PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT SOSIAL REMAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT SOSIAL REMAJA"

Transkripsi

1 BAB II PEMAHAMAN TERHADAP PUSAT SOSIAL REMAJA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori/kajian pustaka ataupun literatur yang berkaitan dengan Pusat Sosial Remaja, pemahaman terhadap proyek sejenis serta spesifikasi umum proyek yang diperoleh dari sistesis/kesimpulan dari perbandingan antara teori pada literatur dan studi banding yang dilakukan terhadap proyek sejenis. 2.1 Pemahaman Teori Pemahaman teori Pusat Sosial Remaja ini dibagi menjadi tiga sub bab, yaitu mengenai pemahaman remaja, pemahaman sosial, dan pemahaman pusat. 7

2 2.1.1 Pemahaman Remaja Pemahaman mengenai remaja mencakup pengertian, karakteristik pertumbuhannya, serta hubungan dengan sekitarnya. a) Pengertian Remaja Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, remaja berarti mulai dewasa, sudah sampai umur untuk kawin. Menurut Hurlock (1991), remaja adalah mereka yang berada pada rentang usia tahun. Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003), usia remaja berada pada rentang tahun. Kategori pendidikan remaja adalah SMP (13-15 tahun) dan SMA (16-18 tahun) serta Mahasiswa (19-21 tahun). Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini para remaja mengalami banyak perubahan yang disebabkan oleh lingkungan sekitar, emosional dan keinginan para remaja untuk menunjukkan jati diri mereka sendiri. (Hurlock, E. : 1991). Para ahli biasa menggunakan batasan usia remaja secara umum adalah antara 12 hingga 21 tahun. Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu tahun yang disebut dengan masa remaja awal, tahun disebut dengan masa remaja pertengahan, dan tahun disebut dengan masa remaja akhir. Berikut merupakan rentang waktu usia remaja yang ditampilkan pada Gambar 2.1 berikut: Gambar 2.1: Rentang waktu usia remaja (Sumber: analisa penulis, 2015) Masa remaja adalah suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri-ciri perkembangan psikologis remaja adalah adanya emosi yang meledakledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih, putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi remaja (Gunarsa, S. : 1989). Perkembangan 8

3 kognisi remaja menyebabkan remaja berpikir secara abstrak dan komplek sehingga mereka berpikir mampu mengambil keputusan untuk dirinya sendiri. Dan perkembangan sosial membuat remaja memiliki keinginan yg kuat untuk melepaskan diri dari ikatan keluarga dan melibatkan diri dengan teman-teman sebayanya. Hal ini dilakukan untuk menemukan identitas dirinya dan mendapatkan peran sosial sebagai pribadi yang dewasa. Dan yang terakhir yaitu perubahan emosional, erat kaitannya dengan kematangan hormon yang terjadi pada remaja dan biasanya ditandai dengan emosi yang tidak stabil dan penuh gejolak (Santrock, J. : 2003). b) Karakteristik Pertumbuhan Remaja Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan transisi biologis, transisi kognitif, dan transisi sosial akan dijelaskan seperti di bawah ini: 1. Transisi Biologis Menurut Santrock (2003: 91) perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat pada saat masa pubertas, yaitu dengan meningkatnya tinggi dan berat badan serta kematangan sosial. Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi semakin panjang dan tinggi). Selain pertumbuhan tubuh, perubahan lainnya dapat ditandai dengan mulai berfungsimya alatalat reproduksi, yang ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki. Perubahan fisik yang terjadi pada remaja perempuan antara lain pertumbuhan tulang, badan menjadi tinggi, dan tumbuh payudara. Selain itu juga tumbuh bulu halus di beberapa bagian tubuh seperti pada kemaluan dan ketiak, sedangkan pada anak lakilaki perubahan uang terjadi adalah pertumbuhan tulang-tulang, testis membesar, tumbuh bulu di kemaluan, ketiak,dada, serta di wajah berupa kumis atau jenggot, perubahan lainnya yaitu suara yang lebih rendah dan ejakulasi (keluarnya air mani). 9

4 2. Transisi Kognitif Dalam perkembangan kognitif, remaja tidak terlepas dari lingkungan sosial yang menekankan pentingnya interaksi sosial budaya dalam perkembangan kognitif remaja. Menurut Piaget (dalam Santrock, J. 2003: 15), pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Pemikiran operasional formal lebih abstrak, idealis, dan logis daripada pemikiran operasional kongkret. Remaja terdorong untuk memahami dunianya karena tindakan yang dilakukannya sebagai wujud dari penyesuaian diri secara biologis. Secara lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengoranisasikan pengamatan dan pengalaman, tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan. Remaja berfikir lebih abstrak dibandingkan anak-anak misalnya dapat menyelesaikan aljabar abstrak. Remaja juga lebih idealis dalam berfikir seperti memikirkan karakteristik ideal dari diri sendiri, oranglain, dan dunia. Remaja berfikir secara logis dan mulai berfikir seperti ilmuwan, menyusun berbagai rencana untuk meyelesaikan masalah dan secara sistematis menguji cara pemecahan yang terpikirkan. 3. Transisi Sosial John Flavel (dalam Santrock, J : 125) menyebutkan bahwa kemampuan remaja untuk memantau kognisi sosial mereka secara efektif merupakan petunjuk penting mengenai adaya kematangan dan kompetensi soaial mereka. Menurut Santrock (2003: 24), pada transisi sosisal remaja mengalami perubahan dalam hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi. Dalam kepribadian, dan dalam peran dari konteks sosial dalam perkembangan. Membantah orang tua, serangan agresif terhadap teman sebaya, perkembangan sikap asertif, kebahagiaan remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial-emosional dalam perkembangan remaja. 10

