BAB II LANDASAN TEORETIS. memasyarakatkan adalah salah satu fungsi dari partai politik. Dalam usaha yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORETIS. memasyarakatkan adalah salah satu fungsi dari partai politik. Dalam usaha yang"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Sosialisasi Partai Politik Pengertian Sosialisasi Politik Sosialisasi politik (political socialization) atau yang disebut sebagai proses memasyarakatkan adalah salah satu fungsi dari partai politik. Dalam usaha yang dilakukan oleh partai politik adalah mendapatkan kemenangan dalam pemilihan umum, partai politik harus memperoleh dukungan seluas mungkin. Maka partai politik harus mampu menanamkan dalam diri anggotanya solidaritas dengan partai dan yang mendidik anggotanya agar memiliki pengetahuan mengenai sistem politik sehingga mampu untuk mengapresiasikan dan menanggapi fenomena politik melalui proses sosialisasi politik. Menurut Michael Rush dan Philip Althoff (2005:25) bahwa yang dimaksud dengan sosialisasi politik adalah suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejalagejala politik. Selain itu, sosialisasi politik adalah sarana bagi partai politik untuk mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh partai politik tersebut secara kesinambungan, agar nilai dan norma tersebut terus dikenal dan dianut oleh setiap generasi. Hal ini ditegaskan oleh Miriam Budiardjo (2000:161) bahwa sosialisasi politik juga mencakup proses melalui mana masyarakat melampaui norma-norma dan nilai-nilai dari satu generasi ke genarasi berikutnya. 11

2 Kelanjutanya hal yang sama diungkapkan oleh Alfian (1999:233) yang mengemukakan bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses dimana anggotaanggota masyarakat mengenal, memahami, menghayati nilai-nilai politik tertentu yang oleh karena itu mempengaruhi sikap dan tingkah laku politik sehari-hari. Sementara itu Laswell (dalam S.P.Varma, 1982:266) menekankan bahwa manusia sebagai binatang pemakan nilai (value grasping animal) selalu mencari nilai yang mereka butuhkan itu dalam kehidupannya. Dalam politik berkaitan bagaimana nilai-nilai ini di alokasikan dalam masyarakat. Hal ini dikemukakan oleh Mac Iver (1987: 250) bahwa nilai-nilai politik dibagi kedalam dua tipe yaitu kesempurnaan (consummatory) dan instrumental. Yang disebut sebagai nilai kesempurnaan adalah: Nilai yang didasarkan pada sekumpulan moralitas tertentu yang diwujudkan dalam ideologi politik, sekelompok norma budaya terpadu yang secara luas tersebar di populasi atau sekumpulan norma budaya yang bertentangan yang dianut oleh kelompok-kelompok yang saling antagonik. Sedangkan nilai instrumental lebih berdasarkan efisiensi, kalau pemerintah dianggap tidak efisien atau kurang berkuasa mengatasi persoalan serta tidak dapat mempersiapkan masa depan masyarakat, dukungan ditarik. Proses sosialisasi yang dilakukan untuk membentuk sikap serta orientasi anggota dalam melihat fenomena politik yang ada. Hal senada dijelaskan oleh Ramlan Surbakti (1992:117) bahwa sosialisasi politik ialah: Proses pembentukkan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat melalui proses sosialisasi politik inilah para masyarakat memperoleh sikap 12

3 dan orientasi terhadap kebidupan politik yang berlangsung dalam masyarakat. Definisi tersebut ditegaskan oleh pengertian sosialisasi politik yang dikemukakan oleh David Easton dan Jack Dennis (dalam Michael Rush dan Philip Althoff, 2005:34) yang mengatakan bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan polapola tingkah lakunya. Hal senada ditegaskan oleh Almond dan Verba (1990:16) bahwa orientasi politik dan pola tingkah laku individu diperoleh melalui sosialisasi politik. Ditambahkan lagi bahwa orientasi politik menurutnya mencakup hal-hal: 1. Orientasi kognitif : pengetahuan tentang kepercayaan pada politik, peranan, dan segala kewajibannya, serta input dan output. 2. Orientasi afektif : perasaan terhadap sistem politik, peranannya, para aktor dan penampilannya. 3. Orientasi evaluatif : keputusan dan pendapat tentang obyek-obyek politik yang secara tipikal melibatkan kombinasi standar nilai-nilai dan kriteria dengan informasi dan perasaan. Dalam mengukur sikap individu maupun dalam kehidupan politik, menggunakan orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif seperti yang telah dijelaskan terdahulu. Apabila dilihat dari sudut individu, orientasi afektif yang dimaksud adalah berkaitan dengan aspek perasaan seorang individu dengan kapasitasnya sebagai warga negara. Hal tersebut ditekankan pada perasaan khusus yang dimiliki oleh individu mengenai aspek-aspek sistem politik tertentu yang dapat membuat individu-individu tersebut menerima atau menolak sebuah sistem politik. Sedangkan orientasi kognitif yaitu mengenai tingkat pengetahuan individu 13

4 tentang segala sistem politik meliputi tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah atau mengenai simbol-simbol dalam sistem politik secara keseluruhan. Sementara itu orientasi evaluatif yang dimaksud adalah orientasi politik individu yang ditentukan oleh orientasi moral. Norma-norma yang dianut seorang warga negara menjadi dasar sikap dan prilaku yang ditonjolkan olehnya terhadap sebuah sistem politik. Pengertian warga negara terhadap sistem politik itu merupakan suatu kemampuan untuk mengukur kesadaran tentang politik, bagianbagian, simbol-simbol, dan sekaligus norma-norma yang dimiliki masyarakat. Ketiga orientasi tersebut sangat berpengaruh pada individu dalam menyikapi sebuah sistem politik, dan ketiganya sangat berhubungan seperti sebuah contoh dikemukakan oleh syamsudin (dalam Sudijono Sastroamodjo, 1995:39) tentang saling berhubungannya ketiga komponen tersebut adalah sebagai berikut: Untuk dapat memberikan suatu penilaian tentang seorang pemimpin, seorang warga negara dituntut untuk memiliki pengetahuan tentang pemimpin tersebut secara memadai. Namun demikian, tentulah bahwa pengetahuan tersebut telah dipengaruhi oleh berbagai aspek dan yang paling dominan adalah perasaannya sendiri. Demikian pula sebaliknya bahwa pengetahuan seseorang tentu juga dipengaruhi oleh pengetahuan simbol politik yang sedang berlangsung. Bahkan dikatakan bahwa pengetahuan tentang simbol saling mempengaruhi perasaan seseorang terhadap sistem politik secara keseluruhan. Selain itu, agar dapat diperoleh pula yang tepat dan petunjuk yang relevan mengenai orientasi seseorang terhadap kehidupan politik, terlebih dahulu mesti dikumpulkan sebagai informasi, yang meliputi pengetahuan keterlibatan, dan penilaian seseorang terhadap salah satu obyek pokok dari orientasi politik. 14

