuki jenjang kuliah. 35 Dalam penelitian lain juga didapatkan data 50% mahasiswa mendengarkan musik hingga 85dB setiap harinya. 36 Pada tabel hubungan sikap dan perilaku didapatkan angka responden dengan sikap buruk dan perilaku buruk adalah yang terbanyak. Namun dalam penelitian didapatkan nilai p value sebesar 0,711 sehingga hasil ini tidak bermakna. Sejalan dengan penelitian pada remaja muda usia 13 sampai 17 tahun yang menyatakan bahwa sebagian besar responden yang diteliti dilaporkan menggunakan volume yang tinggi dan menunjukkan rendah nya kesadaran akan kosekuensi menggunakan volume yang tinggi saat mendengarkan musik. 37 Penelitian pada remaja Amerika oleh Widen juga menyimpulkan bahwa sikap secara signifikan terkait dengan pengalaman gejala gangguan pendengaran pada diri sendiri, bukan ambang bising. 38 Tetapi pada penelitian lain oleh Hoover A didapatkan bahwa pengguna MP3 memiliki keinginan untuk mengurangi volume, mengurangi durasi dan membeli headset khusus yang lebih aman. 39 Pada penelitian di SMP Kristen Dharma Mulya Surabaya di dapatkan hasil bahwa gambaran pengetahuan responden baik, sikap yang peduli dan berperilaku sesuai sesuai dengan batas normal penggunaan peranti dengar. 40 Teori Health belief model menyatakan bahwa perilaku tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor, melainkan beberapa faktor seperti perasaan terancam, pertimbangan antara keuntungan dan kerugian, yang juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, latar belakang budaya atau lingkungan, pengetahuan serta pengalaman. Siswa SMA cenderung mengikuti lingkungan dan mencari role model. Harus diberlakukan anjuran dan guideline yang berisi anjuran yang tegas terkait penggunaan peranti dan cara melindunginya. 41 Pesan yang menekankan konsekuensi negatif jika tidak menggunakan volume sedang atau kecil memiliki kemampuan untuk mempengaruhi remaja agar memiliki keinginan mencegah ketulian

47 Hubungan pengetahuan dengan sikap Tabel 4.7 Tabel hubungan pengetahuan dengan sikap Kategori Pengetahuan Kategori Sikap Total Buruk Baik Buruk Baik Total P-value= 0,334 Dari tabel diatas didapatkan hasil yang terbanyak adalah responden dengan pengetahuan baik namun sikap nya buruk. Meskipun hasil ini tidak memiliki hubungan yang bermakna karena hasil p-value= 0,334 (>0,05) skor yang didapatkan menunjukkan nilai yang cukup signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian menggunakan Youth attitude to noise scale di Brazil. Dalam penelitian tersebut didapatkan bahwa hasil nya lebih rendah dibandingkan hasil di Swedia dan Amerika yang mengindikasikan sikap yang lebih negatif terhadap bising. 26 Kebanyakan dari mereka yang tahu mengabaikan informasi yang didapat dan tidak memiliki keinginan untuk merubah perilaku tersebut

48 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. 96,1% responden memiliki gambaran pengetahuan baik. Hanya 13,1% responden memiliki gambaran sikap baik dan hanya 41,9% yang memiliki gambaran perilaku baik. 2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara pengetahuan tentang peranti dengar dengan perilaku mengunakan peranti dengar. 3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara sikap tentang peranti dengar dengan perilaku mengunakan peranti dengar. 4. Pada penelitian ini prevalensi perilaku penggunaan peranti dengar yang beresiko adalah 58,1% 5.2 Keterbatasan Peneliti 1. Kuosioner perlu di validasi lebih lanjut agar dapat digunakan dalam penelitian lain. 2. Proporsi pertanyaan pada kuosioner perlu di koreksi agar nilai pengetahuan dan sikap lebih seimbang. 3. Responden tidak didampingi oleh peneliti secara langsung saat pengisian kuosioner. 37

49 5.3 Saran Saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Perlu dilakukannya studi intervensi terkait promosi kesehatan tentang gangguan dengar karena bising 2. Diperlukan penyamaan persepsi antara responden dan peneliti sebelum pengisian kuosioner secara langsung. 38

