BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. antara lain berdasarkan UU No.10 tahun 1992 menyatakan keluarga adalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. antara lain berdasarkan UU No.10 tahun 1992 menyatakan keluarga adalah"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Keluarga 1.1 Definisi Keluarga Setiadi (2008) mendefinisikan keluarga dalam berbagai pendapat, antara lain berdasarkan UU No.10 tahun 1992 menyatakan keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Depkes RI (1988) menyatakan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan, dan keluarga adalah suatu ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam sebuah rumah tangga (Sayekti, 1994). 1.2 Tipe Keluarga Setiadi (2008) membagian tipe keluarga berdasarkan konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan, antara lain : Secara Tradisional Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, antara lain sebagai berikut: 7

2 8 a. Keluarga inti (nuclear family): keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b. Keluarga besar (extend family): keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakeknenek, paman-bibi) Secara modern Meningkatnya peran individe dan meningkatnya rasa individualisme maka pengelompokan keluarga secara modren dikelompokkan menjadi beberapa, antara lain sebagai berikut: a. Tradisional Nuclear: kluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah. b. Resconstituted Nuclear: pembentukan baru keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri dalam pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja diluar rumah. c. Niddle Age/Aging Couple: suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.

3 9 d. Dyadic Nuclear: suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah. e. Singel Parent. Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah. f. Dual Carier: suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak. g. Commuter Married: suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu. h. Singel Adult: wanita dan pria dewasa yang tinggal sendirian dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. i. Three Generation: tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. j. Institusional: anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti. k. Comunal: suatu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas. l. Group marriage: satu perumahan sendiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu

4 10 adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. m. Unimaried Parent and Child: ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi. n. Cohibing coiple: dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin. o. Gay and lesbian family: keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama. 1.3 Fungsi Keluarga Friedman et al., (2013) menyimpulkan ada lima fungsi keluarga, antara lain sebagai berikut: Fungsi Afektif (fungsi mempertahankan kepribadian) Fungsi afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting, Keluarga memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologi anggota keluarga. Loveland- Cherry (1996) menunjukkan bahwa afeksi di antara anggota keluarga menghasilkan suasana emosional pengasuhan, yang secara positif memengaruhi pertumbuhan, perkembangan, rasa kompetensi pribadi dan meningkatkan perilaku kesehatan dan akibatnya sehat Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota yang produksi serta memberikan

5 11 status pada anggota keluarga. Status sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Leslie & Korman (1989) anggota keluarga adalah fungsi universal dan lintas budaya yang dibutuhkan untuk keberlangsungan hidup masyarakat Fungsi Perawatan Kesehatan Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya fungsi esensial dan dasar keluarga namun fungsi yang mengemban fokus sentral dalam keluarga yang berfungsi dengan baik dan sehat Fungsi Reproduksi Fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kontinuitas antar-generasi keluarga dan masyarakat yaitu menyediakan anggota baru untuk masyarakat (Leslie & Korman, 1989) Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang cukup, finansial, ruang, dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses pengambilan keputusan. 1.4 Peran Keluarga Peran merupakan kumpulan dari perilaku yang relatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari seorang yang menempati posisi sosial yang diberikan (Friedman, et al., 2013). Peran keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori (Friedman, et al., 2013), antara lain sebagai berikut :

6 Peran formal keluarga Satir (1967 dalam Friedman, et al., 2013) peran formal keluarga adalah peran eksplisit yang terkandung dalam struktur peran keluarga (ayah-suami, dll) Peran informal keluarga Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak tampak pada permukaannya, dan diharapkan memenuhi kebutuhan emosional keluarga dan/atau memelihara keseimbangan keluarga (Satir, 1967 dalam Friedman, et al., 2013). Peran informal atau tertutup lainnya yang dapat atau tidak dapat berperan pada stabilitas keluarga-beberapa diantaranya bersifat adaptif dan lainnya mengganggu kesejahteraan pokok keluarga (Benne, 1975; Satir, 1972; Vogel & Belt, 1960 dalam Friedman, et al., 2013), antara lain sebagai berikut: a. Pendorong: mememuji, menyetujui, dan menerima kontribusi orang lain. b. Penyelaras: menengahi perbedaan yang ada diantara anggota keluarga dengan melunakkan ketidaksepakatan. c. Inisiator-kontributor: menyarankan ide atau perubahan cara berkenaan dengan masalah atau tujuan kelompok pada kelompok.