5 Kantraprawira (1988:31) yang mengemukakan bahwa objek orientasi politik meliputi keterlibatan seseorang terhadap: a. Sistem politik secara keseluruhan. Meliputi antara lain intensitas pengetahuan, ungkapan perasaan, yang ditandai oleh apresiasi terhadap sejarah, ukuran lingkup lokasi, persoalan kekuasaan, karakteristik konstitusional negara atau sistem politiknya. b. Proses input. Meliputi antara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses penyaluran segala tuntutan yang diajukan atau diorganisasi oleh masyarakat, termasuk pralarsa untuk menerjemahkan atau mengkonvensi tuntutan-tuntutan tersebut sehingga menjadi kebijaksanaan yang otoritatif sifatnya. Dengan demikian proses input antara lain meliputi pula pengamatan atas partai politik, kelompok kepentingan dan alat komunikasi massa yang nyata-nyata berpengaruh dalam kehidupan politik sebagai alat (sarana) penampung berbagai tuntutan. c. Proses output. Meliputi antara lain intensitas pengetahuan dan perbuatan tentang proses aktivitas berbagai cabang pemerintahan yang berkenaan dengan penerapan dan pemaksaan keputusan-keputusan otoritatif. Singkatnya berkenaan dengan fungsi pembuatan aturan/perundangundangan oleh badan legislatif, fungsi pelaksanaan aturan oleh eksekutif (termasuk birokrasi) dan fungsi peradilan. d. Diri sendiri. Meliputi antara lain intensitas pengetahuan dan frekuensi perbuatan seseorang dalam mengambil peranan di arena sistem politik. Dipersoalkan apakah yang menjadi hak, kekuasaan, dan kewajibannya. Apakah yang bersangkutan dapat memasuki lingkungan orang atau kelompok yang mempunyai pengaruh atau bahkan bagaimana caranya untuk meningkatkan pengaruhnya sendiri. Kemudian lebih lanjut dipersoalkan kriteria apa yang dipakainya dalam membentuk pendapat dalam masyarakatnya atau dalam sistem politik sebagai keseluruhan. Berdasarkan pandangan diatas maka dapat diambil garis besar bahwa empat komponen yaitu sistem politik keseluruhan, proses input, proses output, dan diri sendiri akan menjadi komponen yang saling mempengaruhi dalam menciptakan sebuah orientasi politik yang didasari oleh pengetahuan, wawasan, sikap, dan perilaku dalam kehidupan masyarakat, sehingga tercipta sebuah orientasi yang berkesinambungan dan utuh. 15

6 Dari berbagai jenis orientasi politik yang didapat melalui proses sosialisasi politik, diharapkan masyarakat dapat memiliki pandangan, daya pikir serta daya tanggap tentang kehidupan politik yang sedang berlangsung juga memiliki acuan dan keyakinan yang jelas dalam politik agar dapat diteruskan ke generasi berikutnya. Selain orientasi politik yang telah dikemukakan terdahulu, Almond dan Verba menekankan bahwa sosialisasi politik menunjukkan pada proses sikap dan tingkah laku politik individu diperoleh dan dibentuk sehingga sarana bagi suatu generasi untuk mencapai patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya. Nilai-nilai yang didapat melalui sosialisasi politik yang sejalan dengan tradisi, dapat mempengaruhi dan melandasi sikap seseorang atau kelompok terhadap sebuah sistem politik yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bernegara dan sudah tentu dalam kehidupan politiknya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Yahya Muhaimin (dalam Sudijono Sastroamodjo, 1995:217) yang mengatakan bahwa: Kehidupan politik dan negara memerlukan sikap yang menunjukkan dukungan serta kesetiaan warganya kepada sistem politik dan kepada negara yang ada. Sikap ini dilandasi oleh nilai-nilai yang berkembang dalam diri warga masyarakat negara itu, baik sebagai individu maupun kelompok. Tatanan dan proses politik akan memberikan makna pada anggota masyarakat bilamana sejalan dengan nilai dan tradisi yang dipegang oleh anggota masyarakat. Dari metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi menjadi pendidikan politik dan indoktrinasi politik. Melalui pendidikan politik yang merupakan proses dialogik antara pemberi dan penerima pesan, masyarakat dapat 16

7 mengenal dan mempelajari nilai, norma, dan simbol-simbol politik seperti partai politik. Sedangkan indoktrinasi politik ialah proses sepihak yang dilakukan oleh penguasa untuk memobilisasi dan memanipulasi masyarakat untuk menerima nilai, norma, dan simbol politik yang dianggap ideal dan baik. Dalam negara yang demokratis sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai politik adalah melalui pendidikan politik, bukan melalui indoktrinasi politik. Pendidikan politik (political education) menurut Rusadi Kantraprawira (1988:54) yaitu untuk meningkatkan pengetahuan politik rakyat dan agar mereka dapat berpartisipasi secara maksimal dalam sistem politiknya. Lebih jauh lagi Alfian (1992:235) memberikan pengertian mengenai pendidikan politik sebagai usaha sadar untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami, dan menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam sistem politik yang ideal yang hendak dibangun. Hal ini relevan dengan pengertian sosialisasi yang dikemukakan sebelumnya yaitu proses untuk menstranformasikan nilai-nilai politik. Sedangkan menurut M. Natsir (Aay Muhammad Furqon, 2004:204) sosialisasi politik lebih ditekankan pada aspek pembinaan warga negara kearah kehidupan dan cara berpikir yang sesuai dengan pola yang ditentukan partai. Dimaksudkan bahwa proses sosialisasi yang dilakukan partai tersebut dapat menanamkan kepada masyarakat tentang cara pandang (pola) yang dianut oleh partai tersebut. Sehingga diharapkan warga negara dapat berpikir dan bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh partai yang tercermin dalam sikap politik seseorang. Tentang sikap politik yang terbentuk dalam proses sosialisasi politik 17

8 ini, menurut Almond dan Verba (1990:325) ada seperangkat hubungan dengan tiga anggapan mengenai hal ini yaitu: 1. Pengalaman sosialisasi yang akan mempengaruhi tingkah laku politik dikemudian hari yang terjadi sebelumnya dalam kehidupan. 2. Pengalaman ini bukan pengalaman yang bersifat politik, akan tetapi memiliki berbagai konsekuensi politik laten yaitu tidak dimaksudkan melukiskan impak politik dan impak tersebut tidak terorganisir adanya. 3. Proses sosialisasi selalu bersifat undireksional dimana pengalamanpengalaman mendasar dalam keluarga mempunyai pengaruh penting terhadap struktur sekunder politik tetapi sebaiknya tidak dipengaryhi oleh politik. Sehingga tingkah laku politik seseorang dapat diketahui dari pengalaman awal meskipun hal tersebut sifatnya non politik. Karena sosialisasi politik sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup sehingga sumber dari sikap politik. Sedangkan fungsi dari sosialisasi politik itu sendiri diungkapkan oleh Sudijono Sastroamodjo (1995:120) adalah sebagai berikut: Fungsi sosialisasi politik itu sangat penting sebab sosialisasi politik dapat meningkatkan pengetahuan, pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada gilirannya dapat mendorong partisipasi maksimal dalam sistem politiknya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian sosialisasi politik adalah proses berkesinambungan yang dilakukan oleh partai politik untuk memberikan pengetahuan mengenai sistem politik agar mampu untuk mengapresiasikan dan menanggapai fenomena politik masyarakat serta menyampaikan norma-norma dan nilai-nilai dari satu genarasi ke genarasi berikutnya dalam politik sosialisasi ini berkaitan bagaimana nilai-nilai ini 18

