Implementasi Metode Registrasi Menggunakan Automatic Iterative Point Correspondence Dan Subtraksi Pada Citra Gigi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Implementasi Metode Registrasi Menggunakan Automatic Iterative Point Correspondence Dan Subtraksi Pada Citra Gigi"

Transkripsi

1 Implementasi Metode Registrasi Menggunakan Automatic Iterative Point Correspondence Dan Subtraksi Pada Citra Gigi Susilo Hari, Anny Yuniarti, Diana Purwitasari Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Gedung Teknik Informatika, Kampus ITS Sukolilo-Surabaya susilo@cs.its.ac.id ABSTRAK Registrasi citra adalah proses transformasi beberapa kumpulan data yang berbeda ke dalam satu sistem koordinat. Registrasi citra banyak digunakan dalam bidang kedokteran, khususnya kedokteran gigi. Dengan menggunakan registrasi citra, perubahan-perubahan kecil pada citra radiografi gigi dapat dideteksi menggunakan konsep registrasi citra. Salah satu implementasi registrasi citra adalah menggunakan metode Automatic Iterative Point Correspondence. Titik-titik distinctive diekstrak pada salah satu citra, Algoritma Automatic Iterative Point Correspondence digunakan untuk mendeteksi titik-titik correspondence antara kedua citra. Proses registrasi citra dilakukan dengan menggunakan parameter transformasi geometri yang didapatkan melalui estimasi. Proses subtraksi dilakukan dengan mengurangkan nilai-nilai piksel antara kedua citra Dari hasil uji coba didapatkan bahwa tingkat akurasi registrasi berdasar pada nilai Measure of Match yang didapat pada proses deteksi titik-titik correspondence. Semakin tinggi nilai Measure of Match, semakin tinggi pula tingkat akurasi registrasi citra. Dua citra yang perpindahannya berbeda secara translasi dan rotasi dapat diregistrasi menggunakan metode ini. Kata Kunci : registrasi, Automatic Iterative Point Correspondence, radiografi gigi, subtraksi 1. PENDAHULUAN Registrasi citra adalah proses transformasi beberapa kumpulan data yang berbeda ke dalam satu sistem koordinat. Data dapat berupa beberapa foto, data dari sensor yang berbeda, dari waktu yang berbeda atau dari sudut pandang yang berbeda. registrasi citra secara geometri akan menyejajarkan dua buah citra. Adanya perbedaan antara beberapa citra dikarenakan perbedaan kondisi pencitraan. Registrasi citra adalah langkah penting dalam semua tugas-tugas analisis citra di mana informasi akhir diperoleh dari kombinasi berbagai sumber data seperti pada fusi citra, deteksi perubahan, dan pemulihan citra multichannel [1]. Penerapan registrasi citra pada bidang kedokteran khususnya kedokteran gigi dapat digunakan sebagai tahap analisis awal untuk deteksi beberapa gejala penyakit seperti penurunan tulang alveolar, deteksi kepadatan tulang dan caries gigi. Informasi mengenai perubahan-perubahan kecil antar pengujian radiografi yang seringkali susah untuk dideteksi dengan mata manusia dapat dengan mudah dilacak menggunakan penerapan registrasi citra ini. Ada beberapa teknik implementasi registrasi citra, teknik yang pertama adalah registrasi citra berdasar garis[2]. Garis-garis pada citra radiografi diekstrak pada kedua citra menggunakan edge detection kemudian kedua citra dilakukan proses registrasi. Teknik kedua adalah registrasi citra berdasar titik. Titik-titik unik diekstrak pada salah satu citra, kemudian dilakukan proses registrasi dengan menggunakan titik-titik koresponden antara kedua citra radiografi. Pada penelitian ini digunakan prinsip subtraksi citra radiografi berdasarkan titik untuk mendeteksi perubahanperubahan kecil antara dua citra. Oleh karena itu pikselpiksel yang bersesuaian pada kedua citra harus disamakan, proses ini biasa disebut dengan proses registrasi. Fitur yang digunakan untuk melakukan registrasi citra adalah titik-titik correspondence antara kedua citra. Algoritma AIPC (Automatic Iterative Point Correspondence)[3] digunakan untuk mendapatkan titik-titik correspondence tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam bidang medis untuk selanjutnya dilakukan analisis lebih lanjut oleh dokter dalam melakukan diagnosis dengan lebih akurat. 2. MODEL, ANALISIS, DESAIN, DAN IMPLEMENTASI Registrasi citra digunakan pada dua buah citra radiografi gigi, untuk selanjutnya citra radiografi pertama disebut citra reference dan citra radiografi kedua disebut citra floating. Secara umum proses pada sistem ini ditunjukkan pada Gambar 1. Pada proses awal dilakukan normalisasi rentang tingkat kecerahan untuk menyamakan rentang tingkat kecerahan antara kedua citra yang akan diproses. Proses awal dilakukan hanya apabila kedua citra memiliki rentang tingkat kecerahan yang berbeda. Proses selanjutnya adalah mencari titik-titik correspondence antara kedua citra, diawali dengan ekstraksi titik-titik distinctive pada citra reference. Sistem kemudian akan mendeteksi pasangan titik-titik tersebut pada citra floating, titik-titik inilah yang selanjutnya disebut titik correspondence. Parameter transformasi geometri didapatkan dengan melakukan estimasi dari koordinat titik-titik correspondence, proses registrasi citra dilakukan dengan

