Partisipasi Kelompok Masyarakat Dalam Pelestarian Kain Tenun Ikat Tradisional Di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Partisipasi Kelompok Masyarakat Dalam Pelestarian Kain Tenun Ikat Tradisional Di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur"

Transkripsi

1 Partisipasi Kelompok Masyarakat Dalam Pelestarian Kain Tenun Ikat Tradisional Di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur Umbu Kudu, I Nengah Punia, I.G.P.B Suka Arjawa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Umbukuddu96@gmail.com, nengah-punia@yahoo.com, suka_arjawa@yahoo.com ABSTRAK This study, entitled Participation of the community in conservation of traditional ikat in the village Rindi, District Rindi, East Sumba district. The purpose of this study was to analyze the level of participation of community groups in the preservation of traditional ikat in the village Rindi, District Rindi, East Sumba, and describes the obstacles encountered in conservation efforts in the traditional ikat Rindi Village, District Rindi, East Sumba district. The research location is in the village of Rindi, District Rindi, East Sumba district. Source data from this study are primary data and secondary data. The informant set by purposive. Interview guides used only contains the central questions only, while questions derivatives will evolve during the interview, with regard to the relationship with the principal statement. The data used in this study comes from observation, interview, and literature study. The data analysis was conducted on data reduction, data presentation, draw conclusions and implement verification. The survey results revealed Participation in terms of sharing information, working good comrade control group that is in the preparation of equipment and materials, the weaving process, promoting the production of weaving. Constraints facing a group consisting of various aspects, namely technical constraints, social constraints, social constraints, constraints of the availability of capital, human resource constraints and constraints in terms of marketing. Kata Kunci : Participation, Conservation, Woven Fabric Cloth I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum di Kabupaten Sumba Timur, semua benda seni primitif memiliki nilai sosial berkaitan dengan kepercayaan Marapu seperti Patung dan Ukiran (Penji) dari kayu dan batu, anyaman dari daun lontar (tikar, tas, dan mbuala pahapa/tempat sirih pinang) serta kerajinan tembikar dari tanah liat berbagai aksesoris logam (mamuli, luluamahu dan anting-anting). Selain itu terdapat juga salah satu kerajinan lokal yaitu kerajinan tenun ikat yang pembuatannya masih tradisional mulai dari membuat benang, pemintalan benang, pewarnaan sampai pada proses penenunannya semua menggunakan cara tradisional. Terdapat dua jenis tenun ikat Sumba Timur yaitu Hinggi (kain untuk pria) dan Lau (kain untuk wanita). Tenun ikat Sumba Timur dikenal dengan motif-motifnya yang unik yang memiliki arti dan cerita yang berbeda-beda seperti motif manusia (menggambarkan sejarah kehidupan manusia pada zaman perang suku dan kerjaan zaman dahulu), motif binatang seperti kuda (melambangakan kejantanan dan kepahlawanan), motif buaya merah (melambangkan status sosial yang tinggi) dan masih terdapat beberapa motif lainnya. Selain itu tenun ikat Sumba Timur juga memiliki nilai budaya yaitu digunakan pada saat upacara adat dan dapat juga dijadikan sebagai pemberian terhadap keluarga atau kerabat pada upacara pemakaman tradisonal dan sebagai tanda penghormatan terhadap yang meninggal (pembungkus jenazah). Disamping itu dipakai dan digunakan juga sebagai mahar kawin (belis) pada acara perkawinan serta masih banyak lagi kegunaan yang lain (Anggraeni, 2005). 1

2 Di Desa Rindi Kecamatan Rindi Kabupaten Sumba Timur terdapat sebuah kampung yaitu kampung Praiyawang yang masih terjaga kelestarian budayanya dan menjadi salah satu tujuan dari wisatawan yang berkunjung ke Sumba Timur. Terdapat kecenderungan sosial bahwa kurangnya partisipasi masyarakat dalam melestarikan budaya lokal khususnya Tenun Ikat Sumba Timur karena terdapat pemahaman bahwa kerajinan tenun ikat hanya dikerjakan oleh orang-orang tua yang berada di desa/kampung saja, selain itu kurangnya fasilitas kerja dan kecenderungan bahwa tenun ikat hanya dilakukan oleh kaum wanita serta masih minimnya kreativitas dalam hal penyediaan bahan untuk proses tenun ikat (zat pewarna kain dari bahan alam). Masyarakat lebih memilih untuk bekerja pada bidang lain yang tidak menyita waktu dan tenaga yang banyak tetapi menghasilkan keuntungan yang cepat sehingga sudah banyak yang bekerja dikota atau bahkan diluar Pulau Sumba. Di sisi lain dengan bertambahnya wisatawan yang berkunjung ke Sumba Timur seharusnya tenun ikat bisa menjadi sumber penghasilan yang cukup untuk membantu perekonomian keluarga, selain itu juga dapat membantu program pemerintah dalam melestraikan budaya lokal di Sumba Timur. Mencermati uraian diatas maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang partisipasi kelompok masyarakat dalam pelestarian tenun ikat tradisional di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis partisipasi kelompok masyarakat dalam pelestarian kain tenun ikat tradisional di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur. 2. Mendeskripsikan kendala-kendala yang dihadapi dalam usaha pelestarian kain tenun ikat tradisional di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur.II. METODELOGI PENELITIAN 2.1. Jenis Penelitian Jenis penilitian yang dilakukan adalah jenis penelitian kualitatif tipe deskriptif. Menurut J.W.Creswell (2004) penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan mendeskripsikan obyek apa adanya (dalam Sangadji & Sopiah, 2010:24). Penelitian ini sering disebut penelitian noneksperimen karena penelitian tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam pelestarian kain tenun ikat tradisional di Desa Rindi,Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur Lokasi Penelitian Lokasi penilitian dilakukan di Desa Rindi,Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur. Dalam menentukan lokasi penilitian penulis menggunakan metode purposive sampling yaitu menentukan lokasi penilitian secara sengaja berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan-pertimbangan tersebut sebagai berikut. 1. Di Desa Rindi terdapat kelompok pengrajin tenun ikat tradisional Sumba Timur. 2. Desa Rindi merupakan salah satu sentra penghasil tenun ikat di Sumba Timur Jenis dan Sumber Data Sumber data dari penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Jenis data primer adalah dapat berupa opini subjek (orang) secara individu maupun kelompok, hasil observasi terhadap benda (fisik) kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian. Jenis data sekunder umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu. Adapun jenis data sekunder yaitu data internal adalah dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang yang dikumpulkan, dicatat dan disimpan dalam organisasi daam suatu organisasi merupakan tipe data internal. 2

