BAB II KAJIAN TEORI. A. Kajian Teori. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah
|
|
- Handoko Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kemampuan Penalaran Matematis Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui (Surajiyo, 2006: 20). Penalaran ada dua jenis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif : a) Penalaran Induktif Menurut Santrock (2010) penalaran induktif adalah penalaran dari hal-hal spesifik ke umum. Surajiyo (2006) juga menyatakan bahwa penalaran induktif merupakan suatu bentuk penalaran yang menyimpulkan suatu proposisi umum dari sejumlah proposisi khusus. Jadi penalaran induktif merupakan penarikan kesimpulankesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menyatakan hal tersebut kedalam hal yang bersifat umum. Beberapa kegiatan yang tergolong pada penalaran induktif adalah sebagai berikut : 7
2 8 1) Transduktif Transduktif adalah menarik kesimpulan dari satu kasus atau sifat khusus yang satu diterapkan pada kasus lainnya. Penalaran transduktif merupakan bentuk penalaran induktif yang paling sederhana. Transduktif dalam matematika dapat diartikan sebagai penarikan kesimpulan matematis dari suatu kasus matematika yang diterapkan pada kasus matematika lain, 2) Generalisasi Menurut Keraf (2007) menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual untuk menurunkan suatu inferensi yang bersifat umum yang mencakup suatu fenomena. Artinya, siswa akan mampu mengadakan generalisasi yaitu menangkap ciri-ciri atau sifat umum yang terdapat dari hal-hal khusus. Jika siswa telah memiliki kosep, kaidah, prinsip (kemahiran intelektual) dan siasat-siasat untuk memecahkan persoalan tersebut. Secara umum generalisasi dalam matematika yaitu penerapan matematis dari suatu kasus matematika lain yang memiliki kesamaan matematis. 3) Analogi Menurut Ahmad & Supriyono (2004) kesimpulan analogis adalah kesimpulan yang ditarik dengan cara membandingkan situasi 8
3 9 yang satu dengan yang lain. Keraf (2007) berpendapat bahwa analogi atau kadang-kadang disebut juga analogi induktif adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa analogi dalam matematika adalah membandingkan dua hal matematis yang berlainan, namun memiliki kriteria matematis yanga sama. Maka analogi yang dicari yaitu kemiripan dari dua hal yang berbeda dan menarik kesimpulan dari dasar kemiripan tersebut. 4) Hubungan kausal Hubungan kausal (sebab dan akibat) adalah suatu keadaan atau kejadian yang menimbulkan atau kejadian yang lain. Hubungan antara sebab dan akibat tersebut bukan hubungan urutan biasa atau hubungan yang kebetulan. Dalam hubungan kausal dapat dibedakan menjadi dua kondisi yaitu kondisi mutlak (necessary condition) dan kondisi memadai (sufficient condition). 5) Memperkirakan jawaban, solusi atau kecenderungan interpolasi dan ekstrapolasi. 6) Memberi penjelasan terhadap model, fakta, sifat, hubungan, atau pola yang ada. b) Penalaran Deduktif 9
4 10 Santrock (2010: 358) mengatakan penalaran deduktif merupakan penalaran dari umum ke khusus. Surajiyo, Astanto dan Andini (2006: 63) juga menyatakan bahwa penalaran deduktif merupakan mengambil suatu kesimpulan yang hakekatnya sudah tercakup diproporsisi atau lebih. Jadi penalaran deduktif merupakan penarikan kesimpulankesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum kemudian menyatakan hal tersebut kedalam hal yang berdifat khusus. Menurut Sumarno dan Hendriani (2014) ada kegiatan yang tergolong kedalam penalaran deduktif yaitu: a. Melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu. b. Menarik kesimpulan logis (penalaran logis) berdasarkan aturan inferensi, berdasarkan proporsi yang sesuai, berdasarkan peluang, korelasi antara dua variabel, menetapkan kombinasi beberapa variabel. c. Menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung, dan pembuktian dengan induksi matematika. d. Menyusun analisis dan sintesis beberapa kasus. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa penalaran matematis merupakan proses berfikir logis dan sistematis dari fakta-fakta yang ada untuk memperoleh kesimpulan dari kumpulan informasi. Ada dua jenis penalaran matematis, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif yaitu penalaran dari hal yang 10