5 c) Hubungan Remaja Dengan Sekitarnya Hubungan sosial anak pada awalnya sangat terbatas dengan orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan sesuai dengan bertambahnya usia, khususnya remaja, hubungan sosial berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain dan teman sejenis maupun lain jenis. Hubungan remaja dengan teman sebaya dan orang tua akan dijelaskan seperti di bawah ini: 1. Hubungan dengan Teman Sebaya Menurut Santrock (2003 : 219), teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry Stack Sullivan (dalam Santrock, J : 220) mengungkapkankan bahwa anak-anak dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan setara melalui interaksi dengan teman sebaya. Remaja juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan perkembangan anak dan remaja. Sullivan juga menyatakan kaitannya dengan kesejahteraan bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, termasuk kebutuhan kasih sayang (ikatan yang aman), teman yang menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan seksual. 2. Hubungan dengan Orang Tua Menurut Steinberg (dalam Santrock, J : 42), masa remaja awal adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak rang tua dan remaja.collins (dalam Santrock, J. 11

6 2003 : 42) berkesimpulan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut, melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi, orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan memberi lebih banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua. Santrock (2003 : 24) memberikan beberapa strategi dalam menghindari terjadinya konflik antara remaja dengan orang tuanya, yaitu : 1) Menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2) Mencoba mencapai suatu pemahaman timbal balik. 3) Mencoba melakukan tukar pendapat (braistorming). 4) mencoba bersepakat tentang satu atau lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang dicapai. d) Faktor-Faktor Pengaruh Pertumbuhan Remaja Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak remaja ada dua, yaitu (Purnomo, Hanifan, B : 9) : 1) Faktor keturunan: adalah sifat-sifat kecenderungan yang ada pada diri setiap manusia yang dibawa sejak lahir. 2) Faktor lingkungan: yang dimaksud dengan lingkungan adalah lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Lingkungan fisik, adalah lingkungan berupa alam, disini manusia menyesuaikan diri terhadap pengaruhnya dan benda ciptaan manusia (pada umumnya merupakan alat pendidik atau pendidikan yang mempengaruhi jiwa anak) Lingkungan sosial, adalah limgkungan yang berwujud manusia yang merupakan masyarakat, dimana mereka berinteraksi. Keadaan masyarakat akan memberikan pengaruh tertentu terhadap perkembangan keluarga yang dimana terdapat didalamnya. 12

7 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan remaja ditampikan pada gambar 2.2 seperti berikut: Gambar 2.2: faktor-faktor pengaruh pertumbuhan remaja (Sumber: Analisa Penulis, 2015) Dari faktor-faktor pengaruh pertumbuhan remaja di atas, terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah pada remaja, antara lain (Purnomo, Hanifan B : 11): Adanya perubahan-perubahan biologis dan psikologis yang sangat pesat pada masa remaja yang akan memberikan dorongan tertentu yang sifatnya sangat kompleks Orang tua dan pendidik kurang siap untuk memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, karena ketidaktahuannya. Perbaikan gizi yang menyebabkan menais menjadi lebih dini. Banyaknya kejadian kawin muda terutama di daerah pedesaan. Sebaiknya di kota, kesempatan untuk bersekolah dan bekerja menjadi lebih terbuka bagi wanita dan usia kawin makin bertambah. Kesenjangan antara menais dan umur kawin yang panjang, apalagi dalam suasana pergaulan yang makin bebas tidak jarang menimbulkan masalah bagi remaja. Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi akibat kemajuan teknologi menyebabkan membanjirkan arus informasi dari luar yang sulit sekali diseleksi. Pembangunan kearah industrialisasi disertai dengan pertambahan penduduk menyebabkan maningkatnya urbanisasi, berkurangnya sumber daya alam dan terjadinya perubahan tata nilai. 13

8 Ketimpangan sosial dan individualisme sering kali memicu terjadinya perubahan konflik perorangan maupun kelompok lapangan kerjayang kurang memadai dapat memberikan dampak yang kurang baik bagi remaja sehingga remaja akan menderita frustasi dan depresi yang akan menyebabkan mereka mengambil jalan pintas dengan tindakan yang bersifat negatif. Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan gejolak remaja. Perlu adanya penyaluran sebagai subtitusi yang bersifat positif kearah pengembangan keterampilan yang mengandung unsur kecepatan dan kekuatan, misalnya olahraga. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik remaja atau proses perkembangan remaja meliputi masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan fisik. Transisi kognitif yaitu merupakan perkembangan kognitif remaja pada lingkungan sosial dan proses sosioemosional. Transisi terakhir adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orang tua, teman sebaya, serta masyarakat sekitar Pemahaman Sosial Pemahaman mengenai Sosial/sosialisasi mencakup pengertian, tujuan, macam-macam, bentuk, media, indikator keberhasilannya. a) Pengertian Sosial/Sosialisasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sosial/sosialisasi berkenaan dengan masyarakat; suka memperhatikan kepentingan umum; proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat dalam lingkungannya; upaya memasyarakatkan sesuatu sehingga men-jadi dikenal, dipahami, dihayati oleh masyarakat. Jadi sosial disini dapat disimpulkan sebagai suatu proses bermasyarakat. Sosial/Sosialisasi juga diartikan sebagai proses belajar seseorang menuju pembentukan kepribadian melalui pemahaman mengenai kesadaran terhadap peran diri yang dijalankan dan peran yang dijalankan orang lain. Sosialisasi juga dapat dimaknai sebagai suatu 14