7 13 d. Negosiator: salah satu dari pihak yang berkonflik atau tidak setuju, menyerahkan posisinya, mengakui kesalahan, atau menawarkan melalui jalan tengah. e. Penghalang: menolak tanpa dan di luar alasan. f. Dominator: memperkuat superioritas dengan memanipulasi kelompok anggota tertentu, menunjukkan kekuasaan dan bertindak seakan-akan ia mengetahui segalanya. g. Penyalah: penghambat, pencari kesalahan dan iktator. h. Pengikut: menerima ide orang lain secara pasif sebagai pendengar dalam diskusi dan keputusan kelompok. i. Pencari pengakuan: mencoba dengan cara apapun yang mungkin untuk mencari perhatian terhadap diri dan keinginan, pencapaian, dan/atau masalahnya j. Martir: tidak menginginkan apapun untuk dirinya tetapi mengorbankan apapun untuk kebaikan anggota keluarga yang lain. k. Wajah tanpa ekspresi (Great Stone Face): orang yang memainkan peran ini menggurui secara terus menerus dan dengan tanpa menunjukkan emosi mengenai semua hal yang benar untuk dilakukan, persis seperti sebuah komputer. l. Sahabat: keluarga memperturutkan diri sendiri dan memperbolehkan perilaku anggota keluarga atau dirinya tanpa mempertimbangkan akibatnya

8 14 m. Kambing hitam keluarga: peran ini merupakan anggota yang dikenal bermasalah dalam keluarga. Sebagai korban atau wadah ketegangan dan kemarahan terbuka dan tertutup keluarga, kambing hitam berfungsi sebagai katup pengaman. n. Pendamai: pengambil hati, selalu mencoba menyenangkan, berbicara atas nama kedua belah pihak. o. Pionir keluarga: keluarga menuju teriotori yang tidak diketahui, menuju ke pengalaman baru. p. Distraktor: menunjukkan perilaku mencari perhatian ia membantu keluarga menghindari atau mengabaikan masalah yang menimbulkan penderitaan atau kesulitan. q. Koordinator keluarga: mengatur dan merencanakan aktivitas keluarga. r. Perantara keluarga: penghubung. s. Penonton: peran penonton serupa dengan pengikut kecuali dalam beberapa kasus lebih pasif. Anggota keluarga belajar tentang peran informal mereka melalui model peran, mengisi kekosongan saat mereka ada dalam keluarga, penguat selektif yang didapatkan anak terhadap perilaku yang ditunjukkannya dalam keluarga. 1.5 Peran Anggota Keluarga terhadap Lansia Maryam (2008) menyatakan bahwa setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam melakukan perawatan

9 15 terhadap lansia, adapun hal yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga dalam melaksanakan perannya terhadap lansia yaitu melakukan pembicaraan terarah, mempertahankan kehangatan keluarga, membantu melakukan persiapan makanan bagi lansia, membantu dalam hal transportasi, membantu memenuhi sumber-sumber keuangan, memberi kasih sayang, menghormati dan menghargai, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian, jangan menganggapnya sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, mintalah nasihatnya dalam peristiwaperistiwa penting, mengajaknya dalam acara-acara keluarga, membantu mencukupi kebutuhannya, memberi dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan-kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengukur keuangan, mengupayakan sarana transportasi untuk kegiatan mereka termasuk rekreasi, memeriksakan kesehatan secara teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat, mencegah terjadinya kecelakaan, baik di dalam maupun diluar rumah, pemeliharaan kesehatan usia lanjut adalah tanggung jawab bersama, memberi perhatian yang baik terhadap orang tua yang sudah lanjut maka anak-anak kita kelak akan bersikap yang sama.

10 16 2. Interaksi Sosial 2.1 Definisi Interaksi Sosial Definisi interaksi sosial dalam Mubarak (2009) dengan berbagai pendapat, antara lain interaksi sosial adalah hubungan-hubungan dinamis yang menyangkut hubungan antara individu-individu, individu dan kelompok, kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama maupun persaingan atau pertikaian (Sitorus, 1999).Interaksi sosial adalah hubungan antar individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi yang lainnya, jadi terdapat hubungan saling timbal balik (Walgito, 2001).Interaksi sosial adalah hubungan antar sesama manusia dalam suatu lingkungan masyarakat yang menciptakan satu keterikatan kepentingan yang menciptakan status sosial atau hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan orang-perorangan antar kelompok-kelompok manusia maupun antara orang-perorangan dengan kelompok manusia. 2.2 Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Mubarak (2009) menyatakan bahwa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : Kontak Sosial Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersama-sama) dan tango (yang artinya menyentuh). Kontak artinya secara harafia adalah bersama-sama menyentuh sedangkan secara fisik kontak akan terjadi apabila ada hubungan badaniah, bukan berarti sebuah hubungan badaniah, karena orang

