INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-572.UM TAHUN 2009 TENTANG PROSEDUR DAN AKSES PUSAT DATA KEIMIGRASIAN (PUSDAKIM)
|
|
- Farida Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DEPARTEMEN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI Jl. H.R. Rasuna Said Kav. 8 9, Jakarta Selatan INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-572.UM TAHUN 2009 TENTANG PROSEDUR DAN AKSES PUSAT DATA KEIMIGRASIAN (PUSDAKIM) DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI, Menimbang : a. bahwa guna mendukung dan menciptakan keamanan, ketertiban dan terkendalinya Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) sebagai tempat penyimpanan perangkat, data dan informasi keimigrasian di Kantor Pusat Direktorat Jenderal Imigrasi, dipandang perlu mewajibkan kepada setiap orang baik pegawai Direktorat Jenderal Imigrasi maupun pihak lain untuk mematuhi dan memahami prosedur dan akses ke dan dari Pusdakim; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Prosedur dan Akses Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) dalam suatu Instruksi Direktur Jenderal Imigrasi. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pencegahan dan Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3561); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3562); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk dan Izin Keimigrasian sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 95, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4541); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3572); 6. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PW Tahun 1995 tentang Tata Cara Pengolahan Data dan Informasi Keimigrasian; 7. Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.03-PR Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor M.01.PR Tahun 2003;
2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.09-PR Tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-10.OT Tahun 2009; 9. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-04.OT Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Penerapan e-office Keimigrasian; 10. Peraturan Direktur Jenderal imigrasi Nomor IMI-891.GR Tahun 2008 tentang Standar Operasional Prosedur Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia; MENGINSTRUKSIKAN : Kepada Untuk PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT : 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Imigrasi 2. Para Direktur di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi : Mengambil langkah-langkah yang diperlukan berkenaan dengan mewujudkan lingkungan yang aman, tertib dan terkontrol terhadap Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) sebagai tempat penyimpanan perangkat, data dan informasi keimigrasian pada Direktorat Jenderal Imigrasi sebagaimana ditentukan dalam Instruksi ini. : Selalu meningkatkan kondisi lingkungan yang aman, tertib dan terkontrol pada Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) sehingga perangkat, data dan informasi keimigrasian yang ada tetap terpelihara dan terjaga baik kualitas maupun kuantitasnya. : Mengadakan kesinambungan pengawasan dan pembinaan secara berjenjang kepada masing-masing petugas yang berada di bawah kewenangan dan tanggung jawabnya guna mewujudkan keamanan perangkat, data dan informasi keimigrasian yang ada. : Memedomani prosedur dan akses ke dan dari Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) pada Direktorat Jenderal Imigrasi sebagaimana tertuang dalam pedoman terlampir yang merupakan bagian dan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Instruksi ini. : Melaksanakan Instruksi ini dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 15 Mei 2009 DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI, ttd. Drs. BASYIR AHMAD BARMAWI NIP
3 - 3 - Lampiran Instruksi Direktur Jenderal Imigrasi Nomor : IMI-572.UM Tahun 2009 Tanggal : 15 Mei 2009 PEDOMAN PROSEDUR DAN AKSES KE DAN DARI PUSAT DATA KEIMIGRASIAN (PUSDAKIM) PADA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI 1. Latar Belakang Pusat Data Keimigrasian (Pusdakim) merupakan lingkungan yang aman, tertib dan terkontrol. Lingkungan yang aman, tertib dan terkontrol sebagai lokasi jaringan data dan perangkat Sistem Informasi Direktorat Jenderal Imigrasi (Ditjenim), untuk itu harus dibuat sedemikian rupa dengan menggunakan akses keamanan tingkat tinggi, alarm kebakaran dan supresi (arus tegangan listrik), Uniterruptible Power Supply (UPS), dan konektivitas backbone gedung. Guna mempertahankan lingkungan tersebut dan harus dipatuhi oleh setiap orang termasuk staf Direktorat Jenderal Imigrasi (Ditjenim), konsultan, pemasok/supplier, atau tamu lain yang masuk atau mempunyai kepentingan ke Pusdakim. Seluruh pihak di lingkungan Ditjenim dan proyek yang menggunakan Pusdakim sebagai lokasi penempatan perangkat jaringan, server, storage berkewajiban untuk memahami secara benar prosedur ini. 2. Prosedur dan Kebijakan Keamanan Fisik Pusdakim 2.1. Ikhtisar Keamanan Pusdakim pada dasarnya merupakan tanggung jawab semua pihak yang menggunakan fasilitas tersebut, meskipun manajemen Pusdakim dalam sisi lingkup atau bidang tugas pokok dan fungsi Keimigrasiannya menjadi tugas Kepala Subdirektorat Pengumpulan dan Pengolahan Data (Kasubdit Pulahta) yang sehari-harinya bertanggungjawab atas kegiatan administrasi dan operasional pada Pusdakim tersebut. Adapun tanggung jawab atas kebijakan dan prosedur Pusdakim secara menyeluruh berada pada Direktur Sistem Informasi Keimigrasian. Berkenaan dengan hal tersebut, kepada pegawai yang tidak dapat menuruti prosedur seperti di bawah ini akan dikenakan tindakan dari atasannya. Supplier, konsultan, atau kontraktor yang tidak dapat mengikuti pedoman yang ditetapkan dalam dokumen ini akan menyebabkan penghentian perjanjian atau kontrak dan dikenakan tindakan hukum selanjutnya.
