PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun oleh: Setiawan Adhi Anggara Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017

2 PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Disusun Oleh: Setiawan Adhi Anggara Program Studi Agroteknologi Kepada FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017 ii

3 PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH Disusun Oleh: Setiawan Adhi Anggara Program Studi Agroteknologi Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 10 Mei 2017 Skripsi tersebut telah diterima sebagai persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian Pembimbing Utama: Anggota Penguji Lis Noer Aini, SP, M.Si.... NIK NIK Pembimbing Pendamping: Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP NIP Yogyakarta, 10 Mei 2017 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Ir. Sarjiyah, M. S. NIP iii

4 PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH Disusun Oleh: Setiawan Adhi Anggara Program Studi Agroteknologi Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 10 Mei 2017 Skripsi tersebut telah diterima sebagai persyaratan yang diperlukan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian Pembimbing Utama: Anggota Penguji Lis Noer Aini, SP, M.Si.... NIK NIK Pembimbing Pendamping: Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, MP NIP Yogyakarta, 10 Mei 2017 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dr. Innaka Ageng Rineksane, S. P., M. P. NIP iv

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan: 1. Karya tulis saya, skripsi ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun di perguruan tinggi lain. 2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Karya tulis ini ada gagasan, rumusan, dan penilaian saya setelah mendapatkan arahan dan saran dari Tim Pembimbing. Oleh karna itu, saya menyetujui pemanfaatan karya tulis ini dalam berbagai forum ilmiah, maupun pengembangannya dalam bentuk karya ilmiah lain oleh Tim Pembimbing. 4. Dalam karya tulis initidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 5. Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini. Yogyakarta, 10 Mei 2017 Yang Membuat Pernyataan Setiawasn Adhi Anggara v

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Lanskap Agrowisata di Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah skripsi ini disusun guna memenuhi syarat menyelesaikan pendidikan S-1 untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selama menyusun skripsi ini, penulis telah mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Lis Noer Aini, S.P., M. Si selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan memberikan waktu luang, arahan, motivasi serta dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Gunawan Budiayanto, M.P selaku Pembimbing Pendamping yang dengan penuh kesabaran selalu membimbing penulis, meluangkan waktunya, serta selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Ir. Sarjiyah, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Alm. Puryadi, Suharno, Munzaroh, Adhi Sudibyo, dan seluruh keluarga yang telah mendo akan dan memberikan semangat baik moril dan materil kepada penulis. 5. Nunung Indah Mailasari yang telah menemani perjalanan pembuatan karya ilmiah ini. 6. Seluruh Dosen Agroteknologi dan staf TU yang telah membimbing saat penulis belajar ilmu pertanian di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 7. Seluruh masyarakat di kawasan Gunung Muria, pengunjung atau wisatawan kawasan Gunung Muria, dan Dinas-dinas yang turut membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis. 8. Mas Wisnu, dan seluruh teman-teman yang telah memberikan semangat dan arahan dalam membuat karya tulis. Semoga semua bantuan yang telah diberikan menjadi amal baik dan mendapat balasan yang lebih besar dari Allah SWT. Yogyakarta, 10 Mei 2017 Penulis vi

7 DAFTAR ISI PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian E. Batasan Studi... 5 F. Kerangka Pikir Penelitian... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA... 8 A. Kawasan Gunung Muria... 8 B. Perencanaan Lanskap C. Agrowisata III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis B. Kondisi Sosial IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Metode Penelitian dan Analisis C. Jenis Data. 22 D. Jadual Penelitian V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Biofisik B. Kondisi Sosial C. Kebijakan. 37 D. Evaluasi Kawasan Gunung Muria E. Persepsi Masyarakat dan Pengunjung F. Potensi Perencanaan Agrowisata G. Perencanaan Agrowisata VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran 79 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Luas Hutan Kawasan Gunung Muria dan Indikasi Hutan Rusak.. 8 Tabel 2. Jenis Data Tabel 3. Jadwal Kegiatan Penelitian Tabel 4. Luas Wilayah Kecamatan Keling Tabel 5. Luas Wilayah Kecamatan Dawe Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan Gembong Tabel 7. Total Luas Wilayah Studi Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Keling Berdasarkan Pendidikan Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Dawe Berdasarkan Pendidikan Tabel 10. Jumlah Penduduk Kecamatan Gembong Berdasarkan Pendidikan Tabel 11. Total Jumlah Penduduk Wilayah Studi Berdasarkan Pendidikan Tabel 12. Rintisan Desa Wisata Kabupaten Jepara Tabel 13. Rintisan Desa Wisata Kabupaten Kudus Tabel 14. Rintisan Desa Wisata Kabupaten Pati Tabel 15. Rintisan Desa Wisata di Wilayah Studi Tabel 16. Hasil Kuisioner Pengunjung Tabel 17. Hasil Kuisioner Masyarakat Tabel 18. Jumlah Wisatawan 5 Tahun Terakhir viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian... 7 Gambar 2 Peta Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah Gambar 3. Peta Batasan Studi Penelitian Gambar 4. Peta Administratif Kecamatan Keling Gambar 5. Peta Administratif Kecamatan Dawe Gambar 6. Peta Administratif Kecamatan Gembong Gambar 7. Peta Wisata Pertanian dan Wisata Penunjang Kecamatan Keling Gambar 8. Sentral Park Kecamatan Keling Gambar 9. Perkebunan Karet Kecamatan Keling Gambar 10. Area Bermain dan Edukasi Kecamatan Keling Gambar 11. Perkebunan Kakao Kecamatan Keling Gambar 12. Tugu Rintisan Desa Wisata Kecamatan Keling Gambar 13. Gedung Wisata Gardu Pandang dan View Gardu Pandang Gambar 14. Peta Wisata Pertanian dan Wisata Penunjang Kecamatan Dawe Gambar 15. Perkebunan Tanaman Alpukat Desa Kuwukan Gambar 16. Jalan Desa Kuwukan Gambar 17. Perkebunan Tanaman Kopi Gambar 18. Toko Pemasaran Kopi Muria Gambar 19. Produk Kopi Muria Kecamatan Dawe Gambar 20. Kebun Centra Durian dan Rambutan Gambar 21. Kebun Tanaman Durian Gambar 22. Kebun Tanaman Rambutan Gambar 23. Kebun Tanaman Kencur Gambar 24. Jalan Desa Kandangmas Gambar 25. Pabrik Gula Tradisional Gambar 26. View Makam Sunan Raden Umar Said Gambar 27. Pintu Masuk Makam Syeh Sadali Rasa Gambar 28. Wisata Air Tiga Gambar 29 Wisata Air Terjun Monthel Gambar 30. Pusat Oleh-Oleh Gambar 31. Penangkaran Rusa Gambar 32. Peta Wisata Pertanian dan Wisata Penunjang Kecamatan Gembong Gambar 33. Jalan Desa Bageng Gambar 34. Kebun Tanaman Jeruk Pamelo Gambar 35. Agrowisata Tanaman Karet Gambar 36. Tugu Selamat Datang Agrowisata Gambar 37. Wisata Waduk Gembong ix

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuisioner Pengunjung Lampiran 2. Kuisioner Masyarakat Lampiran 3. Data Aspek Penentuan Perencanaan Agrowisata di Kawasan Gunung Muria Lampiran 4. Hasil Kuisioner Pengunjung Lampiran 5. Hasil Kuisioner Masyarakat Lampiran 6. Surat Rekomendasi KESBANGPOL Jepara Lampiran 7. Surat Rekomendasi KESBANGPOL Pati Lampiran 8. Surat Rekomendasi KESBANGPOL Kudus Lampiran 9. Lembar Kontrol Kecamatan x

11 INTISARI Penelitian yang berjudul Pengembangan Lanskap Agrowisata di Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah dilaksanakan mulai bulan Januari 2017 sampai Maret Bertujuan untuk mengevaluasi kawasan Gunung Muria, menentukan potensi lanskap kawasan agrowisata Gunung Muria, dan menyusun rencana pengembangan potensi lanskap kawasan wisata Gunung Muria. Penelitian ini menggunakan metode survei yang teknis pelaksanaanya dengan observasi dan kuisioner, data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan spasial. Data yang digunakan berupa data primer data skunder. Data primer meliputi persepsi masyarakat dan pengunjung di kawasan Gunung Muria, sedangkan data sekunder meliputi peta wilayah, letak geografis, jenis tanah, topografi, iklim serta kondisi sosial masyarakat di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan lanskap agrowisata di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yaitu dengan mengembangkan komoditi khas Gunung Muria yang meliputi Jeruk Pamelo Muria (Citrus grandis) di Desa Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, Kopi Muria (Coffea canephora) di Desa Japan Kecamatan Dawe, dan Desa Sitiluhur Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, Kencur (Kaempferia galanga L) di Desa Kandangmas Kecamatan Gembong Kabupaten Kudus, Durian (Durio zibethinus), dan Rambutan (Nephelium lappaceum) di Desa Margorejo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, Kakao (Theobroma cacao L) di Desa Klepu Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Alpukat (Persea americana) di Desa Kuwukan Kecamatan Gembong Kabupaten Kudus, dan Karet (Hevea brasiliensis) di Desa Bumiharjo Kecamatan Keling Kabupaten Jepara dan mengembangkan wisata alam serta wisata religi sebagai obyek wisata pendukung kawasan Gunung Muria Jawa Tengah.. Kata kunci : Pengembangan Lanskap, Agrowisata, Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah xi

12 ABSTRACT The research Agrowisata Landscape Development in Central Java, Central Java, was held from January 2017 to March It aims to evaluate the Gunung Muria area, specified the landscape potential of Gunung Muria's agro-tourism area, and develop a potential development plan for the Gunung Muria tourism landscape. This research uses survey method with technical observation and questionnaire, the data of research is analyzed descriptively and spatially. The data used in the form of primary data secondary data. Primary data include communities and visitors perceptions in Gunung Muria area, while secondary data cover area map, geographical location, soil type, topography, climate and social condition of community in Keling Sub-district of Jepara District, Dawe District of Kudus Regency, and District of Gembong Regency of Pati. The results showed that the development of agro-tourism landscape in the area of Gunung Muria in Central Java is by developing a commodity typical of Mount Muria which includes Pamelo Muria Citrus (Citrus grandis) in Bageng Village, Gembong Sub-district, Pati Regency, Muria Coffee (Coffea canephora) in Japan Village Dawe District, and Village of Sitiluhur, Gembong Sub-district of Pati Regency, Kencur (Kaempferia galanga L) in Kandangmas Village, Gembong District of Kudus Regency, Durian (Durio zibethinus), and Rambutan (Nephelium lappaceum) in Margorejo Village, Dawe District of Kudus District, Kobao (Theobroma cacao L) Keling Sub-district, Jepara District, Avocado (Persea americana) in Kuwukan Village, Gembong District, Kudus Regency, and Rubber (Hevea brasiliensis) in Bumiharjo Village, Keling Sub-district, Jepara Regency and developing nature tourism and religious tourism as a tourism object in the area of Gunung Muria, Central Java. Keywords : Landscape Development, Agrowisata, the Gunung Muria tourism landscape. xii

13 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pemerintah tentang otonomi daerah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b yang berisi bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 23 tahun 2014 huruf c berisi tentang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (Badan Pertahanan Nasional, 2016). Indonesia memiliki tempat-tempat yang menjadi destinasi wisata, termasuk Jawa Tengah. Jawa Tengah mempunyai potensi yang sangat beragam mulai dari cagar budaya, obyek wisata religi, obyek wisata alam, dan masih banyak lagi. Kabupaten Kudus dalam Peta Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah termasuk dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah sebagai wilayah pengembangan pariwisata DTW (Daerah Tujuan Wisata) bersama Kabupaten Demak, Jepara, Pati, Rembang, Purwodadi dan Blora (Widyawati, 2011). Kawasan Gunung Muria merupakan kawasan yang cukup strategis dilihat dari sejarah maupun kondisi lingkungannya. Kawasan Pegunungan Muria yang 1