50 DAFTAR PUSTAKA 1. Mayangsari AA, Wibisono A. Perancangan Bandung Classical Music Center dengan Pendekatan Modern Culture. Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain : Vol 3 2. Indayudha F. Panduan Praktik Komputer dan Internet untuk Anak. 1st ed. Yogyakarta: Pustaka Widyatama, Hal Pellegrino E, Lorini C, Allodi G, Buonamici C, Garofalo G, Bonaccorsi G. Music-listening habits with MP3 player in a group of adolescents: a descriptive survey. PubMed Sep-Oct,25(5): Kim MG, Hong SM, Shim HJ, Kim YD, Cha CI, Yeo SG. Hearing threshold of Korean adolescents associated with the use of personal music players.yonsei Med J Dec 31;50(6): World Health Organization, Global Estimates on Prevalence of Hearing Loss. [Cited 2015] Available from : 6. Niskar AS, Kieszak SM, Holmes AE, Esteban E, Rubin C, Brody DJ. Estimated prevalence of noise induced hearing threshold shifts among children 6 to 19 years of age: The third national health and nutritional examination survey , United States. Pediatrics 2001;108: Laoh A, Jimmy F, Rumampuk, Fransiska L. Hubungan Penggunaan Headset terhadap Fungsi Pendengaran pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Kedoteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik. 2015: Volume 3 Nomor 3 Juli World Health Organization, Prevention of Noise induced hearing loss: report of an informal consultation. Geneva : WHO 9. Thais CM, Johnson R. But don t go one louder. Centers for Disease Control and Prevention [Cited 29 June 2016] Available from : Republik Indonesia Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per.13/MEN/2011 tahun 2011 tentang Nilai Ambang 39

51 Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Sekretariat Negara. Jakarta. 11. Republik Indonesia Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 7 tahun 2009 tentang ambang batas kebisingan kendaraan bermotor tipe baru. Sekretariat Negara. Jakarta. 12. Vogel I, Brug J, Hosli EJ, van der Ploeg CP, Raat H. MP3 players and hearing loss: adolescents' perceptions of loud music and hearing conservation. J Pediatr Mar;152(3): Mubarak, Iqbal dkk. Promosi Kesehatan : Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu, Notoatmodjo S. Promosi kesehatan teori dan aplikasinya- Edisi revisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, Machfoedz I, Suryani E. Pendidikan kesehatan bagian dari promosi kesehatan. Yogyakarta: Fitramaya; Notoatmodjo S Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta 17. Glanz K, Rimer BK, Viswanath K, editors. Behavior and Helath Education: theory, research and practice. 4th ed. San Fransisco : John Wiley and Son, Taylor D, Bury M, Campling N, Carter S, Garfied S, Newbould J, and others. A Review of the use of the Health Belief Model, the Theory of Reasonded Action, the Theory of Planned Behavior and the Trans- Theoretical Model to study and predict health related behavior change. London: National Institute for Health and Clinical Excellence, Airo, Erkko (et al). Listening to Music with earphones : a noise exposure assessment hearnet; Available from: Frank, Tom. Audiology Diagnosis : Basic Instrument and Calibration. US: Thieme,2000. hlm Hodgetts WE 1, Rieger JM, Szarko RA. The effects of listening environment and earphone style on preferred listening levels of normal hearing adults using an MP3 player. Ear Hear Jun;28(3):

52 22. Tortora, G J. Derrickson, Bryan. Hearing and equilibrium. Dalam : Bonnie R. Principles of anatomy and physiology.12 th edition. USA: The Mcgraw-Hill Companies. 2009; Sherwood, L. Telinga: pendengaran dan keseimbangan. Dalam: Nella Y. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi ke-6. Jakatra : EGC 2013; Guyton, Arthur C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC, Herman NWP. Prevalensi Gangguan Pendengaran pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, Zocoli AM, Morata TC, Marques JM, Corteletti LJ. Brazilian young adults and noise: attitudes, habits, and audiological characteristics. Int J Audiol. 2009;48(10): Bashiruddin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss). Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J & Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-7. Jakarta: Balai Penerbit FK UI 2012; Sulaiman AH, Husain R, Seluakumaran K. Hearing Risk among Young Personal Listening Device Users: Effect at High Frequency and Extended High Frequency Audiogram Thresholds. J Int Adv Otol 2015;11(2): Danhaver, Jeffrey (et al). Survey of College Students on ipod Use and hearing Health. J. Am Acad Audiol. 2009;20: Kähäri KR, Aslund T, Olsson J. Preferred sound levels of portable music players and listening habits among adults: a field study. Noise Health. 2011; Jan-Feb;13(50): Common environmental noise levels. New York : center for hearing and communication. Available from: Dahlan, M S. Statitiska untuk kedokteran dan kesehatan: deskriptif, bivariat, dan multivariat. Jakarta: Salemba Medika 2013:

53 33. Wandadi M, Rashedi V, Heidari A. The prevalence of using personal music player and listening habits in iranian medical students. JRSR 2014; 1; Hutchinson Marron K, Marchiondo K, Stephenson S, Wagner S, Cramer I, Wharton T, Hughes M, Sproat B, Alessio H.College students personal listening device usage and knowledge. Int J Audiol Jun;54(6): Vogel I 1, Verschuure H, van der Ploeg CP, Brug J, Raat H. Adolescents and MP3 players: too many risks, too few precautions. Pediatrics Jun;123(6):e Sandra Levey, Tania Levey, and Brian J. Fligor. Noise Exposure Estimates of Urban MP3 Player Users. Journal of Speech, Language, and Hearing Research, February 2011, Vol. 54, Muchnik C, Amir N, Sahbtai E, Neeman RK. Preferred listening levels of personal listening devices in young teenagers: Self reports and physical measurements. International journal of audiology vol: 51(4) 2011 nov Widen SE, Holmes AE, Johnson T, Bohlin M, Erlandsson SI. Hearing, use of hearing protection, and attitudes toward noise among young American adults. International Journal of Audiology 2009; 48; Hoover A, Krishnamurti S. Survey of College Students' MP3 Listening: Habits, Safety Issues, Attitudes, and Education. American Journal of Audiology, June 2010, Vol. 19, Hadinoto, Olivia S. Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku remaja tentang gangguan pendengaran akibat penggunaan piranti dengar. [undergraduate thesis], widya mandala catholic university surabaya, Fligor BJ, Cox LC. Output levels of commercially available portable compact disc players and the potential risk to hearing. Ear Hear. 2004; Dec;25(6): Brunjin GJ, Spaans I, Jansen B, Riet JV. Testing the effects of a message framing intervention on intentions towards hearing loss prevention in adolescents. Oxford University Press. 2016; February 3. 42

54 43 Lampiran 1. Permohonan etik

55 Lampiran 2. Surat ijin pengantar dari fakultas 44

56 Lampiran 3. Lembar surat persetujuan responden Tanggal Pengambilan: KUOSIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS DUA SMA TERHADAP PENGGUNAAN PERSONAL LISTENING DEVICE (PLD) No Kuosioner: PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset Pengetahuan dan Sikap terhadap Penggunaan peranti dengar oleh Zaima Dzatul Ilma, Mahasiswa jurusan pendidikan dokter angkatan 2013 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya dilakukan secara sukarela. Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa. Tangerang, April 2016 ( ) 45

57 Lampiran 4. Sumber kuosioner penelitian Adolescent s Perceptions of Loud Music and Hearing Conservation Opening Do you then have to shout to talk to each other? Vulnerability/Severity Do you think there s a risk of hearing impairment? What causes it? Who runs a risk of hearing impairment? Do you know anyone whose hearing has been impaired? Do you know if listening to loud music can impair your hearing? Is it possible for young people like you to lose their hearing? Do you think that you personally run a risk of losing your hearing? Do you ever worry about that? Do you ever talk about it? If so, who with? Have you ever gone a bit deaf, or had a ringing sound or kind of echo in your ears? What did you think of that? Do you think it is important to be able to hear well? Why? Is it a nuisance for someone to lose their hearing? (Imagine you ve lost some of yours: what kind of consequences might it have, and in which ways might it be a nuisance?) Response efficacy Is it possible to protect your hearing? How? Do you think such measures are useful? Responsibility/Possible intervention means Who is responsible for preventing adolescents from losing their hearing? If these other people took measures to prevent hearing loss, which ones would look OK to you? And which would be a nuisance? Does you school have any rules on things like the use of MPs players? If so, what do you think of them? Do you think these things should be regulated by law? Social influences If you had to encourage a friend to use earplugs or to lower the volume, how would you do it? What would you say? Future How can we help adolescents protect their hearing from music that s dangerously loud? 46

58 Kuosioner Youth Attitude to Noise Scale (YANS) Item 1 Item 2 Item 3 Item 4 Item 5 Item 6 Item 7 Item 8 Item 9 Item 10 Item 11 Item 12 Item 13 Item 14 Item 15 Item 16 Item 17 Item 18 Item 19 I think that the sound level at discos, dances, rock concerts and sporting events, in general, is too loud. Listening to music while doing homework helps me concentrate. I am prepared to do something to make the school environment quieter. I consider leaving a disco, rock concert, dance or sporting event if the sound level is too loud. I can concentrate even if there are many different sounds around me. I think it is unnecessary to use earplugs when I am at a disco, rock concert, dance or sporting event. It is important for me to make my sounds environment more comfortable. I don t like when it is quiet around me. The sound level at discos, dances, rock concerts or sporting events is not a problem. Noise and loud sounds are natural parts of our society. Traffic noise is not disturbing to me. The sound level should be lowered at discos, rock concerts, dances or sporting events. I think it should be quiet and calm in the classroom. Sounds from fans, refrigerators, computers, etc., do not disturb me. I am prepared to give up activities where the sound level is too loud. The sound level at my school is comfortable. It is easy for me to ignore traffic noise. There should be more rules or regulations for the sounds levels in society. When I cannot get rid of sounds that bother me, I feel helpless. 46