9 proses di mana individu mulai menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan (tradisi, perilaku, bahasa, dan kebiasaan-kebiasaan) masyarakat, yang dimulai dari lingkungan keluarganya dan kemudian meluas pada masyarakat luas, lambat laun dengan keberhasilan penerimaan atau penyesuaian tersebut, maka individu akan merasa menjadi bagian dari keluarga atau masyarakat. Pada dasarnya, setiap manusia melakukan proses bersosial/sosialisasi dari lahir hingga meninggalnya. Manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa mempunyai kecenderung an untuk hidup bersama dalam suatu bentuk pergaulan hidup yang disebut masyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, manusia dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya melalui suatu proses. Proses penyesuaian diri terhadap masyarakat dalam sosiologi dinamakan proses sosialisasi. b) Tujuan Sosial/Sosialisasi Setelah mengerti apa itu sosial/sosialisasi, maka selanjutnya adalah tujuan dari bersosial/sosialisasi. Dan berikut ini beberapa tujuannya: Mengembangkan keahlian/kemampuan anak di dalam kehdupan untuk berkomunikasi dengan sesama secara baik dan efektif. Memeberikan suatu keterampilan yang diperlukan oleh seseorang yang memiliki tugas pokok di dalam masyarakat. Menanamkan nilai-nilai kepercayaan kepada seseorang yang memiliki tugas pokok di dalam masyarakat. Membentuk suatu karakter dan juga kepribadian seseorang c) Macam-Macam Sosial/Sosialisasi Berikut ini merupakan macam-macam atau jenis-jenis dari sosial/sosialisasi. 1. Sosialisasi berdasarkan jenisnya Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua macam yaitu sosialisasi primer (sosialisasi yang berada di lingkungan keluarga) dan sosialisasi skunder (sosialisasi yang berada di lingkungan masyarakat). Menurut Goffman kedua proses tersebut berlangsung dalam instituti total. 15

10 Pengertian dari instituti total adalah tempat tinggal dan juga tempat bekerja. Dalam kedua intituti tersebut, terdapat beberapa individu dalam situasi yang sama, yaitu terpisah dari masyarakat luas dalam waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkurung dan diatur secara formal. Sosialisasi primer Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan bahwa pengertian dari sosialisasi primer adalah sebagai sosialisasi pertama yang akan dijalani oleh individu semasa kecil dengan belejar menjadi anggota masyarakat dalam lingkup keluarga. Sosialisasi primer berlangsung saat anak menginjak usia 1-5 tahun atau saat anak tersebut belum bersekolah. Anak akan mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap di akan mulai dapat membedakan dirinya dengan orang lain disekitar keluarganya. Dalam tahap ini, peran orang-orang terdekat dengan anak menjadi sangat penting karena sesorang anak akan melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan keluarga terdekatnya. Sosialisasi skunder Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialiasi lanjutan setelah seseorang melakukan sosialisasi primer yang mengenalkan individu ke dalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru, sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami perubahan identitas diri yang baru. 2. Sosialisasi berdasarkan tipenya Setiap kelompok masyarakat memiliki standar dan nilai yang berbeda-beda, misalnya ketika berada di sekolah, seseorang siswa 16

11 akan disebut baik (pandai) apabila nilai ulangannya tuntas semua, tidak pernah terlambat, tidak pernah bolos sekolah. Sementara itu di kelompok spermainan, seseorang disebut baik apabila ia mempunyai solidaritas yang baik, dan mampu menjalin hubungan yang baik serta dermawan. Perbedaan standar dan nilai pun tidak terlepas dari tipe sosialisasi yang ada. Ada dua tipe sosialisasi yaitu sebagai berikut : Formal Sosialisasi tipe ini terjadi melalui suatu lembaga yang berwenang menurut ketentuan yang sudah berlaku di dalam suatu negara, seperti pendidikan di sekolah, dan pendidikan kemiliteran, dll. Informal Sosialisasi yang satu ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat, sesama anggota klub dan kelompok-kelompok sosial lainnya yang berada di lingkungan masyarakat. 3. Sosialisasi berdasarkan polanya Sosialisasi berdasarkan polanya dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut : Sosialisasi represif (represivve socialization) Sosialisasi ini menekankan pada penggunaan hukuman terhadap seseorang yang melakukan kesalahan. Ciri lain dari sosialisasi represif yaitu penenkanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan juga imbalan. Penekanan pada kepatuhan anak dan orang tua. Penekanan pada komunikasi yang bersifat satu arah, nonverbal, dan berisi perintah, penekanan sosialisasi terletak pada orang tua dan keinginan orang tua dan eran keluarga sebagai significant other. Sosialisasi partisipatoris (participatory) Sosialisasi partisipatoris merupakan pola di mana anak-anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain itu juga, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses 17

12 sosialisasi ini anak diberi kebebasan. Penekanan diletakkan pada interaksi dan komunikasi bersifat lisan yang menjadi pusat sosialisasi adalah anak dan keperluan anak. Keluarga menjadi generalized other. d) Media Sosial/Sosialisasi 1. Media Keluarga, Proses sosialisasi yang terjadi dalam lingkungan keluarga sebagai berikut. Keluarga merupakan kelompok primer yang memiliki intensitas tinggi untuk mengawasi perilaku anggota keluarganya. Orang tua berperan mendidik anak agar kehadirannya dapat diterima oleh masyarakat. Sosialisasi diberikan oleh orang tua kepada anak agar membentuk ciri khas kepribadian. 2. Media Sekolah Proses sosialisasi di lingkungan sekolah sebagai berikut. Berperan dalam proses sosialisasi sekunder. Melibatkan interaksi yang tidak sederajat (antara guru dan siswa) serta interaksi sederajat (antara siswa dan siswa). Cakupan sosialisasi lebih luas. Berorientasi untuk mempersiapkan penguasaan peran siswa pada masa mendatang. Menanamkan nilai kedisiplinan yang lebih tinggi dan mutlak. 3. Media Kelompok Bermain Proses sosialisasi dalam kelompok bermain sebagai berikut. Dilakukan antarteman, baik teman sebaya maupun teman tidak sebaya. Terjadi secara ekualitas (hubungan sosialisasi yang sederajat). Kelompok bermain ikut menentukan cara berperilaku anggota kelompoknya. 18