2 menggunakan parameter transformasi geometri tersebut. Proses subtraksi dilakukan dengan mengurangkan nilainilai piksel pada koordinat yang bersesuaian antara kedua citra. 2.1 Preprocessing Suatu citra seringkali mempunyai kualitas yang kurang baik atau mengalami degradasi yang bisa disebabkan karena gangguan pada saat pengambilan gambar ataupun karena telah dikompresi ke dalam bentuk yang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu metode untuk memperbaiki citra agar didapatkan citra dengan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan suatu aplikasi tertentu. Perbaikan pada citra meliputi manipulasi tingkat keabuan dan tingkat kecerahan, pengurangan noise, penghilangan background, pemerjelasan garis, penajaman, filtering, interpolasi, pewarnaan, dan lain-lain. Perbaikan citra radiografi gigi pada sistem ini meliputi : Normalisasi Rentang Tingkat Kecerahan Dua buah citra radiografi gigi yang diambil pada interval waktu tertentu tidak selalu memiliki pola histogram yang sama. Hal ini terjadi karena perbedaan tingkat pencahayaan pada saat proses pengambilan gambar. Untuk dapat melakukan proses subtraksi dan hasil yang didapatkan lebih akurat maka perlu dilakukan penskalaan dan pergeseran untuk menyamakan tingkat kecerahan kedua citra[4]. Proses ini disebut dengan normalisasi. Persamaan normalisasi yang umum digunakan adalah sebagai berikut : {( f i ( x, y) min F) * ( r2 r1)} g i ( x, y) = r1 + (1) (max F min F) Dimana minf adalah nilai minimum tingkat keabuan citra masukan, maxf adalah nilai maksimum tingkat keabuan citra dan i adalah posisi piksel. Dalam hal ini r 1 adalah batas bawah nilai keabuan citra dan r 2 adalah batas atas nilai keabuan citra. Gambar 1. Deskripsi Sistem Piksel tetangga didefinisikan sebagai dua area lingkaran dengan radius Rn untuk lingkaran kecil dan radius Rc untuk lingkaran yang lebih besar dengan titik pusat sama antara kedua lingkaran tersebut. Proses penghitungan nilai distinctive dari sebuah piksel diilustrasikan pada Gambar Ekstraksi Titik-Titik Distinctive Suatu titik pada citra disebut distinctive jika nilai intensitas pikselnya berbeda secara signifikan terhadap piksel-piksel yang terletak pada tetangganya. Ekstraksi titik-titik distinctive dilakukan pada salah satu citra inputan saja yaitu citra reference. Proses ekstraksi titik distinctive dimaksudkan untuk mendapatkan titik-titik pada citra reference yang selanjutnya dapat digunakan untuk mendeteksi titik-titik correspondence-nya pada citra floating[5]. Oleh karena itu, untuk mendapatkan nilai distinctive dari suatu piksel, dilakukan pembandingan piksel tersebut dengan piksel-piksel tetangganya. Gambar 2. Ilustrasi penghitungan nilai distinctive pada sebuah piksel x,y Ilustrasi pada Gambar 2 di atas, untuk menghitung nilai distinctive sebuah piksel dengan koordinat x,y, tiap piksel yang terletak dalam lingkaran Rn dengan titik pusat x,y (lingkaran II) dibandingkan dengan tiap piksel yang terletak dalam lingkaran Rn dengan titik pusat x+k, y+l (lingkaran I) dimana k dan l merupakan koordinat piksel yang terletak