4 Pedoman Utama Pusdakim harus dianggap sebagai area terbatas yang membutuhkan lebih banyak pengawasan dibandingkan dengan area-area lain di lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Imigrasi. Hanya orang-orang yang benar-benar diberikan kewenangan oleh pihak yang berwenang yang dapat memasuki area tersebut. Hak istimewa untuk mengakses Pusdakim hanya akan diberikan kepada orang-orang yang memiliki kebutuhan kerja yang logis dan sah di Pusdakim. Selain itu, area Pusdakim hanya dapat dimasuki untuk keperluan melakukan kegiatan-kegiatan Direktorat Jenderal Imigrasi yang sah. Setiap pegawai Direktorat Sistem Informasi Keimigrasian dan pegawai terkait dari Direktorat lain berkewajiban untuk mempelajari, mengerti, dan memahami dokumen ini sepenuhnya. Segala pertanyaan yang timbul dapat ditujukan kepada Kasubdit Pulahta. Pengecualian satu-satunya yang diizinkan dalam kebijakan dan prosedur ini adalah pada saat keadaan darurat (force majeur) ketika akses masuk perlu untuk diberikan kepada personil medis, pemadam kebakaran, kepolisian, atau personil darurat lainnya yang dapat dikenali. 3. Tingkat Akses ke Pusdakim Terdapat tiga tingkatan akses ke Pusdakim, yaitu akses penuh, akses tanpa pengawalan, dan akses dengan pengawalan Akses Penuh Akses pada level ini diberikan kepada pegawai Direktorat Sistem Informasi Keimigrasian yang termasuk sebagai staf teknis IT inti dan lingkup tanggung jawab pekerjaannya mengharuskan mereka memiliki akses ke area Pusdakim tersebut. Direktur Sistem Informasi Keimigrasian juga dapat menyetujui untuk memberikan akses penuh kepada orang lain seperti konsultan atau kontraktor jangka panjang. Setiap orang dalam kategori memiliki akses penuh berhak untuk menerima orang lain secara temporer ke dalam Pusdakim untuk keperluan melakukan pekerjaan, mengantar atau mengambil barang, atau dalam rangka peninjauan. Meskipun demikian, izin masuk tersebut harus memenuhi ketentuan dalam kebijakan dan prosedur ini, dan dengan ketentuan bahwa hal-hal detil harus tercatat pada log akses Pusdakim.
5 - 5 - Setiap orang dalam kategori memiliki akses penuh bertanggungjawab sepenuhnya terhadap orang yang mereka masukkan atau terima di dalam Pusdakim dan harus memastikan bahwa prosedur keamanan dan pengawasannya terpenuhi. Setiap orang yang memiliki akses penuh diperbolehkan memasuki Pusdakim dengan menggunakan alat masuk pemindai sidik jari sebagai kunci pintu. Orang tersebut sebelumnya akan diberi kuasa oleh Direktur Sistem Informasi Keimigrasian untuk diberikan hak istimewa akses penuh. Apabila seseorang yang memiliki akses penuh memperbolehkan seseorang dengan akses yang membutuhkan pengawalan masuk ke dalam Pusdakim, maka orang yang memiliki akses penuh tersebut berkewajiban untuk menemani dan mengawal orang dimaksud selama keberadaannya di dalam Pusdakim atau menugaskan orang lain yang memiliki akses penuh untuk mengambil alih tugas pengawalan. Berkaitan dengan kegiatan memperbolehkan pihak lain dengan akses yang butuh pengawalan atau tidak butuh pengawalan masuk ke dalam Pusdakim, maka ia harus memastikan bahwa log akses terisi pada saat masuk dan keluar serta telah memiliki izin. Jika ia tidak dapat menunjukkan izin yang sah, Kasubdit Pulahta berwenang untuk mengeluarkan orang tersebut dari Pusdakim atau mencegahnya masuk. Kasubdit Pulahta berwenang untuk mencegah masuknya atau mengeluarkan dari Pusdakim seseorang dengan akses penuh jika orang tersebut tidak mematuhi kebijakan dan prosedur yang terkandung dalam dokumen ini atau tidak memiliki izin sebagaimana mestinya. Setiap orang yang memiliki akses penuh yang bekerja di dalam Pusdakim berkewajiban mematuhi arahan yang diberikan Kasubdit Pulahta. Ketidaktaatan atau ketidakpatuhan akan arahan dimaksud, dapat ditindaklanjuti Kasubdit Pulahta dengan melaporkannya kepada Direktur Sistem Informasi Keimigrasian yang selanjutnya dapat memberikan suatu tindakan bagi pelanggarannya, yaitu dapat dikenakan sanksi pencabutan atas hak akses penuh seseorang Akses Tanpa Pengawalan Akses tanpa pengawalan diberikan kepada setiap orang yang memiliki alasan bekerja yang sah untuk mendapatkan akses ke Pusdakim dan kepada orang dalam kategori yang dinilai sebagai orang yang