14 2 secara administratif terletak di Jawa Tengah, tepatnya di tiga kabupaten yaitu: Kudus, Jepara, dan Pati. Dilihat dari kesejarahannya, kawasan ini dahulu pernah menjadi pusat peradaban Kerajaan Keling (Kalingga; ± 7 M) dan menjadi daerah strategis bagi pengembangan wilayah Kerajaan Demak (± 16 M). Pada masa Kolonial Belanda, daerah ini juga sudah mulai dikembangkan menjadi salah satu sentra industri kebutuhan pemerintah Hindia Belanda (± 19 M) (Muriastudies, 2010). Saat ini jumlah wisatawan di Gunung Muria paling tinggi dibandingkan objek wisata lain di Kudus. Menurut Mutrikah (2011) dalam Suaramerdeka (19 Juni 2011) menyatakan bahwa pada tahun 2010 wisatawan di Makam Sunan Muria mencapai pengunjung. Lebih besar dari tahun 2009 sebanyak pengunjung. Kenaikan pengunjung ini karena makam Sunan Muria semakin dikenal oleh masyarakat. Angka kunjungan yang tinggi berdampak pada kenaikan pendapatan asli daerah (PAD) Kudus tahun 2010 kurang lebih Rp 900 juta. Jumlah ini melampaui target yang dibebankan sebanyak Rp 850 juta. Tahun 2011 target penerimaan dari objek wisata Colo naik menjadi Rp 1,15 miliar. Data yang dikantongi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus pada tahun 2016, di makam Sunan Muria mencapai orang peziarah per bulan (MuriaNews, 18 Maret 2016). Obyek wisata yang dapat dikunjungi di kawasan Gunung Muria, di antaranya yaitu objek wisata religi, wisata sejarah dan wisata alam. Menurut Akhmad (2015) wisata religi merupakan salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi. Kawasan tersebut terdapat makam Raden Umar Said atau sering

15 3 dikenal Sunan Muria yang merupakan salah satu tokoh penyebar Islam yang dikenal dengan Wali Songo dan makam Syeh Sadali yang merupakan murid dari Raden Umar Said. Sedangkan wisata alam merupakan tempat kedua yang sering dikunjungi wisatawan yaitu Air Terjun Monthel, dan Air Tiga Rasa atau Rejenu. Selain wisata alam dan wisata religi, kawasan Gunung Muria mempunyai komoditi pertanian potensial yang cukup terkenal. Komoditi tersebut yaitu Jeruk Pamelo Muria (Citrus grandis), Parijoto (Medinelia speciosa), Kopi Muria (Coffea canephora), Pisang Byar (Mussa paradica), Labu Siyem (Sechiun edule), Ganyong (Canna discolor), Kencur (Kaempferia galanga L), Durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Kakao (Theobroma cacao L), Alpukat (Persea americana), dan Karet (Hevea brasiliensis) (UPT Graha Muria, 2017). Banyaknya komoditi khas yang berpotensial dan tempat-tempat strategis di kawasan Gunung Muria, perlu dilakukan pengembangan lanskap agrowisata di daerah kawasan Gunung Muria agar menjadikan kawasan Gunung Muria yang memiliki agrowisata yang terpadu dan edukatif. B. Rumusan Masalah Sektor kepariwisataan merupakan salah satu sektor andalan di Indonesia. Bahkan untuk mendongkrak otonomi daerah dibuatkan UU No. 23 tahun 2014 dengan tujuan untuk memaksimalkan potensi daerah. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang sangat menyambut baik UU No. 23 tahun Bahkan Pemerintah Daerah di Jawa Tengah sudah bekerjasama dalam pengembangan

16 4 pariwisata salah satunya yaitu Kabupaten Kudus bersama Kabupaten Demak, Jepara, Pati, Rembang, Purwodadi dan Blora (Widyawati, 2011). Kawasan Gunung Muria yang terletak di 3 Kabupaten yaitu Kudus, Pati dan Jepara merupakan daerah yang memiliki potensi wisata yang bagus. Terdapat berbagai wisata seperti wisata alam, wisata religi, dan wisata sejarah. Serta didukungnya kawasan yang memiliki komoditi khas dari daerahnya yang begitu banyak. Perlu dikembangkan wisata dengan mengunggulkan produk komoditi khas muria menjadi tempat agrowisata yang edukatif dan tidak membosankan. C. Tujuan Penelitian Sejalan dengan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengevaluasi kawasan kawasan Gunung Muria. 2. Menentukan potensi lanskap kawasan Agrowisata Gunung Muria. 3. Menyusun rencana pengembangan potensi lanskap kawasan wisata Gunung Muria. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan yaitu untuk memberi masukan pengembangan konsep peningkatan potensi di kawasan Gunung Muria agar bisa berkembang dan dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemerintah Daerah (PEMDA) di kawasan Gunung Muria.

17 5 E. Batasan Studi Penelitian tentang pengembangan lanskap agrowisata dilakukan di kawasan Gunung Muria dimana di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur, yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus di sisi selatan, di sisi barat laut berbatasan dengan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, dan di sisi timur berbatasan dengan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Sedangkan agrowisata yang akan dikembangkan yaitu penggabungan antara kawasan pertanian dengan wisata alam dan wisata religi yang ada di kawasan Gunung Muria, sehingga akan terbentuk kawasan agrowisata yang edukatif. F. Kerangka Pikir Penelitian Kawasan Gunung Muria merupakan kawasan yang sangat strategis karena berada di antara Kabupaten Kudus, Jepara, dan Pati. Di samping letaknya yang strategis tersebut terdapat banyak tempat obyek wisata seperti wisata alam, wisata sejarah, dan wisata religi. Wisata alam yang sering dikunjungi wisatawan yaitu Air Terjun Monthel, dan Air Tiga Rasa atau Rejenu. Di kawasan ini juga terdapat produk hortikultura yang terkenal yaitu Jeruk Pamelo Muria (Citrus grandis), Parijoto (Medinelia speciosa), Kopi Muria (Coffe sp), Delima (Punica granatun), Labu Siyem (Sechiun edule), Pisang Byar (Mussa paradica), dan Ganyong (Canna discolor) (Akhmad, 2015). Masyarakat di kawasan Gunung Muria pada umumnya memeluk agama Islam yang bekerja sebagai tukang ojek pengantar wisatawan ke makam Sunan

18 6 Muria, pegawai negri, pedagang di daerah wisata religi, wisata sejarah, dan wisata alam, serta sebagian besar sebagai petani dan buruh tani. Kebijakan pemerintah saat ini sangat mendukung pengembangan kawasan di setiap daerah. Kebijakan tersebut berupa UU No. 23 tahun 2014 huruf b yang berisi bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 23 tahun 2014 huruf c berisi tentang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (Badan Pertahanan Nasional, 2016). Bahkan Pemerintah Daerah di Jawa Tengah sudah bekerjasama dalam pengembangan pariwisata salah satunya yaitu Kabupaten Kudus bersama Kabupaten Demak, Jepara, Pati, Rembang, Purwodadi dan Blora (Widyawati, 2011). Informasi mengenai kondisi fisik, kondisi sosial, dan kebijakan yang ada saat ini menunjukkan bahwa kawasan Gunung Muria mempunyai peluang besar untuk pengembangan Agrowisata sebagai wisata alternatif selain wisata alam, wisata religi, dan wisata sejarah. Akan tetapi dengan peluang yang besar perlu dilakukan evaluasi dikawasan Gunung Muria untuk menentukan perencanaan

19 7 terbaik dalam pembuatan agrowisata. Agar terciptanya perencanaan agrowisata yang edukatif dengan memperdayakan masyarakat asli agar ikut berpartisipasi dalam pembuatan agrowisata perlu dilakukan identifikasi persepsi dari masyarakat maupun persepsi pengunjung agar perencaan agrowisata sesuai dengan apa yang disukai masyarakat. Identifikasi persepsi masyarakat di kawasan Gunung Muria meliputi masyarat yang berada dikecamatan Dawe Kabupaten Kudus, Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Selain itu juga dilakukan identifikasi berdasarkan persepsi pengunjung dengan menggunakan kuisioner pengunjung di wisata religi, wisata alam, dan wisata sejarah. Evaluasi dan identifikasi persepsi berdasakan pengunjung maupun persepsi masyarakat dikawasan Gunung Muria dapat menunjukkan potensi agrowisata terbaik yang nantinya dapat berguna untuk memaksimalkan pendapatan asli daerah di kawasan Gunung Muria. Adapun kerangka pikir penelitian dilihat sebagaimana dalam (gambar 1). Kawasan Gunung Muria Kondisi Fisik Kebijakan Kondisi Sosial Persepsi Masyarakat dan Pengunjung Evaluasi Potensi Perencanaan Agrowisata Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

20 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kawasan Gunung Muria Indonesia termasuk negara yang memiliki potensi kegununungapian, tercatat 129 gunung api yang masih aktif, sekitar 70 diantaranya merupakan gunung aktif dengan kerawanan letusan, dan 15 di antaranya termasuk gunung api kritis, serta sisanya merupakan kompleks gunung dalam kondisi tidak aktif (Gunawan Budiyanto, 2014). Gunung Muria adalah sebuah gunung di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur, yang termasuk kedalam wilayah Kabupaten Kudus di sisi selatan, di sisi barat laut berbatasan dengan Kabupaten Jepara, dan di sisi timur berbatasan dengan Kabupaten Pati. Gunung Muria mempunyai ketinggian 1602 m. dpl., sedangkan objek wisata alam lereng Gunung Muria memiliki ketinggian 700 m. dpl., sebagian hutan terdiri dari hutan-hutan lindung dan tanaman Kopi (Setiyanto, 2003 dalam Mochamad dan Dian, 2011). Luas hutan keseluruhan Gunung Muria mencapai ,08 hektar, terdiri dari wilayah Kabupaten Jepara ,51 hektar, Kabupaten Pati hektar dan Kabupaten Kudus 2.377,57 hektar (Muriastudies, 2010). Data Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah XI Jawa-Madura tahun 2003 dalam Muriastudies, 2010 menyebutkan hektar terindikasi hutan yang mengalami kerusakan, detailnya meliputi hektar hutan yang berada dalam Kabupaten Jepara, hektar berada di kawasan Pati dan hektar berada di Kabupaten Kudus. Luas Hutan Kawasan Gunung Muria dan Indikasi Hutan Rusak dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 1). 8

21 9 Tabel 1. Luas Hutan Kawasan Gunung Muria dan Indikasi Hutan Rusak Luas Hutan Keseluruhan (Hektar) Hutan Terindikasi Rusak (Hektar) Kabupaten Jepara , Kabupaten Pati Kabupaten Kudus 2.377, Total , Adapun kekayaan Gunung Muria yang dicatat oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, antara lain berupa sekitar 80 jenis pohon, palem-paleman, dan rumput-rumputan. Jenis pohon hasil dari penanaman, seperti Mahoni (Swietenia mahagony) yang ditanam tahun 1942, Tusam (Pinus merkusii) yang ditanam tahun 1944, Sengon (Albizzia falcate) dan Kopi yang mulai ditanam tahun Dari sisi fauna, dijumpai paling tidak lima jenis Ular Senduk (Kobra Jawa), Sanca Hijau, Welang, Weling, Kera, Landak, Tupai, Trenggiling, Babi Hutan, Musang, Ayam Hutan, Kijang, Macan Tutul, Burung Trucuk, Kutilang, Kacer Kembang, Lutung, Cucak Hijau, Cucak Kembang, Ledekan, Elang, Rangkong, Plontang, Tekukur, Gelatik, Kuntul, Prenjak, Perkutut, Ciblek, Burung Madu, Truntung, Pelatuk Bawang, Branjangan, Burung Hantu, dan Brubut pada tahun 1998 masih terlihat adanya jejak keberadaan Harimau Jawa (Pantera tigris sondaica) di kawasan Pegunungan Muria. Harimau Jawa sendiri merupakan predator paling kuat. Selain Harimau Jawa di pegunungan Muria juga menyimpan potensi keberadaan satwa langka yaitu: Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) atau yang lebih dikenal sebagai burung Garuda (Muriastudies, 2010). Studi lapangan yang dilakukan Puslitbang Pusat Kajian Lingkungan Hidup Muria Research Center Universitas Muria Kudus dan Lembaga Relung Yogyakarta Indonesia pada tanggal 4 sampai 14 Agustus 2004 di kawasan

22 10 Pegunungan Muria dengan tim peneliti menjelajahi daerah Semliro, Puncak Songolikur, Tempur, Nduplak, Gunung Rowo, Colo, dan Air Tiga Rasa yang meliputi Kabupaten Kudus, Pati dan Jepara, telah berhasil mengidentifikasi adanya 68 jenis burung yang salah satu diantaranya adalah Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang kita kenal sebagai burung Garuda, yang menjadi burung endemik Jawa dan dilindungi serta dalam keadaan bahaya kepunahan. Selain itu, tim peneliti juga berhasil menginventarisasi adanya 109 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 51 famili, yang jenisnya meliputi rumput, anggrek dan pohon khas Muria yaitu mranak, jenis buah-buahan seperti mangga, durian, jambu monyet, sirsak, pepaya, rambutan, parijoto dan nanas (Muriastudies, 2010). B. Perencanaan Lanskap Perencanaan Lanskap yaitu tahap sistematik seorang arsitek lanskap menyesuaikan dengan keinginan-keinginan manusia, mengkreasikan suatu lingkungan yang baik untuk kehidupan manusia a better environment, a better way of life. Perencanaan Lanskap merupakan awalan penting untuk membuat suatu lahan bisa tekontrol pemanfaatannya dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan perencanaan lanskap terdiri dari tahap inventarisasi dan dilanjut dengan analisa mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberlanjutan dari tata guna lahan saat ini dan berujung pada master plan yang sesuai dengan karakter lanskapnya (Simonds, 1983 dalam Kompasiana, 23 Juni 2015). Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan

23 11 penataan yang berbasis lahan (land based planning) melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional estetik dan lestari yang mendukung berbagai kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraannya. Secara ringkas dinyatakan bahwa kegiatan merencanakan suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep kearah suatu bentuk lanskap atau bentang alam nyata (Asril, 2008). Perencanaan lanskap haruslah berkesinambungan antara alam dengan manusia. Menurut Agus, dkk. (2015) menyatakan pengembangan berkelanjutan pada dasarnya mengutamakan kesinambungan daya dukung alam kepada manusia, baik masa kini maupun masa depan yang lebih berkeadilan. Keterjagaan daya dukung alam termasuk di dalamnya adalah keterjagaan keanekaragaman hayati dan budaya yang merupakan gambaran keberhasilan adaptasi antara manusia dan alam setempat. Menurut Ilham (2009) proses perencanaan (planning) dan perancangan (design) dapat dijelaskan melalui tahapan berikut: 1. Persiapan Dilakukan perumusan tujuan, program, informasi mengenai keinginan dan pembuatan kesepakatan (kontrak). Penyiapan sumber daya, bahan dan alat untuk keperluan lapang (field) maupun di ruang kerja atau studio (desk). Kegiatan yang dilakukan dalam proses persiapan antara lain

24 12 jadwal kerja kegiatan perencanaan, rencana biaya pelaksanaan kegiatan perencanaan dan produk perencanaan yang akan dihasilka 2. Inventarisasi Dilakukan pengumpulan data awal, survei lapang (praktek lapangan), wawancara, pengamatan, perekaman dan lain-lain. Inventarisasi terdiri dari empat aspek utama, yaitu: a. Aspek fisik dan biofisik, yang diletakkan pada peta dasar berupa: 1) Ukuran 2) Bangunan atau konstruksi 3) Drainase 4) Topografi 5) Tanah 6) Tanaman 7) Marga satwa 8) Iklim atau geografi 9) Pemandangan b. Aspek sosial dan budaya, berupa: 1) Jumlah dan usia user (pemakai) 2) Tingkat pendidikan 3) Faktor kesukaan dan pantangan 4) Faktor kebutuhan 5) Pengaruh adat, kepercayaan dan lain-lain. c. Aspek ekonomi, berupa:

25 13 1) Faktor pendanaan dan pembiayaan 2) Sustainabilitas dari lanskap. d. Aspek teknik, berupa: 1) Peraturan 2) Undang-Undang. 3. Analisis Analisis merupakan tahap penilaian terhadap masalah atau persoalan dan hambatan serta potensi yang dimiliki oleh tapak. Kegiatan analisis memiliki tujuan, sasaran dan fungsi yang diperoleh dari: a. Data secara kualitas deskriptif, berupa: 1) Potensi tapak 2) Kendala tapak 3) Amenities (kesenangan, kenikmatan atau fasilitas-fasilitas) tapak 4) Danger signals (tanda bahaya) tapak. b. Data secara kuantitatif, yang digunakan dalam penentuan batas daya dukung tapak. 4. Sintesis Sintesis merupakan masalah atau persoalan yang dicari solusinya, sedangkan potensi dikembangkan dan dioptimalkan. Sintesis dapat diperoleh dari konsep perencanaan tata letak atau rencana tapak yang berperan dalam mengolah input dari sintesis yang hasilnya berupa alternatifalternatif perencanaan. Selain itu, juga berperan dalam membagi ruang dan daerah fungsional.

26 14 5. Konsep. Konsep merupakan pengembangan dari hasil-hasil analisis-sintesis (alternatif terpilih). Konsep dapat memberikan rincian spesifik fungsi komponen atau elemen-elemen lanskap atau bahkan jenis yang akan digunakan. Konsep terdiri atas konsep dasar dan konsep pengembangan (konsep tata ruang, konsep tata hijau, konsep sirkulasi, konsep fasilitas, konsep utilitas dan sebagainya). 6. Perencanaan (planning) Tahap pengembangan konsep yang dinyatakan sebagai rencana lanskap (landscape plan), yang dapat disajikan dalam bentuk rencana lanskap total atau rencana tapak (site plan). 7. Perancangan (design) Berisi elemen-elemen yang sudah harus spesifik dalm hal jumlah, ukuran, jenis, warna dan lain-lain. Hasil dari desain berupa rancangan lanskap detail (gambar tampak dan potongan, rancangan penanaman, konstruksi, instalasi dan sebagainya) serta uraian-uraian tertulis (Rencana Anggaran Biaya). Desain berfungsi sebagai bestek (gambar kerja). Dalam sebuah desain, yang harus diperhatikan yaitu: a. Skala atau perbandingan b. Teknik atau cara menggambar c. Penggunaan simbol yang digunakan d. Diterima secara umum e. Gambar pendukung: tampak, potongan, axonometric dan perspektif.

27 15 f. Elemen-elemen yang spesifik, berupa jumlah, ukuran, warna, jenis, proporsi, bentuk, titik, garis, ruang dan lain-lain. C. Agrowisata Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian agro sebagai objek wisata. Tujuan dari agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Deptan. 2005). Menurut Saridarmini (2011) agrowisata sebagai aktivitas agribisnis dimana petani setempat menawarkan tur pada usahataninya dan mengijinkan seseorang pengunjung menyaksikan pertumbuhan, pemanenan, pengolahan pangan lokal yang tidak akan ditemukan di daerah asalnya. Berdasarkan pengertian agrowisata tersebut dapat disimpulkan bahwa agrowisata merupakan suatu sistem kegiatan wisata terpadu yang terbuka untuk umum berbasis usaha tani dengan mengembangkan pariwisata dan pertanian sebagai upaya pelestarian lingkungan, peningkatan nilai tambah dan kesejahteraanmasyarakat petani. Kegiatan agrowisata berupa aktivitas agribisnis seperti tur usaha tani, menyaksikan pertumbuhan, pemanenan dan pengolahan produk pertanian sebagai objek wisata. Agrowisata dapat dibagi menjadi dua yaitu agrowisata alami dan agrowisata buatan. Agrowisata alami yaitu lahan-lahan pertanian yang diolah langsung oleh

28 16 para petani dengan kearifan lokal setempat. Sedang agrowisata buatan yaitu lahan pertanian yang selain digunakan untuk budidaya juga didesain untuk menjadi objek wisata. Selain itu agrowisata juga bisa dibagi menjadi agrowisata ruang terbuka dan tertutup. Agrowisata ruang terbuka berada pada alam bebas sehingga selain komoditi pertanian, wisatawan juga dapat menikmati pemandangan alam dan udara yang segar. Sedang agrowisata ruang tertutup lebih mengandalkan pada komoditinya, seperti pada industri atau sentra-sentra pengolahan hasil pertanian (Kompasiana, 2015). Secara umum, Saridarmini (2011) mengemukakan tiga fungsi agrowisata yaitu fungsi sosio-psikologis, ekonomis, dan lingkungan. Adapun manfaat pengembangan agrowisata yaitu: 1. Memberikan kesempatan kerja bagi petani dan anggota keluarganya. 2. Memberikan tambahan sumber pendapatan bagi petani untuk melawan adanya fluktuasi pendapatan usahatani. 3. Memberikan transformasi budaya dan nilai moral sosial di antara masyarakat perkotaan dan perdesaan. 4. Petani dapat meningkatkan standar hidupnya akibat adanya kontak dengan masyarakat perkotaan yang datang ke lokasinya. 5. Bagi masyarakat perkotaan, mereka dapat mengetahui kehidupan perdesaan dan aktivitas-aktivitas pertanian. 6. Agrowisata mendukung proses pengembangan perdesaan dan pertanian. 7. Dapat membantu mengurangi beban pada pusat wisata tradisional lainnya.

29 III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kawasan Gunung Muria berada di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur, yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus di sisi selatan, Kecamatan Keling Kabupaten Jepara di sisi barat laut, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati di sisi timur. Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah memiliki bentuk topografi yaitu lereng dan bukit memiliki kualitas air yang masih jernih. Jenis tanah di kawasan Gunung Muria yaitu berjenis Latosol, Grumusol Kelabu Tua dan Latosol Merah masing-masing sebesar 35,90 persen (Badan Pusat Statistik, 2012). Menurut Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus, suhu udara ratarata di kawasan Gunung Muria tahun 2003 berkisar 18,3 0 C sampai dengan 29,6 0 C. Kelembaban udara rata-rata bervariasi dari 75,3% sampai dengan 87,9% selama setahun (Muslimah, 2005). Kawasan Gunung Muria yang meliputi 3 wilayah yaitu Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus memiliki luasan area sebesar 8.58 hektar (Badan Pusat Statistik, 1993), banyak hari hujan pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 yaitu 142 hari, 128 hari, 84 hari, 123 hari, 99 hari (Badan Pusat Statistik, 2014), kemudian jumlah curah hujan pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013, 2014 yaitu 1,650 milimeter, 1,970 milimeter, milimeter, milimeter, milimeter (Badan Pusat Statistik, 2014). Kecamatan Keling kabupaten Jepara sebesar hektar (Badan Pusat Statistik, 1983), dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati sebesar 6,73 hektar (Badan Pusat Statistik, 2014), banyak hari hujan dan curah hujan pada tahun 2014 yaitu 108 hari dan milimeter (Badan Pusat Statistik, 2014). 17

30 18 B. Kondisi Sosial Kondisi sosial secara demografi kawasan Gunung Muria menunjukkan bahwa di kawasan Gunung Muria bagian Kecamatan Dawe memiliki jumlah penduduk sebesar jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan (Badan Pusat Statistik, 2013). Kecamatan Keling memiliki jumlah penduduk sebesar Jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan (Badan Pusat Statistik, 2014). Kecamatan Gembong memiliki jumlah penduduk sebesar Jiwa yang terdiri dari laki-laki dan perempuan (Badan Pusat Statistik, 2014). Jumlah tenaga kerja berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2003 yaitu Pertanian jiwa, pertambangan atau penggalian jiwa, industri jiwa, (listrik, gas, dan air minum) jiwa, kontruksi bangunan jiwa, (perdagangan, hotel, dan restoran) jiwa, (pengangkutan, dan komunikasi) jiwa, (bank, dan lembaga keuangan lainya) jiwa, sewa rumah 3.23 jiwa, pemerintah 2.66 jiwa, jasa-jasa 7.45 jiwa (Muslimah, 2005).