5 11 spesifik ke umum, sedangkan penalaran deduktif merupakan penalaran dari hal yang umum ke spesifik. Berdasarkan uraian mengenai kedua penalaran tersebut, maka di dapat disimpulkan indikator yang terkait yaitu sebagai berikut : 1) Mampu menentukan pola untuk menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan memodifikasi rumus kedalam beberapa bentuk sehingga mampu mewakili bentuk umumnya. 2) Mampu melakukan analogi atau melakukan generalisasi matematika. Kemampuan untuk menarik kesimpulan dengan cara membandingkan situasi yang satu dengan situasi yang lain. 3) Mampu menganalisis soal cerita kedalam bentuk matematika. Melakukan proses analisis soal cerita kedalam bentuk matematika untuk memudahkan suatu perhitungan. 4) Mampu menentukan jawaban dan proses solusi. Kemampuan memberikan penguatan pada suatu pernyataan yang sudah diketahui kebenarannya. 5) Mampu melaksanakan perhitungan berdasarkan aturan atau rumus tertentu. Kemampun menempatkan suatu aturan atau rumus kedalam suatu permasalahan dengan tepat. 6) Mampu menarik kesimpulan logis. 11
6 12 Proses menyusun bukti-bukti dalam suatu pernyataan sehingga terbentuk dalah satu kalimat singkat, padat, dan jelas yang disebut sebagai kesimpulan. 2. Rasa Percaya Diri Siswa Menurut Prasetyono (2014: 97) percaya diri adalah sikap dimana individu-idividu memiliki pandangan positif, namun juga realistis, serta pandangan tentang diri dan situasi mereka. Sikap tersebut berarti bahwa orangorang yang percaya diri mampu menempatkan kepercayaan terhadap kemampuan dan keputusan mereka. Orang yang percaya diri bukan berarti dapat melakukan segalanya. Tetapi orang yang percaya diri dapat bersikap positif dan membuat situasi terbaik untuk mereka. Percaya diri memiliki beberapa definisi, antara lain : a. Keyakinan dan percaya diri terhadap kemampuan seseorang, b. Yakin akan nilai kepercayaan atau kopetensi orang lain, c. Kesepakatan bahwa informasi tidak dibocorkan, seperti ungkapan rahasia. Berikut merupakan indikator percaya diri, yaitu : a. Bersifat lebih independen, tidak terlalu tergantung pada orang lain. b. Mampu memikul tanggung jawab yang diberikan. c. Bisa menghargai diri dan usahanya sendiri. d. Tidak mudah mengalami frustasi. e. Mampu menerima tantangan atau tugas baru. 12
7 13 f. Memiliki emosi yang lebih hidup, tetapi tetap stabil. g. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain. Utsman (2005) juga menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan perasaan bahagia yang dirasakan oleh anak, dan kebahagiaan itu sendiri terletak pada perasaan aman dan tentram. Ketika anak kehilangan rasa percaya diri, maka dia mudah untuk terombang-ambing, dan selalu merasa bahwa orangorang selalu mengawasi dan melecehkannya. Selain itu, dia selalu mempunyai perasaan rendah diri, tidak setara dengan orang lain, selalu ragu-ragu, malu, dan tidak mempunyai keberanian untuk menghadapai manusia. Dia juga mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan mengucilkan dirinya dari lingkungan sekitar, maka dari itu rasa percaya diri untuk seseorang itu sangatlah penting. Berdasarkan dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa percaya diri merupakan perasaan percaya pada diri sendiri dan mampuan menerapkan kepercayaan itu pada kemampun dan keputusan mereka, sehingga seseorang akan mampu memikul tanggung jawab yang diberikan, bisa menghargai diri dan usahanya sendiri, tidak mudah mengalamu frustasi, mudah berkomunikasi dan membantu orang lain, mampu menerima tantangan atau tugas baru, serta memiliki emosi yang lebih hidup tetapi stabil. 3. Brain Based Learning (Pembelajaran Berbasis Otak) Otak adalah organ paling kompleks yang kita miliki. Jumlah sel sangat variasi di antara manusia, tetapi secara umum dikatakan, otak seseorang 13
8 14 mengandung antara 50 sampai 100 miliar saraf. Ukuran dan berat saraf juga sangat bervariasi diantara manusia. Berat otak rata-rata 1,36 kg, dan otak orang dewasa yang sehat bisa berkisara dari 0,9 kg sampai 1,8 kg. otak manusia hidup yang normal berwarna merah jambu abu-abu kecoklatan dan cukup lembut. Brain Based Learning atau bisa disebut pembelajaran berbasis otak merupakan keterlibatan strategi yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari pemahaman tentang otak (Jensen: 2011). Icha juga mengungkapkan bahwa Brain Based Learning merupakan sebuah konsep untuk menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya memberdayakan potensi otak siswa (Icha: 2011). Jensen (2011) menyatakan otak dapat dikarakteristikan dalam banyak cara, tetapi ada tiga hal yang penting. Pertama, otak sangat terhubung dengan peristiwa-peristiwa dalam satu bagian otak yang memengaruhi peristiwaperistiwa dalam bagian otak lainnya. Kedua, otak merupakan keajaiban pembelajaran; artinya bahwa apa yang dipelajarinya mungkin bukan apa yang dimaksudkan oleh gurunya. Terakhir, otak sangat bisa diadaptasikan dan dirancang untuk menanggapi masukan lingkungan. Secara khusus, Jensen (2011: 296) menyatakan ada tujuh tahapan Brain Based Learning yang dapat digunakan, yaitu: 14
