TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Tanaman Rami (Balittas, 2009)
|
|
- Widya Indradjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Rami (Boehmeria nivea L. Gaud) Tanaman rami adalah tanaman berumpun tahunan yang menghasilkan serat dari kulit kayunya. Tanaman yang diduga berasal dari Cina ini, secara botanis dikenal dengan nama Boehmeria nivea (L) Gaudish. Berikut ini adalah taksonomi tanaman rami: Kingdom : Plantae Plants Subkingdom : Tracheobionta Vascular plants Superdivision : Spermatophyta Seed plants Division : Magnoliophyta Flowering plants Class : Magnoliopsida Dicotyledons Subclass : Hamamelidideae Order : Urticales Family : Urticaceae Nettle family Genus : Boehmeria Jacq. false nettle Species : Boehmeria nivea (L.) Gaudich. Chinese grass (Kartesz, 2011) Berikut ini adalah gambar tanaman rami (Gambar 1.) Gambar 1. Tanaman Rami (Balittas, 2009)
2 Daun rami sangat khas dengan letak daunnya yang berselang-seling. Selain itu, daunnya ada yang berbentuk jantung hingga bulat atau oval dengan panjang daun (lamina) sebesar 7,5-20 cm, lebar 5-15 cm, serta cenderung berkerut. Kasar dan halusnya kerutan daun tergantung dari klonnya. Permukaan daun bagian atas berbulu halus hingga kasar, berwarna hijau muda sampai hijau tua, sedangkan daun bagian bawah berwarna putih keperakan. Pinggir daun bergerigi lancip hingga tumpul berwarna seperti warna laminanya (Budi et al., 2005). Tulang daun berwarna hijau muda sampai hijau tua atau merah muda hingga merah tua. Tangkai daun (petiole) berwarna hijau muda hingga hijau tua serta merah muda hingga merah tua. Panjang petiole sekitar 3-12 cm, ada yang lebih pendek dari panjang daun, tetapi ada yang hampir sama dengan panjang daun, tergantung dari macam klonnya. Sudut daun (daun-daun bagian atas) berkisar antara (agak tegak s.d. terkulai). Tanaman rami memiliki sistem perakaran dimorphic, karena di samping untuk menyerap nutrisi, di bagian akar juga terdapat rhizoma (rimpang) sebagai alat untuk memperbanyak diri, dan umbi sebagai simpanan cadangan makanan. Rami bisa diperbanyak dengan tiga cara yakni dengan rhizoma, biji, dan stek batang. Namun, umumnya tanaman rami lebih mudah diperbanyak dengan rhizoma, sedangkan perbanyakan dengan biji jarang dilakukan kecuali untuk penelitian (Budi, et al., 2005). Potensi Produksi dan Kandungan Nutrien Daun Rami Populasi tanaman rami cukup bervariasi (dapat mencapai rumpun/ha). Pada setiap kali pemotongan atau panen, hampir 44% dari total biomassa yang dihasilkan adalah daun. Hasil analisis di Balai Penelitian Ternak (2003), kandungan protein kasar daun rami cukup tinggi, berkisar 22-24%. Kandungan nutrien dan anti nutrien daun rami diperlihatkan pada Tabel 1. Tanaman ini merupakan tanaman yang memiliki potensi tinggi. Daunnya merupakan bahan kompos dan pakan ternak yang bergizi tinggi, kayunya baik untuk bahan bakar. Serat rami merupakan bahan yang dapat diolah untuk kain bahan tekstil berkualitas tinggi dan bahan pembuatan selulosa berkualitas tinggi (Purwati, 2010).
3 Tabel 1. Kandungan Nutrien dan Anti Nutrien Daun Rami (dalam % BK) Komponen Kandungan Nutrien (%) Despal & Permana (2008) Duarte et al. (1997) Protein kasar 16,35 21 Lemak kasar 6,36 4 Serat kasar 13,61 20 Bahan ekstrak 44,18 46 tanpa N Bahan kering 16,15 9 Ca - 5,74 P - 0,16 Oksalat (%) - 1 Phytat (mg/%) - 16 Nitrat (mg/%) Sumber : Despal & Permana (2008), Duarte et al. (1997). Daun bagian atas memiliki serat yang rendah, kaya protein, mineral, lisin dan karoten. Tanaman rami dapat hidup sampai 14 tahun dan menghasilkan sebanyak 300 ton bahan segar (42 ton bahan kering) per hektar setiap tahunnya. Tanaman rami ini cocok untuk semua jenis ternak. Pada unggas, daun rami dapat digunakan sebagai sumber karotenoid dan riboflavin (Franck, 2005). Tanaman rami selain mengandung nutrien yang berguna bagi ternak, juga mengandung beberapa anti nutrien, seperti: asam oksalat, phytat, dan nitrat. Komposisi nitrat dalam daun rami seperti yang dilaporkan Duarte et al. (1997) lebih besar dari ketiga anti nutrien lainnya, yaitu sebesar 480 mg atau jika dilarutkan dalam 1liter air akan setara dengan 480 ppm. Nitrat yang melebihi batas aman dapat menyebabkan keracunan pada ternak. Kandungan nitrat yang aman pada pakan dan air minum ternak sekitar ppm (Cassel & Barao, 2000). Oleh karena itu, jumlah nitrat sebesar 480 ppm dalam daun rami ini masih dalam batas aman untuk kandungan nitrat dalam pakan dan air minum ternak. Selain itu juga,
