BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gastroesophageal reflux disease dan irritable bowel syndrome yang
|
|
- Hadi Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Definisi Dispepsia Dispepsia umumnya terjadi akibat adanya masalah pada bagian lambung dan duodenum. Penyakit yang memiliki sindroma dispepsia seperti gastroesophageal reflux disease dan irritable bowel syndrome yang melibatkan esophagus dan bagian dan bagian saluran cerna lainnya tidak dimasukkan ke dalam bagian dispepsia (Djojodiningrat, 2001). Dispepsia adalah sebuah turunan kata bahasa Yunani dan artinya indigestion atau kesulitan dalam mencerna.semua gejala-gejala gastrointestinal yang berhubungan dengan masuknya makanan disebut dispepsia, contohnya mual, heartburn, nyeri epigastrium, rasa tidak nyaman, atau distensi (Davidson, 1975). Prevalensi dispepsia bervariasi antara 3% hingga 40%.Variasi dalam angka prevalensi ini berkaitan dengan perbedaan dalam definisi dispepsia pada penelitian-penelitian tersebut (Yasser, 2004). Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang, dan sendawa.keluhan ini sangat bervariasi, baik dalam jenis gejala maupun intensitas gejala tersebut dari waktu ke waktu (Djojodiningrat, 2001). 13
2 digilib.uns.ac.id 14 Dispepsia dapat muncul meskipun tidak ada perubahan struktural pada saluran cerna, yang biasanya dikenal sebagai fungsional dan gejalanya dapat berasal dari psikologis ataupun akibat dari intoleransi terhadap makanan tertentu. Di sisi lain, dispepsia dapat merupakan gejala dari gangguan organik pada saluran cerna, dan dapat juga disebabkan oleh gangguan di sekitar dari saluran cerna, misalnya pankreas, kandung empedu, dan sebagainya (Davidson, 1975). 2. Sekresi Asam Lambung Lambung melaksanakan 3 fungsi utama lambung yang paling penting adalah penyimpanan makanan yang telah dicerna hingga makanan tersebut dapat dikosongkan kedalam usus halus dalam kecepatan normal untuk proses cerna dan absorpsi. Lambung akan mensekresikan asam hidroklorida (HCl) dan enzim untuk pencernaan protein. Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan pencampuran antara makanan yang dicerna dan cairan lambung untuk membentuk cairan padat yang dinamakan kimus.seluruh isi lambung harus diubah menjadi kimus sebelum dikosongkan ke duodenum (Sheerwood, 2007). Sel-sel lambung mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung setiap hari.cairan lambung ini mengandung bermacam-macam zat diantaranya adalah HCl dan pepsinogen.hcl yang disekresikan oleh kelenjar di korpus lambung membunuh sebagian besar bakteri yang masuk, membantu pencernaan protein, menghasilkan ph yang diperlukan pepsin untuk mencerna protein, serta meransang aliran empedu dan cairan pankreas.asam ini cukup pekat untuk dapat menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal muksa
3 digilib.uns.ac.id 15 lambung tidak mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan lambung juga mengandung mukus (Ganong, 2003). Gambar 2.1 Sekresi Asam Lmabung Sumber : Color Atlas of Phatophysiology, 2000 Lambung memiliki mekanisme protektif sendiri, diantaranya adalah mukus yang melapisi permukaan mukosa lambung.mukus ini berperan sebagai pelindung dari berbagai macam kerusakan petensial pada mukosa lambung dengan sifat lubrikasinya untuk mencegah kerusakan mekanis.mukus juga membantu melindungi mukosa lambung agar tidak mencerna dirinya sendiri dengan menginhibisi pepsin saat bersentuhan dengan lapisannya.sebagai substansi alkali, mucus juga membantu mekanisme perlindungan mukusa dari kerusakan akibat asam dengan menetralisir HCl di sekitarnya tanpa mempengaruhi HCl pada lumen (Sheerwood, 2007). Motilitas dan sekresi lambung diatur oleh mekanisme persyarafan dan humoral.komponen syaraf adalah otonom lokal yang melibatkan neuronneuron kolinergik dan commit impuls-impuls to user dari SSP melalui nervus
4 digilib.uns.ac.id 16 vagus.pengaturan fisiologik sekresi lambung biasanya dibahas berdasarkan pengaruh otak (sefalik), lambung, dan usus.(ganong, 2003). Pengaruh sefalik adalah respon yang dipengaruhi oleh nervus vagus dan diinduksi oleh aktivitas di SSP. Adanya makanan dalam mulut secara refleks akan meransang sekresi lambung. Serat-serat eferen untuk refleks ini adalah nervus vagus. Pada manusia, melihat, mencium, dan memikirkan makanan akan meningkatkan sekresi lambung. Peningkatan ini diakibatkan oleh refleks bersyarat saluran cerna yang telah berkembang sejak awal masa kehidupan.rangsang hipotalamus anterior dan bagian-bagian korteks frontalis orbital disekitarnya meningkatkan aktivitas eferen vagus dan sekresi lambung.pengaruh otak menentukan sepertiga sampai separuh dari asam yang disekresikan sebagai respon terhadap makanan normal (Ganong, 2003). Pengaruh lambung terutama adalah respon-respon refleks lokal dan respon terhadap gastrin.adanya makanan dalam lambung mempercepat sekresi lambung yang disebabkan oleh penghilatan, bau makanan, dan adanya makanan di mulut. Reseptor di dinding lambung dan mukosa berespon terhadap peregangan dan rangsang kimia, terutama asam-asam amino dan produk pencernaan terkait lain. Produk-produk pencernaan protein juga menyebabkan peningkatan sekresi gastrin, dan hal ini meningkatkan aliran asam (Ganong, 2003). Pengaruh usus adalah efek umpan balik hormonal dan refleks pada sekresi lambung yang dicetuskan dari mukosa usus halus. Walaupun di mukosa usus halus dan lambung terdapat sel-sel yang berisi gastrin, pemberian asam amino langsung ke dalam duodenum tidak
5 digilib.uns.ac.id 17 akanmeningkatkan kadar gastrin dalam darah. Sekresi asam lambung meningkat bisa sebagian besar usus halus diangkat, sehingga sumber hormonhormon yang menghambat sekresi asam menghilang (Ganong, 2003). Sekresi lambung akan menurun secara bertahap ketika makanan mulai masuk dari lambung menuju usus halus. Mekanisme penurunan sekresi asam lambung ada 3 jenis.saat makanan mulai dikosongkan ke duodenum secara bertahap, stimulus utama yang merangsang sekresi lambung, yaitu protein, telah ditarik. Setelah makanan meninggalkan lambung, cairan lambung akan terus terakumulasi hingga ph lambung akan menurun sangat rendah dan akhirnya akan merangsang somatostatin sebagai pemberi respon balik negative untuk menghambat sekresi lambung. Penurunan motilitas lambung juga akan menurunkan sekresi asam lambung (Sheerwood, 2007). 3. Etiologi Dispepsia Sebagai suatu gejala ataupun sindrom, dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, baik yang bersifat organic, maupun yang fungsional, berdasarkan konsensus terakhir (kriteria Roma) gejala heartburn atau pirosis, yang diduga karena penyakit reflaks gastroesofagial, tidak dimasukkan dalam sindrom dispepsia (Djojodiningrat, 2001).