3 Berbeda dengan data eksternal umumnya disusun oleh suatu entitas selain peneliti dari organisasi yang bersangkutan. Tipe data sekunder berdasarkan penerbit antara lain dapat berupa: a. Buku, jurnal, atau berbagai terbitan secara periodik yang diterbitkan oleh organisasi atau instansi tertentu. b. Terbitan yang dipublikasi oleh instansi pemerintah. c. Terbitan yang dikeluarkan oleh media massa atau perusahaan (Sangadji & Sopiah, 2010: ). Data primer diperoleh peneliti dengan cara mengajukan pertanyaan kepada para pengrajin atau kelompok pengrajin tenun ikat tradisional di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, Kabupaten Sumba Timur. Kemudian data sekunder diperoleh peneliti melalui internet dengan mencari informasi yang berkaitan dengan para pengrajin tenun ikat tradisional Kriteria dan Penentuan Informan Informan ditetapkan dengan cara purposive yaitu pengambilan hanya pada informan yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu. (Suharsaputra, 2012:118). Purposive yang diterapkan ialah memilih informan yang peneliti anggap paling mengetahui informasi terkait penelitian ini. Individu yang didasarkan pada pertimbangan dan karakteristik tertentu dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tokoh Adat di Desa Rindi 2. Pengrajin tenun ikat ( Anggota Kelompok) 3. Ketua kelompok tenun ikat di Desa Rindi 4. Kepala Desa Rindi Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 14 orang. Dimana diambil tiga orang Tokoh Adat, sembilan orang Pengrajin tenun ikat, satu orang Ketua Kelompok dan satu orang Kepala Desa Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam mengumpulkan informasi, dan yang menjadi alat utama dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri, yang didukung dengan pedoman wawancara sebagai alat bantu, serta peralatan pendukung lainnya seperti : handphone sebagai alat perekam, kamera digital serta alat tulis. Pedoman wawancara dipergunakan agar pembicaraan antara peneliti dan informan dapat dilakukan lebih terarah Teknik Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penilitian ini bersumber dari berikut ini. 1. Observasi atau pengamatan 2. Wawancara 3. Studi kepustakaan 2.7. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yaitu analisis data yang telah terkumpul guna mengetahui besarnya tingkat korelasi berbagai data dalam penelitian, yang menunjukan indiksi keberhasilan penelitian ( Suyadi, 2011:95). Menurut Nasution (1992) dan Moleong (1991) (dalam Suharsaputra, 2012:216) data yang telah terkumpul dianalisis secara induktif dan berlangsung selama pengumpulan data di lapangan. Analisis data yang dilakukan meliputi mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan melaksanakan verifikasi. Proses reduksi data yang dilakukan peneliti adalah memilih data-data lalu mengkualifikasikan data-data sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Selanjutnya proses penyajian data dilakukan dengan menyusun data-data secara sistematis sehingga dapat diketahui apabila kekurangan data, maka peneliti mencari data untuk melengkapinya kembali. Proses selanjutnya yakni menarik kesimpulan dan memverifikasi data, disini peneliti menarik dan memverifikasi data-data yang sudah disusun sebelumnya. Kesimpulan yang dihasilkan adalah hasil pemikiran peneliti dari hasil menganalisis data (Suharsaputra, 2012: ). 3