13 Menjadi bagian dari subkultur yang dapat memberikan pengaruh positif atau negatif. 4. Media Lingkungan Kerja Proses sosialisasi yang terjadi di lingkungan kerja sebagai berikut. Diutamakan untuk mencapai kesuksesan dan keunggulan hasil kerja. Sosialisasi tahap lanjut setelah memasuki masa dewasa. Adaptasi dalam proses sosialisasi lingkungan kerja dilakukan berdasarkan tuntutan sistem. Intensitas sosialisasi tertinggi dilakukan antarkolega. 5. Media Massa Identifikasi proses sosialisasi media massa sebagai berikut: Dilakukan untuk menghadapi masyarakat luas. Pesan sosialisasi lebih bersifat umum. Diperlukan peran serta masyarakat untuk bersikap selektif terhadap informasi yang akan diserap oleh anak. Sosialisasi selalu mengikuti segala bentuk perkembangan dan perubahan sosial yang bersifat universal. Berperan penting untuk menyampaikan nilai dan norma untuk menghadapi masyarakat yang heterogen. e) Indikator Keberhasilan Bersosial/Sosialisasi Keberhasilan atau kesuksesan seseorang dalam proses sosialisasi dapat dilihat dan diukur dari adanya indikasi-indikasi yang akan saya sebutkan berikut ini : Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan lingkungan alam sekitarnya, hal ini dapat dan seorang mengenal keluarga, saudara, dan juga tetangga. Dapat berintegrasi dengan lingkungan sosial di masyarakat. Adanya peningkatan status dan peranan seseorang di dalam masyarakat. 19

14 2.1.3 Pemahaman Pusat Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pusat berarti tempat yang letaknya di bagian tengah; pokok pangkal atau yang menjadi pumpunan berbagai-bagai urusan, hal, dan sebagainya. Pusat juga berarti: 1) Sentral, adalah bagian paling penting dari sebuah kegiatan atau organisasi, tempat aktivitas utama dari kepentingan khudud ysng dikonsentrasikan. 2) Lengkap, adalah suatu tempat yang menarik aktifitas atau fungsi terkumpul atau terkonsentrasi. Dalam hal ini berarti pusat merupakan suatu tempat dengan fasilitas terlengkap atau lebih lengkap dari tempat lainnya. Berikut terdapat beberapa contoh pemakain kata pusat yang dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia online: Pusat data, organisasi yang mengumpulkan, menampung, mengolah, dan menyajikan data perlengkapan pengolah data elektronik; Pusat kebudayaan, tempat membina dan mengembangkan kebudayaan; Pusat pemerintahan, tempat yang menjadi pokok kedudukan pemerintahan; Pusat perdagangan, pusat perniagaan; Pusat pertokoan, tempat yang diperuntukkan bagi pertokoan yang mudah dikunjungi pembeli berbagai lapisan masyarakat; Pusat usaha, daerah yang merupakan pusat kegiatan pelayanan ekonomi dengan segala fasilitasnya, misalnya perkantoran, perdagangan, keuangan, dan rekreasi Jadi jika dikaitkan dengan judul proyek yaitu Pusat Sosial Remaja, pusat disini dapat berarti suatu tempat yang akan menjadi tempat bersosialisasi dan mengembangkan diri dan kepribadian bagi para remaja dengan fasilitas terlengkap. 20

15 2.2 Pemahaman Proyek Sejenis Augi Sport Centre and Lifestyle Augi Sport Center merupakan fasilitas olahraga yang baru dibangun setahun lalu. Meski terbilang baru, Augi selalu dipenuhi pengunjung, terutama puncak keramaian terjadi sekitar pukul 7-8 malam. Dengan luas tapak 1500m2, Augi Sport Centre mampu menanmpung hingga 200 pengunjung. Eksterior Augi Sport Centre dapat dilihat pada gambar 2.3. A. Deskripsi Umum Nama Bangunan : Augi Sport Centre and Lifestyle Fungsi : Sport Centre Lokasi : Jalan Tukad Badung XVI no 18A Renon. Total luas tapak : 1500m2 Total luas bangunan : 1000m2 Kapasitas : 200 pengunjung Tahun berdiri : 19 September 2014 Jam operasional : Jumlah pegawai : 20 orang Gambar 2.3: Eksterior Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: Dokumentasi Pegawai, 2014) 21

16 B. Fasilitas Dan Aktiitas Yang Diwadahi Fasilitas yang disediakan Augi Sport Centre cukup beragam, mulai dari kolam renang dewasa dan anak-anak, lapangan futsal, gym, billiard, sampai food court dan restaurant. Untuk layout dari Augi Sport Centre ini dapat dilihat pada gambar 2.4. Gambar 2.4: Layout Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: analisa Penulis, 2015) 1. Kolam Renang Pada Augi sport centre terdapat kolam renang dewasa dan anak-anak masing-masing satu kolam. Kolam dewasa berdimensi sekitar 15m x 5m dengan kedalaman hingga 1,7m. Sedangkan untuk kolam renang anak-anak berdimensi 8m x 2m dengan kedalaman hanya 1m. Foto kolam renang dapat dilihat pada gambar 2.5 dan Lapangan Futsal Tersedia dua buah lapangan futsal disini, dimana keduanya menggunakan rumput statis. Dengan luas sesuai standar lapangan futsal nasional. Sama seperti pada umumnya penyewaan dapat dilakukan dengan sistem booking dengan 22

17 harga sewa rata-rata 160ribu per jamnya. Foto lapangan futsal dilampirkan pada gambar Fitness/Gym Untuk fasilitas gym yang tersedia disini masih terdapat beberapa kekurangan, seperti diantaranya adalah dimenssi yang terbilang cukup sempit yaitu hanya 4m x 8m. Selain itu alat gym yang tersedia juga terbatas. Foto ruang gym dapat dilihat pada gambar Billiard Space untuk billiard terdapat pada lantai 2 diatas ruang gym. Meja billiard diletakkan bersebelahan tanpa sekat dengan seating area. Tersedia dua buah meja billiard yang dapat disewa dengan sistem koin. Foto suasana area billiyard dapat dilihat pada gambar Food Court and Resto Food Court disini merupakan fasilitas penunjung. Tterdiri dari dua lantai, lantai 1 untuk bar dan lantai 2 berfungsi sebagai seating area. Foto food court dapat dilihat pada gambar 2.10, 2.11, dan