6 - 6 - dipercaya untuk bekerja di Pusdakim tanpa membutuhkan pengawalan. Orang dipercaya dimaksud adalah kontraktor atau konsultan jangka pendek dan pihak lain yang ditentukan oleh Direktur Sistem Informasi Keimigrasian. Orang yang memiliki akses tanpa pengawalan tidak akan diberikan akses ke Pusdakim melalui penggunaan alat masuk pemindai sidik jari sebagai kunci pintu. Orang demikian harus diterima oleh Kasubdit Pulahta atau orang yang memiliki akses penuh. Orang yang memiliki akses tanpa pengawalan berkewajiban mematuhi arahan dan petunjuk yang diberikan Kasubdit Pulahta dan memastikan bahwa catatan masuknya teratur dan memiliki izin yang sah sebagaimana mestinya. Kasubdit Pulahta berwenang untuk mencegah masuknya atau menyuruh keluar orang dengan akses tanpa pengawalan yang tidak memiliki izin sebagaimana mestinya, atau tidak mematuhi kebijakan dan prosedur yang tercantum dalam dokumen ini. Kasubdit Pulahta harus mengurus registrasi orang yang memiliki hak istimewa akses tanpa pengawalan, dan setiap saat dapat meminta identifikasi untuk memeriksa bahwa orang tersebut tercatat dengan benar di registrasi. Orang dengan akses tanpa pengawalan yang tidak mematuhi arahan dan petunjuk dari Kasubdit Pulahta ataupun tidak sepenuhnya mematuhi kebijakan dan prosedur yang tercantum dalam dokumen ini dapat dilaporkan kepada Direktur Sistem Informasi Keimigrasian dan jika ia adalah pegawai Ditjenim maka akan dikenakan tindakan atas pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku yaitu berupa perubahan status pada aksesnya menjadi akses dengan pengawalan Akses Dengan Pengawalan Akses dengan pengawalan diberikan kepada orang yang dalam kategori memiliki kepentingan pekerjaan di dalam Pusdakim namun dinilai membutuhkan pengawasan melekat. Kategori akses ini secara umum berlaku untuk pegawai non-teknis dan konsultan eksternal atau kontraktor dengan pekerjaan jangka pendek, temporer, atau masalah-masalah sederhana. Setiap orang yang memiliki akses dengan pengawalan harus selalu diterima untuk masuk ke Pusdakim oleh orang yang memiliki akses penuh
7 - 7 - atau Kasubdit Pulahta sepanjang dalam pendampingan oleh orang yang memiliki akses penuh. Orang dengan akses pengawalan ini tidak dapat diberikan akses ke Pusdakim melalui penggunaan alat masuk pemindai sidik jari sebagai kunci pintu. Setiap kunjungan orang yang memiliki akses dengan pengawalan harus dicatat pada log akses Pusdakim dan dapat menunjukkan identifikasinya ketika diperlukan atau diminta. Selanjutnya bila dapat menunjukkan izin yang diberikan, kemudian kepadanya dapat diperkenankan masuk dengan pendampingan oleh orang dengan status akses penuh yang memasukkannya. 4. Pintu Masuk Pusdakim Pintu ruang Pusdakim harus selalu dalam keadaan terkunci dan hanya dapat dibuka sesekali dalam keadaan sebagai berikut: a. Untuk mengizinkan orang yang berwenang masuk ke dan keluar dari Pusdakim dengan izin dan tercatat; b. Untuk memungkinkan pengiriman atau pengumpulan peralatan di bawah pengawasan yang tepat dari seseorang dengan hak akses penuh; c. Untuk memungkinkan pegawai yang berwenang masuk dengan bebas dalam keadaan darurat; d. Untuk menambah aliran udara ke dalam Pusdakim pada saat terjadi kerusakan AC Sistem Keamanan Alat masuk pemindai sidik jari sebagai kunci pintu adalah standar alat masuk ke Pusdakim. Jika alat pemindai tersebut gagal digunakan untuk membuka pintu, maka dapat menggunakan anak kunci standar (standard key barrel locks). Kunci tersebut menjadi kewenangan Kasubdit Pulahta dan tidak boleh diberikan ke orang lain kecuali terdapat perintah khusus dari Direktur Sistem Informasi Keimigrasian. Apabila kunci pintu dimaksud tidak dipergunakan maka wajib untuk disimpan pada tempat yang aman dan terkunci. Penggunaannya harus selalu tercatat dalam registrasi log kunci. Kasubdit Pulahta bertanggungjawab menjaga keamanan kunci dimaksud dan juga perawatan registrasi log kunci. Permintaan untuk pendaftaran diajukan melalui petugas yang ditunjuk. Pendaftaran pada sistem keamanan berbasis pemindai sidik jari dilakukan atas perintah atau seizin Kasubdit Pulahta. Hanya orang-orang