11 17 dapat melakukan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, misalnya dengan berbicara dengan pihak lain tersebut. Syani (2002 dalam Basrowi, 2005) berpendapat bahwa kontak sosial adalah hubungan antara satu orang atau lebih melalui percakapan dengan saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing dalam kehidupan masyarakat, konflik sosial pihak dengan pihak lain. Kontak tidak langsung adalah kontak sosial yang menggunakan alat sebagai perantara, sedangkan kontak langsung adalah suatu kontak sosial melalui suatu pertemuan dengan bertatapan muka dan berdialog antara kedua belah pihak tersebut Komunikasi sosial Basrowi (2005) berpendapat, komunikasi adalah suatu proses saling memberikan tafsiran kepada atau dari perilaku pihak lain. Soekanto (2002) berpendapat, komunikasi adalah bahwa seseorang memberikan tafsiran pada perikelakuan orang lain (yang berwujud apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut) orang yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut. 2.3 Bentuk-bentuk Interaksi Sosial Mubarak (2009) mengelompokkan bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa : Proses-proses yang asosiatif Proses asosiatif merupakan proses interaksi sosial dimana setiap individu memiliki hubungan yang baik dan adanya kerjasama

12 18 timbal balik dan menghasilkan pencapaian tujuan- tujuan bersama. Proses asosiatif terbagi menjadi 3 bagian yaitu kerja sama, akomodasi, dan asimilasi (Mubarak, 2009). a. Kerja sama (cooperation) Sunaryo (2004) berpendapat kerja sama adalah suatu usaha bersama antarorang perorang atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pengetahuan yang cukup dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut. Kerja sama dibedakan menjadi kerja sama spontan (spontaneous cooperation) adalah kerja sama yang serta-merta, kerja sama langsung (indirected cooperation) merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, kerja sama kontak (contractual cooperation) merupakan kerja sama atas dasar tertentu, dan kerja sama tradisional (tradisional cooperation) bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial. Bentuk kerja sama bila di lihat dari pelaksanaan kerja sama dapat berupa kerukunan yang mencakup gotong-royong dan tolong-menolong, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih (bergaining), kooptasi (coopotation) merupakan proses peneriman unsur-unsur baru

13 19 dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan, koalisi (coalition) merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama dan Jointvennture merupakan kerja sama dalam pengusahaan proyekproyek tertentu. b. Akomodasi (accomodation). Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi dengan ada kaitannya dalam norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Akomodasi yang menunjuk pada suatu proses yaitu menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan untuk mencapai kestabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Tujuan akomodasi dapat berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapinya, yaitu mengurangi pertentangan sebagai akibat perbedaan paham, mencegah meledaknya suatu pertentangan untuk sementara waktu, memungkinkan terjadinya kerja sama

14 20 antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis dan kebudayaan, mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.bentuk-bentuk akomodasi, antara lain : a. koersi (coercion): suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik (langsung), maupun psikologis (tidak langsung). b. Kompromi (compromise): suatu bentuk akomodasi dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. c. Arbitrasi (arbitration):cara untuk mencapai compromise apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup mencapainya sendiri. d. Mediasi (mediation):hampir menyerupai arbitration, diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan yang ada. Tugas pihak ketiga tersebut adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai. Kedudukan pihak ketiga hanyalah sebagai penasihat belaka, dia tidak berwenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan tersebut.

15 21 e. Konsiliasi (conciliation): suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama. Conciliation bersifat lebih lunak daripada coercion dan membuka kesempatan bagi pihak-pihak yang bersangkutan untuk mengadakan asimilasi. f. Toleransi (toleration), juga sering disebut sebagai tolerantparticipation: suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan yang formal bentuknya. Kadang-kadang toleration timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan, ini disebabkan karena adanya watak orang perorangan atau kelompokkelompok manusia untuk sedapat mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan. g. Stalemate, merupakan suatu akomodasi, dimana pihak-pihak yang bertentangan karena mempunyai kekuatan yang seimbang berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal ini disebabkan oleh karena kedua belah pihak sudah tidak ada kemungkinan lagi baik untuk maju maupun untuk mundur. h. Adjudication: penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan. Hasil-hasil proses akomodasi dapat diuraikan dalam beberapa hal yaitu akomodasi dan integrasi masyarakat, telah berbuat banyak untuk menghindari masyarakat dari benih-benih pertentangan laten yang akan