9 15 a) Pra-paparan Tahapan ini memberikan kepada otak satu tinjauan atas pembelajaran baru sebelum benar-benar digali. Pra-paparan membantu otak mengembangkan peta konseptual yang lebih baik. b) Persiapan Ini adalah tahap dimana seorang guru menciptakan keingintahuan atau kegembiraan. Hal ini mirip dengan mengatur kondisi antisipatif, tetapi sedikit lebih jauh dalam belajar dengan berorientasi pada pemberdayaan otak, sehingga potensi diri yang dimiliki oleh siswa dapat berkembang degan maksimal. c) Inisiasi dan akuisisi Tahapan ini guru memberikan siswa fakta awal yang penuh dengan ide, rincian, kompleksitas, dan makna. Hal ini diikuti dengan antisipasi, keingintahuan, dan pencarian untuk menemukan makna bagi diri seseorang. d) Elaborasi Tahapan ini merupakan tahapan pengolahan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjadikan pembelajarannya bermakna. e) Inkubasi dan Pengkodean Memori Tahap ini menekankan bahwa waktu istirahat dan waktu utuk mengulang kembali merupakan satu hal yang penting. f) Verifikasi dan Pengecekan Kepercayaan 15
10 16 Tahap ini, guru mengecek apakah siswa sudah paham atau belum dengan materi yang sudah dipelajari. Siswa juga perlu tahu apakah dirinya sudah memahami materi atau belum. g) Selebrasi dan Integrasi Tahap ini penting untuk melibatkan emosi. Buatlah itu menjadi menyenangkan, ceria, dan menggembirakan. Tahap ini menanamkan rasa cinta akan pembelajran. Adapun langkah-langkah guru dan siswa dalam pelaksanaan Brain Based Learning : a) Persiapan Guru memberikan penjelasan awal mengenai materi himpunan, menjelaskan pengertian dan notasi himpunan serta memahami konsep himpunan serta siswa melakukan tanya jawab dengan guru, bila ada yang kurang jelas. b) Inisiasi dan Akuisisi Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan guru membagikan lembar diskusi pada setiap kelompok serta siswa melaksanakan diskusi dengan kelompoknya masing-masing. c) Elaborasi Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka didepan kelas secara bergantian. Siswa yang lain memperhatikan, mengungkapkan pendapat, atau memberikan pertanyaan. 16
11 17 d) Inkubasi dan Pengkodean Memori Siswa membuat jurnal sederhana tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari serta mendengarkan musik untuk relaksasi. e) Verifikasi dan Pengecekan Keyakinan Guru memberikan soal-soal latihan setingkat lebih rumit dari pada soal untuk dikerjakan kelompok. f) Perayaan dan Integrasi Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan materi yang dipelajari serta memberi tahu siswa tentang materi apa yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. Berdasarkan para ahli dapat disimpulkan bahwa Brain Based Learning merupakan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari pemahaman tentang otak dan menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya memberdayakan potensi otak siswa. Ada tujuh tahapan dalam dalam Brain Based Learning antara lain pra-paparan, persiapan, inisiasi dan akuisis, elaborasi, inkubasi dan pengkodean memori, verifikasi dan pengecekan kepercayaan. 4. Pembelajaran Konvensional Menurut Djamah (1996) metode pembelajaran kovensional merupakan metode pembelajaran tradisional atau disebut juga metode ceramah, karena sejak dulu ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam 17
12 18 pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika dismp Cokroaminoto Banjarmangu merupakan pembelajaran kovensional, yaitu mengunakan ceramah diiringi dengan penjelasan, serta peserta didik diberi soal latihan. Terlihat bahwa pembelajaran konvensional merupakan proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pen-transfer ilmu, sedangkan peserta didik lebih pasif sebagai penerima ilmu. B. Penelitian Relevan Hasil penelitian dari Budi (2013) menunjukkan bahwa pengetahuan konseptual dan pengetahuan prosedural siswa di kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan Brain Based Learning berbantuan GeoGebra lebih baik dibandingkan dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Serta hasil penelitian dari Wirasa (2015) menunjukkan bahwa siswa di kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan Brain Based Learning berbantuan GeoGebra prestasi belajar matematika siswanya lebih baik dari pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan konvensional. Adapun penelitian dari Ryanto (2014) yang menunjukan bahwa penalaran matematis dan percaya diri yang menggunakan pembelajaran Advance Organizers lebih baik dari pada kemampuan penalaran matematis dan percaya diri siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 18