8 - 8 - yang diberikan kewenangan oleh Direktur Sistem Informasi Keimigrasian yang dapat terdaftar pada sistem untuk akses ke Pusdakim Peninjauan Berkala dan Penghentian Akses Peninjauan berkala atas orang-orang yang memiliki berbagai tingkat akses masuk ke Pusdakim akan diatur oleh Kasubdit Pulahta. Pada keadaan dimana seseorang tidak memerlukan lagi akses atau di saat tingkatan akses seseorang dianggap tidak tepat maka akan dilakukan perubahan oleh Direktur Sistem Informasi Keimigrasian atas dasar laporan dan pertimbangan Kasubdit Pulahta. Jika status seseorang yang memiliki akses tanpa pengawalan ditingkatkan ke status akses penuh, atau diturunkan tingkatnya ke status akses dengan pengawalan, atau tidak diizinkan untuk masuk ke Pusdakim lagi, nama perubahan status orang tersebut dalam registrasi orang dengan sepenuhnya menjadi tugas dan tanggung jawab Kasubdit Pulahta Buku Registrasi (Access Control Log) Buku Registrasi sebagai buku catatan masuk keluar ke dan dari Pusdakim harus dijaga dengan tepat setiap waktu oleh petugas kontrol server/pegawai operasional. Setiap orang yang memiliki akses penuh ke Pusdakim bertanggungjawab sepenuhnya untuk memastikan bahwa kegiatan-kegiatan mereka masuk ke dan keluar dari Pusdakim terekam dengan baik. Buku Registrasi (catatan) masuk keluar Pusdakim setidaknya harus mencakup informasi berikut: a. Tanggal dan waktu masuk; b. Nama orang yang memiliki akses penuh yang dapat memasuki atau memberikan izin masuk pada pihak lain; c. Nama orang dengan akses yang tidak membutuhkan pengawalan yang memasuki ruangan; d. Rincian singkat tentang alasan masuk ke Pusdakim (contoh: merawat backup tape, menginstal server baru untuk e-office, mengantar rak baru, dan sebagainya) e. Referensi dokumen (jika ada izin masuk); f. Tanggal dan waktu keluar dari Pusdakim;
9 - 9 - g. Otentifikasi dari Kasubdit Pulahta/pegawai operasional terhadap pihak yang keliru mencatat log. Ketika orang yang memiliki akses penuh atau akses tanpa pengawalan perlu meninggalkan dan masuk kembali ke Pusdakim selama beberapa kali selama pelaksanaan tugas tertentu, pencatatan setiap kali ia masuk tidak diperlukan asalkan ia tidak membawa orang lain bersamanya ke dalam Pusdakim Permintaan Akses dan Izin Permintaan akses untuk akses tanpa pengawalan dan akses dengan pengawalan harus dibuat melalui Kasubdit Pulahta/pegawai operasional atau orang yang memiliki akses penuh. Berkaitan dengan hal instalasi peralatan harus terlebih dahulu membuat pemberitahuan kepada Kasubdit Pulahta/pegawai operasional sehingga dapat melakukan persiapan yang dibutuhkan. Berkenaan dengan tugas-tugas selain perawatan rutin (contoh: instalasi atau pemindahan peralatan, pengkabelan, dan lain sebagainya) sebelumnya harus ada izin kerja terlebih dahulu yang diberi oleh Kasubdit Pulahta dan diserahkan pada permulaan pekerjaan Pelaporan Pelanggaran Setiap pelanggaran terhadap Kebijakan dan Prosedur Pusdakim harus dilaporkan kepada Direktur Sistem Informasi Keimigrasian. Jika pelanggarannya serius, maka pelaporan harus dibuat sesegera mungkin dalam kesempatan pertama setelah kejadian. Apabila pelanggaran tidak bersifat serius, maka pelaporan dapat dibuat secara mingguan. Bilamana ditemukan orang yang tidak berwenang berada di dalam Pusdakim, maka kepadanya harus segera dibawa keluar Pusdakim. Selanjutnya manakala hal ini terjadi di luar jam kerja normal, maka harus segera menindaklanjutinya dengan menghubungi atau memberitahukan pihak keamanan gedung. Laporan lengkap kemudian harus diselesaikan dan diberikan kepada Direktur Sistem Informasi Keimigrasian. Orang yang memiliki akses penuh untuk masuk ke Pusdakim harus menunjukkan inisiasinya untuk membantu sepenuhnya pengawasan aktivitas/kegiatan di dalam Pusdakim. Ia harus menanyakan keberadaan orang tak dikenal yang muncul tanpa dikawal di Pusdakim sebagai suatu prosedur standar.