18 Gambar 2.5: Kolam Dewasa pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.6: Kolam anak-anak pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.7: Lapangan futsal pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.8: fasilitas gym pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.9: meja billiard pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.10: fasilitas foocourt pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) 24

19 Gambar 2.11: bar foodcourt pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.12: seating area foodcourt pada Augi Sport Centre and Lifestyle (Sumber: observasi 11 oktober 2015) The Ship Billiard Centre The Ship merupakan sebuah fasilitas olahraga billiard yang cukup ramai dikunjungi. Sebelum bernama The Ship, fasilitas ini bernama WBC Billiard Centre. Karena satu dan lain hal, namanya diganti namun fungsinya tetap. A. Deskripsi Umum Nama Bangunan : The Ship Lokasi : Jalan Teuku Umar No. 39 Denpasar Total luas tapak : 1000m2 Total luas bangunan : 1000m2 Kapasitas : 100 pengunjung Tahun berdiri : 2013 Jam operasional : Jumlah pegawai : 25 orang B. Fasilitas dan Aktifitas yang diwadahi Fasilitas yang disediakan The Ship hanya sebatas meja billiard dan seating area pada balkon yang juga berfungsi sebagai fasilitas nonton bareng. Untuk layout dari The Ship, dapat dilihat pada gambar

20 Gambar 2.13: Layout The Ship (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Seminar Tugas Akhir KBA

21 1. Area Billiard Reguler Area Billiard reguler merupakan area untuk bermain billiard untuk tamu reguler. Tersedia 21 meja billiard yaitu 11 meja di sisi ruang depan dan 10 meja di bagian belakang. Gambar 2.14: Area billiard reguler The Ship (Sumber: observasi 11 oktober 2015) 2. VIP Room VIP room merupakan area bermain billiard khusus untuk tamu VIP. Tersedia dua buah ruangan VIP dengan masing-masing luasan sekitar 30m2. Didalamnya terdapat satu buah meja billiard, sofa, serta fasilitas karaoke. 3. Bar & Stage Bar memfasilitasi pengunjung sebagai tempat memesan minuman ringan terutama bersoda. Tepat di bagian depan bar terdapat ministage yang sewaktu-waktu dipakai untuk pertunjukan musik untuk menghibur para tamu. 4. Seating & Nobar Area Seating dan nobar area merupakan fasilitas yang biasa digunakan untuk menonton pertandingan bola suatu komunitas. Area ini berada di lantai 2 dan merupakan balkon tambahan yang sengaja dibuat. 27

22 Gambar 2.15: VIP room The Ship (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.16: Bar pada The Ship (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.17: Mini stage pada The Ship (Sumber: observasi 11 oktober 2015) 28

23 2.2.3 Paradiso Bowling and Billiard Centre Paradiso bowling and billiard merupakan sebuah fasilitas olahraga billiard dan bowling yang sudah dikenal di Bali. Berlokasi di Kuta, mayoritas pengunjungnya merupakan WNA. Fasilitas ini berada di tengah kawan hotel Paradiso dan pada walnya merupakan fasilitas penunjang dari hotel tersebut. Namun karena semakin banyaknya peminat dan adanya peluang bisnis, maka kemudian Paradiso Bowling and Billiard ini dibuka untuk umum, tidak hanya bagi tamu hotel saja. A. Deskripsi Umum Nama Bangunan : Paradiso Bowling and Billiard Centre Fungsi : Billiard, Bowling, and Cafe Total luas tapak : 3610m2 Lokasi : Jalan Kartika Plaza No 8x, Kuta, Bali B. Fasilitas dan Aktifitas yang diwadahi Fasilitas yang disediakan adalah bowling, billiard, dan bar. 1. Bowling Untuk fasilitas bowling telah mengoperasikan sekitar 18 lanes bowling nasional yang bersertifikat dengan tingkat scorring systrem komputerisasi. Layanan bowling ini dirancang untuk berbagai kalangan dengan jadwal tertentu, seperti Senin untuk kalangan perempuan, Selasa khusus untuk pelajar, Kamis untuk kalangan turis, dan Minggu untuk anak-anak yang hendak belajar bermain olahraga dalam ruangan ini. Untuk area bowling lines dapat dilihat pada gambar Billiard Pada Paradiso Bowling and Billiard Centre tersedia beberapa meja billiard dengan standar internasional dari Pro Aramith Standar Billiard Balls. Karpet dan karet lubang meja yang diganti secara berkala memberikan kuliatas permainan yang baik bagi pengunjung. Foto area billiard pada Paradiso dapat dilihat pada gambar

24 Gambar 2.18: Bowling Lines pada Paradiso (Sumber: /hiburan-malam/yukmampir-di-paradisobowling-and-billiardcentre-kuta/.com Gambar 2.19: Billiard Area pada Paradiso (Sumber: Deus Ex Machina Consept Store and Bar Deus Ex Machina Consept Store and Bar merupakan sebuah konsep store yang berlokasi di Jalan Batu Mejan No. 8 Canggu, Kuta, Bali. Untuk peta lokasi dapat dilihat pada gambar Gambar 2.20: Peta Deus Ex Machina Consept Store and Bar (Sumber: +Temple+of+Enthusiasm/) 30

25 A. Deskripsi Umum Nama Bangunan : Deus Ex Machina Consept Store and Bar Lokasi : Jalan Batu Mejan No. 8 Canggu, Kuta. Total luas tapak : 2000m2 Total luas bangunan : 1000m2 Jam operasional : B. Fasilitas dan Aktifitas yang diwadahi Fasilitas yang disediakan disini adalah store, bar, dan mini resto. Gambar 2.21: Consept Store Deus Ex Machina (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.22: Bar & Mini Resto Deus Ex Machina (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.23: Backyard Bar Deus Ex Machina (Sumber: observasi 11 oktober 2015) Gambar 2.24: Mini Stage Deus Ex Machina (Sumber: observasi 11 oktober 2015) 31

