ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG. Maria Ulfa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG. Maria Ulfa"

Transkripsi

1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG Maria Ulfa Subject: Klien gagal ginjal kronis, asuhan keperawatan, gagal ginjal kronis, keseimbangan cairan Description Pada penderita gagal ginjal kronis sulit dalam membatasi asupan cairan. Masalah yang sering muncul pada penderita gagal ginjal kronis yaitu keseimbangan cairan. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis yang mengalami masalah keseimbangan cairan. Desain penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil yaitu 2 klien yang didiagnosa gagal ginjal kronis dan mengalami masalah keseimbangan cairan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan medikal bedah. Pengkajian menggunakan 4 sumber data utama yaitu klien, perawat, keluarga klien, dan status medis klien. Kemudian ditegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Pengkajian pada klien 1, klien mengeluh pusing. Terdapat edema pada ekstermitas bawah kanan dan kiri. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Hemoglobin 8,1 g/dl dan kreatinin 8,6 mg/dl. Sedangkan pada klien 2, klien mengeluh sesak nafas. Tekanan darah 160/80 mmhg, pernafasan 48 x/menit. Pernafasan dispnea, suara nafas rales, terpasang oksigen 4 liter/menit dan terdapat asites. Intake cairan 460 ml/24 jam dan output cairan BAK 5-6 x/hari. Dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan kedua klien yaitu kelebihan volume cairan. Dari diagnosa yang muncul pada kedua klien dilakukan intervensi monitoring tanda-tanda vital; tanda dan gejala hipervolemia dan edema; catat intake dan output cairan; kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan. Klien 1 masa perawatan 3 hari dan klien 2 masa perawatan 3 hari. Hasil evaluasi tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan pada klien 1 masalah teratasi sedangkan klien 2 masalah belum teratasi. Pada klien gagal ginjal kronis yang mengalami masalah keseimbangan cairan harus mematuhi pembatasan asupan cairan agar tidak terjadi keseimbangan cairan. Abstract In patients with chronic renal failure is difficult to limit fluid intake. The imbalance of fluid often arises in patients with chronic renal failure. The purpose of this case study was to perform nursing care to chronic renal failure client who were having fluid imbalance. The research design was a case study. Respondents used were 2 clients who were diagnosed with chronic renal failure and were having problems of fluid

2 imbalance. The methods of data colection were interviews, observation, and documentation using format of medical surgical nursing care. Assesment using 4 main data sourches that were the client, nurse, client s family, and medical record. Then enforced nursing diagnosis, intervention, implementation, and evaluation. Assesment of client 1, the client felt dizziness, there were edema of both lower exstremities, fluid intake was 600 ml/24 hours and fluid output was 1000ml/24 hours. Hemoglobin was 8,1 g/dl and creatinin was 8,6 mg/dl. Client 2 obtained data, client complained of dyspnea. Blood pressure was 160/80 mmhg, respiration rate was 48 x/minute, dyspnea with the sound of rales, giving oxygen 4 liter/minute and there was ascites. Fluid intake was 460 ml/24 hours and fluid output by urinary about 5-6 x/day. From the results of the assesments both of clients nursing diagnosed were excessfluid volume. The intervention for both of clients were monitoring vital signs, signs and symptoms of hypervolemia and edema; record fluid and output, assess dietary intake and habits that support fluid retention. First client, 3 days treatment period and second client 3 days treatment period. The evaluation of nursing intervention showed the problem was excess fluid volume, the client 1 issue was resolved while the client 2 issue was not resolved. On the clients with chronic renal failure who were having problems of fluid imbalance, must obey with restrictions on fluid intake to prevent fluid imbalance. Key word : Nursing care; chronic renal failure ; fluid imbalance Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, M. Kep 2. Widy Setyowati, M. Kep Date : Juli 2016 Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier : - Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG penderita gagal ginjal kronis berbanding lurus dengan peningkatan penderita yang menjalani hemodialisis. Penderita gagal ginjal kronis paling banyak terjadi pada usia dewasa dan usia lansia. Kebanyakan penderita gagal ginjal kronis mengalami masalah keseimbangan cairan. Hasil penelitian Tanujiarso, Ismonah, Supriadi, 2014 wawancara dengan pasien penderita gagal ginjal kronis, 7 dari 10 pasien mengatakan susah membatasi asupan cairan sehari-harinya dikarenakan mereka sering merasa haus dan selalu ingin minum. Seharusnya penderta gagal ginjal kronis tidak mengalami masalah keseimbangan cairan yang mengakibatkan edema jika penderita bisa membatasi asupan cairan. Prevalensi penderita gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,2%. Penderita gagal ginjal kronis terbanyak di wilayah Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5 %. Sedangkan di Jawa Timur prevalensi penderita gagal ginjal kronis 0,3 % (RISKESDAS, 2013). Menurut penelitian Adrian, Paramata, Pakaya, 2015, pasien