16 22 melahirkan pertentangan baru, menekan oposisi (suatu persaingan dilaksanakan demi keuntungan suatu kelompok tertentu demi kerugian pihak lain), koordinasi berbagai kepribadian yang berbeda, perubahan lembaga-lembaga kemasyarakatan agar sesuai dengan keadaan baru atau keadaan yang berubah, perubahan-perubahan dalam kedudukan, akomodasi membuka jalan ke arah asimilasi. c. Asimilasi (assimilation). Asimilasi merupakan proses sosial dalam tingkat lanjut, ditandai dengan adanya berbagai usaha mengurangi setiap perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompokkelompok manusia juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan serta tujuantujuan bersama. Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu asimilasi adalah toleransi, kesempatankesempatan yang seimbang dibidang ekonomi, sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya, sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat, persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan, perkawinan campuran (amalgamation) dan adanya musuh bersama di luar. Faktor-faktor umum yang dapat menjadi pengahalang terjadinya asimilasi adalah terisolir kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat, takut terhadap kekuatan

17 23 suatu kebudayaan yang dihadapi, perasaan bahwa suatu kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi daripada kebudayaan golongan atau kelompok lainnya, perbedaan warna kulit atau ciri-ciri fisik, perasaan yang kuat sekali bahwa individu terikat pada kelompok atau kebudayaan kelompok bersangkutan, golongan minoritas mengalami gangguangangguan dari golongan yang berkuasa dan perbedaan kepentingan yang kemudian ditambahkan dengan pertentanganpertentangan pribadi Proses- proses yang disosiatif Mubarak (2009) menyatakan proses-proses disosiatif sering disebut sebagai oppositional processes, persis halnya dengan kerja sama, dapat ditemukan pada setiap masyarakat walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan. Proses-proses yang disosiatif dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai berikut : a. Persaingan (competition) Persaingan merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan. Ada beberapa bentuk persaingan, di antaranya:

18 24 a. Persaingan ekonomi: timbul karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan jumlah konsumen. b. Persaingan kebudayaan: menyangkut persaingan kebudayaan, keagamaan, lembaga kemasyarakatan seperti pendidikan, dan sebagainya. c. Persaingan kedudukan dan peranan: di dalam diri seseorang maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keingian untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai kedudukan serta peranan yang terpandang. d. Persaingan ras: perbedaan ras baik karena perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan sebagainya, hanya merupakan suatu perlambang kesadaran dan sikap atas perbedaanperbedaan dalam kebudayaan. Persaingan dalam batas-batas tertentu dapat mempunyai beberapa fungsi yaitu menyalurkan keinginan-keinginan atau kelompok yang bersifat kompetitif, sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan, serta nilai-nilai yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing, alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks dan sosial, alat untuk menyaring para warga golongan karya (fungsional) yang akhirnya akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif.

19 25 b. Kontravensi (contravention). Kontravensi merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Bentuk-bentuk kontravensi ada empat, yaitu: a. bentuk umum: meliputi perbuatan-perbuatan, seperti penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain. b. Bentuk sederhana: seperti menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki melalui surat-surat selebaran, mencerca, memfitnah, melemparkan beban pembuktian terhadap pihak lain. c. Bentuk intensif, mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak-pihak lain, mengumumkan rahasia pihak lain, perbuatan khianat. d. Bentuk taksis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lain seperti kampanye partai-partai politik dalam pemilihan umum. c. Pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertentangan merupakan suatu bentuk proses sosial ditandai dengan adanya individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan. Penyebab terjadinya pertentangan adalah

20 26 adanya perbedaan kebudayaan, kepentingan, dan perubahan sosial. Pertentangan mempunyai bentuk-bentuk khusus yaitu pertentangan pribadi, pertentangan rasial (para pihak akan menyadari adanya perbedaan-perbedaan antara mereka yang sering sekali menimbulkan pertentangan), pertentangan antara kelas-kelas sosial, pertentangan politik, pertentangan yang bersifat internasional. 2.4 Manfaat interaksi sosial pada lansia Manfaat interaksi sosial pada lansia adalah mengantisipasi masalah kesepian (Gunarsa, 2004), dan seseorang yang berpartisipasi secara aktif dalam berinteraksi sosial dengan baik seperti kontak mata dan mempunyai keterikatan emosional dengan teman dekat atau ikut serta dalam memberikan respon terhadap suatu situasi yang santai akan mempunyai fungsi kognitif yang baik. Sedangkan seseorang yang tidak mau berinteraksi sosial dengan baik dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan sosial akan menimbulkan reaksi stres dimulai dengan meningkatnya produksi glukocorticoid dan ini berpengaruh terhadap hipotalamus dan secara perlahan akan mempengaruhi fungsi kognitifnya (Hesti et all, 2008). 3. Lansia 3.1 Definisi Lansia Manusia lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial yang