9 dialokasikan dalam masyarkat melalui pendidikan politik agar menjadi warga negara yang sesuai dengan ideologi dan cara berpikir partai Sosialisasi Politik Partai Islam Sosialisasi politik merupakan suatu proses bagaimana memperkenalkan sistem politik pada seseorang dan bagaimana orang tersebut menentukan tanggapan serta reaksi-reaksinya terhadap gejala-gejala politik. Dalam hal ini sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai Islam lebih cenderung mengarah pada sebuah sistem politik yang berkeadilan akan nilai-nilai Islam di Indonesia yang akan membentuk wawasan kemodernan Indonesia yang merupakan salah satu ajaran pokok umat Islam. Sesuai dengan pendapat Nurcholish Madjid (2009:xxii) bahwa: Sistem politik yang sebaiknya diterapkan di Indonesia ini ialah sistem yang tidak hanya baik untuk umat Islam, tetapi yang sekiranya juga akan membawa kebaikan untuk semua anggota masyarakat Indonesia. Untuk menciptakan sistem politik tersebut diperlukan suatu kekuasaan memerintah sebab kekuasaan memerintah tersebut adalah sesuatu yang tak terhindarkan demi ketertiban tatanan kehidupan manusia sendiri. Oleh karena itu partai Islam berusaha untuk mengenalkan nilai-nilai dan norma-norma yang dianut oleh partai secara berkesinambungan, agar nilai dan norma tersebut terus dikenal dan dianut oleh setiap generasi yang pada akhirnya menciptakan sebuah sistem politik yang berkeadilan dan diterima oleh semua kalangan di Indonesia. 19

10 Selain itu, sosialisasi politik yang dilakukan oleh partai Islam selalu mengarahkan pada suatu proses pengembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya. Dalam mengukur sikap individu maupun dalam kehidupan politik, menggunakan orientasi kognitif, afektif, dan evaluatif. Apabila dilihat dari sudut individu, orientasi afektif yang dimaksud adalah berkaitan dengan aspek perasaan seorang individu dengan kapasitasnya sebagai warga negara. Hal tersebut ditekankan pada perasaan khusus yang dimiliki oleh individu mengenai aspek-aspek sistem politik tertentu yang dapat membuat individu-individu tersebut menerima atau menolak sebuah sistem politik. Sedangkan orientasi kognitif yaitu mengenai tingkat pengetahuan individu tentang segala sistem politik meliputi tokoh-tokoh pemerintahan, kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah atau mengenai simbol-simbol dalam sistem politik secara keseluruhan. Sementara itu orientasi evaluatif yang dimaksud adalah orientasi politik individu yang ditentukan oleh orientasi moral. Norma-norma yang dianut seorang warga negara menjadi dasar sikap dan prilaku yang ditonjolkan olehnya terhadap sebuah sistem politik. Dalam hal sosialisasi politik, terutama dalam menanamkan sikap dan orientasi serta penanaman nilai dan norma yang dilakukan oleh partai Islam selalu mengarah pada Amr ma ruf nahi Munkar artinya selalu mengarah pada kebaikan dan menjauhkan dari kebatilan. Dalam arti lain penanamannya dilakukan dengan cara-cara yang baik guna tercapainya sistem yang berkeadilan. Sesuai dengan pendapat Amrullah Ahmad (1983:17) yang mengatakan bahwa: 20

11 Dakwah Islam sebagai agen of change memberikan dasar filosofis eksistensi diri dalam dimensi individu, keluarga, dan sosio-kultural sehingga muslim memiliki kesiapan untuk berinteraksi dan menafsirkan kenyataan-kenyataan yang dihadapi secara mendasar dan menyeluruh menurut ajaran Islam. Banyak cara yang dilakukan oleh partai Islam dalam melakukan sebuah sosialisasi politik diantaranya dengan cara-cara yang ma ruf (baik) yaitu: kursus kader, latihan kepemimpinan, ceramah - ceramah penerangan, serta diskusi diskusi yang merupakan bentuk transformasi orientasi dan sikap politik. Sehingga dari hal tersebut partai politik harus mampu menanamkan dalam diri anggotanya solidaritas dengan partai dan yang mendidik anggotanya agar memiliki pengetahuan mengenai sistem politik sehingga mampu untuk mengapresiasikan dan menanggapi fenomena politik melalui proses sosialisasi politik. 2.2 Partai Politik Islam Dalam Kehidupan Politik Di Indonesia Pengertian Partai Politik Islam Berdasarkan klasifikasi partai politik, timbul partai Islam sebagai partai yang berdasar atas azas (agama Islam). Islam sebagai agama yang penuh dengan nilai-nilai keruhanian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik karena Islam mengandung nilai-nilai poilitik seperti ideologi. Hal ini ditegaskan oleh Deliar Noer (1987:460) yang mengatakan bahwa pada umumnya, baik kalangan Islam maupun kalangan diluar Islam mengaku bahwa ajaran Islam mengandung ideologi. Nilai-nilai Islam yang mengandung ideologi, sangat perlu diberi peran dalam soal pemerintahan dan kepemimpinan. Mengenai nilai-nilai Islam yang mengandung ideologi tersebut, tentu mempengaruhi terhadap partai politik Islam 21

12 yang muncul selain juga simbol-simbol yang identik dengan Islam dan yang pasti adalah massanya yang mayoritas umat Islam. Hal ini dikemukakan oleh Azyumardi Azra (dalam AD.Kusumaningtyas, 2004:36) bahwa sebuah partai dikatakan Islam apabila: 1. Partai menggunakan agama Islam sebagai dasar ideologi mereka. 2. Partai yang menggunakan Pancasila sebagai dasar ideologi mereka. 3. Partai yang pengurus dan basic massanya kebanyakan muslim. Sudah tentu dalam kehidupan kenegaraan di Indonesia yang mayoritas adalah umat Islam, tidak dapat dijauhkan dari munculnya partai-partai Islam sebagai simbol dari eksistensinya dalam kehidupan politik. Senada dengan kategori partai politik sebelumnya, Al Chaidar (2000:vi) mengintrodusir yang disebut dengan partai Islam dan mengatakan bahwa partai Islam adalah: Partai yang dipimpin oleh tokoh Islam, memakai asas Islam maupun bukan Islam (ghairul Islam) sebagai fundamen partai dan orientasi partai yang terbuka dan tertutup, yang menerima anggota dari berbagai kalangan dan hanya menerima anggota dari golongan Islam saja dan berusaha meraih simpati untuk merebut suara dari kalangan Islam sebagai basis utama dukungan. Partai politik Islam tidak terbatas pada partai yang menggunakan Islam sebagai azas partai dan yang hanya terdiri dari umat Islam didalam tubuh partainya, namun ditekankan pada basis utamanya yang berasal dari umat Islam. Dan ditegaskan oleh definisi partai politik Islam yang diutarakan oleh AD. Kusumaningtyas (2004:35) bahwa partai politik Islam sendiri sesungguhnya adalah suatu partai politik yang menggunakan identitas agama untuk mengikatkan diri dengan pemiliknya. 22