3 yang patuh dalam pembatasan asupan cairan mempunyai kualitas hidup baik dengan prevalensi 50%. 36,7% pasien tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang baik. 10% pasien patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang. 3,3% pasien tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup baik. Hasil studi pendahuluan di ruang dahlia RSUD Kab Jombang, penyakit gagal ginjal kronis menduduki urutan kedua setelah penyakit diabetes melitus. Bulan Januari penderita gagal ginjal kronis berjumlah 69 orang dan bulan Februari berjumlah 67 orang. Semua penderia gagal ginjal kronis tersebut rata-rata memiliki masalah keperawatan keseimbangan cairan. Gagal ginjal kronis yaitu penyakit ginjal yang dapat menggangu keseimbangan cairan dan elektrolit karena adanya retensi natrium, klorida, kalium, dan air di ruang ekstraseluler. Kadar plasma yang berasal dari produk sisa metabolisme seperti nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin meningkat karena ginjal tidak mampu menyaring dan mengekskresikan produk sisa metabolisme seluler (Monahan et al, 2007) dalam (Potter & Perry, 2010). Gagal ginjal kronis bersifat progresif, keberhasilan terapi mungkin dapat dilakukan dengan cara kontrol ketat diet garam dan protein, diuresis, restriksi cairan, dan dialysis (Potter & Perry, 2010). Keberhasilan dari terapi kontrol ketat diet merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita gagal ginjal kronis. Hasil penelitian Adrian, Paramata, Pakaya, 2015 faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis yaitu responden yang patuh pada pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup baik. Sedangkan responden yang tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang baik. Analisa praktik klinik keperawatan dengan masalah perkotaan pada pasien gagal ginjal kronis. Asuhan keperawatan dilakukan pada 5 orang responden dengan masa perawatan 3-8 hari. Satu orang dari 5 orang responden mengalami masa perawatan 8 hari dengan masalah kelebihan volume cairan dimana pasien mengalami oliguri dan sesak nafas. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mendokumentasikan dan memantau intake dan output cairan; mengkaji warna kulit, wajah, dan adanya edema; monitor ttv; auskultasi jantung dan paru (Mardiana, 2013). Pada klien gagal ginjal kronis dilakukan intervensi berdasarkan NANDA 2015 dalam (Nurarif & Kusuma, 2015) dan (Carpenito, 2006) monitoring tandatanda vital, monitor adanya distensi leher, roncki, edema perifer, dan penambahan berat badan. Monitor tanda dan gejala dari edema. Monitor intake dan output cairan. Mencatat intake dan output cairan jika terjadi penurunan output cairan dilakukan pembatasan asupan cairan. METODOLOGI Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil dalam studi kasus ini yaitu 2 klien yang didiagnosa gagal ginjal kronis dan mengalami masalah keseimbangan cairan. Studi kasus ini dilakukan di ruang Dahlia RSUD Jombang.