3 dalam lingkaran dengan radius Rc (lingkaran III) dengan syarat k 2 +l 2 <Rc 2. Proses penghitungan diulang sampai seluruh koordinat dalam lingkaran Rc pernah menjadi titik pusat lingkaran I. Tiap nilai perbandingan piksel-piksel dalam lingkaran antara lingkaran I dan lingkaran II akan dijumlahkan dan pada tahap akhir, nilai penjumlahan tersebut akan dibagi dengan jumlah piksel yang terletak pada lingkaran dengan koordinat x,y (lingkaran II). Persamaan untuk mendapatkan nilai distinctive adalah sebagai berikut : 1 N Σ IR (x + i,y + j) I R (x + k + i,y + l + j) (2) i, j i 2 + j 2 2 < R n i, j adalah koordinat piksel yang terletak dalam lingkaran dengan radius Rn, dan N merupakan jumlah piksel yang terletak dalam lingkaran Rn dengan titik pusat x,y. Pada persamaan di atas, perbandingan piksel antara lingkaran I dengan lingkaran II pada Gambar 2 dinotasikan dengan I R (x + i,y + j) I R (x + k + i,y + l + j), sedangkan notasi sigma menandakan bahwa tiap nilai perbandingan pikselpiksel dalam lingkaran I dan II akan dijumlahkan dan pada penghitungan akhir nilainya akan dibagi dengan N. Seluruh titik pada citra reference yang telah dihitung nilai distinctive-nya kemudian dapat dipilih jumlah titik tertentu yang memiliki nilai paling distinctive untuk selanjutnya digunakan pada proses pendeteksian titik correspondence pada citra floating.titik-titik distinctive ini biasanya berkumpul di sekitar tepi-tepi atau berada di area-area dengan contrast fluctuation tinggi. 2.3 Pencarian Titik-Titik Correspondence Menggunakan Algoritma Automatic Iterative Point Correspondence Metode registrasi citra berdasar titik mempunyai asumsi bahwa titik yang bersesuaian pada citra reference dan citra floating dideteksi. Pasangan titik-titik correspondence ini selanjutnya digunakan untuk proses estimasi parameter untuk registrasi citra. Pemetaan titik distinctive pada citra reference ke titik correspondence-nya pada citra floating dilakukan melalui metode iteratif, yang akan mencoba mengoptimalkan parameter transformasi lokal pada daerah di sekitar titik-titik distinctive dari citra reference. Sebelum mulai pada deskripsi analisis dari algoritma Automatic Iterative Point Correspondence, beberapa notasi akan dikenalkan. I R adalah Image Reference, I F adalah Image Floating. Kemudian, µ A (I) adalah batas Image I pada area A dan T w (A) adalah transformasi dengan parameter w = (w 1, w 2,..., w K ) dimana K adalah jumlah parameter yang dibutuhkan untuk transformasi T. Dengan N titik-titik distinctive P i = (x i,y i ), i = 1, 2,..., N yang telah diekstrak dari Image Reference I R, suatu area persegi Ai(n) = [xi r(n), xi + r(n)] [yi r(n), yi + r(n)] didefinisikan, dengan pusat pada posisi tiap titik (xi, yi), dimana r(n) adalah panjang sisi (dalam piksel) dari Ai(n). Panjang sisi r(n) dari Ai(n) berubah-ubah sesuai dengan jumlah iterasi n, seperti ditunjukkan pada persamaan berikut : r(n) = Rf + (Ri Rf) e cr(n/nmax) (3) dimana Ri adalah nilai awal dan Rf adalah nilai akhir dari panjang sisi r(n), cr adalah konstanta decay, n max adalah jumlah iterasi maksimal dan merupakan fungsi floor. Selain itu, vektor transformasi w i = (w i1, w i2,..., w ik ), i = 1, 2,..., N, yang memegang parameter dari transformasi lokal T wi, diberikan pada tiap titik i. Karena T wi menggambarkan transformasi yang memetakan area Ai(n) dari Image Reference I R pada area T wi (Ai(n)) dari Image Floating I F. Pada penelitian ini parameter transformasi yang digunakan didefinisikan oleh empat parameter, perpindahan secara horizontal w 1, perpindahan secara vertikal w 2, sudut rotasi w 3, dan parameter penskalaan w 4. Jadi, transformasi lokal dari area citra Ai(n) dari I R yang dinotasikan sebagai T wi (Ai(n)) digambarkan oleh persamaan-persamaan berikut : X = w i4 cos w i3 (x-x c ) w i4 sin w i3 (y-yc) + w i1 + x c Y = w i4 sin w i3 (x-x c ) + w i4 cos w i3 (y-yc) + w i2 + y c (4) dimana (x, y) Ai(n), (X,Y) T wi (Ai(n)), (xc, yc) = (Nx/2, Ny/2) dan Nx, Ny adalah jumlah kolom dan baris pada citra reference. Untuk memperkirakan tingkat kemiripan antaracitra reference dan floating, suatu measure of match yang sesuai diperlukan. measure of match bisa menjadi kriteria apapun yang mewakili ukuran kemiripan antara dua citra. Pada pengujian ini, digunakan squared correlation coefficient. measure of match antara citra reference I R dan citra floating I F didefinisikan oleh persamaan berikut : dimana dan adalah nilai mean dari I R dan I F. Nilai MoM pada persamaan di atas digunakan untuk mengukur kemiripan antara area µ Ai (n) (I R ) dari citra reference I R dengan pusat pada titik i (i = 1, 2,..., N) dan area µ T wi (Ai (n)) (I F ) dari citra floating I F. Karena itu, untuk tiap titik distinctive i, sebuah nilai MoM i diberikan, yang menunjukkan tingkat kemiripan antara area pada citra reference dan floating, yang terkait dengan transformasi T wi. Selama prosedur iterasi dari algoritma automatic iterative point correspondence, dilakukan optimasi dari measure of match, sehingga untuk menentukan parameter optimal dari transformasi lokal digunakan batas pada citra reference disekitar tiap titik distinctive. Jadi melalui prosedur ini, MoM i memegang measure of match terbaik yang sejauh ini ditemukan untuk titik i dan w i memegang vektor transformasi yang berkoresponden terhadap MoM i. measure of match sekarang dan vektor transformasi sekarang untuk titik i pada iterasi ke-n dinotasikan sebagai MoM i (n) dan w i (n). (5)

4 Algoritma Automatic Iterative Point Correspondence sebagaimana yang ditunjukkan pada Gambar 3 adalah sebagai berikut : 1) Inisialisasi i. w i = (0, 0, 0, 1), i = 1, 2,..., N ii. MoM i = MoM( µ Ai(0) (I R ), µ T wi ( Ai (0))(I F )) iii. n = 0 2) While n < n max : i. Generate random perturbation dw(n) = (dw 1 (n), dw 2 (n),..., dw K (n)) ii. Hitung nilai measure of match sekarang MoM i (n) untuk parameter transformasi baru w i (n) + dw(n) sesuai dengan persamaan : MoM i (n) = MoM(µA i (n)(i R ),µtw i+dwi(n) (A i (n))(i F )) (6) iii. Melakukan update vektor transformasi pada tiap titik sesuai dengan persamaan : w i (n) = w i + α(mom i (n))dw(n) + (1- α(mom i (n)))β(i,n) (7) dimana α dan β adalah fungsi yang selanjutnya dijelaskan. iv. Menghitung kembali nilai MoM untuk vektor transformasi yang telah diupdate sesuai persamaan berikut : MoM i (n) = MoM(µA i (n)(i R ),µtw i(n) (A i (n))(i F )) (8) v. Membandingkan dan menyimpan nilai MoM dan weight yang lebih baik. Jika MoM i (n) > MoM j, maka w i =w i (n) dan MoM i = MoM i (n) vi. n = n + 1 Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, vektor transformasi w i diberikan pada tiap titik i. perturbation dari parameter transformasi dihasilkan secara iterasi oleh bilangan random. Pada tiap iterasi, vektor transformasi diupdate sesuai dengan persamaan (7). Proses update bergantung pada dua faktor, perturbation random dari parameter transformasi dw(n) dan interaksi antara titik i dengan titik-titik tetangganya yang diekspresikan dengan fungsi β(i,n). Sejauh mana masing-masing dari salah satu faktor berkontribusi terhadap update vektor transformasi ditentukan oleh fungsi α(mom i (n)). Fungsi α akan melakukan soft thresholding pada nilai MoM sekarang, dan didefinisikan sebagai berikut : Dimana : s = nilai steepnes area linear dari fungsi c = nilai dimana α(c) = 0.5 (9) Gambar 3. Blok diagram algoritma automatic iterative point correspondence Fungsi β mewakili kontribusi akumulatif dari titik-titik tetangga untuk proses update vektor transformasi. Fungsi β adalah sebagai berikut : dimana : (10) h(i,j) = e^( P i -P j 2 / 2σ 2 ) (11) Dimana h(i,j) adalah fungsi Gaussian neighborhood dari titik i dengan standar deviasi σ yang akan menentukan sejauh mana interaksi antara titik i dengan titik j. Dan K(i) = {k {1,2,...,N} : P i -P j <3σ dan MoM k > MoM i } Sebagaimana dijelaskan pada definisi K(i), penjumlahan pada persamaan (10) sejauh titik j yang terletak dalam neighborhood titik i yang memiliki jarak kurang dari 3σ dari titik i dan memiliki nilai MoM yang lebih baik dari titik i, MoM k > MoM i. Jadi titik-titik yang terletak dekat dengan titik i dan memiliki nilai MoM yang lebih baik dari titik i akan mempengaruhi vektor transformasi sekarang. 2.4 Estimasi Parameter Transformasi Geometri