6 digilib.uns.ac.id 18 Tabel 2.1 Penyebab Dispepsia - Tukak peptic Dalam Lumen Saluran Cerna - Gastritis - Keganasan - Gastropareses - Anti inflamasi non steroid Obat-obatan - Teofilin - Digitalis - Antibiotik - Hepatitis - Kolesistitis Hepato-bilier - Kolelitiasis - Keganasan - Disfungsi sphincter Odli Pankreas - Pankreatritis - Keganasan - Diabetes militus - Penyakit tiroid Keadaan sistemik - Gagal ginjal - Kehamilan - Penyakit jantung iskemik Gangguan Fungsional - Dispepsia fungsional - Sindrom kolon iritatif Sumber :Buku AjarIlmu Penyakit Dalam, 2001 Berdasarkan hasil pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, ditemukan adanya lesi pada esophagus, gastritis, gaster, duodeni, dan lain-lain. Sebagian besar ditemukan kasus dispepsia dengan hasil esofagogastroduodenoskopi yang normal (Djojodiningrat, 2001).
7 digilib.uns.ac.id 19 Tabel 2.2 Hasil Pemeriksaan Esofagogastroduodenoskopi pada 591 kasus Dispepsia di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta Lesi Jumlah Kasus Prosentase (%) Normal ,43 Esofagitis 35 5,91 Gastritis ,91 Ulkus Gaster 13 2,20 Ulkus Duodeni 21 3,55 Tumor Esofagus 1 0,16 Tumor Gaster 6 1,01 Lain-lain 52 8,83 Keterangan : Data Subbagian Gantroenterologi RSCM tahun 1994 Sumber : Buku AjarIlmu Penyakit Dalam, 2001 Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.berdasarkan pada manifestasi klinis, gastritis dapat dibagi akut dan kronis, tetapi keduanya tidak saling berhubungan (Djojodiningrat, 2001). Gastritis akut dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya.kira-kira 80-90% pasien yang dirawat di ruang intensif menderita gastritis akut erosive yang sering disebut gastritis akut stress.penyebab ini adalah obat-obatan.obat yang sering dihubungkan dengan gastritis erosive adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (NSAID) (Hirlan, 2001). Ulkus peptikum ialah suatu istilah untuk menunjuk kepada suatu kelompok penyakit ulserative saluran makanan bagian atas yang melibatkan terutama bagian proksimal duodenum dan lambung yang mempunyai patogenesis yang sama-sama melibatkan asam pepsin.bentuk utama ulkus
8 digilib.uns.ac.id 20 peptikum adalah ulkus duodeni dan ulkus lambung.ulkus peptikum terjadi bila efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak daripada efek protektif pertahanan mukosa lambung atau mukosa duodenum (McGuigan, 1995). Dispepsia dengan temuan penyebab organik ataupun adanya kelainan sistemik yang jelas akan berdampak pada pengobatan yang defenitif berdasarkan parogenesis yang ada. Dalam kenyataan sehari-hari didapatkan keluhan dispepsia yang tidak ada kelaninan sistemik yang mendasarinya, pemeriksaan radiologi dalam batas normal dan pada pemeriksaan endoskopi tidak dijumpai lesi mukosa.hal inilah yang melahirkan istilah dispepsia nonulkus atau dispepsia fungsional.
9 digilib.uns.ac.id 21 Gambar 2.2 Mekanisme Pembentukkan Ulkus Gaster (Luka Lambung) Sumber : Color Atlas of Phatophysiology, 2000
10 digilib.uns.ac.id Diagnosa Dispepsia Berdasarkan kriteria diagnosa Roma III, sindroma dispepsia didiagnosa dengan gejala rasa penuh yang mengganggu, cepat kenyang, rasa tidak enak atau nyeri epigastrium, dan rasa terbakar pada epigastrium.pada kriteria tersebut juga dinyatakan bahwa dispepsia ditandai dengan adanya satu atau lebih dari gejala dispepsia yang diperkirakanberasal dari daerah gastroduodenal (Chang, 2006). Kriteria dispepsia memiliki utilitas terbatas dan dibagi atas 2 kelompok berdasarkan bukti yang tersedia, yaitu kelompok yang berhubungan dengan makanan, dan kelompok yang berhubungan dengan nyeri.pada klinis, pengelompokan ini tidak dipergunakan, dan kriteria dispepsia tetap diaplikasikan. Mual dan muntah juga memiliki kriteria sendiri dalam kelompok yang lain yang berbeda diluar dari dispepsia (Chang, 2006). Untuk menegakkan diagnosa, diperlukan data dan pemeriksaan penunjang untuk melihat adanya kelainan organik/struktural, ataupun mengesklusinya untuk menegakkan diagnosa dispepsia fungsional.adapun keluhan tambahan yang mengancam seperti penurunan berat badan, anemia, kesulitan menelan, perdarahan, dan lain-lain mengindikasikan agar dilakukan eksplorasi diagnostic secepatnya.selain radiologi, pemeriksaan yang bisa dilakukan diantaranya adalah laboratorium, endoskopi, manometri esofagogastro-duodenum, dan waktu pengosongan lambung (Djojodiningrat, 2001).