4 Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancar, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan pada klien, keluarga, dan perawat. Observasi yang dilakukan menggunakan pemeriksaan fisik dengan metode persistem. Dokumentasi yaitu mencatat hasil wawancara dan observasi dengan klien, status klien dan hasil pemeriksaan penunjang dengan menggunakan format asuhan keperawatan medikal bedah. Uji keabsahan data menggunakan 4 sumber data utama yaitu klien, keluarga, perawat, dan status medis yang berkaitan dengan masalah keseimbangan cairan pada klien gagal ginjal kronis. Analisa data yang digunakan yaitu dari analisa data hasil pengkajian, dari analisa data ditegakkan diagnosa keperawatan. Kemudian dibuat intervensi keperawatan dan dilakukan implementasi. Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian Klien 1 mengeluh kepalanya pusing. Tekanan darah 120/80 mmhg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 22 x/menit. Suhu 36,8 0 C. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Hasil laboratorium Hemoglobin 8,1 g/dl dan kreatinin 8,6 mg/dl. Terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. CRT memanjang >3 detik. Kuku berwarna putih. Menurut (Corwin, 2009) tanda dan gejala gagal ginjal kronis yaitu hipervolemia akibat retensi natrium. Pada pemeriksaan penunjang nilai BUN serum, kreatinin dan GFR tidak normal. Hemoglobin dan hematokrit turun (Corwin, 2009). Menurut (Price & Wilson, 2006) hipervolemia memiliki tanda edema perifer dan periorbital. Klien 2 mengeluh sesak nafas. Klien mengalami dispnea, suara nafas rales, terdapat tarikan intercostae saat bernafas, suara redup. Terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit. Terdapat asites pada abdomen. Tekanan darah 160/80 mmhg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 48 x/menit. Suhu 36,6 0 C. Intake 460 ml/24 jam dan output 5-6 kali per hari. hasil laboratorium hemoglobin 9,2 g/dl dan kreatinin 5,36 mg/dl. Tanda dan gejala gagal ginjal kronis menurut (Corwin, 2009) yaitu hipervolemia dan hipertensi akibat kelebihan muatan cairan. Pemeriksaan penunjang nilai BUN serum, kreatinin, dan GFR tidak normal (Corwin, 2009). Gambaran klinis klebihan volume yaitu peningkatan tekanan darah, denyut nadi penuh dan kuat, asites, efusi pleura, dispnea, takipnea (Price & Wilson, 2006). Dari kedua klien tanda dan gejala gagal ginjal kronis berbeda. Klien 1 mengeluh kepalanya pusing dan terdapat edema pada ekstermitas bawah kanan dan kiri. Pada klien 2 mengeluh sesak nafas. Selain terdapat perbedaan tanda dan gejala gagal ginjal kronis kedua pasien memiliki tanda dan gejala gagal ginjal kronis yang sama yaitu hasil laboratorim hemoglobin kedua klien mengalami penurunan. Penurunan Hb kedua klien berbeda sedikit. Hasil pemeriksaan kreatinin kedua klien meningkat. Peningkatan kreatinin kedua klien berbeda sedikit.

5 2. Diagnosa keperawatan Diagnosa medis klien 1 yaitu anemia + CKD st 5-dyspnea-HT. Klien mengeluh kepalanya pusing. Tekanan darah 120/80 mmhg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 22 x/menit. Suhu 36,8 0 C. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Hasil laboratorium Hemoglobin 8,1 g/dl dan kreatinin 8,6 mg/dl. Terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. CRT memanjang >3 detik. Kuku berwarna putih. Klien 2 mengeluh sesak nafas. Klien mengalami dispnea, suara nafas rales, terdapat tarikan intercostae saat bernafas, suara redup. Terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit. Terdapat asites pada abdomen. Tekanan darah 160/80 mmhg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 48 x/menit. Suhu 36,6 0 C. Intake 460 ml/24 jam dan output 5-6 kali per hari. hasil laboratorium hemoglobin 9,2 g/dl dan kreatinin 5,36 mg/dl. Pemeriksaan radiologi cardiomegali, pneumonia dexstra, dan efusi pleura minimal. Dari tanda dan gejala kedua klien, dimana klien 1 didiagnosa gagal ginjal kronis dengan tanda dan gejala edema pada ekstermitas dan Hb turun. Sedangkan pada klien 2 didiagnosa gagal ginjal kronis dengan dispnea, suara nafas rales, dan asites. Dari tanda dan gejala tersebut klien 1 dan 2 mengalami masalah keperawatan kelebihan volume cairan. Penyakit gagal ginjal kronis kedua klien tidak diawali dari penyakit gagal ginjal akut. Klien 1 gagal ginjal kronis dengan anemia. Menurut (Corwin, 2009) terjadinya anemia pada gagal ginjal kronis dikarenakan kegagalan ginjal membentuk eritroprotein dalam jumlah adekuat sehingga sering kali menimbulkan anemia. klien 2 gagal ginjal kronis pada pemeriksaan radiologi terdapat cardiomegali, pneumonia dexstra, dan efusi pleura minimal. Menurut penelitian (Erika, et al., 2000) dalam (Yuwono, 2014), melaporkan bahwa infeksi nasokomial pada penderita gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisa yaitu infeksi saluran kemih (ISK), infeksi vaskuler, pneumonia, dan diare karena infeksi. Menurut (Wilkinso & Ahern, 2011) efusi pleura merupakan batasan karakteristik objektif pada masalah keperawatan kelebihan volume cairan. 3. Intervensi Intervensi yang akan dilakukan pada kedua klien sama. Intervensi yang pertama monitor tanda-tanda vital. Intervensi yang kedua monitor tanda dan gejala hipervolemia. Intervensi ketiga catat secara akurat intake dan output cairan. Intervensi keempat kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan. Intervensi kelima monitor tanda dan gejala edema. Intervensi monitor vital sign (tanda-tanda vital), catat secara akurat intake dan output cairan dan monitor tanda dan gejala edema (Nurarif & Kusuma, 2015). Monitor tanda dan gejala hipovolemia atau hipervolemia karena kemampuan regulasi ginjal tidak adekuat (Nursalam & Batticaca, 2011). Kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan (misalnya asupan garam) (Carpenito, 2006).