10 Tanpa memperhatikan tingkat akses seseorang, standar lainnya adalah menanyakan gangguan yang muncul pada peralatan yang biasanya berada di bawah pengawasan orang lain yang telah ditentukan. Kegiatankegiatan yang mencurigakan harus segera dilaporkan kepada Kasubdit Pulahta atau Kasubdit lainnya di lingkungan Direktorat Sistem Informasi Keimigarsian sehingga dapat dilakukan tindakan yang sesuai Eskalasi Hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan dan prosedur terkait dengan eksalasi harus didiskusikan terlebih dahulu dengan Kasubdit Pulahta. Masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan ditindaklanjuti dengan menyampaikannya kepada Kepala Subdirektorat terkait yang berwenang dan bertanggungjawab untuk kemudian akan ditentukan apakah masalah tersebut akan diteruskan kepada Direktur Sistem Informasi Keimigrasian untuk penentuan akhir. 5. Kebijakan Umum Operasional Pusdakim untuk Direktorat/Program 5.1. Kebijakan Instalasi Umum untuk Perencanaan Kapasitas Pusdakim Dalam hal adanya peralatan baru yang akan diinstal di Pusdakim diwajibkan untuk memberitahukannya kepada Kasubdit Pulahta. Izin untuk instalasi kemudian akan diberikan oleh Kasubdit Pulahta atas rekomendasi Kepala Seksi terkait. Pegawai Pusdakim tidak boleh melakukan instalasi apapun tanpa memiliki izin yang tepat. Ini merupakan hal yang sangat krusial/prinsipil manakala peralatan diinstal oleh bukan pegawai Ditjenim. Apabila ditemukan adanya peralatan yang diinstal tanpa izin maka harus segera dilepaskan dan melaporkan atau memberitahukannya segera kepada Kasubdit Pulahta. Peralatan tersebut tidak boleh diinstal kembali hingga mendapat izin yang sesuai. Jika izin tersebut tetap juga tidak didapatkan maka peralatan tersebut harus dipindahkan dari dalam Pusdakim Kebijakan Umum tentang Kerja Infrastruktur di Pusdakim Kasubdit Pulahta bertanggungjawab untuk mengurus registrasi semua perlengkapan di Pusdakim yang setidaknya mencakup catatan atau informasi berikut: a. Rincian detil perlengkapan (merek, model) b. Tujuan penginstalan; c. Tanggal penginstalan di Pusdakim (jika diketahui);
11 d. Pemilik perlengkapan; e. Penggunaan tenaga; f. Rak server yang diinstal; g. Nama orang yang bertanggungjawab untuk mengurus perlengkapan dimaksud jika ada kerusakan; h. Rincian koneksi jaringan yang menghubungkan ke perlengkapan dimaksud; i. Alamat Internet Protocol (IP) dari perlengkapan yang diinstal atau dipasang; j. Tanggal dan waktu dikeluarkan dari Pusdakim; k. Alasan pengeluaran. Semua perlengkapan baru yang diinstal di Pusdakim harus dicatat dalam Buku Registrasi yang memuat data/waktu serta alasan pemasukannya, begitu pula untuk barang-barang yang dikeluarkan. Periode (masa) integrasi perangkat yang baru terhadap perangkat yang lama sepenuhnya berada di bawah pengawasan dan menjadi lingkup tanggung jawab Kasubdit Pulahta. Adapun dalam hal terjadi penyimpangan/keanehan/kegagalan maka harus dilaksanakan upaya investigasi Kebijakan Umum tentang Kebersihan Pusdakim harus dijaga sedemikian rupa agar tetap bersih dan setiap orang yang menggunakan Pusdakim wajib untuk mematuhi prinsip-prinsip berikut: a. Tidak boleh ada perlengkapan tambahan yang disimpan di Pusdakim; b. Backup tape harus disimpan di tempat yang telah ditentukan di luar Pusdakim, sebaiknya di kabinet atau peti besi yang aman, dapat dikunci, dan tahan api; c. Bahan pembungkus dari pengantaran paket harus dibersihkan segera setelah penyelesaian instalasi atau pemindahan peralatan. Jika diperlukan, lantai harus dibersihkan dari debu. Semua barang-barang sampah lainnya (contoh: bekas ikatan kabel, pita label, dan sebagainya) juga harus dibuang; d. Semua perkakas harus dikembalikan lagi ke area penyimpanan di area penghubung; e. Jika terdapat ubin lantai yang dilepas/diangkat, harus dikembalikan ke posisi aslinya;