59 Lampiran 5. Kuosioner penelitian KUOSIONER PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS DUA SMA TERHADAP PENGGUNAAN PERSONAL LISTENING DEVICE (PLD) I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama 2. Usia Kelas: 3. No HP 4. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan II. GAMBARAN PENGGUNAAN HEADSET KEBIASAAN ANDA MENGGUNAKAN HEADSET 1. Apakah anda mendengarkan musik menggunakan headset? 1. Ya 2. Tidak 2. Sudah berapa lama anda mengunakan headset? 3. Dalam seminggu berapa hari anda mendengarkan musik menggunakan headset? 4. Berapa lama waktu yang anda gunakan setiap kali medengarkan musik menggunakan headset? 5. Apa yang biasanya Anda gunakan untuk mendengarkan musik? 6. Berapa tingkat volume yang biasa anda set di media player anda saat mendengarkan musik menggunakan headset? 1. < 1 tahun tahun 3. 3 tahun 4. > 3 tahun hari/minggu hari/minggu hari/ minggu 4. Setiap hari 1. < 1 jam jam 3. >2 jam 1. Ipod 2. Mp3/Mp4 player 3. Handphone (HP) 4. Laptop/Komputer 7. Lain-lain : 1. < 20 % % - 30 % 3. 40% - 50 % % - 70 % % - 90 % % 47

60 (lanjutan) 7. Headset jenis apa yang biasanya anda gunakan? 1. Circumaural 2. Supra-aural 3. Earbuds atau earphones 4. Canalphones 8. Pada saat anda menggunakan headset (pada kedua telinga), Apakah anda dapat dengan jelas melakukan percakapan tanpa harus menurunkan volume/ mematikan media player anda? 1. Ya dapat 2. Tidak dapat 48

61 Pengetahuan Responden (lanjutan) 1. Apakah kamu mengetahui seseorang yang sudah memiliki gangguan pendengaran akibat memakai PLD? a) Tahu b) Tidak tahu 2. Apakah kamu tahu mendengarkan musik yang keras menggunakan PLD dapat menyebabkan ganguan pendengaran? a) Tahu b) Tidak tahu 3. Apakah mungkin anak muda seperti kamu mengalami gangguan pendengaran akibat menggunakan PLD? a) Mungkin b) Tidak mungkin 4. Apakah menurutmu terdapat resiko gangguan pendengaran jika volume PLD terlalu keras? a) Ya b) Tidak Sikap responden terhadap penggunaan PLD 1. Saya siap untuk berhenti mendengarkan PLD dengan bunyi yang terlalu keras. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 2. Mendengarkan musik dengan menggunakan PLD ketika mengerjakan PR membantu saya untuk berkonsentrasi. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 3. Saya akan meyakinkan teman saya untuk mengurangi penggunaan PLD. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 4. Saya akan meyakinkan teman saya untuk mengurang volume PLDnya. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 49

62 (lanjutan) Sikap responden terhadap bising di masyarakat 1. Saya perlu berteriak saat berbicara dengan orang lain. a) Ya b) Tidak 2. Mendengar dengan baik itu penting. a) Ya b) Tidak 3. Saya mengkhawatirkan fungsi pendengaran saya. a) Ya b) Tidak 4. Saya rasa seseorang akan merasa terganggu jika kehilangan fungsi pendengarannya. a) Ya b) Tidak 5. Saya rasa langkah melindungi fungsi pendengaran itu bermanfaat. a) Ya b) Tidak 6. Saya rasa saya mampu melindungi fungsi pendengaran saya. a) Ya b) Tidak 7. Saya rasa saya membahayakan fungsi pendengaran saya. a) Ya b) Tidak 8. Saya rasa kegaduhan dan bunyi yang keras adalah hal biasa di masyarakat. a) Sangat setuju b) Setuju c) tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 9. Saya suka jika di sekeliling saya sunyi. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 10. Saya rasa level bunyi di disko, konser musik rock dan acara olahraga atau pertunjukan tari pada umumnya terlalu keras. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak setuju d) Sangat tidak setuju 50