21 27 memberikan pengaruh ke dalam seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatannya (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992, pasal 19 ayat 1 dalam Fatimah, 2010). Usia lanjut adalah mereka yang berusia 55 tahun ke atas (UU RI No. 4 tahun 1965 dalam Fatimah, 2010). 3.2 Batasan Lansia Penggolongan lansia menurut WHO dikutip dari Ratna Suhartini dari UNAIR (2010) dalam Dwi &Fitrah (2010) mengelompokkan lansia menjadi empat kelompok yaitu usia pertengahana (middle age) antara usia tahun, lanjut usia (elderly) antara usia tahun, lanjut usia tua (old) antara usia tahun, usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun 3.3 Teori Proses Menua Teori Sosiologis a) Teori interaksi sosial.teori menjelaskan hal yang menyebabkan lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar halhal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lansia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar menukar (Simmons, 1945 dalam Maryam, 2008). Kekuasaan dan prestise lansia berkurang sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

22 28 b) Teori penarikan diri.teori ini menyatakan bahwa dengan bertambah lanjutnya usia, apalagi ditambah dengan adanya kemiskinan, lanjut usia secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, keadaan ini mengakibakan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kuantitas dan kualitas sehingga sering lanjut usia mengalami kehilangan ganda (triple lose) yaitu kehilangan peran, hambatan kontak sosial, dan berkurangnya komitmen (Nugroho, 2008). c) Teori aktivitas atau kegiatan.teori ini menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan banyak ikut-serta dalam kegiatan. Lanjut usia akan meraskan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin (Nugroho, 2008). d) Teori kepribadian berlanjut.teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lansia sangat dipengaruhi oleh personalitas yang dimilikinya dan ada kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat meruapakan gambarannya kelak pada saat ia lanjut usia Teori Psikologis Teori ini dipengaruhi oleh biologis dan sosiologi, salah satu teori yang ada yaitu teori perkembangan yang menyatakan bahwa setiap individu harus memperhatikan tugas perkembangan yang

23 29 spesifik pada tiap tahap kehidupan yang akan memberikan perasaan bahagia dan sukses (Hanghurst, 1972 dalam Mubarak dkk, 2006) Teori Spiritual Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang kehidupan yang pada akhirnya memberikan kekuatan akan arti kehidupan sesorang, suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih, dan harapan (Maryam, 2008). 3.4 Perubahan minat sosial lanjut usia Hurlock (1980) menyatakan bahwa dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak yang merasa menderita kerena jumlah kegiatan sosial yang dilakukannya semakin berkurang, hal ini lazim diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (social disengagement), yaitu suatu proses pengunduran diri secara timbal balik pada masa usia lanjut dari lingkungan. social disengagement pada usia lanjut sering diungkapkan dalam bentuk penyusutan sumber-sumber yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan sumber yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan kontak sosial dan menurunnya partisipasi sosial. Jenis kegiatan sosial mulai diberhentikan oleh lanjut usia bisa terjadi secara sukarela atau terpaksa. Pengunduran diri secara sukarela terjadi karena kegiatannya sudah tidak cocok dengan kebutuhan lansia. Minat terhadap diri sendiri meningkat, maka minat terhadap orang lain

24 30 berkurang sampai minat sosial mereka dibatasi oleh kondisi keluarga yang ada sekarang. Pengunduran diri secara terpaksa dilakukan apabila lansia menginginkan dan memerlukan kontak semacam itu karena kondisikondisi tertentu yang sedikit terkontrol atau bahkan tidak sama sekali, misalnya banyak diantara mereka yang meninggal dunia, pindah jauh, atau karena kondisi fisik dan ekonominya tidak memungkinkan untuk melakukan sesuatu maka ini berarti bahwa lansia tidak dapat berhubungan dengan teman sejawat seperti dulu yang pernah dilakukan. (Hurlock, 1980). Sumber kontak sosial lansia yang dapat dimanfaatkan oleh orang usia lanjut untuk melakukan kontak sosial di masa tuanya, yang secara garis besar dibedakan menjadi persahabatan pribadi yang akrab dengan para anggota dari kelompok jenis kelamin yang sama (pria dengan pria atau wanita dengan wanita), kelompok persahabatan, kelompok atau perkumpulan formal. Kontak semacam ini menjadi tidak sering dilakukan karena timbulnya masalah yang berhubungan dengan transportasi dan kesehatan.usia lanjut yang semakin tua bahkan menyempitnya sumbersumber kontak sosial yang ada akan mengakibatkan ketergantungan lansia dalam persahabatan pada anggota keluarga (Hurlock, 1980). Pertambahan usia seseorang menyebabkan partisipasi sosial yang semakin berkurang dan cakupannya juga menyempit. Penyebab partisipasi lansia dalam kegiatan sosial menurun ada beberapa hal yang pertama kesehatan menurun, yang kedua tingkat keterlibatan dalam kegiatan sosial