11 digilib.uns.ac.id Pola MakanSehat Ada 2 hal yang terkandung dalam pola makan yang sehat, yaitu makanan yang sehat dan pola makannya.makanan yang sehat yaitu makanan yang di dalamnya terkandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Hardani, 2002).Zat-zat yang dibutuhkan untuk tubuh, khususnya untuk remaja telah dibahas pada tinjauan sebelumnya. Pada pedoman Umum Gizi Seimbang dari Direktorat Gizi masyarakat RI, terdapat 13 pesan dasar, yaitu : 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi 5. Gunakan garam beryodium 6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan 8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Sedangkan pada masyarakat Jepang ada beberapa anjuran kesehatan oleh Departemen Kesehatan Jepang yang tidak jauh berbeda dengan yang
12 digilib.uns.ac.id 24 telah dikemukakan diatas.hal yang penting diantaranya adalah memakan makanan tiga kali sehari dengan porsi yang seimbang, makan jangan berlebihan, jangan lupa makan pagi, dan setelah makan jangan langsung tidur (Hardani, 2002). 6. Pola Makan Remaja Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan mempengaruhi status gizi (Sayogo, 2006). Pada remaja awal, konsep diri remaja ditandai dengan adanya peningkatan kesadaran diri secara eksponen dalam tanggapannya terhadap transformasi somatik pubertas. Kesadaran pada usia ini cenderung berpusat pada karakteristik luar yang berbeda dengan instropeksi pada remaja akhir. Normal pada remaja awal untuk memperhatikan dengan teliti penampilannya dan merasakan bahwa orang lain sedang memandangi mereka juga. Gangguan citra tingkat ringan pada usia ini bersifat universal. Gangguan citra tubuh yang serius seperti anoreksia nervosa, juga cenderung muncul pada usia dini (Nelson, 2000). Saat mencapai puncak kecepatan pertumbuhan, remaja biasanya makan legih sering dan lebih banyak. Sesudah masa growth spurt biasanya mereka akan lebih memperhatikan penampilan dirinya, terutama remaja putri. Mereka sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga
13 digilib.uns.ac.id 25 penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006). Pengembangan sebuah gambaran tentang fisik pibadi yang menyangkut bentuk tubuh dewasa adalah suatu gabungan antara kerja intelektual dan emosional yang berkaitan dengan isu nutrisi.remaja umumnya merasa tidak nyaman dengan perubahan yang pesat pada bentuk tubuh mereka.pada waktu yang bersamaan, mereka sangat dipengaruhi oleh dunia luar, seperti kesempurnaan yang dimiliki teman sebaya ataupun idola mereka.remaja bisa menginginkan satu bagian tubuh yang lebih kecil ataupun lebih besar, ingin tumbuh lebih cepat ataupun lebih lambat.perasaanperasaan seperti ini dapat mengarahkan mereka kepada percobaan untuk merubah bentuk tubuh dengan memanipulasi pola makan mereka (Robert, 2000). 7. Hubungan keteraturan makan terhadap dispepsia Setiap fungsi tubuh mempunyai irama biologis (circadian rhythm) yang jam kerjanya tetap dan sistematis dalam siklus 24 jam per hari. Meskipun sistem pencernaan sendiri memiliki 3 siklus yang secara simultan aktif, namun pada waktu-waktu tertentu masing-masing siklus akan lebih intensif dibandingkan siklus-siklus lainnya. Jika aktivitas salah satu siklus terhambat, aktivitas siklus berikutnya juga ikut terhambat. Hambatan ini besar pengaruhnya terhadap proses metabolisme (Soehardi, 2004).
14 digilib.uns.ac.id 26 Menurut Annisa (2009, dikutip dari Iping, 2004), jeda waktu makan yang baik berkisar 4-5 jam.jeda waktu makan yang lama dapat mengakibatkan sindroma dispepsia. Salah satu faktor yang berperan pada kejadian dispepsia dintaranya adalah pola makan dan sekresi cairan asam lambung (Djojodiningrat, 2001).Selain jenis-jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan makan seperti kebiasaan makan yang buruk, tergesa-gesa, dan jadwal tidak teratur dapat menyebabkan dispepsia (Eschleman, 1984). Penyebab timbulnya dispepsia diantarnya adalah faktor diet dan lingkungan, serta sekresi cairan asam lambung (Djojodiningrat, 2001).Asam lambung adalah cairan yang dihasilkan lambung yang bersifat iritatif dengan fungsi utama untuk pencernaan dan membunuh kuman yang masuk bersama makanan (Redaksi, 2009). Selain faktor asam, efek proteolitik pepsin sesuai dengan sifat korotif asam lambung yang disekresikan merupakan komponen integral yang menyebabkan cedera jaringan.kebanyakan agen yang merangsang sekresi asam lambung juga meningkatkan sekresi pepsinogen.walaupun sekresi asam lambung dihambat, sekretin tetap merangsang sekresi pepsinogen (Horrison, 2000). Makanan yang sulit dicerna dapat memperlambat pengosongan lambung.hal ini menyebabkan peningkatan peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan asam lambung.makanan yang secara langsung merusak dinding lambung yaitu makan yang mengandung cuka dan pedas,
15 digilib.uns.ac.id 27 merica, dan bumbu yang merangsang dapat menyebabkan dispepsia (Firman, 2011). Produksi asam lambung berlangsung secara terus-menerus sepanjang hari (Redaksi, 2009).Penghasilan asam lambung diantaranya dipengaruhi oleh pengaturan sefalik, yaitu pengaturan oleh otak. Adapun makanan dalam mulut secara reflek akan merangsang sekresi lambung. Pada manusia, melihat dan memikirkan makanan dapat merangsang sekresi asam lambung (Ganong, 2003).Selain pengaruh sefalik sekresi asam lambung interdigestif atau basal dapat dipertimbangkan untuk menjadi tahapan sekresi.tahap ini tidak berhubungan dengan makan, mencapai puncaknya sekitar tengah malam dan titik terendahnya kira-kira pukul 7 pagi (Harrison, 2000). Peningkatan sekresi asam lambung yang melampaui akan mengiritasi mukosa lambung, dimana efek-efek korosif asam dan pepsin lebih banyak dari pada efek protektif pertahanan mukosa (McGuigan, 1995). Karena itu, tindakan remaja melaparkan diri salah satunya dapat mencetuskan sekresi asam lambung, dimana bila dilakukan berulang-ulang akan dapat mengiritasi mukosa lambung sendiri. Hal-hal demikian dapat menyebabkan terjadinya rasa tidak nyaman yang berakhir pada sindroma dispepsia. Sindroma dispepsia: sindroma dispepsia merupakan kumpulan yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh atau cepat kenyang dan sendawa. Pengukuran dilakukan dengan metode angket sesuai keluhan spesifik yang terpapar pada kriteria diagnose dispepsia fungsional berdasarkan Room Criteria III.