63 (lanjutan) 11. Saya akan meninggalkan lokasi disko, konser musik rock, acara olahraga atau pertunjukkan tari jika level bunyinya terlalu keras. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 12. Saya rasa, saya perlu menggunakan earplug ( pelindung telinga) saat berada di disko, konser musik rock, pertunjukkan tari atau acara olahraga. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 13. Volume di disko, konser musik rock, pertunjukkan tari atau olahraga sangat tinggi. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 14. Volume di disko, konser musik rock, pertunjukkan tari atau olahraga harus diturunkan. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 15. Harus ada peraturan yang jelas tentang level bunyi di masyarakat. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 16. Keributan lalu lintas mengganggu saya. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 17. Mudah bagi saya untuk tidak menghiraukan keributan lalu lintas. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 51

64 (lanjutan) 18. Bunyi dari kipas angin, kulkas, komputer mengganggu saya. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 19. Saya rasa level bunyi di sekolah saya nyaman. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 20. Saya siap untuk melakukan sesuatu yang membuat lingkungan sekolah saya lebih tenang. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 21. Penting bagi saya untuk membuat bunyi di lingkungan saya lebih nyaman. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 22. Saya rasa ruang kelas harus sunyi dan tenang. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 23. Saya dapat berkonsentrasi meskipun ada banyak macam suara yang berbeda di sekitar saya. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 24. Saya merasa putus asa ketika saya tidak bisa menghiraukan bunyi yang mengganggu saya. a) Sangat setuju b) Setuju c) Tidak Setuju d) Sangat tidak setuju 52

65 Lampiran 6. Hasil Uji Validitas Correlations Total K1 Pearson Correlation 0,205 Sig. (2-tailed) 0,36 N 22 K2 Pearson Correlation.a Sig. (2-tailed). N 22 K3 Pearson Correlation.a Sig. (2-tailed). N 22 K4 Pearson Correlation.a Sig. (2-tailed). N 22 SP1 Pearson Correlation -0,158 Sig. (2-tailed) 0,483 N 22 SP2 Pearson Correlation 0,226 Sig. (2-tailed) 0,312 N 22 SP3 Pearson Correlation 0,014 Sig. (2-tailed) 0,95 N 22 SP4 Pearson Correlation 0,11 Sig. (2-tailed) 0,625 N 22 SL1 Pearson Correlation 0,065 Sig. (2-tailed) 0,774 N 22 SL2 Pearson Correlation 0,114 Sig. (2-tailed) 0,612 N 22 SL3 Pearson Correlation -0,06 Sig. (2-tailed) 0,791 N 22 SL4 Pearson Correlation 0,114 Sig. (2-tailed) 0,612 N 22 SL5 Pearson Correlation -0,114 Sig. (2-tailed) 0,

66 SL6 Pearson Correlation,432* Sig. (2-tailed) 0,044 N 22 SL7 Pearson Correlation 0,058 Sig. (2-tailed) 0,797 N 22 SL8 Pearson Correlation 0,145 Sig. (2-tailed) 0,52 N 22 SL9 Pearson Correlation,453* Sig. (2-tailed) 0,034 N 22 SL10 Pearson Correlation,474* Sig. (2-tailed) 0,026 N 22 SL11 Pearson Correlation 0,169 Sig. (2-tailed) 0,453 N 22 SL12 Pearson Correlation 0,079 Sig. (2-tailed) 0,725 N 22 SL13 Pearson Correlation,498* Sig. (2-tailed) 0,018 N 22 SL14 Pearson Correlation,453* Sig. (2-tailed) 0,034 N 22 SL15 Pearson Correlation 0,195 Sig. (2-tailed) 0,386 N 22 SL16 Pearson Correlation,444* Sig. (2-tailed) 0,038 N 22 SL17 Pearson Correlation 0,114 Sig. (2-tailed) 0,613 N 22 SL18 Pearson Correlation -0,19 Sig. (2-tailed) 0,398 N 22 SL19 Pearson Correlation 0,245 Sig. (2-tailed) 0,271 N 22 54

67 SL20 Pearson Correlation 0,1 Sig. (2-tailed) 0,658 N 22 SL21 Pearson Correlation,447* Sig. (2-tailed) 0,037 N 22 SL22 Pearson Correlation 0,079 Sig. (2-tailed) 0,725 N 22 SL23 Pearson Correlation 0,07 Sig. (2-tailed) 0,757 N 22 SL24 Pearson Correlation 0,027 Sig. (2-tailed) 0,905 N 22 total Pearson Correlation 1 Sig. (2-tailed) N 22 55

68 Lampiran 7. Hasil Uji Statistik ANALISIS UNIVARIAT 1. Sebaran Karakteristik Responden 2. Gambaran Perilaku 56

69 57

70 Apakah kamu bisa mendengar suara lingkungan saat memakai headset? Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid tidak dapat 89 38,9 38,9 38,9 dapat ,1 61,1 100,0 Total ,0 100,0 3. Gambaran Pengetahuan 58