4 PEMBAHASAN 3.1. Partisipasi Kelompok Dalam Pelestarian Kain Tenun Ikat Tradisional Sumba Timur Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI,2012) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan.berdasarkan hal tersebut menurut Sundari (2010),terdapat beberapa unsur penting yang tercakup dalam pengertian partisipasi,diantaranya: Pertama,dalam pertisipasi yang ditelaah bukan hanya keikut sertaan secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (mental dan emosional). Menurut Mubyarto, 1995 (dalam Ndraha,1997) partisipasi adalah kesediaan untuk membantu keberhasilan setiap program sesuai dengan kemampuan setiap orang tampa berarti mengorbankan mengorbankan kepentingan diri sendiri, sementara menurut Soetrisno (1995), partisipasi adalah kerjasama antara rakyat dan pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan. Menurut Subrata (dalam Muslikh, 2012) partisipasi dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu bentuk finansial, material, kekuatan fisik dan moral. a. Partisipasi dalam bentuk finansial yaitu partisipasi dalam bentuk pemberian sumbangan, pinjaman dan lainnya. b. Partisipasi dalam bentuk material yaitu partisipasi dalam bentuk pengadaan gedung,tanah dan lain sebagainya. c. Partisipasi dalam bentuk moral misalnya partisipasi partisipasi tenaga atau keterampilan. d. Partisipasi dalam bentuk moral misalnya partisipasi buah pikiran, pendapat/ide, saran, pertimbangan, nasehat, dukungan moral dan lain sebagainya yang berkenaan dengan penentuan kebijaksanaan atau dalam pengambilan suatu keputusan dan atau dalam penyelenggaraan pengembangan pembelajaran. Kelompok-kelompok Pengrajin tenun ikat yang ada di Desa Rindi terbentuk pada tahun Awal terbentuknya kelompok ini dari Dinas Pariwisata, dengan materi muatan (kelompok sadar wisata) mengadakan pelatihan di Desa Rindi tentang pentingnya kelompok tenun ikat di Desa Rindi, Kecamatan Rindi. Kelompok ini merupakan kelompok percontohan atau kelompok yang diharapkan menjadi contoh dari kelompok yang lain yang ada di Sumba Timur karena melihat Desa Rindi sebagai pusat tenun ikat yang ada di Sumba Timur. Kelompok juga mempunyai uang kas kelompok, uang tersebut di dapatkan dari bantuan Dinas Pariwisata, uang tersebut bisa dipakai apabila anggota memerlukan uang untuk membeli benang dan keperluankepeluan untuk membuat kain apabila kain itu sedah laku terjual maka uang tersebut akan di kembalikan sebagai kas kelompok, intinya dalam membuat kain anggota kelompok tidak lagi memikirkan dana karena dana itu sedah ada di kelompok. Berdasarkan petikan wawancara dengan Vina Tika Wanda sebagai bendahara kelompok, dana mereka dapat dari Dinas Pariwisata, dana yang didapat mereka langsung membeli bahan bahan yang diperlukan sehingga mereka langsung mulai bekerja jadi tidak membuang waktu terlalu lama lagi untuk bekerja, dana yang didapat sebagian disimpan pada kas kelompok apabila ada keperluan mendadak anggota kelompok bisa langsung mengambil uang yang diperlukan dan sifatnya semacam simpan pinjam. Semua anggota kelompok saling memberikan informasi dan bekerja sama yang baik maka otomatis produksinya akan meningkat. Aturan dalam kelompok tidak mengikat contohnya dalam penentuan waktu kerja itu tergantung dari anggota sendiri. Anggota bebas menentukan waktu untuk kerja tetapi mereka saling mengontrol sehingga pekerjaan mereka tetap terus berjalan. 4

5 Dalam hal mengontrol kawan kelompok masyarakat Sumba adalah masyarakat yang jiwa sosialnya tinggi, contohnya bisa dilihat dari cara menghargai tamu. Setiap tamu yang datang wajib diberi sirih pinang dan segelas kopi. Apabila tamu tersebut masih ingin berlama-lama untuk berbincang-bincang maka pemilik rumah atau tuan rumah akan menyiapkan makanan. Masih banyak lagi contoh lain yang membuktikan masyarakat di Sumba memiliki jiwa sosial yang tinggi Penyediaan Alat dan Bahan Setiap anggota kelompok pada umumnya sudah memiliki alat-alat menenun sendiri, karena alat-alat tersebut juga di ambil dari alam misalnya bambu, kayu, lidi, dan masih banyak alat-alat lainnya, tetapi apabila ada anggota kelompok yang tidak memiliki alat menenun bisa meminjam sesama anggota kelompok yang memiliki dua atau lebih alat tenun, karena anggota kelompok banyak mempunyai ketersediaan alat karena alat-alat kerja tersebut juga sudah didapat dari nenek moyang mereka dan ada juga yang baru dibuat. Berdasarkan wawancara dengan salah satu anggota kelompok Kahi Nalla dapat dilihat untuk penyediaan alat-alat tenun yang mengerjakan adalah laki-laki atau suami jadi perempuan cukup kasih tau ala tapa-apa yang kurang supaya lak-laki mengerjakannya, jadi bisa dilihat bukan hanya kaun wanita yang mengerjakan tetapi kaum laki-laki juga berpartisipasi untuk membuat kain tenun Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat Tradisional di Desa Rindi 1. Merencanakan Konstruksi/ukuran kain meliputi: Motif 2. Mempersiapkan benang Lusi dan Pakan Pembersihan kapas Memintalkan Benang. Mengelos Benang Mengheni Lusi. Mendesain/ Mengikat. Mencelup. Membuka ikatan. Memindankan benang ke Gedongan. Pemasangan tali silangan (Gun). Menenun Kain. a. Nama peralatan tenun dan fungsi BOOM (Polu) bentangan Lusi terdiri dari dua kayu yang terbentang sejajar. Parang tenun (Kalira) berupa selembar papan kecil yang panjangnya kurang lebih satu meter lebih dan lebar kurang lebih sepuluh senti meter,salah satu bagiannya ditipiskan seperti parang yang berfungsi untuk merapatkan benang sehingga menjadi seperti kain. Penahan pinggang (Liu) terbuat dari kayu yang di lilitkan pada pinggang penenun yang berfungsi mengatur ketegangan Lusi. Pawunanggu adalah kayu kecil yang melintang diatas Lusi merupakan tali-tali silang (Gun) yang berfungsi untuk mengatur anyaman. b. Menenun Kain. Benang Lusi ditegangkan dengan penahan belakang (Liu) oleh penenun. Gun (Wunang) di angkat maka benang akan terbuka menjadi dua bagian maka di masukanlah benang di dalamnya dan dilakukan secara berulang-ulang secara terus menerus sampai kain itu selesai dan berbentuk kain/lembaran dan dipadatkan oleh kayu yang berupa parang (kalira). Penenun juga harus selalu memperhatikan bagian pinggir dari kain yang di tenun (Umbu, 1989) Partisipasi Kelompok Dalam Mempromosikan dan Penjualan Hasil Produksi Kain Tenun Ikat. Partisipasi kelompok dalam mempromosikan hasil produksi kelompok ini dilakukan dengan berbagai cara, dalam mempromosikan hasil tenun kelompok semua anggota kelompok berperan. Berdasarkan wawancara dengan ketua kelompok Tamu Rambu Hamu Eti, partisipasi kelompok dalam mempromosikan kain tenun ikat Sumba Timur yaitu dengan mengikuti seminar, mengikuti pameran yang 5