26 2.2.5 Kesimpulan Hasil Pemahaman Proyek Sejenis Kesimpulan hasil kajian terhadap proyek sejenis yang dilakukan pada 4 objek, yaitu Augi Sport Centre Denpasar, The Ship Denpasar, Paradiso Bowling and Billiard Centre di Kuta serta Deus Ex Machina Consept Store and Bar dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Kesimpulan Hasil Kajian terhadap Proyek Sejenis (Sumber: Analisa Penulis, Obyek Lokasi Jenis Fasilitas Analisa Kolam renang Augi Sport Centre Denpasar Jalan Tukad Badung XVI no 18A Renon Lapangan futsal Gym Billiard food court Fasilitas beragam Lokasi strategis Area kurang luas Bar and cafe Area billiard The Ship Denpasar Jalan Teuku Umar No. 39 Denpasar Karaoke Bar Seating and Fasilitas kurang Lokasi strategis Area kurang luas Nobar Area Paradiso Bowling and Billiard Centre Kuta Jalan Kartika Plaza No 8x, Kuta, Bali Bowling lines Billiard Bar and Cafe Fasilitas beragam Lokasi strategis Area luas Deus Ex Machina Consept Store and Bar Jalan Batu Mejan No. 8 Canggu, Kuta. Store Bar mini resto Fasilitas beragam Lokasi strategis Area luas 32

27 2.3 Spesifikasi Umum Spesifikasi umum Pusat Sosial Remaja menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan pengertian, fungsi, tujuan, batasan, fasilitas, lingkup pelayanan, dan status pengelolaan Pengertian Pusat Sosial Remaja adalah suatu tempat bagi para remaja perkotaan untuk berkumpul dan bersosialisasi sesamanya Fungsi dan Tujuan Fungsi dan tujuan dar i Pusat Sosial Remaja ini berkaitan erat dengan gaya hidup remaja perkotaan masa kini yang membutuhkan wadah untuk menyalurkan hobi serta berekreasi dengan teman sebayanya. 1) Fungsi Fungsi Pusat Sosial Remaja adalah sebagai tempat rekreasi bagi para remaja perkotaan untuk berkumpul dan bersosialisasi serta melakukan aktifitas positif bersama sebayanya. 2) Tujuan Tujuan Pusat Sosial Remaja adalah untuk membantu para remaja menyalurkan keinginan berkumpul dan bersosialisai dengan sesamanya dengan memberikan suatu fasilitas rekreasi modern sehingga dapat menghindari kemungkinan terjadinya tempat pergaulan negatif antara remaja perkotaan Batasan Batasan Pusat Sosial Remaja dibagi menjadi dua, yaitu batasan non fisik dan fisik: 1) Batasan Non Fisik Pusat Sosial Remaja melayani khusus untuk remaja (SMP- Kuliah) Pusat Sosial Remaja menekankan kepada fasilitas rekreasi indoor untuk para remaja sebagai wadah berkumpul, bersosialisasi, dan bertukar pikiran sesamanya. 2) Batasan Fisik Penampilan bangunan Penampilan bangunan mengikuti peraturan yang berlaku 33

28 Luas lahan Luas lahan yang dibutuhkan cukup untuk mewadahi kebutuhan ruang dan fasilitas yang diperlukan Jenis kegiatan Jenis kegiatan ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kegiatan utama, kegiatan penunjang, dan kegitan pengelola. Penjelasannya yaitu: 1) Kegiatan Utama Merupakan kegiatan yang mencakup fungsi pokok dari Pusat Sosial Remaja, yaitu kegiatan rekreasi dan pengembangan diri seperti berlatih skateboard, sepeda BMX, graffiti, mural, photografi, musik, tari, bowling, billiard, makan dan minum di kafe, menjual-membeli baju di distro/conseptstore, serta kegiatan lain yang melibatkan para remaja. 2) Kegiatan Penunjang Merupakan kegiatan yang menunjang kegiatan utama atau fungsi pokok dari Pusat Sosial Remaja, seperti misalnya kegiatan belajar dan membuat tugas di workingspace, membeli atau membaca buku di bookstore, buang air kecil, atau kegiatan servis lainnya yang berhubungan dengan remaja sebagai pengunjung. 3) Kegiatan Pengelola Merupakan kegiatan yang fungsinya mendukung kegiatan utama dan kegiatan penunjang. Kegiatan ini dapat berupa kegiatan perawatan bangunan, pengawasan bangunan dan keamanan di sekitar bangunan Sistem Pelayanan Apabila ditinjau dari studi pemahaman objek sejenis, maka dapat disimpulkan bahwa sistem pelayanan pada Pusat Sosial Remaja ini berupa sistem pelayanan terbuka. Sistem ini berarti setiap pengunjung yaitu para remaja bebas untuk melakukan kegiatan rekreasi atau aktivitas sosialisasi mereka, serta menggunakan dan memanfaatkan fasilitas yang ada dengan maksimal Pengelola Pengelolaan pada Pusat Sosial Remaja ini dilakukan sepenuhnya oleh pihak swasta. Pemilik dari Pusat Sosial Remaja ini merupakan 34

29 perorangan maupun sekelompok penanam saham yang mengatur dan mengawasi. Dari uraian di atas maka Pusat Sosial Remaja banyak mencari relasi atau bekerjasama dengan perusahaan untuk mendukung fasilitas yang ada di dalamnya seperti untuk jaringan internet dan penyediaan fasilitas pendukung lainnya Fasilitas Fasilitas yang akan disediakan pada Pusat Sosial Remaja dapat dilihat pada tabel 2.2 Tabel 2.2 Fasilitas Di Dalam Pusat Sosial Remaja Yang Akan Disediakan (Sumber: Analisa Penulis, 2015) Fasilitas Utama Kafe Billiard Bowling Distro Consept Store Ruang Serbaguna, untuklatihan musik dan tari Panggung Mini Terbuka (Musik & Tari) Arena Skateboard Arena BMX Arena Graffiti, Mural, Fotografi Fasilitas Pengelola Kantor Pengelola Loker Toilet Pengelola Pantry Fasilitas Penunjang Bookstore Working space Teen Rest Area Ruang Informasi Ruang Penitipan Barang Toilet Parkir Fasilitas Servis Toilet Pengunjung Pusat Informasi Pos Keamanan Parkir Persyaratan Persyaratan Pusat Sosial Remaja meliputi pemilihan tapak atau lokasi. Persyaratan tersebut meliputi: a) Kemudahan untuk aksesibilitas atau kemudahan untuk dijangkau oleh sarana transportasi umum dan kendaraan pribadi. b) Keberadaan tapak atau lokasi dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan. 35