71 4. Gambaran Sikap terhadap PLD 59

72 5. Gambaran sikap terhadap bising di masyarakat 60

73 61

74 62

75 63

76 64

77 65

78 ANALISIS BIVARIAT 66

79 67

80 68

81 69 Lampiran 8. Dokumentasi

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh

SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi. Oleh SENSASI PENDENGARAN Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Umum I yang dibina oleh Ibu Dyah Sulistyorini, M, Psi Oleh Diar Arsyianti ( 406112402734) Universitas Negeri Malang Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23

Tahun : Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 Matakuliah Tahun : 2009 : L0044/Psikologi Faal Sistem Sensoris Pendengaran dan Keseimbangan Pertemuan 23 TELINGA saraf kranial VIII (n. auditorius) terdiri dari 3 bagian : telinga luar, tengah dan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran atau tuli merupakan salah satu masalah yang cukup serius dan banyak terjadi di seluruh negara di dunia. Gangguan pendengaran adalah hilangnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN

HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN HUBUNGAN PENGGUNAAN PERANTI DENGAR TERHADAP FUNGSI PENDENGARAN PADA SISWA SMA X DI TANGERANG SELATAN Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH: Febianza

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga Dan Mekanisme Mendengar Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau

Lebih terperinci

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.

Telinga. Telinga tersusun atas tiga bagian yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Telinga Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apa yang terjadi di sekitar kita tanpa harus melihatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Earphone adalah alat yang dapat mengubah energi listrik menjadi gelombang suara (Hadinoto, 2014). Alat ini biasanya digunakan untuk mendengarkan suara dan berbicara

Lebih terperinci

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, BIOAKUSTIK Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia. Bahasan bioakustik: proses pendengaran dan instrumen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1 Anatomi telinga luar Telinga luar terdiri dari daun telinga (aurikula), liang telinga (meatus acusticus eksterna) sampai membran timpani bagian lateral.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi

BAB 1 PENDAHULUAN. praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tinnitus merupakan salah satu keluhan yang banyak ditemukan dalam praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi yang diterima oleh telinga

Lebih terperinci

Struktur dan Mekanisme Pendengaran Pada Manusia

Struktur dan Mekanisme Pendengaran Pada Manusia Struktur dan Mekanisme Pendengaran Pada Manusia Lodowina Eresyen Rumaratu Nim : 102011092 Email : dewirumaratu@yahoo.co.id Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Pendahuluan Manusia

Lebih terperinci

BAB V. Fungsi Indera Pendengaran

BAB V. Fungsi Indera Pendengaran BAB V Fungsi Indera Pendengaran A. STRUKTUR ANATOMI TELINGA Secara anatomis, telinga manusia dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Telinga bagian luar Telinga bagian luar terdiri dari aurikula

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Telinga Telinga merupakan organ yang berfungsi sebagai indera pendengaran dan fungsi keseimbangan tubuh. 9 2.1.1. Anatomi telinga Telinga sebagai indera pendengar terdiri dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan.

Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi. gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. _Bio Akustik_01 Membahas bio-akustik berarti berusaha mengurai keterkaitan antara bunyi gelombang bunyi, getaran dan sumber bunyi dengan kesehatan. Apa sih yang dimaksud gelombang itu? dan apa hubungannya

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS X DAN XI TENTANG PENGGUNAAN EARPHONE DI SMA PASUNDAN 8 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan teknologi audiovisual dan telekomunikasi saat ini, menyebabkan penggunaan earphone untuk mendengarkan musik dari telepon genggam dan perangkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan mengkaji kesahihan hipotesis (Sudigdo, 1995). Jenis penelitian ini adalah deskripitif

Lebih terperinci

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20

Frekuensi suara Frekuensi suara yang dapat didengar adalah antara 20 dan Hz. Orangtua hanya dapat mendengar sampai frekuensi 10 khz. Diatas 20 Bunyi,telinga dan pendengaran. Gelombang bunyi adalah suatu getaran mekanis dalam suatu gas,cairan dan benda padat yang merambat/berjalan menjauhi sumber. Kita dapat melihat pada gambar tentang diafragma

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF.