13 Dalam Islam, kekuasaan politik didasarkan atas kekuasaan Illahi (Divine Authority) dan Islam menganjurkan bahwa umat Islam sebagai kholifah untuk turut serta dalam politik agar mendapatkan kebaikan dunia akhirat. Dengan prinsip tolong menolong yang kental dalam ajaran Islam yang dapat dilakukan dalam kehidupan politik. Hal ini ditegaskan oleh pemikiran Ibnu Khaldun (dalam Zainuddin, 1999:93) bahwa: Politik adalah suatu mekanisme yang harus digunakan manusia guna mencapai keselamatan dunia akhirat. Tanpa kehidupan politik, kehidupan manusia dalam masyarakat tidak akan teratur. Tolong menolong untuk kepentingan mencapai tujuan bersama tidak akan dapat direalisasikan. Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh masyarakat Indonesia saat ini dan realitas politik telah menunjukkan bahwa di Indonesia sangat sulit untuk memisahkan isu agama dari dunia politik. Sehingga agama juga berpengaruh terhadap cara hidup politik masyarakat. Hal ini berdasarkan pada pernyataan Deliar Noer (1983:29) bahwa agama itu berpengaruh dalam menentukan sikap seseorang walaupun dalam hal-hal yang mengenai negara. Oleh karena itu partai politik berbasis keagamaan merupakan fakta, yang dalam peta politik Indonesia yang memiliki warga muslim terbesar diantara agama-agama lainnya yang hidup dan berkembang. Karena Islam juga hidup dalam kegiatan politik maka Islam pun memiliki sistem politik seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Qadir abu Fariz (1984:24) bahwa pilar-pilar politik Islam terdiri atas Kedaulatan Milik Allah, Keadilan dan Persamaan, Taat, Syura (musyawarah). Hal ini semakin menegaskan 23

14 bahwa dalam kehidupan umat Islam terdapat pula kehidupan politik didalamnya yang didasari oleh pilar-pilar tersebut. Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik Islam adalah partai yang menggunakan ajaran Islam yang mengandung ideologi sebagai azas partai maupun tidak menggunakan Islam sebagai azasnya, dan terdiri dari anggota yang seluruhnya umat Islam maupun hanya sebagian saja namun tetap mengandalkan umat Islam sebagai basis utamanya dan tetap dipimpin oleh tokohtokoh Islam Perkembangan Partai Politik Islam Di Indonesia Periode Proklamasi ( ) Pada saat kolonialisme Jepang masih berkuasa di Indonesia, pada tanggal 22 Juni disepakati Piagam Jakarta dengan terdapatnya kata dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya. Hal ini sangat membesarkan hati umat Islam walaupun tidak lama. Setelah diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, ketujuh kata dalam Piagam Jakarta tersebut dihilangkan. Dalam masa ini persepsi politik yang berdasar pada paham dan ajaran Islam menjadi tertinggal. Elit politik musyawarah sebagian besar berhimpun dalam lingkungan keluarga besar Bulan Bintang dan sebagian kecil berhimpun dalam keluarga besar Nahdatul Ulama (NU) dan pada saat ini belum terbentuk partai politik Periode Demokrasi Terpimpin ( ) Adanya dua keluarga kekuatan politik umat Islam pada saat itu yakni Bulan Bintang dan Nahdatul Ulama (NU), telah dimanfaatkan oleh kaum elit non 24

15 muslim untuk memasukkan kaum komunis kedalam birokrasi pemerintahan. Namun dengan terbukanya kesempatan bagi masyarakat menengah untuk memperoleh pendidikan yang mayoritas terdiri dari keluarga muslim, maka terbentuklah kelas menengah baru yang berpersepsi dan bersikap lebih Islami. Pada periode ini terjadi Pemilu pada tahun 1955 yang diikuti oleh 90 partai dan partai politik Islam yaitu Masyumi mendapat jumlah kursi terbesar setelah PNI dan disusul NU. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik Islam telah mendapatkan tempat tersendiri dalam kehidupan politik masyarakat Indonesia yang memang mayoritas beragama Islam Periode Pemerintahan Orde Baru ( ) Pemilihan umum pertama pada periode Orde Baru setelah runtuhnya Orde Lama dilaksanakan pada tahun 1971 namun berlangsung tidak demokratis. Ribuan warga negara tidak diperkenankan untuk menjadi calon dan berkampanye, hal ini berlaku pula bagi keluarga besar Bulan Bintang. Pemilu ini dimenangkan oleh Golongan Karya yang didukung ABRI dan birokrasi. Namun, untuk mewakili umat Islam sebagai mayoritas penduduk Indonesia maka dibentuklah Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tanggal 5 Januari 1973 dan hingga runtuhnya orde baru pada 21 Mei 1998 partai politik peserta pemilu pada periode ini adalah Golkar, PDI, dan PPP Partai Politik Islam Dalam Era Reformasi Partai politik islam dalam era reformasi yang terbuka ini seakan membuka belenggu politik rakyat Indonesia yang telah begitu lama terkekang dalam keterbatasan. Harapan rakyat untuk menciptakan negara yang berasas dan 25

16 demokratis semakin luas dengan tuntutan perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan seperti hukum dan keadilan, politik dan segala hal yang berhubungan dengan negara dan kebebasan masyarakat agar segera terlaksana. Hal tersebut dapat dilihat dari dua hal yaitu pengertian partai politik dan Islam sebagai ideologi politik. a. Teori Partai Politik Indonesia adalah sebuah negara demokratis. Dalam negara demokratis menerapkan sebuah mekanisme pemilihan yang lazim disebut pemilihan umum (pemilu) untuk memilih para politisi yang tergabung dalam sebuah partai politik. Partai politik dibentuk selain sebagai tempat para politisi, namun berfungsi juga sebagai sarana bagi keikutsertaan rakyat dan sebagai wadah aspirasi dan partisipasinya serta merupakan penghubung antara rakyat dengan pemimpin yang menguasai pemerintahan yang terpilih dalam pemilihan umum. Dengan posisi tersebut, partai politik kini dianggap sebagai barometer demokrasi dan juga dianggap sebagai ciri dari negara modern. Partai politik menurut Undang-Undang No.31 tahun 2002 tentang partai politik adalah: Organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum. Partai politik terdiri dari rakyat yang diorganisir dan memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan pemerintahan agar dapat memberikan kegunaaan bagi masyarakat pada umumnya dan anggota partai politik pada 26