31 IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama lima bulan mulai bulan Januari April tahun Lokasi penelitian adalah kawasan Gunung Muria yang meliputi Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, Kecamatan Dawe Kudus. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Metode Penelitian dan Analisis Data 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode survei dengan analisis deskriptif dan spasial yang mengacu pada proses perencanaan. Perencanaan dilakukan dengan pendekatan sumberdaya dan aktivitas. Pendekatan sumberdaya, yaitu penentuan tipe dan kemungkinan jenis atraksi wisata dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sumberdaya alam. Pendekatan aktivitas, yaitu dengan mempertimbangkan jenis aktivitas rekreasi yang dapat dikembangkan pada tapak (Asril, 2008). 2. Metode Penentuan Lokasi Penentuan lokasi dilakukan di kawasan Gunung Muria Kudus didasari oleh identifikasi dari sensuous quality yang menunjukkan bahwa kawasan Muri Kudus merupakan kawasan yang memiliki kualitas lingkungan yang baik, keanekaragaman flora dan fauna yang masih banyak, belum adanya agrowisata di kawasan Gunung Muria Kudus, serta melihat peluang peminat pengunjung yang 19

32 20 mengunjungi kawasan Gunung Muria Kudus yang berjumlah orang per bulan (MuriaNews, 18 Maret 2016). Sensuous quality merupakan kualitas lingkungan yang menawarkan beragam sensasi fisik dan psikis yang diterima penggunanya. Kualitas lingkungan dapat berupa sesuatu yang terlihat, terdengar, tercium, dan tersentuh. Bentuknya secara positif dapat berupa pemandangan yang indah, gemericik air yang mengalir, kicau burung, aroma lembut dan harum, dan lainnya (Asril, 2008). 3. Metode Pemilihan Sampel a. Pengunjung Metode pemilihan sampel untuk pengunjung yaitu dengan metode Accidental sampling atau convenience sampling. Metode Accidental sampling yaitu pencarian sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu, melainkan secara kebetulan, yaitu unit atau subjek tersedia bagi peneliti saat pengumpulan data dilakukan. Proses diperolehnya sampel semacam ini disebut sebagai penarikan sampel secara kebetulan ( /2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-sampling.html). Pengambilan jumlah sampel dilakukan berdasarkan rumus Slovin menurut Kusmayadi dan Enggar Sugiarto (2000) sebagai berikut: n = N/(1+N.e 2 ) Keterangan: n : Jumlah sampel N : Populasi (Rata-rata pengunjung perhari) e : Batas toleransi kesalahan 10% (0,1)

33 21 b. Masyarakat Metode yang digunakan untuk menentukan sampel untuk masyarakat yaitu Metode Snow-ball sampling. Metode Snow-ball sampling yaitu penarikan sampel pola ini dilakukan dengan menentukan sampel pertama. Sampel berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari sampel pertama, sampel ketiga ditentukan berdasarkan informasi dari sampel kedua, dan seterusnya sehingga jumlah sampel semakin besar ( eurekapendidikan.com /2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-ampling.html). Pengambilan jumlah sampel dilakukan berdasarkan rumus Slovin menurut Kusmayadi dan Endar Sugiarto (2000) sebagai berikut: n = N/(1+N.e 2 ) Keterangan: n : Jumlah sampel N : Populasi (Jumlah Kartu Keluarga) e : Batas toleransi kesalahan 10% (0,1) 4. Analisis Data Hasil analisis dan kompilasi data disajikan secara deskriptif dan spasial. Menurut Saifullah (2014) Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Data deskriptif yaitu data yang bersifat sistematis, fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat (Nurfatimah, 2013). Data spasial adalah sebuah data yang berorientasi geografis dan memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya (Nuarsa, 2005 dalam Landasan, 2015). Menurut Yousman (2004) dalam Landasan (2015) menyatakan bahwa sebagian

34 22 besar data yang akan ditangani dalam SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi spasial merupakan informasi yang berkaitan dengan suatu koordinat baik koordinat geografi (lintang dan bujur) maupun koordinat Cartesian XYZ (absis, ordinat dan ketinggian), termasuk diantaranya sistem proyeksi dan informasi deskriptif atribut atau informasi non spasial merupakan informasi suatu lokasi yang memiliki beberapa keterangan yang berkaitan dengan lokasi tersebut, contohnya jenis vegetasi, populasi, luasan, kode pos, dan sebagainya. Informasi atribut seringkali digunakan pula untuk menyatakan kualitas dari lokasi. C. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berisi tentang aspek dan jenis data yang diperluan peneliti dalam menentukan perencanaan agrowisata dengan satuan, bentuk, dan kegunaan sebagaimana dalam (tabel 2 di lampiran 3). Pada tahap analisis, data dan informasi tentang biofisik dan sosial tapak yang telah dikumpulkan diklasifikasikan dalam bentuk evaluasi di kawasan Gunung Muria. Hasil klasifikasi data dianalisis secara deskriptif dan spasial sehingga menghasilkan peta-peta analisis, tabel analisis dan deskripsi data. Secara umum, proses analisis dilakukan dengan mencari korelasi antara kondisi dan karakteristik

35 23 tapak dengan konsep yang akan dikembangkan. Analisis secara kuantitatif bertujuan untuk mengetahui daya dukung rekreasi yang akan dikembangkan. D. Jadual Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan mulai bulan Januari - Mei tahun 2017 yang dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 3). Tabel 3. Jadwa Kegiatan Penelitian No Kegiatan Pembuatan proposal Pengumpulan Data Survey Lapangan Analisis Awal Analisis Lanjutan Penyusunan Skripsi Seminar dan Ujian Januari Februari Maret April Mei

36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Biofisik Kawasan Gunung Muria berada di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur. Kawasan Gunung Muria termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kudus di sisi selatan, Kabupaten Jepara di sisi barat laut, dan Kabupaten Pati di sisi timur. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Jepara yaitu ± ,189 hektar, Kabupaten Kudus ± hektar, dan Kabupaten Pati ± hektar. Sehingga total luas kawasan Gunung Muria di ketiga kecamatan tersebut yaitu ± ,189 hektar. Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 2 dan gambar 3). Gambar 2. Peta Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah 24

37 25 Gambar 3. Peta Batasan Studi Penelitian Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 3 wilayah di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yang meliputi Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati yaitu sebagai berikut: 1. Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Kecamatan Keling Kabupaten Jepara terletak di sebelah timur Ibukota Kabupaten Jepara. Sebelah timur Kecamatan Keling Kabupaten Jepara berbatasan dengan Kabupaten Pati, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kembang, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Donorojo dan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kudus (Pemerintah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, 2017). Wilayah Kecamatan Keling dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 4).

38 26 Gambar 4. Peta administratif Kecamatan Keling Luas wilayah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara yaitu ± ,588 hektar dengan bentuk topografi yaitu pesisir, lembah, lereng, dan dataran. Suhu yang ada di kecamatan berkisar antara C dengan ketinggian yaitu meter dari permukaan laut. Jenis tanah di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara yaitu Tanah Latosol Merah atau Tanah Latosol Hitam (Pemerintah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, 2017). Jumlah desa atau kelurahan di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara yaitu 12 Desa, 66 Rukun Warga, dan 316 Rukun Tetangga. 12 Desa tersebut yaitu Desa Tempur, Desa Damarwulan, Desa Kunir, Desa Watuaji, Desa Klepu, Desa Tunahan, Desa Kaligarang, Desa Keling, Desa Gelang, Desa Jlegong, Desa Kelet, dan Desa Bumiharjo (Pemerintah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, 2017).

39 27 Data Pemerintah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, 2017 menyebutkan bahwa luas wilayah Kecamatan Keling yaitu ± ,588 hektar dengan beberapa uraian sebagaimana dalam (tabel 4). Tabel 4. Luas Wilayah Kecamatan Keling 2017 No Uraian Luas (Hektar) 1. Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana PU d. Irigasi Sederhana Non PU 1.867, ,99 40,540 53, , Lahan Bukan Sawah a. Pekaranagan / Bangunan b. Tegal / Kebun c. Hutan Negara d. Perkenunan Negara / Swasta e. Lain-lain , , , , , ,284 Jumlah , Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus terletak disebelah timur Gunung Muria yang di sebelah utara dibatasi Kabupaten Jepara, sebelah timur dibatasi Kabupaten Pati, sebelah selatan dibatasi oleh Kecamatan Bae, dan sebelah barat dibatasi oleh Kecamatan Gebog. Kecamatan Dawe memiliki iklim tropis dengan suhu C. Kecamatan Dawe memiliki luas yaitu hektar dengan jenis tanah yaitu Latosol Merah atau Latosol Hitam, serta Asosiasi Mediteran Coklat Tua dan Kemerahan yang masingmasing sebesar 45,94 % dan 23,97%. Tinggi rata-rata Kecamatan Dawe yaitu 500 meter diatas permukaan laut (Pemerintah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, 2017). Kecamatan Dawe memiliki luasan sebagaimana pada (gambar 5).

40 28 Gambar 5. Peta administratif Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Jumlah desa atau kelurahan di Kecamatan Dawe yaitu 18 Desa, 71 Dusun, 110 Rukun Warga, dan 583 Rukun Tetangga. 18 Desa tersebut yaitu Desa Cendono, Desa Colo, Desa Cranggang, Desa Dukuhwaringin, Desa Glagah Kulon, Desa Japan, Desa Kajar, Desa Kandangmas, Desa Kuwukan, Desa Lau, Desa Margorejo, Desa Piji, Desa Puyon, Desa Rejosari, Desa Samirejo, Desa Soco, Desa Tergo, dan Desa Ternadi (Pemerintah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, 2017). Data Pemerintah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, 2017 menyebutkan bahwa luas wilayah Kecamatan Keling yaitu ± hektar dengan beberapa uraian sebagaimana dalam (tabel 5).

41 29 Tabel 5. Luas Wilayah Kecamatan Dawe No Uraian Luas (Hektar) 1. Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan / lainnya Lahan Bukan Sawah a. Pekaranagan / Bangunan b. Tegal / Kebun c. Padang Gembala d. Tambak / Kolam / Empang e. Lain-lain , ,55 0,99 1, Jumlah Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Kecamatan Gembong Kabupaten Pati merupakan wilayah yang berada dibagian timur kawasan Gunung Muria yang memiliki bentuk wilayah datar sampai berombak yaitu 40% dan berbukit sampai bergunung yaitu 60% dengan ketinggian meter dari permukaan laut. Kecamatan Gembong memiliki 11 Desa, 85 Rukun Warga, 275 Rukun Tetangga. 11 Desa Kecamatan Gembong yaitu: Desa Bageng, Desa Bermi, Desa Gembong, Desa Kedungbulus, Desa Ketanggan, Desa Klakah Kasian, Desa Plukaran, Desa Pohgading, Desa Semirejo, Desa Sitiluhur, dan Desa Wonosekar. Suhu di Kecamatan Gembong yaitu antara C dengan banyak curah hujan 596 milimeter per tahun dengan jumlah hari dan curah hujan terbanyak yaitu 30 hari. Jenis Tanah di Kecamatan Gembong yaitu Latosol (Pemerintah Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, 2017). Kawasan Kecamatan gembong dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 6).

42 30 Gambar 6. Peta Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Kecamatan Gembong merupakan satu-satunya kecamatan di kawasan Gunung Muria yang memiliki 2 buah waduk sekaligus. Waduk yang berada di Kecamatan Gembong diberi nama Waduk Seloromo, dan Waduk Rowo. Waduk Seloromo dibuat oleh Belanda pada tahun 1933 yang bertempat di Desa Gembong, sedangkan Waduk Rowo dibuat semasa pemerintah Belanda juga pada tahun 1928 yang bertempat di Desa Sitiluhur (Pemerintah Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, 2017). Data Pemerintah Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, 2017 menyebutkan bahwa luas wilayah Kecamatan Gembong yaitu ± 5.726,469 hektar dengan beberapa uraian sebagaimana dalam (tabel 6).

43 31 Tabel 6. Luas Wilayah Kecamatan Gembong No URAIAN LUAS (Hektar) 1. Tanah Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi Setengah Teknis c. Irigasi Sederhana d. Tadah Hujan (Sawah Rendengan) e. Sawah Pasang Surut f. Pengairan Desa (Non PU) 1.655, , , , ,361 4, Tanah Kering a. Pekarangan / Bangunan b. Tegal / Kebun c. Ladang / Tanah Huma / Ladang Penggembalaan 2.220, , , ,72 4. Tanah Hutan a. Hutan Rawa b. Hutan Lindung 164, , Tanah Perkebunan a. Perkebunan Negara b. Perkebunan Swasta 1.003, , Tanah Keperluan Fisilitas Umum a. Lapangan Olah Raga b. Taman Rekreasi c. Jalur Hijau d. Kuburan e. Jalan Umum 682,42 341,446 23, , , Jumlah 5.726,469 Dari informasi yang telah didapat dapat disimpulkan bahwa kawasan Gunung Muria yang berada di 3 wilayah yaitu kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati memiliki luas wilayah ± ,057 hektar, serta memiliki suhu yaitu C. Total Luas wilayah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 7).