5 Pada radiografi gigi intra-oral. Pasien dan tube sinar X dianggap memiliki posisi yang tetap namun sensor mungkin dirotasi dan ditranslasi pada semua arah dalam ruang 3 dimensi, tiap piksel (x,y) pada citra diperoleh sebelum pemindahan sensor, berubah menjadi posisi (x, y ) setelah sensor berpindah seperti yang diilustrasikan pada Gambar 4. transformasi geometri ini dikenal sebagai proyeksi perspektif [7] dan ditentukan oleh persamaan berikut : dan (12) dimana parameter a 1..a 8 menentukan proyeksi. Gambar 5. contoh landmark yang ditandai secara manual oleh pengguna. Gambar 4. proses terjadinya displacement dalam pengambilan citra radiografi Sebagaimana yang telah dijelaskan di awal, metode registrasi citra berdasar titik akan melakukan proses registrasi menggunakan fitur titik-titik correspondence antara dua citra. Titik-titik correspondence ini juga bisa disebut sebagai landmark. Gambar 5 menunjukkan contoh beberapa landmark pada citra radiografi gigi. Pada gambar tersebut beberapa titik telah ditandai secara manual oleh pengguna. Koordinat koordinat (x,y) dan (x,y ) dari corresponding landmark antara kedua citra radiografi gigi selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan parameter a i dari proyeksi perspektif dengan memetakan beberapa corresponding landmark dari citra radiografi satu terhadap citra radiografi dua. Penggunaan beberapa pasang landmark, maka persamaan pada (12) akan menjadi suatu persamaan sistem overdetermined (Az = b) berikut : Karena matriks A = A T A yang berdimensi 8 x 8 merupakan matriks symmetric positive definite, maka terdapat matriks segitiga unik C dengan dimensi 8 x 8 dimana A = C C T. Faktorisasi ini dikenal sebagai faktorisasi Cholesky dan C disebut sebagai segitiga Cholesky. Dengan menggunakan faktorisasi Cholesky pada persamaan (14) akan menghasilkan beberapa persamaan berikut : A T A z = A z = (C C T )z = C(C T z) = C z = A T b (15) Selanjutnya, permasalahan least square akan menjadi solusi dari sistem-sistem persamaan segitiga Cholesky : C z = A T b dan C T z = z. Langkah untuk mendapatkan kumpulan nilai dari parameter z = (a 1,...,a 8 ) T adalah sebagai berikut : i. Hitung nilai A dimana A = A T A ii. Hitung faktorisasi cholesky dari matriks A iii. Dengan menggunakan eliminasi backward dan forward, Hitung persamaan C z = A T b 2.5 Registrasi Citra (13) Secara umum, tidak mungkin untuk mendapatkan kumpulan nilai dari parameter z = (a 1,...,a 8 ) T yang akan memenuhi persamaan (12) untuk semua n = 1,..., N. Pendekatan optimal dalam mendapatkan kumpulan parameter z adalah dengan menggunakan metode least square. Pada persamaan (13) data matriks A berdimensi 2N x 8, vektor observasi b berdimensi 2N x 1 dan vektor z berdimensi 8 x 1. Didefinisikan suatu persamaan berikut. Registrasi citra merupakan suatu proses transformasi sejumlah kumpulan data berbeda ke dalam satu sistem koordinat. Sebelum menentukan dua buah citra simetris atau tidak, kedua citra harus diregistrasi terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk meminimalkan perbedaan spasial pada kedua citra tersebut. Registrasi citra pada pengujian ini adalah dengan menggunakan persamaan (12). Tiap koordinat pada citra reference (x,y) ditransformasi menggunakan persamaan (12) sehingga menghasilkan (x,y ). A T Az = A T b (14)