17 khususnya, hal ini dijelaskan dalam definisi partai politik yang dikemukakan oleh Carl. J. Freidrich (dalam Miriam Budiardjo, 2000 : 161) sebagai berikut: Partai politik adalah sekelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan merekat atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idil dan materiil. Hal yang sama diungkapkan pula oleh R.H.Soltau (dalam Cecep Darmawan, 2003 : 299) yang mengatakan bahwa partai politik adalah: Sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, bertindak sebagai suatu kesatuan publik dan yang dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. Selain partai politik merupakan gabungan dari rakyat yang terorganisir partai politik berusaha pula untuk mengendalikan pemerintahan sebagai tujuannya. Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Huszar dan Stevenson (dalam Sukarna, 1967 : 89) yang menyatakan bahwa: Partai politik adalah sekelompok orang yang terorgaisir serta berusaha untuk mengendalikan pemerintahan agar supaya dapat melaksanakan program-programnya dan menempatkan/mendudukkan anggotaanggotanya dalam jabatan pemerintahan. Definisi yang hampir sama dijelaskan oleh Sait (dalam Sukarna, 1978 : 89) yang mengatakan bahwa partai politik dapat dirumuskan sebagai suatu kelompok orang yang terorganisir serta berusaha untuk mengendalikan baik kebijaksanaan 27

18 pemerintahan maupun pegawai negeri. Sementara itu ada perbedaan pendapat dalam menyatakan partai politik, ada yang berpendapat bahwa partai politik hanya terdiri dari orang-orang yang berkumpul untuk mewujudkan kepentingan bersama seperti definisi yang diungkapkan oleh Edmund Burke (dalam Rusadi Kartaprawira, 1988 : 63) bahwa partai politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan keinginan-keinginan bersamanya, yaitu kepentingan nasional melalui prinsip khusus yang sudah disepakati. Sementara itu Mark N. Hagopian (dalam Ichlasul Amal, 1988 : xi) mengungkapkan hal yang sama mengenai kepentingan yang ada dalam sebuah partai politik, namun lebih ditekankan dalam kepentingan ideologis hal ini semakin jelas dalam pandangannya tentang partai politik bahwa partai politik adalah: Suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa bahwa dalam partai politik merupakan tempat berkumpulnya aktivis dan tedapat persaingan antar golongan untuk menguasai pemerintahan, seperti yang dijelaskan oleh Sigmund Neumann (Miriam Budiardjo, 2000 : 162) bahwa: Partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. 28

19 Dari pengertian-pengertian dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa partai politik adalah kumpulan dari orang-orang yang terorganisir yang memiliki kepentingan tertentu untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan serta menguasai pemerintahan agar tercapai tujuan bersama yaitu memberikan kemanfaatan bagi anggotanya. b. Islam Sebagai Ideologi Politik Islam sebagai agama yang penuh dengan nilai-nilai keruhanian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik karena Islam mengandung nilai-nilai poilitik seperti ideologi. Bahkan Deliar Noer (2000:460) mengatakan bahwa pada umumnya, baik kalangan Islam maupun kalangan di luar Islam mengakui bahwa ajaran Islam mengandung Ideologi. Nilai-nilai Islam yang mengandung ideologi, sangat perlu diberi peran dalam soal pemerintahan dan kepemimpinan terlebih menyangkut kekuasaan politik. Dalam Islam, kekuasaan politik didasarkan atas kekuasaan Illahi (Divine Authority) dan Islam menganjurkan bahwa umat Islam sebagai kholifah untuk turut serta dalam politik agar mendapatkan kebaikan dunia akhirat. Dengan prinsip tolong menolong yang kental dalam ajaran Islam yang dapat dilakukan dalam kehidupan politik. Hal ini ditegaskan oleh pemikiran Ibnu Khaldun (dalam Zainuddin, 1999 : 93) bahwa: Politik adalah juga suatu mekanisme yang harus digunakan manusia guna mencapai keselamatan dunia akhirat. Tanpa kehidupan politik, kehidupan manusia dalam masyarakat tidak akan teratur. Tolong menolong untuk kepentingan mencapai tujuan bersama tidak akan dapat direalisasikan. 29

20 Dalam Islam prinsip yang dipegang adalah musyawarah, hukum, dan keadilan. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Qadir abu Fariz (1984:24) bahwa pilar-pilar/prinsip-prinsip politik Islam terdiri atas Kedaulatan Milik Allah, Keadilan dan Persamaan, Taat, Syura (musyawarah). Salah satu prinsip politik yang merupakan pedoman kalangan Islam untuk ditegakkan sehubungan dengan ideologi ialah prinsip syura atau yang lebih dikenal dengan kata musyawarah. Dalam pandangan Islam syura itu merupakan bagian dari syariah yang harus ditegakkan. Jika dihubungkan dengan kehidupan dan pemikiran modern, maka prinsip syura itu bagi kalangan Islam yang berhimpun pada partai Islam dihubungkan dengan demokrasi. Hal ini sudah merupakan persamaan pendapat dari semenjak Sarekat Islam. Dari syura tersebut maka diharapkan akan tercipta sebuah aturan-aturan atau hukum yang sifatnya berkeadilan sehingga akan mengarah pada sebuah sistem politik yang berkeadilan akan nilai-nilai Islam di Indonesia yang akan membentuk wawasan kemodernan Indonesia yang merupakan salah satu ajaran pokok umat Islam. Terlebih di era reformasi ini partai politik Islam harus pandai untuk menciptakan negara yang berasas dan demokratis sehingga tuntutan perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan seperti hukum, keadilan, politik dan segala hal yang berhubungan dengan negara dan kebebasan masyarakat agar segera terlaksana. Mengingat bahwa Islam memiliki ideologi politik yang mengarah pada al-qur an dan al-hadist. 30

21 2.3 Kesadaran Politik Pengertian Kesadaran Politik Salah satu fungsi partai politik adalah sebagai sarana sosialisasi politik. Partai politik dalam hal ini memiliki tugas untuk menyadarkan masyarakat tentang kehidupan politik, agar seluruh warga negara sadar akan kepentingan negara dan menempatkannya diatas kepentingan pribadi maupun golongan. Hal ini sangat relevan dengan pengertian kesadaran politik yang dikemukakan oleh Sukarna (1978:102) yang mengatakan bahwa: Kesadaran politik adalah apabila seluruh warga negara menyadari kepentingan negara (kepentingan negara tidak identik dengan kepentingan pemerintah, karena negara tidak hanya dibentuk oleh pemerintah tetapi oleh seluruh warga negara), diatas kepentingan sendiri atau golongan. Sementara itu Gabriel Almond dan Sydney Verba (1990:67) mengukur dimensi dari kesadaan politik didasarkan atas dua kriteria. Kedua kriteria yang dimaksud yaitu: pertama adalah mengikuti seluruh kegiatan pemerintahan dan yang kedua adalah mengikuti laporan mengenai aktivitas pemerintah melalui berbagai media. Keikutsertaan dalam pemerintah dapat disamakan dengan partisipasi politik dan selain itu aktif mengikuti segala kegiatan pemerintahan dan mampu memberikan operasi dan masukan bagi masalah-masalah politik dengan menggunakan saluran yang resmi. Apabila kesadaran politik diartikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:521) bahwa kesadaran politik berasal dari kata dasar sadar yang artinya adalah insyaf, merasa, tahu, dan mengerti. Atau dengan kata lain 31