6 dilaksanakan di dalam maupun di luar Sumba dan memberikan Cinderamata kepada tamu-tamu penting seperti pejabat pemerintah, artis terkenal dan lain-lain. Strategi promosi inilah yang dilakukan oleh kelompok untuk membuat tenun ikat Sumba Timur lebih dikenal.dalam menjual kain tenun ikat ini kelompok-kelompok yang ada di Desa Rindi biasanya memasarkan hasil produksi mereka kepada tamu-tamu yang datang ke kampung mereka ada juga yang membawa kain tersebut ke luar pulau seperti Bali atau Jakarta Kendala Yang Dihadapi Dalam Upaya Pelestarian Kain Tenun Ikat Tradisional a. Kendala Teknis Kelompok yang ada belum maksimal dalam membuat kain, karena banyaknya pekerjaan lain yang mereka tekuni seperti beternak, mengerjakan kebun dan ada juga yang menjadi nelayan pekerjaan ini menurut mereka lebih menjajikan bagi mereka untuk mendapatkan makan sedangkan membuat kain hanyalah pekerjaan sampingan bagi mereka alasan ini juga yang sehingga mereka tidak bisa secara fockus dalam mengerjakan tenun ikat. Melihat kutipan wawancara dengan salah satu anggota kelompok Paji Tina maka dapat dilihat bahwa mengerjakan kain tenun ikat belum bisa dijadikan sebagai pendapatan tetap karena pembeli belum secara rutin untuk membeli hasil karya mereka dan apabila mereka mengerjakan tenun ikat sawat dan ladang mereka bisa di lupakan karena tidak ada lagi yang mengerjakan tetapi mereka tidak akan berenti untuk kerja tenun ikat karena mereka butuh jaga akan tenun ikat selain mendapat penghasilan tambahan dari tenun ikat. Masih ada juga anggota kelompok yang belum terbuka dengan kelompok lain sehingga anggota lain yang memiliki kendala misalnya pada penentuan motif atau cara mengatur benang blum bisa teratasi karena setiap keluarga punya acara sendiri-sendiri menurut pengetahuan dan pengalamannya sendiri, mereka tidak membuka rahasia itu ke anggota kelompok yang lain. b. Kendala Sosial Pemerintah daerah selaku perintis dari kegiatan pelestarian kain tenun ikat di Sumba Timur belum menyediakan tempat kusus untuk pusat penjualan dari hasil produksi tenun ikat kelompok sehingga hasil yang mereka buat masih dijual secara individu.berdasarkan wawancara dengan ibu Kahi Lepir dapat di lihat adanya kesulitan kesulitan dalam menjual hasil tenunan anggota kelompok sehingga anggota kelompok yang tidak memiliki langganan tetap susah dalam menjual kain tersebun lain halnya dengananggota kelompok yang sudah mengenal banyak pembeli mereka mudah saja untuk menjual karena mereka sudah banyak koneksi dengan penjual, ini sangat di rasa dari pengrajin yang baru mulai membuat kain, mereka hanya berharap pada turis asing yang membeli kain tetapi hanya untuk kenang kenangan dan biasanya harga yang ditawarpun lebih murah dari pembeli yang sengaja datang kekampung untuk membelukan. c. Kendala Modal Melihat petikan wawancara dengan Paji Tina anggota kelompok bahwa anggota kelompok yang tergabung mereka diberikan wewenang untuk mengelola sendiri keuangannya sehingga banyaknya anggota yang tidak bisa mengelola keuangannya secara baik itu dapat menghambat mereka dalam pembuatan berikutnya dikarenakan modal yang mereka habis pada keperluankeperluan pribadi anggota kelompok.anggota kelompok belum mampu mengelola keuangannya dengan baik karena kain tenun ikat yang dibuat tidak langsung laku atau terjual itu dikarenakan pembeli yang belum secara terus-menerus membeli hasil tenun kelompok sehingga para pengrajin dalam mendapatkan penghasilannya tidak menentu, sehingga pengrajin tidak bisa menghitung pendapatannya secara teratur. d. Kendala Sumber Daya Manusia. 6