44 32 Tabel 7. Total Luas wilayah Studi. No Uraian Luas (Hektar) 1. Lahan Sawah 6.191, Lahan Kering ,012 Jumlah ,057 Di kawasan Gunung Muria terdapat beberapa komoditi hortikultura seperti Jeruk Pamelo Muria (Citrus grandis), Parijoto (Medinelia speciosa), Kopi Muria (Coffea canephora), Pisang Byar (Mussa paradica), Ganyong (Canna discolor), Kopi arabika (Coffea arabica), Kencur (Kaempferia galanga L), Durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Kakao (Theobroma cacao L), Alpukat (Persea americana), dan Karet (Hevea brasiliensis). Selain banyaknya komoditi yang ada di kawasan Gunung Muria Juga terdapat beberapa obyek wisata seperti wisata alam air terjun, wisata alam waduk, wisata Religi, wisata kuliner dan wisata budaya. Adapun kekayaan Gunung Muria yang dicatat oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, antara lain berupa sekitar 80 jenis pohon, palem-paleman, dan rumput-rumputan. Jenis pohon hasil dari penanaman, seperti Mahoni (Swietenia mahagony) yang ditanam tahun 1942, Tusam (Pinus merkusii) yang ditanam tahun 1944, Sengon (Albizzia falcate) dan Kopi yang mulai ditanam tahun Dari sisi fauna, dijumpai paling tidak lima jenis Ular Senduk (Kobra Jawa), Sanca Hijau, Welang, Weling, Kera, Landak, Tupai, Trenggiling, Babi Hutan, Musang, Ayam Hutan, Kijang, Macan Tutul, Burung Trucuk, Kutilang, Kacer Kembang, Lutung, Cucak Hijau, Cucak Kembang, Ledekan, Elang, Rangkong, Plontang, Tekukur, Gelatik, Kuntul, Prenjak, Perkutut, Ciblek, Burung Madu, Truntung, Pelatuk Bawang, Branjangan, Burung Hantu, dan Brubut pada

45 33 tahun 1998 masih terlihat adanya jejak keberadaan Harimau Jawa (Pantera tigris sondaica) di kawasan Pegunungan Muria. Harimau Jawa sendiri merupakan predator paling kuat. Selain Harimau Jawa di pegunungan Muria juga menyimpan potensi keberadaan satwa langka yaitu: Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) atau yang lebih dikenal sebagai burung Garuda (Muriastudies, 2010). Kualitas air di Kecamatan Gembong masih dalam keadaan baik dengan indikator masih banyak ditemukan hewan Makroinvertebrata seperti larva lalat batu (Plecoptera) dan larva ulat kantong (Trichoptera) di daerah hutan, dan larva kumbang (Coleoptera), nimfa capung (Odonata), keong, siput, udang di daerah pedesaan (UPT Graha Muria. 2017). Menurut Subekti, 2009 Makroinvertebrata ialah kelompok hewan tidak bertulang belakang. Sebagian besar siklus hidup kelompok makroinvertebrata berlangsung di sungai, bahkan ada yang seluruh siklus hidupnya berlangsung di sungai. Keberadaan kelompok hewan ini sangat sensisitif terhadap perubahan yang terjadi di sungai, sehingga dapat dijadikan suatu penanda kualitas air sungai. B. Kondisi Sosial Penduduk di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Keling Kabupaten Jepara memiliki beberapa kondisi sosial yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut tercipta karena kebiasaan masyarakat yang tumbuh dan berkembang akibat kondisi fisik lingkungan setempat.

46 34 Kondisi sosial di kawasan Gunung Muria yang berada Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati yaitu sebagai berikut: 1. Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Kecamatan Keling Kabupaten Jepara merupakan kecamatan yang memiliki keluarga dengan total jumlah penduduk yaitu orang yang terdiri dari jumlah laki-laki orang dan jumlah perempuan orang. Penduduk Kecamatan Keling Kabupaten Jepara menganut beberapa agama yaitu Agama Islam orang, Khatolik 8 orang, Protestan orang, Hindu 7 orang, dan Budha (Pemerintah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, 2017). Pemerintah Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, 2017 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Keling berdasarkan pendidikan dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 8). Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Keling Berdasarkan Pendidikan 2017 No. Pendidikan Jumlah (Orang) Belum Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD / sederajat Tamat SLTP / sederajat Tamat SMU / sederajat Tamat Akademi / sederajat Tamat Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Jumlah

47 35 2. Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus merupakan kecamatan yang memiliki keluarga dengan total jumlah penduduk yaitu orang yang terdiri dari jumlah laki-laki orang dan jumlah perempuan orang. Penduduk Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus menganut beberapa agama yaitu Agama Islam orang, Protestan 35 orang, Katolik 212 orang, dan Budha 56 orang (Pemerintah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, 2017). Data dari Pemerintah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, 2017 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Dawe berdasarkan pendidikan dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 9). Tabel 9. Jumlah Penduduk Kecamatan Dawe Berdasarkan Pendidikan 2017 No. Pendidikan Jumlah (Orang) Belum Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD / sederajat Tamat SLTP / sederajat Tamat SMU / sederajat Tamat Akademi / sederajat Tamat Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Jumlah Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Kecamatan Gembong Kabupaten Pati merupakan Kecamatan yang memiliki keluarga dengan total jumlah penduduk yaitu orang yang terdiri dari jumlah laki-laki orang dan jumlah perempuan orang. Penduduk Kecamatan Gembong Kabupaten Pati menganut beberapa Agama yaitu Agama Islam orang, Khatolik 150 orang, dan

48 36 Protestan 830 orang (Pemerintah Kecamatan Gembong Kabupaten Pati, 2017). Data dari Pemerintah Kabupaten Pati Kecamatan Gembong, 2017 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Gembong berdasarkan Pendidikan dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 10). Tabel 10. Jumlah Penduduk Kecamatan Gembong Berdasarkan Pendidikan 2017 No. Pendidikan Jumlah (Orang) Belum Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD / sederajat Tamat SLTP / sederajat Tamat SMU / sederajat Tamat Akademi / sederajat Tamat Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Jumlah Total masyarakat yang ada di kawasan Gunung Muria yang berada di Kecamatan Keling Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati yaitu orang. Total masyarakat terdiri dari masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki orang dan berjenis kelamin perempuan orang. Masyarakat di kawasan Gunung Muria yang berada di Kecamatan Keling Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati menganut beberapa agama yaitu orang beragama Islam, 370 orang beragama Katolik, orang beragama Protestan, orang beragama Budha, dan 7 orang beragama Hindu.

49 37 Berdasarkan pendidikan masyarakat di kawasan Gunung Muria yang berada di Kecamatan Keling Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 11). Tabel 11. Total Jumlah Penduduk Wilayah Studi Berdasarkan Pendidikan 2017 No. Pendidikan Jumlah (Orang) Belum Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD / sederajat Tamat SLTP / sederajat Tamat SMU / sederajat Tamat Akademi / sederajat Tamat Perguruan Tinggi Tidak Sekolah Jumlah Pada (Tabel 11) menunjukkan bahwa total masyarakat yang di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati yang berpendidikan SMU atau sederajat paling banyak dengan total orang dan tidak sekolah paling sedikit dengan total yaitu 566 orang. C. Kebijakan Kebijakan-kebijakan yang terdapat di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah saat ini sangat baik untuk pengembangan dan kemajuan daerah tersebut. Beberapa kebijakan dapat diketahui dari program pemerintah tentang otonomi daerah yang tertuang dalam Program pemerintah tentang otonomi daerah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b yang berisi bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta

50 38 peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 23 tahun 2014 huruf c berisi tentang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antar daerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (Badan Pertahanan Nasional, 2016). Kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b dan c direspon baik oleh Pemerintah Kabupaten Pati, Kudus, dan Jepara. Salah satu respon yaitu dengan membuat persatuan desa-desa wisata yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta masyarakat dari tiap-tiap daerah. Rintisan desa wisata di Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Pati yaitu: 1. Kabupaten Jepara Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jepara, 2017 Pemerintah Kabupaten Jepara memiliki beberapa rencana untuk pengembangan beberapa desa yang untuk dijadikan rintisan desa wisata yang dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 12). Tabel 12. Rintisan Desa Wisata Kabupaten Jepara No Nama Desa Potensi Unggulan 1. Tempur Wisata Alam Pegunungan 2. Kunir Wisata Alam Pegunungan, dan Wisata Agro 3 Bumiharjo Wisata Agro 4. Bandengan Wisata Alam Pantai 5. Mulyoharjo Sentra Patung 6. Petekeyan Sentra Ukir 7. Karimunjawa Wisata Alam Pantai

51 39 8. Troso Sentra Tenun Kain 9. Kemojan Wisata Alam Pantai 10. Plajan Wisata Gong Perdamaian, Wisata Alam Akar Seribu, dan Wisata Rumah Kaca 2. Kabupaten Kudus Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kudus, 2017 Pemerintah Kabupaten Kudus memiliki beberapa renca untuk pengembangan beberapa desa yang untuk dijadikan rintisan desa wisata dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 13). Tabel 13. Rintisan Desa Wisata Kabupaten Kudus No Nama Desa Potensi Unggulan 1. Wonosoco Wisata Alam, Wisata Goa, Wisata Sendang, Wisata Bumi Perkemahan 2. Padurenan Sentra Bordir Kudus, dan Wisata Budaya 3. Jepang Sentra Anyaman Bambu, Wisata Budaya, dan Wisata Kuliner 4. Loram Kulon Wisata Budaya, dan Wisata Kuliner Bandeng Presto 5. Temulus Wisata Air dan Wisata Kuliner 6. Kauman Wisata Religi dan Wisata Budaya 7. Tanjung Rejo Wisata Air (Waduk Logung) 8. Wates Wisata Agro dan Wisata Budaya 9. Terban Wisata Edukasi dan Wisata Sejarah 10. Kaliwungu Wisata Budaya, dan Sentra Ukir Gebyok 11. Kandangmas Wisata Religi 12. Margorejo Wisata Penangkaran Rusa dan Wisata Agro 13. Rahtawu Wisata Seni Budaya dan Wisata Alam 14. Colo Wisata Religi, Wisata Budaya, Wisata Agro, dan Wisata Alam 15. Kaliputu Wisata Budaya dan Sentra Jenang Kudus 16. Kuwukan Wisata Alam 17. Hadipolo Wisata Budaya dan Sentra Pandai Besi 18. Dukuh Waringin Wisata Alam

52 40 3. Kabupaten Pati Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pati, 2017 Pemerintah Kabupaten Pati memiliki beberapa renca untuk pengembangan beberapa desa untuk dijadikan sebagai rintisan desa wisata. Saat ini baru terkumpul dua desa yang dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 14). Tabel 14. Rintisan Desa Wisata Kabupaten Pati No. Nama Desa Potensi Unggulan 1. Desa Jimbaran Wisata Alam 2. Desa Sitiluhur Wisata Alam D. Evaluasi Kawasan Gunung Muria Hasil evaluasi berdasarkan aspek biofisik dan sosial di kawasan Gunung Muria, serta evaluasi kebijakan yang ada di kawasan Gunung Muria yaitu: 1. Wilayah Kondisi biofisik kawasan Gunung Muria terletak di ketinggian meter di atas permukaan laut dengan suhu antara C, kemudian kondisi tanah yaitu dari dataran sampai perbukitan. Kondisi wilayah yang beragam di kawasan Gunung Muria memiliki banyak potensi yang tersimpan, seperti sumber daya alam. Beberapa sumber daya alam yang saat ini sudah dikelola oleh pemerintah setempat yaitu air terjun monthel, air tiga risa, gardu pandang dan 2 waduk. Selain wisata alam, wisata religi makam Raden Umar Said atau sering dikenal masyarakat makam Sunan Muria juga terdapat di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah. Menurut UPT Graha Muria, 2017 menyatakan

53 41 bahwa wisata religi merupakan wisata utama yang ada dikawasan Gunung Muria Jawa Tengah. Kawasan Gunung Muria yang terletak di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur, yang termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus di sisi selatan, Kecamatan Keling Kabupaten Jepara di sisi barat laut, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati di sisi timur juga terdapat beberapa komoditi yang ada di kawasan Gunung Muria seperti Jeruk Pamelo Muria (Citrus grandis), Parijoto (Medinelia speciosa), Kopi Muria (Coffea canephora), Pisang Byar (Mussa paradica), Ganyong (Canna discolor), Kencur (Kaempferia galanga L), Durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Kakao (Theobroma cacao L), Alpukat (Persea americana), dan Karet (Hevea brasiliensis) (UPT Graha Muria, 2017). Adapun kekayaan Gunung Muria yang dicatat oleh Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Pati, antara lain berupa sekitar 80 jenis pohon, palem-paleman, dan rumput-rumputan. Jenis pohon hasil dari penanaman, seperti Mahoni (Swietenia mahagony) yang ditanam tahun 1942, Tusam (Pinus merkusii) yang ditanam tahun 1944, Sengon (Albizzia falcate) dan Kopi yang mulai ditanam tahun Dari sisi fauna, dijumpai paling tidak lima jenis Ular Senduk (Kobra Jawa), Sanca Hijau, Welang, Weling, Kera, Landak, Tupai, Trenggiling, Babi Hutan, Musang, Ayam Hutan, Kijang, Macan Tutul, Burung Trucuk, Kutilang, Kacer Kembang, Lutung, Cucak Hijau, Cucak Kembang, Ledekan, Elang, Rangkong,

54 42 Plontang, Tekukur, Gelatik, Kuntul, Prenjak, Perkutut, Ciblek, Burung Madu, Truntung, Pelatuk Bawang, Branjangan, Burung Hantu, dan Brubut pada tahun 1998 masih terlihat adanya jejak keberadaan Harimau Jawa (Pantera tigris sondaica) di kawasan Pegunungan Muria. Harimau Jawa sendiri merupakan predator paling kuat. Selain Harimau Jawa di pegunungan Muria juga menyimpan potensi keberadaan satwa langka yaitu: Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) atau yang lebih dikenal sebagai burung Garuda (Muriastudies, 2010). Banyaknya komoditi khas dan tempat-tempat strategis yang ada di kawasan Gunung Muria dapat dioptimalkan dengan pembuatan agrowisata yang nantinya akan dipadupadankan dengan wisata-wisata yang sudah ada di kawasan Gunung Muria. 2. Sosial Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yang berada di Kecamatan Keling Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati memiliki total masyarakat yaitu orang. Total masyarakat terdiri dari masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki orang dan berjenis kelamin perempuan orang. Masyarakat di kawasan Gunung Muria yang berada di Kecamatan Keling Kabupaten Kudus, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati menganut beberapa agama yaitu orang beragama Islam, 370 orang beragama Katolik, orang

55 43 beragama Protestan, orang beragama Budha, dan 7 orang beragama Hindu. Total masyarakat yang di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati yang berpendidikan SMU atau sederajat paling banyak dengan total orang dan tidak sekolah paling sedikit dengan total yaitu 566 orang. 3. Kebijakan Kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b yang berisi bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 23 tahun 2014 huruf c berisi tentang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (Badan Pertahanan Nasional, 2016) memberikan dorongan positif kepada Kepala Daerah di kawasan Gunung Muria untuk mengembangkan daerahnya masing-masing.