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN

Seminar Tugas Akhir KBA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian. Pada latar belakang terdapat uraian alasan dan hal-hal yang mendasari penulisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan anak. Kelompok sosial ini fungsi seperti fungsi pendidikan, kasih sayang, dan lainnya.

I. PENDAHULUAN. dan anak. Kelompok sosial ini fungsi seperti fungsi pendidikan, kasih sayang, dan lainnya. I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dari masyarakat yang terdiri dari orang tua dan anak. Kelompok sosial ini fungsi seperti fungsi pendidikan, kasih sayang, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan. dan Warren, masyarakat pedesaan memiliki karakteristik sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan Seperti telah diungkap oleh berbagai literatur ciri khas desa sebagai suatu komunitas pada masa lalu selalu dikaitkan dengan kebersahajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang terbentuknya sport club di Denpasar, rumusan masalah, tujuan, serta metode penelitian yang dilakukan dalam penulisan Landasan Konseptual

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa

Lebih terperinci

by N a d j m a A c h m a d _ Arena Olahraga (Sportainment) Dosen Pembimbing : Ir. HARI PURNOMO, M.BDG.SC

by N a d j m a A c h m a d _ Arena Olahraga (Sportainment) Dosen Pembimbing : Ir. HARI PURNOMO, M.BDG.SC by N a d j m a A c h m a d _ 3 2. 0 6 1 0 0. 0 8 0 Arena Olahraga (Sportainment) Dosen Pembimbing : Ir. HARI PURNOMO, M.BDG.SC Arena Olahraga (Sportainment) Why??? AKTIVITAS YANG PADAT Lupa akan pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan merupakan salah satu kota besar di Indonesia, penduduknya berjumlah 2.109.339 dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu di mana individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

PUSAT SOSIAL REMAJA DI DENPASAR

PUSAT SOSIAL REMAJA DI DENPASAR LANDASAN KONSEPTUAL PERANCANGAN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dalam Memenuhi Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Periode Februari 2016 PUSAT SOSIAL REMAJA DI

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Proyek ini merupakan proyek fiktif yang diirencanakan pada lahan kosong yang berada di Jalan Soekarno-hatta dan diperuntukan untuk pertandingan renang internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Perancangan karaoke ini di latar belakangi karena masyarakat membutuhkan hiburan dan refreshing, sehingga keberadaan tempat hiburan sangat dibutuhkan. Salah

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Diet 1. Pengertian Perilaku Diet Perilaku diet adalah pengurangan kalori untuk mengurangai berat badan (Kim & Lennon, 2006). Demikian pula Hawks (2008) mengemukakan

Lebih terperinci

OBYEK SURABAYA VIRTUAL GAME CENTER

OBYEK SURABAYA VIRTUAL GAME CENTER OBYEK Bangunan atau tempat sebagai wadah untuk memenuhi kebutuhan para pecinta gamer untuk berkumpul, serta pengenalan perkembangan dunia game. LATAR BELAKANG Sampai saat ini sarana yang mewadahi aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Proyek Kebutuhan akan sarana hiburan pada saat ini terutama di kota-kota besar semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan kota tersebut. Selain itu pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, banyak orang bersaing untuk mendapatkan kehidupan yang semakin layak. Mereka bekerja banting tulang untuk memenuhi keinginan yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI

ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( DP3A ) ENTERTAINMENT CENTER DI PURWODADI Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa.

SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4. Pemerintah. Masyarakat. Media Massa. SMA/MA IPS kelas 10 - SOSIOLOGI IPS BAB 4. SOSIALISASI DAN PEMBENTUKAN KEPRIBADIANLATIHAN SOAL BAB 4 1. Seorang anak sebagai generasi penerus dibekali dengan keimanan, ketakwaan serta pemahaman pada nilai

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permainan bola voli di Indonesia merupakan salah satu cabang olahraga yang banyak digemari masyarakat, karena dapat dilakukan oleh anak-anak hingga orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang diberikan kesempurnaan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang lainnya. Sejak dilahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, di kota-kota metropolitan semakin banyak orang yang mengalami stres. Stres adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tekanan yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROYEK. Data umum dari proyek perancangan ini adalah sebagai berikut : Kel. Mengger Kec. Bandung Kidul

DESKRIPSI PROYEK. Data umum dari proyek perancangan ini adalah sebagai berikut : Kel. Mengger Kec. Bandung Kidul BANDUNG ICE SKATING CENTER II. DESKRIPSI PROYEK 2.1 Umum Data umum dari proyek perancangan ini adalah sebagai berikut : a. Lokasi : Jl. Batu Nunggal Indah Kel. Mengger Kec. Bandung Kidul b. Luas Lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008

PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA. Nanang E.G. 15 Juli 2008 PERKEMBANGAN PSIKOLOGIS REMAJA Nanang E.G. 15 Juli 2008 Siapakah remaja? Masa puber, Adolesensi atau akil baliq Secara biologis 12-21 tahun Banyak mengalami perubahan psikis dan fisik Anak-anak bukan,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI X SOSIALISASI TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI X SOSIALISASI TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada masa sekarang ini penyebaran dan pertukaran informasi maupun hal-hal baru beserta masalah-masalah yang sifatnya universal terhadap kepentingan manusia selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang terlahir pada umumnya dapat mengenal lingkungan atau orang lain dari adanya kehadiran keluarga khususnya orangtua yg menjadi media utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL...viii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR TABEL...viii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...4 1.3 Tujuan...4 1.4 Metode Perancangan...4 1.4.1 Permulaan...4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan bantuan orang lain. Oleh karena itu, setiap manusia diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah seksual telah menjadi problematika sosial di kalangan masyarakat. Masalah tersebut tidak sekedar berwujud dalam satu bentuk, tetapi ada beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ke arah positif maupun negatif, maka intervensi edukatif dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja (adolescence) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar belakang pengadaan proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar belakang pengadaan proyek Pendidikan karakter merupakan salah satu hal penting bagi keberhasilan hidup seseorang. Keberhasilan hidup seseorang, secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecepatan arus informasi dan semakin majunya teknologi sekarang ini yang dikenal dengan era globalisasi memberikan bermacam-macam dampak bagi setiap kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Data demografi menunjukan bahwa remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World Health Organization sekitar seperlima dari penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem pendidikan, sebab seseorang tidak bisa dikatakan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini, olahraga tidak hanya dilakukan di dalam ruangan dengan peralatan yang sudah kita kenal saat ini. Terdapat juga jenis olahraga yang dilakukan di luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK 2.1 Gambaran Umum Proyek Judul Proyek Tema Lokasi Sifat Luas Tapak : Pusat Kebugaran dan Spa : Arsitektur Tropis : Jl. Gandul Raya, Krukut, Depok : Fiktif : ± 15.000 m² (1,5

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya perkembangan ekonomi, industri dan pusat-pusat rekreasi dan hiburan.

BAB I PENDAHULUAN. seperti halnya perkembangan ekonomi, industri dan pusat-pusat rekreasi dan hiburan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, banyak perkembangan yang terjadi dipusat-pusat kota, seperti halnya perkembangan ekonomi, industri dan pusat-pusat rekreasi dan hiburan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di dunia yang maju seperti sekarang ini, semua orang sangat sibuk dan terus berusaha mengerjakan segala kegiatan mereka. Pekerjaan yang dhadapi bukanlah hal yang mudah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan

I. PENDAHULUAN. Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan dan pengembangan generasi muda terus-menerus ditingkatkan sejalan dengan proses pembangunan nasional yang terus digalakkan. Salah satu wadah dari pembinaan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Pengertian Judul Berau : Suatu nama daerah daerah tingkat II berbentuk kabupaten yang ada di provinsi Kalimantan Timur. Youth 1 Center Pusat Sarana Sosialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda. Perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Pembangunan perekonomian Jakarta sebagai ibu kota semakin meningkat.seiring dengan pembangunan ini telah menjadikan jakarta dan menuntut ibu kota ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pola Asuh 1.1 Definisi Pengasuhan adalah kegiatan kompleks yang mencakup berbagai tingkah laku spesifik yang bekerja secara individu dan bersama sama untuk mengasuh anak (Darling,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Fasilitas Wisata Air di Blahkiuh 1

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan Fasilitas Wisata Air di Blahkiuh 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode perancangan. Latar belakang pada bab ini membahas tentang seluk beluk atau dasar pemikiran

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi

BAB I PENDAHULUAN. dengan satu hal. Maka dari itu pada perancangan ini menerapkan konsep pelangi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tumbuh kembang pada usia balita sangatlah menentukan kepribadian mereka di usia mendatang, sehingga sangat dibutuhkan pendampingan dalam proses belajarnya terutama dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang masuk pada tahapan remaja, ia akan. tumbuhnya bulu pada area kemaluan dan ketiak.

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang masuk pada tahapan remaja, ia akan. tumbuhnya bulu pada area kemaluan dan ketiak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan tahapan waktu saat seseorang meninggalkan kehidupan anak-anak menuju tahapan dewasa. Batasan usia remaja adalah 10 sampai 19 tahun (WHO, 2013). Ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang paling menarik untuk dipelajari, karena banyak sekali masalah yang dihadapi. Seiring dengan perkembangan jaman dan peradaban,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat pada anak-anaknya (Friedman et al., 2010). yang masih bertanggung jawab terhadap perkembangan anak-anaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Orang Tua 1. Pengertian Orang tua adalah orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, terdiri dari ayah dan ibu yang merupakan guru dan contoh utama untuk anakanaknya karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003). 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan masa dimana seorang manusia mengalami peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Pada masa peralihan ini setiap remaja meninggalkan identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu tentunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolam renang merupakan fasilitas umum yang digemari oleh anakanak, remaja dan juga dewasa. Terutama remaja dan anak-anak sangat menyukai tempat yang menyediakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada hakekatnya manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat lepas berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk berkomunikasi atau bergaul dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menyangkut dengan kesehatan tubuh, hobi atau sarana rekreasi.

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menyangkut dengan kesehatan tubuh, hobi atau sarana rekreasi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepentingan berolahraga pada sebagian masyarakat merupakan hal yang penting yang menyangkut dengan kesehatan tubuh, hobi atau sarana rekreasi. Pada orang-orang

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Komik sesungguhnya lebih dari sekedar cerita bergambar yang ringan dan menghibur. Komik adalah suatu bentuk media komunikasi visual yang mempunyai kekuatan untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang perjalanan kehidupan dan menjadi bagian yang dilalui dalam siklus perkembangan manusia. Dewasa ini disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Imran (1998) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Kesehatan Reproduksi Menurut WHO (1992), sehat adalah suatu keadaan yang lengkap meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial bukan semata-mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Hurlock (1980) masa remaja dianggap sebagai periode badai dan tekanan, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi mendefinisikan perkembangan emosi sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme mencakup

Lebih terperinci

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, pola pikir serta gaya hidup (lifestyle) masyarakat mengenai pemenuhan kebutuhan hidupnya juga mulai mengarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu masa dalam tahap perkembangan manusia yang merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja menurut Hurlock (1973)

Lebih terperinci