6 Intervensi tanda-tanda vital dapat mengetahui tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan dimana pada klebihan volume cairan terjadi tekanan darah tinggi (hipertensi), nadi takipnea, dan pernafasn dispnea. Mencatat secara akurat intake dan output cairan untuk mengetahui jumlah asupan dan pengeluaran cairan secara tepat. Monitor tanda dan gejala edema dilakukan karena edema merupakan tanda dari kelebiha volume cairan. Monitor tanda dan gejala hipervolumia dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala hipervolemia selain dari tanda-tanda vital dan edema. Mengkaji diet yang menunjang retensi cairan dilakukan untuk mengetahui adanya diet yang menjadi penyebab kelebihan volume cairan. Pada tujuan intervensi klien 1 dan klien 2 sama yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kelebihan volume dapat teratasi. menurut penelitian (Dewi, 2013) setelah dilakukan tindakan keperawatan 14 X 24 jam kelebihan volume dapat teratasi. tujuan dilakukan selama 3 hari karena waktu dilakukan asuhan keperawatan minimal 3 hari intervensi. Kriteria hasil pada klien 1 yaitu pertama terbebas dari edema. Kedua tanda-tanda vital dalam batasan normal. Intake dan output seimbang dan tidak ada tanda dan gejala hipervolemia. Pada klien 2 kriteria hasil bunyi nafas bersih tidak ada dispnea/ortopnea. Terbebas dari kelelahan, kecemasan, atau kebingungan. TTV dalam batas normal. Intake dan output seimbang. Sesak nafas bekurang. Kriteria hasil menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) terbebas dari edema, efusi, anaskara. Bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea/ortopnea. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan. Kriteria hasil kedua klien berbeda karena tanda dan gejala kelebihan volume cairan kedua klien berbeda. 4. Implementasi Implementasi hari pertama klien 1 dan klien 2 dilakukan tindakan keperawatan sama yaitu memonitoring tanda-tanda vital, memonitoring tanda dan gejala hipervolemia, mencatat secara akurat intake dan output cairan, mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan, dan memonitoring tanda dan gejala edema. Pada hari kedua klien 1 dilakukan implementasi yang sama dengan hari sebelumnya. Tetapi pada klien 2 implementasi dilakukan modifikasi dengan menambah implementasi menimbang pampers. Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) intervensi timbang popok atau pembalut jika diperlukan. Menimbnag pampers pada klien 2 dilakukan karena klien 2 tidak menggunakan kateter, sehingga untuk mengukur output dengan cara menimbang pampers. Implementasi hari ke tiga pada klien 1 implementasi dimodifikasi. Implementasi ditambah dengan pemberian health education. Health education yang diberikan yaitu mengenai masalah diet cairan dan makanan yang dapat meningkatkan kadar Hb, karena pada klien 1 gagal ginjal kronis dengan anemia. Pada klien 2 implementasi hari ke tiga dimodifikasi dengan memberikan health education. Health education yang diberikan masalah diet cairan dan makanan.