56 44 Salah satu respon Pemerintah Daerah dalam menyikapi UU No. 23 tahun 2014 huruf b dan c yaitu dengan membuat beberapa rintisan desa wisata. Rintisan desa wisata yang ada di Kabupaten Jepara, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Pati dapat dilihat pada (tabel 12), (tabel 13), dan (tabel 14). Rintisan desa wisata yang berada di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara, Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, dan Kecamatan Gembong Kabupaten Pati dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 15). Tabel 15. Ritisan Desa Wisata Wilayah Studi No Nama Desa Potensi Unggulan Tempur Kunir Kandangmas Margorejo Colo Kuwukan Dukuh Waringin Sitiluhur Wisata Alam Pegunungan Wisata Alam Pegunungan, dan Wisata Agro Wisata Religi, dan Wisata Alam Wisata Penangkaran Rusa dan Wisata Agro Wisata Religi, Wisata Budaya, Wisata Agro, dan Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam Wisata Alam E. Persepsi Masyarakat dan Pengunjung Persepsi masyarakat dan pengunjung merupakan salah satu peranan penting dalam melakukan perencanaan suatu agrowisata. Persepsi masyarakat dan pengunjung dapat memberikan masukan atau saran dalam perencanaan agrowisata agar tercipta agrowisata yang sesuai dengan apa yang disukai masyarakat maupun pengunjung dan tidak mengganggu norma-norma yang ada di masyarakat ataupun pengunjung. Persepsi masyarakat dan pengunjung diambil dari pertanyaan dalam

57 45 kuisioner. Hasil dari kuisioner berdasarkan masyarat dan pengunjung di kawasan Gunung Muria menunjukkan bahwa: 1. Pengunjung Persepsi pengunjung didapat berdasarkaan metode Accidental sampling dengan jumlah sampel yaitu 96 orang berdasarkan rumus Slovin. Perhitungan jumlah sampel yaitu sebagai berikut: n = n = N (N x e 2 ) (2.105 x 0,01) n = = 95,46 22,05 Keterangan: n = Jumlah responden N = Populasi (Rata-rata pengunjuk per hari) e = Batas toleransi kesalahan 10% (0,1) Hasil survey yang telah dilakukan kepada 96 orang responden pengunjung yang terdiri dari 44% laki-laki dan 56% perempuan dimana responden paling banyak yaitu berumur tahun. Pendidikan SMA merupakan Pendidikan terakhir responden yang paling banyak dengan mayoritas pekerjaan yaitu pedagang. Menurut kebanyakan responden menjelaskan motivasi mereka datang ke kawasan Gunung Muria yaitu untuk ziarah dan sekaligus menikmati keindahan alam di kawasan Gunung Muria. Survey yang telah

58 46 dilakukan juga mempelihatkan bahwa respon terhadap rencana pengembangan agrowisata di kawasan Gunung Muria sangat baik. 78% responden menyatakan bersedia mengunjungi obyek agrowisata. Survey ke pengunjung memberikan informasi bahwa agrowisata yang banyak disukai yaitu agrowisata alami terbuka. Hasil survey dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 16 di lampiran 4). 2. Masyarakat Berdasarkan hasil kuisioner yang telah ditanyakan ke beberapa masyarakat dengan menggunakan metode Snow-ball dengan jumlah sampel 100 orang sesuai dengan rumus Slovin. Perhitungan jumlah sampel yaitu sebagai berikut: n = n = N (N x e 2 ) ( x 0,01) n = = 99,87 792,87 Keterangan: n = Jumlah responden N = Populasi (Jumlah Kartu Keluarga) e = Batas toleransi kesalahan 10% (0,1) Hasil survey yang dilakukan ke 100 responden masyarakat meliputi 73% laki-laki dan 27% perempuan yang pekerjaannya yaitu petani 70% dan PNS/ Polisi yaitu 30% memperlihatkan bahwa 100% responden setuju jika akan dibuat agrowisata di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah. Akan

59 47 tetapi hanya 80% yang ikut berpartisipasi dalam pengembangan agrowisata di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah dikarenakan kesibukan kerja dari responden. Hasil Survey juga dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 17). F. Potensi Perencanaan Agrowisata Hasil analisis berdasarkan aspek biofisik dan sosial di kawasan Gunung Muria, serta dengan mempertimbangkan persepsi masyarakat dan pengunjung menunjukkan beberapa potensi untuk dibuat agrowisata di kawasan Gunung Muria yaitu: 1. Wilayah Kondisi biofisik kawasan Gunung Muria terletak di ketinggian meter di atas permukaan laut dengan suhu antara C, kemudian kondisi tanah yaitu dari dataran sampai perbukitan. Kondisi yang beragam tersebut tentunya terdapat beberapa tempat yang memberikan banyak View. Kawasan Gunung Muria merupakan kawasan yang ramai dikunjungi wisatawan karena terdapat banyak sekali wisata yang ada di kawasan Gunung Muria. Menurut UPT Graha Muria, 2017 wisata religi merupakan salah satu tempat yang paling ramai dikunjungi di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah. Kawasan tersebut terdapat makam Raden Umar Said atau sering dikenal Sunan Muria yang merupakan salah satu tokoh penyebar Islam yang dikenal dengan Wali Songo dan makam Syeh Sadali yang merupakan murid dari Raden Umar Said. Sedangkan wisata alam merupakan tempat kedua yang sering dikunjungi wisatawan yaitu Air

60 48 Terjun Monthel, dan Air Tiga Rasa atau Rejenu. Wisata sejarah dan budaya merupakan wisata ketiga yang sering dikunjungi wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan Gunung Muria dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Data yang tercatat oleh UPT Graha Muria, 2017 dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 18). Tabel 18. Jumlah wisatawan 5 Tahun Terakhir No Tahun Jumlah Pengunjung (Orang) Total Pada (tabel 18) dapat diketahui bahwa jumlah wisatawan yang datang ke kawasan Gunung Muria Jawa Tengah dari tahun 2012 sampai 2015 mengalami kenaikan yang bagus. Menurut UPT Graha Muria, 2017 menyatakan bahwa kenaikan pengunjung terjadi karena kemajuan teknologi yang sangat pesat yang membuat informasi tempat wisata di kawasan Gunung Muria mudah diakses oleh semua kalangan. Akan tetapi pada 2016, pengunjung mengalami penurunan dikarenakan lesunya ekonomi negara dan banyaknya kegagalan panen akibat cuaca yang tidak stabil. Hal itu membuat perekonomian menjadi lesu dan membuat minat pengunjung untuk berwisata ke kawasan Gunung Muria mengalami penurunan. Berdasarkan jumlah pengunjung di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yang dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 18) dan banyaknya

61 49 kooditi di kawasan Gunung Muria menunjukkan bahwa kawasan Gunung Muria sangat memiliki potensi untuk dikembangkan agrowisata. 2. Komoditi Kawasan Gunung Muria Jawa Tengah merupakan kawasan yang memiliki banyak sekali komoditi khas yang tumbuh subur di kawasan tersebut. Menurut UPT Graha Muria 2017, menyebutkan bahwa ada beberapa komoditi yang sangat berpotensi untuk dikembangkan yaitu Jeruk Pamelo Muria (Citrus grandis), Parijoto (Medinelia speciosa), Kopi Muria (Coffea canephora), Pisang Byar (Mussa paradica), Labu Siyem (Sechiun edule), Ganyong (Canna discolor), Kencur (Kaempferia galanga L), Durian (Durio zibethinus), Rambutan (Nephelium lappaceum), Kakao (Theobroma cacao L), Alpukat (Persea americana), dan Karet (Hevea brasiliensis). Berdasarkan hasil identifikasi di lapangan, kegiatan agrowisata yang dapat dilakukan di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yaitu dimulai dari cara budidaya, pemanenan, pengolahan, dan pengemasan. Selain itu, wisatawan juga dapat membeli produk hasil dari komoditi yang banyak dijual di toko khusus oleh-oleh dari Gunung Muria. 3. Kebijakan Pemerintah Kebijakan-kebijakan yang terdapat di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah saat ini sangat baik untuk pengembangan dan kemajuan daerah tersebut. Beberapa kebijakan dapat diketahui dari program pemerintah tentang otonomi daerah yang tertuang dalam Program pemerintah tentang otonomi daerah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b yang

62 50 berisi bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU No. 23 tahun 2014 huruf c berisi tentang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara (Badan Pertahanan Nasional, 2016). Kebijakan Pemerintah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b dan c direspon baik oleh Pemerintah Kabupaten Pati, Kudus, dan Jepara. Salah satu respon yaitu dengan membuat persatuan desa-desa wisata yang dikelola oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta masyarakat dari tiap-tiap daerah. 4. Minat Masyarakat dan Pengunjung Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada masyarakat dan pengunjung yang ada di kawasan Gunung Muria direspon dengan baik. 100% responden pengunjung dan 100% responden masyarakat di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah yang telah diwawancara menyatakan setuju apabila dibuat agrowisata di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah. Akan tetapi hanya 80% masyarakat yang mau ikut berpartisipasi dalam

63 51 pengembangan agrowisata di kawasan Gunung Muria Jawa Tengah. Hasil survey yang telah dilakukan dapat dilihat sebagaimana dalam (tabel 16), dan (tabel 17). G. Perencanaan Agrowisata Perencaan agrowisata dengan mementingkan kepuasan dari masyarakat dan pengunjung sangat diutamakan. Hasil dari survey yang dilakukan menunjukkan bahwa 31% dari pengunjung memilih jenis agrowisata alami terbuka, 26% agrowisata alami tertutup, 21% agrowisata buatan terbuka, dan 22% agrowisata buatan tertutup. Selain itu, 28% wisatawan di kawasan Gunung Muria juga menginginkan agrowisata yang bersih, 25% wisatawan menginginkan agrowisata yang tenang, 45% wisatawan menginginkan agrowisata yang menyatu dengan alam, dan 2% menginginkan agrowisata yang rapi. Perencanaan agrowisata di kawasan Gunung Muria dibagi menjadi 3 berdasarkan wilayahnya yang ada di kawasan Gunung Muria yaitu: 1. Kecamatan Keling Kabupaten Jepara Pengembangan agrowisata di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara yang dapat dikembangkan yaitu pengembangan agrowisata tanaman keras. Selain itu, Kecamatan keling juga memiliki wisata alam Gardu Pandang yang saat ini sudah cukup terkenal di kawasan Gunung Muria. Wisata alam tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan agrowisata dan sekaligus dapat dijadikan sebagai wisata penunjang agro. Potensi wisata yang berada di Kecamatan Keling dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 7).