13 19 Persamaan penelitian ini dengan penelitian Budi (2013) dan Wirasa (2015) tersebut adalah variabel bebasnya, yaitu menggunakan Brain Based Learning. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah peneliti menggunakan Brain Based Learning (Pembelajaran Berbasis Otak) dan variabel terikatnya adalah penalaran matematis dan percaya diri siswa. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Ryanto (2014) adalah kemampuan penalaran matematis dan percaya diri. Perbedaanya pada model pembelajarannya, penelitian ini menggunakan Brain Based Learning, sedangkan penelitian ang dilakukan Ryanto menggunakan pembelajaran Advance Organizers. C. Kerangka Pikir NCTM (2000) menjelaskan tentang lima kemampuan mendasar yang merupakan standar matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (resoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connection), serta representasi (representation). Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam belajar matematika yaitu penalaran matematis. Penalaran matematis merupakan proses berfikir logis dan sistematis dari faktafakta yang ada untuk memperoleh kesimpulan dari kumpulan informasi dan menentukan pola untuk menyelesaikan masalah matematika. Terkait dengan dampak yang akan timbul jika siswa kurang dalam kemampuan penalaran matematis maka siswa akan mengalami pengambilan keputusan yang kurang tepat atau keliru, maka siswa diimbangi dengan sikap yang harus dimiliki salah satunya yaitu rasa percaya diri. Rasa percaya diri merupakan 19
14 20 keyakinan akan kemampuan seseorang. Jadi kemampuan penalaran matematis akan selaras dengan rasa percaya diri yang dimiliki siswa, sehingga siswa akan yakin akan kemampuan yang dimiliki. Tahapan pra-paparan dalam Brain Based Learning merupakan tahapan memberikan kepada otak satu tinjauan atas pembelajaran baru sebelum digali. Prapaparan membantu otak mengembangkan peta konsep yang lebih baik. Tahap prapaparan bisa membantu siswa untuk menentukan pola dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Berdasarkan para ahli dapat disimpulkan bahwa Brain Based Learning merupakan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang berasal dari pemahaman tentang otak dan menciptakan pembelajaran dengan berorientasi pada upaya memberdayakan potensi otak siswa. Salah satu tahapan menurut Jensen (2011) dalam Brain Based Learning adalah Persiapan. Ini merupakan tahapan guru untuk menciptakan keingin tahuan dan kegembiraan. Seperti yang diungkapkan oleh Utsman (2005) yang berpendapat bahwa percaya diri yang dimiliki oleh seseorang dapat meyehatkan jiwa dan dia mampu mempunyai perasaan bahagia yang positif serta perasaan puas. Itu berarti jika tahapan persiapan dalam Brain Based Learning dilakukan maka siswa akan mendapatkan rasa percaya diri ketika pembelajaran. Berdasarkan tahapan-tahapan pada Brain Based Learning, model tersebut diduga memberikan kontribusi pengembangan kemampuan penalaran matematis 20
15 21 dan rasa percaya diri siswa. Di duga Brain Based Learning ini dapat berpengaruh positif kemampuan penalaran matematis dan rasa percaya diri siswa. D. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh penalaran matematis antara siswa yang mengikuti Brain Based Learning dengan penalaran matematis siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional. 2. Ada perbedaan pengaruh percaya diri siswa antara siswa yang mengikuti Brain Based Learning dengan percaya diri siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional. 21
BAB I PENDAHULUAN. matematika yaitu memecahkan masalah (problem solving), penalaran dan bukti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana disebutkan dalan Undang-undang Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sholihatun Azizah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang mempelajari bilangan, simbol-simbol, serta aturan tertentu dalam menyelesaikan suatu permasalahan matematis. Dilihat dari sifatnya,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Penalaran Matematis Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta yang empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan dan pembelajaran merupakan suatu proses yang diarahkan untuk mengembangkan potensi manusia agar mempunyai dan memiliki kemampuan nyata dalam perilaku kognitif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam setiap jenjang pendidikan, merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peranan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Analisis. Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data.