16 digilib.uns.ac.id 28 Penilaian sindroma dispepsia posistif adalah: terdapatnya jawaban (tidak teratur) pada 1 atau lebih dari pertanyaan 4-10 ataupun 2 atau lebih dari seluruh pertanyaan. 8. Konsentrasi Belajar Konsentrasi adalah suatu kemampuan atau kondisi dimana seseorang dapat mengarahkan pikirannya pada hal-hal yang sedang dihadapi, misalnya dalam hal mempelajari suatu materi pelajaran (Suhadi, 2010). Semakin banyak informasi yang harus diserap oleh siswa maka kemampuan berkonsentrasi mutlak dimiliki dalam mengikuti proses belajar, banyak cara yang ditawarkan oleh beberapa ahli bagaimana meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar misalnya dengan cara membangkitkan gelombang Alfa agar setiap siswa dapat berkonsentrasi dengan santai (DePorter, dkk, 2000). Mengatur posisi tubuh pada saat belajar dan mempelajari materi atau informasi sesuai dengan kecenderungan modalitas belajar siswa itu sendiri.kemampuan konsentrasi siswa dipengaruhi oleh modalitas belajar siswa (Yoenanto, 2003). Sebenarnya, setiap orang mampu berkonsentrasi, hanya kadangkadang kemampuan itu hilang atau menurun, karena lupa waktu, dan kehilangan kontrol terhadap apa saja yang terjadi di sekeliling anda pada saat sedang melakukan sesuatu, lalu tiba-tiba anda tersadar, bahwa anda telah begitu terfokus pada suatu hal dan mengabaikan yang lainnya (Suhadi, 2010).
17 digilib.uns.ac.id 29 Suhadi, 2010 juga mengatakan : Sebaliknya, anda pernah pula mencoba memusatkan perhatian dan pikiran anda pada suatu hal, tapi pada kenyataannya, pikiran dan perhatian anda mengembara ke mana-mana. Ini adalah contoh dan juga bukti bahwa anda dapat kehilangan konsentrasi. Hal ini juga sering terjadi pada siswa, itulah mengapa sebabnya kita perlu melatih dan memfasilitasi konsentrasi untuk mereka sehingga proses belajar mereka menjadi lebih efekti. Kemampuan siswa dalam berkonsentrasi sangat bergantung pada beberapa faktor, diantaranya (Suhadi, 2010); a. Komitmen b. Antusiasme terhadap tugas c. Keterampilan atau pengetahuan yang dimiliki untuk mengerjakan tugas d. Keadaan fisik dan emosional siswa e. Keadaan psikologis siswa f. Lingkungan belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan Prestasi adalah yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Mengenai prestasi belajar, Suryabrata membagi ke dalam dua bagian, yaitu pertama, hasil belajar siswa adalah penguasaan kecakapan yang diusahakan secara sengaja dalam suatu waktu dan satuan bahan tertentu. Kedua, hasil belajar perbedaan antara kecakapan pada awal dan akhir proses belajar (Suryabrata, 1975). Di sekolah hasil belajar dinyatakan dalam angka-angka (nilai) dalam semua mata pelajaran yang diberikan.jadi bentuk angka (nilai) ini merupakan
18 digilib.uns.ac.id 30 lambing untuk prestasi (hasil belajar siswa).adapun yang dimaksud dengan hasil belajar siswa menurut Nana Sudjana adalah Seperangkat nilai-nilai yang diperoleh peserta didik setelah melalui evaluasi yang didapat yaitu hasil belajar tingkat kognitif (Sujana, 1988). Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dengan prestasi belajar atau hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti suatu proses belajar, hasil belajar merupakan umpan balik yang diberikan oleh peserta didik. Hasil belajar yang diperoleh tidak hanya sekedar berupa pengetahuan melainkan juga dapat berbentuk perilaku yang ditunjukkan siswa. Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar.dalam hal ini orang tua memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya, karena pandangan hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang tuanya. Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan.sifat dan tabi at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga lain (Hasbullah, 1996). Yang termasuk faktor ini antara lain adalah : 1. Bimbingan dan didikan orang tua Orang tua yang tidak tahu atau kurang memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar, anak-anak memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa dan tanggung jawab
19 digilib.uns.ac.id 31 belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang bekerja dapat mengakibatkan anak tidak memperolah bimbingan atau pengawasan dari orang tuanya, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar. 2. Hubungan orang tua dan anak Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak.kasih saying dari orang tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih saying akan menimbulkan emosional insecurity. Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar apabila tidak ada atau kurangnya ksih saying dari orang tua. 3. Suasana rumah atau keluarga Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh, mengakibatkan anak tidak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sukar belajar. 9. Lingkungan Belajar Lingkungan itu mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosio-kultural (Dalynono, 2007). Menurut Hamalik (2004),Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu.lingkungan adalah segala sesuatu yang disekeliling manusia yang dapat mempengaruhi tingkah laku secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan adalah jumlah semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam ruang yang kita tempati.kehidupan manusia selalu
20 digilib.uns.ac.id 32 berhubungan dengan lingkungan yang didalamnya diperlukan suatu interaksi antara sesama manusia (Imam Supardi, 2003). Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencakup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial, kedua aspek lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran haruslah saling mendukung, sehingga siswa krasan di sekolah dan mau mengikuti proses pembelajaran secara sadar dan bukan karena tekanan ataupun keterpaksaan (Muhammad Saroni, 2006). Lingkungan belajar sangat berperan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.lingkungan tersebut dapat meningkatkan keaktifan belajar, oleh karena itu lingkungan belajar perlu ditata semestinya (Djati Sidi, 2005). Slameto (2003), mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.lingkungan yang pertama yaitu lingkungan keluarga.keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama pra sekolah yang dikenal anak pertama kali dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Lingkungan keluarga adalah segenap stimulus interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perilaku ataupun karya orang lain yang berada di sekitar sekelompok orang yang terikat oleh darah, perkawinan, atau adopsi. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh siswa karena lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama bagi perkembangan seorang anak. Di dalam keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk pertama kalinya.