ABSTRAK. Pembimbing I : July Ivone,dr., M.K.K., MPd.Ked. Pembimbing II: Drs. Pinandojo Djojosoewarno,dr.,AIF. ABSTRAK PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA KAPAL TUG BOAT PERTAMINA RU VI BALONGAN BAGIAN MESIN DENGAN MASA KERJA 11-30 TAHUN Wina Shaulla, 2010. Pembimbing I : July Ivone,dr.,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

Alat Indera Manusia 1. Mata Bulu mata Alis mata Kelopak mata 2. Telinga

Alat Indera Manusia 1. Mata Bulu mata Alis mata Kelopak mata 2. Telinga Alat Indera Manusia 1. Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau gelap. Mata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran Telinga adalah organ yang berfungsi dalam pendengaran dan juga keseimbangan tubuh. Telinga dapat dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Menurut Notoadmojo (2010) dalam penelitian cross sectional variabel sebab

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi telah melanda setiap bangsa di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Arus ini membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kepatuhan penderita kanker dalam

Lebih terperinci

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU

11/29/2013 PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PENGINDERAAN PENGINDERAAN ADALAH ORGAN- ORGAN AKHIR YANG DIKHUSUSKAN UNTUK MENERIMA JENIS RANGSANGAN TERTENTU BEBERAPA KESAN TIMBUL DARI LUAR YANG MENCAKUP PENGLIHATAN, PENDENGARAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Batasan istilah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Batasan istilah 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Batasan istilah Trauma akustik adalah kerusakan sistem pendengaran akibat paparan energi akustik yang kuat dan mendadak seperti pada ledakan hebat, dentuman atau tembakan senjata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan cross sectional study yang merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

Lebih terperinci

FISIKA MEDIK PROSES PENDENGARAN

FISIKA MEDIK PROSES PENDENGARAN FISIKA MEDIK PROSES PENDENGARAN Lili Irawati TINJAUAN PUSTAKA Bagian Fisika Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Andalas email : lili.irawati@gmail.com Abstrak Suara yang didengar telinga manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Telinga 2.1.1. Telinga Luar Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

BAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian cross sectional yaitu suatu metode pengambilan yang dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan sebyek yang berbeda

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT DENGAR TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT DENGAR TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER HUBUNGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT DENGAR TELINGA DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER Ika Novita dan Mulyati Sri Rahayu Program Studi Kedokteran Universitas malikussaleh

Lebih terperinci

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan PANCA INDERA Pengelihatan 1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan (tembus cahaya) yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber. Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber. Transmigrasi Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dengan pendekatan crosssectional study (studi potong lintang) yang

BAB III METODOLOGI. dengan pendekatan crosssectional study (studi potong lintang) yang BAB III METODOLOGI 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik korelatif dengan pendekatan crosssectional study (studi potong lintang) yang bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MENGENAI MENARCHE PADA SISWI SMP X DI KOTA CIMAHI TAHUN 2010 Arief Budiman, 2010; Pembimbing I : dr. Dani, M.Kes Pembimbing II : dr. Rimonta F. Gunanegara,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

Sensasi dan Persepsi

Sensasi dan Persepsi SENSASI Sensasi dan Persepsi Sensasi: Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh benda-benda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan mental yg mengatur impulsimpuls sensorik mjd 1 pola bermakna Proses

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT PENELITIAN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT Merah Bangsawan*, Holidy Ilyas* Hasil survey di pabrik es di Jakarta menunjukkan terdapat gangguan pendengaran

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita xerostomia

BAB VI PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita xerostomia 50 BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Subyek Penelitian Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 30 perempuan penderita xerostomia yang berusia lanjut, karena penderita xerostomia sering ditemukan pada usia lanjut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) dengan jenis penelitian cross sectional. Cross sectional

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN PENELITIAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN MEMERIKSA PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH ATAS Nurhayati* Kanker payudara merupakan salah satu jenis penyakit yang mempunyai prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendengaran berperan penting dalam komunikasi, perkembangan bahasa dan belajar. Penurunan pendengaran dalam derajat yang ringanpun dapat mempunyai efek negatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional. Polusi Udara + ISPA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA

BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA BAB I ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA Telinga merupakan salah satu panca indera yang penting bagi manusia yang mempunyai dua fungsi yaitu untuk pendengaran dan keseimbangan. Telinga, menurut anatominya dibagi

Lebih terperinci

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi

SENSASI PERSEPSI Biopsikologi SENSASI PERSEPSI Biopsikologi UNITA WERDI RAHAJENG www.unita.lecture.ub.ac.id Sensasi: Sensasi dan Persepsi Deteksi energi fisik yg dihasilkan /dipantulkan oleh bendabenda fisik Persepsi Sekumpulan tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik, adalah penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi,

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI SMAN 1 SIDAREJA DI DESA DAN DI SMAN 1 CILACAP DI KOTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini gaya hidup sangat dipengaruhi oleh kemajuan teknologi. Seperti dilansir pada klik.dokter.com, penggunaan perangkat audio visual juga semakin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasi dengan rancangan penelitian yaitu cross sectional. Penelitian observasi memiliki ciri yaitu dilakukan tanpa

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang

Lebih terperinci

PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SMA DI KOTA MEDAN. Oleh : GOPINATH NAIKEN SUVERANIAM

PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SMA DI KOTA MEDAN. Oleh : GOPINATH NAIKEN SUVERANIAM PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP PRESTASI AKADEMIK PADA SISWA SMA DI KOTA MEDAN Oleh : GOPINATH NAIKEN SUVERANIAM 080100409 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 PENGARUH GAME ONLINE TERHADAP

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015. 39 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian bertempat di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian Non Experimental (Nazir, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang beralamat di Jalan Kolonel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010). 33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Memasuki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise-Induced Hearing. oleh paparan suara keras selama jangka waktu tertentu.