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Analisis diuraikan secara singkat memiliki arti penyederhanaan data. Secara umum analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: (1) reduksi data merupakan proses pemilihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karunia Eka Lestari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, baik sebagai alat bantu dalam penerapan ilmu lain maupun dalam pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan menentukan kualitas seseorang maupun suatu bangsa. Dalam pendidikan formal, salah satu pelajaran disekolah yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang harus berusaha untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, setiap orang harus berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena dengan pendidikan setiap manusia bisa belajar berbagai ilmu pengetahuan dan dengan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi siswa yaitu Sekolah. Melalui pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya, karena di dalamnya manusia dapat berinteraksi, bersosialisasi, menggali potensi diri, serta memperoleh informasi.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan guna membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah mereka yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dalam suatu kelompok. matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring dengan peranan pentingnya, matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Persoalan budaya dan karakter bangsa saat ini tengah menjadi sorotan. Berbagai permasalahan yang muncul seperti kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada kurikulum berbasis kompetensi yang tertuang dalam lampiran Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Deden Rahmat Hidayat,2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting untuk dipelajari. Hal ini karena matematika lahir dari fakta-fakta yang ada dalam kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat sangat membantu mempermudah kegiatan dan keperluan kehidupan manusia. Namun manusia tidak bisa menipu diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang kemajuan bangsa Indonesia di masa depan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah Pertama adalah agar peserta didik memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu matematika sampai saat ini, seperti Pythagoras, Plato,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sudah ada semenjak zaman sebelum masehi. Banyak ilmuwan-ilmuwan zaman dahulu yang memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan ilmu matematika
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Penalaran Matematis a. Pengertian Penalaran Matematis Penalaran matematika dan pokok bahasan matematika merupakan satu kesatuan yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penalaran dan keberanian bertanya penting didalam proses pembelajaran matematika. yang diharapkan agar siswa dapat memahami pembelajaran yang disampaikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) secara global semakin menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Hal tersebut dapat dirasakan melalui inovasi-inovasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Suatu Negara dapat mencapai kemajuan pendidikan dalam negara itu kualitasnya baik. Kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak permasalahan dan kegiatan dalam hidup yang harus diselesaikan dengan menggunakan ilmu matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran fisika pada umumnya dikenal sebagai mata pelajaran yang ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari pengalaman belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat membuat setiap orang dapat mengakses segala bentuk informasi yang positif maupun negatif
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya peningkatan sumber daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika membutuhkan sejumlah kemampuan. Seperti dinyatakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2006) bahwa untuk menguasai
Lebih terperinciPROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
i PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 1 LINGSAR TAHUN 2015/2016 PADA PEMBELAJARAN SEGIEMPAT DENGAN MENERAPKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING ARTIKEL SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2010), hlm. 1. Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 20.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang dan berlangsung sepanjang hidupnya. Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matematika sebagai pelajaran wajib dikuasai dan dipahami dengan baik oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu yang sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mengingat pentingnya matematika dalam ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah
8 BAB II KAJIAN TEORETIK A. Deskripsi Konseptual a. Self Awareness Menurut Solso dkk (2007:240), kesadaran adalah kesiapan (awareness) terhadap peristiwa yang di lingkungan sekitarnya dan peristiwa kognitif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan
5 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan suatu cara dalam berbagi ide-ide dan memperjelas suatu pemahaman. Within (Umar, 2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan penting dalam pembangunan suatu bangsa. Terbukti bahwa hampir di setiap negara, pendidikan menjadi prioritas utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu diajarkan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciyang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Analogi Aktivitas manusia tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan berpikir. Berpikir adalah proses yang terjadi dalam otak manusia. Kegiatan