7 Hasil wawancara dengan Rambu Ana anggota kelompok tenun, untuk menjual kain hasil tenun seharusnya pengrajin bisa berbahasa asing untuk memudahkan tamu pembeli dalam berkomunikasi karena tamu yang datang tidak semua bisa berbahasa Indonesia. Para pengrajin bisa mendapat banyak relasi dan informasi dari tamu, selain itu agar tidak gampang ditipu oleh para guide-guide yang sering membawa tamu. e. Kendala Pemasaran Apabila ada wisatawan yang datang berkunjung ke kampung Rindi banyaknya penjual yang masuk ke kampung untuk menjual kain mereka, mereka berasal dari lain Kecamatan sehingga berekibat pembeli yang harusnya belanja kain sama orang Rindi menjadi menjadi tersaing.berdasarkan wawancara dengan ibu Rambu Intan katua kelompok Uma Bokul pada kenyataannya banyaknya penjual kain yang berasal dari luar kecamatan apabila mereka mendapat informasi bahwa ada tamu pembeli kain yang datang banyak, penjual-penjual kain tersebut berbondong-bondong datang menjual kainnya di kampung Rindi sehingga pengrajin tenun ikat yang berasal dari kampung tersebut menjadi tersaingi dan kainnya menjadikan kain tenun yang mereka jual menjadi berkurang karena sebagian tamunya juga belanja sama mereka. Padahal penrajin tenun yang ada di Rindi tedak pernah menjual ke tempat lain di Sumba mereka hanya menunggu tamu yang datang di kampung mereka sendiri. Anggota kelompok bosan menunggu kapan barangnya akan laku terjual hal ini juga dapat mengurangi niat pengrajin tenun ikat dalam hal meningkatkan produksi tenun ikatnya Analisis Penelitian Menggunakan Teori Strukturasi Giddens Teori strukturasi dari Anthony Giddens dipakai untuk menganalisis penelitian ini karena menurut Giddens struktur sebagai aturan dan sumber daya yang digunakan oleh agen dalam interaksi. Dalam teori strukturasi, Giddens pada dasarnya menolak dualisme subjek dan objek, agensi dan struktur, serta struktur dan proses, yang selama ini telah dipandang sebagai dualisme tersebut, Giddens mengoreksinya sehingga muncul istilah dualitas. Hasil yang ditemukan dilapangan menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tenun ikat ini sudah mengenal istilah kerja sama sejak dahulu kala yang dalam bahasa daerah masyarakat Sumba Timur disebut Panjulur, akan tetapi belum mampu untuk membentuk kelompok karena pengetahuan untuk mengatur sebuah organisasi belum memadai seperti perhitungan untung rugi akan barang yang mereka produksi serta dalam proses penjualannya. Kemudian Dinas Pariwisata Kabupaten Sumba Timur melihat adanya potensi yang dimiliki oleh warga Desa Rindi dalam memproduksi tenun ikat sehingga dibuatlah program kelompok tenun ikat untuk memaksimalkan proses produksi tenun ikat di Desa Rindi. II. PENUTUP 4.1. Simpulan Dari pembahasan di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang dilakukan kelompok tenun yaitu: 1. Partisipasi dalam hal saling memberikan informasi, bekerja sama yang baik mengontrol kawan kelompok yaitu diantaranya dalam penyiapan alat dan bahan, pada proses penenunan, mempromosikan hasil produksi tenun. 2. Kendala-kendala yang dihadapi kelompok terdiri dari berbagai segi yaitu kendala teknis, kendala sosial, kendala ketersediaan modal, kendala sumber daya manusia dan kendala dalam hal pemasaran Saran Dari kesimpulan tersebut maka peneliti menyarankan: 1. Kepada kelompok agar lebih mengatur manajemen pengelolaan baik dalam mengatur keuangan, 7

8 sumber daya manusia, dan waktu kerja. 2. Kepada pemerintah agar terus memberikan perhatian pada kelompok yang dibentuk seperti kontrol, dan membantu dalam bidang promosi dan pemasaran DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, S.A East Sumba : A Hidden Treasure In The Archipelago. Waingapu. Irhash, A. S Konsep Pembangunan Masyarakat. Artikel Online. Internet. 03/konsep-pembangunanmasyarakat.html. diunduh Tanggal 16 oktober KBBI Kamus Versi Online/ Daring (Dalam Jaringan). Artikel Online. Internet. Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa). Diakses tanggal 28 Oktober Muslikh, B Partisipasi Orang Tua Siswa dalam Pembelajaran di SD Islam Terpadu Salman. Artikel Online. Internet. /Bab_2_ pdf. diunduh tanggal 28 Sepetember Ndraha. T Pembangunan Masyarakat Mempersiapkan Masyrakat Tinggal Landas. Jakarta. Bina Aksara (Anggota IKAPI). Sangadji, E dan Sopiah MetodologiPenelitian : Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta. ANDI. Soetrisno, L Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta : Kanisius (Anggota IKAPI). Suharsaputra, U Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung : PT. Refika Aditama. Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta. DIVA Press. Umbu, N.N Proses Pembuatan Kain Tenun Ikat di Rende Sumba Timur. Karya Tulis. Depdikbud. SMAN 1 Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. 8