22 kesadaran adalah hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kesadaran politik ini lebih ditekankan pada pengetahuan mengenai politik dan kekuatankekuatan didalamnya. Hal ini agak berbeda diungkapkan oleh Ramlan Surbakti (1999:144) yang mengatakan bahwa kesadaran politik adalah: Kesadaran akan hak dan kewajiban warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia hidup. Ditambahkan pula bahwa aspek kesadaran politik seseorang meliputi kesadaran terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara baik hak-hak politik, hak ekonomi, maupun hak-hak mendapat jaminan sosial dan hukum. Selain itu kesadaran warga negara terhadap kewajibannya dalam sistem politik, kehidupan sosial dan kewajiaban lain ikut memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya seseorang dalam politik Ciri-Ciri Tingkat Kesadaran Politik Tingkat kesadaran politik seseorang memang tidak dapat diukur, namun dari berbagai teori tentang kesadaran politik kita dapat mengetahui bahwa telah banyak standar yang dapat menjadi tolok ukur tingkat kesadaran politik seseorang. Salah satunya dikemukakan oleh Idrus Affandi (1999:27) bahwa kesadaran politik seseorang dapat disamakan dengan keadaan melek politik apabila sekurangkurangnya ia mengetahui pengetahuan tentang: 32

23 a. informasi tentang siapa pemegang kekuasaan, dari mana uang berasal, bagaimana sebuah institusi bekerja; b. bagaimana melibatkan diri secara aktif dalam memanfaatkan pengetahuan; c. kemampuan memprediksi secara efektif bagaimana memutuskan sebuah issu; d. kemampuan mengenali tujuan kebijakan secara baik yang dapat dicapai ketika isu (masalah) terpecahkan; e. kemampuan memahami pandangan orang lain dan pembenaran mereka tentang tidakannya dan pembenaran tindakannya secara dini. Menurut Ramlan Surbakti (1999:144), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesadaran politik seseorang. Tinggi rendahnya kesadaran politik seseorang dipengaruhi banyak faktor diantaranya status sosial dan status ekonomi. Status sosial dalam hal ini adalah kedudukan seseorang dalam masyarakat karena keturunan, pendidikan, dan pekerjaan. Arti dari status ekonomi adalah kedudukan seseorang dalam pelapisan (stratifikasi) masyarakat berdasarkan kepemilikan kekayaan. Hal ini diketahui dari pendapatan, pengeluaran, ataupun kepemilikan benda-benda berharga. Seseorang yang memiliki status sosial dan status ekonomi yang tinggi diperkirakan tidak hanya mempunyai pengetahuan politik tetapi juga mempunyai minat dan perhatian pada politik serta sikap dan kepercayaan terhadap pemerintah yang tercermin melalui kesadaran politiknya berupa tindakan untuk ikut serta dalam berbagai proses politik. Pada dasarnya sangat sulit untuk dapat mengetahui tingkat kesadaran politik seseorang secara kuantitatif. Oleh karena itu cara yang dapat ditempuh untuk dapat mengetahui tingkat kesadaran politik seseorang adalah dengan 33

24 melihat dan menggali berbagai aspek yang dapat menunjukkan kecenderungan kesadaran politik orang tersebut. 2.4 Implementasi Partai Politik Dalam Kesadaran Kewarganegaraan Konsep Implementasi Partai Politik Implementasi politik merupakan sebuah pola bagaimana menerapkan halhal yang berhubungan dengan politik kepada masyarakat sehingga mengasilkan sebuah sistem politik demokratis yang benar-benar partisipatoris. Karena Salah satu pilar yang sangat penting dalam konteks membangun demokrasi yang sejati adalah tumbuhnya masyarakat madani (civil society) yang kuat dan mandiri di luar negara. Menurut Nurcholish Madjid mengatakan bahwa: Demokrasi yang substansial itu membutuhkan rumah yang kokoh dan rumah tersebut adalah masyarakat madani, dimana berbagai macam perserikatan, klub, asosiasi, kelompok-kelompok masyarakat bergabung menjadi perisai dan perantara antara negara dan warga negara. Civil society juga akan memperkaya peranan partai-partai politik dalam hal partisipasi politik, meningkatkan efektifitas politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan. Dalam hal ini implementasi politik yang dilakukan oleh partai politik sangat erat hubungannya dengan fungsi partai politik itu sendiri, karena kesadaran kewarganegaran merupakan sebuah hasil yang diharapkan dari adanya sebuah demokrasi. Demokrasi dan kewarganegaraan adalah dua hal yang saling terikat satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan. Bila salah satu di antara keduanya tidak ada, maka yang lain akan tidak berfungsi. Dengan perkataan lain tidak ada 34

25 demokrasi tanpa kewarganegaraan dan tidak ada kewarganegaraan tanpa demokrasi. Jika demokrasi merupakan distribusi kekuasaan politik dan penyelenggaraan negara dan masyarakatnya berdasarkan hasil pemilihan umum, maka kewarganegaraan merupakan keanggotaan masyarakat tersebut yang sah dan yang secara sadar menerima berbagai hak dan tanggungjawab inherennya. Konstruksi demokrasi memerlukan proses yang dikenal sebagai proses transformasi kewarganegaraan, yakni mengubah individu yang tidak menaruh perhatian, acuh tak acuh atau tidak peduli menjadi warga negara yang peduli dan yang mengetahui hak serta tanggungjawabnya. Maka ditentukanlah partai politik sebagai wadah aspirasi dan partisipasi dari rakyat serta merupakan penghubung antara rakyat dengan pemimpin yang menguasai pemerintahan. Sebagaimana hal tersebut dapat dilihat dari fungsi partai politik. Dimana menurut Undang-Undang No 31 tahun 2002 fungsi partai politik adalah sebagai sarana: a. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Republik Indonesia agar sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; b. Penciptaan iklim yang kondusif dan program konkret serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk mensejahterakan masyarakat; c. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara; d. Partisipasi politik warga negara; dan e. Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan gender. 35

26 2.4.2 Implementasi Partai Politik Dalam Kesadaran Kewarganegaraan Dalam hal mengimplementasikan kesadaran politik yang dilakukan oleh partai politik bisa sebagai indikator untuk pemahaman implentasinya dalam multikultural yang salah satunya yaitu kesadaran kewarganegaraan (civic virtue). Dimana kesadaran kewarganegaraan (civic virtue) memiliki suatu gagasan tentang warga negara memilki hak dan kewajiban yang sama. Hal ini dapat membentuk pengembangan warganegara multikultural lebih lanjut dengan adanya kompetensi kewarganegaraan yang bercirikan multikultural. Seperti yang dikemukakan oleh Branson (1998:16) yang mana kompetensi kewarganegaraan terdiri atas tiga komponen penting, yaitu: 1) Civic knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), berkaitan dengan kandungan atau apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara; 2) Civic skill (keterampilan kewarganegaraan), adalah kecakapan intelektual dan partisipatoris warganegara yang relevan; dan 3) Civic disposition (watak kewarganegaraan) yang mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi konstitusional. Maka dalam hal ini sebagai warga negara tidak hanya sebagai warga negara yang pasif tetapi harus bisa sebagai warga negara yang aktif dalam statusnya sebagai warga negara yang bisa di arahkan pada kesadaran kewarganegaraan. Dalam hal kesadaran kewarganegaraan setiap warga negara diharapkan mampu mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu dilakukan demi tetap utuh dan tegaknya 36