21 digilib.uns.ac.id 33 Lingkungan keluarga terdiri dari : 1. Cara orang tua mendidik Peran orang tua dapat dilihat dari bagaimana orang tua tersebut dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang ditanamkan agar mendorong semangat anak untuk belajar. 2. Relasi antara anggota keluarga Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orang tua dengan anaknya atau dengan anak anggota yang lain. 3. Suasana rumah Agar rumah menjadi tempat belajar yang baik maka perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram. Suasana tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga tercipta hubungan yang harmonis antara orang tua dengan anak atau anak dengan anggota keuarga yang lain. 4. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak.anak yang sedang beelajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya juga membutuhkan fasilitas belajar. 5. Perhatian orang tua Anak perlu mendapat dorongan dan perhatian orang tua.kadangkadang anak menjadi lemah semanga, maka orang tua wajib memberi perhatian dan mendorongnya membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak sekolah.
22 digilib.uns.ac.id 34 Lingkungan belajar kedua adalah lingkungan sekolah.menurut Yusuf (2001),sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mangembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.lingkungan sekolah jumlah semua benda mati serta seluruh kondisi yang ada didalam lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan membantu siswa mengembangkan potensinya. Menurut Slameto (2003), faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pembelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Menurut Munib (2004), secara umum lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya keadaan dan mahluk hidup, termaksut manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perilaku kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan pendidikan menurut Purwanto (2004), digolongkan menjadi tiga, yaitu : 1. Lingkungan keluarga, yang disebut juga lingkungan pertama. 2. Lingkungan sekolah, yang disebut lingkungan kedua. 3. Lingkungan masyarakat, yang disebut juga lingkungan ketiga. Hamalik (2004), lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan
23 digilib.uns.ac.id 35 merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar/pembelajaran/ pendidikanterdiri dari sebagai berikut : 1. Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat baik kelompok besar atau kelompok kecil. 2. Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya. 3. Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar. 4. Lingkungan kultur mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sumber belajar yang dapat menjadi faktor pendukung pengajaran. Dalam konteks ini termasuk sistem nilai, norma, dan adat kebiasaan. Hamalik (2004), juga mengemukakan bahwa suatu lingkunganpendidikan / pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Fungsi psikologis Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang menunjukkan tingkah laku tertentu. 2. Fungsi pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-lembaga sosial.
24 digilib.uns.ac.id Fungsi Instruksional Program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan tingkah laku siswa. Lingkungan yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.lingkungan keluarga terdiri dari orang tua, suasana rumah, dan keadaan ekonomi keluarga. Lingkungan sekolah terdiri dari cara penyajian yg tidak menarik, hubungan guru dengan murid, hubungan anak dengan anak, bahan pelajaran yang terlalu tinggi, alat-alat belajar di sekolah, jam-jam pelajaran yang kurang baik. Lingkungan masyarakat yang terdiri dari mass media, teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan corak kehidupan tetangga(aqib, 2002). Menurut Syah (2006), lingkungan belajar sebagai faktor eksternal siswa yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu sebagai berikut : 1. Lingkungan sosial Lingkungan sosial di sekolah adalah seluruh warga sekolah, baik itu guru, karyawan maupun teman-teman sekelas, dan semua dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Lingkungan sosial siswa di rumah antara lain masyarakat, tetangga, dan juga temanteman bergaul siswa di rumah yang mempunyai andil cukup besar dalam mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan sosial yang dominan dalam mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga itu sendiri.bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam
25 digilib.uns.ac.id 37 keluargaakan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian setiap manusia. 2. Lingkungan non sosial Lingkungan non sosial siswa yang mempengaruhi terhadap belajar diantaranya adalah gedung sekolah dan letaknya, ruang tempat tinggal siswa, alat-alat belajar, keadaan belajar dan waktu belajar siswa, serta mass media. Adapun yang termaksut dalam mass media adalah bioskop, radio, televise, surat kabar, majalah, buku-buku, dan sebagainya. Diantara mass media tersebut yang berpengaruh besar terhadap belajar anak adalah televisi. Lingkungan belajar dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada disekitar siswa baik lingkungan sosial maupun lingkungan non sosial yang berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Lingkungan sosial terdiri dari cara orang tua mendidik anak, keadaan ekonomi keluarga, masyarakat disekitar tempat tinggal siswa, teman bergaul siswa, dan hubungan siswa dengan siswa, sedangkan yang termaksut dalam lingkungan non sosial adalah suasana rumah, siaran televise, serta keadaan gedung dan suasana rumah. Lingkungan selalu mengitari manusia dari waktu dilahirkan sampai meninggalnya, sehingga antara lingkungan dan manusia terdapat hubungan timbal balik dalam artian lingkungan mempengaruhi manusia dan manusia mempengaruhi lingkungan. Begitu pula dalam proses belajar mengajar, lingkungan merupakan sumber belajar yang banyak berpengaruh dalam proses belajar maupun perkembangan anak. Kondisi lingkungan yang kondusif baik