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR SKRIPSI Oleh : UMBU KUDU NIM : 1121005013 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR

PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR PARTISIPASI KELOMPOK MASYARAKAT DALAM PELESTARIAN KAIN TENUN IKAT TRADISIONAL DI DESA RINDI, KECAMATAN RINDI, KABUPATEN SUMBA TIMUR SKRIPSI Oleh : UMBU KUDU NIM : 1121005013 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki berbagai jenis kain tradisional yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia, dan kain-kain tersebut termasuk salah satu bagian dari kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan dibagi menjadi empat sub-bab yang berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode perancangan dari seminar tugas akhir. Pembahasan latar belakang menguraikan

Lebih terperinci

Kabupaten Sumba Barat Daya. Fasilitas & rambu lalulintas pada jalan menuju tempat wisata masih belum ada

Kabupaten Sumba Barat Daya. Fasilitas & rambu lalulintas pada jalan menuju tempat wisata masih belum ada Bab 1 PENDAHLAN Latar belakang Kota Perdagangan isata alam Pantai, danau, goa Kabupaten Sumba Barat Daya Pantai Mandorak Sejarah Kampung budaya dan atraksi budaya Kota isata & Budaya MASALAH Fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot

BAB I PENDAHULUAN. dari serangga atau hewan-hewan tertentu. Rumput, bambu, kupasan kulit dan otot-otot BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Kebutuhan pangan berupa makanan, sandang berupa pakaian, dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono,

BAB I PENDAHULUAN. Pulau Flores, Sumba, Timor, Adonara, Lembata, Alor, Sabu, dan Rote (Hartono, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Provinsi ini terdiri atas beberapa pulau, antara lain Pulau Flores,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang terdiri dari pulau- pulau yang membentang luas memiliki ragam suku bangsa beserta adat istiadat yang terbentuk akibat percampuran ras dan kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KAIN ENDEK BALI SEBAGAI INDUSTRI PARIWISATA KREATIF (STUDI KASUS DENPASAR)

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KAIN ENDEK BALI SEBAGAI INDUSTRI PARIWISATA KREATIF (STUDI KASUS DENPASAR) ANALISIS STRATEGI PEMASARAN KAIN ENDEK BALI SEBAGAI INDUSTRI PARIWISATA KREATIF (STUDI KASUS DENPASAR) Deannisa Hakika Putri I Wayan Suardana I GPB Sasrawan Mananda Email : deannisa@gmail.com PS. S1 Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode dan Pendekatan Penelitian 1.1.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Fraenkel dan Wallen (Uhar

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita

PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekarang ini komunikasi modern, pendidikan, serta proses modernisasi telah membawa banyak dampak. Terutama pada perubahanperubahan dalam masyarakat dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan karya seni, diantara beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. Beberapa seni kerajinan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI. Lilik Sunarsih *) & Umar HMS **)

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI. Lilik Sunarsih *) & Umar HMS **) STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN KECAMATAN ROGOJAMPI KABUPATEN BANYUWANGI Lilik Sunarsih *) & Umar HMS **) Abstract : Marketing strategy is an overall plan to

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program

BAB III METODE PENELITIAN. dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan permasalahan yang sudah dikemukakan pada bab sebelumnya yaitu mengevaluasi pelaksanaan program pengembangan Desa

Lebih terperinci

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhantumbuhan merambat dan

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL

PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PERAN PEREMPUAN DALAM PARIWISATA DI DESA WISATA WUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL TE ROLE OF WOMEN IN TOURISM ACTIVITY AT WUKIRSARI TOURISM VILLAGE IN IMOGIRI DISTRICT BANTUL REGENCY Oleh :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk generasi selanjutnya hingga sampai saat ini. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan dilestarikan dan di wariskan secara turun menurun dari nenek moyang terdahulu untuk generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar Seni Sukawati terletak di kabupaten Gianyar, Bali yang berada di jalan raya Desa Sukawati, pada dimana di awal tahun 1983 beberapa pengerajin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang penuh akan keanekaragaman budaya. Salah satu keanekaragamannya dapat dilihat pada perbedaan dalam pakaian adat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki banyak kekayaan dan keindahan, letak geografis yang strategis dan membentang hijau digaris

Lebih terperinci

TENUN IKAT MASYARAKAT KAMPUNG NDAO DI KECAMATAN LOBALAIN KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

TENUN IKAT MASYARAKAT KAMPUNG NDAO DI KECAMATAN LOBALAIN KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TENUN IKAT MASYARAKAT KAMPUNG NDAO DI KECAMATAN LOBALAIN KABUPATEN ROTE NDAO PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Winaldhy S.Blanc 1*, Purwadi 2, Putu Sukardja 3 [123] Program Studi Antropologi, Fakultas Sastra