Lebih terperinci2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang timbul akibat adanya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) dimana semakin pesat yaitu bagaimana kita bisa memunculkan Sumber Daya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah bangsa, pendidikan pula yang menjadi lahirnya beragam budaya tinggi suatu bangsa. Dunia telah membuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, bangsa Indonesia harus mempersiapkan diri karena persaingan dalam dunia pendidikan semakin ketat. Salah satu upaya yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Menurut Nasution (2010), memecahkan masalah dapat dipandang sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang telah dipelajarinya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 4. Kemampuan Analogi Matematis Menurut Lestari dan Yudhanegara (2015) kemampuan analogi adalah kemampuan dalam membandingkan dua hal berdasarkan kesamaan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Matematis Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga pemahaman konsep matematis menjadi sangat penting. Belajar konsep merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. National Cauncil of Teacher of Mathematics (NCTM, 2000) menyebutkan. masalah (problem solving), penalaran (reasoning), komunikasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting dalam sistem pendidikan karena matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemandirian Belajar Istilah kemandirian (Nurhayati, 2011) menunjukkan adanya kepercayaan terhadap kemampuan diri untuk menyelesaikan masalahnya tanpa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan metakognisi merupakan salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dari aspek pengetahuan yang harus dikuasai oleh siswa SMA dalam Kurikulum 2013. Kemampuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan pesan dari satu orang ke orang lainnya, berkaitan dengan ini kemampuan komunikasi yang dimaksud adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematikadalamduniapendidikanmerupakansalahsatuilmudasar yangdapatdigunakanuntukmenunjangilmu-ilmulainsepertiilmu fisika,kimia,komputer,danlain-lain.pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam membangun suatu bangsa. Penduduk yang banyak tidak akan menjadi beban suatu negara apabila berkualitas, terlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dalam dunia yang terus berubah dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang pesat, manusia dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih baik dalam hal pengetahuan maupun sikap. Salah satu pembelajaran yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang menjadi kebutuhan bagi manusia, karena pendidikan dapat meningkatkan kualitas diri setiap manusia sehingga menjadi lebih baik dalam
Lebih terperinciPENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING(BBL) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP ISLAM RAUDHATUL JANNAH PAYAKUMBUH
PENGARUH PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING(BBL) TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA KELAS VII SMP ISLAM RAUDHATUL JANNAH PAYAKUMBUH Rahmi Syarwan 1), Mukhni 2), Dewi Murni 3) 1) FMIPA UNP, email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Maulana
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia. Melalui berpikir, manusia dapat menyelesaikan masalah, membuat keputusan, serta memperoleh pemahaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa kini dan masa mendatang terjadi penuh perkembangan dan perubahan yang cepat dan mendasar dalam berbagai aspek kehidupan, antara lain perkembangan dibidang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving
BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian tentang implementasi
259 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian tentang implementasi pembelajaran BBL dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu disajikan pula rekomendasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika pada umumnya identik dengan perhitungan menggunakan angka-angka dan rumus-rumus. Dari hal ini muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu elemen yang harus dimiliki oleh suatu negara. Karena dengan adanya pendidikan suatu negara tersebut akan mengalami suatu kemajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional adalah memberikan kesempatan pada anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan pada dasarnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemahaman adalah kemampuan untuk menjelaskan situasi atau tindakan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemampuan pemahaman dan komunikasi menjadi salah satu tujuan dalam pembelajaran matematika, seperti yang tercantum di dalam Permendiknas No.22 (Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran membutuhkan strategi yang tepat. Kesalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu proses dimana siswa tidak hanya menyerap informasi yang disampaikan guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan dan tindakan yang harus dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawai, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yg saling mempengaruhi mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu
7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Penalaran Matematis Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu melakukan proses bernalar. Matematika terbentuk karena pikiran manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Globalisasi dapat mengakibatkan restrukturisasi dunia. Proses ini disertai banjirnya informasi yang melanda dunia dan berdampak terhadap kehidupan nyata.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kritis Tujuan pendidikan nasional salah satunya adalah untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Deporter dan Hernacki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menghadapi tantangan zaman yang dinamis, berkembang dan semakin maju diperlukan sumber daya manusia yang memiliki keterampilan intelektual tingkat tinggi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin
Lebih terperinciSkripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Sebagai suatu disiplin ilmu, matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang memiliki kegunaan besar dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu, konsepkonsep dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang selalu menemani perjalanan kehidupan. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan potensinya. Seperti yang dijelaskan
Lebih terperinci