4 pengolahan bahan pakan hijauan (misalnya: dijadikan silase) dapat mengurangi kandungan nitrat pada hijauan tersebut sekitar 30%-70% (Weiss & Shockey, 2000). Pemanfaatan Daun Rami sebagai Pakan Ternak Penggunaan daun rami sebagai pakan ternak sudah banyak diteliti. Despal (2007) melaporkan bahwa daun rami hingga 50% dalam ransum ternak domba yang disertai dengan suplemen Cu, P, dan metionin dapat mencukupi kebutuhan ternak domba dengan rataan bobot badan 16, 5 Kg. Namun demikian pada ternak tikus (monogastrik), penggunaan daun rami lebih dari 20% dalam ransum dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan serat kasar (SK) dan zat anti nutrien dalam tanaman rami (Duarte et al., 1997). Berbeda dengan ternak monogastrik, ternak ruminansia dapat memanfaatkan serat dan senyawa fenolik dalam jumlah yang lebih besar. Permasalahan penggunaan daun rami dalam jumlah besar pada ransum ternak ruminansia diduga adalah ketidakseimbangan kandungan Ca/P, defisiensi mineral Cu dan asam amino metionin dalam ransum. Suplementasi nutrien defisien seperti Cu, P dan metionin diharapkan dapat meningkatkan penggunaannya (Despal, 2007). Rumput Gajah ( Pennisetum purpureum) Rumput gajah (Pennisetum purpureum ) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah marginal (Gambar 2). Tanaman ini juga dapat hidup pada tanah kritis dimana tanaman lain relatif tidak dapat tumbuh dengan baik (Sanderson and Paul, 2008). Produktivitas rumput gajah adalah 40 ton per hektar berat kering pada daerah beriklim subtropis dan 80 ton per hektar pada daerah beriklim tropis (Woodard and Prine, 1993). Rumput gajah dipilih sebagai pakan ternak karena memiliki produktifitas yang tinggi dan memiliki sifat memperbaiki kondisi tanah. Hal ini karena akar rumput gajah dapat meningkatkan porositas, yang menyebabkan terjadi aerasi yang lebih baik terhadap lahan yang ditanami oleh rumput-rumputan (Handayani, 2002). Berikut adalah klasifikasi dari Pennisetum purpureum : Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
5 Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil) Sub Kelas : Commelinidae Ordo : Cyperales Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan) Genus : Pennisetum Rich. Spesies : Pennisetum purpureum (USDA, 2011). Gambar 2. Pennisetum purpureum Rumput ini biasanya diberikan langsung (cut and carry) sebagai pakan hijauan atau dapat juga dijadikan persediaan pakan melalui proses pengawetan pakan hijauan. Kandungan nutrisi rumput gajah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Kandungan Nutrien Rumput Gajah (dalam % BK) Kandungan Nutrien (%) Komponen Hartadi et al. (1993) Sutardi (1981)* Abu 10, 1 12,0 Protein Kasar 10, 1 8,69 Lemak Kasar 2, 5 2,71 BETN 46, 1 43,7 Serat Kasar 31, 2 32,3 TDN 59, 0 52,4 Sumber: Hartadi et al. (1993); Sutardi (1981)*; Keterangan: *) revisi 2010
6 Silase Teknologi fermentasi merupakan salah satu cara mengawetkan bahan organik dengan kadar air yang tinggi (Sofyan & Febrisiantosa, 2007). Kadar bahan kering yang paling baik untuk hijauan yang akan dibuat silase adalah sekitar 30-45% (Weiss, 1992). Teknologi ini melalui proses ensilase yang akan menghasilkan produk silase. Tujuan utama pembuatan silase adalah untuk mengawetkan dan mengurangi kehilangan zat makanan suatu hijauan untuk dimanfaatkan pada masa mendatang. Pembuatan silase tidak tergantung musim (Jennings, 2006). Prinsip dasar pembuatan silase adalah memacu terjadinya kondisi anaerob dan asam dalam waktu singkat. Ada 3 hal paling penting agar diperoleh kondisi tersebut yaitu menghilangkan udara dengan cepat, menghasilkan asam laktat yang membantu menurunkan ph, mencegah masuknya oksigen kedalam silo dan menghambat pertumbuhan jamur selama penyimpanan (Jennings, 2006). Fermentasi silase dimulai saat oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk menghasilkan asam laktat dalam menurunkan ph silase. Penurunan ph yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobacteria dan clostridia. Produksi asam laktat yang berlanjut akan menurunkan ph yang dapat menghambat pertumbuhan semua bakteri (Jennings, 2006). Secara garis besar proses pembuatan silase terdiri dari empat fase (Bolsen & Sapienza, 1983), yaitu : (1) Fase Aerob,fase ini dimulai sejak bahan dimasukkan ke dalam silo. Cara untuk menghindari dampak negatif dari fase aerob ini, maka pengisian dan penutupan silo harus dilakukan dalam waktu singkat dan cepat, (2) Fase Fermentatif, fase ini merupakan masa aktif pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat. Bakteri tersebut akan memfermentasi gula menjadi asam laktat disertai produksi asam asetat, etanol, karbondioksida, dan lain-lain. Masa fermentatif aktif berlangsung selama 1 minggu sampai dengan 1 bulan. Fermentasi gula yang cepat oleh bakteri penghasil asam laktat disebabkan oleh rendahnya ph akan menghentikan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan, (3) Fase Stabil, fase ini terjadi setelah masa aktif pertumbuhan bakteri asam laktat berakhir. Faktor utama yang berpengaruh pada kualitas silase selama fase ini adalah