Bab 1 PENDAHULUAN. Gangguan pendengaran akibat bising (Noise-Induced Hearing. oleh paparan suara keras selama jangka waktu tertentu. Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gangguan pendengaran akibat bising (Noise-Induced Hearing Loss/NIHL) adalah hilangnya pendengaran secara bertahap yang disebabkan oleh paparan suara keras selama jangka

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN MOTIVASI MERAWAT ORGAN GENETALIA PADA SISWI MTs TA MIRUL ISLAM SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah Program

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode rancangan cross sectional (studi potong lintang). Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan cross-sectional. Pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasi (hubungan/ asosiasi) yang mengkaji hubungan antara dua variabel dengan menggunakan pendekatan cross-sectional.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik menggunakan metode cross sectional karena pengambilan data dilakukan dalam sekali waktu pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian III. METODE PENELITIAN 3. 1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional dengan jenis penelitian analitik serta menggunakan pendekatan cross sectional, variabel bebas dan terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pendengaran merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia yang memungkinkan manusia dapat berkomunikasi satu sama lain. Dalam ilmu kedokteran,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE ORGAN GENITALIA PADA PELAJAR PUTRI DI SMK N 7 SURAKARTA Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional). 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisa adanya

Lebih terperinci

BISING VALENSIA PUTRA UTARA. Universitas Sumatera Utara

BISING VALENSIA PUTRA UTARA. Universitas Sumatera Utara KUALITAS HIDUP PENDERITA TINITUSS PADA PEKERJA PANDAI BESI YANG TERPAJAN BISING DI KOTA MEDAN VALENSIA PUTRA 100100047 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 KUALITAS HIDUP PENDERITA

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu

BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu 38 BAB III METODA PENELITIAN A. JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian non-eksperimental. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasional dengan rancangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS POVOCATUS DI SMA NEGERI 1 SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS POVOCATUS DI SMA NEGERI 1 SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU REMAJA MENGENAI ABORTUS POVOCATUS DI SMA NEGERI 1 SLIYEG KABUPATEN INDRAMAYU LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Biologi dan Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan

Lebih terperinci

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan RATIH

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi. 50 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan mencakup bidang Obstetri dan Ginekologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian terdiri dari beberapa SMA di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL

Audiometri. dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Audiometri dr. H. Yuswandi Affandi, Sp. THT-KL Definisi Audiogram adalah suatu catatan grafis yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan menggunakan alat berupa audiometer, yang berisi grafik batas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan studi analitik untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan dan variabel terikat yaitu praktik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 2 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara dua variabel yaitu menopause dengan Sindroma Mulut Terbakar (SMT).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitik dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitik dengan 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan cross sectional study (studi potong lintang) yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Anatomi Telinga dan Organ Vestibular Auris (telinga) dibedakan atas bagian luar, tengah, dan dalam. Gambar 1. Anatomi Telinga. 4 II.1.1 Telinga Luar Telinga luar merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independent dan dependent, kemudian melakukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian secara observasional analitik dengan rancangan cross sectional. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian non eksperimental atau observasional yang merupakan metode penelitian secara observasional

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS TAHUN 2014 KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND PRACTICE OF FACULTY MEDICINE STUDENT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan seiring berkembangnya alat-alat teknologi yang telah ada, hidup kita pun

BAB I PENDAHULUAN. Dengan seiring berkembangnya alat-alat teknologi yang telah ada, hidup kita pun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini teknologi sudah menjadi gaya hidup dalam masyarakat. Dengan seiring berkembangnya alat-alat teknologi yang telah ada, hidup kita pun semakin di buat

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Perut terisi makanan lambung diperintah untuk mencerna

PENDAHULUAN. Perut terisi makanan lambung diperintah untuk mencerna SISTEM SENSORIK PENDAHULUAN Sistem sensorik memungkinkan kita merasakan dunia Bertindak sebagai sistem peringatan Nyeri indikasi menghindari rangsangan yang membahayakan Mengetahui apa yang terjadi dalam

Lebih terperinci