6 2.6 Subtraksi Citra Proses subtraksi citra merupakan tahap akhir dari proses registrasi citra. Proses ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara kedua citra. Nilai piksel dari tiap koordinat yang bersesuaian antara kedua citra dicari selisihnya. Awalnya tingkat perbedaan kedua citra (I d ) dihitung dengan mengurangkan nilai piksel citra reference dari nilai piksel citra floating[8]. Perbedaan kedua citra secara ideal seharusnya tidak bernilai nol pada area dimana terjadi perubahan pada struktur. Kemudian citra hasil subtraksi (I subtract ) didapat sebagai fungsi linear dari perbedaan kedua citra seperti pada persamaan 2.33 berikut : I subtract (x,y) = ( I d (x,y) ) / 2 (16) Hasil subtraksi yang menunjukkan pertambahan tulang akan tampak sebagai area yang lebih terang, sebaliknya hasil subtraksi yang menunjukkan pengurangan tulang akan tampak sebagai area yang lebih gelap. 3. HASIL Citra yang digunakan untuk ujicoba ini berasal dari citra radiografi gigi. Citra tersebut diperoleh dari database Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga. Pasien yang melakukan kontrol kemudian diambil gambar radiografi giginya. Pada tiap pengambilan gambar radiografi ini memiliki interval waktu tertentu tergantung dari kondisi, kebutuhan dan saran dari dokter. Citra pada database ini terdiri dari beberapa pasien, dan tiap-tiap pasien memiliki jumlah citra radiografi yang berbeda-beda, dari pasien-pasien tersebut kemudian dipilih citra-citra radiografi gigi yang memiliki kualitas bagus yang layak untuk dilakukan ujicoba evaluasi. Uji coba normalisasi rentang tingkat kecerahan dilakukan pada tiga buah citra radiografi gigi yang dipilih secara acak. Citra yang diuji memiliki tingkat kecerahan yang bervariasi antara lain citra berwarna terang atau gelap pada keseluruhan area citra dan citra berwarna terang atau gelap pada beberapa area citra saja, sehingga rentang tingkat kecerahannya tidak merata. Keberhasilan normalisasi rentang tingkat kecerahan ditunjukkan dengan citra hasil normalisasi yang memiliki tingkat kecerahan berada pada rentang nilai tertentu, sehingga tidak ada lagi citra yang areanya tampak menonjol karena lebih terang atau lebih gelap dibanding area lainnya. Uji coba ekstraksi titik distinctive dilakukan pada tiga buah citra radiografi gigi yang dipilih secara acak. Keberhasilan uji coba ekstraksi titik distinctive ditunjukkan dengan citra hasil uji coba yang terdapat tanda titik-titik berwarna pada area di sekitar tepi gigi. Pengubahan nilai parameter Rc dan Rn pada proses ekstraksi juga akan ikut mengubah letak titik-titik distinctive pada citra hasil proses seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Gambar 6. Beberapa proses ekstraksi titik distinctive dengan mengubah parameter Rn dan Rc. (a) citra asli (b) citra dengan Rn = 1, Rc = 1 (c) citra dengan Rn = 3, Rc = 5 (d) citra dengan Rn = 5, Rc = 10 Uji coba pendeteksian titik-titik correspondence dilakukan pada empat pasangan citra radiografi. Masingmasing pasangan citra yang akan diuji adalah citra milik pasien yang melakukan kontrol giginya dengan interval waktu tertentu dan area gigi yang sama. Untuk mendeteksi titik-titik correspondence digunakan nilai measure of match seraca iteratif yang akan membandingkan nilai kemiripan area pada citra reference dengan citra floating seperti yang ditunjukkan pada tabel 1. Pada pengujian ini digunakan jumlah iterasi maksimal = 500. Tabel 1. Nilai measure of match pasangan citra uji sebelum registrasi dan sesudah registrasi measure of match No Citra 1 Citra 1 Sebelum Registrasi Sesudah Registrasi 1 I01.png I02.png I01.png I03.png I01.png I04.png I02.png I03.png I02.png I04.png I03.png I04.png Dari tabel 1, tampak bahwa secara umum nilai measure of match sebelum dan sesudah registrasi meningkat. Ratarata nilai measure of match setelah registrasi di atas Hal ini menunjukkan bahwa proses registrasi algoritma automatic iterative point correspondence bekerja dengan baik. Semakin tinggi nilai measure of match yang dihasilkan pada tahap pendeteksian titik-titik correspondence, semakin baik pula tingkat akurasi dan kualitas citra hasil subtraksi. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah nilai measure of match yang dihasilkan, semakin kurang akurat tingkat akurasi dan kualitas citra hasil subtraksi. Pada Gambar 7 ditunjukkan citra hasil subtraksi dari pasangan radiografi milik pasien sama yang diambil pada interval waktu tertentu.

7 algorithm for automatic image registration: An application to dental subtraction radiography [4] Wijayanti Nurul Khotimah, Agus Zainal Arifin, Anny Yuniarti. Pendeteksian Microcalcification pada Mammogram Menggunakan Algoritma Genetika dan ACO (Ant Colony Optimization) [5] Bostjan Likar and Franjo Pernus. Automatic extraction of corresponding points for the registration of medical images Gambar 7. (a) citra reference (b) citra floating (c) citra hasil subtraksi Pada Gambar 7 (a) dan 7(b) diatas tampak bahwa titik-titik correspondence ditunjukkan oleh titik berwarna hijau dan biru. Angka di sebelah titik menunjukkan indeks dari titiktitik tersebut. Tanda ellips pada citra hasil subtraksi Gambar 7(c) menunjukkan terdapat beberapa area berwarna gelap. Hal ini menandakan terjadinya penurunan tulang dari citra reference ke citra floating. 4. KESIMPULAN Penelitian secara umum telah mampu melakukan normalisasi rentang tingkat kecerahan pada citra yang memiliki tingkat kecerahan terlalu terang ataupun terlalu tinggi. Fitur yang digunakan untuk proses registrasi adalah titik-titik correspondence antara dua citra. Oleh karena itu untuk mendapatkan titik-titik correspondence, terlebih dahulu diekstrak titik-titik distinctive pada salah satu citra. Titik-titik pasangannya pada citra lainnya dideteksi menggunakan algoritma automatic iterative point correspondence yang bekerja secara iteratif. Semakin tinggi nilai measure of match yang didapat pada tahap ini, semakin baik pula tingkat akurasi registrasi citra. Titik-titik correspondence yang telah dideteksi selanjutnya digunakan untuk proses estimasi parameter transformasi geometri. Sistem persamaan pada proses estimasi parameter diselesaikan menggunakan faktorisasi cholesky serta eliminasi backward dan forward. Proses subtraksi dilakukan dengan mengurangkan piksel-piksel citra reference terhadap citra floating. [6] Wiwin Sulistyo, Yos Richard Bech, Filipus Frans Y. Analisis penerapan median filter untuk mengurangi noise pada citra digital. diambil pada 13 Juni 2010 dari yudiagusta.files.wordpress.com/2009/11/ knsi analisis-penerapan-metode-median-filteruntuk-mengurangi-noise-pada-citra-digital.pdf [7] TM Lehmann, K Grondahl, H-G Grondahl, W Schmitt and K Spitzer. Observer-independent registration of perspective projection prior to subtraction of in vivo radiographs [8] EI Zacharaki, GK Matsopoulos, PA Asvestas, KS Nikita, K Grondahl and H-G Grondahl. A digital subtraction radiography scheme based on automatic multiresolution registration REFERENSI [1] Barbara Zitova, Jan Flusser. Image registration methods: a survey [2] Yonghak Ahn and Oksam Chae. Automatic Subtraction Radiography Algorithm for Detection of Periodontal Disease in Internet Environment [3] Vasiliki E. Markaki, Pantelis A. Asvestas, George K. Matsopoulos. An iterative point correspondence