Lebih terperinci

BAB III DATA, PROSES EKSPLORASI DAN ANALISA

BAB III DATA, PROSES EKSPLORASI DAN ANALISA BAB III DATA, PROSES EKSPLORASI DAN ANALISA 3.1 Analisa Data Lapangan Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang tenun baduy, Penulis mengadakan perjalanan ke salah satu desa pemukiman masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG

PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL KATARINA RAMBU BABANG PENGUATAN KELOMPOK PENGRAJIN TENUN IKAT TRADISIONAL (Studi Kasus Di Desa Hambapraing, Kecamatan Haharu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur) KATARINA RAMBU BABANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin pesatnya kerjasama ekonomi ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan baru bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Asean Ekonomic Community

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN, KECAMATAN ROGOJAMPI, KABUPATEN BANYUWANGI

STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN, KECAMATAN ROGOJAMPI, KABUPATEN BANYUWANGI 1 STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN, KECAMATAN ROGOJAMPI, KABUPATEN BANYUWANGI STRATEGI PEMASARAN HOME INDUSTRY PENGRAJIN ANYAMAN BAMBU DI DESA GINTANGAN, KECAMATAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR

PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR PERAN WANITA DALAM AKTIVITAS WISATA BUDAYA (Studi Kasus Obyek Wisata Keraton Yogyakarta) TUGAS AKHIR Oleh: FITRI YULIANA L2D 002 409 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau dengan beragam suku dan budaya di tiap-tiap daerah. Dari tiap-tiap daerah di Indonesia mewariskan berbagai

Lebih terperinci

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR KUBUR BATU (RETI) DI KAMPUNG KAWANGU KECAMATAN PANDAWAI KABUPATEN SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Ni Nyoman Ayu Vidya Trisna Prilyandani 1*, I Wayan Ardika 1, Coleta Palupi Titasari 3 [123] Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penciptaan tenaga kerja yang produktif merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah saat ini. Peningkatan produktivitas tenaga kerja harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah.

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri yang melambangkan kekhasan masing-masing daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat banyak sekali keragaman. Keragaman tersebut meliputi keragaman budaya, adat istiadat, bahasa, agama, kepercayaan,

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN Linda Zulfitri¹ Dr. Maihasni, M.Si,² Elvawati, M,Si³ Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerajinan tradisional merupakan salah satu produk unggulan dalam mengembangkan usaha perekonomian mikro di Tasikmalaya. Kelompok usaha tersebut berupa home industry

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembuatannya penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembuatannya penuangan motif tenunan hanya berdasarkan imajinasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) tenunan sebagai harta milik keluarga yang bernilai tinggi karena kerajinan tangan ini sulit dibuat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Indonesia tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh wilayahnya. Setiap daerah di Indonesia memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan. Pariwisata secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seseorang wisatawan melakukan perjalanan itu sendiri, atau dengan kata lain aktivitas dan kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Proyek Dewasa ini perkembangan dunia pariwisata di Indonesia semakin meningkat, dimana negara indonesia sendiri telah banyak melakukan promosi ke

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN OBYEK PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Sumba Timur Penelitian ini dilakukan dengan mengambil obyek pemilik usaha mikro kain tenun di Kabupaten Sumba Timur. Sumba Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam hias motif seni kerajinan batik Pacitan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu Tujuan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam upaya ini pemerintah berupaya mencerdaskan anak bangsa melalui proses pendidikan di jalur

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENGEMBANGANKAN USAHANYA

STRATEGI BISNIS USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENGEMBANGANKAN USAHANYA STRATEGI BISNIS USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DALAM MENGEMBANGANKAN USAHANYA (Study pada Industri Ikat Tenun di Parengan Kecamatan Maduran-lamongan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman dan kekayaan akan budaya yang telah dikenal luas baik oleh masyarakat baik dalam maupun luar negeri, sehingga menjadikan Indonesia

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Racangan penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan pengamatan langsung atau observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak, yang dalam kehidupan sosialnya, tidak terlepas dari suatu tradisi yang disebut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya yang berbeda-beda. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan hasil sensus penduduk

Lebih terperinci

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN PKM-KEWIRAUSAHAAN Di Usulkan Oleh: 1.RINA ANJARSARI

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. adimistratif Nias merupakan kabupaten yang termasuk dalam Propinsi Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Nias merupakan sebuah pulau yang berada di sebelah barat Pulau Sumatera, terletak antara 0 0 12 1 0 32 Lintang Utara (LU) dan 97 0 98 0 Bujur Timur (BT). Secara adimistratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang pertumbuhan perekonomian mengalir dalam era ilmu pengetahuan dan ide yang menjadi motor dalam perkembangan ekonomi. Era tersebut pada saat ini dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada BAB I ini akan dijelaskan secara umum mengenai bagaimana latar belakang pemilihan judul proyek, rumusan masalah yang mempengaruhi bagaimana desain proyek nantinya, tujuan proyek,