25 31 pada usia muda, hal ini sangat mempengaruhi partisipasinya pada usia lanjut. Seseorang yang aktif pada masa dewasa dan masa dini akan aktif pula pada masa usia setengah baya dan usia lanjut. Ketiga status sosial ekonomi sangat memegang peranan penting dalam menentukan tingkat partisipasi dalam organisasi sosial dan kemasyarakatan.umumnya anggota dari kelompok sosial yang lebih tinggi mendominasi kehidupan organisasi masyarakat dan menunjang organisasi tersebut. Anggota dari kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah tidak menjadi anggota organisasi seperti kelompok ekonomi tinggi pada masa muda, maka setelah tua akan raguragu untuk menjadi anggota organisasi sosial dan kurang aktif berpartisipasi dalam kegiatan organisasi, dan memiliki teman yang lebih sedikit di luar keluarga dibanding kelompok menengah dan atas (Hurlock 1980).

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa

Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya. Annisa Nurhalisa Bentuk-bentuk Interaksi Sosial beserta Status dan Peran individunya Annisa Nurhalisa Interaksi Sosial Asosiatif -> adalah bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerja sama. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L

PROSES SOSIAL E K O N U G R O H O, S. P T, M. S C FA K U LTA S P E T E R N A K A N U N I V E R S I TA S B R AW I J AYA S E M E S T E R G A N J I L PROSES SOSIAL EKO NUGROHO, S.PT, M.SC FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA SEMESTER GANJIL 2013/2014 Pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama Perubahan-perubahan dalam struktur

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial 1. Proses yang Asosiatif a. Kerjasama 1) Kerukunan Tolong Menolong dan Gotongroyong 2) Bargaining : Pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang-barang dan jasa antara

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo

PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL. Slamet Widodo DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO PROSES SOSIAL dan INTERAKSI SOSIAL Slamet Widodo 1 PROSES SOSIAL Cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang perorangan saling bertemu dan menentukan

Lebih terperinci

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar :

UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB ) a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : UNIT KEGIATAN BELAJAR (UKB 1-02.6) 1. Identitas a. Nama Mata Pelajaran : Sosiologi X (Wajib) b. Semester : Ganjil c. Kompetensi Dasar : 3.2 Mengenali dan mengidentifikasi realitas individu, kelompok, dan

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL

BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL BENTUK-BENTUK HUBUNGAN SOSIAL Jenis-jenis Hubungan Sosial Hubungan antar individu Contoh: 2 orang siswa saling bertegur sapa Hubungan individu dengan kelompok Contoh: Seorang pendeta memberikan kotbah

Lebih terperinci

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan

Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Sifat dan Bentuk Interaksi Sosial Budaya dalam Pembangunan Mengapa manusia, memerlukan interaksi dengan manusia lain? 1. Sifat-sifat Interaksi Sosial Budaya dalam Kehidupan Masyarakat Interaksi adalah

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling

INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling INTERAKSI SOSIAL 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris social interaction yang berarti saling bertindak. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang

Lebih terperinci

BAB V INTERAKSI SOSIAL

BAB V INTERAKSI SOSIAL BAB V INTERAKSI SOSIAL 5.1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Hubungan antar manusia, ataupun relasi-relasi sosial menentukan struktur dari masyarakatnya. Hubungan antar manusia

Lebih terperinci

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT

HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT HUBUNGAN INDIVIDU, KELUARGA, DAN MASYARAKAT Makna Individu Manusia adalah makhluk individu. Makhluk individu berarti makhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat dipisahpisahkan antara jiwa dan raganya.

Lebih terperinci

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum

Interaksi Sosial. Lolytasari, M.Hum Interaksi Sosial Lolytasari, M.Hum Interaksi sosial meruapakan suatu kajian mikro sosiologi yang mempelajari kehidupan seharihari Maksud dari mikro sosiologi adalah dimana manusia sebagai individu berinteraksi

Lebih terperinci

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL

BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL 1. Kimbal Young (1948) == a. Oposisi b. Kerja Sama c. Difrensiasi 2. Gillin (1951) == Proses Asosiatif dan Disosiatif 3. Tamotsu S.(1986) == Akomodasi, Ekspresi, Interaksi

Lebih terperinci

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia.

Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 1. Pengertian Interaksi Sosial Interaksi sosial dalah suatu hubungan social yang dinamis antara orang perorangan, antara individu dan kelompok manusia, dan antar kelompok manusia. 2. Proses Interaksi Sosial

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL Proses sosial adalah cara-cara berhubungan/komunikasi apabila individu dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut

Lebih terperinci

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP Pertemuan I KONSEP DASAR KELUARGA Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP. 197401121998031002 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas I Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. A. Pendahuluan

SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. A. Pendahuluan SOSIOLOGI KOMUNIKASI PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL A. Pendahuluan Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan

Lebih terperinci

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial oleh : Ir. Agus Hasbi Noor, M.M.Pd. STKIP Siliwangi Bandung 2014 1 Manusia sebagai makhluk Individu Individu berasal dari kata in dan divided (tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari

BAB II LANDASAN TEORI. Dengan demikian, istilah ilmu jiwa merupakan terjemahan harfiah dari BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Psikologi Sosial Kata psikologi mengandung kata psyche yang dalam bahasa Yunani berarti jiwa dan kata logos yang dapat diterjemahkan dengan kata ilmu. Dengan demikian, istilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan ketertarikan aturan dan

BAB II TINJAUAN TEORITIS. dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan ketertarikan aturan dan BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. konsep keluarga 1.1 Defenisi Keluarga merupakan bagian dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Menurut Friedman (1998) keluarga adalah kumpulan dua orang

Lebih terperinci

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL

BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB IV PROSES-PROSES SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. khusus dari interaksi sosial. Menurut Soekanto (1983: 80), berlangsungnya 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial Interaksi Sosial dalam masyarakat merupakan syarat utama terjadinya aktivitasaktivitas sosial. Dalam bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL OLEH : LIA AULIA FACHRIAL, M.SI Definisi & Ruang Lingkup Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 5 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang bentuk-bentuk interaksi sosial, aturan-aturan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

BAB I PENDAHULUAN. diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua individu mengikuti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998) Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Amin PENYUSUN

KATA PENGANTAR. Amin PENYUSUN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikantugas makalah sosiologi yang berjudul

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial

Sosiologi Komunikasi. Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup & Konseptualisasi Sosiologi Komunikasi serta Struktur dan Proses Sosial Manusia Sebagai Makhluk Sosial Makhluk Spiritual Manusia Makhluk individual Makhluk Sosial Manusia

Lebih terperinci

Komunikasi sosial...?????

Komunikasi sosial...????? PROSES SOSIAL Komunikasi sosial...????? Pengantar Sosiologi mempelajari struktur-struktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahanperubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL 1. Interaksi Sosial sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orang-perorangan dan kelompok-kelompok

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140). II. KAJIAN PUSTAKA 1.1 Interaksi Sosial Manusia merupakan makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia dilahirkan dimuka bumi ini untuk saling bersosialisasi dengan makhluk

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL

MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL MAKALAH PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Proses sosial merupakan aspek dinamis dari kehidupan masyarakat. Dimana di dalamnya terdapat suatu proses hubungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 7 II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A.Tinjauan Pustaka 1.Konsep Perubahan Sosial Menurut Kingsley Davis mengartikan perubahan sosial sebagai perubahanperubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi

Lebih terperinci

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar 8.2 Pengertian Keluarga

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar  8.2 Pengertian Keluarga BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan merupakan gejala yang universal. Dewasa ini, lembaga keluarga banyak mengalami perubahan baik dalam struktur maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT 1. PERTUMBUHAN INDIVIDU A. PENGERTIAN INDIVIDU Individu berasal dari kata latin, individuum artinya yang tidak terbagi. Jadi Individu merupakan suatu sebutan yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar Konflik Sosial Judul : Konflik Sosial Standar Kompetensi : Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab konflik Kompetensi Dasar : Menganalisis faktor penyebab konflik sosial dalam masyarakat

Lebih terperinci

SUSI RACHMAWATI F

SUSI RACHMAWATI F HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Definisi Dampak Pengertian dampak menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, adalah pengaruh sesuatu yang menimbulkan akibat; benturan; benturan

Lebih terperinci

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL

MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL MEDIA & PERUBAHAN SOSIAL Part 3 Edy Prihantoro Universitas Gunadarma A. Struktur Masyarakat Seperti di jelaskan pada bab sebelumnya, bahwa sosiologi mengkaji masyarakat dari sisi struktur sosial (social

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah

Lebih terperinci

BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH

BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH 84 BAB VI INTERAKSI MASYARAKAT DALAM PENGEMBANGAN WISATA ALAM DI KAWASAN GUNUNG SALAK ENDAH Interaksi sosial disebut juga sebagai proses sosial yang terjadi apabila terdapat kontak sosial dan komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia dilahirkan di dunia, ia telah memiliki naluri untuk berbagi dengan sesamanya. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

II PROSES-PROSES SOSIAL

II PROSES-PROSES SOSIAL II PROSES-PROSES SOSIAL Tindakan Sosial Tindakan manusia adalah perbuatan, perilaku atau aksi yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu Macam-macam tindakan manusia; 1. tindakan yang terorgnisir,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS]