7 5. Evaluasi Evaluasi hari pertama klien 1, masalah belum teratasi. masih terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Pada klien 2 masalah belum teratasi. klien masih mengeluh sesak nafas. Keadaan umum lemah. Pola nafas dispnea, suara nafas rales, dan terdapat asites. Tekanan darah 160/80 mmhg. Hari kedua evaluasi klien 1 masalah teratasi. tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah. Keadaan umum klien membaik dan akan dilakukan hemodialisa. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Evaluasi pada klien 2 masalah kelebihan volume cairan belum teratasi. ditandai dengan pernafasan dispnea, terdapat suara nafas rales dan terjadi asites. Hari ketiga evaluasi klien 1 tidak ada kleuhan. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Keadaan klien membaik. Masalah teratasi klien diperbolehkan pulang. Evaluasi pada klien 2 masalah belum teratasi. klien mengalami penurunan kesadaran. Keadaan umum klien lemah. Pernafasan dispnea, suara nafas ralesdan terdapat asites. Menurut penelitian (Mardiana, 2013) salah satu responden penelitiannya yang mengalami masalah kelebihan volume cairan, masa perawatan selama 8 hari. Dari penelitian tersebut sesuai dengan evaluasi klien 1. Klien 1 dirawat di rumah sakit selama 8 hari. Tapi pada studi kasus ini perawatan klien 1 pada hari keenam klien masuk rumah sakit. Sehingga hari ke tujuh klien sudah tidak ada tanda kelebihan volume cairan. Sedangkan pada klien 2 perawatan dilakukan perawatan pada hari ke lima klien masuk rumah sakit. Saat evaluasi hari ketiga dan hari ke tujuh klien masuk rumah sakit, keadaan klien lemah dan kesadaran menurun. Sedangkan klien 1 hari ketujuh keadaan membaik. Hal ini dipengaruhi dari faktor komplikasi dan penyakit penyerta dari gagal ginjal kronis yaitu pada hasil radiologi terdapat cardiomegali, pneumonia dexstra, dan terdapatb efusi pleura minimal. SIMPULAN 1. Pengkajian Dari data pengkajian tanda dan gejala gagal ginjal kronis berbeda yaitu klien 1 ditandai dengan edema pada ekstermitas dan klien 2 ditandai dengan sesak nafas. 2. Diagnosis Masalah keperawatan kelebihan volume cairan klien 1 cenderung pada anemia dan pasrtisipan 2 masalah kelebihan volume cairan cenderung pada sistem pernafasan yang mengalami pneumonia dan efusi minimal. 3. Perencanaan Pada hari selanjutnya, perencanaan dimodifikasi anatara klien 1 dan klien 2. Modifikasi perencanaan yaitu dengan memberi health

8 education pada kedua klien dan menimbnag pampers untuk mengukur output pada klien Tindakan Tindakan keperawatan pada kedua klien sama, kedua klien dilakukan tindakan selama 3 hari. 5. Evaluasi Hasil evaluasi tindakan keperawatna masalah kelebihan volume cairan pada klien 1 masalah teratasi sedangkan tindakan pada klien 2 masalah keperawatan belum teratasi. REKOMENDASI Bagi klien yang dilakukan asuhan keperawatan harus tetap mematuhi pembatasan asupan cairan agar tidak terjadi ketidakseimbangan cairan. Untuk pembaca asuhan keperawatan gagal ginjal kronis pembaca dapat mencegah terjadinya gagal ginjal kronis. Bagi penulis selanjtnya dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis disarankan melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut mengenai klien gagal ginjal kronis dengan masalah keperawatan kelebihan volume cairan yang mengalami pneumonia. DAFTAR PUSTAKA Adrian, Paramata, N. R., & Pakaya, A. W. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Jurnal Keperawatan. Carpenito, L. J. (2006). Buku saku Diagnosis keperawtan. Jakarta: EGC. Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC. Dewi, N. P. (2013). Analisa Praktik Klini keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan Pada Pasien Gagal Ginjal di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia. Mardiana, R. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Masalah Perkotaan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Melati Atas Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Universitas Indonesia. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogyakarta: Medication. Nursalam, & Batticaca, F. B. (2011). asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7 buku 1 & 3. Jakarta: EGC. Price, s. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. Riskesdas,2013. Riset Keseharan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitibang Kemenkes RI. Tanujiarso, B. A., Ismonah, & Supriadi. (2014). Efektifitas Konseling Diet Cairan Terhadap Pengontrolan Interdialitic Weight Gain (IDWG) Pasien

9 Hemodialis di Rs Telorejo Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. Wilkinso, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC ed 9. Jakarta: EGC. Yuwono, I. H. (2014). Infeksi Hemodialisis unit hemodialisis RSUD Kota Semarang. infeksi hemodialisis. Alamat correspondensi ulfam2606@gmail.com Alamat : Jln. Hasanudin Gg. 24 no. 23 Pasuruan No. Hp :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini penyakit gagal ginjal kronis menduduki peringkat ke- 12 tertinggi angka kematian atau angka ke-17 angka kecacatan diseluruh dunia, serta sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit ginjal kronik (PGK) disebut sebagai penyakit renal tahap akhir yang merupakan gangguan fungsi renal yang progesif dan irreversibel dimana terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan irreversible. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal berperan sangat penting bagi sistem pengeluaran (ekskresi) manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa metabolisme yang tidak diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh

Lebih terperinci

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS

BERAT BADAN PASIEN DIALISIS BERAT BADAN PASIEN DIALISIS Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan menjadi indikator terpenting pada pasien yang menjalani dialisis. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan dari gagal ginjal akut yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun. Gagal Ginjal Kronik menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal kiri letaknya lebih tinggi dari ginjal kanan, berwarna merah keunguan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ginjal sering disebut buah pinggang. Bentuknya seperti kacang dan letaknya disebelah belakang rongga perut, kanan dan kiri dari tulang punggung. Ginjal kiri letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript

GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN. Manuscript GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN PEKALONGAN Manuscript Oleh : HARYANTO NIM. G2A212012 PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi ekskresi, fungsi pengaturan dan fungsi hormonal dari ginjal sebagai kegagalan sistem sekresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Karena ginjal memiiki peran vital dalam mempertahankan homeostasis, gagal ginjal menyebabkan efek sistemik multipel. Semua

Lebih terperinci

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat selama ini menganggap penyakit yang banyak mengakibatkan kematian adalah jantung dan kanker. Sebenarnya penyakit gagal ginjal juga dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh manusia terutama dalam sistem urinaria. Pada manusia, ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik seperti Glomerulonephritis Chronic, Diabetic Nephropathy, Hypertensi, Polycystic Kidney, penyakit ginjal obstruktif dan infeksi dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal punya peran penting sebagai organ pengekresi dan non ekresi, sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. O DENGAN CKD ON HD DI RUANG HEMODIALISA BLUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA OLEH : MEYRIA SINTANI NIM : 2012.C.04a.0314 YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menghambat kemampuan seseorang untuk hidup sehat. Penyakit penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah usaha yang diarahkan agar setiap penduduk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Upaya tersebut sampai saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostasis cairan tubuh secara baik. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan homeostatic dengan mengatur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK

KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD KABUPATEN KOTABARU Badariah 1), Farida Halis Dyah Kusuma. 2), Novita Dewi 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan adanya uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dalam

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemodialisis (HD) merupakan tindakan untuk menggantikan sebagian dari fungsi ginjal. Tindakan ini rutin dilakukan pada penderita penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Cronik Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan dari gagal ginjal dan hasil akhir destruksi jaringan gradual yang progresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah. penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik hampir selalu bersifat asimtomatik pada stadium awal. Definisi dari penyakit ginjal kronik yang paling diterima adalah dari Kidney Disease:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal adalah salah satu organ utama sitem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang berfungsi menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Fungsi

Lebih terperinci

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab :

haluaran urin, diet berlebih haluaran urin, diet berlebih dan retensi cairan beserta natrium ditandai dengan - Pemeriksaan lab : E. Analisa data NO DATA MASALAH PENYEBAB DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. DO : Kelebihan volume Penurunan Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan - Terlihat edema derajat I pada kedua kaki cairan haluaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal atau renal failure merupakan gangguan fungsi ginjal menahun yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan kemampuannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kondisi jangka panjang ketika ginjal tidak dapat berfungsi dengan normal dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Penyakit ginjal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal

BAB I PENDAHULUAN. mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan mengeksresikan zat terlarut dan air secara selektif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis adalah kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan medis dan keperawatan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1. Disusun oleh : ELYOS MEGA PUTRA J FAKULTAS KEDOKTERAN KESESUAIAN GAMBARAN ULTRASONOGRAFI GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN KADAR KREATININ PLASMA PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI RS PEMBINA KESEJAHTERAAN UMAT MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit degeneratif merupakan penyakit kronik menahun yang banyak mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit degeneratif tersebut

Lebih terperinci

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang

Setiawan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Siti Khadijah Palembang FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DALAM PEMBATASAN ASUPAN CAIRAN PADA KLIEN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT ISLAM SITI KHADIJAH PALEMBANG TAHUN 2016 Setiawan Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit ginjal kini telah menjadi masalah kesehatan serius di dunia. Menurut (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. fungsi ginjal dengan cepat sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang racun dan produk sisa dari darah, ditandai adanya protein dalam urin

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kronik didefinisikan sebagai kondisi medis atau masalah kesehatan yang berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan penatalaksanaan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada perkembangan zaman yang semakin berkembang khususnya industri merupakan penyebab berubahnya pola perilaku kehidupan dalam masyarakat. Dengan meningkatnya kesibukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga

TINJAUAN PUSTAKA. Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ginjal Ginjal adalah system organ yang berpasangan yang terletak pada rongga retroperitonium. Secara anatomi ginjal terletak dibelakang abdomen atas dan di kedua sisi kolumna

Lebih terperinci

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN

RIZKY KUSUMAWATI NPM PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN STUDI KASUS PADA Tn. M UMUR 79 TAHUN YANG MENGALAMI MASALAH KEPERAWATAN KETIDAKSTABILAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELLITUS RUANG SEDAP MALAM RSUD GAMBIRAN KOTA KEDIRI KARYA TULIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Chronic Kidney Disease adalah kondisi ireversibel di mana fungsi ginjal menurun dari waktu ke waktu. CKD biasanya berkembang secara perlahan dan progresif, kadang sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab

Lebih terperinci

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J

NOVIANI SABTINING KUSUMA PUTRI J ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI BANGSAL MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT

MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT TEAM BASED LEARNING MODUL GLOMERULONEFRITIS AKUT Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. Dr. dr. Syarifuddin Rauf, SpA(K) Prof. dr. Husein Albar, SpA(K) dr.jusli

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance

Lebih terperinci

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA Ignatia Yunita Tamba¹, Imelda Ingir Ladjar ², Sri Mulyani ³ SekolahTinggi Ilmu Kesehatan Suaka Insan Banjarmasin nasyatamba@yahoo.com,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diet gagal ginjal adalah diet atau pengaturan pola makan yang dijalani oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik adalah gangguan faal ginjal yang berjalan kronik dari mulai faal ginjal normal sampai tidak berfungsi lagi. Penyakit gagal ginjal kronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang mempunyai peran penting dalam sistem ekskresi dan sekresi pada tubuh manusia. Apabila ginjal gagal melakukan fungsinya,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

ejournal Keperawatan (e-kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

ejournal Keperawatan (e-kep) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015 HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK DI IRINA C2 DAN C4 RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO Geledis Sumigar Sefty Rompas Linnie Pondaag Program Studi Ilmu Keperawatan

Lebih terperinci

2) Perasat (minimal 10 buah) Sop infus Sop injeksi Sop kateter Dll

2) Perasat (minimal 10 buah) Sop infus Sop injeksi Sop kateter Dll TUGAS KELOMPOK Tugas kelompok: Bagilah kelompok menjadi beberapa bagian yaitu : 1. penyakit dalam 2. bedah 3. Anak 4. Maternitas 5. jiwa dan buatlah perangkat manajemen sebagai berikut: tugas harus selesai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pengumpulan/Penyajian Data Dasar Secara Lengkap Tanggal : 22 Maret 2016 Pukul : 10.30 WIB Data subjektif pasien Ny. T umur 50 tahun bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada masalah medik, ekonomi dan sosial yang sangat besar bagi pasien dan keluarganya, baik di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien

Lebih terperinci

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Hubungan Hipertensi dan Diabetes Melitus terhadap Gagal Ginjal Kronik Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perkemihan merupakan salah satu system yang tidak kalah pentingnya dalam tubuh manusia. Sistem perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra

Lebih terperinci

PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ. Abstrak

PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ. Abstrak PERILAKU PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK STADIUM V DALAM MEMPERTAHANKAN KADAR NORMAL BUN DAN KREATININ 1).Laras Setio Anggraini, 2). Anita Istiningtyas 3). Meri Oktariani Program Studi S-1 Keperawatan Stikes

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Penyakit Tropik Infeksi di RSUP Dokter Kariadi Semarang 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. konsentrasi elektrolit pada cairan ekstra sel (Tawoto & Watonah, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ tubuh yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Fungsi ginjal antara lain, pengatur volume dan komposisi darah, pembentukan sel darah

Lebih terperinci

BAB III RESUME KEPERAWATAN

BAB III RESUME KEPERAWATAN BAB III RESUME KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN 1. Identitas pasien Pengkajian dilakukan pada hari/ tanggal Selasa, 23 Juli 2012 pukul: 10.00 WIB dan Tempat : Ruang Inayah RS PKU Muhamadiyah Gombong. Pengkaji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