64 Gambar 7. Peta Wisata Pertanian dan Wisata Penunjang Kecamatan Keling 52

65 53 Potensi agrowisata dan wisata penunjung di Kecamatan Keling Kabupaten Jepara yaitu: a. Agrowisata 1) Agrowisata tanaman Karet Desa Bumiharjo Desa Bumiharjo merupakan desa penghasil karet terbesar di Kecamatan Keling. Tanaman karet saat ini dikelola oleh Perusahaan BUMN PTPN IX yang sudah di ekspor keluar negri. Kegiatan agrowisata yang dapat dilakukan di perkebunan karet saat ini yaitu pembibitan tanaman karet, pemanenan getah karet, pengolahan karet dan Outbound yang sudah bisa dinikmati oleh wisatawan sebagaimana pada (gambar 8) sampai (gambar 10). Gambar 8. Sentral Park Kecamatan Keling Sumber Gambar 8: Koleksi Pribadi

66 54 Gambar 9. Perkebunan Karet Kecamatan Keling Sumber Gambar 9: Koleksi Pribadi Gambar 10. Arena Bermain dan Edukasi Kecamatan Keling Sumber Gambar 10: Koleksi Pribadi

67 55 2) Agrowisata tanaman Kakao yang berada di Desa Klepu Kecamatan Keling Kabupaten Jepara. Desa klepu merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Keling Kabupaten Jepara. Selain terkenal dengan pasirnya untuk bahan campuran pembangunan, Desa Klepu merupakan desa pengasil buah kakao yang paling banyak di Kecamatan Keling. Beberapa areal tanaman kakao dimiliki oleh masyarakat Desa Klepu. Kegiatan agrowisata tanaman kakao saat ini hanya sebatas pemanenan buah kakao saja. Hal tersebut dikarenakan masyarakat belom mengetahui potensi untuk pengembangan agrowisata. Kegiatan pemanenan dapat dilakukan pada buan Maret-Mei. Sehingga wisatawan dapat langsung merasakan sensasi memetik buah kakao di Desa Klepu. Beberapa tempat agrowisata tanaman kakao dapat dilihat sebagaimana dalam (gambar 11) dan beberapa masyarakat juga membuat tugu rintisan desa wisata sebagaimana pada (gambar 12). Gambar 11. Perkebunan Kakao Kecamatan Keling Sumber Gambar 11: Koleksi Pribadi

68 56 b. Wisata Penunjang Gambar 12. Tugu Rintisan Desa Wisata Kecamatan Keling Sumber Gambar 12: Koleksi Pribadi Selain agrowisata tanaman karet dan tanaman kakao, Kecamatan Keling juga memiliki wisata alam yang dapat dijadikan sebagai wisata penunjang yaitu wisata alam gardu pandang di Desa Kunir Kecamatan Gembong. Wisata alam gardu pandang di Desa Kunir memberikan view pemandangan Kota Jepara yang sangat indah yang dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 13).

69 57 Gambar 13. Gedung Wisata Gardu Pandang dan View Gardu Pandang Sumber Gambar 13: Pemerintah Kecamatan Gembong 2. Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Potensi agrowisata dan wisata penunjang di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus tersebar di beberapa desa. Terdapat 5 agrowisata dan 7 wisata penunjang yang memiliki beberapa daya tarik untuk wisatawan. Wisata penunjang di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus merupakan wisata alam dan wisata religi yang sudah ada sebelumnya. Wisata tersebut juga bisa dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan wisata agro di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Potensi agrowisata dan wisata penunjang di Kecamatan Dawe dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 14).

70 Gambar 14. Peta Wisata Pertanian dan Wisata Penunjang Kecamatan Dawe Sumber Gambar 14: Koleksi Pribadi 58

71 59 Kecamatan Dawe memiliki beberapa potensi agrowisata dan potensi pendukung diantaranya: a. Agrowisata 1) Agrowisata tanaman alpukat Desa Kuwukan Desa Kuwukan merupakan salah satu desa penghasil buah alpukat yang terbanyak di Kecamatan Dawe. Beberapa hasil tanaman alpukat saat ini di kirim ke kota-kota besar seperti Semarang, Jogja, Solo, dan lain sebagainya. Agrowisata yang dapat dilakukan di kebun buah alpukat di Desa Kuwukan yaitu pemanenan. Waktu yang tepat untuk kunjungan yaitu antara bulan Maret-Mei. Sensasi pemetikan buah secara langsung dan konsumsi buah secara langsung ditawarkan oleh masyarakat Desa Kuwukan. Beberapa lahan agrowisata yang ada di Desa Kuwukan dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 15) dan jalan menuju ke Desa Kuwukan dapat dilihat pada (gambar 16). Gambar 15. Perkebunan Tanaman Alpukat Desa Kuwukan Sumber Gambar 15: Koleksi Pribadi

72 60 Gambar 16. Jalan Desa Kuwukan Sumber Gambar 16: Koleksi Pribadi 2) Agrowisata tanaman Kopi Muria Desa Japan Desa Japan adalah salah satu desa di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Desa Japan merupakan desa tertinggi di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Desa Japan terkenal dengan penghasil kopi yang terbesar di Kecamatan Dawe. Produk-produk dari kopi Desa Japan sudah mulai dipasarkan ke luar daerah. Kegiatan agrowisata yang bisa dinikmati oleh pengunjung yaitu pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan dan pengemasan. Semua kegiatan budidaya sampai pengemasan dapat dinikmati oleh pengunjung. Karna pemanenan buah kopi secara bertahap, jadi untuk kegiatan panen dapat dijumpai pada bulan April sampai Oktober. Oleh karna itu wisatawan dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk berkunjung. Beberapa lahan Kopi dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 17), toko penjual kopi

73 61 muria dapat dilhat pada (gambar 18), dan produk kopi muria dapat lihat sebagaimana pada (gambar 19). Gambar 17. Perkebunan Tanaman Kopi Muria Sumber Gambar 17: Koleksi Pribadi Gambar 18. Toko Pemasaran Kopi Muria Sumber Gambar 18: Koleksi Pribadi

74 62 Gambar 19. Produk Kopi Muria Kecamatan Dawe Sumber Gambar 19: Koleksi Pribadi 3) Agrowisata tanaman Durian dan Rambutan Desa Margorejo Desa Margorejo merupakan salah satu desa di Kecamatan Dawe. Desa Margorejo terkenal sebagai desa Sentra buah durian dan rambutan. Sebagian besar wilayah margorejo ditanami oleh tanaman rambutan dan tanaman durian. Kegiatan agrowisata yang dapat dilakukan yaitu pemanenan buah rambutan dan buah durian. Kegiatan tersebut dapat dijumpai pada bulan Desember-Januari. Oleh karena itu, wisatawan dapat berkunjung pada bulan bulan dimana tanaman durian dan tanaman rambutan sedang berbuah dan siap dipanen. Beberapa lahan durian dan rambutan dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 20) sampai (gambar 22).

75 63 Gambar 20. Kebun Centra Durian dan Rambutan Sumber Gambar 20: Koleksi Pribadi Gambar 21. Kebun Tanaman Durian Sumber Gambar 21: Koleksi Pribadi

76 64 Gambar 22. Kebun Tanaman Rambutan Sumber Gambar 22: Koleksi Pribadi 4) Agrowisata tanaman Kencur Desa Kandangmas Desa Kandangmas merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Dawe. Desa Kandangmas merupakan desa terbesar di Kecamatan Dawe. Sebagian besar masyarakat menanam kencur. Kegiatan agrowisata yang dapat di lakukan oleh wisatawan yaitu mulai dari penanam, pemeliharaan, pemanenan, dan pengemasan. Masyarakat dapat berkunjung setiap saat. Karena mudah sekali untuk menemukan kebun kencur di Desa Kandangmas yang dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 23) dan jalan akses ke Desa Kandangmas dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 24).

77 65 Gambar 23. Kebun Tanaman Kencur Sumber Gambar 23: Koleksi Pribadi Gambar 24. Jalan Desa Kandangmas Sumber Gambar 24: Koleksi Pribadi

78 66 5) Wisata Pengolahan Tradisional Gula Tebu di Desa Tergo Wisata pengolahan gula tebu secara tradisional juga dapat dijadikan sebagai wisata penunjang agrowisata di kawasan Gunung Muria. Wisata penunjang ini memberikan wisatawan pembelajaran cara membuat gula tebu yang di olah secara tradisional. Wisatawan juga dapat melakukan semua kegiatan yang ada di pengolahan gula tebu sebagaimana dapat dilihat pada (gambar 25). Gambar 25. Pabrik Gula Tradisional Sumber Gambar 25: Koleksi Pribadi

79 67 b. Penunjang Kondisi wilayah yang sangat beragam banyak sekali terdapat wisata pendukung di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus yaitu: 1) Wisata Religi Makam Raden Umar Said Desa Colo Wisata religi makam Raden Umar Said di Desa Colo yang merupakan makam salah satu Wali Songo di Jawa sangat bagus untuk dijadikan wisata penunjang agrowisata di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Wisata religi makam Raden Umar Said merupakan salah satu wisata penunjang yang menawarkan wisatawan untuk berziarah. Wisatawan dapat mempelajari sejarah peninggalan-peninggalan ajaran agama di Kawasan Muria. Wisata Religi buka 24 jam setiap hari. Wisata Religi tersebut dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 26). Gambar 26. View Makam Sunan Raden Umar Said Sumber Gambar 26: Koleksi Pribadi

80 68 2) Wisata Religi Makam Syeh Sadali Desa Japan Wisata religi selanjutnya yang dapat dikunjungi yaitu makam Syeh Sadali yang berada di Desa Japan Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Wisata religi makam Syeh Sadali menawarkan wisatawan dengan beberapa sejarah islam yang ada di kawasan Gunung Muria yang dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 27). Gambar 27. Pintu Masuk Makam Syeh Sadali Sumber Gambar 27: Koleksi Pribadi

81 69 3) Wisata Air Tiga Rasa Desa Japan Wisata Air Tiga Rasa di Desa Japan yang berada di dekat makam Syeh Sadali. Wisata Air Tiga Rasa memberikan pengalaman merasakan sumber mata air di satu tempat yang memiliki 3 rasa yang berbeda. Rasa air yang pertama yaitu rasa soda, selanjutnya rasa pahit-pahit asin, dan yang terakhir yaitu rasa netral. Sumber mata air ini tidak pernah kering, sehingga wisatawan dapat merasakan sumber mata air setiap hari yang dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 28). Gambar 28. Wisata Air Tiga Rasa Sumber Gambar 28: Koleksi Pribadi

82 70 4) Wisata Air Terjun Monthel Desa Colo Wisata Air Terjun Monthel yang berada di Desa Colo Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus bisa dijadikan wisatawan sebagai salah satu pilihan wisata penunjang di kawasan Gunung Muria. Wisata alam Air Terjun Monthel dapat memberikan wisatawan View air tejun yang sangat indah, dan suasana yang masih alami di areal Air Terjun Monthel memberikan ketenangan kepada wisatawan untuk merelaksasikan diri yang dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 29). Gambar 29. Wisata Air Terjun Monthel Sumber Gambar 29: Koleksi Pribadi

83 71 5) Pusat Oleh-Oleh Desa Margorejo Pusat Oleh-Oleh di Desa Margorejo merupakan salah satu pilihan wisata penunjang agrowisata yang ada di kawasan Gunung Muria. Wisatawan dapat membeli semua kreatifitas hasil masyarakat Kecamatan Dawe untuk dijadikan sebagai oleh-oleh untuk saudara, atau orang-orang yang disayang. Tempat pusat Oleh-oleh di Desa Margorejo dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 30). Gambar 30. Pusat Oleh-Oleh Sumber Gambar 30: Koleksi Pribadi

84 72 6) Penangkaran Rusa di Desa Margorejo Tempat penangkaran Rusa juga dapat dijadikan sebagai wisata tambahan agrowisata di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Penangkaran Rusa berada di Desa Margorejo. Wisata ini memberikan edukasi terhadap wisatawan bagaimana cara hidup Rusa yang dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 31). Gambar 31. Penangkaran Rusa Sumber Gambar 31: Koleksi Probadi 3. Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Kecamatan Gembong yang merupakan salah satu daerah perintis di Kabupaten Pati memberikan beberapa tempat agrowisata dan wisata penunjang yang sudah ada sebelumnya. Wisata penunjang juga bisa dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan wisata agro di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Potensi agrowisata dan wisata penunjang yaitu wisata alam Waduk Gembong dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 32).