7 permeabilitas silo terhadap oksien. Tingkat kehilangan bahan kering dapat diminimalkan, jika silo ditutup dan disegel dengan baik sehingga hanya sedikit sekali aktivitas mikroba yang dapat terjadi pada fase ini, (4) Fase Pengeluaran Silase, fase ini dimulai pada saat silo dibuka, kemudian silase diberikan kepada ternak. Pada fase ini, kontak oksigen dengan silase menjadi sangat tinggi. Silase Ransum Komplit (Silase Komplit) Silase ransum komplit adalah silase yang tersusun dari beberapa macam bahan pakan yang telah diformulasikan sesuai kebutuhan ternak, sehingga dalam pemberiannya kepada ternak tidak perlu dicampur dengan bahan lainnya lagi. Menurut Xu et al., (2007); Sofyan & Febrisiantosa (2007) apabila bahan pakan berkadar air tinggi diensilase dengan bahan pakan berkadar air rendah menjadi ransum komplit, risiko terbentuknya effluent (cairan yang dihasilkan selama proses ensilase) akan dapat diminimalkan dan waktu untuk mencampur pakan sebelum diberikan kepada ternak akan dapat dihilangkan. Selain itu, aroma dan palatabilitas pakan akan menjadi lebih baik apabila dijadikan sebagai silase ransum komplit Pembuatan silase komplit dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau sekaligus memperbaiki kualitas gizi pakan ternak. Pada kondisi hijauan melimpah di musim penghujan, teknologi yang paling tepat untuk menjaga ketersediaannya di musim kemarau adalah dengan menggunakan teknologi pengawetan melalui proses fermentasi (tidak tergantung oleh sinar matahri). Selain itu juga hijauan yang akan diawetkan dapat dicampur dengan bahan konsentrat,kemudian disimpan selama 4-8 bulan. Persediaan pakan ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ternak musim kemarau (Sofyan & Febrisiantosa, 2007). Teknik Pembuatan Silase Ransum Komplit Prinsip pembuatan pakan komplit dalam bentuk silase ini seperti proses fermentasi pada umumnya. Silase ransum komplit dibuat sesuai dengan standar kebutuhan ternak. Campuran hijauan terlebih dahulu dipotong-potong sepanjang 2-3cm menggunakan chopper sebelum dicampur dan diaduk merata dengan bahan
8 konsentrat lainnya. Bahan pakan konsentrat ini, selain untuk memperbaiki kandungan nutrisi dari pakan yang dihasilkan juga berfungsi sebagai substrat penopang proses fermentasi (ensilase) (Sofyan & Febrisiantosa, 2007). Campuran ransum komplit selanjutnya dimasukkan ke dalam silo, dipadatkan, dan ditutup rapat (anaerob) selama tiga minggu, dan produknya kemudian dinamakan Silase Ransum Komplit (Ramli & Ridla, 2008). Kualitas Silase Kriteria silase yang baik menurut Deptan (1980) dapat dilihat pada Tabel 3. Saun & Heinrichs (2008) menyatakan bahwa silase yang berkualitas baik, akan berwarna seperti bahan asalnya. Warna silase juga menunjukkan permasalahan yang terjadi selama ensilase. Tabel 3. Kriteria Penilaian Silase Kriteria Penilaian Baik Sekali Baik Sedang Buruk Jamur Tidak ada Sedikit Lebih banyak Banyak Bau Asam Asam Kurang asam Busuk ph 3,2 4,5 4,2 4,5 4,5 4,8 > 4,8 Kadar N-NH 3 (%) < 10% 10 15% < 20% > 20% Sumber : Deptan (1980). Zat Aditif Silase Kualitas fermentasi silase ditentukan oleh bahan aditif yang digunakan (Lattemae & Tamm, 2005). Zat aditif silase meliputi bahan pakan, urea, amonia, dan inokulan. Fungsi utama zat tersebut adalah untuk meningkatkan nilai gizi silase atau meningkatkan fermentasi sehingga tingkat kerugian selama penyimpanan berkurang. Respon untuk aditif silase tergantung pada bahan utama silase. Selain itu walau bagaimanapun terdapat manfaat yang diperoleh dari penggunaan aditif silase
9 untuk menghasilkan silase yang berkualitas baik, namun aditif silase tidak akan menggantikan manajemen pembuatan silase yang baik (Weiss, 1992). Keputusan untuk menggunakan aditif harus didasarkan pada jenis dan bahan kering dari hijauan, dan jenis hewan yang menjadi target pemberian pakan. Urea dan amonia biasanya bermanfaat untuk silase jagung dengan ekonomi meningkatkan kandungan protein kasar. Penambahan tanaman biji-bijian untuk silase jerami basah akan mengurangi rembesan (effluent) dan membantu proses pengeluaran silase. Tetes dapat meningkatkan fermentasi silase jerami tanaman. Inokulan silase memiliki pengaruh yang sangat sedikit pada silase jagung, tetapi dapat meningkatkan laju fermentasi silase jerami untuk tanaman (Weiss, 1992). Beberapa contoh zat aditif yang biasa digunakan antara lain: jagung halus, pollard, onggok, dan dedak padi. Bahan-bahan ini selain berfungsi sebagai zat aditif, juga dapat menyerap kelebihan air dari hijauan. Kemampuan daya serap karbohidrat ditentukan oleh luas permukaan serap atau ukuran partikelnya, dan keberadaan coating, seperti serat dan lemak (yang dapat menurunkan daya serap air bahan) (Despal et al., 2008). Jagung Jagung adalah sumber dari NFC (Non Fiber Carbohydrate) dan dapat digunakan sebagai bahan tambahan hijauan dalam proses ensiling serta mempercepat penurunan ph selama fermentasi (Sibanda et al., 1997). Di samping itu jagung dapat menyediakan karbohidrat mudah fermentasi. Ukuran partikel tepung jagung yang baik dapat mengurangi kebocoran massa silase dan fermentasi anaerobik (Despal et al., 2011). Kandungan nutrien jagung, dapat dilihat pada Tabel 4.