Metode Registrasi dengan Automatic Iterative Point Correspondence pada Citra Gigi

Metode Registrasi dengan Automatic Iterative Point Correspondence pada Citra Gigi Metode Registrasi dengan Automatic Iterative Point Correspondence pada Citra Gigi Diana Purwitasari diana@ifitsacid Susilo Hari Cahyono susilo@csitsacid Anny Yuniarti anny@csitsacid Agus Zainal Arifin

Lebih terperinci

NONSUBSAMPLED CONTOURLET TRANSFORM DAN ITERATIVE POINT CORRESPONDENCE UNTUK REGISTRASI PADA CITRA DENTAL PERIAPIKAL

NONSUBSAMPLED CONTOURLET TRANSFORM DAN ITERATIVE POINT CORRESPONDENCE UNTUK REGISTRASI PADA CITRA DENTAL PERIAPIKAL NONSUBSAMPLED CONTOURLET TRANSFORM DAN ITERATIVE POINT CORRESPONDENCE UNTUK REGISTRASI PADA CITRA DENTAL PERIAPIKAL Ahmad Afif Supianto, Agus Zainal Arifin, Arya Yudhi Wijaya Jurusan Teknik Informatika,

Lebih terperinci

REGISTRASI CITRA DENTAL MENGGUNAKAN FEATURE FROM ACCELERATED SEGMENT TEST DAN LOCAL GABOR TEXTURE FOR ITERATIVE POINT CORRESPONDENCE

REGISTRASI CITRA DENTAL MENGGUNAKAN FEATURE FROM ACCELERATED SEGMENT TEST DAN LOCAL GABOR TEXTURE FOR ITERATIVE POINT CORRESPONDENCE Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) p-issn: 2355-7699 Vol. 4, No. 4, Desember 2017, hlm. 253-262 e-issn: 2528-6579 REGISTRASI CITRA DENTAL MENGGUNAKAN FEATURE FROM ACCELERATED SEGMENT

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pengenalan gender pada skripsi ini, meliputi cropping dan resizing ukuran citra, konversi citra

Lebih terperinci

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI Marina Gracecia1, ShintaEstriWahyuningrum2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Katolik Soegijapranata 1 esthergracecia@gmail.com,

Lebih terperinci

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION Ahmad Saikhu, Nanik Suciati, Widhiantantri S. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

Operasi-Operasi Dasar pada Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma

Operasi-Operasi Dasar pada Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma Operasi-Operasi Dasar pada Pengolahan Citra Bertalya Universitas Gunadarma 1 Operasi2 Dasar Merupakan manipulasi elemen matriks : elemen tunggal (piksel), sekumpulan elemen yang berdekatan, keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Histogram dan Operasi Dasar Pengolahan Citra Digital 3 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 MAMPIR SEB EN TAR Histogram Histogram citra

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE YANG DIUSULKAN

BAB III METODE YANG DIUSULKAN BAB III METODE YANG DIUSULKAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode pengenalan manusia dengan menggunakan citra dental radiograph yang diusulkan oleh peneliti. Pengenalan ini akan dilakukan dalam

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila, Handayani Tjandrasa, dan Nanik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa

Lebih terperinci

A. Aras Komputasi. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik 3/18/2017

A. Aras Komputasi. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik. 1. Aras Titik 3/18/2017 A. Aras Komputasi Kuliah Ke 4 dan Ke 5 Ada empat aras (level) komputasi pada pengolahan citra, yaitu : 1. Aras titik 2. Aras lokal 3. Aras global 4. Aras Objek 1. Aras Titik Operasi pada aras titik hanya

Lebih terperinci

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital

Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Operasi-operasi Dasar Pengolahan Citra Digital Pendahuluan Citra digital direpresentasikan dengan matriks. Operasi pada citra digital pada dasarnya adalah memanipulasi elemen- elemen matriks. Elemen matriks

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016 Outline Konsep Operasi Ketetanggaan Aplikasi Operasi Ketetanggaan pada Filtering

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Pengolahan Citra Digital Kode : IES 6323 Semester : VI Waktu : 1 x 3x 50 Menit Pertemuan : 6 A. Kompetensi 1. Utama Mahasiswa dapat memahami tentang sistem

Lebih terperinci

7.7 Pelembutan Citra (Image Smoothing)

7.7 Pelembutan Citra (Image Smoothing) 7.7 Pelembutan Citra (Image Smoothing) Pelembutan citra (image smoothing) bertujuan untuk menekan gangguan (noise) pada citra. Gangguan tersebut biasanya muncul sebagai akibat dari hasil penerokan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan

Konvolusi. Esther Wibowo Erick Kurniawan Konvolusi Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Filter / Penapis Digunakan untuk proses pengolahan citra: Perbaikan kualitas citra (image enhancement) Penghilangan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ)

FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) BAB 2 FUZZY-NEURO LEARNING VECTOR QUANTIZATION (FNLVQ) Bab ini akan menjelaskan algoritma pembelajaran FNLVQ konvensional yang dipelajari dari berbagai sumber referensi. Pada bab ini dijelaskan pula eksperimen

Lebih terperinci

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari

Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6. Intan Nur Lestari Implementasi Metode Hough Transform Pada Citra Skeletonisasi Dengan Menggunakan MATLAB 7.6 Intan Nur Lestari Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya, 100, Pondok Cina, Depok

Lebih terperinci

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital

Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Watermarking dengan Metode Dekomposisi Nilai Singular pada Citra Digital Latifatul Machbubah, Drs. Soetrisno, MI.Komp Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi analisis pengembangan program aplikasi pengenalan karakter mandarin, meliputi analisis kebutuhan sistem, gambaran umum program aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial

Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial Pengolahan Citra Digital: Peningkatan Mutu Citra Pada Domain Spasial Dr. Aniati Murni (R.1202) Dina Chahyati, M.Kom (R.1226) Universitas Indonesia DC - OKT 2003 1 Tujuan Peningkatan Mutu Citra Sumber Pustaka:

Lebih terperinci

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN

Bab III ANALISIS&PERANCANGAN 3.1 Analisis Masalah Bab III ANALISIS&PERANCANGAN Pada penelitian sebelumnya yaitu ANALISIS CBIR TERHADAP TEKSTUR CITRA BATIK BERDASARKAN KEMIRIPAN CIRI BENTUK DAN TEKSTUR (A.Harris Rangkuti, Harjoko Agus;

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIGITAL

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIGITAL PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MEMPERBAIKI CITRA DIGITAL 1. Pendahuluan Citra / gambar merupakan hal yang vital dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Pada kepentingan tertentu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Pemfilteran Citra; Sharpening, Blurring dan Noise Reduction 5 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 Pemfilteran Citra (Image Filtering) Pada

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN

PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN PERANCANGAN APLIKASI PENGURANGAN NOISE PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN METODE FILTER GAUSSIAN Warsiti Mahasiswi Program Studi Teknik Informatika STMIK Budi Darma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338 Sp. Limun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG)

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG) Ni Luh Made Asri Mulyasari,

Lebih terperinci

EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA TESIS OLEH: ANDRI SUPRAYOGI NIM :

EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA TESIS OLEH: ANDRI SUPRAYOGI NIM : EKSTRAKSI JALAN SECARA OTOMATIS DENGAN DETEKSI TEPI CANNY PADA FOTO UDARA (Menggunakan Transformasi Wavelet Untuk Penghalusan Citra ) TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING Chastine Fatichah, S.Kom, M.Kom MAHASISWA Yudis Anggara P. ( )

DOSEN PEMBIMBING Chastine Fatichah, S.Kom, M.Kom MAHASISWA Yudis Anggara P. ( ) Sidang Tugas Akhir September 2009 Implementasi Metode Ant Colony Optimization untuk Pemilihan Fitur pada Kategorisasi Dokumen Teks DOSEN PEMBIMBING Chastine Fatichah, S.Kom, M.Kom MAHASISWA Yudis Anggara

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS

IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS IMPLEMENTASI METODE ANT COLONY OPTIMIZATION UNTUK PEMILIHAN FITUR PADA KATEGORISASI DOKUMEN TEKS Yudis Anggara Putra Chastine Fatichah Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Institut

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. * adalah operasi konvolusi x dan y, adalah fungsi yang merepresentasikan citra output,

II TINJAUAN PUSTAKA. * adalah operasi konvolusi x dan y, adalah fungsi yang merepresentasikan citra output, 5 II INJAUAN PUSAKA.1 Fitur Scale Invariant Feature ransform (SIF) Fitur lokal ditentukan berdasarkan pada kemunculan sebuah objek pada lokasi tertentu di dalam frame. Fitur yang dimaksudkan haruslah bersifat

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan proses penyakit yang terjadi karena sel abnormal mengalami mutasi genetik dari DNA seluler. Sel abnormal membentuk klon dan berproliferasi secara abnormal

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER

KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER KLASIFIKASI KAYU DENGAN MENGGUNAKAN NAÏVE BAYES-CLASSIFIER ACHMAD FAHRUROZI 1 1 Universitas Gunadarma, achmad.fahrurozi12@gmail.com Abstrak Masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah bagaimana

Lebih terperinci

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas.

pola-pola yang terdapat pada suatu daerah bagian citra. Tekstur juga dapat membedakan permukaan dari beberapa kelas. Ruang Lingkup Penelitian Ruang Lingkup penelitian ini adalah: 1. Objek citra adalah data citra daun tumbuhan obat dan citra pohon tanaman hias di Indonesia. 2. Dalam penelitian ini operator MBLBP yang

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi ciri Citra yang digunakan dalam penelitian ini berukuran 150 x 150 pixel, sehingga jika divektorkan akan menghasilkan vektor berukuran 22500. Melalui tahap ekstraksi ciri

Lebih terperinci

MKB Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel pada Domain Frekuensi. Genap 2016/2017

MKB Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel pada Domain Frekuensi. Genap 2016/2017 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel pada Domain Frekuensi Genap 2016/2017 Outline Pengertian Konvolusi Pengertian Frekuensi Filter Lolos-Rendah (Lowpass Filter) Filter Lolos-Tinggi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap

Lebih terperinci

Fitur Bentuk Pada Citra. Achmad Basuki, Nana R PENS-ITS, 2008

Fitur Bentuk Pada Citra. Achmad Basuki, Nana R PENS-ITS, 2008 Fitur Bentuk Pada Citra Achmad Basuki, Nana R PENS-ITS, 008 Materi Fitur Bentuk Deteksi Tepi Histogram Proyeksi Histogram Sudut Aplikasi Pengenalan Angka Fitur Bentuk Fitur bentuk adalah fitur dasar dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) Metode GLCM menurut Xie dkk (2010) merupakan suatu metode yang melakukan analisis terhadap suatu piksel pada citra dan mengetahui

Lebih terperinci

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Digital Image 2.1.1 Definisi Digital Image Menurut Gonzalez dan Woods (1992, p6), digital image adalah image f(x,y) yang telah dibedakan berdasarkan koordinat tata letak dan

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Operasi Ketetanggaan Piksel pada Domain Frekuensi Muhammad Zidny Naf an, Lc., S.Kom., M.Kom. Genap 2015/2016 Outline Pengertian Konvolusi Pengertian Frekuensi Filter Lolos-Rendah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Studi Pendahuluan Sebelumnya telah ada penelitian tentang sistem pengenalan wajah 2D menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C- Means dan jaringan

Lebih terperinci

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1)

Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Fourier Descriptor Based Image Alignment (FDBIA) (1) Metode contour tracing digunakan untuk mengidentifikasikan boundary yang kemudian dideskripsikan secara berurutan pada FD. Pada aplikasi AOI variasi

Lebih terperinci

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika

Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika Rancang Bangun Robot PANTILT: Pendeteksian Posisi Kepala Manusia Menggunakan Algoritma Genetika Ferman Hakiki 1, Indra Adji Sulistijono 2 1 Jurusan Teknik Elektornika, Politeknik Elekronika Negeri Surabaya

Lebih terperinci

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.

2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. 6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Sampel Sampel pengujian menggunakan sebanyak 1 buah sampel beras A, 7 buah sampel beras B, 1 buah sampel beras C, dan 2 buah sampel beras D. 1. Data Pengujian Mutu Beras

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses

Lebih terperinci

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra atau image adalah suatu matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra tersebut dan elemen matriksnya (yang disebut sebagai elemen gambar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan

BAB II LANDASAN TEORI. berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan BAB II LANDASAN TEORI Metode kompresi citra fraktal merupakan metode kompresi citra yang berawal dari suatu ide untuk menyimpan segitiga Sierpinski menggunakan Iterated Function System (IFS). Segitiga

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 6 Restorasi Citra (Image Restoration) Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 6 Restorasi Citra (Image Restoration) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 6 Restorasi Citra (Image Restoration) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 5 Neighboorhood Processing. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 5 Neighboorhood Processing. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 5 Neighboorhood Processing Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

Perbaikan Citra X-ray Gigi Menggunakan Contrast Stretching

Perbaikan Citra X-ray Gigi Menggunakan Contrast Stretching Perbaikan Citra X-ray Gigi Menggunakan Contrast Stretching Ima Kurniastuti 1, Tri Deviasari Wulan 1, I Ketut Eddy Purnama 2, Mauridhi Hery Purnomo 2, Margareta Rinastiti 3, Fatmala Agustina 1 1 Sistem

Lebih terperinci

APLIKASI KOMPRESI CITRA BERBASIS ROUGH FUZZY SET

APLIKASI KOMPRESI CITRA BERBASIS ROUGH FUZZY SET APLIKASI KOMPRESI CITRA BERBASIS ROUGH FUZZY SET Anny Yuniarti 1), Nadya Anisa Syafa 2), Handayani Tjandrasa 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Surabaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur maupun metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai pengenalan tulisan tangan telah banyak dilakukan oleh para peneliti, berbagai metode baik ekstraksi fitur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Vector Median Filtering (VMF)

BAB III METODOLOGI. 3.1 Vector Median Filtering (VMF) BAB III METODOLOGI Pada bab ini akan dijelaskan tentang metode yang dipakai dalam pengerjaan tugas akhir ini yang meliputi pengertian Vector Median Filtering (VMF), Vector Directional Filtering (VDF),

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Percobaan 1 Percobaan 2

Percobaan 1 Percobaan 2 direpresentasikan dengan histogram. Perlakuan pertama terhadap data-data penelitian ini adalah menghitung histogramnya. Kemudian dari interval antara 0-255 akan dibagi menjadi interval-interval bagian

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI. Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala 52 BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 ANALISA MASALAH Pada bab ini kita akan melihat masalah apa yang masih menjadi kendala melakukan proses retrival citra dan bagaimana solusi untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski

Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Identifikasi Tanda Tangan Menggunakan Transformasi Gabor Wavelet dan Jarak Minskowski Junia Kurniati Computer Engineering Department Faculty of Computer Science Sriwijaya University South Sumatera Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:

Created with Print2PDF. To remove this line, buy a license at: BAB III Pelaksanaan Penelitian Pada bab ini dibahas pelaksanaan ekstraksi unsur jalan secara otomatis yang terdiri dari tahap persiapan dan pengolahan data. Tahap persiapan yang terdiri dari pengambilan

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Neighborhood Processing. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Neighborhood Processing. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 4 Neighborhood Processing Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Elektro Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Mercu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI Harry Santoso Program Studi Teknik Informatika, Unika Soegijapranata Semarang harrysantoso888@gmail.com Abstract Signature is a proof

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

YOGI WARDANA NRP

YOGI WARDANA NRP PENGEMBANGAN ALGORITMA SISTEM IDENTIFIKASI MATA MANUSIA BERBASIS PENGOLAHAN CITRA DENGAN METODE GABOR PADA PERALATAN AOI ( AUTOMATED OPTICAL INSPECTION ) YOGI WARDANA NRP. 2107 100 115 JURUSAN TEKNIK MESIN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN

IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN Dosen Pembimbing Dr. Agus Zainal Arifin, S.Kom., M.Kom. Dosen Pembimbing

Lebih terperinci