85 Gambar 32. Peta Wisata Pertanian dan Wisata Penunjang Kecamatan Gembong 73

86 74 Kecamatan Gembong memiliki potensi agrowisata dan wisata penunjang yaitu: a. Agrowisata tanaman Jeruk Pamelo Desa Bageng Desa Bageng merupakan salah satu desa di Kecamtan Gembong Kabupaten Pati. Desa bangeng merupakan desa sentra jeruk pamelo di Kabupaten Pati. Untuk saat ini jeruk pamelo banyak dipasarkan ke kotakota besar seperti Bali, maupun Jawa Barat. Kegiatan agrowisata yang dapat dirasakan oleh pengunjung yaitu tahap pemanenan saja. Pemanenan dapat dijumpai pada bulan Februai- Mei. Oleh karena itu wisatawan dapat datang pada bulan tersebut. Beberapa jalan dan kebun dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 33) dan (gambar 34). Gambar 33. Jalan Desa Bageng Sumber Gambar 33: Koleksi Pribadi

87 75 Gambar 34. Kebun Tanaman Jeruk Pamelo Kecamatan Gembong Sumber Gambar 34: Koleksi Pribadi b. Agrowisata tanaman Kopi Desa Sitiluhur Desa Sitiluhur merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Desa sitiluhur merupakan desa penghasil kopi yang paling banyak dikecamatan Gembong. Kegiatan agrowisata yang dapat dirasakan pengunjung yaitu mulai dari pembibitan, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, dan pemanenan dapat dijumpai disini. Selain itu, wisatwan juga dapat dimanjakan dengan beberapa sarana edukasi yang sudah dibuat oleh warga sekitar dapat dilihat sebagaimana pada (gambar 35) dan (gambar 36).

88 76 Gambar 35. Agrowisata Tanaman Kopi Sumber Gambar 35: Koleksi Pribadi Gambar 36. Tugu Selamat Datang Agrowisata Sumber Gambar 36: Koleksi Pribadi

89 77 b. Wisata Pendukung Adapun wisata pendukung yang dapat ditemukan di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati yaitu Wisata Waduk Gembong Desa Gembong Kecamatan Gembong Kabupaten Pati sebagaimana pada (gambar 37). Gambar 37. Wisata Waduk Gembong Sumber Gambar 37: Koleksi Pribadi

PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH

PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH PENGEMBANGAN LANSKAP AGROWISATA DI KAWASAN GUNUNG MURIA JAWA TENGAH SKRIPSI Disusun oleh: Setiawan Adhi Anggara 20130210126 Program Studi Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program pemerintah tentang otonomi daerah yang tertuang dalam UU No. 23 tahun 2014 huruf b yang berisi bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Biofisik. Kawasan Gunung Muria berada di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Biofisik. Kawasan Gunung Muria berada di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Biofisik Kawasan Gunung Muria berada di wilayah utara Jawa Tengah bagian timur. Kawasan Gunung Muria termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Kudus di sisi selatan, Kabupaten

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung

Lampiran I. Kuisioner Pengunjung 82 Lampiran I Kuisioner Pengunjung No. Responden : Nama Responden : Petunjuk Pengisian Berikan tanda silang (X) pada bebera pertanyaan dibawah ini. Jawaban boleh lebih dari satu. 1. Apa jenis kelamin anda?

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kudus merupakan kabupaten terkecil di Jawa Tengah dengan luas wilayah mencapai 42.516 hektar yang terbagi dalam 9 kecamatan. Kabupaten Kudus memiliki potensi pariwisata

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan sumberdaya alam baik hayati maupun non hayati. Negara ini dikenal sebagai negara megabiodiversitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu pariwisata perlu dikelola dan dikembangkan agar. itu sendiri maupun bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di Indonesia pariwisata merupakan sektor andalan penerimaan devisa negara bagi kegiatan ekonomi dan kegiatan sektor lain yang terkait. Oleh karena itu pariwisata perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh dengan keberagaman budaya dan pariwisata. Negara yang memiliki banyak kekayaan alam dengan segala potensi didalamnya, baik

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN ZONASI KAWASAN WISATA MUARA SUNGAI PROGO

POTENSI DAN ZONASI KAWASAN WISATA MUARA SUNGAI PROGO POTENSI DAN ZONASI KAWASAN WISATA MUARA SUNGAI PROGO Skripsi Diajukan kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai syarat memperoleh derajat Sarjana Pertanian Disusun oleh : Oktiana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA COLO, KUDUS

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA COLO, KUDUS P LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA COLO, KUDUS Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : HANNA

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL

BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL BAB III KAJIAN TAPAK KAWASAN IMOGIRI, KABUPATEN BANTUL Kabupaten Bantul adalah kabupaten yang terletak di bagian Selatan Barat daya Provinsi D.I. Yogyakarta. Kawasan ini terletak antara 07 44 04 08 00

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Setu Babakan-Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa-Kotamadya Jakarta Selatan (Gambar 6), dengan luas kawasan ± 165 ha, meliputi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut

TATA CARA PENELITIAN. B. Metode Penelitian dan Analisis Data. kuisioner, pengambilan gambar dan pengumpulan data sekunder. Menurut IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kawasan ekowisata hutan lindung mangrove dan penangkaran buaya di Desa Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan Februari 2011 hingga bulan Juni 2011 di Sentra Produksi Rambutan Gedongjetis, Tulung, Klaten (Gambar

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi

BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi 10 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Studi Penelitian mengenai perencanaan lanskap ini dilakukan di kawasan bersejarah Komplek Candi Gedong Songo,, Kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah. Peta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pariwisata terjadi karena adanya gerakan manusia di dalam mencari sesuatu yang belum di ketahuinya, menjelajahi wilayah yang baru, mencari perubahan suasana,

Lebih terperinci

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

APLIKASI TANAH PASIR GUNA PERBAIKAN MEDIA TANAM TANAH GAMBUT DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

APLIKASI TANAH PASIR GUNA PERBAIKAN MEDIA TANAM TANAH GAMBUT DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) APLIKASI TANAH PASIR GUNA PERBAIKAN MEDIA TANAM TANAH GAMBUT DALAM BUDIDAYA BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) SKRIPSI Oleh : Ayu Lestarie Sania 20110210032 Program Studi Agroteknologi FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pariwisata menduduki posisi sangat penting setelah minyak bumi dan gas. Kepariwisataan nasional merupakan bagian kehidupan bangsa yang dapat meningkatkan perekonomian.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilakukan pada Agustus Oktober 2010, mencakup pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat menimbulkan

Lebih terperinci

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Perkampungan Portugis Kampung Tugu Jakarta Utara Lanskap Sejarah Aspek Wisata Kondisi Lanskap: - Kondisi fisik alami - Pola Pemukiman - Elemen bersejarah - Pola RTH

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara bahari dan negara kepulauan terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati laut terbesar (mega marine biodiversity) (Polunin, 1983).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pegunungan yang indah, hal itu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 33 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Studi ini dilakukan di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat. Secara administrasi pemerintahan Kota Padang Panjang terletak di Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM TAPAK

IV KONDISI UMUM TAPAK IV KONDISI UMUM TAPAK 4.1 Letak, Luas, dan Batas Tapak Secara geografis kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea terletak pada 16 32 BT 16 35 46 BT dan 6 36 LS 6 55 46 LS. Secara administratif terletak di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam. Potensi tersebut menciptakan peluang pengembangan dan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Letak dan kondisi Geografis a. Batas Administrasi Daerah Secara geografis Kabupaten Magetan terletak pada 7 o 38` 30 LS dan 111

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN PERANCANGAN LANSKAP WATERFRONT SITU BABAKAN, DI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, JAKARTA SELATAN Oleh : Mutiara Ayuputri A34201043 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan

METODOLOGI. Tabel 1. Jenis, Sumber, dan Kegunaan data No Jenis Data Sumber Data Kegunaan METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Pantai Kelapa Rapat (Klara) Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung, dengan luas area ± 5.6 Ha (Gambar 2). Penelitian ini dilaksanakan selama 4

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Lokasi yang dijadikan fokus penelitian berlokasi di TWA Cimanggu Sesuai administrasi pemangkuan kawasan konservasi, TWA Cimanggu termasuk wilayah kerja Seksi Konservasi

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat

METODOLOGI Waktu dan Tempat 41 METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan di base camp Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat (Gambar 15). Kegiatan ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata saat ini merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel and Tourism Council, pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Perancangan Hutan Pinus Batealit sebagai kawasan Wisata Alam Edukasi di Jepara Untuk menjabarkan mengenai pengertian judul di atas maka kalimat judul dapat diuraikan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan alam merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan dan dilestarikan. Indonesia diberikan anugerah berupa kekayaan alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Simalungun merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera utara terletak di bagian timur p,secara geografis simalungun terletak pada 02 0 36 05-03 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang yang menjadi dasar pertimbangan dalam penyusunan laporan ini. Serta akan diuraikan mengenai rumusan masalah, tujuan, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Secara administratif, Taman Nasional Ujung Kulon terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan luas wilayah 122.956 Ha, yang terdiri atas 78.619 Ha daratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU RI No 38 Tahun 2004 tentang Jalan, dijelaskan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu. Keterangan Jl. KH. Rd. Abdullah Bin Nuh. Jl. H. Soleh Iskandar 20 METODOLOGI dan Waktu Studi dilakukan di kawasan Jalan Lingkar Luar Kota Bogor, Jawa Barat dengan mengambil tapak di kawasan lanskap Jalan KH. Rd. Abdullah bin Nuh dan Jalan H. Soleh Iskandar. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

PERENCANAAN AGROWISATA DI KAWASAN KEDUNG KAYANG DESA WONOLELO KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI

PERENCANAAN AGROWISATA DI KAWASAN KEDUNG KAYANG DESA WONOLELO KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI PERENCANAAN AGROWISATA DI KAWASAN KEDUNG KAYANG DESA WONOLELO KECAMATAN SAWANGAN KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Oleh : Arif Suwatno 20040210017 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

Gambar 1 Lokasi penelitian.

Gambar 1 Lokasi penelitian. 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Perencanaan tapak ini dilaksanakan di KHDTK Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012. Gambar

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERTANIAN PADI DI KABUPATEN BANTUL, D.I. YOGYAKARTA Agus Rudiyanto 1 1 Alumni Jurusan Teknik Informatika Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta Email: a_rudiyanto@yahoo.com (korespondensi)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis

Penekanan Desain Arsitektur Ekologis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Indonesia yang strategis menunjukkan betapa kaya akan sumber daya alamnya. Sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan

BAB I PENDAHULUAN. (2.392 meter) dan Gunung Lamongan (1.600 meter), serta di bagian Selatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang sangat subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 meter), Gunung Bromo (2.392 meter) dan Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 1 Peta lokasi penelitian 16 III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Studi mengenai Perencanaan Jalur Hijau Jalan sebagai Identitas Kota Banjarnegara dilakukan di jalan utama Kota Banjarnegara yang terdiri dari empat segmen,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 14 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI Kegiatan penelitian ini dilakukan di Pusat Kota Banda Aceh yang berada di Kecamatan Baiturrahman, tepatnya mencakup tiga kampung, yaitu Kampung Baru,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : 54 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Tata Guna Lahan Kabupaten Serang Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan : a. Kawasan pertanian lahan basah Kawasan pertanian lahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki

1. PENDAHULUAN. Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan (nusantara) yang terdiri dari 17.508 pulau Suprihan (Supriharyono, 2002:1). Setiap kepulauan di Indonesia memiliki karakteristik

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah) 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan astronomis Indonesia sangat strategis. Secara georafis, Indonesia terletak diantara dua Benua dan dua samudera. Benua yang mengapit Indonesia adalah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii

ABSTRAK. Kata Kunci: ekowisata pesisir, edukasi, hutan pantai, konservasi, perencanaan. iii ABSTRAK Devvy Alvionita Fitriana. NIM 1305315133. Perencanaan Lansekap Ekowisata Pesisir di Desa Beraban, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Dibimbing oleh Lury Sevita Yusiana, S.P., M.Si. dan Ir. I

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas hektar. Desa yang terdiri 27 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Biofisik dan Tata Guna Lahan Desa Margasari terletak di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Desa ini memiliki luas 1.702

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang bersedia mengeluarkan uang untuk mengisi waktu luang (leisure) dalam rangka menyenangkan diri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala

III METODOLOGI. Desa Ketep. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian. Tanpa Skala 14 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Ketep, Kecamatan Sawangan yang merupakan bagian dari Kawasan Agropolitan Merapi Merbabu, Kabupaten Magelang, Provinsi

Lebih terperinci

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A

PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK. Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A PERANCANGAN LANSKAP KAWASAN REKREASI SITU RAWA BESAR, DEPOK Oleh : YULIANANTO SUPRIYADI A34201023 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN YULIANANTO

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN digilib.uns.ac.id 66 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Grobogan terletak pada posisi 68 ºLU dan & 7 ºLS dengan ketinggian rata-rata 41 meter dpl dan terletak antara

Lebih terperinci

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta

Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta Evaluasi dan Rencana Pembangunan Perkebunan Tahun 2018 Dinas Pangan dan Pertanian Kabupten Purwakarta 1. K O N D I S I GEOGRAFI WILAYAH 1.1 Gambaran umum Kabupaten Purwakarta merupakan bagian dari wilayah

Lebih terperinci