26 digilib.uns.ac.id 38 lingkungan rumah, lingkungan sekolah, maupun lingkungan masyarakat akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan bagi siswa dalam belajar, sehingga akan dapat mendukung kegiatan belajar dan siswa akan lebih mudah untuk mencapai prestasi maksimal. B. Penelitian yang Relevan 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 449 siswa usia tahun, tahun 2001 Rashetnikov menyatakan bahwa remaja perempuan lebih banyak menderita dispepsia dibandingkan dengan remaja laki-laki, yaitu 27% dan 16%. Berdasarkan penelitian tentang gejala gastrointestinal yang dilakukan oleh Reshetnikov kepada 1562 orang dewasa, jeda antara jadwal yang lama dan ketidakteraturan makan berkaitan dengan gejala dispepsia. Pada penelitian ini juga ditemukan perbedaan antara pola makan dan pengaruhnya terhadap gejala gastrointestinal pada pria dan wanita (Reshetnikov, 2007). 2. Mendukung hasil penelitian diatas, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ervianti pada 48 0rang subyek tentang facktor yang berhubungan dengan kejadian sindroma dispepsia, didapatkan salah satu faktor yang berhubungan dengan sidroma dispepsia adalah keteraturan makan (Ervianti, 2008). 3. Remaja putri sering kali terlalu ketat dalam pengaturan pola makan dalam menjaga penampilannya sehingga dapat mengakibatkan kekurangan gizi. Tindakan remaja ini mencakup manipulasi jadwal makan dan menyebabkan terjadi jeda waktu yang panjang antara jadwal makan (Sayogo, 2006).
27 digilib.uns.ac.id Selain itu, pola diet banyak dilaporkan secara konsisten pada remaja wanita yang mencoba untuk melakukan diet. Pada survey nasional di sebuah sekolah menengah atas, 44% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki mencoba untuk menurunkan berat badan. Sebagai tambahan, 26% remaja perempuan dan 15% remaja laki-laki dilaporkan mencoba menjaga agar berat badan mereka tidak bertambah (Robert, 2000). C. Kerangka Pemikiran Ketidakteraturan makan Jenis Makanan Dispepsia Lingkungan belajar Di rumah Konsentrasi Belajar Gambar 2.4 Kerangka Berpikir Dari bagan diatas dapat dijelaskan bahwa ketidakteraturan makan akan berpengaruh terhadap dispepsia dimana dispepsia juga akan dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Dispepsia sendiri kemungkinan akan mempengaruhi konsentrasi belajar pada siswa. Dimana konsentrasi belajar pada siswa selain dipengaruhi oleh dispesia
28 digilib.uns.ac.id 40 juga akan dipengaruhi oleh lingkungan belajar siswa di rumah dan ketidakteraturan pola makan. D. Hipotesis 1. Ada hubungan antara keteraturan makan dengan dispepsia pada siswa.siswa yang makannya tidak teratur lebih besar kemungkinan dispepsia. 2. Ada hubungan antara dispepsia dengan konsentrasi belajar pada siswa.siswa dengan dispepsia lebih besar kemungkinan mengalami gangguan konsentrasi belajar dari pada tanpa dispepsia. 3. Ada hubungan ketidakteraturan makan dengan konsentrasi belajar pada siswa.siswa dengan tidak teratur makan lebih besar kemungkinan mengalami gangguan konsentrasi belajar dari pada siswa dengan keteraturan makan.
BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa keluhan nyeri, perasaan tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan seperti rasa penuh
Lebih terperinciHUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PEREMPUAN DI SMA PLUS AL-AZHAR MEDAN A N N I S A
HUBUNGAN KETIDAKTERATURAN MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PEREMPUAN DI SMA PLUS AL-AZHAR MEDAN Oleh: A N N I S A 060100088 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Annisa : Hubungan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Jenis Kelamin Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden (51 orang) adalah perempuan. Perempuan lebih mudah merasakan adanya serangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi salah satu penyebab terjadinya gangguan pencernaan. Salah satunya dispepsia. Dispepsia adalah istilah yang dipakai untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehatnya, khususnya pada pola makannya sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dan khususnya sebagai generasi penerus bangsa tidak luput dari aktifitas yang tinggi. Oleh sebab itu, mahasiswa diharapkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ansietas 2.1.1. Definisi Kecemasan atau ansietas adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013
JURNAL KESEHATAN HOLISTIK Vol 8, No 2, April 2014 : 94-98 HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN SINDROMA DISPEPSIA REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KARYA PENGGAWA KABUPATEN PESISIR BARAT TAHUN 2013 Rohani 1, M. Ricko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan kasus-kasus penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan yang belum terselesaikan, dan terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dispepsia 2.1.1 Definisi Dispepsia Menurut Grace & Borley (2006), dispepsia merupakan perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen bagian atas atau dada bagian bawah. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual, kembung, muntah, rasa penuh (begah) atau cepat kenyang, sendawa, rasa
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak,
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang paling sering terjadi akibat ketidakteraturan makan, misalnya makan terlalu banyak, cepat dan makan makanan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pola makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau pun kondisi setempat antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gangguan mual-mual, perut keras bahkan sampai muntah (Simadibrata dkk,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah adanya perasaan nyeri dan tidak nyaman yang terjadi di bagian perut atas ditandai dengan rasa penuh, kembung, nyeri, beberapa gangguan mual-mual, perut
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang sedang kita hadapi saat ini dalam pembangunan kesehatan adalah beban ganda penyakit, yaitu disatu pihak
Lebih terperinciHIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:
HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah,
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. DEFINISI DISPEPSIA Istilah dispepsia berkaitan dengan makanan dan menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pekerjaan serta problem keuangan dapat mengakibatkan kecemasan pada diri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perubahan dalam kehidupan manusia dapat menimbulkan stress. Stress yang dialami seseorang dapat menimbulkan kecemasan yang erat kaitannya dengan pola hidup. Akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami dispepsia (Djojoningrat, 2009). 21% penderita terkena dispepsia dimana hanya 2% dari penderita yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut penuh,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penyakit lambung/maag sudah banyak timbul di masyarakat dengan keluhan perut yang sakit, perih, atau kembung. Namun penyakit maag tidak seperti yang diketahui
Lebih terperinciLesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh
V. PEMBAHASAN UMUM Lesi mukosa akut lambung akibat efek samping OAINS/Aspirin merupakan kelainan yang sering ditemukan. Prevalensi kelainan ini sekitar 70 persen sedangkan pada 30 persen kasus tidak didapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum
Lebih terperinciDr. Ir. Ch. Wariyah,M.P.
Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P. SILABUS Pada kuliah ini akan dibahas mengenai kebutuhan dan kecukupan gizi termasuk kecukupan gizi berbagai kelompok fisiologis sesuai dengan daur kehidupan. Faktor-faktor yang
Lebih terperinciKeluhan dan Gejala. Bagaimana Solusinya?
Faktor psikis atau kejiwaan seseorang bisa pula meningkatkan produksi asam lambung. Selain itu penyakit maag juga bisa disebabkan insfeksi bakteri tertentu, misalnya helicobacter pylori yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Penelitian Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia didefinisikan sebagai kumpulan
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PENCERNAAN MANUSIA Salah satu ciri mahluk hidup adalah membutuhkan makan (nutrisi). Tahukah kamu, apa yang
Lebih terperinciSINDROMA DISPEPSIA. Dr.Hermadia SpPD
SINDROMA DISPEPSIA Dr.Hermadia SpPD Pendahuluan Dispepsia merupakan keluhan klinis yg sering dijumpai Menurut studi berbasis populasi tahun 2007 peningkatan prevalensi dispepsia fungsional dr 1,9% pd th
Lebih terperinciPENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI
PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PENYAKIT GASTRITIS DI RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI Muhammad Mudzakkir, M.Kep. Prodi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UN PGRI Kediri muhammadmudzakkir@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM A.PENGERTIAN Ulkus peptikum merupakan keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia yang mengarah modern ditandai gaya hidup yang tidak sehat seperti mengkonsumsi makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung, seperti:
Lebih terperinciLAPORAN PENDAHULUAN. memperlihatkan iregularitas mukosa. gastritis dibagi menjadi 2 macam : Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
LAPORAN PENDAHULUAN A. KONSEP MEDIK 1. DEFINISI Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami definisi, penyebab, mekanisme dan patofisiologi dari inkontinensia feses pada kehamilan. INKONTINENSIA
Lebih terperinciSistem Pencernaan Manusia
Sistem Pencernaan Manusia Sistem pencernaan pada manusia terdiri atas beberapa organ yang berawal dari mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar dan anus. Pada sistem pencernaan manusia terdiri
Lebih terperinciSatuan Acara penyuluhan (SAP)
Lampiran Satuan Acara penyuluhan (SAP) A. Pelaksanaan Kegiatan a. Topik :Gastritis b. Sasaran : Pasien kelolaan (Ny.N) c. Metode : Ceramah dan Tanya jawab d. Media :Leaflet e. Waktu dan tempat : 1. Hari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian atas atau dada bagian bawah. Salah cerna (indigestion) mungkin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Dispepsia 1.1 Defenisi Dispepsia Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman atau nyeri pada abdomen bagian atas atau dada bagian bawah. Salah cerna (indigestion) mungkin digunakan
Lebih terperinciRongga Mulut. rongga-mulut
Sistem pencernaan makanan pada manusia terdiri dari beberapa organ, berturut-turut dimulai dari 1. Rongga Mulut, 2. Esofagus 3. Lambung 4. Usus Halus 5. Usus Besar 6. Rektum 7. Anus. Rongga Mulut rongga-mulut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu
Lebih terperinciKanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved
Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari
Lebih terperinciABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN
ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN PASIEN GASTRITIS TERHADAP PENGGUNAAN TERAPI KOMBINASI RANITIDIN DAN ANTASIDA DI PUSKESMAS S. PARMAN BANJARMASIN Deisy Octaviani 1 ;Ratih Pratiwi Sari 2 ;Soraya 3 Gastritis merupakan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia Menurut Almatsier tahun 2004, dispepsia merupakan istilah yang menunjukkan rasa nyeri atau tidak menyenangkan pada bagian atas perut. Kata dispepsia berasal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gastritis adalah peradangan pada lapisan lambung. Banyak hal yang dapat menyebabkan gastritis. Penyebabnya paling sering adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori
Lebih terperinciPembahasan Video :http:// :1935/testvod/_definst_/mp4:(21). 8 SMP BIOLOGI/4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA/BIO mp4/manifest.