10 Tabel 4. Kandungan Nutrien Jagung Komponen Kandungan Nutrien (%) Tatra DBTNR Sutardi* Kadar Air (%) 13,52 11,73 12,20 Abu (%) 1,68 1,21 3,50 Protein kasar (%) 10,88 7,83 10,00 Lemak (%) - 3,68 7,78 Serat kasar (%) - 3,28 4,5 WSC (%) 3, Sumber : Tatra, 2009; Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, 2010; Sutardi, 1981 Keterangan: *) revisi 2010 Dedak Padi Dedak padi merupakan sisa penumbukan atau penggilingan padi. Kualitas dedak padi dipengaruhi oleh banyaknya kulit gabah yang tercampur di dalamnya (Parakkasi, 1986). Penggunaan dedak padi sebagai zat aditif silase dengan kandungan WSC (karbohidrat terlalut dalam air sebesar 5,42%) dapat menghasilkan silase berkualitas cukup baik (berdasarkan nilai fleigh) (Despal et al., 2011). Kandungan nutrien dedak padi diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 5. Kandungan Nutrien Dedak Padi Komponen Kandungan Nutrien (%) Tatra DBTNR Sutardi* Kadar Air (%) 14,33 10,56 12,3 Abu (%) 11,6 7,37 13,6 Protein (%) 11,22 11,86 13,0 Lemak kasar (%) - 15,24 8,64 Serat kasar (%) - 8,63 13,9 WSC (%) 5, Sumber : Tatra, 2009; Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, 2010; Sutardi, 1981 Keterangan: *) revisi 2010 Pollard
11 Pollard merupakan hasil sampingan penggilingan gandum dan mengandung kulit ari gandum yang halus. Pollard yang dihasilkan dari penggilingan gandum berkisar 25-26% dari bahan baku (Sofyan, 2000). Pollard merupakan pakan yang populer karena mempunyai kualitas dan palatabilitas yang tinggi sehingga baik diberikan pada ternak yang baru atau setelah lahir dan ternak dara. Menurut Phang (2001), pollard dapat digunakan untuk meningkatkan kandungan serat dalam pakan. Dari segi kandungan nutrien, pollard adalah bahan pakan sumber energi dengan kandungan serat dan protein yang cukup tinggi, pollard kaya akan phospor (P), ferrum (Fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1,29% P, tetapi hanya mengandung 0,13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin lainnya, tetapi kaya akan niacin dan thiamin (Sofyan, 2000). Kandungan nutrien pollard dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Kandungan Nutrien Pollard Komponen Tatra Kandungan Nutrien (%) Lukito & Praguyo sutardi Kadar Air (%) 13,74 12,09 11,5 Abu (%) 5,16 4,07 5,9 Protein (%) 15,53 14,75 18,50 Lemak kasar (%) - 4,17 3,68 Serat kasar (%) - 7,55 9,8 WSC (%) 12, Sumber : Tatra, 2009; Lukito A. & Prayugo S. 2007; Sutardi, 1981 Keterangan: *) revisi 2010 Pollard memiliki kandungan pati yang tinggi artinya pollard memiliki water soluble carbohydrate yang tinggi pula (Despal et al., 2011) yang bisa memacu pertumbuhan bakteri asam laktat selama fermentasi berlangsung sehingga akan menghasilkan silase yang baik. Despal et al. (2011) menambahkan bahwa kandugan WSC (karbohidrat terlarut dalam air) sebesar 12,52% dan
12 penggunaannya sebagai zat aditif silase dapat menghasilkan silase yang berkualitas baik (berdasarkan nilai fleigh). Bungkil Kelapa Bungkil kelapa digolongkan ke dalam bahan pakan sumber protein. Kandungan nutrien bungkil kelapa dapat dilihat pada Tabel 7. Bungkil kelapa ini adalah hasil dari sisa pembuatan dan ekstraksi minyak kelapa yang didapat dari daging kelapa yang telah dikeringkan terlebih dahulu. Bungkil kelapa yang baik mengandung protein kasar yang cukup tinggi, sekitar 18% dan serat kasar sekitar 14% (SNI, 1996). Selain mengandung beberapa nutrisi yang memadai, bungkil kelapa mudah diperoleh dipasaran dan harganya relatif murah (Rasyaf, 2007). Tabel 7. Kandungan Nutrien Bungkil Kelapa Komponen Kandungan Nutrien (%) Tatra DBTNR Sutardi* Kadar Air (%) 13,35 5,87 11,4 Abu (%) 5,92 5,77 8,2 Protein (%) 17,09 19,44 21,30 Lemak kasar (%) 9,44 15,97 10,90 Serat kasar (%) 30,40 11,38 14,2 WSC (%) Sumber : Tatra, 2009; Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, 2010; Sutardi, 1981 Keterangan: *) revisi 2010 Bungkil Kedelai Bungkil kedelai adalah produk hasil ikutan penggilingan biji kedelai setelah ekstraksi minyaknya secara mekanis (expeller) atau secara kimia (solvent). Bungkil kedelai memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga digolongkan ke dalam bahan pakan sumber protein. Walaupun bungkil kedelai tidak mengandung asam amino selengkap tepung ikan, namun bungkil ini relatif lebih baik dari pada sumber protein nabati lainnya. Asam amino pembatas pada tepung bungkil kedelai