12 f. Pintu kabinet/rak harus ditutup dan dikunci setelah menyelesaikan pekerjaan; g. Tidak boleh ada kabel data atau kabel daya yang longgar setelah instalasi atau pemindahan peralatan; h. Tidak boleh makan dan minum di dalam Pusdakim. Makan dan minum dapat dilakukan di area penghubung Standardisasi untuk Instalasi Perlengkapan/Software Standardisasi yang harus dipatuhi oleh setiap pegawai berkaitan dengan kegiatan instalasi perlengkapan dalam Pusdakim sebagai berikut: a. Server, perlengkapan jaringan, dan perlengkapan data storage secara umum harus dapat masuk ke dalam rak dan tersusun dengan aman di dalam rak atau kabinet; b. Perlengkapan jaringan yang tidak dapat masuk ke dalam rak server harus ditempatkan di rak bersusun. Pegawai harus menghindari penempatan barang-barang tersebut di atas perlengkapan lainnya yang akan mengganggu pemindahan potensial dan mengakibatkan perpindahan panas antar peralatan; c. Semua barang perlengkapan yang membutuhkan daya harus disambungkan ke power supply yang tak dapat terputus; d. Semua kabel jaringan harus diberi label pada port sumber dan tujuannya; e. Semua kabel data dan daya akan disalurkan melalui jalur di bawah lantai. Peralatan-peralatan tidak boleh mengambil daya/arus listrik dari socket di tembok; f. Semua kabel harus dilindungi dari bahaya kerusakan dengan menutupi kabel dengan pipa kabel atau melindungi dengan ikatan kabel. Jika memungkinkan, kabel-kabel harus diikat; g. Kabel-kabel komunikasi harus dibuat terpisah dari kabel daya/arus listrik dan sedapat mungkin tidak boleh saling bersilangan; h. Perubahan pada password sistem yang dapat mempengaruhi kegiatan perawatan/pengawasan harus segera dirundingkan dengan Kasubdit Pulahta/pegawai operasional. Hal ini tidak berlaku pada hal password akses database atau aplikasi; i. Software antivirus harus diinstal dan dirawat pada seluruh perangkat server; j. Hanya software yang sah dan asli yang dapat diinstal di server;
13 k. Semua pekerjaan instalasi harus disetujui secara tertulis oleh Kasubdit Pulahta atau pegawai operasional dalam rangka memenuhi standar tersebut di atas. DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI, ttd. Drs. BASYIR AHMAD BARMAWI NIP
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1868.PR TAHUN 2010 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BLANGKO DOKUMEN KEIMIGRASIAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1868.PR.08.01 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN
Lebih terperinciKEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN
PERAN DAN DUKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI KEBIJAKAN BEBAS VISA KUNJUNGAN TAHUN 2016 Undang Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian Pasal 1 Ketentuan Umum, angka 18 : Visa Republik Indonesia
Lebih terperinciKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN NOMOR:
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.04-PW TAHUN 1995 TENTANG PENDAFTARAN ORANG ASING MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.04-PW.09.02 TAHUN 1995 TENTANG PENDAFTARAN ORANG ASING MENTERI KEHAKIMAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa keberadaan dan kegiatan Orang Asing
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1868.PR.08.01 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BLANGKO DOKUMEN KEIMIGRASIAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI-1868.PR.08.01 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Imigrasi. Rumah Detensi.