1. Perhatikan gambar sistem pencernaan berikut! SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL Enzim pepsin dihasilkan oleh bagian yang benromor... 1 2 3 4 Kunci Jawaban : B Enzim
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan UKDW. dys- (buruk) dan peptin (pencernaan) (Abdullah,2012). Dispepsia merupakan istilah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Dispepsia merupakan salah satu gangguan yang diderita oleh hampir seperempat populasi umum di negara industri dan merupakan salah satu alasan orang melakukan konsultasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis
Lebih terperinciNutrition in Elderly
Nutrition in Elderly Hub gizi dg usia lanjut Berperan besar dalam longevity dan proses penuaan Percobaan pada tikus: restriksi diet memperpanjang usia hidup Menurunkan peny kronis Peningkatan konsumsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya taraf hidup manusia dewasa ini, maka kebutuhan akan berbagai hal juga mengalami peningkatan seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan, kesehatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan
Lebih terperinciMengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan
Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan
Lebih terperinciTips Mengatasi Susah Buang Air Besar
Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri
Lebih terperinciEATING DISORDERS. Silvia Erfan
EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada setiap individu (Schmidt-Martin dan Quigley, 2011; Mahadeva et al., 2012).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia adalah kumpulan gejala penyakit saluran cerna bagian atas yang mengenai lebih dari 29% individu dalam suatu komunitas dan gejalanya bervariasi pada setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya
Lebih terperinciKESULITAN MAKAN PADA ANAK. Oleh : Dr. Djoko Sunarjo, Sp.A.
KESULITAN MAKAN PADA ANAK Oleh : Dr. Djoko Sunarjo, Sp.A. 1 KESULITAN MAKAN PADA ANAK Dr. H. Djoko Sunarjo, Sp.A. PENDAHULUAN Pada bayi dan anak sehat makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang sederhana
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.
Lebih terperincihiperacidity. Adapun jenis-jenis dispepsia organik yaitu
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Dispepsia a. Definisi Dispepsia Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan) (Bonner, 2006). Dispepsia menggambarkan keluhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa nyeri atau ketidaknyamanan yang berpusat di perut bagian atas. Rasa tidak nyaman secara spesifik meliputi rasa cepat
Lebih terperinciUPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009
BAB V KOLESTEROL TINGGI Kolesterol selalu menjadi topik perbincangan hangat mengingat jumlah penderitanya semakin tinggi di Indonesia. Kebiasaan dan jenis makanan yang dikonsumsi sehari-hari berperan penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat pada perut bagian atas. Menurut kriteria Roma III, dispepsia kronis didefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, ransangan, atau kombinasi halhal tersebut untuk mengidentifikasi barang atau jasa seseorang atau sekelompok penjual dan untuk
Lebih terperinciBULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating
Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN GASTRITIS PADA LANSIA PENGERTIAN Suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. (Mizieviez). ETIOLOGI 1. Faktor
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi merupakan pencapaian akan usaha seseorang yang diperoleh
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Prestasi Belajar 2.1.1 Definisi Prestasi merupakan pencapaian akan usaha seseorang yang diperoleh melalui perbuatan belajar dapat berupa tingkah laku nyata dan perbuatan tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lambung merupakan organ yang vital bagi tubuh yang cukup rentan cidera atau terluka. Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja lambung adalah asupan makanan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh tubuh tidak mampu memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan tidak efektif dari produksi insulin,
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2. Parotitis. Diare. Apendisitis. Konstipasi
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.2 1. Kelainan yang terjadi karena ada sisa makanan di usus buntu, sehingga lama kelamaan terjadi peradangan adalah... Parotitis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan klinik yang sering dijumpai dalam praktek praktis sehari-hari.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindroma dispepsia merupakan keluhan/kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat kenyang, rasa perut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai kesatuan antara jasmani dan rohani, manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat mencapai suatu keseimbangan atau suatu keadaan
Lebih terperinciSeimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang
Seimbangkan Kadar Gula Darah Anda Sekarang Seimbangkan kadar gula darah anda sekarang. Apa yang anda ketahui dengan gula darah? Didefinisikan dengan banyaknya kandungan gula atau glukosa dalam darah anda.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 DISPEPSIA 2.1.1 DEFINISI Dalam konsensus Roma II tahun 2000, disepakati bahwa definisi dispepsia sebagai berikut; Dyspepsia refers to pain or discomfort centered in the upper
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN
PENELITIAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN PENCERNAAN Putri Wulansari*, Heni Apriyani** *Alumni Poltekkes Tanjungkarang **Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang Penyakit gastrointestinal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa, rasa cepat kenyang,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dispepsia Dispepsia merupakan isitilah yang digunakan untuk suatu sindrom (kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati (daerah lambung),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk membantu seorang pakar/ahli dalam mendiagnosa berbagai macam
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi yang sangat pesat, pada bidang kedokteran saat ini juga telah memanfatkan teknologi untuk membantu peningkatan pelayanan yang lebih
Lebih terperinciGIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes
GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperincic. Turunnya fungsi otak membawa akibat terjadinya perubahan kepribadian anak. Secara keseluruhan gizi buruk yang terjadi pada anak diusia muda
GIZI DAUR HIDUP 1. Aspek Gizi Dalam Pertumbuhan Fisik Sel telur yang telah dibuahi dalam rahim ibu, pada proses selanjutnya akan tumbuh dan berkembang sehingga mencapai tingkatan yang telah memungkinkan
Lebih terperinci12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG
12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Terjadi banyak perubahan baik fisik yaitu pertumbuhan yang sangat cepat (growth spurt) dan perubahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Dispepsia Dispepsia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (buruk) dan peptein (pencernaan). Istilah dispepsia mulai gencar dikemukakan sejak akhir tahun 1980-an,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari normal, anemia merefleksikan eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi dan anemia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis atau lebih dikenal dengan istilah maag merupakan suatu keadaan peradangan pada mukosa lambung. Gejala umum pada penyakit gastritis yaitu rasa tidak nyaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan penurunan fungsi organ tubuh, maka resiko terjadinya penyakit degeneratif akan meningkat. Penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lansia antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung yang paling mengangguan kesehatan dan sering dijumpai di klinik karena diagnosanya hanya berdasarkan
Lebih terperinciIngatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men
Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menyimpulkan, sebaiknya makanan pendamping (MP) ASI diberikan paling cepat pada usia 6 bulan. Hal ini sesuai dengan anjuran WHO untuk memberikan ASI eksklusif selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berjalan lambat. Pada masa ini seorang perempuan mengalami perubahan, salah satu diantaranya adalah menstruasi (Saryono, 2009).
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan perubahan psikologis yang meliputi proses transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Pada perempuan,
Lebih terperinci