13 adalah metionin dan lisin. Kandungan protein bungkil kedelai yang baik adalah 46% dan mempunyai kandungan serat kasar sekitar 6,5% (SNI, 1996). Kandungan nutrien bungkil kedelai dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Kandungan Nutrien Bungkil Kedelai Komponen Kandungan Nutrien (%) Tatra ditjennak Sutardi Kadar Air (%) 8,4 8,79 11,9 Abu (%) 5,4 7,06 8,2 Protein (%) 39,6 44,37 46,90 Lemak kasar (%) 14,3 1,90 2,66 Serat kasar (%) 2,8 3,39 5,9 Sumber : Tatra, 2009; Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia, 2010; Sutardi, 1981 Keterangan: *) revisi 2010 Silo Silo merupakan tempat penyimpanan bahan pakan (misalnya: silase). Ada beberapa jenis silo yang dapat digunakan untuk menyimpan silase, antara lain concrete bunker silos, concrete trench silos, trench silos without concrete frame, plastic stack silo, paper tuber silo, small round-baled wrapped silo, silage in black plastic bag, dan silage in jumbo bag (Poathong & Phaikaew, 2001). Setiap jenis silo memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, sehingga perlu langkah antisipatif agar silase yang dihasilkan berkualitas baik. Pemilihan silo perlu disesuaikan dengan skala usaha dan kebutuhan peternak, misalnya pada usaha peternakan sapi perah rakyat, diperlukan silo yang biaya penyediaannya yang relatif murah dan membutuhkan sedikit peralatan selama penggunaannya, serta mudah untuk digunakan ketika memasukkan silase dan mengeluarkannya dari silo (Poathong & Phaikaew, 2001). Trench Silo Trench silo merupakan silo yang berbentuk seperti parit dan memiliki sedikit kemiringan pada bagian dasar. Trench silo memiliki kontur permukaan
14 (bagian atas) yang tidak rata. Dinding silo terdiri atas batu bata dan semen (FAO, 2011). FAO (2011) menambahkan bahwa, silo ini termasuk silo permanen yang dipakai untuk produksi silase skala kecil dan menengah. Kelebihan dalam menggunakan silo ini adalah kemudahan dalam memasukkan dan mengeluarkan silase dari silo. Namun, penggunaan trench silo memerlukan alat tambahan, seperti plastik yang akan digunakan untuk melapisi bagian dasar silo dan untuk menutup silase pada silo. Selain itu, dikarenakan silo ini tidak memiliki penutup khusus, sehingga perlu diperhatikan langkah pencegahan masuknya air ke dalam silo. Plastic Container (Silo Drum) Silo drum (drum plastik berpelat) ini berfungsi sebagai silo bergerak. Silo bergerak ini berguna sebagai alat kemas kedap udara yang dapat digunakan untuk memindahkan silase dari suatu tempat ke tempat lainnya. Selain itu, dengan menggunakan kemasan drum plastik ini penyediaan hijauan untuk musim kemarau tidak lagi menjadi masalah (Erowati, 2007). Silo drum ini memiliki kelebihan pada sisi praktis di lapangan, terutama bagi peternak/pembuat silase mula. Selain itu, peternak/pembuat silase dapat memperoleh drum silo dengan mudah melalui keanggotaanya di koperasi (dengan sistem isi ulang) (Erowati, 2007). Selain itu, silo ini memiliki penutup dan cincin penutup khusus, sehingga mendukung keadaan anaerob yang ideal dan dapat menghasilkan silase berkualitas baik. Namun, silo ini memiliki kapasitas yang lebih kecil daripada silo lainnya dengan perkiraan biaya pengadaan yang hampir sama. Berikut ini adalah bentuk trench silo dan silo drum ditunjukkan pada Gambar 3 dan 4.