No.284, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN HUKUM DAN HAM. Imigrasi. Rumah Detensi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-11.OT.01.01TAHUN 2009 TENTANG
Lebih terperinci2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te
No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-19.AH.10.01 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN PERNYATAAN MEMILIH KEWARGANEGARAAN BAGI ANAK BERKEWARGANEGARAAN GANDA DENGAN
Lebih terperinciSecara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban
HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan untuk mengupayakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENINDAKAN DI BIDANG CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa tenaga listrik mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciKesepakatan Tingkat Layanan Service Level Agreement (SLA)
Kesepakatan Tingkat Layanan Service Level Agreement (SLA) antara LKPP Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah dan LPSE Kementerian Komunikasi dan Informatika... / LKPP LPSE / 2016 Pengesahan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinciPedoman Tindakan Perbaikan. dan Pencegahan serta Pengelolaan. Gangguan Keamanan Informasi
LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE- 9/PJ/2011 TANGGAL : 17 JANUARI 2011 TENTANG : PEDOMAN TINDAKAN PERBAIKAN DAN PENCEGAHAN SERTA PENGELOLAAN GANGGUAN KEAMANAN INFORMASI Pedoman Tindakan
Lebih terperinciKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN NOMOR:
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TENTANG
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TENTANG PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEKOMUNIKASI,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.301, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Calling Visa. Penetapan Negara. Pemberian Visa. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMORM.HH-01.GR.01.06
Lebih terperinci2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALI KOTA TASIKMALAYA NOMOR 100 TAHUN 2016 TENTANG PENERAPAN SISTEM INFORMASI PAJAK DAERAH DALAM PELAKSANAAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DI KOTA TASIKMALAYA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02.PR.08.10 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN ANGGOTA, PEMBERHENTIAN ANGGOTA, SUSUNAN ORGANISASI, TATA KERJA, DAN TATA
Lebih terperinci: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA PERATURAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER.05/MEN/III/2005 TENTANG KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN TATA CARA PENJATUHAN SANKSI DALAM PELAKSANAAN PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembar
No. 1939, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAR. Usaha. Hotel. Standar. PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA MOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME KERJA PENGAWASAN DAN PEMERIKSAAN ATAS KEPATUHAN DALAM PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba
No.641, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Pengawasan Keimigrasian. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KEIMIGRASIAN
Lebih terperinci2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar
No.1790, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN ESDM. Tingkat Mutu. Pelayanan. Biaya. Penyaluran. Tenaga Listrik. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BENDA SITAAN NEGARA DAN BARANG RAMPASAN NEGARA PADA RUMAH PENYIMPANAN BENDA SITAAN NEGARA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING
BAB 3 MANAJEMEN LEMBAGA KLIRING 300. STRUKTUR ORGANISASI Secara umum tugas dan tanggung jawab Dewan Direksi adalah sebagaimana yang ditetapkan Anggaran Dasar Perseroan. Dewan Direksi mewakili Lembaga Kliring
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
UIN SUNAN GUNUNG DJATI B A N D U N G STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BAGIAN KEDUA DIVISI INFRASTRUKTUR DAN JARINGAN PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN PANGKALAN DATA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
Lebih terperinci: POB-SJSK-009 PROSEDUR OPERASIONAL BAKU Tanggal Berlaku : 1/01/2013 Backup & Recovery Nomor Revisi : 02
1. TUJUAN 1.1. Menetapkan standard backup dan recovery 1.2. Menetapkan prosedur backup 1.3. Menetapkan prosedur recovery 1.4. Menetapkan prosedur penanggulangan keadaan darurat 2. RUANG LINGKUP 2.1. Prosedur
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-05/MEN/ III /2005 TENTANG
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-05/MEN/ III /2005 TENTANG KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN TATA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PONDOKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan P
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.111, 2016 KEMENDAG. Ekspor dan Impor. Indonesia National Single Window. Perizinan. Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/M-DAG/PER/12/2015
Lebih terperinciNo. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No. 10/ 47 /DPNP Jakarta, 23 Desember 2008 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Sistem Informasi Debitur Sehubungan dengan telah dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.IN.04.03 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELAYANAN INFORMASI DAN DOKUMENTASI PADA DIREKTORAT JENDERAL PEMASYARAKATAN, KANTOR
Lebih terperinciLAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-5/PJ/2011 TENTANG : AUDIT INTERNAL TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI
LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-5/PJ/2011 TENTANG : AUDIT INTERNAL TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Pedoman Audit Internal Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N
No.1490, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Pengelolaan Barang Bukti. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BARANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENANGKALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA bahwa untuk menjamin ketertiban dan kelancaran
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI
BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciLampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional. 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer. telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat
L1 Lampiran Checklist Pengendalian Manajemen Operasional No. Pertanyaan Y T Keterangan 1 Apakah terhadap seluruh operasi komputer telah dilakukan penjadwalan sehingga dapat diselesaikan tepat waktu dan
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2016
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG HARI, JAM KERJA, DAN FAKTOR PENGURANG TUNJANGAN PENAMBAH PENGHASILAN PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR:.. TENTANG BADAN PENGAWAS PASAR TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan Ketentuan Pasal 51 dan Pasal 56 Undang-Undang Nomor
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Menimbang : Mengingat :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG APLIKASI NASKAH DINAS ELEKTRONIK
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2010 TENTANG APLIKASI NASKAH DINAS ELEKTRONIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN
Lebih terperinciKUESIONER. Nama Responden. Bagian/Jabatan
KUESIONER EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI KEMITRAAN PETERNAKAN INTI RAKYAT (PIR) MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT DOMAIN KE- (DELIVERY AND SUPPORT): STUDI KASUS PADA PT. CEMERLANG UNGGAS LESTARI SEMARANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.649,2014 KEMENKUMHAM. Paspor Biasa. Surat Perjalanan. Laksana Paspor PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PASPOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciM E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF.