Artikel Komunikasi Efektif SBAR

Artikel Komunikasi Efektif SBAR Artikel Komunikasi Efektif SBAR MAKALAH IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN PASIEN : KOMUNIKASI EFEKTIF DI INSTALASI RAWAT INAP Disusun Oleh : Nama : Noer Rochmat NIP : 19800604 200701 1 007 Pangkat/ Gol.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan penyakit yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang cukup berat dan terjadi perlahan dalam waktu yang lama (menahun) disebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat sangat ditunjang oleh pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam tubuh manusia. Fungsi tersebut diantaranya mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter &Perry, 2010). Sedangkan organisasi kesehatan dunia WHO 2012 dalam Nugroho (2012) menyatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak),

BAB I PENDAHULUAN. gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala, yang akan berkelanjutan pada organ target, seperti stroke (untuk otak), penyakit jantung koroner

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A KHUSUSNYA PADA NY.A DENGAN MASALAH UTAMA: HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN, SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A KHUSUSNYA PADA NY.A DENGAN MASALAH UTAMA: HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN, SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA TN. A KHUSUSNYA PADA NY.A DENGAN MASALAH UTAMA: HAMIL DENGAN ANEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAJAHAN, SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian 38 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit menurut World Health Organization (1957) adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis, berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan ekonomi yang semakin cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup, peningkatan konsumsi kalori, lemak dan garam, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gagal ginjal merupakan suatu kondisi dimana fungsi ginjal mengalami penurunan, sehingga tidak mampu lagi untuk melakukan filtrasi sisa metabolisme tubuh dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemamouan tubuh gagal untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD BESUKI SITUBONDO ARI RIZKI RACHESHI

PELAKSANAAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD BESUKI SITUBONDO ARI RIZKI RACHESHI PELAKSANAAN DOKUMENTASI PROSES KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD BESUKI SITUBONDO ARI RIZKI RACHESHI 1212020003 SUBJECT: Dokumentasi Proses Keperawatan, Diabetes Melitus DESCRIPTION: Segala

Lebih terperinci

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z. GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG Engelbertus A. Wutuna,c*, Serlibrina Turwewib, Angela

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : MEGAWATI SATYANINGRUM 070201076

Lebih terperinci

: DYANA CITRA MOKODOMPIT NIM

: DYANA CITRA MOKODOMPIT NIM PENGARUH KELEBIHAN KENAIKAN BERAT BADAN TERHADAP KEJADIAN KOMPLIKASI GAGAL JANTUNG PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT SE-PROVINSI GORONTALO JURNAL Diajukan

Lebih terperinci

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM RETENSIO PLACENTA ` Di Susun Oleh: Nursyifa Hikmawati (05-511-1111-028) D3 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI 2014 ASUHAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II A 0 hamil 40 minggu. mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5 0 c, RR: 26 x/menit, hasil

BAB V PENUTUP. khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II A 0 hamil 40 minggu. mmhg, Nadi: 88 x/menit, Suhu: 36,5 0 c, RR: 26 x/menit, hasil BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengkajian dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data melalui wawancara dan observasi parsipatif. Data subyektif khususnya pada keluhan utama yaitu Ny. S G III P II

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

ASUHAN KEPERAWATAN HPP 1. Pengertian Haemoragik Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.hpp diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan

I. PENDAHULUAN. Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen terbesar dari tubuh sekitar 60% dari berat badan rata-rata orang dewasa (70 kg). Total air tubuh dibagi menjadi dua kompartemen cairan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN PASIEN GGK YANG MENJALANI HEMODIALISA DI BLU RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO Chris Manguma*, Gene H. M. Kapantow**, Woodford B. S. Joseph* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit serius yang harus diatasi terutama di negara berkembang. Perubahan gaya hidup berdampak terhadap perubahan pola penyakit yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pabrik-pabrik yang produk-produk kebutuhan manusia yang. semakin konsumtif. Banyak pabrik yang menggunakan bahan-bahan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah mampu merubah gaya hidup manusia. Manusia sekarang cenderung menyukai segala sesuatu yang cepat, praktis dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hemodialisis (HD) Adalah pengobatan dengan alat yaitu Dialyzer, tujuan utama yaitu menyaring dan membuang sisa produk metabolisme toksik yang seharusnya ditangani oleh

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL 2 Ana Triwijayanti ABSTRAK Terapi oksigen merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis yang paling banyak dialami oleh penduduk di dunia. DM ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam darah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN

PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN PERBEDAAN KADAR UREUM & CREATININ PADA KLIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA DENGAN HOLLOW FIBER BARU DAN HOLLOW FIBER RE USE DI RSUD UNGARAN Asri Setyaningsih*, Dewi Puspita**, M. Imron Rosyidi*** 1. Mahasiswa

Lebih terperinci