15 Gambar 3. Silo Trench Gambar 4. Silo Drum Konsentrasi VFA VFA pada ternak ruminasia merupakan produk akhir dari fermentasi karbohidrat dan sumber energi utama (Parakkasi, 1999). VFA merupakan hasil akhir dari fermentasi bahan organik oleh mikroorganisme. Banyaknya VFA yang ada di dalam rumen dapat menggambarkan aktivitas mikroba (Church, 1971). Sedangkan banyaknya VFA pada silase menggambarkan indikator perombakan bahan organik (Ørskov dan Ryle, 1990). Proporsi VFA juga dapat menggambarkan perkembangan mikroba selama ensilase. Proporsi asetat yang tinggi menunjukkan dominasi bakteri asam asetat sedangkan proporsi butirat yang tinggi menunjukkan
16 dominasi bakteri Clostridia tyrobutyricum dalam silase (Elferink dan Driehuis, 2000). Menurut McDonald et al. (2002) pakan yang masuk kedalam rumen difermentasi untuk menghasilkan produk utama berupa VFA, sel-sel mikroba, serta gas metan dan CO 2. Konsentrasi VFA tergantung pada jenis ransum yang dikonsumsi. Menurut Sutardi (1979) konsentrasi VFA yang dibutuhkan untuk pertumbuhan optimal mikroba rumen adalah mm. Amonia Protein yang masuk ke dalam rumen akan mengalami proteolisis oleh enzim-enzim protease menjadi peptide, kemudian dihidrolisis menjadi asam amino dan secara cepat akan dideaminasi menjadi amonia. Asam amino dan amonia akan digunakan oleh mikroba rumen dalam pembentukan protein mikroba. Proporsi protein yang didegradasi dalam rumen pada umumnya sekitar 70-80% dan untuk protein yang sulit dicerna sekitar 30-40%. Kandungan protein ransum yang tinggi dan mudah didegradasi akan menghasilkan konsentrasi NH 3 didalam rumen. Jika degradasi protein lebih cepat daripada sintesis protein mikroba maka amonia akan terakumulasi dan melebihi konsentrasi optimumnya. Amonia optimum dalam rumen berkisar antara mg/l atau 6-21 mm (McDonald et al., 2002). Konsentrasi amonia dalam silase merupakan salah satu indikator kerusakan pada silase. Hal ini dikarenakan amonia dapat meningkatkan ph silase dan dapat mencerminkan kerusakan protein bahan (Woolford, 1984).
HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur
Lebih terperinciEVALUASI KUALITAS SILASE RANSUM KOMPLIT BER- BAHAN DASAR HIJAUAN RUMPUT GAJAH
EVALUASI KUALITAS SILASE RANSUM KOMPLIT BER- BAHAN DASAR HIJAUAN RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) DAN DAUN RAMI (Boehmeria nivea, L. GAUD) PADA SILO YANG BERBEDA SKRIPSI NUNU AINUL QITRI DEPARTEMEN
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya
TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya Tanaman rami (Boehmeria nivea, L. Gaud) identik dengan serat karena selama ini tanaman tersebut dibudidayakan untuk diambil seratnya. Adapun sistematika botani
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Singkong Tanaman Singkong (Manihot utilissima) adalah komoditas tanaman pangan yang cukup potensial di Indonesia selain padi dan jagung. Tanaman singkong termasuk
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Unsur-unsur Nutrien dalam Singkong (dalam As Fed)
TINJAUAN PUSTAKA Singkong Singkong atau ubi kayu, tergolong dalam famili Euphorbiaceae, genus Manihot dengan spesies esculenta Crantz dengan berbagai varietas (Henry, 2007). Bagian tanaman yang biasanya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Limbah kota pada umumnya didominasi oleh sampah organik ± 70% sebagai konsekuensi logis dari aktivitas serta pemenuhan kebutuhan penduduk kota. Berdasarkan sumber
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. baik dalam bentuk segar maupun kering, pemanfaatan jerami jagung adalah sebagai
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Jagung Jerami jagung merupakan sisa dari tanaman jagung setelah buahnya dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dan dapat diberikan kepada ternak, baik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Sayuran Menurut Peraturan Pemerintah No. 18/1999 Jo PP 85/1999, limbah didefinisikan sebagai buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Salah satu limbah yang banyak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Jumlah pasar tradisional yang cukup banyak menjadikan salah satu pendukung tersedianya sampah khususnya sampah organik. Sampah organik yang berpeluang digunakan
Lebih terperinciSILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
AgroinovasI SILASE TONGKOL JAGUNG UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA Ternak ruminansia seperti kambing, domba, sapi, kerbau dan rusa dan lain-lain mempunyai keistimewaan dibanding ternak non ruminansia yaitu
Lebih terperinciOkt ,30 75,00 257,00 Nop ,30 80,00 458,00 Des ,10 84,00 345,00 Jumlah 77,70 264, ,00 Rata-rata 25,85 88,30 353,34
HASIL DAN PEMBAHASAN Informasi Tanaman dan Kondisi Lingkungan Tanaman Jagung yang digunakan adalah tanaman jagung varietas Pertiwi-3 diproduksi oleh PT. Agri Makmur Pertiwi. Tanaman Jagung yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nutrisi makanan. Sehingga faktor pakan yang diberikan pada ternak perlu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas ternak dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah pakan. Davendra, (1993) mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan berat badan maupun
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 03 Pebruari :23 - Update Terakhir Selasa, 17 Pebruari :58
Pembuatan silase komplit dapat dijadikan salah satu cara untuk mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau sekaligus memperbaiki kualitas gizi pakan ternak. Pada kondisi bulan basah (musim hijauan) pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Awal Bahan Proses ensilase atau fermentasi akan menyebabkan perubahan nutrisi. Kondisi bahan setelah ensilase baik secara fisik maupun nutrisi, terlihat pada Tabel 4. Pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L. adalah salah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jerami Jagung Tanaman jagung dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L. adalah salah satu tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan ( Graminaceae) yang sudah popular di
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan
TINJAUAN PUSTAKA Sumberdaya Pakan Pakan adalah bahan makanan tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan kepada hewan untuk kelangsungan hidup, berproduksi, dan berkembang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan faktor utama penentu keberhasilan usaha peternakan, karena sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan biaya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Limbah Sayuran Limbah sayuran pasar merupakan bahan yang dibuang dari usaha memperbaiki penampilan barang dagangan berbentuk sayur mayur yang akan dipasarkan (Muwakhid,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bandar Lampung dikategorikan sebagai kota yang sedang berkembang, menghasilkan sampah dengan karakteristik yang bervariasi. Timbunan sampah yang tidak terurus
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. karena Indonesia memiliki dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau.