1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB PEGAWAI DI LINGKUNGAN SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN KEPANITERAAN DAN SEKRETARIAT JENDERAL MAHKAMAH KONSTISI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-IZ TAHUN 2003 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.02-IZ.01.10 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERIAN IZIN BAGI WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN KUNJUNGAN DAN KEGIATAN DI PROVINSI NANGROE
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)
SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemba
No.603, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Bebas Visa Kunjungan. TPI Tertentu. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG TEMPAT
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pencemaran
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 46 TAHUN : 2004 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 9 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA ( RUSUNAWA ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.
No.1539, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2002 NOMOR 10 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 07 TAHUN 2002 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA
Lebih terperinciNOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B =================================================================
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 2 TAHUN 1989 SERI : B ================================================================= PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN,
PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan
Lebih terperinci2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan
No.1408, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Hukuman Disiplin. Sanksi Administratif. Pegawai. Penjatuhan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUSAHA PONDOK WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 1 TAHUN 1988 SERI : B ----------------------------------------------------------------- PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciPROSEDUR KEADAAN DARURAT
PROSEDUR KEADAAN DARURAT Sustainability Engineering Design Biogas Power Compressed Renewable Methane Kenali Prosedur Keadaan Darurat Kita Marilah Kita pulang dari tempat kerja tanpa cedera atau sakit.
Lebih terperinciIZIN TINGGAL KUNJUNGAN
IZIN TINGGAL KUNJUNGAN UMUM 1. Izin Tinggal kunjungan diberikan kepada: a. Orang Asing yang masuk Wilayah Indonesia dengan Visa kunjungan; atau b. anak yang baru lahir di Wilayah Indonesia dan pada saat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01.PR TAHUN 2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : M.01.PR.07.04 TAHUN 2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH DETENSI IMIGRASI MENTERI KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 0010 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PERIZINAN USAHA KETENAGALISTRIKAN UNTUK LINTAS PROVINSI ATAU YANG TERHUBUNG DENGAN JARINGAN TRANSMISI NASIONAL MENTERI
Lebih terperinci2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.861, 2017 KEMEN-KP. Kode Etik PPNS Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1994 TENTANG VISA, IZIN, MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian,
Lebih terperinci2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce
No.1753, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Pengawasan Ketenagakerjaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN
Lebih terperinciBAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI APLIKASI PENJUALAN KREDIT PADA PT RODAMAS
BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI APLIKASI PENJUALAN KREDIT PADA PT RODAMAS 4.1 Perencanaan Audit Sebelum melakukan audit terhadap sistem aplikasi penjualan kredit di PT. Rodamas, kami terlebih dahulu membuat
Lebih terperinci2017, No Nomor 23 Tahun 2014, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang T
No.485, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyaluran Tenaga Listrik PT. PLN. Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA Nomor: 32 TAHUN 1994 (32/1994) TENTANG VISA, IZIN MASUK, DAN IZIN KEIMIGRASIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Undang-undang Nomor 8 Drt. Tahun 1955 Tentang Tindak Pidana Imigrasi telah dicabut dan diganti terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian. UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/PERMEN-KP/2015 TENTANG SISTEM PEMANTAUAN KAPAL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH NEGARA DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciSURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM NOMOR : 3/DJU/HM02.3/6/2014
MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BADAN PERADILAN UMUM Gedung Sekretariat Mahkamah Agung RI Lantai 3, 4 dan 5 JalanJendral Ahmad Yani Kav. 58 Bypass, Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat
Lebih terperinciKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KANTOR WILAYAH DKI JAKARTA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN KEPUTUSAN KEPALA KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS JAKARTA SELATAN NOMOR:
Lebih terperinciPemindai HP HD Pro 42 inci. Jaminan Terbatas
Pemindai HP HD Pro 42 inci Jaminan Terbatas Copyright 2015 HP Development Company, L.P. Edisi 1 Informasi hukum HP tidak bertanggung jawab atas kesalahan teknis atau editorial maupun kekurangan yang terdapat
Lebih terperinciNo. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015
Lebih terperinciMENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
MENTERI ENERGI DAN SUMBER DA VA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 36 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN PEMANFAATAN JARINGAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR IMI.1917-OT.02.01 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR RUMAH DETENSI IMIGRASI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan
Lebih terperinci2017, No Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika (
No.276, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Apotek. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG APOTEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2106 TENTANG PENERBITAN DOKUMEN KEPENDUDUKAN BAGI PETUGAS KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TATA TERTIB LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN RUMAH TAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-658.IZ TAHUN 2003 TENTANG KEMUDAHAN KHUSUS KEIMIGRASIAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI,
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI NOMOR : F-658.IZ.01.10 TAHUN 2003 TENTANG KEMUDAHAN KHUSUS KEIMIGRASIAN DIREKTUR JENDERAL IMIGRASI, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Keputusan Menteri Kehakiman
Lebih terperinci