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] ILMU PENGETAHUAN SOSIAL [IPS] Oleh : Jaeni Supratman Contact Person : E-mail : supratjay@gmail.com ; jaenisupratman@yahoo.com Facebook : http://www.facebook.com/jaenisupratman Follow me : @jaenisupratman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Konsep Keluarga Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan Definisi Klg merupakan kumpulan individu didasarkan hubungan tali perkawinan, hub darah dan tempat tinggal dalam satu rumah ( Friedman, 1998)

Lebih terperinci

Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga

Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga Perilaku Kesehatan Individu dan Keluarga Oleh : dr. Yuniar Lestari, MKes Pengertian Perilaku Perilaku ( manusia ) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat ataupun tidak dapat diamati

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

MASA DEWASA Dewasa Awal ( tahun ) Dewasa Madya ( tahun ) Dewasa Akhir ( di atas 60 tahun )

MASA DEWASA Dewasa Awal ( tahun ) Dewasa Madya ( tahun ) Dewasa Akhir ( di atas 60 tahun ) MASA DEWASA Dewasa Awal ( 18-40 tahun ) Dewasa Madya ( 41-60 tahun ) Dewasa Akhir ( di atas 60 tahun ) BATASAN MEMASUKI MASA DEWASA SEGI HUKUM : orang dewasa itu telah dapat dituntut tanggung jawabnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.5.1 Interaksi Sosial Salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya. Dalam hidup bersama antara manusia dan manusia atau manusia dan kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga 2.1.1. Defenisi Keluarga Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu budaya yang melekat pada diri seseorang karena telah diperkenalkan sejak lahir. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat

Lebih terperinci

BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA. Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma

BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA. Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma 1 BENTUK KERJASAMA (COOPERATION) PADA INTERAKSI SOSIAL WARIA Bunga Fajar Sari Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma ABSTRAKSI Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kerjasama (cooperation) pada interaksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PERSEPSI 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan peran

Lebih terperinci

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si.

MODUL 5 SOSIOLOGI KOMUNIKASI. (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI PERTEMUAN 5 UNIVERSITAS MERCU BUANA MODUL 5 (3 SKS) Dosen: Drs. Ahmad Mulyana, M.Si. POKOK BAHASAN: Proses dan Interaksi Sosial DESKRIPSI: Materi berupa uraian tentang struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Interaksi sosial Interaksi sosial adalah sebagai atau merupakan dasar dari proses-proses sosial, sebab tanpa adanya interaksi tidak mungkin kehidupan bersama akan terjalin.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

MASA DEWASA AWAL DAN MADYA

MASA DEWASA AWAL DAN MADYA BAB IX MASA DEWASA AWAL DAN MADYA Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D Dra. Purwandari, M.Si Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Rosita Endang Kusmaryani, M.Si yulia_ayriza@uny.ac.id

Lebih terperinci

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL

MAKALAH INTERAKSI SOSIAL MAKALAH INTERAKSI SOSIAL Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Sosiologi Disusun : SUCI SARTIKA 153121017 ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PRAMITA INDONESIA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup bersama dengan orang lain dan membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Menurut Walgito (2001)

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap dan siklus tumbuh kembang keluarga menurut Duval 1985 dan Friedman 1998, ada 8 tahap tumbuh kembang keluarga, yaitu : 1. Tahap I : Keluarga Pemula Keluarga

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisi penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan preposisi-preposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Posyandu Lansia 2.1.1 Pengertian Posyandu Lansia Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si

PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL. IR. HJ. KHODIJAH, M.Si PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL IR. HJ. KHODIJAH, M.Si Proses Sosial Adalah cara2 berhubungan yg dapt dilihat apabila orang perorangan dan kelompok2 manusia saling bertemu dan menentukan sistem,aturan,norma,dan

Lebih terperinci

UN SMA IPS Prediksi 1 UN SMA IPS Sosiologi

UN SMA IPS Prediksi 1 UN SMA IPS Sosiologi UN SMA IPS Prediksi 1 UN SMA IPS Sosiologi Doc. Version : 2011-06 halaman 1 01. Interaksi sosial ditandai oleh adanya... (A) tindakan sosial dengan tujuan tertentu (B) komunikasi antar individu (C) pertikaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya.

TINJAUAN PUSTAKA. Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya. II. TINJAUAN PUSTAKA A.1 Tinjauan Mengenai Orang Tua A.1.1 Pengertian Orang Tua Orang tua menurut I.P. Simanjuntak adalah ayah dan ibu dari anak-anaknya. (I.P. Simanjuntak. 1983:7). Selain itu, menurut

Lebih terperinci