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan di Indonesia sampai saat ini masih sering dihadapkan dengan berbagai masalah, salah satunya yaitu kurangnya ketersediaan pakan. Ketersediaan pakan khususnya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan
Konsumsi Bahan Kering (BK) HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan proses produksi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Pakan Fermentasi Parameter kualitas fisik pakan fermentasi dievaluasi dari tekstur, aroma, tingkat kontaminasi jamur dan tingkat keasaman (ph). Dari kedua bahan pakan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA
PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan kesehatan manusia. Kebutuhan protein hewani semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu jenis sapi yang dapat mengubah pakan yang dikonsumsi menjadi susu sebagai produk utamanya baik untuk diberikan kepada anaknya maupun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Jenis Rumput
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Kualitas Fermentasi Silase Beberapa Karakter fisik merupakan karakter yang dapat diamati secara langsung, karakter fisik yang diamati pada penelitian ini
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi
1 I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dikembangbiakan oleh masyarakat. Pemeliharaan domba yang lebih cepat dibandingkan ternak sapi, baik sapi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus memikirkan ketersediaan pakan. Pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam pemeliharaan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam
TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Nangka (Artocarpus heterophyllus) Nangka memiliki nama latin artocarpus heteropyllus sedangkan dalam bahasa inggris dikenal dengan nama jackfruit. Dalam dunia botani, nangka
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasar yang tinggi. Ternak ruminansia dalam masa pertumbuhannya, menyusui,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan komponen utama dalam usaha peternakan hewan ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi kebutuhan hidupnya untuk pertumbuhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Nutrien
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Nutrien Konsumsi pakan merupakan faktor penting untuk menentukan kebutuhan hidup pokok dan produksi karena dengan mengetahui tingkat konsumsi pakan maka dapat ditentukan kadar
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Tanaman Sagu di Riau Menurut Bintoro dkk (2010) sagu ( Metroxylon sp) merupakan tanaman monokotil dari keluarga palmae. Genus Metroxylonsecara garis besar digolongkan menjadi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanduknya mengarah ke depan (Rahman, 2007). Sapi FH memiliki produksi susu
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah FH merupakan sapi yang memiliki ciri warna putih belang hitam atau hitam belang putih dengan ekor berwarna putih, sapi betina FH memiliki ambing yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumput Gajah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum) adalah tanaman yang dapat tumbuh di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa tambahan nutrien
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi
TINJAUAN PUSTAKA Jerami Padi Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya (Shiddieqy, 2005). Tahun 2009 produksi padi sebanyak 64.398.890 ton,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ruminansia Pakan merupakan semua bahan pakan yang dapat dikonsumsi ternak, tidak menimbulkan suatu penyakit, dapat dicerna, dan mengandung zat nutrien yang dibutuhkan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Silase
TINJAUAN PUSTAKA Silase Silase adalah pakan hasil produk fermentasi hijauan, hasil samping pertanian dan agroindustri dengan kadar air tinggi yang diawetkan dalam kondisi anaerob (Moran, 2005; Johnson
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ampas Sagu di Riau Sagu ( Metroxylon spp.) merupakan tanaman asli Indonesia dengan luas areal sekitar luas 1,5 juta hektar (ha) dari luasan tersebut pada tahun 2005 dapat
Lebih terperinciPENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu
Lebih terperinciDitulis oleh Mukarom Salasa Minggu, 19 September :41 - Update Terakhir Minggu, 19 September :39
Ketersediaan sumber pakan hijauan masih menjadi permasalahan utama di tingkat peternak ruminansia. Pada musim kemarau tiba mereka terpaksa harus menjual dengan harga murah untuk mengatasi terbatasnya hijauan
Lebih terperinciKomparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas
Komparasi Antara Silase dan Hay Sebagai Teknik Preservasi Daun Rami Menggunakan Model Respon Produktivitas Kambing Peranakan Etawah (LAPORAN Hibah Bersaing Tahun-1) Dr. Despal, SPt. MSc.Agr Dr. Idat G.