27 Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu kesadaran warga negara terhadap kewajibannya dalam sistem politik, kehidupan sosial dan kewajiaban lain ikut memberikan pengaruh terhadap tinggi rendahnya seseorang dalam politik. Termasuk dalam tingkat kesadaran politik seperti yang dikemukakan oleh Sukarna (1978:102) yang mengatakan bahwa: Kesadaran politik adalah apabila seluruh warga negara menyadari kepentingan negara (kepentingan negara tidak identik dengan kepentingan pemerintah, karena negara tidak hanya dibentuk oleh pemerintah tetapi oleh seluruh warga negara), diatas kepentingan sendiri atau golongan. Dengan demikian, kesadaran kewarganegaraan adalah kesadaran untuk ikut memiliki atau tergabung dalam kelompok orang tertentu yang menghuni lokasi geografik tertentu dan yang diperintah oleh pemerintah tertentu yang didukung oleh rakyatnya dan partai politik yang berkuasa. Kesadaran inilah yang akan mengubah diri seseorang dari lingkungan individu menjadi kesadaran untuk ikut memiliki dan kesediaan untuk menerima berbagai tanggungjawab dan hak dirinya terhadap warga negara lainnya. Hal itulah yang menjadi implementasi partai politik dalam kesadaran kewarganegaraan. 37

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan Partai Politik tidak akan lepas dari kesadaran politik masyarakat (anggota) yang menjadi cikal bakal dari partisipasi politik. Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5) Definisi Partai Politik Secara umum dapat dikatakan partai politik adalah suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251). BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi secara sederhana dapat diartikan sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang dianggap paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada di tangan negara atau dalam arti para elit pemerintahannya, tetapi terletak di tangan segenap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah di Banyumas suasana politik semakin hangat. Banyak yang mempromosikan calonnya dengan berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat

Lebih terperinci

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada oleh AA Gde Putra, SH.MH Demokrasi (pengertian Umum) Bentuk sistem pemerintahan yang setiap warganya memiliki kesetaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilainilai dan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara. Negara yang mengaku dirinya adalah negara demokrasi, sejatinya memiliki kekuatan ada pada warga negara

Lebih terperinci

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA

BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA BAB I BUDAYA POLITIK DI INDONESIA Standar Kompetensi : 1. Menganalisis budaya politik di Indonesia Kompetensi Dasar : 1.1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik A. Pendahuluan Salah satu komponen yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem politik Indonesia dewasa ini sedang mengalami proses demokratisasi yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan politik nasional,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK Disampaikan oleh : Ir. Apri Hananto Sukandar, M.Div Nomor Anggota : A- 419 Yang terhormat Pimpinan

Lebih terperinci

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK Untuk lebih mendalami hakekat pendidikan politik, berikut ini disajikan lagi beberapa pendapat ahli mengenai pendidikan politik. Alfian (1986) menyatakan pendidikan

Lebih terperinci

Partai Politik dan Kelompok Penekan

Partai Politik dan Kelompok Penekan Partai Politik dan Kelompok Penekan Makalah untuk memenuhi Tugas Ilmu kewarganegaraan Dosen pengampu Dikdik baehaqi Arif,Mpd Disusun oleh: Abdul Gofur 11009034 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seluruh kegiatan politik berlangsung dalam suatu sistem. Politik, salah satunya bertujuan melembagakan penyelesaian konflik agar konflik itu tidak melebar menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan itu adalah kemauan seseorang atau sekelompok orang untuk mau memberi keyakinan pada seseorang yang ditujunya. Kepercayaan adalah suatu keadaan psikologis dimana

Lebih terperinci

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU

PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU PENGUATAN FUNGSI DAN PERAN PARTAI POLITIK DALAM PEMBANGUNAN PROF.DR. DWI PURWOKO,MSI,APU Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut sistem demokrasi, yang artinya pemegang kekuasaan atau kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat namun tetap

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik sendiri hakikatnya adalah sebagai sarana bagi masyarakat atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang sama dengan mengusung

Lebih terperinci

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si

PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA. Dr. H. Kadri, M.Si PARTAI POLITIK DAN KEBANGSAAN INDONESIA Dr. H. Kadri, M.Si Outline Peran dan Fungsi Partai Politik Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Realitas Partai Politik saat ini Partai Politik sebagai Penjaga Nilai

Lebih terperinci

MAKNA DAN HAKEKAT DEMOKRASI

MAKNA DAN HAKEKAT DEMOKRASI MAKNA DAN HAKEKAT DEMOKRASI MAKNA :demos ~ rakyat; cratos ~ kedaulatan Demokrasi : keadaan negara yang dalam sistem pemerintahaannya kedaulatan berada di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Oleh : Novy Purnama N*) Abstraksi Komunikasi politik merupakan proses penyampaian informasi mengenai

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang unik. Bali dipandang sebagai daerah yang multikultur dan multibudaya. Kota dari provinsi Bali adalah

Lebih terperinci

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017

SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU. Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 SISTEM KEPARTAIAN DAN PEMILU Program Studi Ilmu Pemerintahan Universitas Indo Global Mandiri Palembang 2017 Silabus 1. Pengertian dan Konsep Partai Politik 2. Fungsi-fungsi partai politik 3. Tipologi partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar isi BNSP (Badan Nasional Standar Pendidikan) 2006, disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 11 huruf a,b,c,d, dan e. Partai politik berfungsi sebagai, a) sarana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan ciri utama sistem pemerintahan yang demokratis. Sedangkan salah satu fungsi dari partai politik adalah pendidikan politik, ini merupakan

Lebih terperinci

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan melemahkannya. Birokrasi, misalnya dapat menjadi sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang menganut sistem demokrasi dimana sistem pemerintahan dilaksanakan dari, oleh, dan untuk rakyat. Dalam negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Demokrasi di Indonesia Definisi demokrasi menurut Murod (1999:59), sebagai suatu policy di mana semua warga menikmati kebebasan untuk berbicara, kebebasan berserikat, mempunyai

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum Setelah menguraikan dari beberapa aspek yang menjadi dimensi atau orientasi politiknya,yang diukur dari segi pemahaman kognitif, afektif, dan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan negara yang menganut sistem demokrasi,salah satu ciri negara yang menerapkan sistem demokrasi adalah melaksanakan kegiatan pemilihan umum

Lebih terperinci

BUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia

BUDAYA POLITIK. 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat Indonesia BUDAYA POLITIK Standar Kompetensi Menganalisis Budaya Politik di Indonesia Kompetensi Dasar 1. Mendiskripsikan pengertian budaya politik 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demokrasi merupakan sistem pemerintahan yang berdasarkan kepada kedaulatan rakyat. Hal ini berarti bahwa dalam setiap pembuatan keputusan/ kebijakan harus berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang mendasari konsep partisipasi politik adalah bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat yang pelaksanaannya dapat

Lebih terperinci

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya) Apakah Sistem Demokrasi Pancasila Itu? Tatkala konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) menjadi bagian terpenting dalam penyelenggaraan demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia. Pemilu sering diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemilihan Umum (Pemilu) menjadi bagian utama dari gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mayoritas masyarakat memiliki keinginan untuk maju berkembang menjadi lebih baik. Keinginan tersebut diupayakan berbagai cara, salah satunya adalah melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, merupakan sosialisasi disekolah mengenai pemilihan umum

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas.