Lebih terperinci

BAB II Kajian Teori. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan

BAB II Kajian Teori. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan BAB II Kajian Teori 2.1 Pengertian Kerajinan Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan tangan (kerajinan tangan),

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK IMPLEMENTASI PRINSIP PELAYANAN PUBLIK DI KELURAHAN TASIKMADU BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NO 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Veronika Erlin Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. usaha mencapai tujuan organisasi. Partisipasi menurut Kamus Besar Bahasa II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Partisipasi 2.1.1 Pengertian partisipasi Menurut Rodliyah (2013) partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi dalam situasi kelompok sehingga dapat dimanfaatkan sebagai motivasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode, Pendekatan, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode, Pendekatan, Lokasi, dan Waktu Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode, Pendekatan, Lokasi, dan Waktu Penelitian. 3.1.1 Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Fraenkel dan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku

BAB IV KESIMPULAN. merupakan suatu bentuk penghormatan kepada nenek moyang masyarakat Suku 74 BAB IV KESIMPULAN KESIMPULAN Dalam perkembangan dunia pariwisata di Indonesia, tradisi yang lakukan oleh masyarakat Suku Dayak Kenyah di Desa Budaya Pampang merupakan potensi besar yang dapat dikenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota Pekalongan merupakan kota yang sangat strategis karena berada di jalur pantai utara, sehingga banyak orang yang melaluinya. Selain itu kota Pekalongan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan ekonomi bebas saat ini, setiap negara terutama negara-negara yang sedang berkembang diharapkan mampu

Lebih terperinci

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan alam dan budaya Indonesia memberikan sumbangan yang sangat besar khususnya pendapatan dari bidang kepariwisataan. Kepariwisataan di Indonesia telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali merupakan salah satu daerah tujuan wisata internasional yang sangat terkenal di dunia. Sektor kepariwisataan telah menjadi motor penggerak perekonomian dan pembangunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di

BAB III METODE PENELITIAN. inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Sebagai sebuah research humaniora, penelitian ini berusaha mengungkap inti permasalahan yang sebenarnya (nomena) dari gejala-gejala yang tampak di permukaan

Lebih terperinci

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 Mundofar_ BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era perdagangan bebas dan persaingan global menuntut setiap perusahaan menerapkan strategi penjualan yang tepat. Dalam ilmu ekonomi, strategi pemasaran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Pengertian Manajemen Kata Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi

Lebih terperinci

GALERI BATIK DI SURAKARTA

GALERI BATIK DI SURAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR GALERI BATIK DI SURAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : Hastuti Asril L2B 099

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batu adalah sebuah Kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sejak dahulu telah di kenal sebagai pusat pariwisata Jawa Timur. Kota Batu memiliki suhu yang dingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Melalui observasi awal di lapangan yang telah dilakukan di sekolah- sekolah MTs/SMP baik Negeri maupun Swasta diperoleh informasi bahwa kebanyakan muatan lokal

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO PEMBERDAYAAN PENGUSAHA JASA WISATA DAN KULINER DI KAWASAN CANDI CETO Oleh: Wahyu Purwiyastuti, S.S., M.Hum Dra. Emy Wuryani, M.Hum Disampaikan dalam Seminar Hasil Pengabdian Masyarakat (IbM) Bekerjasama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya. Kebudayaan lokal sering disebut kebudayaan etnis atau folklor (budaya tradisi). Kebudayaan lokal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Latar Belakang. manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi BAB 1 PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang kepariwisataan adalah kegiatan dinamis yang melibatkan banyak manusia serta menghidupkan berbagai bidang usaha. Di era globalisasi saat ini, sektor pariwisata akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat.

BAB I PENDAHULUAN. akan berubah entah itu memerlukan proses yang lambat ataupun cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan Sosial sering menjadi tema utama dalam proses penelitian ilmiah. Proses perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat pun dapat dilihat dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat dengan banyaknya perkembangan bisnis industri dan pembangunannya. Namun dimata

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS

LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PENGGUNAAN MEDIA INFORMASI BERBASIS WEB UNTUK PERANGKAT DESA DI DESA TENGANAN, KECAMATAN MANGGIS, KABUPATEN KARANGASEM. Oleh : Luh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian lapangan berarti penelitian yang

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PADA PT. MERRYS TOUR AND TRAVEL SERVICE

STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PADA PT. MERRYS TOUR AND TRAVEL SERVICE STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PADA PT. MERRYS TOUR AND TRAVEL SERVICE Aulia Sanggili I Putu Sudana Ni Made Sofia Wijaya Email : egisanggili@ymail.com PS. S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang selalu berusaha untuk meningkatkan pembangunan. Sasaran pembangunan yang ingin dicapai salah satunya adalah meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar

BAB IV PENUTUP. Bobung dikunjungi oleh wisatawan laki-laki maupun perempuan, sebagian besar BAB IV PENUTUP 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis karakteristik wistawan di Desa Wisata Bobung diketahui bahwa karakteristik geografis sebagian besar wisatawan berasal dari luar Yogyakarta. Berdasar

Lebih terperinci

Gigih Juangdita

Gigih Juangdita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan suatu kota dapat dilihat salah satunya dari sektor perekonomiannya. Secara umum, dapat diperhatikan bahwa suatu kota yang berkembang dan maju, memiliki

Lebih terperinci