Lebih terperinciKONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA
KONSENTRAT TERNAK RUMINANSIA Indonesia adalah negara TROPIS Dengan ciri khas kualitas rumput yang rendah Pemberian pakan hanya dengan rumput Pemberian pakan campuran rumput dan konsentrat hijauan hijauan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5
TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan untuk ternak ruminansia, selama ini telah mengalami keterbatasan. Lahan yang tidak subur yang semestinya sebagai lahan tanaman
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. produksi pisang selalu menempati posisi pertama (Badan Pusat Statistik, 200 3). Jenis pisang di
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Limbah Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1 Pisang (Musa paradisiaca) Pisang merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia dengan luas panen dan produksi pisang selalu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dan sangat berpengaruh terhadap peningkatan produksi ternak. Namun biaya pakan menduduki urutan pertama, dimana biaya
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Potensi Tanaman Nenas dan Limbahnya Sebagai Bahan Pakan. Tanaman nenas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Tanaman Nenas dan Limbahnya Sebagai Bahan Pakan Tanaman nenas ( Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Pakan merupakan bahan baku yang telah dicampur menjadi satu dengan nutrisi yang sesuai sehingga dapat dikonsumsi dan dapat dicerna oleh ternak yang penting untuk perawatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan usaha peternakan sangat ditentukan oleh kualitas, kuantitas, dan kontinuitas ketersediaan bahan pakan yang diberikan. Namun akhir-akhir ini lahan untuk pengembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah telah menjadi masalah utama di kota-kota besar Indonesia. Pada tahun 2020, volume sampah perkotaan di Indonesia diperkirakan akan meningkatlima kali lipat (Fatimah,
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas ternak ruminansia sangat tergantung oleh ketersediaan nutrien pakan dan juga produk mikroba rumen. Untuk memaksimalkan produktivitas ternak tersebut selama
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak puyuh mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan baik sebagai penghasil telur maupun penghasil daging. Menurut Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012)
Lebih terperinciPengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di. kemarau untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak ruminansia yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan ternak ruminansia di negara-negara tropis seperti di Indonesia, dihadapkan pada kendala pemberian pakan yang belum memenuhi kebutuhan ternak. Ketersediaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kersen sebagai Pakan Peningkatan produksi daging lokal dengan mengandalkan peternakan rakyat menghadapi permasalahan dalam hal pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak rakyat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Performa Produksi Bobot Badan Akhir dan Pertambahan Bobot Badan Harian Bobot badan merupakan salah satu indikator untuk mengetahui performa produksi suatu ternak. Performa produksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan merupakan kebutuhan utama dalam segala bidang usaha ternak, termasuk dalam hal ternak ruminansia. Pemberian pakan dimaksudkan agar ternak ruminansia dapat memenuhi
Lebih terperinciTyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc
Kinerja Pencernaan dan Efisiensi Penggunaan Energi Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Pakan Limbah Kobis dengan Suplemen Mineral Zn dan Alginat Tyas Widhiastuti Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Daun Rami dan Pemanfaatannya
TINJAUAN PUSTAKA Daun Rami dan Pemanfaatannya Taksonomi Tanaman Rami Rami adalah tanaman tahunan berumpun yang menghasilkan serat dari kulit kayunya. Tanaman yang diduga berasal dari Cina ini secara botanis
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Mahkota Nanas sebagai Bahan Pakan Ruminansia spesies. Nanas dikenal dengan nama latin yaitu Ananas comosus (Merr.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mahkota Nanas sebagai Bahan Pakan Ruminansia Nanas merupakan famili Bromeliaceae yang terdiri dari 45 genus serta 2000 spesies. Nanas dikenal dengan nama latin yaitu Ananas comosus
Lebih terperincimenjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh
HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph) Rumen Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis ransum dengan taraf suplementasi asam fulvat. Faktor jenis ransum
Lebih terperinciII.TINJAUAN PUSTAKA. laut. Pisang dapat tumbuh pada iklim tropis basah, lembab dan panas dengan
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Perkebunan Pisang di Riau 2.1.1. Pisang (Musa paradisiaca L) Tanaman pisang merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan baik dilahan khusus maupun ditanam sembarangan, karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit adalah salah satu komoditas non migas andalan Indonesia. Selain menghasilkan produksi utamanya berupa minyak sawit dan minyak inti sawit, perkebunan kelapa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketersediaan pakan yang cukup, berkualitas, dan berkesinambungan sangat menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan akan meningkat seiring
Lebih terperinciPENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani terutama, daging kambing, menyebabkan ketersediaan produk hewani yang harus ditingkatkan baik dari segi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki
Lebih terperinciPERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI
PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan
Lebih terperinci1. Pendahuluan. 2. Pengertian
PENINGKATAN KUALITAS JERAMI PADI MELALUI PERLAKUAN UREA AMONIASI Oleh : Marjuki Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang Telp. : 0341-463508, 08123352241 e-mail : marjuki4663@yahoo.com 1. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup
PENDAHULUAN Latar Belakang Musim kemarau di Indonesia menjadi permasalahan yang cukup berat bagi peternak. Hal tersebut dikarenakan sulitnya memenuhi kebutuhan pakan hijauan yang berkualitas untuk ternak,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ransum merupakan campuran bahan pakan yang disusun untuk memenuhi kebutuhan zat makanan ternak selama 24 jam. Ransum menjadi sangat penting dalam pemeliharaan ternak,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum
32 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut punya akses bebas pada pakan dan tempat
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah (Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2003). Pemberian total mixed ration lebih menjamin meratanya distribusi asupan
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Total Mixed Ration (TMR) Pakan komplit atau TMR adalah suatu jenis pakan ternak yang terdiri dari bahan hijauan dan konsentrat dalam imbangan yang memadai (Budiono et al.,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien dan Asam Fitat Pakan Pakan yang diberikan kepada ternak tidak hanya mengandung komponen nutrien yang dibutuhkan ternak, tetapi juga mengandung senyawa antinutrisi.
Lebih terperinciII. KERANGKA PENDEKATAN TEORI
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ketersediaan Limbah Pertanian Pakan ternak sangat beragam tergantung varietas tanaman yang ditanam petani sepanjang musim. Varietas tanaman sangat berdampak
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong. Pemanfaatan limbah industri gula tebu sebagai pakan alternatif merupakan
Lebih terperinci