ISLAM DAN DEMOKRASI. UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. MATA KULIAH AGAMA ISLAM. Modul ke: 13Fakultas. ISLAM DAN DEMOKRASI Modul ke: 13Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi A. Ajaran Islam Tentang Kesehatan Kata demokrasi yang dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan. Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan partai yang menjadikan Islam sebagai asas partai. PKS memiliki tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi dari tingkat pusat sama tingkat daerah. Setiap daerah banyak mencalonkan dirinya dan

Lebih terperinci

BAB VI REALISASI PANCASILA

BAB VI REALISASI PANCASILA BAB VI REALISASI PANCASILA Disusun Oleh: Nadya Athira C. 143020318 Heni Nurhaeni 143020336 Mirasitkha Virana P. 143020342 Asri Nur Fitriani 143020343 Azka Lithia Amanda 143020354 Raj ba Rohmatullah 143020371

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Marwan Gupron, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Marwan Gupron, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan politik merupakan agenda yang sangat penting, apalagi di sebuah bangsa yang bebas dari penjajahan, karena demokrasi atau proses demokratisasi memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Strategi Strategi adalah suatu seni dalam merencanakan pemanfaatan segenap sumber daya nasional (sumber daya alam, manusia, dan dana) dalam suatu tata kerja yang

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik melalui proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperoleh berbagai ilmu berupa pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia. Istilah tersebut baru muncul pada abad 19 Masehi, seiring dengan berkembangnya lembaga-lembaga

Lebih terperinci

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik. Masyarakat sebagai kumpulan individu memiliki harapan sekaligus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. 106 BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang 259 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang dirumuskan dari deskripsi temuan penelitian dan pembahasan hasil-hasil penelitian dalam

Lebih terperinci

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH

DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH DINAMIKA POLITIK LOKAL SUKSESI PEMILU KEPALA DAERAH Heri Wahyudi UPBJJ-UT Denpasar heriw@ut.ac.id Abstrak Pasca Putusan Makamah Konstitusi (MK) tentang calon perseorangan, telah memberikan kesempatan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

Hakikat Sosialisasi Politik

Hakikat Sosialisasi Politik Perilaku dan Sikap Politik SOSIALISASI POLITIK 1. Alexis S. Tan dalam Mass Communication; Theories and Research, mengatakan sosialisasi politik merupakan proses perubahan perilaku yang berhubungan erat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia yang diresmikan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945. Dalam

Lebih terperinci

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH. Modul ke: DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia Fakultas FAKULTAS RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi http://www.mercubuana.ac.id DEFINISI

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konstitusi atau Undang-Undang Dasar (UUD) menempati tingkatan tertinggi dalam tata urutan peraturan perundang-undangan suatu negara serta merupakan hukum tertinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang akan turut serta secara aktif baik dalam kehidupan politik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Permasalahan Partisipasi merupakan aspek yang penting dari demokrasi, partisipasi politik yang meluas merupakan ciri khas dari modernisasi politik. Partisipasi politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (pemilu) merupakan salah satu instrumen terpenting dalam sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu parameter

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Definisi dan tipe-tipe budaya politik diindonesia Pertemuan Ke- : 1 s.d. 5 Alokasi

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Labuhan Ratu Kecamatan Labuhan Ratu Kota Bandar Lampung yang berjumlah 98 orang. Selanjutnya

Lebih terperinci

SISTEM POLITIK INDONESIA

SISTEM POLITIK INDONESIA NAMA : VINA RACHMAYA NIM : 124 674 042 PRODI : S1 ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2012 KELAS : B SISTEM POLITIK INDONESIA A. Pengertian Sistem, Politik, dan Sistem Politik a. Sistem Sistem menurut pamudji (1981:4)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan merupakan organisasi sosial kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan organisasi politik namun sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Organisasi ekstra universitas merupakan organisasi mahasiswa yang aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi ekstra universitas

Lebih terperinci

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12

Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik. Pertemuan 11-12 Komunikasi Politik & Rekrutmen Politik Pertemuan 11-12 Apa yang dimaksud dengan komunikasi? Proses komunikasi, Timbul balik Apa kriteria komunikan? Bisa menyaring informasi Bisa memberi respon yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, setiap individu terkait dengan persoalan politik dalam arti luas. Masyarakat sebagai kumpulan individu-individu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan 288 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dijabarkan beberapa kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perjalanan demokrasi di Indonesia secara bertahap terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang sangat penting berkaitan dengan pembentukan karakter siswa. Pada dasarnya karakter yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap upaya untuk menghadirkan ajaran Islam bagi perbaikan kualitas kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan diwaspadai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menjelaskan dengan tegas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan atas kekuasaan (machstaat).

Lebih terperinci

KESADARAN POLITIK GURU PPKn DI KABUPATEN JOMBANG. Vety Ika Permatasari (Prodi SI PPKn, FIS, UNESA)

KESADARAN POLITIK GURU PPKn DI KABUPATEN JOMBANG. Vety Ika Permatasari (Prodi SI PPKn, FIS, UNESA) KESADARAN POLITIK GURU PPKn DI KABUPATEN JOMBANG Vety Ika Permatasari 1004254035 (Prodi SI PPKn, FIS, UNESA) ikavety@yahoo.com Agus Satmoko Adi 0016087208 (Prodi SI PPKn, FIS, UNESA) agussa@ciputra.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin oleh para pejabat yang terbukti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ini makin marak dipublikasikan di media massa maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh para pejabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi dimana pemerintahan berdasarkan atas kedaulatan rakyat (Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah kebutuhan manusia dengan berkomunikasi manusia dapat saling bertukar informasi dengan antar sesama, baik di dalam keluarga maupun bermasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan

Lebih terperinci

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017

Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017 Dinno Mulyono, M.Pd. MM. STKIP Siliwangi 2017 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan a. Konsep Dasar dan Sejarah PKn b. Analisis Landasan Yuridis, Historis, Sosiologis dan Politik PKn c. Urgensi PKn dan Tantangannya

Lebih terperinci

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya

REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM MENEGAKKAN NILAI-NILAI BHINNEKA TUNGGAL IKA Fakultas Hukum Universitas Brawijaya BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SPIRIT KONSTITUSI Pasal 36A UUD 1945 menyatakan

Lebih terperinci